BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Seiring dengan pemberlakuan otonomi daerah, perkembangan wilayah di
seluruh wilayah Indonesia terus mengalami peningkatan. Berbagai upaya dilakukan oleh masing-masing daerah untuk bisa mengembangkan wilayahnya dengan tujuan akhir adalah peningkatan kesejahteraan penduduk. Setiap potensi dari masing-masing wilayah terus digali dan dikembangkan sebagai salah satu upaya untuk mendongkrak tingkat perkembangan wilayah di berbagai aspek kehidupan. Menurut Muta’ali (2012) pengembangan wilayah adalah upaya pemanfaatan sumber daya wilayah untuk
dimanfaatkan
sebesar-besarnya
kemakmuran
rakyat
dengan
tetap
memperhatikan kelestaian fungsi lingkungan hidupnya. Lebih lanjut dikemukan pula bahwa salah satu aspek penting dan prasyarat utama dalam menjaga pembangunan wilayah berkelanjutan adalah perlunya memperhatikan daya dukung lingkungan. Definisi daya dukung lingkungan hidup menurut Undang Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan adalah kemampuan lingkungan hidup untuk mendukung perikehidupan manusia, makhluk hidup lain, dan keseimbangan antar keduanya. Menurut Lang dan Armour (1991, dalam Muta’ali, 2012) daya dukung lingkungan meliputi daya dukung biofisik dan daya dukung sosial, dimana keduanya mempunyai keterkaitan. Daya dukung dipengaruhi oleh faktor ketersediaan sumberdaya, faktor sosial, faktor ekonomi, faktor teknologi, budaya dan kebijakan. Selanjutnya Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 17 Tahun 2009 tentang Pedoman Penentuan Daya Dukung Lingkungan Hidup Dalam Penataan Ruang Wilayah menyatakan bahwa penentuan daya dukung lingkungan hidup dilakukan dengan cara mengetahui kapasitas lingkungan alam dan sumber daya untuk mendukung kegiatan manusia/penduduk yang menggunakan ruang bagi kelangsungan hidup. Besarnya kapasitas tersebut di suatu tempat dipengaruhi oleh keadaan dan karakteristik sumber daya yang ada di hamparan ruang yang bersangkutan. Kapasitas lingkungan hidup dan sumber daya akan menjadi faktor pembatas dalam penentuan pemanfaatan ruang
-1-
yang sesuai. Lebih lanjut dijabarkan dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup tersebut daya dukung lingkungan hidup terbagi menjadi 2 (dua) komponen, yaitu kapasitas penyediaan (supportive capacity) dan kapasitas tampung limbah (assimilative capacity). Berdasarkan uraian di atas, maka sangat penting kiranya proses perkembangan wilayah direncanakan dengan matang dengan mempertimbangkan daya dukung lingkungan hidup agar lebih banyak memberikan dampak kearah positif. Setiap aspeknya harus diperhitungkan secara detail, sehingga pengembangan wilayah akan menjadi lebih terarah dan terencana. Salah satu contoh dari dampak positif dari perkembangan wilayah adalah perkembangan dari sektor perekonomian. Kegiatan-kegiatan perekonomian akan semakin marak dan beragam jenisnya ketika sebuah wilayah mengalami grafik perkembangan yang meningkat. Tingkat keberagaman kebutuhan konsumen di sebuah wilayah yang sudah berkembang tentu akan berbeda dengan kebutuhan konsumen di wilayah yang belum terlalu berkembang. Cepat atau lambatnya perkembangan suatu wilayah dapat dijadikan sebagai salah satu indikator keberhasilan pembangunan dari wilayah tersebut. Suatu wilayah dengan grafik perkembangan yang naik tentu akan menjadi daya tarik tersendiri, salah satunya akan menarik bagi seseorang untuk datang dan menetap di wilayah tersebut, sehingga akan berdampak pada peningkatan jumlah penduduk. Perkembangan jumlah penduduk di suatu wilayah secara otomatis akan meningkatkan grafik kebutuhan akan pemukiman. Definisi pemukiman menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 tahun 1992 tentang Perumahan dan Pemukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik yang merupakan kawasan perkotaan mapun pedesaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan. Ketersediaan pemukiman adalah salah satu dampak yang harus diantisipasi oleh suatu wilayah. Pemenuhan kebutuhan ruang sebagai wilayah permukiman harus disesuaikan dengan daya dukung lingkungan yang dimiliki pada suatu kawasan. Menurut Muta’ali (2012) daya dukung wilayah untuk pemukiman dapat diartikan sebagai kemampuan suatu wilayah dalam menyediakan lahan permukiman guna menampung jumlah penduduk tertentu untuk bertempat tinggal secara layak. Lebih -2-
lanjut Muta’ali (2012) menyatakan bahwa luas lahan yang sesuai untuk permukiman dapat didekati dengan menggunakan dua pendekatan, yaitu: (a)
pendekatan tata ruang, maka lahan permukiman adalah area yang ada dalam suatu wilayah, diluar kawasan lindung dan terbebas dari bahaya lingkungan, seperti banjir, tanah longsor, intrusi air tanah dan abrasi, serta berbagai ancaman bahaya geologi lainnya;
(b)
pendekatan kemampuan lahan, lahan permukiman dapat diletakkan pada area yang memiliki tingkat kemampuan lahan I sampai IV. Meskipun demikian tidak semua areal yang sesuai untuk permukiman dapat dikembangkan secara keseluruhan, melainkan hrus disediakan ruang untuk penggunaan lainnya. Berdasarkan Undang Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007
tentang Penataan Ruang, dinyatakan bahwa upaya pemanfaatan ruang salah satunya harus dilaksanakan sesuai dengan daya dukung lingkungan. Pemanfaatan ruang sebagai wilayah bagi kegiatan permukiman yang tidak sesuai dengan daya dukung yang dimiliki akan berdampak pada penurunan kualitas lingkungan Menurut Muta’ali (2012) dalam banyak kasus menunjukkan kualitas lingkungan akan terpelihara dengan baik apabila manusia mengelola daya dukung pada batas minimum dan optimum, yaitu antara 30-70%, apabila pemanfaatan lebih dari 70% atau mendekati 100% maka akan berakibat pada penurunan kualitas lingkungan. Kaitannya dengan perkembangan wilayah menurut MCConell dan Abel (2007, dalam JCN et al., 2007, dalam Muta’ali, 2012), dinyatakan bahwa pertumbuhan penduduk pada suatu wilayah mempunyai hubungan dengan daya dukung wilayah yang bersangkutan. Jumlah penduduk yang terus meningkat berpotensi mencapai suatu kondisi dimana daya dukung wilayah sudah tidak lagi mampu mendukung jumlah penduduk yang ada. Dampaknya adalah penderiataan dan kemerosotan kesejahteraan, seperti yang terjadi pada beberapa kota di Indonesia. Salah satu contoh potret perkembangan wilayah yang tidak lagi sesuai dengan daya dukung lingkungan adalah penduduknya
dan
kota Jakarta dengan permasalahan perkembangan jumlah upaya
pemenuhan
kebutuhannya,
berdampak
pada
ketidakmampuan lingkungan hidup untuk mendukung aktivitas penduduknya, sehingga salah satu permasalahan lingkungan hidup yang dihadapinya adalah banjirnya yang memberikan dampak berefek domino pada berbagai komponen lingkungan hidup disekitarnya. Salah satu wilayah yang mempunyai kemiripan -3-
permasalahan seperti diuraikan di atas adalah perkembangan wilayah permukiman di Kota Palu.
1.2.
Permasalahan Penelitian Kota Palu merupakan merupakan ibu kota Provinsi Sulawesi Tengah dengan
luas wilayah 395,06 km2 atau sekitar 0,58% dari total wilayah Provinsi Sulawesi Tengah. Kota Palu berdasarkan klasifikasi kategori permukiman menurut Ritohardoyo (2000) dengan jumlah penduduk `359.595 jiwa pada 31 Desember 2014 termasuk dalam kategori permukiman kota besar. Setiap tahunnya Kota Palu mengalami peningkatan jumlah penduduk, hal tersebut dipicu oleh kelahiran dan migrasi penduduk. Pada Gambar 1.1. dapat dilihat peningkatan jumlah penduduk di Kota Palu dari tahun 2004 hingga tahun 2012. Dimana pada tahun 2004 jumlah penduduk hanya berjumlah 288.435 jiwa (Badan Lingkungan Hidup Kota Palu, 2013), dan pada tahun 2014 berdasarkan pendataan Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Palu jumlah penduduk Kota Palu telah mencapai 359.595 jiwa. Tingkat pertumbuhan Kota Palu Tahun 2009 – 2014 adalah 2,8%.
Gambar 1.1.
Jumlah Penduduk Kota Palu Tahun 2004 s/d 2014 Sumber : Laporan SLHD Kota Palu Tahun - Data tahun 2004 s/d 2008 - 2013 (Badan Lingkungan Hidup Kota Palu, 2013); Kota Palu Dalam Angka 2014 - Data tahun 2009 s/d 2013 (Badan Pusat Statistik Kota Palu, 2013); Hasil Pendataan - Data tahun 2014 (Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Palu 2014).
-4-
Seiring peningkatan jumlah penduduk tersebut, terjadi pula peningkatan kebutuhan pemukiman dan sarana prasarana penunjang lainnya di wilayah Kota Palu. Sebagaimana diungkapkan oleh Constantinos A. Doxiadis (1968, dalam Surtiani 2006) bahwa perkembangan perumahan permukiman (development of human settlement) dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu: (a)
Growth of density (pertambahan jumlah penduduk), dimana dengan adanya pertambahan jumlah penduduk yaitu dari kelahiran dan adanya pertambahan jumlah keluarga, maka akan membawa masalah baru. Secara manusiawi mereka ingin menempati rumah milik mereka sendiri. Dengan demikian semakin bertambahlah jumlah hunian yang ada di kawasan permukiman tersebut yang menyebabkan pertumbuhan perumahan permukiman.
(b)
Urbanization (Urbanisasi), dimana dengan adanya daya tarik pusat kota maka akan menyebabkan arus migrasi desa ke kota maupun dari luar kota ke pusat kota. Kaum urbanis yang bekerja di pusat kota ataupun masyarakat yang membuka usaha di pusat kota, tentu saja memilih untuk tinggal di permukiman di sekitar kawasan pusat kota (down town). Hal ini juga akan menyebabkan pertumbuhan perumahan permukiman di kawasan pusat kota. Berdasarkan hasil penelitian Rifai (2011) tentang Analisis Perkembangan
Fisik Kota Palu Dengan Citra Landsat, diketahui bahwa perkembangan Kota Palu secara umum menunjukkan bentuk yang terkonsentrasi dan padat pada core kotanya, namun terjadi perkembangan fisik yang berbeda pada daerah tepi-tepi kotanya. Pada Gambar 1.2. di bawah ini dapat dilihat bahwa pola permukiman di Kota Palu cenderung masih menempati wilayah dataran rendah terutama berkembang pesat di sekitar sungai dan tepian pantai. Hal tersebut dapat dilihat dari kepadatan permukiman yang semakin padat pada daerah sekitar sungai yang merupakan pusat perkotaan dan pada daerah pinggiran pantai yang merupakan permukiman nelayan. Pada daerah yang topografinya tinggi semakin jarang bahkan tidak terdapat permukiman yang menempatinya.Pada bagian barat dan timur wilayah Kota Palu merupakan daerah pegunungan dengan topografi beragam. Permukiman pada wilayah Kota Palu bagian timur semakin jarang dijumpai, hal tersebut karena pada daerah tersebut merupakan kawasan tandus atau susah air sehingga masyarakat enggan untuk bermukim pada kawasan tersebut. Perkembangan pola permukiman cenderung ke arah barat dikarenakan dekat dengan sumber air berupa sungai dimana -5-
pada wilayah bagian barat lebih banyak terdapat anak sungai daripada wilayah bagian timur Kota Palu. Orientasi pertumbuhan permukiman masih terkonsentrasi pada kawasan sekitar lembah Palu dengan bentuk morfologi yang relatif datar. Dari sisi kebencanaan, pola permukiman Kota Palu terlihat masih kurang peka terhadap potensi kebencanaan yang ada. Pola permukiman Kota Palu yang memusat pada daerah perkotaan yaitu wilayah bagian tengah Kota Palu yang merupakan daerah sekitar Sungai Palu dimana juga sering terjadi banjir musiman pada saat musim hujan. Pola permukiman juga menyebar pada daerah pinggiran pantai yang rawan abrasi dan tsunami pada saat terjadinya gempa (Dinas Tata Ruang dan Perumahan Kota Palu, 2014).
Gambar 1.2.
Pola Pertumbuhan Permukiman Kota Palu 1970 s/d 2013 Sumber : Dinas Tata Ruang dan Perumahan Kota Palu, 2014).
Permasalahan
peningkatan
penduduk
dengan
pemenuhan
kebutuhan
permukiman serta prasarana dan sarana pendukungnya di Kota Palu harus dikelola -6-
dengan baik. Keterkaitan manusia dengan lingkungnnya dalam permukiman mencerminkan tekanan terhadap lingkungan. Dimana pembangunan permukiman akan mengurangi ketersediaan luas ruang terbuka dan akhirnya memberi tekanan terhadap komponen lingkungan abiotik, biotik maupun sosial yang berimbas pada penurunan kualitas lingkungan hidup. Sebagaimana menurut Martopo (1984, dalam Muta’ali, 2012) bahwa besarnya daya dukung lingkungan adalah1/TP (Tekanan Penduduk). Semakin tinggi nilai daya dukung lingkungan, semakin baik kondisi lingkungan suatu wilyah. Daya dukung lingkungan berbanding terbalik dengan tekanan penduduk, semakin tinggi tekanan penduduk, semakin rendah daya dukung lingkungannya. Dalam rangka pengendalian pemanfaatan ruang Kota Palu, Pemerintah Kota Palu telah menetapkan kebijakan pengaturan ruang Kota Palu melalui Peraturan Daerah Kota Palu Nomor 16. Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Palu Tahun 2010-2030, dengan tujuan untuk mewujudkan ruang Kota Palu sebagai kota teluk berwawasan lingkungan yang berbasis pada jasa, perdagangan, dan
industri,
yang didasari kearifan dan keunggulan lokal bagi pembangunan
berkelanjutan. Pada Peraturan Derah tersebut salah satu yang diatur adalah rencana pola ruang Kota Palu yang mencakup rencana pengembangan kawasan lindung seluas kurang lebih 22.290 hektar atau 56,42 persen dari luas wilayah Kota Palu, serta rencana pengembangan kawasan budi daya dengan luas kurang lebih 17.246 hektar atau 43,58 persen dari luas wilayah Kota Palu dan kawasan peruntukan perikanan dengan luas kurang lebih 10.460 hektar. Berdasarkan uraian permasalahan di atas, maka dilakukan dilakukan penelitian daya dukung lingkungan permukiman dengan pertanyaan penelitian adalah sebagai berikut: (1)
bagaimanakah kondisi lahan untuk bermukim berdasarkan keselarasannya dengan tata ruang di Kota Palu?
(2)
bagaimanakah variasi keruangan dari kondisi daya dukung wilayah permukiman (DDPm) terhadap kondisi ketersediaan Prasarana, Sarana dan Utilitas (PSU) permukiman di Kota Palu?
(3)
bagaimanakah strategi pengelolaan lingkungan permukiman di Kota Palu?
-7-
Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka judul penelitian ini adalah Kajian Daya Dukung Lingkungan Permukiman di Kota Palu Provinsi Sulawesi Tengah.
1.3.
Keaslian Penelitian Penelitian kajian daya dukung lingkungan permukiman di Kota Palu Provinsi
Sulawesi Tengah ini, dimungkinkan adanya persaman dengan penelitian-penelitian sebelumnya, maka untuk membedakan penelitian ini dengan beberapa penelitian sejenisnya melalui pembandingan antara nama dan tahun penelitian, judul penelitian, tujuan penelitian, motede penelitian dan hasil penelitian, sebagaimana terankum pada Tabel 1.1. di bawah ini.
-8-
Tabel 1.1. Perbandingan Penelitan dengan Beberapa Penelitian Sebelumnya N O 1
Nama, tahun Juan F. Scot, 1975
Judul
Tujuan
Metode Penelitian
Hasil Penelitian
Perbedaan dan Persamaan
Relationship Between Land and Population : A note on Canada’s Carrying Capacity. (hungunagn antara sumber daya lahan dengan pnduduk: sebuah catatan pada daya dukung kanada) Perkembangan Permukiman Pinggiran Kota Pada Koridor Jalan Kaliurang Kecamatan Ngaklik
Mengetahui daya dukung sumber daya lahan di kanada Mengkaji pengaruh sumber daya lahan bagi penduduk Mengkaji jasa-jasa lahan bagi penduduk kanada
Terkait dengan populasi yaitu metode penelitian studi kasus Terkait dengan obyek yaitu metode deskriptif Terkait dengan anlisis data yaitu metode kuantitatif
Perbedaan pada lokasi peneliian, metode yang digunakan Persamaan pada analisis data kuantitatif
Mengkaji perkembangan kelompok permukiman Mengkaji aspek yang berpengaruh pada perkembangan permukiman kota Menganalisa hubungan tipologi perkembangan kelompok permukiman dengan faktor perkembangan permukiman Mengetahui kelas kemapuan lahan kaitannya dengan penggunaan lahan saat ini Mengetahui daya dukung lingkungan di daerah penelitian Mengetahui hubungan lahan dan daya dukung lingkungan sebagai dasar arahan penggunaan lahan
Terkait dengan populasi yaitu metode survei melalui Survei lapangan dan ’wawancara Terkait objek dengan metode survei deskriptif Terkait dengan analisis data dengan metode kualitatif
Daya dukung lahan kanada meliputi seluruh komponen dimensi lingkungan, tidak hanya lahan, air, dan udara, tetapi juga produksi pangan serta kapasitas produksi; Lahan menentukan kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan oleh penduduk Sumber daya lahan memberikan kontribusi yang sangat besar bagi kelangsungan hiudup penduduk kanada, terutama dalam menyediakan lahan untuk produksi pangan dan penyediaan untuk permukiman Perkembangan kelompok permukiman dipengaruhi oleh pembangunan jaringan jalan Aspek perkembangan permukiman pinggiran kota dipengaruhi oleh faktor pertumbuhan penduduk dan faktor hak-hak pemilikan lahan, serta faktor persaingan memperoleh lahan Hubungan berpengaruh faktor persaingan memperoleh lahan dengan menurunnya daya dukung ruang lingkunganm perumahan, yakni tercermin pada sikap penduduk yang lebih mempertahankan lahan perkarangan di perkampungan
2
Agus Warsono, 2006
3
Riani, 2008
Hubungan antara kemampuan lahan dan daya dukung lingkungan di sebelah timur sungai barito kecamatan Taweh kabupaten barito utara Kalimantan tengah
Perbedaan pada lokasi peneliian Persamaan pada metode survei untuk populasi, dan analisis data kuantitatif
Mengidentifikasi pola sebaran permukiman di Kecamatan Umbulharjo Menganalisis variasi kerugian dari tekanan pembangunan permukiman terhadap daya dukung lingkungan di Kecamatan Umbulharjo
Terkait populasi yaitu metode sampling (proportional sampling) Terkait obyek yaitu metode survei analitis melalui separangkat kuisioner, melakukan wawancara dan menggunakan uji
Kemapuan lahan didaerah penelitian termauk dalam kelas kemapuan lahan I dan II Daya dukung lingkungan didaerah penelitian sebesar 0,11 orang/ha; 0,11 orang/ha; o,68 org/ha; 0,85 orang/ha;, 2,55 orang/ha;, dan 13,64 orang/ha Juamlah rata-rata perhitungan daya dukung lingkungan sebesar 2,99 org/ha; Semakin tinggia kemampuan lahan maka daya dukung lingkungan semakin tinggi .Arahan penggunaan lahan penerapan teknologi pertanian, penambahan jumlah penduduk, pengembangan sumberdaya manusia melalui pendidikan dan pelatihan teknis, dan pengembangan permukiman dengan peningakatan aksesibilitas Pola sebaran permukiman di kecamatan umbulharjo memiliki nilai R = 1,87, menunjukan pola permukiman menyebar dan teratur. Hal ini depengaruhi oleh faktor topografi, aksesibilitas dan faktor pengmbang perumahan. Variasi keruangan tekanan penduduk terhadap daya dukung lingkungan permukiman tercermin pada tipologi yaitu Tipe 1 (kepadatan permukiman dan bangunan tinggi serta daya dukung lingkungan tinggi), tipe 2 ( kepadatan permukiman tinggi dan bangunan tinggi serta daya dukung lingkungan rendah), tipe 3
4
Riananingty as Anggriani Putri, 2011
Kajian daya dukung lingkungan permukiman di Kecamtan Umbulharjo Yogyakarta
terkait dengan populasi yaitu porposive sampling Terkait dengan obyek yaitu metode survei Terkait dengan anlisis data yaitu metode kuantitatif dengan pengharkatan
-9-
Perbedaan pada lokasi peneliian Persamaan pada metode survei untuk populasi, dan analisis data kualitatif
Perbedaan pada lokasi peneliian Persamaan pada objek kajian yaitu permukiman, metode survei untuk populasi, analisis data kuantitatif dan kualitatif
N O
Nama, tahun
Judul
5
Namda Dharma Perdana, 2011
Studi Kualitas Permukiman Skala Mikro di Kecamatan Plered
6
Henning Schroll. Professor, 2012
Carrying Capacity: An Approach to Local Spatial Planning in Indonesia
Tujuan
Metode Penelitian
Hasil Penelitian
Mengkaji persepsi kenyamanan tinggal masyarakat mengenai daya dukung lingkungan permukiman di Kecamatan Umbulharjo
statistik (chi square) Terkait dengan analisis data yaitu metode kualitatif Dan kuantitatif dengan Analisis spasial Analisis matematis Analisis tabulasi silang Teknik skoring Analisis statistik Analisis deskriptif
Mengetahui kondisi permukiman di kecamatan plered setelah terjadi gempa Mengetahui faktor terkuat yang berpengaruh terhadap kualitas permukiman Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan latar belakang untuk dijadikan sebagai pedoman nasional untuk daya dukung lingkungan seluruh Provinsi, Kabupaten/Kota di Indonesia
Metode analisis korelasi dan menggunakan deskripsi sederhana Penentuan sampel menggunakan metode acak sederhana Studi data dan literatur yang berkaitan dengan daya dukung lingkungan; Metode analisis identifikasi kriteria dan sektor yang berkaitan; Metode analisis korelasi dengan deskripsi sederhana.
(kepadatan permukiman dan bangunan tinggi serta daya dukung lingkungan rendah), tipe 4 kepadatan permukiman dan bangunan sedang serta daya dukung lingkungan permukinan tinggi), tipe 5 (kepadatan permukiman dan bangunan sedang serta daya dukung lingkungan permukiman sedang) , tipe 6 (kepadatan permukiman dan bangunan sedang serta daya dukung lingkungan permukiman rendah), tipe 7 (kepadatan permukiman dan bangunan rendah serta daya dukung lingkungan permukiman tinggi), tipe 8 ( kepadatan permukiman dan bangunan rendah serta daya dukung lingkungan permukiman sedang). Terdapat variasi persepsi kenyamanan tinggi masyarakakat mengenai daya dukung lingkungan permukiman di Kecamatan Umbulharjo yaitu 1% masyarakat merasa sangat nyaman, 15% masyarakat merasa nyaman, 20% masyarakat merasa kureang nyaman, dan 64% masyarakat merasa tidak nyaman. Kualitas permukiman sedang Faktor yang paling berpengaruh terhadap kualitas permukiman adalah kondisi aksesibilitas, diantaranya jenis jalan, bentuk jalan, lebar jalan.
- 10 -
Sebuah dasar untuk menetapkan daya dukung telah dikembangkan. Hal tersebut terintegrasi dalam perencanaan sumber daya alam dan polusi ; Pedoman untuk perencanaan daya dukung lingkungan di Indonesia dapat dicapai untuk empat sektor. Para pakar di Indonesia harus memperluas indikator, standar hukum dan politik; Pada prinsipnya, konsep daya dukung lingkungan akan mendorong sebuah produk perencanaan lokal yang komprehensif di mana sumber daya alam seperti hutan dapat dilindungi jika hutan itu bermanfaat untuk sumber daya lain seperti kualitas air
Perbedaan dan Persamaan
Perbedaan pada lokasi peneliian Persamaan pada objek kajian yaitu permukiman, dan metode penelitiann Perbedaan pada lokasi peneliian Persamaan tidak ada
1.4.
Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka dapat dapat dirumuskan tujuan
dari penelitian ini adalah: (1)
mengkaji kondisi lahan untuk bermukim berdasarkan keselarasannya dengan tata ruang di Kota Palu;
(2)
mengkaji variasi keruangan dari kondisi daya dukung wilayah permukiman (DDPm) terhadap kondisi ketersediaan Prasarana, Sarana dan Utilitas (PSU) permukiman di Kota Palu;
(3)
1.5.
merumuskan strategi pengelolaan lingkungan permukiman di Kota Palu.
Manfaat Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian di atas, dihaapkan hasil penelitian ini dapat
memberi manfaat yang positif secara akademis dan praktis, yaitu: (1)
Manfaat akademis Menambah khasanah pengetahuan tentang teori daya dukung lingkungan sebagai aplikasi yang dapat digunakan dalam perencanaan dan evaluasi pemanfaatan ruang bagi permukiman yang berkelanjutan.
(2)
Manfaat praktis (a)
Sebagai rekomendasi atau dapat diajadikan panduan bagi Pemerintah Kota Palu dalam mewujudkan pembangunan permukiman yang berkelanjutan;
(b)
Sebagai informasi bagi Pemerintah Kota Palu dalam upaya pengendalian pemanfaatan ruang dengan mempertimbangkan daya dukung lingkungan;
(c)
Pengembangan
wilayah
permukiman
yang
berkelanjutan
memberikan citra positif bagi Pemerintah Kota Palu.
- 11 -
dapat