PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN KOOPERATIF JIGSAW BERBASIS MULTIMEDIA DALAM MENINGKATKAN MUTU PROSES DAN PRESTASI BELAJAR PAI SISWA DI SMA NEGERI 2 PAGAR ALAM Abdul Mursid SMA Negeri 2 Pagaralam Email:
[email protected]
ABSTRAK: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: peningkatan mutu proses pembelajaran PAI dengan penerapan strategi pembelajaran kooperatif berbasis multimedia, dan peningkatan prestasi belajar PAI siswa dengan penerapan strategi pembelajaran- kooperatif berbasis multimedia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan strategi pembelajaran kooperatif berbasis multimedia dapat meningkatkan mutu proses pembelajaran ditunjukkan oleh perolehan skor mutu proses pembelajaran PAI pada prasiklus, dengan jumlah skor 37, rata-rata indicator 1,54, dengan nilai persentase sebesar 38,54%, masuk dalam kategori sangat kurang, pada Siklus I pertemuan 3 meningkat, dengan jumlah skor 54, rata-rata indikator dan nilai persentase sebesar 56,25, masuk dalam kategori cukup. Pada Siklus II pertemuan 4 meningkat menjadi dengan jumlah skor 68, rata-rata indicator 3,58 dan nilai persentase 89,58 masuk dalam kategori sangat baik. Prestasi belajar PAI siswa di pada prasiklus, nilai rata-rata prestasi belajar siswa sebesar 57,71, dengan ketuntasan 51,43%, pada Siklus I pertemuan 3 meningkat dengan nilai rata-rata prestasi belajar siswa sebesar 69,29, dengan ketuntasan 68,57% dan pada Siklus II pertemuan 4 meningkat dengan nilai rata-rata prestasi belajar siswa sebesar 81,29, dengan ketuntasan 97,14%. Kata kunci: Pembelajaran Kooperatif, Multimedia Mutu Proses, Prestasi Belajar PAI. ABSTRACT: The purpose of this study was to determine: improving the quality of the learning process with the application PAI multimediabased cooperative learning strategies, and increase learning achievement PAI students with the application of multimedia-based cooperative learning strategies. The results showed that the application of multimedia-based cooperative learning strategies can improve the quality of the learning process demonstrated by the acquisition of the quality of the learning process PAI scores on pre cycle, with a total score of 37, the average indicator of 1.54, with a percentage of 38.54%, included in the category is very less, at the first meeting Cycle 3 increase, with a total score of 54, the average indicator and the percentage value of 56.25, enter in category enough. In the second cycle increased to 4 meetings with a total score of 68, the average indicator of 3.58 and 89.58 percentage value entered in the excellent category. PAI learning achievements of students in the pre cycle, the average value of student achievement at 57.71, with 51.43% of completeness, in the first cycle 3 meeting increased with the average value of student achievement at 69.29, with 68 completeness, 57% and in Cycle II meeting 4 increases with the average value of student achievement at 81.29, with 97.14% completeness.
Keyword: Cooperative Learning, Multimedia, Quality Process, Learning Achievement, Islamic Education
PENDAHULUAN Pendidikan Agama Islam diberikan dengan mengikuti tuntunan bahwa agama diajarkan kepada manusia dengan visi untuk mewujudkan manusia yang bertakwa kepada Allah SWT dan berakhlak mulia, serta bertujuan untuk menghasilkan manusia yang jujur, adil, berbudi pekerti, etis, saling menghargai, disiplin, harmonis dan produktif, baik personal maupun sosial. Tuntutan visi ini mendorong dikembangkannya
standar kompetesi sesuai dengan jenjang persekolahan yang secara nasional ditandai dengan ciriciri: 1) lebih menitik beratkan pencapaian kompetensi secata utuh selain penguasaan materi; 2) mengakomodasikan keragaman ke- butuhan dan sumber daya pendidikan yang tersedia; dan 3) memberikan kebebasan yang lebih luas kepada pendidik di lapangan untuk mengembangkan strategi dan program pembelajaran- sesuai dengan kebutuhan dan
13 |
An-Nizom | Vol. 2, No. 1, April 2017
ketersediaan sumber daya pendidikan1. Namun proses pembelajaran PAI yang bermutu, efektif, efisien, dan menarik sering kali sulit diwujudkan dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMA Negeri 2 Pagar Alam, khususnya di kelas X. Pembelajaran yang berlangsung selama ini masih dianggap bersifat konvensional ditandai dengan 1) proses pembelajaran yang masih bersifat teacher oriented, cenderung teksbook dan menjadikan guru adalah sumber segalanya; 2) strategi pembelajaran tradisional dengan lebih sering menggunakan metode ceramah dengan kondisi siswa yang pasif; 3) guru menyampaikan pelajaran, siswa mendengarkan atau mencatat dengan sistem evaluasi yang mengutamakan pengukuran kemampuan menjawab pertanyaan hafalan atau kemampuan verbal lainnya dan 4) cenderung mengabaikan pentingnya media pembelajaran Kondisi mutu proses pembelajaran seperti di atas, membawa pengaruh terhadap rendahnya minat belajar siswa yang bermuara pencapaian Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) siswa mata pelajaran Pendidikan Agama Islam semester genap tahun pelajaran 2013/2014 di Kelas X.1 yang nilainya dibawah KKM berjumlah 12 orang, atau 34% siswa sedangkan yang mencapai KKM berjumlah 23 orang atau 66% siswa. Mutu pembelajaran PAI dan prestasi belajar siswa tergantung pada kemampuan guru dalam menguasai dan mengaplikasikan teori-teori keilmuan, yaitu teori psikologis pendidikan, metode pembelajaran, penggunaan alat pe- ngajar, evaluasi dan sebagainya. Peran guru untuk melakukan pembaharuan pada proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam sangat diperlukan untuk menjadikan proses pembelajaran tidak lagi monoton dan tidak menarik. Upaya pembaharuan proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai pendekatan seperti dengan menggunakan multimedia pembelajaran serta dengan menggunakan model pembelajaran yang berpusat kepada siswa.
Multimedia merupakan perpaduan antara berbagai media atau format file yang berupa teks, gambar (vektor atau bitmap), grafik, sound, animasi, video interaksi dan lain-lain2. Multimedia adalah penggunaan komputer untuk menyajikan dan menggabungkan teks, suara, gambar, animasi dan video dengan alat bantu (tool) dan koneksi (link) sehingga pengguna dapat bernavigasi, berinteraksi, berkarya, dan berkomunikasi3. Multimedia juga dapat diartikan sebagai kombinasi dari paling sedikit dua media input atau output. Media ini dapat berupa audio (suara, musik), animasi, video, teks, grafik dan gambar4. Selain dengan penggunaan multimedia pembelajaran, banyak cara yang ditempuh guru agar tujuan pembelajaran dan prestasi belajar siswa dapat tercapai secara optimal, diantaranya dengan penerapan strategi pem- belajaran kooperatif. Strategi pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran yang menuntut adanya kerja sama antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa lainnya. Strategi pembelajaran yang digunakan dapat dipadukan dengan berbagai pendekatan, seperti pendekatan multimedia. Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara koloboratif yang anggotanya terdiri dari dua sampai enam orang dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen. Keberhasilan belajar dan kelompok tergantung pada kemampuan dan aktivitas anggota kelompok, baik secara individual maupun secara kelompok5.
Pada intinya, pemilihan beberapa strategi dan metode bertujuan mengantarkan sebuah pembelajaran ke arah tujuan tertentu yang ideal, tepat dan cepat sesuai yang diinginkan, karenanya terdapat prinsip di mana dalam memfungsikan metode, yaitu prinsip agar pembelajaran dapat dilaksanakan dalam suasana yang menyenangkan, Maswin. Arti dan Manfaat Media Pembeajaran diakses pada http://www.maswins.com/2010/07/arti-dan-manfaat-mediapembelajaran.html, 22 Maret 2015 Wikipedia. http://www. http://id.wikipedia.org/wiki/
Kementerian Pendidikan Nasional. Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/ Madrasah Aliyah (Jakarta: di Perbanyak oleh Depdikbud RI, 2006), h.2. 1
| 14
Turban dkk. Aplikasi Multimedia Interaktif. (Yogyakarta: Paradigma, 2002), h.18 Rusman. Model-model Pembelajaran. (Depok: Rajagrafindo Persada, 2011), h.202
Abdul Mursid | Penerapan Strategi Pembelajaran Kooperatif
Selain ayat Al-Qur’an, terdapat juga hadist Nabi yang menerangkan tentang belajar secara bersamasama atau kelompok yang artinya: “Barangsiapa yang ditanya mengenai suatu ilmu, lalu ia menyembunyikan, niscaya Allah akan mencocok (mulutnya) dengan kendali dari api neraka kelak pada hari kiamat”.(HR. Abu Daud dan Tirmidhi).9
menggembirakan, penuh dorongan dan motivasi sehingga materi pembelajaran itu menjadi lebih mudah diterima oleh peserta didik.6
RUMUSAN MASALAH Apakah penerapan strategi pembelajaran kooperatif berbasis multimedia dapat meningkatkan mutu proses pembelajaran PAI di Kelas X SMA Negeri 2 Pagar Alam Tahun Pelajaran 2014/2015?
Tujuan dari pembelajaran kooperatif adalah menciptakan situasi keberhasilan individu yang ditentukan atau dipengaruhi oleh keberhasilan kelompoknya.10 Strateginya dikembangkan untuk mencapai tiga tujuan pembelajaran penting, yaitu: a) hasil belajar akademik; b) penerimaan terhadap perbedaan individu; dan c) pengembangan keterampilan sosial.
Apakah penerapan strategi pembelajaran kooperatif berbasis multimedia dapat meningkatkan prestasi belajar PAI siswa di Kelas X SMA Negeri 2 Pagar Alam Tahun Pelajaran 2014/2015?
Pembelajaran kooperatif dalam Pembelajaran PAI, penggunaan strategi Cooperative Learning memiliki unsur-unsur yang saling terkait, yakni: 1) saling ketergantungan positif (positive interdependence); 2) akuntabilitas individual (individual accountability); 3) tatap muka (face to face interaction); 4) keterampilan sosial (social skill); dan 5) proses kelompok (group processing). Dari unsur-unsur tersebut, fase pembelajaran kooperatif tersebut dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam dapat dilihat dalam tabel berikut:
TUJUAN PENELITIAN Tujuan yang diharapkan dari kegiatan penelitian ini adalah untuk: Peningkatan mutu proses pembelajaran PAI dengan penerapan strategi pembelajaran kooperatif berbasis multimedia di Kelas X SMA Negeri 2 Pagar Alam Tahun Pelajaran 2014/2015. Peningkatan prestasi belajar PAI siswa dengan penerapan strategi pembelajaran kooperatif berbasis multimedia di Kelas X SMA Negeri 2 Pagar Alam Tahun Pelajaran 2014/2015.
Tabel 1 Fase-fase Pembelajaran Kooperatif11 Fase-fase
LANDASAN TEORI 1. Strategi Pembelajaran Kooperatif Cooperative Learning adalah usaha mengubah perilaku atau mendapatkan pengetahuan dan keterampilan secara gotong-royong atau kerjasama. Inti dari Cooperative Learning ini adalah konsep sinergi, yakni energi atau tenaga yang terhimpun melalui kerjasama sebagai salah satu fenomena kehidupan masyarakat.7 Penerapannya beranjak dari konsep Dewey yang dikutip oleh Yurnetti bahwa “classroom should mirror the large society and be a laboratory for real life learning.”8
Ā ⸀
Ā ⸀
Ā ⸀
Ā ⸀
yaiful Sagala. Konsep dan Makna Pembelajaran. (Bandung: Alfabeta, 2003), h. 177 ⸀Ā ⸀
Ā ⸀
Ā ⸀
Ā ⸀
urnetti, Pembelajaran Kooperatif Sebagai Model Alternatif”, (Jurnal Himpunan Fisika Indonesia, Volume B5, Agustus 2002), h. 1
Fase 1: Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa.
Menyampaikan semua tujuan yang ingin dicapai selama pembelajaran dan memotivasi siswa untuk belajar.
Fase 2: Menyajikan informasi.
Menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau melalui bahan bacaan.
Fase 3: Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar.
Menjelaskan kepada siswa cara membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien.
9 Syekh Manshur Ali Nasyif. Mahkota Pokok-pokok Hadist Rosulullah, Terj. Bahrun Abu Bakar, Jilid 1. Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2002), h. 44
Mochamad Ismail. Dasar-dasar Desain Grafis. (Jakarta: Penerbit Mizan, 2008), h. 8 6
⸀Ā ⸀
Perilaku Guru
Ā ⸀
⸀ ⸀ Ā ⸀ Ā Ā David Ā and Roger ĀJohnson. “Elements of Cooperative Learning.”, diakses pada http://edtech.kennesaw. edu/intech/#elements, [Online] pada tanggal 15 Maret 2015 Ā ⸀Ibrahim, et.al. Ā Pembelajaran ⸀ Ā ⸀ Ā Ā Muslimin Kooperatif. (Surabaya: University Press, 2010), h. 10
15 |
Ȁ ⸀Ā ⸀
Ȁ ⸀Ā ⸀
An-Nizom | Vol. 2, No. 1, April 2017
Fase 4: Membimbing kelompok bekerja dan belajar.
Membimbing kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka.
Fase 5: Evaluasi
Mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari/ meminta presentasi hasil kerja kepada kelompok.
Fase 6: Memberikan penghargaan.
Menghargai upaya dan hasil belajar individu dan kelompok
Salah satu dari model pembelajaran kooperatif yang dikemukakan adalah model Jigsaw. Pembelajaran metode jigsaw dikembangkan oleh Eliot Aronson, Louissel, dan Descamp Jigsaw merupakan sebuah strategi pembelajaran yang dirancang agar siswa mempelajari informasiinformasi divergen dan tingkat tinggi melalui kerja kelompok. Pembelajaran dirumuskan sebagai organisasi belajar maka guru pada hakikatnya adalah merupakan seorang orgnisator, tugas organisator adalah memungkinkan kelompok dan individu-individu di dalamnya untuk ber- fungsi bersama.12 Dalam pembelajaran Jigsaw, peserta didik tidak hanya mempelajari materi yang diberikan tetapi mereka juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi tersebut pada anggota kelompok lain tentang apa yang telah mereka pelajari sebelumnya (pada pertemuan tim ahli).13 Desain pembelajaran jigsaw dapat dilihat pada gambar 2.1 sebagai berikut: Gambar 1: Desain Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw 14 Kelompok Asal
Kelompok Ahli
Kunci jigsaw adalah interdependensi; tiap peserta didik bergantung pada teman satu
J. Mursel, Mengajar dengan Sukses, (Jakarta: Bumi Aksara, 2002), h. 9 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran: Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2007), cet.3. hlm. 237 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran: Berorientasi…,h.238
| 16
timnya untuk dapat memberikan informasi yang diperlukan supaya dapat berkinerja dengan baik pada saat penilaian. Dalam pembelajaran PAI, langkah-langkah kegiatan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah sebagai berikut: Membentuk kelompok heterogen yang beranggotakan 4-6 orang; 2) Tiap orang dalam tim diberi bagian materi berbeda; 3) Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang ditugaskan; Anggota dari tim yang berbeda yang telah mempelajari bagian/sub bab yang sama bertemu dalam kelompok baru (kelompok ahli) untuk mendiskusikan sub bab mereka; 5) Setelah selesai diskusi sebagai tim ahli, tiap anggota kembali ke kelompok asal dan bergantian mengajar teman satu tim mereka tentang sub bab yang mereka kuasai dan tiap anggota lainnya mendengarkan dengan sungguh-sungguh; 6) Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi; Guru memberi evaluasi; dan 8) Penutup.
Karakteristik Multimedia Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Secara etimologis multimedia berasal dari kata multi (Bahasa Latin), nouns yang berarti banyak, bermacam-macam, dan medium (Bahasa Latin) yang berarti sesuatu yang dipakai untuk menyampaikan atau membawa sesuatu. Kata medium dalam American Heritage Electronic Dictionary (1991) juga diartikan sebagai alat untuk mendistribusikan dan mempresentasikan informasi.15 Terdapat empat komponen penting multimedia: Adanya komputer sebagai alat yang dapat berinteraksi dengan user; 2) adanya link yang menghubungkan user dengan informasi; 3) adanya alat navigasi yang memandu, menjelajah jaringan informasi yang saling terhubung; dan multimedia menyediakan tempat kepada user untuk mengumpulkan, memproses, dan menghubungkan informasi dan ide user sendiri. Dalam penelitian yang dilakukan, pem- belajaran kooperatif berbasis multimedia untuk meningkatkan mutu proses pembelajaran PAI dan hasil belajar siswa di Kelas X SMA Negeri 2 Pagar Alam Tahun Pelajaran 2014/2015 dinilai 15 Rachmat dan Alphone. Pengertian Multimedia Interaktif. Diakses pada http://masfufahlima.blogspot.com/2012/09/ pengertianmultimedia-interaktif.html, pada tanggal 12 Maret 2015
Abdul Mursid | Penerapan Strategi Pembelajaran Kooperatif
dengan kriteria sebagai berikut : a) Tampilan menarik baik dari sisi bentuk gambar maupun kombinasi warna yang digunakan; b) Tampilan menarik baik dari sisi bentuk gambar maupun kombinasi warna yang digunakan; c) Sesuai dengan karakteristik siswa, karakteristik materi dan tujuan yang ingin dicapai; d) Pesan yang dimuat dalam media jelas; e) Media rancangan guru; f) Relevan dengan pesan yang akan disampaikan; g) Narasi atau bahasa jelas dan mudah dipahami oleh peserta didik; h) Materi disajikan secara interaktif artinya memungkinkan partisipasi dari peserta didik; i) Terbaca dan mudah dipahami.
Karakteristik Pembelajaran PAI di Sekolah Menengah Atas Pendidikan agama Islam (PAI) merupakan usaha sadar dan terencana untuk menyiapkan siswa dalam meyakini, memahami, dan me- ngamalkan Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan atau latihan. PAI yang pada hakikatnya merupakan sebuah proses itu, dalam perkembangannya juga dimaksud sebagai rumpun mata pelajaran yang diajarkan di sekolah maupun perguruan tinggi. 16
Untuk tujuannya, secara praktis terdapat lima tujuan pendidikan Islam : a) Membentuk ahklak mulia b) Mempersiapkan kehidupan dunia dan akhirat; c) Mempersiapkan untuk mencari rizeki dan memelihara segi kemanfaatannya; d) Menumbuhkan semangat ilmiah di kalangan peserta didik; dan e) Mempersiapkan tenaga profesional yang terampil18. Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMA/ MA bertujuan untuk: menumbuhkembangkan akidah melalui pemberian, pemupukan, dan pengembangan pengetahuan, penghayatan, pengamalan, pembiasaan, serta pengalaman peserta didik tentang Agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang keimanan dan ketakwaannya kepada Allah SWT; dan mewujudkan manusia Indonesia yang taat beragama dan berakhlak mulia yaitu manusia yang berpengetahuan, rajin beribadah, cerdas, produktif, jujur, adil, etis, berdisiplin, bertoleransi (tasamuh), menjaga keharmonisan secara personal dan sosial serta mengembangkan budaya agama dalam komunitas sekolah.19
4. Kriteria Keberhasilan Pembelajaran PAI Pendidikan Agama Islam diberikan dengan mengikuti tuntunan bahwa agama diajarkan kepada manusia dengan visi untuk mewujudkan manusia yang bertakwa kepada Allah SWT dan berakhlak mulia, serta bertujuan untuk menghasilkan manusia yang jujur, adil, berbudi pekerti, etis, saling menghargai, disiplin, harmonis dan produktif, baik personal maupun sosial. Tuntutan visi ini mendorong dikembangkannya standar kompetensi sesuai dengan jenjang per- sekolahan yang secara nasional ditandai dengan ciri-ciri: 1) lebih menitik beratkan pencapaian- kompetensi secara utuh selain penguasaan materi; ⸀ Ā ⸀ engakomodasikan keragaman kebutuhan dan sumber daya pendidikan yang tersedia; 3) memberikan kebebasan yang lebih luas kepada pendidik di lapangan untuk mengembangkan strategi dan program pembelajaran seauai dengan kebutuhan dan ketersediaan sumber daya pendidikan 17. 16 Nazarudin. Manajemen Pembelajaran.(Yogyakarta: Teras, 2007), h. 12
Kriteria ini dimaksudkan sebagai ukuran atau patokan dalam menentukan tingkat ke- berhasilan pembelajaran. Hal ini bertujuan untuk mengetahui apa dan seberapa jauh peserta didik mendapat manfaat dari proses pembelajaran. Kriteria ini ditinjau dari segi prosesnya (by proces) dan ditinjau dari hasil yang dicapai (by product)20. a. Kriteria Ditinjau dari Segi Mutu Proses
Kriteria dari segi mutu proses menekankan kepada pembelajaran sebagai proses interaksi dinamis, sehingga peserta didik sebagai obyek yang belajar mampu mengembangkan potensi melalui Ā belajar ⸀ ⸀ ditetapkan secara sendiri dan yangĀtelah efektif21. Dari segi proses, pembelajaran dapat dikatakan berhasil dan berkualitas
18 Muhammad Athiyah al Abrasyi, Dasar-Dasar Pokok Pendidikan Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1993), h.1-4
Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor…, h.2.
Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2000), h.35 Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses…, h.35
Lampiran Peraturan Menteri Pendidika…,. h.1.
17 |
Ā ⸀
An-Nizom | Vol. 2, No. 1, April 2017
apabila seluruhnya atau sebagian besar (75%) peserta didik terlibat secara aktif baik fisik, mental maupun sosial dalam pembelajaran menunjukkan kegairahan belajar yang tinggi, semangat belajar yang besar dan percaya pada diri sendiri22. Proses pembelajaran dikatakan efektif apabila sekolah dan peserta didik terlibat aktif dalam pembelajaran. Proses pembelajaran dan pembentukan kompetensi perlu dilakukan dengan tenang dan menyenangkan. Hal itu tentu saja menuntut aktivitas dan kreativitas guru dalam menciptakan lingkungan yang kondusif.
b. Kriteria Ditinjau dari Segi Mutu Hasil
Dari segi hasil pembelajaran dikatakan berhasil apabila terjadi perubahan tingkah laku positif pada diri peserta didik seluruhnya atau sebagian besar23. Lebih lanjut dikatakan berhasil apabila masukan merata, menghasilkan output yang banyak dan bermutu tinggi serta sesuai dengan kebutuhan perkembangan masyarakat dan pembangunan. Untuk memenuhi tuntutan itu perlu dikembangkan pengalaman belajar yang kondusif. Apabila kompetensinya bersifat afektif dan psikomotorik tidak hanya cukup diajarkan dengan ceramah yang mengandung nilai kognitif, namun perlu penghayatan yang disertai dengan pengalaman nilainilai afektif yang di implementasikan dalam perilaku (behavioral skill) sehari-hari, sehingga lebih cepat menyesuaikan diri dengan masyarakat apabila mereka telah menyelesaikan program pendidikan.
5. Mutu Proses Pembelajaran PAI Sesuai dengan Peraturan Pemerintah No 19/2005 tentang Standar proses yang berkaitan tentang perencanaan pembelajaran, pelaksanaan belajarmengajar, dan evaluasi pembelajaran. Mutu proses pembelajaran PAI dalam penelitian ini mulai dari kegiatan awal/pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup. Mutu proses pembelajaran selain difokuskan kepada kemampuan guru melaksanakan pembelajaran sesuai pendekatan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, juga menilai kemampuan guru dalam
E.Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi, Konsep…., h.131 E.Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi, Konsep…., h.131
| 18
menggunakan multimedia dan melakukan evaluasi terhadap pembelajaran yang dilakukan.
6. Prestasi Belajar PAI Siswa Berdasarkan pada Peraturan Pemerintah Nomor 19 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 64 ayat (1) dijelaskan bahwa penilaian hasil belajar oleh pendidik dilakukan secara berkesinambungan untuk memantau proses, kemajuan, dan perbaikan hasil belajar dalam bentuk ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, dan ulangan kenaikan kelas. Selanjutnya, ayat (2) menjelaskan bahwa penilaian hasil belajar oleh pendidik digunakan untuk (a) menilai pencapaian kompetensi peserta didik; (b) bahan penyusunan laporan kemajuan hasil belajar; dan (c) memperbaiki proses pembelajaran. Penilaian hasil belajar adalah proses pemberian nilai terhadap hasil-hasil belajar yang dicapai siswa dengan kriteria tertentu. Hal ini mengisyaratkan bahwa objek yang dinilainya adalah hasil belajar siswa24. Penilaian terhadap hasil belajar siswa dilakukan oleh guru untuk memantau proses, kemajuan, perkembangan hasil belajar siswa sesuai dengan potensi yang dimiliki dan kemampuan yang diharapkan secara berkesinambungan. Penilaian juga dapat memberikan umpan balik kepada guru agar dapat menyempurnakan perencanaan dan proses pembelajaran. Dalam kaitannya dengan penelitian yang dilakukan, hasil belajar siswa yang dimaksud adalah perolehan nilai atau keberhasilan/tingkat belajar siswa dalam pembelajaran PAI yang menerapkan strategi pembelajaran kooperatif berbasis multimedia di Kelas X SMA Negeri 2 Pagar Alam Tahun Pelajaran 2014/2015 pada Standar Kompetensi Fikih 11. Memahami hukum Islam tentang zakat, haji dan wakaf, dengan kompetensi dasar 11.1 Menjelaskan perundang-undangan tentang pengelolaan zakat, haji dan waqaf. 11.2 Menyebutkan contoh-contoh pengelolaan zakat, haji dan wakaf; dan 11.3 Menerapkan ketentuan perundang-undangan tentang pengelolaan zakat, haji dan wakaf.
Departemen Pendidikan Nasional. Penilaian Hasil Belajar. (Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional2008), h. 4
Abdul Mursid | Penerapan Strategi Pembelajaran Kooperatif
METODE PENELITIAN Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian tindakan kelas (class action research). Penelitian tindakan merupakan penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, yaitu memperbaiki mutu proses sehingga dengan adanya perbaikan mutu proses tersebut menjadikan prestasi belajar siswa menjadi meningkat.
HASIL PENELITIAN Mutu Proses Pembelajaran PAI dengan Penerapan Strategi Pembelajaran Kooperatif Berbasis Multimedia Mutu proses pembelajaran PAI dimulai dari kegiatan observasi awal yang dilakukan di kelas X.1 SMA Negeri 2 Pagaralam untuk menilai mutu proses pembelajaran PAI dilaksanakan pada tanggal 2 April 2015, dengan jumlah siswa sebanyak 35 orang proses pembelajaran yang dilakukan menunjukkan hasil rendahnya mutu proses pembelajaran PAI dengan nilai skor 37, dengan ratarata 1,54, dengan nilai persentase sebesar 38,54%, masuk dalam kategori sangat kurang. Berangkat dari hasil observasi awal, peneliti menyiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan untuk penerapan pembelajaran kooperatif berbasis multimedia untuk meningkatkan mutu proses pembelajaran PAI. Siklus I pertemuan 1 dilakukan pada hari Kamis 9 April 2015, dengan melaksanakan pendekatan pembelajaran PAI kooperatif tipe jigsaw berbasis multimedia sesuai dengan RPP yang telah disusun peneliti. Nilai mutu proses pembelajaran PAI mendapatkan jumlah skor 45, dengan rata-rata indikatornya 1,88 dan nilai persentase 46,88 masuk dalam kategori kurang. Terlihat beberapa sub indikator mutu proses pembelajaran PAI yang masih rendah dan membutuhkan peningkatan. Sampai dilaksanakannya Siklus I pertemuan 3 pada pada hari Kamis 23 April 2015, jumlah skor mutu proses pembelajaran PAI mendapatkan 49 di Siklus I pertemuan 2 menjadi 54 pada Siklus I pertemuan 3, dengan rata-rata indikator sebesar 2,25 dan nilai persentase sebesar 56,25, masuk dalam kategori cukup.
Beberapa permasalahan yang masih ter- lihat menjadi kendala dan kekurangan dalam pem-belajaran. Dari permasalahan dan pe- maparan kelemahan-kelemahan pembelajaran yang disampaikan beberapa perbaikan proses pembelajaran untuk dibenahi pada siklus selanjutnya. Aspek-aspek pembenahan tersebut adalah : 1) mengaitkan materi dengan pengetahuan lain yang relevan untuk menarik perhatian siswa terhadap materi zakat; 2) memperbaiki tampilan multimedia dengan menambahkan hal-hal yang menarik seperti seperti nyanyian/ video yang sesuai dengan materi; 3) menata kembali multimedia pembelajaran sehingga sesuai dengan karakteristik siswa, materi dan tujuan yang ingin dicapai; 4) meningkatan kemampuan siswa dalam berkomunikasi atau menyampaikan informasi dengan pemerataan kesempatan kepada siswa dengan memberikan nilai kepada siswa yang menyampaikan ide/gagasan atau pendapat mempergunakan daftar nilai. Pada pelaksanaan tindakan Siklus II pertemuan 4 yang dilakukan pada pada hari Kamis 21 Mei 2015, terdapat peningkatan yang signifikan terhadap mutu proses pembelajaran PAI yang menerapkan pembelajaran kooperatif berbasis multimedia. Nilai indikator mutu proses pembelajaran PAI pada Siklus II pertemuan 4 meningkat menjadi 86, denga ratarata 3,58 dan nilai persentase 89,58 masuk dalam kategori sangat baik. Bahkan, beberapa sub indikator mutu proses pembelajaran sudah optimal dilaksanakan- oleh guru. Rekapitulasi hasil pengamatan mutu proses pembelajaran PAI yang menerapkan pendekatan pembelajaran kooperatif berbasis multimedia pada setiap siklus dan pertemuannya dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 5 Hasil Pengamatan Mutu Proses dari Pembelajaran PAI yang Menerapkan Pendekatan Pembelajaran Kooperatif Berbasis Multimedia Siklus I (Pertemuan 1, 2, dan 3) dan Siklus II (Pertemuan 1, 2, 3 dan 4) Jumlah Rata-Rata Persentase Kategori Mutu Nilai Indikator Proses
No
Siklus
1.
Pra siklus
33
1,54
38,54
Sangat Kurang
2.
Siklus I Pertemuan 1
45
1,88
46,88
Kurang
19 |
An-Nizom | Vol. 2, No. 1, April 2017
Siklus I 3. Pertemuan 2
49
2,04
51,04
Kurang
Siklus I 4. Pertemuan 3
54
2,55
56,25
Cukup
Siklus II 5. Pertemuan 1
62
2,58
64,58
Cukup
70
2,92
72,92
Baik
6. Siklus II Pertemuan 2 Siklus II 7. Pertemuan 3
75
3,13
78,13
Baik
Siklus II 8. Pertemuan 4
86
3,58
89,58
Sangat Baik
Sumber: pengolahan data penelitian, 2015.
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan mutu proses pembelajaran PAI pada setiap siklus (prasiklus , siklus I dan siklus II. Perbandingan terjadinya peningkatan mutu proses pembelajaran PAI pada setiap siklus mulai dari pelaksanaan prasiklus, siklus I setiap pertemuannya dan siklus II setiap pertemuannya dengan penerapan dari pembelajaran PAI yang menerapkan pendekatan pembelajaran kooperatif berbasis multimedia dapat dilihat pada grafik berikut ini:
Grafik 1 Perbandingan Mutu Proses dari Pembelajaran PAI yang Menerapkan Pendekatan Pembelajaran Kooperatif Berbasis Multimedia Prasiklus, Siklus I dan Siklus II
Berdasarkan grafik di atas terlihat jelas bahwa terjadinya peningkatan mutu proses pembelajaran PAI pada setiap siklus mulai dari pelaksanaan pra siklus, siklus I setiap pertemuannya dan siklus II setiap pertemuannya. Dari pengamatan yang dilakukan terhadap mutu proses pembelajaran PAI menunjukkan bahwa penerapan pendekatan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw berbasis multimedia telah optimal dilaksanakan, multimedia pembelajaran PAI yang dipergunakan sudah
| 20
sesuai dengan pesan, karakteristik siswa, karakteristik materi dan tujuan yang ingin dicapai, menarik dan interaktif dan langkah-lamgkah pembelajaran kooperatif tipe jigsaw sudah dapat terlaksana dengan optimal oleh guru dalam pembelajaran.
Kemampuan Berpikir Kreatif Faraidh Siswa dalam Pembelajaran Fikih yang Menerapkan Model Project Based Learning Prestasi belajar dalam penelitian ini me- rupakan perolehan nilai atau keberhasilan/ tingkat belajar siswa dalam pembelajaran PAI yang menerapkan strategi pembelajaran kooperatif berbasis multimedia di Kelas X SMA Negeri 2 Pagar Alam Tahun Pelajaran 2014/2015 pada Standar Kompetensi Fikih memahami hukum Islam tentang zakat, haji dan wakaf. Dari pelaksanaan pra siklus, prestasi belajar siswa dalam pembelajaran PAI menggambarkan bahwa dari 35 siswa yang mengikuti pembelajaran, 18 orang siswa mencapai ketuntasan individual dengan prestasi belajar di atas 70, sedangkan 17 siswa lainnya memperoleh nilai di bawah Kriteria ketuntasan minimal (KKM). Ketuntasan klasikal pada prasiklus ini masih 51,43%, dengan nilai ratarata sebesar 57,71. Pada pelaksanaan Siklus I pertemuan 1, pembelajaran PAI yang menerapkan strategi pembelajaran kooperatif berbasis multimedia, prestasi belajar siswa menunjukkan,- 19 orang siswa mencapai ketuntasan, 16 siswa lainnya masih memperoleh nilai di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Prestasi belajar pada Siklus I pertemuan 1 ini memiliki nilai rata-rata sebesar 61,57, dengan ketuntasan klasikal 54,28%.
Siklus I pertemuan 3, yang dilaksanakan pada tanggal 23 April 2015, prestasi belajar siswa menunjukkan hasil 24 orang siswa mencapai ketuntasan individual dan 11 siswa lainnya masih di bawah KKM. Prestasi belajar pada Siklus I pertemuan 3 ini memiliki nilai rata-rata sebesar 69,28, dengan ketuntasan klasikal 68,57%. Belum adanya peningkatan yang signifikan prestasi belajar siswa sampai Siklus I pertemuan 3 ini karena masih banyaknya kelemahan dalam proses pembelajaran yang dilakukan.
Abdul Mursid | Penerapan Strategi Pembelajaran Kooperatif
Beberapa hal dilakukan terkait dengan proses pembelajaran secara bertahap dalam setiap pertemuannya. Diantara perbaikan yang dilakukan dengan menyusun materi dan mengkaitkannya dengan pengetahuan lain yang relevan, perbaikan multimedia sehingga sesuai dengan karakteristik siswa, karakteristik materi dan tujuan yang ingin dicapai, relevan, narasinya jelas, serta dengan melakukan pemantauan kemajuan belajar siswa menggunakan model jigsaw dan menyesuaikan soal evaluasi dengan dengan kompetensi yang dipelajari siswa. Pada pelaksanaan tindakan Siklus II pertemuan 4 menunjukkan hasil bahwa prestasi belajar siswa sudah mengalami peningkatan. Dari 35 siswa yang mengikuti pembelajaran, 34 orang siswa mencapai ketuntasan individual dengan prestasi belajar di atas 70, hanya 1 siswa yang prestasi belajarnya masih di bawah KKM. Prestasi belajar siswa memiliki nilai rata-rata sebesar 81,28, dengan ketuntasan klasikal 97,14%. Hal ini menunjukkan bahwa prestasi belajar siswa sudah mengalami peningkatan yang signifikan dari proses pembelajaran yang menerapkan strategi pembelajaran kooperatif berbasis multimedia. Perbandingan peningkatan pencapaian nilai ratarata prestasi belajar siswa mulai dari pelaksanaan prasiklus, siklus I setiap pertemuannya dan siklus II dapat dilihat pada grafik berikut ini:
Grafik 2 Perbandingan Rata-rata Prestasi Belajar Siswa dari Pembelajaran PAI yang Menerapkan Pendekatan Pembelajaran Kooperatif Berbasis Multimedia Prasiklus, Siklus I dan Siklus II
Grafik 3 Perbandingan Persentase Ketuntasan Belajar Siswa dari Pembelajaran PAI yang Menerapkan Pendekatan Pembelajaran Kooperatif Berbasis Multimedia Prasiklus, Siklus I dan Siklus II
Berdasarkan grafik di atas terlihat jelas bahwa terjadinya peningkatan rata-rata hasil belajar siswa dan ketuntasan belajar siswa pada proses pembelajaran PAI pada setiap siklus mulai dari pelaksanaan prasiklus, siklus I setiap pertemuannya dan siklus II setiap pertemuannya.
Perbedaan Prestasi Belajar PAI antara Siswa yang Menggunakan Pendekatan Kooperatif Berbasis Multimedia dengan Siswa yang Menggunakan Pembelajaran Konvensional di Kelas X SMA Negeri 2 Pagar Alam Analisis dilakukan terhadap data tes akhir prestasi belajar siswa. Angket prestasi belajar siswa terhadap prestasi belajar diberikan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol untuk mengetahui bagaimana prestasi belajar siswa setelah mendapat perlakuan. Data prestasi belajar PAI siswa diperoleh dari masing-masing kelas yang terdiri dari 69 siswa. Skor yang diberikan mempunyai rentang 0-100. Dari hasil pengolahan data untuk masing-masing kelas diperoleh nilai maksimum, nilai minimum, nilai rerata dan simpangan baku seperti terdapat pada table berikut: Tabel 6 Nilai Maksimum, Nilai Minimum, Rerata, dan Simpangan Baku Data Prestasi Belajar PAI Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Perbandingan peningkatan pencapaian peresentase ketuntasan belajar belajar siswa mulai dari pelaksanaan prasiklus, siklus I setiap pertemuannya dan siklus II dapat dilihat pada grafik berikut ini:
Tes Akhir (Postes) Kelas N
Nilai Nilai Simpangan Maksimum Minimun Rerata Baku
Eksperimen
35
95
60
81,29
7,606
Kontrol
34
85
50
66,32
9,154
21 |
An-Nizom | Vol. 2, No. 1, April 2017
Selanjutnya dilakukan uji nomalitas data akhir prestasi belajar PAI siswa untuk melihat apakah data tersebut berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas terhadap dua kelas tersebut dilakukan dengan uji Kolmogorov-Smirnov menggunakan program SPSS 17.0 for Windows dengan taraf signifikansi 0,05.
Hipotesis dalam uji kesamaan rerata adalah sebagai berikut:
Hipotesis dalam uji kenormalan data pretes adalah sebagai berikut:
H1: Terdapat perbedaan yang signifikan prestasi belajar PAI siswa antara siswa pada kelas yang menerapkan pendekatan kooperatif berbasis multimedia dengan prestasi belajar PAI siswa yang menerapkan pembelajaran konvensional.
H0: sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal. H1: sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal. Kriteria pengambilan keputusannya yaitu: a. Jika nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 maka H0 ditolak b. Jika nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 maka H0 diterima Setelah dilakukan pengolahan, hasil uji normalitas data diperoleh nilai signifikansi bahwa prestasi belajar PAI siswa pada kedua model pembelajaran adalah lebih besar dari 0,05, yaitu 0,116 untuk pendekatan kooperatif berbasis multimedia dan 0,193 untuk model pembelajaran konvensional, yang berarti data prestasi belajar PAI siswa dalam penelitian ini adalah normal, sehingga memenuhi syarat dilakukan uji independent samples t. Sebelum dilakukan uji t-test, maka perlu dilakukan uji kesamaan varian (homogenitas) dengan F test (Levene’s test), artinya jika varian sama maka uji t menggunakan Equal variances assumed (diasumsikan varian sama) dan jika varian berbeda menggunakan Equal variances not assumed (diasumsikan varian berbeda). Dari hasil uji Levene’s Test pada tabel di atas diperoleh nilai p = 0,149 yang berarti besar kecil dari nilai = 0,05 maka diasumsikan varian berbeda sehingga memenuhi syarat dilakukan uji t menggunakan Equal variances not assumed. Uji kesamaan rata-rata dalam penelitian ini menggunakan uji t satu pihak melalui program SPSS 17.0 for Windows menggunakan Independent Sample T-Test dengan asumsi kedua varians tidak homogen (equal varians not assumed) dengan taraf signifikansi 0,05.
| 22
H0: Tidak terdapat perbedaan yang signifikan prestasi belajar PAI siswa antara siswa pada kelas yang menerapkan pendekatan kooperatif berbasis multimedia dengan prestasi belajar PAI siswa yang menerapkan pembelajaran konvensional.
Apabila dirumuskan ke dalam hipotesis statistik adalah sebagai berikut: H0: µ1= µ2 H1: µ1 > µ2 Karena pengujian dilakukan untuk uji satu pihak, maka pengujian didasarkan pada kriteria uji menurut Nurgana25 yaitu “Terima H0 jika thitung ≤ t1-α dan tolak jika t memiliki harga-harga lain dengan taraf signifikansi 0,05”. Setelah dilakukan pengolahan data, tampilan hasil uji-t angket prestasi belajar PAI siswa dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 7 Uji-t Prestasi Belajar PAI Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Independent Sample s Te st Prestasi Belajar
Levene's Test for
F
Equality of Variances t-test for Equality of
Sig. t
Means
df Sig. (2-tailed) Mean Difference
Equal variances assumed 2,135
Std. Error Difference
Equal variances not assumed
,149 7,393
7,373
67 ,000
64,117 ,000
14,962
14,962
2,024
2,029
95% Confidence Interval
Lower
10,923
10,908
of the Difference
Upper
19,002
19,016
Dari hasil uji Independent Sample Test menggunakan Equal variances not assumed diperoleh nilai t hitung = 7,373 serta p = 0,000 < = 0,05 yang berarti signifikan, jadi Ho ditolak dan Ha diterima. Artinya ada perbedaan prestasi belajar PAI siswa antara siswa pada kelas yang menerapkan pendekatan kooperatif berbasis
25 Sutrisno Hadi. 2000. Metodologi Research. (Yogyakarta: Andi Yogyakarta), h. 59
Abdul Mursid | Penerapan Strategi Pembelajaran Kooperatif
multimedia dengan prestasi belajar PAI siswa yang menerapkan pembelajaran konvensional di Kelas X SMA Negeri 2 Pagar Alam.
PENUTUP Penerapan strategi pembelajaran kooperatif berbasis multimedia dapat meningkatkan mutu proses pembelajaran PAI di Kelas X SMA Negeri 2 Pagar Alam Tahun Pelajaran 2014/2015. Hal ini ditunjukkan oleh perolehan skor mutu proses pembelajaran PAI pada pra siklus, dengan jumlah skor 37, rata-rata indikator 1,54, dengan nilai persentase sebesar 38,54%, masuk dalam kategori sangat kurang, pada Siklus I pertemuan 3 meningkat, dengan jumlah skor 54, rata-rata indikator dan nilai persentase sebesar 56,25, masuk dalam kategori cukup. Pada Siklus pertemuan 4 meningkat menjadi dengan jumlah skor 68, rata-rata indikator 3,58 dan nilai persentase 89,58 masuk dalam kategori sangat baik. Penerapan strategi pembelajaran kooperatif berbasis multimedia dapat meningkatkan prestasi belajar PAI siswa di Kelas X SMA Negeri 2 Pagar Alam Tahun Pelajaran 2014/2015 pada pra siklus, nilai rata-rata prestasi belajar siswa sebesar 57,71, dengan ketuntasan 51,43%, pada Siklus I pertemuan 3 meningkat dengan nilai rata-rata prestasi belajar siswa sebesar 69,29, dengan ketuntasan 68,57% dan pada Siklus pertemuan 4 meningkat dengan nilai rata-rata prestasi belajar siswa sebesar 81,29, dengan ketuntasan 97,14%.
DAFTAR PUSTAKA Al Abrasyi, Muhammad Athiyah. 1993. DasarDasar Pokok Pendidikan Islam, Jakarta: Bulan Bintang. Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT. Rineka Cipta. David and Roger Johnson. “Elements of Cooperative Learning.”, http://edtech.kennesaw. edu/ intech/#elements, [Online] 15 October 2001. Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Penilaian Hasil Belajar. Jakarata : Departemen
Pendidikan Nasional RI. Depdiknas. 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi Standar Kompetensi. Jakarta: Puskur – Dit PTK3D. Hadi, Sutrisno. 2002. Metodologi Research. Yogyakarta: Andi. Ibrahim, Muslimin . et.al. 2010. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: University Press. Ismail, Mochamad. 2008. Dasar-dasar Desain Grafis. Jakarta: Penerbit Mizan. Kementerian Agama RI. 2011. Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Jakarta: PT. Adhi Aksara Abadi Indonesia. Kementerian Pendidikan Nasional. 2006. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/ Madrasah Aliyah Jakarta: di Perbanyak oleh Depdikbud RI. Maswin. http://www.maswins.com/2010/07/arti-dan -manfaat-media-pembelajaran.html Mulyasa, E. 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi, Konsep, Karakteristik dan Implementasi. Bandung: Remaja Rosda Karya. Mursel, J. 2002. Mengajar dengan Sukses, Jakarta: Bumi Aksara. Nasyif, Syekh Manshur Ali. 2002. Mahkota Pokok-pokok Hadist Rosulullah, Terj. Bahrun Abu Bakar, Jilid 1. Bandung: Sinar Baru Algesindo. Nazarudin, 2007. Manajemen Pembelajaran. Yogyakarta: Teras. Rachmat dan Alphone, (2005/2006). Pengertian Multimedia Interaktif. Dapat diakses di: http://masfufahlima.blogspot.com/2012/09/ pengertian-multimedia-interaktif.html [12 Desember 2014]. Rusman. 2011. Model-model Pembelajaran. Depok: Rajagrafindo Persada. Sagala, Syaiful. 2003. Konsep dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
Makna
Sanjaya, Wina. 2007. Strategi Pembelajaran: Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta:
Kencana. Sudjana, Nana. 2000. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar,. Bandung: Sinar Baru Algesindo.
23 |
An-Nizom | Vol. 2, No. 1, April 2017
Turban, dkk. 2002. Aplikasi Multimedia Interaktif. Yogyakarta: Paradigm. Wikipedia. http://www. http://id.wikipedia.org/ wiki/
Yurnetti,. 2002. Pembelajaran Kooperatif Sebagai Model Alternatif”, Jurnal Himpunan Fisika Indonesia, Volume B5, Agustus 2002.