PENATALAKSANAAN ASMA MASA KINI Dr. Taufik SpP(K) Bagian Pulmonologi FKUA/RSUP Dr.M.Djamil Padang
PENDAHULUAN Asma merupakan penyakit saluran nafas yang menjadi masalah kesehatan global saat ini. Kekerapannya meningkat dimana-mana. Penyakit ini merupakan beban yang berat bagi pelayanan kesehatan dan juga mengurangi produktifitas. Walaupun banyak kemajuan dalam pengobatan asma, akan tetapi angka kesakitan tidak berkurang, bahkan pada beberapa negara maju angka tersebut meningkat. Berkat kemajuan dalam penelitian dibidang kedokteran, pengertian mengenai asma juga mengalami kemajuan. Kemajuan ini juga menyebabkan perubahan-perubahan dalam definisi dari asma sendiri. Kalau dulu penekanan dari definisi asma adalah penyempitan yang merata dari saluran nafas, diikuti oleh penekanan terhadap adanya peningkatan kepekaan (hipersensitivitas) saluran nafas, maka dewasa ini penekanan tersebut adalah adanya proses inflamasi pada saluran nafas penderita asma. Perubahan pengertian dalam konsep penyakit ini juga menyebabkan perubahan dalam penatalaksanaannya. Pada kesempatan ini penulis ingin mengemukakan pendekatan-pendekatan baru dalam penatalaksanaan asma ini terutama
dalam penderajatan dan pengobatannya baik untuk jangka panjang
maupun untuk eksaserbasi akut.
DEFINISI Seperti telah dikemukakan di atas, terdapat perubahan dari waktu ke waktu mengenai definisi dari asma. Kalau pada mulanya definisi asma berdasarkan kelainan fungsi paru saja kemudian mengalami kemajuan dengan menambahkan penyebab dari kelainan fungsi paru tersebut maka sekarang ini definisi tersebut
1
Files of DrsMed – FK UR
lebih ditekankan kepada adanya kelainan anatomi dari saluran nafas itu sendiri, yaitu adanya proses inflamasi. Sebagai contoh Ciba Foundation Guest Symposium (1958) menyarankan sebagai definisi asma : Asma adalah keadaaan dimana terdapat penyempitan yang merata dari saluran nafas yang mengalami perobahan dalam derajatnya dalam waktu yang singkat baik secara spontan ataupun karena pengobatan, dan tidak disebabkan oleh penyakit kardiovaskuler. Selanjutnya cuplikan dari definisi yang disarankan oleh The Committee on Diagnostic Standards of The American Thoracic Society (1962) : “Asma adalah penyakit yang ditandai dengan meningkatnya kepekaan trakea dan bronkus terhadap berbagai rangsangan yang manifestasinya berupa penyempitan menyeluruh dari saluran nafas yang mengalami perobahan dalam derajatnya baik secara spontan ataupun karena pengobatan………….” Menurut Global Strategy for Asthma Management and Prevention NHLBI/WHO Workshop Report (1995) : Asma adalah penyakit yang ditandai oleh inflamasi kronik dari saluran nafas dimana banyak sel berperan, terutama sel mast, eosinofil dan limfosit T. Pada individu yang rentan inflamasi ini menyebabkan episode berulang dari mengi, sesak nafas, berat di dada dan batuk terutama pada malam hari dan/atau dini hari. Keluhan-keluhan ini biasanya disertai penyempitan saluran nafas yang merata tapi bervariasi, sebagian bersifat reversibel baik secara spontan maupun karena pengobatan. Inflamasi ini juga meningkatkan kepekaan saluran nafas terhadap berbagai rangsangan.
DIAGNOSIS Sebagian dari kasus asma tidak terdiagnosis karena banyak penderita yang bisa mentolerir keluhan-keluhan yang tidak begitu berat, apalagi kalau keluhan tersebut berlangsung tidak begitu lama. Dengan demikian mereka belum/tidak datang ke dokter, tidak terdiagnosis dan tidak tertangani dengan baik.
2
Files of DrsMed – FK UR
Bagi penderita yang sudah datang ke dokter, tapi karena keluhannya tidak spesifik juga tidak terdiagnosis. Ada ungkapan “bukan semua mengi disebabkan asma”. Akan tetapi kenyataannya sangat sering asma sebagai penyebab dari mengi. Karena itu pendekatan yang lebih tepat adalah “semua yang mengi adalah asma sampai terbukti ada penyebab lain”. Selain dari anamnesa, pemeriksaan fisik terutama pada waktu serangan, diagnosis akan lebih akurat dengan bantuan pemeriksaan faal paru. Pengukuran faal paru yang sangat berguna untuk diagnosis asma adalah : Respon terhadap pemberian agonis beta-2 Variasi penyempitan aliran udara yang dimonitor dengan APE. Selain untuk diagnosis, pemeriksaan faal paru juga sangat berguna untuk menentukan klasifikasi beratnya asma. Klasifikasi beratnya asma sangat penting untuk menentukan rekomendasi pengobatan. Untuk memeriksa faal paru dapat dipakai spirometer, yang lebih praktis dan lebih sederhana adalah dengan peak flow meter. Peak flow meter untuk penderita asma analog dengan tensimeter untuk penderita hipertensi, atau dengan glucotest strip pada penderita diabetes melitus. Ada beberapa pertanyaan yang perlu diajukan dalam mempertimbangkan diagnosis asma : Apakah penderita mendapat serangan atau serangan mengi yang berulang ? Apakah penderita mengalami batuk yang sangat mengganggu pada malam hari ? Apakah penderita mengalami batuk atau mengi setelah melakukan aktivitas ? Apakah penderita mengalami batuk, mengi atau berat di dada setelah menghirup alergen atau polutan ? Apakah flu yang dialami penderita berlanjut menjadi sesak atau berulang lebih dari 10 hari ? Jika penderita memberikan jawaban “ya” terhadap salah satu dari pertanyaan di atas maka diagnosis asma sangat mungkin.Seperti dinyatakan di atas, pemeriksaan faal paru sangat penting untuk diagnosis dan klasifikasi asma.
3
Files of DrsMed – FK UR
Adapun komponen faal paru yang penting di sini adalah VEP-1 (Volume Ekspirasi Paksa detik pertama) dan KVP (Kapasitas Vital Paksa) serta APE (Arus Puncak Ekspirasi), dimana yang terakhir ini diukur dengan memakai peak flow meter. Yang penting dari pengukuran APE adalah menilai variasinya antara malam dan pagi. Variasi harian ini dapat ditentukan sebagai berikut :
APE malam - APE pagi Variasi harian
× 100 %
= ½ (APE malam + APE pagi)
Apabila variasi APE ini lebih dari 20 % maka ini diagnostik untuk asma. Pengukuran VEP-1 dan variasi APE ini juga berguna untuk menentukan klasifikasi dari asma. Adakalanya pada keadaan keadaan tertentu diperlukan pemeriksaan uji provokasi bronkus . Pemeriksan ini dilakukan bila ada kecurigaan akan asma, akan tetapi pada pemeriksaan fisik dan fungsi paru tidak ditemukan kelainan . Untuk menentukan pengobatan asma jangka panjang terlebih dulu harus ditentukan derajat asmanya sebagai berikut : 1. Intermiten : Gambaran klinis sebelum pengobatan : Gejala bersifat intermiten kurang dari satu kali perminggu. Gejala berlangsung singkat (beberapa jam sampai beberapa hari). Serangan asma malam kurang dari 2 kali sebulan. Tanpa keluhan dan faal paru normal diantara dua serangan. APE atau VEP-1 : 80 % atau lebih dari perkiraan variasi kurang dari 20 %
2. Persisten : A. Ringan : Gejala lebih dari 1 kali perminggu, tapi tidak tiap hari. 4
Files of DrsMed – FK UR
Gejala mungkin mengganggu aktifitas dan tidur. Serangan asma malam lebih dari 2 kali sebulan. APE atau VEP-1 : 80 % atau lebih dari perkiraan Variasi 20 – 30 % B. Sedang : Gejala timbul setiap hari. Serangan sudah mengganggu aktivitas dan tidur. Menggunakan inhalasi agonis beta-2 aksi singkat setiap hari. APE atau VEP-1 : Diatas 60 % tapi kurang dari 80 % dari perkiraan Variasi lebih dari 30 % C. Berat : Gejala terus menerus. Sering mendapat serangan. Sering mengalami asma malam. Kegiatan fisik sudah terbatas oleh gejala asma. APE atau VEP-1 : 60 % atau kurang dari pekiraan Variasi lebih dari 30 % Catatan : Bila pada seorang penderita terdapat satu saja ciri dari ciri-ciri yang ada dalam satu kategori, maka penderita tersebut sudah dapat ditempatkan pada kategori yang bersangkutan.
PENATALAKSANAAN JANGKA PANJANG Asma merupakan penyakit kronik yang mempunyai dampak yang besar baik terhadap individu yang bersangkutan, keluarga dan masyarakat Dengan obat-obat dan cara pengobatan yang ada dewasa ini memang asma belum dapat disembuhkan. Akan tetapi dengan pendekatan-pendekatan baru diharapkan dapat mengendalikan penyakit ini. 5
Files of DrsMed – FK UR
Dewasa ini penatalaksanaan asma bertujuan : Menyembuhkan dan mengendalikan gejala asma. Pencegahan kekambuhan. Mempertahankan fungsi paru senormal mungkin. Mempertahankan kegiatan normal sehari-hari. Menghindarkan efek samping obat-obat asma. Mencegah terjadinya penyempitan saluran nafas yang bersifat irreversibel. Mencegah kematian karena asma. Untuk mencapai tujuan diatas direkomendasikan 6 cara pendekatan dalam penatalaksanaan asma ini : 1. Mendidik pasien berperan serta dalam pengobatan asmanya. 2. Menilai dan memantau beratnya asma berdasarkan keluhan dan fungsi paru sebanyak mungkin. 3. Mencegah dan mengendalikan pencetus asma. 4. Menentukan
rencana
pengobatan
jangka
panjang
secara
individual. 5. Menentukan rencana penanggulangan kekambuhan secara individual. 6. Menyediakan kontrol yang teratur.
PENGOBATAN Tujuan dari pengobatan adalah asma yang terkontrol; asma dikatakan terkontrol bila : Gejala kronik minimal, idealnya tidak ada sama sekali termasuk gejala asma malam. Minimal (jarang) mengalami serangan. Tidak ada kujungan ke unit gawat darurat. Kebutuhan pemakaian agonis beta-2 minimal. Aktivitas normal tidak terganggu. Variasi APE harian kecil dari 20 %.
6
Files of DrsMed – FK UR
Nilai APE mendekati normal. Efek samping obat minimal atau tidak ada sama sekali. Untuk mencapai tujuan pengobatan ini diperlukan obat-obat pengontrol (controller) dan obat-obat pelega (reliever).
Obat-obat pengontrol : Obat-obat pengontrol adalah obat-obat yang diberikan tiap hari untuk jangka lama untuk mengontrol asma persisten. Termasuk kedalam golongan ini adalah
:
kortikosteroid inhalasi kortikosteroid sistemik natrium kromolin natrium nedokromil teofilin lepas lambat agonis beta-2 inhalasi aksi lama agonis beta-2 oral aksi lama ketotifen (mungkin) dll Dewasa ini pengontrol yang paling efektif adalah kortikosteroid inhalasi.
Obat-obat pelega : Obat-obat pelega adalah yang bekerja cepat untuk menghilangkan konstriksi bronkus beserta keluhan-keluhan yang menyertainya. Termasuk kedalam golongan ini adalah : agonis beta-2 inhalasi kortikosteroid sistemik antikolinergik inhalasi teofilin kerja singkat agonis beta-2 oral kerja singkat Agonis beta-2 inhalasi merupakan obat pilihan untuk pengobatan asma eksaserbasi akut dan pencegahan pada exercise induce asthma.
7
Files of DrsMed – FK UR
Tahap 1 : Intermiten : Pengontrol
: tidak diperlukan.
Pelega
: Bronkodilator aksi singkat : agonis beta-2 inhalasi bila perlu tapi kurang dari sekali seminggu. Intensitas pengobatan tergantung kepada beratnya serangan. Inhalasi agonis beta-2 atau kromolin atau nedokromil sebelum exercise atau paparan terhadap alergen.
Tahap 2 : Persisten Ringan : Pengontrol
:
Obat harian : Kortikosteroid inhalasi, 200 – 500 mcg, atau kromolin, atau nedokromil, atau teofilin lepas lambat. Jika perlu, tingkatkan dosis kortikosteroid inhalasi. Kalau dosis yang sedang dipakai 500 mcg tingkatkan sampai 800 mcg, atau tambahkan bronkodilator aksi lama (terutama untuk serangan asma malam) : agonis beta-2 inhalasi aksi lama atau teofilin lepas lambat, atau agonis beta-2 oral.
Pelega
: Bronkodilator aksi singkat : agonis beta-2 inhalasi bila perlu, tidak lebih dari 3 – 4 kali sehari.
Tahap 3 : Persisten Sedang : Pengontrol Obat harian
: :
Kortikosteroid inhalasi, 800 – 2000 mcg dan Bronkodilator aksi lama, terutama untuk asma malam : agonis beta-2 inhalasi aksi lama atau teofilin lepas lambat atau agonis beta-2 aksi lama oral.
8
Files of DrsMed – FK UR
Pelega
: Bronkodilator aksi singkat : agonis beta-2 inhalasi bila perlu, tidak lebih dari 3 – 4 kali sehari.
Tahap 4 : Persisten Berat : Pengontrol
:
Obat harian
:
Kortikosteroid inhalasi, 800 – 2000 mcg atau lebih dan Bronkodilator aksi lama : Agonis beta-2 aksi lama atau teofilin lepas lambat, dan/atau agonis beta-2 aksi lama oral dan Kortikosteroid oral jangka lama. Pelega
: Bronkodilator aksi singkat : agonis beta-2 inhalasi bila perlu.
Catatan : Penderita memulai pengobatan pada tahap yang paling cocok dengan kondisi awalnya. Pemberian prednisolon dapat diberikan pada setiap tahap dan setiap waktu bila diperlukan. Jika penderita tidak terkontrol pada satu tahap, peningkataan tahap pengobatan dapat dipetimbangkan akan tetapi sebelumnya harus dinilai : teknik pemakaian obat oleh penderita, kepatuhan dan lingkungan (menghindari alergen dan faktor pencetus). Pengobatan harus ditinjau setiap 3-6 bulan. Jika keadaan terkontrol bisa bertahan minimal tiga bulan, maka penurunan tahap pengobatan secara berangsur-angsur dapat dilakukan.
9
Files of DrsMed – FK UR
PENATALAKSANAAN EKSASERBASI ( SERANGAN ) ASMA
Eksaserbasi (serangan ) asma adalah memburuknya gejala asma secara cepat berupa bertambahnya sesak nafas, batuk mengi atau berat di dada atau kombinasi dari gejala–gejala ini. Serangan asma biasanya merupakan/ mencerminkan kegagalan penatalaksanaan jangka panjang atau karena terpapar faktor pencetus. Serangan ini bervariasi mulai dari yang ringan sampai kepada keadaan yang mengancam jiwa. Memburuknya gejala bisa berlangsung dalam beberapa jam atau beberapa hari; tetapi kadang – kadang bisa dalam beberapa menit. Nasib dari penderita sering tergantung kepada : Penilaian terhadap beratnya serangan Tindakan pada awal serangan Pengobatan terhadap serangan ini Penilaian yang terlalu rendah (underassessment) terhadap beratnya serangan, tindakan yang tidak adekuat pada awal serangan dan pengobatan yang kurang terhadap serangan ini bisa memperburuk atau menyebabkan kematian penderita. Tujuan dari pengobatan serangan asma adalah : Menghilangkan penyempitan saluran secepat mungkin Menghilangkan hipoxemia Mengembalikan fungsi paru normal secepat mungkin Mencegah kekambuhan Mendiskusikan dan memberi petunjuk kepada penderita cara mengatasi serangan dikemudian hari. Selain dari beratnya serangan asma, penatalaksanaan serangan juga harus mempertimbangkan penderita tertentu , yaitu golongan yang mempunyai resiko tinggi . Yang termasuk ke dalam resiko tinggi ini adalah : menggunakan secara rutin atau baru menghentikan kortikosteroid sistemik dirawat dirumah sakit atau mengunjungi gawat darurat dalam tahun terakhir penderita dengan gangguan pskiatri atau psikososial tidak patuh dengan pengobatan asmanya
10
Files of DrsMed – FK UR
Berikut ini pembagian berat ringannya serangan asma berdasarkan beberapa paramater :
Derajat berat ringannya serangan asma Gejala Klinis
Serangan Ringan
Sesak nafas
Sesak
bila
Serangan Sedang
Serangan Berat
berjalan. Sesak bila bicara. Sesak
Masih dapat berbaring.
walau
Lebih enak duduk, istirahat. berbaring sesak
Duduk membungkuk kedepan
Berbicara
Dapat
menyelesaikan Berbicara
Sukar
bicara
kalimat
terputus-putus
karena sesak.
Kesadaran
Kadang-kadang gelisah
Selalu gelisah
Selalu gelisah
Frekuensi
Meningkat
Meningkat
> 30x/menit
nafas Otot
otot Biasanya
bantu nafas
digunakan
Bising mengi
Sedang,
tidak Biasanya digunakan hanya
akhir Keras
Biasanya digunakan Biasanya keras
ekspirasi Nadi/menit
< 100
100-120
Pulsus
Tidak ada
Bisa
paradoksus
<10mmHg
mmHg
mmHg
± 60-80%
<
APE sesudah > 80%
ada
> 120 10-25 Sering ada > 25
60%
dari
pemberian
perkiraan
atau
bronkodilator
nilai terbaik
PO2 ( tanpa Normal
> 60 mmHg
< 60 mmHg
Oksigen ) PCO2
< 45 mmHg
< 45 mmHg
> 45 mmHg
SaO2%
> 95%
91-95%
< 90%
* Tidak semua gejala diperlukan untuk mengklasifikasikan serangan akut
11
Files of DrsMed – FK UR
Pada keadaan yang lebih berat lagi, dimana hampir terjadi henti nafas, penderita akan kelihatan mengantuk atau meracau, “ paradoxical thoraco abdominal movement”, bising mengi menghilang, bradikardi dan pulsus paradoxus menghilang karena kelelahan otot pernafasan . Walaupun banyak parameter untuk menentukan derajat serangan asma ini yang terpenting diantara semuanya adalah pemeriksaan fungsi paru (APE atau VEP1). Keberhasilan pengobatan serangan asma ini sangat ditentukan dengan monitor yang teliti terhadap keadaan penderita serta respon terhadap pengobatan dengan mengukur fungsi paru ini secara serial . Dalam menentukan derajat serangan asma, selain kriteria di atas juga harus dipertimbangkan reaksi penderita terhadap pengobatan awal . Penderita yang tidak memberikan respon terhadap pengobatan awal atau memperlihatkan perburukan, atau jika penderita termasuk golongan resiko tinggi, maka dia ditempatkan pada derajat yang lebih berat .
PENGOBATAN SERANGAN RINGAN DAN SEDANG Bronkodilator : Untuk serangan ringan dan sedang : Inhalasi agonis beta 2 aksi singkat 2 – 4 semprot tiap 20 menit dalam satu jam pertama . Sebagai alternatif : Inhalasi antikolinergik ( Ipratropium Bromida ) , agonis beta 2 oral atau teofilin aksi singkat . Teofilin jangan dipakai sebagai pelega , jika penderita sudah memakai teofilin lepas lambat sebagai pengontrol . Dosis agonis beta 2 aksi singkat dapat ditingkatkan sampai 4 – 10 semprot . Kortikosteroid : Jika respon terhadap agonis beta 2 tidak segera terlihat atau tidak bertahan ( umpamanya APE lebih dari 80 % perkiraan / nilai terbaik pribadi ) setelah 1 jam, tambahkan kortikosteroid oral a.l prednisolon 0,5 – 1 mg/ kg BB. Dibutuhkan beberapa hari sampai keluhan menghilang dan fungsi paru kembali
12
Files of DrsMed – FK UR
mendekati normal . Untuk itu pengobatan serangan ini tetap dipertahankan di rumah . Penderita jangan menunda – nunda untuk datang ke rumah sakit bila : Penderita termasuk golongan resiko tinggi Serangan berat ( APE kurang 60 % perkiraan ) Respon terhadap bronkodilator tidak cepat dan tidak bertahan sampai 3 jam Tidak ada perbaikan dalam 2 – 6 jam setelah pemberian kortikosteroid Keadaan makin memburuk . PENATALAKSANAAN SERANGAN ASMA DI RUMAH SAKIT
Serangan asma berat berpotensi untuk mengancam jiwa. Perawatan harus segera dan pengobatan paling aman dilaksanakan dirumah sakit atau di instalasi gawat darurat rumah sakit. Penilaian awal: Anamnesis singkat dan pemeriksaan fisik sehubungan dengan serangan asma ini sangat penting sebelum memberikan pengobatan. Anamnesis ringkas meliputi: Beratnya keluhan meliputi keterbatasan aktifitas dan gangguan tidur. Semua obat-obat yang dipakai. Waktu mulai serangan dan penyebab serangan. Perawatan dirumah sakit dan kunjungan ke bagian gawat darurat karena serangan asma sebelumnya. Pemeriksaan fisik meliputi: Menilai beratnya serangan ( lihat pembagian derajat serangan ). Menentukan adanya komplikasi ( pneumonia, atelektase, pneumotorak atau pneumomediastinum )
13
Files of DrsMed – FK UR
PENATALAKSANAAN EKSASERBASI AKUT DIRUMAH SAKIT Penatalaksanaan eksaserbasi akut dilakukan menurut algoritma berikut:
1. Penilaian awal
2. Pengobatan awal
3. Penilaian ulang
4. Episode sedang
5. Episode berat
6. Respon baik
8. Respon tdk lengkap
10. Respon buruk
7. Pemulangan pasien
9. Rawat di
11. Rawat di ICU
Perbaikan
Tidak membaik
12. Pemulangan pasien
13. Perawatan di ICU
14
Files of DrsMed – FK UR
Penilaian fungsi paru meliputi: APE dan VEP1 sekurang-kuranya setiap jam, dengan pengukuran awal di lakukan sebelum pengobatan kalau memungkinkan. Saturasi O2 dengan “ pulse oxymetry” kalau ada. Pemeriksaan laboratorium jangan menyebabkan pengobatan awal tertunda. Setelah pengobatan awal tindakan berikut dapat menolong: Rontgen foto toraks jika dicurigai adanya komplikasi kardio-pulmoner. Analisa gas darah pada penderita dengan APE 30-50% perkiraan atau perburukan setelah pengobatan awal. PaO2 kurang dari 60 mmHg dan/ atau PaCO2 lebih dari 45 mmHg menunjukan kegagalan nafas dan merupakan indikasi untuk masuk Ruang Perawatan Intensif (ICU).
PENGOBATAN Pengobatan berikut ini biasanya diberikan berbarengan untuk dapat sesegera mungkin mengatasi serangan asma. Pemberian oksigen: Oksigen diberikan 4-6 L/menit untuk mendapatkan saturasi O2 90% atau lebih.
Agonis beta-2: Agonis beta-2 aksi singkat biasanya diberikan secara nebulasi setiap 20 menit selama satu jam pertama (salbutamol 5 mg atau fenoterol 2,5 mg, tarbutalin 10 mg). Nebulasi bisa dengan oksigen atau udara. Pemberian secara parenteral agonis beta-2 dapat dilakukan bila pemberian secara nebulasi tidak memberikan hasil. Pemberian bisa secara intramuskuler, subkutan atau intravena. Adrenalin (epinefrin ) Obat ini dapat diberikan secara intramuskuler atau subkutan bila: Agonis beta 2 tidak tersedia Tidak ada respon terhadap agonis beta 2 inhalasi.
15
Files of DrsMed – FK UR
Bronkodilator tambahan: Kombinasi agonis beta-2 dengan antikolinergik (Ipratropium Bromida) memberikan efek bronkodilator yang lebih baik dari pada diberikan sendirisendiri. Obat ini diberikan sebelum mempertimbangkan aminofilin. Mengenai aminofilin dalam mengatasi serangan ini masih ada kontroversi. Walaupun ada manfaatnya, akan tetapi aminofilin intravena tidak dianjurkan dalam 4 jam pertama pada penanganan serangan asma. Aminofilin intravena dengan dosis 6 mg per kgBB diberikan secara pelan ( dalam 10 menit ) diberikan pada penderita asma akut berat yang perlu perawatan dirumah sakit, bila penderita tidak mendapat teofilin dalam 48 jam sebelumnya.
Kortikosteroid: Kortikosteroid sistemik dapat mempercepat penyembuhan serangan yang refrakter terhadap obat bronkodilator. Pemberian secara oral sama efektifnya dengan intra vena dan lebih disukai karena lebih gampang dan lebih murah. Kortikosteroid baru memberikan efek minimal setelah 4 jam. Kortikosteroid diberikan bila: Serangan sedang dan berat. Inhalasi agonis beta-2 tidak memperlihatkan perbaikan atau:
Serangan
timbul
walaupun
penderita
telah
mendapat
kortikosteroid oral jangka panjang.
Serangan sebelumnya juga membutuhkan kortikosteroid oral.
Kriteria untuk perawatan dirumah sakit: Respon terhadap pengobatan dalam 1-2 jam tidak adekuat. Penyempitan berat saluran nafas menetap ( APE < 40% perkiraan / nilai terbaik pribadi ). Riwayat asma berat, apalagi bila membutuhkan perawatan dirumah sakit. Penderita dengan resiko tinggi. Keluhan sudah berlansung lama sebelum datang ke rumah sakit. Tempat tinggal jauh/ jelek kondisinya.
16
Files of DrsMed – FK UR
Kriteria untuk masuk Ruang Rawat Intensif: Tidak ada respon terhadap pengobatan awal di bagian gawat darurat dan / atau keadaan memburuk dengan cepat. Adanya disorientasi, mengantuk atau kehilangan kesadaran. Adanya ancaman henti nafas: hipoxemia walaupun sudah diberi oksigen ( PO2 < 60 mHg dan / atau PCO2 > 45 mmHg ) Diruang rawat intensif kemungkinan diperlukan tindakan intubasi bila: Keadaan terus memburuk walaupun terapi sudah optimal. Pasien kelelehan. PCO2 meningkat.
PENUTUP Asma adalah suatu penyakit yang ditandai dengan inflamasi kronik dari saluran nafas, yang memberikan gejala yang bervariasi dari ringan sampai berat yang diselingi dengan eksaserbasi akut atau serangan akut. Penatalaksanaan asma kronik selain memakai obat-obat bronkodilator, yang lebih utama adalah pemberian obat-obat anti inflamasi. Obat anti inflamasi yang paling efektif dewasa ini adalah kortikosteroid inhalasi. Pada eksaserbasi (serangan) akut sangat diperlukan ketelitian dalam penilaian beratnya serangan dan penilaian respon pengobatan, sehingga dengan demikian dapat ditentukan tindakan serta pengobatan yang tepat.
17
Files of DrsMed – FK UR