PERKEMBANGAN BIOTEKNOLOGI MASA KINI Sumaryanto Pusat Pengkajian Kebijakan Inovasi Teknologi, BPPT Fakultsa Farmasi, Universitas Pancasila Pascasarjana, Universitas Pancasila
ABSRTACT Focus on Science and technology policy support for the science and technology infrastructure such as S&T education, function of technology producton and diffusion, development of strategic technology and network between industries, academia and research institution The concept of globalization in 1980’s internationalization was the term use in market, finance, competition and company strategies, but now globalization with the characteristic increased competition, internationalized manufacturing, and increased trade between specialized companies In the field of biotechnology an innovation strategy is different from one country to another because the manufacturing system, R&D investment, technology development and diffusion are all different from each other, factors of an innovation system are also different. In this paper was shown the new products, technologies as overview the step innovation system in the case of biotechnology in Indonesia Key words: innovation, policy, biotechnology, transgenic, recombinant PENDAHULUAN Pada saat ini beberapa issue tentang bioteknologi sedang hangat menjadi bahan perbincangan, juga menjadikan pro dan kontra antara lain teknologi atau produk-produk makanan hasil rekayasa genetika (Genetic Modified Food), tanaman dan produk hasil rekayasa genetika (Genetic Modified Product), mikroba hasil rekayasa genetika (Genetic Modified Organism), Cloning, issue sosial dan legal serta issue ethika, issue nasional dan internasinol. Produk-produk seperti DNA rekombinan, insulin, interleukin, kapas transgenik dan kloning. Disatu sisi mempertahankan teknologi maju harus dikembangkan dan dikuasai, disisi lain ketakutan yang berlebihan sehingga hiperprotektif terhadap bioteknologi misalnya transgenik, kloning. Bioterorisme, bioterorisme Act, Media masa dengan berita gencar dan besar sehinga dapat memppengaruhi opini masyarakat tentang terangenik= monster, teknologi identik resika, padalah apapun teknolgi dapat menimbulakan resiko, nuklir, amonium nitrat, sarin, anthrax dll, tugas kita sebagai ilmuan untuk menginformasikan yang benar. Produk bioteknologi maju merupakan produk yang dikatakan “low volume high value”, sebagai contoh adalah perbandingan produk bioteknolgi maju dibandingkan dengan produk lain (harga dalam US$ per kilogram) seperti produk hormon tumbuh manusia
(human growth hormon) $ 20.000.000, doxetasol (Obat anti kanker) $12.000.000, kokain $ 150.000, emas $ 10.000, kopi $ 10, kapas $ 1,5 dan minyak $1.Dilihat dari salah satu indikator kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yaitu jumlah dan jenis patent yang dihasilkan, sebagai contoh kemajuan didalam bioteknologi di Amerika, terlihat dari kenaikan jumlah patent yang dihasilkan, patent bioteknologi yang dihasilkan pertahun di USA sejak 1977 meningkat sebanyak700%, bidang lainnya hanya 60% (dari 130.000 menjadi 203.410) Menurut Kate dan Laird (1999) gabungan produk yang berasal dari SDG (Sumber Daya Genetik) termasuk bioteknologi sebesar US$ 500–800 milyar, sebagai pembanding adalah petrokimia US$ 500 milyar, komputer (software, hardware. services) sebesar US$ 800 milyar TAHAPAN PERKEMBANGAN BIOTEKNOLOGI Tahapan-tahapan penting dan rute menuju Bioteknologi dimulai tahun 1859 Charles Darwin dengan theori Evolusinya “ On the Origin of Species by mean of the natural selection”, kemudian 1865 era genetika dimulai ketika Gregor Mendel menemukan faktor keturunan (heritable factors). Penemuan berikut merupakan hal yang sangat penting yaitu tahun 1953 James Watson dan Francis Crick menentukan struktur DNA (Deoxyribose Nucleic Acid) “ double helix” Era rekayasa genetika dimulai setelah pada tahun 1970 dengan penemuan enzim restriksi untuk memotong DNA, pemenang hadiah Nobel kedokteran tahun 1978 Teknologi Rekombinan DNA (DNA recombinant technology) dimulai tahun 1972 Paul Berg dengan 2 potongan fragment DNA virus dan E.coli membuat DNA rekombinan dan memenangkan hadiah Nobel Tahun 1976 Genentech.Inc (GENetic ENgineering TECHnology) dengan target kloning insulin manusia, dan go public pada 14 oktober 1980. Elli Lily lisensi dari Genentech tahun 1978 untuk klon insulin manusia, dan tahun 1982 humulin merupakan obat DNA rekombinan pertama yang telah diuji FDA. Tahun 1986 PCR (Polymerase Chain Reaction) oleh Kary Mullis merupakan revolusi biologi molekuler, yaitu untuk penggandaan DNA Rencana ambisius dimulai tahun 1989 dengan HGP (Human Genome Project) yaitu pemetaan genom manusia dengan perkiraan biaya “ $ 3 billion” Selanjutnya berlomba inovasi-inovasi teknologi dan produk seperti tahun 1994 Calgene’s FlavrSavr tomato, 1996 kloning Dolly, DNA Chip Technology, 1997 Cloned Mice, 1997 Artificial Chromosone. Pada tahun 2001 surprise tentang genom manusia mengandung 35.000 gen dipublikasi pada majalah Nature, Tahun tersebut pula Cloning Ban, US House of Representatives meloloskan Human Cloning Prohibition Act of 2001. 10 Agustus 2001 George Bush memutuskan untuk memberikan pendanaan untuk Stem Cells yaitu untuk human embryonic stem cell (hES cells) yaitu untuk penelitian theurapeutic cloning untuk mendapatkan hES stem cells, jaringan, organ yang genetik identik dan kompatibel immunologik untuk donor.
Melihat perkembangan tahapan dan rute tersebut dilihat dari perkembangan ilmu pengetahuan merupakan waktu yang relatif singkat, disamping hal yang sangat menarik yaitu seorang Kepala Negara mempunyai perhatian yang sangat besar terhadap kepentingan ilmu pengetahuan dan teknologi. PENDEKATAN SISTEM INOVASI NASIONAL Inovasi teknologi dianggap sebagai salah satu sumber yang memberikan kontribusi yang besar terhadap pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat. Proses inovasi teknologi adalah aktivitas yang komplek yang merupakan transformasi ide dan ilmu pengetahuan ke realitas fisik dan penerapan riil. Ini memerlukan integrasi penemuan dan teknologi yang ada untuk membawa inovasi-inovasi ke pasar. Ada 8 tahapan proses inovasi teknologi yaitu: riset dasar, riset terapan, pengembangan teknologi, implementasi teknologi, produksi, pemasaran, proliferasi dan peningkatan teknologi. Sedangkan menurut Mill (1996) mendefinikan beberapa komponen proses inovasi teknologi yang biasa disebut definisi minimalis yaitu: science (how things are), technology (how to do thinks), management (how to get thinks done), technology management (doing thinks), entrepreneurship (do thinks to make money) innovation (doing intrepreneurship) Interaksi antara aktor-aktor inovasi dimana universitas dan lembaga litbangyasa baik milik publik maupun swasta sebagai scientific pole. Sementara itu dunia usaha (producers) sebagai techno-industrial pole, tempat dimana inovasi teknologi didifusikan untuk meningkatkan nilai tambah produksi. biasanya hanya perusahaan yang memiliki divisi R&D dengan kemampuan riset yang sejajar dengan universitas yang paling dapat memanfaatkan hasil-hasil riset lembaga lain. Hal ini tidak lain karena kompatibiltas informasi relatif sama. Kinerja inovasi juga dipengaruhi oleh hubungan-hubungan di antara sesama komponen yang ada di dalam Sistem Inovasi Nasional (SIN). Interaksi ini akan mengalirkan dana, pengetahuan dan juga tenaga ahli. Di Indonesia karena faktor-faktor tertentu lebih banyak menitikberatkan pada mobilitas atau pertukaran hasil riset atau pengetahuan. Sementara di luar negeri yang lebih sering terjadi adalah pertukaran atau aliran uang dan SDM. Perusahaan swasta dan pemerintah banyak memberikan dana-dana untuk kontrak riset. Hal ini memungkinkan mereka untuk segera menyerap hasil riset karena dari awal mereka mengikuti proses penyusunan program risetnya. Dengan sendirinya difusi pengetahuan terjadi secara alamiah dan otomatis. Dalam studi kasus bioteknologi, di Indonesia komponen-komponen SIN yang ada belum berperan secara optimal. Melihat karakteristik bioteknologi yang science based, yang harus terjadi adalah lembaga-lembaga penelitian baik universitas maupun milik pemerintah harus menghasilkan produk-produk riset yang berkualitas. Lalu harus ada mekanisme dan kelembagaan yang dapat mendorong produk riset ini untuk dikomersialisasikan. Kelembagaan yang dimaksud boleh berada dalam internal lembagalembaga tersebut atau berasal dari sektor swasta. Komersialisasi ini kemudian harus pula
menghasilkan produk yang berdaya saing dan menguntungkan dari aspek ekonomi sehingga sektor produksi dapat langsung membeli dan memanfaatkannya. Mobilitas SDM yang tinggi di negara maju juga mempercepat proses difusi pengetahuan dan teknologi. Sudah menjadi hal yang biasa apabila seorang peneliti berpindah dari universitas ke perusahaan swasta lalu beberapa tahun kemudian ia disewa di lembaga penelitian pemerintah dan setelah beberapa lama kembali lagi menjadi profesor di universitas yang lain. Hal ini akan meningkatkan kinerja inovasi SIN karena sebagian pengetahuan dan teknologi bersifat tacit, yang tersimpan di dalam sumberdaya manusianya sendiri. Jaringan yang terbentuk juga akhirnya beragam baik informal maupun formal yang memberikan multiplier effect yang besar bagi sinergi di dalam SIN. Dalam rangka meningkatkan kinerja SIN perlu juga melihat berbagai faktor yang mempengaruhi terjadinya proses inovasi teknologi. Dalam banyak studi-studi tentang kebijakan teknologi, karakteristik dari teknologi juga akan mempengaruhi cara dan juga proses inovasi. Sebagai pengguna hasil-hasil riset dari pihak lain dan sekaligus juga pelaku kegiatan inovasi itu sendiri adalah perlu untuk melihat bagaimana perusahaan melalukan proses inovasi. Keith Pavitt membagi perusahaan dari segi proses inovasi yang terjadi menjadi empat kategori yaitu : Supplier-dominated yaitu inovasi lebih banyak bersumber dari pemasok perusahaan tersebut. Contoh dari jenis ini adalah perusahaan tekstil di mana kualitas produknya ditentukan oleh kualitas bahan baku tekstil dan juga mesin produksi yang dibelinya dari pihak lain. Scale-intensive yaitu yang inovasinya banyak dilakukan oleh perusahaan itu sendiri dengan mekanisme learning by doing. Biasanya perusahaan ini mengandalkan volume produksi sebagai penyangga untuk melakukan inovasi. Contoh dari jenis ini adalah perusahaan pembuat mobil. Specialist supplier yaitu inovasi yang terjadi ketika perusahaan tersebut memperdalam kapabilitas teknologinya dengan mempersempit dan mempertajam karakteristik produknya. Contoh dari perusahaan ini adalah perusahaan pembuat mesin perkakas yang canggih seperti CNC. Science based yaitu inovasi lebih banyak bersumber dari kegiatan riset. Contoh yang paling mudah adalah perusahaan-perusahaan yang memanfaatkan teknik bioteknologi modern untuk meningkatkan daya saing produknya. Dari pembagian di atas terlihat jelas bahwa karakteristik produk yang dihasilkan dan teknologi produksi yang digunakan menentukan proses dan mekanisme inovasi yang terjadi. Pengembangan konsep SIN juga harus melihat masalah karakteristik ini secara serius, kalau ingin terjadi kinerja inovasi yang signifikan. Dalam studi kasus bioteknologi, di Indonesia komponen-komponen SIN yang ada belum berperan secara optimal. Melihat karakteristik bioteknologi yang science based, yang harus terjadi adalah lembaga-lembaga penelitian baik universitas maupun milik pemerintah harus menghasilkan produk-produk riset yang berkualitas. Lalu harus ada mekanisme dan kelembagaan yang dapat mendorong produk riset ini untuk dikomersialisasikan. Kelembagaan yang dimaksud boleh berada dalam internal lembagalembaga tersebut atau berasal dari sektor swasta. Komersialisasi ini kemudian harus pula
menghasilkan produk yang berdaya saing dan menguntungkan dari aspek ekonomi sehingga sektor produksi dapat langsung membeli dan memanfaatkannya. Untuk itu diperlukan suatu kebijakan pemerintah yang sistemik dan konsisten karena pengembangan kinerja inovasi ini dipengaruhi oleh komponen-komponen yang lain secara sistemik. Kebijakan ini juga perlu konsisten karena pengembangan kemampuan teknologi apapun termasuk bioteknologi memerlukan waktu yang sangat lama, mencapai puluhan tahun. Hal ini karena prosesnya bukan bersifat mekanistik tetapi lebih banyak bersifat sosial dan kultural yang melibatkan manusia.
Untuk itu diperlukan suatu kebijakan pemerintah yang sistemik dan konsisten karena pengembangan kinerja inovasi ini dipengaruhi oleh komponen-komponen yang lain secara sistemik. Kebijakan ini juga perlu konsisten karena pengembangan kemampuan teknologi apapun termasuk bioteknologi memerlukan waktu yang sangat lama, mencapai puluhan tahun. Hal ini karena prosesnya bukan bersifat mekanistik tetapi lebih banyak bersifat sosial dan kultural yang melibatkan manusia. PENELITIAN TERAPAN Penelitian-penelitian dilakukan dalam kurun waktu tertentu sesuai sistem institusi yang lebih diarahkan dalam mencapai tujuan menghasilkan bioteknologi terapan Dalam institusi riset dan pengembangan dimulai dengan penelitian tentang pengembangan produksi protein sel tunggal (SCP), tujuannya adalah untuk memproduksi pakan dan pangan mengingat pada saat itu th 1983 import pakan ternak dalam jumlah yang besar, bahkan sekarangpun masih relevan, dan pangan, telah dilakukan hingga aplikasi pada ternak (ayam). Pada saat tersebut di eropa timur SCP telah digunakan sebagai pakan. Ini merupakan inovasi produk pada proses fermentasi. Pengembangan teknik imobilisasi biokatalis untuk dis dan semikontinyu produksi asam laktat. Dalam penelitian tersebut dilakukan beberapa macam teknik immobilisasi, cross lingking, adsorption, ionotropic gelation dan entrapment poliondensasi material seperti alginat, caragenan, agar, siran ring, raschig ring, schoot , polyurethan, double coating dan juga perbaikan sistem reaktor yaitu dis dan semikontinyu dan kontinyu. Penelitian selanjutnya adalah pengembangan produksi ensim yaitu amilase, protease, dextranase dan xilanase, didasarkan atas tujuan substitusi import mengingat sebagian besar kebutuhan enzim masih diimport, sementara bahan baku banyak tersedia di Indonesia. Dalam hal enzim khsusnya protease telah hampir tuntas, karena dimulai dari perbaikan galur, yaitu dengan penggandaan gen protease netral, proses produksi dan dengan beberapa teknik immobilisasi seperti dengan alginat, caragenan, dan bahan entrapment lainnnya, perbaikan proses seperti bioreaktor digabungkan dengan , membran, sistem fed batch, batch dan beberapa tipe reaktor, proses pemurnian seperti dead and fioltration, flokulasi, sentrifugasi, ultrafiltrasi /mikrofiltrasi dan dialysa,, dilanjutkan dengan pembauatan serbuk dengan Freeze dryer/beku kering dan dryer, hingga aplikasi pada penyamakan kulit sebagai bahan hairing dan bating, tahap akhir ayang masih perlu dilakukan adalah skala semi industri.
Perekayasaan bioreaktor untuk desulfurisasi batubara secara bioteknologi. Menggunakan Thibacillus ferrooksidans dapat menurunkan kadar sulfur pada batubara sehingga kualitas lebih baik. Pengembangan produksi exolite untuk bahan penyamak kulit ramah lingkungan, yaitu pada skala pilot bekerjasama dengan industri. Penelitian dan kajian lainnya adalah pengkajian sistem inovasi nasional dengan fokus bioteknologi, pengkajian kebijakan tentang teknologi tinggi, pengkajian kebijakan tentang advokasi dan perumusan kebaijakan tanaman dan aneka produk transgenik. PERKEMBANGAN TEKNOLOGI DAN INOVASI PRODUK Bioteknologi di Indonesia masih dalam tahapan pengembangan di Institusi riset pemerintah dan belum pada tahapan produksi maupun industri khususnya untuk bioteknologi maju seperti DNA rekombinan, teknologi transgenik, vaksin, interleukin, hormon dan kloning Beberapa teknologi yang merupakan pengembangan bioteknologi seperti pada tabel berikut. Kesehatan dan Farmasi: Produknya meliputi antibiotika, vaksin, hormon, gen terapi (diabet, antikanker, AIDS, dan DNA rekombinan), antibiotika yang penting untuk antitumor Produk tersebut diproduksi dengan proses fermentasi yang belum menggunakan bioteknologi maju. Bahan obat tanaman dapat diproduksi dengan teknik immobilisasi, dalam penerapan ini digunakan bagian sel yaitu organela untuk produksi bahan yang diinginkan, juga pada sel hewan dapat pula dilakukan penerapan teknik immobilisasi sel hewan untuk penggunaan pada virus poliomielitus, virus herpes dan interferon Teknik immobilisasi menjanjikan proses yang efisien dan penanganan proses yang lebih prospektif untuk memperoleh hasil yang besar. Dalam bidang kedokteran memberikan harapan diterapkan untuk intrakorporal enzymetherapi, extrakorporal enzymtherapi dan organ artifisiil seperti membran dialysa berfungsi untuk penyaringan ginjal. Pangan dan Pertanian Upaya peningkatan penyediaan pangan global membutuhkan produktivitas tanaman yang lebih besar, dengan beberapa syarat seperti: tersedianya benih atau bahan tanaman berkualitas, perbaikan sistem pertanian, pengajaran dan pelatihan, ketersediaan input produksi dan adanya pasar untuk tujusan komersiil Tabel 1: Serealia
Padi Jagung
Tanaman budi daya yang telah berhasil di transformasi dan diregenerasi dengan teknik rekayasa genetika Tanaman Serat
Legum dan biji berminyak
Kapas Bean Papaya Tebu Flax
Tanaman holtikultur Aubergine Asparagus
Tanaman Makanan ternak Alfalfa Rumput
Pohon
Tanaman Tropis
Apel Birch
Pisang
Gandum Barlei Rey
Lobak biji Pea Kedele Bunga matahari
Kubis Wortel Selderi Mentimun Kiwi Selada Melon Petunia Berry Labu Bitgula Tembakau Tomat
Orchad Semanggi
Eukaliptus Poplar Plum Spruce Walnut
Sumber: Nasir (2002)
Dalam bidang pertanian beberapa species tanaman saja yang telah berkembang menjadi sumber karbohydrat, protein dan lemak dalam bentuk yang dapat digunakan sebagai pangan. Tanaman yang dibudidayakan sekarang ini mampu menyediakan sekitar 90% kebutuhan kalori dunia. Sejumlah kendala terhadap pengembangan rekayasa genetika tanaman secara konvensional melalui pemuliaan tanaman, antara lain: terbatasnya persediaan sumber gen baru, karena harus bersumber dari species atau genus yang sama, sulitnya melakukan persilangan antar 2 genera yang berbeda karena faktor sterilitas dan inkompatibilitas dan diperlukan biaya yang besar serta waktu atau SDM. Alternatif mengatasi kendala ini adalah dengan menggunakan teknik rekayasa genetika modern berbasis bioteknologi molekuler. Bioteknologi dengan meperlakukan tanaman sebagai bioreaktor untuk menghasilkan senyawa spesifik, yang sekarang lazim dinamakan pertanian molekuler (molecular farming) Ada 2 jenis produk utama dari teknologi ini adalah senyawa-senyawa bernilai tinggi yang membutuhkan skala produksi dalam skala yang relatif kecil dan senyawa senyawa yang dibutuhkan pada skala besar dengan biaya produksi yang rendah Tabel 2: Sembilan senyawa yang telah sukses oleh tanaman transgenik dalam pertanian molekul No 1
Species tanaman Arabidopsis thaliana
2
4
Brasica napus (kanola) Tembakau (Nicotiana tabacum) Tembakau
5
Tembakau
6 7
Tembakau Tembakau yang diinfeksi dengan
3
Senyawa Polihidroksialka noat Leu-enkefalin
Kegunaan Termoplastik biodegradable Neuropeptida
Asal gen Alcaligenes
Magainin
Peptida antibakteri
Katak
Silanase termostabil Antibodi katalitik Alfa-amilase Malaria, Epitope
Proses biomas dan industri kertas Perlakuan kanker
Clostridium thermocellum
Proses pangan Vaksin malaria
Bacillus lichneiformis Parasit malaria
Manusia
Galur hibridoma manusia
tobacco mosaic virus Kentang (Solanum tuberosum) 9 Kentang Sumber : Nasir (2002) 8
Antigen enterotoksin Serum albumin
Vaksin oral kolera
Vibrio cholerae
Klinis
Manusia
Malaria telah merupakan satu penyekit serius dan tersebar luas dimana vaksin normal relatif sulit dilakukan. Namun dengan penggunaan teknik rekayasa genetika molekuler telah menawarkan berbagai keuntungan besar dibandingkan dengan teknik konvensional. Industri dan lingkungan: Enzim, protein, asam organik, probiotik, waste treatment, pengurai limbah minyak dilaut, pengurai kandungan logam berat, bioleaching. Inovasi dan ilmu baru Terapi gen, molecular farming, biopharming, biodefence, cloning (human cloning) Ilmu ilmu baru yang muncul dalam bioteknologi semakin berkembang sehingga telah mulai muncul bioinformatika, proteomik, farmakogenomik dan pertanian molekul (molecular farming) Produk yang sudah dipasaran Produk-produk bioteknologi diipasaran seperti pada tabel dibawah ini Tabel 3. No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Produk bioteknologi baru dipasaran
Produk LibertyLink R Corn LibertyLinkR Canola StarLink Corn Clearfield TM Corn Smart R Canola Seed Bollgard with BXN Cotton Laurical R DeKalBt Raundup Ready R Corn GR Hybrid Corn Fresh World Farms R Tomato Fresh Word Farm R Sweet MiniPeppers Fresh World R Cherry Tomatoes High pH Tolerant Corn Hybrids Gray Leaf Spot Resistant Corn Hybrid G-Stac TM Corn Hybrids Chymogen R Bollgard R Insect-Protected Cotton New Leaf R Insect-Protected Potato Posilac R Bovine Somatotropin, Recombinant Bovine Somatotropin
Produsen AgrEvo AgrEvo AgrEvo American Cyanamid American Cyanamid Calgene, LLC, Unit of Monsanto Calgene, LLC DeKalb Genetics Corporation DeKalb Genetics Corporation Dekalb Genetics Corporation DNAP Holding Corporation DNAP Holding Corporation DNAP Holding Corporation Garst Seed Company Garst Seed Company Gars Seed Company Genencor International Monsanto Monsanto Monsanto
21 22 23 24 25 26 27 28 29
30 31 32 33 34 35 36
(r BST) Raundup R Ready Cotton Raundup Ready R Soybeans Raundup Ready R Corn Yield Gard TM Insect –Protected Corn Nature Gard R Hybrid Seed Corn IMI-Corn High Oleic Sunflower High Oleic Peanut NK Knockout TM Corn, NK Yield Gard TM Hybrid Corn, Attribute TM B,t. Sweetcorn Novartis Seeds Raundup Ready R Soybean Higth Oleic Acid Soybean Low Kinoleic Soybean Oil Low Saturate Soybean Oil High Oleic Sunflower Oil Chy MaxR Increased Pectin Tomatoes
Monsanto Monsanto Monsanto Monsanto Mycogen Mycogen Mycogen Mycogen Novartis Seeds
Novartis Seeds Optimum Quality Grains, L.L.C. Optimum Quality Grains, L.L.C. Optimum Quality Grains, L.L.C. Optimum Quality Grains, L.L.C. Pfizer Zeneca Plant Science
Sumber : BIO Member Survey
Produk bioteknologi yang akan dipasarkan 5 tahun berikutnya. Produk yang sedang dan sudah dikembangkan yang akan dipasarkan 5 tahun berikutnya adalah pada tabel berikut. Tabel 4.
Produk bioteknologi yang diperkirakan masuk pasaran dalam 5 tahun Produk
Produsen
No. 1 2 3 4 5 6 6 7 8 9 10
11
Genetically Engineered Cotton Fiber Liberty R Soybean, Cotton, Sugar Beet and Rice SeedLink Corn Clearfield TM Wheat Clearfield TM Rice Clearfield TM Sugar Beets Insect Protected Tomato High-Stearate Oil Medium Chain Fatty Acids/Medium Chain Triglycerides High Sweetness Tomato Genetically Engineered Fruits and Vegetables with Longer PostHarvest Shelf Life Virus resisten Tomatoes
Monsanto AgrEvo AgrEvo American Cyanamid American Cyanamid American Cyanamid Calgene, LLC, Unit of Monsanto Calgene, LLC, Unit of Monsanto Calgene, LLC Calgene, LLC Agritope
Calgene, LLC
12 13 14 15 16 17 18 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Aqua Advantage R Salmon, Tilapia, Trout, and Flounder Ripening-Controle Cherry Tomatoes Firmer Peppers Sweeter Peppers Ripening –Controle Bananas and Pineaples Straberry Messenger TM High-Solid Potato Raundup Ready R Canola Raundup Ready R Sugar Beets NewLeaf R Plus New-Leaf R Y Insect- and Virus Protected Potatoes Second-Generation Bollagard R Insect-Protected Cotton High-Stearate Soy Oil B.t. Sunflower, Soybean, Canola and Wheat Fresh Market Tomato Banana Modified Lignin in Paper Pulp Trees
A/F Protein DNAP Holding Corporation DNAP Holding Corporation DNAP Holding Corporation DNAP Holding Corporation DNAP Holding Corporation DNAP Holding Eden Bioscience Monsanto Monsanto Monsanto Monsanto Monsanto Monsanto Monsanto Mycogen Zeneca Plant Science Zeneca Plant Science Zeneca Plant Sciences
Sumber : BIO Member Survey
Tabel 5.
Beberapa jenis tanaman transgenik dan tujuan pemanfaatnya Jenis tanaman tansgenik
Tujuan pemanfaatannya
No 1
3
Tanaman transgenik toleran terhadap herbisida Tanaman transgenik resistant Btinsect Tanaman transgenik papaya
4
Tanaman transgenik tomat
5
Tanaman transgenik padi
6 7
Tanaman transgenik kanola Tanaman transgenik bunga matahari
8
Tanaman transgenik rumput
2
Pengendalian tanaman rumput dan pengganggu lainnya Tanaman tahan hama serangga Papaya yang resisten tehadap ringspot Peningkatan vit. A, menghambat pematangan buah, tahan terhadap tanah beragam, tahan thd bercak bakteri Pembentukan beta karoten sebagai prekusor vitamin A, tahan terhadap kekeringan Peningkatan kadar vitamin E Tanaman resisten terhadap jamur putih, insekta dan toleran herbisida Toleran herbisida, tahan kekeringan,tahan insekta dan
9
Tanaman transgenik pisang
10
Tanaman transgenik kopi
11 12 13
Tanaman transgenik teh Tanaman transgenik tembakau Tanaman transgeni pohon
jamur, pertumbuhan lambat sehingga mengurangi frekwensi pemotongan Kekebalan tubuh karena berisi vaksin inaktivasi yang menyebabkan kolera, hepatitis dan diarrhea Kopi tanpa cofein, aroma tetap sama Kopi tanpa tein, aroma tetap sama Tembakau bebas nikotin Tanaman pohon yang toleran herbisida, resisten terhadap insekta
Sumber: Haryanto Dhanutirto (2004)
Pelaku kegiatan bioteknologi di Indonesia dilakukan oleh peneliti dari berbagai lembaga penelitian maupun Universitas, dan masih sedikit dilakukan oleh industri Kelembagaan yang ada di Indonesia terdiri dari instansi pemerintah yang terdiri dari Universitas, Lembaga Penelitian Non Departemen, Lembaga Penelitian di Departemen, dan Lembaga penelitian pada industri atau swasta. Secara nasional, pemerintah menunjukkan komitmennya dengan membangun Pusat Antar Universitas (PAU) untuk Bioteknologi di Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, Institut Pertanian Bogor dan Institut Teknologi Bandung,juga Lembaga Eijkmann masing masing untuk bidang kedokteran dan farmasi, pertanian dan industri serta kedokteran yang sekarang ini telah berubah nama dan strukturnya disesuaikan dengan adanya konsep BHMN (Badan Hukum Milik Negara) universitas masing-masing. Beberapa lembaga lain yang mempunyai aktivitas dalam bidang bioteknologi misalnya adalah dari Lembaga riset non departemen yaitu: Pusat Riset Bioteknologi LIPI, Pusat Pengkajian Bioteknologi BPPT, BATAN, Pusat Riset dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik DEPTAN, Pusat Riset dan Pengembangan Holtikultur DEPTAN, Pusat Riset dan Pengembangan makanan ternak DEPTAN, Pusat Riset dan Pengembangan Bioteknologi Perkebunan, Pusat Penelitian dan Pengembangan Departemen Kesehatan. Beberapa industri dan BUMN yang mempunyai aktivitas dalam bidang Bioteknologi seperti PT. Biofarma, PT Sanbe, PT Bioindustr Indonesia, PT Rajawali , PT Politani, PT Intisa, PT Monfori Nusantara, PT Pupuk Kaltim, NAMRU Jakarta. Beberapa Universitas swasta sudah mulai dengan penelitian dalam bidang bioteknologi yaitu Laboratorium Hepatika Universitas Mataram, Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Pusat Riset Bioteknologi Universitas Muhamadiyah Malang, Pusat Bioteknologi Universitas Jember, dan Universitas Udayana Bali. Instansi tersebut diatas mempunyai kegiatan penelitian bidang bioteknologi, namun belum terkoordinasi dan masing-masing berjalan sendiri sesuai dengan interestnya, kurang adanya target bersama dan koordinasi. Jumlah peneliti yang tersebar dibeberapa institusi. Aspek pendanaan merupakan kendala, kartena keterbatasan dan dari Pemerintah untuk keperluan penelitian , pengembangan dan penerapan bioteknologi.
Penelitian dalam bidang transgenik dalam status percobaan telah dilakukan di Indonesia, seperti pada tabel berikut Tabel 6: Status Percobaan Tanaman Transgenik di Indonesia Tanaman
Sifat
Jagung BT Jagung Bt Jagung Pinil Jagung RR Kapas Bt Kapas RR Kacang tanah Kedele RR Kentang Bt Padi BT & GNA
Agen
Tahan hama ACB Tahan hama ACB Tahan hama ACB Tahan herbisida glyphosate Tahan hama CBW Tahan herbisida glyphosate Tahan virus Pstv Tahan herbisida glyphosate Tahan hama PTM Tahan hama penggerek batang & wereng coklat
Uji Coba
Pioneer
Sedang
Uji Lapangan -
Monsanto
Sudah
Sudah
Balitbio/ABSP
Sedang
-
Monsanto
Sudah
Sudah
Monsanto
Sudah
Sudah
Balitbio/ ABSP
Akan
-
Balitbio/ACIAR Monsanto
Akan Sudah
Sudah
Balitsa/Balitan/ MSU P3B LIPI
Telah
Akan
Sedang
-
Sumber: Haryanto Dhanutirto (2004) Sedangkan status kerjasama dengan luar negeri terlihat berikut Tabel 7:
Status Pengujian Kerjasama Dengan Luar Negeri
Tanaman
Kacang tanah
Sifat Tahan penggerek batang Tahan Pstv
Kentang Ubi jalar
Tahan PTM Tahan SPFMV
Jagung
Keterangan: ACIAR = Balitbio = Bt = CP = MSU = Pstv = PTM =
Gen
Agen
Bt
Balitbio /ICI Seed Co.
Cp
Balitbio/ ACIAR Balitbio/ MSU Balitbio/ Monsanto
Bt CP
Australian Center for International Agricultural Research. Balai Penelitian Bioteknologi Tanaman Pangan. Bacillus Thuringiensis Coat Protein Michigan State University Peanute Stripe Virus Potato tuber moth.
SPFMP = Sweet feathery mottle virus. ALTERNATIF RUMUSAN KEBIJAKAN Alternatif rumusan kebijakan untuk Pengembangan Sistem Inovasi Nasional khususnya pada Pengembangan Bioteknologi Nasional didasarkan terutama pada substansi sebagai berikut: Koordinasi pada penelitian yang dilakukan menyangkut pada fokus dan prioritas yang jelas serta arah jangka pendek, menengah dan panjang serta institusi yang ,memeipin dalam bidang penelitian tertentu dan target produk dan tahapan waktu pencap[aian saran Kerjasama dengan instansi lain, komunikasi ilmiah serta menciptakan suasana kondusif untuk Aliansi Startegis dengan pihak industri dan swasta (Inovator, Fasilitator, dan Industri ) Sarana dan Prasarana pendukung investasi serta sistem Tax insentiv yang menarik SDM (Sumber Daya Manusia) yang handal, sistem karier dan reward yang jelas dengan dasar objektif dan prestasi Sistem pendanaan yang mengikut sertakan pihak industri, swasta dan perbankan disamping dana dari pemerintah. Pemberian sistem insentif bagi industri atau swasta yang tertarik dan terjun dalam bidang bioteknologi. Aspek keamanan produk dan kontrol kualitas produk Aspek kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi menyangkut penguasaan teknologi terbaru seperti Kloning, molecular farming, transgenik, DNA r ekombinan dan lainnya Menciptakan alternatif adanya center of excelent dan pilihan produksi produk yang prospektif seperti yang akan dilakukan dengan pendirian BioIsland
DAFTAR PUSTAKA 1. Yuthavong Y and Gibbons GC, Biotechnology for Development. Principles and Practice Relevant to Developing Countries, National Science and Technology Development Agency, Bangkok, Thailand, 1994 2. Witarto AB, Kebijakan Bioteknologi Jepang : Upaya Pemerintah Menjadikan Bioteknologi Menjadi Industri Andalan Masa Depan, Proceedings of Seminar on Science Policy, ISTECS Chapter Japan, 2000 3. Mugabe J, Biotechnology in Developing Countries and Countries with Economies Transition : Strategic Capacity Building Considerations, Background Paper Prepared for the United Nations Conference on Trade and Development (UNCTAD), Geneva, Switzerland, April 5, 2000
4. Jembere K and Belete W, Towards a National Biotechnology Policy in Ethiopia, Paper prepared for Biotechnology and Public Policy Training Course, Organized by The African Centre for Technology Studies (ACTS), Nairobi, Kenya, 1999 5. Lee, Kongres National Innovation System of Korea, Presented at S & T and R & D Management Training Program, STEPI., 2001 6. Haryanto Dhanutirto, Masa Depan Tanaman Transgenik di Indonesia, Jakarta, 2004. 7. M. Herman, Kebijaksanaan dan Regulasi Pemanfaatan Tanaman Transgenik, Jakarta, 2004. 8. Y.A.Trisyono, Peluang Indonesia Untuk Memanfaatkan Teknologi dan Produk Transgenik Pertanian, Jakarta, 2004. 9. Fransman M, Biotechnology: Generation, Diffusion, and Policy, in Technology and Innovation in the International Economy, Ed by Charles Cooper, United Nations University Press, Tokyo, 1994 10. Witarto AB, Kebijakan Bioteknologi Jepang : Upaya Pemerintah Menjadikan Bioteknologi Menjadi Industri Andalan Masa Depan, Proceedings of Seminar on Science Policy, ISTECS Chapter Japan, 2000 11. Lundvall BA, National Systems of Innovation : Towards a Theory of Innovation and Interactive Learning, Pinter Publisher, London, 1992 12. Nelson RR. (ed.), National Systems of Innovation : A Comparative Study, Oxford University Press, Oxford 13. Mugabe J, BIOTECHNOLOGY IN DEVELOPING COUNTRIES AND COUNTRIES WITH ECONOMIES IN TRANSITION : Strategic Capacity Building Considerations, Background Paper Prepared for the United Nations Conference on Trade and Development (UNCTAD), Geneva, Switzerland, April 5, 2000