PENANAMAN SIKAP NASIONALISME MELALUI MATA PELAJARAN MUATAN LOKAL WAWASAN KEBANGSAAN PADA SISWA KELAS VIII DI SMP N 1 NGLEGOK KABUPATEN BLITAR THE INVESTMENT OF NATIONALISM THROUGH NATIONAL INSIGHT LOCAL CONTENT SUBJECT OF VIII GRADERS AT SMP N 1 NGLEGOK BLITAR Ivan Nove Ainun Najib * *
Jurusan Hukum dan Kewarganegaraan FIS UM, Email:
[email protected] ABSTRAK: Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan penanaman sikap nasionalisme melalui mata pelajaran muatan lokal Wawasan Kebangsaan pada siswa kelas VIII. Metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Hasil penelitian: (1) Latar belakang pemberian mata pelajaran muatan lokal Wawasan Kebangsaan pada Siswa Kelas VIII karena akibat dari pengaruh negatif teknologi informasi dan saat ini generasi muda indonesia telah banyak melakukan tawuran. Tujuan mata pelajaran Wawasan Kebangsaan mengembangkan nilai-nilai luhur seperti yang tercermin dalam pancasila dan UUD 1945; (2) Program mata pelajaran muatan lokal Wawasan Kebangsaan termuat dalam KTSP SMP N 1 Nglegok; (3) Rancangan pembelajaran mata pelajaran muatan lokal Wawasan Kebangsaan termuat dalam Komponen silabus dan RPP; (4) Pelaksanaan pembelajaran Wawasan Kebangsaan belum tercapai maksimal karena siswa ada yang masih belum mengerjakan tugas rumah, ada siswa yang membuat ramai kelas. Serta belum terlihat guru mampu mengkondisikan kelas; (5) Kendala : (a) faktor guru; (b) faktor siswa; (6) Upaya : (a) faktor guru; (b) faktor siswa. Kata Kunci : sikap nasionalisme, muatan lokal, wawasan kebangsaan ABSTRACT: This study aims to describe the attitude of nationalism through the planting of local content subjects Insights Nationality in class VIII. The method used is descriptive qualitative. The results: (1) Background granting local content subjects Insights Nationality in Class VIII as a result of the negative effects of information technology and the current young generation of Indonesia has conducted a brawl. Insights course goals Nationality develop noble values as reflected in the Pancasila and the 1945 Constitution, (2) program local content subjects contained in SBC Insights Nationality SMP N 1 Nglegok, (3) instructional design local content subjects contained in the Nationality Insights component of the syllabus and lesson plans,
(4) Implementation Insights Nationality learning because students have not reached maximum there are still chores, there are students who make the class lively. And have not yet seen the teacher is able to condition class; (5) Constraints: (a) teacher factors; (b) factor of students; (6) Efforts: (a) teacher factors; (b) factor students. Keywords: attitude of nationalism, local content, the concept of nationalism Indonesia sebagai sebuah negara yang yang dikenal sebagai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) kini telah berusia lebih dari 67 tahun. Terhitung sejak proklamasi kemerdekaan tanggal 17 agustus 1945, sampai saat ini masih dihadapkan pada sebuah tantangan besar yakni mempertahankan semangat nasionalisme
bangsa
Indonesia
dalam
mengisi
dan
mempertahankan
kemerdekaan. Sebagai sebuah negara yang terdiri atas beranekaragam suku, agama dan ras, serta wilayahnya yang sangat luas, Bangsa Indonesia harus tetap memiliki daya pengikat yang dapat mempererat persatuan dan kesatuan bangsa yang disebut nasionalisme. Namun pada saat ini Indonesia menghadapi beraneka ragam permasalahan yang rumit. Mulai dari masalah angka pengangguran yang makin hari makin meningkat, kemiskinan, korupsi, masalah terorisme dan lain sebagainya. Berbagai permasalahan tersebut juga berdampak buruk terhadap rasa nasionalisme anak bangsa Indonesia. Rasa nasionalisme anak Indonesia terhadap bangsa mulai dipertanyakan, bahkan mulai diragukan keberadaannya. Kohn (Sari, 1961: 11) berpendapat bahwa, “Nasionalisme adalah suatu paham yang berpendapat bahwa kesetiaan tertinggi individu harus diserahkan kepada negara kebangsaan”. Perasaan sangat mendalam akan suatu ikatan yang erat dengan tanah tumpah darah dengan tradisi-tradisi setempat dan penguasapenguasa resmi di daerahnya selalu ada sepanjang sejarah dengan kekuatan yang berbeda-beda. Kartadinata (2011:8) menyatakan Survey Kehidupan Bernegara (SKB) yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) pada tanggal 27-29 Mei 2011, ditemukan bahwa persentase masyarakat yang mengetahui tentang NKRI dan Bhineka Tunggal Ika sebagai pilar kehidupan berbangsa dan bernegara hanya
sekitar 67-78 persen. Dari hasil Survey yang dilakukan di 181 kabupaten/kota, di 33 propinsi, di seluruh Indonesia yang melibatkan 12.056 responden ini tampak bahwa masyarakat Indonesia memiliki Wawasan Kebangsaan yang minim, bahkan ada sebanyak 10% masyarakat yang tidak mampu untuk menyebutkan sila-sila Pancasila secara lengkap. Berdasarkan hal tersebut jelas bahwa Wawasan Kebangsaan masyarakat yang saat ini mulai mengalami penurunan. permasalahan yang sedang dihadapi bangsa indonesia tidak hanya mempengaruhi budaya bangsa, namun juga mempengaruhi rasa nasionalisme. baik di masyarakat pada umumnya maupun di kalangan siswa pada khususnya. Siswa sebagai salah satu kekuatan bangsa di bidang pendidikan Indonesia dianggap memiliki nasionalisme yang rendah. Hal ini disebabkan karena semangat kebangsaan siswa-siswi di Sekolah mulai memudar. Dari tahun ketahun rasa nasionalisme siswa dirasakan semakin menurun. Misalnya dapat dilihat dari cara siswa yang kurang mengindahkan peraturan dan tata tertib sekolah, siswa kurang disiplin terhadap waktu, kurang memelihara keindahan dan kebersihan lingkungan, siswa seakan-akan lupa dan tidak mengenang jasa para pahlawan, jika dulu nasionalisme kaum muda diarahkan untuk melawan penjajah, saat ini siswa sebagai generasi penerus bangsa harus mengisinya dengan belajar dengan bersungguh-sungguh serta berusaha untuk memajukan bangsa indonesia dengan menunjukkan prestasi diri di sekolah. Sikap tidak khidmat dalam mengikuti upacara bendera. Serta kurang berpartisipasi dalam kegiatan acara peringatan sumpah pemuda. Maka perlu adanya upaya menanamkan, menumbuhkembangkan dan memelihara Wawasan Kebangsaan masyarakat melalui sentra-sentra pendidikan seperti sentra keluarga, masyarakat dan sekolah. Permasalahan
yang
dihadapi
bangsa
Indonesia
saat
ini
adalah
berlangsungnya pendidikan yang kurang bermakna bagi pembentukan wawasan kebangsaan siswa, yang berakibat merosotnya kualitas kepribadian dan kesadaran terhadap makna kehidupan. Jika hal itu diabaikan, maka menurunnya wawasan kebangsaan siswa pada masa mendatang merupakan suatu hal yang tidak dapat dibendung lagi oleh siapa pun. Sebenarnya, menurunnya wawasan kebangsaan dikalangan siswa telah banyak dirasakan oleh masyarakat, maupun kalangan
pendidikan. Misalnya rasa persaudaraan siswa yang semakin menipis dimana siswa bersikap acuh tak acuh terhadap siswa lain. Mereka lebih mementingkan diri sendiri dan kelompoknya dibandingkan kepentingan umum, memilih-milih dalam berteman serta kurangnya rasa kepedulian sosial terhadap teman sehingga kurangnya kesediaan kerelaan berkorban untuk memberikan bantuan atau sumbangan terhadap orang yang terkena musibah. Jika hal tersebut dibiarkan begitu saja maka akan semakin mengancam kehidupan bangsa, sebab generasi muda dan siswa sekolah merupakan generasi penerus bangsa yang akan melanjutkan kepemimpinan yang lebih baik di masa yang akan datang. Berkaitan dengan kenyataan itu, mata pelajaran muatan lokal Wawasan Kebangsaan yang ditetapkan oleh dinas pendidikan daerah juga harus dapat menumbuhkan jiwa patriotik dan mempertebal rasa nasionalisme, dan meningkatkan wawasan kebangsaan siswa. Suparlan
(2002:
15)
menyimpulkan
“lewat
pendidikan
nasional
diharapkan warga Negara memiliki kesadaran cinta tanah airnya, tebal semangat kebangsaan, tinggi kesetiakawanan sosial, percaya pada diri sendiri, inovatif dan kreatif, mampu membangun diri sendiri dan bersama-sama bertanggung jawab atas pembangunan negara dan bangsa”. Adanya pelaksanaan pengajaran pendidikan wawasan kebangsaan diharapkan dapat memberi andil bagi pembentukan nasionalisme, pendidikan wawasan kebangsaan dapat membentuk warga negara yang baik, yakni warga negara yang sanggup melaksanakan hak dan kewajibannya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Pendidikan sebagai proses investasi sumber daya manusia dan moral sosial merupakan proses yang tidak mengenal akhir. Selama ini, bangsa Indonesia terus berupaya membenahi pendidikan nasional, yaitu pendidikan yang tumbuh dan berkembang di atas landasan kebudayaan nasional. Masyarakat, bangsa, dan negara yang kokoh dan kuat ikatan nasionalnya itu hanya mungkin terbentuk apabila terbangun dan dikembangkan atas dasar pendidikan pula. Selain menurut Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, yang mewajibkan pendidikan kewarganegaraan diajarkan di setiap jenjang pendidikan, Pemerintah Kabupaten Blitar melalui keputusan Dinas pendidikan daerah
Kabupaten Blitar Nomor : 421.3/2520/409.101/2010 tentang pelaksanaan muatan lokal wawasan kebangsaan. Yang isinya memutuskan Membentuk Tim penyusun kurikulum muatan lokal untuk SD, SMP, SMA/SMK pada lembaga pendidikan di Dinas Pendidikan Daerah Kabupaten Blitar, Muatan lokal ini wajib diajarkan kepada siswa dengan alokasi waktu 1 (satu) jam pelajaran untuk Wawasan Kebangsaan serta mewajibkan setiap satuan pendidikan mengajarkan muatan lokal wawasan kebangsaan kepada siswa SD kelas IV, V, dan VI, Siswa SMP kelas VIII semester 2 dan kelas IX, dan siswa SMA/SMK kelas XI semester 2 dan kelas XII.begitu juga di SMP Negeri 1 Nglegok diajarkan muatan lokal wawasan kebangsan. Penerapan muatan lokal wawasan kebangsaan dalam setiap satuan pendidikan merupakan hal yang sangat penting karena dapat menanamkan sikap nasionalisme pada generasi muda. Wawasan kebangsaan masyarakat yang tinggi sangat diperlukan bagi bangsa Indonesia agar dapat menghasilkan kinerja yang baik. Kinerja yang baik dapat tumbuh karena adanya wawasan kebangsaan yang baik pula. Jika upaya pendidikan wawasan kebangsaan seperti diuraikan diatas segera dilakukan secara terencana, bertahap dan berkesinambungan maka kita dapat memiliki kembali harapan dan juga dengan izin Tuhan dalam beberapa tahun mendatang kondisi wawasan kebangsaan akan semakin membaik dengan adanya transparansi, tidak adanya kolusi, korupsi dan nepotisme seperti yang sekarang terjadi dan masih dapat dilihat di media cetak dan elektronik yang mengemuka dengan adanya kasus-kasus korupsi, kekerasan di masyarakat dan berbagai pelanggaran yang dilakukan oleh dan terhadap masyarakat. Apabila wawasan kebangsaan sudah tinggi maka hal ini tidak akan terjadi lagi atau setidaknya bisa dieliminasi dengan adanya rasa nasionalisme, budaya malu, rasa harga diri, dedikasi serta semangat kerja yang tinggi. Maka seharusnya sejak usia dini anakanak sudah dikenalkan untuk memahami keberadaan jati dirinya sebagai suatu bangsa serta beraneka ragam budaya yang dimiliki oleh bangsa Indonesia, maka sikap nasionalisme akan tertanam lebih dalam di benak anak-anak. Sikap nasionalisme harus ditanamkan sejak dini karena saat itulah anak-anak dapat mempelajari dengan baik dan mulai pengetahuan seputar bangsa indonesia.
SMP Negeri 1 Nglegok adalah salah satu sekolah yang menerapkan mata pelajaran muatan lokal wawasan kebangsaan di Kabupaten Blitar. Selain wawasan kebangsaan ada mata pelajaran muatan lokal yang lainnya seperti pendidikan Budi Pekerti, dan Praktek Keagamaan. Menurut Keputusan Dinas pendidikan daerah Kabupaten Blitar Nomor : 421.3/2520/409.101/2010, mata pelajaran itu perlu diterapkankan agar siswa dapat lebih meningkatkan rasa cinta tanah air, berperilaku sesuai norma yang berlaku, dan meningkatkan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Untuk itulah peneliti ingin mengetahui penanaman sikap nasionalisme di sekolah, dan tingkat nasionalisme siswa yang mendapatkan pelajaran wawasan kebangsaan, sehingga peneliti mengangkat judul Penanaman Sikap Nasionalistik Melalui Mata Pelajaran Muatan Lokal Wawasan Kebangsaan Pada Siswa Kelas VIII di SMP N 1 Nglegok Kabupaten Blitar. penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan: (1) Latar belakang pemberian mata pelajaran muatan lokal Wawasan Kebangsaan pada siswa kelas VIII di SMP N 1 Nglegok; (2) Program mata pelajaran muatan lokal Wawasan Kebngsaan pada siswa kelas VIII di SMP N 1 Nglegok; (3) Rancangan pembelajaran mata pelajaran muatan lokal Wawasan Kebangsaan pada siswa kelas VIII di SMP N 1 Nglegok; (4) Pelaksanaan pembelajaran mata pelajaran muatan lokal Wawasan Kebangsaan pada siswa kelas VIII di SMP N 1 Nglegok; (5) Kendala yang dihadapi guru dalam menanamkan sikap nasionalisme melalui mata pelajaran muatan lokal Wawasan Kebangsaan pada siswa kelas VIII di SMP N 1 Nglegok; (6) Upaya guru dalam mengatasi kendala dalam menanamkan sikap nasionalisme melalui mata pelajaran muatan lokal Wawasan Kebangsaan pada siswa kelas VIII di SMP Negeri 1 Nglegok. METODE Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Bogdan dan Taylor (dalam Moleong, 2002: 3) mendefinisikan pendekatan kualitatif, sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan pelaku yang dapat diamati. Metode ini digunakan untuk mendiskripsikan penanaman sikap nasionalisme melalui mata pelajaran muatan lokal Wawasan Kebangsaan.
Sumber data penelitian ini adalah (1) Primer, Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Blitar Bapak Romelan, M.Pd, Kepala sekolah SMP N 1 Nglegok Bapak Triono, M.Pd, Guru mata pelajaran Wawasan Kebangsaan Ibu Sujining, S.Pd, dan beberapa Siswa kelas VIII di SMP N 1 Nglegok; (2) Sekunder, SK Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Blitar Nomor : 421.3/2520/409.101/2010, KTSP SMP N 1 Nglegok, RPP dan Silabus Guru mata pelajaran Wawasan Kebangsaan kelas VIII B SMP N 1 Nglegok. Teknik pengumpulan data penelitian ini adalah (1) Observasi partisipatif digunakan untuk mengumpulkan data tentang pelaksanaan tindakan pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan siswa dalam melaksanakan pembelajaran mata pelajaran wawasan kebangsaan sebagai upaya menanamkan sikap nasionalisme siswa.; (2) wawancara, wawancara yang digunakan adalah wawancara terstruktur. Wawancara ini digunakan untuk mengetahui latar belakang pemberian mata pelajaran mauatan lokal wawasan kebangsaan, program mata pelajaran Wawasan Kebangsaan pada siswa kelas VIII, rancangan pembelajaran mata pelajaran Wawasan Kebangsaan pada kelas VIII, pelaksanaan pembelajaran muatan lokal wawasan kebangsaan, kendala yang dihadapi guru dalam menanamkan sikap nasionalisme, serta upaya guru dalam mengatasi kendala dalam menanamkan sikap nasionalisme melalui mata pelajaran muatan lokal wawasan kebangsaan pada kelas VIII di SMP N 1 Nglegok; (3) Dokumentasi, Studi dokumentasi dilakukan dengan cara mengumpulkan data-data melalui Surat Keputusan Dinas Pendidikan Daerah Kabupaten Blitar nomor 421.3/2520/409.101/2010 Tentang : penetapan mata pelajaran muatan lokal wawasan kebangsaan, budi pekerti dan praktek keagamaan pada lembaga SD, SMP, SMA/SMK Kabupaten Blitar, KTSP SMP N 1 Nglegok, silabus, RPP mata pelajaran muatan lokal wawasan kebangsaan serta foto bukti kegiatan pelaksanaan pembelajaran mata pelajaran muatan lokal wawasan kebangsaan sebagai
upaya menanamkan
sikap
nasionalisme siswa kelas VIII. Studi dokumentasi dilakukan pada saat pelaksanaan pembelajaran muatan lokal wawasan kebangsaan di sekolah sebagai bukti otentik dan pendukung suatu kebenaran dalam penelitian ini. Kegiatan analisis data dilakukan dengan menggunakan interactive model (Miles dan Huberman dalam sugiyono, 2009:247) dan
dilakukan melalui
beberapa tahapan, yaitu: (1) Reduksi data. Kegiatan ini dilakukan dengan mengumpulkan semua data yang diperoleh di lapangan (data mentah) berupa hasil wawancara para subjek penelitian dan pengamatan secara langsung di SMPN 1 Nglegok dalam memperoleh data. Data atau informasi tersebut dipilah, dirangkum dan disusun secara sistematis sehingga memudahkan peneliti dalam mencari data; (2) Penyajian data. Data disajikan dalam bentuk teks narasi atau uraian yang menyerupai cerita. Bentuk narasi tersebut dimulai dari langkah awal penelitian sampai peneliti mengakhiri kegiatan penelitiannya; (3) Menarik kesimpulan. HASIL DAN PEMBAHASAN Latar Belakang Pemberian Mata Pelajaran Muatan Lokal Wawasan Kebangsaan pada Siswa Kelas VIII di SMP N 1 Nglegok Berdasarkan temuan penelitian, muatan lokal yang dibuat oleh Dinas Pendidikan Daerah Kabupaten Blitar terdapat tiga mata pelajaran, antara lain Pendidikan Budi Pekerti, Wawasan Kebangsaan, dan Praktek Keagamaan. Salah satunya Wawasan Kebangsaan, adapun alasan pemberian mata pelajaran muatan lokal Wawasan Kebangsaan pada tingkat SMP seluruh Kabupaten Blitar adalah akibat dari pengaruh negatif teknologi informasi dan pada saat ini rakyat, khususnya generasi muda indonesia telah banyak melakukan tawuran. Ini sangat memprihatinkan, mengingat Blitar terkenal sebagai tempat lahirnya sang Proklamator Ir. Soekarno. Tujuan mata pelajaran Wawasan Kebangsaan mengembangkan nilai-nilai luhur seperti yang tercermin dalam pancasila dan UUD 1945. lembaga sekolah memiliki peranan dan tanggung jawab yang sangat penting dalam mempersiapkan warga
negara
yang
memiliki
komitmen
kuat
dan
konsisten
untuk
mempertahankan NKRI. dan perlu ditanamkan kepada seluruh komponen bangsa Indonesia, khususnya generasi penerus bangsa. Sehingga perlu adanya mata pelajaran Wawasan Kebangsaan yang dapat menumbuhkan semangat kebangsaan, demi tercapainya cita-cita dan tujuan negara Indonesia. Temuan penelitian tentang alasan pemberian mata pelajaran muatan lokal wawasan kebangsaan pada siswa kelas VIII di SMP N 1 Nglegok sesuai dengan pendapat Antonius Atosoki Gea. Karena menurut Antonius Atosoki Gea (2002:57) menyatakan bahwa Wawasan Kebangsaan bertekad memperkokoh
solidaritas melalui sikap perilaku saling menghargai atau toleransi antar sesama manusia Indonesia, dengan tidak membedakan sesamanya atas dasar apapun. Sehingga para generasi muda dapat menghargai perbedaan dan tidak melakukan tawuran antar pelajar. Sedangkan tujuan mata pelajaran Wawasan Kebangsaan tersebut sesuai dengan Panduan Kurikulum Muatan lokal Wawasan Kebangsaan (2012:2) tentang tujuan mata pelajaran Wawasan Kebangsaan adalah untuk membentuk kompetensi siswa untuk berfikir kritis, kreatif dan rasional. berpartsipasi, bertanggung jawab dan bertindak cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri siswa yang berkarakter Indonesia, mengembangkan nilai luhur yang tercermin dalam pancasila dan UUD 1945, serta selalu setia dan patuh terhadap ideologi bangsa Pancasila, UUD 1945, dan NKRI yang berbhineka Tunggal Ika. Program Mata Pelajaran Muatan lokal Wawasan Kebangsaan Pada Siswa Kelas VIII di SMP N 1 Nglegok Sejak turunnya SK Dinas Pendidikan Daerah Kabupaten Blitar Nomor 421.3/2520/409.101/2010. Pada awal tahun ajaran 2011/2012, satuan pendidikan mulai dari SD, SMP/MTs, sampai SMA/SMK/MA di seluruh Kabupaten Blitar mulai menerapkan mata pelajaran muatan lokal daerah, tak terkecuali mata pelajaran muatan lokal Wawasan Kebangsaan. Dan yang mengajar mata pelajaran muatan lokal Wawasan Kebangsaan di SMP N 1 Nglegok Kabupaten Blitar adalah guru mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan, hal ini didasari karena saling terkaitnya materi mata pelajaran Wawasan Kebangsaan dengan Pendidikan Kewargnegaraan. Temuan peneliti tersebut jika dikaitkan dengan pendapat dari Efendi (2009:86) yang menyatakan bahwa muatan lokal adalah program pendidikan yang dipelajari oleh siswa yang sekolah di daerah itu. Selanjutnya tujuan program mata pelajaran muatan lokal Wawasan Kebangsaan adalah membentuk kompetensi siswa untuk : 1)Berpikir kritis, kreatif dan rasional; 2) Berpartisipasi, bertanggung jawab dan bertindak cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara; 3) Berkembang secara positif
dan demokratis untuk membentuk diri siswa yang berkarakter indonesia; 4) Mengembangkan nilai-nilai luhur seperti tercermin dalam pancasila dan UUD 1945; 5) Selalu setia, patuh terhadap ideologi bangsa pancasila, UUD 1945, dan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berbhineka Tunggal Ika. Tujuan program mata pelajaran muatan lokal Wawasan Kebangsaan sebenarnya sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Nur Syam (2009:161) yang menyatakan bahwa Wawasan Kebangsaan merupakan pengetahuan, sikap, dan tindakan yang didasarkan atas kesadaran masyarakat Indonesia yang berada dalam NKRI yang berwarna-warni suku, agama, etnis, tradisi dan kebudayaannya adalah bangsa yang satu dan akan dipertahankan sampai kapanpun. Kemudian fungsi mata pelajaran Wawasan Kebangsaan adalah sebagai wahana untuk membentuk peserta didik yang cerdas, terampil, berbudi pekerti luhur, berkarakter, memiliki kepekaan dan kepedulian terhadap lingkungan serta setia terhadap bangsa dan negara indonesia, patuh terhadap peraturan dengan merefleksikan dirinya dalam kebiasaan dan berfikir, bertindak atau berbuat sesuai dengan amanat Pancasila dan UUD 1945. tujuan menjadi pijakan dalam program pelaksanaan pendidikan Wawasan Kebangsaan di sekolah, khususnya Wawasan kebangsaan. Di antara sekian banyak sekolah di Kabupaten Blitar yang mengajarkan mata pelajaran muatan lokal Wawasan Kebangsaan ialah SMP N 1 Nglegok. Temuan penelitian tersebut sudah sesuai dengan yang diungkapkan oleh Warlim (2004:9) yang menyatakan bahwa Bangsa Indonesia mempunyai Wawasan Kebangsaan yang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. Berdasarkan nilai tersebut Bangsa Indonesia memiliki cara pandang untuk bertindak dan melangkah kedepan dalam mencapai tujuan nasional. Sedangkan program mata pelajaran Wawasan kebangsaan di SMP N 1 Nglegok menjadi bagian kurikulum tersendiri sesuai dengan instruksi Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Blitar melalui SK Dinas Pendidikan Daerah Kabupaten Blitar Nomor 421.3/2520/409.101/2010 yang menyatakan Pelaksanaan muatan lokal Wawasan Kebangsaan, budi pekerti dan praktek keagamaan pada lembaga SD, SMP, SMA/SMK seluruh Kabupaten Blitar. Wawasan Kebangsaan menjadi kurikulum tersendiri, karena sudah mendapatkan persetujuan Kepala
Dinas Pendidikan Kabupaten Blitar, meskipun waktu pembelajarannya hanya 1 jam pelajaran dalam 1 minggu. Program mata pelajaran Wawasan Kebangsaan pada dasarnya juga sudah sangat relevan dengan pernyataan Susanto (2007:35) yang menyatakan jika materi mata pelajaran muatan lokal tidak sesuai menjadi bagian dari mata pelajaran lain karena terlalu banyak, maka harus menjadi mata pelajaran tersendiri. Nilai utama dalam standar kompetensi (SK)/kompetensi dasar (KD) khususnya kelas VIII semester 1 dan 2 mata pelajaran Wawasan Kebangsaan sebagai salah satu bentuk penanaman sikap nasionalisme, terutama nilai rela berkorban, kepahlawanan,keanekaragaman, persatuan dan kesatuan, dan cinta tanah air. Namun secara umum penanaman sikap nasionalisme dapat dilakukan dalam aktifitas di pergaulan sekolah, keluarga dan masyarakat. Dalam rangka menanamkan sikap nasionalisme pada siswa kelas VIII SMP N 1 Nglegok, materi standar kompetensi (SK)/kompetensi dasar (KD) khususnya kelas VIII semester 1 dan 2 yang terdapat dalam program pendidikan Wawasan Kebangsaan sesuai dengan yang dikemukakan menurut Soegito (dalam Nurina, 2006:96) yang mana indikator sikap nasionalisme adalah rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara, mengutamakan persatuan dan kesatuan, cinta tanah air yang merupakan modal yang penting dalam membangun suatu negara, serta berjiwa pembaharu dan tidak kenal menyerah atau pekerja keras. Rancangan Pembelajaran Mata Pelajaran Muatan Lokal Wawasan Kebangsaan Pada Kelas VIII di SMP N 1 Nglegok Silabus dan RPP adalah Rancangan pembelajaran. keduanya dibuat sebelum pembelajaran, tak terkecuali mata pelajaran muatan lokal Wawasan Kebangsaan juga harus menggunakannya. RPP dan Silabus digunakan sebagai patokan dalam proses belajar mengajar di dalam kelas sehingga hasil belajar peserta didik sesuai dengan yang diharapkan. Dalam menanamkan sikap nasionalisme yang terkemas dalam mata pelajaran Wawasan Kebangsaan maka seorang guru harus lebih memahami konsep tentang nilai-nilai nasionalisme itu sendiri, dengan pemahaman yang baik mengenai nilai nasionalisme maka guru akan lebih mudah dalam menyusun Silabus dan RPP dalam proses pembelajaran seperti memuat materi dan penilaiannya.
Temuan penelitian tersebut jika dikaitkan dengan pendapat dari Budimansyah sangat relevan karena menurut Budimansyah (2002:8) menyatakan bahwa salah satu ciri guru yang reaktif adalah Segera mengenali materi atau metode pembelajaran yang akan digunakan sehingga tidak membuat siswa bosan. Bila hal ini ditemui, ia segera menanggulanginya. Komponen silabus yang dibuat oleh guru mata pelajaran Wawasan Kebangsaan SMP N 1 Nglegok Kabupaten Blitar terdiri dari beberapa komponen yang antara lain satuan pendidikan, mata pelajaran, kelas/semester, tahun pelajaran, standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, penilaian, waktu, dan sumber/alat belajar. Untuk materi pembelajaran, dikembangkan dengan cara mengaitkan materi sesuai dengan perkembangan yang terjadi dalam masyarakat. Dan dimulai lewat lingkungan sekolah. Cara seperti ini akan tidak menyulitkan siswa dalam memahami materi Wawasan Kebangsaan. Hal ini sesuai dengan Panduan Kurikulum Mata Pelajaran Wawasan Kebangsaan (2012:3) pembelajaran pada mata pelajaran wawasan kebangsaan merupakan proses dan upaya dengan menggunakan pendekatan belajar CTL untuk mengembangkan dan meningkatkan kecerdasan, dan ketrampilan supaya membentuk karakter warga negara Indonesia. Untuk Langkah langkah pembelajaran, yang mewujudkan penanaman sikap nasionalisme adalah Pertama, ketika siswa diminta bernyanyi lagu Indonesia Raya secara bersama-sama, ini dilakukan agar siswa dapat mulai mencintai lagulagu kebangsaan. Kedua , membentuk kelompok dan berdiskusi. Melalui diskusi ini peserta didik diharapkan dapat disiplin tepat waktu dalam mengerjakan tugas kelompok sehingga kelak siswa dapat memiliki rasa dispilin diri guna mencapai displin nasional yang tinggi, peserta didik diharapkan dapat bekerja keras untuk kesuksesan kerja dan hasil kerja kelompoknya sehingga kelak siswa dapat memiliki sikap bekerja keras untuk kemakmuran diri sendiri, keluarga, dan bangsa indonesia, serta peserta didik diharapkan berani mengemukakan pendapat dalam diskusi sehingga kelak siswa dapat berani menegakkan kebenaran dan keadilan di negara Indonesia.
Dalam rangka menanamkan sikap nasionalisme pada siswa kelas VIII SMP N 1 Nglegok, yang terdapat dalam langkah-langkah pembelajaran khususnya kelas VIIIB semester 2 sudah sesuai dengan yang dikemukakan menurut Soegito (dalam Nurina, 2006:96) yang mana indikator sikap nasionalisme adalah rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara, mengutamakan persatuan dan kesatuan, cinta tanah air yang merupakan modal yang penting dalam membangun suatu negara, serta berjiwa pembaharu dan tidak kenal menyerah atau pekerja keras. Kemudian penilaian pembelajaran dilakukan sebelum, selama, dan sesudah proses pembelajaran. Penilaian tertulis diberikan setelah pertemuan I, Sedangkan pertemuan II lebih menekankan pada tes lisan. Penilaian pembelajaran mata pelajaran Wawasan Kebangsaan tersebut sudah sesuai dengan pendapat Frazee dan Rudnitski (dalam Punaji Setyosari :2001:90) evaluasi pembelajaran adalah suatu aktivitas yang berdimensi pada satu waktu, waktu tertentu, yang menentukan keberhasilan atau kegagalan dalam pembelajaran. Pelaksanaan Pembelajaran Muatan Lokal Wawasan Kebangsaan Pada Siswa Kelas VIII di SMP N 1 Nglegok Penanaman sikap nasionalisme dalam pembelajaran menyatu dalam hubungan antara guru dengan siswa, dimana guru berusaha menjadi teladan yang baik untuk siswa dan siswa dibiasakan untuk melakukan kegiatan positif sesuai dengan sikap nasionalisme yang ingin ditanamkan oleh guru mata pelajaran Wawasan Kebangsaan. Serta proses pembelajaran yang dilakukan antara guru dengan murid ditandai dengan apersepsi yaitu menyanyikan lagu kebangsaan seperti Indonesia Raya. Hal ini di maksudkan agar rasa cinta terhadap tanah airnya, dimulai dari mencintai lagu kebangsaan Indonesia, dan guru memberikan pertanyaan kepada siswa seputar materi untuk mengetahui kesiapan siswa dalam belajar, kegiatan inti meliputi eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi. Eksplorasi dengan penyampaian materi pokok oleh guru, elaborasi dengan pemberian tugas individu maupun kelompok kepada siswa dan konfirmasi dengan memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang materi yang belum di mengerti, sedangkan kegiatan penutup ditandai dengan menyimpulkan materi pembelajaran.
Dalam diskusi kelompok ini, akan membantu siswa menumbuhkan perilaku disiplin, berani dan kerja keras. Diskusi dengan berkelompok dapat melatih siswa berperilaku disiplin dalam diri, karena guru mentargetkan tugas itu harus selesai hari itu juga. Disiplin diri ini merupakan modal utama dalam menciptakan disiplin nasional yang tinggi. Melatih perilaku berani, karena dalam proses diskusi, siswa diharapkan dapat berani menyampaikan pendapatnya ke teman maupun guru. Berani ini dimaksudkan agar nanti siswa dapat menegakkan kebenaran dan keadilan dalam negara Indonesia. Melatih sikap kerja keras, karena dalam mengerjakan soal diskusi kelompok, siswa dituntut untuk selalu kerja keras agar tugasnya cepat selesai. Kerja keras ini dimulai dari kelompok kecil dalam kelas bertujuan agar nantinya siswa dapat bekerja keras untuk kemakmuran sendiri, keluarga, maupun bangsa Indonesia. Dalam rangka pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru Wawasan Kebangsaan diatas sudah relevan dengan pendapat Punadji Setyosari (2001:9) komunikasi yang bermanfaat dalam proses pembelajaran adalah komunikasi yang dilakukan melalui interaksional dan transaksional. Komunikasi interaksional lebih menekankan pada hubungan timbal balik antara guru dan si belajar daripada komunikasi satu arah. Dan komunikasi transaksional memberikan berbagai kemungkinan terjadinya interaksi guru – si belajar; si belajar – si belajar; dan si belajar – guru. Untuk pengelolaan kelas, sesuatu yang nampak dalam pembelajaran adalah ketika guru menjelaskan materi, ada siswa yang membuat ramai kelas. Kemudian guru menegur secara lisan siswa yang ramai itu. Dan seketika kelas menjadi terkendali lagi. Namun masih tetap ada juga siswa yang masih ramai sendiri. Dari sini terlihat bahwa siswa kelas VIII masih kurang memperhatikan peringatan yang dilakukan oleh guru. Ketrampilan dalam mengelola kelas yang dilakukan oleh guru mata pelajaran Wawasan Kebangsaan, sudah sesuai dengan salah satu komponen ketrampilan berkaitan dengan penciptaan dan pemeliharaan kondisi belajar yang maksimal seperti yang diungkapkan J.J Hasibuan (2010:84) bahwa dalam teguran secara verbal, agar efektif harus memenuhi persyaratan antara lain tegas, jelas tertuju kepada siswa yang mengganggu dan tingkah laku harus segera dihentikan,
menghindari peringatan yang kasar atau yang mengandung penghinaan, serta menghindari ocehan yang berkepanjangan. Dapat ditarik kesimpulan bahwa berdasarkan kejadian yang diungkapkan diatas, penanaman sikap nasionalisme melalui mata pelajaran muatan lokal wawasan kebangsaan dikelas VIII belum sesuai dengan yang diharapkan, karena masih banyak siswa yang kurang memperhatiakan proses pembelajaran. Kendala Yang Dihadapi Guru Dalam Menanamkan Sikap Nasionalisme Melalui Mata Pelajaran Muatan Lokal Wawasan Kebangsaan pada Siswa Kelas VIII di SMP N 1 Nglegok Kendala guru mata pelajaran Wawasan Kebangsaan untuk menanamkan sikap nasionalisme melalui proses pembelajaran dalam kenyataan tidak hanya berasal dari gurunya saja, tetapi juga dari siswa. Antara lain kurangnya materi yang ada dalam mata pelajaran wawasan kebangsaan, guru mata pelajaran wawasan kebangsaan yang juga mengajar mata pelajaran PKn. Sehingga tidak begitu fokus, Metode yang digunakan terkadang tidak sesuai dengan kondisi kelas dan karakteristik siswa, Alokasi waktu yang terlalu sedikit, hanya 1 jam pelajaran (40 menit) dalam seminggu, Metode yang digunakan guru, terkadang masih konvensional, yaitu dengan ceramah sehingga siswa merasa bosan, dan guru masih menggunakan perangkat tahun lalu. Kendala dari guru mata pelajaran Wawasan Kebangsaan di atas sesuai dengan pendapat Roestiyah (1982:159) faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa yang datang dari guru adalah kurangnya interaksi antara guru dengan murid secara intim, menyebabkan proses belajar itu kurang lancar. Juga siswa merasa jauh dari guru, maka segan berpartisispasi secara aktif dalam belajar. Serta cara penyajian guru biasanya mengajar dengan metode ceramah saja. Siswa menjadi bosan, mengantuk, pasif, dan hanya mencatat saja. Guru yang progresif berani mencoba metode baru yang dapat membantu meningkatkan kegiatan belajar mengajar, dan meningkatkan motivasi siswa untuk belajar. Kenyataan di atas sesuai dengan pendapat Roestiyah (1982:165) yang menyatakan bahwa hambatan belajar yang timbul dari dalam diri anak itu salah satunya dapat bersifat psikologis, seperti perhatian, minat, bakat, IQ, emosi, dan gangguan psikis.
Upaya Guru Mengatasi Kendala dalam Menanamkan Sikap Nasionalisme melalui Mata Pelajaran Muatan Lokal Wawasan Kebangsaan pada Siswa Kelas VIII di SMP N 1 Nglegok Kabupaten Blitar Adapun upaya yang dilakukan oleh guru dalam Mengatasi Kendala penanaman Sikap Nasionalisme melalui Mata Pelajaran Muatan Lokal Wawasan Kebangsaan pada Siswa Kelas VIII di SMP N 1 Nglegok Kabupaten Blitar untuk meminimalkan kendala tersebut adalah pertama, guru berupaya menambahkan materi pelajaran PKn yang sama kedalam materi mata pelajaran wawasan kebangsaan, contohnya seperti materi Bela Negara dalam PKn hampir sama dengan materi Cinta Tanah Air dalam mata pelajaran Wawasan Kebangsaan. Kedua, Guru melakukan diskusi dengan guru mata pelajaran Wawasan Kebangsaan dari SMP yang lain agar materi nya bertambah. Ketiga, Guru menggunakan Metode pembelajaran yang lebih variatif agar siswa tidak merasa bosan atau jenuh saat proses belajar, misalnya dengan memutarkan video maupun film tentang pahlawan RI dan perjuangannya. Keempat, Guru selalu membuat metode yang sesuai dengan kondisi dan karakteristik kelas siswa. Kelima, Menjadi contoh yang baik untuk siswa dengan kedisiplinan yang sederhana, seperti memakai sepatu hitam polos, datang ke kelas tepat waktu, dan memakai seragam lengkap. Keenam, Guru meningkatkan motivasi belajar siswa. Ketujuh, Guru membenahi perangkat pembelajaran, agar sesuai dengan keadaan di kelas. Upaya yang dilakukan oleh guru di atas cukup relevan dengan pendapat Sunarto (2008:165) yang menyatakan bahwa hal yang dapat dilakukan oleh guru dalam proses pembelajaran untuk pengembangan emosi remaja adalah guru harus konsisten dalam mengelola kelas dan memperlakukan siswa seperti orang dewasa yang penuh tanggung jawab serta mendorong mereka untuk bersaing dengan diri sendiri. PENUTUP Kesimpulan Bertolak dari temuan penelitian dan pembahasan, hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut (1) Latar Belakang Pemberian Mata Pelajaran Muatan Lokal Wawasan Kebangsaan pada Siswa Kelas VIII di SMP N 1 Nglegok adalah akibat dari pengaruh negatif teknologi informasi dan pada saat ini generasi
muda indonesia telah banyak melakukan tawuran. Tujuan mata pelajaran Wawasan Kebangsaan mengembangkan nilai-nilai luhur seperti yang tercermin dalam pancasila dan UUD 1945. lembaga sekolah memiliki peranan dan tanggung jawab yang sangat penting dalam mempersiapkan warga negara yang memiliki komitmen kuat dan konsisten untuk mempertahankan NKRI. Sehingga perlu adanya mata pelajaran Wawasan Kebangsaan yang dapat menumbuhkan semangat kebangsaan, demi tercapainya cita-cita dan tujuan Negara Indonesia; (2) Program Mata Pelajaran Muatan lokal Wawasan Kebangsaan Pada Siswa Kelas VIII di SMP N 1 Nglegok Mata pelajaran muatan lokal Wawasan Kebangsaan di SMP N 1 Nglegok Kabupaten Blitar di pegang oleh guru mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Tujuan program mata pelajaran muatan lokal Wawasan Kebangsaan yang termuat dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SMP N 1 Nglegok adalah membentuk kompetensi siswa untuk : 1)Berpikir kritis, kreatif dan rasional; 2) Berpartisipasi, bertanggung jawab dan bertindak cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara; 3) Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri siswa yang berkarakter indonesia; 4) Mengembangkan nilai-nilai luhur seperti tercermin dalam pancasila dan UUD 1945; 5) Selalu setia, patuh terhadap ideologi bangsa pancasila, UUD 1945, dan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berbhineka Tunggal Ika. Fungsi program mata pelajaran Wawasan Kebangsaan adalah sebagai wahana untuk membentuk peserta didik
yang cerdas, terampil, berbudi pekerti luhur,
berkarakter, memiliki kepekaan dan kepedulian terhadap lingkungan serta setia terhadap bangsa dan negara indonesia, patuh terhadap peraturan dengan merefleksikan dirinya dalam kebiasaan dan berfikir, bertindak atau berbuat sesuai dengan amanat Pancasila dan UUD 1945. Dasar program mata pelajaran Wawasan kebangsaan di SMP N 1 Nglegok menjadi bagian kurikulum tersendiri adalah SK Kepala Dinas Pendidikan Daerah Kabupaten Blitar Nomor 421.3/2520/409.101/2010. Ruang lingkup dalam Program pendidikan Wawasan Kebangsaan dengan materi pokok Nilai-nilai Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan Bhineka Tunggal Ika. Sedangkan Nilai dalam standar kompetensi (SK)/kompetensi dasar (KD) khususnya kelas VIII semester 1 dan 2 mata pelajaran Wawasan Kebangsaan secara garis besar
berisi nilai rela berkorban, kepahlawanan,keanekaragaman, persatuan dan kesatuan, dan cinta tanah air; (3) Rancangan Pembelajaran Mata Pelajaran Muatan Lokal Wawasan Kebangsaan Pada Kelas VIII di SMP N 1 Nglegok, Komponen silabus yang dibuat oleh guru mata pelajaran Wawasan Kebangsaan SMP N 1 Nglegok Kabupaten Blitar terdiri dari beberapa komponen yang antara lain satuan pendidikan, mata pelajaran, kelas/semester, tahun pelajaran, standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, penilaian, waktu, dan sumber/alat belajar. Dalam membuat RPP, indikator yang di buat harus menyesuaikan dengan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasarnya. tujuan pembelajaran, menyesuaikan dengan indikator, metode , dan evaluasi. Untuk materi pembelajaran, dikembangkan dengan cara mengaitkan materi sesuai dengan perkembangan yang terjadi dalam masyarakat. Metode pembelajaran nya ceramah bervariasi, penugasan, dan diskusi kelompok. Merancang langkahlangkah pembelajaran yang sesuai dengan kondisi kelas. penilaian pembelajaran dilakukan selama, dan sesudah proses pembelajaran. Penilaian tertulis diberikan setelah pertemuan II, Sedangkan pertemuan I lebih menekankan pada tes lisan. Namun untuk tahun 2013 ini, dalam hal pembelajaran masih menggunakan perangkat pembelajaran tahun lalu (2012); (4) Pelaksanaan Pembelajaran Muatan Lokal Wawasan Kebangsaan Pada Siswa Kelas VIII di SMP N 1 Nglegok, Pelaksanaan pembelajaran mata pelajaran muatan lokal Wawasan Kebangsaan belum terlaksana secara maksimal. Hal ini dikarenakan dalam kenyataannya metode diskusi kelompok kurang berhasil dilaksanakan. Selain itu, untuk tugas, banyak siswa yang masih belum mengerjakan tugas rumah. Sedangkan pengelolaan kelas, sesuatu yang nampak dalam pembelajaran adalah ketika guru menjelaskan materi, ada siswa yang membuat ramai kelas. Kemudian guru menegur secara lisan siswa yang ramai itu. Namun secara umum belum juga terlihat guru mampu mengkondisikan kelas. Dapat ditarik kesimpulan bahwa berdasarkan kejadian yang diungkapkan diatas, penanaman sikap nasionalisme melalui mata pelajaran muatan lokal wawasan kebangsaan dikelas VIII belum sesuai dengan yang diharapkan, karena masih banyak siswa yang kurang memperhatiakan proses pembelajaran; (5) Kendala Yang Dihadapi Guru Dalam Menanamkan Sikap Nasionalisme Melalui Mata Pelajaran Muatan Lokal
Wawasan Kebangsaan pada Siswa Kelas VIII di SMP N 1 Nglegok dalam kenyataan tidak hanya berasal dari gurunya saja, tetapi juga dari siswa. dari pihak guru, kurangnya materi yang ada dalam mata pelajaran wawasan kebangsaan, guru mata pelajaran wawasan kebangsaan yang juga mengajar mata pelajaran PKn. Sehingga tidak begitu fokus, Metode yang digunakan terkadang tidak sesuai dengan kondisi kelas dan karakteristik siswa, Alokasi waktu yang terlalu sedikit, hanya 1 jam pelajaran dalam seminggu, Metode yang digunakan guru terkadang masih konvensional, yaitu dengan ceramah sehingga siswa merasa bosan, dan guru masih menggunakan perangkat tahun lalu. Dalam proses pembelajaran, Siswa kelas VIIIB, kurang disiplin, sering ramai ketika guru menjelaskan materi, Jika diminta untuk berdiskusi, siswa terkadang membicarakan hal diluar materi diskusi; (6) Upaya Guru Mengatasi Kendala dalam Menanamkan Sikap Nasionalisme melalui Mata Pelajaran Muatan Lokal Wawasan Kebangsaan pada Siswa Kelas VIII di SMP N 1 Nglegok Kabupaten Blitar adalah pertama, guru berupaya menambahkan materi pelajaran PKn yang sama kedalam materi mata pelajaran Wawasan Kebangsaan. Kedua, Guru melakukan diskusi dengan guru mata pelajaran Wawasan Kebangsaan dari SMP yang lain agar materi nya bertambah. Ketiga, Guru menggunakan Metode pembelajaran yang lebih variatif dalam setiap pertemuan agar siswa tidak merasa bosan atau jenuh saat proses belajar, misalnya dengan memutarkan video maupun film tentang pahlawan RI dan perjuangannya. Keempat, Guru selalu membuat metode yang sesuai dengan kondisi dan karakteristik kelas siswa. Kelima, Menjadi contoh yang baik untuk siswa dengan kedisiplinan yang sederhana, seperti memakai sepatu hitam polos, datang ke kelas tepat waktu, dan memakai seragam lengkap. Keenam, Guru meningkatkan motivasi belajar siswa. Ketujuh, Guru membenahi perangkat pembelajaran, agar sesuai dengan keadaan di kelas. DAFTAR RUJUKAN Abdullah, Taufik. 2001. Nasionalisme & Sejarah. Bandung : Satya Historika. Al Hakim, Suparlan, dkk. 2002. Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Perguruan Tinggi. Malang : Penerbit Universitas Negeri Malang Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Badudu J.S. 2003. Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: PT. Sinar Harapan. Budiman, Dasim dan Suryadi, Karim.1996. PKN dan Masyarakat Multikultural. Bandung : Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan Universitas Pendidikan Indonesia. Dekker, Njoman. 1970. Nasionalisme dan Perang. Malang: FKIS-IKIP Malang. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi. 2001.Kapita Selekta Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Dinas Pendidikan Daerah Kabupaten Blitar. 2012. Panduan Kurikulum Muatan Lokal Wajib Mata Pelajaran Wawasan Kebangsaan Untuk SMP dan MTs. Blitar: Dinas Pendidikan Daerah Kabupaten Blitar. Efendi, Muhammad. 2009. Kurikulum dan Pembelajaran: Pengantar Kearah Pemahaman KBK, KTSP, dan SBI. Malang: Universitas Negeri Malang. Emzir. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif Analisis Data. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada Hasibuan, J.J. & Moedjiono. 2010. Proses Belajar Mengajar. Bandung : PT Remaja Rosdakarya. Isya, Warlim. 2004. Hakekat Wawasan Kebangsaan. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Kartadinata, Soenaryo. 2011. Pidato Rektor Pada Upacara Wisuda Gelombang III Universitas Pendidikan Indonesia, 21-22 Desember. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia. Kartodirdjo, Sartono. 1999. Pengantar Sejarah Indonesia Baru : Sejarah Pergerakan Nasionalisme dari Kolonialisme Sampai Nasionalime Jilid 2. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Moleong, Lexy J. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Moleong, Lexy. 2005. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Muhajir, Noeng. 1996. Metodologi Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Rake Sarasin.
Mulyasa, Enco. 2007. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya Roestiyah. 1982. Masalah-Masalah Ilmu Keguruan. Jakarta : PT. Bina Aksara Salatalohy, Fahmi & Rio Pelu. 2004. Nasionalisme Kaum Pinggiran. Yogyakarta: LkiS. Satori, Dr. Djam’an. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta. Sartono. 2010. Kebangkitan Nasional dan Nasionalisme Indonesia. (online) (http:// 202.159.18.43/jsi/1sartono.htm) diakses pada tanggal 14 januari 2013. Setyosari, Punaji. 2001. Rancangan Pembelajaran Teori dan Praktek. Malang : Elang Mas Soedarsono, Soemarno. 2008. Membangun Kembali Jati Diri Bangsa: Peran Penting Karakter dan Hasrat Untuk Berubah. Jakarta: Elex Media Komputindo. Strauss, Anselm & Juliet Corbin. 2003. Dasar-dasar Penelitian kualitatif. Yogyakarta: Pustaka Belajar. Sunarto. 2008. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta : Rineka Cipta Suryabrata, Sumadi. 1998. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Susanto, 2007. Pengembangan KTSP dengan Perspektif Manajemen Visi. Jakarta: Mata Pena Syam, Nur. 2009. Tantangan Multikulturalisme Indonesia. Yogyakarta: Kanisius. Umar, Husain. 1999. Metodologi Penelitian Aplikasi dalam Pemasaran. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. (online) ((http:// www.uusisdiknas.com/) diakses pada tanggal 13 Januari 2013. Universitas Negeri Malang. 2010. Pedoman Penulisan Karya Tulis Ilmiah, Edisi Kelima. Malang: UM PRESS. Wahyono, S.K. 2009. Indonesia Negara Maritim. Jakarta: Teraju.