Ermawati et al., - Penampilan Broiler Jantan dan Betina
PENAMPILAN BROILER JANTAN DAN BETINA YANG DIPELIHARA PADA DUA TIPE KANDANG BERBEDA Yuni Ermawati*, Rini Nurhayati*, dan Titim Rahmawati** *Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Tengah, Bukit Tegalepek Ungaran 50501 kotak Pos 101 ** Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Bogor, Jln. Tentara Pelajar No.10 Bogor 16114. E-mail :
[email protected]
ABSTRACT Broiler productivities are influenced by geneties and environment. Objectives of this study were to evaluate performances of broiler chicken reared under opened and closed housing type. One hundred twenty Lohman strain broiler, consisting of 60 males and 60 females were randomly divided into opened and closed housing. The data observed were performances. The data was analyzed using analysis of variance, and followed by Duncan’s New Multiple-Range Test. Results of the study showed that body weight, feed consumption, and water consumption of rooster was higher 9.1%, 10.1% and 5.4% than that of the hen, respectively. The feed conversion, carcass percentage and abdominal fat between males and females broiler chicken were similar. Body weight and feed consumption was higher 8.6% and 6.0%, and 38.7% than that of opened cages, respectively. The results showed that the used of closed cage type improved broiler productivity. Key word : broiler, male, female, performance, housing type
PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki temperatur dan kelembaban relatif (RH) yang tinggi (WILLIAMSON and PAYNE. 1993). Efisiensi produksi broiler di Indonesia sering tidak optimal karena ayam sering mengalami stress akibat dari kelembaban relatif dan suhu lingkungan yang tinggi. Broiler termasuk hewan homeothermik atau berdarah panas yang selalu mempertahankan temperatur tubuhnya agar tetap konstan. Menurut HAMIDI, (2009) bahwa pada saat suhu lingkungan tinggi, broiler akan mengalami cekaman panas (heat stress). Upaya broiler untuk memelihara suhu tubuhnya dengan mengeluarkan panas tubuhnya dari pembuluh darah lewat permukaan kulit dengan suatu proses yang disebut “non evaporative cooling”, dimana pembuluh darah perifer akan melebar (vasodilatasi) sehingga panas diusahakan keluar melewati permukaan kulit yang tidak ditumbuhi bulu seperti jengger, pial, kaki, dan bagian yang lain (HADI, 2003).
872
Pada tahap selanjutnya ayam akan mengembangkan akselerasi pernafasan dengan cara membuka paruh dan menguapkan air (cairan tubuh) dari pernafasan pada permukaan lidahnya yang disebut panting atau evaporative cooling (HAMIDI, 2009 dan YAHAV, et al., 2004). Pada lingkungan panas, konsumsi pakan broiler akan berkurang, sebaliknya konsumsi air minum akan meningkat (MAKSUDI, et al., 1994). Salah satu cara untuk mengatasi cekaman panas pada broiler yaitu dengan memperhatikan manajemen kandang. Untuk itu perlu diadakan kajian terhadap penggunaan kandang terbuka (opened house) dan kandang tertutup (closed house) di daerah tropis. Berdasarkan hal tersebut, tujuan penelitian ini adalah melihat penampilan broiler jantan dan betina pada kandang terbuka dan tertutup. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada peternakan broiler model kandang dan mikroklimat di dalam kandang yang sesuai terhadap penampilan broiler di daerah tropik.
Prosiding Semiloka Nasional “Dukungan Agro-Inovasi untuk Pemberdayaan Petani” Kerjasama UNDIP, BPTP Jateng, dan Pemprov Jateng, Semarang 14 Juli 2011
Ermawati et al., - Penampilan Broiler Jantan dan Betina
METODOLOGI Penelitian dilaksanakan di Teaching Farm Fakultas Peternakan UGM, Kalitirto, Berbah, Sleman, Yogyakarta dengan dua tipe kandang terbuka dan tertutup, selama 33 hari. Materi yang digunakan adalah 120 doc strain Lohmann, yang terdiri dari 60 ekor jantan dan 60 ekor betina. Setiap 10 ekor broiler 2 dimasukkan dalam brooder dengan luas 1m yang ditempatkan pada kandang terbuka (opened house) dan kandang tertutup (closed house). Pakan yang digunakan adalah MS 42 untuk umur 1 sampai 20 hari dan MS 44 untuk umur 21 hari sampai panen yang diproduksi oleh PT. Japfa Comfeed. Tempat pakan dan minum, timbangan ayam, hygrotermometer, spuit untuk pengambilan sampel darah. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap pola faktorial terdiri dari dua tipe kandang (terbuka dan tertutup) dan dua jenis kelamin (jantan dan betina) dengan 3 kali ulangan dan setiap ulangan menggunakan 10 ekor ayam. Parameter yang diukur adalah pengamatan terhadap penampilan broiler yang terdiri dari bobot badan, konsumsi pakan, konsumsi minum, konversi pakan, persentase karkas dan lemak perut. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan Analisis Variansi Rancangan Acak Lengkap Pola Faktorial 2 x 2. Apabila perlakuan memberikan perbedaan nyata dilanjutkan dengan Uji Duncan’s New Multiple Range Test (DNMRT) (STEEL, R.G.D. and J.H. TORRIE. 1980). HASIL DAN PEMBAHASAN Penampilan Broiler Bobot Badan.
yang lebih berat (SOEPARNO, 1998). Tipe kandang berpengaruh nyata terhadap bobot badan broiler. Menurut teori thermostatik yaitu teori yang menyatakan bahwa ayam akan mempertahankan suhu tubuhnya agar tetap konstan, sehingga pada lingkungan panas untuk menjaga agar suhu tubuhnya tidak naik maka ayam akan mengurangi konsumsi pakan (SUK, Y.O and K.W. WASHBURN, 1995). Intake pakan (pakan yang dikonsumsi) akan menghasilkan energi melalui proses metabolisme. Menurut HAMIDI (2009) bahwa energi menghasilkan panas, sehingga untuk menjaga agar suhu tubuh tidak terus naik maka ayam akan berhenti makan, apabila ini berlangsung lama akan berpengaruh terhadap bobot badan ayam. Tabel 1. Rerata Bobot Badan Broiler Menurut Jenis Kelamin dan Tipe Kandang Uraian Jantan Betina Kandang terbuka Kandang tetutup Jantan vs kandang terbuka Jantan vs kandang tertutup Betina vs kandang terbuka Betina vs kandang tertutup
Bobot badan (g/ekor) 1833,425a b 1666,732 c 1671,472 d 1828,685 ns 1739,813 ns 1927,037 ns 1603,130 1730,333ns
Huruf superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan (P<0,01) ns Non significant
Interaksi antara jenis kelamin dan tipe kandang terhadap bobot badan tidak menunjukkan perbedaan yang nyata. Hal ini menunjukkan bahwa keterkaitan antara jenis kelamin dan tipe kandang terhadap bobot badan relatif kecil sehingga kurang tampak dalam penelitian ini. Konsumsi pakan.
Rerata bobot badan broiler menurut jenis kelamin dan tipe kandang disajikan pada Tabel 1, yang menunjukkan bahwa jenis kelamin dan tipe kandang sangat berpengaruh terhadap bobot badan, namun tidak terjadi interaksi antara keduanya.
Tabel 2, menunjukkan bahwa konsumsi pakan broiler berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap jenis kelamin, dan tipe kandang berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap konsumsi pakan, namun tidak terjadi interaksi antara keduanya.
Bobot broiler jantan lebih berat dibanding broiler betina (1833,4 kg vs 1666,7 kg). Hal ini karena ternak jantan memiliki sifat pertumbuhan lebih cepat dari pada ternak betina, sehingga menghasilkan bobot badan
Konsumsi pakan untuk broiler jantan lebih banyak dibandingkan dengan betina (93,78 g vs 84,29 g). Hal ini karena pertumbuhan broiler jantan lebih cepat dibanding broiler betina sehingga
Prosiding Semiloka Nasional “Dukungan Agro-Inovasi untuk Pemberdayaan Petani” Kerjasama UNDIP, BPTP Jateng, dan Pemprov Jateng, Semarang 14 Juli 2011
873
Ermawati et al., - Penampilan Broiler Jantan dan Betina
membutuhkan pakan yang lebih banyak. Salah satu tujuan mengkonsumsi pakan menurut GUYTON and HALL (2000), adalah untuk pertumbuhan disamping itu basal metabolic rate ayam jantan lebih tinggi dari pada ayam betina sehingga membutuhkan intake pakan yang lebih banyak untuk memenuhi kebutuhan energi dalam tubuh. Hasil penelitian SHALEV and PASTERNAK (1998), menunjukkan bahwa konsusmsi pakan untuk broiler jantan lebih banyak dibanding broiler betina, selanjutnya dijelaskan pula bahwa kebutuhan energi untuk broiler jantan lebih tinggi 5 sampai 10% daripada broiler betina, dengan rata-rata 7,7%. Perbedaan tipe kandang berpengaruh nyata terhadap konsumsi pakan. Konsumsi pakan broiler yang berada pada kandang terbuka lebih rendah dibanding pada kandang tertutup. Salah satu faktor yang mempengaruhi konsumsi pakan adalah suhu dan kelembaban udara di dalam kandang. Rata-rata suhu di dalam kandang terbuka o pada siang hari 32 C dengan kelembaban udara 40%, sedangkan pada kandang tertutup 29,96oC dan 48,2%. Ayam sengaja mengurangi konsumsi pakan sebagai respon terhadap temperatur lingkungan yang tinggi (HAMIDI, 2009; DAGHIR, 1998; YALCIN, et al., 2008 dan MAY, et al. 2000). Interaksi antara perbedaan jenis kelamin dan tipe kandang terhadap konsumsi pakan memberikan perbedaan yang tidak nyata. Konsumsi minum. Data rerata konsumsi minum broiler selama penelitian disajikan pada Tabel 2, yang menunjukkan bahwa jenis kelamin berpengaruh nyata
(P<0,05) terhadap konsumsi minum, sedangkan perbedaan tipe kandang berpengaruh tidak nyata terhadap konsumsi minum dan tidak terjadi interaksi antara keduanya. Broiler jantan mengkonsumsi air minum lebih banyak dari pada broiler betina. Hal ini karena konsumsi pakan pada broiler jantan lebih banyak yang menyebabkan proses digesti dan metabolisme meningkat sehingga membutuhkan air yang lebih banyak pula. Air dibutuhkan dalam proses metabolisme dalam tubuh dan menjaga agar suhu tubuh tetap konstan (DAGHIR, 1998). Konsumsi air minum broiler yang dipelihara pada kandang terbuka dengan broiler yang dipelihara pada kandang tertutup relatif sama. Konsumsi air minum Broiler pada kandang terbuka digunakan untuk menggantikan air yang hilang melalui evaporative cooling, sedangkan pada kandang tertutup air berfungsi untuk membantu proses metabolisme pakan. Pada temperatur yang tinggi, ayam mengkonsumsi sedikit pakan dan mengkonsumsi lebih banyak air untuk menggantikan air yang hilang melalui evaporative cooling (DAGHIR, 1998 and MAY,et al,(2000). Interaksi antara perbedaan jenis kelamin dan tipe kandang terhadap konsumsi minum memberikan perbedaan yang tidak nyata. Konversi pakan. Data rerata konversi pakan broiler tersaji pada Tabel 2, yang menunjukkan bahwa jenis kelamin dan perbedaan kandang berpengaruh tidak nyata terhadap konversi pakan serta tidak terjadi interaksi antara keduanya.
Tabel 2. Rerata Konsumsi Pakan, Konsumsi Minum dan Konversi Pakan Broiler Menurut Jenis Kelamin dan Tipe Kandang
Jantan Betina Kandang terbuka Kandang tetutup Jantan vs kandang terbuka Jantan vs kandang tertutup Betina vs kandang terbuka Betina vs kandang tertutup a, b
Konsumsi pakan g/ekor/hari a 93,783 b 84,293 c 84,719 d 90,118 ns 89,974 ns 94,736 79,467ns 85,500ns
Konsumsi minum ml/ekor/hari a 188,032 b 177,896 ns 183,140 ns 182,919 ns 191,546 ns 187,153 174,734ns 178,686ns
Konversi pakan ns
1,624 ns 1,616 ns 1,658 ns 1,634 ns 1,692 ns 1,607 1,624ns 1,634ns
Huruf superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan (P<0,01) sedangkan Huruf superskrip menunjukkan perbedaan (P<0,05) a, b Huruf superskrip yang berbeda pada kolom konsumsi minum menunjukkan perbedaan (P<0,05) ns
c, d,
Non significant
874
Prosiding Semiloka Nasional “Dukungan Agro-Inovasi untuk Pemberdayaan Petani” Kerjasama UNDIP, BPTP Jateng, dan Pemprov Jateng, Semarang 14 Juli 2011
Ermawati et al., - Penampilan Broiler Jantan dan Betina
Perbedaan jenis kelamin dan tipe kandang menghasilkan konversi pakan yang berbeda tidak nyata. Keadaan ini menghasilkan tidak adanya perbedaan efisiensi penggunaan pakan pada broiler jantan dan betina. Hasil ini berbeda dengan hasil penelitian MARGAWATI, (1989) yang menunjukkan bahwa ayam jantan lebih efisien dalam menggunakan pakan dari pada ayam betina. Konsumsi pakan broiler pada kandang tertutup lebih banyak dan menghasilkan bobot badan yang lebih tinggi, sebaliknya broiler pada kandang terbuka memerlukan konsumsi pakan lebih sedikit dan menghasilkan bobot badan lebih ringan, sehingga menghasilkan konversi pakan yang sama. Hal ini menunjukan adanya kesamaan dalam efisiensi penggunaan 8 pakan. Hasil penelitian Suk dan Washburn juga menunjukkan bahwa peningkatan temperatur pada broiler berpengaruh nyata pada pertumbuhan dan konsumsi pakan, sedangkan pada konversi pakan berpengaruh tidak nyata. Interaksi antara perbedaan jenis kelamin dan tipe kandang terhadap konversi pakan memberikan perbedaan yang tidak nyata. Persentase karkas. Rerata persentase karkas dan lemak perut menunjukkan bahwa jenis kelamin dan tipe kandang berpengaruh tidak nyata (P>0,05) terhadap persentase karkas dan lemak perut, serta tidak terjadi interaksi antara keduanya (Tabel 3). Broiler jantan dan betina dalam penelitian ini menghasilkan produksi karkas yang sama. Hasil ini sama seperti yang dihasilkan WIDHIHARTI, (1987). pada broiler strain Hubbard jantan dan betina pada umur 6 minggu. Tabel 3. Persentase Karkas dan Lemak Perut Broiler Menurut Jenis Kelamin dan Tipe Kandang
Jantan Betina Kandang terbuka Kandang tetutup Jantan vs kandang terbuka Jantan vs kandang tertutup Betina vs kandang terbuka
Persentase (%) karkas lemak perut 67,604ns 2,340ns 67,099ns 2,758ns 66,443ns 2,691ns ns 67,579 2,514ns 68,405ns 2,924ns 67,404ns 2,194ns ns 64,481 2,458ns
Betina vs kandang tertutup ns Non significant
67,755ns
2,833ns
Broiler yang berada pada kandang terbuka dan tertutup menghasilkan persentase karkas yang sama. Hal ini menunjukkan bahwa efek dari perbedaan tipe kandang tidak berpengaruh terhadap persentase karkas. Hasil penelitian LISNAHAN, (2001) menunjukkan bahwa perbedaan strain, kepadatan dan lantai kandang tidak berpengaruh terhadap persentase karkas. Interaksi antara jenis kelamin dan tipe kandang terhadap persentase karkas tidak berbeda nyata. Persentase lemak perut. Tabel 3 menunjukkan bahwa persentase lemak perut broiler jantan sama dengan broiler betina. Hal ini juga ditunjukkan oleh penelitian WIDHIHARTI, (1987) pada pemotongan broiler jantan dan betina umur 6 minggu. Tipe kandang berpengaruh tidak nyata terhadap persentase lemak perut broiler. Hal ini sesuai dengan peneltian SUK and WASHBURN (1995) bahwa peningkatan temperatur kandang berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan dan konsumsi pakan, tetapi tidak berpengaruh terhadap konversi pakan dan persentase lemak perut. Interaksi antara perbedaan jenis kelamin dan tipe kandang terhadap persentase lemak perut memberikan perbedaan yang tidak nyata. KESIMPULAN Hasil penelitian menunjukkan bahwa bobot badan, konsumsi pakan dan konsumsi air minum broiler jantan lebih tinggi dibanding broiler betina, sedangkan konversi pakan, persentase karkas dan persentase lemak perut sama. Pada kandang terbuka bobot badan dan konsumsi pakan lebih rendah dibanding kandang tertutup. Konsumsi air minum, konversi pakan, persentase karkas dan persentase lemak perut sama untuk kandang terbuka dan tertutup. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih kepada Fakultas Peternakan UGM yang telah memberikan ijin untuk melaksanakn penelitian di Teaching Farm Fakultas Peternakan UGM. Bapak Prof. Wihandoyo, Bapak Prof. Tri-Yuwanta dan Bapak Prof.
Prosiding Semiloka Nasional “Dukungan Agro-Inovasi untuk Pemberdayaan Petani” Kerjasama UNDIP, BPTP Jateng, dan Pemprov Jateng, Semarang 14 Juli 2011
875
Ermawati et al., - Penampilan Broiler Jantan dan Betina
Subandriyo atas koreksi dan bimbingan penulisan hasil penelitian ini, serta pihakpihak yang tidak dapat saya sebut satu persatu. DAFTAR PUSTAKA Daghir, N.J. 1998. Poultry Production in Hot Climate. New York, CAB International. Guyton, A.C. and J. E. Hall. 2000. Textbook th of Medical Physiology. 10 . Philadelphia, Saunders An Imprint of Elsevier. Hadi, I. K. 2003. Bagaimana Mengelola Ayam Sewaktu “Heat Stress”. Poultry Indonesia. Maret: 56-57. Hamidi, B. 2009. Perlunya Broiler Dipuasakan. www.blogspot.com., diakses tanggal 29 Juni 2010. Maksudi, B., T. Haryanto, dan A. AZIZ. 1994. Evaluasi Tingkat Kepadatan Kandang pada Tiga Jenis Atap terhadap Performan dan Tingkah Laku Broiler. Majalah Ilmiah Universitas Jambi. 42: 6978 Margawati, E.T. 1989. Efisiensi Penggunaan Pakan Antara Ayam Kampung Jantan dan Betina pada Periode Pertumbuhan. Procceding Seminar Nasional Tentang Unggas Lokal. Semarang, Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro. May, J. D, B. D. Lott, and J. D. Simmons. 2000. The Effect of Air Velocity on Broiler Performance and Feed and Water Consumption. Poult. Sci. 79 (10):1396– 1400. Shalev. B.A. and H. Pasternak. 1998. The Relative Energy Requirement of Male vs Female Broiler and Turkeys. Poult. Sci. 77(6):859-863.
876
Soeparno. 1998. Ilmu dan Teknologi Daging. Edisi ketiga. Yogyakarta, Gadjah Mada University Press. Steel, R.G.D. and J.H. Torrie. 1980. nd Principles and Procedures of Statistic. 2 ed. Kogakusha, Mc. Graw-Hill. Suk, Y.O and K.W. Washburn. 1995. Effects of Environment on Growth, Efficiency of Feed Utilization, Carcass Fatness, and Their Association. Poult. Sci. 74(2):285296. Widhiharti, S. 1987. Pengaruh Level Energi dan Level Protein Pakan terhadap Performan, Karkas dan Lemak Abdominal pada beberapa Tingkat Umur Broiler. Tesis. Program Pasca Sarjana, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Williamson, G. dan W.J.A Payne. 1993. Pengantar Peternakan di Daerah Tropis. Yogyakarta, Gadjah Mada University Press. Yahav, S. et al. 2004. Ventilation, Sensible Heat Loss, Broiler Energy, and Water Balance Under Harsh Environmental Conditions. Poul Sci. 83(2):253–257 Yalcin, et al. 2008. Acclimation to Heat During Incubation: 3. Body Weight, Cloacal Temperatures, and Blood AcidBase Balance in Broilers Exposed to Daily High Temperatures. Poult. Sci. 87(12):2671-2677 Lisnahan, C. V. 2001. Pengaruh Strain dan Kepadatan Kandang Bertingkat Tiga terhadap Penampilan Broiler, Konsentrasi Gas Karbon Dioksida dan Amonia. Tesis. Program Pasca Sarjana, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
Prosiding Semiloka Nasional “Dukungan Agro-Inovasi untuk Pemberdayaan Petani” Kerjasama UNDIP, BPTP Jateng, dan Pemprov Jateng, Semarang 14 Juli 2011