PENAMBAHAN JAMU TERNAK DALAM AIR MINUM TERHADAP UJI DAYA HAMBAT BAKTERI SALMONELLA DAN ESCERICHIA COLI SERTA PERFORMA AYAM ARAB PETELUR
SKRIPSI TITIS ROMANTIS
DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 i
PENAMBAHAN JAMU TERNAK DALAM AIR MINUM TERHADAP UJI DAYA HAMBAT BAKTERI SALMONELLA DAN ESCERICHIA COLI SERTA PERFORMA AYAM ARAB PETELUR
TITIS ROMANTIS D24051380
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk me mperoleh gelar sarjana Peternakan pada Fakultas Peternakan Institut Pe rtanian Bogor
DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010
ii
RINGKASAN TITIS ROMANTIS. D24051380. 2010. Penambahan Jamu Ternak dalam Air Minum terhadap Uji Daya Hambat Bakteri Salmonella dan Escerichia coli serta Performa Ayam Arab Petelur. Skripsi. Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Pembimbing Utama : Ir. Dwi Margi Suci, MS. Pembimbing Anggota : Ir. Widya Hermana, MSi. Jamu ternak adalah ramuan tradisional yang dibuat dari bahan alami terutama tumbuhan dan merupakan warisan budaya bangsa yang telah digunakan turun temurun. Jamu ternak yang dibuat berasal dari kencur, bawang putih, jahe, lengkuas, kunyit, temulawak, daun sirih hijau, dan kayu manis yang masih segar, ditambah molasses dan EM4. Penelitian ini bertempat di Peternakan Ayam Arab Trias Farm Desa Cempelang-Cibatok Leuwiliang, Kabupaten Bogor. Penelitian ini menggunakan jamu tradisional yang dicampurkan dalam air minum ternak. Jamu tradisional ini dibuat dari kencur 750 g, bawang putih 750 g, jahe 375 g, lengkuas 375 g, kunyit 375 g, temulawak 375 g, daun sirih hijau 187,5 g, dan kayu manis 187,5 g yang masih segar, dan penambahan molases dan EM4 (Saenab et al., 2002). Ternak yang digunakan dalam penelitian ini adalah ayam arab periode bertelur berumur satu tahun sebanyak 1040 ekor yang dialokasikan ke dalam 4 perlakuan dengan dosis setiap perlakuan 10 ml/ekor/hari, 20 ml/ekor/hari dan 30 ml/ekor/hari dan perlakuan kontrol. Semua bahan diinkubasikan selama 5 hari dan jamu ini diberikan selama tiga hari berturut-turut selama seminggu. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap dengan 4 perlakuan dan 2 ulangan. Data diolah dan dianalisis menggunakan ANOVA (Analysis of Variance) dan jika memberikan hasil yang berbeda nyata maka dilanjutkan dengan uji jarak Duncan. Peubah yang diukur adalah uji fitokimia & daya hambat terhadap bakteri Salmonella dan Escerichia coli, pengaruh jamu ternak terhadap performa ayam Arab (konsumsi ransum, konversi ransum, produksi telur, dan mortalitas). Hasil penelitian menunjukkan bahwa uji fitokimia jamu ternak sebelum inkubasi, mengandung komponen fitokimia yaitu, alkaloid, flavonoid dan hidroquinon. Namun, setelah diinkubasi selama 5 hari komponen fitokimia yang terdapat pada jamu ternak hanya flavonoid dan kurkumin. Hasil uji daya hambat terhadap bakteri Salmonella pada konsentrasi pemberian jamu 30 ml memperlihatkan daya hambat tertinggi yaitu 0,5 mm, akan tetapi untuk bakteri Escerichia coli antibakteri yang terkandung dalam jamu ternak tidak mampu menghambat pertumbuhannya. Hasil analisis ragam memperlihatkan bahwa pemberian jamu dalam air minum dengan dosis 10 ml/ekor/hari, 20 ml/ekor/hari dan 30 ml/ekor/hari tidak mempengaruhi konsumsi pakan, konversi ransum, tetapi menurunkan produksi telur (henday production) dari 59,10 % menjadi 41,52 %. Jamu ternak tidak menyebabkan kematian pada ternak ayam Arab. Kesimpulan dari penelitian ini adalah penggunaan jamu ternak ke dalam air minum ternak ayam Arab tidak meningkatkan performa ayam arab. Kata-kata kunci: ayam Arab, daya hambat bakteri, fitokimia, jamu ternak, performa
iii
ABSTRACT Additional Herb Medicines in Drinking Water on Layer Arabic Chicken Potency Inhibition Escerichia coli and Salmonella Bacteria and Performances Titis, R., D. M. Suci , and W. Hermana This research was aimed to determine affect of addition herb medicines in drinking water on Arabic chicken with variables measured were feed consumption, feed conversion, mortality, hen day production and inhibition ability of herb medicines to Escerichia coli and Salmonella bacteria. Herb medicines are made from kencur 750 g, 750 g garlic, ginger 375 g, 375 g galangal, turmeric 375 g, 375 g ginger, green betel leaves 187.5 g, and 187.5 g of cinnamon, and addition of molasses and EM4 (Saenab et al., 2002). All materials are incubated for 5 days and the herb was given for three consecutive days during the week. This research was used Completely Randomized Design (CRD). Data were analyzed by analysis of variance (ANOVA) and the differences between treatments were tested by Duncan's multiple range test. The result showed the used of herb medicines were mixed in drinking water at a dose of 10 ml/head/day, 20 ml/head/day and 30 ml/head/day did not affect feed intake, feed conversion, but lower henday production o f 59.10% to 41.52%. The addition of herb medicines was not influence on mortality. Herb medicines were able to inhibit the ability of Salmonella bacteria, the inhibition up to 0.5 mm on the used of herb 30ml/head, but could not inhibit Escerichia coli bacteria. The conclusion of this study that the use of herb medicines were mixed in drinking water of Arabic chicken gave negative affects on performance (feed intake, feed conversion, and hen day production). Herb medicines could inhibit bacterial Salmonella growth, with phytochemicals test, herb medicines contain flavanoid and curcumin. Keywords: Arabic chicken, bacterial, herb medicines, performance, phytochemicals
iv
Judul
:
Penambahan Jamu Ternak dalam Air Minum terhadap Uji Daya Hambat Bakteri Salmonella dan Escerichia coli serta Performa Ayam Arab Petelur
Nama
:
Titis Romantis
NIM
:
D24051380
Menyetujui,
Pembimbing Utama
( Ir. Dwi Margi Suci, M.S) NIP. 19610905 198703 2 001
Pembimbing Anggota
(Ir. Widya He rmana, M.Si.) NIP. 19680110 199203 2 001
Mengetahui: Ketua Departemen, Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan
(Dr. Ir. Idat G. Permana, M.Sc.Agr) NIP. 19670506 199103 1 001
Tanggal Ujian: 15 Oktober 2010
Tanggal Lulus:
v
RIWAYAT HIDUP Penulis merupakan anak ke-2 dari 3 bersaudara yang lahir di Madiun pada tanggal 7 Februari 1987 dari pasangan Ruslan Abdul Gani dan Maryatun. Penulis menuntut ilmu di SDS Tenera PT. Agricinal Bengkulu Utara tahun 1993-1999 dan melanjutkan ke SMPN 2 Putri Hijau Bengkulu Utara tahun 1999-2002. Pada tahun 2002, penulis menempuh pendidikan menengah atas di SMA Tenera Putri Hijau Bengkulu Utara masuk program IPA dan lulus tahun 2005. Pada tahun yang sama penulis diterima sebagai mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Beasiswa Utusan Daerah. Pada tahun 2006, penulis diterima sebagai mahasiswa Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan. Selama mengikuti perkuliahan penulis aktif di beberapa organisasi diantaranya KSR atau Korps Sukarela PMI pada tahun 2005, dan KEPAL-D atau Kelompok Pecinta Alam Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor tahun 2007. Pada September 2009 penulis magang di Peternakan Ayam Arab Trias Farm Desa Cempelang-Cibatok Leuwiliang, Kabupaten Bogor. Pada tahun yang sama penulis menjadi panitia D-Farm Festival Fakultas Peternakan.
KATA PENGANTAR Alhamdulillah, syukur yang tidak terkira dan terbayangkan penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat, karunia dan ridha-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana peternakan. Skripsi ini berjudul ”Penambahan Jamu Ternak dalam Air Minum terhadap Uji Daya Hambat Bakteri Salmonella dan Escerichia coli serta Performa Ayam Arab Petelur”. Penelitian dilakukan di Peternakan ayam Arab Trias Farm Desa Cempelang-Cibatok, kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor, dari bulan Juli sampai Agustus 2009. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat performa ayam Arab petelur yang diberi ransum dengan penambahan jamu ternak yang dicampur pada air minum ternak. Jamu ternak yang dibuat berasal dari kencur, bawang putih, jahe, lengkuas, kunyit, temulawak, daun sirih hijau, dan kayu manis yang masih segar, ditambah molasses dan EM4. Pengamatan dilakukan terhadap performa ayam Arab (konsumsi ransum, konversi ransum, produksi telur, dan mortalitas), dan menganalisis zat fitokimia serta menguji daya hambat jamu terhadap bakteri Salmonella dan Escerichia coli.
Bogor, Desember 2010
Penulis
DAFTAR ISI Halaman RINGKASAN ............................................................................................
ii
ABSTRACT ...............................................................................................
iii
LEMBAR PERNYATAAN………………………………………………..
iv
LEMBAR PENGESAHAN………………………………………………..
v
RIWAYAT HIDUP ....................................................................................
vi
KATA PENGANTAR ...............................................................................
vii
DAFTAR ISI ..............................................................................................
viii
DAFTAR TABEL ......................................................................................
ix
DAFTAR LAMPIRAN ..............................................................................
x
PENDAHULUAN .....................................................................................
1
Latar Belakang ............................................................................... Tujuan .............................................................................................
1 2
TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................
3
Ayam Arab ....................................................................................... Penggunaan Herbal dari Jamu Ternak ............................................ Kencur .............................................................................................. Bawang Putih ................................................................................... Jahe ................................................................................................... Lengkuas ........................................................................................ Kunyit .............................................................................................. Temulawak ...................................................................................... Kayu Manis ...................................................................................... Daun Sirih ........................................................................................ Molases ........................................................................................... Effective Microorganism (EM-4) .................................................... Escerichia coli ................................................................................. Salmonella .......................................................................................
3 3 5 6 7 8 9 10 11 11 13 13 14 15
METODE ...................................................................................................
17
Waktu dan Tempat ......................................................................... Materi ............................................................................................. Ternak ................................................................................. Kandang ............................................................................. Bahan dan Peralatan ............................................................. Jamu Ternak ....................................................................... Rancangan Percobaan .................................................................... Perlakuan ............................................................................. Model ................................................................................. Analisis Data ........................................................................
17 17 17 17 17 18 18 18 19 19 viii
Peubah yang Diamati ..................................................................... Tahapan Penelitian .........................................................................
19 20
HASIL DAN PEMBAHASAN ..................................................................
22
Analisis Fitokimia dan Daya Hambat Jamu Ternak terhadap Bakteri Salmonella dan Escerichia coli .......................................... Analisis Fitokimia Jamu Ternak ........................................ Analisis Daya Hambat Bakteri ............................................ Pengaruh Jamu Ternak terhadap Performa Ayam Arab................... Konsumsi Ransum .............................................................. Konversi Ransum ................................................................. Produksi Telur ...................................................................... Mortalitas .............................................................................
22 22 23 24 24 25 26 26
KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................................
28
Kesimpulan ..................................................................................... Saran ..............................................................................................
28 28
UCAPAN TERIMA KASIH ......................................................................
29
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................
30
LAMPIRAN ..............................................................................................
36
ix
DAFTAR TABEL Nomor
Halaman
1. Penggunaan Tanaman Obat pada Ternak……………………………
4
2. Pemberian Tiga Macam Ramuan Tanaman Obat selama 7 Minggu (Umur 40-75 hari) terhadap Kinerja Ayam Kampung Fase Pertumbuhan…………………………………………………………
5
3. Komposisi Kimia Bawang Putih Segar dan Bubuk Bawang Putih dalam 100 gram ……………………………………….………….....
7
4. Komposisi Kimia Kunyit……………………………………………
9
5. Komposisi Nutrien Rimpang Temulawak………………………… .
10
6. Komposisi Kimia Cinnamomum burmanni ……................................
11
7. Komposisi Kimia Daun Sirih dalam 100 g Bahan Segar……………
12
8. Hasil Analisis Proksimat Pakan …………………………………….
18
9. Hasil Analisis Fitokimia Jamu Ternak sebelum Inkubasi dan setelah Inkubasi Hari ke Lima ………………………………………
22
10. Uji Daya Hambat dalam Ramuan Jamu Ternak terhadap Bakteri Salmonella dan Escerichia coli ……………………………………
23
11. Pengaruh Perlakuan Penambahan Jamu Ternak dalam Air Minum terhadap Performa Ayam Arab…………………………………… .
24
x
DAFTAR LAMPIRAN Nomor
Halaman
1. ANOVA Pengaruh Perlakuan terhadap Hen Day Produksi...............
37
2. ANOVA Pengaruh Perlakuan terhadap Konversi Ransum ...............
37
3. ANOVA Pengaruh Perlakuan terhadap Konsumsi Pakan .................
37
4. Uji lanjut Duncan Pengaruh Perlakuan terhadap Hen Day Produksi
38
xi
PENDAHULUAN Latar Belakang Ayam arab merupakan salah satu sumber protein hewani alternatif yang berpotensi besar untuk dikembangkan. Secara genetis ayam Arab tergolong galur ayam buras yang unggul, karena memiliki kemampuan produksi telur yang tinggi. Banyak masyarakat memanfaatkan ayam arab untuk menghasilkan telur bukan daging karena jenis ayam ini memiliki warna kulit yang kehitaman dan daging yang tipis dibanding ayam buras biasa. Penampilan ayam arab lebih menarik dibanding ayam buras biasa. Produktivitas telurnya tinggi hampir menyerupai produktivitas ayam petelur ras dan bentuk serta warna telurnya sama dengan ayam kampung. Ramuan tanaman obat pada umumnya dikonsumsi oleh manusia untuk tujuan menjaga kesehatan atau sebagai pengobatan beberapa penyakit tertentu. Sejak krisis moneter yang terjadi di Indonesia sampai saat ini harga obat-obatan buatan pabrik (impor) sangat mahal, sehingga tidak terjangkau oleh para petani ternak, khus usnya peternak dalam skala menengah ke bawah. Oleh karena itu peternak berupaya mencari alternatif lain dengan memanfaatkan beberapa tanaman obat sebagai obat tradisional yang disebut jamu ternak. Jamu ternak adalah ramuan tradisional yang dibuat dari bahan alami terutama tumbuhan dan merupakan warisan budaya bangsa yang telah digunakan turun temurun. Jamu ternak yang dibuat berasal dari kencur, bawang putih, jahe, lengkuas, kunyit, temulawak, daun sirih, dan kayu manis. Selain itu juga ditambah molasses dan EM4, yang dapat diberikan dalam bentuk larutan melalui air minum. Pemberian jamu ternak telah banyak dilakukan oleh peternak unggas (ayam lokal, ayam ras broiler, layer, puyuh, itik serta unggas kesayangan) di wilayah DKI, Jawa Barat, Jawa Timur, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Riau. Ternak ayam lokal (kampung) pedaging maupun petelur yang dipelihara pada kelompok ternak di Jakarta Selatan, setiap hari diberi larutan jamu ternak melalui air minum ternyata memberi respon positif terhadap pertumbuhan dan stamina ayam menjadi lebih baik (jarang sakit dan mortalitas rendah), serta bau kotoran ayam (ammonia) di sekitar kandang berkurang. Ayam broiler, petelur maupun unggas lokal (ayam dan itik) yang diberi jamu ternak menunjukkan peningkatan terhadap efisiensi pakan. Oleh karena itu, berdasarkan penelitian terdahulu maka, penggunaan jamu
1
ternak ini akan dicobakan ke ternak ayam arab periode produksi untuk melihat pengaruh jamu ternak terhadap performa dan produksi ayam arab. Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk melihat performa ayam arab periode bertelur (konsumsi pakan, konversi ransum, hen day dan mortalitas) yang diberi ransum dengan penambahan jamu ternak pada air minumnya serta kandungan fitokimia dan kemampuan jamu ternak dalam menghambat perkembangan bakteri Salmonella dan Escerichia coli.
2
TINJAUAN PUSTAKA Ayam Arab Ayam arab adalah salah satu jenis ayam petelur unggul yang sekarang menjadi primadona kalangan peternakan Indonesia. Jenis ayam ini bukanlah ternak asli Indonesia melainkan ayam kampung dari Belgia. Ayam arab ini terdiri dari dua jenis, yaitu ayam arab silver (brakel kriel- silver) dan ayam arab golden (brakel krielgold). Kedua jenis ayam Arab ini dibedakan pada warna bulunya. Ayam arab silver mempunyai warna bulu dari kepala hingga leher, putih keperakan dan warna bulu badan totol hitam putih/ lurik hitam putih. Adapun, ayam arab golden ciri khas warna bulu pada kepala sampai leher merah keemasan dan warna bulu badan totol merah keemasan (Natali et al., 2005). Ayam arab memiliki keunggulan jika dibandingkan dengan jenis ayam buras lainnya, dengan pemeliharaan yang intensif produktivitas ayam arab dapat mencapai ± 70 % atau sekitar 250 butir pertahunnya bahkan tidak menutup kemungkinan dapat mencapai produktivitas yang lebih tinggi. Disamping itu, kandungan protein ayam arab relatif tinggi, sedangkan kandungan lemaknya relatif lebih rendah jika dibandingkan dengan jenis ayam lainnya (Susmiyanto et al.,2008). Naatamijaya et al., (2006) menyatakan bahwa ayam arab memiliki sifat kualitatif antara lain berjengger tunggal (Single) dan berwarna merah, pial berwarna merah, memiliki warna seragam dengan warna dasar hitam dihiasi warna putih di daerah kepala, leher, dada, punggung, dan sayap, dan berwarna putih pada paruh, kulit, dan sisik kaki. Bobot badan ayam arab Silver jantan dewasa mencapai 1,5 – 1,8 kg dengan tinggi tubuh 30 cm. Ayam arab Silver betina dewasa, bobot badan mencapai 1,1 – 1,2 kg dengan tinggi tubuh 22 – 25 cm. Penggunaan Herbal dari Jamu Ternak Dwiyanto dan Prijono (2007) menyatakan obat tradisional adalah obat yang terbuat dari bahan alami terutama tumbuhan dan merupakan warisan budaya bangsa yang telah digunakan turun temurun. Secara umum di dalam tanaman obat terdapat rimpang, daun, batang, akar, bunga, dan buah mengandung senyawa aktif yang alkaloid, phenolik, tripenoid, minyak atsiri, glikosida yang bersifat sebagai antiviral, anti bakteri dan immunomodulator. Komponen senyawa
3
aktif tersebut berguna untuk menjaga kesegaran tubuh serta memperlancar peredaran darah. Menurut Murdiati (2002) banyak sekali tanaman obat yang dapat digunakan sebagai obat tradisional, antara lain kunyit, temulawak dan jahe yang efeknya antara lain mencegah koksidiosis, supaya ternak sehat, meningkatkan nafsu makan (Tabel 1). Tabel 1. Penggunaan Tanaman Obat pada Ternak Nama Tanaman Kunyit
Cara Pemberian
Tujuan Pemberian
Diiris, dijemur, campur
Koksidiosis
dengan pakan
Supaya sehat
Ditumbuk, direbus, airnya
Memperbaiki
dicampur
dengan
minum
air pencernaan untuk anak ayam baru
Dicampur dengan gula
menetas, diberikan
merah, direbus, diberikan
sampai
airnya
3 hari Nafsu makan
Temulawak
Diiris, dijemur, campur
Nafsu makan
dengan pakan Ditumbuk, direbus, airnya dicampur
dengan
air
minum Jahe
Dipotong atau ditumbuk,
Ngorok
direbus, airnya dicmpur dengan air minum Sumber: Murdiati (2002)
Beberapa jenis tanaman obat yang telah diujicobakan pada unggas lokal (ayam dan itik) diantaranya mengkudu (Morinda citrifolia),
sambiloto
(Androgaphis paniculata), jahe (Zingeber officinale), kunyit (Curcuma domestica), lengkuas (Languagalanga L), temulawak (Curcuma xanthorrhiza R),
daun
sirih
(Piper betle L), daun mahkota dewa (Phaleria macrocarpa Boer), kencur (Kaempferia galanga L), bawang putih (Allium
sativum L) dan lainnya.
4
Beberapa jenis tanaman obat diberikan dalam satu jenis tanaman, dan kebanyakan diramu dari beberapa tanaman obat dalam bentuk tepung maupun larutan jamu (Tabel 2). Tabel 2. Pemberian Tiga Macam Ramuan Tanaman Obat selama 7 Minggu (Umur 40-75 hari) terhadap Kinerja Ayam Kampung Fase Pertumbuhan Bobot akhir umur
Pertambahan
Konsumsi
Konversi
75 hari
bobot badan
pakan
pakan
(g/ekor)
(g/ekor)
(g/ekor)
(g/ekor)
Kontrol
999,17
675,69a
2158,64
3,20a
Jamu hewan
1028,63
712,33ab
2153
3,02ab
Sambiloto
1189,14
851,97ab
2362
2,77b
Buah mengkudu
1182,85
875,77b
2417
2,76b
Perlakuan tanaman obat
Sumber: Zaenuddin dan Wakradiharja (2001)
Penggunaan beberapa tanaman obat sangat berguna
untuk
yang diracik dalam suatu
ternak. Para peternak unggas
ramuan
lokal umumnya selalu
memberikan tambahan ramuan tanaman obat seperti kunyit, temulawak, temu ireng, daun pepaya dan daun mengkudu, dan sebagainya, ke dalam ra nsum atau dicampur dengan air minum.
Pemberian obat tradisional agar daya tahan
tubuh ayam meningkat, mencegah penyakit pencernaan dan cacing. Menurut Zaenuddin dan Wakradiharja (2001), peternak ayam kampung di Jakarta telah menggunakan racikan tanaman obat antara lain terdiri dari jahe, temulawak, kunyit kencur dan lain- lain yang dibuat sendiri yang berbentuk larutan se lanjutnya disebut jamu ternak. Kencur Kencur (Kaempferia galanga L.) banyak digunakan sebagai bahan baku obat tradisional
jamu), fitofarmaka, industri kosmetika.
Minyak atsiri didalam
rimpangkencur mengandung etil sinnamat dan metil p- metoksi sinamat yang banyak digunakan didalam industri kosmetika dan dimanfaatkan sebagai obat asma dan anti jamur. Produksi, mutu dan kandungan bahan aktif didalam rimpang kencur ditentukan oleh varietas yang digunakan, cara budidaya dan lingkungan tempat tumbuhnya (Rostiana dan Effendi, 2007).
5
Wirapati (2008) menyatakan bahwa kencur bermanfaat untuk menambah nafsu makan dan dapat memperlancar aliran darah. Hal ini dikarenakan pada kencur terdapat beberapa senyawa aktif saponin, flavonoid, polifenoid dan alkaloida dalam jumlah sedikit mempunyai peranan pada proses metabolisme. Rimpang
kencur
mengandung
minyak
atsiri
yang
tersusun
dari
monoterpenoid, sesquiterpenoid (komponen utama adalah ethylesthercinnamic acid dan ethylesther p- methoxycinnamic acid), borneol, Camphene, p- methoxystirene, lD3-carene, n-pentadekane, p- methoxystyrene. Di samping itu terdapat pula golongan senyawa flavonoid (Duke, 1985). Kencur termasuk tanaman obat yang telah terbukti memberi manfaat bagi masyarakat Indonesia. Disamping itu kencur sebagai tanaman rempah banyak digunakan sebagai penyedap masakan. Penggunaannya sebagai obat tradisional memberi manfaat cukup banyak misal rimpangnya untuk obat batuk, masuk angin menghilangkan bengkak dan pembuatan jamu (Nuhardiyati et al., 1985). Kencur juga berkhasiat sebagai menambah nafsu makan. Tanaman kencur mengandung banyak zat kimia misalnya: minyak atsiri 2,4-3,9% sebagai penambah nafsu makan (Pramono, 1994). Josep (2004) menyatakan pendapatnya bahwa salah satu upaya untuk memperbaiki keberhasilan pemeliharaan broiler ialah melalui penambahan suplemen ke dalam ransumnya. Hasil penelitian melalui pemberian suplemen campuran tepung kencur dengan tepung bawang putih ternyata mampu memperbaiki penampilan broiler, walaupun dalam memperbaiki IOFCC belum berhasil baik. Bawang Putih Bawang putih merupakan tanaman herbal semusim berumpun yang memiliki ketinggian sekitar 60 cm. Struktur morfologi bawang putih tediri atas akar, batang semu, tangkai bunga pendek (Farrel, 1985). Bawang putih merupakan terna tegak dengan tinggi 30-60 cm membentuk rumpun. Tidak memiliki akar tunggang, hanya akar serabut yang tidak panjang, tidak terlalu dalam masuk ke dalam tanah. Daun berbentuk pipih, rata dan agak melipat ke dalam ke arah membujur, helai daun bisa lebih dari 10 helai, pelepah-pelepahnya saling membungkus hingga membentuk batang semu, bagian pangkalnya membentuk selaput tipis yang membungkus umbi kecil-kecil. Pada pangkal tanaman terdapat umbi berada di dalam tanah, tiap umbi
6
terdiri dari siung-siung kecil, siung terdiri dari tiga bagian, yaitu dua helai daun dewasa (satu sebagai pelindung dan lainnya sebagai cadangan makanan) dan sebuah tunas vegetatif (Sugati & Hutapea, 1991). Zat kimia dan komposisi bawang putih dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Komposisi Kimia Bawang Putih Segar dan Bubuk Bawang Putih dalam 100 g Kandungan
Bawang Putih Segar(1)
Bubuk Bawang Putih(2)
66,2 – 71,0
6,5
Energi (kkal)
95 – 122
332
Protein (g)
4,5 – 7,0
16,8
Lemak (g)
0,2 – 0,3
0,8
Karbohidrat (mg)
23,1 – 24,6
72,2
Kalsium (mg)
26,0 – 42,0
80
Phospor (mg)
15,0 – 19,0
417
Kalium (mg)
346
-
Abu (g)
-
3,3
Serat (g)
-
1,9
Potasium (mg)
-
101
Zat besi (mg)
-
3
Magnesium (mg)
-
58
Seng (mg)
-
3
Vitamin
-
Tidak tentu
Air (g)
Sumber: (1) Reynold (1982) (2) Farrel (1985)
Jahe Jahe merupakan tanaman rumput-rumputan yang hidup merumpun, berbatang semu, tegak atau condong dengan ketinggian antara 30-100 cm. Menurut klasifikasinya tanaman jahe tergolong pada divisi spermatophyta, subdivisi Angiospermae, kelas Monocotyledae, ordo Zingberales, famili Zingiberacea, genus Zingiber dan spesies Officinale (Purseglove et al., 1981). Menurut Friedli (2005), rimpang jahe mengandung fenol dengan zat aktifnya gingerol dan zingerol, enzim proteolitik (zingibain), vitamin B6, vitamin C, Ca, Mg,
7
P, K dan asam linoleat. Rimpang jahe mengandung senyawa (6)-gingerol, (8)gongerol, dan (10)- gingerol yang merupakan komponen bioaktif. Muchtadi dan Sugiyono (1992) menyatakan bahwa rimpang jahe pada umumnya mengandung minyak atsiri (0,25% - 3,3%), lemak 6%- 8%), protein 9%, karbohidrat 50%, vitamin khususnya niacin dan vitamin A, beberapa jenis mineral dan asam amino. Ekstrak jahe mempunyai daya anti oksidan yang dapat dimanfaatkan untuk mengawetkan lemak dan minyak. Undriyani (1987) menyatakan, komponen bioaktif rimpang jahe bersifat antimikroba. Bubuk jahe memiliki sifat bakteriosidal terhadap beberapa bakteri gram positif, sedangkan pada beberapa bakteri gram negatif bersifat bakteriostatik. Penelitian Herawati (2006) menyimpulkan bahwa penambahan jahe merah dalam pakan hingga 2,0% dalam ransum memberikan pengaruh yang relatif baik pada pertambahan bobot badan, total konsumsi pakan, konversi pakan (FCR) ayam broiler. Lengkuas Salah satu tumbuhan yang telah lama dipergunakan oleh masyarakat Indonesia sebagai bahan obat-obatan adalah lengkuas (Alpinia galanga). Tumbuhan lengkuas sering dipergunakan sebagai obat penyak it perut, kudis, panu, dan menghilangkan bau mulut (Itokawa & Takeya 1993). Tumbuhan lengkuas juga dipergunakan sebagai bumbu masak untuk ,menambah aroma dan citarasa pada makanan. Lengkuas (Alpinia galanga L.,) memiliki kandungan kimia antara lain minyak atsiri, dimana komponen utama adalah 0,5-1% sesquiterpene hydrocarbon dan sesquiterpene alcohol. Disamping itu terdapat 5,6% cineol, 2,6% methylcinnamate, eugenol (dalam jumlah kecil), galangol (diaryl heptanoid atau senyawa berasa pedas). Selain minyak atsiri terdapat pula flavonoid dan glikosida sterol (Soedarsono et al., 1996). Tumbuhan lengkuas mengandung golongan senyawa flavonoid, fenol dan terpenoid. Golongan senyawa-senyawa ini sering dipergunakan sebagai bahan dasar obat-obatan modern. Sebagai contoh, senyawa terpenoid asetoksicavikol asetat, merupakan senyawa yang bersifat antitumor dari tumbuhan lengkuas (Itokawa & Takeya 1993). Senyawa artemisin bersifat antimalaria dari tumbuhan Artemisia 8
annua (Compositae). Senyawa ini merupakan jenis seskuiterpen dari golongan terpenoid (Colegate & Molyneux 1993). Kunyit Tanaman kunyit termasuk ke dalam divisi Spermathophyta, sub divisi Angiospermae, kelas Monocotyledae, ordo Zingiberales, family Zingiberaceae, genus Curcuma, dan spesies Curcuma domestica (Purseglove et al., 1981). Rimpang kunyit yang matang mengandung beberapa komponen, antara lain minyak atsiri, pigmen, lemak, zat pahit, protein, selulosa, pati dan elemen mineral (Purseglove et al., 1981). Nahdhinah (1998) menyatakan bahwa salah satu zat yang terkandung dalam rimpang kunyit yaitu kurkumin yang merupakan zat warna kuning. Komposisi kimia kunyit dapat dilihat pada Tabel 4. Hasil penelitian Agustiana (1996), pemberian tepung kunyit sebanyak 0,6% dalam ransum dapat meningkatkan pertumbuhan bobot badan, dan komsumsi ransum ayam pedaging umur 6 minggu, serta memiliki konversi ransum yang baik. Al-Sultan (2003) menyatakan pemberian 0,5% - 1% tepung kunyit dalam ransum menghasilkan penampilan dan ketahanan tubuh yang baik pada ayam pedaging umur 5 minggu. Ini menandakan bahwa tepung kunyit dapat memperbaiki penampilan ayam pedaging. Tabel 4. Komposisi Kimia Kunyit Komponen
Jumlah (%)
Kadar air
6,0
Protein
8,0
Karbohidrat
63
Serat kasar
7,0
Bahan mineral
6,8
Minyak volatil
3,0
Kurkumin
3,0
Bahan non volatil
9,0
Sumber: Natarajan dan Lewis (1980)
Temulawak Temulawak merupakan salah satu jenis temu-temuan yang termasuk keluarga Zingiberacea. Tanaman temulawak diklasifikasikan dalam divisi spermatophyta, sub 9
divisi Angiospermae, kelas Monocotyledae, ordo Zingiberale, famili Zengeberaceae, genus Curcuma dan spesies Curcuma xanthorriza. Roxb (Purseglove et al., 1981). Komposisi nutrien rimpang temulawak dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Komposisi Nutrien Rimpang Temulawak Kandungan
% Bahan Kering
Air
(%)
27,18
Pati
(%)
27,62
Lemak
(%)
5,38
Minyak Atsiri (%)
10,96
Kurkumin
(%)
1,93
Protein
(%)
6,44
Serat kasar
(%)
6,89
Abu
(%)
3,96
Sumber: Sidik et al. (1995)
Aris et al. (2006) menyatakan bahwa interaksi antara tepung temulawak dan molases pada itik peking umur 1-56 hari memberikan pengaruh yang nyata terhadap konsumsi ransum sedangkan terhadap pertambahan bobot badan, konversi ransum, dan income over feed cost tidak berpengaruh. Pengaruh tepung temulawak terhadap konsumsi ransum, pertambahan bobot badan, dan income over feed cost (IOFC) memberi pengaruh yang sangat nyata. Molases memberi pengaruh sangat nyata terhadap konsumsi ransum, pertambahan bobot badan sedangkan pada konversi ransum dan income over feed cost berpengaruh tidak nyata. Sinurat et al. (2009) menyatakan bahwa pemberian imbuhan pakan berupa antibiotik, tepung kunyit, tepung temulawak maupun campuran kunyit dan temulawak terhadap ayam broiler tidak nyata menyebabkan perubahan terhadap pertumbuhan, efisiensi pengunaan pakan, mortalitas, daya cerna zat gizi pakan dan persentase karkas ayam broiler. Septinova (2006) menyimpulkan hasil penelitiannya terhadap ayam broiler bahwa konsumsi air minum, bobot karkas, bobot jantung, dan bobot lemak abdominal semakin menurun dengan bertambahnya tingkat temulawak, tetapi tidak ditemukan tingkat optimal pemberian temulawak pada performans dan karkas broiler lain.
10
Kayu Manis Tanaman kayu manis diklasifikasikan dalam divisi Magnoliophyta, kelas Magnoliopsida, ordo Laurales, famili Lauraceae, genus Cinnamomum dan spesies Cinnamomum verum. Tanaman Cinnamomum burmanni (Blume) merupakan jenis tanaman berumur panjang yang tumbuh liar di hutan- hutan dan baru dalam masa penjajahan budidaya tanaman ini dilaksanakan dalam bentuk perkebunan. Cinnamomum menghasilkan kulit yang dinamakan kayu manis yang dalam perdagangan internasional dikenal Cassiavera (Weber, 2003). Komposisi kimiawi Cinnamomum dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Komposisi Kimiawi Cinnamomum burmanni Karakteristik
Komposisi
Kadar Air
7,9%
Minyak Atsiri
3,4%
Alcohol Ekstrak
8,2%
Abu
4,5%
Abu larut air
2,23%
Abu tidak larut air
0,013%
Serat kasar
29,1%
Karbohidrat
23,3%
Ether ekstrak yang tidak terbang
4,2% (non-volatil)
Zat nitrogen
0,66%
BJ rata-rata
1,02-1,07
Sumber : Rismunandar, 1989 Daun Sirih Sirih (Piper betle Linn) berasal dari India, Ceylon dan Malaysia, kemudian menyebar sampai ke Afrika Timur. Sirih di Indonesia dikenal sejak tahun 600 SM (Darwis, 1991). Menurut Sugiati dan Hutapea (1991), sirih termasuk dalam divisi Spermathophyta, subdivisi Angiospermae, kelas Dicotyledone, ordo Piperales, family Piperaceae, genus Piper dan species Piper betle Linn. Komposisi kimia daun sirih dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Komposisi Kimia Daun Sirih dalam 100 g Bahan Segar 11
Komponen kimia
Kadar
Kadar air (mg)
85,40
Protein (mg)
3,10
Lemak (mg)
0,80
Karbohidrat (mg)
6,10
Serat (mg)
2,30
Bahan mineral (mg)
2,30
Kalsium (mg)
230,0
Fosfor (mg)
40,0
Besi (mg)
7,00
Besi ion (mg)
3,50
Karoten (IU)
9600
Thiamin (µg)
70
Riboflavin (µg)
30
Asam nikotinat (mg)
0,70
Vitamin C (mg)
5,0
Iodium (µg)
3,4
Kalium nitrat (mg)
0,26 – 0,42
Gula reduksi: glukosa (%)
1,4 – 3,2
Gula non reduksi (%)
0,6 – 2,5
Gula total (%)
2,4 – 5,6
Minyak atsiri (%)
0,8 – 1,8
Tanin (%)
1,0 – 1,3
Sumber: Ros man dan Suhirman (2006)
Darwis (1991) menyatakan daun sirih segar banyak mengandung asam amino esensial kecuali lisin, histidin dan arginin. Terdapat sejumlah besar asparagin, sedangkan glisin dalam bentuk gabungan, kemudian prolin dan orinitin. Cairan daun bersifat asam, mengandung asam malat dan asam oksalat, enzim diastase dan katalase. Sugiati dan Hutapea (1991) menambahkan bahwa daun sirih mengandung saponin, flavonoida dan polifenol. Zulaikhah (2005) menyatakan bahwa Sirih (Piper bettle L) mengandung minyak atsiri, tannin, diastase, gula, dan pati. kandungan minyak atsiri memiliki
12
daya membunuh kuman, serta membunuh fungi atau jamur. Penggunaan daun sirih sebagai bahan obat mempunyai dasar yang kuat karena adanya kandungan minyak atsiri yang mempunyi komponen fenol alam yang mempunyi daya anti septik sangat kuat (Prayogo dan Sutaryadi, 1991). Minyak atsiri daun sirih mempunyai aktivitas anti bakteri terhadap beberapa bakteri gram positif dan gram negatif (Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat, 1996). Molases Molases merupakan hasil sampingan pada industri pengolahan gula dengan wujud bentuk cair. Molases adalah limbah utama industri pemurnian gula. (Cheeke, 1999). Molases atau yang biasa dikenal dengan tetes dapat digunakan sebagai bahan makanan ternak yang berenergi tinggi. Disamping rasanya manis, keuntungan penggunaan molases untuk pakan ternak adalah kadar karbohidrat tinggi (48-60 % sebagai gula), kadar mineral cukup, dan rasanya disukai ternak. Kadar kalium molases yang tinggi dapat menyebabkan diare jika konsumsinya terlalu banyak (Rangkuti et al., 1995). Hasan dan Ishida (1992) menyatakan bahwa Molases atau tetes tebu adalah hasil sampingan pengolahan tebu menjadi gula. Bentuk fisiknya berupa cairan yang kental dan berwarna hitam. Kandungan karbohidrat, protein dan mineral protein cukup tinggi, sehingga bisa juga digunakan untuk pakan ternak walaupun sifatnya hanya sebagai pendukung. Disamping harganya murah, kelebihan tetes tebu adalah terletak pada aroma dan rasanya. Oleh karena itu apabila dicampur dalam ransum maka akan bisa memperbaiki aroma dan rasanya. Effective Microorganism (EM-4) EM4 merupakan kultur campuran dari mikroorganisme yang menguntungkan yaitu mikroorganisme inkubasi dan sintetik yang terdiri dari asam laktat, bakteri fotosintetik, Actinomycetes sp., Streptomycertes sp., ragi dan jamur pengurai sellulosa. EM4 bermanfaat menyehatkan ternak, mengurangi stres pada ternak, menyeimbangkan mikroorganisme dalam saluran pencernaan ternak, meningkatkan nafsu makan dan mengurangi polusi atau bau kandang dan lingkungan. Dosis penggunaan EM4 pada ayam potong yaitu 1ml EM4 : 1 liter air putih dengan syarat
13
EM4 tidak diberikan bersamaan dengan pemberian vaksin, vitamin maupun antibiotik (Phillips, 1997). Dalam saluran pencernaan unggas Effective Microorganism meningkatkan keragaman dan populasi mikroorganisme yang menguntungkan sehingga dapat memperbaiki aktivitas pencernaan, meningkatkan kesehatan, menekan bakteri patogen, dan meningkatkan produktivitas. Fungsi dari mikroorganisme tersebut adalah menjaga keseimbangan mikroorganisme yang ada dalam saluran pencernaan sehingga memperbaiki absorpsi makanan dalam usus, sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan dan produksi serta stress yang ada dapat diantisipasi dengan cepat. Selain itu pemberian mikroorganisme pada ternak akan menurunkan pH di dalam usus yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri-bakteri patogen seperti E. coli, Salmonella, Proteus dan Campylobacteria (Lokapirnasari, 2007). Laksmiwati (2006) melaporkan bahwa penambahan EM-4 pada air minum itik jantan umur 0-8 minggu dapat meningkatkan pertumbuhan dan efisiensi penggunaan ransum, tetapi tidak berpengaruh terhadap konsumsi pakan. Peningkatan dosis pemberian starbio dari 0,5 sampai 1,5 g/kg pakan dan EM-4 pada air minum dari 1 ml sampai 3 ml air minum tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan, konversi ransum, dan konsumsi ransum. Dilaporkan juga oleh Ritonga (1992) bahwa penggunaan probiotik pada ternak unggas ternyata sangat menguntungkan karena dapat menghasilkan berbagai enzim yang dapat membantu pencernaan dan dapat menghasilkan zat antibakteri yang dapat menekan pertumbuhan mikroorganisme yang merugikan. Surung (2008) menyatakan bahwa penambahan EM-4 (Effective Microorganisms-4) dalam air minum dapat mengefisiensikan pemberian pakan dan dapat meningkatkan pertambahan berat badan ayam buras. Escerichia coli Escerichia coli diklasifikasikan dalam kingdom Bacteria, divisi Protophyta, kelas Shizomycetes,
ordo
Eubacteriaceae,
family
Enterobacteriaceae,
suku
Escerichiaeae, genus Escerichia dan spesies Escerichia coli (Collier, 1998). Escerichia coli adalah penghuni normal saluran pencernaan manusia dan hewan berdarah panas. Escerichia coli tidak patognik, tetapi dapat menyebabkan infeksi. Jika memasuki kandung kemih dapat menyebabkan sistitis. Bakteri ini digunakan
14
sebagai indikator kualitas air dan beberaoa
galur tertentu
menyebabkan
gastroenteritis, disentri, dan diare pada manusia (Pelczar, 1988). Escerichia coli berbentuk batang atau koma, berukuran 1,1-1,5 x 2,0-6,0 µm, terdapat dalam bentuk tunggal atau berpasangan da n dalam rantai pendek serta merupakan bakteri gram negative. Bakteri in tidak berkapsul dan tidak berspora, tumbuh baik pada pH optimum 7,0-7,5 serta suhu optimum 37ºC. Escerichia coli membentuk koloni bewarna putih hingga kekuningan, dan permukaan bergelo mbang diatas agar, dan hidup secara anaerob fakultatif (Pelczar, 1988). Bakteri Escerichia coli biasanya terdapat dalam jaringan atau saluran pernapasan ayam yang sakit. Infeksi oleh Escerichia coli dianggap sebagai infeksi sekunder terhadap penyakit menular atau tidak menular sehingga sebagai bagian yang memperumit suatu penyakit. Escerichia coli bisa juga sebagai infeksi primer. Infeksi Escerichia coli pada unggas umumnya dipicu oleh infeksi primer saluran pernapasan yang disebabkan oleh virus atau Mycoplasma. Kondisi tersebut akan menjadi parah karena faktor- faktor lingkungan seperti tingginya amoniak di dalam kandang (Rahayu, 2006). Salmonella Salmonella sp. adalah bakteri batang lurus, gram negatif, tidak berspora, bergerak dengan flagel peritrik, berukuran 2-4 μm x 0.5-0,8 μm. Salmonella sp. tumbuh cepat dalam media yang sederhana. Salmonella diklasifikasikan dalam kingdom
Bacteria,
phylum Proteobacteria, kelas Gamma Proteobacteria , ordo
Enterobacteriales , family Enterobacteriaceae , genus Salmonella (Jawetz, dkk, 2005).
Jay (2000) menjelaskan bahwa khusus untuk S. enteritidis dapat ditemukan di dalam telur dan ovarium ayam yang bertelur, dengan kemungkinan route penularan melalui transovarium, translokasi dari peritonium ke kantong kuning telur atau oviduk, mempenetrasi kerabang telur sewaktu telur bergulir menuju kloaka, dan mencuci telur. Jika telur tetas terkontaminasi Salmonella, maka akan penetrasi ke dalam telur dan terperangkap di dalam membran, yang akan diingesti oleh embryo. Secara umum, sumber utama Salmonella di dalam ayam adalah saluran pencernaan termasuk caecum. Sekali salmonella ada di dalam tubuh ayam, maka ayam akan bertindak sebagai carrier sepanjang hidupnya (Jay, 2000).
15
Salmonella secara alami hidup di saluran gastrointestinal hewan baik yang terdomestikasi maupun liar, unggas, dan hewan peliharaan (termasuk kura-kura dan katak), serta serangga. Pada hewan dan unggas, dapat menyebabkan salmonellosis dan kemudian bertindak sebagai carrier. Manusia dapat bertindak sebagai carrier setelah terinfeksi dan menyebarkannya melalui feses untuk waktu yang cukup lama. Selain itu dapat juga terisolasi dari tanah, air, dan sampah yang terkontaminasi feses (Ray, 2001).
16
METODE Waktu dan Tempat Kegiatan ini dilaksanakan selama 4 bulan, yaitu dimulai dari bulan Juni sampai September 2009. Penelitian di kandang dilakukan selama 5 minggu yang dimulai dari bulan Juli sampai Agustus 2009 di Peternakan ayam Arab Trias Farm Desa Cempelang-Cibatok, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor. Materi Ternak Ternak yang digunakan dalam penelitian ini adalah ayam arab periode bertelur berumur satu tahun sebanyak 1040 ekor yang dialokasikan ke dalam 4 perlakuan.
Kandang Kandang yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk kandang individu yaitu, satu ekor ayam menempati satu kandang. Peralatan kandang yang digunakan pipa paralon dengan diameter 10 cm yang dibelah menjadi dua bagian
dan
diletakkan memanjang sesuai dengan panjang kandang individu untuk setiap perlakuan sebagai tempat minum dan tempat pakan. Bahan dan Peralatan Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain, larutan jamu yang dibuat dari kencur, bawang putih, jahe, lengkuas, kunyit, temulawak, daun sirih dan kulit kayu manis, molases atau tetes tebu dan larutan Probiotik EM-4. Ransum yang digunakan dalam penelitian ini merupakan ransum komersil yang digunakan di Peternakan ayam Arab Trias Farm Desa Cempelang-Cibatok Leuwiliang Kabupaten Bogor. Hasil analisis proksimat ransum dapat dilihat pada Tabel 8. Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain yaitu blender, drum plastik berukuran 30 liter yang digunakan untuk tempat inkubasi jamu ternak yang diproduksi.
17
Tabel 8. Hasil Analisis Proksimat Pakan Parameter Bahan Kering (%) Abu (%) Protein Kasar (%) Serat Kasar (%) Lemak Kasar (%) Beta-N (%) Ca (%) P (%) NaCl (%) Energi Bruto (Kkal/kg)
As fed 86,69 9,86 16,22 5,98 3,95 50,86 2,86 1,61 0,33 3572
% BK 100 11,37 18,71 6,90 4,56 58,67 3,30 1,86 0,38 4120,43
Sumber: Hasil analisis Laboratoriu m Ilmu dan Teknologi Pakan IPB (2 009)
Jamu Ternak Bahan jamu yang digunakan yaitu kencur 750 g, bawang putih 750 g, jahe 375 g, lengkuas 375 g, kunyit 375 g, temulawak 375 g, daun sirih hijau 187,5 g, dan kayu manis 187,5 g yang masih segar. Selain itu dalam pembuatan jamu ternak juga ditambah molasses dan EM4 masing- masing 300 ml (Saenab et al., 2002). Cara pembuatan jamu tersebut yaitu bahan jamu dipotong-potong dan dihaluskan dengan blender, lalu disaring dan diambil cairan atau ekstraknya kemudian ditempatkan dalam drum plastik beruk uran 30 liter. Setelah itu ditambahkan molasses atau tetes tebu dan EM4, kemudian diencerkan dengan air bersih sampai campuran tersebut berjumlah 30 liter. Kemudian drum ditutup rapat dan semua bahan diinkubasikan selama 5 hari, namun tutup drum selalu dib uka setiap hari selama lebih kurang 5 menit untuk mengaduk cairan ja mu yang sedang diinkubasikan (Saenab et al., 2002). Rancangan Percobaan Perlakuan Ransum perlakuan yang diberikan dalam penelitian adalah sebagai berikut : A1 : Pemberian 10 ml jamu/ekor yang dilarutkan ke dalam air sebanyak 154 ml/ekor/hari. A2 : Pemberian 20 ml jamu/ekor yang dilarutkan ke dalam air sebanyak 154 ml/ekor/hari.
18
A3 : Pemberian 30 ml jamu/ekor yang dilarutkan ke dalam air sebanyak 154 ml/ekor/hari. K
: Kontrol (tidak diberi jamu)
Jamu ini diberikan selama tiga hari berturut-turut selama seminggu. Model Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 2 ulangan (Steel dan Torrie, 1993). Model matematika dari rancangan tersebut adalah sebagai berikut: Yij = µ + τi + Єij Keterangan : Yij = Nilai pengamatan perlakuan ke-i dan ulangan ke-j µ = Rataan umum τi = Efek perlakuan Єij = Error perlakuan ke- i dan ke-j
Analisis Data Data yang diperoleh akan dianalisis dengan menggunakan analysis of variance (ANOVA) dan untuk melihat perbedaan diantara perlakuan diuji dengan uji lanjut Duncan. Peubah yang Diamati 1. Uji Fitokimia & Daya Hambat terhadap Bakteri Salmonella dan Escerichia coli Teknik yang digunakan dalam percobaan pengujian komponen fitokimia yaitu dengan cara mencampurkan sampel dengan larutan bahan-bahan kimia yang terdapat pada senyawa fitokimia. Uji daya hambat terhadap bakteri Salmonella dan Escerichia coli diperoleh dengan mengambil sampel jamu yang telah diinkubasi dan dianalisis dengan menggunakan metode cakram untuk melihat kemampuan jamu ternak dalam menghambat perkembangan bakteri Salmonella dan Escerichia coli. 2. Pengaruh Jamu Ternak terhadap Performa Ayam Arab 1. Konsumsi Ransum (gram/ekor)
19
Konsumsi ransum dihitung dari selisih ransum yang diberikan dengan sisa ransum yang ada setiap minggu selama pemeliharaan. 2. Konversi Ransum Konversi ransum dapat diperoleh dari perbandingan antara jumlah ransum yang dikonsumsi dengan bobot total telur selama penelitian. 3. Mortalitas Mortalitas dihitung berdasarkan pada jumlah ayam yang mati selama penelitian dibagi dengan jumlah ayam awal dikalikan 100%. 4. Produksi telur (Hen Day, %) Produksi telur atau Hen Day diperoleh dari persentase jumlah telur yang dihasilkan dari sejumlah ayam yang ada saat itu. Tahapan Penelitian 1.
Persiapan kandang Sebelum penelitian dilaksanakan hal utama yang harus dipersiapkan yaitu mempersiapkan kandang
terlebih dahulu.
Hal
yang dilakukan dalam
mempersiapkan kandang diantaranya sanitasi kandang, peralatan kandang, dan lingkungan di sekitar kandang. Kandang yang digunakan pada penelitian ini berbentuk kandang individu, yaitu satu ekor ayam menempati satu kandang. 2.
Cara Pemberian Ransum Ransum yang digunakan dalam penelitian ini merupakan ransum komersil. Pemberian ransum ini dilakukan dua kali dalam sehari yaitu pagi dan siang hari. Setiap satu perlakuan (130 ekor ayam) diberikan ransum sebanyak 12 kg perhari.
3.
Cara Pemberian Jamu Pemberian jamu dilakukan pada siang hari karena pada siang hari cuaca cukup panas sehingga ayam akan sering minum dan jamu yang diberikan akan cepat habis. Sebelum diberikan kepada ayam, jamu tersebut dicampur dengan air bersih terlebih dahulu sesuai dengan jenis perlakuan yang diuji. Jamu tersebut dicampur dengan 20 liter air bersih untuk 130 ekor ayam Arab pada masingmasing perlakuan. Pencampuran jamu dan air tersebut dilakukan pada drum plastik ukuran sedang agar mudah mengaduknya dan cepat homogen.
20
5. Uji Fitokimia & Daya Hambat terhadap Bakteri Salmonella dan Escerichia coli Uji fitokimia dilakukan dengan menganalisis sampel jamu sebelum inkubasi dan jamu ternak yang telah diinkubasi selama 5 hari. Uji daya hambat terhadap Bakteri Salmonella dan Escerichia coli dillakukan dengan metode cakram. Sampel yang digunakan berasal dari jamu ternak yang diinkubasi pada hari ke-5.
21
HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Fitokimia dan Daya Hambat Jamu Te rnak terhadap Bakteri Salmonella dan Escerichia coli Analisis Fitokimia Jamu Ternak Fitokimia disebut fitonutrien, dalam arti luas adalah segala jenis zat kimia atau nutrien yang diturunkan dari sumber tumbuhan, termasuk sayuran dan buahbuahan. Fitokimia biasanya digunakan untuk merujuk pada senyawa yang ditemukan pada tumbuhan yang tidak dibutuhkan untuk fungsi normal tubuh, tapi memiliki efek yang menguntungkan bagi kesehatan atau memiliki peran aktif bagi pencegahan penyakit (Lenny, 2006). Uji fitokimia jamu ternak yang digunakan pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Hasil Analisis Kualitatif Fitokimia Jamu Ternak sebelum Diinkubasi dan setelah Inkubasi Hari Ke Lima Sampel
Parameter Alkaloid
Jamu ternak H0
Tanin Flavonoid Saponin Steroid Triterpenoid Hidroquinon Kadar kurkumin Fitokimia
Alkaloid Jamu ternak H5
Wagner Meyer Dragendorf
Fitokimia
Wagner Meyer Dragendorf
Tanin Flavonoid Saponin Steroid Triterpenoid Hidroquinon
Hasil Positif Positif Positif Negatif Positif Negatif Negatif Negatif positif 4,093 Negatif Negatif Negatif Negatif Positif Negatif Negatif Negatif Negatif
Sumber: Hasil analisis Laboratoriu m Uji Biofarmaka IPB (2010)
Berdasarkan uji fitokimia jamu ternak sebelum inkubasi, mengandung komponen fitokimia yaitu, alkaloid, flavonoid dan hidroquinon. Namun, setelah diinkubasi selama 5 hari komponen fitokimia yang terdapat pada jamu ternak hanya
22
flavonoid dan kurkumin. Senyawa flavonoid merupakan anti oksidan yang menetralisir radikal bebas yang menyerang sel-sel tubuh. Manfaat utama flavonoid adalah untuk melindungi struktur sel, dan sebagai antibiotik (Lenny, 2006). Kurkumin dapat dimanfaatkan sebagai antibiotik (Sinurat et al., 2009). Hasil uji fitokimia ini menggambarkan bahwa jamu ternak yang digunakan pada penelitian ini bebas dari kandungan antinutrisi seperti tanin dan saponin yang dapat mengganggu proses penyerapan protein dalam tubuh (Januarti, 2009 dan Putra, 2009). Analisis Daya Hambat terhadap Bakteri Salmonella dan Escerichia coli Pengaruh penggunaan ramuan herbal terhadap 2 (dua) strain bakteri yaitu Salmonella dan Escerichia coli menunjukkan bahwa kedua bakteri dapat dihambat oleh antibakteri dalam ramuan herbal yang diuji. Hasil uji daya hambat antibakteri dalam ramuan herbal jamu ternak terhadap bakteri Salmonella dan Escerichia coli tertera pada Tabel 10. Tabel 10. Uji Daya Hambat dalam Ramuan Jamu Ternak yang Diinkubasi 5 Hari terhadap Bakteri Salmonella dan Escerichia Coli Strain Bakteri
Salmonella
Escerichia coli
Dosis
Ulangan 1 (mm)
2 (mm)
10 ml/ekor
0,16
0,16
20 ml/ekor
0,3
0,3
30 ml/ekor
0,5
0,5
10 ml/ekor
-
-
20 ml/ekor
-
-
30 ml/ekor
-
-
Sumber : Hasil analisis Laboratoriu m Uji Biofarmaka IPB (2010)
Konsentrasi bahan jamu ternak yang lebih tinggi (A3) memiliki daya hambat lebih kuat terhadap bakteri Salmonella dari pada konsentrasi yang lebih rendah (A1), akan tetapi untuk bakteri Escerichia coli, antibakteri yang terkandung dalam jamu ternak tidak mampu menghambat pertumbuhannya. Kedua jenis strain bakteri ini dapat menyebabkan penyakit pada ternak unggas, seperti tertera pada A Handbook of
23
Diagnosis and Therapy For The Veterinarian (1979) yang terdapat dalam Agustina (2006), bahwa Escerichia coli dapat menyebabkan infeksi pada kantong telur dan juga menyebabkan pericarditis,
infeksi saluran pernafasan, peritonitis dan
salpingitis. Sedangkan, infeksi bakteri Salmonella atau dikenal dengan Salmonellosis adalah salah satu penyakit bakterial yang penting pada unggas dan menjadi masalah serius pada industri perunggasan (Utomo, 1998). Peran dari yeast (ragi), streptomycetes, actinomycetes, bakteri gram positif dan bakteri gram negatif dalam EM 4 mampu meningkatkan sifat fagositas terhadap sel asing serta bakteri patogen (Sutanto, 1999). Pengaruh Jamu Ternak terhadap Performa Ayam Arab Pengaruh penambahan jamu ternak dalam air minum terhadap performa ayam Arab dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11. Pengaruh Perlakuan Penambahan Jamu Ternak dalam Air Minum terhadap Performa Ayam Arab Peubah yang diamati Konsumsi Ransum (gram/ekor) Konversi Ransum Mortalitas (%) Produksi telur (Hen Day Production) (%)
Pemberian Jamu (ml/ekor/hari) 10 20
Kontrol
30
71,00 ± 1,20
65,93 ± 5,11
65,23 ± 6,31
60,23 ± 0,33
2,92 ± 0,15 0.77
3,78 ± 0,04 0.77
4,02 ± 0,01 0.77
3,91 ± 0,64 0.77
59,10 ± 2,21a
44,92 ± 1,4b
41,52 ± 0,43b
44,19 ± 6,33b
Keterangan : Superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan hasil (P<0,05)
berbeda nyata
Konsums i Ransum Hasil analisis menunjukkan bahwa penambahan jamu ternak pada air minum ternak ayam Arab tidak berpengaruh nyata terhadap konsumsi ransum. Ransum kontrol memperlihatkan tingkat konsumsi ransum cendrung paling tinggi dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Pemberian jamu pada perlakuan A1 (pemberian 10 ml jamu/ekor)
memperlihatkan konsumsi ransum lebih tinggi
dibandingkan dengan perlakuan A2 (dosis 20 ml jamu/ekor) dan perlakuan A3 yaitu 30 ml jamu/ekor (Tabel 11). Ini menggambarkan bahwa senyawa aromatik yang
24
terdapat pada jamu tersebut pada penelitian ini tidak meningkatkan nafsu makan ternak. Tingginya konsumsi pakan pada ternak akibat pemberian jamu disebabkan karena adanya kandungan senyawa aromatik yang terdapat pada jamu tersebut. Kandungan senyawa aromatik ini yang menyebakan nafsu makan ayam buras menjadi meningkat. Haruna dan Sumang (2008) juga menyatakan bahwa pemanfaatan jamu
sebagai campuran air minum pada ternak ayam buras berpengaruh nyata terhadap konsumsi ransum. Anggorodi (1985) menyatakan bahwa jumlah konsumsi ransum sangat ditentukan oleh kandungan energi dalam ransum. Jika kandungan energi dalam ransum tinggi maka konsumsi pakan akan turun dan sebaliknya apabila kandungan energi ransum rendah, maka konsumsi pakan akan naik untuk memenuhi kebutuhan akan energi.
Konve rsi Ransum Konversi pakan diperlukan untuk menggambarkan sejauh mana efektivitas biologis pemanfaatan zat gizi dalam pakan. Semakin kecil jumlah pakan yang dibutuhkan untuk menghasilkan telur, berarti semakin efisien pemberian pakan tersebut (Winata, 2005). Hasil analisis menunjukkan bahwa penambahan jamu dalam air minum ternak ayam Arab tidak berpengaruh nyata terhadap konversi ransum (Tabel 11). Konversi ransum menjadi lebih tinggi dengan penambahan jamu pada air minum ternak ayam Arab dibandingkan tanpa penambahan jamu pada perlakuan kontrol. Konversi ransum sangat terkait dengan konsumsi ransum dan produksi telur selama penelitian, semakin rendah nilai konversi ra nsum maka semakin efesien ternak tersebut dalam menggunakan ransum. Konversi ransum tertinggi dihasilkan pada perlakuan dengan penambahan jamu 20 ml/ekor dengan nilai 4,02. Ini berarti ternak tersebut sangat tidak efisien dalam mengkonversi ransum menjadi telur. Namun, berbeda dengan pernyataan Haruna dan Sumang (2008) bahwa penggunaan jamu ternak sebagai campuran air minum pada ternak ayam buras berpengaruh nyata menurunkan konversi ransum.
25
Produksi Telur Produksi telur harian merupakan suatu poduksi telur dalam suatu kelompok ayam petelur yang didasarkan atas persentase produksi telur dengan jumlah ayam petelur selama pencatatan (Anggorodi, 1985). Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa penambahan jamu pada air minum ternak ayam Arab memberikan pengaruh yang nyata (p<0,05) terhadap produksi telur (Tabel 11). Penambahan jamu ternak yang dicampur dalam air minum mengurangi produksi telur ternak ayam Arab. Penurunan produksi telur tertinggi terjadi pada penambahan sebanyak 20 ml jamu/ekor yaitu 17,58% dib anding produksi telur pada perlakuan kontrol, sedangkan penambahan jamu ternak sebanyak 10 ml jamu/ekor dan 30 ml jamu/ekor mengurangi produksi telur ternak ayam Arab sekitar 14% dibandingkan dengan ternak tanpa penambahan jamu pada air minumnya. Penurunan produksi telur terjadi karena pemberian jamu ke dalam air minum mengurangi konsumsi pakan, ini yang menyebabkan terjadinya penurunan produksi telur karena konsumsi zat nutrisi yang dibutuhkan dalam proses pembentukan telur berkurang. Kondisi ayam Arab yang digunakan pada penelitian ini berada pada kondisi molting sehingga terjadi penurunan produksinya, ini dapat menjadi salah satu penyebab produksi telur atau hen day yang rendah. Mortalitas Mortalitas adalah angka yang menunjukkan jumlah ayam yang mati se lama pemeliharaan. Nilai mortalitas diukur melalui rasio antara jumlah seluruh ternak yang mati dengan jumlah total ternak yang dipelihara. Persentase kematian merupakan salah satu parameter yang sering digunakan untuk bahan evaluasi pemeliharaan tiap minggu dan juga menjadi salah satu penentu keberhasilan dalam suatu usaha peternakan. Pada penelitian penambahan jamu pada air minum ternak ayam Arab, jumlah ayam yang mati masing- masing 1 (satu) ekor (0,77 %) untuk masing- masing perlakuan kontrol, perlakuan dengan penambahan 10 ml jamu, perlakuan 20 ml jamu, dan perlakuan dengan penambahan 30 ml jamu. Setiap kematian pada masingmasing perlakuan tersebut disebabkan oleh gangguan hewan liar. Jamu ternak yang
26
diberikan pada ternak Arab tidak memberikan dampak kematian terhadap ternak ayam Arab. Penelitian ini sejalan dengan Agustina (2006) yang menyatakan bahwa pemberian ramuan herbal yang terdiri dari kencur, temulawak, lengkuas, jahe, kunyit, bawang putih, bawang merah, lengkuas, daun sirih, belimbing wuluh, kemangi, temulawak, temu hitam serta molases dapat meningkatkan daya tahan tubuh serta mencegah pertumbuhan parasit. Raharjo dan Rostiana (2003) melaporkan bahwa kandungan temulawak (Curcuma xanthorrhiza) yang terdapat pada jamu ternak mampu meningkatkan sistem immunitas tubuh. Ternak yang diberi jamu kebal terhadap penyakit dan kotorannya menjadi tidak berbau.
27
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Uji fitokimia jamu ternak memperlihatkan zat bioaktif pada jamu ternak yaitu, kurkumin dan flavonoid, serta jamu ini tidak mengandung tanin dan saponin. Uji daya hambat terhadap bakteri Salmonella memperlihatkan bahwa penggunaan jamu ternak pada perlakuan pada penggunaan 30 ml jamu/ekor ternak menghasilkan daya hambat tertinggi (0,5 mm). Jamu ternak ini tidak mampu menghambat perkembangan bakteri Escerichia coli. Penggunaan jamu ternak ke dalam air minum menyebabkan konsumsi ransum dan produksi telur turun dan konversi ransum tinggi. Saran Perlu dilakukan penelitian pengaruh pemberian jamu ternak pada ayam periode molting.
28
UCAPAN TERIMAKASIH Alhamdulillahirabbil’aalamiin. Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT dan atas rahmat dan kurniaNya tugas akhir ini dapat diselesaikan. Terima kasih yang tiada terkira penulis ucapkan kepada Ir. Dwi Margi Suci, MS. sebagai dosen pembimbing utama sekaligus sebagai pembimbing akademik dan Ir. Widya Hermana, Msi. sebagai dosen pembimbing anggota, atas segala bimbingan, dorongan, nasihat, dan saran yang telah diberikan. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Dr. Ir. Yuli Retnani, M.Sc. selaku dosen pembahas seminar, Ibu Maria Ulfah, S.Pt, MSc. Agr dan Bapak Dr. Ir. Heri A. Sukria, MSc. Agr. sebagai dosen penguji sidang, atas saran dan kritik yang telah diberikan. Sujud syukur dan terima kasih sedalam-dalamnya penulis haturkan atas dukungan yang telah diberikan Bapak dan Mamak, kakak Merry, adik penulis Yhora dan Renaldo atas doa, kasih sayang, semangat, perhatian dan dukungannya hingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini. Secara khusus, penulis mengucapkan terima kasih kepada, Dr. Ir. Idat G. Permana, M.Sc.Agr. selaku Ketua Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Ibu Lanjar, manager dan karyawan peternakan ayam Arab Trias Farm Desa Cempelang-Cibatok Leuwiliang Kabupaten Bogor yang telah meluangkan waktunya untuk membantu penelitian penulis, rekan penelitian penulis Suliyah dan Bian atas kebersamaan, suka dan duka yang telah dijalani selama penelitian ini, keluarga kecil di kost Mira Daniati dan Ummi Maksum, teman-teman seperjuangan penulis di INTP 42 Fiqi, Retno, Yati dan lainnya yang tidak mungkin penulis tuliskan satu persatu, serta keluarga besar Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan dan civitas Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Sangat banyak pelajaran yang penulis dapatkan selama menyelesaikan tugas akhir, dan semoga hal serupa juga dapat tertular dengan adanya skripsi sebagai tugas akhir ini. Amin.
Bogor, Desember 2010
Penulis
29
DAFTAR PUSTAKA Agustiana, A. 1996. Penggunaan tepung kunyit (Curcuma domestica) dalam ransum terhadap penampilan dan daya tahan tubuh ayam pedaging. Skripsi. Fakultas Peternakan, IPB. Bogor. Agustina, L. 2006. Penggunaan ramuan herbal sebagai feed additive untuk meningkatkan performans broiler. Prosiding Lokakarya Nasional Teknologi dalam Mendukung Usahaternak Unggas Berdayasaing. Hal: 47-52. Al-Sultan. S. I. 2003. The effect of curcuma longa (Tumeric) on overail performance of broiler chickens. J. of Poultry Science. 2(5): 351-353. Anggorodi, R. 1985. Kemajuan Mutakhir Ilmu Makanan Ternak Unggas. Universitas Indonesia. Jakarta. Aris, S., E. Mirwandhono. & Emmyliam. 2006. Pemanfaatan tepung temulawak (Curcuma xanthorriza roxb.) dan molases dalam ransum terhadap performa dan income over feed cost (iofc) itik peking umur 1 – 56 hari. USU-e Journals. 2 (2): 67-71. Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat. 1996. Sirih (Piper Betle Linn). Bogor. Cheeke, P. R. 1999. Applied Animal Nutrition. Feeds And Feeding 2 nd Edition. Prentice Hall, Upper Saddle River. New Jersey. Colegate, S.M. & R. J. Molyneux. 1993. Bioactive Natural Products: Detection, Isolation and Structural Determination. CRC Press. Boca Raton. Collier, L.,1998. Microbiology and Microbial Infections. Edisi 9, 935 – 939, Oxford University Press, Inc., New York. Darwis, S. N. 1991. Potensi sirih (Piper Betle Linn) sebagai tanaman obat. Warta Tumbuhan Obat Indonesia I (1): 11-12 Duke, J.A.1985. CRC-Handbook of Medicinal Herbs. CRC-Press Inc. Boca Raton. Dwiyanto, K. & S. N. Prijono. 2007. Keanekaragaman Sumber Daya Hayati Ayam Lokal Indonesia: Manfaat dan Potensi. Pusat Penelitian Biologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Bogor. Farrel, K. T. 1985. Spices, Condiments and Seasonings. The AVI Publishing Company Inc, West Port. Friedli,
G L. 2005. Zingiber officinale http//www.Friedli.com/herbs/ginger/html. [20 Desember 2009]
(Ginger).
Haruna, S., & Sumang. 2008. Pemanfaatan jamu sebagai campuran air minum pada tenak ayam buras. J. Agrisistem. 4 (2): 109 -113. Hassan & M. Ishida. 1992. Effect of Urea Treatment Level on Nutritive Value of Oil Palm Fronds Silage in Kedah Kelantan Bulls. Animal Science Congress. Bangkok. Herawati. 2006. Pengaruh penambahan fitobiotik jahe merah (Zingiber Officinale Rosc) terhadap produksi dan profil darah ayam broiler. J. Protein. 14 (2): 137-141.
30
Itokawa, H. & K. Takeya. 1993. Antitumor subtances from higher plants. Heterocycles 35: 1467-1501. Januarti, R. 2009. Laju degradasi hijauan tropis pada media cairan rumen domba yang diberi pakan mengandung saponin dan campuran saponin dan tanin. Skripsi. Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Bogor. Jay, J.M. 2000. Modern Food Microbiology, 6th Edition. Aspen Publisher, Inc., Maryland. Jawetz, E. & W. E Levinson. 2005. Medical Microbiology & Immunology: Examination & Board Review. The McGraw-Hill Companies, Inc. Washington. Josep. 2004. Pengaruh penambahan tepung kencur (Kaempferia galanga L.) dan tepung bawang putih (Allium sativum L.) pada ransum broiler. Indonesian Research Institute for Animal Production. Balai Penelitian Ternak. Bogor. Laksmiwati, N. M. 2006. Pengaruh pemberian starbio dan effective microorganism4 (EM-4) sebagai probiotik terhadap penampilan itik jantan umur 0-8 minggu. Skripsi. Fakultas Peternakan, Universitas Udayana. Bali. Lenny, S. 2006. Senyawa Flavonoida, Fenil Propanoida, Alkaloida. USU Repository. Medan. Lokapirnasari, W. P. 2007. The effect of effective microorganism to feed consumption and body weight of broiler chicken. J. Protein. 14 (1): 37- 40. Muchtadi, T. R. & Sugiyono. 1992. Ilmu Pengetahuan Bahan Pangan. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi. Pusat Antar Universitas. IPB, Bogor. Murdiati, T. B. 2002. Obat tradisional melengkapi obat konvesional. Infovet. 93:4-6. Nahdhinah, D. 1998. Uji eteratogenika Kurkuminoid Pada Tikus Bunting. Skripsi. Fakultas Farmasi. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. Natali, H., D. Nista, Sunarto., D. S. Yuni. 2005. Pengembangan Ayam Arab. Direktorat Jenderal Peternakan, Balai Pembibitan Ternak Unggul Sapi Dwiguna dan Ayam. Sembawa. Naatamijaya, A. A., Arnesto, & S. N. Jarmani. 2006. Reproductive performance of female local chicken breeds under vitamin E supplementation. J. Animal Production. 8 (2): 78-82. Natarajan, C. P. & Y. S. Lewis. 1980. Technology of ginger and turmeric. In. M. K. Nair, T. Premkumar, P. N. Ravindron and Y. R. Sarman. 1989. Ed. Proceding of the National Seminar on Binger and Turmeric Centre Plantation Corp Research Institute Karala, Karala. India. Nuhardiyati, M., Johari, S. Suratman & Subroto. 1985. Penelitian tanaman obat sub DAS tentang bagian hulu Kabupaten Semarang. Makalah Lokakarya Pembudidayaan Tanaman Obat. UNSOED, Purwokerto. Pelczar, M., 1988. Dasar-Dasar Mikrobiologi. UI Press, Jakarta.
31
Phillips, J. 1997. Using EM Technology for Swine Waste Management by Pork Producers in British Columbia. Columbia. Pramono, S. 1994. Etil P-Metoksisinamat. Identitas rimpang kencur (Kaempferia galanga L.). Prosiding Seminar Nasional VI Tumbuhan Obat Indonesia. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Bandung. Prayogo, B & Sutaryadi. 1991. Pemanfaatan sirih untuk pelayanan kesehatan primer. Warta Tumbuhan Obat Indonesia. 1 (1): 9-11. Purseglove, J.W., E.G. Brown, C.L. Green & S.R.J. Robbins. 1981. Species. Vol 2 Longman. London and New York. Putra, R. A. 2009. Total produksi gas dan degradasi bahan kering hijauan tropis pada media cairan rumen domba yang diberi pakan mengandung tanin kajian: in vitro dan in sacco. Skripsi. Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Raharjo, M & O. Rostiana, 2003. Standar prosedur operasional budidaya temu lawak. Sirkular No.8. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Balittro, Bogor, Hal. 33-38. Rahayu, I. D. 2006. Kolibasilosis, Kholera dan Aspergillosis Pada Unggas. Skripsi. Fakultas Pertanian-Peternakan Universitas Muhammadiyah Malang, Malang. Rangkuti, M., A. Musofie., P. Sitorus., I. P. Kompiang., N. Kusumawardhani & A. Roesjat. 1995. Pemanfaatan daun tebu untuk pakan ternak di Jawa Timur. Seminar Pemanfaatan Limbah Tebu untuk Pakan Ternak. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian. Jakarta. Ray, B. 2001. Fundamental Food Microbiology, 2nd Edition. CRC Press, Boca Raton. Reynold, J. E. 1982. Martindale the Extra Parmacopeia. 28 th Edition. The Parmaceutical Press, London. Page: 688-689. Ritonga, H. 1992. Beberapa cara menghilangkan mikroorganisme patogen. Majalah Ayam dan Telur No. 73: 24-26. Rosman, R & S. Suhirman. 2006. Sirih: tanaman obat yang perlu mendapat sentuhan teknologi budaya. Warta Penelitian & Pengembangan Tanaman Industri, 12 (1): 13-15. Rostiana, O. & D. S. Effendi. 2007. Perbenihan dan budidaya pendukung varietas unggul kencur. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan. Bogor. Saenab, A., Bakrie, B., Darmanto., Ramdhan, T., Lotulung, S. V. 2002. Kajian berbagai dosis dan frekwensi pemberian jamu untuk perbaikan kualitas daging pada ayam buras potong. Laporan Akhir. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Wilayah DKI Jakarta, Jakarta. Septinova, D. 2006. Pengaruh cara dan tingkat pemberian temulawak (Curcumaxant`horrhiza roxb) terhadap performans dan karkas broiler. Tesis. Program Pasca Sarjana Universitas Lampung, Lampung.
32
Sidik, M. Mulyono, & M. Ahmad. 1995. Temulawak. Yayasan Pengembangan Obat Bahan Alam. Phyto Medica, Bogor. Sinurat., P. Arnold., T. Purwadaria., A. K. Bintang., P. P. Ketaren., N. Bermawie., Raharjo., & M. Rizal. 2009. Pemanfatan kunyit dan temulawak sebagai imbuhan pakan untuk ayam broiler. J. Ilmu Ternak dan Veterinar 14 (2): 90-96. Steel, R. G. D. & J. H. Torrie. 1993. Prinsip dan Prosedur Statistika, Suatu Pendekatan Biometrik. Terjemahan: M. Syah. Edisi ketiga. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Sudarsono, A. Pudjoanto, D. Gunawan., S. Wahyuono., I. A. Donatus., M. Drajad., S. Wibowo., & Ngatidjan, 1996, Tumbuhan Obat, Hasil Penelitian, Sifatsifat dan Penggunaan. Pusat Penelitian Obat Tradisional, UGM. Yogyakarta. Sugati S. & J. R. Hutapea. 1991. Inventaris Tanaman Obat Indonesia., Jilid I. Depkes RI. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Jakarta.. Surung, Y. 2008. Evaluasi penyuluhan pemberian jamu pada air minum untuk meningkatkan berat badan ayam buras fase starter. J. Agrisistem. 4 (2); 6776. Susmiyanto, Kooswardhono M, & Suryahadi. 2008. Studi Kasus Petrnakan Hasil Silangan Ayam Arab dengan Ayam Kampung di Desa Bantarpanjang Sukajadi Bogor. J. Manajemen Pengembangan Industri Kecil Menengah. 35 ( 2): 11-27. Sutanto, H. 1999. Probiotik untuk Ternak Ruminansia. Jilid 1. Universitas Brawijaya Press, Malang. Undriyani. 1987. Pengaruh bubuk jahe terhadap aktivitas pertumbuhan beberapa mikroba penyebab kerusakan bahan pangan. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian. IPB, Bogor. Utomo, B. N. 1998. Infeksi Salmonella pada Unggas. Poultry Indonesia. Edisi April 217. Hal. 27-29. Weber, E., 2003. Invasive Plant Species of the World: A Reference Guide to Environmental Weeds. CABI Publishing, Wallingford. Wirapati, R. D. 2008. Efektivitas pemberian tepung kencur (kaempferia galanga linn) pada ransum ayam broiler rendah energi dan protein terhadap performan ayam broiler, kadar kolestrol, persentase berat hati, dan bursa fabrisius. Skripsi. Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Winata, I. D. P. 2005. Penampilan ayam pedaging yang diberi probiotik (EM-4) sebagai pengganti antibiotik. Skripsi. Fakultas Peternakan, Universitas Mataram. Mataram. Zaenuddin, D & Wakradiharja, E. 2001. Racikan ramuan tanaman obat dalam bentuk larutan jamu dapat mempertahankan dan meningkatkan kesehatan serta produktivitas ternak ayam buras. Prosiding Seminar Nasional XIX Tumbuhan Obat Indonesia. Balai Penelitian Tanaman Obat. Departemen Pertanian, Bogor. 33
Zulaikhah, S. T. 2005. Analisis faktor- faktor yang berhubungan dengan pencemaran mikroba pada jamu gendong di kota Semarang. Tesis. Program Pasca Sarjana. Universitas Diponegoro. Semarang.
34
LAMPIRAN
35
Lampiran 1. ANOVA Pengaruh Perlakuan terhadap Hen Day Produksi Sumber Keragaman Model Dosis Perlakuan Ulangan Galat JK TOTAL Keterangan:
db
JK
KT
F hit
F0,05
F0,01
4 3 1 3 7
402,8770 376,0125 26,8645 20,2003 423,0772
100,7192 125,3375 26,8645 6,7334
14,96 18,61**) 3,99
9,12 9,28 10,13
28,71 29,46 34,12
db = derajat bebas; JK = ju mlah kuadrat; KT = kuadrat tengah Fhit = nilai F yang diperoleh dari hasil pengolahan data F0,05 = hasil pengolahan data dengan taraf kesalahan sebesar 5% (α = 0,05) F0,01 = hasil pengolahan data dengan taraf kesalahan sebesar 1% (α = 0,01) Tanda* ) menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (P<0,01) Tanda** ) menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05)
Lampiran 2. ANOVA Pengaruh Perlakuan terhadap Konversi Ransum Sumber Keragaman Model Dosis Perlakuan Ulangan Galat JK TOTAL Keterangan:
db
JK
KT
F hit
F0,05
F0,01
4 3 1 3 7
1,6822 1,5082 0,1741 0,2634 19,456.0000
0,4206 0,5027 0,1741 0,0878
4,79 5,73 1,98
9,12 9,28 10,13
28,71 29,46 34,12
db = derajat bebas; JK = ju mlah kuadrat; KT = kuadrat tengah Fhit = nilai F yang diperoleh dari hasil pengolahan data F0,05 = hasil pengolahan data dengan taraf kesalahan sebesar 5% (α = 0,05) F0,01 = hasil pengolahan data dengan taraf kesalahan sebesar 1% (α = 0,01) Tanda* ) menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (P<0,01) Tanda** ) menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05)
Lampiran 3. ANOVA Pengaruh Perlakuan terhadap Konsumsi Pakan Sumber Keragaman Model Dosis Perlakuan Ulangan Galat JK TOTAL Keterangan:
db
JK
KT
F hit
F0,05
F0,01
4 3 1 3
158,3858 116,4787 41,9070 25,5634
39,5964 38,8262 41,9070 8,5211
4,65 4,56 4,92
9,12 9,28 10,13
28,71 29,46 34,12
7
183,9492
db = derajat bebas; JK = ju mlah kuadrat; KT = kuadrat tengah Fhit = nilai F yang diperoleh dari hasil pengolahan data F0,05 = hasil pengolahan data dengan taraf kesalahan sebesar 5% (α = 0,05) F0,01 = hasil pengolahan data dengan taraf kesalahan sebesar 1% (α = 0,01) Tanda* ) menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (P<0,01) Tanda** ) menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05)
36
Lampiran 4. Uji lanjut Duncan Pengaruh Perlakuan terhadap Hen Day Produksi Perlakuan
N
Superskrip B
Dosis Kontrol Dosis 10 Dosis 20 Dosis 30
2 2 2 2
A 59,10
44,92 41,515 44,185
37