PEMBERIAN JAMU DALAM AIR MINUM TERHADAP KANDUNGAN LEMAK, KOLESTEROL, DAN KOMPOSISI ASAM LEMAK TELUR AYAM ARAB
SKRIPSI SULIYAH
DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010
2
RINGKASAN Suliyah. D24061020. 2010. Pemberian Jamu Dalam Air Minum terhadap Kandungan Lemak, Kolesterol, dan Komposisi Asam Lemak Telur Ayam Arab. Skripsi. Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Pembimbing Utama : Ir. Dwi Margi Suci, M.S. Pembimbing Anggota : Ir. Widya Hermana, M.Si. Jamu ternak adalah ramuan tradisional yang dibuat dari bahan alami terutama tumbuhan dan merupakan warisan budaya bangsa yang telah digunakan turun temurun. Penelitian ini dilaksanakan di Peternakan Ayam Arab Trias Farm Desa Cempelang-Cibatok Leuwiliang, Kabupaten Bogor. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan level optimum dari pemberian jamu dalam air minum yang dapat menurunkan kandungan kolesterol, komposisi asam lemak, dan lemak telur ayam arab. Jamu tradisional ini dibuat dari kencur 750 g, bawang putih 750 g, jahe 375 g, lengkuas 375 g, kunyit 375 g, temulawak 375 g, daun sirih hijau 187,5 g, dan kayu manis 187,5 g yang masih segar, dan penambahan molases dan EM4 (Saenab et al. 2002). Jamu diberikan kepada ayam arab periode produksi sebanyak 1040 ekor. Perlakuan pada penelitian ini terdiri atas (A0= air minum tanpa jamu ternak, A1=A0 + jamu ternak 10 ml/ ekor + air minum 15 ml/ hari, A2=A0 + jamu ternak 20 ml/ ekor + air minum 15 ml/ hari, dan A30=A0 + jamu ternak 30 ml/ ekor + air minum 15 ml/ hari). Semua bahan diinkubasikan selama 5 hari dan jamu ini diberikan selama tiga hari berturut-turut selama seminggu. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap dengan 4 perlakuan dan 2 ulangan. Setiap ulangan menggunakan 130 ekor ayam. Data diolah dan dianalisis menggunakan ANOVA (Analysis of Variance) dan jika memberikan hasil yang berbeda nyata maka dilanjutkan dengan uji jarak Duncan. Peubah yang diukur adalah kandungan lemak dan asam lemak kuning telur, kandungan kolesterol kuning telur, bobot telur, produksi telur, serta skor kuning telur. Data hasil analisis asam lemak dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jamu yang digunakan mengandung kurkumin (4,093 µg/ml) dan flavonoid berdasarkan analisa fitokimia. Penambahan jamu dalam air minum ternak tidak berpengaruh terhadap kandungan lemak, komposisi asam lemak, kolesterol, dan bobot telur. Kandungan lemak kuning telur yang dihasilkan selama 5 minggu penelitian berkisar antara 4,09-4,43%, kolesterol kuning telur berkisar antara 2,07-2,34 mg/100mg, bobot telur berkisar antara 47,6654,03 g. Kandungan asam lemak pada kuning telur berupa asam palmitat dan stearat tertinggi terdapat pada ayam dengan pemberian jamu 10 ml/ekor dan kandungan terendahnya terdapat pada ayam yang tidak diberi jamu. Pemberian jamu dalam air minum menurunkan produksi telur dari 59,10% menjadi 41,52% dan menurunkan skor kuning telur dari skor 15 menjadi 13,6. Produksi telur dan skor warna kuning telur tertinggi terdapat pada ayam yang tidak diberi jamu. Kesimpulan dari penelitian ini adalah penambahan jamu ke dalam air minum ternak ayam arab menyebabkan konsumsi ransum dan produksi telur turun. Kata-kata kunci : ayam arab, tanaman obat tradisional, produksi telur, kolesterol telur, obat tradisional 2
ABSTRACT Additional Herb Medicines in Drinking Water on Ether Extract, Cholesterol, and Composition Fatty Acid Arabic Chicken Suliyah., D. M. Suci , and W. Hermana This research to obtain optimum level the herbs medicine can lowers cholesterol content, fatty acid, and ether extract Arabic chicken. Herb medicines made from kencur 750 g, 750 g garlic, ginger 375 g, 375 g galangal, turmeric 375 g, 375 g ginger, green betel leaves 187.5 g, and 187.5 g of cinnamon, and addition of molasses and EM4 (Saenab et al. 2002). All materials are incubated for 5 days and the herb was given for three consecutive days during the week. The treatment in this study consisted of A0 (Without the addition of herbal medicine in drinking water), A10 (A0 is added to herbal medicine as many as 10 ml/head/day), A20 (were added 20 ml/head/day), and A30 (A0 is added to herbal medicine as many as 30 ml/head/day). Herbal medicine was given during three days in a week. This research was used Completely Randomized Design (CRD). Data were analyzed by analysis of variance (ANOVA) and the differences between treatments were tested by Duncan's multiple range test. Data analysis of fatty acids were analyzed descriptively. The result showed that herb medicines contain the active compound curcumin (4.093 µg/ml) and flavonoids. The addition of herbs into the drinking water on Arabic chicken has not affect on ether extract content, composition of fatty acids, cholesterol of egg yolk and weight of eggs. Ether extract content of egg yolk produced for 5-week study ranged from 4.09 to 4.43%, cholesterol egg yolk ranged from 2.07 to 2.34 mg/100mg, egg weight ranged from 47.66 to 54.03 g. Fatty acids in egg yolk palmitic and stearic acid form of the highest found in herb medicines treatment with 10 ml/head/day and the lowest content found on chicken without the addition of herb medicines. Herb medicines were decrease the production of eggs until 59.10% to 41.52% and egg yolks score until 15 to 13.6. The conclusion of this study that the use of herb medicines were mixed in drinking water of Arabic chicken gave negative affects on feed intake, hen day production. Keywords: arabic chicken, egg production, egg cholesterol, hen day production, herb medicines
2
PEMBERIAN JAMU DALAM AIR MINUM TERHADAP KANDUNGAN LEMAK, KOLESTEROL, DAN KOMPOSISI ASAM LEMAK TELUR AYAM ARAB
SULIYAH D24061020
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010
2
Judul
: Pemberian Jamu dalam Air Minum terhadap Kandungan Lemak, Kolesterol, dan Komposisi Asam Lemak Telur Ayam Arab
Nama
: Suliyah
NRP
: D24061020
Menyetujui,
Pembimbing Utama
(Ir. Dwi Margi Suci, M.S) NIP 19610905 198703 2 001
Pembimbing Anggota
(Ir. Widya Hermana, M.Si) NIP 19680110 199203 2 001
Menyetujui, Ketua Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan
(Dr. Ir. Idat Galih Permana, M.Sc.Agr.) NIP. 19670506 199103 1 001
Tanggal Ujian : 15 Oktober 2010
Tanggal Lulus :
2
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan pada tanggal 10 Agustus 1987 di Bungaraya, Siak, Pekan Baru–Riau. Penulis adalah anak kelima dari lima bersaudara dari pasangan Bapak Hadi Suroso dan Ibu Samini. Penulis mengawali pendidikan dasar pada tahun 1994 di Sekolah Dasar Negeri 042 Bungaraya dan diselesaikan pada tahun 2000. Pendidikan lanjutan tingkat pertama dimulai pada tahun 2000 dan diselesaikan pada tahun 2003 di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 01 Bungaraya. Penulis melanjutkan pendidikannya di Sekolah Menengah Atas Negeri 01 Bungaraya pada tahun 2003 dan diselesaikan pada tahun 2006. Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor pada tahun 2006 melalui jalur Beasiswa Utusan Daerah (BUD) dan diterima di Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan pada tahun 2007. Selama mengikuti perkuliahan penulis aktif dalam kegiatan organisasi OMDA (Organisasi Mahasiswa Daerah) yaitu IKPMR (Ikatan Pelajar Mahasisawa Riau) pada tahun 2006 dan 2007. Penulis juga mengikuti kegiatan magang di peternakan ayam arab Trias Farm selama lima minggu pada bulan Juli – Agustus 2009.
2
KATA PENGANTAR Bismillahirrahmaanirrahiim, Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik, dan karunia-Nya. Shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada junjungan kita, Nabi Muhammad SAW, keluarga serta sahabatnya serta kita selaku umatnya. Skripsi ini berjudul ” Pemberian Jamu Dalam Air Minum terhadap Kandungan Lemak, Kolesterol, dan Kompisisi Asam Lemak Telur Ayam Arab”. Penelitian ini dilaksanakan di Peternakan ayam arab Trias Farm Desa CempelangCibatok Leuwiliang Kabupaten Bogor, dari bulan Juli sampai Agustus 2009. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mendapatkan level optimum dari pemberian jamu dalam air minum yang dapat menurunkan kandungan kolesterol, asam lemak, lemak total, serta memperbaiki kualitas tebal kerabang telur ayam arab. Semakin mahalnya harga obat modern di pasaran merupakan salah satu alasan untuk menggali kembali penggunaan obat tradisional. Pemakain obat tradisional di bidang peternakan saat ini juga semakin ditingkatkan, untuk menggantikan
pemakaian
antibiotik
dalam pakan
ternak
sebagai
pemacu
pertumbuhan karena alasan dapat mempengaruhi kesehatan manusia. Oleh karena itu, beberapa negara telah menggantikan fungsi antibiotik dalam pakan dengan pemakain herbal, salah satunya dengan pemakain ekstrak jamu dalam air minum ayam arab. Penulis menyadari banyak terjadi kesalahan dan kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Kesempurnaan hanya milik Allah, kritik dan saran membangun sangat diharapkan untuk perbaikan dan kemajuan selanjutnya. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat.
Bogor, Oktober 2010
Penulis
2
DAFTAR ISI Halaman RINGKASAN …………….………………………………………………
ii
ABSTRACT……………………………………………………………….
iii
LEMBAR PERNYATAAN……………………………………………….
iv
LEMBAR PENGESAHAN……………………………………………….
v
RIWAYAT HIDUP……………………………………………………….
vi
KATA PENGANTAR………………………………………………….…
vii
DAFTAR ISI……………………………………………………………....
viii
DAFTAR TABEL…………………………………………………………
ix
DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………
x
PENDAHULUAN………………………………………………………...
xi 1 2
Latar Belakang………………………………………………….... Tujuan…………………………………………………………….. TINJAUAN PUSTAKA………………………………………………….. Ayam Arab…………………………………………………….…. Jamu Ternak………………………………………………….…... Kunyit (Curcuma Domestica Val.)………………………. Jahe (Zingiber officinale Rosc)…………………………… Kencur (Kaempferia galangan L)………………………… Temulawak (Curcuma xanthorriza Roxb) ……………….. Lengkuas (Langual galangal L)…………………………. Bawang Putih (Allium sativum L) ………………………... Kayu Manis (Cinnamomum burmani)…....………………. Daun Sirih (Piper betle L) ……………………………….. Molasses………………………………………………….. Effective Microorganism (EM-4)………………………… Lemak dan Asam Lemak………………………………………… Kolesterol Telur………………………………………………….. Biosintesis Kolesterol……………………………………………. Deposisi Kolesterol dalam Telur………………………………… Produksi Telur…………………………………………………… Bobot Telur………………………………………………….…… Kuning Telur…………………………………………………….. MATERI DAN METODE……………………………………………… Lokasi dan Waktu..……………………………………………..... Materi……………………………………………….……………. Ternak ……………………………………………………. Kandang dan Peralatan Kandang ………………………... Ransum ………………………............................................
3 3 5 5 6 6 7 8 8 9 9 10 11 12 13 14 16 16 17 17 19 19 19 19 19 19 2
Bahan Jamu Ternak ……………………………………… Metode…………………………………………………………… Perlakuan………………………………………………….. Rancangan Percobaan ……………………………………. Analisis Data ……………………………………………... Peubah yang Diamati …………………………………….. Bobot Telur ………………………………………… Hen Day ……………………………………………. Kandungan Kolesterol …………………………….. Lemak Total …………………………………..…... Asam Lemak…………………………..…………... Skor Kuning Telur ………………………………… Prosedur Penelitian ……………………………………… Persiapan Kandang ………………………………..... Cara Pemberian Ransum ………………………….... Cara Pemberian Jamu ……………………………....
19 21 21 21 22 22 22 22 22 23 24 24 24 24 25 25
HASIL DAN PEMBAHASAN…………………………………….……...
26
Pengaruh Perlakuan terhadap Kandungan Lemak dan Asam Lemak pada Kuning Telur Ayam Arab……….………………….. Pengaruh Perlakuan terhadap Kolesterol Kuning Telur ………….. Pengaruh Perlakuan terhadap Bobot Telur ……………………… Pengaruh Perlakuan terhadap Produksi Telur…………………..... Pengaruh Perlakuan terhadap Skor Kuning Telur ……………….
26 28 30 31 32
KESIMPULAN DAN SARAN………………………………….………... Kesimpulan……………………………………………………… Saran……………………………………………………………...
33 33 33
UCAPAN TERIMA KASIH……………………………………………...
34
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………….
35
LAMPIRAN……………………………………………………………….
39
2
DAFTAR TABEL Nomor
Halaman
1.
Performa Produksi Telur Ayam Arab……………………………
4
2.
Komposisi Bawang Putih Segar…..……………………………...
9
3.
Komposisi Asam Lemak Kuning Telur (dari % Total Asam Lemak)…………………………………………………………...
13
Hasil Analisa Proksimat Pakan yang Digunakan Selama Penelitian…………………………………………………………
20
Hasil Analisis Fitokimia Jamu Sebelum Diinkuasi dan Setelah Diinkuasi Hari Ke-5....................................................................
20
Pengaruh Pemberian Jamu terhadap Kandungan Lemak pada Kuning Telur Ayam Arab……………………………………......
26
Pengaruh Pemberian Jamu terhadap Kandungan Asam Lemak (dari % Total Asam Lemak) Kuning Telur Ayam Arab…………
27
Pengaruh Pemberian Jamu terhadap Kandungan Kolesterol Kuning Telur Ayam Arab……………………………………….
28
Pengaruh Pemberian Jamu Ternak terhadap Bobot Telur, Produksi Telur, dan Skor Kuning Telur Telur Ayam Arab………………………………………………........................
30
4. 5. 6. 7. 8. 9
2
DAFTAR LAMPIRAN Halaman
Nomor 1.
ANOVA Pengaruh Perlakuan terhadap Kandungan Kolesterol Telur...............................................................................................
40
ANOVA Pengaruh Perlakuan terhadap Kandungan Lemak Telur...............................................................................................
40
ANOVA Pengaruh Perlakuan terhadap Bobot Telur Setelah 5 Minggu…………………………………………………………...
40
4.
ANOVA Pengaruh Perlakuan terhadap Hen Day Produksi..........
40
5.
ANOVA Pengaruh Perlakuan terhadap Skor Kuning Telur..........
41
6.
Uji lanjut Duncan Pengaruh Perlakuan terhadap Hen Day Produksi.........................................................................................
41
Uji Lanjut Duncan Pengaruh Perlakuan terhadap Skor Kuning Telur...............................................................................................
41
2. 3.
7. .
2
PENDAHULUAN Latar Belakang Ayam arab merupakan ayam lokal tipe petelur yang berasal dari Mesir. Ayam ini lebih dikenal dengan nama ayam fayoumi atau bigawi. Ciri-ciri dari ayam ini antara lain postur tubuh langsing, lincah, agak liar, dan memiliki adaptasi yang cukup tinggi. Ayam arab ini juga memiliki bentuk, warna dan ukuran telur mirip seperti telur ayam kampung. Keunggulan dari ayam arab ini yaitu produksi telurnya yang tinggi dibandingkan dengan ayam petelur jenis lainnya. Obat tradisional adalah obat yang terbuat dari bahan alami terutama tumbuhan dan merupakan warisan budaya bangsa dan telah digunakan secara turun temurun. Ramuan tanaman obat (jamu) selain digunakan untuk konsumsi manusia juga telah digunakan untuk ternak yang berguna meningkatkan kesehatan ternak. Penggunaan tanaman obat (jamu) yang dicampurkan dalam air minum ternak dapat mengatasi efek negatif yang berbahaya bagi kesehatan. Obat alami tidak memiliki residu akumulasi zat-zat kimia yang berbahaya di dalam tubuh. Rimpang kunyit, temulawak dan jahe memiliki senyawa aktif yaitu berupa kurkumin dan flavonoid yang dapat bermanfaat sebagai anti bakteri, serta dapat digunakan untuk menurunkan kadar kolesterol dan trigliserida darah yang tinggi. Penggunaan jamu tradisional menjadi salah satu pilihan para peternak untuk diberikan pada ternak, mengingat banyak khasiat dari tanaman obat tersebut. Selain itu, bahan-bahan jamu tersebut juga mudah didapat di pasaran atau bisa ditanam sendiri. Tanaman obat ini mudah dan murah dalam pemeliharaannya serta tidak membutuhkan lahan begitu luas. Keuntungan dari penggunaan jamu ternak ini yaitu untuk mengurangi ketergantungan terhadap obat-obat pabrik, diperolehnya peternakan ramah lingkungan dan daging serta telur yang bebas antibiotik, serta untuk menghindari residu dari obat-obat kimiawi. Telur merupakan salah satu sumber protein hewani yang dibutuhkan oleh tubuh, dan mengandung asam amino esensial yang tinggi, serta merupakan salah satu cara yang praktis untuk memenuhi kebutuhan protein hewani. Namun dalam kenyataannya banyak faktor yang menjadi kendala dalam mengkonsumsi telur tersebut. Salah satu kendala yang dihadapi dalam mengkonsumsi telur yaitu kandungan kolesterol yang cukup tinggi pada telur. Akhir-akhir ini masyarakat 2
kalangan menengah ke atas mulai mengurangi bahkan takut mengkonsumsi telur dan produk hewani lainnya. Kecenderungan tersebut disebabkan oleh tingginya kandungan lemak dan kolesterol pada telur ayam, oleh karena itu perlu diupayakan penurunan kandungan kolesterol dan asam lemak jenuh (palmitat dan stearat) dalam telur tersebut. Kolesterol telah banyak dikenal masyarakat sebagai penyebab utama terjadinya penyakit aterosklerosis, yaitu proses pengapuran dan pengerasan dinding pembuluh darah terutama di jantung, otak, ginjal, dan mata. Akibat penyakit ini saluran pembuluh darah, khususnya pembuluh darah koroner, menjadi sempit dan menghalangi aliran darah di dalamnya. Keadaan ini telah terbukti dapat meningkatkan resiko penyakit jantung koroner dan pada otak bisa menyebabkan penyakit stroke. Upaya menurunkan kelebihan kolesterol dalam tubuh banyak dilakukan dengan cara mengubah pola konsumsi makan, menghindari makanan berlemak dan berkolesterol serta berolah raga secara teratur. Tujuan Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mendapatkan level optimum dari pemberian jamu dalam air minum yang dapat menurunkan kandungan kolesterol, asam lemak jenuh, lemak total, serta memperbaiki kualitas tebal kerabang telur ayam arab.
2
TINJAUAN PUSTAKA Ayam Arab Ayam arab merupakan ayam lokal tipe petelur yang berasal dari Mesir. Kalangan masyarakat Mesir, ayam ini lebih dikenal dengan nama ayam fayoumi atau bigawi (Rozi, 2003).
Gambar 1. Ayam Arab Nataamijaya et al. (2003) menyatakan bobot badan ayam arab jantan dewasa mencapai 1,5–1,8 kg dengan tinggi tubuh 30 cm sedangkan ayam arab betina dewasa bobot badannya mencapai 1,1–1,2 kg dengan tinggi tubuh 22–25 cm. Ciri-ciri ayam arab antara lain yaitu sepanjang leher berwarna putih mengkilap, bulu punggung putih berbintik hitam, bulu sayap hitam bergaris putih dan bulu ekor dominan hitam bercampur putih, jenggernya berbentuk kecil berwarna merah muda dan matanya berwarna hitam dengan dilingkari warna kuning. Ciri-ciri lain dari ayam arab yaitu kepalanya mempunyai jengger berbentuk tunggal dan bergerigi, berbulu tebal, dan bulu di sekitar leher berwarna kuning serta putih kehitaman. Rozi (2003) menyatakan bahwa ayam arab banyak digemari masyarakat karena mampu bertelur lebih banyak daripada jenis ayam petelur lainnya dan perawatannya lebih mudah daripada ayam ras. Ayam arab merupakan ayam kelas mediteranian yaitu ayam yang jarang mengeram dan mempunyai produksi telur yang cukup tinggi karena memiliki kemampuan produksi telur yang tinggi yaitu mencapai 190-250 butir per tahun dengan berat telur 42,3 g. Selama usia produktif yaitu antara 0,8-1,5 tahun, ayam arab betina terus-menerus bertelur, sehingga hampir setiap hari menghasilkan telur. Natalia et al (2005) menyatakan bahwa kuning telur ayam arab
3
memiliki volume yang lebih besar yaitu mencapai 53,2% dari total bobot telur. Warna kerabang telur ayam arab sangat bervariasi yakni putih, kekuningan dan coklat. Masyarakat pada umumnya memanfaatkan ayam arab untuk menghasilkan telur bukan untuk menghasilkan dagingnya karena ayam arab memiliki warna kulit yang kehitaman dan daging yang tipis dibandingkan ayam buras biasa sehingga dagingnya kurang disukai masyarakat. Performa produksi telur ayam arab dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Performa Produksi Telur Ayam Arab Variabel
Uraian
Bobot telur
42,3 g
Panjang telur
4,97 cm
Lebar telur
3,66 cm
Produksi telur
190–250 butir/tahun
Warna telur
Putih, putih kekuningan dan coklat
Umur bertelur pertama
22 minggu
Persentase bobot kuning telur
33,6 %
Persentase bobot putih telur
53,2 %
Persentase bobot kerabang telur
13,8 %
Sumber : Natalia et al. (2005)
Ditinjau dari genetik dan karakteistik fisiknya ayam arab memiliki beberapa keunggulan jika dibandingkan dengan jenis ayam petelur lainnya yaitu ayam arab memiliki produksi telur per hari yang tinggi (70–80 %) selama dua tahun, dewasa kelamin lebih cepat dan mulai bertelur pada umur empat bulan, tidak memiliki sifat mengeram, tahan terhadap penyakit, tidak mudah stres, pemeliharaan lebih mudah, telur ayam arab yang dihasilkan memiliki karakterisrik warna dan bentuk kerabang seperti telur ayam kampung sehingga banyak diminati konsumen serta kualitas dan harga telur juga sama seperti ayam kampung (Rozi, 2003). Disamping memiliki keunggulan, ayam arab ini juga memiliki beberapa kelemahan diantaranya, kulit dan dagingnya berwarna
hitam sehingga kurang disukai oleh konsumen, jika
dikembangkan di masyarakat harus menggunakan mesin tetas atau menggunakan ayam lain karena ayam arab sifat mengeramnya hampir tidak ada, dan bobot badan afkirnya rendah yaitu berkisar antara 1,1–1,2 kg (Natalia et al., 2005). 4
Jamu Ternak Zaenudin dan Wakradiharja (2001) melaporkan bahwa ayam buras yang diberi jamu ternak setiap hari sejak masa pertumbuhan maka setelah ayam tersebut memasuki periode produksi telur akan menghasilkan produksi telur yang dapat berlangsung sampai ayam berumur 2-3 tahun dengan produksi telur hen day sebesar 35%. Haruna dan Sumang (2008) menyatakan bahwa hasil monitoring dan pengamatan serta laporan dari peternak yang menggunakan jamu ternak, bahwa jamu ternak sangat bermanfaat terhadap kesehatan ternak yaitu ayam lebih segar dan sehat, efisiensi penggunaan pakan lebih baik, warna kuning telur lebih orange (nilai skor di atas 8), aroma daging dan telur tidak berbau amis, kotoran di sekitar kandang ayam tidak berbau menyengat. Secara umum manfaat penggunaan tanaman obat bagi manusia maupun hewan yaitu untuk peningkatan daya tahan tubuh, pencegahan, penyembuhan penyakit serta pemulihan kesehatan (Sulandari et al., 2007). Bahan ramuan jamu ternak yang umumnya digunakan adalah kunyit, jahe, kencur, temulawak, lengkuas, bawang putih, kayu manis, dan daun sirih. Kunyit (Curcuma domestika Val.) Menurut Wijayakusuma et al. (1996), rimpang kunyit berwarna kuning jingga, kuning jingga kemerahan sampai kuning jingga kecoklatan. Kunyit memiliki bahan aktif yaitu kurkumin dan minyak atsiri. Minyak atsiri berkhasiat mencegah gerak peristaltik usus yang terlalu kuat. Kandungan kurkumin pada kunyit bervariasi antara 1,8-5,4%. Kurkumin merupakan komponen utama pigmen kunyit dengan rumus molekul C21H20O6. Kurkumin merupakan suatu persenyawaan fenolik sehingga mekanisme kerjanya sebagai zat antimikroba akan
mirip dengan sifat
persenyawaan fenol lainnya. Pelczar dan Chan (1988) menyatakan bahwa senyawa fenol mungkin mematikan mikroba dengan cara mendenaturasi protein sel dan merusak membran sel. Akibat dinding yang rusak mengakibatkan penghambatan sintesis komponen lain, mengganggu permeabilitas membran sitoplasma sehingga terjadi kebocoran zat nutrisi di dalam sel. Kunyit mengandung senyawa kimia berkeaktifan fisiologi, yaitu minyak atsiri dan kurkuminoid. Minyak atsiri adalah suatu zat berbentuk cair yang terkandung dalam simplasia nabati atau hewani, berbau harum, segar, berguna untuk 5
pengobatan, bumbu masak dan kosmetik. Zat kurkumin yang terkandung di dalam kunyit mempunyai khasiat anti bakteri yang merangsang dinding kantong empedu untuk mengeluarkan cairan empedu supaya pencernaan lebih sempurna (Sidik et al., 1995). Jahe (Zingiber officinale Rosc.) Jahe (Zingiber of ficinale Rosc.) merupakan tanaman herbal, tegak, tinggi sekitar 30-60 cm. Mempunyai batang semu, beralur, berwarna hijau, daun tunggal, berwarna hijau tua, helai daun berbentuk lanset, tepi rata, ujung runcing, dan pangkalnya tumpul. Panjang daun lebih kurang 20-40 cm dan lebarnya sekitar 2-4 cm. Bunga majemuk berbentuk bulir, tangkai perbungaan panjangnya lebih kurang 25 cm, berwarna hijau merah. Rimpang berbau khas, dan rasanya pedas menyegarkan. Berdasarkan ukuran dan warna rimpangnya terdapat 3 varitas jahe, yaitu jahe besar (disebut juga jahe gajah atau jahe badak), jahe kecil (atau jahe emprit), dan jahe merah (atau jahe sunti). Diantara ketiga varitas tersebut yang banyak digunakan sebagai bahan obat tradisional adalah jahe merah, terutama bila yang diperlukan adalah khasiat minyak atsirinya (Matondang, 2007). Rimpang jahe mengandung minyak atsiri, damar, mineral sineol, fellandren, kamfer, borneol, zingiberin, zingiberol, gigerol (misalnya di bagian-bagian merah), zingeron, lipidas, asam amino, niacin, vitamin A, B1, C dan protein. Minyak jahe berwarna kuning dan kental. Minyak ini kebanyakan mengandung terpen, fellandren, dextrokamfen, bahan sesquiterpen yang dinamakan zingiberen, zingeron damar, pati. Jahe dapat merangsang kelenjar pencernaan, baik untuk membangkitkan nafsu makan dan pencernaan. Dalam jahe merah juga mengandung minyak atsiri yang berfungsi untuk memperbaiki pencernaan, perut kembung, menguatkan lambung sehingga tidak mudah luka atau memecah gas dalam perut sehingga pencernaan menjadi
normal
kembali
serta
menambah
nafsu
makan
(Depkes.RI.No.383/12.01/1999). Kencur (Kaempferia galangan L.) Miranti (2009) menyatakan bahwa kencur merupakan tumbuhan kecil berdaun lebar, letaknya mendatar, hampir rata dengan permukaan tanah, rimpangnya bercabang-cabang banyak sekali, rimpangnya berwarna putih kekuningan, bagian tengahnya berwarna putih sedangkan pinggirnya bewarna coklat dan berbau harum. 6
Berdasarkan penelitian, tanaman kencur mengandung kandungan kimia yaitu minyak atsiri. Zat-zat yang banyak diteliti adalah rimpangnya yaitu mengandung minyak atsiri 2,4-3,9%, cinnamal, aldehide, asam motil p-cumarik, asam annamat, etil asetat dan pentadekan (Nurhayati, 2008). Kandungan kimia kencur antara lain yaitu alkaloid, saponin, kalsium oksalat, borneol, kamfen, sineol, etil alcohol, minyak atsiri yang terdriri dari borneol, methyl– p, cumaric acid, cunamicacid etil ester, pentadecane, cinamic aldehide, kaemferin dan sineol, p-metoksi sinamat. Kencur berkhasiat untuk obat batuk, gatal-gatal pada tenggorokan, perut kembung, mual, masuk angin, pegal-pegal, pengompresan bengkak, tetanus dan penambah nafsu makan (Miranti, 2009). Temulawak (Curcuma xanthorriza, Roxb) Temulawak adalah salah satu keluarga Zingeberaceae yang banyak tumbuh dan digunakan di Indonesia. Temulawak yang paling banyak dimanfaatkan adalah rimpangnya. Rimpang temulawak bagian dalamnya berwarna jingga kecoklatan dan berbau harum, rasanya agak pahit dan pedas. Menurut Sidik et al. (1995) komponen kimia rimpang temulawak dibedakan menjadi (1) fraksi pati, yang merupakan fraksi terbesar, bentuk serbuk putih kekuningan; (2) fraksi kurkuminoid, yang merupakan pemberi warna kuning sampai kemerahan pada rimpang temulawak; (3) fraksi minyak atsiri, merupakan komponen yang terdiri dari semua turunan monoterpen dan seskuiterpen. Sidik et al. (1995) menyatakan bahwa kandungan kurkuminoid temulawak lebih menguntungkan dari segi aktivitas kalagoga, yaitu aktivitas dalam memperbanyak jumlah empedu yang dilepas ke duodenum dibandingkan dengan rimpang lainnya walaupun kandungan kurkuminoid temulawak lebih kecil. Kandungan minyak atsiri rimpang temulawak sekitar 4,6-11% yang terdapat dalam kelenjar minyak (ruang antar sel) yang berkhasiat sebagai kalagoga dan berfungsi sebagai peluruh empedu. Tepung kunyit maupun temulawak dapat meningkatkan cairan empedu dan berpengaruh pada mekanisme pengeluaran kolesterol melalui system
gastrointestinal.
Rimpang
temulawak
terbukti
berkhasiat
dalam
menyembuhkan berbagai macam penyakit misalnya gangguan liver (hati), hepatitis, perlemakan hati, diare, asma dan dapat mengatasi ganguan cacing pita (Sidik et al., 1995).
7
Lengkuas (Langua galangal L) Lengkuas (Langua galangal L) merupakan anggota familia Zingiberaceae. Rimpang lengkuas mudah diperoleh di Indonesia dan berbagai khasiat di antaranya sebagai antijamur dan antibakteri. Tumbuhan lengkuas mengandung golongan senyawa flavonoid, fenol dan terpenoid. Golongan senyawa-senyawa ini sering dipergunakan sebagai bahan dasar obat-obatan modern. Sebagai contoh, senyawa terpenoid asetoksicavikol asetat, merupakan senyawa yang bersifat antitumor dari tumbuhan lengkuas (Itokawa, 1993). Senyawa artemisin bersifat antimalaria dari tumbuhan Artemisia annua (Compositae). Senyawa ini merupakan jenis seskuiterpen dari golongan terpenoid. Senyawa fenolik curcumin yang berasal dari kunyit (Curcuma longa) bersifat antiinflamasi dan antioksidan (Masuda, 1994). Penelitian
Yuharmen
et
al.
(2002)
menunjukkan
adanya
aktifitas
penghambatan pertumbuhan mikrobia oleh minyak atsiri dan fraksi methanol rimpang lengkuas pada beberapa spesies bakteri dan jamur. Infus ekstrak etanol rimpang lengkuas yang berisi minyak atsiri dapat menghambat pertumbuhan beberapa spesies jamur patogen, yaitu: Tricophyton, Mycrosporum gypseum, dan Epidermo floccasum. Bawang Putih (Allium sativum L) Reynold (1992) menyatakan bahwa struktur morfologi bawang putih terdiri dari akar, batang semu, tangkai bunga pendek. Umbi bawang putih terdiri dari beberapa siung yang dibungkus dengan kulit putih tipis. Umbi tersebut merupakan batang semu dan berfungsi untuk menyimpan cadangan makanan. Bawang putih varietas putih lebih banyak digunakan untuk tujuan pengekstrakan. Umbi bawang putih dapat diekstrak menjadi air, protein, lemak, karbohidrat, vitamin B komplek, vitamin C, mineral kalsium, fosfor, magnesium, dan kalium. Beberapa zat-zat kimia yang terkandung dalam bawang putih antara lain allicin (Thiopropen Sulfinic acid allyl ester) yaitu senyawa yang diduga dapat menurunkan kadar kolesterol darah serta bersifat anti bakteri; skordinin yaitu senyawa yang menyebabkan bau yang tidak sedap pada bawang putih, tetapi senyawa ini berkhasiat sebagai antisepetik; allil (Propenyl alanina) yang memberi bau khas pada bawang putih dan juga berfungsi sebagai antiseptik dan antioksidan; saponin yang dapat menyebabkan sel-sel cacing menjadi terhidrolisis; diallyl organic
8
dan propyl allyl organic yang bersifat tromblik dan penghancur gumpalan darah (Reynold, 1992). Komposisi kimia bawang putih segar dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Komposisi Bawang Putih Segar Kandungan
Satuan
Jumlah
g
66,2-71,0
Energi
kkal
95,0- 122
Protein
g
4,5-7
Lemak
g
0,2-0,3
Karbohidrat
mg
23,1-24,6
Kalsium
mg
26,0-42,0
Phosphor
mg
15,0-19,0
Kalium
mg
346,0
Air
Sumber : Reynold (1992)
Kayu Manis (Cinnamomum burmani) Kayu manis merupakan rempah-rempah dalam bentuk kulit kayu yang biasa dimanfaatkan masyarakat Indonesia dalam kehidupan sehari-hari. Sifat kimia dari kayu manis ialah hangat, pedas, wangi, dan sedikit manis. Sementara itu, kandungan kimianya antara lain minyak atsiri, safrole, sinamadehide, eugenol, tanin, damar, kalsium oksanat, dan zat penyamak (Azima, 2008). Kayu manis (Cinnamomum burmani) memang memiliki efek farmakologis yang dibutuhkan dalam obat-obatan. Kayu manis ini dapat meningkatkan nafsu makan pada ternak. Tumbuhan kayu manis memiliki ciri-ciri kulit batang, daun, dan akarnya bisa dimanfaatkan sebagai obat-obatan. Kandungan kimia yang terdapat dalam kayu manis adalah minyak atsiri, eugenol, safrole, sinamaldehide, tanin, kalsium oksalat, damar, dan zat penyamak. Sifat kimia dari kayu manis adalah pedas, sedikit manis, hangat, dan wangi (Azima, 2008). Daun Sirih Hijau (Piper betle L) Sirih (Piper betle L.) merupakan sejenis tumbuhan merambat yang bersandar pada batang pohon lain. Sirih digunakan sebagai tanaman obat (fitofarmaka). Tanaman merambat ini bisa mencapai tinggi 15 m. Batang sirih berwarna coklat kehijauan, berbentuk bulat, beruas dan merupakan tempat keluarnya akar. Daunnya yang tunggal berbentuk jantung, berujung runcing, tumbuh berselang-seling, 9
bertangkai, dan mengeluarkan bau yang sedap bila diremas. Buahnya berbentuk bulat berwarna hijau keabu-abuan. Akarnya tunggang, bulat dan berwarna coklat kekuningan. Daun sirih hijau dengan ciri daun berwarna hijau dan permukaan daun licin. Minyak atsiri dari daun sirih mengandung minyak terbang, seskuiterpen, pati, diatase, gula dan zat samak dan chavicol yang memiliki daya mematikan kuman, antioksidasi dan fungisida, anti jamur. Daun sirih mengandung zat antiseptik pada seluruh bagiannya. Daun sirih mempunyai aroma yang khas karena mengandung minyak atsiri 1-4,2%, air protein, lemak, karbohidrat, kalsium, fosfor, vitamin A, B, C yodium, gula dan pati. Dari berbagai kandungan tersebut, dalam minyak atsiri terdapat fenol alam yang mempunyai daya antiseptik yang sangat kuat (bakterisid dan fungisid) tetapi tidak sporosid. (Soemiati dan Elya, 2008). Daun sirih segar banyak mengandung asam amino esensial kecuali lisin, histidin dan arginin. Terdapat sejumlah besar asparagin, sedangkan glisin dalam bentuk gabungan, kemudian prolin dan orinitin. Cairan daun bersifat asam, mengandung asam malat dan asam oksalat, enzim diastase dan katalase (Darwis, 1991). Molases Molases merupakan hasil sampingan pada industri pengolahan gula dengan wujud bentuk cair. Molases adalah limbah utama industri pemurnian gula. Molases merupakan sumber energi yang esensial dengan kandungan gula didalamnya. Oleh karena itu, molasses telah banyak dimanfaatkan sebagai bahan tambahan pakan ternak dengan kandungan nutrisi atau zat gizi yang cukup baik. Kadar air dalam cairan molasses yaitu sebanyak 15-25% dan cairan tersebut berwarna hitam serta berupa sirup manis. Molases yang diberikan pada level yang tinggi dapat berfungsi sebagai pencahar, akibat kandungan mineralnya cukup tinggi. Molases dapat diberikan pada ternak ayam, babi, sapi dan kuda. Berdasarkan hasil penelitian, pemberian molases pada ransum ternak ruminansia adalah sebanyak 5% yang terdiri dari jagung, dedak padi, tepung ikan, rumput gajah secara nyata dapat meningkatkan bobot badan, akan tetapi penggunaan lebih dari 5% akan berdampak negatif, yaitu berkurangnya peningkatan bobot badan karena energi pakan yang dihasilkan terlalu tinggi. Berdasarkan hal tersebut, molases sering dimasukkan ke dalam ransum sebanyak 2-5% untuk meningkatkan palatabilitas pakan. Molases dapat berfungsi
10
sebagai pellet binder yang dalam pelaksanaanya dapat meningkatkan kualitas pelet. Penggunaan molases pada industri pakan dengan level diatas 5-10%, molases dapat menyebabkan masalah, karena kekentalan dan terjadi pembentukan gumpalan pada mixer. Molases juga dapat digunakan sebagai bahan pakan untuk sejumlah industri fermentasi. Molasses memiliki kandungan protein kasar 3,1%; serat kasar 0,6%; BETN 83,5%; lemak kasar 0,9%; dan abu 11,9%.
Molasses dapat dibedakan
menjadi dua, yaitu Cane-molasses, merupakan molasses yang memiliki kandungan 25-40% sukrosa dan 12-25% gula pereduksi dengan total kadar gula 50-60% atau lebih. Kadar protein kasar sekitar 3% dan kadar abu sekitar 8-10%, yang sebagian besar terbentuk dari K, Ca, Cl, dan garam sulfat. Beet-molasses merupakan pakan pencahar yang normalnya diberikan pada ternak dalam jumlah kecil (Cheeke, 1999). Effective Microorganism (EM-4) EM4 merupakan kultur campuran dari mikroorganisme yang menguntungkan yaitu mikroorganisme fermentasi dan sintetik yang terdiri dari asam laktat, bakteri fotosintetik, Actinomycetes sp., Streptomycertes sp., ragi dan jamur pengurai sellulosa. EM4 bermanfaat menyehatkan ternak, mengurangi stres pada ternak, menyeimbangkan mikroorganisme dalam saluran pencernaan ternak, meningkatkan nafsu makan dan mengurangi polusi atau bau kandang dan lingkungan. Dosis penggunaan EM4 pada ayam potong yaitu 1ml EM4 : 1 liter air putih dengan syarat EM4 tidak diberikan bersamaan dengan pemberian vaksin, vitamin maupun antibiotik (Awan, 2004). Dalam saluran pencernaan unggas Effective Microorganism meningkatkan keragaman dan populasi mikroorganisme yang menguntungkan sehingga dapat memperbaiki aktivitas pencernaan, meningkatkan kesehatan, menekan bakteri patogen, dan meningkatkan produktivitas. Fungsi dari mikroorganisme tersebut adalah menjaga keseimbangan mikroorganisme yang ada dalam saluran pencernaan sehingga memperbaiki absorpsi makanan dalam usus, sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan dan produksi serta stress yang ada dapat diantisipasi dengan cepat. Selain itu pemberian mikroorganisme pada ternak akan menurunkan pH di dalam usus yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri-bakteri patogen seperti E. coli, Salmonella, Proteus dan Campylobacteria (Lokapirnasari, 2007). Laksmiwati (2006) melaporkan bahwa penambahan EM-4 pada air minum itik jantan umur 0-8 minggu
11
dapat meningkatkan pertumbuhan dan efisiensi penggunaan ransum, tetapi tidak berpengaruh terhadap konsumsi pakan. Peningkatan dosis pemberian starbio dari 0,5 sampai 1,5 g/kg pakan dan EM-4 pada air minum dari 1 ml sampai 3 ml air minum tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan, konversi ransum, dan konsumsi ransum. Surung (2008) menyatakan bahwa penambahan EM-4 (Effective Microorga-nisms-4) dalam air minum dapat mengefisiensikan pemberian pakan dan dapat meningkatkan pertambahan berat badan ayam buras. Lemak dan Asam Lemak Menurut Mc.Donald et al. (2002), lemak merupakan substansi yang dapat ditemukan pada jaringan tanaman atau hewan. Minyak dan lemak termasuk salah satu anggota dari golongan lipida, yaitu merupakan lipida netral, yang terdiri atas trigliserida campuran yang merupakan ester dari gliserol dan asam-asam lemak rantai panjang. Lemak berbentuk padat pada suhu kamar (18-25 °C), sedangkan minyak berbentuk cair pada suhu kamar (18-25 °C). Lemak dan minyak memiliki peranan penting dalam tubuh yaitu sebagai sumber energi potensial bagi tubuh. Lemak dapat berasal dari sumber hewani salah satu contohnya yaitu dari telur. Kandungan lemak pada telur berbeda-beda tergantung dari jenis genetiknya. Asam lemak merupakan unsur utama pembentuk lemak dan secara struktur kimiawi terbagi menjadi asam lemak jenuh (saturated fatty acid) dan asam lemak tidak jenuh (unsaturated fatty acid). Golongan asam lemak tidak jenuh misalnya linoleat, oleat dan arakhidonat yang diperlukan tubuh untuk pertumbuhan normal dan untuk mempertahankan kesehatan. Golongan asam lemak jenuh misalnya asam palmitat dan stearat (Ao et al., 2010). Jiang et al. (1991) menyatakan bahwa asam lemak jenuh merupakan asam lemak yang berbahaya bagi kesehatan tubuh, karena kelebihan asam lemak ini bisa mengakibatkan tubuh menjadi gemuk, selain itu jika asam lemak ini menumpuk di pembuluh darah bisa mengakibatkan hipertensi dan stroke atau jantung koroner. Asam lemak tidak jenuh yaitu linoleat, linolenat dan arakhidronat merupakan asam-asam lemak esensial. Asam lemak esensial merupakan asam lemak yang tidak dapat disintesa di dalam tubuh sehingga harus ada dalam asupan pakan. Komposisi asam lemak kuning telur dapat dilhat pada Tabel 3.
12
Tabel 3. Komposisi Asam Lemak Kuning Telur (dari % Total Asam Lemak) Jenis asam lemak
Persentase (%)
Asam palmitat (C16:0)
32,5
Asam stearat (C18:0)
8,78
Asam palmitoleat (C16:1)
1,9
Asam oleat (C18:1)
33,7
Asam linoleat (C18:2)
14,2
Asam linolenat (C18:3)
0,2
Asam arakidonat (C20:4)
3,1
Asam eikosapentaenoat (C24:5)
0
Asam dokosapentaenoat (C22:4)
0,2
Asam dokosaheksaenoat (C22:6)
2,8
Sumber : Jiang et al. (1991)
Defisiensi asam lemak esensial pada hewan menimbulkan gejala gangguan pertumbuhan, dermatitis, reproduksi menurun, dan kulit bersisik (Harper et al., 1979). Secara khusus defisiensi asam linoleat pada ayam yang sedang bertelur mengakibatkan penurunan produksi telur, telur menjadi kecil, dan peningkatan mortalitas embrio selama dalam mesin penetas serta penurunan fertilitas. Mengkonsumsi banyak asam lemak akan meningkatkan kadar kolesterol dan trigliserida dalam darah. Kolesterol Telur Kolesterol adalah sterol yang terpenting dari organ-organ hewan. Kolesterol terdapat dalam lemak hewan, empedu, darah, jaringan urat saraf, hati, ginjal, dan korteks adrenal. Bahan makanan yang banyak mengandung kolesterol adalah kuning telur, daging merah dan hati (Guyton, 2000). Sebutir telur mengandung kolesterol 150 mg, daging sapi seberat 50 g memiliki kandungan kolesterol sebesar 35 mg, sedangkan hati mengandung 150 mg kolesterol dalam setiap 50 g nya. Bahan makanan yang paling tinggi kandungan kolesterolnya adalah otak, yakni setiap 50 gram terkandung 1100 mg kolesterol (Guyton, 2000). Penelitian lebih lanjut mengenai telur yang dilakukan oleh Consumer and Food Economic’s Institute (1989), menyatakan bahwa telur mempunyai kandungan
13
kolesterol yang tinggi, yaitu sekitar 213 mg per butir untuk telur ayam dan telur puyuh sekitar 156 mg per butir. Konsumsi kolesterol per hari maksimal 300 mg. Kebutuhan kolesterol total tubuh manusia adalah 1100 mg per hari, yang dapat dipasok dari sintesis endogenus di hati yaitu sekitar 800 mg dan dari makanan sekitar 300 mg (Lynder, 1992). Guyton (2000) menyatakan bahwa konsumsi bahan makanan yang banyak mengandung kolesterol harus dibatasi, karena kolesterol merupakan salah satu penyebab terjadinya penyakit aterosklerosis. Aterosklerosis merupakan kondisi penebalan pembuluh darah
yang bisa mengakibatkan
penyumbatan bahkan penyempitan pada arteri sehingga dapat berakibat fatal. Kolesterol mempunyai fungsi yang cukup penting bagi tubuh, yaitu sebagai substrat untuk pembentukan zat-zat esensial seperti asam empedu, hormon steroid serta vitamin D3 yang merupakan satu-satunya vitamin yang disintesis dalam tubuh. Kolesterol bersifat membahayakan bagi kesehatan tubuh, maka dianjurkan agar selalu berhati-hati jangan sampai terjadi kelebihan konsumsi. Asupan yang aman mengkonsumsi kadar kolesterol yang normal perhari yaitu kurang dari 300 mg/hari (Lynder, 1992). Biosintesis Kolesterol Hati dan ovarium merupakan tempat utama biosintesis kolesterol pada ayam petelur. Biosintesis kolesterol dapat dibagi menjadi 5 tahap, yaitu : (1) Sintesa mevalonat, suatu senyawa 6 karbon dari asetil-KoA, terbentuk akibat reaksi kondensasi dan reduksi yang berlangsung di dalam mitokondria; (2) Unit isoprenoid dibentuk dari mevalonat melalui pelepasan CO2, pada reaksi fosforilasi oleh ATP; (3) Enam unit isoprenoid mengadakan kondensasi untuk membentuk senyawa antara skualena; (4) Skualena mengalami siklisasi untuk menghasilkan senyawa steroid induk yaitu lanosterol, yang berlangsung di dalam retikulum endoplasma; (5) kolesterol dibentuk di dalam membran retikulum endolpasma dari lanosterol setelah melewati beberapa tahap, termasuk pelepasan gugus metil (Muchtadi et al., 1993). Kolesterol tidak larut dalam sistem larutan, karena itu harus diangkut melalui lipoprotein plasma, yang terdiri atas lemak polar, lecithin, apoprotein spesifik dan kolesterol bebas, serta lipida non polar termasuk kolesterol ester dan trigliserida. Lipoprotein plasma terdiri atas kilomikron, very low density lipoprotein (VLDL),
14
intermdiate density lipoprotein (IDL), low density lipoprotein (LDL), dan high density lipoprotein (HDL). Kilomikron dan VLDL terbentuk di mukosa usus dan kemudian diangkut ke dalam limpa dan disekresikan melalui pembuluh darah ke dalam darah. Hati juga mensintesis beberapa VLDL. Di dalam tubuh manusia sekitar 15% (0,4 mg/ml) kolesterol plasma ada dalam bentuk VLDL dan sekitar 65% (1,5 mg/ml) adalah LDL (Muchtadi et al., 1993). Pilliang
dan
Djojosoebagio
(2006)
menyatakan
bahwa
kilomikron,
lipoprotein dengan densitas terendah mempunyai fungsi utama untuk mentranspor trigliserida dan juga membawa sebagian kolesterol. VLDL berfungsi sebagai pembawa trigliserida yang dibawa dari hati ke jaringan-jaringan lain di dalam tubuh, terutama jaringan adiposa untuk disimpan. LDL berfungsi mentranspor kolesterol, yaitu lebih dari setengahnya dalam bentuk kolesterol ester. HDL berfungsi untuk mentranspor phospholipida dan kolesterol ester dari jaringan perifer kembali ke hati untuk diubah menjadi asam empedu. Jalur utama pembuangan kolesterol dari tubuh yaitu melalui konversi oleh hati menjadi asam empedu, yaitu asam kholat dan “chenodexy cholic” yang berkaitan dengan glisin atau taurin membentuk garam empedu, kemudian diekskresi di dalam empedu ke dalam duodenum. Sebagian besar asam empedu direabsorbsi oleh hati melalui sirkulasi, dan selanjutnya disekresi kembali ke dalam empedu. Asam empedu yang tidak diserap akan didegradasi oleh mikroba usus besar dan diekskresi ke dalam feses. Pembuangan kolesterol yang lain dengan ekskresi dalam bentuk senyawa steroid netral
(Muchtadi et al., 1993). Mekanisme penguraian
kolesterol menjadi asam empedu dalam bentuk asam deoksikolat dan asam litokolat yaitu sebagai berikut : asam empedu primer disintesis di dalam hati dari kolesterol melalui beberapa tahap. Reaksi α-hidroksilasi terhadap kolesterol merupakan tahap pertama yang harus ada dalam biosintesis asam empedu. Lintasan biosintesis asam empedu terbagi menjadi lintasan yang menghasilkan asam kolat dan asam kenodeoksikolat. Asam empedu normalnya memasuki getah empedu sebagai konyugat glisin dan taurin. Sebagian asam empedu primer yang berada di dalam usus mengalami beberapa perubahan oleh aktivitas bakteri intestinal yaitu reaksi 7αdehidroksilasi yang menghasilkan asam empedu sekunder. Semakin banyak asam empedu primer yang mengalami degradasi oleh bakteri intestinal, menyebabkan hati
15
mensintesis asam empedu baru yang berasal dari kolesterol, sehingga kolesterol dalam tubuh berkurang (Herman, 1991). Herman (1991) menyatakan bahwa tingginya masukan lemak total, tingginya masukan lemak jenuh, rendahnya perbandingan lemak tak jenuh dengan lemak jenuh, dan tingginya masukan kolesterol, maka akan meningkatkan kolesterol dalam darah. Selain itu tingginya kadar kolesterol dalam serum disebabkan terganggunya mekanisme dalam mengubah kolesterol menjadi asam empedu. Deposisi Kolesterol dalam Telur Naber et al. (1985) menyatakan bahwa jalur terbesar dari ekskresi kolesterol ayam petelur adalah ke dalam telur. Hati dan ovarium adalah tempat utama dari biosintesis kolesterol pada ayam petelur. Sejumlah kolesterol yang ditemukan dalam kuning telur disintesis di dalam hati ayam petelur, ditranspor oleh darah dalam bentuk lipoprotein dan dideposisi untuk perkemangan folikel. Beyer dan Jensen (1993) menyatakan bahwa pengurangan plasma VLDL spesifik akan diikuti penurunan lipoprotein kuning telur untuk dideposisi ke dalam perkembangan folikelfolikel dan akhirnya mengurangi kolesterol telur. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi deposisi kolesterol dalam telur, antara lain genetik, nutrien dan obat-obatan. telur merupakan bahan pangan yang mempunyai nilai nutrisi yang cukup tinggi, tetapi disisi lain telur juga mengandung kolesterol yang tinggi pula. Kandungan kolesterol yang tinggi tersebut menyebabkan banyak orang menghindari untuk mengkonsumsi telur demi kesehatan. Kolesterol kuning telur sendiri merupakan komponen lemak kuning telur yang terdiri atas 65,5% trigliserida, 28,3% fosfolipida dan 5,2% kolesterol (Sirait, 1986). Produksi Telur Anggorodi (1995) menyatakan bahwa peningkatan produksi telur dipengaruhi oleh kandungan protein dalam ransum, karena protein dibutuhkan untuk produksi telur. Puncak produksi telur ayam arab yaitu pada umur 32 minggu. Umur ayam pertama kali bertelur dipengaruhi oleh faktor genetik, pencahayaan, bobot badan, imbangan energi dan protein dalam ransum serta imbangan kalsium dan fosfor dalam ransum.
16
Anggorodi (1995) menyatakan bahwa produksi telur tergantung dari zat-zat makanan yang dikonsumsi oleh ayam, apabila terjadi defisien maka produksi telur akan terhambat. Produksi telur dipengaruhi oleh kandungan protein dan fosfor dalam ransum. Kandungan protein yang tinggi dalam ransum akan menghasilkan produksi telur yang tinggi pula karena disebabkan oleh kandungan asam amino yang terdapat pada ransum tersebut lebih lengkap. Bobot Telur Scott et al. (1991) menyatakan bahwa besar telur dipengaruhi oleh banyak faktor yaitu: genetik, umur dewasa kelamin atau masak kelamin, beberapa obatobatan, umur induk, dan makanan atau ransum yang diberikan. Kandungan protein serta kecukupan asam amino dan asam linoleat dalam ransum merupakan faktor yang penting dalam mempengaruhi berat telur. Romanoff dan Romanoff (1991) menyatakan bahwa ayam yang masak kelamin dini akan menghasilkan telur yang kecil dan tingkat mortalitas anak ayam cenderung lebih tinggi, hal ini disebabkan keadaan alat reproduksi ayam tersebut belum sempurna. Apabila telur pertama yang diproduksi mempunyai ukuran yang besar, maka rataan bobot telur pada produksi selanjutnya akan besar pula, demikian sebaliknya. Suhu lingkungan akan mempengaruhi laju pembentukan komponenkomponen telur, sehingga berpengaruh terhadap besar telur. Induk yang berproduksi pada suhu lingkungan sekitar 30°C akan menghasilkan telur yang lebih kecil dibandingkan dengan induk yang memproduksi telur pada suhu 28°C (Stadelman dan Cotterill, 1977). Susmiyanto (2005) berat telur ayam arab berkisar antara 35-45 g/butir. Penelitian Safaa (2007) menunjukkan bahwa pemberian bubuk bawang putih sebesar 2,0%. tidak berpengaruh terhadap bobot telur dan produksi telur. Dalam penelitian ini bahan-bahan jamu yang digunakan juga mengandung bawang putih. Kuning Telur Stadelman dan Cotteril (1977) menyatakan bahwa warna kuning telur merupakan kriteria kualitas ayam dan telur itik. Kuning telur memiliki warna yang sangat bervariasi mulai dari kuning pucat sampai jingga. Warna kuning berasal dari pigmen karoten yang terkandung dalam bahan pakan nabati di dalam ransum. Menurut Chung (2002) warna kuning telur merupakan kriteria yang penting dalam 17
pemasaran dan pada umumnya konsumen lebih menyukai telur dengan warna kuning telur antara kuning emas sampai orange (skor warna kuning telur 7–9). Kang et al. (2003) menyatakan bahwa pigmen yang berpengaruh untuk warna kuning telur adalah pigmen karoten. Karotenoid dapat diperoleh dalam bahan makanan nabati yang banyak mengandung karotenoidnya. Karotenoid dapat ditemukan dalam bunga-bungaan, bagian hijau dari tanaman (rumput, alfalfa), bijibijian (jagung), buah, fungi, umbi (wortel, kunyit, temulawak), tanaman air (algae), dan tanaman pangan (tomat, cabe, dan ubi). North dan Bell (1990) manyatakan bahwa warna pigmen kuning telur berasal dari pigmen karoten dalam ransum dan setiap ayam memiliki kemampuan yang berbeda untuk mengubah pigmen karoten tersebut menjadi kuning telur. Unggas yang mengkonsumsi pigmen karoten lebih tinggi akan menghasilkan intensitas warna kuning telur yang lebih tinggi. Faktor penyebab warna kuning telur bervariasi adalah dipengaruhi oleh bangsa unggas, genetik, kondisi kandang, penyakit, stres dan oksidasi xantofil.
18
MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan selama 4 bulan mulai dari persiapan penelitan sampai selesai analisis laboratorium, yaitu dimulai dari bulan Juni sampai September 2009. Penelitian di kandang dilakukan selama 5 minggu yaitu dari bulan Juli sampai Agustus 2009 di peternakan ayam arab Trias Farm, Desa Kandang Sapi, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor. Materi Ternak Ternak yang digunakan dalam penelitian ini adalah ayam arab periode petelur berumur satu tahun sebanyak 1040 ekor yang dialokasikan ke dalam 4 perlakuan dengan 2 ulangan, dan setiap perlakuan terdiri atas 130 ekor ayam arab. Kandang dan Peralatan Kandang yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk kandang individu yaitu, satu ekor ayam menempati satu kandang. Kandang ini dilengkapi dengan tempat pakan dan minum dari paralon yang dibelah menjadi dua bagian dan diletakkan memanjang sesuai dengan panjang kandang individu untuk setiap perlakuan. Peralatan lain yang digunakan adalah timbangan, karung pakan, tangki berukuran 30 l, sapu lidi dan ember. Ransum Ransum yang digunakan dalam penelitian ini merupakan ransum komersil dengan kandungan nutrien seperti terlihat pada Tabel 4. Bahan Jamu Ternak Tanaman obat yang digunakan yaitu kencur 750 g, bawang putih 750 g, jahe 375 g, lengkuas 375 g, kunyit 375 g, temulawak 375 g, daun sirih hijau 187,5 g, dan kayu manis 187,5 g yang masih segar. Selain itu dalam pembuatan jamu ternak juga ditambah molasses dan EM4 (Saenab et al. 2002). Hasil uji fitokimia kandungan jamu sebelum diinkubasi dan setelah diinkubasi dapat dilihat pada Tabel 5.
19
Tabel 4. Hasil Analisis Proksimat Pakan yang Digunakan Selama Penelitian Parameter
As fed
% BK
Bahan Kering (%)
86,69
100
Abu
(%)
9,86
11,37
Protein Kasar (%)
16,22
18,71
(%)
5,98
6,90
Lemak Kasar (%)
3,95
5,46
Serat Kasar
Beta-N
(%)
50,86
58,67
Ca
(%)
2,86
3,30
P
(%)
1,61
1,86
NaCl
(%)
0,33
0,38
3572
4120,43
Energi Bruto (kkal/kg)
Keterangan : Hasil analisis Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan, Departemen Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor
Ilmu Nutrisi dan
Tabel 5. Hasil Analisis Fitokimia Jamu Sebelum Diinkubasi (H0) dan Setelah Diinkubasi Hari Ke-5 (H5) Sampel
Parameter Alkaloid
Jamu ternak H0
Jamu ternak H5
Wagner Meyer Dragendorf
Tanin Flavonoid Saponin Steroid Triterpenoid Hidroquinon Kadar kurkumin Wagner Alkaloid Meyer Dragendorf Tanin Fitokimia Flavonoid Saponin Steroid Triterpenoid Hidroquinon Fitokimia
Hasil
Unit
Positif Positif Positif Negatif Positif Negatif Negatif Negatif positif 4.093 Negatif Negatif Negatif Negatif Positif Negatif Negatif Negatif Negatif
µg/ml -
Metode/ instrumen Kualitatif Kualitatif Kualitatif Kualitatif Kualitatif Kualitatif Kualitatif Kualitatif Kualitatif HPLC Kualitatif Kualitatif Kualitatif Kualitatif Kualitatif Kualitatif Kualitatif Kualitatif Kualitatif
Keterangan : Hasil analisis Laboratorium Uji Biofarmaka, Pusat Studi Biofarmaka, Lembaga Penelitian dan Pengembangan Masyarakat, Institut Pertanian Bogor.
20
Cara pembuatan jamu tersebut yaitu bahan jamu dipotong-potong kemudian dicuci sampai bersih lalu dihaluskan dengan mengunakan blender, selanjutnya bahan-bahan jamu yang sudah diblender dicampur menjadi satu kemudian diekstrak menggunakan air bersih dan diambil ekstraknya sebanyak 30 liter, Setelah itu ditambahkan molasses atau tetes tebu dan EM4 masing-masing sebanyak 300 ml. Ekstrak jamu yang sudah ditambahkan molasses dan EM4 dimasukan ke dalam drum berukuran 30 l, lalu drum tersebut ditutup rapat selanjutnya diinkubasi selama 5 hari. Metode Perlakuan Ransum perlakuan yang diberikan dalam penelitian adalah sebagai berikut : A0
: Pemberian air minum tanpa penambahan jamu
A10
: Pemberian 1300 ml jamu yang dilarutkan ke dalam air sebanyak 20 l air untuk 130 ekor ayam
A20
: Pemberian 2600 ml jamu yang dilarutkan ke dalam air sebanyak 20 l air untuk 130 ekor ayam
A30
: Pemberian 3900 ml jamu yang dilarutkan ke dalam air sebanyak 20 l air untuk 130 ekor ayam Jamu ini diberikan selama tiga hari berturut-turut selama seminggu yang
diberikan pada siang hari. Rancangan Percobaan Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 2 ulangan. Model matematika dari rancangan tersebut adalah sebagai berikut: Yij = µ + τi + Єij Keterangan
:
Yij
= Nilai pengamatan perlakuan kr-i dan ulangan ke-j
µ
= Rataan umum
τi
= Efek perlakuan
Єij
= Error perlakuan ke-i dan k-j
21
Analisis Data Data hasil analisis kolesterol, lemak total, hen day, berat telur, skor kuning telur dan ketebalan kerabang yang diperoleh akan dianalisis menggunakan analysis of variance (ANOVA) dan jika terdapat perbedaan nyata antar perlakuan maka dilakukan uji Duncan (Steel dan Torrie, 1993). Data hasil analisis asam lemak dianalisis secara deskriptif. Peubah yang Diamati 1. Bobot Telur (g/ekor/hari) Bobot telur dihitung dari produksi telur perhari yang dihitung setiap 2 minggu sekali. Perhitungan bobot telur menggunakan 25 butir telur dari 130 ekor ayam yang diambil secara acak dari setiap ulangan, setelah itu dihitung rata-ratanya. 2. Hen Day (%) Produksi telur Hen Day =
∑ telur yang dihasilkan per hari x 100% ∑ ayam yang ada
3. Kandungan Kolesterol Pengukuran kadar kolesterol dilakukan berdasarkan metode LibermannBurchard (Kleiner dan Dotti, 1962). Sampel yang digunakan yaitu 2 butir telur (dari 130 ekor ayam) dari masing-masing perlakuan yang diambil pada minggu ke-5 setelah diberikan jamu. Telur tersebut dipecah kemudian diambil kuningnya untuk dianalisis. Cara kerjanya adalah sebagai berikut: sampel ditimbang sebanyak 0,2 g dan dimasukkan ke dalam tabung sentrifius berskala 15. Kemudian ditambahkan cairan alkohol eter 3:1 sebanyak 12 ml, diaduk hingga homogen. Larutan didiamkan sambil dikocok satu sampai dua kali selama 30 menit. Pengaduk dibilas dengan menggunakan alkohol eter 3:1 dan disetarakan menjadi 15 ml, lalu disentrifuse dengan kecepatan 3000 rpm selama 15 menit. Supernatan dipindahkan kedalam gelas piala 50 ml dan dipanaskan pada penangas air sampai kering. Ekstrak residu dilarutkan dengan 2,5 l kloroform sedikit demi sedikit atau dicuci sebanyak dua kali dan dimasukan ke dalam tabung raksi 10 ml untuk disetarakan volumenya menjadi 5 ml. Selanjutnya kolesterol standar 5 ml (0,4 mg kolesterol dalam 5 ml kloroform) dimasukkan ke
22
dalam tabung reaksi yang lain. Keduanya ditambahkan 2 ml asetat anhidrida dan 100 µl H2SO4 pekat, kemudian dikocok sampai timbul warna hijau, lalu disimpan selama 15 menit di dalam ruang gelap. Selanjutnya dilakukan pembacaan dengan menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang 420 nm. Nilai kolesterol tersebut diperoleh dari perhitungan dengan menggunakan rumus sebagai berikut : Kolesterol (mg %)
=
Absorban Sampel Absorban Standar
x
0,4 (Konsentrasi standar)
x
100 Berat Sampel
4. Lemak Total Analisis lemak total yaitu dengan menggunakan metode Soxhlet. Prinsip dari metode ini yaitu ekstraksi lemak dengan menggunakan pelarut organik. Sampel yang digunakan yaitu 2 butir telur (dari 130 ekor ayam) dari masing-masing perlakuan yang diambil pada minggu ke-5 setelah ayam diberikan jamu. Telur tersebut dipecah kemudian diambil kuningnya untuk dianalisis. Penetapan kadar lemak telur dihitung berdasarkan metode ekstraksi Soxhlet yang diawali dengan proses hidrolisa. Cara kerjanya adalah sebagai berikut : 2 g sampel dimasukkan ke dalam labu berukuran 600 ml, lalu ditambahkan 20 ml H2O dan 30 l HCL 25% setelah itu dipanaskan selama 15 menit. Kemudian diencerkan dengan air panas sampai bebas asam. Kemudian ambil kertas saring yang telah ditimbang dan hasil saringannya dikeringkan dalam oven suhu 50°C hingga kering atau ± 12 jam. Setelah kering, kemudian dimasukan dalam saringan timbel (selongsong) dan ditutup dengan kapas bebas lemak. Sampel yang suda disiapkan dimasukan dalam alat ekstraksi soxhlet yang sudah dipasang alat kondensor di atasnya dan labu lemak di bawahnya. Kemudian dilakukan refluks selama 5 jam sampai pelarut yang turun kebali labu lemak berwarna jernih, lalu larutan yang ada di dalam labu lemak didestilasi dan pelarutnya ditampung. Labu yang berisi hasil ekstraksi dipanaskan dalam oven 105°C sampai berat tetap dan didinginkan dalam desikator, selanjutnya labu dan lemaknya ditimbang. Berat lemak dapat dihitun dengan menggunakan rumus : Lemak (%)
=
Berat lemak Berat Sampel
x
100%
23
5. Asam Lemak Kandungan asam lemak kuning telur dianalsisis dengan menggunakan metode AOAC. Sampel yang digunakan untuk analisis ini yaitu satu butir telur dari masing-masing perlakuan. Telur tersebut dipecah lalu diambil kuningnya untuk dianalisis. Prosedur analisa yang dilakukan adalah: Sampel ditimbang kirakira 0,2–0,5 g, lalu ditambahkan NaOH 0,5 N sebanyak 5–10 ml, setelah itu dipanaskan dalam waterbath pada suhu 80°C sealama 20 menit. Kemudian ditambahkan BF3 sebanyak 5 – 10 ml, dipanaskan kembali dalam waterbath pada suhu 80°C selama 20 menit. Kemudian dinginkan pada suhu kamar dan ditambahkan NaCl jenuh sebanyak 2 ml. Selanjutnya ditambahkan n-HEXAN 2 ml, lalu dikocok dan diamkan. Setelah itu diambil fase atas (lapisan n-HEXAN), Larutan siap untuk diijenkan ke alat GC. Kondisi alat: Kolom
: DV 17
Suhu Initial
: 150°C
Suhu Final
: 180°C
Suhu Kolom
: 200°C
Suhu Detektor
: 250°C
6. Skor Kuning Telur Skor kuning telur diukur dari produksi telur yang dimabil setelah 4 minggu pemberian jamu. Masing-masing perlakuan diambil sebanyak 5 butir telur dari 130 ekor ayam untuk dilihat skor kuning telurnya. Telur-telur tersebut dipecah diatas meja kaca, lalu kuning telurnya diambil untuk diukur skor kuningnya. Alat yang digunakan untuk menentukan skor kuning telur yaitu yolk colour fan. Prosedur Penelitian 1. Persiapan Kandang Sebelum penelitian dilaksanakan, hal utama yang harus dipersiapkan yaitu mempersiapkan kandang terlebih dahulu. Kegiatan yang dilakukan dalam mempersiapkan kandang ini diantaranya sanitasi kandang, peralatan kandang, dan lingkungan di sekitar kandang.
24
2. Cara Pemberian Ransum Ransum yang digunakan dalam penelitian ini merupakan ransum komersil. Pemberian ransum ini dilakukan dua kali dalam sehari yaitu pagi dan siang hari. Setiap satu flok (130 ekor ayam) diberikan ransum sebanyak 12 kg perhari. 3. Cara Pemberian Jamu Pemberian jamu dilakukan pada siang hari yang dicampurkan dalam air minum ayam. Jamu yang akan diberikan pada ayam dicampur dengan air bersih terlebih dahulu. Air bersih yang ditambahkan pada masing-masing ulangan yaitu sebanyak 20 l, setiap ulangan terdiri dari 130 ekor ayam. Pencampuran jamu dengan air tersebut dilakukan pada tangki kecil kemudian diaduk sampai homogen. Misalkan : Perlakuan
A10 : 1300 ml jamu + 20 l air bersih A20 : 2600 ml jamu + 20 l air bersih A30 : 3900 ml jamu + 20 l air bersih
25
HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Perlakuan terhadap Kandungan Lemak dan Asam Lemak pada Kuning Telur Ayam Arab Lemak merupakan substansi yang dapat ditemukan pada jaringan tanaman atau hewan. Lemak berbentuk padat pada suhu kamar (18–25 °C), sedangkan minyak berbentuk cair pada suhu kamar (Mc. Donald et al., 2002). Asam lemak merupakan komponen utama pada lemak. Mengkonsumsi asam lemak yang tinggi dapat meningkatkan kadar kolesterol dan trigliserida dalam darah. Lemak dalam tubuh memiliki peranan yang penting, tetapi terlalu banyak mengkonsumsi bahan makanan yang mengandung lemak juga sangat membahayakan kesehatan tubuh (Harper et al., 1979). Hasil analisis ragam (Tabel 6) menunjukkan bahwa penambahan jamu pada air minum ayam arab selama 5 minggu tidak berbeda nyata (P>0,05) terhadap kandungan lemak telur. Rataan kandungan lemak kuning telur dengan pemberian jamu selama 5 minggu penelitian disajikan pada Tabel 6. Tabel 6. Pengaruh Pemberian Jamu terhadap Kandungan Lemak pada Kuning Telur Ayam Arab Perlakuan
Peubah Lemak total (%)
A0
A10
A20
A30
4,23 ± 0,01
4,43 ± 0,18
4,15 ± 0,20
4,09 ± 0,07
Keterangan : A0 = Ransum kontrol ; A10 = Ransum kontrol + Pemberian 10 ml jamu/ekor; A20 = Ransum kontrol + Pemberian 20 ml jamu/ekor; A30 = Ransum kontrol + Pemberian 30 ml jamu/ekor
Kadar lemak kuning telur yang diberi jamu dalam air minum tidak mengalami perubahan sehingga menghasilkan kadar lemak kuning telur yang sama dengan telur yang tidak diberi jamu. Jamu yang digunakan pada penelitian ini mengandung senyawa aktif yaitu flavonoid dan
kurkuminoid (4,093 µg/ml).
Kurkuminoid yang berperan untuk merangsang produksi dan sekresi empedu ke dalam duodenum untuk penyerapan lemak belum bekerja secara optimal, sehingga suplementasi jamu yang diberikan sampai dosis 30 ml/ekor belum dapat menurunkan kadar lemak dalam kuning telur. Kadar lemak kuning telur ini tidak mengalami penurunan juga disebabkan oleh ransum yang digunakan dalam penelitian. Ransum yang diberikan ini sama untuk semua perlakuan dengan kandungan lemak ransum
26
yaitu sebesar 3,95%. Kandungan lemak kuning telur dengan pemberian jamu selama 5 minggu memiliki rataan 4,0-4,43% yang lebih rendah dibandingkan dengan pernyataan Leeson dan Summer (2005) yang menyatakan bahwa kandungan lemak dalam kuning telur 6,0%. Kandungan asam lemak jenuh kuning telur ayam arab berupa asam palmitat dan stearat tertinggi terdapat pada perlakuan dengan pemberian jamu dengan dosis 10 ml/ekor yaitu masing-masing sebesra 23,5% dan 5,826%, sedangkan kandungan terendah terdapat pada telur yang tidak diberi jamu (Tabel 7). Asam lemak palmitat dan stearat termasuk ke dalam asam lemak jenuh. Menurut Jiang et al. (1991) asam lemak jenuh merupakan asam lemak yang berbahaya bagi kesehatan tubuh, karena jika dikonsumsi terlalu banyak dapat menyebabkan tubuh menjadi gemuk, selain itu jika asam lemak ini menumpuk di pembuluh darah bisa mengakibatkan hipertensi dan stroke atau jantung koroner. Kandungan asam lemak pada kuning telur selama 5 minggu penelitian disajikan pada Tabel 7. Tabel 7. Pengaruh Pemberian Jamu terhadap Kandungan Asam Lemak (dari % Total Asam Lemak) Kuning Telur Ayam Arab Nama
A0
A10
A20
A30
Literatur * (%)
(%)
20,552
23,504
23,038
22,834
32,5
Palmitoleat (%)
6,802
5,175
9,045
8,517
1,9
Stearat
(%)
4.,16
5,826
5,167
4,639
8,78
Oleat
(%)
40,774
43,836
40,950
45,241
33,7
Linoleat
(%)
14,987
16,807
14,194
14,984
14,2
Linolenat (%)
0,968
0,383
0,603
1,141
0,2
DHA
0,017
0,016
0,012
0,011
0,2
Palmitat
(%)
Keterangan : - Hasil Analisis Laboratorium Pasca Panen, Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pertanian; A0 = Ransum kontrol ; A10 = A0 + Pemberian 10 ml jamu/ekor; A20 = A0 + Pemberian 20 ml jamu/ekor; A30 = A0+ Pemberian 30 ml jamu/ekor. - *Jiang et al. (1991).
Asam lemak berupa asam linoleat berdasarkan analisis laboratorium tertinggi terdapat pada perlakuan dengan pemberian jamu dosis 10 ml/ekor, sedangkan kandungan terendah terdapat pada telur yang tidak diberi jamu. Kandungan asam lemak linolenat tertinggi yaitu pada perlakuan pemberian jamu dengan dosis 30 ml/ekor dan terendah terdapat pada perlakuan pemberian jamu dengan dosis 10 ml/ekor. Asam linoleat, oleat dan linolenat termasuk kedalam asam lemak tidak 27
jenuh. Asam lemak tidak jenuh diperlukan untuk pertumbuhan normal dan untuk mempertahankan kesehatan tubuh. Asam lemak oleat, linoleat dan linolenat termasuk kedalam asam lemak esensial (asam lemak yang tidak dapat disintesa dalam tubuh). Asam lemak linoleat berfunsi sebagai prekursor untuk sintesa prostaglandin, yaitu suatu asam lemak yang mengandung 20 atom dan mempunyai seperti hormon (Pilliang dan Djojosoebagio, 2006). Pengaruh Perlakuan terhadap Kandungan Kolesterol Kuning Telur Kolesterol adalah sterol yang terpenting dari organ-organ hewan. Kolesterol telah banyak dikenal masyarakat sebagai penyebab utama terjadinya penyakit aterosklerosis, yaitu proses pengapuran dan pengerasan dinding pembuluh darah terutama di jantung, otak, ginjal, dan mata Guyton (2000). Telur sebenarnya memiliki kandungan nutrisi yang cukup tinggi, hampir seluruh vitamin (kecuali vitamin C) dan asam amino essensial terdapat dalam telur. Telur memiliki sisi negatif yaitu kandungan kolesterol yang cukup tinggi sekitar 150 mg/100mg, oleh sebab itu harus dibatasi dalam mengkonsumsinya
(Guyton, 2000). Kandungan kadar
kolesterol kuning telur selama 5 minggu penelitian dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Pengaruh Pemberian Jamu terhadap Kandungan Kolesterol Kuning Telur Ayam Arab Perlakuan
Peubah
A0
A10
A20
A30
2,34 ± 0,01
2,22 ± 0,14
2,07 ± 0,05
2,08 ± 0,03
Kadar kolesterol (mg/100mg kuning telur) Keterangan : A0 = Ransum kontrol ; A10 = Ransum kontrol + Pemberian 10 ml jamu/ekor; A20 = Ransum kontrol + Pemberian 20 ml jamu/ekor; A30 = Ransum kontrol + Pemberian 30 ml jamu/ekor.
Hasil analisis ragam (Tabel 8) menunjukkan bahwa penambahan jamu ternak pada air minum ayam arab selama 5 minggu tidak berbeda nyata (P>0,05) terhadap kandungan kolesterol telur. Kurkuminoid berperan meningkatkan produksi dan sekresi empedu dengan peningkatan total asam empedu yang dilepas ke duodenum sehingga akan mengurangi sintesis kolesterol karena kolesterol merupakan salah satu bahan baku empedu, maka semakin banyak empedu yang disekresikan akan semakin
28
banyak kolesterol yang digunakan dalam produksi empedu (Purseglove et al.,1981). Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh diduga pemberian jamu sampai 30 ml/ekor dalam air minum masih kecil, sehingga peran kurkuminoid untuk memacu produksi empedu yang berasal dari kolesterol darah belum optimal, sehingga pemberian jamu hanya menurunkan sedikit kandungan kolesterol pada kuning telur. Pemberian jamu yang diberikan tidak mengubah rasio LDL dan HDL dalam serum, karena HDL sangat mempengaruhi kadar kolesterol dalam telur. Kisaran HDL dalam serum selama lima minggu penelitian yaitu 4,73-30,56 mg/dl (Apriansyah, 2010). Lynder (1992) menyatakan bahwa meningkatnya HDL dalam darah akan mengakibatkan penurunan kolesterol dalam kuning telur telur. Swenson (1984) menyatakan bahwa kolesterol darah ayam petelur berkisar antara 125-200 mg/ml darah. Penelitian Salim (2002) menunjukan kandungan kolesterol darah ayam buras yang diberi ransum standar rataan kolesterol darahnya 130,16 mg/100 ml darah, sedangkan yang diberi ransum standar + 9% minyak kelapa rataan kolesterol darahnya yaitu 128,33 mg/100 ml darah. Menurut Indraji et al. (2002) penggunaan ekstrak temulawak dengan dosis 10 ml/l yang dikombinasikan dengan 5 ml/l air minum menunjukan pengaruh yang nyata terhadap trigliserida pada darah ayam pedaging yaitu sbesar 4,58 mg/dl. Kisaran kandungan kolesterol selama 5 minggu pemberian jamu yaitu 2,072,34 mg/100mg. Penambahan suplemen jamu selama tiga hari berturut-turut (SeninRabu) yang dicampurkan dalam air minum ternak mulai dari dosis 10-30 ml/ekor tidak mempengaruhi kandungan kolesterol dalam kuning telur. Menurut Han & Lee (1992) ayam petelur putih memproduksi telur dengan kandungan kolesterol sebanyak 17,41 mg/g yolk atau sekitar 316,34 mg/yolk dengan bobot yolk (kuning telur) 18,17 g. ayam petelur coklat memproduksi kolesterol sebesar 17,08 mg/g yolk atau sekitar 308,29 mg/yolk dengan bobot yolk 18,05 g. Ayam strain lohman mengandung kolesterol kuning telur sebesar sekitar 16,82 g/g yolk. Pemberian jamu tidak berpengaruh terhadap kandungan kolesterol kuning telur, selain penambahan jamu hal lain yang mempengaruhi tidak berubahnya kandungan kolesterol dalam kuning telur tersebut yaitu ransum yang diberikan. Ransum yang digunakan dalam penelitian ini memiliki kandungan serat kasar yang rendah yaitu sebesar 5,98%. Kandungan serat kasar yang ada dalam ransum
29
penelitian masih rendah jika dibandingkan dengan standard yang ada. Piliang dan Djojosoebagio (2006) melaporkan bahwa ransum ayam petelur yang mengandung serat kasar lebih tinggi (7,36-8,52%) dapat meurunkan kandungan kolestrol telur sebesar 1,28 mg/g yolk. Pernyataan tersebut memperkuat pendapat McNaughton et al. (1978) yang menyatakan bahwa kolesterol kuning telur menurun secara linier dengan semakin meningkatnya serat kasar dalam ransum, semakin besar kandungan serat dalam ransum maka kolesterol dalam kuning telur akan menurun. Pengaruh Perlakuan terhadap Bobot Telur Pengaruh pemberian jamu ke dalam air minum terhadap bobot telur, produksi telur, skor kuning telur dan tebal kerabang telur disajikan pada Tabel 9. Pemberian jamu ini diberikan selama 5 minggu dan pemberiannya dilakukan selama tiga hari berturut-turut dalam satu minggu. Hasil analisis ragam (Tabel 9) menunjukkan bahwa penambahan jamu pada air minum ayam arab selama 5 minggu tidak berbeda nyata (P>0,05) terhadap bobot telur. Bobot telur selama 5 minggu penelitian memiliki kisaran antara 47,66–54,03 g. Pemberian jamu yang diberikan dalam air minum ayam arab yang berumur satu tahun tidak mempengaruhi bobot telur. Penelitian Safaa (2007) menunjukkan bahwa pemberian bubuk bawang putih sebesar 2,0%. tidak berpengaruh terhadap bobot telur dan produksi telur. Bahan-bahan jamu yang digunakan dalam penelitian juga mengandung bawang putih. Tabel 9. Pengaruh Pemberian Jamu Ternak terhadap Bobot Telur, Produksi Telur, dan Skor Kuning Telur Telur Ayam Arab Peubah
Perlakuan A0
A10
Bobot Telur (g)
47,66 ± 5,30
50,59 ± 2,87
Produksi Telur (%)
59,10 ± 2,21a 44,92 ± 1,4b 41,52 ± 0,43b 15,00 ± 0a 13,6 ± 0,55b 14,00 ± 0,71b
Skor Kuning Telur
A20 54,03 ± 1,00
A30 51,51 ± 1,85 44,19 ± 6,33b 13,80 ± 0,84b
Keterangan : Superskrip berbeda pada baris yang sama menunjukan perbedaan yang nyata (p<0,05); A0 = Ransum kontrol ; A10 = Ransum kontrol + Pemberian 10 ml jamu/ekor; A20 = Ransum kontrol + Pemberian 20 ml jamu/ekor; A30 = Ransum kontrol + Pemberian 30 ml jamu/ekor.
30
Susmiyanto (2005) menyatakan bahwa bobot telur ayam arab berkisar antara 35-45 g/butir. Rataan bobot telur selama 5 minggu penelitian lebih tinggi dibandingkan dengan standar literatur yang ada. Menurut North dan Bell (1990) bobot telur akan meningkat setelah umur 40 minggu, karena semakin tua ayam maka produksi telur akan semakin berkurang. Produksi telur yang semakin menurun akan menaikan bobot telur pada ayam tersebut. Kandungan protein serta kecukupan asam amino dalam ransum merupakan faktor yang penting dalam mempengaruhi bobot telur. Pengaruh Perlakuan terhadap Produksi Telur Hasil analisis ragam (Tabel 9) menunjukan bahwa penambahan jamu dalam air minum selama 5 minggu yang diberikan pada ayam arab berbeda nyata (p<0,05) terhadap produksi telur ayam arab. Kisaran rataan produksi telur selama 5 minggu penelitian yaitu 41,52-59,10%. Produksi telur ayam arab bisa mencapai 70-80% (190-250 butir/ekor/tahun) sedangkan ayam kampung hanya mencapai 40% (90 butir/ekor/tahun). Produksi telur tertinggi yaitu pada ternak ayam arab tanpa penambahan jamu, sebaliknya dengan penambahan jamu yang dicampur pada air minum mengurangi produksi telur ayam arab. Penurunan produki telur paling tinggi terjadi pada pemberian jamu dengan dosis 20 ml/ekor yaitu sebesar 17,58%, sedangkan penambahan jamu ternak sebanyak 10 ml jamu/ekor dan 30 ml jamu/ekor mengurangi produksi telur ayam arab sekitar 14% dibandingkan dengan ternak tanpa penambahan jamu pada air minumnya. Penurunan produksi telur terjadi karena pemberian jamu ke dalam air minum mengurangi atau menurunkan konsumsi pakan. Penurunan konsumsi pakan yang terjadi yaitu sekitar 5,77%. Penurunan konsumsi ini menyebabkan terjadinya penurunan produksi telur karena konsumsi zat nutrisi yang dibutuhkan untuk proses pembentukan telur berkurang. Pernyataan tersebut sama halnya dengan pendapat Anggorodi (1995) yang menyatakan bahwa konsumsi ransum yang tinggi dapat meningkatkan produksi telur yang tinggi pula. Penurunan produksi telur juga dipengaruhi oleh umur ternak, puncak produksi telur ayam arab yaitu pada umur 32 minggu, sedangkan ayam arab yang digunakan pada penelitian ini telah berumur 48 minggu atau satu tahun.
31
Pengaruh Perlakuan terhadap Skor Kuning Telur Hasil analisis ragam (Tabel 9) menunjukkan bahwa penambahan jamu pada air minum ayam arab selama 5 minggu berbeda nyata (P<0,05) terhadap warna kuning telur. Warna kuning telur dari ayam yang tidak diberi jamu mempunyai skor kuning telur 15 (kuning kemerah-merahn) karena diduga adanya pewarna sintetik pada ransum komersil yang digunakan. Warna kuning telur dari ayam yang diberi jamu mempunyai skor kuning lebih rendah yaitu sekitar 13,6–14 (kuning keemasan). Ransum yang digunakan pada penelitian ini merupakan ransum komersil dari pabrik pakan yang diduga mengandung carotenoid sintetik yang bertujuan untuk mendapatkan warna kuning telur hingga kuning kemerahan. Bahan jamu yang digunakan dalam penelitian seperti kunyit dan temulawak mengandung senyawa kurkuminoid yang memberi warna kuning atau kuning jingga pada kunyit dan temulawak. Perpaduan warna inilah yang diduga menurunkan warna kuning telur (skor 13,6). Awang et al. (1992) yang memberikan kurkumin sebanyak 10 mg/kg ransum pada ayam broiler selama 3 minggu dapat meningkatkan warna kuning telur dibandingkan dengan warna kuning pada kontrolnya.
32
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Penggunaan jamu yang diberikan kepada ayam arab periode petelur umur 48 minggu selama lima minggu penelitian tidak menurunkan kandungan lemak total, asam lemak, serta kandungan kolesterol pada kuning telur, pada pemberian jamu sampai dosis 30 ml/ekor yang diberikan 3 hari dalam seminggu tidak mempengaruhi kandungan lemak total, asam lemak, serta kandungan kolesterol dalam kuning telur. Pemberian jamu menurunkan produksi telur hingga 14-17,58% dibandingkan dengan perlakuan yang tidak diberi jamu, dan menurunkan skor kuning telur dari skor 15 menjadi 13,6. Saran Perlu dilakukan penelitian dengan memberikan jamu pada ayam petelur periode produksi fase 1.
33
UCAPAN TERIMA KASIH Bismillahirrahmannirrahiim. Alhamdulillahirabbil’alamin. Segala puji bagi Allah Subhanahuwata’ala atas segala nikmat, rahmat dan karunia yang telah diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ayahnda Hadi Suroso dan Ibunda Samini yang senantiasa memberi kasih sayang, doa, dan semangat hingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini. Dukungan yang telah beliau berikan baik secara moril maupun materil tidak akan pernah dapat penulis lupakan sepanjang hidup ini. Semoga Allah Subhanahuwata’ala selalu merahmatinya. Kemudian penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada Ir. Dwi Margi Suci, M.S selaku dosen pembimbing utama yang juga sebagai dosen pembimbing akademik dan Ir. Widya Hermana, M.Si selaku dosen pembimbing anggota yang telah membimbing, mengarahkan, dan memberi masukan selama penelitian dan penyusunan skripsi, Dr. Sri Suharti, S.Pt. M.Si selaku dosen pembahas seminar yang memberi banyak masukan untuk penulisan skripsi, dan Ir. Lidy Herawati, M.S serta Tuty Suryati, S.Pt selaku penguji sidang yang telah memberi banyak saran dan arahan. Tak lupa penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada keluarga besar peternakan ayam arab Trias Farm (Bapak Agus, Bapak Budi, Bapak Pendi) Leuwiliang Bogor atas kesempatan yang telah diberikan kepada penulis untuk melaksanakan penelitian, kemudian kepada Ibu Lanjarsih yang telah banyak membantu penulis melaksanakan penelitian, kepada Titis Romantis dan Bian Badtasmalya Apriansyah selaku rekan penelitian dan teman-teman yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah memberikan dukungan selama kepada penulis selama pelaksanaan dan penyusunan skripsi ini. Semoga Allah Subhanahuwata’ala memberikan karuniaNya untuk kita semua. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.
Bogor, Agustus 2010
Penulis 34
DAFTAR PUSTAKA Ao. X, J. S. Yoo, J. H. Lee, H. D. Jang, J. P. Wang, T. X. Zhou & I. H. Kim. 2010. Effects of fermented garlic powder on production performance, egg quality, blood profiles and fatty acids composition of egg yolk in laying hens. J. Poult. Sci. 23(6): 786 – 791. Anggorodi, H. R. 1985. Kemajuan Mutakhir dalam Ilmu Makanan Ternak Unggas. Universitas Indonesia, Jakarta. Anggorodi, H. R. 1995. Nutrisi Aneka Ternak Unggas. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Apriansyah, B. B. 2010. Pengaruh pemberian jamu ternak terhadap kadar kolesterol dan profil darah ayam arab (Gallus Turcicus). Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Awan, 2004. Terapkan EM4, Kematian Ayam Turun. Forum Indonesia. Jakarta. Awang, I.P.R., U. Chulan & F.B.H. Ahmad, 1992. Curcumin for upgrading skin colour of broilers. Poultry Sci. 15: 37-38. Azima, F. 2008. Kayu manis. http://www.jamitra.com. [ 30 Desember 2009 ]. Beyer, R. S. & L. S. Jensen. 1993. Reduces plasma cholesterol and lipoprotein in laying hens without concomitant reduction of egg cholesterol in response to dietary sorbose. Poultry Sci. 72: 88-97. Cheeke, P. R. 1999. Applied Animal Nutrition. Feeds And Feeding 2nd Edition. Prentice Hall, Upper Saddle River. New Jersey. Chung, T. K. 2002. Yellow and red carotenids for egg yolk pigmentation. 10th Annual ASA Southeast Asian Feed Tecnology and Nutrition Workshop. Merlin Beach Resort. Phuket, Thailand. Darwis, S. N. 1991. Potensi sirih (Piper Betle Linn) sebagai tanaman obat. Warta Tumbuhan Obat Indonesia I. 1 : 11-12. Depkes.RI.No.383/12.01/1999. 2008. Jahe merah dan secang caesalpinia sappan liqmun. http://jahe merah.tripod.com. [ 30 Desember 2009 ]. Consumer and Food Economic Institute. 1989. Composition of Foods., Dairy and Egg Products, Raw Processed Prepared. United States Departement of Agriculture Handbook 8 – 1. Guyton, A. C. 2000. Text Book of Medical Physiology. W. B. Saunders Company. Philadelphia. Han, C. K. & N. H. Lee. 1992. Yolk cholesterol content in egg from the major domestic strains of breeding. Asian Aust. J. Anim. Sci. 5(3) : 461-464. Harper, R. P., V. W. Rodewell & P. A. Mayes. 1979. Review of Physiological Chemistry. Lange Medical Publication. California. Haruna, S & Sumang. 2008. Pemanfaatan jamu sebagai campuran air minum pada ternak ayam buras. J. Agrisistem: 4(1) : 1-6.
35
Herman, S. 1991. Pengaruh gizi terhadap penyakit kardiovasculer. Cermin Dunia Kedokteran. 73: 12-16. Indraji, M., Sufriyanto., & Prayitno. 2002. Penggunaan ekstrak rimpang temulawak dan buah mengkudu untuk meningkatkan kualitas telur dan trigliserida darah ayam pedaging. Media Kedokteran Hewan. 18(2) : 82-84. Itokawa, H. & K. Takeya. 1993. Antitumor subtances from higher plants. Heterocycles 35 : 1467- 1501. Jiang, Z., D. U. Ahn & J. Sin. 1991. Effects of feeding flax and two types of sun flowers seed on fatty acid composition of yolk lipid classes. Poult. Sci. 70: 2467 – 2475 . Kang, D. K., S. I. Kim, C. H. Cho, Y. H. Yim & H. S. Kim. 2003. Use of lycopene, an antioxidant carotinoid, in laying hens for egg yolk pigmentation. Asian Aust. J. Anim. Sci. 16 (12): 1799 – 1803. Kleiner, I. S. & L. B. Dotti. 1962. Laboratory in Biochemistry. 6th Edition. The C.V. Mosby Company. New York. Laksmiwati, N. M. 2006. Pengaruh pemberian starbio dan effective microorganism4 (EM-4) sebagai probiotik terhadap penampilan itik jantan umur 0-8 minggu. Skripsi. Fakultas Peternakan, Universitas Udayana. Bali. Leeson, S & J. D. Summers. 2005. Commercial Poultry Nutrition. 3rd Edition. University Books. Guelph, Ontario. Lokapirnasari, W. P. 2007. The effect of effective microorganism to feed consumption and body weight of broiler chicken. Jurnal Protein. 14 (1): 3740. Lynder, M. C. 1992. Biokimia Nutrisi dan Metabolisme. Terjemahan A. Parakkasi. UI Press. Jakarta. Masuda, T. & Jitoe, A. 1994. Antioxidative and anti-inflammatory compounds from tropical gingers. J. Agric. Food Chem. 42 (9) : 1850-1856. Matondang, I. 2007. Tumbuhan Obat. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tumbuhan Obat. Universitas Nasional. Jakarta. McDonald, P., R. A. Edwards., J. F. D. Greenhalgh & C. A. Morgan. 2002. Animal Nutrition. 6th Edition. An imprint of Pearson Education Prontic Hall. Harlow, England. McNoughton, L. A., J. K. Loosli., H. F. Hintz & R. G. Warner. 1978. Animal Nutrition. 7th Edition. Tata Mc-Graw Hill Publishing Company Ltd. New Delhi. Miranti, L. 2009. Pengaruh konsentrasi minyak atsiri kencur (Kaempferia galangal L) dengan basis salep larut air terhadap sifat fisik salep dan daya hambat bakteri Staphylococus aureus secara in vitro. Fakultas Farmasi, Universitas Muhamadiyah, Surakarta. Muchtadi, D., Sri Palupi, N. & Astawan, M. 1993. Metabolisme Zat Gizi. Sumber, Fungsi dan Kebutuhan Bagi Tubuh Manusia. Jilid II. Pustaka Sinar Harapan. Jakarta. Hal: 43-48. 36
Naber, E. C., J. B. Alfred, C. J. Winger & A. E. Stock. 1985. Effect of cholesterol oxidation product on cholesterol metabolism in the laying hen. Poultry Sci. 64: 675-680. Nataamijaya, A. G., A. R. Setioko, B. Brahmantiyo & K. Dwiyanto. 2003. Performans dan karakteristik tiga galur ayam lokal (Pelung, Arab, dan Sentul). Prosiding Seminar Nasional Teknologi Pertanian dan Veteriner. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Bogor. Natalia, H., D. Nista, Sunarto & D.S. Yuni. 2005. Pengembangan Ayam Arab. Balai Pembibitan Ternak Unggul Sembawa, Palembang. North, M. O. & D. D. Bell. 1990. Commercial Chicken Production Manual. 4th Edition. Van Nostrand Reinhold, New York. Nurhayati, T. 2008. Uji efek sediaan serbuk instan rimpang kencur (Kaempferia galangal L) sebagai tonikum terhadap mencit jantan galur Swiss webster. Skripsi. Fakultas Farmasi, Universitas Muhamadiyah, Surakarta. Pelczar, M. J. & E. C. S. Chan. 1988. Dasar-dasar Mikrobiologi 2. Terjemahan R. S. Hadioetomo, T. Imas, S. S. Tjitrosomo dan S. L. Angka. UI Press, Jakarta. Piliang, W. G & A. H. S Djojosoebagio. 2006. Fisiologi Nutrisi (Volume 1). IPB Press. Bogor. Purseglove, J.W., E.G. Brown, C.L. Green & S.R.J. Robbins. 1981. Species. Vol 2 Longman. London and New York. Reynold, J. E. 1992. Martindale the Extra Parmacopeia. 28th Edition. The Parmaceutical Press, London. Page 688 – 689. Romanoff, A. L. & A. J. Romanoff. 1991. The Avian Egg. John Willey and Sons Inc. New York. Rozi, T. 2003. Ayam arab dan potensinya. J. Informasi Teknologi Pertanian. 1(1):1314. Saenab, A., B. Bakrio, Darmanto, T. Ramdhan, & S. V. Lotulung. 2004. Kajian berbagai dosis dan fermentasi pemberian jamu untuk perbaikan kualitas daging pada ayam buras potong. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jakarta. Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian, Jakarta. Safaa, M. H. 2007. Effect of dietary garlic or fenugreek on cholestrol metabolism in laying hens. Egypt. Poult. Sci. 27: 1207-1221. Salim, M. Nur. 2002. Pengaruh lemak sapi dan lemak minyak kelapa terhadap kolesterol darah dan histopatologi aorta ayam (Gallus gallus). Media Kedokteran Hewan. 17: 26-28. Scott, M. L. & W. F. Dean. 1991. Nutrition and Management of Ducks. M. L. Scott of Itacha Publisher. New York. Sidik, M. W. Moelyono & A. Muhtadi. 1995. Temulawak. Seri Pustaka Tanaman Obat. Yayasan Pengembangan Obat Bahan Alam. Phyto Medica, Bogor.
37
Sirait, C. H. 1986. Telur dan Pengolahannya. Pusat Penelitian Pengembangan Peternakan Bogor. Soemiati, A. & B. Elya. 2002. Uji pendahuluan efek kombinasi anti jamur infus daun sirih (Piper betle L.), kulit buah delima (Punica granatum L.), dan rimpang kunyit (Curcuma domestica Val.) terhadap jamur Candida albicans. Departemen Farmasi. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, Depok. Stadelman, M. J., & O. J. Cotteril. 1977. Egg Science and Technology. The AVI Publishing, Inc. Westport, Connecticut. Steel, R. G. D. & J. H. Torrie. 1993. Prinsip dan Prosedur Statistika suatu Pendekatan Biometrik, Terjemahan: M. Syah. Edisi ketiga. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Sulandari, S., M. S. A. Zein., S. Paryanti, T. Sartika, M. Astuti, T. Widjastuti, E. Sudjana, S. Darana, I. Setiawan & D. Garnida. 2007. Sumberdaya genetik ayam lokal Indonesia. Keanekaragaman Sumberdaya Hayati Ayam Lokal Indonesia.: Manfaat dan Potensi. Pusat Penelitian Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Jakarta. Hal : 45 – 67. Surung, Y. 2008. Evaluasi penyuluhan pemberian jamu pada air minum untuk meningkatkan berat badan ayam buras fase starter. Jurnal Agrisistem 4(2) :67-76. Susmiyanto. 2005. Studi kasus peternakan hasil silangan ayam arab dengan ayam kampung di Desa Bantarpanjang Sukajadi Bogor. Tesis. Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Swenson, M. J. 1984. Dukes Physiology of Domestic Animals. Cornell University Press Inc. New York. Wijayakusuma, H., S. Dalimartha, & A.S. Wirian. 1996. Tanaman Berkhasiat di Indonesia Jilid IV. Pustaka Kartini, Jakarta. Yuharmen, Y., Y. Eryanti, & Nurbalatif. 2002. Uji aktivitas antimikrobia minyak atsiri dan ekstrak metanol lengkuas (Alpinia galanga). J. Nature Indonesia. 4 (2) : 178-183. Zaenuddin, D. & E. Wakradihardja. 2001. Racikan ramuan tanaman obat dalam bentuk larutan jamu dapat mempertahankan dan meningkatkan kesehatan serta produktivitas ternak ayam buras. Prosiding Seminar Nasional XIX Tumbuhan Obat Indonesia. Balai Penelitian Tanaman Obat, Departemen Pertanian, Bogor. Hal : 367 – 372.
38
LAMPIRAN
39
Lampiran 1. ANOVA Pengaruh Perlakuan terhadap Kandungan Kolesterol Telur Sumber Keragaman Model Dosis Perlakuan Ulangan Galat JK TOTAL
db 4 3 1 3 7
JK 0.057871 0.046013 0.011858 0.013063 0.070934
KT 0.014468 0.015338 0.011858 0.004354
F hit 3.32 3.52 2.72
F0,05 9.12 9.28 10.13
F0,01 28.71 29.46 34.12
Keterangan: tidak nyata
Lampiran 2. ANOVA Pengaruh Perlakuan terhadap Kandungan Lemak Telur Sumber Keragaman Model Dosis Perlakuan Ulangan Galat JK TOTAL
db 4 3 1 3 7
JK KT 0.155019 0.0387548 0.130377 0.043459 0.024642 0.024642 0.051795 0.017265 0.206814
F hit 2.24 2.52 1.43
F0,05 9.12 9.28 10.13
F0,01 28.71 29.46 34.12
Keterangan: tidak nyata
Lampiran 3. ANOVA Pengaruh Perlakuan terhadap Bobot Telur Sumber Keragaman Model Dosis Perlakuan Ulangan Galat JK TOTAL
db 7 3 4 12 19
JK KT 121.43635 17.348050 103.76837 34.589458 17.66798 4.416995 145.3319 12.110991 266.768255
F hit 1.43 2.86 0.36
F0,05 2.91 3.49 3.26
F0,01 4.64 5.95 5.41
Keterangan: tidak nyata
Lampiran 4. ANOVA Pengaruh Perlakuan terhadap Hen Day Produksi Sumber Keragaman Model Dosis Perlakuan Ulangan Galat JK TOTAL
db
JK
KT
F hit
F0,05
F0,01
4 3 1 3 7
402.8770 376.0125 26.8645 20.2003 423.0772
100.7192 125.3375 26.8645 6.7334
14.96 18.61 3.99
9.12 9.28 10.13
28.71 29.46 34.12
Keterangan: berbeda nyata
40
Lampiran 5. ANOVA Pengaruh Perlakuan terhadap Skor Kuning Telur Sumber Keragaman Model Dosis Perlakuan Ulangan Galat JK TOTAL
db 7 3 4 12 19
JK 7.6 5.8 1.8 4.2 11.8
KT 1.08 1.93 0.45 0.35
F hit 3.1 5.52 1.29
F0,05 2.91 3.49 3.26
F0,01 4.64 5.95 5.41
Keterangan: berbeda nyata
Lampiran 6. Uji lanjut Duncan Pengaruh Perlakuan terhadap Hen Day Produksi Perlakuan
SUPERSKRIP
N B
DOSIS KONTROL DOSIS 10 DOSIS 20 DOSIS 30
2 2 2 2
A 59.10
44.92 41.515 44.185
Lampiran 7. Uji Lanjut Duncan Pengaruh Perlakuan terhadap Skor Kuning Telur Perlakuan
SUPERSKRIP
N B
DOSIS KONTROL DOSIS 10 DOSIS 20 DOSIS 30
5 5 5 5
A 15.00
13.60 14.00 13.80
41