KANDUNGANASAM LEMAK DALAM TELUR AYAM ‘ARAB’ YANGMENDAPATKAN RANSUM BEKATULTERFERMENTASI (Fatty Acids Composition in Egg of ‘Arab’ Chicken Fed on Fermented Ricebran) Sujono Fakultas Peternakan dan Perikanan Universitas Muhammadiyah Malang, Malang
ABSTRAK Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan bekatul yang difermentasi dengan jamur Rhizopus oligosporus terhadap komposisi asam lemak telur ayam ‘Arab’. Materi yang dipergunakan yaitu ayam lurik betina umur 8 bulan sebanyak 50 ekor. Bahan pakan yaitu bekatul, jagung, bungkil kedele, tepung ikan, polard, premix dan mineral dan bekatul fermentasi. Jumlah telur yang dianalisis sebanyak 15 butir yang diambil 3 butir dari setiap perlakuan pada akhir bulan kedua setelah pemberian perlakuan. Rancangan penelitian yang dipergunakan adalah rancangan acak lengkap. Perlakuan yang diberikan adalah penggunaan bekatul fermentasi yang terdiri atas 5 aras yaitu : 0%, 10%, 20%, 30% dan 40% dari total pakan. Setiap perlakuan diulang sebanyak 3 kali. Data yang diperoleh yang meliputi komposisi asam lemak jenuh dan tidak jenuh (EPA dan DHA) dianalisis dengan menggunakan Anava dan dilanjutkan dengan Uji Jarak Duncan’s. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan bekatul fermentasi berpengaruh terhadap kandungan asam lemak palmitat, asam lemak EPA (P<0,05) dan DHA (P<0,01). Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa penggunaan bekatul fermentasi sampai dengan aras 40% meningkatkan kandungan asam lemak omega tiga yaitu EPA (eicopentaetanoat) dan DHA (doxoheksaetanoat). Kata kunci : bekatul terfermentasi, telur ayam ‘Arab’, komposisi asam lemak ABSTRACT This research was conducted to evaluate the effect of ricebran that was fermented with Rhizopus oligoporus in the ration on the fatty acids composition of egg ‘Arab’ chicken. The research used a completely randomized design with five levels of fermented ricebran (R0 = 0%; R1 = 10%; R2 = 20%; R3 = 30% and R4 = 40%) as the treatment. The results showed that fermented ricebran in feed has significant effect to palmitat acid and EPA (P<0,05) and DHA (P<0,01) concentrations. The conclution of this research showed that fermented ricebran could increase the concentration of fatty acid omega-3 (EPA and DHA) in egg of ‘Arab’ chicken. Keywords : fermented ricebran, egg of ‘Arab’ chicken, fatty acid composition. PENDAHULUAN Salah satu komoditi peternakan yang memiliki potensi sebagai sumber protein hewani adalah ayam lokal di antaranya adalah ayam ‘Arab’/lurik/ ”White Jelly“ (Sujono, 1996). Hal ini mengingat ayam lokal hampir dimiliki oleh setiap keluarga dan merupakan unggas lokal yang sudah beradaptasi
dengan kondisi Indonesia (Mansjoer, 1989). Beberapa keunggulan ayam lokal dibanding ayam ras adalah bahwa tingkat kesukaan konsumen akan daging dan telur ayam lokal lebih tinggi dibanding produk ayam ras sedangkan harga produknya seperti telur dan daging lebih mahal di samping permintaannya yang terus meningkat. Oleh karena
Fatty Acids Composition in Egg of ‘Arab’ Chicken Fed on Fermented Ricebran (Sujono)
1
itu pemeliharaan ayam lokal lebih tepat bila dikembangkan pada lahan yang terbatas oleh masyarakat pedesaan. Ayam ‘Arab’ sebagai salah satu jenis ayam lokal memiliki spesifikasi tersendiri sebagai ayam petelur, karena kemampuan produksi telur ayam ini mencapai 200 - 250 butir/tahun. Dengan semakin meningkatnya kesadaran masyarakat akan arti pentingnya nilai gizi, masyarakat cenderung memilih bahan pangan dari produk hewani dengan kandungan asam lemak terutama asam lemak omega yang tinggi. Asam lemak omega-3 akhir-akhir ini banyak dibicarakan di kalangan ahli kesehatan berkaitan dengan manfaatnya terhadap kesehatan. Hasil dari beberapa penelitian menunjukkan bahwa asam lemak omega-3 dapat mencegah beberapa penyakit di antaranya mampu menurunkan kolesterol, mencegah penyakit jantung koroner dan bahkan mencegah kanker (Bjerve et al., 1993; Farrel, 1998 dan Holman, 1998). Asam lemak omega-3 termasuk salah satu asam lemak tidak jenuh polyenoat dan bersifat essensiil terdiri atas dua jenis yaitu EPA (Eikosapentaenoat) dan DHA Dokosaheksaenoat) (Broughton dan Morgan, 1994). Biosintesis asam lemak omega-3 memerlukan sumber utama/prekusor dari asam linolenat (Murray et al., 1993). Asam linolenat dalam proses pembentukannya mengalami pemanjangan rantai dan desaturasi oleh enzim asam lemak desaturase membentuk EPA dan kemudian menjadi DHA. Sumber utama asam lemak omega-3 di alam adalah tanaman di laut (alga) dan minyak ikan (Allesandry et al., 1998). Kandungan asam lemak omega-3 pada produk hewani (unggas) dipengaruhi oleh faktor pakan (Riis, 1983 dan Van-Elswyk, 1997). Penggunaan bekatul sebagai campuran pakan unggas memiliki kontribusi yang cukup besar sekitar 25 sampai 30% dari seluruh komponen pakan unggas, karena harganya relatif murah, jumlahnya melimpah di saat musim panen padi (Mayun dan Payne, 1977; Warianto, 1977) dan mengandung asam lemak linolenat sebagai bahan dasar asam omega-3 (Ciptadi dan Nasution, 1976). Keterbatasan pemanfaatan bekatul sebagai campuran pakan unggas adalah kandungan proteinnya yang rendah dan mudah mengalami ketengikan . Bekatul memiliki kecernaan yang rendah,maka
2
perlu dilakukan usaha penanganannya untuk ditingkatkan kualitasnya melalui rakayasa. Perlakuan tersebut adalah melalui proses fermentasi dengan menggunakan jamur Rhizopus oligosporus yang kemudian dipergunakan sebagai campuran dalam pakan. Selama proses fermentasi banyak bahanbahan nutrisi dalam pakan yang berubah sifat seperti mudah larut dalam air dan terjadi perubahan komposisinya serta dapat meningkatkan kandungan protein pakan (Fuller, 1992). Seperti yang dilaporkan oleh Rotib (1994), fermentasi bekatul mampu meningkatkan protein kasar, energi metabolik, jumlah asam amino dan kecernaannya serta menghambat pertumbuhan bakteri tertentu. Demikian pula dilaporkan oleh Shurtleff dan Ayogi (1979) serta Steinkraus (1983) menyatakan bahwa selama proses fermentasi juga dihasilkan beberapa jenis vitamin yang sangat dibutuhkan oleh unggas seperti niasin, riboflavin, piridoksin, tiamin dan terjadinya peningkatan asam lemak linolenat. Asam lemak linolenat merupakan sumber utama untuk pembentukan asam lemak omega-3 (Murray et al., 1993). Pengolahan bekatul sebelum dicampurkan ke dalam pakan unggas melalui proses fermentasi dengan jamur Rhizopus oligosporus, diharapkan dapat meningkatkan kandungan asam lemak omega3 dalam telur ayam ‘Arab’.
MATERI DAN METODE Penelitian ini dilakukan selama 6 bulan dengan menggunakan ayam lurik betina umur 8 bulan sebanyak 50 ekor. Setiap perlakuan diulangi sebanyak 10 kali. Telur yang dianalisis kandungan asam-asam lemaknya diambil 3 butir secara acak untuk setiap dua bulan perlakuan setelah pemberian pakan perlakuan. Jamur Rhizopus oligosporus kultur murni diperoleh dari laboratorium Mikrobiologi Pascasarjana Universitas Gadjahmada. Bahan pakan dasar terdiri dari jagung, bekatul, bekatul yang telah difermentasi, bungkil kedele, tepung ikan, mineral CaCO3, premix, tepung tulang dan tepung batu. Pakan disusun dengan kandungan protein dan energi yang sama diantara lima perlakuan (iso-protein dan iso-energi) sesuai
J.Indon.Trop.Anim.Agric.28(1) March 2003
Tabel 1. Komposisi Pakan Periode Bertelur Nama Bahan Tepg. Daun Lamtoro Jagung Tepung Ikan Minyak Pollard Bekatul Fermentasi Bekatul Bungkil kedele Tepung tulang Mineral Premix Tepung Kerang Total
R0 2,0 55,0 10,0 0,25 1,0 0 15,0 9,5 2,0 2,0 1,25 2,0 100,0
R1 2,0 57,00 8,1 0,15 6,15 10,0 0 9,1 2,0 2,0 1,25 2,25 100,0
Kandungan zat gizi Bahan Kering Protein Kasar Lemak ME Serat kasar Ca P Harga (Rp)
90,19 18,01 5,079 2907 3,097 2,027 0,988 1751,0
90,05 18,00 5,19 2902 2,967 2,153 0,862 1681,0
Kode Perlakuan R2 2,0 54,05 8,0 0,15 1,3 20,0 0 7,0 2,0 2,0 1,25 2,25 100,0 90,19 18,00 36,695 2900 2,972 2,283 0,911 1626,0
R3 2,0 47,0 7,3 0,45 1,0 30,0 0 5,0 2,0 2,0 1,25 2,0 100,0
R4 2,0 39,07 6,60 1,0 1,0 40,0 0 3,0 2,0 2,0 1,25 2,08 100,0
90,28 18,02 8,435 2900 3,008 2,291 0,954 1536,0
90,43 18,00 10,40 2901 3,033 2,421 0,995 1447,0
*) : Perhitungan berdasarkan program UFFF Perlakuan yang diberikan adalah aras penggunaan bekatul fermentasi yang terdiri atas : R0 = kontrol (pakan tanpa bekatul fermentasi) R1 = bekatul fermentasi 10% + 90% pakan dasar R2 = bekatul fermentasi 20% + 80% pakan dasar R3 = bekatul fermentasi 30% + 70% pakan dasar R4 = bekatul fermentasi 40% + 60% pakan dasar
dengan periode umur ayam. Kandungan energi dan protein pakan periode bertelur dengan kandungan protein 18% dan dan energi pakan sebesar 2900 kkal (NRC., 1984) dengan komposisi terlihat pada Tabel 1. Kandungan asam-asam lemak telur dianalisis dengan teknik gas kromatografi di Laboratorium Biokimia Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Peneltian ini menggunakan rancangan acak lengkap. Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan sidik ragam (Anava). Apabila terdapat perbedaan diantara perlakuan dilanjutkan dengan uji jarak Duncan.
HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Perlakuan terhadap Kadar Asam Lemak Palmitat
Hasil analisis asam lemak yang terbaca meliputi C16 (asam lemak palmitat), EPA (Eikopentaenoat) dan DHA (Doksoheksaenoat). Rataan kadar asam lemak C16 (palmitat) hasil penelitian terlihat pada Tabel 2. Asam lemak palmitat merupakan salah satu asam lemak jenuh yang merupakan bahan dasar untuk pembentukan asam lemak lainnya. Hasil analisis statistik terlihat bahwa perlakuan yang diberikan berpengaruh nyata menurunkan kadar asam lemak C16 (P<0,05) telur. Uji rataan nilai tengah dilakukan untuk mengetahui letak perbedaan antar perlakuan yang diberikan. Hasil uji beda nilai tengah terlihat bahwa kadar C16 tertinggi diperoleh dari perlakuan R0 (perlakuan kontrol) sebesar 2,76%, kemudian R1 sebesar 1,09%, R2 sebesar 0,39%, R3 sebesar 0,34% dan kadar C16 terendah R4 sebesar 0,12%. Kadar asam lemak C16 R0 lebih rendah dibanding R2, R3 dan R4 (P<0,05) dan tidak berbeda dengan R1 (P >
Fatty Acids Composition in Egg of ‘Arab’ Chicken Fed on Fermented Ricebran (Sujono)
3
0,05). Penggunaan bekatul fermentasi yang semakin meningkat, menghasilkan kadar lemak jenuh yang semakin menurun. Hal ini dikarenakan selama proses fermentasi banyak asam lemak palmitat yang dikonversi menjadi asam lemak yang lain terutama menjadi asam lemak gamma linolenat oleh aktivitas jamur Rhizopus oligosporus. Seperti dijelaskan oleh Murray et al. (1993); Lehninger (1987) bahwa asam lemak yang pertama kali dibentuk adalah asam lemak palmitat. Dijelaskan lebih lanjut bahwa asam lemak palmitat akan mengalami perpanjangan rantai dalam mikrosom menjadi asam lemak rantai panjang lainnya.
berfungsi sebagai prekusor untuk pembentukan asam lemak omega-3. Seperti dijelaskan oleh Murray et al. (1993); Broughton dan Morgan (1994) bahwa asam lemak linolenat oleh aktivitas enzim desaturase dengan bantuan NADPH akan mengalami perpanjangan rantai membentuk asam lemak omega3. Dengan demikian penggunaan bekatul fermentasi mampu meningkatkan kandungan asam lemak omega-3 dalam telur ayam ‘Arab’. Riis (1983) dan Van-Elswyk (1997) menjelaskan bahwa kandungan asam lemak omega-3 pada unggas hanya dihasilkan melalui pakannya.
Pengaruh Perlakuan terhadap Kadar Asam Lemak EPA Eikosapentaenoat (EPA) merupakan salah satu asam lemak omega-3. Rerata kadar asam lemak EPA hasil penelitian terlihat pada Tabel 2. Hasil analisis statistik terlihat bahwa perlakuan yang diberikan berpengaruh nyata meningkatkan kadar asam lemak EPA telur ayam ‘Arab’ (P<0,05). Uji rataan nilai tengah dilakukan untuk mengetahui letak perbedaan antar perlakuan yang diberikan. Hasil uji beda nilai tengah terlihat bahwa kadar EPA tertinggi diperoleh dari perlakuan R4 sebesar 0,79%, kemudian disusul berturut-turut R3 sebesar 0,52%, R2 sebesar 0,30%, R1 sebesar 0,09% dan kadar EPA terendah R0 (perlakuan kontrol) sebesar 0,09%. Kadar asam lemak EPA R4 lebih tinggi dibandingkan dengan kandungan R0, R1 dan R2 (P<0,05) dan tidak berbeda dengan R3 (P>0,05). Penggunaan bekatul fermentasi yang semakin meningkat, menghasilkan kadar asam lemak omega-3 yang semakin meningkat pula. Hal ini dikarenakan selama proses fermentasi jamur Rhizopus oligosporus mampu mensintesis asam-asam lemak omega-3. Disamping itu juga di dalam bekatul banyak terkandung asam lemak linolenat, asam lemak ini
Pengaruh Perlakuan terhadap Kadar Asam Lemak DHA Dokosoheksaenoat (DHA) merupakan salah satu asam lemak omega-3 yang memiliki rumus kimia (20:6w-3), artinya asam lemak ini memiliki 6 ikatan rangkap. Rataan kadar asam lemak DHA hasil penelitian terlihat pada Tabel 2. Hasil analisis statistik terlihat bahwa perlakuan yang diberikan berpengaruh sangat nyata terhadap kadar asam lemak DHA (P<0,01). Uji rataan nilai tengah Duncan’s dilakukan untuk mengetahui letak perbedaan antar perlakuan yang diberikan. Hasil uji beda nilai tengah terlihat bahwa kadar DHA tertinggi diperoleh dari perlakuan R4 sebesar 1,09%, kemudian disusul berturut-turut R3 sebesar 0,52%, R2 sebesar 0,12%, R1 sebesar 0,10% dan kadar DHA terendah R0 (perlakuan kontrol) sebesar 0,08%. Kadar asam lemak DHA R4 sangat nyata lebih tinggi dibanding R0, R1 dan R2 serta R3 (P<0,01) dan kadar asam lemak DHA R3 lebih tinggi dibanding R0,R1 dan R2 (P<0,05). Semakin meningkat penggunaan bekatul fermentasi, kadar asam lemak omega-3 yang dihasilkan, semakin meningkat pula. Hal ini dikarenakan selama proses fermentasi jamur Rhizopus oligosporus mampu mensintesis asam-asam lemak tidak jenuh
Tabel 2. Rataan1) Kadar Asam Lemak C16, EPA, dan DHA Hasil Penelitian Peubah Asam lemak C16 (%) Asam lemak EPA (%) Asam lemak DHA (%)
R0 2,76a 0,09a 0,08a
R1 1,09a 0,09a 0,10a
Perlakuan R2 0,39b 0,30b 0,12a
R3 0,34b 0,52c 0,52b
R4 0,12c 0,79c 1,09c
1)
Rataan dari tiga ulangan (n=3). Huruf yang berbeda dalam satu baris menunjukkan ada perbedaan (P < 0,05).
4
J.Indon.Trop.Anim.Agric.28(1) March 2003
diantaranya adalah oleat, linoleat dan linolenat (Suharyanto dan Panji, 1997). Asam lemak ini berfungsi sebagai prekusor untuk pembentukan asam lemak omega-3. Seperti dijelaskan oleh Murray et al. (1993); Broughton dan Morgan (1994) menyatakan bahwa asam lemak linolenat oleh aktivitas enzim desaturase dengan benatuan NADPH akan mengalami perpanjangan rantai membentuk asam lemak omega-3 dan asam lemak omega-3 yang pertama kali dibentuk adalah EPA, kemudian terjadi perpanjangan rantai membentuk DHA yang terjadi di dalam sistim perpanjangan mikrosom dan mitokondria. Dengan demikian penggunaan bekatul fermentasi mampu meningkatkan kandungan asam lemak omega-3 dalam telur ayam ‘Arab’. Apriyanto et al. (1997) melaporkan bahwa ampas tahu yang difermentasi dengan jamur Rhizopus oligosporus mampu menghasilkan asam lemak omega-3 sepuluh kali lipat dibanding telur biasa dengan nilai HU telur sekitar 67 – 100 dan warna kuning telur 3 – 6. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa penggunaan bekatul fermentasi dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kandungan asam lemak omega-3 telur dengan biaya pakan yang lebih murah dibanding dengan menggunakan minyak ikan atau alga.
KESIMPULAN Penggunaan bekatul fermentasi akan menurunkan asam lemak jenuh C16 telur dan meningkatkan asam lemak omega-3 EPA dan DHA telur ayam ‘Arab’. Penggunaan bekatul fermentasi sampai dengan konsentrasi 40% mampu meningkatkan kadar asam lemak omega-3 telur ayam ‘Arab’. Untuk mendapatan telur ayam lurik dengan kualitas baik perlu ditambahkan bekatul fermentasi sampai dengan konsentrasi 40% tanpa mempengaruhi tampilan produksi telur ayam ‘Arab’. Pemberian bekatul fermentasi sangat disarankan untuk meningkatkan kualitas telur ayam ‘Arab’.
DAFTAR PUSTAKA
Durand. 1998. Docosohexanoic acid concentartion in retinal phospolipid of piglets fed of egg phospolipid and fish oils with different ratios of eicosapentanoic acid to docosahexaenoic acid. J. Nut. 67(3):377 - 385. Apriyanto,R.R., A.Lamid, Komari, dan I.R. Hidayati. 1997. Kualitas telur ayam omega-3. Presiding Seminar Teknologi Pangan, Denpasar :245-250. Bjerve, K.S., A.M. Brubbakk, K.J.fougner, H.Jansen and K.Midthjell. 1993. Omega3 fatty acid : essential fatty acid with important biological effect and serum phospolipid fatty acid as marker of dietary w-3-fatty acid intake. J. Nutr. 57: 801S - 806S. Broughton, K.S and L.J. Morgan. 1994. Frequency of (n-3) polyunsaturated fatty acid consumtion induces alteration in tissue lipid composition and eicosanoid synthesis. J. Nutr. 124: 1104 - 1111. Ciptadi, M. dan Z. Nasution. 1976. Dedak Padi dan Manfaatnya. Laporan Penelitian Fakultas Teknologi Mekanisasi Pertanian. Institute Pertanian, Bogor. Farrell, D.J. 1998. Enrichment of hens eggs with n-3 long-chain fatty acids and evaluation of enriched eggs in humans. J.Clin-Nutr. 68(3):538-544. Fuller, R. 1992. Probiotics. Chapman and Hall, London. Holman R.T. 1998. The slow discovery of the importance of w-3 essential fatty acid in human health. J. Nutr. 128 : 427S - 433S. Lehninger, A.L. 1982. Dasar-Dasar Biokimia Jilid 2. Diterjemahkan olah M.Thanuwijaya.
Alessandry, J.M., B.Goustard, P.Guesnet and G.
Fatty Acids Composition in Egg of ‘Arab’ Chicken Fed on Fermented Ricebran (Sujono)
5
Penerbit Erlangga, Surabaya. Murray, R.K., P.A. Mayes, D.Granner and V.W. Rodwell. 1993. Harper’s Biocemistry. Twenty-third Edt. Prentice Hall International Inc., USA. Mayun, G.K. and W.J. Payne. 1977. Autocloved rice brain in layers diet. J.Br. Poultry Sci. 18 : 201 - 203. National Research Council. 1984. Nutrient Requirements of Poultry. National Academic Press, Washington. Oliveira, F.L.C., Rumsey, C.R., Schlotzer, E., I. Hanse and Y.A. Carpenter. 1997. Triglyceride hydrolysis of soy oils vs fish oil emulsions. J. Parenteral and Enteral Nutr. 21 : 224 229.
6
Riis, P.M. 1983. Dynamic Biochemistry of Animal Production. World Animal Science. Elsevier. New York: p.389-405. Shurtleff, W. and A.Ayogi. 1979. The Book of Tempeh. Profesional Edt, Harper and Row Publisher, London :85 - 96. Steinkraus, K.H. 1983. Handbook of Indegenous Fermented Food. Marchell Dekker Inc., New York. p.9 Warianto, A. 1987. Pemanfaatan Dedak Padi Guna Menunjang Produksi Ternak. Ayam dan Telur, 16 : 43 - 44. Van-Elswyk, M.E. 1997. Dietary marine algae promotos efficient deposition of n-3 fatty acids for the production of enriched shell eggs. J. Poultry Sci. 75(12):1501-1507.
J.Indon.Trop.Anim.Agric.28(1) March 2003