Seminar Nasional Peternakan don Vetenner 1998
PENGGUNAAN MINYAK MAN LEMURU DAN MINYAK KELAPA SAWIT DALAM RANSUM TERHADAP KANDUNGAN ASAM LEMAK OMEGA-3 DAN OMEGA-6 DALAM KUNING TELUR AYAM SoFm
AN SAsTRoDaikRDto l , Dwt MARm
Sucr2 , clan Mu
AD NuR CAHYANPU 3
'Balai Penelitian Ternak, P.O. Box 221, Bogor 16002 2FakultasPeternakan IPB, Bogor Kampus IPB Damaga, Jalan Raya Rasamala, Bogor 16680 3Fakultas Teknologi Pertanian UGM, Yogmkarta
ABSTRAK Tujuan penelitian ini untuk mengetahui kandungan asam lemak Omega-3 dan Omega-6 serta turunannya dalam kuning telur ayam, dengan memberi ransum yang menggunakan minyak Wan lemuru dan kelapa sawit . Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan tiga perlakuan ransum yakni RL-menggunakan minyak ikan lemuru 4%, RS-menggunakan minyak kelapa sawit 4% dan RC-menggunakan campuran minyak kelapa sawit 2% dan minyak Wan lemuru 4% . Sebagai pembanding peubah dari ketiga perlakuan ransum tersebut, digunakan ransum RP-adalah ransum komersial yang digunakan perusahaan peternakan ayam. Setiap perlakuan ransum mendapat 7 ulangan, masing-masing menggunakan tiga ekor ayam petelur Strain Lohmann berumur 32-39 minggu. Penelitian ini menghasilkan kandungan asam lemak Omega-3 pada ransum RL 38,80 ; RC 30,57 ; RS 4,99 mg/g kuning telur, masing-masing berbeda sangat nyata (P<0,01) . Turunan asam lemak Omega-3, yakni asam lemak a-Linolenat, Eikosapentaenoat, (EPA) dan Dokosaheksaenoat, (DHA). Kandungan asam a-Linolenat pada RL 3,62 vs RC 3,08 mg/g kuning telur berbeda tidak nyata, tapi (RL dan RC) vs RS 1,64 mg/g kunig telur berbeda sangat nyata. Kandungan asam EPA pada RL 4,32 vs RC 3,12 mg/g kunig telur masing-masing berbeda tidak nyata, tapi (RL dan RC) vs RS 0,08 mg/g kuning telur berbeda sangat nyata . Kandungan asam DHA pada RL 30,95 vs 24,27 vs RS 3,27 mg/g kuning telur masing-masing berbeda sangat nyata. Kandungan asam lemak Omega-6 pacla ransum RS 106,45 vs RC 104,47 vs RL 95,97 mg/g kuning telur masing-masing berbeda tidak nyata . Turunan Omega-6 yakni asam lemak Linolenat dan Arakhidonat . Kandungan asam Linolenat pada ransum RC 95,91 vs RS 92,93 vs RL 87,98 mg/g kuning telur, masing-masing berbeda tidak nyata . Kandungan asam Arakhidonat pada ransum RC 8,64 vs RL 8,00 mg/g kuning telur masing-masing berbeda tidak nyata, tetapi (RC dan RL) vs RS 14,13 mg/g kuning telur masing-masing berbeda sangat nyata . Kesimpulan hasil penelitian ini adalah dengan suplementasi minyak ikan lemuru dan minyak kelapa sawit dalam ransum dapat meningkatkan kandungan asam Omega-3 dan Omega-6 dalam kuning telur ayam. Kata kunci : N inyak ikan lemuru, Omega-3 clan Omega-6 dalam kuning telur PENDAHULUAN Telur merupakan salah satu sumber protein hewani yang sangat dibutuhkan, clan mengandung asam amino esensial clan zat gizi lainnya yang tinggi serta merupakan salah satu cara yang praktis untuk memenuhi kekurangan protein hewani .
535
SeminarNosionalPeternakan don Veteriner 1994
Akhir-akhir ini (sebelum terjadi krisis moneter), di kalangan masyarakat ekonomi menengah ke atas, mulai mengurangi bahkan takut mengkonsumsi telur dan produk hewan lainnya . Kecenderungan tersebut disedabkan oleh tingginya kandungan lemak dan kolestrol pada telur ayam ras, yang dicurigai merupakan penyebab penyakit arterosklerosis atau dikenal dengan penyakit jantung koroner, yang dapat menjadi penyebab kematian . Asam lemak dan kolestrol adalah senyawa esensial yang mempunyai fitngsi besar dalam tubuh, namun dibalik itu bermacam-macam penyakit dapat ditimbulkan oleh kedua senyawa tersebut . Untuk itu perlu diupayakan penurunan kandungan asam lemak jenuh dan peningkatan kandungan asam lemak tidak jenuh, khususnya asam lemak Omega-3 dae Omega-6 taepa mengurangi kualitas dari telur tersebut. Asam lemak Omega-3 dan Omega-6 tidalc dapat disintesa oleh tubuh, oleh sebab itu untuk memenuhi kebutuhannya harus disediakan melalui bahan pakan, sehingga upaya untuk mencapai target tersebut adalah melalui penambahan bahan pakan yang mengandung asam lemak tidak jenuh yang tinggi, seperti minyak ikan lemuru dan minyak kelapa sawit ke dalam ranstun ayam . Minyak ikan lemuru secara unmm memiliki komponen asam lemak yang lebih banyak dibandingkan dengan minyak ikan atau leniak yang berasal dari hewan darat clan nabati, (LURIS, 1993). Minyak ikan mengandung asam lemak tidak jenuh dengan rantai karbon lebili panjang (C2O-C22) yang sebagian besar merupakan asam lemak Omega-3 (STANSBY, 1967) . CAHYAN'r0 el al. (1997) menyatakan minyak ikan lemuru mengandung asam lemak Omega-3 sebesar 22,08')/0 . Minyak kelapa sawit mengandung p karoten (500-1000 mg/kg), oc tokoferol (800-900 mg/kg) dan pro vitamin A (14-640 mg/kg) (YONG, 1976). Komponen karotenoid yang terkandung dalani minyak kelapa sawit adalah oc karoten, p karoten, y karoten, T karoten, likopen dan lutein (WINDIASTUTI, 1995). CAHYANTO et al. (1997) menyatakan bahwa minyak kelapa sawit mengandung 14,31% asam lemak Omega-6 . Asam leniak Omega-3 berfungsi mengurangi kandungan kolestrol, trigliserida, LDL, meningkatkan HDL, mengurangi rangsangan penggumpalan butir-butir darah inerah, mengurangi berbagai macam pengerasan pada pembuluh darah, serta memperlambat sel-sel kanker (NATIONAL INSTITUTE OF HEALTH RESEARCH AND DEVELOPMENT, 1990) . Asam lemak Omega-6 memiliki sifat yang hampir mirip dengan Omega-3, tetapi kerjanya akan terganggu bila terkena stress, makan terlalu banyak asam lemak tak jenuh tunggal dan leniak jenuh, alkohol dan obat-obatan, serta kekurangan vitamin B dan C . Perbandingan omeg-3 dan Omega-6 yang optimal untuk tubuh adalah 1 :4 sampai 1 :8 (NATIONAL INSTITUTE OF HEALTH RESEARCH AND DEVELOPMENT, 1990). Penelitian ini dilakukan untuk mengetalud pengaruli penggunaan ininyak ikan leniunl dan minyilc kelapa sawit dalain ransum ayam ras petelur terhadap kandungan asam leniak jenuh,asam lemak tidak jenuh, asam leniak Omega-3, asain leniak Omega-6 dalam kuning telur dan keturunannya . MATERI DAN METODE Materi penelitian menggunakan ayam ras petelur Strain Lohnlann unltlr 32-40 tninggu sebanyak 63 ekor dan dibagi menjadi 3 perlakuan ransum, teasing-masing perlakuan ransum terdiri dari 7 unit ulangan clan setiap unit ulangan terdiri dari 3 ekor ayam. Kandang yang digunakan adalah kandang baterray bentkuran 60 X 40 X 40 cm, yang berisi 3 ekor ayam. 536
Seminar Nasional Peternakan dan Vetenner 1998
Ransum yang digunakan terdiri dari 3 formula, yaitu ransum yang menggunakan 4% minyak ikan lemuru (RL), ransum yang menggunakan 4% minyak kelapa sawit (RS) dan ransum yang menggunakan campuran 4% minyak ikan lemuru dan 2% minyak kelapa sawit (RC), masing masing energi metabolis (EM) yang sama sebesar 2.990 kkaUkg. Masing-masing formula ransum (RL, RS, dan RC) disusun dengan campuran dari bahan baku yang terdiri dari jagung kuning, bungkil kedelai, dedak padi, DL metionin, tepung kapur, DCP, Topmix, dan garam . Komposisi ransum perlakuan (RL, RS dan RC) sepern tersaji dalam Tabel 1, komposisi dan zat makanan berdasarkan perhitungan dalam Tabel National Research Council/NRC (1994) pada perlakuan ransum (RL, RS dan RC) . Pemberian ransum dan air dilakukan secara ad libitum . Sebagai pembanding dalam penelitian ini menggunakan ransum RP, yakni merupakan ransum komersial yang digunakan oleh perusahaan peternakan ayam di Cicurug-Sukabumi . Ransum RP tidak menggunakan minyak ikan lemuru dan minyak kelapa sawit, tersusun dari bahan pakan jagung kuning, bungkil kedelai, dedak padi, tepung ikan, tepung daging, tepung kapur, tepung kerang, dan garam. Rancangan Acak Lengkap (RAL) digunakan dalam penelitian ini dengan 3 perlakoan ransum dan masing-masing perlakuan menggunakan 7 ulangan, perbedaan nilai rataan antar perlakuan diuji dengan uji jarak Duncan (STEEL.dan TOtuuE, 1993). Peubah yang diamati pada penelitian ini adalah kandungan asam lemak jenuh, asam lemak tak jenuh, asam lemak Omega-3, asam lemak Omega-6 dan keturunannya, serta perbandingan antara asam lemak Omega-3 dengan Omega-6 . Tabel 1.
Komposisi bahan pakan dalam perlakuan ransuin poielitian
Bahan Pakan Jagung Bungkil kedelai Dedak halus Tepung kapur DCP Topmix DL- Meotinin Garam (NaCI) Minyak sawit Minyak lemuru Jumlah
RL 57,55 27,5 1,00 8,00 1,00 0,5 O' l 0,35 0,00 4,00 100
Komposisi RS 57,38 27,5 1,17 8,00 1,00 0,5 0,1 0,35 4,00 0,00 100
RC 32,5 26,00 25,55 8,00 1,00 0,5 0,1 0,35 2,00 4,00 100
HASIL DAN PEMBAHASAN Kandungan zat-zat makanan dan konsumsi ransum Kandungan zat makanan dalam ransum penelitian menurut analisa proksimat di laboratorium Balai Penelitian Ternak Ciawi, Bogor, dapat dilihat pada Tabel 2.
537
SeminarNasional Peternakan dan Veteriner 1998
Tabel 2.
Kandungan zat-zat makanan dan konsumsi ransum
Zat-zat Makanan Bahan keying (%) Protein (%) Lemak (%) Serat kasar (%) Ca (%) P (%) Energi Brutto (kkal/kg) Konsumsi ranstun (g/ekor/hari )
RL 91,04 17,16 8,37 5,65 3,22 0,77 3,65 104,64
Perlakuan Ransum RS RC 90,29 91,58 17,83 15,61 7,78 14,61 5,79 11,52 3,63 3,95 0,71 0,91 3,56 3,58 106,22 103,43
RP 90,86 17,59 4,61 7,85 3,84 0,68 3,39 111,03
Sumber : a) Berdasarkan analisa prosimat oleh Laboratorium Kimia Balai Penelitian Temak Ciawi, Bogor b) Formula ransum petemakan ayanm Cicurug-Sukabumi Bogor
Kandungan energi dalam ransum penelitian yang didapat dari analisis proksimat dinyatakan dengan satuan energi bruto . Energi bruto ransum perlakuan berkisar antara 3.31. 3 .654 kkal/kg . Menurut SUTARDI (1980) nilai energi metabolis diperoleh dari selisih energi bm dengan energi ekskreta (urine dan feses) . Dalam penelitian ini tidak dilakukan pengukuran ene brutto ekskreta sehingga energi metabolis (EM) tidak dapat dianalisa. Energi metabolis pada ay, berkisar 70-90% dari energi bruto (ANGGORODI, 1995) . Hasil analisa ini diperkirakan ant 2 .374-3 .288 kkal/kg ransum, dalam hal ini masih dalam kisaran kebutuhan EM pada ayam petc yakni 2.900 kkal/kg ransum (NRC, 1994) . Perlakuan ransum RC mengandung kedua jenis min, yang digunakan dalam penelitian yaitu minyak ikan lemuru sebesar 4% dan minyak kelapa sa 2%. Kandungan serat kasar yang baik dalam pakan ayam tidak lebih dari 7-8% (AKIBA MATSUMOTO, 1978), sedangkan kandungan serat kasar perlakuan ransum berdasarkan anal proksimat berkisar antara 5,65-11,62%. Pada ransum RC yang mengandung serat kasar 11,S melampaui batas yang dianjurkan, disebabkan pada ransum RC mengandung dedak padi tin (22,55%) dibandingkan ransum lainnya . Kandungan serat kasar pada ransum komersial (] masih dalam batas yang dianjurkan meskipun lebih tinggi dibandingkan ransum RL dan RS, let lebih rendah dibandingkan dengan ransum RC. Ayam petelur coklat periode produksi membutuhkan kalsium (Ca) sebesar 3,6%, den) konsumsi 100 g (NRC, 1994). Kandungan Ca pada ransum perlakuan tnenurut analisis proksi untuk RL. 3,22%; RS 3,63 ; RC 3,95; dan RP 3,84. Kandungan Ca untuk masing-masing perlaki ransum dan ransum komersial (RP) tersebut dapat dikatakan cukup untuk kebutuhan berproduks Kandungan fosfor (P) merupakan nilai kandungan fosfor total, sedangkan fosfor y" dibutuhkan ayam petelur adalah fosfor tersedia . Kebutuhan P tersedia untuk ayam petelur col periode produksi sebesar 0,35% (NRC, 1994). Kandungan P perlakuan ransum berdasarkan anal proksimat berkisar antara 0,77-0,91%, diperkirakan dapat mencukupi kebutuhan ayam pet( yang sedang berproduksi . Kandungan P tersedia rata-rata 30% dari P total . Kandungan perlakuan ransum lebih tinggi dibandingkan dengan ransum komersial (RP) sebesar 0,68% . Kandungan protein menurut analisa prosimat untuk RL 17,16%; RS 17,83%; RC 15,61%, t ransum komersial (RP) 17,59% . Adapun kebutuhan protein ayam petelur coklat periode produ 16,00% (NRC, 1994). 538
Seminar Nosional Peternakan dan Peteriner 1998
Kandungan leniak ransum unggas tidak lebih dari 10% (SCOTT, 1982) . Hasil analisa proksimat untuk RL 8,37% ; RS 7,78%; RC 14,61%; clan RP 4,61%, bahwa kandungan lentak diluar RC tersebut di luar batas yang dianjurkan yaitu untuk ransuin RC sebesar 14,61%, lial ini diduga karena pada ransum RC menggunakan kedua jenis m:nyk yikni ininyak sawit 2% clan minyak ikan lemuru 4%. Rataan konsumsi ransum RL 104,64 ; RS 106,22 ; RC 103,43 ; clan RP 111,03 g/ekor/liari seperti tersaji dalam Tabel 3. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa konsumsi ransum tidak dipengaruhi oleh penggunaan minyak ikan lemuru clan atau minyk kelapa sawit (Tabel 3) . Konsumsi ransum perlakuan tersebut diduga disebabkan antara lain masing-inasing ransum perlakuan mengandung zat-zat makanan yang cukup sehingga konsumsi ransum oleh masingmasing ayam dalam jumlah yang hampir sama setiap harinya . Tabel 3.
Rataan Konstunsi Rmismn, Asain leinak Oinega-3 dan asam lemak Oinega-6 dtilam k-tming telur serta tunutamiya
Peubah
Asam Lemak Otnega-3 - a Linolenat (C 18 : 3n-3) - Eikospentanoat (C20 :5n-3) - Dokosalieksanoat (C22 : 6n-3) Asain Lemak Oinega-6 - Linoleat (C 18 :2n-6) -Arakhidonat (C20 : 4n-6) Asam Lemak Oinega-3 : Oinega-6
Perlakuan ransum RL RS ing/g kuning ^ 4,99' 38,80 3,62A 1,64E 4,23" 0,08E 30,95A 3,27A 95,97 106,45 87,98 92,32 8,00B 14,13 A 1 :21,28" 1 :2,48'
Ranstun komersial RC telur 30,578 3,08" 3,12A 24,278 104,47 95,91 8,64' 1 :3,51 8
RP 10,19 3,77 0,12 6,29 116,21 102,02 14,19 1 :11,40
Superskrip dengan huruf bestir yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan berbeda dengan sangat Keterangan : nyata (P<0,01)
Kandungan asam lemak omega-3 dtin turunan-nya dalam kuning telur Kandungan Asam Lemak Omega-3 dalam kuning telur sangat nyata (P<0,01) dipenganilii oleh ransum perlakuan (Tabel 3). Kandungan asam lemak Omega-3 dalam kuning telur pada ransum yang menggunakan minyak ikan lenturu (RL) sebesar 38,80 mg/g kuning telur nyata lebili tinggi (P<0,01) dibandingkan dengan ransum yang menggunakan minyak kelapa sawit (RS) sebesar 4,99 mg/g kuning telur dan ransum yang menggunaakan campuran minyak ikan lenuiru dan kelapa sawit (RC) sebesar 30,57 mg/g kuning telur; dan ransum (RS) yang nyata lebih rendah (P<0,01) dibandingkan ransum (RC). Tingginya kandungan asam lmak Omega-3 dalani ktining telur ransum RL karena pengaruh penggunaan minyak ikan lemtiru dalam ransum (Tabel 3). Menurut CAHYANTo et al. (1997) minyak ikan lennini nengandung asam lmak Oniega-3 yang tinggi, yaitu sebesar 22,08%. Ransum RS mengandung asam lemak Omega-3 terendah karena menggunakan minyak kelapa sawit, hal ini disebabkan karena kandungan asam lmak Oniega-3 dalam minyak kelapa sawit lebih rendah apabila dibandingkan dengan minyak ikan lenuini. Kandungan asam Lmak Omega-3 dalam kelapa sawit sebesar 0,11% (CAHYANTO et al., 1997) . Kandungan asam lmak Omega-3 pada RC yang tinggi dipenganihi oleh penggunaan minyak ikan leniuru dalam proporsi yang lebili besar (4%) walaupun ada penambalian (2%) ininyak kelapa 53 9
SeminarNasional Peternakan dan Veteriner 1998
sawit. Kandungan asam lemak Omega-3 perlakuan ransum berkisar 4,99-8,80 mg/g kuning telur Pada ransum RL berat kuning telur 13,87 g/butir. ; RS 14,53 g/butir; maka dapat dihituns kandungan asam lemak Omega-3 pada perlakuan RL adalah 538 mg; RS 73 mg; RC 433 mg/butij telur . Hasil penelitian FARREL (1977) yang menggunakan 15% flax seed atau lin seed sebaga sumber asam lemak Omega-3 . Sebagai bahan pakan penyusun ransum ayam petelur, menghasilkar kandungan asam lemak Omega-3 adalah 417 mg/butin telur atau dapat diperhitungkar mengandung asam lemak Omega-3 adalah 26,71 mg/g kuning telur. Hasil penelitian FARREI tersebut di atas masih lebih rendah daripada perlakuan RL sebesar 38,80 mg dan RC 30,57 mq Omega-3/g kuning telur, tetapi lebih tinggi RS sebesar 4,99 mg/g dan ransum komersial RP 10,15 mg/g kuning telur . Telur Omega-3 yang telah dipasarkan di berbagai supermaket Bogor dan Jakarta, adalal produksi perusahaan peternakan ayam PT Sumber Inti Harapan Group Tangerang, kandungai asam lemak Omega-3 adalah 618 mg/butin telur, maka dapat dihitung kandungan Omega-3 adaaal 40,47 mg/g kuning telur dengan catatan berat telur 60 g/butin dan berat kuning telur 15,27 g, mak~ masih lebih tinggi dari hasil penelitian ini (RL, RS, RC) maupun RP. Bila dibandingkan ransun komersial (RP) tennyata penggunaan 4% minyak ikan lemuru meningkatkan kandungan asan lemak Omega-3 dalam kuning telur sebesar 280,77% dan penggunaan campuran 4% minyak ikai lemuru dan 2% minyk kelapa sawit meningkatkan kandungan asam lemak Omega-3 200% sedangkan penggunaan 4% minyak kelapa sawit menurunkan kandungan asam lemak Omegasebesar 104,21% dari RP. Kandungan Asam Lemak a,-Linoleat ( ALA, C20 : 3n-3) dalam kuning telur nyata (P<0,01 ; dipengaruhi oleh ransum perlakuan . Ini disebabkan perbedaan kandungan asam lemak a.-Linoleai (ALA) pada minyak ikan lemuru dan minyak kelapa sawit . Kandungan ALA dalam kuning teltu pada ransum RL sebesar 3,62 mg/g kuning telur nyata lebih tinggi (P<0,01), dibandingakar dengan ransum RC sebesar 3,08 mg/g kuning telur dan RS sebesar 1,64 mg/g kuning telur, tetap ransum RL 3,77 mg/g kuning telur berbeda nyata dengan RC, sedangkan kandungan ALA dalan kuning telur pada RS nyata lebih rendah (P<0,01), dibandingkan pada ransum RL dan RC Tingginya kandungan ALA pada kuning telur pada ransum RL karena pengaruh penggunaai minyak ikan lemuru dalam ransum . CAHYANTO et al. (1997) menyatakan bahwa minyak ikat lemuru mengandung ALA sebesar 0,89%, sedangkan pada ransum RS dipengaruhi Wet penggunaan minyak kelapa sawit yang mengandung ALA sebesar 0,11% (CAHYANTo et a/., 1997) Bila dibandingkan dengan ransum komersial (RP) kandungan ALA dalam kuning telur pada ALA lebih tinggi daripada kandungan ALA pada semua ransum perlakuan (RL, RS, RC) sepenti tersaj; dalam Tabel 3 . Kandungan Asam Lemak Eikosapentaenoat (EPA, C20 : 5n-3) dalam kuning telur sanga nyata (P<0,01), dipengaruhi oleh ransum perlakuan . Kandungan EPA dalam kuning telur pada ransum RL sebesar 4,23 mg/g kuning telur, nyata lebih tinggi dibanding ransum RC 3,12 mg/I kuning telur dan RS sebesar 0,08 mg/g kuning telur tetapi ransum RL tidak berbeda nyata dengan RC, sedangkan kandungan asam lemak EPA pada ransum RS nyata lebih rendah (P<0,01 dibandingkan ransum RL dan RC. Tingginya kandungan EPA dalam kuning telur pada ransum RL karena penggunaan minyak ikan lemuru dalam ransum . Menunit CAHYANTO et al. (1997), minyak ikan lemuru mengandung EPA sebesar 11,98% sedangkan pada ransum RS dipenganihi olel! minyak kelapa sawit yang tidak mengandung EPA (CAHYANTo et al., 1997) . Kandungan EPA yang tinggi pada ransum RC dipengaruhi oleh penggunaan minyak ikan lemuru dalam proporsi 540
Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner 1998
yang lebih besar (4%) dibandingkan penggunaan minyak kelapa sawit 2%. Bila dibandingkan ransum komersial (RP) ternyaata penggunaan minyak ikan lemuru meningkatkan kandungan EPA dalam kuning telur sebesar 35 kali dari ransum RL, sedangkan penggunaan minyak kelapa sawit menurunkan sebesar 1,5 kalinya dari ransum RS. Kandungan Asam Lemak Dokosaheksaenoat (DHA, C22: 6n-3) dalam kuning telur sangat nyata (P<0,01) dipengaruhi oleh ransum perlakuan . Kandungan DHA dalam kuning telur pada ransum RL sebesar 30,95 mg/g kuning telur nyata lebih tinggi (P<0,01) dibandingkan ransum RC sebesar 24,27 mg/g kuning telur dan RS sebesar 3,27 mg/g kuning telur sedangkan kandungan DHA pada ransum RS nyaata lebih rendah (P<0,01), dibandingkan dengan ransum RL dan RC tingginya kandungan DHA pada ransum RL karena pengaruh penggunaan minyak ikan lemuru dalam ransum. Minyak ikan lemuru mengandung ransum DHA sebesar 9,21% (CAHYANTO et al., 1997) . Sedangkan pada ransum RS dipengaruhi oleh penggunaan minyak kelapa sawit, di mana minyak kelapa sawit tidak mengandung DHA (CAHYANTO et al., 1997) . Kandungan DHA yang cukup tinggi pada ransum RC dipengaruhi oleh penggunaan minyak ikan lemuru dalam proporsi yang lebih besar 4% meskipun ada penambahan minyak kelapa sawit 2%. Bila dibandingkan ransum komersial (RP), penggunaan minyak ikan lemuru meningkatkan kandungan DHA dalam kuning telur sebesar 5 kalinya daripada RL dengan menggunakan minyak kelapa sawit menurunkan kandungan DHA dalam kuning telur sebesar 2 kali daripada RS. Kandungan Asam Lemak Omega-6 dalam kuning telur tidak nyata dipengaruhi oleh ransum perlakuan . Kandungan asam lemak Omega-6 dalam kuning telur pada ransum perlakuan berkisar 95,97-106,45 mg/g kuning telur . Hal ini dipengaruhi oleh penggunaan minyak kelapa sawit, lebili banyak mengandung asam lemak Omega-6 bila dibandingkan minyak ikan lemuru . Menurut CAHYANTO et al. (1997), minyak kelapa sawit mengandung 14,31% asain Lemak Omega-6 dan minyak ikan lemuru mengandung 4,77% asam lemak Omega-6 . Kandungan asain lemak Olnega-6 pada perlakuan ransum lebih tinggi jika dibandingkan telur Omega-3 komersial (PT Sumber Inti Harapan) yaitu sebesar 16,65 mg/g kuning telur (berdasarkan perhitungan) . Bila dibandingkan dengan ransum komersial (RP) kandungan asam Lemak Omega-6 pada semua perlakuan lebili rendah yaitu ransum RL 82,58%; RS 91,60% ; RC 89,89% dari ransum RP. Kandungan Asam Lemak Linoleat (C18 : 2n-6) dalam kuning telur tidak dipengaruhi oleh ransum perlakuan . Kandungan asam lemak fin oleat dalam kuning telur pada ransum perlakuan berkisar 87,98-95,91 mg/g kuning telur . Hal ini disebabkan kandungan asam lemak Linoleat dalam ransum pada semua perlakuan hampir sama, yaitu berkisar antara 1,52-2,13%, bila dibandingakan dengan ransum komersial (RP) ternyata perlakuan ramsum (RL, RS, RC) mengandung asain lemak Linoleat dalam kuning telur lebih rendah sebesar I kalinya dari ransum RP. Kandungan Asam Lemak Arakhidonat (C20 : 4n-6), dalam kuning telur sangat nyata (P<0,01) dipengaruhi oleh ransum perlakuan . Kandungan asain lemak Arakhidonat dalam kuning telur pada ransum RS sebesar 14,13 mg/g kuning telur nyata lebih tinggi (P<0,01) dibandingkan ransum RC sebesar 8,64 mg/g kuning telur dan RL sebesar 8,00 mg/g kuning telur, tetapi kandungan asam Lemak arakhidonat pada ransum RC tidak berbeda nyata dibandingkan ransum RL. Tingginya kandungan asam Lemak arakhidonat dalam kuning telur pada ransum RS diduga dipenganthi oleh konversi dari asam lemak linoteat yang tinggi (LANDS, 1986) . Asam lemak Linoleat banyak terdapat dalam minyak kelapa sawit . Menurut CAHYANTo et a/. (1997) minyak kelapa sawit mengandung 14,13% asain lemak Linoleat, sedangkan pada ransum RS menggunakan minyak kelapa sawit cukup tinggi (4%) . Rendahnya kandungan asam lemak arakhidonat dalam kuning telur pada ransum RL dipengaruhi oleh penggunaan minyak ikan lemuru yang hanya mengandung
Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner 1998
asam lemak linoleat sebesar 2,81% (CAHYANTO et al., 1997) . sehingga asam lemak arakhidon, yang dikonversi dari asam lemak linoleatnya pun menjadi rendah . Kandungan asam lemak pad ransum RC yang cukup tinggi diduga karena pengaruh penambahan minyak kelapa sawit sebes,(2%) meskipun terdapat penambahan minyak ikan lemuru (4%). Bila dibandingkan denga ransum komersial (RP), kandungan asam arakhidonat dalam kuning telur pada ransum perlakuan RL, RS, clan RC) lebih rendah . Perbandingan antara Asam Lemak Omega-3 clan Omega-6 dalam kuning telur sangat nyai (P<0,01) dipengaruhi oleh ransum perlakuan . Ratio asam lemak Omega-3 dan Omega-6 pac ransum RS (1 : 21,28) nyata lebih tinggi (P<0,01) dibandingkan ransum RL (1 : 2,48) dan RC 1 :3,51), tetapi perbandingan asam lemak Omega-3 clan asam lemak Omega-6 pada ransum RL tid2 berbeda nyata dibandingkan dengan ransum RC. Perbandingan tersebut belum sesuai dengan yar direkombinasikan NATIONAL INSTITUTE OF HEALTH RESEARCH AND DEVELOPMENT (1990) yar melaporkan bahwa ratio Omega-3 dan Omega-6 yang optimal bagi tubuh manusia adalah 1 : 4-1 Ratio asam lemak Omega-3 dan Omega-6 pada ransum komersial RP adalah (1 : 11,40 ) leb tinggi dibandingkan dengan ransum RL dan RC, dan lebih rendah dibandingakn pada ransum R' Perbandingan asam lemak Omega-3 dan Omega-6 yang optimal bagi tubuh manusia terseb berguna dalam hal pembentukan eicosanoid, yaitu suatu bahan yang menyerupai hormon dala tubuh, yang mengatur aktivitas biologis dalam jaringan tertentu . Eicosanoid tersebut dibenti dalam tubuh oleh asam lemak arakhidonat (LAND, 1990) . Produksi Eicosanoid yang berleb dalam tubuh akan menyebabkan gangguan kesehatan manusia. Asam lemak Omega-6 bersil antagonis dengan asam lemak Omega-3 . Peningkatan jumlah asam lemak Omega-3 menyebabkt lebih sedikitnya asam lemak arakhidonat yang terbentuk dari asam lemak linoleat (LAND, 1986) . KESIMPULAN Hasil penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut 1.
Penggunaan minyak ikan lemuru 4% dalam ransum ayam berpengaruh sangat nyata (P<0,0 clan lebih meningkatkan asam lemak Omega-3 clan turunannya yakni ALA, EPA, dan DH dalam kuning telur, jika dibandingkan penggunaan minyak kelapa sawit 4 % dalam ransum .
2.
Penggunaan minyak ikan lemuru 4% dan minyak kelapa sawit 4% clan campuran minyak ik; lemuru 4% dan minyak kelapa sawit 2% dalam ransum ayam tidak berpengaruh nya terhadap asam lemak Linoleat, tetapi berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap asam lem arakhidonat dalam kuning telur ayam.
3.
Ratio asam lemak Omega-3 : Omega-6 yang paling baik adalah pada ransum perlakuan RC . UCAPAN TERIMA KASIH
Penelitian ini dilaksanakan di Perusahaan Peternakan Ayam Palapa Jaya, Cicurug, Kabupat Sukabumi. Atas segala bantuan fasilitas dan kemudahan dalam penelitian ini, pemi mengucapkan terima kasih . Kepada Saudari : Herliani Yuhendi (D. 31 . 0569), Eni Windiastuti 31 . 0267) dan Adfiana Hemy Fermandez (D . 31. 0481) adalah mahasiswa Fakultas Peternak IPB, Bogor yang telah membantu pelaksanaan penelitian ini . Untuk itu penulis mengucapk banyak terima kasih.
542
Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner 1998 DAFTAR PUSTAKA AKMA,
M. and T. MATSUMOTO. 1978 . Effect of force feeding and dietary cellulase on liver lipid accumultion and composition of liver and plasma in growing chick. J. Nutr. 108 : 739-748. R. 1995 . Kemajuan Mutakhir Dalam Ilmu Makanan Ternak Unggas. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta.
ANGGORODI,
M. N, UMAR SANToso, ZUPRizAL, H. E. IwANTo, dan S . SASTRODIHARDJO. 1997 . Ekstraksi minyak mengandung asam lemak Omega-3 dari limbah industri ikan lemuru dan penggunaamlya dalam peningkatan kandungan asam lemak Omega-3. Lembaga Penelitian Universitas Gadjah Mada . Yogyakarta.
CAHYANTo,
FARREL, LUBiS,
D. J. 1977. The importance of egg in a health diet. 7 Poult Intern 36 (II): 72-79.
M. I. 1993 . Pengaruh minyak ikan lemuru dalam pakan terhadap respon vaskuler kera ekor panjang (Macaca fasacularis) yang hiperkolestrolemik . Disertasi . Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, Bogor. 1990 . Egg Science and Tecnology. Third Edition. Nutrition Research and Development Center, Bogor.
NATIONAL INTITUTE OF HEALTH RESEARCH AND DEVELOPMENT. NATIONAL RESEARCH CouNciL.
Washington . D. C.
ScoTT,
1994 . Nutrient Requirement
M. L., M. C. NESHEIM, dan R.J. Association . New York .
YOUNG.
of Poultry.
9th Ed . National Academy Press.
1982 . Nutrition of the Chicken. 3 rd. Ed . M. L.
ScoT T
and
M. E. 1967 . Fish Oils. Their Chemistry, Technology, Stability, Nutritional Properties, and Uses. The Avi Publising Company Inc. Westport. Connecticut .
STANSBY, STEEL,
R, G. D. and J. H. ToRRIE. 1993 . Prinsip dan Prosedur Statistika Suatu Pendekatan Biometrik. Edisi Kedua. Penerbit PT . Gramedia Utama. Jakarta. T. 1980 . Landasan Ilmu Nutrisi. Jilid Pertama. Departemen Ilmu Makanan Ternak, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Bogor.
SUTARDI,
E. 1995 . Kajian Teknologi Aktifitas Bentonit Dan Aplikasinya Untuk Pemurnian Minyak Kelapa Sawit. Skripsi. Fakultas Teknologi dan Pertanian Institut Pertanian Bogor. Bogor.
WINDIAsTUTi, YONG, M.
I. 1976 . Recent development in the malaysian palm oil industry . Planter, Kualalumpur 52 :26-33 .