PERFORMA PRODUKSI AYAM ARAB PETELUR YANG DIBERI JAMU TERNAK MELALUI AIR MINUM
SKRIPSI YUGI YUNARDI
DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012
i
RINGKASAN YUGI YUNARDI. D14096020. 2012. Performa Produksi Ayam Arab Petelur yang Diberi Jamu Ternak Melalui Air Minum. Skripsi. Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Pembimbing Utama
: Dr. Rudi Afnan, S.Pt., M.Sc.Agr.
Pembimbing Anggota : Ir. Widya Hermana, M.Si. Tanaman obat secara umum dikonsumsi oleh manusia untuk tujuan menjaga kesehatan atau sebagai pengobatan beberapa penyakit tertentu termasuk untuk ternak. Harga obat-obatan buatan pabrik (impor) sangat mahal sehingga tidak terjangkau oleh para peternak terutama peternak dalam skala menengah ke bawah dan semakin memburuk sejak krisis moneter yang terjadi di Indonesia. Peternak berupaya mencari alternatif lain dengan memanfaatkan beberapa tanaman obat sebagai bahan tradisional pengganti obat konvensional yang disebut jamu ternak. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari performa ayam Arab periode bertelur yang diberi jamu ternak melalui air minum. Penelitian dilaksanakan mulai dari bulan Juni sampai dengan Agustus 2011. Penelitian dilakukan di kandang C Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Bahan jamu yang digunakan yaitu kencur, bawang putih, jahe, lengkuas, kunyit, temulawak, daun sirih hijau, dan kayu manis yang masih segar, juga ditambah molasses dan EM4. Ternak yang digunakan pada penelitian ini adalah ayam Arab betina sebanyak 48 ekor yang berumur 19 minggu. Ayam dialokasikan ke dalam 3 perlakuan pemberian jamu ternak dalam air minum dengan dosis 5 ml/ekor/hari, 10 ml/ekor/hari dan kontrol. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 3 perlakuan dan 4 ulangan. Data diolah dan dianalisis ragam (ANOVA/Analysis of Variance) dan jika memberikan hasil yang berbeda nyata maka dilanjutkan dengan uji jarak Duncan. Peubah yang diukur adalah performa ayam Arab yang terdiri atas konsumsi ransum, konversi ransum, produksi telur, mortalitas, bobot telur, pertambahan bobot badan, dan jumlah telur. Hasil analisis ragam memperlihatkan bahwa pemberian jamu dalam air minum dengan dosis 10 ml/ekor/hari tidak mempengaruhi konsumsi pakan, bobot telur, dan pertambahan bobot badan, tetapi menurunkan konversi pakan, jumlah telur dan produksi telur (hen day production) dari 59,71% menjadi 43,86%. Jamu ternak tidak menyebabkan kematian pada ternak ayam Arab. Kesimpulan dari penelitian ini adalah penggunaan jamu ternak ke dalam air minum ternak ayam Arab tidak meningkatkan performa ayam Arab dan pada taraf 10 ml/ekor/hari menurunkan produksi telur. Kata-kata kunci: ayam Arab, jamu ternak, performa produksi
ii
ABSTRACT Laying Performance of Arab Hens Fed Herbs Mixture Trough Drinking Water Y. Yunardi, R. Afnan, and W. Hermana This research was conducted on June until August 2011 in the Faculty of Animal Science, Bogor Agricultural University to evaluate the laying performance of Arab hens fed herbs mixture trough drinking water. Herbs mixture was composed from lesser galangal, garlic, ginger, galangal, turmeric, ginger, green betel leaves, cinnamon, molasses and effective microorganisms (EM4). All herb materials were incubated for 5 days. Readily use herbs mixture was given to the hens through dringking water for three consecutive days in a week during 6 weeks experiment. A total of 48 of Arab hens age 19 weeks were kept and subjected to 3 different treatments of herbal mixture addition in drinking water. The treatments were no herbal mixture (P0), 5 ml/day (P1) and 10 ml/day (P2). This research was designed completely randomized (CRD). Data were subjected to analysis of variance (ANOVA) and the differences between treatments were tested by Duncan’s multiple range test. Variables measured were feed consumption, feed conversion, hen day production and mortality. The feed consumption revealed no significant differences among treatments. However, the feed conversion increased and hen day production decreased significantly at the higher level addition of herbal mixture. Herbs mixture showed no harmful effect on hens health. Keywords: Arab hens, herbs mixture, laying performances
iii
PERFORMA PRODUKSI AYAM ARAB PETELUR YANG DIBERI JAMU TERNAK MELALUI AIR MINUM
YUGI YUNARDI D14096020
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Peternakan pada Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012
iv
Judul
: Performa Produksi Ayam Arab Petelur yang Diberi Jamu Ternak Melalui Air Minum
Nama
: Yugi Yunardi
NIM
: D14096020
Menyetujui, Pembimbing Utama
Pembimbing Anggota
(Dr. Rudi Afnan, S.Pt., M.Sc.Agr.) NIP. 19680625 200801 1 010
(Ir. Widya Hermana, M.Si.) NIP. 19680110 199203 2 001
Mengetahui : Ketua Departemen, Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan
Prof. Dr. Ir. Cece Sumantri, M.Agr.Sc. NIP. 19591212 198603 1 001
Tanggal Ujian : 15 Juni 2012
Tanggal Lulus :
v
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Bogor, Jawa Barat pada tanggal 5 Juli 1988. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara, dari pasangan Bapak Beny Surya Atmaja dan Ibu Tenah. Tahun 1994 penulis masuk Sekolah Dasar Negeri (SDN) Mekar Jaya XII Depok dan lulus pada tahun 2000. Penulis melanjutkan ke Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) Yayasan Eka Wijaya Cibinong Kabupaten Bogor dan lulus tahun 2003. Penulis melanjutkan ke Sekolah Menengah Umum Negeri (SMUN) 1 Cibinong Kabupaten Bogor dan lulus tahun 2006. Tahun yang sama penulis diterima sebagai mahasiswa Program Keahlian Teknologi dan Manajemen Ternak, Direktorat Program Diploma III, Institut Pertanian Bogor, melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan lulus tahun 2009. Penulis diterima pada tahun yang sama sebagai mahasiswa Program Alih Jenis, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Petenakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif pada organisasi keagamaan yaitu organisasi Pemuda Agama Khonghucu Indonesia (PAKIN) Cimanggis dan Genta Suara Madya (GSM). Penulis menjadi ketua PAKIN periode 2009-2013 pada tahun 2009 dan menjadi wakil ketua GSM periode 2010-2014 pada tahun 2010.
vi
KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tian, Tuhan Yang Maha Esa atas berkat, rakhmat, karunia, dan ridha-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi ini. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana peternakan. Skripsi ini berjudul “Performa Produksi Ayam Arab Petelur Yang Diberi Jamu Ternak Melalui Air Minum”. Penelitian dilakukan di kandang C Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor, Bogor, dari bulan Juni sampai Agustus 2011. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mempelajari performa produksi ayam Arab petelur yang diberi jamu ternak melalui air minum. Jamu ternak yang dibuat berasal dari kencur, bawang putih, jahe, lengkuas, kunyit, temulawak, daun sirih hijau, dan kayu manis yang masih segar, ditambah molases dan EM4. Pengamatan dilakukan terhadap performa produksi ayam Arab meliputi konsumsi ransum, konversi ransum, produksi telur, bobot telur, jumlah telur, mortalitas, dan pertambahan bobot badan. Kesadaran akan kesehatan telah membawa perubahan tuntunan konsumen pada produk pangan hewani. Produk pangan diharapkan tidak hanya menyediakan kebutuhan gizi yang cukup, tetapi juga harus dapat memperhatikan pengaruh kesehatan konsumennya. Penggunaan tanaman obat mempunyai manfaat yang luas. Manfaat penggunaan tanaman obat bagi manusia dan ternak yaitu untuk meningkatkan daya tahan tubuh, pencegahan dan penyembuhan penyakit serta pemulihan kesehatan. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Kesempurnaan hanya milik Tuhan YME, kekhilafan berasal dari penulis. Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca umumnya. Amin.
Bogor, Juli 2012
Penulis
vii
DAFTAR ISI Halaman RINGKASAN .................................................................................................
ii
ABSTRACT ....................................................................................................
iii
LEMBAR PERNYATAAN .............................................................................
iv
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................
v
RIWAYAT HIDUP ........................................................................................
vi
KATA PENGANTAR ....................................................................................
vii
DAFTAR ISI ................................................................................................... viii DAFTAR TABEL ...........................................................................................
x
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................
xi
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................
xii
PENDAHULUAN ..........................................................................................
1
Latar Belakang ................................................................................... Tujuan ................................................................................................
1 1
TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................
2
Ayam Arab ......................................................................................... Jamu Ternak ....................................................................................... Kunyit ...................................................................................... Jahe .......................................................................................... Kencur ..................................................................................... Temulawak .............................................................................. Lengkuas ................................................................................. Bawang Putih .......................................................................... Kayu Manis ............................................................................. Daun Sirih Hijau ..................................................................... Molases .............................................................................................. Effective Microorganism (EM4) ........................................................ Penggunaan Jamu Ternak ..................................................................
2 3 4 5 6 6 7 8 9 10 11 11 12
MATERI DAN METODE ..............................................................................
15
Lokasi dan Waktu .............................................................................. Materi ................................................................................................. Ternak .................................................................................... Kandang ................................................................................. Pakan ...................................................................................... Jamu Ternak ........................................................................... Peralatan ................................................................................. Prosedur ............................................................................................. Persiapan Kandang ................................................................
15 15 15 15 15 16 16 16 16
viii
Pemeliharaan .......................................................................... Pemberian Jamu ..................................................................... Rancangan dan Analisis Data ............................................................ Perlakuan ............................................................................... Model ..................................................................................... Analisis Data .......................................................................... Peubah yang Diamati .............................................................
17 17 17 17 17 18 18
HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................................
20
Konsumsi Pakan ................................................................................ Produksi Telur .................................................................................... Bobot Telur ........................................................................................ Jumlah Telur ...................................................................................... Konversi Pakan .................................................................................. Mortalitas ........................................................................................... Pertambahan Bobot Badan .................................................................
20 21 24 24 24 25 26
KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................................
29
Kesimpulan ......................................................................................... Saran ...................................................................................................
29 29
UCAPAN TERIMA KASIH ..........................................................................
30
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................
31
LAMPIRAN ....................................................................................................
37
ix
DAFTAR TABEL Nomor
Halaman
1. Performa Produksi Telur Ayam Arab .............................................
3
2. Komposisi Nutrien Kunyit ..............................................................
5
3. Komposisi Kimia Bawang Putih Segar ..........................................
9
4. Komposisi Pakan Penelitian ...........................................................
15
5. Kandungan Nutrien Pakan Penelitian .............................................
16
6. Pengaruh Perlakuan Penambahan Jamu Ternak dalam Air Minum terhadap Performa Ayam Arab ........................................................
20
7. Kandungan Zat Aktif yang Terkandung dalam Jamu ......................
28
x
DAFTAR GAMBAR Nomor
Halaman
1. Ayam Arab ......................................................................................
3
2. Kunyit .............................................................................................
4
3. Jahe .................................................................................................
5
4. Kencur .............................................................................................
6
5. Temulawak ......................................................................................
7
6. Lengkuas .........................................................................................
8
7. Bawang Putih ..................................................................................
9
8. Daun Sirih .......................................................................................
10
9. Produksi Telur dari Minggu Awal Sampai Akhir Penelitian dengan Pemberian Jamu Ternak Melalui Air Minum ....................
22
xi
DAFTAR LAMPIRAN Nomor
Halaman
1. ANOVA Pengaruh Perlakuan terhadap Konsumsi Pakan ....................
38
2. ANOVA Pengaruh Perlakuan terhadap Produksi Telur .......................
38
3. ANOVA Pengaruh Perlakuan terhadap Bobot Telur ............................
38
4. ANOVA Pengaruh Perlakuan terhadap Jumlah Telur ..........................
38
5. ANOVA Pengaruh Perlakuan terhadap Konversi Pakan ......................
38
6. Uji lanjut Duncan Pengaruh Perlakuan terhadap Produksi Telur (Hen Day) .............................................................................................
39
7. Uji Lanjut Duncan Pengaruh Perlakuan terhadap Jumlah Telur ..........
39
8. Rataan Bobot Badan Ayam Arab pada Awal dan Akhir Penelitian .....
39
9. Suhu dan Kelembaban (Rh) Selama Penelitian ....................................
39
xii
PENDAHULUAN Latar Belakang Tanaman obat secara umum dikonsumsi oleh manusia untuk menjaga kesehatan atau sebagai pengobatan beberapa penyakit tertentu termasuk penggunaan untuk ternak. Harga obat-obatan buatan pabrik (impor) sangat mahal sehingga tidak terjangkau oleh para peternak terutama peternak dalam skala menengah ke bawah dan semakin memburuk sejak krisis moneter yang terjadi di Indonesia. Peternak berupaya mencari alternatif lain dengan memanfaatkan beberapa tanaman obat sebagai bahan tradisional pengganti obat konvensional yang disebut jamu ternak. Jamu ternak dapat dibuat dari kencur, bawang putih, jahe, lengkuas, kunyit, temulawak, daun sirih, dan kayu manis, serta ditambah molases dan Effective Microorganism (EM4) (Saenab et al., 2002). Tujuan pemberian molases yaitu sebagai sumber energi, mineral, dan pemberi rasa manis, sedangkan EM4 diberikan untuk mempercepat proses fermentasi dan menghambat bakteri patogen. Peternak ayam Kampung di Jakarta telah menggunakan racikan tanaman obat, yaitu jahe, temulawak, kunyit, dan kencur yang dibuat sendiri. Peternak unggas lokal umumnya memberikan jamu melalui pakan atau air minum. Manfaat penggunaan tanaman obat bagi manusia dan ternak yaitu untuk meningkatkan daya tahan tubuh, pencegahan dan penyembuhan penyakit, serta pemulihan kesehatan (Sulandari et al., 2007). Jamu ternak diberikan pada ayam Arab periode produksi melalui air minum untuk mempelajari pengaruh jamu ternak terhadap performa produksi ayam Arab. Pemberian jamu melalui air minum agar jamu lebih cepat terserap, mudah dan lebih terukur jumlah pemberiannya. Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari performa ayam Arab periode bertelur yang diberi jamu ternak melalui air minum dan menentukan level pemberian jamu yang optimum untuk produksi telur.
1
TINJAUAN PUSTAKA Ayam Arab Ayam Arab merupakan ayam lokal yang berasal dari wilayah Eropa. Ayam lokal petelur unggul di Eropa dikenal beberapa jenis antara lain bresse di Prancis, hamburg di Jerman, mesian di Belanda, dan braekels di Belgia. Diantara jenis ayam lokal tersebut, ayam braekels adalah jenis ayam lokal petelur introduksi yang paling dikenal di Indonesia. Ayam braekels mempunyai nama lain yaitu Gallus turcicus. Ayam Arab merupakan keturunan dari ayam braekles bersifat gesit, aktif, dan daya tubuhnya kuat (Diwyanto dan Prijono, 2007). Ayam Arab yang berada di Indonesia terdiri dari dua jenis yaitu ayam Arab Silver dan ayam Arab Merah Golden Red. Menurut asal usulnya, ayam Arab Silver diduga merupakan hasil persilangan antara ayam jantan Arab asli Silver braekels dengan betina lokal petelur. Ciri-ciri ayam Arab berwarna putih mengkilap sepanjang leher, bulu punggung putih berbintik hitam, bulu sayap hitam bergaris putih dan bulu ekor dominan hitam bercampur putih, jengger kecil berwarna merah dan mata berwarna hitam dan dilingkari warna kuning. Nataamijaya et al. (2003) menyatakan bobot badan ayam Arab jantan dewasa mencapai 1,5-1,8 kg dengan tinggi tubuh 30 cm sedangkan ayam Arab betina mencapai 1,1-1,2 kg dengan tinggi tubuh 22-25 cm. Ayam Arab memiliki keunggulan dibandingkan dengan ayam buras lain. Ayam Arab merupakan ayam yang jarang mengeram dan mempunyai produksi telur yang cukup tinggi yaitu mencapai 190-250 butir per tahun dengan berat telur 42,3 g (Rozi, 2003). Produktivitas ayam Arab yang dipelihara secara intensif dapat mencapai produksi telur sebesar 70% atau 250 butir per tahun. Kandungan protein telur ayam Arab relatif lebih tinggi, sedangkan kandungan lemaknya relatif lebih rendah dibandingkan dengan telur ayam lainnya (Susmiyanto et al., 2008). Kuning telur ayam Arab memiliki volume lebih besar yaitu mencapai 53,2% dari bobot telur. Warna kerabang telur sangat bervariasi yakni putih, kekuningan, dan coklat (Natalia et al., 2005). Performa produksi telur ayam Arab dapat dilihat pada Tabel 1.
2
Molases Molases merupakan hasil sampingan industri pengolahan dan pemurnian gula (Cheeke, 1999) dan berbentuk cairan kental berwarna hitam (Hasan dan Ishida, 1992). Molases atau yang biasa dikenal dengan tetes dapat digunakan sebagai bahan makanan ternak yang berenergi tinggi. Keunggulan penggunaan molases untuk pakan ternak adalah kadar karbohidrat tinggi (48%-60% sebagai gula), kadar mineral cukup, dan rasanya disukai ternak. Kadar kalium molases yang tinggi dapat menyebabkan diare jika konsumsinya terlalu banyak (Rangkuti et al., 1995). Kandungan karbohidrat, protein dan mineral cukup tinggi, sehingga sering digunakan untuk pakan ternak walaupun sifatnya hanya sebagai pendukung. Kelebihan tetes tebu adalah terletak pada aroma dan rasanya serta harganya murah. Penambahan dalam ransum dapat memperbaiki aroma dan rasa (Hasan dan Ishida, 1992). Effective Microorganism (EM4) EM4 merupakan kultur campuran dari mikroorganisme yang menguntungkan yaitu mikroorganisme inkubasi dan sintetik yang terdiri dari asam laktat, bakteri fotosintetik, Actinomycetes sp., Streptomycertes sp., ragi dan jamur pengurai sellulosa. EM4 bermanfaat menyehatkan ternak, mengurangi stres pada ternak, menyeimbangkan mikroorganisme dalam saluran pencernaan ternak, meningkatkan nafsu makan serta mengurangi polusi atau bau kandang dan lingkungan. Dosis penggunaan EM4 pada ayam potong yaitu 1 ml EM4 : 1 liter air putih dan tidak diberikan bersama dengan pemberian vaksin, vitamin maupun antibiotik (Awan, 2004). EM4
meningkatkan
kecernaan
dan
populasi
mikroorganisme
yang
menguntungkan dalam saluran pencernaan unggas sehingga dapat memperbaiki aktivitas pencernaan, meningkatkan kesehatan, menekan bakteri patogen, dan meningkatkan produktivitas. Fungsi mikroorganisme tersebut adalah menjaga keseimbangan mikroorganisme yang ada dalam saluran pencernaan sehingga memperbaiki absorpsi makanan dalam usus. Hal tersebut dapat meningkatkan pertumbuhan dan produksi serta antisipasi stres dengan cepat. Pemberian mikroorganisme pada ternak akan menurunkan pH di dalam usus yang dapat
11
menghambat pertumbuhan bakteri patogen seperti E. coli, Salmonella, Proteus dan Campylobacteria (Lokapirnasari, 2007). Ritonga (1992) bahwa penggunaan probiotik pada ternak unggas ternyata sangat menguntungkan karena dapat menghasilkan berbagai enzim yang dapat membantu pencernaan dan dapat menghasilkan zat antibakteri yang dapat menekan pertumbuhan mikroorganisme yang merugikan. Surung (2008) menyatakan bahwa penambahan EM4 dalam air minum dapat mengefisienkan pemberian pakan dan dapat meningkatkan pertambahan berat badan ayam buras. Penggunaan Jamu Ternak Penggunaan jamu ternak melalui air minum sebanyak 10-30 ml/ekor/hari pada ayam Arab umur 48 minggu dapat mengakibatkan konsumsi ransum dan produksi telur menurun serta konversi ransum menjadi kurang baik (Romantis, 2010). Wirapati (2008) menyatakan bahwa kencur bermanfaat untuk menambah nafsu makan dan dapat memperlancar aliran darah. Hasil penelitian Agustiana (1996), pemberian tepung kunyit sebanyak 0,6% dalam ransum dapat meningkatkan pertumbuhan bobot badan dan konsumsi ransum ayam pedaging umur 6 minggu, serta memiliki konversi ransum yang baik. Al-Sultan (2003) menyatakan pemberian 0,5%-1% tepung kunyit dalam ransum menghasilkan penampilan dan ketahanan tubuh yang baik pada ayam pedaging umur 5 minggu. Ini menandakan bahwa tepung kunyit dapat memperbaiki penampilan ayam pedaging. Aris et al. (2006) menyatakan bahwa interaksi antara tepung temulawak dan molasses pada itik peking umur 1-56 hari memberikan pengaruh yang nyata terhadap konsumsi ransum sedangkan terhadap pertambahan bobot badan dan konversi ransum tidak berpengaruh. Pengaruh tepung temulawak terhadap konsumsi ransum dan pertambahan bobot badan memberi pengaruh yang sangat nyata. Molases memberi pengaruh sangat nyata terhadap konsumsi ransum, pertambahan bobot badan sedangkan pada konversi ransum berpengaruh tidak nyata. Sinurat et al. (2009) menyatakan bahwa pemberian imbuhan pakan berupa antibiotik, tepung kunyit, tepung temulawak maupun campuran kunyit dan temulawak terhadap ayam broiler tidak berbeda nyata terhadap pertumbuhan, efisiensi penggunaan pakan, mortalitas, daya cerna zat gizi pakan dan persentase karkas ayam broiler. Hal ini
12
sama dengan yang dilaporkan oleh Mehala dan Moorthy (2008) dengan pemberian tepung kunyit dalam ransum ayam broiler sebanyak 0,1%-0,2% tidak mempengaruhi performa (pertumbuhan dan efisien penggunaan pakan). Namun beberapa penelitian menunjukkan bahwa imbuhan kunyit dapat meningkatkan performa ayam broiler (Samarasinge et al., 2003). Imbuhan temulawak nyata meningkatkan performa ayam petelur (Sinurat et al., 2008) dan ekstraknya dapat meningkatkan titer antibodi ayam petelur terhadap Avian Influenza (Priosoeryanto et al., 2008). Septinova (2006) menyimpulkan hasil penelitiannya terhadap ayam broiler bahwa konsumsi air minum, bobot karkas, bobot jantung, dan bobot lemak abdominal semakin menurun dengan bertambahnya tingkat temulawak, tetapi tidak ditemukan tingkat optimal pemberian temulawak pada performan dan karkas broiler. Tepung kunyit mengandung kurkumin (1%-5%) yang besifat anti bakteri dan minyak atsiri. Kurkumin dapat menghambat pertumbuhan bakteri terutama pada saluran pencernaan sehingga meningkatkan pertumbuhan. Minyak atsiri kunyit bersifat bakteriostatik terhadap E. coli (Susilowati et al., 1985). Hasil penelitian Oetomo (1993) melaporkan bahwa temulawak dapat meningkatkan konsumsi ransum pada tikus. Hermanu (2008) juga melaporkan bahwa ekstrak temulawak meningkatkan nafsu makan pada tikus albino. Yasni et al. (1991) melaporkan bahwa ekstrak temulawak dapat menurunkan konsumsi ransum pada tikus yang dibuat menderita diabetes. Penelitian Samarasinghe et al. (2003) menunjukkan bahwa tepung kunyit tidak menyebabkan perubahan konsumsi ransum bila diberikan dalam ransum ayam broiler hingga 0,3%. Demikian juga hasil penelitian pada ayam petelur menunjukkan bahwa penggunaan antibiotik dan tepung kunyit dengan dosis 125-500 mg kurkumin/kg pakan sebagai imbuhan pakan tidak nyata menyebabkan perubahan konsumsi ransum, tetapi pemberian antibiotik dan tepung temulawak dalam dosis 15 dan 30 mg kurkumin/kg pakan nyata menyebabkan penurunan konsumsi ransum (Sinurat et al., 2008). Sinurat et al. (2008) melaporkan bahwa penggunaan (antibiotik dan tepung kunyit dosis 125-500 mg kurkumin/kg pakan) dan (antibiotik dan tepung temulawak dosis 7,5-30 mg kurkumin/kg pakan) tidak nyata mempengaruhi bobot hidup ayam umur 35 hari. Bintang dan Nataamijaya (2005) melaporkan bahwa penggunaan tepung kunyit dosis 0,04% menghasilkan bobot hidup lebih berat dibanding ayam
13
yang diberi tepung kunyit dosis lebih dari 0,08%. Samarasinghe et al. (2003) juga melaporkan bahwa pemberian kunyit (Tumeric longa) sebanyak 1 g/kg dalam ransum broiler dapat meningkatkan pertumbuhan. Al-Sultan (2003) melaporkan bahwa pemberian kunyit (Curcuma longa) sebanyak 0,5% (5 g/kg ransum) dalam ransum adalah yang paling baik untuk meningkatkan pertambahan bobot hidup ayam broiler. Mide (2007) melaporkan bahwa ayam broiler yang diberi tepung temulawak sebanyak 0,35%-1,05% dalam ransum tidak menyebabkan perubahan yang berarti terhadap efisiensi penggunaan pakan (FCR). Herawati (2006) melaporkan bahwa ayam broiler yang diberi jahe merah dalam pakan hingga 2,0% dalam ransum memberikan pengaruh yang relatif baik pada pertambahan bobot badan, total konsumsi pakan yang lebih rendah, dan konversi pakan lebih baik. Yulrahman (2008) melaporkan bahwa kelompok ayam petelur yang diberi penambahan air rebusan daun sirih (5-12,5 ml/ekor/hari) ke dalam air minum tidak memberikan pengaruh nyata terhadap konsumsi ransum, konsumsi air minum, produktifitas telur Hen Day, berat telur, dan konversi ransum.
14
MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di kandang C Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Penelitian dimulai dari bulan Juni 2011 sampai dengan Agustus 2011. Materi Ternak Penelitian ini menggunakan 48 ekor ayam Arab betina berumur 19 minggu. Bobot badan rata-rata 1330,08 g ± 77,76 g. Ayam dialokasikan ke dalam 3 perlakuan dan 4 ulangan, setiap ulangan terdiri dari 4 ekor ayam. Kandang Kandang batere yang digunakan dalam penelitian ini berukuran panjang 110 cm x lebar 40 cm x tinggi 45 cm. Satu kandang batere terdiri dari dua ruang dan setiap ruang diisi dua ekor ayam. Kandang dilengkapi dengan tempat pakan dan tempat minum terbuat dari bambu dan diletakkan memanjang sesuai dengan panjang kandang batere. Kandang batere diletakkan di dalam kandang besar. Pakan Pakan yang digunakan adalah pakan yang disusun untuk memenuhi kebutuhan ayam petelur dengan komposisi dan kandungan nutrien pakan seperti pada Tabel 4 dan Tabel 5. Tabel 4. Komposisi Pakan Penelitian Nama Bahan Jagung
Jumlah (%) 48,30
Dedak Padi
12,20
Bungkil Kedelai
15,00
Tepung Ikan
9,30
Minyak
5,50
CaCO3
9,00
Premix
0,50
DL-Methionin
0,10
NaCl
0,10
Total
100,00
15
Tabel 5. Kandungan Nutrien Pakan Penelitian (Berdasarkan As fed) Nutrisi Bahan Kering (%)
Kandungan 85,55
Abu (%)
11,21
Protein Kasar (%)
15,35
Lemak Kasar (%)
4,12
Serat Kasar (%)
6,43
Kalsium (%)
5,17
Fosfor (%)
0,90
Energi Bruto (kkal/kg)
3707
Sumber : Hasil analisis Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan IPB tahun 2011
Jamu Ternak Bahan jamu yang digunakan merujuk pada bahan jamu yang digunakan oleh Saenab et al. (2002) yaitu kencur, bawang putih, jahe, lengkuas, kunyit, temulawak, daun sirih hijau, dan kayu manis yang masih segar, ditambah molasses dan EM4. Jamu yang dibuat berjumlah 3 liter. Bahan jamu dipotong-potong dan dihaluskan dengan blender kemudian disaring dan diambil cairan atau ekstraknya. Jamu ditempatkan dalam ember plastik. Jamu ditambahkan molases dan EM4 dan diencerkan dengan air bersih sampai campuran berjumlah 3 liter. Jamu dimasukkan ke dalam jirigen plastik berukuran 5 liter dan ditutup rapat. Jamu diinkubasi selama 5 hari. Jamu diaduk setiap hari. Peralatan Peralatan yang digunakan untuk membuat jamu ternak adalah blender, ember, jirigen plastik ukuran 5 liter yang digunakan untuk tempat inkubasi jamu ternak yang diproduksi, gelas ukur 50 ml dan saringan untuk menyaring jamu. Peralatan yang digunakan untuk pemeliharaan dan produksi adalah kandang batere, tempat pakan, tempat minum, egg tray, dan timbangan digital. Prosedur Persiapan Kandang Persiapan kandang dilaksanakan terlebih dahulu sebelum penelitian. Persiapan kandang meliputi sanitasi kandang, peralatan kandang, dan lingkungan sekitar kandang.
16
Pemeliharaan Ayam ditimbang untuk mengetahui bobot badan awal umur 19 minggu. Penimbangan selanjutnya dilakukan di akhir penelitian. Masa adaptasi dilakukan selama dua minggu untuk membiasakan ayam terhadap lingkungan dan konsumsi ransum perlakuan. Ayam ditimbang di awal dan akhir penelitian. Pakan diberikan dua kali sehari yaitu pagi dan sore hari. Ransum diberikan sebanyak 100 g/ekor/hari dan minum disediakan ad libitum. Sisa pakan ditimbang setiap minggu. Pengambilan telur dilakukan dua kali sehari yaitu pagi dan sore hari. Telur diberi kode sesuai perlakuan dan ditimbang. Pemberian Jamu Pemberian jamu dilakukan pada siang hari saat cuaca cukup panas dan diharapkan ayam sering minum sehingga jamu cepat habis dikonsumsi. Sebelum diberikan kepada ayam, jamu dicampur dengan air bersih terlebih dahulu sesuai dengan jenis perlakuan. Jamu dan air dicampur pada ember sampai merata. Ayam diberikan jamu pukul 10.00 pagi. Ayam dipuasakan minum air selama dua jam sebelum jamu diberikan pada ayam. Dosis jamu yang digunakan adalah 5 ml/ekor/hari ditambah 50 ml air pada perlakuan pertama dan 10 ml/ekor/hari ditambah 50 ml air pada perlakuan kedua. Setelah jamu habis, ayam diberi air minum ad libitum. Jamu diberikan selama tiga hari berturut-turut setiap minggu pada hari Sabtu, Minggu, dan Senin. Pemberian jamu selama 8 Minggu. Rancangan dan Analisis Data Perlakuan Perlakuan yang diberikan adalah : P0 : Kontrol (tidak diberi jamu) P1 : Pemberian 5 ml jamu dicampur ke dalam air minum sebanyak 50 ml/ekor/hari P2 : Pemberian 10 ml jamu dicampur ke dalam air minum sebanyak 50 ml/ekor/hari Model Percobaan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 3 perlakuan dan 4 ulangan (Steel dan Torrie, 1993). Model matematis dari rancangan tersebut adalah :
17
Yij = µ + Pi + єij Keterangan : Yij
: Nilai pengamatan performa produksi ayam dari pemberian jamu ke-i dan ulangan ke-j
µ
: Nilai rataan umum
Pi
: Pengaruh pemberian jamu ke-i (i = 0, 5 dan 10 ml/ekor/hari)
єij
: Pengaruh galat percobaan (pemberian jamu) dari perlakuan ke-i dan ulangan ke-j
Analisis Data Pengambilan data dilakukan selama delapan minggu. Data yang diperoleh dianalisis ragam (ANOVA). Perbedaan diantara perlakuan dilanjutkan dengan uji Duncan. Peubah yang Diamati Peubah yang diamati adalah : a. Konsumsi Ransum (gram/ekor) Konsumsi ransum dihitung dari selisih ransum yang diberikan (g) dengan sisa ransum (g) yang ada setiap minggu selama pemeliharaan. b. Konversi Ransum Konversi ransum diperoleh dari jumlah ransum yang dikonsumsi (g) dibagi dengan total bobot telur (g) selama penelitian. c. Produksi Telur (Hen Day) (%) Produksi telur diperoleh dari persentase jumlah telur yang dihasilkan dari jumlah ayam yang ada. d. Bobot Telur (g/butir) Bobot telur (g) diperoleh dari penimbangan telur setiap hari. e. Jumlah Telur (butir) Jumlah telur (butir) diperoleh dari produksi telur setiap hari. f. Mortalitas (%) Mortalitas dihitung berdasarkan pada jumlah ayam yang mati (ekor) selama penelitian dibagi dengan jumlah ayam awal (ekor) dikalikan 100%.
18
g. Pertambahan Bobot Badan (PBB) PBB diperoleh dari bobot badan akhir penelitian (g) dikurangi bobot badan awal penelitian (g).
19
HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh penambahan jamu ternak dalam air minum terhadap performa ayam Arab dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Pengaruh Perlakuan Penambahan Jamu Ternak dalam Air Minum terhadap Performa Ayam Arab Peubah yang Diamati
Kontrol
5 ml/ekor/hari
10 ml/ekor/hari
Konsumsi Ransum (gram/ekor)
93,38±0,95
92,73±2,24
92,63±1,92
Produksi Telur (Hen Day Production) (%)
59,71±2,23a
53,57±6,04a
43,86±7,75b
Bobot Telur (gram)
35,53±0,93
35,94±2,73
36,44±0,90
Jumlah Telur (butir)
133,75±4,99a
120±13,54a
95,75±14,66b
4,41±0,24a
4,87±0,51a
6,08±1,18b
0
0
0
291,63±36,26
307,63±46,36
325,19±77,56
Konversi Ransum Mortalitas (%) Pertambahan Bobot Badan (PBB) (gram/ekor/8 minggu)
Keterangan : Superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan hasil berbeda nyata (p<0,05)
`
Konsumsi Ransum Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa penambahan jamu ternak pada air minum ayam Arab tidak berpengaruh nyata terhadap konsumsi ransum. Konsumsi ransum tidak berbeda nyata antara perlakuan kontrol, perlakuan P1 (5 ml/ekor/hari), dan perlakuan P2 (10 ml/ekor/hari). Konsumsi
ransum
pada
penelitian
ini
yaitu
antara
92,63-93,38
gram/ekor/hari. Menurut acuan konsumsi pakan pembibitan dan peternakan ayam Arab Trias Farm (2011), kebutuhan pakan ayam Arab umur 26 minggu yaitu 90 gram/ekor. Konsumsi ransum pada perlakuan kontrol, P1, dan P2 lebih tinggi dari acuan konsumsi pakan yang ditentukan pembibitan dan peternakan ayam Arab Trias Farm. Menurut Murdiati (2002), tanaman obat yaitu kunyit, temulawak, dan jahe berguna meningkatkan nafsu makan. Konsumsi ransum pada penelitian ini lebih tinggi karena kunyit, temulawak, dan jahe memiliki zat aktif seperti kurkumin dan minyak atsiri. Kurkumin dapat menghambat pertumbuhan bakteri terutama pada saluran pencernaan sehingga meningkatkan pertumbuhan. Minyak atsiri kunyit
20
bersifat bakteriostatik terhadap E. coli (Susilowati et al., 1985). Herawati (2006) melaporkan bahwa ayam broiler yang diberi jahe merah dalam pakan hingga 2,0% dalam ransum memberikan pengaruh yang relatif baik pada pertambahan bobot badan, total konsumsi pakan yang lebih rendah, dan konversi pakan lebih baik. Bentuk ransum yang dikonsumsi adalah crumbel. Tetapi ada yang halus. Ini mungkin karena proses pembuatan pellet kurang baik. Bentuk ransum crumble lebih cepat habis, sedangkan bentuk ransum mash agak lama. Ayam lebih suka makan bentuk ransum crumble dari pada bentuk ransum mash, karena ayam lebih suka bentuk pakan butiran dan sulit makan ransum berbentuk mash. Bentuk ransum mash banyak tersisa di tempat pakan. Ayam memiliki sifat mengais-ngais tetapi ransum tidak banyak yang tercecer karena bentuk tempat pakan yang dalam dan cekung. Produksi Telur Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa penambahan jamu ternak pada air minum ayam Arab memberikan pengaruh yang nyata terhadap produksi telur (Tabel 6). Menurut acuan produksi pembibitan dan peternakan ayam Arab Trias Farm (2011), puncak produksi ayam Arab yaitu 78%-80% (pada umur 27 minggu) dengan rataan produksi yaitu 54%-58%. Ayam Arab merupakan ayam yang jarang mengeram dan mempunyai produksi telur yang cukup tinggi yaitu mencapai 190-250 butir per tahun (Rozi, 2003). Rataan produksi telur pada perlakuan kontrol dan P1 sesuai dengan acuan produksi yaitu masing-masing 59,71% dan 53,94%, tetapi perlakuan P2 yaitu 43,86% tidak sesuai dengan acuan produksi. Penambahan jamu ternak yang dicampur dalam air minum dengan dosis 10 ml/ekor/hari menurunkan produksi telur ayam Arab. Pertambahan bobot badan ayam Arab yang paling tinggi selama penelitian yaitu pada ayam Arab dengan penambahan jamu 10 ml/ekor/hari yaitu 325,19 gram/ekor. Hal ini merupakan salah satu penyebab produksi telur pada penambahan jamu 10 ml/ekor/hari menurun karena zat-zat nutrisi yang diperoleh dari ransum dikonversikan ke pertambahan bobot badan bukan ke produksi telur ayam Arab. Kurva produksi telur dapat dilihat pada Gambar 9. Menurut Suprijatna et al. (2005), apabila ayam dara mencapai dewasa kelamin, ovarium dan ovidak mengalami perubahan-perubahan sekitar 11 hari sebelum ayam dara bertelur pertama, yaitu kelenjar pituitari anterior memproduksi folicel stimulating hormone (FSH). Akibatnya, ukuran folikel ovarium bertambah.
21
Ovarium yang aktif mulai menghasilkan hormon estrogen, progesteron, dan testosteron (sex steroid). Tingkat estrogen plasma darah yang tinggi memulai perkembangan tulang mendulair, merangsang protein yolk, dan pembentukan lemak oleh hati. Sementara ukuran oviduk bertambah besar sehingga memungkinkan memproduksi protein albumen, membran kerabang, kalsium karbonat kerabang, dan kutikula. Yolk pertama menjadi dewasa karena sebagian besar bahan yolk yang diproduksi di hati dialirkan oleh darah langsung ke yolk. Satu atau dua hari kemudian, yolk kedua mulai berkembang, dan seterusnya, sampai pada saat telur pertama dikeluarkan sekitar 5-10 yolk sedang dalam proses perkembangan. Yolk tersusun atas lemak (lipida) dan protein yang bergabung membentuk lipoprotein. Sepertiga bagian gabungan tersebut adalah fraksi yang rendah densitasnya (low density fraction/LDF) dan diketahui disintesis oleh hati melalui kerja estrogen. Pada ayam betina yang sedang produksi, LDF tidak tampak pada plasma darah sebagai partikel utuh untuk penimbunan secara langsung pada folikel ovarium yang sedang Berkembang (Suprijatna et al., 2005). 90.00
Produksi Telur Hen Day (%)
80.00 70.00 60.00 50.00 P0
40.00
P1
30.00
P2
20.00 10.00 0.00 19
20
21
22
23 Umur (Minggu)
24
25
26
Gambar 9. Produksi Telur Tiap Minggu Selama Penelitian dengan Pemberian Jamu Ternak Melalui Air Minum. P0= Kontrol (Tidak Diberi Jamu); P1= Peberian Jamu 5 ml/ekor/hari; P2= Pemberian Jamu 10 ml/ekor/hari.
22
Produksi telur perlakuan P2 menurun kemungkinan karena adanya interaksi zat aktif seperti tanin dalam jamu yang digunakan. Menurut Widodo (2002), dalam tubuh unggas khususnya ayam, pemberian pakan yang mengandung tanin sebesar 0,33% tidak membahayakan, akan tetapi apabila kadar tanin dalam pakan sebesar 0,5% ataupun lebih maka akan mulai memberikan pengaruhnya dengan menekan pertumbuhan dan produksi ayam karena tanin menekan retensi nitrogen dan penurunan daya cerna asam-asam amino yang seharusnya dapat diserap oleh villivilli dan dimanfaatkan untuk pertumbuhan serta perkembangan jaringan tubuh. Gejala yang ditimbulkan bila mengkonsumsi tanin berlebih adalah pertumbuhan yang lambat, nafsu makan yang berkurang karena rasa pahit pada tanin, kaki tidak normal (pengkor) dan kemampuan memproduksi telur berkurang. Cannas (2008) menyatakan bahwa kandungan tanin 0,5%-2% pada pakan unggas menyebabkan efek merugikan yaitu menekan pertumbuhan dan produksi telur, sedangkan pada level 3%-7% dapat menyebabkan kematian. Wanti (2004) melaporkan bahwa penambahan air rebusan daun dan batang sambiloto (mengandung tanin, saponin, dan flavonoid) ke dalam air minum ayam petelur dengan dosis 22,5 ml menunjukkan hasil yang tidak mempengaruhi produktivitas hen day. Hal yang sama dinyatakan oleh Fru-Nji et al. (2007) bahwa pemberian field pea (jenis legume yang mempunyai kandungan tanin yang tinggi) dalam ransum ayam petelur tidak mempengaruhi produksi telur hen day. Sedangkan menurut Santoso et al. (2005), penambahan ekstrak daun katuk (mengandung tanin dan flavonoid) dalam pakan dapat meningkatkan produktivitas hen day. Perlakuan yang terbaik yaitu pada perlakuan P1 (5 ml/ekor/hari). Diduga karena zat aktif dalam jamu yang tepat dosisnya dalam kombinasi jamu dan adanya efek dari kombinasi bahan yang bersifat saling melengkapi, berefek positif terhadap performans. Kandungan zat aktif yang terdapat dalam jamu penelitian yaitu minyak atsiri, kurkumin, saponin, flavonoid, anti oksidan, anti mikroba, polifenoid, glikosida sterol, dan tanin. Minyak atsiri adalah suatu zat berbentuk cair, berbau harum, segar, berguna untuk pengobatan, bumbu masak dan kosmetik. Zat kurkumin yang terkandung di dalam kunyit mempunyai khasiat anti bakteri yang merangsang dinding kantong empedu untuk mengeluarkan cairan empedu supaya pencernaan lebih sempurna (Sidik et al., 1995). Senyawa fenolik kurkumin yang berasal dari
23
kunyit (Curcuma longa) bersifat antiinflamasi dan antioksidan (Masuda dan Jitoe, 1994). Gambar 9 menunjukkan bahwa produksi telur pada awal penelitian perlakuan kontrol (tidak diberi jamu) lebih tinggi dari perlakuan P1 dan P2. Tetapi pada akhir penelitian produksi telur perlakuan P1 menyamai perlakuan P0. Produksi telur P1 dan P2 setiap minggu mengalami peningkatan. Tetapi produksi telurnya tidak setinggi perlakuan P0. Bobot Telur Hasil analisis ragam menunjukan bahwa penambahan jamu ternak pada air minum ayam Arab tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap bobot telur. Bobot telur selama penelitian memiliki kisaran antara 35,53-36,44 gram. Menurut Susmiyanto (2005), bobot telur ayam Arab berkisar antara 35-45 gram/butir. Pemberian jamu yang diberikan dalam air minum ayam Arab tidak mempengaruhi bobot telur. Kandungan bawang putih dalam jamu tidak membawa efek buruk terhadap bobot telur seperti yang dikemukakan oleh Safaa (2007) bahwa pemberian bubuk bawang putih sebesar 2,0% tidak berpengaruh terhadap bobot telur. Jumlah Telur Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa penambahan jamu ternak pada air minum ayam Arab memberikan pengaruh yang nyata (p<0,05) terhadap jumlah telur. Jumlah telur tertinggi selama penelitian dihasilkan pada perlakuan tanpa pemberian jamu yaitu 133,75 butir dan jumlah telur terendah pada perlakuan pemberian jamu 10 ml/ekor/hari yaitu 95,75 butir. Penambahan jamu ternak yang dicampur dalam air minum menurunkan produksi telur ayam Arab. Hal ini disebabkan karena zat-zat nutrisi yang diperoleh dari ransum dikonversikan ke pertambahan bobot badan ayam Arab. Tepung kunyit mengandung kurkumin (1%-5%) yang besifat anti bakteri dan minyak atsiri. Kurkumin dapat menghambat pertumbuhan bakteri terutama pada saluran pencernaan sehingga meningkatkan pertumbuhan (Susilowati et al., 1985). Konversi Ransum Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa penambahan jamu dalam air minum ayam Arab memberikan pengaruh yang nyata terhadap konversi ransum.
24
Konversi ransum menjadi tidak baik dengan penambahan jamu pada air minum ayam Arab dibandingkan pada perlakuan kontrol. Konversi ransum tertinggi dihasilkan pada perlakuan dengan penambahan jamu 10 ml/ekor/hari dengan nilai 6,08. Penelitian Romantis (2010) menunjukkan konversi ransum pada pemberian jamu dengan taraf 20 ml/ekor yang dilarutkan ke dalam air minum sebanyak 154 ml/ekor/hari yaitu 4,02. Hal ini berarti ternak sangat tidak efisien dalam mengkonversi ransum menjadi telur. Konversi ransum sangat terkait dengan konsumsi ransum dan produksi telur selama penelitian, semakin rendah nilai konversi ransum maka semakin efisien ternak dalam menggunakan ransum. Hal ini berbeda dengan pernyataan Hanura dan Sumang (2008) yang menyatakan bahwa penggunaan jamu ternak sebagai campuran air minum pada ternak ayam buras berpengaruh nyata menurunkan konversi ransum. Mortalitas Mortalitas adalah angka yang menunjukkan jumlah ayam yang mati selama pemeliharaan. Nilai mortalitas diukur melalui rasio antara jumlah seluruh ayam yang mati dengan jumlah total ayam yang dipelihara. Persentase kematian merupakan salah satu parameter yang sering digunakan untuk bahan evaluasi pemeliharaan tiap minggu dan juga menjadi salah satu penentu keberhasilan dalam suatu usaha peternakan. Kematian ayam tidak terjadi pada masing-masing perlakuan yaitu pelakuan kontrol, P1, dan P2. Jamu ternak yang diberikan pada ayam Arab tidak mengakibatkan kematian terhadap ayam Arab. Penelitian ini sejalan dengan Agustina (2006) yang menyatakan bahwa pemberian ramuan herbal yang terdiri dari kencur, temulawak, lengkuas, jahe, kunyit, bawang putih, bawang merah, lengkuas, daun sirih, belimbing wuluh, kemangi, temulawak, temu hitam serta molasses dapat meningkatkan daya tahan tubuh dengan mencegah pertumbuhan parasit. Diwyanto dan Prijono (2007) menyatakan bahwa tanaman obat mengandung senyawa aktif yang bersifat sebagai antiviral, anti bakteri dan immunomodulator. Komponen senyawa aktif ini berguna untuk menjaga kesegaran tubuh serta memperlancar peredaran darah. Manfaat penggunaan tanaman obat bagi manusia dan ternak yaitu untuk meningkatkan daya tahan tubuh, pencegahan dan penyembuhan penyakit serta pemulihan kesehatan (Sulandari et al., 2007).
25
Raharjo dan Rostiana (2003) melaporkan bahwa kandungan temulawak (Curcuma xanthorrhiza) yang terdapat pada jamu ternak mampu meningkatkan sistem immunitas tubuh. Ternak yang diberi jamu kebal terhadap penyakit dan kotorannya tidak berbau. Rimpang temulawak terbukti berkhasiat dalam menyembuhkan berbagai macam penyakit seperti gangguan liver (hati), hepatitis, perlemakan hati, diare, asma dan dapat mengatasi gangguan cacing pita (Sidik et al., 1995). Pertambahan Bobot Badan Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa penambahan jamu ternak pada air minum ayam Arab tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertambahan bobot badan. Pertambahan bobot badan pada penelitian ini yaitu antara 291,63325,19 gram/ekor/hari. Pertambahan bobot badan pada perlakuan P2 lebih tinggi dari perlakuan P0 dan P1. Hal ini dikarenakan pada kencur terdapat beberapa senyawa aktif yaitu saponin, flavonoid, polifenoid dan alkaloida dalam jumlah sedikit yang mempunyai peranan pada proses metabolisme (Wirapati, 2008). Menurut Sidik et al. (1995) bahwa zat kurkumin yang terkandung di dalam kunyit mempunyai khasiat anti bakteri yang merangsang dinding kantong empedu untuk mengeluarkan cairan empedu supaya pencernaan lebih sempurna. Sinurat et al. (2008) melaporkan bahwa penggunaan antibiotik dan tepung kunyit dosis 125-500 mg kurkumin/kg pakan dan antibiotik dan tepung temulawak dosis 7,5-30 mg kurkumin/kg pakan tidak nyata mempengaruhi bobot hidup ayam umur 35 hari. Bintang dan Nataamijaya (2005) melaporkan bahwa penggunaan tepung kunyit dosis 0,04% menghasilkan bobot hidup lebih berat dibanding ayam yang diberi tepung kunyit dosis lebih dari 0,08%. Samarasinghe et al. (2003) juga melaporkan bahwa pemberian kunyit (Tumeric longa) sebanyak 1 g/kg dalam ransum broiler dapat meningkatkan pertumbuhan. Demikian juga Al-Sultan (2003) melaporkan bahwa pemberian kunyit (Curcuma longa) sebanyak 0,5% (5 g/kg ransum) dalam ransum adalah yang paling baik untuk meningkatkan pertambahan bobot hidup ayam broiler. Tepung kunyit mengandung kurkumin (1%-5%) yang besifat anti bakteri dan minyak atsiri. Kurkumin dapat menghambat pertumbuhan bakteri terutama pada saluran pencernaan sehingga meningkatkan pertumbuhan. Minyak atsiri kunyit bersifat bakteriostatik terhadap E. coli (Susilowati et al., 1985). Herawati (2006)
26
melaporkan bahwa ayam broiler yang diberi jahe merah dalam pakan hingga 2,0% dalam ransum memberikan pengaruh yang relatif baik pada pertambahan bobot badan, total konsumsi pakan yang lebih rendah, dan konversi pakan lebih baik. Herawati (2006) melaporkan bahwa kelompok ayam broiler yang mendapatkan pakan tambahan jahe merah 1,5% dalam ransumnya memiliki laju pertambahan bobot badan yang lebih tinggi dibandingkan kelompok lain karena pakan tambahan jahe merah mengakibatkan proses pencernaan (digestion) berlangsung lebih baik. Penambahan jahe merah dalam ransum diduga juga menyebabkan proses pencernaan pakan terstimulasi, sehingga konversi pakan menjadi daging berjalan lebih optimal. Jahe merah memiliki sifat sebagai digestan dan stimulan. Kandungan zat aktif yang terkandung dalam jamu dapat dilihat pada Tabel 7.
27
28 Tabel 7. Kandungan Zat Aktif yang Terkandung Dalam Jamu ZatAktif Actinomycertessp Alkaloida Anti Mikroba Anti Oksidan Anti Septik AsamLinoleat Asparigin BakteriFotosintetik EnzimProteolitik (Zingibian) Flavonoid FraksiMetanol Galangol Gingerol Glikosida Sterol JamurPenguraiSelulosa Karbohidrat Kurkumin Lemak Methyleinnamate Mineral Mineral Fosfor (P) Mineral Kalium (K) Mineral Kalsium (Ca) Mineral Magnesium (Mg) MinyakAtsiri MO Inkubasi Polifenoid Protein Ragi Saponin Sintetik (AsamLaktat) Streptomycertessp Tanin Vitamin A Vitamin B 6 Vitamin C
Kunyit
Jahe
Kencur
Temulawak
Lengkuas
B. Putih
KayuManis
DaunSirih
Molases
EM4
Jumlah
V
1 1 2 3 1 1 1 1 1 3 1 1 1 2 1 5 3 4 1 4 2 2 3 2 7 1 2 6 1 3 1 1 2 1 1 1
V V V
V
V V V
V V V V V
V V V
V
V
V
V V V V V
V
V V V
V
V
V
V
V
V V V
V
V
V V V V V V
V V V V V
V
V
V V
V V
V V
V
V V
V
V
V V
V
V
V V V V
V V V
V
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Penggunaan jamu ternak ke dalam air minum ayam Arab periode bertelur sebanyak 10 ml/ekor/hari mengakibatkan produksi telur menurun dan konversi ransum tinggi. Saran Perlu dilakukan penelitian terhadap pemberian jamu ternak untuk menentukan taraf terbaik antara 0-5 ml/ekor/hari agar menghasilkan produksi telur yang tinggi. Pakan penelitian selanjutnya diharapkan dalam bentuk crumble butirannya lebih banyak agar pakan habis dikonsumsi. Perlu dilakukan penelitian terhadap pemberian jamu ternak pada ayam Arab periode grower atau ayam broiler yang diarahkan sebagai ayam potong untuk mengetahui pertambahan bobot badan.
29
UCAPAN TERIMA KASIH Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tian, Tuhan Yang Maha Besar atas segala berkat, rahmat, karunia, dan bimbinganNya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ayahanda Beny Surya Atmaja, Ibunda Tenah, dan Adik Tika Tentiana tercinta yang senantiasa memberi doa, kasih sayang, bimbingan, dan semangatnya hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Dukungan yang telah beliau berikan baik moril maupun materil tidak akan pernah dapat penulis lupakan. Semoga Tian, Tuhan Yang Maha Besar senantiasa merakhmati dan membimbing mereka semua. Penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada Dr. Rudi Afnan, S.Pt., M.Sc.Agr. selaku dosen pembimbing utama dan Ir. Widya Hermana, M.Si. selaku dosen pembimbing anggota yang telah membimbing, mengarahkan, dan memberi masukkan selama penelitian dan penyusunan skripsi, dan Dr. Ir. Rukmiasih, MS. selaku dosen pembahas seminar yang memberi banyak masukan untuk penulisan skripsi. Kepada Dr. Ir. Rukmiasih, MS, Dr. Ir. Rita Mutia, M. Agr, dan Dr. Ir. Afton Atabany, M. Si. selaku dosen penguji sidang yang banyak memberi saran dan arahan. Tak lupa penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Ibu Lanjarsih yang telah banyak membantu penulis dalam pelaksanaan penelitian, kepada Pak Warim, M. Johan Saputra, dan Hendri selaku rekan penelitian, kepada Merlyn Priwahyuningsih, Abdul Farid, Septiana, dan teman-teman alih jenis yang tidak dapat disebutkan satu-persatu. Kepada Pak Mul, Pak Ucup, dan Pak Albet yang telah memberikan dukungan kepada penulis selama pelaksanaan penelitian. Kepada teman-teman Pemuda Agama Khonghucu Indonesia (PAKIN) Cimanggis, Remaja Agama Khonghucu Indonesia (RAKIN) Cimanggis, dan Wiena Marcelina yang telah memberikan dukungan selama penyusunan skripsi ini. Semoga Tian, Tuhan Yang Maha Besar memberikan karunia, rahmat, dan berkahNya kepada kita semua. Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya. Amin. Bogor, Juli 2012 Penulis
30
DAFTAR PUSTAKA Agustiana, A. 1996. Penggunaan tepung kunyit (Curcuma domestica) dalam ransum terhadap penampilan dan daya tahan tubuh ayam pedaging. Skripsi. Fakultas Peternakan, Intitut Pertanian Bogor, Bogor. Agustina, L. 2006. Penggunaan ramuan herbal sebagai feed additive untuk meningkatkan performans broiler. Prosiding Lokakarya Nasional Teknologi dalam Mendukung Usaha ternak Unggas Berdayasaing. Hal: 47-52. Al-Sultan, S. I. 2003. The effect of curcuma longa (Tumeric) on overall performance of broiler chickens. J. Poultry Science. 2 (5): 351-353. Aris, S., E. Mirwandhono. & Emmyliam. 2006. Pemanfaatan tepung temulawak (Curcuma xanthorriza roxb.) dan molasses dalam ransum terhadap performa dan income over feed cost (iofc) itik peking umur 1-56 hari. USU-e Journals. 2 (2): 67-71. Awan. 2004. Terapkan EM4, Kematian Ayam Turun. Forum Indonesia, Jakarta. Azima, F. 2008. Kayu manis. http://www.jamitra.com. [3 Desember 2012] Bintang, I. A. K. & A. G. Nataamijaya. 2005. Pengaruh penambahan tepung kunyit terhadap performans broiler. Pros, Seminar Nasional teknologi Peternakan dan Veteriner. Bogor, 12-13 September 2005. Puslitbang Peternakan, Bogor. hlm. 773-777. Cannas, A. 2008. Tannins. www.cornelluniversity.edu/Cornellpoisonplant/Toxic Agents/Tannin/. html [2 April 2012] Cheeke, P. R. 1999. Applied Animal Nutrition. Feeds and Feeding 2nd Edition. Prentice Hall, Upper Saddle River, New Jersey. Darwis, S. N. 1991. Potensi sirih (Piper Betle Linn) sebagai tanaman obat. Warta Tumbuhan Obat Indonesia I (1) : 11-12. Diwyanto, K. & S. N. Prijono. 2007. Keanekaragaman Sumber Daya Hayati Ayam Lokal Indonesia: Manfaat dan Potensi. Pusat Penelitian Biologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Bogor. Fru-Nji, F., J. E. Niess, & E. Pfeffer. 2007. Effect of graded replacement of soybean meal by faba beans (Vicia faba L.) or field peas (Pisum sativum L.) in rations for laying hens on egg production and quality. J. Poultry Sci. 44: 34-41. Haruna, S. & Sumang. 2008. Pemanfaatan jamu sebagai campuran air minum pada ternak ayam buras. J. Agrisistem : 4(1) : 1-6. Hasan & M. Ishida. 1992. Effect of urea treatment level on nutritive value of oil palm fronds silage in Kedah Kelantan Bulls. Animal Science Congress, Bangkok. Herawati. 2006. Pengaruh penambahan fitobiotik jahe merah (zingiber officinale rosc) terhadap produksi dan profil darah ayam broiler. J. Protein. 137-141.
31
Hermanu, L. S. 2008. The effect of temulawak extract (Curcuma xanthorrhiza Roxb) to the appetite of male albino rats using leptin test. The First Int. Symp. On Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb). Bogor, 27-29 Mei 2008. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Abstract. P13.p. 61. Itokawa, H. & K. Takeya. 1993. Antitumor subtances from higher plants. Heterocycles 35: 1467-1501. Lokapirnasari, W. P. 2007. The effect of effective microorganism to feed consumption and body weight of broiler chicken. J. Protein. 14 (1): 37-40. Masuda, T. & A. Jitoe. 1994. Antioxidative and anti-imflamatory compounds from tropical ginggers. J.Agric.Food Chem. 42 (9): 1850-1856. Matondang, I. 2007. Tumbuhan Obat. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tumbuhan Obat. Universitas Nasional Jakarta, Jakarta. Mehala, C. & M. Moorthy. 2008. Production performance of broiler fed with Aloe vera and Curcuma longa (Tumeric). Int. J. Poult. Sci. 7: 852-856. Mide, M. Z. 2007. Konversi ransum dan income over feed and chick cost broiler yang diberi ransum mengandung berbagai level tepung rimpang temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb). Buletin Nutrisi dan Makanan Ternak Vol. 6 (2): 21-26. Miranti, L. 2009. Pengaruh konsentrasi minyak atsiri kencur (Kaempferia galangal L) dengan basis salep larut air terhadap sifat fisik salep dan daya hambat bakteri Staphilococus aureus secara invitro. Fakultas Farmasi, Universitas Muhammadiyah, Surakarta. Muchtadi, T. R. & Sugiyono. 1992. Ilmu Pengetahuan Bahan Pangan. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Diretorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Pusat Antar Universitas. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Murdiati, T. B. 2002. Obat tradisional melengkapi obat konvensional. Infovet. 93 : 46. Nataamijaya, A. G., A. R. Setioko, B. Brahmantiyo, & K. Diwyanto. 2003. Performans dan karakteristik tiga galur ayam lokal (Pelung, Arab dan Sentul). Prosiding Seminar Nasional Teknologi Pertanian dan Veteriner. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Bogor. Natalia, H., D. Nista, Sunarto & D. S. Yuni. 2005. Pengembangan Ayam Arab. Balai Penelitian Ternak Unggul Sembawa, Palembang. Natarajan, C. P. & Y. S. Lewis. 1980. Technology of ginger and turmeric. In. M. K. Nair, T. Premkumar, P. N. Ravindron and Y. R. Sarman. 1989. Ed. Proceding of the National Seminar on Binger and Turmeric Centre Plantation Corp Research Institute Karala, Karala, India. Oetomo, T. K. P. 1993. Pengaruh dari infus rimpang Curcuma xanthorrhiza Roxb. terhadap nafsu makan tikus putih. In: Widowati, L., B. Dzulkarnain, D. Sundari, & O. D. (Eds.). 1996. Penelitian Tanaman Obat di beberapa Perguruan Tinggi di Indonesia VIII. Pusat Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan RI, Jakarta.
32
Pelczar, M. J. & E. C. S. Chan. 1988. Dasar-dasar Mikrobiologi 2. Terjemahan R. S. Hadioetomo, T. Imas, S. S. Tjitrosomo & S. L. Angka. UI Press, Jakarta. Pramono, S. 1994. Etil P-Metoksisinamat. Identitas rimpang kencur (Kaempferia galanga L.). Prosiding Seminar Nasional IV Tumbuhan Obat Indonesia. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Bandung. Prayogo, B. & Sutaryadi. 1991. Pemanfaatan sirih untuk pelayanan kesehatan primer. Warta Tumbuhan Obat Indonesia. 1 (1): 9-11. Priosoeryanto, B. P., E. Djauhari, L. K. Darusman, & W. Nurcholis. 2008. Activities of temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb) on antibody titer and phagocytosismactivity and capacity of phagocytic cells of avain influenza (AI)-vaccinated chicken. The First Int. Symp. On Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb). Bogor, 27-29 Mei 2008. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Abstract P 10. p. 29. Purseglove, J. W., E. G. Brown, C. L. Green & S. R. J. Robbins. 1981. Species. Vol 2, Longman London and New York. Raharjo, M. & O. Rostiana. 2003. Standar prosedur opersional budidaya temulawak. Sirkular No. 8. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Balittro, Bogor, Hal. 33-38. Rangkuti, M., A. Musofie, P. Sitorus, I. P. Kompiang, N. Kusumawardhani, & A. Roesjat. 1995. Pemanfaatan daun tebu untuk pakan ternak di Jawa Timur. Seminar Pemanfaatan Limbah Tebu untuk Pakan Ternak. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian, Jakarta. Reynold, J. E. 1992. Martindale the Extra Parmacopeia. 28th Edition. The Parmaceutical Press, London. Page 688-689. Ritonga, H. 1992. Beberapa cara menghilangkan mikroorganisme pathogen. Majalah Ayam dan Telur No. 73: 24-26. Romantis, T. 2010. Penambahan jamu ternak dalam air minum terhadap uji daya hambat bakteri salmonella dan escerichia coli serta performa ayam Arab petelur. Skripsi. Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Rostiana, O. & D. S. Effendi. 2007. Perbenihan dan budidaya pendukung varietas unggul kencur. Bahan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan, Bogor. Rozi, T. 2003. Ayam arab dan potensinya. J. Informasi Teknologi Pertanian. 1 (1) : 13-14 Saenab, A., B. Bakri, Darmanto, T. Ramdhan, & S. V. Lotulung. 2002. Kajian berbagai dosis dan frekuensi pemberian jamu untuk perbaikan kualitas daging pada ayam buras potong. Laporan Akhir. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Wilayah DKI Jakarta, Jakarta. Safaa, M. H. 2007. Efefect of dietary garlic or fenugreek on cholesterol metabolism in laying hens. Egypt. Poult. Sci. 27: 1207-1221. Samarasinghe, K., C. Wenk, K. F. S. T. Silva & J. M. D. M. Gunasekera. 2003. Turmeric (Curcuma longa), root powder and manan oligosacharides as
33
alternative to antibiotic in broiler chicken diets. Asian-Aust. J. Anim. Sci. 16: 1495-1500. Santoso, U., J. Setianto & T. Suteky. 2005. Effect of Sauropus androgymus (katuk) extract on egg production and lipid metabolism in layers. Asian-Aust. J. Anim. Sci. 18 (3): 364-369. Septinova, D. 2006. Pengaruh cara dan tingkat pemberian temulawak (Curcuma xanthorriza roxb.) terhadap performans dan karkas broiler. Tesis. Program Sarjana Universitas Lampung, Lampung. Sidik, M., W. Moelyono, & A. Muhtadi. 1995. Temulawak. Seri Pustaka Tanaman Obat. Yayasan Pengembangan Obat Bahan Alam. Phyto Medica, Bogor. Sinurat, A. P., T. Purwadaria, D. Zainuddin, N. Bermawie, M. Rizal, & M. Raharjo. 2008. Utilization of plant bioactives for laying hens. The First Int. Symp. On Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb). Bogor, 27-29 Mei 2008. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Abstract. P25. p. 74. Sinurat., P. Arnold., T. Purwadaria, A. K. Bintang, P. P. Ketaren, N. Bermawie, Raharjo, & M. Rizal. 2009. Pemanfaatan kunyit dan temulawak sebagai imbuhan pakan untuk ayam broiler. J. Ilmu Ternak dan Veterinar 14 (2): 9096. Soedarsono, A. Pudjoanto, D. Gunawan, S. Wahyuono, I. A. Donatus, M. Drajad, S. Wibowo, & Ngatidjan. 1996. Tumbuhan Obat, Hasil Penelitian. Sifat-sifat dan Penggunaan. Pusat Penelitian Obat Tradisional, UGM, Yogyakarta. Soemiati, A. & B. Elya. 2002. Uji pendahuluan efek kombinasi anti jamur infus daun sirih (Piper betle L), kulit buah delima (Punica granatum L) dan rimpang kunyit (curcuma domestica Val.) terhadap jamur Candida albicans. Departemen Farmasi. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, Depok. Steel, R. G. D. & J. H. Torrie. 1993. Prinsip dan Prosedur Statistika. Suatu Pendekatan Biometrik. Terjemahan: M. Syah. Edisi ketiga. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Sugiati, S. & J. R. Hutapea. 1991. Investaris Tanaman Obat Indonesia. Jilid 1. Depkes RI. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Jakarta. Sulandari, S., M. S. A. Zein, S. Paryanti, T. Sartika, A. Astuti, T. Widjastuti, E. Sudjana, S. Darana, I. Setiawan, & D. Garnida. 2007. Sumber Genetik Ayam Lokal Indonesia. Keanekaragaman Sumberdaya Hayati Ayam Lokal Indonesia. Manfaat dan Potensi. Pusat Penelitian Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Jakarta. Hal: 45-67. Suprijatna, E., U. Atmomarsono, & R. Kartasudjana. 2005. Ilmu Dasar Ternak Unggas. Cet. 1. Penebar Swadaya, Jakarta. Surung, Y. 2008. Evaluasi penyuluhan pemberian jamu pada air minum untuk meningkatkan berat badan ayam buras fase starter. J. Agrisistem. 4 (2): 6776.
34
Susilowati, S., Bambang, & D. Wahyu. 1985. Pengaruh daya anti mikroba dari rimpang Curcuma domestica Val. terhadap bakteri Escerichia coli. Pros. Simposium Nasional Temulawak Unpad, Bandung. hlm. 174-180. Susmiyanto. 2005. Studi kasus peternakan hasil silangan ayan arab dengan ayam kampung di Desa Bantarpanjang Sukajadi Bogor. Tesis. Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Susmiyanto, M. Kooswardhono, & Suryahadi. 2008. Studi kasus peterrnakan hasil silangan ayam Arab dengan ayam Kampung di Desa Bantarpanjang Sukajadi Bogor. J. Manajemen Pengembangan Industri Kecil Menengah. 35 (2): 11-27. Trias Farm. 2011. Pembibitan dan Peternakan Ayam Arab. PT. Trias Farm Bogor, Bogor. Undriyani. 1987. Pengaruh bubuk jahe terhadap aktivitas pertumbuhan beberapa mikroba penyebab kerusakan bahan pangan. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian. IPB, Bogor. Wanti, A. P. 2004. Performans ayam petelur umur 33-40 minggu yang diberi air rebusan daun dan batang sambiloto (Andrographis paniculata Ness.). Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Weber, E. 2003. Invasive Plant Spesies of the World: A Reference Guide to Environmental Weeds. CABI Publishing, Wallingford. Widodo, W. 2002. Nutrisi dan Pakan Unggas Kontekstual. Fakultas Peternakan Universitas Muhammadiyah Malang, Malang. Wijayakusuma, H., S. Dalimartha, & A. S. Wirian. 1996. Tanaman Berkhasiat Obat di Indonesia Jilid IV. Pustaka Kartini, Jakarta. Wirapati, I. D. P. 2008. Efektivitas pemberian tepung kencur (Kaempferia galangal linn) pada ransum ayam broiler rendah energy dan protein terhadap performan ayam broiler, kadar kolesterol, persentase berat hati, dan bursa fabrisius. Skripsi. Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Yasni, S., I. Katsumi, & S. Michihiro. 1991. Effects of an Indonesian Medicinal plant, Curcuma xanthorrhiza Roxb. on the levels of serum glucose, and triglyceride, fatty acid desaturation, and bile acid excretion in Streptozotocininduced diabetic rats. Agric. Biol. Chem. 55: 3005-3010. Yuharmen, Y., Y. Eryanti, & Nurbalatif. 2002. Uji aktivitas antimikrobia minyak atsiri dan ekstrak methanol lengkuas (Alpina galanga). J. Nature Indonesia. 4 (2) : 178-183. Yulrahman, R. 2008. Performa ayam petelur umur 21-27 minggu yang diberi air rebusan daun sirih (Piper betle Linn.) pada air minum. Skripsi. Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Zaenuddin, D. & I. W. T. Wibawan. 2007. Biosekuriti dan manajemen penanganan penyakit ayam local. Editor. Diwyanto, K dan S. T. Prijono. Keanekaragaman Sumber Daya Hayati Ayam Lokal Indonesia: Manfaat dan Potensi. Pusat Penelitian Biologi. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Bogor.
35
Zulaikhah, S. T. 2005. Analisis faktor-faktor yang berhubungan dengan pencemaran mikroba pada jamu gendong di kota Semarang. Tesis. Program Pasca Sarjana. Universitas Diponegoro, Semarang.
36
LAMPIRAN
37
Lampiran 1. ANOVA Pengaruh Perlakuan terhadap Konsumsi Pakan Sumber Keragaman Perlakuan
Db
JK
KT
F-hitung
P
2
1.3511
0.67556
0.21
0.8136
Galat
9
28.8014
3.20015
Total
11
30.1525
Keterangan: tidak nyata
Lampiran 2. ANOVA Pengaruh Perlakuan terhadap Produksi Telur Sumber Keragaman Perlakuan
Db
JK
KT
F-hitung
P
2
510.795
255.398
7.55
0.0119
Galat
9
304.608
33.845
Total
11
815.403
Keterangan: berbeda nyata
Lampiran 3. ANOVA Pengaruh Perlakuan terhadap Bobot Telur Sumber Keragaman Perlakuan
Db
JK
KT
F-hitung
P
2
1.6434
0.82172
0.27
0.7691
Galat
9
27.3567
3.03964
Total
11
29.0002
Keterangan: tidak nyata
Lampiran 4. ANOVA Pengaruh Perlakuan terhadap Jumlah Telur Sumber Keragaman Perlakuan
Db
JK
KT
F-hitung
P
2
3850.67
1925.33
21.82
0.0004
Galat
9
794.25
88.25
Total
11
4644.92
Keterangan: berbeda nyata
Lampiran 5. ANOVA Pengaruh Perlakuan terhadap Konversi Pakan Sumber Keragaman Perlakuan
Db
JK
KT
F-hitung
P
2
5.9770
2.98852
5.26
0.0306
Galat
9
5.1092
0.56768
Total
11
11.0862
Keterangan: berbeda nyata
38
Lampiran 6. Uji Lanjut Duncan Pengaruh Perlakuan terhadap Produksi Telur (Hen Day) Perlakuan
Rataan
Grup Keseragaman
P0
59.710
A
P1
53.572
A
P2
43.863
B
Lampiran 7. Uji Lanjut Duncan Pengaruh Perlakuan terhadap Jumlah Telur Perlakuan
Rataan
Grup Keseragaman
P0
133.75
A
P1
120
A
P2
95.75
B
Lampiran 8. Rataan Bobot Badan Ayam Arab pada Awal dan Akhir Penelitian Rataan Bobot Badan (g) -----------------------------------------------------------------Awal Akhir
Perlakuan
P0 P1 P2 Total
1323,81±79,72 1316,81±87,01 1349,62±66,18 1330,08±77,76
1615,44±157,00 1624,43±150,18 1674,81±151,90 1638,23±152,07
Lampiran 9. Suhu dan Kelembaban (Rh) Selama Penelitian Perlakuan
Suhu (oC) RH (%) --------------------------------- --------------------------------Minimum Maksimum Minimum Maksimum
Pagi Siang Sore
22 32 26,8
30,9 34,6 33,8
56 35 42
99 56 81
39