PEMIKIRAN SOSIALISME DALAM TAFSIR FI ZHILAL AL-QUR'AN KARYA SAYYID QUTHB
Abdul Djalil Ya'cob Fakultas Ushuluddin IAIN Ar-Raniry Jl. T. Nyak Arief No. 128, Kota Banda Aceh Email: djalilya‟
[email protected]
ABSTRAK Salah satu hal yang cukup penting adalah menyangkut kehidupan sosial kemasyarakatan di dunia Barat dikenal dengan istilah sosialisme. Istilah ‘sosialisme’ ini mulai digunakan paling tidak sejak awal abad ke-19. Dimana sosialisme pada awal kehadirannya adalah anti-tesis dari kapitalisme, meliputi segala nilai, moral, tata berpikir, susunan kemasyarakatan dan cara kerja yang ada di bawah kapitalisme mendapatkan lawannya di bawah sosialisme. Disamping itu di dunia Islam dikenal Sosialisme Islam, dimana Islam sangat menghargai hak-hak dan kebebasan setiap warga negara dalam menjalankan aktivitasnya sehari-hari, sesuai dengan kemampuan dan Islam juga sangat menjamin dan melindungi harga diri (kehormatan) semua warga negara dan kebutuhan mereka, sosialisme-Islam menjamin kehidupan yang layak dan masa depan yang cerah. Sayyid Quthb yang merupakan tokoh yang menjadi objek kajian ini merupakan salah seorang yang cukup dikenal dalam pemikiran tentang Sosialisme Islam. Konsep-konsep yang ia tawarkan memiliki nilai akademis yang cukup tinggi. Ini dapat dibuktikan dengan pemikirannya tentang Sosialisme tersebut di dalam karyanya. Sayyid Quthb menjelaskan sebuah sistem yang berbeda dengan sistem yang ditawarkan oleh kristen Dan Komunisme. Islam memandang manusia sebagai satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan antara kebutuhan rohani dan kebutuhan jasmaniahnya, antara kebutuhan spiritual dan kebutuhan materialnya. Kata Kunci: Sosialisme dalam al-Qur'an, Fi Zhilal al-Qur'an, Sayyid Quthb PENDAHULUAN Dalam aliran sosialisme Karl Marx yang populer dengan istilah Marxisme di Eropa, upaya untuk mencapai masyarakat sosialis hampir sepenuhnya dipahami oleh sebagai perjuangan kelas buruh di bawah pimpinan partai-partai sosialis. Memang Eropa pada saat itu bangkit dalam perekonomiannya, tetapi di balik itu ternyata mengundang banyak kekecewaan dalam hal upah buruh yang bekerja di pabrik-pabrik. Kaum pemilik modal dalam hal kerja telah memperkosa hak-hak buruh, kaum buruh sangat tergantung hidupnya dari kaum kapital. Sosialisme sebagai gerakan pertama kali muncul di Perancis setelah revolusi yang dipimpin oleh Francois Babeuf, Filippo Buonarrotti dan Louis Al-Mu‘ashirah Vol. 8, No. 2, juli 2011
181
Auguste Blanqui. Pemikir sosialis lainnya sperti Comte de Saint-Simin, Charles Faurier, bersama Ftienne Cabet di Perancis dan Robert Owen bersama William Thomson di Inggris, meyakini adanya kemungkinan perdamaian dan transformasi gradual menuju sebuah masyarakat sosialis dengan mendirikan komunitas eksperimental, akan tetapi kemudian para pemikir sosialis berikutnya menyebutnya dengan label utopia. Melalui gerakan sosialisme yang diusung, wujud aksinya adalah menentang segala nilai, moral, tata-berpikir, susunan kemasyarakatan dan cara kerja yang ada di bawah kapitalisme. Kalangan kapitalisme mendewakan kepentingan pribadi, maka sosialisme mendahulukan kepentingan orang banyak. Dan sosialisme juga berbuat demi pemerataan kesejahteraan. Oleh karena itu dengan dilatar-belakangi faktor penindasan ekonomi dalam masyarakat dan reaksi terhadap kondisi yang ada sehingga muncul terminologi pembebasan. Adapun dalam konteks dunia Islam, sosialisme Islam di Mesir merupakan negara pertama yang menerapkannya secara resmi. Ketika itu Nasser bercita-cita mengubah Mesir menjadi negara industri modern yang menjamin keadilan dan persamaan bagi semua warganya. Mereka bertujuan menghapus perbedaan kelas, membebaskan kaum tertindas, serta mengamankan hak-hak mereka. Berkaitan dengan kelas, tujuan sosialisme Islam di Mesir bukanlah menciptakan masyarakat tanpa kelas, tetapi menciptakan kondisi ketika kelas-kelas yang berbeda di dalam masyarakat menjalankan fungsinya secara sah, bebas dari dominasi dan pemerasan, serta hidup berdampingan secara damai. Sayyid Quthb merupakan salah satu pengusung Sosialisme Islam selain versi resmi negara Mesir. Bukunya yang diberi judul al-Adalah alIjtima'iyyah (Sosialisme Islam) adalah sebagai sebuah alternatif sistem sosial. Dan ini menjadi fokus tulisan ini dengan mengkaji konsep Sosialisme dalam al-Qur'an menurut pemikiran Quthb. SKETSA BIOGRAFI SAYYID QUTHB 1. Historis Sayyid Quthb nama lengkapnya Sayyid Quthb Ibrahim Husein Syazali. Dilahirkan pada 9 Oktober 1906 di sebuah desa yang bernama Moshah, sebuah kota kecil di wilayah Assyut Mesir. Kemudian berpindah ke desa lain yang bernama Halwan, daerah pinggiran Kairo pada tahun 1919. Akhir kehidupan Sayyid Quthb gugur di tiang gantungan pada tanggal 20 Agustus 1966. Ia dikenal sebagai tokoh yang totalitas berjuang untuk agamanya, menyerahkan seluruh hidupnya untuk Allah, seorang mukmin yang begitu kuat keyakinannya. Sayyid Qutb mendapat pendidikan pertama di rumah dari orang tua yang kuat beragama. Pada usia 6 tahun, Quthb diantar ke sekolah rendah di kampungnya, Assyut. Dan pada usia 7 tahun ia mulai menghafal al-Qur‟an. Dalam tiga tahun berikutnya, ia telah menghafal seluruh al-Qur`an. Dia memperoleh kesempatan masuk ke Tajhiziyah Dar al-'Ulum
(nama lama dari Universitas Cairo). Kemudian pada tahun 1929, ia kuliah di Dar al-'Ulum. Ia memperoleh gelar Sarjana Muda Pendidikan pada tahun 1933.
Sewaktu bekerja sebagai pengawas sekolah pada Departemen 182
Abd. Djalil Ya’cob: Konsep Sosialisme dalam Tafsir fi Zhilal al-Qur’an…
Pendidikan, Sayyid Quthb mendapat tugas belajar ke Amerika Serikat untuk memperdalam pengetahuannya di bidang pendidikan. Ia tinggal dua tahun di Amerika. Ia membagi waktu studinya antara Wilson’s Teacher’s College di Washington, dengan Greeley College di Colorado, dan Stanford University di California. Kemudian ia mengunjungi banyak kota-kota di Amerika Serikat serta sempat pula berkunjung ke Inggris, Swiss, dan Italia. Hasil studi dan pengalamannya itu meluaskan wawasan pemikirannya mengenai problemaproblema social kemasyarakatan yang ditimbulkan oleh paham materialisme yang gersang akan paham ketuhanan. Ketika kembali ke Mesir, ia semakin yakin bahwa Islamlah yang sanggup menyelamatkan manusia dari paham materialisme, sehingga terlepas dari cengkeraman materi yang tak pernah terpuaskan. Setelah selama 25 tahun hidup dengan al-Aqad, sebuah kelompok seni dan syair. Sayyid merasakan ketidak-benaran dalam langkah yang dia ambil. Akhirnya sekitar tahun 1945, setelah beliau menyaksikan Hasan al-Banna, pendiri al-Ikhwan dibunuh, Sayyid merasa simpati dan kemudian mengkaji sosok Hasan al-Bana. Kemudian tahun 1951 dia bergabung bersama dengan al-Ikhwan. Karena aktifitasnya dianggap menentang pemerintah, pada tanggal 13 Juli 1955 Pengadilan Rakyat menghukumnya 15 tahun kerja berat. Ia ditahan di beberapa penjara di Mesir hingga pertengahan tahun 1964. Ia dibebaskan pada tahun itu atas permintaan Abdul Salam Arif, Presiden Irak, yang mengadakan kunjungan muhibah ke Mesir. Akan tetapi baru setahun ia menikmati kebebasan, kembali ia ditangkap bersama tiga orang saudaranya: Muhammad Qutub, Hamidah dan Aminah; juga ikut serta ditahan kira-kira 20.000 orang lainnya, di antaranya 700 wanita. Presiden Nasser lebih menguatkan tuduhannya bahwa Ikhwan al-Muslimin berkomplot untuk membunuhnya. Hal ini didukung oleh legalitas konstitusi Mesir berdasarkan UndangUndang Nomor 911 Tahun 1966, presiden mempunyai kekuasaan untuk menahan tanpa proses, siapapun yang dianggap bersalah, dan mengambil alih kekuasaannya, serta melakukan langkah-langkah serupa itu. Sehingga penindakan tanpa proses sangat mudah dilakukan oleh pemerintah Mesir. Dia bergabung bersama jama‟ah ini selama kurang lebih 15 tahun sampai akhirnya meninggal dunia. Sayyid Quthb bersama dua orang temannya menjalani hukuman mati pada tanggal 29 Agustus 1966. Pemerintah Mesir tidak menghiraukan protes yang datang dari berbagai organisasi Islam di dalam dan luar negeri, bahkan dari Organisasi Amnesti Internasional. Dalam hal ini pemerintahan Mesir, juga berdalih bahwa pemikiran Sayyid Quthb yang sangat radikal dan penuh emosional dalam memahami agama Islam sangat berbahaya. Semasa hidupnya Sayyid telah menulis lebih dari 20 buku, yang meliputi berbagai bidang seperti sastra, pendidikan, ekonomi, kemasyarakatan, filsafat dan keagamaan. Awal karir penulisan, ia menulis dua buah buku mengenai keindahan dalam al-Qur‟an, al-Taswir al-Fanni fi al-Qur’an dan Musyahidat al-Qiyamah fi al-Qur’an. Adapun beberapa karya Sayyid Quthb yang lain adalah: Haza al- Din, al-Mustaqbal li hadza al-Din, Al-Mu‘ashirah Vol. 8, No. 2, juli 2011
183
Khashaish tashawwur al-Islami, Ma’alim fi Thariq, dan tafsir Fi Zhilal alQur`an. Pesan utama yang ditekankan Quthb di dalam tulisan-tulisannya adalah konsep al-Tauhid dari sudut al-Uluhiyyah. Menurutnya inti dari Tauhid Uluhiyyah adalah hak Allah dari sudut al-Hakimiyyah dan al-Tasyri’ (pembuatan peraturan). Serta banyak lagi buku-buku yang umumnya diterbitkan oleh Dar al-Syuruq, Kairo. Buku Ma'alim fi al-Thariq (Rambu-rambu di Jalan) dan tafsir Fi Zhilal al-Qur’an (Di Bawah Naungan al-Qur‟an) karangan Sayyid Quthb merupakan dua karya yang paling banyak berpengaruh dalam ide ini. Kedua kitab ini, terutama Ma'alim, sering dianggap sebagai buku yang menyebarkan ide radikalisme. Pada bulan Agustus 1966 Mahkamah Militer menjatuhkan hukuman gantung kepada tokoh Ikhwanul Muslimin termasuk diri Sayiid Quthb. Dengan sebuah senyum pada hari Senin, di waktu fajar menyingsing tanggal 29 Agustus 1966, beliau meninggal dunia di tiang gantung sebagai jalan untuk menemui Allah. Selama dalam masa penahanan, beliau menulis kitab tafsir al-Qur‟an yang sangat populer Fi Zhilal al-Qur’an yang saat ini banyak dijadikan kitab referensi dalam berbagai kajian. 2. Pemikirannya Salah satu fenomena dunia Islam akhir abad ke-19 sampai dewasa ini adalah munculnya wajah Islam sebagai doktrin gerakan. Untuk beberapa waktu, semangat pergerakan diperlukan untuk menggairahkan umat Islam agar lebih peduli terhadap ajaran agamanya. Dan dalam bidang pemikiran kontemporer Islam yang bersifat Islami dihubungkan dengan modern yang identik dengan Barat. Beberapa pemikir Islam yang merintis dan menunjukkan ajaran-ajaran Islam dalam kehidupan pemerintahan dan kenegaraan. Para intelektual yang menonjol sepanjang abad ke-20 di antaranya adalah Hasan al-Banna, Abul A‟la al-Maududi, Sayid Qutub, Sayid Hawwa, Khomeini, Ali Syari‟ati, Murtadha Mutahhari, Hassan al-Turabi dan lain-lain. Mereka telah mengibarkan ajaran-ajaran Islam dari al-Qur‟an dan Sunnah agar umat kembali menggali warisan abadi yang sempat tertimbun oleh proses peracunan oleh Barat. Asy-Syaukanie menyebutkan tipologi pemikiran Arab kontemporer. Salah satunya adalah tipologi ideal-totalistik diwakili oleh mayoritas pemikir keagamaan yang sangat committed kepada Islam sebagai doktrin seluruh aspek kehidupan. Kelompok ini percaya sepenuhnya kepada doktrin Islam sebagai satu-satunya alternatif untuk kebangkitan kembali sejarah kegemilangan kaum Muslim. Menurut kelompok ini, umat Islam harus kembali kepada ajaran asli Islam, yaitu al-Qur'an dan al-Hadith. Usaha penyucian Islam dari ajaran-ajaran asing baik yang berasal dari dalam (bid'ah kaum Muslim) maupun dari luar (Barat dan modernitas) menjadi agenda utama untuk mencapai keaslian ajaran Islam (al-Ashlah al-Islamiyah). Dalam pandangan tipologi ini kemunduran yang dialami kaum Muslim sekarang ini disebabkan jauhnya mereka dari ajaran Islam. Dan al-Banna beserta pembaharu Muslim sebelumnya seperti 184
Abd. Djalil Ya’cob: Konsep Sosialisme dalam Tafsir fi Zhilal al-Qur’an…
Muhammad Abduh (1849-1905) yang memulai gerakan intelektualnya dengan ide besar Pan-Islamisme. Kemudian dilanjutkan oleh Jamaluddin al-Afghani (1839-1897). Mereka percaya bahwa kelemahan dan kerentanan Muslim terhadap dominasi Eropa (Barat) adalah disebabkan oleh penyimpangan kaum Muslim dari Islam „sejati‟. Kenyataan ini menunjukkan bahwa kebangkitan pertama di Dunia Arab dipelopori oleh para ulama, namun mereka belum banyak menyentuh pemikiran politik negara untuk memecahkan problema negara-negara Arab yang diwarisi dari Barat. Pemikiran kebangkitan Islam secara umum telah memberikan kontribusi yang signifikan bagi perjuangan nasional dan kemerdekaan, sebab pemikiran tersebut berkonsentrasi pada masalah-masalah dan konsep-konsep keterbelakangan. Adapun Sayyid Quthb merupakan seorang intelektual dan pemikir Islam. Andil Quthb dalam perkembangan pemikiran Islam di Mesir adalah dengan menggagas ulang ide Kebangkitan juga Universalitas Islam dan memperbarui corak Kalam Qadariyyah, yang notabenenya berseberangan dengan mazhab yang dianutnya, Asy‟ariyyah. Perkembangan pemikiran Quthb dapat dilihat dari perjalanan intelektualnya. Setelah selama 25 tahun hidup dengan al-Aqad, sebuah kelompok seni dan syair. Sayyid merasakan ketidakbenaran dalam langkah yang dia ambil. Akhirnya sekitar tahun 1945, setelah beliau menyaksikan Hasan al-Banna, pendiri al-Ikhwan dibunuh, Sayyid merasa simpati dan kemudian mengkaji sosok Hasan al-Bana. Pada tahun 1951, ia bergabung bersama dengan al-Ikhwan. Beliau bergabung bersama jamaah ini selama kurang lebih 15 tahun sampai akhirnya meninggal dunia, setelah dihukum mati oleh Rezim Nasser. Adapun buah pemikiran Quthb telah dituangkan dalam karya-karyanya. Dengan demikian, dia bisa disebut seorang pengarang yang produktif, pendidik dan sekaligus juga sebagai seorang politikus terutama dalam kalangan Ikhwanul Muslim. Disamping itu juga karya nya menunjukkan bahwa dia adalah seorang mufassir. Berkembanglah pemikiran Sayyid Quthb dalam karyanya Fi Zhilal alQur'an dan al-Ma'alim fi al-Thariq yang mengecam penyembahan terhadap negara dan fanatisme nasional. Pemikir al-Ikhwan al-Muslimun ini mengabstraksikan konsep-konsep al-Hakimiyah dan tauhid di atas ungkapanungkapan, batasan, kemaslahatan, dan realitas, serta mengarahkan hukumhukum kepada dimensi-dimensinya yang absolut. Pemikiran tegas Sayyid Quthb yang dijelmakan dalam bukunya yang terkenal yaitu „Petunjuk Sepanjang Jalan‟ serta disambung pula oleh adiknya dengan buku Jahiliyyah Abad ke-20, telah banyak membina paradigma para pejuang Islam seluruh dunia. Pemikiran yang menolak secara total kesemua isme-isme yang berasal daripada Barat ini adalah suatu langkah protektif yang berkesan. Dalam berbagai seminar dan pembekalan bagi gerakan dakwah sedunia, ideologi Barat dijadikan antonim kepada fikrah Islam. Oleh sebab itu pemikiran Islam yang di kemukakan Quthb adalah menjadikan Islam sebagai satu-satunya ideology alternative, tidak ada jalan lain kecuali menegakkan Islam. Maka dari itu ia mengusung upaya kebangkitan Islam. Disamping itu juga Quthb mengemukakan pemikirannya Al-Mu‘ashirah Vol. 8, No. 2, juli 2011
185
tentang implementasi universalitas Islam. Dalam bidang pemerintahan, Sayyid Quthub menginginkan bentuk pemerintahan supra nasional (kesatuan seluruh dunia Islam), yang sentralistis, tetapi daerah tidak sebagai jajahan, mempersamakan antara pemeluk agama, dan didirikan di atas 3 prinsip: keadilan penguasa, ketaatan rakyat karena hasil pilihannya, dan permusyawaratan antara penguasa dan rakyat. Sayyid Quthb sebagai seorang intelektual dan seorang tokoh Organisasi Ikhwanul Muslimin, pemikir dan ideolog. Sampai saat ini, pemikirannya menjadi rujukan bagi aktifis-aktifis gerakan Islam ‟radikal‟. Pemikiran-pemikiran radikal yang bersifat emosional dari Sayid Quthb, tidak saja menjadi referensi wajib bagi gerakan Ikhwanul Muslimin, tetapi juga mempengaruhi umat Islam secara umum. Tidak hanya sebatas Negara Mesir dan Timur Tengah, akan tetapi ia juga diikuti sampai ke Indonesia dan negara-negara Muslim lainnya di dunia. Pada awalnya, Sayyid Quthb adalah seorang pemikir yang cerdas dan pakar pendidikan Islam di Mesir. Namun, dalam perjalanan karirnya dan dengan keprihatinannya terhadap nasib umat Islam yang selalu didominasi secara politis oleh bangsa asing yang bukan Islam, telah membuat ia terjun ke gelanggang politik dalam sebuah gerakan Islam. Ia malahan menegaskan interpretasinya tentang hakikat kewajiban Islam jangan dianggap sebagai upaya intelektual belaka, tetapi harus dijadikan basis praktis yang efektif juga. Hal ini terjadi ketika kondisi politik waktu itu yang cenderung pada corak sekulerisme dan tunduk pada kekuatan asing yang materialisme. Sejak itulah ia membawa interpretasi agama dalam pemahaman realitas umat dan ideologis politiknya. Sehingga bagi sebagian orang mempercayai apa yang dikatakannya. Namun, sebagian lagi mengkritik dan menolaknya. Karena bagi sebagian dianggap penuh dengan ‟emosional‟. Dalam hal ini dapat disimpulkan beberapa pemikiran Quthb baik masalah sosial, ekonomi maupun politik. Masalah pun Sedangkan dilihat dari sudut pandang Islam, manusia itu khalifah, subyek yang merupakan muara atas semua sistem sosial, ekonomi, budaya dan lain sebagainya. Bahkan Tjokro menambahkan, dengan berusaha untuk menjadi kaya raya melalui cara yang halal, maka kekayaan atau harta benda yang menurut Islam hanya titipan Tuhan itu dalam prosentase tertentu harus diberikan kepada orang lain yang masih miskin, Sosialisme model ini tidak melahirkan sama rata, tetapi menimbulkan sama rasa, dalam arti sama-sama merasakan kebahagiaan karena dapat menikmati harta yang didapat dari orang yang lebih kaya secara ikhlas. Maka dari itu, nasionalisme dan sosialisme berjalan beriringan, tidak ditempatkan dalam kotak-kotak yang saling kontroversi bahkan saling bermusuhan, juga tidak diperankan sebagai ideologi yang dikotomis. Semua merupakan sistem untuk membangun masyarakat. 3. Setting Sosial yang Mempengaruhinya Melihat pada dinamika sosial budaya Mesir, akan dijumpai banyak hal yang unik, Mesir merupakan negara yang kaya akan sejarah. Pada masa-masa Fir‟aun, Mesir menganut paganisme, menyembah banyak tuhan, sampai masuknya ajaran Kristen pada saat Romawi menguasai Mesir setelah 186
Abd. Djalil Ya’cob: Konsep Sosialisme dalam Tafsir fi Zhilal al-Qur’an…
mengalahkan Ratu Cleopatra ke-7 tahun 30 M. Masuknya sebagian penduduk Mesir ke dalam agama Masehi menyebabkan terjadinya penindasan yang tak kunjung padam dari pihak Romawi yang menganut paganisme sebelum agama Masihiyat menjadi agama resmi imperatur Romawi tiga abad kemudian. Ketika Kostantin menjadi imperatur romawi. Dia menjadikan agama masehi sebagai agama resmi bagi seluruh orang–orang Mesir, dan memaksa seluruh penduduk untuk memeluk agama masehi dan meninggalkan paganisme. Sekitar sembilan tahun wilayah–wilayah Romawi banyak yang jatuh ke tangan Persi termasuk Mesir sejak tahun 618 Masehi. Namun akhirnya Romawi berhasil merebut kembali daerah-daerah tersebut. Adapun Mesir berhasil ditundukkan pasukan Islam yang dipimpin Amr bin Ash pada hari Jum‟at tanggal 22 Desember Tahun 640 H /Muharram tahun 20 H. Pada abad pertama Hijriyah, Mesir dipimpin oleh 15 amir, 4 diantara mereka di bawah di bawah khulafurrasyidin di Madinah, dan sisanya di bawah Bani Umayyah di Damaskus. Kemudian dilanjutkan oleh para amir pada abad-abad setelahnya secara turun temurun sampai terjadi revolusi di Mesir. Mesir merupakan salah satu negara terkemuka di kawasan Timur Tengah dengan mayoritas penduduknya Muslim. Kultur masyarakat negara itu tidak bisa lepas dari kultur induk masyarakat Timur Tengah yang kental sekali dengan tradisi yang berbasis nilai-nilai Islam. Fakta mayoritas ini tidak serta merta menjadikan Islam sebagai ideologi utama dalam menopang penyelenggaraan pemerintahan dan pengelolaan masyarakat di Mesir modern. Sebaliknya, penguasa negara itu lebih condong pada pemerintahan sekuler sebagaimana yang telah lebih dahulu dipraktekkan di Barat. Kondisi tersebut menggugah keprihatinan Quthb terhadap nasib umat Islam yang selalu didominasi secara politis oleh bangsa asing yang bukan Islam. Hal ini telah membuat ia terjun ke gelanggang politik dalam sebuah gerakan Islam. Ia malahan menegaskan interpretasinya tentang hakikat kewajiban Islam jangan dianggap sebagai upaya intelektual belaka, tetapi harus dijadikan basis praktis yang efektif juga. Sejak itulah, ia membawa interpretasi agama ke dalam pemahaman realitas keumatan dan ideologis politiknya. Sayyid Qutub, seorang tokoh Ikhwan al-Muslimin Mesir, memposisikan dirinya sebagai ahli teori perpecahan dan memberi ilham pada kelompok-kelompok revolusioner di tahun 1970-an. Dan bila dilihat pada sejarah awal pembentukan Ikhwan oleh al-Banna merupakan respon atas kondisi Mesir yang dialami pula oleh negara-negara Muslim lainnya; berada dalam subordinasi politik oleh kekuatan Barat yang hegemonik. Ketika itu Barat yang diasumsikan yang di dalamnya terdapat atheisme, ketidak-bermoralan, egoisme individu dan kelas serta budaya materialistik. Selain itu kejahatan Eropa yang diimpor ke Mesir, antara lain minuman keras, ruang dansa, dan pakaian wanita ala Barat. Melihat pada kondisi sosial yang berkembang pada eranya menjadikan Sayyid Qutub hidup dan berubah seiring dengan fenomena politik zamannya. Ketika kondisi politik waktu itu yang cenderung pada corak sekulerisme dan tunduk pada kekuatan asing yang materialisme, maka Islam sebagai agama Al-Mu‘ashirah Vol. 8, No. 2, juli 2011
187
yang syumul ditempatkannya pada posisi melakukan protes dan perlawanan terhadap simbol-simbol asing non Islam. Sayyid Qutub dalam karyanya ini sangat menafikan semua yang datang dari dunia asing, apalagi dari Barat. Ia hanya melihat bahwa satu-satunya ideology yang berhak tampil dan harus menjadi ukuran adalah Islam. Dan Mesir ketika itu mengklaim sosialisme mereka bertujuan menghapus perbedaan kelas, membebaskan kaum tertindas, serta mengamankan hak-hak mereka. Berkaitan dengan kelas, tujuan sosialisme Islam di Mesir bukanlah menciptakan masyarakat tanpa kelas, tetapi menciptakan kondisi ketika kelas-kelas yang berbeda di dalam masyarakat menjalankan fungsinya secara sah, bebas dari dominasi dan pemerasan, serta hidup berdampingan secara damai. Dalam bukunya Ma’alim fi al-Thariq, Quthb menjelaskan bagaimana gerakan Islam politik diartikualasikan dengan metode gerakan revolusioner untuk melawan kekuasaan tiranik yang sudah terlebih dahulu diposisikan sebagai kaum kafir (takfir). Karena sikapnya yang revolusioner itu, wajar jika penguasa Mesir saat itu (Jamal Abd Nasser) sangat geram dan sampai akhirnya menghukumnya di tiang gantungan pada tahun 1966. Adapun versi perjuangan Quthb yang dapat dipahami adalah tegas menolak sesuatu yang ‟ala Barat‟. Sikap Quthb ini oleh kalangan penilai dianggap sebagai sikap yang jauh dari sifat-sifat keramahan dan kelembutan. Sehingga mereka menilai Quthb radikal. Dalam pandangan pengkritik, kondisi itu karena dilatarbelakangi oleh pemikiran Quthb selalu memahami sesuatu yang datang dari Barat sebagai medan tempur dan arena jihad. Dari sisi inilah menurut mereka menjadikan wajah Islam menjadi dekat dengan sifat-sifat radikalisme. Dan apabila diselami awal pemikiran Quthb adalah etika kondisi umat Islam berada pada periode dengan situasi politik tangan besi muncul memberangus kebebasan yang merupakan syarat bagi perkembangan, kehidupan, dan pertumbuhan bagi setiap pemikiran. Intimidasi turut menyibukkan keberadaan kebangkitan Islam dan menghalang-halanginya mengadakan dialog internal dan eksternal yang perlu dilakukan untuk mengembangkan ijtihad. Oleh karena itu, secara spesifik berkembanglah pemikiran Sayyid Quthb dalam karyanya Fi Zhilal al-Qur'an dan al-Ma'alim fi al-Thariq yang mengecam penyembahan terhadap negara dan fanatisme nasional. Pemikir alIkhwan al-Muslimun ini mengabstraksikan konsep-konsep al-Hakimiyah dan tauhid di atas ungkapan-ungkapan, batasan, kemaslahatan, dan realitas, serta mengarahkan hukum-hukum kepada dimensi-dimensinya yang absolut. Sementara dalam kajian Supriyadi, pemikiran Quthb adalah model pemikiran Islam yang menyajikan bentuk murni Islam tanpa infiltrasi termterm dari luar Islam. Dan realitas pemikiran Quthb ini dilatar-belakangi dengan situasi dan kondisi politik Mesir pada waktu itu. Hal ini dapat dilihat dari perjalanan kisah hidupnya. Sepulangnya dari berkelana ke Amerika Serikat Inggris, Swiss, dan ltalia, Sayyid Quthb gundah. Pasalnya, negara tempat kelahirannya, Mesir sudah berubah. Budaya sekuler asing begitu kental. Ini jelas akan merusak kepribadian kaum Muslim di sana. Muncul keinginan Quthb untuk 188
Abd. Djalil Ya’cob: Konsep Sosialisme dalam Tafsir fi Zhilal al-Qur’an…
membebaskan Mesir dari pengaruh budaya asing yang tak bermoral. Ia bergabung dengan gerakan al-Ihkwan al-Muslimun yang menentang penjajahan Inggris dan mengajak masyarakat Muslim untuk kembali kepada Islam. Saat aktif itulah gerakan tersebut dinyatakan sebagai organisasi terlarang oleh pemerintah Inggris dan para aktivisnya ditangkapi, termasuk Quthb. Akhirnya ia dijebloskan ke balik jeruji besi. Akan tetapi perjuangannya tidak pernah terhenti meski fisiknya dipenjara. Ia terus melanjutkan melalui karya-karyanya. SOSIALISME DALAM AL-QURAN MENURUT SAYYID QUTHB Sayyid Quthb menjelaskan sebuah sistem yang berbeda dengan sistem yang disodorkan oleh Kristen dan Komunisme. Dimana Islam memandang manusia sebagai satu kesatuan yang tidak dapat terpisahkan antara kebutuhan rohani dan kebutuhan jasmaniahnya, antara kebutuhan spiritual dan kebutuhan materialnya. Di sini Islam memandang alam semesta dan kehidupan di dalamnya dengan universal, tidak parsial dan terpisah-pisah. Sebuah analisis menyatakan ada kesamaan karakter perjuangan Islam dan sosialis, yakni sama-sama memperjuangkan "kaum tertindas". Yang perlu digaris bawahi antara Islam dan Sosialisme adalah gambaran yang berbeda dalam lingkaran kehidupan umat manusia baik dari sumber maupun nilai. Akan tetapi ada kesamaan spirit keduanya dalam menegakkan keadilan dalam realitas sosial. Quthb menyatakan asas Islam dalam menegakkan keadilan memiliki beberapa fondasi atau asas yang utama yaitu: Pertama, kebebasan jiwa yang mutlak. Islam menjamin kebebasan jiwa dengan kebebasan yang penuh, yang tidak hanya dinilai dari sisi maknawi atau sisi ekonomi semata, melainkan pada dua sisi itu secara keseluruhan. Islam membebaskan jiwa dari bentuk perbudakan, berupa kultus individu dan ketakutan terhadap kehidupan, rezeki dan kedudukan. Dalam Islam, orang yang dihormati adalah orang yang bertakwa, orang-orang yang beriman dan beramal saleh (QS. al-Hujarat: 13):
ِ ند اللِ أَتْ َقا ُك ْم إِ َّن َ َِّاس إِنَّا َخلَ ْقنَا ُكم ِّمن ذَ َك ٍر وأُنثَى َو َج َع ْلنَا ُك ْم ُشعُوبًا َوقَبَآئِ َل لتَ َع َارفُ ْوا إِ َّن أَ ْكَرَم ُك ْم ع ُ يَآأَيُّ َها الن ِ ِاللَ َعل ٌيم َخبي ٌ
"Hai manusia, Sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal". Maksudnya wahai manusia dari aneka jenis dan warna, yang bervariasi kabilah dan bangsa, sesungguhnya kalian dari asal yang sama, maka janganlah kamu berselisih, berpecah-pecah dan saling bertengkar. "Wahai manusia" Yang memanggil dengan panggilan ini adalah Pencipta kalian, baik kalian laki-laki maupun perempuan. Dialah Yang mengetahui maksud dari penciptaan bangsa dan suku-suku itu. Tentunya bukan untuk berselisih dan bertengkar. Namun untuk saling kenal dan menyatu. Adapun perbedaan lisan, tingkah laku, akhlak, keinginan, jumlah Al-Mu‘ashirah Vol. 8, No. 2, juli 2011
189
dan seterusnya tidak menggiring kepada perpecahan. Tetapi sebaliknya, hal tersebut membangun iklim kerjasama untuk mendukung pelaksanaan aktivitas dan kewajiban dalam memenuhi kebutuhan hidup. Warna kulit, jenis kelamin, bahasa, negara dan yang seterusnya itu bukanlah hal yang menjadi ukuran dalam penilaian Allah Swt. Di sana hanya ada timbangan yang sama dengan penilaian yang pasti. Keutamaan manusia dipahami melalui firman-Nya yang berarti: sesungguhnya orang yang paling mulia di sisi Allah di antara kamu adalah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Kemuliaan sejati adalah kemuliaan di sisi Allah. Dia menilaimu dengan ilmu-Nya dan ketentuan yang pasti. Penilaian ini menggugurkan semua perbedaan. Mizan menetapkan ketentuan yang pasti. Mizan ini menjadi instrumen untuk menimbang perbuatan manusia. Ketentuan ini menjadi rujukan dari segala bentuk perpecahan manusia. Demikian pula hal lain menjadi dasar perpecahan manusia termasuk perselisihan dalam menguasai bumi. Sebab pokok yang jelas yang mendorong manusia untuk bersatu dan bekerjasama adalah: Allah adalah Tuhan bagi sekalian makhluk dan mereka diciptakan dari dasar yang sama. Demikian pula mereka memiliki panji yang sama sebagai acuan dalam berlomba-lomba: yakni panji taqwa dalam lindungan Allah. Inilah panji yang dikibarkan Islam untuk menyelamatkan manusia dari berbagai bentuk kemaksiatan baik sesamanya, terhadap bumi, suku, rumah dan seterusnya… ini semua termasuk jahiliyah. Variasi pakaian, keragaman nama, ini semua adalah jahiliyah yang jauh dari Islam. Agama Islam memerangi segala bentuk fanatisme jahiliyah dalam segala bentuk raga dan variasinya agar manusia berada pada aturan yang lurus dan berada dalam panji yang sama: Panji Allah… bukan panji kebangsaan, kaum, rumah, jenis dan seterusnya yang merupakan panji penuh kepalsuan yang tidak dikenal dalam Islam. Inilah kaidah yang menjadi landasan dalam masyarakat Islam. Manusia pada awalnya berusaha menempatkan nilai kemanusiaannya pada format fisikal penciptaan seperti warna dan seterusnya. Hal tersebut tentu tidak berada pada jalan yang lurus.. jalan menuju Allah. Karena format itu tidak berada dalam panji yang menyatukan panji Allah. Kedua, persamaan kemanusiaan yang sempurna. Dalam Islam, tidak ada kemuliaan bagi orang yang berasal dari keturunan bangsawan dibanding dengan orang biasa. Islam datang untuk menyatakan kesetaraan jenis manusia, baik asal maupun tempat berpulangnya (kuburan), hak dan kewajibannya di hadapan undang-undang dan di hadapan Allah, baik di dunia maupun di akhirat. Tidak ada yang membedakan di antara manusia, kecuali amal saleh. Dan tidak ada kemuliaan kecuali bagi orang-orang yang bertakwa. Maka bagi Quthb sendiri penolakannya terhadap „sosialisme‟ adalah karena term „sosialisme‟ merupakan suatu „isme‟ yang bersumber dari luar Islam dan simbol-simbol non Islam. Quthb secara keras menolak segala konsep, ideologi, isme yang tidak lebih merupakan simbol-simbol Barat. Melihat pada penolakan Quthb terhadap sesuatu yang bersumber dari Barat menjadikan pandangan-pandangan dicap sebagai tokoh yang berpandangan fundamentalis. Adapun model sosialisme yang tumbuh di Mesir dalam pandangan 190
Abd. Djalil Ya’cob: Konsep Sosialisme dalam Tafsir fi Zhilal al-Qur’an…
analisis, merupakan turbulensi pemikiran kaum intelektual Muslim. Disamping itu teori-teori yang dikemukakan oleh Quthb tidak jauh berbeda dengan Dr. Musthafa al-Siba„i, penggagas pertama Ikhwan di Suriah. Dalam karyanya al-Siba„i memasukkan pilar-pilar sosialisme Islam pada empat kekuatan utama: hak-hak alami bagi seluruh warga (muwatin), hukum-hukum yang menjamin dan mengatur hak-hak tersebut, hukum tanggung jawab sosial timbal-balik (al-takaful al-ijtima„i), sanksi-sanksi atau penunjang untuk menjamin pelaksanaan ketiga pilar sebelumnya (mu„ayyidat). Spesifikasi pandangan Quthb tentang sosialisme adalah beranjak dari analisa bahwa antara Islam dan Sosialisme merupakan sistem pemikiran yang sama-sama komprehensif, namun keduanya berbeda dan terpisah satu sama lain. Oleh sebab itu kedua sistem tersebut tidak dapat dirujuk atau disentesiskan. Walaupun nampak ada kemiripan dan kesesuaian tetapi tidak berarti identik. Sosialisme sebagaimana kapitalisme dan komunisme merupakan produk jahiliyah. Alasannya adalah karena sosialisme mengutamakan kesejahteraan sosial tapi mengabaikan keselamatan moral. Sementara Islam berusaha mewujudkannya dengan diawali suatu upaya pensucian jiwa (katarsis). Ketika sosialisme muncul ke permukaan sebagai paham atau aliran yang menentang kapitalisme. Disamping itu telah menjadi pandangan yang mendunia, maka secara langsung merambah memasuki wilayah Islam, serta menjadi objek kajian intelektual Islam. Berbagai sudut tinjauan yang dilakukan. Di antaranya ada yang menggali referensi pada sejarah dan misi kerasulan Muhammad Saw. sebagai landasan argumentasi bahwa Islam mempunyai konsep sosialisme. Dimana salah satu misi kerasulan Muhammad Saw. adalah sebagai Rasul pembebas kaum tertindas (mustad'afin) dari berbagai segi serta membawa konsep egalitarian. Al-Siba„i menulis, di Uni Soviet didapati realitas jurang yang dalam di dalam kehidupan sosial ekonomi. Sebagai contoh perbandingan dia menyebutkan ada seorang warga negara kelas rendah yang tinggal di bilik kecil dan sempit. Kondisi sebaliknya ada pejabat pemerintahan yang mendiami sebuah gedung besar dan indah dengan mobil mewah dan mentereng. Selain itu banyak pengemis yang berdiri di muka mesjid Moskow menengadahkan tangan meminta belas kasihan. Dilihat dari segi perkembangan peradaban dan perkembangan, Islam sebagai negara telah terlebih dahulu muncul kepermukaan dibandingkan Barat atau Eropa yaitu di Madinah. Kemudian dari segi kehidupan sosial, Islam telah mengatur hal tersebut dengan mekanisme yang jelas dalam alQur‟an. Disamping itu dapat dilihat pada sejarah pengembangan Islam di Makkah. Peran Nabi Muhammad s.a.w dalam menghilangkan diskriminasi kemanusiaan dan ekonomi yang terjadi dalam masyarakat jahiliyyah di Mekkah. Atas dasar pemikiran di atas, dalam konteks ini muncul klaim bahwa Islam sudah lebih dulu menganut asas-asas sosialisme jauh sebelum sosialisme sebagai ideologi terumuskan. Hal ini terlepas dari sikap apologi bahwa Islam mempraktekkan sosialisme semenjak ajarannya ada. Beranjak dari sini dapat dibuktikan bahwa secara praktek Islam sudah lebih dahulu Al-Mu‘ashirah Vol. 8, No. 2, juli 2011
191
menganut asas-asas sosialisme jauh sebelum sosialisme sebagai ideologi terumuskan. Dan di sini pula mengemuka terminologi sosialisme Islam yang dikemukakan oleh intelektual Muslim seperti al-Siba„i, Quthb, Ali Syari‟ati. Dengan berorientasi kepada ayat-ayat al-Qur‟an yang di dalamnya disebutkan konsep-konsep kehidupan sosial yang telah digariskan Allah. Dan ini merupakan aturan kehidupan sosial yang berlandaskan petunjuk Ilahi. Sebagai contoh, persoalan yang umumnya terjadi adalah kemiskinan yang merupakan salah satu faktor penyebab terjadi kesenjangan sosial dan ekonomi antara kalangan kaya dengan miskin. Hal ini merupakan masalah umum dihadapi oleh masyarakat dunia. Dan Islam dan umat Islam yang merupakan bagian dari penduduk dunia yang juga memiliki pandangan hidup sosialis. Oleh karena itu penolakan Quthb terhadap term ‟sosialisme‟ lebih dikarenakan itu produk Barat, tumbuh di luar Islam. Kita harus berwaspada dan meresapi terhadap unsur dan paham dari Barat yang memusuhi konsep keagamaan, khususnya konsep Islam yang murni. Jangan biarkan setitik nila mencemarkan susu kita yang murni. Selanjutnya dalam konteks ini dapat dipahami karakter pemikiran Quthb yang selalu berlandaskan pada sumber Islam yang murni yaitu alQur‟an dan Hadith. Sehingga Quthb menyatakan adalah menjadi kewajiban umat Islam untuk tidak membiarkan umat manusia terus menerus dalam kekeliruan. Kita berkewajiban memberi pengertian kepada mereka bahwa Islam itu bukanlah hanya suatu aliran pikiran atau isme mengenai realitas kehidupan manusia, seperti isme-isme yang lahir sekarang (sosialisme, komunisme, kapitalisme dan lain-lain ); sebab Islam bukanlah hanya sekadar suatu sistem yang mengenai realitas manusia sahaja, seperti halnya isme-isme buatan manusia. Islam adalah Islam. Islam dengan kepribadiannya tersendiri dan konsepnya yang bebas dan tidak terikat kepada konsep dunia manapun. Islam sanggup dan mampu melahirkan suatu realitas yang lebih baik daripada yang diimpikan oleh umat manusia melalui isme-isme bikinan manusia sendiri itu. Islam yang tinggi nilainya, yang suci dan murni, terpancar indah dari sumber asli: langsung dari Allah Yang Maha Besar dan Maha Agung. Dalam karya tafsirnya Quthb berupaya menyampaikan berbagai pesan al-Qur‟an agar dapat menjadi landasan ideologi yang sempurna dan komprehensif. Maka hanya melalui al-Qur‟an manusia dapat menemukan kembali dirinya sesuai yang dikehendaki Allah dan rasul-Nya. Di sini akan dikemukakan beberapa ayat al-Qur‟an yang menyatakan tentang bagaimana kehidupan sosial dalam Islam. Disamping itu juga ayat ini disebutkan oleh intelektual Muslim lainnya dalam membahas topik sosial dalam Islam, yaitu: 1. Perintah Allah kepada manusia untuk berbuat kebajikan serta melaksanakan ibadah zakat yang merupakan wujud kepedulian sosial (Q.S. al-Anbiya‟:73).
ِ الصالَةِ وإِيت ِِ ِ َّ آء ِ ْ وجع ْلنَاىم أَئِ َّمةً ي ه ُدو َن بِأَم ِرنَا وأَوحي نَآ إِلَي ِهم فِعل ين َ َ َّ اْلَْي َرات َوإِقَ َام َْ ْ ُ ََ َ َ الزَكاة َوَكانُوا لَنَا َعابد َ ْ ْ ْ َْ ْ َ ْ
"Kami Telah menjadikan mereka itu sebagai pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah kami dan Telah kami wahyukan kepada, mereka mengerjakan kebajikan, mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, dan Hanya kepada kamilah mereka selalu menyembah". 192
Abd. Djalil Ya’cob: Konsep Sosialisme dalam Tafsir fi Zhilal al-Qur’an…
2.
Perintah beribadah kepada Allah shalat dan mengeluarkan zakat secara ikhlas (al-Bayyinah: 5).
ِ ِ ِ ِِ َّ الصلَوةَ َويُ ْؤتُ ْوا ك ِديْنُالْ َقيِّ َم ِة َّ ي لَوُ الدِّيْ َن ُحنَ َفآءَ َويُِقْي ُم ْوا َ االزَكوةَ َوذَل َ ْ َوَمآ أُمُرْوا إِلَّ ليَ ْعبُ ُد ْوااللَ ُمُْلص
3.
"Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian Itulah agama yang lurus". Aturan dalam perdagangan dengan mekanisme yang telah ditetapkan Allah, yaitu melakukan timbangan dan takaran yang benar ( Q.S. alA„raf: 85).
ال يَاقَ ْوِم ْاعبُ ُدوا اللَ َمالَ ُكم ِّم ْن إِلَ ٍو َغْي ُرهُ قَ ْد َجآءَتْ ُكم بَيِّنَةٌ ِّمن َّربِّ ُك ْم فَأ َْوفُوا َ َاى ْم ُش َعْيبًا ق ُ َخ َ َوإِ َل َم ْديَ َن أ ِ ِ َّاس أَ ْشيَآءَ ُى ْم َولَتُ ْف ِس ُدوا ِف اْأل َْر صالَ ِح َها ذَلِ ُك ْم َخْي ٌر لَّ ُك ْم إِن ْ ِض بَ ْع َد إ َ الْ َكْي َل َوالْم َيزا َن َولَتَْب َخ ُسوا الن ِِ ي َ ُكنتُم ُّم ْؤمن
"Dan (Kami Telah mengutus) kepada penduduk Madyan saudara mereka, Syu'aib. ia berkata: "Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selain-Nya. Sesungguhnya Telah datang kepadamu bukti yang nyata dari Tuhanmu. Maka sempurnakanlah takaran dan timbangan dan janganlah kamu kurangkan bagi manusia barang-barang takaran dan timbangannya, dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi sesudah Tuhan memperbaikinya. yang demikian itu lebih baik bagimu jika betul-betul kamu orang-orang yang beriman". Dalam ayat ini ditekankan pada larangan melakukan mengurangi timbangan dalam transaksi jual beli atau perdagangan yang merugikan orang lain baik secara langsung maupun tidak langsung. 4. Surat al-Humazah ayat 1-4 yang mengutuk orang-orang yang menumpuknumpuk harta:
ِ َّ ب أ َخلَ َدهُ {} َكالَّ لَيُنبَ َذ َّن ْ َن َمالَوُ أ َ َويْ ُل ُُ لِّ ُك ِّل ُُهََزةٍ لُّ َمَزةٍ {} الَّذي ََجَ َع َمالً َو َعد ُ َّدهُ {} ََْي َس }{ اْلُطَ َم ِة ْ ِف
5.
"Kecelakaanlah bagi setiap pengumpat lagi pencela, yang mengumpulkan harta dan menghitung-hitung, Dia mengira bahwa hartanya itu dapat mengkekalkannya, Sekali-kali tidak! Sesungguhnya dia benar-benar akan dilemparkan ke dalam Huthamah". Larangan memakan, melakukan dan mempraktekkan riba. (Q.S. alBaqarah ayat 275-276).:
ِ الربا لَ ي ُقومو َن إِلَّ َكما ي ُقوم الَّ ِذي ي تخبَّطُو الشَّيطَا ُن ِمن الْم ِ َّ ك بِأَن َُّه ْم قَالُوا إََِّّنَا َ س ذَل ِّ َ َ ْ ُ َ ََ ُ َ َ ُ َ َِّ ين يَأْ ُك ُلو َن َ الذ ِ ِ ف َوأ َْمُرهُ إِ َل ِّ َح َّل اللُ الْبَ ْي َع َو َحَّرَم ِّ الْبَ ْي ُع ِمثْ ُل َ َالربَا فَ َمن َجآءَهُ َم ْوعظَةُ ُُ ِّمن َّربِّو فَانتَ َهى فَلَوُ َما َسل َ الربَا َوأ ِ َالص َدق َّ الربَا َويُْرِب َات َواللُ ل ِّ ُاب النَّا ِر ُى ْم فِ َيها َخالِ ُدو َن {} َيَْ َح ُق الل َ ِاللِ َوَم ْن َع َاد فَأُولَئ ْكأ ُ َص َح }{ ب ُك َّل َكفَّا ٍر أَثِي ٍم ُّ َُِي
"Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka Berkata (berpendapat), Sesungguhnya jual beli itu
Al-Mu‘ashirah Vol. 8, No. 2, juli 2011
193
6.
sama dengan riba, padahal Allah Telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. orang-orang yang Telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), Maka baginya apa yang Telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. orang yang kembali (mengambil riba), Maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya. Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah dan Allah tidak menyukai setiap orang yang tetap dalam kekafiran, dan selalu berbuat dosa". Kewajiban untuk melawan penindasan ekonomi, fisik dan membela kalangan masyarakat lemah dari pihak-pihak yang zalim (surat al- Nisa‟ ayat 75).
ِ ومالَ ُكم لَت قاتِلُو َن ِف سبِ ِيل اللِ والْمستضع ِفي ِمن الرج ِال والن ِ َّ ِ َخ ِر ْجنَا َُ ْ َ َ ْ ين يَ ُقولُو َن َربَّنَآأ َ َ ِّسآء َوالْ ِولْ َدان الذ َ َ َ ِّ َ َ َ ْ َ ْ ُ َ ِ ِ ِِ ِ ِ ِ ِ ِ }{ نك نَص ًيا َ اج َعل لَّنَا من لَّ ُد َ اج َعل لَّنَا من لَّ ُد ْ نك َوليِّا َو ْ م ْن َىذه الْ َق ْريَة الظَّال أ َْىلُ َها َو
7.
"Mengapa kamu tidak mau berperang di jalan Allah dan (membela) orang-orang yang lemah baik laki-laki, wanita-wanita maupun anakanak yang semuanya berdoa: "Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami dari negeri Ini (Mekkah) yang zalim penduduknya dan berilah kami pelindung dari sisi Engkau, dan berilah kami penolong dari sisi Engkau!". Penekanan pada perjuangan dalam rangka membantu dan membela hal-hak kalangan yang termarginal dan subordinat. Urgensi penegakan tersebut sampai pada tingkatan jihad fisabilillah untuk beberapa keperluan; (a) menegakkan tauhid dalam melawan syirik (b) menegakkan kehalalan mengganti keharaman, mengukuhkan keadilan dan kasih sayang dan melawan kekerasan terhadap mustadh’afin (orangorang lemah). Keadaan mereka yang tertindas dan miskin tetap akan tertindas dan miskin, bila mereka sendiri tidak bangkit melemparkan belenggu yang dililitkan kaum penindas atas leher mereka (Surat a1-Ra„du: 11):
ِ ْ َات ِّمن ب ي يَ َديِْو َوِم ْن َخ ْل ِف ِو ََْي َفظُونَوُ ِم ْن أ َْم ِر اللِ إِ َّن اللَ لَيُغَيِّ ُر َمابَِق ْوٍم َح َّّت يُغَيِّ ُروا َمابِأَن ُف ِس ِه ْم ٌ َلَوُ ُم َعقِّب }{ َوإِذَآ أ ََر َاد اللُ بَِق ْوٍم ُسوءًا فَالَ َمَرَّد لَوُ َوَما ََلُم ِّمن ُدونِِو ِم ْن َو ٍال
"Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, Maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia". Dari ayat-ayat di atas dapat dipahami bahwa pelaksanaan ekonomi dalam Islam mengikuti nilai-nilai kebaikan, keadilan. Quthb dalam Fi Zhilal al-Qur`an menyatakan bahwa manusia diciptakan di dunia ini sebagai khalifah yang memiliki nilai solidaritas, dan menjadi penolong terhadap yang lain. Bukan atas kaidah kebebasan mutlak seperti yang dikatakan Marxisme, tetapi atas dasar pemilikan pribadi yang terikat. Dan oleh karena itu Islam mengasaskan sistem ekonomi dan kehidupannya yang mencerminkan kebaikan dan keadilan yang universal. 194
Abd. Djalil Ya’cob: Konsep Sosialisme dalam Tafsir fi Zhilal al-Qur’an…
Maka dalam upaya mendapatkan harta atau dalam mencari pendapatan tidak menghalalkan berbagai cara dan menghalangi serta menghambat rezeki orang lain. Perputaran ekonomi dan pendapatan harus dibuka jalan seluas-luasnya sebagaimana ayat 7 surat al-Hasyr :
ِ ِِ ِ ِ ِِ ِ ِول ولِ ِذي الْ ُقرَب والْيَتَ َامى والْمساك السبِ ِيل َك ْي َّ ي َوابْ ِن َ ْ َ َّمآأَفَآءَ اللُ َعلَى َر ُسولو م ْن أ َْى ِل الْ ُقَرى فَللَّو َول َّلر ُس ََ َ ِ لَي ُكو َن دولَة ب ي اْألَ ْغنِي ِ يد ُ الر ُس َّ آء ِمن ُك ْم َوَمآءَاتَا ُك ُم ُ ول فَ ُخ ُذوهُ َوَمانَ َها ُك ْم َعْنوُ فَانتَ ُهوا َواتَّ ُقوا اللَ إِ َّن اللَ َشد َ َْ ً ُ َ َ ِ }{ الْعِ َقاب
"Apa saja harta rampasan (fai-i) yang diberikan Allah kepada RasulNya (dari harta benda) yang berasal dari penduduk kota-kota Maka adalah untuk Allah, untuk rasul, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan, supaya harta itu jangan beredar di antara orang-orang Kaya saja di antara kamu. apa yang diberikan Rasul kepadamu, Maka terimalah. dan apa yang dilarangnya bagimu, Maka tinggalkanlah. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah amat keras hukumannya". ...”supaya harta itu jangan hanya beredar di antara orang-orang kaya di antara kamu...”. Pandangan materialistik yang menyatakan eksistensi manusia di dunia untuk mendapatkan harta dan kekayaan dengan berbagai cara, sehingga menginjak-injak prinsip keadilan dan tidak menghiraukan kemaslahatan orang lain. Maka Islam secara jelas dan tegas memerangi berbagai bentuk praktek kapitalisme. Islam menegakkan sosialisme, dan Islam bertujuan untuk mewujudkan masyarakat tanpa ras/kelas. Islam memberikan petunjuk untuk mencapai keadilan harus dengan melalui perjuangan kelas. Dan untuk memenangkan perjuangan melawan kapitalisme serta mempraktekkan sosialisme dan kemudian terwujudnya masyarakat tanpa kelas. Secara spesifik al-Qur‟an menyatakan „mengutuk orang-orang yang menumpuk harta‟. Sementara kalangan komunisme menggunakan slogan memerangi “kapitalisme” dan menggunakan istilah menegakkan “sosialisme”. Islam mengatakan „menjadikan kaum tertindas menjadi pemimpin di bumi dan mewarisi bumi”. Komunisme menyatakan tujuan akhirnya adalah terbentuk “masyarakat komunis”, yaitu “masyarakat tanpa kelas”. Islam memakai “masyarakat Tauhidi”. Komunisme memakai istilah “perjuangan kelas”. Islam memakai istilah “usaha kaum”, yaitu “perjuangan kaum, golongan atau kelas”. PENUTUP Sayyid Quthb merupakan salah seorang pengusung Sosialisme Islam selain versi resmi negara Mesir. Bukunya yang diberi judul al-Adalah alIjtima’iyyah (Sosialisme Islam) adalah sebagai sebuah alternative sistem sosial Islam. Menurut sayid Quthb, asas Islam dalam menegakkan keadilan memiliki beberapa pondasi atau asas yang utama yaitu: Pertama, kebebasan jiwa yang mutlak. Islam menjamin kebebasan jiwa dengan kebebasan yang penuh, yang tidak hanya dinilai dari sisi maknawi atau sisi ekonomi semata, melainkan pada dua sisi itu secara keseluruhan. Islam semata, melainkan pada dua sisi itu secara keseluruhan. Islam membebaskan jiwa dari bentuk Al-Mu‘ashirah Vol. 8, No. 2, juli 2011
195
perbudakan, berupa kultur individu dan ketakutan terhadap kehidupan, rezeki dan kedudukan. Kedua, persamaan kemanusiaan yang sempurna. Dalam Islam, tidak ada kemuliaan bagi orang yang berasal dari keturunan bangsawan disbanding dengan orang biasa. Islam datang untuk menyatakan kesetaraan jenis manusia, baik asal maupun tempat terakhir hidupnya. Hak dan kewajibannya di hadapan undang-undang dan di hadapan Allah, baik di dunia maupun di akhirat. Pemikiran sosialisme Sayyid Quthb dimasukkan dalam kategori sosialisme versi fundamentalisme. Hal ini tidak terlepas dari sosok Quthb yang pemikirannya dianggap radikal.
196
Abd. Djalil Ya’cob: Konsep Sosialisme dalam Tafsir fi Zhilal al-Qur’an…
DAFTAR PUSTAKA Al-Siba‟i, Mustafa Husni, Kehidupan Sosial Menurut Islam, Bandung: Diponegoro, 1981. Al-Turabi, Hasan, Kebangkitan Islam dan Negara-negara Kawasan Arab, dalam www.Media.Isnet. Artikel, Radikalisme Mengancam dalam www. KotaSantri.com. Assyaukanie, A. Luthfi, „Tipologi dan Wacana Pemikiran Arab Kontemporer‟ dalam Jurnal Pemikiran Islam Paramadina. Badruzaman, Abad, Teologi Kaum Tertindas, Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2007. Fakih, Mansour, "Mencari Teologi untuk Kaum Tertindas" dalam Refleksi Pembaharuan Pemikiran Islam, 70 Th Harun Nasution. Lembaga Pengkajian dan Penelitian WAMY, Gerakan Keagamaan dan Pemikiran: Akar Ideologis dan Penyebarannya, Jakarta: AlI‟tishom,2002. M. Dahlan, Muhidin (ed), Sosialisme Religius Suatu Jalan Keempat, Yogyakarta: Kreasi Wacana, 2000. Mahmud, Ali Abdul Halim, Ikhwanul Muslimin, Jakarta: Gema Insani Press, 1997. Nasr, Seyyed Hossein, Islam Agama, Sejarah dan Peadaban, Surabaya: Risalah Gusti, 2003. Nugroho, Anjar, Gagalnya Islam Politik di Timur Tengah: Studi Kasus Mesir, dalam www.pemikiranislam.wordpress.com
Quthb,Sayyid, al-Adalah al-Ijtima'iyyah fî al-Islam, cet. XIII, Mesir: Dar alSyuruq, 1993. Rahmat Hidayat Nasution, ”wajah Sosialisme Islam” dalam Studi Informasi Alam Islami (sinai) Mesir. http://www.sinaimesir.com Quthb,Sayyid, Tafsir Fi Zhilal al-Qur'an, Juz 6, Cairo: Dar al-Syuruq, 1988. Rahnema, Ali, Para Perintis Zaman Baru Islam, Bandung: Mizan, 1996. Rais Amien, dalam „Kata Pengantar‟ Salim Azzam, (ed), Beberapa Pandangan tentang Pemerintahan Islam, Bandung: Mizan, 1990.
Al-Mu‘ashirah Vol. 8, No. 2, juli 2011
197
Roy,Oliver, The Failure of Political Islam, London: I.B. Tauris & Co Ltd, 1994. Supriyadi, Eko, Sosialisme Islam Pemikiran Ali Syari’ati, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003. Taher,Tarmizi, “Anatomi Radikalisme Keagamaan dalam Sejarah Islam”, dalam Bahtiar Effendy dan Hendro Prasetyo (peny), Radikalisme Agama, Jakarta: PPIM-IAIN, 1998). Tim Penyusun, Ensiklopedi Islam, Jilid 4, Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 1994. Usman KS, “Sosialisme Islam dari Gamal Abdul Nasser sampai Hassan Hanafi” dalam Koran Tempoonline 9 Mei 2004. www.akuabadi.multiply.com, 6 www.KotaSantri.com, 3 Zakaria, Mohammad Fauzi, Aqidah Yang Menggoncangkan Dunia, Kuala Lumpur: Visi Madani, 1997.
198
Abd. Djalil Ya’cob: Konsep Sosialisme dalam Tafsir fi Zhilal al-Qur’an…