PEMIKIRAN DAN AKTIVITAS DAKWAH DR. AHMAD LUTFI FATHULLAH, MA
Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh HIDAYATI NUR FAJRINA NIM: 109051000120
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1434 H/ 2013 M
ABSTRAK
Hidayati Nur Fajrina Pemikiran dan Aktivitas Dakwah Dr. Ahmad Lutfi Fathullah, MA
Dr. Ahmad Lutfi Fathullah, MA merupakan generasi penerus Guru Mughni, ulama besar asli Betawi ternama di akhir era 1800 dan awal 1900-an. Beliau adalah seorang muballigh yang semangat dalam menyiarkan ajaran Islam. Berdakwah, meneruskan tugas Rasulullah SAW sudah menjadi kewajiban untuk dirinya, karena beliau memiliki modal keilmuan agama yang cukup luas. Kegiatan dakwah yang dilakukannya cukup dikenal masyarakat dan terbilang sukses. Sosok Ahmad Lutfi Fathullah mengamalkan ilmu yang diperolehnya dengan mengisi kajian di TV, radio, beberapa universitas dan majlis Ta’lim. Dalam menyebarkan ajaran Islam, beliau menerapkan praktik dakwah dengan berbagai pendekatan, metode, dan media yang modern. Karenanya dalam dakwah haruslah dibutuhkan kontribusi pemikiran yang tepat, cara yang stategis, agar aktivitas dakwah Islam dapat tetap berjalan kapan dan di mana pun. Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu bagaimana pemikiran dakwah Ahmad Lutfi Fathullah menurut paradigma dakwah. Dan bagaimana aktivitas dakwah Ahmad Lutfi Fathullah menurut paradigma dakwah. Metode yang digunakan penulis adalah metode analisis deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian ini juga menggunakan metode pengumpulan data tringulasi. Penulis mengumpulkan data dari berbagai sumber buku, sumber informan (wawancara), dan observasi langsung. Kemudian penulis melakukan analisis yaitu dengan membandingan temuan dengan teori yang telah ada sebelumnya. Pemikiran dakwah Ahmad Lutfi Fathullah adalah mengajak manusia agar menyembah Allah SWT dengan melaksanakan segala ajaran-Nya yang terkandung dalam Kitab Al-Qur’an dan Sunnah Nabi SAW. Dalam menyampaikan ajaran Islam, Beliau menggunakan media yang modern dan canggih. Tujuannya agar mad’u dapat menerima pesan dakwah yang disampaikannya dengan mudah. Aktivitas dakwah Ahmad Lutfi Fathullah adalah berbentuk tabligh dan pengembangan masyarakat. Dalam tablighnya, Beliau menyampaikan pesan-pesan ajaran Islam yang bersumber dari Quran dan Hadis Nabi SAW, di sejumlah majlis ta’lim. Beliau menggunakan metode dan media yang sesuai dengan perkembangan zaman saat ini. Dakwah dalam pengembangan masyarakat yang dilakukannya, yaitu dengan membangun Sekolah Perguruan Islam Al-Mughni di Jakarta, mendirikan Pusat Kajian Hadis, dan mendirikan Pesantren Hadis Untuk Keluarga di Bogor. Keywords: pemikiran, aktivitas, tabligh, Ahmad Lutfi Fathullah.
i
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Alhamdulillaahirobbil ‘alamiin, puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, atas nikmat, hidayah, inayah, dan rahmat yang dilimpahkan kepada hamba-Nya. Shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat, dan kita para pengikutnya Berkat kekuatan yang diberikan oleh Zat Yang Maha Kuat, Allah SWT. skripsi ini bisa terselesaikan. Usaha yang maksimal telah penulis lakukan untuk menyelesaikan tugas akhir di Program Strata1 Universitas Islam Negri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta ini dengan segala kekurangan. Penyelesaian penulisan ini tidak terlepas dari bimbingan dan arahan para pembimbing; baik formal maupun informal, serta bantuan, kemudahan, dan kerjasama yang baik dari berbagai pihak. Karena itu, sudah sepantasnyalah pada kesempatan ini penulis mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya, kepada: 1. Prof. Dr. Komaruddin Hidayat, selaku Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah memperkenankan penulis menimba ilmu di kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Dr. Arief Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Wakil Dekan I, Drs. Wahidin Saputra, MA, Wakil Dekan II, Drs. H. Mahmud Jalal, MA, dan Wakil Dekan III, Drs. Study Rizal LK, MA. 3. Drs. Jumroni, M.Si selaku Ketua Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam.
ii
4. Umi Musyarrofah, MA selaku Sekretaris Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam dan sekaligus sebagai Pembimbing skripsi penulis, yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih atas kesediaannya untuk meluangkan waktu, fikiran dan tenaga dalam memberikan arahan, bimbingan, dan semangat di sela-sela kesibukan beliau. 5. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah memberikan ilmu, pengalaman dan wawasan serta kontribusi yang tak ternilai harganya. Semoga menjadi amal ibadah yang tak akan terputus. 6. Segenap staff dan karyawan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, juga para staff perpustakaan Fakultas maupun Universitas yang telah memberikan pelayanan kepada penulis selama menjalani studi di kampus. 7. Dr. Ahmad Lutfi Fathullah, MA selaku narasumber dalam penulisan ini. Tiada kata yang pantas terucap selain terima kasih atas kesediaan meluangkan waktu untuk wawancara dan membantu penulis dalam rangka pengumpulan datadata. Beliau telah memberikan pengalaman yang berharga kepada penulis. 8. Jehan Azhari, Dr. Sunandar, MA, Lidya, Restu, Tarsim, dan seluruh karyawan Pusat Kajian Hadis, selaku narasumber, terima kasih atas kesediaan waktu dan bantuannya dalam melengkapi data-data skripsi penulis. 9. Abiku Bapak H. Kamari serta Umiku tercinta Ibu Hj. Cholilah, yang dengan kasih sayangnya tak pernah kenal lelah dalam mendidik dan membesarkan anak-anaknya dan selalu memberikan motivasi, semangat, doa, dan seluruh pengorbanannya baik moril maupun materil Sehingga penulis bisa seperti sekarang ini. Jasa kalian tidak dapat terbayar oleh apapun. Terima kasih umi, abi…
iii
10. Untuk semua saudara-saudaraku, Mamasku Suharyadi, Mamas Hendro Setiawan, Mba Reni, Mba Heni. dan keponakanku yang lucu, Najwa dan Azzam yang telah menemani hari-hari penulis menjadi lebih semangat. Dan teruntuk Mamas Ali Imron, yang telah memberikan bantuannya, waktu dan tenaga demi penyelesaian skripsi ini. Terima kasih atas semua dukungan kalian selama ini. Do’a dan motivasi dari kalian, adalah asupan energi untuk diriku. 11. Teman-teman seperjuangan KPI angkatan 2009, khususnya KPI D yang telah bersama-sama berjuang dan menimba ilmu di kampus kita tercinta ini. Terima kasih untuk Dina, Yuli, Rina, Mega, Lulu, Nisa, Eko, Noval, Yudid, Oim, Ana, Kiki, Okta, Bintang, Fajrin, Tika, Tari, Devi, Rizki, Yusuf, Lefi, Angga. Terima Kasih juga untuk sahabatku Muflihatul Maghfirah, Riyadhotul Mas’udah, dan semua teman-temanku tercinta. Terima kasih atas motivasi, semangat, dan do’a yang kalian berikan untuk penulis. Semoga jalan hidup yang kita ambil, tidak akan memutuskan ikatan silaturrahim kita selama ini dan selalu akan tetap baik selamanya. Amin Allahumma Amin… 12. Berbagai pihak yang tidak mungkin disebutkan namanya satu persatu, yang telah membantu demi kelancaran penulisan skripsi ini. Terima kasih atas dukungannya. Terima kasih atas semua yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk berdiskusi bersama, berbagi info serta memberikan inspirasi dalam penyusunan skripsi ini selesai pada waktunya. Semoga Allah Yang Maha Pemberi, membalas kebaikan kalian semua. Aamiin Aamiin ya Rabbal Alamiin…
iv
Dan Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangatlah diharapkan untuk menyempurnakan skripsi ini. Akhir kata penulis mengharapkan semoga penelitian ini dapat berguna dan bermanfaat bagi semua pihak. Aamiin… Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Jakarta, Mei 2013
Hidayati Nur Fajrina
v
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN LEMBAR PERNYATAAN ABSTRAK .........................................................................................................
i
KATA PENGANTAR .......................................................................................
ii
DAFTAR ISI...................................................................................................... vi BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah........................................................
1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ...................................
6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .............................................
6
D. Metodologi Penelitian ..........................................................
7
E. Tinjauan Pustaka .................................................................. 10 F. Sistematika Penulisan .......................................................... 11 BAB II
TINJAUAN TEORITIS A. Konsep Dakwah .................................................................... 12 B. Pemikiran Dakwah ............................................................... 26 C. Aktivitas Dakwah .................................................................. 32
BAB III
BIOGRAFI DR. AHMAD LUTFI FATHULLAH, MA A. Latar Belakang Keluarga Ahmad Lutfi Fathullah................. 35 B. Latar Belakang Pendidikan Ahmad Lutfi Fathullah ............. 38 C. Pengalaman Karir Ahmad Lutfi Fathullah ............................ 41 D. Karya Ahmad Lutfi Fathullah ............................................... 43
vi
BAB IV
PEMIKIRAN DAN AKTIVITAS DAKWAH AHMAD LUTFI FATHULLAH, MA A. Pemikiran Dakwah Ahmad Lutfi Fathullah .......................... 45 B. Aktivitas Dakwah Ahmad Lutfi Fathullah ........................... 50
BAB V
PENUTUP A. Kesimpulan ........................................................................... 59 B. Saran ..................................................................................... 60
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 61 LAMPIRAN
vii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Agama Islam merupakan agama terakhir yang diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad SAW, untuk membina umat manusia agar bepegang teguh kepada ajaran-ajaran yang benar dan diridhai, serta mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat. Keberadaan Islam tidak dapat dipisahkan dari aktivitas dakwah. Tanpa dakwah, maka tidak akan terealisir nilai-nilai ajaran Islam kepada masyarakat sebagai rahmatan lil’alamin.1 Maka dakwah mutlak diperlukan sebagai suatu ikhtiar untuk menyebarkan ajaran Islam di tengah masyarakat, agar tercipta individu (khairul bariyyah), keluarga (usroh), dan masyarakat (jama’ah) yang menjadikannya sebagai pola pikir (way of thinking), dan pola hidup (way of life) agar tercipta kehidupan bahagia dunia dan akhirat.2 Dakwah Islam bukan sebuah propaganda, baik dalam niat, cara, maupun tujuannya. Niat dakwah adalah ikhlas, tulus karena Allah SWT, serta bebas dari unsur-unsur subjektivitas. Dakwah tidak boleh dikotori oleh kepentingan-kepentingan tertanam (vested interest). Demikian itu didasarkan atas pemikiran One God for all, satu Tuhan untuk semua manusia, sehingga
1
Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Amzah, 2009), hlm. 22 Umi Musyarrofah, Dakwah K.H. Hamam Dja’far dan Pesantren Pabelan, ( Jakarta: UIN Press, 2009). hlm 1 2
1
2
niat dakwah yang bukan didasari oeh watak keuniversalan Tuhan, menjadi tidak relevan.3 Visi seorang juru dakwah adalah sebagai pembangun dan pengembang masyarakat Islam, seperti dapat dilihat dan dibaca dalam pandangan para pemikir dan pelaku dakwah (rijal al Fikr wa al-da’wah). A. Ilyas Ismail dalam bukunya mengutip pendapat Abdullah Nasih Ulwan, seorang da’i harus memerankan enam tugas atau misi, diantaranya sebagai tutor (muhaddits), edukator (mudarris), orator (khathib), mentor (muhadhir), pembuka dialog (munaqisy wa muhawwir), budayawan (adib), dan penulis (katib).4 Melihat kenyataan yang dihadapi saat ini yaitu banyak para aktivis dakwah yang muncul dan diidolakan masyarakat, umumnya tidak memiliki basis keilmuan dakwah yang kuat (tsaqofah, knowledge, skill, dan hard competence). Sosok da’i haruslah menjadi penyemangat (motivator) yang dapat mengajak masyarakat menuju tatanan hidup yang sejahtera. Kegiatan para juru dakwah bukan hanya dengan sosok muballigh dengan muka berapi-api di depan ribuan orang. Dakwah verbal seperti pidato dan ceramah terkadang tidak efektif karena tidak langsung menyentuh masyarakat. Maka, dengan kehadiran media massa yang semakin canggih, patutlah para aktivis dakwah memanfaatkannya dalam menyebarkan ajaran Islam.
3
Ahmad lyas Ismail dan Prio Hotman, Filsafat Dakwah Rekayasa Membangun Agama dan Peradaban Islam, (Jakarta: Kencana Media Group, 2011), hlm. 13 4 Ahmad Ilyas Ismail dan Prio Hotman, Filsafat Dakwah Rekayasa Membangun Agama dan Peradaban Islam, hlm. 75
3
Seiring dengan problematika dakwah saat ini, maka seorang da’i haruslah pandai menyelesaikan segala persolan yang ada. Da’i harus menggunakan pemikiran yang tepat dalam mencari metode alternatif, sehingga proses dakwahnya dapat terus berjalan di mana dan kapan saja. Selepas meninggalnya Guru Mughni, yang merupakan ulama betawi ternama di era akhir 1800 dan awal 1900-an, sempat terjadi beberapa kefakuman dalam aktivitas keagamaan. Sehingga Ahmad Lutfi Fathullah yang merupakan cucu dari Ulama yang mempunyai nama lengkap Abdul Mughni bin Sanusi bin Ayyub bin Qais, meneruskan perjuangan Sang Kakek dalam menegakkan kalimatullah di muka bumi. Ahmad Lutfi Fathullah terlahir dari pasangan H. Fathullah dan Hj. Nafisah, pada tanggal 25 Maret 1964, di Kuningan, Jakarta Selatan. Beliau mengawali jenjang pendidikannya di SDN 01 Kuningan Timur Jakarta Selatan yang lulus pada tahun 1977. Sebagai pasangan orangtua, H. Fathullah dan Hj. Nafisah mempersiapkan diri Ahmad Lutfi Fathullah dengan mendaftarkan sekolah ke Pondok Modern Darussalam Gontor, Ponorogo untuk belajar ilmu agama. Selama tujuh tahun (1977-1984), masa pendidikan SMP dan SMA beliau habiskan di sana. Belajar di luar kota dan jauh dari tempat kelahirannya, merupakan hal yang biasa dilakukan oleh Ahmad Lutfi Fathullah. Setelah lulus dari Pondok Gontor, beliau mendapat kesempatan beasiswa S1 di Damascus University, jurusan Ilmu Fiqih dan Ushul. Selanjutnya beliau mendaftar S2 di Jordan dan
4
kuliah di jurusan Ilmu Hadist dan Tafsir. Gelar doktor beliau dapatkan di Universitas Kebangsaan Malaysia dan berijazah remi pada tahun 2000.5 Ahmad Lutfi Fathullah adalah seorang muballigh yang semangat dalam menyiarkan ajaran Islam. Berdakwah, meneruskan tugas Rasulullah SAW sudah menjadi kewajiban untuk dirinya, karena beliau memiliki modal keilmuan agama yang cukup luas. Kegiatan dakwah yang dilakukannya cukup dikenal masyarakat dan terbilang sukses. Sosok Ahmad Lutfi Fathullah mengamalkan ilmu yang diperolehnya dengan mengisi kajian di TV, radio, beberapa universitas dan majlis Ta’lim. Beliau menerapkan praktik dakwah dengan berbagai pendekatan, metode, dan media yang modern. Semuanya Beliau lakukan agar umat muslim di muka bumi ini dapat berbuat kebaikan dan meninggalkan kemunkaran, untuk kebahagiaan dunia dan akhirat. Dalam penyampaian dakwahnya (tabligh) Ahmad Lutfi Fathullah tidak hanya berkhutbah di atas mimbar. Beliau juga memanfaatkan hadirnya media massa, baik media cetak ataupun elektronik. Dalam dakwahnya beliau mengajak kaum muslim untuk tidak melupakan Al-Qur’an dan Sunnah Nabi SAW. Ada sebagian orang berpikir bahwa mempelajari Hadis begitu rumit dan sulit. Kitab yang jumlahnya tidak sedikit juga menjadi masalah ketika seseorang ingin mencari sebuah Hadis. Banyak dalil yang telah mendorong kita untuk berpegang teguh pada landasan Hadist Nabi SAW. Sebagaimana Allah telah berfirman:
5
Wawancara pribadi dengan Ahmad Lutfi Fathullah, 9 April 2013
5
Artinya : “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah” (QS. Al-Ahzab: 21).6 Ayat tersebut mengungkapkan bahwa tidak ada panutan kecuali diri Rasulullah SAW, tidak ada pengikutan keuali kepada beliau, dan tidak ada keselamatan kecuali dengan mengikuti jalannya. Maka tidak shahih pengakuan cinta seorang muslim, jika ia tidak mengikuti dan berkonsisten terhadap Sunnah Nabi SAW. Beberapara problematika diatas membuat Ahmad Lutfi Fathullah untuk mengemas dakwahnya dalam bentuk digitalisasi. Beliau memanfaatkan kecanggihan teknologi saat ini, dalam menciptakan media dakwah yang memudahkan umat Islam untuk mempelajari ajaran Allah.7 Pesan-pesan dakwah yang disampaikannya diterima masyarakat yang tidak terjangkau dengan media lisan. Beliau mendapatkan respon positif dari masyarakat karena penyampaian ajaran dakwahnya dengan berbagai media dakwah tersebut. Melihat dari berbagai pemikiran dan aktivitas yang dilakukan oleh Ahmad Lutfi Fathullah, penulis tertarik untuk mengakaji lebih mendalam. Oleh karena itu, peneliti menulis judul tentang “PEMIKIRAN DAN AKTIVITAS DAKWAH DR. AHMAD LUTFI FATHULLAH, MA”
6 7
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, hlm. 670 Wawancara pribadi dengan Ahmad Lutfi Fathullah, 9 April 2013
6
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah Pemikir dakwah adalah yang sesuai dengan Rijalul Fikr wa Da’wah. Penulis membatasi penulisan ini hanya mengenai pemikiran tentang da’i, mad’u, dan media dakwah. Aktivitas dakwah yang dimaksud adalah aktivitas dakwah dalam berbagai bentuk. Peneliti membatasi bentuk aktivitas dakwah sesuai dengan paradigma dakwah dan memuat konten materi pesan dakwah. 2. Perumusan Masalah a. Bagaimana konsep dakwah Ahmad Lutfi Fathullah menurut paradigma dakwah? b. Bagaiamana aktivitas dakwah Ahmad Lutfi Fathullah menurut paradigma dakwah? C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian a. Untuk mengetahui konsep dakwah Ahmad Lutfi Fathullah yang sesuai dengan paradigma dakwah b. Untuk mengetahui aktivitas dakwah Ahmad Lutfi Fathullah. yang sesuai dengan paradigma dakwah 2. Manfaat Penelitian a. Manfaat akademis Penelitian ini dapat memberikan kontribusi positif bagi perkembangan dakwah saat ini. Hasil penelitian dapat memberikan gambaran tentang penerapan dakwah yang akan dilakukan. Penelitian
7
ini juga dapat memberikan tambahan referensi dan perbandingan, khususnya bagi mahasiswa untuk terus mengembangkan dan melakukan penelitian lanjutan. b. Manfaat Praktis Penelitian ini dapat menambah ilmu dan memperluas wawasan dalam berdakwah tentang bagaimana umat menerapkan ajaran-ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari. Penelitian juga dapat memberikan sumbangan dan masukan bagi pelaku komunikasi khususnya bagi Ahmad Lutfi Fathullah.
D. Metodologi Penelitian 1. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode pendekatan kualitatif, yang bersifat deskriptif analisis, yakni metode prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.8 Metode dalam penelitian ini menggunakan metode tringulasi. Penulis mengumpulkan data dari berbagai sumber buku, informan (wawancara), dan observasi langsung. Kemudian melakukan analisis yaitu perbandingan antara temuan dengan teori yang ada.
8
hlm. 9
Lexy J. Maleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Rosdakarya, 2007),
8
2. Subjek dan Objek Penelitian Subyek dalam penelitian ini adalah Ahmad Lutfi Fathullah, dan obyek penelitiannya adalah pemikiran dan aktivitas dakwah Ahmad Lutfi Fathullah. 3. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan selama empat bulan, yakni dari bulan Februari sampai Mei 2013. Penelitian berlangsung di kantor Pusat Kajian Hadis (PKH), Jl. Gatot Subroto Kav. 26, Kuningan, Jakarta Selatan. 4. Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian ini, ada tiga teknik yang dilakukan untuk mengumpulkan data, diantaranya : a. Kepustakaan Penulis menggunakan buku sebagai sumber informasi utama. Dilakukan dengan membaca dan menelaah mengenai artikel dakwah di media massa, dan dokumentasi sebagai bahan informasi pelengkap tentang Amhad Lutfi Fathullah. b. Wawancara Wawancara adalah suatu teknik pengumpulan data dengan cara mengadakan tanya jawab langsung kepada narasumber dengan menggunakan wawancara terstruktur yang disiapkan oleh penulis.9 Wawancara dilakukan secara langsung dengan Ahmad Lutfi Fathullah, Ibu Jehan Azhari (istri Ahmad Lutfi Fathullah), Tarsim, Ibu Lidya, Ibu Restu (murid Ahmad Lutfi Fathullah), dan Bapak Sunandar (teman 9
M. Nasir, Metodologi Penelitian (Jakarta : Ghalia Indonesia, 1998), hlm. 182
9
Ahmad Lutfi Fathullah). Peneliti mewawancarai mereka karena adanya hubungan keakraban dan kedekatan dengan Ahmad Lutfi Fathullah. c. Observasi Observasi merupakan suatu pengamatan yang dilakukan secara langsung oleh peneliti, yakni dengan cara mengumpulkan data, di mana peneliti mengadakan pengamatan langsung atau berhadapan dengan subyek yang akan diteliti. Peneliti mengadakan observasi di tempat berbeda dengan mengikuti kegiatan dakwah yang dilakukan oleh Ahmad Lutfi Fathullah, seperti di PKH, TVRI, Sekolah AlMughni, dan Masjid Baitul Mughni Jakarta. 5. Analisis Data Analisis data merupakan proses penyederhanaan ke dalam bentuk yang lebih mudah dan diinterpretasikan.10 Dalam penelitian ini penulis melakukan pengumpulan data yang berhubungan dengan pemikiran dan aktivitas dakwah Ahmad Lutfi Fathullah. Kemudian menganalisnya, dengan membuat perbandingan antara data temuan dengan teori yang telah ada sebelumnya. Dan terakhir disajikan dalam bentuk laporan hasil penelitian. Teknik penulisan penelitian ini berpedoman pada buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi) terbitan CeQDA (Center for quality Development and Assurance), tahun 2007, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
10
Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, Metode Penelitian Survey, (Jakarta : LP3S, 1989) cet ke 1, hlm. 263
10
E. Tinjauan Pustaka Penulis menggunakan beberapa rujukan skripsi terdahulu dalam mendapatkan informasi tentang hal yang berkaitan dengan penelitian yang sedang ditulis, hal tersebut bertujuan agar tidak adanya kesalahan dalam mengolah data dan menganalisisnya. Beberapa judul skripsi yang berkaitan, diantaranya : Pemikiran dan Aktivitas Dakwah Ustadz Nur Maulana, disusun oleh Ambo Illang, mahasiswa Komunikasi Penyiaran Islam. Penelitian ini dibatasi pada pemikiran dan aktivitas dakwah di acara Islam Itu Indah Trans Tv. Perbedaan dengan penulis yakni terletak pada subyek yang diteliti. Pemikiran Dakwah Prof DR H Mohammad Ardani. disusun oleh Sipa Fauziah, mahasiswa KPI, tahun 2012. Penelitian ini dibatasi hanya pada pemikiran Prof DR Mohammad Ardani saja. Perbedaannya dengan penulis, yakni penulis meneliti tentang pemikiran dan aktivitas dakwah. Pemikiran dan Aktifitas Dakwah Habib Abu Bakar Assegaf (Pimpinan Yayasan Tsaqofah Islamiyah, Bukit Duri, Tebet, Jakarta Selatan), disusun oleh mahasiswa KPI, Wida Maulida, tahun 2011. Persamaan dengen penulis yakni dibatasi pada masalah pemikiran dan aktivitas dakwah. Dan perbedaannya terletak pada subyek yang diteliti. Pemikiran dan Kiprah Dakwah Ustadz Saiful Islam Al-Payage, disusun oleh Pathiyatul Wirdiyah, mahasiswa Jurusan KPI, tahun 2012. Perbedaan dengan penulis, yakni terletak pada subyek yang diteliti. Penelitian tentang pemikiran dan aktivitas dakwah memang sudah banyak dan mengangkat tokoh berbeda. Namun, penulis tidak menemukan
11
satupun hasil laporan penelitian yang mengangkat tokoh mengenai Dr. Ahmad Lutfi Fathullah, MA. sehingga penulis tidak bisa membandingkan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya.
F. Sistematika Penulisan Untuk mempermudah pembahasan dalam menganalisa studi ini, diperlukan sistematika penulisan. Penelitian yang akan dibahas terdiri dari lima bab dan masing-masing bab terdiri dari sub bab, yaitu: BAB I
: Pada bab ini terdiri dari Pendahuluan,
yang meliputi
Latar
Belakang Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Metodologi Penelitian, Tinjauan Pustaka, dan Sistematika Penulisan. BAB II
: Pada bab ini
membahas Tinjauan Teoritis, yang terdiri dari
Tinjauan Dakwah, meliputi Pengertian dan Unsur-Unsur Dakwah, Pengertian Pemikiran Dakwah, dan Pengertian Aktivitas Dakwah. BAB III
: Pada bab ini berisi tentang Biografi Dr. Ahmad Lutfi Fathullah,
MA yang meliputi Latar Belakang Keluarga, Latar Belakang Pendidikan, Pengalaman Karir dan Karya Ahmad Lutfi Fathullah. BAB IV
: Pada bab ini berisi Hasil Penelitian yang meliputi Pemikiran dan
Aktivitas Dakwah Ahmad Lutfi Fathullah. BAB V
: Pada bab ini sebagai penutup berisi Kesimpulan dan Saran.
BAB II TINJAUAN TEORITIS
A. Konsep Dakwah 1. Pengertian Dakwah Kata dakwah berasal dari bahasa Arab yaitu da‟a – yad‟u – da‟watan, artinya memanggil, mengajak, atau menyeru.1 Jadi arti dakwah menurut kebahasaan yaitu seruan kepada jalan yang benar. Dakwah merupakan suatu proses penyampaian (tabligh) atas pesan-pesan tertentu yang berupa ajakan atau seruan dengan tujuan agar orang lain memenuhi ajakan tersebut.2 Definisi dakwah secara terminologi menurut Taufik al-Wa’iy dalam bukunya menyebutkan bahwa dakwah bermakna upaya lewat perkatan dan perbuatan untuk mengajak manusia untuk berpihak kepada da’i. Ruang lingkup pemahaman istilah dakwah adalah seputar upaya lewat ucapan dan perbuatan untuk Islam, menerapkan ajarannya, meyakini aqidahnya, dan melaksanakan syariatnya.3 Ada beberapa definisi dakwah yang dikemukakan oleh para ahli, diantaranya : 1) Toha Yahya Omar, mendefinisikan dakwah sebagai tindakan mengajak menusia dengan cara bijaksana kepada jalan yang benar sesuai dengan
1
Asmuni Syukir, Dasar-dasar Strategi Da‟wah Islam, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1983),
hlm.17 2
Siti Muriah, Metode Dakwah Kontemporer, (Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2000), hlm. 1 Taufik al-Wa’iy, Dakwah ke Jalan Allah; Muatan, Sarana & Tujuan, (Jakarta: Robbani Pers, 2010), cet. ke-1, hlm. 12 3
12
13
perintah Tuhan, untuk keselamatan dan kebahagiaan mereka di dunia dan akhirat.4 2) Menurut A. Hasjmy, dakwah yaitu mengajak orang lain utuk meyakini dan mengamalkan aqidah dan syariah Islamiyah, namun terlebih dahulu harus diyakini dan diamalkan oleh pendakwah itu sendiri.5 3) M. Quraish Shihab mengartikan bahwa dakwah adalah seruan atau ajakan kepada keinsafan, atau usaha mengubah situasi menjadi situasi yang lebih baik dan sempurna, baik terhadap pribadi maupun masyarakat.6 Allah SWT telah memerintahkan dan memotivasi untuk berdakwah dalam banyak ayat, sebagaimana FirmanNya : Artinya: “Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: "Sesungguhnya aku Termasuk orang-orang yang menyerah diri?" (QS. Al- Fushilat: 33)7 Dalam ayat tersebut, Allah telah menjelaskan, bahwa sebaik-baik manusia, perkataan, dan perbuatannya adalah orang yang mengajak manusia lainnya kepada Allah dan menunjukinya, mengajarkan agama kepada para hamba dan membuat mereka paham. Dengan inilah maka mereka menjadi sebaik-baik manusia dan bermanfaat bagi manusia lainnya.8 4
Toha Yahya Omar, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Wijaya, 1979), hlm. 1 A. Hasjmy, Dustur Dakwah Menurut Al-Qur‟an, (Jakarta: Bulan Bintang, 1984), hlm.18 6 M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur‟an Fungsi dan Peran Wahyu Dalam Kehidupan Mayarakat, (Bandung: Mizan, 1994), cet ke-6, hlm. 194 7 Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahannya, hlm.778 8 Fawaaz Hulayyil , Begini Seharsnya Berdakwah, Kunci Sukses Dakwah Salaf, (Jakarta: Darul Haq, 2008). hlm. 21 5
14
Dakwah pada hakikatnya adalah usaha orang beriman untuk mewujudkan Islam dalam semua segi kehidupan, baik pada tataran individu, keluarga, masyarakat, maupun umat dan bangsa. Usaha mewujudkan iman dan Islam dapat dilakukan diantaranya melalui kontrol sosial (al-nahi „an al-munkar), keteladanan perilaku (uswatun khasanah), pengembangan pendidikan (al-ta‟lim wa al-tarbiyah) yang sesuai dengan visi dan misi cita-cita Islam.9 Kegiatan dakwah dalam menegakkan kebenaran dan keadilan wajib dilakukan di mana, kapan, dan kepada siapa saja, sesuai dengan situasi dan kondisinya. Upaya pengingatan dan perwujudan kebenaran oleh para juru dakwah harus dilakukan karena upaya itu akan selalu bermanfaat, tidak sia-sia, dan Allah akan selalu menghargainya10. Dalam hal ini, motivasi yang diisyaratkan Al-Quran yaitu :
Artinya: “Oleh sebab itu berikanlah peringatan karena peringatan itu bermanfaat, orang yang takut (kepada Allah) akan mendapat pelajaran, dan orang-orang yang celaka (kafir) akan menjauhinya. (yaitu) orang yang akan memasuki api yang besar (neraka). Kemudian Dia tidak akan mati di dalamnya dan tidak (pula) hidup” (Al-A’la: 9-13)11 Asep Muhiddin mengutip pendapat Sayyid Quthub dalam tafsirnya,
memberikan
penafsiran
tentang
ayat
tersebut
dengan
mengomentarinya sebagai berikut :
9
Nurul Badrutamam, Dakwah Kolaboratif Tarmizi Taher, (Jakarta : Grafindo, 2005),
hlm. 40 10
Asep Muhiddin, Dakwah Dalam Perspektif Al-Qur‟an, (Bandung: Pustaka Setia, 2001), hlm. 77 11 Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahannya, hlm. 1051
15
Selama masih bermanfaat peringatan itu, dan memang upaya peringatan itu akan selalu bermanfaat, dengan tidak perlu melihat banyak atau sedikitnya orang yang memanfaatkannya. Kendatipun sudah rusaknya moral kehidupan manusia ini, dunia tidak akan pernah sunyi dari generasi yang memperjuangkan, mendengar, dan memanfaatkan pringatan itu.12
Dari berbagai pengertian definisi tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa dakwah merupakan kegiatan menyampaikan atau menyerukan ajaran Islam untuk berbuat kebaikan dan mencegah kemunkaran, demi memperoleh kebahagiaan di dunia dan akhirat. Dengan kegiatan dakwah yang berlangsung secara terus menerus maka akan menciptakan tatanan masyarakat yang harmonis sesuai dengan petunjuk Allah SWT dan RasulNya. Tujuan dakwah dicapai dengan mangajak manusia ke jalan Allah dengan sungguh-sungguh dan usaha merealisir ajaran Islam dalam segenap aspek kehidupan manusia. Maka, diharapkan umat manusia akan memetik buahnya berupa kebahagiaan dan kesejahteraan hidup.13 Dakwah Islam memiliki tujuan agar timbul dalam diri umat manusia suatu pengertian tentang nilai-nilai ajaran Islam, kesadaran sikap, penghayatan, serta pengamalan terhadap ajaran agama dengan ikhlas. Dengan demikian tujuan dakwah Islam yakni memberikan seruan kepada umat Islam untuk melakukan amar ma‟ruf nahi munkar, sesuai dengan ajaran Allah SWT agar menjadi pedoman dalam hidupnya. Adapun tujuan dakwah menurut Asmuni Syukir, yakni: 1) Mengajak manusia yang sudah memeluk agama Islam untuk selalu meningkatkan taqwanya kepada Allah SWT. 12
Asep Muhiddin, Dakwah Dalam Perspektif Al-Qur‟an, hlm.78 Umi Musyarrofah, Dakwah K.H. Hamam Dja‟far dan Pesantren Pabelan, ( Jakarta: UIN Press, 2009). hlm. 18 13
16
2) Membina mental orang Islam yang masih Muallaf.14 3) Mengajak umat manusia yang belum beriman, agar beriman kepada Allah (memeluk agama Islam). 4) Mendidik anak-anak agar tidak menyimpang dari fitrahnya.15 Sukses atau tidaknya dakwah bukanlah diukur lewat gelak tawa atau tepuk riuh pendengarnya, bukan pula dengan ratap tangis mereka. Sukses tersebut diukur pada bekas (atsar) yang ditinggalkan dalam benak pendengarnya ataupun kesan yang terdapat dalam jiwa, kemudian tercermin dalam tingkah lakunya. Untuk mencapai sukses tersebut, tentunya semua unsur dakwah harus mendapat perhatian para da’i.16 2. Unsur-Unsur Dakwah a. Da’i Da’i adalah orang yang melaksanakan dakwah, baik dengan lisan, tulisan, maupun perbuatan yang dilakukan secara individu, kelompok, atau melalui organisasi atau lembaga. Da’i sering disebut juga dengan muballigh, yakni orang yang menyampaikan ajaran Islam. Namun sebutan muballigh ini memiliki arti yang sempit untuk sebagian orang. Mereka cenderung mengartikannya sebagai orang yang menyampaikan ajaran Islam hanya melalui lisan saja, seperti penceramah, khatib, dan sebagainya.17 Seorang da’i diibaratkan seperti seorang guide atau pemandu yakni terhadap orang-orang yang ingin mendapatkan keselamatan
14
Muallaf adalah orang muslim yang masih lemah imannya. Lih. Moh Ali Azis, Ilmu Dakwah. hlm. 265 15 Asmuni Syukir, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1983), hlm.49 16 M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Quran Fungsi Dan Peran Wahyu Dalam Kehidupan Masyarakat, (Bandung: Mizan, 1994), cet. ke- 6, hlm. 194 17 Rubiyanah dan Ade Masturi, Pengantar Ilmu Dakwah, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah, 2010), hlm. 71
17
hidup di dunia dan akhirat. Ia menjadi petunjuk jalan yang harus mengerti dan memahami jalan mana yang boleh dan tidak boleh dilalui oleh seorang muslim. Oleh karena itu, da’i di tengah-tengah masyarakat memiliki peran penting. Perbuatan dan tingkah lakunya menjadi tolak ukur. Maka hendaklah seorang da’i menjadi uswatun hasanah bagi masyarakatnya.18 Visi seorang da’i adalah sebagai pembangun dan pengembang masyarakat Islam, seperti dapat dilihat dan dibaca dalam pandangan para pemikir dan pelaku dakwah (rijal al Fikr wa al-da‟wah). A. Ilyas Ismail dalam bukunya mengutip pendapat Abdullah Nasih Ulwan, seorang da’i harus memerankan enam tugas atau misi, diantaranya sebagai tutor (muhaddits), edukator (mudarris), orator (khathib), mentor (muhadhir), pembuka dialog (munaqisy wa muhawwir), budayawan (adib), dan penulis (katib).19 Tugas da’i dalam menyiarkan syiar Islam harus mampu menciptakan jalinan komunikasi yang erat antara dirinya dan masyarakat. Ia harus mampu bertindak dan bertingkah laku yang sesuai. Ia harus berbicara dengan bahasa yang dimengerti oleh masyarakatnya. Maka, penting sekali seorang da’i harus mengetahui latar belakang dan kondisi masyarakat yang dihadapi.20 Seorang da’i harus mempunyai kemampuan dan kecakapan agar ia mampu bekerja dan melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya sebagai pembangun dan pengembang masyarakat. Kompetensi da’i 18
Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Amzah, 2009), Cet. ke-1, hlm. 69. Ahmad Ilyas Ismail dan Prio Hotman, Filsafat Dakwah Rekayasa Membangun Agama dan Peradaban Islam, hlm. 75 20 Ali Abdul Halim Mahmud, Dakwah Fardiyah Metode Membentuk Pribadi Muslim, (Mesir : Darul Wafa, al- Manshurah, 1992), hlm. 127 19
18
yang ideal menurut A. Ilyas harus memiliki kekuatan intelektual (knowledge), keterampilan (skill), sikap dan moral (attitude), dan kekuatan spiritual (spiritual power).21 Keberadaan seorang da’i dalam masyarakat luas mempunyai fungsi yang cukup menentukan. Fungsi da’i diantaranya : 1) Meluruskan aqidah Aqidah adalah dasar dari segalanya. Semua dakwah Rasul SAW. bertugas untuk merealisasikannya. Melihat kenyataan saat ini, masih banyak ritual-ritual perbuatan musyrik yang dilakukan sebagaian orang Muslim. Maka keberadaan para da’i sangat dibutuhkan untuk meluruskan kembali akidah mereka. Agar mereka dapat kembali kepada fitrahnya, yakni percaya kepada Dzat Yang Maha Kuasa yaitu Allah SWT. 2) Memotivasi umat untuk beribadah dengan baik dan benar Allah SWT menciptakan semua mahkluknya di muka bumi untuk
beribadah
menyembah-Nya.
Namun,
masih
banyak
pelaksanaan ibadah yang belum sesuai dengan syariat Islam sebenarnya. Oleh karena itu, da’i hadir sebagai pembimbing yang memotivasi umat untuk beribadah dengan benar dan baik. 3) Menegakkan amar ma‟ruf dan nahi munkar Dalam aktivitasnya sehari-hari, manusia hidup sebagai mahkluk sosial. Konsep Islam yang luhur menganjurkan umatnya untuk saling berbuat kebaikan dan meninggalkan keburukan.
21
Ahmad Ilyas Ismail dan Prio Hotman, Filsafat Dakwah Rekayasa Membangun Agama dan Peradaban Islam, hlm. 77
19
Prinsip ini harus ditegakkan karena akan menciptakan umat Islam yang harmonis, dan erat tali persaudaraannya. 4) Menolak kebudayaan yang menyimpang Seorang da’i harus pandai menganalisa dan memberikan alternatif jika terdapat budaya yang bertentangan. Sebagai umat Islam seharusnya jangan mudah menerima aspek baru tersebut, harus terlebih dahulu di analisa, apakah itu baik atau tidak.22 b. Mad’u Mad’u ialah orang yang menerima pesan-pesan dakwah, baik yang beragama Islam ataupun non Islam. Dakwah yang ditujukan kepada non muslim bertujuan untuk mengajak mereka agar mengikuti agama Islam. Sedangkan untuk umat muslim dakwah bertujuan meningkatkan kualitas iman, islam, dan ihsan.23 Pernyataan ini sesuai dengan QS. Saba’ ayat 28, yaitu : Artinya : “Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui”24 Menurut Prof. Dr. Husul Aqib Suminto dalam bukunya, mad’u dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa lapisan atau tingkatan, diantaranya : 1) Mayarakat umum yakni kelompok yang biasanya berada di tempattempat umum, seperti masjid, madrasah, lapangan terbuka, dan 22
Samsul Munir Amin, Ilmu dakwah, hlm. 75 M. Munir, Wahyu Ilaihi, Manajemen Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2006), cet. ke-1, hlm. 21-22. 24 Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahannya, hlm. 688 23
20
sebagainya. Da’i dapat menyampaikan dakwahnya melalui ceramah. 2) Masyarakat penguasa yakni orang-orang yang mempunyai kedudukan tinggi. Pada lapisan ini, para da’i hendaklah menggunakan cara personal approach, yaitu menggalang hubungan pribadi. Melalui pendekatan ini diharapkan para da’i memperoleh dukungan dari pihak penguasa, sehingga dapat membantu kelancaran pelaksanaan dakwah. 3) Masyarakat terpelajar yaitu masyarakat yang mempunyai pendidikan tinggi atau biasanya terdapat di perguruan tinggi. Pada kalangan ini harus dihadapi melalui pendekatan ilmiah. Berdakwah di kalangan intelektual, cendikiawan dan masyarakat kampus dituntut keilmuan yang cukup, analisis serta rasional, sehingga pesan-pesan dakwah yang disampaikan da’i dapat diterima. 4) Masyarakat desa yakni masyarakat yang mempunyai kesederhanaan, baik dalam pola hidup maupun cara berpikir. Dalam menghadapi mad’u dari kalangan ini, da’i harus memilih materi dakwah yang sederhana dengan penyampaian yang mudah dipahami.25 Mad’u (penerima dakwah) sebagai objek dakwah harus diklasifikasi oleh da’i dalam aktivitas dakwahnya. Dengan klasifikasi tersebut, akan memudahkan da’i dalam menyampaikan pesan-pesan dakwahnya. Klasifikasi objek dakwah ini penting, agar pesan-pesan Islam dapat diterima dengan baik oleh mad’u. Kegiatan dakwah juga akan menjadi lebih terarah.26 c. Materi Dakwah Materi dakwah adalah pesan-pesan dakwah Islam yang disampaikan da’i kepada mad’unya. Sumber materi dakwah adalah AlQur’an dan Hadis. Secara umum, materi dakwah dapat diklasifikasikan menjadi tiga pokok, yaitu:
25
H. A. Suminto, Problematika Dakwah, (Jakarta: Tinta mas, 1973), cet. ke-1, hlm. 114-
26
Samsul Munir Amin, Rekonstruksi Pemikiran Dakwah Islam, (Jakarta: Amzah, 2008),
115. hlm. 28
21
1) Masalah keimanan (Aqidah) Akidah adalah pokok kepercayaan dalam agama Islam. Aqidah diibaratkan sebagai pondasi awal dalam sebuah bangunan. Akidah Islamiyah itu berkaitan dengan rukun iman. Di luar dari rukun iman yang enam itu, umat Islam tidak wajib untuk mempercayainya. 2) Masalah keislaman (Syariat) Syariat mempunyai dua pengertian yakni mengatur tentang hubungan manusia dengan Tuhan (vertikal) yang disebut dengan ibadah, dan mengatur human relation dan human activity di dalam masyarakat (horizontal), disebut muamalah.27 3) Masalah budi pekerti (Akhlaqul karimah) Ajaran akhlak dalam Islam pada dasarnya meliputi kualitas perbuatan manusia yang merupakan ekspresi dari kondisi kejiwaannya. Islam mengajarkan kepada manusia agar berbuat baik dengan ukuran yang bersumber dari Allah SWT. Maka seseorang yang memiliki akidah yang kuat, pasti akan melaksanakan ibadah dengan Tuhannya dengan tertib, memiliki akhlak yang mulia dan bermuamalat baik dengan sesamanya.28 Menyampaikan materi dakwah pada dasarnya bukanlah ajaran yang semata-mata berkaitan dengan wujud eksistensi wujud Allah SWT namun bagaimana menumbuhkan kesadaran mendalam agar
27
Masjfuk Zuhdi, Studi Islam Jilid 1 : Akdah, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1993), cet ke-3, hlm. 8 28 Yunahar Ilyas, Kuliah Akidah Islam, (Yogya: LPII,1955), cet. ke-3, hlm. 10
22
mampu memanifestasikan akidah, syariah, dan akhlak dalam amalan sehari-hari. d. Metode Dakwah Kata metode memiliki pengertian suatu cara yang bisa ditempuh atau cara yang ditentukan secara jelas untuk mencapai dan menyelesaikan tujuan, rencana sistem, tata pikir manusia.29 Maka metode dakwah dapat diartikan sebagai cara yang digunakan seorang da’i dalam menyampaikan pesan-pesan dakwah kepada mad’u. Al-Qur’an telah meletakkan dasar-dasar metode dakwah dalam sebuah ayat yang berbunyi :
Artinya
: “Serulah kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik, dan berdiskusilah dengan mereka menurut cara yang terbaik. Sesungguhnya Tuhanmu lebih mengetahui siapa yang sesat dari jalanNya, dan lebih mengetahui siapa orang-orang yang mendapat petunjuk” (QS. An-Nahl: 125).30
Dalam ayat tersebut, terdapat tiga metode dakwah, diantaranya : 1) Bi Al-Hikmah Bi Al-Hikmah adalah berdakwah yang dilakukan dengan benar dan tepat. Kebenaran dan ketepatan yang dicakup harus mempunyai tiga unsur. Pertama, menyangkut situasi dan kondisi
29 30
M. Syafaat Habib, Buku Pedoman Dakwah, (Jakarta: Wijaya, 1992), cet. ke-1, hlm. 160 Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahannya, hlm. 211
23
mad’u. Kedua, menyangkut kadar materi yang disampaikan. Dan ketiga, menyangkut metode dan teknik yang digunakan.31 Dalam metode hikmah, seorang juru dakwah tidak menggunakan
satu
bentuk
metode
saja.
Mereka
harus
menggunakan berbagai metode dakwah yang sesuai dengan realitas yang dihadapinya.32 Al Hikmah adalah bekal da’i menuju sukses. Tidak
semua
orang
dapat
meraih
hikmah,
sebab
Allah
memberikannya untuk orang-orang yang layak mendapatkannya, Firman Allah : Artinya: “Allah menganugerahkan Al Hikmah kepada siapa yang dikehendaki-Nya. dan barangsiapa yang dianugerahi hikmah, ia benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak. dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah)” (AlBaqoroh: 269).33 2) Mau‟izatul Hasanah Mau‟izatul
Hasanah
adalah
berdakwah
dengan
memberikan nasihat yang baik. Menurut Ali Musthafa Yakub, metode dakwah
ini berisi ucapan nasihat yang baik dan
bermanfaat bagi orang yang mendengarkannya, atau argumen yang memuaskan
31
sehingga
mereka
dapat
menerima
apa
yang
Ahmad Ilyas Islmail, Paragdigma Dakwah Sayyid Quthub Rekonstruksi Pemikiran Dakwah Harakah, (Jakarta: Penamadani, 2006), hlm.248 32 M. Munir, Metode Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2006), cet. ke-2. hlm. 13 33 Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahannya, hlm. 67
24
disampaikan oleh da’i.34 Metode dakwah ini mengandung arti yaitu kata-kata yang masuk ke dalam kalbu dengan penuh kasih sayang dan ke dalam perasaan dengan penuh kelembutan, tidak membongkar atau membeberkan kesalahan orang lain.35 3) Mujadalah Billati Hiya Ahsan Metode ini mempunyai arti berdakwah dengan cara bertukar pikiran dan membantah dengan cara sebaik-baiknya dengan tidak memberikan tekanan-tekanan yang memberatkan kepada sasaran dakwah.36 Mohammad Natsir mengutip pendapat dari Syekh Muhammad Abduh dalam menyimpulkan QS. An-Nahl: 125, bahwa umat yang dihadapi seorang da’i dibagi tiga golongan, yaitu: 1) Golongan cerdik cendikiawan yang cinta kebenaran, dan dapat berpikir secara kritis, cepat dapat menangkap arti persoalan. Mereka ini dapat dipanggil dengan hikmah. Karena dalil yang disampaikan dapat diterima oleh kekuatan akal mereka. 2) Golongan awam yaitu orang yang belum dapat berpikir secara kritis dan mendalam, belum dapat menangkap pengertian yang tinggi. Mereka dipanggil dengan Mauizah Hasanah, dengan bimbingan yang baik dan ajaran yang mudah dipahami mereka. 3) Golongan yang tingkat kecerdasannya di antara kedua golongan tersebut, belum dapat dicapai dengan hikmah, akan tetapi tidak akan sesuai pula bila dilayani seperti golongan awam. Mereka suka membahas sesuatu, tetapi tidak terlalu mendalam.37 Tujuan da’i memilih metode dakwah yang tepat adalah untuk mempengaruhi objek dakwah. Mempengaruhi untuk menuju pribadi yang lebih baik dan mampu mengamalkan ajaran Islam dengan benar. 34
Ali Mustafa Yakub, Sejarah dan Metode Dakwah Nabi, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1997), hlm. 21 35 M. Munir, Metode Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2006), cet. ke-2. hlm. 17 36 Wahidin Saputra, Pengantar Ilmu Dakwah, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011), hlm. 244 37 Mohammad Natsir, Fiqhud Da‟wah, (Jakarta: Media Da’wah, 2000), cet. ke-11, hlm.162
25
e.
Media Dakwah Kata media merupakan jamak dari bahasa Latin yakni medion, yang berarti alat perantara. Secara istilah media berarti segala sesuatu yang dapat digunakan utuk mencapai tujuan tertentu. Maka media dakwah dapat diartikan dengan segala sesuatu yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan dakwah yang telah direncanakan.38 Menurut Zaini Muhtarom, media yang dapat dijadikan sebagai media dakwah, diantaranya: 1) Media lisan Media ini merupakan media yang sering digunakan karena sifatnya yang praktis dan ekonomis. Termasuk di dalamnya media lisan adalah diskusi, khutbah, ramah tamah, dan sebagainya. 2) Media cetak Ide-ide pemikiran tentang Islam dituangkan dalam bentuk tulisan seperti surat kabar, bulletin, spanduk, majalah, dan sebagainya. 3) Media elektronik Media ini merupakan media yang lahir karena pemikiran manusia dalam bidang teknologi modern. Segala perbuatan, perkataan, dan tingkah laku dapat dimunculkan pada media ini. Media elektronik dapat berupa radio, televisi, film, dan sebagainya. 4) Media organisasi Organisasi dakwah merupakan alat pelaksanaan dakwah agar dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Melalui organisasi, dakwah dapat dilaksanakan dalam kegiatan intern dan ekstern. 5) Media seni dan budaya Dakwah lewat seni dan budaya dilakukan oleh para guru dan da’i terdahulu sampai sekarang, seperti gamelan, wayang, sastra, dan sebagainya.39
Seiring dengan kemajuan zaman saat ini, dakwah tidaklah cukup jika disampaikan dengan lisan tanpa bantuan berbagai alat modern canggih. Dengan menggunakan media massa tersebut maka 38
Asmuni Syukir, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1983),
hlm.163 39
Zaini Muhtarom, Dasar-dasar Manajemen Dakwah Islam, (Yogyakarta: Al-Amin Press, 1996), hlm. 115
26
jangkauan dakwah tidak lagi terbatas pada ruang dan waktu. Untuk berdakwah pada masyarakat yang majemuk tidak lagi membutuhkan waktu lama, pesan-pesan ajaran agama Islam yang disampaikan dapat diterima secara serempak dan bersama-sama. Tentu sarana ini dapat memudahkan tugas para aktivis dakwah. Dengan demikian, keahlian dan kepandaian seorang da’i sangat dituntut dalam melihat peluang media dakwah yang benar-benar dapat dimanfaatkan keberadaannya untuk menunjang keberhasilan dakwah yang dilakukan hingga mencapai hasil yang maksimal.
B. Pemikiran Dakwah 1. Pengertian Pemikiran Dakwah Pemikiran berasal dari kata dasar “pikir” yang berarti proses, cara, atau perbuatan memikir.40 Pemikiran menurut Samsul Nizar dapat diartikan sebagai upaya cerdas (ijtihadiy) dari proses kerja akal dan kalbu untuk melihat fenomena dan berusaha untuk mencari penyelesaiannya secara bijaksana.41 Definisi pemikiran dapat disimpulkan sebagai proses pendayagunaan kerja akal dan otak seseorang untuk memecahkan persoalan demi melahirkan sesuatu yang baru. Jadi pengertian pemikiran dakwah ialah proses memfungsikan akal yang merupakan kemampuan rasional manusia untuk mentelaah apa itu dakwah sebenarnya dan sebagai upaya asimilasi nilai-nilai Islam dalam
40
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2007), cet ke-4. hlm. 872 41 Samsul Nizar, Pengantar Dasar-dasar Pemikiran Pendidikan Islam, (Jakarta:Gaya Media Pratama, 2001), cet ke-1, hlm. 6
27
kehidupan sehari-hari kaum muslimin baik yang bersifat individual maupun kolektif guna membentuk konsepsi masyarakat yang Islami.42 Pemikiran dakwah Islam adalah suatu keaktifan pribadi manusia untuk menemukan pemahaman dan pengertian tentang konsep dakwah dan berdasarkan fenomena yang terjadi, serta berusaha untuk memberikan solusi dari problematika dakwah yang ada secara nyata dan bijaksana.43
2. Aliran-aliran Pemikiran dan Gerakan Dakwah a. Dakwah Paradigma Tabligh Tabligh artinya menyampaikan yakni menyampaikan ajaran Allah dan Rasul kepada orang lain yang penyajiannya menurut apa adanya (objektif), mengemukakan fakta-fakta, tanpa adanya unsur paksaan untuk diterima atau diikuti. Orang-orang yang menyampaikan disebut muballigh.44 Tabligh dari segi pendekatannya apabila mengacu pada definisi dan contoh yang telah dilakukan oleh Rasullah SAW dapat dibedakan menjadi dua yaitu tabligh yang melalui tulisan (Tabligh bi al-Kitaabah) dan tabligh melalui khutbah atau ceramah (Tabligh al-Khithaabah).45 Pendekatan dakwah yang dilakukan menurut paradigma ini adalah mengajak melalui nasihat-nasihat (al-mawa‟izh) dan membujuk mereka untuk berhijrah dari lingkungan yang melalaikan kepada lingkungan masjid, mengembalikan mereka dari lembah maksiat
42
Wahidin Saputra, Pengantar Ilmu Dakwah (Jakarta: PT Grafindo Persada, 2011),cet ke-1, hlm. 185 43 Nurul Badrutamam, Dakwah Kolaboratif Tarmizi Taher, (Jakarta: Grafindo, 2005), cet1, hlm. 58 44 Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, hlm. 8 45 Tata Sukayat, Quantum Dakwah, hlm. 8
28
kepada ketaatan Allah dan menjalani kehidupan sesuai dengan syariat Allah dan sunah Rasul-Nya. Dalam hubungan mereka dengan Allah maupun dengan sesama makhluknya. Pendekatan seperti ini dikenal dengan sebutan bayan/ penjelasan.46 Para muballigh dalam paradigma tabligh harus mengenal pokok-pokok dakwah yang enam (usul al da‟wah al-sittah) yang disarikan dari enam karakter mulia para sahabat. Enam sifat tersebut diantaranya kembali kepada komitmen tauhid, sholat dengan khusyu dan khudhu‟, ilmu beserta zikir, memuliakan muslim, meluruskan niat, dan dakwah tabligh khuruj fii sabilillah. Para pendukung dakwah tabligh meyakini bahwa dengan mengingat keenam sifat tersebut, dan berusaha mempraktikannya untuk diri sendiri dan orang lain, merupakan jalan untuk membuka pintu agama dan menyebarkannya ke seluruh pejuru manusia.47 b. Dakwah Paradigma Pengembangan Masyarakat Dakwah
paradigma
pengembangan
masyarakat
lebih
mengutamakan aksi ketimbang wacana atau retorika. Kegiatannya biasanya beraksi dalam bidang-bidang sosial, ekonomi, dan pendidikan seperti pengembangan SDM dan pendidikan madrasah atau pesantren. Dari segi metode dakwah, paradigm dakwah pengembangan masyarakat berusaha mewujudkan Islam dengan cara atau jalan menjadikan Islam sebagai pijakan pengembangan dan perubahan sosial yang bersifat transformative-emansipatoris.48 46
Ahmad Ilyas Ismail dan Prio Hotman, Filsafat Dakwah Rekayasa Membangun Agama dan Peradaban Islam, hlm. 218-219 47 Ibid. 219 48 Ibid. hlm. 226
29
Menurut A. Ilyas Ismail dalam bukunya bahwa sasaran utama dakwah paradigma ini adalah perbaikan kehidupan masyarakat dalam segala lini kehidupan, dengan memanfaatkan pengembangan potensi yang ada pada masyarakat itu sendiri.49 c. Dakwah Paradigma Harakah Kata harakah secara harfiah berarti gerak atau gerakan. dikatakan gerak apabila seseorang berpindah atau mengambil posisi baru. Jadi, dakwah harakah adalah dakwah pergerakan. Dakwah ini lebih menekankan pada aspek tindakan atau aksi ketimbang wacana dan teori.50 Menurut Al-Qathani, dakwah Harakah adalah sebuah gerakan dakwah yang berorientasi pada pembangunan masyarakat Islam yang sejatinya Baldatun Thayyibatun wa Rabbun Ghafuur, dengan melakukan reformasi dan perbaikan sendi-sendi kehidupan manusia, mulai perbaikan individu, keluarga, masyarakat atau lingkungan sekitar, dan pemerintahan dan Negara.51 Dari
aspek
metodologi,
dakwah
paradigma
harakah
meniscayakan adanya organisasi yang berfungsi sebagai intuisi atau wadah yang akan menghimpun dan menyatukan potensi-potensi dan kekuatan umat untuk dimanfaatkan dan diberdayakan bagi kepentngan dakwah. Ini berarti dakwah dalam paradigma ini, tidak lagi dipandang
49
Ibid. hlm. 232 A. Ilyas Ismail, Paradigma Dakwah Sayyid Quthub, hlm. 12 51 Ahmad Ilyas Ismail dan Prio Hotman, Filsafat Dakwah Rekayasa Membangun Agama dan Peradaban Islam, hlm. 233 50
30
sebagai tugas dan kewajiban individual, tetapi merupakan tugas dan kewajiban kolektif seluruh kaum mukmin.52 Dilihat
dari
segi
da’i,
dakwah
paradigma
harakah
meniscayakan adanya pelaku dakwah atau da’i yang berkualifikasi sebagai pejuang dakwah (mujahid al-da‟wah). Da’i haruslah merupakan seorang Muslim pejuang (mujahid) dan aktivis pergerakan Islam. Dengan demikian, dalam pengertian ini, tidak semua orang memiliki kapasitas dan kapabilitas sebagai da’i. Sebagai pejuang dan aktivis pergerakan Islam, da’i harus membekali diri dengan imu dan wawasan Islam yang memadai, mempersenjatai diri dengan bekal ibadah, keluhuran budi pekerti (akhlak al-karimah), dan ketauladanan perilaku (uswah hasanah). Da’i juga harus memiliki komitmen dan ghiroh keislaman yang kuat, sehingga mampu melaksanakan tugastugas dakwah dengan baik dalam menghadapi hinaan dan ejekan (takdzib), siksaan fisik (al-adza), maupun tekanan hidup menyangkut soal politik, ekonomi, dan keamanan.53 d. Dakwah Paradigma Kultural Paradigma dakwah ini menempuh jalur lebih lunak dalam berdakwah yakni dengan dialog antara Islam dan budaya-budaya lokal. Sebab menurut mazhab ini, dakwah tidak boleh didakwahkan, kecuali sesuai dengan karakter mad’unya. Artinya, berdakwah harus menggunakan pendekatan-pendekatan yang familiar melalui kultur setempat seperti adat istiadat dan bahasanya.54 52
A. Ilyas Ismail, Paradigma Dakwah Sayyid Quthub, hlm. 14 Ibid. 54 Ahmad Ilyas Ismail dan Prio Hotman, Filsafat Dakwah Rekayasa Membangun Agama dan Peradaban Islam, hlm.245 53
31
Mazhab dakwah kultural berpendapat, sejarah dakwah Islam dari pertama kelahirannya hingga saat ini selalu diwarnai dengan proses akulturasi timbal balik.55 Dakwah semua Rasul tidak pernah lepas dari proses dialog dengan kultur setempat di mana mereka di utus. Sebagaimana firman Allah SWT QS. Ibrahim ayat 4, yaitu :
Artinya: “Kami tidak mengutus seorang rasulpun, melainkan dengan bahasa kaumnya supaya ia dapat memberi penjelasan dengan terang kepada mereka. Maka Allah menyesatkan siapa yang Dia kehendaki, dan memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki. dan Dia-lah Tuhan yang Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana” (QS. Ibrahim: 4).56 Dakwah yang dilakukan dengan dialog antara Islam dan budaya memiliki beberapa keunggulan dibanding dengan dakwah harakah. Pertama, kehadiran dakwah Islam tidak akan dipandang sebagai ancaman terhadap eksistensi budaya lokal. Kedua, dengan menerima dakwah Islam tidak berarti suatu kaum terputus dari tradisi masa lampaunya. Dan ketiga, universalisme Islam tidak hanya dianggap sebagai wacana, karena kehadiran Islam tidak dirasakan sebagai yang lain, tetapi bagian yang integral dengan budaya lokal.57 e. Dakwah Paradigma Multikulturalisme Dakwah dalam paradigma multikulturalisme ialah sebuah pemikiran dakwah yang fokus pada penyampaian pesan-pesan Islam dalam konteks masyarakat umum dengan berdialog untuk mencari titik 55
Nurcholis Majdid, Islam Doktrin dan Peradaban, (Jakarta: Paramadina, 2008), hlm.537 Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahannya, hlm 379 57 Ahmad Ilyas Ismail dan Prio Hotman, Filsafat Dakwah Rekayasa Membangun Agama dan Peradaban Islam, hlm 247 56
32
temu dan kesepakatan terhadap suatu keyakinan, nilai kelompok, dan agama.58 Dakwah multikulturalisme melakukan pendekatan dakwah diantaranya, pertama, menekankan agar target dakwah lebih diarahkan pada pemberdayaan kualitas umat dalam ranah internal, dan kerja sama, serta dialog antar agama dan budaya dalam ranah eksternal. Kedua, dalam ranah kebijakan public dan politik, dakwah ini menggagas ide tentang kesetaraan hak-hak kelompok minoritas. Ketiga, dalam ranah sosial, dakwah ini mengambil pendekatan kultural dibandingkan harakah. Keempat, dalam pergaulan global, dakwah multikulturalisme merespon feomena globalisasi yang sedikit demi sedikit menghapus sekat antarbudaya dan agama sekarang ini. Dan kelima, para penggagas dakwah harus menyegarkan kembali tentang doktrin Islam klasik, dengan melakukan reinterpretasi dan rekonstruksi paham Islam.59
C. Aktivitas Dakwah Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata aktivitas mempunyai makna keaktifan, kegiatan, kesibukan atau kerja yang dilaksanakan dalam setiap bagian.60 Aktivitas merupakan suatu kegiatan aktif untuk menghasilkan sesuatu. Jadi pengertian aktivitas dakwah adalah segala kegiatan subyek dakwah yang berhubungan dengan dakwah Islam demi terwujudnya kebahagiaan dan kesejahteraan hidup manusia. 58
Ibid. hlm. 263 Ibid. 280 60 Tim Redaksi Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2007), cet-3, hlm. 699 59
33
Samsul Munir Amin dalam bukunya, mengkatagorikan secara umum dakwah Islam menjadi tiga bentuk, diantaranya: 1. Dakwah bi Al-Lisan Dakwah bi Al-Lisan yaitu dakwah yang dilaksanakan dengan lisan, seperti ceramah, khutbah, diskusi, nasihat, dan sebagainya. Metode dakwah ini memang sudah sering dilakukan oleh para juru dakwah. Dakwah ini mengutamakan kemampuan retorika yang baik didepan mad’u. Sehingga mad’u dapat mencerna isi dakwah dengan seksama. 2. Dakwah bi Al-Qolam Dakwah bi Al-Qolam yaitu berdakwah dengan mengunakan keterampilan tulis menulis, berupa artikel atau naskah yang dimuat dalam majalah, surat kabar, brosur, buletin, buku, blog, dan sebagianya. Dakwah seperti ini mempunyai kelebihan yaitu dapat dimanfaatkan dalam waktu yang lebih lama. Jangkauan dakwah ini juga lebih luas jika dibandingkan dengan media lisan. Kapan saja dan di mana saja, mad’u atau objek dakwah dapat menikmati sajian dakwah bi al-qolam ini. Para aktivis dakwah haruslah menyiapkan dirinya tidak saja dengan kemampuan retorika yang baik, tetapi juga dengan kependaian menulis. Mad’u dapat mempelajari isi pesan dakwah secara berulangulang, sehingga pengetahuan mereka akan bertambah. 3. Dakwah bi Al-Hal Dakwah bi Al-Hal adalah dakwah dengan perbuatan nyata yang melipuiti keteladanan. Dakwah ini dilakukan dengan berbagai kegiatan yang langsung menyentuh kepada masyarakat sebagai objek dakwah
34
dengan karya nyata. Misalnya dengan amal yang hasilnya langsung dapat dirasakan oleh masyarakat (mad’u).61 Bentuk dakwah bi Al-Hal ini dilakukan sebagai solusi kebutuhan masyarakat banyak, misalnya membangun sekolah-sekolah Islam, perguruan tinggi Islam, membangun pesantren, rumah sakit, dan kebutuhan masyarakat lainnya.62 Aktivitas dakwah harus terlebih dahulu mengetahui problematika yang dihadapi oleh penerima dakwah. Maka hal yang harus diperhatikan diantaranya : a. Aktivitas dakwah harus mengetahui adat dan tradisi penerima dakwah b. Aktivitas dakwah harus mampu menyesuaikan materi dakwah dengan masalah kontemporer yang dapat mempengaruhi pola hidup masyarakat. c. Aktivitas dakwah harus meninggalkan materi yang bersifat emosional d. Aktivitas dakwah harus mampu menghayati ajaran Islam dengan seluruh pesannya serta menguasai masalah-masalah yang berkembang dalam masyarakat agar antara ajaran agama dan masalah-masalah yang aktual dapat dikaitkan. e. Aktivitas dakwah harus menyesuaikan tingkah lakunya dengan materi dakwah yang disampaikannya.63 Dakwah adalah suatu aktivitas yang mulia di mata Allah SWT. Di dalamnya mengandung suatu seruan atau ajakan keinsafan atau usaha mengubah situasi yang buruk menjadi lebih baik, yakni terhadap pribadi dan masyarakat disekitarnya. Aktivitas dakwah akan menghasilkan tujuan yang diharapkan jika dilakukan oleh para da’i yang memiliki kearifan. Ia harus tetap sabar, tabah, lapang dada menghadapi semua tanggapan dari para mad’u.
61
Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, hlm. 11 Samsul Munir Amin, Rekonstruksi Pemikiran Dakwah Islam, hlm. 12 63 Kusniati Rofiah, Dakwah Jamaah Tabligh dan Eksistensinya di Mata Masyarakat, (Ponorogo: STAIN Ponorogo, 2010), cet. ke-1, hlm.27 62
BAB III BIOGRAFI DR. AHMAD LUTFI FATHULLAH, MA
A. Latar Belakang Keluarga Dr. Ahmad Lutfi Fathullah, MA Ahmad Lutfi Fathullah adalah putra Betawi asli yang lahir pada tanggal 25 Maret 1964 di Kuningan, Jakarta Selatan. Beliau terlahir dari pasangan H. Fathullah dan Hj. Nafisah. Kediaman beliau sejak dilahirkan sampai saat ini masih berdomisili di tempat yang sama, yakni di Komplek Masjid Baitul Mughni, Jl. Gatot Subroto Kav. 26, Kuningan, Jakarta Selatan.1 Keluarga Ahmad Lutfi Fathullah tergolong sebagai keluarga yang berkecukupan. Dari keadaan ekonomi sampai pendidikan dapat dikatakan sukses. H. Fathullah adalah keturunan Guru Mughni. Beliau merupakan ulama besar asli Betawi ternama di era akhir 1800 dan awal 1900-an. Guru Mughni mempunyai nama lengkap Abdul Mughni bin Sanusi bin Ayyub bin Qais, yang lahir sekitar tahun 1860. Sedangkan Ibu Hj, Nafisah adalah anak dari seorang ketua rombongan haji, meskipun pada zaman itu belum banyak jasa travel seperti sekarang. Sehingga sejak umurnya mencapai 14 tahun, Ibu Hj. Nafisah sudah dapat merasakan pergi ke Masjidil Haram. Pertemuan antara H. Fathullah (16 tahun) dan Hj, Nafisah terjadi di dalam pesawat, meskipun mereka bukan satu rombongan haji.2 Ahmad Lutfi Fathullah tumbuh dan berkembang dari keluarga yang religiusnya tinggi. Sejak kecil beliau sudah sering diajarkan ilmu agama oleh keluarganya. Paman dan sepupu beliau banyak yang menjadi Kyai.
1
Wawancara pribadi dengan Ahmad Lutfi Fathullah, 9 April 2013. ibid.
2
35
36
Suasana di kampung Kuningan masih kondusif dan sangat Islami. Belum banyak pembangunan gedung dan perbedaan budaya, sehingga kebudayaan Betawi asli masih kental dirasakan oleh masyarakat di sana. Pada zaman itu orang yang belajar agama akan dihormati oleh masyarakat. Masingmasing keluarga menginginkan anak-anak mereka untuk belajar di pesantren atau bahkan di Timur Tengah. Hampir semua orang di kampung beliau setiap hari selepas ba’da Maghrib mengaji di masjid.3 Anak-anak di sekolahkan di dua tempat yaitu Sekolah Dasar (SD) dan madrasah. SD adalah tempat untuk menuntut ilmu yang berhubungan dengan pengetahuan alam. Sedangkan Madrasah sebagai tempat untuk mengenal, mempelajari, dan memperdalam ilmu agama. Semua ini dilakukan oleh orangtua mereka yang mengetahui betul tentang hakikat ilmu pengetahuan dunia, dan akhirat agar kehidupan dapat berjalan seimbang. Sang Kakek, Guru Mughni, memiliki visi agar anak dan keturunannya mengikuti jejaknya untuk menjadi ulama. Sehingga hal ini membuat kedua orangtua Ahmad Lutfi Fathullah bertekad kelak anak-anaknya menjadi pribadi yang mandiri namun tetap berakhlak mulia dan memiliki ilmu yang mumpuni. Mereka tidak segan-segan mengirim putranya untuk bermukim dan menuntut ilmu agama di luar negeri, walau usia mereka masih muda belia. Ahmad Lutfi Fathullah adalah sosok seorang anak penurut kepada kedua orangtuanya. Beliau berbakti dan mematuhi apa yang diperintahkan kepadanya. Beliau sangat termotivasi dengan kakeknya sehingga menjadikan beliau seseorang yang tidak akan puas untuk menuntut ilmu.
3
Wawancara pribadi dengan Ahmad Lutfi Fathullah, 9 April 2013.
37
Beliau dikenal sebagai sosok anak yang pemberani, ulet, dan tekun. Beliau sudah terbiasa jauh dari asuhan orangtua. Setelah lulus dari SDN 01 Kuningan Timur Jakarta, beliau melanjutkan sekolah di Pondok Pesatren Modern Gontor Ponorogo. Selama tujuh tahun masa sekolah beliau habiskan di sana. Setelah lulus, beliau langsung melanjutkan ke Universitas Damaskus, Syiriah. Sosok semangat belajar dapat ditemukan dalam dirinya. Menjadi seperti Sang Kakek adalah impian terbesar dalam hidupnya. Tidak ada kata lelah untuk menuntut ilmu. Beliau tidak pernah mengambil cuti atau beristirahat untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Di Syiria, Damaskus, itulah tempat pertemuan antara Ahmad Lutfi Fathullah dan Jehan Azhari, yaitu seorang wanita keturunan asli SyiriaIndonesia. Ahmad Lutfi Fathullah mempersunting wanita berparas cantik itu pada tahun 1993, tepatnya saat beliau berusia 29 tahun. Saat ini mereka sudah dikaruniai tiga orang anak yaitu Hanin Fathullah, Muhammad Hadi Fathullah, dan Rahaf Fathullah.4 Kesibukan untuk belajar di luar negeri, membuat Ahmad Lutfi Fathullah berpisah beberapa kali dengan keluarganya. Hal itu telah menjadi kebiasaan yang dianggap sebagai bagian dari jalan dakwah. Anak-anak pun sudah harus terbiasa dengan keadaan seperti itu, yang jarang untuk bertemu dengan ayahnya. Namun dengan perkembangan teknologi yang canggih saat ini, semua itu bukan menadi masalah. Terdapat banyak sarana komunikasi yang memadai, yang dapat digunakan untuk menghubungi satu sama lainnya.
4
ibid.
38
Selain itu, pendampingan dari seorang ibu yang maksimal harus selalu dijaga. Agar sosok seorang ayah selalu hadir meskipun sedang jauh. Ahmad Lutfi Fathullah dikenal sebagai seorang sosok yang bijak di dalam keluarga. Menurut beliau peran istri sangat banyak dalam hal mendidik anak. Beliau percaya kepada sang istri, Jehan Azhari, agar dapat membesarkan anak-anak yang dititipkan oleh Allah SWT itu tumbuh menjadi orang yang sukses. Salah satu langkahnya yakni dengan mencari sekolah yang dipercaya, yang mempunyai visi dan misi sama dengan konsep pendidikan anak shaleh. Karena menurut beliau keluarga dan sekolah adalah dua hal yang dapat membentuk karakter dan pola pikir anak. Keluarga Ahmad Lutfi Fathullah mencoba menerapkan model keluarga dengan pendidikan agama yang lengkap, baik di rumah maupun di sekolah. Selama di rumah, anak-anak dibatasi dalam menonton televisi, sehingga waktu mereka tidak terbuang hanya dengan menonton tayangan yang kebanyakan kurang bermanfaat. Di sekolah, mereka dapat menuntut ilmu yang seimbang antara dunia dan akhirat.5
B. Latar Belakang Pendidikan Dr. Ahmad Lutfi Fathullah, MA Ahmad Lutfi Fathullah mengawali jenjang pendidikannya di SDN 01 Kuningan Timur Jakarta Selatan. Masa pendidikan beliau di tempat ini selama 6 tahun (1971-1977). Aktivitas menggali ilmu di SD tersebut beliau jalankan setiap pagi. Sedangkan pada sore harinya beliau mengikuti Sekolah Diniyah untuk mengenal dan memperdalam ilmu agama.
5
Wawancara pribadi dengan Jehan Azhari, 28 April 2013.
39
Setelah lulus pada tahun 1977, beliau melanjutkan pendidikannya di luar kota Jakarta. Beliau mendaftarkan diri untuk menjadi santri di Pondok Modern Darussalam Gontor. Pendidikan di sana lebih ditekankan kepada pendidikan karakter dan pembentukan jati diri, sehingga pribadi mudah bergaul, pandai berorganisasi didapatkan di sana. Ahmad Lutfi Fathullah gemar bermain sepak bola. Beliau bergabung dalam Club Sepak Bola Darmajaya pada saat di Gontor. Organisasi yang beliau pilih saat di sana yaitu menjadi anggota Pramuka. Menjadi seorang Pramuka dan anggota club sepakbola membuatnya memperoleh banyak teman dan pengalaman. Beliau dikenal sebagai santri yang patuh dan disiplin. Namun dari sisi prestasi beliau tidak terlalu menonjol.6 Pada saat di Gontor, berjauhan dari keluarga, terlebih saat Ramadhan dan Lebaran tiba, ternyata sudah biasa dijalani oleh anak keturunan asli Betawi ini. Keluarga Ahmad Lutfi Fathullah memang mempunyai tujuan mulia, meskipun harus hidup berjauhan. Beliau menyelesaikan pendidikan di Pondok Darussalam selama tujuh tahun (1977-1984).7 Setelah lulus, beliau sempat bersekolah di Assyafi’iyah, namun hanya dalam beberapa bulan. Beliau mendapat kesempatan beasiswa S1 di Damascus University, Syiria. Fiqih dan Ushul menjadi kajian yang dipilihnya saat itu. Proses pendaftaran memakan waktu cukup lama, sehingga sesampainya di sana ujian semester sedang dilakukan. Hanya tersisa tiga mata kuliah dan beliau terpaksa harus mengikutinya. Alhasil beliau tidak lulus di semester
6
Wawancara pribadi dengan Sunandar, 9 Mei 2013. Wawancara pribadi dengan Ahmad Lutfi Fathullah, 9 April 2013.
7
40
pertama. Tetapi pada semester berikutnya, beliau berhasil lulus ujian dengan hasil yang memuaskan.8 Pengetahuan keagamaan Ahmad Lutfi Fathullah menjadi lebih mendalam. Selepas ba’da Shubuh setiap pagi selalu mengaji langsung kepada guru. Beliau aktif bertemu guru untuk mengaji dan menghafal Al-Qur’an. Setiap ba’da Ashar, beliau bekerja menjadi cleaning service di Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI). Tidak setiap hari pekerjaan itu dilakukannya, karena semua mahasiswa Indonesia yang belajar di sana mengambil pekerjaan itu sehingga ada jadwal tertentu. KBRI tidak memberikan beasiswa, tetapi mereka gantikan dengan memberikan pekerjaan ringan, namun upahnya besar. Aktivitasnya yang padat selama di sana ternyata tidak membuat beliau lelah. Beliau juga mengajar les pelajaran agama untuk anak-anak di sana. Membaca hasil kuliah jarang dilakukan oleh Ahmad Lutfi Fathullah. Beliau lebih senang untuk belajar agama langsung kepada guru-guru di sana. Sehingga pengetahuan beliau tentang agama menjadi lebih bertambah ketika berada di Syiria. Tingkat kelulusan di sana masih rendah yaitu sekitar 25-30 persen untuk semua orang, baik asing maupun lokal. Dari angkatan beliau yang masuk sekitar 1500 orang, sedangkan yang lulus hanya 100 orang dan Beliau peringkat 10 dari 100 orang. Masa pendidikan beliau habiskan selama kurang lebih empat tahun setengah tahun (1985-1989).9
8 9
Wawancara pribadi dengan Ahmad Lutfi Fathullah, 9 April 2013. ibid.
41
Kemudian Ahmad Lutfi Fathullah melanjutkan pendidikan masternya (S2) di Jordan University, Jordania. Beliau kuliah di jurusan Hadis dan Tafsir walaupun belum mendapat ijazah S1 dari Damascus University, tetapi Beliau langsung di terima di sana. Karena melihat peringkat Beliau ke 10 dari 100 orang.10 Perkuliahan di Jordan agak terlalu lama karena adanya Perang Teluk. Karena berbahaya, maka semua mahasiswa asing dipulangkan. Meskipun perang bukan tepat di wilayah Jordan, namun kondisi sekitar menjadi tidak kondusif. Sehingga pendidikan di Damascus University, beliau tempuh selama empat tahun (1990-1994). Pendidikan selanjutnya yang ditempuh oleh Ahmad Lutfi Fathullah adalah di Universitas Kebangsaan Malaysia (UKM), Jurusan Ilmu Hadis. Pada tahun 1998, beliau telah menyelesaikan disertasinya yang berjudul Kitab Hadis Kitab Durrotun Nasihin. Namun ujian sidang disertasi beliau lakukan pada tahun 1999, dan secara resmi mendapatkan ijazah pada tahun 2000. Selama tiga tahun (1995-1998) di sana beliau diwajibkan untuk mengajar. Di mulai sejak semester kedua, beliau sudah menjadi asisten dosen dan dosen tidak tetap selama di UKM.11
C. Pengalaman Karir Dr. Ahmad Lutfi Fathullah, MA Ahmad Lutfi Fathullah sudah mulai mengajar sejak kelas 2 SMA di Pondok Pesantren Gontor. Di sana beliau membantu para guru dan Kyai untuk mengajar murid-murid. Meskipun belum terlalu mendalam ilmu beliau, namun
10 11
Wawancara pribadi dengan Ahmad Lutfi Fathullah, 9 April 2013. ibid.
42
inilah langkah awal yang beliau tekuni untuk menjadi seperti Sang Kakek. Kemudian di Syiria beliau juga mengajar les untuk anak-anak. Ketika di Malaysia, beliau sudah mengajar pelajaran formal, yakni menjadi asisten dosen. Sepulang ke Indonesia, Ahmad Lutfi Fathullah tak ingin berlama-lama berdiam diri. Aktivitas beliau sehari-harinya diisi dengan kegiatan mengajar di berbagai Universitas. Beliau langsung mengamalkan ilmu yang didapatnya, dengan mengajar di UIN Jakarta, Fakultas Ushuludin pada tahun 1999. Setahun berikutnya, setelah mendapat ijazah resmi dari UKM, beliau mengajar di Pasca Sarjana UIN Jakarta, Fakultas Ushuludin (2000-sekarang). Aktivitas mengajar ilmu Hadis juga beliau sempatkan di Universitas Islam Ibnu Khaldun, Bogor, (2000-2001), tetapi hanya dua semester beliau mengajar di sana, karena jarak yang jauh.12 Pada tahun 2001, Ahmad Lutfi Fathullah diterima menjadi Pegawai Negeri di Bandung. Beliau juga menyempatkan diri untuk mengajar di UIN Bandung, Fakultas Ushuludin. Kemudian pada tahun 2002 sampai sekarang, beliau juga mengisi pelajaran hadis di Universitas Al-Azhar Jakarta. Beliau juga mengajar di Pasca Sarjana Universitas Indonesia dari tahun 2003 sampai sekarang. Beliau juga menjadi dosen di Pendidikan Kader Muballigh alAzhar, Kebayoran Baru Jakarta Selatan. Sosok Ahmad Lutfi Fathullah adalah sosok seorang ulama Betawi yang berkontribusi besar dalam meminimalisir kebodohan, khususnya di Indonesia. Beliau sangat mengingikan agar anak-anak tumbuh menjadi anak yang hebat dan tetap menjaga keimanan kepada Sang Khalik. Pada tahun 12
Wawancara pribadi dengan Ahmad Lutfi Fathullah, 9 April 2013.
43
1999, sepulang dari Malaysia, beliau mendirikan Sekolah Perguruan Islam AlMugni, tepat di sebelah rumahnya. Sampai saat ini beliau menyempatkan diri untuk mengajar di sana. Menjadi guru tetap di SMP Islam Terpadu Al-Mughni Jakarta, dalam mata pelajaran Analisa Data.13 Karena kecintaan Beliau pada ilmu Tafsir dan Hadis, sekarang beliau menjadi seorang pakar hadis. Beliau mendirikan Pusat Kajian Hadis (PKH), yakni wadah dan media untuk mengkaji dan menyebarluaskan hadis-hadis Rasulullah SAW. Tepat pada 17 Mei 2008, PKH diresmikan oleh puluhan ulama dan pejabat Pemprov DKI Jakarta. Ahmad Lutfi Fathullah menjabat sebagai Direktur utama di PKH.14 Ahmad Lutfi Fathullah juga menjadi narasumber tetap di acara Hikmah Pagi TVRI dalam Kajian Kitab Kuning Shahih Bukhari (2011-sekarang). Beliau di kenal sebagai sosok yang tidak mengenal kata lelah untuk berbagi ilmu. Setiap pagi sampai terbit pagi lagi, beliau habiskan waktu hanya untuk berdakwah.15 D. Karya Dr. Ahmad Lutfi Fathullhah, MA Ahmad Lutfi Fathullah merupakan sosok seorang da’i yang ulet dan tekun. Beliau dikenal aktif ceramah rutin di beberapa majlis ta’lim. Beliau juga aktif menulis buku-buku, guna melebarkan sayap dakwahnya. Agar dakwah dapat diterima oleh masyarakat yang tak terjangkau dengan media lisannya. Beberapa karya Ahmad Lutfi Fathullah melalui buku-buku, diantaranya:
13
Wawancara pribadi dengan Ahmad Lutfi Fathullah, 9 April 2013. ibid. 15 Wawancara pribadi dengan Tarsim, 26 April 2013 14
44
1. Seri Hadis Untuk Anak : a.
Sayangi Kami Sayangi Sesama, (Jakarta: Al-Mughni Press, 2005)
b.
Aku Anak Muslim, (Jakarta, Al-Mughni Press, 2005)
c.
Aku Bisa Karena Belajar, (Jakarta, Al-Mughni Press, 2005)
d.
Menuju Generasi Qur’ani, (Jakarta, Al-Mughni Press, 2005)
e.
Hadis Untuk Anak, Rasulullah Teladanku, (Jakarta: Gema Insani, 2012)
2. Hadits-hadits Lemah & Palsu dalam Kitab Durratun Nashihin, (Jakarta: Darus Sunnah Press, 2004). 3. Menguak Kesesatan Aliran Ahmadiyah, (Jakarta: Al-Mughni Press, 2005). 4. Pribadi Rasulullah SAW: Telaah Kitab Tauhid Al-Dala'il fi Tarjamat Hadits Al-Syama'il karya Guru Mughni Kuningan, 1860-1935, (Jakarta: Al-Mughni Press, 2005) 5. Pahala dan Keutamaan Haji, Umrah, Ziarah dalam hadis-hadis Rasulullah SAW, (Jakarta: Al-Mughni Press, 2006) 6. Fiqh Khitan Perempuan, (Jakarta: Al-Mughni Press, 2006) 7. Fiqh Nakerwan Hongkong, (Jakarta: Al-Mughni Press, 2006) 8. Memulai Perubahan Menggapai Kesuksesan: Tips Mengatur Gaji Nakerwan, (Jakarta: Al-Mughni Press, 2006). 9. Jalan Santri menjadi Ulama : Kiat & Tips, (Jakarta: Al-Mughni Press, 2005) 10. Selangkah lagi Mahasiswa UIN Jadi Kiyai, (Jakarta: Al-Mughni Press, 2007) 11. Ketika Ulama Jakarta Harus Memilih Gubernur DKI, (Jakarta: AlMughni Press, 2007)
45
12. Membuka Pintu Rezeki melalui Wirid Pagi dan Petang, (Jakarta:AlMughni Press, 2009) 13. 40 Hadis Keutamaan Dzikir & Berdzikir, (Jakarta: Al-Mughni Press, 2009) 14. Membaca Pesan-pesan Nabi dalam Pantun Betawi. (Jakarta: Al-Mughni Press, 2008). 15. Mencerdaskan Otak, Menjaga Hati Mahasiswa-Mahasiswi Melalui Wirid, Zikir, dan Doa, (Jakarta: Al-Mughni Press, 2009)
Ahmad Lutfi Fathullah juga berkarya dalam bentuk multimedia. Pengerjaan karya beliau ini dibantu oleh asisten dan karyawannya, diantaranya:
1. DVD Metode Belajar Interaktif Hadis dan Ilmu Hadis 2. CD Potret Pribadi dan Kehidupan Rasulullah SAW. 3. DVD Interaktif: Hadis-hadis Keutamaan Al-Qur'an 4. DVD Interaktif: Hadis Sahih Al-Bukhari, Terjemah dan Takhrij interaktif. 5. DVD Interaktif: Indeks Tematik Al-Quran 6. CD Al-Qur’an Al-Hadi 7. Perpustakaan Digital 8. Website Warung Ustad
BAB IV PEMIKIRAN DAN AKTIVITAS DAKWAH DR. AHMAD LUTFI FATHULLAH, MA
A. Pemikiran Dakwah Ahmad Lutfi Fathullah Dakwah adalah kegiatan mengajak umat manusia untuk amar ma’ruf nahi munkar, demi mencapai Ridho Allah SWT. Kegiatan dakwah yang dilakukan oleh Ahmad Lutfi Fathullah adalah untuk mengajak manusia agar menyembah Allah SWT dengan melaksanakan segala ajaran-Nya yang terkandung dalam Kitab Al-Qur’an dan Sunnah Nabi SAW.1 Menurut penulis, panggilan dakwah pada dasarnya diarahkan agar masyarakat dapat mengetahui secara tepat akan tujuan hidup sebenarnya yaitu menyembah Allah SWT. Menyembah Allah SWT adalah tujuan hidup seorang muslim. Sebagaimana ayat Al-Quran menjelaskan : Artinya: “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku” (QS. Adz-Dzariyat: 56).2 Menyembah
Allah
SWT
memiliki
pengertian
memusatkan
penyembahan hanya kepada Allah SWT semata-mata, dengan menjalani dan mengatur segala segi dan aspek kehidupan, sesuai dengan kehendak-Nya.3 Menyembah Allah SWT bukan berarti meninggalkan hidup duniawi. Pesan dakwah dalam posisi ini harus menyadarkan betapa pentingnya hari kehidupan sesudah mati. Memberikan
motivasi
untuk manusia dalam mengejar
kesejahteraan dunia tanpa melupakan kebahagiaan hari akhir, atau sebaliknya. 1
Wawancara pribadi dengan Ahmad Lutfi Fathullah, Jakarta, 9 April 2013. Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnnya, hlm. 862 3 Mohammad Natsir, Fiqhud Da’wah, (Jakarta: Capita Selecta, 2000), hlm. 24 2
46
47
Hal tersebut sesuai dengan konsep bahagia seimbang, sebagaimana yang telah diajarkan Al Quran: Artinya : ”Dan di antara mereka ada orang yang bendoa: "Ya Tuhan Kami, berilah Kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah Kami dari siksa neraka" (QS. AlBaqoroh: 201).4 Maka menurut penulis, dakwah yang dilakukan oleh Ahmad Lutfi Fathullah adalah sebuah usaha dan motivasi dalam mensyiarkan Islam (tabligh) untuk meningkatkan kualitas hidup umat melalui perkataan, tulisan, dan perbuatan. Agar kehidupan di dunia dan akhirat tidak menjadi sia-sia. Bagi Ahmad Lutfi Fathullah, berdakwah yang paling pertama yaitu pada diri sendiri. Mengajak diri sendiri untuk melaksanakan kebaikan sesuai ajaran Islam, agar menjadi panutan bagi orang-orang di sekitar. Kemudian berdakwah untuk keluarga, masyarakat dan lingkungan. Mengajak mereka untuk ikut menjalankan syariat Islam.5 Da’i merupakan orang yang berkewajiban menyampaikan ajaran Islam. Menurut Ahmad Lutfi, seorang da’i yang ideal harus mempunyai persiapan yang matang. Agar dakwah berhasil, maka keilmuan agama yang mendalam
sangat
diperlukan.
Harus
digali
yang luas
sebelum
ia
menyampaikan materi dakwahnya. Kemudian seorang da’i juga harus mempunyai
akhlak
yang baik,
yang
dapat
menjadi
panutan
bagi
masyarakatnya. Ahmad Lutfi melihat kenyataan sekarang ini memang
4 5
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnnya, hlm. 49 Wawancara pribadi dengan Ahmad Lutfi Fathullah, Jakarta, 9 April 2013.
48
semakin banyak da’i yang bermunculan, tetapi dengan modal keilmuan mereka yang masih minim.6 Kepribadian seorang da’i terutama menyangkut akhlak karimahnya akan sangat membantu keberhasilan dakwah. Ketika menyampaikan dakwah, seorang da’i harus mampu membina hubungan akrab dengan objek dakwah dan saling menghormati. Ketulusan atau kejernihan hati juga harus melekat pada diri sang da’i, agar pesan tersebut dapat menyentuh perasaan objek dakwah. Sehingga pelajaran yang diterima akan mudah diterima. Dalam mengemban tugas dakwah, haruslah memiliki niat yang lurus hanya kepada Allah SWT. Tegakkan keyakinan yang teguh bahwa dakwah adalah Lillahi Ta’ala, sehingga Allah SWT yang akan membalasnya dengan yang tidak terkira.7 Allah SWT telah menjelaskan dalam Firman-Nya, yang berbunyi : Artinya: “Katakanlah: "Aku tidak meminta upah sedikitpun kepada kamu dalam menyampaikan risalah itu, melainkan (mengharapkan kepatuhan) orang-orang yang mau mengambil jalan kepada Tuhan nya” (QS. Furqon:57).8
Ayat ini berisi perintah Allah SWT tentang kesediaan seseorang untuk menempuh jalan kepada apa yang diridhai oleh Allah SWT. Adapun harapan yang diinginkan oleh pembawa risalah yaitu agar mereka dapat mematuhi perintah Allah SWT. Seorang da’i juga memiliki kemampuan untuk mengamalkan nilai pesan-pesan 6
dakwah
yaitu
untuk
diri
dan
keluarga.
ibid. Wawancara pribadi dengan Ahmad Lutfi Fathullah, Jakarta, 9 April 2013 8 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnnya, hlm. 567 7
Sebenarnya
49
menyampaikan dakwah untuk orang lain, mengandung pengertian untuk mendidik diri sendiri dan keluarga. Hal tersebut harus menyatu pada diri pribadi da’i, karena ia akan dilihat dan menjadi pusat perhatian oleh masyarakat.9 Al-Quran juga mengajarkan untuk mengamalkan apa yang dikatakan dalam surat As-Shaff ayat 2-3 yang berbunyi :
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan” (As-Shaff: 2-3).10 Ayat Al-Quran tersebut mengajarkan kepada setiap manusia yang beriman kepada Allah SWT untuk selalu berkomitmen dan konsisten atas setiap perkataan yang disampaikannya itu. Dengan demikian antara masyarakat dan da’i dapat terjadi saling mendidik dan mengamalkan ilmu yang didengar maupun yang disampaikan. Ahmad Lutfi memandang mad’u sebagai saudara-saudara muslim. Beliau mengatakan : Mereka adalah saudara-saudara kita yang akan kita ajak jalan bersama untuk menuju surganya Allah Ta’ala. Jadi berikan mereka ilmu pengetahuan agama yang tidak setengah-setengah. Karena mereka membutuhkan kebenaran yang hakiki.11 Dari pengertian di atas, penulis mengungkapkan bahwa seorang da’i haruslah mengenal, mencintai, dan menyayangi mad’unya seperti saudaranya sendiri. Jika rasa tersebut telah muncul, maka secara alamiah seorang da’i akan ikhlas memberikan ilmu pengetahuan agama yang dimilikinya. Karena
9
Wawancara pribadi dengan Ahmad Lutfi Fathullah, Jakarta, 9 April 2013. Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnnya, hlm. 928 11 Wawancara pribadi dengan Ahmad Lutfi Fathullah, Jakarta, 9 April 2013. 10
50
mereka membutuhkan kebenaran yang hakiki yang sesuai dengan Al-Qur’an dan Hadis Rasulullah SAW. Tugas utama para da’i yaitu menyampaikan atau menyerukan ajaran (tabligh) yang sesuai dengan Al-Quran dan As-Sunnah. Namun bukan sekedar menyampaikan, tetapi lebih kepada usaha menumbuhkan kesadaran agar mampu memperbaiki akidah, mengikhlaskan ibadah hanya kepada Allah, dan amar ma’ruf nahi munkar dalam kehidupan sehari-hari. Dalam bertabligh, kemampuan retorika sangat dibutuhkan. Namun, tidak hanya itu, bertabligh dengan bertatapan langsung kepada mad’u juga memiliki kekurangan. Tidak semua mad’u dapat menerima pesan dakwah, karena posisi mereka yang tersebar di beberapa tempat. Sehingga dengan hadirnya media massa tentu menjadi angin segar bagi pelaku dakwah. Dengan menggunakan media massa, baik cetak ataupun elektronik, maka jangkauan dakwah tidak lagi terbatas pada ruang dan waktu. Untuk berdakwah pada masyarakat yang majemuk tidak lagi membutuhkan waktu lama, pesan-pesan ajaran agama Islam yang disampaikan dapat diterima secara serempak dan bersama-sama. Tentu sarana ini memudahkan tugas para aktivis dakwah. Penyampaian dakwah Ahmad Lutfi Fathullah menggunakan media elektronik dan cetak. Beliau sudah memanfaatkan kecanggihan dan perkembangan teknologi. Media digitalisasi dan internet sudah menjadi kewajiban digunakan ketika dakwahnya berlangsung. Penyampaian terkesan tidak kaku dan terlihat lebih interaktif. Media dakwah yang sering beliau gunakan meliputi buku, CD, slide, website, dan sebagainya.12
12
Wawancara pribadi dengan Ahmad Lutfi Fathullah, Jakarta, 9 April 2013.
51
Menurut penulis, seorang da’i yang kompeten adalah da’i yang mampu menyelaraskan antara materi yang disampaikan dengan media yang digunakan dalam berdakwah. Da’i haruslah mengenal situasi dan kondisi mad’unya. Pemilihan bahasa (retorika) yang tepat juga harus dilakukan seorang da’i. Sehingga, mad’u akan merasakan betapa pentingnya pesan dakwah yang disampaikan oleh para juru dakwah. Sehingga mereka dapat mengamalkan pesan-pesan tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
B. Aktivitas Dakwah Dr. Ahmad Lutfi Fathullah, MA. Berbagai aktivitas dakwah tentunya akan dilaksanakan oleh para juru dakwah, agar dapat menyebarkan ajaran Islam kepada seluruh umat manusia di muka bumi ini. Aktivitas dakwah Ahmad Lutfi Fathullah dapat dikatagorikan ke dalam bentuk paradigma tabligh. Selain berbagai aktivitasnya di dalam dunia retorika, beliau juga telah banyak berkontribusi dalam bidang pendidikan. Sehingga dakwah beliau juga dikategorikan dalam paradigma pengembangan masyarakat. 1. Aktivitas Dakwah dalam Paradigma Tabligh Ahmad Lutfi Fathullah Aktivitas dakwah tabligh yang dilakukan oleh Ahmad Lutfi Fathullah kepada masyarakat adalah upaya menyampaikan pengetahuan keagamaan berdasarkan pada tuntutan yang ada, yakni Al-Qur’an dan AlHadis. Dalam kegiatan tablighnya, beliau mengunjungi beberapa tempat yang dijadikan pusat penyebaran ajaran dakwah.
52
a. Aktivitas tabligh bi Al-lisan Ahmad Lutfi Fathullah diantaranya: 1) Pengajian Pengajian
yang diisi
oleh Ahmad
Lutfi
Fathullah
membahas tentang kajian Hadis, Shirah Nabi yang dilakukan di beberapa tempat berbeda. Biasanya beliau menggunakan media dakwah digitalisasi dalam menyampaikan dakwah ini. Tempat yang beliau kunjungi secara rutin adalah : Masjid Istiqlal, Jakarta, Majlis Taklim Scupindo, Pancoran, Masjid Gedung KPK, Kuningan, Masjid Gedung Wisma Antara, Jakarta, Majlis Ta'lim Al-Bahtsi wa Al-Tahqiq Al-Salam, Jakarta, Masjid Baitul Mughni, Jakarta, Masjid Al-Tin, Jakarta, Masjid Agung Al-Azhar, Jakarta, Majlis Ta’lim Al-Sa’adah, Ciputat, Masjid Al-Hijrah, Jakarta, Masjid Shalahuddin, Gedung Pajak Kalibata, Jakarta, Masjid AlMusyawarah, Kelapa Gading, Jakarta. Dan menjadi pembicara tetap dalam acara Hikmah Pagi TVRI dengan judul Kajian Kitab Kuning Shahih Bukhari, yang ditayangkan setiap Minggu, pukul 04.00 WIB. 2) Menjadi pembicara atau pemateri dalam kegiatan dakwahnya, antara lain: a) Pembicara dalam Seminar yang bertema “Regenerasi Ulama Betawi sebagai Pewaris Nabi SAW. dan Pemimpin Etnik”. Jakarta Islamic Center, 1 Maret 2011. b) Pembicara
“Workshop
Nasional
Pembelajaran
dan
Penggunaan DVD Al-Qur’an”, di Palangkaraya, 12 Desember 2012.
53
c) Pembicara Workshop Al-Qur’an Digital dengan Tema “Berinteraksi Dengan Al-Qur’an di Era Digitalisasi”, di IAIN Banten, 19 Desember 2012. d) Pembicara dalam “Sarahseran Muballigh”, di Cisarua, 12 Maret 2012. e) Pembicara dalam “Sosialisasi Al-Hadi”, di IAIN Solo, 14 Desember 2012 f) Pembicara dalam “Sosialisasi Al-Hadi”, di UIN Bandung, 20 Februari 2013 g) Pembicara dalam “Pelatihan Software Hadis dan Ilmu Hadis”, di UIN Bandung, 1 April 2013. h) Pembicara dalam Pelatihan Takhrij Hadis, dengan Tema “Signifikasi Takhrij Hadis di Era Kontemporer”, di Darus Sunah, Ciputat, 20-21 April 2013 Dari berbagai tempat yang pernah beliau kunjungi dalam aktivitas dakwahnya, beliau menyampaikan kajian tentang Hadis, dengan menggunakan media dakwah yang modern. Kajian Hadis menjadi lebih mudah diterima pendengar, agar mereka dapat mengamalkan materi Hadis yang disampaikan oleh Ahmad Lutfi Fathullah dalam kehidupan sehari-hari. Tema materi dakwah yang pernah dibawakan oleh Ahmad Lutfi Fathullah yang berkaitan dengan aqidah, diantaranya berjudul: 1. “Mengintip Indahnya Surga” Dalam kehidupan, setiap manusia pasti menyimpan rasa takut dan harap dalam lubuk hatinya. Manusia takut akan
54
kesengsaraan
dan
ketidakenakan.
Manusia
berharap
akan
kenikmatan dan kebahagiaan. Namun, kenikmatan semu dunia sering membuat orang lupa akan kenikmatan yang hakiki di akhirat. Padahal Allah telah menciptakan surga dengan segala keindahannya. Keindahan surga digambarkan dalam al-Qur’an dalam banyak ayat, diantaranya : Surga itu begitu luas dan besar (Ali Imron:133), Ada sungai yang mengalir di bawahnya (Ali Imron:15), Tersedia makanan dan minuman yang lezat (AlInsan:17),
dan
masih
banyak
lagi
ayat
Al-Quran
yang
menggambarkan betapa indahnya surga Allah SWT. Menurut penulis, dengan mendengarkan khutbah ini, maka keimanan seseorang mengenai Hari Akhir akan bertambah. Allah SWT telah menciptakan surga untuk orang-orang yang beriman kepadaNya. Terlebih lagi memahami makna kenikmatan hidup di dunia ini yaitu tidak seberapa bila dibandingkan dengan kenikmatan di akhirat yang kekal abadi. Sehingga, ketaatan seorang hamba menjadi lebih kuat dalam ibadah sehari-hari. 2. “Mengintip Seramnya Neraka” Manusia merupakan mahluk Allah yang diberi kelebihan akal dan hawa nafsu. Sifat dasar manusia adalah senang dengan kenikmatan, keindahan dan kenyamanan. Dan tidak senang kesengsaraan, kepedihan dan kesakitan dan segala bentuk ketidak nyamanan.
Demi
mengejar
kenikmatan,
manusia
rela
mengorbankan apa saja. demi menghindari kesengsaraan, manusia
55
rela mengorbankan apa saja. Orang yang beriman mengatakan: Nikmat yang hakiki adalah surga, dan kesengsaraan yang hakiki adalah neraka. Allah menciptakan neraka untuk orang-orang yang lalai dalam hidupnya. Siksaan di dalam neraka banyak dijelaskan AlQuran diantaranya Mereka tidak akan diajak bicara oleh Allah (2:174), Dikelilingi Air mendidih ( 55:44 ), Azab yang membakar (85:10), dalam masih banyak lagi ayat Al-Quran tentang siksaan yang pedih di dalam neraka jahanam. Hemat penulis, materi dakwah yang disampaikan oleh Ahmad Lutfi Fathullah adalah mengajak umat untuk mengimani Allah SWT dan semua ciptaanya. Keyakinan umat muslim mengenai hari akhir menjadi bertambah jika mereka mau membuka Al-Qur’an dan Al-Hadis, sehingga hidup mereka menjadi bermanfaat di dunia dan penuh berkah di akhirat.
b. Aktivitas Tabligh Bi Al-Qalam Ahmad Lutfi Fathullah Dakwah bi Al-Qolam yakni mengajak manusia untuk berbuat kebaikan dan meninggalkan keburukan melalui media tulisan. Jangkauan yang dapat dicapai pada media tulisan ini lebih luas, namun harus memerlukan kemampuan khusus. Kepandaian menulis untuk menghasilkan kata-kata yang bermakna sangat diperlukan. Berikut ini aktivitas dakwah tabligh bi Al-Qolam yang dilakukan Ahmad Lutfi Fathullah yang dipublikasikan melalui buku cetak, diantaranya:
56
a. Memuat pesan dakwah aqidah, diantaranya : 1) Hadis Untuk Anak, Rasulullah Teladnku. Dalam buku ini mengajarkan anak-anak untuk mencintai Rasulullah, iman kepada Rasul akan melekat pada diri anak. Sehingga dalam kehidupannya sehari-hari mereka dapat hidup dengan meneladani sifat baginda Rasul SAW. 2) Membuka Pintu Rezeki melalui Wirid Pagi dan Petang. Buku ini menjelaskan tentang keistimewaan wirid dan zikir. Konten dakwah dalam buku ini diisyaratkan dengan penanaman aqidah yaitu melalui ibadah dzikir dan wirid akan membuka pintu rezeki. 3) 40 Hadis Keutamaan Dzikir & Berdzikir. Buku ini berisi materi yang dapat memupuk aqidah para pembaca, bahwa betapa pentingnya mengingat Allah SWT dalam keadaan apapun. Hadishadis yang shahih dapat memperkuat keyakinan pembaca sehingga mereka dapat mengamalkan dalam kehidupan sehari-hari. 4) Membaca Pesan-pesan Nabi dalam Pantun Betawi. Buku ini berisi tentang sejarah Nabi SAW yang diceritakan lewat pantun betawi. Melalui pantun yang berirama dan mudah dibaca membuat pembaca semakin mengenal Nabi SAW. Keyakinan (tauhid) untuk mencintai Baginda Rasul SAW semakin teguh. 5) Mencerdaskan Otak, Menjaga Hati Mahasiswa-Mahasiswi Melalui Wirid, Zikir, dan Doa. Buku ini mengajak para mahasiswa untuk tetap
menjaga
imannya,
meskipun
sibuk
dalam
aktivitas
perkuliahannya. Ahmad Lutfi Fathullah mengajak mereka untuk menjaga ketauhidan mahasiswa dengan wirid, zikir, dan doa, agar
57
kreatifitas yang muncul seimbang dengan ketaqwaan dan keimanan mereka. b. Memuat pesan dakwah syariah, diantaranya: 1)
Fiqh Khitan Perempuan. Buku ini mencoba untuk menggali hukum khitan perempuan dalam pandangan Islam, dengan melihat kembali dalil-dalil yang digunakan sebagai landasan hukumnya, serta pandangan para Ulama klasik dan kontemporer dalam permasalahan ini. Pesan syariah yang diajarkan melalui buku ini agar masyarakat mengetahui ajaran Islam yang sebenarnya.
2)
Fiqh Nakerwan Hongkong. Buku ini akan memandu para nakerwan (tenaga kerja wanita) agar tetap menjadi seorang muslimah, meskipun sedang berada di Negara yang mempunyai perbedaan kebudayaan dengan Indonesia. Karenanya beribadah kepada Allah SWT harus dilakukan di mana saja. Pesan syariah dalam buku ini berisi panduan fiqh, agar mereka tetap berpegang teguh pada ajaran Islam.
c. Memuat pesan dakwah akhlak, diantaranya: Ketika Ulama Jakarta Harus Memilih Gubernur DKI. Buku ini berisi tentang beberapa pesan dan harapan dari para ulama mengenai pembelajaran politik. Tujuan buku ini diterbitkan yakni untuk memberikan pelajaran kepada calon pemilih, bahwa memilih itu merupakan kewajiban. Akhlak seseorang kepada sesama merupakan hal yang wajib dijaga. Karena manusia merupakan makhluk sosial. Termasuk akhlak dalam memilih pemimpiN, seseorang yang berilmu tentunya akan memilih berdasarkan akal yang sehat.
58
Ahmad Lutfi Fathullah merupakan sosok seorang da’i yang ulet dan tekun. Beliau mengatakan bahwa siapapun bisa menjadi penulis. Jika orang tersebut memiliki tekad (azzam) yang kuat untuk mempublikasikan karyanya dalam bentuk tulisan. Hasil tulisan kita dapat menjadi ilmu yang bermanfaat bagi orang lain dan menjadi salah satu amal yang tak akan putus meski telah meninggal, selama ilmu yang terkandung dalam tulisan kita mencerahkan dan diamalkan banyak orang.13 Dari berbagai aktivitasnya tersebut, maka dapat dikatakanlah bahwa Ahmad Lutfi Fathullah merupakan sosok da’i yang dengan istiqomah menyebarkan ajaran Islam di muka bumi ini. 2. Aktivitas Dakwah dalam Paradigma Pengembangan Masyarakat Ahmad Lutfi Fathullah Dakwah dalam pengembangan masyarakat juga dilakukan oleh da’i keturunan Betawi ini. Ahmad Lutfi Fathullah melakukan dakwah dalam tindakan nyata sebagai solusi kebutuhan masyarakat. Upaya yang dilakukan oleh beliau yaitu berkonsentrasi dalam bidang pendidikan. Mengembangkan pengetahuan umat adalah langkah perbaikan menuju kehidupan manusia yang berpendidikan. Aktivitas
dakwah
dalam
pengembangan
masyarakat
yang
dilaksanakan oleh Ahmad Lutfi Fathullah, diantaranya : 1) Mendirikan Pusat Kajian Hadis PKH merupakan wadah dan media untuk mengkaji dan menyebarluaskan hadis-hadis Rasulullah SAW. Didirikan dalam rangka ikut menjaga kemurnian ajaran Islam terutama yang bersumber 13
Wawancara pribadi dengan Ahmad Lutfi Fathullah, Jakarta, 9 April 2013
59
dari hadis Rasulullah SAW. Tempat ini memfasilitasi kebutuhan penelitian Hadis dengan menyediakan sarana perpustakaan dan media penunjang. Kegiatan lain yaitu menyebarluaskan ilmu-ilmu yang bersumber dari Al-Qur’an dan Hadis melalui media cetak dan elektronik. 2) Mendirikan Sekolah Perguruan Islam Al-Mugni Jakarta Sekolah ini terdiri dari TK, SD, dan SMP. Sekolah yang didirikan oleh Ahmad Lutfi Fathullah ini, merupakan sekolah yang bercirikan khas Islam. Berbeda dengan sekolah umum lainnya. Pelajaran agama juga menjadi prioritas dalam sekolah ini. Bertempat di jalan Gatot Subroto, Komp. Masjid Baitul Mughni, Jakarta Selatan. 3) Mendirikan Pesantren Hadis Untuk Keluarga Pusat pendidikan Hadis ini dikhususkan untuk keluarga. Mereka akan diberi pelajaran tentang Hadis. Mereka diwajibkan untuk memahami dan menghafalnya, sehingga pengetahuan tentang Hadis dapat bertambah. Pesantren ini bertempat di desa Cinegara, Caringin, Bogor. Menurut penulis, berbagai aktivitas dakwah yang dilakukan oleh Ahmad Lutfi Fathullah adalah dakwah yang menuju pengembangan dan pembangunan masyarakat. Langkah berdakwah melalui pendirian sekolah dan pesantren tersebut adalah dalam rangka pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) generasi Islam saat ini. Agar mereka dapat berguna bagi agama, bangsa, dan Negara.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Pemikiran dan aktivitas dakwah Dr. Ahmad Lutfi Fathullah, MA., ternyata sudah sejalan dengan teori yang tertera dalam dalil Al-Qur’an dan As-Sunah. Maka, penulis dapat memberikan kesimpulan sebagai berikut : 1. Pemikiran dakwah Ahmad Lutfi Fathullah bertujuan untuk mengajak manusia agar menyembah Allah SWT dengan melaksanakan segala ajaran-Nya yang terkandung dalam Kitab Al-Qur’an dan Sunnah Nabi SAW. Dalam menyampaikan ajaran Islam, Beliau menggunakan media yang modern dan canggih. Tujuannya agar mad’u dapat menerima pesan dakwah yang disampaikannya dengan mudah. 2. Aktivitas dakwah Ahmad Lutfi Fathullah adalah berbentuk tabligh dan pengembangan masyarakat. Dalam tablighnya, Beliau menyampaikan pesan-pesan ajaran Islam yang bersumber dari Quran dan Hadis Nabi SAW, di sejumlah majlis ta’lim. Beliau menggunakan metode dan media yang sesuai dengan perkembangan zaman saat ini. Dakwah dalam pengembangan masyarakat yang dilakukannya, yaitu dengan membangun Sekolah Perguruan Islam Al-Mughni di Jakarta, mendirikan Pusat Kajian Hadis, dan mendirikan Pesantren Hadis Untuk Keluarga di Bogor.
60
61
B. Saran 1. Untuk Dr. Ahmad Lutfi Fathullah, MA., agar terus melanjutkan kegiatan dakwah. Karena masih banyak masyarakat yang membutuhkan bimbingan untuk meningkatkan kualitas iman dan taqwa kepada Sang Khalik. Usaha penyebarluasan media digitalisasi seperti VCD, website, dan sebagainya, masih kurang popular di telinga masyarakat. Memperbaiki retorika ketika berada di mimbar, agar penyampaian dakwah terasa tidak monoton. Belajar dari para da’i yang telah tenar terlebih dahulu, seperti Muhammad Arifin Ilham, Sholeh Mahmud (Solmed), dan yang lainnya, melalui media televisi. Semoga Ustad Lutfi juga mempuyai program kajian di acara-acara Tv lainnya, agar dakwah yang disampaikan, dapat dirsakan semua lapisan masyarakat. 2. Untuk para praktisi dakwah dan mahasiswa, agar menerapkan konsepkonsep dakwah yang telah diuraikan oleh Beliau. Berbagai aktivitas dakwahnya dapat menjadi inspirasi bagi kita. Ambillah contoh yang baik, dan tinggalkanlah yang buruk. 3. Untuk para peneliti selanjutnya dengan tema yang sama, agar lebih komperhensip lagi. Banyak hal yang belum terungkap dalam berbagai hal tentang Dr. Ahmad Lutfi Fathullah, MA.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Wa’iy, Taufik, Dakwah ke Jalan Allah; Muatan, Sarana & Tujuan, Jakarta: Robbani Pers, 2010. Amin, Samsul Munir, Rekontruksi Pemikiran Dakwah Islam, Jakarta: Amzah, 2008. ---------------------------, Ilmu Dakwah. Jakarta: Amzah, 2009.
Arifin, Muzayyin, Psikologi Dakwah Suatu Pengantar Studi, Jakarta: Bumi Aksara, 1993. Azis, Moh. Ali, Ilmu Dakwah, Jakarta: Kencana Prenada, 2009.
Badrutamam, Nurul, Dakwah Kolaboratif Tarmizi Taher, Jakarta : Grafindo, 2005. Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, Surabaya: Al Hidayah Surabaya, 2000. Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta, Balai Pustaka, cet.ke 7, ed. 2, 1995. Faizah dan Lalu Muhsin Effrndi, Psikologi Dakwah, Jakarta : Prenada Media, 2006 Habib, M. Syafaat, Buku Pedoman Dakwah, Jakarta: Wijaya, 1992.
Hasjmy, A, Dustur Dakwah Menurut Al-Qur’an, Jakarta: Bulan Bintang, 1984.
Hulayyil, Fawaaz, Begini Seharsnya Berdakwah, Kunci Sukses Dakwah Salaf, Jakarta: Darul Haq, 2008. Ilyas, Yunahar, Kuliah Akidah Islam, Yogya: LPII, 1955.
Ismail, Ahmad Ilyas, Paradigma Dakwah Sayyid Quthub Rekonstruksi Pemikiran Dakwah Harakah, Jakarta : Penamadani, 2006.
62
63
Ismail, Ahmad Ilyas dan Prio Hotman, Filsafat Dakwah Rekayasa Membangun Agama dan Peradaban Islam, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011. Madjid, Nurcholis, Islam Doktrin dan Peradaban, Jakarta: Paramadina, 2005. Mahmud, Ali Abdul Halim, Dakwah Fardiyah Metode Membentuk Pribadi Muslim, Mesir : Darul Wafa, al- Manshurah, 1992. Maleong, Lexy J., Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Rosdakarya, 2007. Muhiddin, Asep, Dakwah Dalam Perspektif Al-Qur’an, Bandung: Pustaka Setia, 2001. Mulkham, Abdul Munir, Idiologi Gerakan Dakwah, Yogyakarta, Sipprees, 1996.
Munir, Muhammad, Metode Dakwah, Jakarta: Kencana, 2006.
Munir, Muhammad dan Wahyu Ilaihi, Manajemen Dakwah, Jakarta: Kencana, 2006. Muriah, Siti, Metode Dakwah Kontemporer, Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2000. Musyarrofah, Umi, Dakwah K.H. Hamam Dja’far dan Pesantren Pabelan, Jakarta: UIN Press, 2009. Natsir, Mohammad, Fiqhud Da’wah, Jakarta: Media Da’wah, 2000. Nizar,
Samsul, Pengantar Dasar-dasar Jakarta:Gaya Media Pratama, 2001.
Rahmat, Jalaludin, Metode Remajarosdakarya, 2002.
Penelitian
Pemikiran
Pendidikan
Komunikasi,
Bandung:
Islam,
PT
Rofiah, Khusniati, Dakwah Jamaah Tabligh & Eksistensinya di Mata Masyarakat, Ponorogo: STAIN Press Ponorogo, 2010. Rubiyanah dan Ade Masturi, Pengantar Ilmu Dakwah, Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah, 2010. Saputra, Wahidin, Pengantar Ilmu Dakwah, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011.
64
Shihab, M. Quraish, Membumikan Al-Qur’an Fungsi dan Peran Wahyu Dalam Kehidupan Mayarakat, Bandung: Mizan, 1994. Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi, Metode Penelitian Survey, Jakarta: LP3S, 1989. Sukayat, Tata, Quantum Dakwah, Jakarta: Rineka Cipta, 2009. Suminto, Aqib, Problematika Dakwah, Jakarta: Tinta mas, 1973. Syukir, Asmuni, Dasar-dasar Strategi Da’wah Islam, Surabaya: Al-Ikhlas, 1983.
Omar, Toha Yahya, Ilmu Dakwah, Jakarta: Wijaya, 1979.
Yakub, Ali Mustafa, Sejarah dan Metode Dakwah Nabi, Jakarta: Pustaka Firdaus, 1997. Zaidan, Karim Abdul, Dasar-dasar Ilmu Dakwah 2, Jakarta, Media Dakwah, 1984 Zuhdi, Masjfuk, Studi Islam Jilid 1 : Akidah, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1993.
LAMPIRAN
SURAT KETERANGAN
Yang bertanda tangan di bawah ini Dr. Ahmad Lutfi Fathullah, MA. dengan ini menerangkan bahwa : Nama
: Hidayati Nur Fajrina
NIM
: 109051000120
Pendidikan
: Mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Jurusan
: Komunikasi Penyiaran Islam
Pada tanggal 9 April 2013 telah melakukan penelitian/wawancara untuk bahan penulisan skripsi yang berjudul Pemikiran dan Aktivitas Dakwah Dr. Ahmad Lutfi Fathullah, MA. Demikianlah surat ini kami buat, agar dapat diketahui dan digunakan sebagaimana mestinya.
Jakarta, April 2013
Dr. Ahmad Lutfi Fathullah, MA.
LAPORAN WAWANCARA
Nama
: Dr. Ahmad Lutfi Fathullah, MA.
Jabatan
: Direktur Perguruan Islam Al-Mughni Jakarta dan Da’i
Waktu Wawancara
: Selasa, 9 April 2013, pukul 16.00 WIB
Tempat Wawancara : Kantor Pusat Kajian Hadis, Jl. Gatot Subroto Kav. 26, Kuningan, Jakarta Selatan. 1. Siapa nama orangtua Ustad? Jawaban : Ayah saya bernama H. Fathullah dan Ibu saya Hj. Nafisah 2. Ustad anak ke berapa dari berapa saudara ? Jawaban : Saya anak ke lima dari sebelas bersaudara. Namun saat ini tinggal delapan bersaudara. 3. Ustad tolong diceritakan, bagaimana latar belakang keluarga Ustad? Jawaban : Saya lahir di Kuningan, 25 Maret 1964. Saya dari lingkungan keluarga yang bernafaskan Islam. Kakek saya seorang Kyai Besar, Guru Mugni. Dibuktikan dengan sepak terjangnya yang luas. Paman saya banyak yang menjadi Kyai. Alhasil saya ikut terbawa oleh lingkungan. Pada zaman itu orang yang belajar agama akan dihormati oleh orang-orang. Masing-masing keluarga, ingin anaknya belajar di pesantren atau bahkan di Timur Tengah. Hampir semua orang di kampung saya ba’da magrib mengaji di masjid. Anak-anak sebesar saya pasti disekolahkan di dua tempat. sekolah biasa dan madrasah. Suasana di Kuningan masih kondusif dan Islami sekali. Belum banyak pembangunan gedung dan perbedaan budaya yang berbeda. yang kental adalah budaya Betawi yang masih sangat kental.
4. Apakah keluarga sudah mengira bahwa Ustad akan menjadi orang yang sukses? Jawaban : Iya, keluarga sudah mempersiapkan. Karena acuannya ingin seperti Kakek. Dari sisi ekonomi sukses. Dari segi keilmuan juga sukses. 5. Bagaimana latar belakang pendidikan Ustad? Jawaban : SDN 01 Kuningan Timur Jakarta, lulus pada tahun 1977. karena saya lulus pada bulan Januari, saya menunggu waktu sampai bulan Juli. Pergantian sistem membuat saya sekolah di Diniyah. Kemudian saya masuk di Pondok Modern Gontor Ponorogo dari bulan Juli tahun 1977 sampai 1984. Di sana lebih kepada pendidikan karakter, pembentukan jati diri, kepercayaan diri menjadi lebih matang, dan pandai bergaul. Setelah lulus saya sempat sekolah di Assyafi’iyah, namun hanya beberapa minggu, karena saya mendapatkan kesempatan beasiswa S1 di Damascus University dari NU. saya dapatkan dari link Paman. beliau salah satu ketua NU. Karena proses pendaftaran yang lama, sesampainya di sana, ujian semester sedang dilaksanakan. tersisa tiga mata kuliah, dan saya terpaksa harus mengikutinya. Alhasil saya tidak lulus di semester pertama. Tapi semester berikutnya saya lancar. Saya mengambil kuliah di Jurusan Fiqih dan Ushul. Saya di sana selama kurang lebih empat setengah tahun. Di sana pengetahuan keagamaan saya menjadi lebih mendalam. Ba’da subuh setiap pagi selalu mengaji langsung kepada guru. Jadi saya aktif bertemu guru untuk mengaji, menghafal Qur’an. Setiap ba’da ashar saya kerja menjadi cleaning service di Kedutaan. tidak setiap hari karena digilir. Semua mahasiswa Indonesia mengambil pekerjaan itu. karena mendapatkan gaji yang cukup besar. KBRI tidak memberikan beasiswa tapi memberikan pekerjaan ringan yang upahnya besar. Saya juga mengajar les pelajaran agama untuk anak-anak di sana. Setiap malam saya juga mengaji dengan guru. Jadi setiap waktunya saya isi dengan mengaji. Karena mambaca hasil kuliah tidak terlalu aktif saya kerjakan maka saya perkuat diri dengan mengaji.
Tingkat kelulusan di sana masih rendah yakni sekitar 25-30 persen untuk semua orang, baik asing maupun lokal. Dari angkatan saya masuk sekitar 1500 orang. yang lulus hanya 100 orang. Dan saya peringkat ke 10 dari 100 orang. Ketika saya mendaftar S2 di Jordan walau belum mendapatkan ijazah S1 saya langsung di terima di sana. karena peringkat saya tadi. Perkuliahan di sana agak terlalu lama karena ada Perang Teluk. Semua mahasiswa asing di pulangkan, karena berbahaya walau perang bukan tepat di sana. namun kondisi sekitar terkana imbas, kondisi sosial menjadi berubah. Jadi pendidikan di sana selama empat tahun karena perang. saya kuliah di jurusan Hadist dan Tafsir. Saya juga mendapatkan beasiswa S3 di Malaysia, saya juga diwajibkan mengajar selama masa pendidikan saya, 3 tahun. Mulai semester kedua saya sudah menjadi asisten dosen dan dosen tidak tetap. 6. Bagaimana perjalanan karir Ustad? Jawaban : Saya sudah mulai mengajar sejak kelas 2 SMA di Pondok Gontor. Kemudian di Jordan saya mengajar les untuk anak-anak. Dan di Malaysia saya sudah mengajar formal. Sepulang ke Indonesia (1999), saya langsung mengajar di UIN Jakarta Fakultas Ushuludin. Kemudian tahun 2000 saya mengajar di Pasca Sarjana UIN Jakarta. Saya juga mengajar di Ibnu Khaldun namun hanya 2 semester karena jarak yang jauh. Namun di Pasca Sarjana Ibnu Khaldun saya mengajar selama 3 tahun. Tahun 2001 saya diterima menjadi Pegawai Negeri di Bandung. Kemudian saya mengajar di UIN Bandung. Tahun 2003 sampai saat ini saya mengajar di Pasca UI. Tahun 1999 saya juga mendirikan sekolah Al-Mugni dan sampai saat ini saya mengajar di sana. 7. Apa arti dakwah bagi Ustad? Jawaban : Dakwah bagi saya adalah berbagi, mengajarkan dan mempersiapkan. Berbagi yaitu berbeda dengan menerima. Berbagi berarti harus memberikan sesuatu
kepada orang lain. Kemudian mengajarkan yaitu proses memberikan atau transfer ilmu kepada orang lain. Saya juga mengajarkan mereka lewat tulisan untuk menghadapi masa depan. ketika kita sudah meninggal, berbagi sudah tidak dapat dilakukan, maka tulisanlah yang berbicara. Mempersiapkan yaitu menyiapkan generasi atau kader baru untuk masa depan yang cemerlang. Saya tidak meninggalkan kampus, karena itu salah satu tahap dakwah saya, yakni menyiapkan mereka untuk bisa menghadapi tuntuntan zaman. 8. Bagaimana hukum dakwah menurut Ustad? Jawaban : Hukumnya menjadi wajib jika seperti saya. Berbeda dengan orang-orang yang latar belakangnya bukan pendidikan agama. 9. Tujuan dakwah menurut Ustad bagaimana? Jawaban : Untuk mendapatkan kebahagiaan yakni dengan ridho Allah Ta’ala. Mengajak yang lain untuk ikut berbagi kepada sesama. Namun tidak meninggalkan AlQur’an dan Hadits. 10. Bagaimana dakwah di Indonesia saat ini? Jawaban : Di Indonesia ada problem besar, yakni banyak da’i yang belum berpengetahuan agama luas, namun mereka lah yang banyak pengikutnya. Ini sangat disayangkan karena akan berdampak kepada apa yang mereka sampaikan masih seputar hal itu-itu saja. Belum ada perubahan signifikan. 11. Dai harus mempunyai kemampuan khusus, menurut Ustad, apa sajakah kemampuan khusus untuk para da’i? Jawaban : Dai yaitu orang yang bisa mengajak dirinya sendiri dan orang disekitarnya (keluarga dan lingkungan) untuk berbuat kebaikan. Jika seseorang ingin berdakwah harus mempunyai keilmuan agama yang mendalam. Harus digali yang luas. Kemudian akhlak yang baik, yang bisa menjadi panutan bagi masyarakatnya. 12. Apa saran Ustad untuk para dai agar tidak mudah menyerah? Jawaban :
Pertama, harus luruskan niat kepada Allah Ta’ala. jangan memandang materi sebagai yang utama. Yakinkanlah bahwa materi akan datang tepat pada waktunya. Dan dakwah itu harus Lillahi Ta’ala karena Allah yang akan membalasnya dengan yang tidak terkira. Kedua, ilmu agama yang mendalam. Jika para Kyai Besar sudah tidak ada lagi maka generasi mudalah yang akan menggantikan karena ilmunya yang luas itu. 13. Apa arti mad’u bagi Ustad? Jawaban : Mereka adalah saudara-saudara kita yang akan kita ajak jalan bersama untuk menuju surganya Allah Ta’ala. Jadi berikan mereka ilmu pengetahuan agama yang tidak setengah-setengah. Karena mereka membutuhkan kebenaran yang hakiki. 14. Ustad, perlukah adanya pengklasifikasian mad’u dalam berdakwah? Jawaban : Perlu namun jangan dijadikan patokan. Karena itu yang akan menentukan sukses atau tidaknya dakwah dilakukan. 15. Bagaimana mengemas materi dakwah yang baik menurut Ustad? Jawaban : Orang-orang harus diberi solusi yang bisa menyelesaikan masalah hidupnya. Jangan memberikan materi yang hanya konsep saja namun harus ada penyelesaiannya. 16. Apakah materi dakwah saat ini sudah sesuai dengan kondisi masyarakat? Jawaban : Belum sesuai, karena materi yang disampaikan oleh kebanyakan da’i yang tenar masih seputar hal itu saja. Dikarenakan pengetahuan agamanya yang kurang. 17. Apa arti metode dakwah bagi Ustad? Jawaban : Cara yang disampaikan dalam berdakwah. Apakah itu interaktif atau monoton, lucu atau serius. Namun yang disayangkan saat ini masyarakat lebih menyukai yang lucu. Padahal jika kita berkaca dengan dakwahnya ulama-ulama besar di Mesir, jarang sekali melihat mereka tertawa. Saya menggunakan semua
metode tersebut, namun palin sering yaitu metode wa ja dilhum billati hiyya ahsan. 18. Media dakwah apa saja yang Ustad gunakan? Jawaban : Saya menggunakan buku dan membuat CD Potret Pribadi dan Kehidupan Rasulullah saw, DVD interaktif Indeks Al-Quran dan Hadits, website, dll, guna memudahkan orang-orang untuk mempelajari Islam. 19. Menurut Ustad, pentingkah media dakwah digunakan dalam penyampaian materi? Jawaban : Penting sekali dan harus mengikuti perkembangan zaman. Dahulu orangorang menggunakan tinta dan kertas untuk menulis. Saat ini harus dibarengi dengan teknologi yang canggih. Karena kesibukan orang-orang yang beragam, maka mereka bisa langsung mengaksesnya lewat internet secara gratis. 20. Apa saja tantangan dan hambatan yang Ustad alami dalam berdakwah? Jawaban : Hambatannya adalah SDM yang masih minim untuk membantu saya dalam berdakwah. 21. Apa yang membedakan dakwah Ustad dengan ustad lainnya? Jawaban : Saya lebih konsentrasi kepada Hadist dan Shirah 22. Bisa tolong diceritakan bagaimana dakwah bil lisan yang Ustad jalankan? Jawaban : Saya mempunyai jadwal rutin yang setiap harinya diisi di beberapa majlis Ta’lim. 23. Bagaimana dengan dakwah bil qolam Ustad? Jawaban : Saya membuat beberapa buku, digital, website, bulletin. 24. Dakwah Bil hal yang Ustad kerjakan? Jawaban :
Saya mendirikan sekolah Perguruan Islam Al-Mugni Jakarta, tepatnya di Kuningan. Dan saat ini masih dalam proses penyelesaian yaitu Pesantren Hadist Untuk Keluarga di Desa Cinegara, Caringin, Bogor. 25. Faktor penghambat dan pendukung yang Ustad rasakan dalam berdakwah? Jawaban : Faktor pendukung diantaranya keluarga yang siap ditinggalkan karena kesibukan saya yang cukup padat. Kemudian kampus tempat saya mengajar juga mendukung. Dan dukungan dari TV. Faktor penghambat yakni susahnya membebaskan lahan di pusat kota seperti Kuningan. Dana yang cukup besar dibutuhkan untuk pelebaran lahan. Dan sampai saat ini saya masih sulit dalam mencari kader yang akan mambantu saya dalam berdakwah.
Jakarta, April 2013
Dr. Ahmad Lutfi Fathullah, MA.
LAPORAN WAWANCARA
Nama
: Tarsim
Jabatan
: Mahasiswa dan Karyawan Pusat Kajian Hadis
Waktu Wawancara
: Jum’at, 26 April 2013, pukul 16.00 WIB
Tempat Wawancara
: Kantor Pusat Kajian Hadits, Jl. Gatot Subroto Kav. 26, Kuningan, Jakarta Selatan.
1. Siapa nama lengkap Anda? Jawaban : Tarsim 2. Sejak kapan Anda mengenal Ustad Lutfi? Jawaban: Saya mengenal Ustad sudah dari kelas 2 SMP, kurang lebih sudah 5 tahunan. 3. Apa saja yang Anda ketahui tentang Ustad Lutfi? Jawaban : Ustad adalah seorang da’i yang tak pernah kenal lelah. Beliau banyak mengajar kajian Hadis di berbagai tempat. Rasa lelah beliau tidak pernah ditampakkan. Beliau sangat antusias dan semangat menyebarkan ajaran Islam. Saya sering sekali mengikuti jadwal kajian Ustad Lutfi. Beliau menginginkan agar karyawannya juga berpengetahuan luas. 4. Materi dakwah apa saja yang Ustad Lutfi sampaikan? Jawban: Ustad menyampaikan dakwahnya disesuaikan dengan pengetahuan para pendengarnya. Biasanya ustad menyampaikan kajian tentang Hadis, Shirah Nabi. Biasanya merujuk pada Kitab Shahih Bukhari.
5. Apakah media dakwah Ustad Lutfi sudah efektif? Jawaban:
Sudah efektif. Saat ini perkembangan teknologi sudah maju, jadi dengan diciptakannya media tersebut, maka memudahkan Ustad Lutfi dalam menyampaikan Kajian-Kajiannya. 6. Menurut Anda, apakah hambatan bagi masyarakat untuk menggunakan teknologi (media dakwah) tersebut? Jawaban: Karena kurangnya pengetahuan, maka itu yang membuat masyarakatnya sendiri kurang mengenal kemajuan teknologi. Kemajuan teknologi saat ini tidak diimbangi dengan kemajuan pengetahuan masyarakat. 7. Menurut Anda bagaimana cara menyebarluaskan dakwah Ustad ini yang menggunakan media digital tersebut? Jawaban: Kita mulai dari diri kita sendiri. Kita sampaikan, berbagi info dan pengetahuan kepada orang-orang terdekat, keluarga, sahabat, dan teman-teman. Dengan langkah itu, tidak mustahil lambat laun akan tersebar. Sehingga dakwah Ustad Lutfi dapat dirasakan oleh semua pihak. 8. Manfaat apa yang dapat Anda peroleh setelah mengikuti kajian dari Ustad Lutfi? Jawaban: Manfaat yang saya peroleh dalam kehidupan saya cukup banyak. Pengetahuan tentang Hadis saya menjadi bertambah. Dahulu membaca Hadis saja, agak susah saya lakukan, namun saat ini karena bimbingan beliau, membaca, mempelajari dan mengamalkan Hadis Rasulullah saw. dalam kehidupan ini Insya Allah sedang saya jalankan, semoga selalu istiqomah.
Jakarta, April 2013
Tarsim
LAPORAN WAWANCARA
Nama
: Restu
Jabatan
: Jamaah Kajian Hadis
Waktu Wawancara : Minggu, 28 April 2013, pukul 18.25 WIB Tempat Wawancara : Masjid Baitul Mughni Jl. Gatot Subroto Kav. 26, Kuningan, Jakarta Selatan. 1. Siapa nama lengkap Ibu? Jawaban : Ibu Restu 2. Sejak kapan Ibu mengenal Ustad Lutfi? Jawaban: Saya mengenal Ustad kurang lebih sudah 2 tahun 3. Apa saja yang Ibu ketahui tentang pemikiran dakwah Ustad Lutfi? Jawaban : Ustad menyampaikan dakwah tentang ilmu Hadis. Beliau mengajak umat Islam untuk mengamalkan Hadis, yang merupakan salahsatu perintah Allah. Beliau menemperkenalkan ilmu Hadis dengan cara yang unik. Hal ini mempermudah saya khususnya, dan umumnya untuk semua masyarakat yang mendengarkan dakwah beliau. 4. Menurut Ibu, apakah media dakwah Ustad Lutfi sudah efektif? Jawaban: Saya pikir ini semua sudah efektif. Media dakwah Ustad Lutfi sudah modern. Ini langkah yang tepat, karena jangkauannya lebih luas. 5. Apakah ada hambatan yang Ibu rasakan selama mengikuti kajian Hadis dari Ustad Lutfi? Jawaban: Karena saya masih awam, pengetahuan saya juga masih terbatas. Jika Ustad memberikan kajian yang terlalu mendetail, saya mencoba dengan perlahan
untuk memahaminya. Namun Ustad Lutfi pun berkenan menjawab pertanyaan yang saya ajukan. Beliau memberikan arahan dan bimbingannya dengan bijak. 6. Manfaat apa yang sudah Ibu peroleh setelah mengikuti kajian dari Ustad Lutfi? Jawaban: Pengetahuan keagamaan saya menjadi bertambah, terutama tentang Hadis. Saya bisa lebih mengenal sosok Rasulullah dengan lebih dekat lagi.
Jakarta, April 2013
Restu
LAPORAN WAWANCARA
Nama
: Lidya
Jabatan
: Jamaah Kajian Hadis
Waktu Wawancara : Minggu, 28 April 2013, pukul 19.00 WIB Tempat Wawancara : Masjid Baitul Mughni Jl. Gatot Subroto Kav. 26, Kuningan, Jakarta Selatan. 1. Siapa nama lengkap Ibu? Jawaban : Ibu Lidya 2. Sejak kapan Ibu mengenal Ustad Lutfi? Jawaban: Saya mengenal Ustad Lutfi sejak bulan Desember 2011. Jadi sudah sekitar satu setengah tahun. 3. Apa saja yang Ibu ketahui tentang pemikiran dakwah Ustad Lutfi? Jawaban : Ustad Lutfi menyampaikan dakwahnya tentang ilmu Hadis. Pemikiran Beliau, bahwa ilmu Hadis harus diperkenalkan kepada masyarakat, yang selama ini masih kurang populer untuk sebagian masyarakat. 4. Menurut Ibu, apakah media dakwah Ustad Lutfi sudah efektif? Jawaban: Sudah efektif sekali. Ustad menggunakan teknologi yang canggih. Ini mempermudah saya, yang masih sulit sekali untuk belajar tentang Hadis. 5. Apakah ada hambatan yang Ibu rasakan selama mengikuti kajian Hadis dari Ustad Lutfi? Jawaban: Hambatan pribadi yaitu karena basic pendidikan saya yang bukan dari pendidikan agama. Saya tidak mengerti bahasa Arab, sehingga untuk cepat tanggap agak terlalu sulit. Tempat tinggal saya juga di daerah tangerang, agak
jauh dari Kuningan ini. Tetapi di usia saya yang sudah tidak muda lagi, saya masih termotivasi dan semangat untuk belajar Hadis. 6. Manfaat apa yang sudah Ibu peroleh setelah mengikuti kajian dari Ustad Lutfi? Jawaban: Tentu segi kehidupan saya menjadi lebih berubah, yakni perubahan ke arah yang lebih baik. Saya dahulu bingung, ingin belajar ilmu agama di mana. Namun setelah menemukan Taklim ini, pengetahuan saya menjadi bertambah. Saya bisa mengenal sosok pribadi Rasulullah saw. dengan lebih dekat lagi. Mencintai Rasul dan menjadikan panutan dalam hidup kita. Dengan mengetahui ajaran-ajaran tersebut, menjadikan hidup saya lebih berarti. Otomatis dengan mengenal Rasul, feeling kita menjadi lebih dekat dengan Rasul. Seperti kita dekat kepada Ibu kita. jika Ibu kita diam, diibaratkan bahwa beliau sedang marah. Begitu pula dengan mengenal Rasulullah, berarti kita akan mengikuti sunnah dan anjuran beliau.
Jakarta, April 2013
Lidya
LAPORAN WAWANCARA
Nama
: Jehan Azhari
Jabatan
: Ibu Rumah Tangga dan Da’iah
Waktu Wawancara : Minggu, 28 April 2013, pukul 19.45 WIB Tempat Wawancara : Kantor Pusat Kajian Hadis, Jl. Gatot Subroto Kav. 26, Kuningan, Jakarta Selatan. 1. Siapa nama lengkap Ibu? Jawaban : Ibu Jehan Azhari 2. Pada tahun berapa Ibu menikah dengan Ustad Lutfi? Jawaban: Pada tahun 1993 saya dinikahi oleh Ustad Lutfi, ketika itu beliau berumur 29 tahun. Pertemuan saya dengan beliau terjadi di Syiria. 3. Menurut Ibu, bagaimana sosok Ustad Lutfi di dalam keluarga? Jawaban: Beliau adalah seorang kepala rumah tangga, dan sekaligus orang yang mempunyai amanat untuk meneruskan dakwahnya Rasulullah saw. Beliau sangat antusias agar anak-anaknya kelak menjadi orang-orang yang sukses. Sukses di dunia dan di akhirat, dengan tetap menjaga utuh ketauhidannya kepada Sang Pencipta. Keluarga kita menerapkan model keluarga dengan pendidikan agama yang lengkap, baik di rumah ataupun di sekolah. 4. Menurut Ibu, apakah media dakwah Ustad Lutfi sudah efektif? Jawaban: Sudah sangat efektif karena menghemat banyak waktu dan tenaga. Saat ini mencari buku di perpustakaan bukan menjadi alasan bagi seseorang untuk mempelajari Hadis. Dengan memasukkannya ke dalam CD dan software tentu dapat mempermudah penyampaian dakwah Ustad.
5. Menurut Ibu, seberapa besar penerapan pembahasan yang Ustad Lutfi sampaiakan di dalam kehidupan terutama di keluarga? Jawaban: Tentu sebagai seorang muslim, sudah menjadi kewajiban kita untuk mengamalkan ajaran Islam yang bersumber pada Al-Qur’an dan Hadis. Beliau secara maksimal menerapkan di dalam keluarga. 6. Apakah Ibu sering mengikuti kajian Ustad Lutfi? Jawaban: Jarang, karena saya juga memiliki kesibukan tersendiri.
Jakarta, April 2013
Jehan Azhari
LAPORAN WAWANCARA Via Facebook
Nama
: Dr. Sunandar, MA
Jabatan
: Dosen UIN Jakarta
Waktu Wawancara
: 7-11 Mei 2013
Ririn Fajrina Monday 2:00 pm Asslamualaikum... Bapak saya Hidayati Nur Fajrina, mahasiswa smt 8 yg sedang menyusun skripsi yang berjudul "PEMIKIRAN DAN AKTIVITAS DAKWAH USTAD LUTFI" mohon bantuan jawabannya ya pa.. 1. Sejak kapan Bapak mengenal Ustad Lutfi Fathullah? 2. Bisa diceritakan, bagaimana hubungan Bapak dengan Ustad Lutfi pada saat itu? 3. Apakah sampai saat ini Bapak masih berhubungan baik dengan Ustad Lutfi? 4. Apa saja yang Bapak ketahui tentang Ustad Lutfi, mengenai sosok dan sifat pribadinya? 5. Menurut Bapak, apakah dakwah Ustad Lutfi dengan menggunakan media digitalisasi
sudah
efektif?
dapatkah
menjangkau
seluruh
lapisan
masyarakat? Sudah pa, 5 pertanyaan saja. Terima Kasih Pa atas kesediaan waktunya untuk membantu saya. Jazakallah... Semoga kebaikan Bapak dibalas oleh Yang Maha Pemberi. Aamiin. Wassalamualaikum...
Saturday 3:32pm Sunandar Ibnoe Nur 1. Saya mengenal Ust DR.H.Lutfi Fathullah sejak sama2 mondok di pesantren Darussalam Gontor. 2. Hubungan saya dengan ustadz Lutfi pada saat itu cukup baik dan saling mengenal dengan baik walau kami berbeda angkatan, beliau lebih muda satu tahun dari saya. Kami juga berbeda kamar, beda rayon dan beda konsulat, karena saya dari konsulat Bogor sedang beliau dari konsulat DKI. Sungguhpun begitu, kami saling ketemu di kegiatan pramuka dan di lapangan sepak bola. Karena kami sama-sama hobi main sepak bola. Saya di Club Sepak Bola DARUSSALAM, sedang Ustadz Lutfi di club sepak bola DARMAJAYA. Hanya saja, dari segi popularitas dan prestasi, sejauh yang tahu....bahwa beliau biasa-biasa saja, artinya tidak terlalu menonjol dan belumbegitu populer. Beliau dikenal sebagai santri yang biasa saja,namun patuh dan disiplin. Pada saat di Gontor, beliau belum ketahuan kalau nantinya akan menjadi orang besar atau sukses menjadi pakar di bidang hadits dan produktif dalam pembuatan buku-buku dengan pendekatan I.T. dan cetak.
Saturday 3:51pm Sunandar Ibnoe Nur 3. Yaa, sampai saat ini saya masih berhubungan dengan beliau; Pertama karena kami sama-sama menjadi dosen di Pendidikan Kader Muballigh alAzhar, Kebayoran Baru Jakarta selatan. Kami menjadi pengajar selama
beberapa tahun terakhir hingga sekarang. Kedua, kami sama-sama sering mengisi acara dakwah di televisi, seperti TVRI, MNC TV.
Saturday 4:05pm Sunandar Ibnoe Nur 4. Yang saya ketahui ttg sosok ust Lutfi, bahwa beliau orangnya bersa haja, pintar dan menjadi doktor tapi tidak sombong, rajin menulis buku, baik cetak maupun buku2 digital, sebagai seorang anak tokoh betawi yang memiliki keilmuan khusus di bidang hadits mau mengamalkan ilmunya dan tidak komersial. Penampilannya low profile. Suka menolong teman yang sedang kesulitan. Suka menjalin silaturahim baik dengan kalangan muda maupun kalangan tua. Memiliki hubungan baik dengan pejabat pemerintahan, seperti dengan gubernur namun tidak aji mumpung.
Saturday 4:21pm Sunandar Ibnoe Nur 5. Ustadz lutfi berdakwah dengan berbagai media dan metode. Beliau memiliki pola dakwah yang tidak dimiliki akademisi dan muballigh lain. Beliau sering berdakwah secara konvensional atau off air, berdakwah dengan media televisi dan radio, berdakwah bil-qalam dengan menulis buku-buku dan yang menjadi kelebihan beliau yang tidak dimiliki kebanyakan muballigh lain adalah berdakwah dengan menggunakan media digital. Karena itu, beliau adalah akademisi dan muballigh multi talenta. Jadi,dakwahnya sangat efektif terutama untuk kalangan educated people,
atau kalangan yang berpendidikan. Hanya saja, sebagai sahabat, saya menyarankan kepada ustadz DR. H. Lutfi Fathullah, MA agar meningkatkan kualitad retorikanya apabila berdakwah secara konvensional di atas mimbar dan juga saat berdakwah di media telebisi dan radio. Agar tampak dinamis dan greget dalam penyampaian dakwahnya. Demikian, afwanwa syukron.
Kegiatan Dr. Ahmad Lutfi Fathullah, MA menjadi narasumber Hikmah Pagi TVRI Acara Kajian Kitab Kuning Shahih Bukhari
Kegiatan dakwah Dr. Ahmad Lutfi Fathullah, MA di Majid Al-Azhar Jakarta
Kajian Hadis oleh Dr. Ahmad Lutfi Fathullah, MA di Masjid Istiqlal Jakarta
Dr. Ahmad Lutfi Fathullah, MA
Dr. Ahmad Lutfi Fathullah, MA bersama penulis
Sekolah Perguruan Islam Al-Mughni Jakarta
Pesantren Hadis Untuk Keluarga di Bogor
Karya Multimedia Dr. Ahmad Lutfi Fathullah, MA
DR Ahmad Lutfi Fathullah, MA
Mengintip Indahnya Surga Lewat Jendela Hadis-hadis Rasulullah saw Kajian Hadis Usai Shalat Jum’at Masjid Istiqlal – Jakarta Rabi’ul Awwal 1434
PROlog POTRET KITA HARI INI Survey Perilaku Seks di Sintang: 60 Persen ABG Lakukan Aborsi Tribunnews.com - Jumat, 12 Oktober 2012
Polda Metro Jayamengeluarkan data bahwa di Jakarta setiap 9-10 menit terjadi 1 tindakan kriminal baik itu kriminal berat maupun kriminal kategori ringan yang antara lain: pembunuhan, pemerkosaan,pencurian, penipuan, narkotika dan lainlain (TVOne, 1/11/2011),
Survey Seks Remaja Surabaya Berita KPAI Mai 18-2012
32 Persen Remaja Indonesia Pernah Berhubungan Seks
Sebanyak 44 persen dari 450 pelajar ini memiliki pandangan bahwa pacaran itu sah melakukan hubungan intim. Dan 16 persen pelajar dari jumlah di atas mengaku sudah pernah mempraktekkan hubungan suami-istri. http://komunitas.embunpagi hari.com
Hasil Survei Komnas PA, 62% Remaja SMP Tidak Perawan. Survei 2008 TRIBUNNEWS.COM, SURABAYA
. Pada 2012, Polda Jatim merilis ada 1357 kasus pembunuhan yang ditangani jajarannya. Angka tersebut jauh melonjak dari 2011 yang hanya 69 kasus.
KOMPAS.comIndonesia menjadi negara paling korups dari 16 negara di kawasan Asia Pasifik menurut survei persepsi korupsi 2011 terhadap pelaku bisnis. Survei dilakukan oleh Political & Economic Risk Consultancy yang berbasis di Hongkong.
CSIS : 77 % Pejabat Pemerintah “Koruptor” Hasil survei yang dilakukan Centre for Strategic and International Studies (CSIS) pada 6 hingga 19 Juli 2012, menyimpulkan 77 persen Pejabat Negara Korupsi. OPINI | 08 August 2012 .kompasiana.com
Tempo Jum'at, 28 September 2012 Empat Hari, Tiga Tawuran Pelajar di Jakarta
Pengantar
Alhamdulillah wa al-shalat wa al-salam ‘ala Rasulillah. Wa ba’du Dalam lubuk setiap manusia pasti ada rasa rasa takut dan rasa harap. Manusia takut akan kesengsaraan dan ketidak enakan. Manusia berharap akan kenikmatan dan kebahagiaan. Karena itu Manusia rela berkorban untuk menghindar dari kesengsaraan dan mendapatkan kenikmatan. Kenikmatan semu dunia sering membuat orang lupa akan kenikmatan haqiqi di akhirat. Godaan dan cobaan sering menjadi tabir penghalang orang melihat kehidupan haqiqi setelah kematian.
Silahkan Pilih
Mana yang anda pilih : Hadiah yang bisa dan boleh diambil hari ini, nominalnya Rp10 jt rupiah. Hadiah yang baru bisa diambil sebulan lagi dengan nominal Rp1 M
Survei di komonitas orang waras, 99 % memilih 1 milyar. Survei di komonitas orang bodoh, 99 % memilih 10 juta. Mengapa orang bodoh memilih yang 10 jt ? Mengapa orang cerdas memilih yang 1 M ?
Kosep Janji Janji bisa diberikan oleh orang yang bisa dipercaya, bisa juga diucapkan oleh pendusta. Jika janji diucapkan oleh pendusta, maka jangan dipercaya. Jika janji diucapkan oleh si Jujur, maka silahkan percaya.
Realitas Pelaksanaan Janji
Orang jujur belum tentu dapat merealisasikan janjinya. Orang mampu bisa melakukan sesuatu tapi belum tentu mau. Orang mampu dan jujur lah yang dapat merealisasikan janjinya. Kemampuan orang dapat dilihat dari kapasitas dan kapabelitas Orang yang hanya memiliki uang 1 juta jangan diharap mampu membayar 10 juta, sekalipun dia jujur.
Allah dan JanjiNya Allah swt banyak sekali menyebutkan janji-janjiNya Allah juga menyatakan dengan tegas bahwa: ◦ Allah jujur ◦ Allah akan melaksanakan janjiNya ◦ Allah tidak akan mengingkari janjiNya ◦ Allah mampu untuk melaksankan janjiNya ◦ Allah menjanjikan Surga buat mereka yang menta’atiNya. ◦ Allah juga menjanjikan Nereka buat yang melanggar aturanNya. Contoh janji Allah )29 عظًٍَِب (اىفزح َ جشًا ْ َد ٍِْ ُٖ ٌْ ٍَغْ ِفشَ ًح َٗأ ِ عَِيُ٘ا اىّصَبىِحَب َ َٗ ِ َآٍَُْ٘ا َ ٌِعذَ اىَئُ اَىز َ َٗ ًِطٍِ َج ًخ ف َ َِِ فٍَِٖب ٍََٗغَب ِم َ ٌِجشِي ٍِِْ رَحْ ِزَٖب ا ْىأَ َّْٖبسُ خَبِىذ ْ َد ر ٍ ِ َٗا ْىَُ ْإٍَِْبدِ جََْب َ ٍٍِِْع َذ اهللُ ا ْى َُ ْإ َ َٗ )72 ص ا ْىعَظٌٍُِ (اىز٘ثخ ُ ْ٘ ُ ٍَِِ اهللِ َأمْ َج ُش رَِىلَ ُٕ َ٘ اىْ َف ٌ ضَ٘ا ْ ُ َٗ ِس ٍ ع ْذ َ ِجََْبد )6 ًُٗ (اىش َ َُ٘عذَُٓ ََٗى ِنَِ َأمْ َث َش اىَْبطِ ىَب ٌَعَْي ْ َٗ ُٔ ف اىَي ُ عذَ اىَي ِٔ ىَب ٌُخِْي ْ َٗ )47 ُ (اىحج َ ٗل َمأَىْفِ عَ َْ ٍخ ٍََِب َر ُع ُذ َ ُِ ٌَ ًٍْ٘ب عِْ َذ سَث َ عذَ ُٓ َِٗئ ْ َٗ ُٔ ف اىَي َ ِة ََٗىِْ ٌُخْي ِ ل ثِب ْى َعزَا َ َّ ٌََُ٘ٗغْ َزعْجِي
Keindahan Surga dalam al-Qur’an Keindahan surga digambarkan dalam al-Qur’an dalam banyak sekali ayat dan dalam banyak surah. Diantara gambaran keindahan surga adalah:
Surga itu begitu luas dan besar (3:133; 57:21) Ada sungai yang mengalir di bawahnya (3:15) Tersedia makanan dan minuman yang lezat (76:17) Tersedia beraneka buah (2:25) Dipakaikan emas dan mutiara (22:23) Ditemani oleh bidadari dan bidadara (4:47; 55:70) Di bantu oleh banyak pembantu (76:19) Apa saja yang dikehendaki akan tersedia (16:31; 25:16) Kenikmatan itu selalu ada (9:21) Mereka kekal di dalamnya (2:82) Mereka bersyukur dengan pemberian Allah ini.
------ Lihat indek surga pada program al-Qur’an al-Hadi
Keindahan Surga dalam gambaran Hadis
Banyak sekali hadis-hadis Rasulullah saw yang menggambarkan indahnya surga. Perbedaan antara keduanya adalah, al-Qur’an menggambarkannya secara global, sedangkan Hadis mayoritasnya menggambarkannya secara lebih rinci. Diantara gambaran surga dalam hadis adalah : o Surga itu keindahan dan kemewahan serta fasilitasnya tidak pernah dilihat oleh mata, tidak pernah didengar telinga dan tidak pernah terbetik dalam hati manusia. o Memiliki pintu-pintu gerbang yang begitu luas o Hijau dikelilingi pepohonan yang rindang dan tinggi-tinggi o Dikelilingi kebun-kebun dengan beraneka buah yang selalu berbuah dan mudah untuk dipetik o Bangunan rumah-rumah di surga yang begitu luas, indah, terbuat dari emas dan perak, dihiasi pernik-pernik mutiara. o Setiap bangunan memiki banyak kamar dan banyak pembantu. o Ada juga bidadari dan bidadari yang siap melayani o Tersedia makanan yang beraneka ragam, mulai dari ikan hiu, sampai daging burung. o Buahnya juga enak dan beraneka macamnya. Semua tersedia atau tinggal memetiknya. o Minumannya juga sangat beragam, mulai dari Jahe hangat, susu, madu sampai khamar
o Tersedia makanan yang beraneka ragam, mulai dari ikan hiu, sampai daging burung. o Buahnya juga enak dan beraneka macamnya. Semua tersedia atau tinggal memetiknya. o Minumannya juga sangat beragam, mulai dari Jahe hangat, sampai khamar o Makanan dan minuman yang disediakan tidak berdampak negatif: Tidak ada mencret, tidak ada kolestrol, tidak asam urat, tidak ada darah tinggi, tidak ada juga yang membahayakan jantung atau organ tubuh lainnya. o Jika ingin ditemani bidadari/bidadara, mereka siap kapan saja dibutuhkan. Wajah mereka tidak ada yang jelek. Jumlahnya juga bukan satu, tapi banyak. Bidadarinya juga masih perawan. Mereka tidak kenal WP o Penghuni surga tidak ada yang terkena gangguan lemah syahwat, Ejakulasi dini,. Semua diberi kekuatan seksual yang fantastis. o Di surga tidak nenek-nenek dan kakek-kakek, semua dalam usia muda, 33 tahunan. o Ada pasar, ada kunjungan, ada sahabat, ada kerabat. o Bisa bertemu Rasulullah saw o Bisa bertemu dan melihat Allah swt.
------Lihat kitab al-Buzur al-Safirah karya Imam al-Suyuti
Keindahan Surga :ٌَ ه سَعُ٘هُ اىَئِ صَيَى اىَئُ عَيَ ٍْ ِٔ َٗعََي َ ه قَب َ ً اىَئُ عَْ ُٔ قَب َ ِعِْ أَثًِ ُٕشَ ٌْشَ َح َسض َ
ِخطَ َش عَيَى قَيْت َ ذ َٗىَب ْ َُ عََِع ٌ ُد َٗىَب ُأر ْ ِ سََأ ٌ ٍْع َ ِ ٍَب ىَب َ ٍِد ىِعِجَبدِي اىّصَبىِح ُ ْع َذد ْ َ أ:ُٔ َه اىي َ قَب .ِ ٍ ٍُ ِْ قُ َش ِح َأع ْ ٍِ ٌْ ُٖ ًَ ى َ خ ِف ْ ظ ٍَب ُأ ٌ فَيَب َرعَْي ٌُ َّ ْف:ٌْ ُ شِئْ ُز ْ ِ فَبقْ َشءُٗا ئ.ثَشَ ٍش Dari Abu Hurairah ra berkata: Rasulullah saw brsabda: Allah swt berfirman: Aku siapkan untuk hamba-hambaKu yang soleh, apa-apa yang belum pernah dilihat mata, dan tidak pernah didengar telinga, dan tidak pernah tersirat di dalam hati. Jika kalian inginkan maka bacalah : ِ ٍ ٍُ ِْ ُقشَحِ َأع ْ ٍِ ٌْ ُٖ ظ ٍَب أُخْفًَِ َى ٌ ْفَيَب َرعَْي ٌُ َّف Maka tidak seorang pun mengetahui apa yang disembunyikan untuk mereka yaitu (bermacam-macam nikmat)
-------------
Sahih al-Bukhari, hadis no. 3005; Sahih Muslim, hadis no. 5050.
Dapat Melihat Allah :َعيَ ٌَ قَبه َ َٗ ٍِْٔ َعي َ ُٔ صيَى اىَي َ ً ِ ت عَِْ اىَْ ِج ٍ ٍْ َٖص ُ َِْ ع ٌُْ شٍَْئًب أَصٌِ ُذمُ ٌْ فَ ٍَقُُ٘ىَُ٘ َأىَ ٌْ رُجٍَِْْ ُٗجََُْٕ٘ب َأَى َ ُٗه ٌَقُ٘هُ اىَي ُٔ رَجَب َسكَ َٗ َرعَبىَى رُشٌِذ َ و ا ْىجَ َْخِ ا ْىجَ َْخَ قَب ُ َْٕخوَ أ َ ئِرَا َد ت ِئىٍَِْٖ ٌْ ٍِِْ اىَْظَ ِش ِئىَى سَثِِٖ ٌْ عَ َض َ ح َ ة َفََب أُعْطُ٘ا شٍَْئًب َأ َ حجَب ِ شفُ ا ْى ِ خيَْْب ا ْىجَ َْخَ َٗرُ َْجَِْب ٍِِْ اىَْب ِس قَبهَ فٍََ ْن ِ رُ ْذ ََٗجَو Dari Suhaib ra, Rasulullah saw bersabda: Jika para penghuni surga sudah memasuki surga maka Allah swt akan berfirman: Kalian ingin sesuatu yang Aku tambahkan untuk kalian ? Maka merekapun menjawab: Bukankah Engkau sudah memutihkan wajah kami, bukankah Engkau sudah memasukkan kami ke surga dan menyelamatkan kami dari neraka ?. Rasulullah saw melanjutkan ceritanya: Maka dibukakanlah tabir. Sungguh tidak ada sesuatu yang telah diberikan kepada mereka lebih mereka cintai dari dapat melihat Tuhan mereka. :َظشَ ِئىَى ا ْىقَََشِ ىَ ٍْيَ ًخ ٌَعًِْْ اىْ َجذْ َس َفقَبه َ ََْعيَ ٌَ ف َ َٗ ِٔ ٍْ َعي َ ُٔ َصيَى اىي َ ًِِه ُمَْب عِ ْ َذ اىَْج َ ِ عَجْ ِذ اىَئِ قَب ِ ْ عَِْ جَشٌِ ِش ث َصيَبحٍ قَجْو َ عيَى َ ُ َٕزَا ا ْىقَ ََشَ ىَب ُرضَبٍَُُ٘ فًِ ُسؤٌَْ ِز ِٔ فَاُِْ اعْزَطَعْ ُزٌْ أَُْ ىَب ُرغْيَجُ٘ا َ ْٗئَِّ ُنٌْ عَزَ َشَُْٗ سَ َثنُ ٌْ مَََب رَ َش ِو اىْ ُغشُٗة َ ْطيُ٘عِ اىشََْظِ َٗقَج ُ و َ ْل قَج َ ح ِثحََْذِ سَ ِث ْ ِو غُشُٗثَِٖب فَبفْ َعيُ٘ا ثُ ٌَ َق َشَأ َٗعَج َ ْطيُ٘عِ اىشََْظِ َٗقَج ُ ----------- Sahih Muslim, hadis no 266; al-Tirmizi, hadis no. 2475. Sahih al-Bukhari, hadis no. 521 Sahih Muslim, hadis no. 1002.
Keabadian surga :ٌَصيَى اىيَ ُٔ عَيٍَْ ِٔ َٗعََي َ ِٔ َه سَعُ٘هُ اىي َ ه قَب َ عََ َش قَب ُ ِِْ عَِْ اث ِو ثٍََِْ اىْجََْخ َ َد حَزَى ٌُجْع ِ ََْ٘ ْو اىَْب ِس ئِىَى اىَْب ِس جًِ َء ثِبى ُ ْٕو اىْجََْخِ ِئىَى ا ْىجََْ ِخ ََٗأ ُ ِْٕئرَا صَبسَ َأ و ُ ْٕد َفٍَ ْضدَا ُد َأ َ ْ٘ ٍَ و اىَْب ِس ىَب َ ْٕد ٌََٗب َأ َ ْ٘ ٍَ ح ثُ ٌَ ٌَُْبدِي ٍَُْب ٍد ٌَب َإْٔوَ اىْجََْ ِخ ىَب ُ َٗاىَْب ِس ُث ٌَ ٌُزْ َث .ٌِِّْْٖو اىَْب ِس حُضًّْب ئِىَى حُض ُ َْٕاىْجََْ ِخ فَشَحًب ئِىَى فَشَحِ ٌِْٖ ٌََٗ ْضدَا ُد أ Dari Ibn Umar ra, Rasulullah saw bersabda: Jika semua penghuni surga sudah memasuki surga, dan penghuni neraka sudah memasuki neraka, maka dipanggillah kematian, lalu diletakkan antara surga dan neraka kemudia disembelih. Lalu ada suara yang berseru: Wahai penghuni surga, tidak ada lagi kematian. Wahai penghuni neraka, tidak ada lagi kematian. Maka bertambah gembiralah para penghuni surga dan bertambah sedihlah para penghuni neraka. ------------------------------Sahih al-Bukhari, hadis no. 6066; Sahih Muslim, hadis no. 5089.
MINGGU KE-
N SE IN L SE AS A RA BU IS M KA T
'A
M JU TU
B SA U GG IN
M
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 Setiap Minggu
HARI
TEMPAT Masjid Scuoindo, Pancoran Masjid Gedung KPK, Kuningan Masjid Gedung Wisma Antara, Merdeka Selatan Tidak rutin Masjid Gedung SCTV, Senayan MT. Perumahan Khusnul Khatimah, Cipete Tidak rutin UIN Bandung Masjid Al-Azhar, Blok M Masjid Prabu, Cilandak Tidak rutin MT. Andalusia, Sentul City Tidak rutin Masjid Solahudin, Gedung Pajak Kalibata Masjid As-Sa'adah, Ciputat Tidak rutin Masjid Tangkuban Perahu, Manggarai Tidak rutin Masjid Istiqlal Masjid Al-Azhar, Blok M Masjid Al Bahtsi Wattahqiq "As-Salam" Kuliah umum Trisakti Tidak rutin Tidak rutin Masjid Al Musyawaroh, Kelapa Gading Tidak rutin Masjid Al Musyawaroh, Kelapa Gading Tidak rutin Masjid Al Musyawaroh, Kelapa Gading Tidak rutin Walisongo, Senen Masjid At-Tin, Jakarta Timur Masjid Al-Azhar, Blok M MT. Perkumpulan Orang-orang Minang Pusat Kajian Hadis
KETERANGAN Ba'da Dhuhur Ba'da Dhuha Ba'da Dhuhur Ba'da Dhuhur Ba'da Dhuha Pagi Sore Ba'da Dhuhur Ba'da Dhuha Ba'da Dhuhur Ba'da Dhuhur Pagi Khutbah Jum'at Ba'da Jum'at Sore Pagi Siang
Subuh Subuh subuh Menjelang dhuhur Menjelang dhuhur Menjelang dhuhur Menjelang dhuhur Menjelang dhuhur Ba'da Asar
Masjid Istiqlal, Jum’at, 4 Rabiul Akhir 1434 H
Mengintip Seramnya Neraka Lewat Jendela Hadis-hadis Rasululah saw
بسم اهلل الرحمن الرحيم
Prolog • Manusia merupakan mahluk Allah yang diberi kelebihan mempunyai akal dan juga hawa nafsu. • Akal dan nafsu manusia dipertemukan pada titik rasa. • Manusia punya sifat dasar : Senang dengan kenikmatan, keindahan dan kenyamanan. • Manusia juga punya sifat dasar : Tidak mau dan tidak senang kesengsaraan, kepedihan dan kesakitan dan segala bentuk ketidak nyamanan. • Demi mengejar kenikmatan manusia rela mengorbankan apa saja. • Dan demi menghindari kesengsaraan, manusia rela mengorbankan apa saja. • Atas dasar itu, ayo kita kejar kenikmatan dan kita hindari kesengsaraan. • Orang yang beriman akan berkata: Nikmat yang hakiki adalah SURGA, dan kesengsaraan yang hakiki adalah NERAKA.
Neraka Itu Dekat :ٌََصي َ َٗ َِْٔٞعي َ َُٔ اىيَٚصي َ ُِٜه قَبهَ اىَْج َ َ اىئَُ عَ ُْٔ قَبِٜعِْ عَ ْجذِ اهللِ ثِ ٍضع٘د َسض َ .َو َرِىل ُ ِ شِشَاكِ َّ ْعيِ ِٔ َٗاىَْبسُ ٍِ ْث ْ ٍِ ٌُْحذِم َ َأَٚا ْىجََْخُ أَقْشَةُ ِإى
•
Surga itu lebih dekat dengan kalian dari pasangan sandalnya. Dan neraka demikian juga halnya. --------- • • Sahih al-Bukhari, hadis no. 6007
Potret Neraka Yang Sering Tertutupi :َصيٌََ قَبه َ َٗ َِْٔٞعي َ َُٔ اىيَٚصي َ َُِٔ َسصُ٘هَ اىي َ ْشَحَ َأَٝ ُٕشِٜعِْ أَث َ .ِٓحجِجَذْ ا ْىجَ َْخُ ثِبىََْنَب ِس ُ َٗ د ِ حجِجَذْ اىَْبسُ ثِبىّشَََٖ٘ا ُ • Neraka itu tertutupi dengan syahwat dan surga itu tertutupi dengan yang tidak disenangi. • ---------• Sahih al-Bukhari, hadis no. 6006; Muslim, hadis no.
•
Sebuah Pertanyaan ًغَْبء َ ََِِِٞظٌِ اىَُْضْي َ ِْ َٗمَبَُ ٍِِْ أَع َ ِٞو اىَُّْشْ ِشم ُ قَب ِرُٝ ٍ سَجُوَِْٚٔ َٗصَيَ ٌَ ِإىٞ اىئَُ عََيَُٚ صَيٜه َّظَ َش اىَْ ِج َ ِ قَبِِٛ صَعْذٍ اىضَبعِذ ِ ْو ث ِ ْٖ ص َ ِْع َ • :ه َ عَ ٌُْْٖ َفقَب . َٕزَاَٚ ْظُشْ إِىَٞ ْو ٍِِْ إَْٔوِ اىَْبسِ فَي ٍج ُ َسَٚظشَ ِإى ُ ْ َٝ ٍَُِْْ أَحَتَ َأ • ٍِِْ َ َ َ َش َ َٚحز َ ِٔ ْٞعَي َ َِْٔ َفزَََب ٍَوَٞٝ ِْ َذ َ ْْٞفِِٔ فََ٘ضَعَ ُٔ َثَٞه ثِ ُزثَبثَ ِخ ص َ جوَ اىْ ََْ٘دَ َفقَب َ ْ جُ ِشحَ فَبصْ َزعَٚحز َ َ رَىِلَٚ َزهْ عَيَٝ ٌْجوٌ فََي ُ َ• فَ َزجِعَُٔ س :ٌَ صَي َ َٗ ِٔ ْٞ اىئَُ عََيَٚصي َ ٜ ُ ه اى َْ ِج َ ِْٔ َفقَبِِْٞ مَزِ َفَٞث جَْ ِخ َ و ا ْى ِ ْٕو اىَْب ِس َُٕٗ َ٘ ٍِِْ َأ ِ ْٕ و َأ َ ََ ع َ س ُ اىَْبََٙشٝ ََبِٞ ْع ََوُ فَٝ َٗ و اىَْب ِس ِ ْٕجَْ ِخ َِٗإَُّٔ ىَ َِِْ َأ َ ْو اى ِ ْٕ ع ََوَ َأ َ س ُ اىَْبَٙشَٝ ََبِٞ ْع ََوُ فَٞ ِإَُ اىْعَجْذَ َى .ََِٖبِٞخَ٘ار َ ه ِث ُ َِٗإ َََّب اىْ َأعََْب Sahal bin Sa'd As Sa'idi bercerita bahwa suatu hari Nabi saw mengarahkan pandangannya kepada seseorang yang memerangi kaum musyrikin dan ia merupakan salah seorang prajurit muslimin yang gagah berani, namun anehnya beliau malah berujar; Siapa yang ingin melihat seorang penduduk neraka, silahkan lihat orang ini. Seseorang menguntitnya, dan terus ia kuntit hingga prajurit tadi terluka dan ingin disegerakan kematiannya. Serta merta ia ambil ujung pedangnya dan ia letakkan di dadanya, lantas ia hunjamkan hingga menembus diantara kedua lengannya. Selanjutnya Nabi saw bersabda: Sungguh ada seorang hamba yang menurut pandangan orang banyak mengamalkan amalan penghuni surga, namun berakhir menjadi penghuni neraka, sebaliknya ada seorang hamba yang menurut pandangan orang melakukan amalan-amalan penduduk neraka, namun berakhir dengan menjadi penghuni surga, sungguh amalan itu dihitung dengan penutupannya. Sahih al-Bukhari, hadis no. 6012.
Semua Manusia Diperlihatkan Tempatnya di Neraka dan Surga :ٌََصي َ َٗ َِْٔٞعي َ َُٔ اىيَٚصي َ ُِٜه اىَْج َ ْشَ َح قَبَٝ ُٕشِٜعِْ أَث َ • ٌحذ َ َوُ اىَْبسَ َأ ُ ْذَٝ َ ْزدَا َد شُنْشًا َٗىَبَِٞ ٍَقْ َع َذُٓ ٍِِْ اىَْبسِ َىْ٘ َأصَبءَ ىِٛحذٌ ا ْىجَ َْخَ ِإىَب أُس َ و َأ َُ ُ ْذَٝ ىَب .ًحضْ َشح َ َِْٔٞعي َ ََُُ٘نِٞضَِ ى َ َْ ٍَقْ َع َذُٓ ٍِِْ اىْجََْخِ َىْ٘ أَحِِٛإىَب أُس Tidaklah seseorang itu akan masuk kesurga kecuali akan diperlihatkan terlebih dahulu tempatnya dineraka kalau dia berperilaku buruk, agar bertambahlah rasa syukurnya. Dan tidaklah seseorang yang sudah masuk neraka kecuali akan diperlihatkan tempatnya disurga kalau dia dahulu berbuat baik, agar dia merasa rugi. • ----------------• Sahih al-Bukhari, hadis no. 6081
Neraka itu Seram, Hindarilah : ْٔ اهلل عِٜ ْثِِ حَبرِ ٌٍ سضِٛعِْ عَذ َ • ِِٖٔج ْ َ٘ ِجِِٖٔ فَ َز َعَ٘ َر ٍَِْٖب َُ ٌَ َر َمشَ اىَْب َس فََأشَبحَ ث ْ َ٘ ِصيٌََ َر َمشَ اىَْب َس فََأشَبحَ ث َ َٗ ِٔ َْٞ اىيَ ُٔ عَيََٚ صَيَِٜأَُ اىَْج ِ َج ٍخَٞجِذْ فَجِنَِيََ ٍخ طَٝ ٌَّْشّقِ َر َْشَ ٍح َف ََِْ ى ِ ه ا َرقُ٘ا اىَْب َس َٗىَْ٘ ِث َ فَ َزعََ٘رَ ٍِ َْٖب ٌََُ قَب • Suatu ketika Rasulullah saw berceritakan tentang neraka, .. Dengan wajahnya, lalu baginda berta’awuz meminta dihindari dari hal itu. Kemudian bercerita lagi tentang neraka dan baginda .. Wajahnya lalu berta’awuz meminta memohon dihindari dari neraka itu. Beliau lalu berpesan: Hindarilah neraka walau hanya hanya dengan kemampuan bersedekah dengan sepotong kurma. Barang siapa yang belum mampu, maka dengan kata-kata yang baik. ---------- • • Sahih al-Bukhari, hadis no. 6078; Sahih Muslim, hadis no. 1687.
Bentuk Siksaan Neraka dalam Al-Qur’an Bahan bakar Neraka • •
Manusia ( 2:24 | 3:10 ) Batu-batuaan ( 2:24 )
Bentuk siksaan • • • • • • • • • • • • • • •
Mereka tidak akan diajak bicara oleh Allah ( 2:174 ) Dikelilingi Air mendidih ( 55:44 ) Azab yang membakar ( 85:10 ) Muka mereka ditampar api ( 23:104 ) Muka mereka dibolak balik di api ( 33:66 ) Atas bawah api ( 39:16 ) Api yang sangat panas ( 101:11 ) Azab yang pedih ( 6:70 | 10:4 ) Mereka menjerit-jerit kesakitan ( 21:100 ) Api yang bergejolak (70:15 | 70:16 ) Mereka tidak bisa mendengar ( 21:100 ) Perut dan kulitnya dihancurluluhkan ( 22:20 ) Mereka dicambuk dengan cemeti besi ( 22:21 ) Api yang menjilat-jilat sampai ke hati ( 104:6 | 104:7 | 104:8 ) Mereka diikat pada tiang ( 104:9 )
Siksaan Terendah : َُقُ٘هٝ ٌََصي َ َٗ َِْٔٞ اىيَ ُٔ عَيََٚ صَيِٜص َِعْذُ اىَْج َ :ه َ اهلل عْٔ قَبٜ• عِ اى ُْ ْعََبُ سض ُُٔ ٍَِْٖب دٍَِبغِٜغْيَٝ ٌج َْشَح َ ٍَِْٔٞص قَ َذ ِ ََ َ ْ َأِٜضعُ ف َ َُ٘بٍَخِ َى َشجُوٌ رًَِْٞ٘ ا ْىقَٝ ِإَُ َإْٔ ََُ٘ َإْٔوِ اىَْب ِس عَزَاثًب Penghuni neraka yang paling ringan siksanya adalah, seseorang yang kedua telapak kakinya dipakaikan sandal, kemudian otaknya mendidih." :ُقُ٘هَٝ ٌََْ ِٔ َٗصَيٞ اىيَ ُٔ عََيََٚ صَيِٜذ اىَْج ُ ْص َِع َ َ ٍش قَبهِٞعِْ اى ُْ ْعََبُِ ْثِِ َثّش َ • ُٔ ُ ٍِْ ََُٖب ِد ٍَبغِٜغْيَٝ ُِجَْشَرَب َ ِٔ ٍَْٞص قَ َذ ِ ََ َ ْ َأَٚعي َ و ٌ َُبٍَ ِخ َسجِٞ ْ٘ ًَ ا ْىقَٝ ِإَُ َأ ْٕ ََُ٘ َإْٔوِ اىَْب ِس عَزَاثًب ٌُجوُ َٗا ْى ُقَْ ُق َ ْ ا ْى َِشِٜغْيَٝ َمََب Penghuni neraka yang paling ringan siksanya pada hari kiamat adalah seseorang yang telapak kakinya dialasi sandal, sehingga otaknya mendidih, sebagai mendidihnya ketel dan periuk. • Sahih al-Bukhari, hadis no. 6076-6077; Sahih Muslim, hadis no. 312
Penyesalan Orang Yang Teringan Disiksa :ه َ ْ ِٔ َٗصَيٌََ قَبَٞ اىيَ ُٔ عَيَِٚ صَيِٜعِْ اىَْج َ ُْٔ ََ اىيَ ُٔ عِٜل َسض ٍ ِِ ٍَبى َ عِْ أََّش ْث َ • َْءٍ َأمُ ْذَٜض ٍِِْ ش ِ ْ اىَْأسِٜل ٍَب ف َ َ ىَْ٘ َأَُ ى:َبٍَ ِخْٞ٘ ًَ ا ْى ِقَٝ ىَِإْٔ َُِ٘ َإْٔوِ اىَْبسِ عَزَاثًبَٚقُ٘هُ اىئَُ رَعَبىَٝ ِّٜش ِشكَ ث ْ صُيْتِ آ َد ًَ َأُْ ىَب ُرِٜذ ف َ َِّْ َٕزَا َٗأ ْ ٍِ ُ َ َ٘ ْٕ د ٍِْلَ َأ ُ ْقُ٘هُ َأسَدَٞ َه َّ َعٌْ ف ُ ُ٘قَٞ َ ثِ ِٔ فَِٛرفْزَذ .ِّٜش ِشكَ ث ْ ْذَ ِإىَب َأُْ ُرَْٞئًب فََأثَٞش Pada hari kiamat, Allah bertanya kepada penghuni neraka yang paling ringan siksanya; 'kalaulah kamu mempunyai semua yang ada di bumi, akankah kau jadikan untuk menebus dirimu? ' 'Tentu' Jawabnya. Maka Allah berfirman: 'Dahulu aku hanya ingin sesuatu yang lebih sepele daripada ini ketika kamu masih dalam sulbi Adam, yaitu agar kamu tidak menyekutukan-KU dengan sesuatu apapun, namun engkau enggan bahkan menyekutukan-KU dengan sesuatu. • ---• Sahih al-Bukhari, hadis no. 6072
Pindah Kontrakan :ه َ ْ ِٔ َٗصَيَ ٌَ قَبَٞ اىيَ ُٔ عَيََٚ صَيَِٜ اىئَُ عَ ُْٔ َأَُ اىَْجِٜ سَضٛ ِ ِذٍ اىْخُ ْذسِٞصع َ ِٜعِْ أَث َ • ٍَشْدَه َ ٍِِْ قَيْجِِٔ ٍِ ْثقَبهُ حَجَ ٍخِٜقُ٘هُ اىئَُ ٍَِْ مَبَُ فَٝ َو اىَْبسِ اىَْبس ُ ْٕجَْخِ اىْجََْ َخ ََٗأ َ ِْإرَا َدََوَ َإْٔوُ اى ُ َ َُ٘ ْجُزََٞب ِح فََْٞ َّ َٖشِ اىُِٜ ْي َق َُْ٘ فَٞح ًَََب ف ُ َّشُ٘ا َٗعَبدُٗا ِ ُ قَذْ اٍْ ُز َ ُ٘خ ُشج ْ َََٞشِجُُ٘ٓ ف ْ ُ فََأ ٍ ََبٍِِِْٝ إ ٌْ صَيٌَ أََى َ َٗ ِٔ َْٞعي َ ُٔ َ اىيَٚ صَيٜ ُ ِْوِ َٗقَبهَ اىَْجََٞ ِخ اىضَِٞح َ ه َ ْوِ َأ ْٗ قَبَٞوِ اىضَِٞح َ َِٜمََب رَ ْجُذُ ا ْىَِجَخُ ف َ ًخِٝ٘ص ْفشَاءَ ٍُيْ َز َ َُرشَْٗا أَ ََّٖب َر ْجُذ • Jika penghuni surga telah memasuki surga, dan penghuni neraka memasuki neraka, Allah berfirman; 'siapa saja yang dalam hatinya masih terdapat sebiji sawi keimanan, keluarkanlah dia dari neraka, ' maka mereka pun keluar setelah mereka terbakar dan menjadi abu, selanjutnya mereka dilempar ke sungai kehidupan sehingga mereka tumbuh sebagaimana biji-bijian tumbuh di tepi aliran sungai" atau ia mengatakan dengan redaksi; "dalam permukaan aliran sungai", dan Nabi Shallallahu'alaihiwasallam bersabda: "Tidakkah kalian melihat bahwa biji-bijian itu tumbuh kuning melingkar? • ---• Sahih al-Bukhari 6075
Mantan Penghuni Neraka :َصيٌََ قَبه َ َٗ َِْٔٞعي َ َُٔ اىيَٚصي َ ِِِٜ اىَْج ْع َ ٍعِْ أََّش ْثُِ ٍَبِىل َ • ِِٖ ٌْ أَ ْٕوُ ا ْىجَ َْخََِٞضُٞ ََيَُُ٘ ا ْىجََْ َخ ف ُ ْذَٞ ََ َقًٌْ٘ ٍِِْ اىَْبسِ ثَ ْعذَ ٍَب ٍَضٌَُْٖ ٍِ َْٖب صَفْ ٌع ف ُ ُخْشَٝ َََََِِِْٖٞٞاىْج • Akan keluar dari neraka sekelompok orang setelah mereka merasakannya selama waktu tertentu dengan satu tanda. Kelompok ini dinamakan oleh para penghuni surga dengan istilah Jahannamiyyun (mantan penghuni neraka). • -------• Sahih al-Bukhari, hadis no. 6074
Cerita Orang Yang Terakhir keluar dari Neraka : ٌَ صَي َ َٗ ِْٔٞ َعي َ ُٔ اىَيَٚصي َ ُٜه اىَْ ِج َ َ اىَي ُٔ عَُْٔ قَبٜض ِ ِ عَجْ ِذ اىَئِ َس ْ َع ه اىَئُ ارْ َٕتْ فَب ْدَُوْ ا ْىجَ َْ َخ ُ ُ٘قَٞ ََ ٍِِْ اىَْب ِس مَجْ ً٘ا ف ُ خْ ُشَٝ و ٌ ُو اىَْب ِس َُشُٗجًب ٍِ َْٖب َٗآَِشَ إَْٔوِ ا ْىجَ َْ ِخ ُدَُ٘ىًب َسج ِ ََْٕشَ أ ِ عَيٌُ آ ْ َ ىَأِِّٜإ َِٙٔ أَ ََّٖب ٍَيْأْٞ َو ِإى ُ ََٞخُٞ ََٖب فَِٞأْرَٞقُ٘هُ ارْ َٕتْ فَبدَُْوْ ا ْىجَ َْ َخ فَٞ َ فَٙة َٗجَذْرَُٖب ٍَيْأ ِ َب َسٝ ه ُ ُ٘قَٞ َشْجِعُ فَٞ َ فَٙ ِٔ أَ ََّٖب ٍَيْأْٞ َو ِإى ُ ََٞخُٞ ََٖب فَِٞأْرَٞف ّششَ ِح َع َ و َ ُْ َىلَ ٍِث َ َِب َٗعَّشَشَ َح أٍَْثَبِىَٖب َأْٗ إُّْٞل ٍِثْوَ اىذ َ قُ٘هُ ارْ َٕتْ فَب ْدَُوْ ا ْىجَ َْخَ فَإَُِ َىَٞ َ فََٙب َسةِ َٗجَذْرَُٖب ٍَيْأٝ ه ُ ُ٘قَٞ َشْجِعُ فَٞ َف .ل ُ ذ اىََِْي َ ّْ َ َٗأٍِِْٜ ل َُ َض ْ َأ ْٗ َرٍِِْٜ خ ُش َض ْ ه َر ُ ُ٘قَٞ ََب فُّْٞه اىذ ِ َأٍْثَب :ه ُ ُ٘قَٝ ُ َ َٗمَب،ُٓد ََّ٘اجِ ُز ْ ثَ َذََٚلَ حَز ِض َ ٌََصي َ َٗ ِْٔٞ َ اىَي ُٔ عَيَٚصي َ َِٔه اىي َ ُ٘ذ َسص ُ ْٝ ََفَيقَ ْذ سَأ ً إَْٔوِ ا ْىجَ َْ ِخ ٍَ ْ ِزىَخَّْٚك أَد َ رَا Sungguh aku tahu penghuni neraka yang terakhir kali keluar dan penghuni surga yang terakhir kali masuk, yaitu seseorang yang keluar dari neraka dengan cara merayap, Allah tabarakawata'ala berfirman; 'Pergilah kamu dan masuklah ke dalam surga! ' maka orang tersebut mendatanginya dan terbayang baginya bahwa surga telah membeludak. Orang kembali kembali dan berujar; 'Wahai Tuhanku, kutemukan surga telah membeludak'. Allah berfirman lagi; 'pergi dan masuklah surga.' Maka ia kembali dan terbayang baginya bahwa surga telah membeludak. Lalu ia kembali dan mengatakan; 'Ya Tuhanku, kutemukan surga telah membeludak.' Allah berfirman lagi; 'pergi dan masuklah surga, dan bagimu surga seluas dunia dan bahkan sepuluh kali sepertinya -atau- bagimu seperti sepuluh kali dunia.' Hamba tadi lantas mengatakan; 'Engkau menghinaku ataukah menertawaiku, sedang Engkau adalah raja diraja?" Dan kulihat Rasulullah Shallallahu'alaihiwasallam tertawa hingga gigi gerahamnya kelihatan seraya berkomentar: "Itulah penghuni surga yang tingkatannya paling rendah. • -----------• Sahih al-Bukhari, hadis no. 6086.
Penutup: Keluar Neraka Berkat Syafa’at :َصيَ ٌَ قَبه َ َٗ َِْٔٞ اىئَُ عَيَٚصي َ ِِِٜ اىَْج ْع َ َ اىئَُ عَ ََُْٖبٍِِٜ َسضْٞ َحص ُ ِ ُ عِْ عَِْشَاُُ ْث َ • َُْ٘ ََ َضُٝ ََيَُُ٘ ا ْىجَ َْخ ُ ْذَٞ َ ف،ٌََصي َ َٗ ِٔ ْٞ َ اىيَ ُٔ عَيَٚصي َ َ َقًٌْ٘ ٍِِْ اىَْبسِ ِثّشَفَبعَخِ ٍََُ ََ ٍذ ُ ُخْشَٝ .َََََِِِْٖٞٞاىْج • Akan keluar sekelompok orang dari neraka berkat syafaat Nabi Muhammad saw, lalu mereka dimasukkan ke surga. Mereka dikenali dengan kelompok Jahannamiyyun. • ---------• Sahih al-Bukhari 6081