PEMIKIRAN DAKWAH DAN POLA KADERISASI K.H. IMAM ZARKASYI Skripsi Diajukan kepada Fakultas Dakwah clan Komunikasi untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S.Sos.I)
Oleh
Deden Maull Darajat l\ITI\1: 104051001746
PROGRAM STUD! KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1429 H./2008 M.
PEMIKIRAN DAKWAH DAN POLA KADERISASI KH IMAM ZARKASYI Skripsi Diajukan kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S.Sos.I)
Oleh
Deden Mauli Darajat NIM: 104051001746
Di Bawah Bimbingan,
~
/ Dr. H.M. Idris Abd. Shomad, MA NIP: 150311326
PROGRAM STUD! KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIFHIDAYATULLAH JAKARTA 1429 H./2008 M.
LEMBAR PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa: 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di UIN SyarifHidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunkan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai ketentuan berlaku di UIN SyarifHidayatullah Jakarta. 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN SyarifHidayatullah Jakarta.
Deden Mauli Darajat
ABSTRAK
DEDEN MAULi DARAJAT Pemikiran Dakwah dan Pola Kaderisasi KH Imam Zarkasyi
Dakwah pada hakikatnya adalah mengajak manusia kepada kebaikan, kepada kedamaian, juga kepada kesalehan baik secara individual maupun sosial. Se!!lin berd1\kwah, KH Imam Zarkasyi melakukan kaderisasi melalui Pesantren modern Gontor dan telah menciptakan insan-insan berkualitas, seperti Idham Khalid, Nurcholish Madjid, Hidayat Nur Wahid (Ketua MPR RI), Dien Syamsuddin (Kenia Umum PP Muhammadiyah), Hayim Muzadi (Ketua Umum PBNU), H. Moh. Maftuh Basuni (Menteri Agama RI). Dari uraian diatas, penulis ingin mengajukan pertayaan, bagaimana pemikiran dakwah KH Imam Zarkasyi? bagaimam1 pola kaderisasi KH Imam Zarkasyi? Serta bagaimana hubungan pemikiran dakwah dan pola kaderisasi KH Imam Zarkasyi? Menurut DR. KH. Idham Khalid dalam buku Biografi KH Imam Zark!lsyi menyatakan bahwa kita tidak habis pikir bagaimana beliau mengatur waktu, tenaga, pikiran dan perhatiannya terhadap keluarga. Beliau telah menjadikan segala urusan dan kepentingan pondoknya di atas kepentingan pribadi dan keluarganya. Dakwah artinya seruan, ajakan atau panggilan. Mendakwahkan suatu keyakinan artinya memrogandakan sesuatu keyakinan. Sedangkan dakwah islamiyah artinya menyampaikan seruan Islam, mengajak dan memanggil umat manusia agar menerima dan memercayai keyakinan dan pandangan hidup Islam. Kader adalah orang yang dididik unn1k menjadi pelanjut tongkat estafet suatu partai atau organisasi. Sedangkan pola adalah model; contoh; pedoman (rancangan); dasar kerja, dan kaderisasi adalah pelatihan atau penggemblengan untuk atau sebagai kader; pengkaderan. Penelitian ini kualitatif deskriptif analisis berdasarkan data-data yang dihasilkan dari sumber-sumber tertulis mengenai pokok-pokok permasalahan yang akan dikaj i. Studi ini dilakukan berdasarkan pada: pertama, penelitian kepustakaan (Library Research), Kedua, wawancara mendalam bersama orang terdekat almathum KH Imam Zarkasyi. Pemikiran Dakwah menurut KH Imam Zarkasyi adalah usaha mengajak manusia ke jalan yang di ridhai oleh Allah SWT. Kaderisasi KH Imam Zarkasyi dibagi menjadi empat: (!) Kader Pemula, (2) Kader Menengah, (3) Kader Atas, dan (4) Kader Inti. Kederisasi yang dilakukan KH Imam Zarkasyi dengan beberapa pendekatan: (!) Pendekatan Manusiawi atau Pribadi, (2) Pendekatan Program, dan (3) Pendekatan Ideal. Hubungan antara pemikiran dakwah dan pola kaderisasi KH Imam Zarkasyi adalah agar dakwah tidak berhenti saat da'i meninggal dunia, maka KH Imam Zarkasyi melakukan kaderisasi. KH Imam Zarkasyi bukan hanya berdakwah dan menyusun strategi dakwah, namun KH Imam Zarkasyi lebih dari itu, ia menyiapkan sebanyakbanyaknya da'i untuk diterjunkan di mana saja dengan tujuan li'ilaii kalimati Allah.
MOTTO:
,,
,.,
"
""""
~ J.
!/
-::,,
J.
~
,,,,
,,
• -::,.,. ....... ....
,, ,,
~j.)~l l_y_,I (f.;ulj ~ 1_,.,....1; (f.;u14UI ~jl.
Q
DEDIKASI
Skripsi ini penulis dedilrasikan kepada Manusia-manusia yang kuat, Para pahlawanku: Kedua Orang tuaku, Kyai-kyaiku, Ustadz-ustadzku, Dosen-dosenku, Guru-guruku .. Tanpa engkau semua, penulis bukan apa-apa ..
SEBUAH TUUSAN UNWK PARA PAHI.AWAN:
Pagi ittt emb1111 menyapa bttmi, dan E11gka11 ke/11arka11 aktt ke d1111ia ini E11gka11 ajarkan ak11 berjalan Engkatt ajarkan aku berbicara Engkat1 ajarkan aku tentang 11ama-11ama Berik11tnya, E11gka11 ajarka11 ak11 membaca Engka11 ajarka11 aku menu/is Selatijt1t11ya, Engka11 ajarkan ak11 u11t11k menghapal E11gak11 ajarkan aku tmtuk memahami Engkau ajarkan aku u11t11k mere11u11g Dan ... E11gka11 ajarka11 ak11 Te11tang dunia ... Bagik11, Engkau adalah segalanya Jasan111 abadi Dalam lt1b11k hati...
(Gontor, 16 Februari 2008, Pukul: 00.00 WIB)
KATA PEN GANTAR (':!='-)\
0=-)\ iii 1 ~
Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang
Alhamdulillah, segala puji hanya bagi Allah swt, yang telah memberikan
nikmat dan hidayahNya kepada manusia. Shalawat serta salam kepada junjungan Nabi Besar Muhammad saw, yang membuka lebar pintu peradaban Islam, dan kepada orang-orang yang setia mengikuti jejaknya. Dengan ralunat Allah swt, penelitian dan penulisan skripsi ini dapat terwujud dengan lancar. Semoga karya yang kecil ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan khususnya bagi penulis. Penelitian dan penulisan ini, tidak akan berjalan lancar tanpa dukungan, motivasi dan bantuan semua pihak. Penulis berterimakasih yang tak terhingga, kepada: I. Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta dan
Para Pembantu Rektor: Prof. Dr. Komaruddin Hidayat, Dr. Jamhari, MA, Prof. Dr. Amsal Bahtiar, MA, Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA, dan Dr. Sudamoto, MA. 2. Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi dan Para Pembantu Dekan: Dr. Murodi, MA, Dr. Arief Subhan, MA, Ors. Malunud Jalal, MA, dan Drs Studi Rizal, LK, MA. 3. Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam dan Sekretaris Jurusan: Drs. Wahidin Saputra, M.Ag, dan Umi Musyarofah, M.Ag 4. Pembimbing skripsi, Dr. H. M. Idris Abd. Shomad, M.A., yang telah banyak membantu menyelesaikan skripsi ini. 5. Pimpinan Pondok Modem Darussalam Gontor: Dr. KH Abdullah Syukri Zarkasyi, MA, KH Hasan Abdullah Saha! dan KH Syamsul Hadi Abdan, S.Ag. 6. Dosen-dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi dan Pusat Pengkajian Komuniasi dan Media (P2KM) FDK UIN Jakarta, Prof. Dr. Andi Faisal Bakti, MA, Dr. Umaimah Wahid, MA, Gun Gun Heryanto, M.Si dan Mas Dedi Fahrudin, S.Sos.i, dan lainnya yang tidak bisa disebutkan satupersatu. Juga para karyawan FDK yang mewarnai kehidupan Fakultas Dakwah dan Komunikasi.
7. Para Penguji skripsi ini, Drs. H. Tarmi, MM., Gun Gun Heryanto, M.Si., Ketua sidang Dr. Murodi, MA., sekretaris siding Umi Musyarofah, M.Ag. atas masukannya yang sangat berharga. 8. Ayahanda dan Ibunda H. Ahmad Mahfudin dan Hj. Neneng Hasanah, yang biasa dipanggil Apa dan Mamah, yang mendidik penulis yang tak kenal lelah serta tanpa pamrih, dan memberi motivasi yang tak ternilai harganya. Kakak-kakakku: Teh In Rini Anita Riyanti, S.E, Aa KH Zaenal Arifin, Aa Tata Septayuda Purnama, S.S, my twin Dadan Maula Darmawan, S.Pd serta keponakan Muhammad Fawwaz Ibn Zein dan Nawwal Hilwa Syauqina. 9. Majlis Zikir Nurus-Solihin, Mama Maulana Akbar, Pak Abdullah, Pak Lukman, Pak Agus dan yang lainnya. 10. Staf Perpustakaan Utama Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Perpustakaan Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Jakarta, Perpustakaan Ushuluddin dan Filsafat UIN Jakarta,' serta Perpustakaan Institut Studi Islam Darussalam (ISID) Pondok Modern Darussalam Gontor, Ponorogo. 11. Sekretaris Pimpinan Pondok Modern Darussalam Gontor: Ustadz Royyan Romdhoni, S.E.I, Ustadz Agus Santoso, S.E.I dan yang lainnya. 12. Para Penghuni Gedung ISID Al-Azhar (yang dipindah ke gedung Sudan): Ustadz. Shobri M. Rizal, S.Pd.I, Ustadz Munawir, S.E.I, Ustadz Abu Jihad Lillah, Ustadz Abdullah Syukron dan Ustadz Irsyadul Husni, terimakasih atas bantuan baik moril maupun materil selama penulis melakukan ' penelitian dan penulisan skripsi ini. Wa bi/ al-khusus Ustadz H. Syarif Abadi (Ustadz senior PMDG) yang membimbing penulis selama di Gontor. Serta, rekan-rekan Asatidz alumni 2002 PMDG. 13. Rekan-rekan mahasiswa Fakultas Dakwah dan komunikasi dan rekanrekan mahasiswa Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam angkatan 2004, Maheso Djenar, M. Zaki Mubarok, Ahmad Fathul Wahab, SofWan Tamami, Pipit Permata Sari, Ahmad Parhan, Syujai Shobah, Yudha, Hasanuddin, Fauzia Ningtyas, Jamilah Mathar, Sella Nurmaya Sari, dll, dan
khususnya jurusan KPI kelas A 2004: Andi Harsayudi, Muin
Maulana, Ade Sadikin, Marsaidi, Miftah, Budi, Ruli, Sadad, Aci, Anna,
Widi (sighar), Sofi, AB Three, Bunga, Ratri, Pitriah, Eka, Farah, Lia, dan lain sebagainya. 14. Mamang-mamang dan Teteh-teteh HMB Jakarta: Mang Embay, Mang Sonhaji, Mang Didih, Teh Ita dan lain-lain, Orok-orok HMB Jakarta: Aldo Rintik, Nana Buluk, Pipin, Asep Buuk, Kamal Kuru, Sohib Bodak, Atu,
Fifi, Ulfa, lyam, dan lain-lainnya. 15. Rekan-rekan Himpunan Mahasiswa Islam cabang Ciputat dan Komisariat Fakultas Dakwah: Elban, Erik, Pipit, Imen Kichex, Fahru, Arab, Iwenk, Syafaat, dan lain sebagainya. 16. Awak Redaksi Majalah Jeda: Muin, Anna, Tyas, Pia, Ade, Firman Syah, Desi, dan lain sebagainya, serta penerus yang masih semangat untuk tetap eksis. 17. Rekan-rekan Badan Eksekutif Mahasiswa FOK VIN Jakarta 2006-2007, Moko, Andi, Muin, Yudi Jenggot, Roni, Mumu, Dondon, Wahab, Muin, Indri, Sella, Alfi, Abel, dan lain sebagainya. 18. Rekan-rekan Badan EksekutifMahasiswa Jurusan KPI 2005-2006: Moko, Yudi Panjul, Dondon, Andi, Muin, Maheso, Tyas, Mila, Sela, dan lain sebagainya. 19. Rekan-rekan penyiar Radio Dakwah dan Komnikasi (RDK, 108 FM): Ihsan Mujahid, Anna, Sofi, Mila, Indri, dan lain sebagainya. 20. Adik-adik seperjuangan, di mana pun berada (Tetap semangat! Dan yakinlah bahwa kalian bisa ... Suatu saat nanti, kalian pasti akan mengerti akan semua im)
21. Serta semua pihak yang telah membantu yang tidak dapat disebutkan satupersatu, namun tidak mengurangi rasa hormat dan takzim penulis. Akhirnya penulis berdoa kepada Allah SWT untuk orang-orang yang begitu ikhlas membantu dalam penulisan skripsi ini agar diberikan kasih sayangNya yang sempurna. Jazakumullah Ahsana al-Jaza ' ...
Ciputat-Gontor, Januari-Maret 2008 Penulis,
Deden Manti Darajat
DAFTARISI KATA PENGANTAR ..................................................................... .i DAFTAR !81. ............................................................................. .iv BAB I PENDAHULUAN ................................................................. 1 A. Latar Belakang Masalah .......................................................... ! B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ...........................................7 C. Tujuan Penelitian .................................................................. 8 D. Manfaat Penelitian ................................................................. 8 E. Metodologi Penelitian ............................................................. 9 F. Tinjauan Pustaka .................................................................. 13 G. Sistematika Penulisan ............................................................ 14 BAB II KERANGKA PEMIKIRAN ..................................................... 15 A. Pengertian dan Tujuan Dakwah ................................................. 15 B. Subjek, Objek dan Materi Dakwah ............................................. 19 C. Metode Dakwah ................................................................... 20 1. Al-Hikmah ..................................................................... 21 2. Al-Mau'idzah al-Hasanah .................................................... 21 3. Al-Mujadalah bi al-Laty Hiya Ahsan .......................................21 D. Media Dakwah ..................................................................... 22 E. Pola Kaderisasi/Sumber Daya Manusia ........................................ 22 I. Pengertian Kader dan Pola Kaderisasi .................................... .22
2. Orientasi Sumber Daya Manusia ...........................................24 3. Daya dan Potensi Sumber Daya Manusia ................................. 26 4. Tujuan Sumber Daya Manusia ............................................. 26 BAB III PROFIL KH IMAM ZARKASYI.. .......................................... 29 A. Latar Belakang Keluarga ........................................................ 29 B. Riwayat Pendidikan ............................................................. .30 C. Karir KH Imam Zarkasyi.. ......................................................34 D. Karya Tulis KH Imam Zarkasyi.. .............................................. 37 E. Mendirikan Pondok Modem Darussalam Gontor..: ........................ .38 I. Visi Pondok Modem Darussalam Gontor ................................ .39
2. Misi Pondok Modern Darussalam Gontor ............................... .39 3. Panca Jiwa Pondok Modern Darussalam Gontor ......................... 40
4. Motto Pondok Modern Darussalam Gontor ............................. .40
5. Panca Jangka Pondok Modern Darussalam Gontor ..................... 40 6. Orientasi Pondok Modern Darussalam Gontor .......................... .41 7. Sintesa Pondok Modern Darussalam Gontor ............................ .41
8. Falsafah Pondok Modern Darussalam Gontor .......................... .41 9. Transformasi Ajaran Pondok Modern Darussalam Gontor kepada Guru
dan Santri ..................................................................... 42 10. Transformasi Ajaran Pondok Modern Darussalam Gontor kepada Keluarga ...................................................................... .43 11. Transformasi Ajaran Pondok Modern Darussalam Gontor kepada Wali
Santri. ......................................................................... .43 12. Transformasi Ajaran Pondok Modern Darussalam Gontor kepada
Masyarakat................................................................... .44 13. Transformasi Ajaran Pondok Modern Darussalam Gontor kepada
tokoh Masyarakat ........................................................... .44 14. Transformasi Ajaran Pondok Modern Darussalam Gontor kepada Pemerintah .................................................................... .44 15. Spesifikasi Pondok Modern Darussalam Gontor ........................ 45
16. Kualifikasi Pimpinan Pondok Modern Darussalam Gontor ........... .45 F. Pengalaman Dakwah KH Imam Zarkasyi.. ...................................46 1. Dakwah KH Imam Zarkasyi di Daerah Ponorogo dan Sekitarnya ....46
2. Dakwah KH Imam Zarkasyi pada Warok atau Jawara Ponorogo ......47 3. Pembentukan dan Pengiriman Da'i-da'i. .................................. .48
BAB IV HAS IL PENELITIAN .......................................................... 50 A. Pemikiran Dakwah KH Imam Zarkasyi.. ......................................50 I. Aspek Pilosofis Pemikiran Dakwah KH Imam Zarkasyi ................ 50
2. Kontekstualisasi Pemikiran Dakwah KH Imam Zarkasyi.. .............52 3. Metode Dakwah Menurut Perspektif KH Imam Zarkasyi. .............. 55 B. Pola Kaderisasi KH Imam Zarkasyi.. .......................................... 61
1. Pola Kaderisasi KH Imam Zarkasyi di Pondok Modern Darussalam Gontor. ........................................................................64
2. Pendekatan Sistem dan Pola Kaderisasi KH Imam Zarkasyi.. ........66 3. Pelaksanaan Sistem dan Nilai Pondok Modem Darussalam Gontor.. 69
C. Hubungan Pemikiran Dakwah dan Pola Kaderisasi KH Imam Zarkasyi..69 BAB VPENUTUP ........................................................................ 71 A. Kesimpulan ........................................................................ 71 B. Saran-saran .........................................................................72 DAFTARPUSTAKA
LAMPIRAN
BABI
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dakwah pada hakikatnya adalah mengajak manusia kepada kebaikan, kepada kedamaian, juga kepada kesalehan baik secara individual maupun sosial. Dakwah bukan hanya merumuskan untuk kebahagiaan di akhirat saja, namunjuga demi kebahagiaan di dunia. Banyak ayat al-Qur'an yang memerintahkan manusia untuk menjadi lebih baik, berlaku adil dan penuh keseimbangan khususnya dalam berdakwah. Diantaranya firrnan Allah SWT:
"Artinya: siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal saleh dan berkata: "sesungguhnya aku terrnasuk orang-orang yang berserah diri?" (Fushshilat:33) Dakwah sangat penting dan sangat diperlukan oleh manusia. Oleh karena tanpa adanya dakwah manusia akan sesat. Berarti hidupnya menjadi tidak teratur dan kualitas kemanusiaanya merosot. Tanpa adanya dakwah manusia akan kehilangan akhlak, nuraninya tertutup, menjadi egois, rakus, liar, binal, kehilangan moral, akan saling menindas, saling 'memakan' atau saling 'memeras'. Tanpa adanya dakwah manusia akan kehilangan cinta kasih, rasa keadilan, hati nurani, kepedulian sosial dan lingkungan, karena manusia akan semakin egois, konsumeritis dan hedonis. Dalam ha! yang demikian itu, korupsi, penumpukan kekayaan, pemuasan kehidupan seksual, penggunaan narkoba menjadi ha! biasa. Firman Allah SWT:
2
"Artinya: Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat di jalanNya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk." (AnNahl: 125) 1 Perubahan zaman adalah tantangan yang harus dihadapi. Perubahan zaman merupakan aspek yang dominan dalam metode dakwah. Setiap zaman nmemiliki karakteristik
tersendiri
dalam
menyikapi
zamannya.
Kita
tidak
bisa
menyampingkan globalisasi ataupun zaman modern saat ini dalam menerapkan konsep dakwah sehingga kita dapat menggunakannya demi kemajuan dakwah. Islam selalu berusaha untuk membuka bagi segenap manusia pintu pengetahuan selebar-lebarnya sebelum Islam mengajak mereka menjadi kaum yang beriman. Sehingga, mereka akan menjadi mukmin dengan penuh kesadaran.2 Tujuan hidup ini adalah hanya untuk beribadah kepada Allah swt, sebagaimana firman-Nya:
1
Al-Qur'an dan Terjemahnya, hadiah dari Khadim al Haramain asy Syarifain Raja Fahd ibn 'Abd al 'Aziz al Sa'ud. 2 Muhammad Husain Fadhlullah, Melodologi Dakwah al-Qur'an; Pegangan bagi Para Aktivis, Penerbit Lentera, Jakarta, Cet.ke-1, 1997, hal.143.
3
"Artinya: Dan Alm tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembahKu. Aku tidak menghendaki dari mereka rezeki dan Aku tidak menghendaki supaya mereka memberi Aku makan. Sesungguhnya Allah Dialah Maha Pemberi rezki Yang Mempunyai Kekuatan lagi Sangat Kokoh" (Adz-Dzaariyaat: 56-58)3 Dari ayat di atas, kita diperintahkan dalam hidup ini hanya untuk menyembah Allah SWT. Itulah tujuan hidup manusia. Bukanlah Allah swt 'menerima' sesuatu apa dari penyembahan seorang makhluk kepadaNya; dan Dia tidak menghendaki pemberian sesuatu apapun juga, Dialah Maha Pemberi; dan segala makhluk menghajatkan pemberian segala sesuatu dari pada-Nya. Menyembah Allah SWT, berarti memusatkan penyembahan kepada Allah swt semata-mata, dengan menjalani dan mengatur segala segi dan aspek kehidupan di dunia ini, lahir dan batin, sesuai dengan kehendak Ilahi, baik sebagai orang perorangan dalam hubungan dengan Khaliq, ataupun sebagai anggota masyarakat dalam hubungannya dengan sesama manusia.4 Para da'i adalah ahli waris para Nabi apabila mereka telah menunaikan kewajiban akan memperoleh pahala serta balasan yang baik dari Allah sesuai keikhlasan mereka dalam berdakwah, seperti dalam surat al-Maidah ayat 67:
"Artinya: Hai Rasul, sampaikalah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu. Dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan amanatNya. Allah memelihara kamu
3
Al-Qur'an dan Terjemahnya, hadiah dari Khadim al Haramain asy Syarifain Raja Fahd ibn 'Abd al 'Aziz al Sa'ud. 4 M. Natsir, Fiqhud Da'wah; Jejak Risa/ah dan Dasar-dasar Dakwah, Yayasan kesejahteraan Pemuda Islam, Surakarta, Cet.ke-7, 1987, hal.24.
4
dari (gangguan) manusia. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk 5 kepada orang-orang kafir." (al-Maidah: 67) Banyak yang beranggapan bahwa dakwah hanya dilakukan dari mimbar ke mimbar6 juga dengan tema masalah fiqhiyah atau bagaimana seseorang beribadah yang baik kepada Allah SWT, tanpa menghiraukan bagaimana seseorang dalam mencari natkahnya yang halal, atau dengan kata lain bagaimana seseorang akan dapat beribadah dengan baik di saat ia kelaparan. Lebih banyak lagi ada yang beranggapan bahwa dakwah hanya dilihat dari permukaannya saja dan tidak dilihat secara mendasar. Padahal dakwah yang mendasar itulah yang seharusnya benar-benar diperhatikan secara mendalam, apakah dakwah yang kita lakukan selama ini sudah tepat sesuai tantangan zaman? Masalah etos kerja selalu menjadi bahan pembahasan dalam setiap kesempatan pembicaraan tentang pembangunan. 7 Secara umum, sumber daya da'i ideal adalah mereka yang memiliki keterampilan tertentu, memilik:i motivasi yang tinggi untuk mendayagunakan keterampilannya tersebut, dan mampu membangun dirinya baik secara jasmani maupun rohani, serta mampu mengaplikasikan dalam kehidupan masyarakat. Oleh karena itu, diperlukan suatu program pendidikan dan pengembangan manajemen bagi para da'i yang berdasarkan nilai-nilai Islam. 8 KH Imam Zarkasyi dikenal sebagai tokoh pendidikan. Pemikirannya tentang dunia pendidikan diakui dengan keberhasilannya mendirikan sebuah podok pesantren Gontor. Eksistensi sebuah lembaga pendidikan tidak dapat 5
Al-Qur'an clan Terjemahnya, hadiah dari Khadim al Haramain asy Syarifain Raja Fahd ibn 'Abd al 'Aziz al Sa'ud. 6 Ditegaskan oleh KH A. Syukri Zarkasyi, bahwa dakwah bukan sekadar dari mimbar ke mimbar, tapi dakwah itu harus komphrenship (wawancara pribadi 7 Februari 2008) 7 Nurcholish Madjid, Islam Doktrin don Peradaban; Sebuah Telaah Kritis tentang Masa/ah Keimanan, Kemanusiaan dan Kemodernan, Yayasan Wakaf Paramadina, Jakarta, 2000, cet.ke-4, hal.597. 8 M. Munir dan Wahyu llahi, Manajemen Dakwah, rahmat Semesta dan Prenada Media Kencana, Jakarta, 2006, cet.ke-1, hal.196.
5
dilepaskan dari tokoh-tokoh yang berhasil memperjuangkan eksistensi tersebut. Kebanyakan lembaga pendidikan pondok pesantren modern di Indonesia mengacu pada lembaga pendidikan pesantren modern Gontor yang didirikan KH Imam Zarkasyi. Ekistensi sebuah lembaga dapat dilihat dari para alumni yang telah mengabdikan dirinya pada masyarakat. Banyak buku yang ditulis langsung maupun tidak langsung oleh KH Imam Zarkasyi, baik secara individu maupun kolektif. Secara langsung dapat kita temukan melalui buku-bukunya, sedangkan tidak langsung dapat kita temukan dalam tulisannya di berbagai media cetak baik buku, majalah, koran, yang ditulis dari kuliah, khutbah atau perkataan KH Imam Zarkasyi. Tulisan-tulisan tersebut merupakan buah basil pemikirannya, khususnya dalam dunia pendidikan. Pemikiran pendidikannya mengacu pada pengalamannya dalam mendidik dan mengasuh para santri dalam lembaga pendidikan pondok pesanten modem Gontor tersebut. Pemikiran KH Imam Zarkasyi tentang pendidikan sangat diakui. Sebab lembaga pendidikan yang didirikannya telah menghasilkan produk-produk insan berkulitas. Dalam pendidikan berkualitas ala pesantren inilah terdapat nilai-nilai keislaman yang ditanamkan pada santrinya. Nilai-nilai keislaman tersebut merupakan asas dalam dakwah. Dakwah merupakan mengajak manusia kepada jalan kebaikan yang diridhai oleh Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Ada hal yang menarik untuk dikaji lebih dalam, bahwa dalam lembaga pendidikan pondok pesantren pada hakikatnya adalah termasuk dakwah. Dakwah melalui pondok pesantren. Pemik:iran dakwah KH Imam Zarkasyi belum banyak dikenal masyarakat. Masyarakat lebih mengenal KH Imam Zarkasyi sebagai
6
seorang pendidik, padahal KH Imam Zarkasyi dapat digolongkan sebagai da'i. Aktivitas dakwah KH hnam Zarkasyi memang diawali dengan mendirikan pesantren, yang kemudian dilajutkan lebih dalam dengan berdakwah yang Jebih Juas, namun pemikirannya justru Jebih penting untuk diteliti Jebih dalam. Seorang kiai atau pengasuh pondok pesantren mentransfer keilmuan kepada para santrinya berasaskan pada al-Qur'an dan al-Hadith. Asas tersebut merupakan asas yang harus dimiliki seluruh umat muslim. Asas atau dasar inilah pula yang digunakan dalam berdakwah. Maka, ada kesamaan antara mendidik dalam dunia pesantren yang berlandaskan al-Qur'an dan al-Hadith juga dalam berdakwah yang berlandaskan al-Qur'an dan al-Hadith. Pendidikan dan dakwah dipadukan dalam satu Jembaga yaitu lembaga pendidikan pondok pesantren. Podok pesantren Gontor merupakan cikal bakal dakwah KH Imam Zarkasyi. KH Imam Zarkasyi dengan Gontomya telah menghasilkan banyak alumni yang tersebar di seluruh pelosok nusantara. Para alumni tersebut tidak sedikit yang mengikuti jejak sang kyai dalam mendirikan pesantren, juga sebagai alat dalam berdakwah di masyarakat yang lebih luas. Konsep dakwah yang ditawarkan KH Imam Zarkasyi adalah konsep yang menyentuh hati, perasaan dan pikiran untuk menjadikan manusia lebih baik serta mampu berdakwah dan berjuang di mana pun ia terjun, walaupun harus ke pelosok nusantara. KH Imam Zarkasyi tidak menawarkan metode dakwah yang hanya memakai media mimbar tetapi menawarkan metode yang konkret dengan mengkader santri agar menjadi pemimpin-pemimpin umat agar muncul generasi khairu ummah.
7
Banyak para da'i dalam dakwahnya hanya memikirkan dirinya sendiri, namun setengah hati dalam merumuskan dan memikirkan umat serta berjuang dengan segala daya upayanya. Disinilah KH Imam Zarkasyi berperan, menurut DR. KH. Idham Khalid dalam buku Biografi KH Imam Zarkasyi menyatakan bahwa kita tidak habis pikir bagaimana beliau mengatur waktu, tenaga, pikiran dan perhatiannya terhadap keluarga. Beliau telah menjadikan segala urusan dan kepentingan pondoknya di atas kepentingan pribadi dan keluarganya.9 Dalam bermasyarakat dan berdakwah KH Imam Zarkasyi tidak pernah melihat latar belakang organisasi kemasyarakatan seperti NU, Muhammadiyah dan lain sebagainya. Beliau lebih mengedepankan kedamaian di atas segalagalanya. Masalah khilafiyah atau perbedaan pandangan memang kerap terjadi kapan dan di mana pun, tetapi ha! tersebut bukan berarti sebuah hambatan dalam berdakwah melainkan dijadikannya sebagai motivasi untuk saling mengerti akan perbedaan yang akhirnya akan tercipta persatuan atau ukhuwah islamiyah. Berpijak dari uraian diatas peneliti ingin mengadakan penelitian yang belum pernah diteliti oleh peneliti sebelumnya. Penelitian ini berjudul
"Pemikiran Dakwah dan Pola Kaderisasi KH Imam Zarkasyi". Peneliti tertarik dengan judul ini, karena pemikiran dakwah dan pola kaderisasi KH Imam Zarkasyi yang belum terungkap sebelumnya, padahal pemikiran dakwah dan pola kaderisasi merupakan konsep nyata yang sudah terealisasi dengan apik.
B. Pembatasan dan Pernmnsan Masalah Banyak masalah yang dapat dibahas mengenai dakwah KH Imam Zarkasyi antara lain tentang materi dakwah, metode dakwah, media dakwah dan lain-laian. 9
KH Idham Cholid "Beliau Kyai limy dan Adaby" dalam Biografi KH Imam Zarkasyi di Mata Umat, Gontor Press, Ponorogo, 1996, cetke-1, hal. 722
8
Dalam skripsi ini, penulis membatasi permasalahan pada Pemikiran Dakwah dan Pola Kaderisasi KH Imam Zarkasyi. Dari pembatasan masalah di atas, maka penulis merumuskan masalahnya sebagai berikut: I. Bagaimana Pemikiran Dakwah KH Imam Zarkasyi? 2. Bagaimana Pola Kaderisasi KH Imam Zarkasyi? 3. Bagamana Hubungan Pemikiran Dakwah dan Pola Kaderisasi menurut KH Imam Zarkasyi? C. Tujuan Penelitian
I. Untuk mengetahui Pemikiran Dakwah KH Imam Zarkasyi. 2. Untuk mengetahui Pola Kaderisasi KH Imam Zarkasyi. 3. Untuk mengetahui Hubungan Pemikiran Dakwah dan Pola Kaderisasi menurut KH Imam Zarkasyi. D. Manfaat Penelitian:
I. Manfaat Akademis Penelitian ini dimaksudkan untuk menambah wawasan kajian tentang pemikiran. Khususnya mengenai pemikiran dakwah dan pola kaderisasi. Penelitian ini juga menambah variasi penelitian di bidang ilmu dakwah. Pemikiran dakwah adalah konsep dakwah yang bertujuan untuk menjadikan dakawah yng lebih baik. 2. Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan dapat menjadi hasil penelitian yang memadai untuk diperhatikan oleh masyarakat dan individu-individu yang bergelut dalam bidang ilmu dakwah serta memiliki perhatian pada pola kaderisasi. Penelitian ini juga mengajak kepada masyarakat untuk mencermati pemikiran dakwah yang ada
9
di Indonesia khususnya pemikiran dakwah KH Imam Zarkasyi, sehingga banyak referensi yang dapat dijadikan rujukan dalam berdakwah. 3. Manfaat Penulis Penelitian ini diharapkan menambah khazanah ihnu pengetahuan penulis yang tidak pernah didapatkan dalam bangku kuliah. E. Metodologi Penelitian
I. Paradigma Penelitian Paradigma dalam penelitian ini menggunakan paradigma konstruktivis, yaitu memperhitungkan posisi dan hubungan antara yang mengetahui (subjek) dengan yang diketahui (objek). Juga harus dipertimbangkan konteks sosial-budaya dan historisnya. Pengalaman mengenai fakta sosial-budaya merupakan suatu fakta (realitas) akan tetapi realitas yang tidak dapat dilepaskan dari konteksnya. Sehingga masalah k:laim kebenaranya juga tetap memerlukan dasar empiris, namun tetap harus dinegosiasikan dengan 'fakta-fakta' khas/ uniknya. 10 2. Jenis dan Tipe Penelitian Jenis Penelitian ini adalah Kualitatif, penelitian kualitatif bertujuan untuk menjelaskan fenomena dengan sedalam-dalamnya melalui pengumpulan data sedalam-dalamnya. Disini yang lebih ditekankan adalah persoalan kedalaman (kualitas) data bukan banyaknya (kuantitas) data. Peneliti adalah integral dari data, artinya peneliti ikut aktif dalam menentukan jenis data yang diinginkan. Dengan demikian, peneliti menjadi instrument penelitian yang harus terjun langsung di lapangan. Karena itu penelitian ini bersifat subjektif dan hasilnya lebih kasuistik bukan untuk 10
Akhyar YusufLubis, Dekonstruksi Epistemologi Modern, dari Posmodernisme, Toeri Kritis. Poskolomalisme hingga Cultural Studies. Pustaka Indonesia Satu, Jakarta, 2006, eel. Ke-I, hal.102-103
10
digeneralisasikan. Desain penelitian dapat dibuat bersamaan atau sesudah riset. Desain dapat berubah atau disesuaikan dengan perkembangan penelitian.
11
Sedangkan tipe penelitiannya adalah deskriptif. Deskriptif hanyalah memaparkan situasi atau peristiwa. Penelitian ini tidak mencari atau menjelaskan hubungan, tidak menguji hipotesis atau membuat prediksi. Ciri lain dari metode deskriptif adalah titik berat pada observasi dan ulasan alamiah (naturalistis setting). Peneliti bertindak sebagai pengamat. 12 Tipe penelitian deskriptif tidak jarang melahirkan apa yang disebut Seltiz, Wrightsman, dan Cook sebagi penelitian yang insighstimulating. Peneliti terjun ke lapangan tanpa dibebani atau diarahkan oleh teori. Peneliti tidak bermaksud menguji teori sehingga perspektifuya tidak tersaring. Peneliti bebas mengamati objeknya, menjelajah, dan menemukan wawasan-wawasan baru sepanjang jalan. Penelitian deskriptif terus menerus mengalami reformulasi dan redireksi ketika informasi-informasi baru ditemukan. Hipotesis tidak datang sebelum penelitian. Hipotesis-hipotesis baru muncul dalam penelitian. 13 3. Subjek dan Objek Penelitian Subjek Penelitian ini adalah KH Imam Zarkasyi, sedangkan Objek penelitian adalah Pemikiran Dakwah dan Pola Kaderisasi KH Imam Zarkasyi. 4. Teknik Pengumpulan Data a. Observasi. Penelitian dengan metode observasi biasanya dilakukan untuk melacak secara sistematis dan langsung gejala-gejala yang terkait dengan persoalan11
Rachrnat Kriyanto, Teknik Prakiis Rise/ Komunikasi, Kencana Prenada Group, Jakarta, 2007, cet. Ke-2 hal.59 12 Jalaluddin Rakhmat, Metode Penelitan Komunikasi, Penerbit Rosdakarya, Bandung, 2002, cet. Ke-11, hal.24-25 13 Ibid, ha/. 26
11
persoalan sosial, politis, dan cultural masyarakat. Di sini, kata 'langsung' memiliki pengertian bahwa peneliti hadir dan mengamati kejadian-kejadian di lokasi.
14
Dalam penelitian ini peneliti terns menerus melakukan pengamatan secara seksama sambil berimprovisasi, mengatasi persoalan demi persoalan yang ditemui, mungkin dengan menggunakan taktik-taktik tertentu, namun tetap berpegang pada strategi-strategi yang telah ditetapkan untuk mencapai tujuan penelitian. 15 b. Wawancara Wawancara adalah percakapan antara peneliti-seorang yang berharap mendapatkan informasi-dan informan-seorang yang diasumsikan mempunyai informasi penting tentang suatu objek. Wawancara merupakan salah satu metode pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh informasi langsung dari sumbernya. 16 Dalam penelitian ini wawancara dilakukan kepada Dr. KH Abdullah Syukri Zarkasyi, MA.-putera pertama KH Imam Zarkasyi. c. Dokumentasi Dokumentasi adalah instrumen pengumpulan data yang sering digunakan dalam berbagai metode pengumpulan data. Metode observasi dan wawancara sering dilengkapi dengan kegiatan penelusuran dokumentasi. Tujuannya untuk mendapatkan informasi yang mendukung analisis dan interpretasi data. Dokumen bisa berbentuk dokumen publik atau dokumen privat, 17 melalui buku-buku,
14
Pawito, Penelitian Komunikasi Kualitatif, LKiS, Yogyakarta, 2007, cet.ke-1, hal. ll l. Ibid, hal. 112. 16 Rachmat Kriyanto, Teknik Praktis Rise/ Komunikasi, Kencana Prenada Group, Jakarta, 2007, cet. Ke-2 hal.96 17 Ibid, hal. ll6. 15
12
makalah-makalah dan rekaman yang berhubungan dengan judul yang penulis angkat. 5. Teknik Analisis Data Teknik analisa data dalam penelitian ini adalah deskriptif interpretatif. Pada tahap analisis data peneliti 'membaca' data melalui proses pengkodingan data sehingga mempunyai makna. Proses pengkodian ini mencakup proses mengatur data, mengorganisasikan data ke dalam suatu pola kategori. Maleong mendefinisikan analisis data sebagai proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data. Sedangkan interpretasi data adalah memberikan arti yang signifikan terhadap analisis, menjelaskan pola uraian, dan mencari hubungan di antara dimensidimensi uraian. 18 6. Keterbatasan Penelitian Dalam penenelitian ini peneliti tidak dapat terhindar dari adanya subjektivitas peneliti. Sebab penelitian ini deskriptif interpretatis, dimana peneliti menjadi penentu alur penelitian ini. Walaupun demikian, peneliti berusaha seobjektif mungkin untuk menghasilkan penelitian yang optimal. 7. Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian ini bertempat di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dan Pondok Modem Darussalam Gontor, Ponorogo. Sedangkan waktu penelitian bulan Januari hinga Maret 2008. 8. Teknik Penulisan
18
Ibid, hal. 163
13
Penulisan skripsi ini berdasarkan pada buku Pedoman Penulisan Karya Jlmiah (skripsi, tesis, desertasi) Hamid dkk., Ceqda, Universitas Islam Negeri SyarifHidayatullah Jakarta 2007 eel. Ke-2. F. Tinjauan Pustaka
Setelah saya mengadakan penelitian di perpustakaan utama Universitas Islam Negeri SyarifHidayatullah Jakarta dan perpustakaan Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta, dan
perpustakaan lainnya, saya menemukan: I. Pemikiran KH Imam Zarkasyi: Praksisnya pada Pondok Modern Gontor. Karya
Hery Noer Aly bin Sanusa, disertasi Sekolah Pasca Sarjana
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008. Disertasi ini lebih menerangkan pemikiran KH Imam Zarkasyi tentang pendidikannya juga praksisnya di dunia pendidikan. Disertasi ini ditulis diajukan untuk meraih gelar doktor di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Pemikiran Keagamaan KH Imam Zarkasyi dan Relevansinya dengan Praksis Pendidikan. Karya Supriyadi Ahmad, disertasi Sekolah Pasca Sarjana Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008. Disertasi ini lebih menerangkan pemikiran keagamaan KH Imam Zarkasyi khususnya dalam bidang akidah atau teologi Islam juga relevansinyadalam dunia pendidikan. Disertasi ini ditulis diajukan untuk meraih gelar doktor di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Biografi KH Imam Zarkasyi dari Gontor Merintis Pesantren Modern. Karya Panitia Penulisan Riwayat Hidup dan Perjuangan KH Imam
14
Zarkasyi Pondok Modern Gontor Ponorogo, 1996. Buku ini menerangkan tentang biografi KH Imam Zarkasyi, yang bisadisebut perjalanan hidup KH Imam Zarkasyi dari lahir hingga wafatnya. Dari ketiga karya pustaka di atas dan karya-karya lainnya belum ada yang lebih konsentrasi pada pemikiran dakwah dan pola kaderisasi. Sedangkan skripsi yang penulis tulis, berbeda dengan judul-judul di atas karena isi skripsi ini lebih menekankan pada pemikiran dakwah dan pola kaderisasi KH Imam Zarkasyi. G. Sistematika Pennlisan
Skripsi ini ditulis dengan sistematika sebagai berikut: BAB I Pendahuluan terdiri dari Latar Belakang Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Metodologi Penelitian, Tinjauan Pustaka dan Sitematika Penulisan. BAB II Kerangka Pemikiran menjelaskan tentang Pengertian dan Tujuan Dakwah, Subjek, Objek dan Materi Dakwah, Metode Dakwah, Media Dakwah dan Pola Kaderisasi. BAB III Profil KH Imam Zarkasyi, menjelsakan tentang Latar Belakang Keluarga, Riwayat Pendidikan, Karir KH Imam Zarkasyi, Karya-karya Tulis KH Imam Zarkasyi, Mendirikan Pondok Modern Darussalam Gontor dan Pengalaman Dakwah KH Imam Zarkasyi BAB IV Menjelaskan tentang Hasil Penelitian yang berisi Pemikiran Dakwah KH Imam Zarkasyi, Pola Kaderisasi KH Imam Zarkasyi, Hubungan Pemikiran Dakwah dan Pola Kaderisasi KH Imam Zarkasyi. BAB V Merupakan Penutup yang terdiri dari Kesirnpulan dan Saran-saran.
BAB II KERANGKA PEMIKIRAN
A. Pengertian dan Tujuan Dakwah
Secara etimologi kata dakwah sebagai bentuk masdar dari kata da'a (fi'il madhi) yad'u (fiil mudhari') da'watan (masdar) yang artinya adalah memanggil, mengundang, membujuk, menyeru, mendorong, dan memohon. 1 Dakwah artinya seruan, ajakan atau panggilan. Mendakwahkan suatu keyakinan artinya memrogandakan sesuatu keyakinan. Sedangkan dakwah Islamiyah artinya menyampaikan seruan Islam, mengajak dan memanggil umat manusia agar menerima dan memercayai keyakinan dan pandangan hidup Islam. 2 Sedangkan definisi ilmu dakwah secara umum adalah suatu ilmu pengetahuan yang berisi cara-cara dan tuntunan bagaimana menarik perhatian manusia untuk menganut, menyetujui, melaksanakan suatu ideologi, pendapat, pekerjaan tertentu. Adapun definisi ilmu dakwah menurut Islam adalah ilmu yang berisi cara-cara mengajak manusia dengan secara bijaksana kepada jalan yang benar sesuai dengan perintah Allah SWT untuk kemaslahatan dan kebahagiaan mereka di dunia dan di akhirat. 3 Ada juga yang berpendapat bahawa dakwah adalah suatu proses upaya mengubah suatu situasi kepada situasi lain yang lebih baik sesuai ajaran Islam, atau proses mengajak manusia ke jalan Allah yaitu al-Islam. Sedangkan ilmu dakwah adalah pengetahuan tentang proses upaya mengajak manusia ke jalan Narson Munawir, Kamus al~Munawir, Pustaka Progresif, Pustaka Progresif, Yogyakarta, 1994, hal.439 2 KH M. Isa Anshfil')', Miifahid Dakwah, CV Dipendogoro, Bandung, cet.ke-JV, 1991, hal.J7 3 Toha Yahya Omar, llmu Da'wah, Peaerbit Widjaya, Jakarta, Cet. Ke-5, 1992, hal.l 1
16
Allah SWT atau Islam yang tersusun secara sistematis, logis, hasil pemikiran manusia dan objektif.4 Definisi dakwah menurut pandangan beberapa pakar ilmuwan lainnya adalah sebagai berikut: 5 1. Pendapat Bahi al Khauli, dakwah adalah satu proses menghidupkan
peraturan-peraturan Islam dengan maksud memindahkan umat dari satu keadaan kepada keadaan lain. 2. Pendapat Syekh Ali Mahfudz, bahwa dakwah adalah mengajak manusia untuk mengerjakan kebaikan dan mengikuti petunjuk, menyuruh mereka berbuat baik dan melarang mereka dari perbuatan jelek agar mereka mendapat kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Pendapat ini juga selaras dengan pendapat al-Ghazali bahwa amar ma'ruf nahi munkar adalah inti gerakan dakwah dan penggerak dalam dinamika masyarakat Islam. Pemikiran adalah pengetahuan manusia yang bermula dari pengalamanpengalaman konkret, pengalaman sensitive-rasional: fakta, objek-objek, kejadiankejadian atau peristiwa-peristiwa yang dilihat atau dialami. Tetapi akal tidak puas hanya mengetahu fakta saja. Akal ingin mengerti mengapa sesuatu itu demikian adanya. Maka manusia bertanya terns dan mencari bagaimana hal-hal yang diketahui itu saling berhubungan satu dan lainnya, hubungan apa yang terdapat antara gejala-gejala yang dialami. 6
4
Wardi Bachtiar, Metodologi Penelitian I/mu Dakwah, Logos, Ciputat, Cet.ke-1, 1997,
hal.31 'H Munzier Suparta, H Harjani Hefui, (editor), 2006, Metode Dakwah, Rahmat Semesta, Prenada Media, Jakarta, Cet.ke-2, hal.7 6 W. Poespoprodjo, EK.T.Gilarso, Logika I/mu Mena/ar, Dasal'-dasar berpikir tertib, /ogis, kritis, analitis, dia/ektis, Pustaka Grafika, Bandung, 1999,cet. Ke-I, hal.15-16
17
Jadi,
pemikiran
dak:wah
adalah
pengetahuan
manusia
tentang
konseptualisasi dan rancangan untuk melaksanakan dakwah yang bermula dari pengalaman-pengalaman atau kejadian-kejadian yang diamati. Pengalamanpengalaman dari kejadian-kejadian dak:wah tersebut direnungkan daitarik 'benang merahnya' untuk dijadikan acuan dalam berdak:wah. Pada tataran praktis dakwah harus mengandung dan melibatkan tiga unsur, yaitu: penyampaian pesan, informasi yang disampaikan dan penerima pesan.7 Sedangkan tujuan dakwah Islam dapat disimpulkan sebagai berikut: I. Pembebasan dari pelbagai perbudakan: a. Pembebasan dari perbudakan. b. Pembebasan dari kemiskinan c. Pembebasan dari kebekuan 2. Mencapai keseimbangan antara materil dan spritual. 3. Jihadft sabilillah. 4. Pembentukan umat yang bersatu padu. Tujuan-tujuan tersebut dapat dipahami secara implicit dari Q.S al-Baqarah ayat 177:
-:
.J.
c.S~~ ~~ ,,.t
,,. ,..
:fa,,. ,.,,
;.1J1·J ___,1J·11 .. '-!
7
,,
,,. "'"'
,,
-;; ,.,,
,,.
"'""
,,.
,,.~"'""'
,,. ,.. ,,.,.,,
,,,,,,
JWI Jl;j ..::,~~· lij p l j ~ C ./1. llj _}; . '91 ""'°_j;Jlj ,.. ,.,. ,,, -;>.... "'"" ·~ .. .1 .L!J1· 1 "I\ ~ 1· ~ <, .. q· ~ ~ ~ J ~ (i.J ~J
.J,,,,.,. .>w · , •I\ - J .___):]""' ,,.,,,,
,,.
M. Munir, Dan Wahyu Ilaihi, Manajemen Dakwah, Rahama! Semesta, Prenada Media, Kencana, Jakarta, 2006, cet.ke-1, hal.17.
18
0
;.,
~t:.WT J ~~Tj iJ¥ l~j ~_,_g;J ,--:-));JTj ajbjll Jl;jaJl~lT
"Artinya: Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi, dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan sholat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabilaia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa". (al-Baqarah: 177)8 Menurut Prof. M. Mustafa Atha tujuan dakwah Rasulullah adalah untuk mengembalikan harga diri bangsa Arab (saat itu Rasulullah SAW memang mengembalikan harga diri bangsa Arab tetapi hakikatnya dakwah beliau bertujuan untuk mengembalikan harga diri manusia) dan mengingatkan mereka terhadap kedudukan mereka di tengah umat manusia ini adalah menjadi bangsa yang terbaik yang mempunyai akhlak yang mulia.9 Hal ini senada dengan firman Allah dalam surat Ali Imron ayat I 0:
"Artinya: Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah" (Ali Imran: 110)
8
Al-Qur'an dan Terjemahnya, hadiah dari Khadim al Haramain asy Syarifain Raja Fahd ibn 'Abd al 'Aziz al Sa'ud. 9 Muhammad Mustafa Atha, Sejarah Dakwah Islam, Alih bahasa: Asywadie Syukur, PT Bina Ilmu, Surabaya, cet.ke-1, 1982, hal.70 (saat itu Rasulullah Saw memang mengembalikan harga diri bangsa Arab tetapi hakikatnya dakwah beliau bertujuan untuk mengembalikan harga diri manusia)
21
Dari ayat tersebut di atas dapat diam bi! pemahaman bahwa uslub (metode) dakwah itu meliputi tiga cakupan, yaitu:
13
1. Al-Hikmah
Kata hikmah sering kali diterjemahkan dalam pengertian bijaksana, yaitu suatu pendekatan sedemikian rupa sehingga pihak objek dakwah mampu melaksanakan apa yang didakwahkan, atau kemauannya sendiri, tanpa konflik maupun rasa tertekan. Dengan kata lain bi al-hikmah merupakan suatu metode pendekatan komunikasi yang dilakukan atas dasar persuasif. Karena dakwah tertumpu pada human oriented, maka konsekuensi logisnya adalah pengakuan dan penghargaan pada pihak-pihak yang bersifat demokratis, agar fungsi dakwah yang utama adalah bersifat informatif. 2. Al-Mau'izhah Al-Hasanah
Nasehat yang baik, maksudnya adalah memberikan nasehat kepada orang lain dengan cara yang baik, berupa petunjuk-petunjuk ke arah kebaikan dengan bahasa yang baik yang dapat mengubah hati, enak didengar, menyentuh perasaan, lurus pikiran, menghindari sikap kasar dan tidak boleh mencaci/menyebut kesalahan audience schingga pihak objek dakwah dengan rela hati dan atas kesadarannya dapat mengikuti ajaran yang disampaikan oleh pihak subjek dakwah. 3. Al-Mujadalah Bi Al-Lati Hiya Ahsan
Al-Mujadalah merupakan tukar pendapat yang dilakukan oleh dua pihak secara sinergis, yang tidak melahirkan permusuhan dengan tujuan agar lawan 13
Munzier Suparta, H Harjani Hefui, (editor), 2006, Metode Dakwah, Rahmat Semesta,
Prenada Media, Jakarta, Cet.ke-2, hal.8
22
menerima pendapat yang diajukan dengan memberikan argumentasi dan bukti yang kuat. Antara satu dengan yang lainnya saling menghargai dan menghormati pendapat keduanya berpegang kepada kebenaran, mengakui kebenaran pihak lain dan ikhlas menerima hukuman kebenaran tersebut. D. Media Dakwah
Media dakwah adalah peralatan atau sarana yang dipergunakan untuk menyampaikan materi dakwah. Media atau sarana dakwah disebut dalam bahasa Arab Wasilah ad-Da'wah. Pada zaman modem umpamanya: televisi, video, kaset rekaman, majalah, surat kabar, mimbar, dan lain sebagainya.
E. Pola Kaderisasi I Sumber Daya Mauusia 1. Pengertian Kader dan Pola Kaderisasi
Kader dalam Kamus Ilmiah Populel 4 adalah orang yang dididik untuk menjadi pelanjut tongkat estafet suatu partai atau organisasi; tunas muda dan dalam Kamus Jnduk Jstilah Ilmiah Seri Intelektua/ 15 disebut bahwa kader adalah generasi penerus atau pewaris di masa depan (dalam organisasi, pemerintahan atau partai politik). Sedangkan pola dalam Kamus Ilmiah Populer adalah model; contoh; pedoman (rancangan); dasar kerja16• Sedangkan Kaderisasi dalam Kamus Induk Istilah Ilmiah Seri Intelektual adalah pelatihan atau penggemblengan untuk atau
sebagai kader; pengkaderan 17 •
14
Pius A. Partanto, M. Dahlan A-Barry, Kamus Jlmiah Populer, Aikola, Surabaya, 1994, hal.293-294. 15 M. Dahlan Al-Barry, L. Lya Sofyan Yacub, Kamus Induk Istilah Ilmiah; Seri Inte/ektual, Target Press, Surabaya, 2003, ha!. 349. 16 Pius A. Partanto, M. Dahlan A-Barry, Kamus Jlmiah Populer, Aikola, Surabaya, 1994, hal.605. 17 M. Dahlan Al-Barry, L. Lya Sofyan Yacub, Kamus Induklstilah I/miah; Seri Inte/ektua/, Target Press, Surabaya, 2003, ha!. 349
23
Dari penjelasa di atas, dapat disimpulkan bahwa pengertian pola kaderisasi adalah model atau pedoman yang disusun dalam rangka menghasilkan kaderkader yang berkualitas atau generasi penerus atau pewaris di masa depan dalam melanjutkan eksistensi sebua organisasi, lembaga atau politik.. Her Kelleher, CEO Southwest Airlines Company (pemimpin no.I Fortune dalam Bisnis Amerika) dalam buku manajemen sumber daya manusia menyatakan bahwa orang-orang yang bekerja disini tidak menganggap Southwest sebagai bisnis, mereka menganggapnya sebagai perjuangan suci. 18 Dalam buku yang sama, Robert J. Gaton, CEO, Chrylor Corp., menyatakan bahwa kami bukanlah pemimpin dalam hal-hal ini. Satu-satunya cara kami untuk dapat berkompetisi adalah dengan menggunakan manusia. Budaya anda dan bagaimana anda memotivasi serta memberdayakan dan mendidik karyawan
anda
merupakan
ha!
yang
dapat
membuahkan
basil
yang
mengagumkan. Faktor pertama yang harus diperhatikan dalam organisasi adalah manusia. la merupakan aset termahal dan terpenting. Manusia ibarat urat nadi kehidupan
dari sebuah organisasi, karena eksistensi sebuah organisasi ditentukan oleh faktor manusia yang mendukungnya. 19 Sumber daya manusia (human resources) dapat diklasifikasi menjadi dua aspek, yaitu kuantitas dan kualitas. Kuantitas menyangkut jumlah sumber daya manusia (populasi penduduk) yang sangat penting kontribusinya. Sedangkan aspek kualitas menyangkut mutu dari sumber daya manusia yang berkaitan
18
Schuler, Randell S., Jackson, Susan E., 1997, Manajemen Sumber Daya Ma=ia Menghad'!f.i Abad ke-21 Edisi Enam Ji/id 1, Penerbit Erlangga, Jakarta, jal.J 1 M. Munir, dan Wahyu Ilaihi, Manajemen Dakwah, Rahamat Semesla, Prenada Media, Kencana, Jakarta, 2006, cet.ke-1, hal.J87
24
dengan kemampuan fisik maupun kemampuan nonfisik (kecerdasan non mental) yang menyangkut kemampuan bekerja, berpikir, dan keterampilan-keterampilan lainnya. Pola kaderisasi sangat erat kaitannya dengan sumber daya manusia. Karena dalam pola kaderisasi sumber utamanya adalah manusia. Maka sumber daya manusia mutlak diperlukan ketika berbicara tentang kaderisasi. Dalam perspektif Islam, pengembangan sumber daya manusia mempakan suatu kehamsan. Artinya, Islam sangat peduli terhadap peningkatan harkat dan martabat manusia, karena dalam Islam manusia berada pada posisi yang terhormat.20 Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam surat al-Isra' ayat 70:
"Artinya: Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezki dari yang baik-baik dan kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang semriuma atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan." (alIsra' : 70) 1
2. Orientasi Sumber Daya Manusia Secara umum pengembangan sumber daya manusia hams berorientasi pada pendekatan diri kepada Allah SWT. Dimana ada beberapa parameter yang hams diperhatikan sebagai sebuah mmusan dalam menyiapkan sumber daya manusia yang produktif, yaitu:
20
M. Munir, dan Wahyu llaihi, Manajemen Dakwah, Rahamat Semesta, Prenada Media, Kencana, Jakarta, 2006, cet.ke-1, hal.188-189. 21 Al-Qur'an dan Terjemahnya, hadiah dari Khadim al Haramain asy Syarifain Raja Fahd
ibn 'Abd al 'Aziz al Sa'ud.
25
a. Peningkatan kualitas iman dan takwa. b. Peningkatan kualitas hidup. c. Peningkatan kualitas kerja. d. Peningkatan kualitas karya. e. Peningkatan kualitas pikir. Manajemen sumber daya manusia mencakup masalah-masalah yang berkaitan dengan pembinaan, penggunaan dan perlindungan sumber daya manusia yang baik yang berada dalam hubungan kerja maupun yang berusaha sendiri.22 Menurut Maslow, pada hakikatnya pengembangan sumber daya manusia baik secara makro maupun mikro merupakan upaya untuk merealisasikan semua kebutuhan manusia. Hal ini didasari pada pemikiran bahwa pada hakikatnya manusia adalah makhluk sosial yang secara naluri ingin hidup berkelompok. Manifestasi dari kehidupan kelompok ini antara lain munculnya organisasiorganisasi atau lembaga dalam masyarakat. Sementara itu secara alami dalam diri manusia telah dibekali berupa potensi serta daya yang dapat dibangun dan dikembangkan. Potensi tersebut dalam al-Qur'an terdapat dalam surat Ali lmran: 31
"Artinya: Katakanlah jika kamu benar-benar mencintai Allah. Ikutilah aku, niscaya Allah akan mengasihi dan mengampuni dosadosamu. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang"
22
Basir Barthos, Manajemen Sumber Daya Manusia, Suatu Pemkkatan Makro, Penerbit Bumi Aksara, Jakarta, 2004, cet.ke-7, hal.l
26
3. Daya dan Potensi Snmber Daya Manusia23
Adapun daya dan potensi manusia tersebut meliputi: a. Daya tubuh yang memungkinkan manusia memiliki ketrampilan dan kemampuan secara teknis. b. Daya moral yang memungkinkan manusia memilild kemampuan moral, etika, dan estetika untuk berimajinasi dan merasakan kebesaran Ilahi. c. Daya aka! yang memungkinkan manusia memiliki kemampuan untuk mengembangkan ilmu dan teknologi. d. Daya hidup yang memungkinkan manusia memiliki kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan, mempertahankan hidup, dan menghadapi tantangan. Dari keempat potensi tersebut apabila dibangun dan dikembangkan secara optimal dan seimbang akan meajadi sebuah aset dakwah yang sangat besar dalam rangka penyediaan sumber daya manusia yang produktif dan berkualitas. 4. Tujuan Sumber Daya Mauusia
Dari sini dapat dibangun sebuah tujuan secara jasmani dan rohani bagi para penggerak dakwah. Adapun tujuan tersebut meliputi: a. Tujuan Pembangunan (Jasmani) Berdasarkan fungsi manusia sebagai khalifah di muka bumi, maka ia akan berperan sebagai pribadi yang akan selalu berinteraksi dengan Jingkungan sekitarnya, karena manusia dibekali dengan kekuatan jasmani. b. Tujuan Pembangunan Rohani (Spiritual)
23
Basir Barthos, Manajemen Su1nber Daya Manusia, Suatu Pendekatan Makro, Penerbit
Bumi Aksara, Jakarta, 2004, cet.ke-7,
27
Apabila dikaitkan dengan kehiduan sosial, ekonomi, politik dan budaya secara luas, maka pembangunan sumber daya manusia adalah membantu orang ke arah kehidupan yang lebih sejahtera dan mengurangi ikatannya dengan tradisi. Secara umum pengembangau sumber daya manusia itu dimaksudkan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan serta menyediakan kesempatan kerja yang lebih luas bagi tenaga kerja yang tidak dimanfaatkan atau yang kurang dimanfaatkan. Menurut Islam, pengembangan sumber daya manusia adalah dimaksudkan untuk membina manusia secara pribadi dan kelompok sehingga mampu menjalankan fungsinya sebagai hamba Allah dan kbalifahNya untuk membangun dan memakmurkan dunia ini sesuai dengan konsep yang ditetapkan Allah swt. Konsep tersebut didasarkan pada pandangan, bahwa manusia dalam Islam adalah sebagai Khalifah Allah di muka bumi, sebagaimana yang dijelaskan dalam surat al-Baqarah: 30, Firman Allah SWT:
"Artinya: lngatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi. Mereka berkata: Mengapa Engkau hendak menjadikan (kbalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan menyucikan Engkau? Tuhan berfirman: Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui"
28
Adapun tujuan pengembangan sumber daya manusia menurut Islam adalah membentuk manusia yang bertakwa kepada Allah sw. Kata 'takwa' dalam alQur'an mencakup segala bentuk dan tingkatan kebajikan. Ia merupakan wasiat Allah SWT kepada seluruh makhluk dengan berbagai tingkatan sejak nabi hingga orang awam.24
24
M. Munir, dan Wahyu Ilaihi, Manajemen Dakwah, Raharnat Semesta, Prenada Media,
Kencana, Jakarta, 2006, cet.ke-1, hal.202
BABIII PROFIL KH IMAM ZARKASYI
A. Latar Belakang Kelnarga
Imam Zarkasyi lahir pada tanggal 21 Maret 1910 di desa Gontor, Mlarak, 12 km tenggara Ponorogo. Ia memiliki hubungan langsung dengan Sultan Kasepuhan Cirebon. Bapaknya, Raden Santoso Anom Besari, adalah keturunan keenam Kasepuhan Cirebon, sementara ibunya, Rr. Sudarmi, adalah keturunan Surodiningrat, yang waktu itu Bupati Madiun 1• Imam Zarkasyi adalah putra bungsu Raden Santoso Anom Besari. Kakaknya enam orang, tiga laki-laki dan tiga perempuan. Keeuam saudaranya adalah RH Raclunat Soekarno, R. Ngt. Sumiyah Hardjodipuro, R.Ngt. Sukatmi Ibnu Hajar Imam Besari, R. Ngt. Sumilah Imam Ngulama, RH Ahmad Saha! dan RH Zainuddin Fanani. Masa kanak-kanak Imam Zarkasyi bukanlah masa yang menyenangkan. Ia lahir dan dibesarkan pada zaman penjajahan. Meski tergolong berasal dari keluarga berada, namun saat sulit dia terpaksa maka sawut (parutan singkong yang dimasak) agar dapat mondok dan bersekolah. Dalam usia sepuluh tahun, Imam Zarkasyi sudah menjadi anak yatim, saat pondok Gontor belum memiliki generasi penerus. Ayahnya satu-satunya orang yang menjadi figure dalam keluarga dan masyarakat setempat telah meninggalkan mereka. Duka belum
1
MIF Baihaqi, Ensildopedi Tokoh Pendidikon; dari Abendanon hingga KH Imam Zarkosyi, Penerbit Nuansa, Bandung, 2007, cet.ke-1, hal.147
30
seluruhnya hilang, dua tahun kemudian sang ibu tercinta menyusul menghadap Ilahi. 2 B. Riwayat Pendidikan 3
Kehidupan ekonomi keluarga yang prihatin tidak melemahkan minat belajar Imam Zarkasyi, yang sejak masa kanak-kanak, sejalan dengan harapan keluarga, sudah memiliki obsesi kuat untuk belajar agama. Sejak masa belajar, tampaknya Imam Zarkasyi sudah memiliki semboyan "biar kalah dalam kebendaan, tapi tidak boleh kalah dalam pelajaran. 4 Sesuai dengan pesan dan wasiat ibunya bahwa 'kamu harus menjadi alim dan saleh', Imam Zarkasyi mulai mondok (belajardi pondok pesantren) dan sekolah pada usia kurang lebih 10 tahun. Ia sekolah Sekolah Desa yang terletak di Desa Nglumpang, desa sebelah timur Gontor, satu-satunya sekolah di daerah Gontor dan sekitarnya. Untuk dapat sekolah dan mondok, Imam Zarkasyi memilih mondok di Joresan, pimpinan Kyai Syarif, seorang faqih, seperti kedua kakaknya. Kegiatan mengaji kitab di pondok ini dapat diikuti Imam Zarkasyi dengan memanfaatkan waktu di luar jam belajar di Sekolah Desa. Sebab, seperti umumnya pondok pesantren, waktu belajar berlangsung sore dan malam hari, sehingga kegiatan membaca ekstra itu tidak menggangu masabelajar disekolah paginya. 2
"KR Imam Zarkasyi, Pencetus Sistem Pendidikan di Bumi Gontor" Majalah Hidayah, April 2006, Edisi 57, hal.117. 3 Nur Hadi Ihsan, Muhammad Akrimul Hakim dan Ahmad Hasan Al-Banna, Profil Pondok Modern Darussalam Gontor Ponorogo Jawa Timur Indonesia, Penerbit Pondok Modem Darussalam Gontor, Edisi ke-2, 2006, hal.83-85 4 "KR Imam Zarkasyi, Pencetus Sistem Pendidikan di Bumi Gontor" Majalah Hidayah, April 2006, Edisi 57, hal.18
31
Di pondok ini, Imam Zarkasyi mengaji kitab-kitab Ta'limu al-Muta'allim, as-Sullam, Safinatun-Najah, dan Taqrib, di bawah bimbngan Kyai Anwar dan
Kyai Syarif. Selama mondok, Imam Zarkasyi banyak dikenal oleh para santri di pondok itu, selain karena masih keluarga Kyai, karena para Kyai di Pondok Joresan masih keturunan Tegalsari. Imam Zarkasyi adalah santri yang pandai membaca kitab, sehingga disebut santrijegeg (Jawa: hebat.).5 Setelah menyelesaikan Sekolah Desa selama tiga tahun, di tahun 1922 Imam Zarkasyi melanjutkan studinya ke Sekolah Ongko Loro6 di Jetis, satu kilometer sebelah barat Desa Tegalsari. Samaseperti ketika di Sekolah Desa, sambil sekolah di pagi hari, di sore harinya Imam Zarkasyi mondok di Pondok Pesaren Josari di bawah bimbingan Kyai Mansur. Pelajaran utama di pondok ini adalah Tauhid, selain Khatmu al-Qur'an (membaca a!Qur'an sampai tamat), Barzanji dan Khitabah.
Setelah menyelesaikan belajarnya di Sekolah Ongko Loro dan Pondok Josari, Imam Zarkasyi berencana melaajutkan pelajarannya ke Solo. Pada tahun 1925, dalam usia 15 tahun, Imam Zarkasyi berangkat ke Solo. Ia mendaftarkan diri di tiga lembag pendidikan Islam yang sudah direncanakan. Pertama, ia mondokdi Pesantren Jamsaren, tempat ia mengaji kitab di malam hari; kedua, di
5
Ibid, ha!. 19 Sekolah Ongko Loro (Vervorlkschool, 2 tahun) adalah lanjutan dari Sekolah Desa (Volkschool) yang berlangsung tiga tahun. Sekolah Ongko Loro biasanya terletak di distrik atau kabupaten. 6
32
Madrasah Arabiyah Islamiyah, tempat ia bersekolah di pagihari; dan ketiga, ia belajardi Madrasah Manbaul Umum di sore hari.7 Adapun kitab-kitab yang dipelajari di Pondok Pesntren Jamsaren ini, antara lain kitab Shahih al-Bukhari, Shahih Muslim, Fathul Wahab, al-Hikam, Ihya 'Ulumuddin,, Tafeir al-Jalalain, Sajinatun-Najah, dan Qira 'at Syatibi. Imam
Zarkasyi mondok di pesantren ini tidak lebih dari tiga tahun. Meskipun demikian, banyak ilmu dan pengalaman ditimbanya darinya. Belajar di Madrash Arabiyah (1925-1928) bagi Imam Zarkasyi merupakan pengalaman yang sangat penting di kota Solo, terutama melalui pengalaman belajamya dengan seorang guru bemam Mohammad Oemar al-Hasyimi, alumnus Universitas Zaitun, Tunis, seorang guru al-Irsyad yang sezaman dengan Syeikh Ahmad Surkati al-Anshari. Di Madrasah Manbaul Ulum, Imam Zarkasyi belajar mulai kelas lima
hingga kelas tujuh (tingkat Tsanawiyah). Madrasah ini, dibanding pesantren, relatif lebih modem. Di sini diterapkan sestem klasikal. Murid-murid dibagi dalam kelaskelas dan pada kurun tertentu diselenggarakan ujian. Namun, materi yang diajarkan adalah kitab-kitab yang samadengan kitab-kitab di pesantren. 8 Lima tahun lamanya KH Imam Zarkasyi menuntutilmu di kota Solo (1925-1930). Masa selama itu benar-benar dimanfaatkannya seoptimal mungkin untuk menimba ilmu dan pengalaman sebanyak-banyaknya. Ketekunannya itu
7
11
KH Imam Zarkasyi, Pencetus Sistem Pendidikan di Bumi Gontor" Majalah Hidayah, April 2006, Edisi 57, hal. 23. 8
Ibid, hal. 25
33
membuat Ustadz al-Hasyimi yang berpikiran maju memandangnya sebagai seorang pemuda yang potensial. Sebenarnya setelah selesai belajar di Solo, KH Imam Zarkasyi mendapat tawaran untuk belajar di Mesir, tetapi nasib belum baik, ia tergeser oleh calon lain dari keturunan Arab. Karena tidak jadi belajar ke Mesir, ia mencari jalan lain, yaitu mencari guru yang pernah belajar di Mesir. Untuk itu al-Hasyimi menyarankan kepadanya untuk melanjutkan studi ke Padang Panjang, Sumatera Bara!. Di daerah ini telah banyak ulama lulusan Mesir. 9 Di penghujung abad ke-19, Sumatera Bara! merupakan pintu gerbang
masuknya gerakan salaf dan pembaharuan pemikiran Islam ke Indonesia. Banyak sekolah didirikan untuk mendukung pembaharuan tersebut. Di padang panjang, sekolah yang pertama-tama dimasuki oleh KH Imam Zarkasyi adalah Sumatra Thawalib School. Lembaga pendidikan ini pada mulanya adalah sebuah surau yang didirikan pada tahun 1914. Surau yang menjalankan pendidikan tradisonal ini kemudian diperbaharui pada tahun 1921 dan dipimpin oleh Syaikh Abdul Karim Amrullah, yang lebih dikenal dengan julukan Haji Rasul. Masa belajar sekolah ini 7 tahun, terdiri atas 4 tahun tingkat Ibtidaiyah dan 3 tahun tingkat Tsanawiyah. KH Imam Zarkasyi langsung duduk di kelas VI (kelas II Tsanwiyah), dan berhasil menamatkan pelajarannya dengan baik dalam waktu 2 tahun yakni 1930-1932. 10
9
Ibid, hal. 29
w Ibid, hal. 30
34
Setelah lulus dari Thawalib School, KH Imam Zarkasyi melanjutkan pendidikannya di Normal Islam School (Kulliyatul Muallimin al-Islamiyah) tahun 1932-1935. Sekolah ini didirikan oleh Persatuan Guru-guru Agama Islam (PGAI) di Padang pada tanggal 1 April 1931 dan dipimpin oleh Mahmud Yunus. Dari Ustadz Mahmud Yunus, KH Imam Zarkasyi mempelajari beberapa ilmu, khususnya bahasa Arab. Salah satu keistimewaan Normal Islam School adalah guru-gurunya banyak lulusan Mesir, mereka antara lain dari Universitas al-Azhar, Darul Umum, dan Jami'ah Mashriyah (Universitas Kairo). Di samping Ustadz Mahmud Yunus sendiri, lulusan Mesir lainnya adalah Ustadz Muchtar Yahya dan Ustadz M. Qasim Bakri. 11
.
KH Imam Zarkasyi termasuk murid kesayangan Ustadz Mahmud Yunus. KH imam Zarkasyi kurang begitu berminat kepada masalah-masalah politik. Perhatiannya lebih banyak dicurahkan kepada masalah-masalah pemngembangan pendidikan dan dakwah. 12
C. Karir KH Imam Zarkasyi 1. Pada tahun
1935
setelah menyelesaikan jenjang pendidikan di
Kweekschool Islam Padang Panjang beliau dipercaya menjadi guru dan direktur di perguran tersebut. 2. Setahun kemudian kembali ke Gontor dan bersama kakaknya mendirikan KM! di Pondok Modern Darussalam Gontor dan beliau menjadi
direkturnya, pada tahun 1936. lllbid, ha!. 30 Ibid, ha!. 32
12
35
3. Kepala Kantor Agama Karesidenan Madiun, tahun 1943. 4. Seksi Pendidikan pada Kementrian Agama, tahun 1946. 5. Ketua PB Persatuan Guru Islam Indonesia (PGII) tahun 1948-1955, selanjutnya tetap menjadi penasehatnya hingga akhir. 6. Kepala Bagian Perencanaan Pendidikan Agama pada sekolah dasar di Kementrian Agama, tahun 1951-1953. 7. Kepala Dewan Pengawas Pendidikan Agama pada tahun 1953. 8. Anggota Badan
Perencanaan
Peraturan Pokok
Pendidikan
pada
Kementrian Pendidikan Swasta tahun 1957. 9. Anggota Dewan Perancang Nasional (Deppemas), tahun 1959 diangkat langsung oleh Presiden Soekamo. 10. Anggota Komite Penelitian Pendidikan. 11. Ketua Majelis Pertimbangan Pendidikan dan Pengajaran Agama (MP3A) hingga wafatnya. 12. Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat. 13. Direktur KMI Pondok Modem Darussaam Gontor 1935-1985 14. Pj. Rektor IPD hingga berpulang ke rahmatullah pada tahun 1985. Dalam kancah Intemasional: 15. Anggota Delegasi Indonesia dalam peninjauan ke Negara-negara Uni Sovyet tahun tahun 1962. 16. Wakil Indonesia dalam Mu'tamar Majma' a/-Buhuts al-Is/amiyah (Muktamar Akademi Islam se Dunia) ke VII di Kairo Mesir tahun 1972.
36
Pada tanggal 30 April 1985 pukul 21.00 beliau meninggal dunia di Rumah Sakit Umum Madiun dengan meninggalkan seorang istri dan 11 orang putera puteri. Yaitu: I. Dr. KH. Abdullah Syukri Zarkasyi, MA (Alumni al-Azhar Cairo dan salah
seorang Pimpinan Pondok Modern Darussalam Gontor), 2. Hj.
Siti Khuriyyah
Subakir (Alumni
Muallimat Muhammadiyah
Y ogyakarta), 3. Hj. Dra. Siti Rosyidah (Alumni IKIP Yogyakarta), guru SMA-SPG Negeri Ponorogo, Dosen ISID Gontor, 4. Dr. Amal Fathullah Zarkasyi, MA (Alumni Darul Ulum Cairo, Pudek I Fakultas Ushuluddin ISID Gontor),
5. Dra. Hj. Annisah Fatimah Tijani (Alumni IAIN Sunan Kalijogo, Direktris Muallimat Al Amin Madura), 6. Siti
Farid
Ismail
(Alumni
PKU
Muhammadiyah
Alumni
PKU
Muhammadiyah Yogyakarta, Bidan SRSU Ponorogo), 7. Dra. Maimunah Alamsyah (Alumni IAIN Sunan Ampel, Dosen STIE Banjarmasin), 8. DR. H. Ahmad Hidayatullah Zarkasyi, MA (Alumni College University of the Punjab Pakistan, Pengasuh Pondok Puteri Mantingan, Dosen ISID Gontor), 9. Dr. Hamid Fahrni Zarkasyi, MA Ed (Alumni International Islamic University Malaysia dan Institut od Education an Research University of Punjab Lahore Pakistan),
37
10. Drs. Nasrullah Zainul Muttaqin (Alumni SA SDA YA UGM Yogyakarta, Dosen ISID Gontor), 11. Ir. Muhammad Ridho, MM (Alumni FTP Yogyakarta, Direktur Pelaksana PLMPM Pondok Modern Darussalam Gontor). D. Karya Tulis
1. Senjata Penganjur 2. Pedoman Pendidikan Modern 3. Kursus bahasa Islam (no. 1,2,3 tersebut ditulis bersama KH Zainuddin Fanani) Adapun buku-buku yag beliau tulis sendiri adalah: 4. Ushuluddin (Pelajaran 'Aqaid!Keimanan) 5. Pelajaran Fiqh I dan II 6. Pelajaran Tajwid 7. Bimbingan Keimanan 8. Petunjuk dan Pedoman untuk Guru Mengajarkan Membaca al-Qur'an dan Mengajarkan Tarjamah al-Qur'an. (
9. Qawaidul lmla'
JO. Pelajaran Huruf al Qur'an I dan II Dan dibantu oleh Ustadz Imam Subani, beliau menyusun buku: 11. Pelajaran Bahasa Arab I dan II (beserta Kamusnya) 12. At Tamrinat jilid I, II, Ill (beserta Kamusnya) 13. l'rabul Amtsilati-Al Jumal, Jilid I dan II. Selain itu beliau juga menulis beberapa buku petunjuk bagi santri dan guru di Pondok Modern, termasuk metode mengajar beberapa mata pelajaran. Buku-
38
buku karangan beliau hingga kini dipakai di KMI Pondok Modern Darussalam Gontor dan Pondok-pondok Pesantren Alumni dan beberapa sekolah agama. E. Mendirikan Pondok Modern Darussalam Gontor
Pondok Pesantren Gontor didirikan pada tahun 1926 M (1344 H). Kemudian diperbaharui menjadi Pondok Modern 13 Darussalam 14 Gontor pada tahun 1936 M. oleh KH Imam Zarkasyi 15 bersama kedua kakaknya, yaitu KH Ahmad Saha! dan KH Zainuddin Fanani yang biasa disebut Trimurti.16 Cara
13
Kata-kata modem (menurut H. Ali Mirtadlo "Gontor Masa Lampau dan KH Imam Zarkasyi sebagai Figur Pengajamya" dalam Biografi KH Imam Zarkasyi di Mata Umat, Gontor Press, Ponorogo, 1996, cet.ke-1, 729) sebenamya berasal dari sebutan yang diberikan oleh orang luar dan bukan dari dalam pondok. Mereka menyebut demikian, mungkin orang-orang itu terpengaruh oleh beberapa ha! yang ada di pondok Gontor, diantaranya: a. Cara berpak:aian ketika masuk kelas, rapi dan mesti pakai sepatu serta kemeja dimasukkan. b.Keadaan dalam kelas diatur secara rapi. c. Disiplin rnasuk kelas. d. Dengan tingkah laku sopan santun. e. Meninggalkan tingkah laku pondok yang kurang baik. f. Bahasa Asing seperti Arab, Inggris, Belanda diajarkan dengan mudah, karena diikuti dengan disiplin dan penga\vasan ketat, sehingga bahasa asing itu seperti bahasa ibu dan bahkan dipakai sebagai bahasa pengantar untuk mengajar. Hal ini juga sesuai dengan pendapat Ustadz H. Syarif Abadi, Ustadz senior Pondok Modern Darussalam Gontor (wawancara pada tanggal 30 Januari 2008) 14 Sebutan 11 Darussalam 11 (menurut Dr. H. Baikal "Percikan Pemikiran KH Imam Zarkasyi sebagai Pendidik Teladan yang Dilupakan" dalam Biografi KH Imam Zarkasyi di Mata Umat, Gontor Press, Ponorogo, 1996, cet.ke-1, hal.874) yaitu Pa Zar-sebutan untuk KH Imam Zarkasyiberhasil melahirkan rasa cinta yang utuh para santrinya terhadap almamaternya, pondok peantren Gontor, yang biasa dikenal Darussalam, yang berarti rumah penuh kedamaian. Lebih menyentuh lagi kalimat bersayap yang dikaitkan dengannya, inilah Darussalam yang: • Besar artinya bagi pecinta damai. • Kecil artinya bagi pecinta ramai • Lapang dan luns bagi yang berakal. • Tertekan dan sempit bagi anak yang nakal. 15 Pak Zar-sebutan KH Imam Zarkasyi- (menurut Karel A. Steenbink "almarhum yang Mukarram Pak Zarkasyi Seorang Pragmatikus dalam Pembinaan Pesantren 11 dalam Biografi KR Imam Zarkasyi di Mata Umat, Gontor Press, Ponorogo, 1996, cet.ke-1, hal.874) tidak pemah merumuskan teori yang besar dan abstrak mengenai pendidikan. Dia tidak: mau menyusun sebuah filsafat pendidikan, tetapi kepada praktek pendidikan diberikan prioritas dan selain itu dia hanya memberikan pepatah: Pedoman praktis yang hanya meliputi beberapa suasana yang konkret. 16 Ketiga pendiri dan Pembina Pondok Pesantren Gontor dikenal dengan sebutan "Trimurti" (menurut Dr. H. Haikal "Percikan Pemikiran KH Imam Zarkasyi sebagai Pendidik Teladan yang Dilupakan" dalam Biografi KH hnam Zarkasyi di Mata Umat, Gontor Press, Ponorogo, 1996, cet.ke-1, hal.871), yaitu suatu istilah yang demikian khas dan lebih berbau Hindu dan bukan berbau Islam. Ciri khusus demikian ini dapat merupakan hal yang negatif, karena dianggap kurang konsisten dengan ajaran Islam. Atau sebaliknya, justru penggunaan istilah
39
mendidik dan belajar pada pondok ini diatur menurut metode dan sistem baru sesuai dengan pendidikan modern. 17 Pemikiran KH Imam Zarkasyi tercurahkan pada Pondok Modern Darussalam Gontor. Jadi, apa-apa yang berkaitan dengan aktivitas pondok modern Darussalam Gontor adalah pemikiran dan penerapan yang dilakukan KH Imam Zarkasyi. 1. Visi Pondok Modern Darnssalam Gontor
18
Sebagai lembaga pendidikan Islam yang mencetak kader-kader pemimpin ummat, menjadi tempat ibadah dan sumber ilmu pengetahuan agama dan umum dengan tetap berjiwa pesantren. 2. Misi Pondok Modern Darussalam Gontor 19 a. Mempersiapkan
generasi
yang
unggul
dan
berkualitas
menuju
terbentuknya khairu ummah. b. Mendidik dan mengembangkan generasi mukmin muslim yang berbudi tinggi, berbadan sehat, berpengetahuan luas, dan berpikiran bebas, serta berkhidmat kepada masyarakat.
Trimurti merupakan hal yang positif, karena menunjukkan karena menunjukkan keluwesan dan keluasan pandangan para pendiri Pondok Pesantren Gontor. Hal ini juga sesuai dengan pendapat Ustadz H. Syarif Abadi, Ustadz senior Pondok Modern Darussalam Gontor (wawancara pada tanggal 30 Januari 2008), H. Syarif Abadi menambahkan bahwa sebutan Trimurti lahir dari masyarakat sek:itar yang melihat bahwa Pondok Pesantren Gontor didirikan oleh tiga bersaudara. 17 H. Mahmud Yunus, Sejarah pendidikan Islam di Indonesia, Penerbit Mutiara Sumber Widya, Jakarta, 1992, cct.ke-3, hal.249 18 Pimpinan Pondok Modern Gontor, Kuliah Umum Babak II tentang Kepondok Modernan di Pondok Modern Darussalam Gontor I, 19 Dzulqa'dah 1427 H/10 Desember 2006. (Slide) 19 KH. Abdullah Syukri Zarkasyi, Pengembangan Pendidikan Pesantren di Era Otonomi Pendidikan: Pengalaman Pondok Modern Darussalam Gontor, Pidato Penerimaan Gelar Dok.tor Honoris Causa dalam bidang Pendidikan Islam, UIN SyarifHidayatullah Jakarta, 2005, hal. 18
40
c. Mengajarkan ilmu pengetahuan agama dan umum secara seimbang menuju terbentuknya ulama yang intelek. d. Mempersiapkan warga negara berkepribadian Indonesia yang beriman dan bertakwa kepada Allah swt. 3. Panca Jiwa Pondok Modern Darussalam Gontor20
a. Keikhlasan b. Kesederhanaan c. Kemandirian d. Ukhuwwah Jslamiyyah e. Jiwa Bebas 4. Motto Poudok Modern Darussalam Gontor2 1
a. Berbudi Tinggi b. Berbadan Sehat c. Berpengetahuan Luas d. Berpikiran Bebas 5. Panca Jangka Pondok Modern Darussalam Gontor22
a. Pendidikan dan Pengajaran b. Kaderisasi c. Pergedungan d. Chizanatullah
20
Pirnpinan Pondok Modern Gontor, Kuliah Umum Babak 11 tentang Kepondok Modernan di Pondok Modern Darussalam Gontor /, 19 Dzulqa'dah 1427 H/10 Desember 2006. (Slide) 21
22
Ibid Ibid
41
e. Kesejahteraan Keluarga 6. Orientasi Pondok Modern Darussalam Gontor
23
a. Kemasyarakatan b. Kesederhanaan c. Tidak Berpartai d. Ibadah Thalabul 'Ilmi 24
7. Sintesa (Perpaduan) Pondok Modern Darussalam Gontor
a. Al-Azhar (wakaf dan keabadiannya). b. Aligarh (kemodernan). c. Syanggit (kedermawanan pengasuh). d. Santiniketan (kedamaian). 8. Falsafab Pondok Modern Darussalam Gontor25 a. Falsafab Kelembagaan Pondok Modern Darussalam Gontor
1) Pondok
adalah
lapangan
perjuangan,
bukan
lapangan
penghidupan. 2) Hidupilah Pondok, dan jangan menggantungkan hidup kepada Pondok. 3) Pondok adalah tempat ibadah dan thalabul 'ilmi.
4) Pondok berdiri di atas dan untuk semua golongan. b. Falsafab Kependidikan Pondok Modern Darussalam Gontor
23 24 25
/bid Ibid
KH Abdullah Syukri Zarkasyi, Gontor dan Pembaharnan Pendidikan Pesantren. PT RajaGrafindo Persada, Jakarta, Cet.ke-1, 2005, hal.104-105 dan Pimpinan Pondok Modem Gontor, Kuliah Umum Babak II tentang Kepondok Modernan di Pondok Modern Darussalam Gontor !, 19 Dzulqa'dah 1427 H/10 Desember 2006. (Slide)
42
I) Apa yang dilihat, didengar, dirasakan, dan dialami oleh santri sehari-hari harus mengandung pendidikan. 2) Hidup sekali, hiduplah yang berarti. 3) Berani hidup tak takut mati, takut mati jangan hidup, takut hidup mati saja. 4) Berjasalah, tetapijangan mintajasa. 5) Sebaik-baik manusia adalah yang paling bennanfaat bagi sesamanya. 6) Hanya orang penting yang tahu kepentingan, dan hanya pejuang yang tahu arti perjuangan.
c. Falsafah Pembelajaran Pondok Modern Darussalam Gontor26 I) Metode lebih penting daripada materi, guru lebih penting daripada metode, jiwa guru lebih penting daripada guru itu sendiri. 2) Pondok memberi kail, tidak memberi ikan. 3) Ujian untuk belajar, bukan belajar untuk ujian. 4) Ilmu bukan untuk ilmu, tetapi ilmu untuk amal dan ibadah.
9. Transformasi Ajaran Pondok Modern Darussalam Gontor Kepada Guru dan Santri27 a. Keteladanan: Kyai, Guru, Pengasuh, dan santri. b. Penugasan: kependidikan. 26 27
Ibid Ibid
Pelibatan
dalam
penyelenggaraan
kegiatan-kegiatan
43
c. Penciptaan Lingkungan: Semua yang dilihat, didengar, dirasakan, dan dialami sehari-hari harus mengandung unsur pendidikan. d. Pengarahan: Kegiatan-kegiatan diawali dengan pengarahan terutama tentang nilai-nilai pendidikan yang terkandung di dalamnya. e. Pembiasaan: Menjalankan program-program pendidikan dari yang ringan ke yang berat dengan disiplin tinggi, terkadang pemaksaan juga diperlukan. 10. Transformasi Ajaran Pondok Modern Darussalam Gontor Kepada Keluarga28
a. Silaturrahim dengan Pimpinan. b. Arisan. c. Wisata Bersama. d. Pertemuan-pertemuan Keluarga. e. Kegiatan-kegiatan bersama. 11. Transformasi Ajaran Pondok Modern Darussalam Gontor Kepada Wali Santri29
a. Silaturrahim Pimpinan Pondok dengan wali santri pada Bulan Ramadan dan Syawwal. b. Pidato pada Pengumuman Hasil Ujian Masuk KMI. c. Pidato pada Khataman Kelas Enam. d. Penerbitan lnforrnasi tentang Gontor. e. Silaturrahim dengan IKPM. 28 29
Ibid Ibid
44
Dari santri sendiri.
f.
g. Forum IKPM. 12. Transformasi Ajaran Pondok Modern Darussalam Gontor Kepada Masyarakat3° a. Silaturrahim Dengan Pimpinan Pondok pada Bulan Syawwal. b. Buka Puasa Bersama pada Bulan Ramadan. c. Pembinaan Desa-desa Sekitar. d. Silaturrahim dengan IKPM. e. Pendirian Langgar, Masjid dan lembaga-lembaga pendidikan. f.
Pembinaan Kepala Desa. 13. Transformasi Ajaran Pondok Modern Darussalam Gontor Kepada Tokoh Masyarakat3 1
a. Silaturrahim Ilmiah dan Religius. b. Penerbitan inforrnasi tentang Gontor. c. Silaturrahim dengan IKPM. d. Pengiriman tenaga Guru. e. Membantu dalam ha! pendidikan, sosial, pribadi. Membantu proyek-proyek mereka.
f.
14. Transformasi Ajaran Pondok Modern Darussalam Gontor Kepada Pemerintah 32 a. Silaturrahim dan pembinaan Pemerintah. b. Kunjungan Pejabat Pemerintah ke Pondok. '
0
31
32
Jbid Ibid Ibid
45
c. Penyampaian informasi tentang Gontor. d. Silaturrahim dengan IKPM. e. dll. 33
15. Spesifikasi Pondok Modern Darussalam Gontor a. Status Wakaf. b. Jiwa dan Filsafat Hidup. c. Penguasaan Bahasa Arab dan Bahasa lnggris. d. Mementingkan Pendidikan daripada Pengajaran. e. Sistem Mu'allimin dan Perguruan Tinggi Pesantren. f.
Open Manajemen.
g. Pondok Kaderisasi. h. Lembaga Perjuangan dan Pengorbanan. i.
Pemisahan Hak Pribadi dan Hak Pondok.
j.
Wajib tinggal di asrama.
k. Disiplin.
I. Efektifitas dan Efisiensi. m. Modern (dinamis, syumuliyah, sistematis, homogenizing, progresif, inovatif, irreversibel, evaluatif).
16. Kualifikasi Pemimpin Pondok Modern Darussalam Gontor34 a. lkhlas. b. Dapat dipercaya. c. Jujur dan terbuka. 33 34
Ibid Ibid
46
d. Tegas. e. Mau berkorban. f. Bekerja keras dan sungguh-sungguh. g. Mempunyai kemampuan berkomunikasi. h. Menguasai masalah dan dapat menyelesaikannya. i. Membuat networking dan memanfaatkannya. j.
Selalu mengambil inisiatif.
k. Bernyali besar dan berani mengambil resiko. I.
Baik mu'amalah ma' a Allah.
m. Baik mu'amalah ma'a an-nas. F. Pengalaman Dakwah KH Imam Zarkasyi 1. Dakwah di Daerah Ponorogo dan Sekitarnya
Selain berdakwah dengan mendirikan pondok modern Darussalam Gontor, KH Imam Zarkasyi juga berdakwah di luar Gontor. Dakwah KH Imam Zarkasyi di luar gontor di daerah Ponorogo, Magetan hingga Ngawi 35 , banyak yang dilakukan KH Imam Zarkasyi diantaranya, mendrikan: a. Lembaga-lembaga pendidikan di sekitar Ponorogo, Magetan hingga Ngawi. b. Islamic Center c. Masjid-masjid d. Taman-taman Pendidian Al-Qur'an e. Pondok pesantren-pondok pesantren.
35
Wawancara pribadi bersama KH A.Syukri Zarkasyi, 7 Februari 2008.
47
f. Sekolah-sekolah Menengah Atas (ikut mendirikan) g. Madrasah-madrasah Tsanawiyah (ikut mendirikan) h. Madrasah-madrasah Aliyah (ikut mendirikan) Dalam berdakwah dengan mendirikan langgar-langgar, diantaranya:
36
a. Langgar Loran Madrasah Gontor (Utara) b. Langgar Tengahan Madrasah Gontor (Tengah) c. Langgar Kidulan Madrasah Gontor (Selatan) d. Langgar Genengan Madrasah Gontor e. Langgar Nglumpang Madrasah Nglumpang f. Langgar Malo Madrasah Malo
g. Malarak Madrasah Mlarak 2. Berdakwah pada Warok atau Jawara Ponorogo37
Dalam berdakwah pada Warok atau Jawara Ponorogo KH Imam Zarkasyi melalui berbagai pendekatan. Secara umum pendekatan pada Warok melalui dua pendekatan: a. Pendekatan Kultural: I) Membangun masjid-masjid di depan rumah Warok-warok. 2) Membangun
madrasah-madrasah,
langgar-langgar,
Iembaga
pendidikan, dan lain sebagainya. 3) Membimbing untuk menunaikan ibadah Haji atau Umrah
36
H. Ali Murtadlo " Gontor Masa Lampau dan KH Imam Zarkasyi sebagai Figur Pengajamya" dalam Biografi KH Imam Zarkasyi di Mata Umat, Gontor Press, Ponorogo, 1996, cet.ke-1, hal.833 37 Wawancara pribadi bersama KH Abd Syukri Zarkasyi (Pimpinan Pondok Modersn Darussalam Gontor, Pulera pertama KH Imam Zarkasyi), 7 Februari 2008.
49
Dr. KH Idhrun Chalid (mantan Ketua Umum PB NU, dan mantan Ketua MPR/DPR RI), Prof . Dr. Nurcholis Madjid, Dr. Hidayat Nurwahid (Ketua MPR RI) KH Hasyim Muzadi (Ketua Umum PBNU), Prof. Dr. Dien Syamsuddin (Ketua Umum PP Muhamadiyah), Prof. Dr. Syatori Ahmad (Ketua Umum IKADI), Drs. Kafrawi Ridwa, MA, Drs. H.A Hafizh Dasuki, MA, Prof Dr. HAR Partosentono, Prof. Dr. M. Amin Abdullah (Rektor UlN Y ogyakarta), Brigjen Hasan Basri, Kolonel Azhari Baidhawi, Letnan Kolonel Tajuddin, Dr. Kautsar Azhari, Prof. Dr. Hamdani Anwar, Prof. Dr. Amsal Bahtiar (Pembantu Rektor I UIN Jakarta), Prof. Dr. Juhaya S. Praja, dr. abdul qadir Al-Habsyi, Dr. Roem Rowie, Dr. Ali Mufrodi, Dr. A. Mukhtar, Emha Ainun Najib, serta sekian banyak nama lainnya. c. Dari kalangan pengusaha, entrepreneur, dan manajer: Hadiyin Rifai, Noorbasha Djunaid, SE, Bisri Ilyas, Husnun, Suhaili Kalla, SE, Drs.Masrur Maskur, Aan Bastian, Drs. Zahrul Harli maupun pengusahapengusaha lain dari ujung barat Indonesia hingga ujung timumya. Banyak lagi tokoh-tokoh yang tak dikenal, dan barangkali tak suka diriya ditonjol-tonjolkan, yang bekerja dengan gigih dan ikhlas, yang karyanya runat besar dan bermanfaat di tengah-tengah masyarakat, yang bisa jadi lebih besar dari karya para tokoh masyarakat di atas. 38 Inilah sekian para da'i-da'i yang diketahui maupun yang belum diketahui, mereka berdakwah di manapun berada.
38
Biografi KH Imam Zarkasyi dari Gontor Merintis Pesantren Modem, Gontor Press, Ponorogo, 1996, cet.ke-1, ha!. 253
BABIV HASIL PENELITIAN
A. Pemikiran Dakwah KH Imam Zarkasyi
1. Aspek Pilosofis Pemikiran Dakwah KH Imam Zarkasyi a. Pengertian Dakwah Menurut KH Imam Zarkasyi
1
Dakwah adalah usaha untuk mengajak manusia kepada jalan yang diridhai oleh Allah SWT, di mana pun, dalam situasi apa pun, dan kepada siapa pun. Dakwah juga dapat diartikan dengan menanamkan nilai-nilai keislaman kepada umat manusia. Menanamkan nilai-nilai keislaman dengan mentransfer kepada khalayak atau mad'u adalah sebuah hal yang harus dicapai dalam berdakwah. Dalam berdakwah seorang dai dituntut untuk mengamalkan nilai-nilai keislaman dalam kehidupannya. Seorang dai harus benar-benar mengetahui dan memahamai isi pesan dakwah yang akan disampaikannya. Pesan dakwah tersebut ia wujudkan dalam kehidupannya sehari-hari. Sebab, mengajak manusia tanpa memberikan tauladan kepada mad'unya adalah hal yang sia-sia. Pengamalan nilai-nilai keislaman dalam diri seorang da'i adalah modal utama dalam berdakwah. Jadi, seorang da' i ditunut untuk pengamalan sebelum ia mengajak manusia untuk mencari ridha Allah SWT. Apa-apa yang dikatakan seorang da'i harus mencenninkan dirinya. Seorang da'i hendanya mengajak manusia untuk mencari ridha Allah SWT 1
Imam Zarkasyi dan Zaenuddin Fannani) Senjata Pengarljur dan Pemimpin Islam,
Boekandel TRIMURTI, Gontor, Ponorogo, Cet. Ke-3, tt, hal. 89
51
dengan hatinya. Maksudnya adalah seorang da'i harus benar-benar mengamalkan apa-apa yang ia katakan, sebab jika tidak maka bukan ridha Allah yang ia dapat melainkan kemarahanNya yang sangat dahsyat. Dalam berdakwah harus ada ruhnya, jiwanya. Jiwa inilah yang akan nampak ketika seorang da'i mengajak mad'unya ke jalan yang diridhai Allah SWT. Jiwa ini tercermin dari da'i yang mengamalkan nila-nilai keislaman dalam kehidupannya. b. Nilai-nilai Dasar Dakwab Mennrnt KH Imam Zarkasyi2
I) Berdakwah adalah kewajiban dari Allah SWT, bukan pekerjaan dari manusia. 2) Harns beriman kepada Alah SWT dengan sebenar-benar iman, sehingga seorang dai yakin akan adanya pertolongan dari Allah SWT. 3) Apa-apa yang dikerjakan bertujuan mencari ridha Allah SWT, jangan sampai bertujuan ntuk mecari pujian atau kehormatan dari manusia. 4) Seorang da'i harus meyakini bahwa apa yang dikerjakannnya akan bermanfaat bagi masyarkat. 5) Nilai-nilai Islam adalah berifat demokratis, artinya adalah semua manusia sama, dengan kata lain seorang dai harus mudah beinteraksi dengan mad'unya, tidak membeda-bedakan antara bangsa warna dan kulit, orang dekat dan orangjauh, orang kota dan
2
Imam Zarkasyi dan Zaenuddin Fannani, Senjata Penganjur dan Pemimpin Islam, Boekandel TRIMURTI, Gontor, Ponorogo, Cet. Ke-3, tt, hal. 68-72.
52
orang desa, kaum bangsawan dan kaum kromo, orang kay dan orang miskin, atau pun dari golongan apa pun. 6) Seorang da'i harus sabar dan tabah serta kuat dalam menerima cobaan. c. Tujuan Dakwah menurnt KH Imam Zarkasyi
3
Tujuan dakwah menurut KH Imam Zarkasyi adalah seperti berikut: 1) Sejak dari alam kebodohan ke alam kepandaian.
2) Sejak dari alam kemalasan ke alam kesetiaan. 3) Sejak dari alam perselisihan ke alam persatuan. 4) Sejak dari alam keteorian ke alam kepraktikkan. 5) Sejak dari alam kemundnran ke alam kemajuan. 6) Sejak dari alam kemiskinan ke alam kekayaan. 7) Sejak dari alam kenistaan ke alam kemuliaan. 8) Sejak dari alam kebiadaban ke alam kesopanan. dan lain sebagainya, terserah, asal baik. Banyak rintangan yang akan dihadapi da'i dalam berdakwah. Maka seorang da'i harus mempersiapkan dengan sebenar-benar persiapan. Sebab, andai seorang da'i tidak mempersiapkan dengan persiapan yang matang, maka akan hancurlah ia. Namun, jang pula berkecil hati dengan kekurangan persiapan tersebut. Yang paling penting adalah kemauan dan semangat yang tinggi, maka Allah akan membantunya. 2. Kontekstnalisasi Pemikiran Dakwah KH Imam Zarkasyi a. Latar Belakang Sosiologis Dakwah Menurnt KH Imam Zarkasyi4 3
Imam Zarkasyi dan Zaenuddin Fannani, Senjata Penganjur dan Pemimpin Islam, Boekandel TRIMURTI, Gontor, Ponorogo, Cet. Ke-3, tt. ha!. 90
53
Dalam berdakwah, seorang da'i harus mengetahui latar belakang masyarakat yang akan dituju. Seorang da'i ter!ebih dahulu menemui salah seorang yang berpengaruh atau terpandang ditempat yang akan dituju. Hal ini bertujuan agar da' i mengetahui karakter, kebiasaan dan adat istiadat di ternpat yang akan dituju. Jika ingin berdakwah maka, da'i harus mernpelajari dan memperdalam akan keadan sebuah masyarkat tersebut, misalnya tabiatnya, perasaannya, hidupnya, adat istiadat negerinya, bahasanya, penyakitnya, kesenangannnya, kemauannya, asal-usulnya, dan lain sebagainya. Sebelum kita membuka sesuatu kursus atau grup atau pelajaran terlebih dahulu supaya kita adakan sidang propaganda dimana tempat yang bakal kita dirikan. Di situ kita terangkan tentang: kebaikan, kepentingan, keperluan dan azas-azas dan tujuan kita, harapan kita supaya orang-orang yang sama hadir sama tertarik hatinya pada apa yang kita propagandakan itu. Jika orang-orang telah sama mengerti dan sama merasa penting dan setuju, lagi pula menganggap perlu, maka baru berdiri suatu kursus atau pelajaran atau sidang tabligh saja, carilah sekali, siapa-siapa pengurusnya. Cara akan membuka propaganda, terlebih dahulu supaya kita dapat menemui salah seorang yang agak berpengaruh (terpandang) di tempat atau kampung yang bakal kita datangi, agar supaya kita dapat menyuruh mengurnpulkan orang-orang penduduk di situ dan kanan kirinya, lagi kita dapat tabu dan mengerti takaran-takaran atau tabiatnya orang-orang di situ agar supaya
4
Imam Zarkasyi dan Zaenuddin Fannani, Senjata Penganjur clan Pen1impin Islam,
Boekandel TRIMURTI, Gontor, Ponorogo, Cet. Ke-3, tt, hal. 76-77
54
amat bersesuaianlah dengan segera kita nanti, ahimya menjadi puaslah antara kedua belah pihaknya. Terlebih
Dalam berdakwah da'i harus berbekal dan paham tentang al-Qur'an dan Hadits. Telah termasuk Ijma dan Qiyas. 1) Cukupnya soal keuangan (finansial) 2) Senantiasa cukupnya pertanggungan jawab dalam itu cita-cita. 3) Cukup adanya kesabaran, keteguhan, kekuatan batin, keberanian, kejujuran, kegiatan dan kerajinan. 4) Senantiasa siapnya pertahanan (tameng) dari segala serangan atau rintangan lahir dan batin. 5) Tenang, tenteram, sehat dan sopan. Mengingat semboyan pendirian orang Islam sebagai berikut:
5
Imam Zarkasyi clan Zaenuddin Fannani, Senjata Penganjur dan Pemimpin Islam, Boekandel TRIMURTI, Gontor, Ponorogo, Cet. Ke-3, t~ ha!. 92
55
~ )l _,
Jjt....:..ily ll I Jb:il
)l _,
Jb:i)l Li ll I b_,! )l _, b_,ill) ll I 4..,Jc. ll
.6#11 _,I b_,c.l!y lll 0,lJ )l _, ,( l.J:l.l!4 _,I) ~~I_, ul _).\y ll\ "Artinya: Tidak ada kemenanganjika tidak ada kekuatan, tidak ada kekuatan jika tidak ada persatuan, tidak ada persatuan jika tidak ada keutamaan, tidak ada keutamaan jika tidak ada Qur'an dan Hadits (atau agama), tidak ada agama jika tidak ada Dakwah atau Tabligh."
3. Metode Dakwah Menurut Perspektif KH Imam Zarkasyi a. Cara Berpidato6 I) Akan naik ke atas podium yang agak pelan lagi sopan, jangan tergesa-gesa, akan tetapi jangan terlalu lambat, hingga orang banyak menanti. 2) Setiba di atas podium jangan dahulu mengucapkan salam atau mulai berbicara, sebelum berdiri tegak, mata menentang sidang (tidak seperti kedua mempelai). Jangan gentar takut dan kecil hati. 3) Roman muka yang manis, nampak berani tetapi sopan: jangan serupa orang marah. Jangan serupa orang bersusah hati karena sekalipun hanya roman muka, dapat menimbulkan perasaan dari pihak yang melihatnya. 4) Jangan ban yak tenaga, merupakan orang gopoh, tangannya tidak berhenti-henti, melambai-lambai. Karena perbuatan demikian, pendengar menjadi bingung, gusar, pikiran tidak tetap. Kalau sudah gusar tidak dapat lagi menerima petunjuk dengan seksama. Baik juga memberi isyarat dengan jari atau lainnya, tetapi kalau dirasa perlu dan berkesesuaian dengan apa yang disuarakannya. 6
Imam Zarkasyi dan Zaenuddin Fannani) Senjata Penganjur dan Pemimpin Islam, Boekandel TRIMURTI, Gontor, Ponorogo, Cet. Ke-3, tt, hal. 78-80
56
5) Keras suaranya yang sedang, perkataanya yang fasih, jelas dan satu-satu. Kalau perlu ibarat, hendaknya yang mudah dimengerti, menurut takaran pendengar. 6) Bahasa seberapa dekat yang bersih, jangan campur tidak karuan antara kasar dan halusnya. Apalagi jika yang mendengarkan ahli bahasa. Dengan pengaruhnya bahasa dapat membawa perasaan yang macam-macam pula. Buat Muballigh terutama sekali wajib mempelajari bahasa. Bahasa mana yang akan dibiasakan. 7) Yang bijaksana: artinya dapat meletakkan sesuatu perkataan di tempat yang semestinya. 8) yang wajib dimasakkan oleh Muballigh atau Penganjur yaitu: Menakar orang-orang yang ada dihadapannya. Kurang pandai menakar, kurang sesuailah suaranya, misalnya: a) Orang yang sebanyak ini dari mana saja. b) Hendak kita bawa kemana. c) Dengan cara carajalan mana kita membawa.
b. Cara Berdebat7 Perkataan debat menurut arti dalam kamus yaitu 'pertengkaran mulut', sedang menurut pengertian yang sopan yaitu 'pertukaran pikiran' sengaja hendak mencari suatu kebenaran. Dari hal debat di atas, maka perlulah rasanya kita ketahui dengan secara bagaimana dan apa pula senjata dan kesopanannya orang berdebat. Baiklah disini kita terangkan, sejak mulai cara menyusun dari kesopanan berdebat yang besar. 7
Imam Zarkasyi dan Zaenuddin Faunani, Senjata Pengatifur don Pemimpin Islam, Boekandel TRIMURTI, Gontor, Ponorogo, Cel Ke-3, tt, hal. 100-104
57
Jadi dapatlah kita nanti mengambil sikap dan tindakan yang selaras, bersesuaian dengan debat secara mana yang kita adakan nanti, sehingga ahirnya dapatlah kita mengambil hasil yang memuaskan antara kedua belah pihak. Caranya mencapai baik, maksudnya baik dan buahnya pun baik pula: I) Debat vergadering ada 2 sifat: a) Openbare debatvergadering. b) Besloten debatvergadering.
Syaratnya: openbare debatvergadering wajib memberi tahu kepada (H.P.B). Jika besloten debatvergademg, wajib dengan surat undangan, kepada siapa yang bakal menghadirinya. Seberapa boleh yang diundang yang sama banyak antara kedua belah pihaknya, dan tidak perlu memberi tahu kepada H.P.B. 2) Wajib ada sebagai voorzitter (yang memegang martil pimpinan) dan voorzitternya dicari orang yang seadil-adilnya dan senetral-netralnya. Juga yang mengerti kepada duduknya perkara yang dibicarakan. 3) Tempatnya sidang debat, hendaknya dicari yang netral pula seberapa boleh. 4) Harns ada yang sebagai jurinya (orang yang akan menimbang dan menentukan siapa yang di pihak yang benar dan menang, sekurang-kurangnya tiga orang juri) dan ambillah pula orangorang yang netral. 5) Kalau dirasa perlu, sebaiknya wakil-wakil surat kabar pun supaya diundang, biar dikutip yang semestinya apa-apa buah
58
pembicaraan.
Juga
kita
dapat
mengambil
kritik
(pertimbangannya) yang sehat. 6) Caranya supaya dengan tanya jawab yang rapih (bersih), dan jangan pindah-pindah ke lain masalah (pokok pembicaraan) sebelum masalah yang pertama. 7) Kita sebagai Penganjur Islam, wajib berpendirian yang kuat
dalam ha! ini perdebatan, pendirian mana: kita berdebat mencari kebenaran, bukan mencari kalah atau menang. Inilah dia pendirian kita yang sebaik-baiknya. 8) Jika hendak mendebat atau melahirkan alasan-alasan wajib dengan senjata 'kesopanan'. Sopan dalam pembicaraan, perbuatan, tingkah laku dan roman mukanya. 9) Akal kita wajib bersih.
Sebaliknya jika kita hendak
menurtjukkan kekeliruan kawan, supaya dengan cara: Saudara? Barangkali begini. Tuan? Barangkali begitu. Engkau? Menurut pertimbangan pikiran saya yang lemah begini..
Tiada boleh sekali-kali mengetengahkan alasan dengan cara kasar atau kejam lagi sombong, sehingga pendengar merasa keberatan, karena membikin malu ke salah satu pihak misalnya: Ah! Kamu bohong! Bukan begitu! Ah! !tu salah! Masa demikian! Mana bisa!
59
Tidak! Kalau saja begini! Habis!... Muka masam dan mengkerut bersungut-sungut. 10) Pembicaraan mesti: penting, ringkas, tetap, jarang, cermat, pe!an, cerdik. Tidak baik mengulang-ulangi pembicaraan, memusingkan kepala. Dengan berbicara yang di aka!mu belum bersedia dengan tetap. Karena banyak orang berbicara, akalnya di belakang mulut, semacam ini amat berbahaya buat perdebatan, karena mesti !ekas kehabisan hujah, akhimya meraba-raba tidak karuan saja. Peringatan:
ketahuilah kiranya:
bahaya karena hasi!nya
perdebatan, banyak seka!i lantas menimbu!kan permusuhan dan perpecahan, atau menambah panasnya api perse!isihan. Apakah sebab-sebabnya maka terjadi demikian? Tidak lain tidak bukan, karena mereka: a) Tiada karena Allah. b) Tiada mencari kebenaran c) Tiada di garis kesopanan d) Membawa-bawa urusan luar atau prive. Kesemuanya itu menyalahi ayat al-Qur'an:
"Artinya: Berdebatlah dengan mereka, memakai cara yang sebagus-bagusnya" Pun supaya kita ingat bunyi semboyan Arab:
60
"Artinya: Beberapa banyak hanya sepatah kata, dapat mengalirkan darah"
"Artinya: Beberapa banyak sepatah kata saja, dapat menghilangkan persahabatan dan persaudaraan" 11) Jikalau kamu membantah, kemudian kamu tahu dan merasa salah apa-apa yang kamu katakan, maka jangan malu dengan sopan mencabut alasanmu sendiri tadi. 12) Jika kita dibenarkan, sedang memang ternyata salah di pihak kita, akuilah dengan dengan secara 'bangsawan' biar sekalipun si pihak hawa nafsu sangat berkeberatan. Karena ketetapan di dalam
kesalahan
itu terlebih
celaka dan
amat sukar
merubahnya. Bersenjatalah dengan kejujuran. 13) Jika kita di pihak kebenaran, sedang pihak lawan pun sudah mengakui akan kesalahannya, jangan sekali-kali kita pihak yang benar, menjelas-jelaskan lagi sambil menampakkan kemenangannya. 14)Apabila si pihak lawan telah suka mengakui kesalahannya dan telah kembali kepada kebenaran, wajib kita menghormat dan memuliakan kepadanya. Dengan cara yang demikian dapat menarik penjelasan orang yang salah dan menyegerakan orang kembali kepada kebenaran dengan erat-erat. 15) Jika kedapatan orang bersengaja menyalahi dan mencari tergelincirmu, degan hendak membikin malu, jangan kita
61
marah, bakan pura-pura tidak merasa saja, hingga kita nampak di pihak kesopanan dan kebenaran. 16) Jika kita berdebat dengan pihak yang terlalu tidak tahu cara dan organisasinya, hingga tidak ada harapan apa yang kita ingini, terlebih baik kita diam, atau membubarkan perdebatan dengan secara yang amat sopan sekali, dan tidak guna berdebat dengan orang yang sebelum dan sesudahnya memang sengaja tidak mau berubah sikap dan haluan mereka. Peringatan: jika berdebat dengan orang yang pandai ('alim), maka baiklah supaya soal itu dengan secara minta penerangan atau timbangan. Jangan menghina! Atau mencoba. B. Pola Kaderisasi KH Imam Zarkasyi
"Tawon itu, kalau ratunya pergi, maka bubarlah sudah" Nasehat KH Imam Zarkasyi kepada Hamam Dja'far. 8 Maksudnya bahwa kepergian atau meninggalnya seorang kiai sebuah pesantren, maka pesantren itu pun akan bubar. Hal ini tidak akan terjadi, jika diantisipasi dengan kaderisasi. Maka Gontor adalah pondok pesantren kaderisasi, di mana di pondok Gontor santri-santri dikader bukan hanya untuk menggantikan kiai suatu saat nanti, namun juga di kader untuk menjadi pemimpin umat di masyarakat. Tidak seperti pesantren yang pada umumnya melakukan suksesi kepemimpinan secara geologis, Pondok Modern Darussalam Gontor (PMDG), meletakkan proses kaderisasi sebagai suprastruktur penting terhadap suksesi kepemimpinan tersebut. Sejarah timbul dan tenggelamnya suatu usaha, terutama 8
KJI. Hamam Dja'far "Beliau Tokoh Spiritual" dalam Biografi KH Imam Zarkasyi di Mata Umat, Gontor Press, Ponorogo, 1996, cet.ke-1, hal.725
62
hidup dan matinya pondok-pondok di tanah air, memberikan pelajaran tentang pentingnya kaderisasi. Hal tersebut tak lain, karena merekalah yang kelak akan melanjutkan estafeta kepemimpinan. Tegasnya, yang berkewajiban dan memiliki beban moral atas maju mundumya pondok bukan hanya keturunan kiai atau pendiri pondok, melainkan para kader yang telah lama dididik dan berkecimpung di alam pendidikan Pondok Modern Darussalam Gontor (PMDG), termasuk para pimpinannya, harus seorang alumni yang tamat Kulliyatul Mu'allimin alJslamiyah (KMI), serta tahu akan sunnah dan disiplin Pondok Modern Gontor.
Pelaksanaan kaderisasi di PMDG, secara langsung telah dilakukan. Langkah-langkah kaderisasi tersebut mencakup: Uswah Hasanah, Pengarahan, Pendekatan, Motivasi, Penugasan, Pembekalan, Evaluasi, Pembinaan Lahir dan Batin, yang diberikan secara perjenjangan, yakni dari kiai, guru-guru senior, semisenior, yunior, santri akhir, hingga santri kelas I-V, sehingga hasilnya diharapkan mampu terlatih dan teruji, bukan hanya lahir, tetapi juga batin. Adapun medianya adalah baik yang terlingkup dalam kegiatan intrakurikuler, ekstra maupun kokurikulernya, yang diatur dengan cara selfgovernance antar mereka sendiri, yang dikawal oleh pimpinan pondok. Sehingga sistem rekruitmen yang menempati setiap pos kelembagaan di PMDG adalah dari internal pondok sendiri, yaitu para alumni-alumninya.9 Salah satu bentuk untuk meneguhkan sumber daya manusia yang berkualitas sekaligus sebagai sarana untuk lebih mengintegrasikan wawasan keilmuan, pemikiran, dan pengalaman para keluarga inilah, PMDG membuat mekanisme kaderisasi, dengan selalu mengirimkan kader-kadernya untuk 9
KH Abdullah Syukri Zarkasyi, Manajemen Pesantren; Pengalaman Pondok Modern Gontor, Trimurti Press, 2005, eel. Ke-I, hal.210.
64
ditekankan pada materi ilmiahnya yang memberikan kesempatan lebih banyak kepadanya untuk mempertimbangkan kebenarannya.
11
Tujuan sekolah yang paling utama adalah untuk mempersiapkan kaderkader bagi masyarakat Islam di Indonesia, dengan mengkombinasikan kelebihankelebihan sistem pendidikan pondok kuno dengan teori dan praktek pendidikan modern. Berbagai model lembaga pendidikan yang telah mempengaruhi Gontor, mereka menyebut al-Azhar, Aligarh, Santiniketan, dan Syanggit. 12 Sesuai dengan tujuan jangka panjang pesantren, kaderisasi adalah bagian penting untuk melestarikan cita-cita pesantren Gontor. Kaderisasi meliputi peningkatan kualitas dan kuantitas kader. Peningkatan kualitas kader dengan cara menyekolahkan kader-kader pimpinan ke berbagai universitas di dunia untuk meraih ilmu pada peringkat master dan Ph.D. sementara itu, peningkatan kuantitas kader dilakukan melalui peningkatan jumlah pondok, baik yang dikelola langsung oleh Pondok Pesantren Gontor, seperti Gontor I, Gontor 2, dan seterusnya, maupun peningkatan kuantititas pondok yang didirikan oleh para alumni. Dewasa ini telah lebih dari seratus pondok yang didirikan oleh para alumni Gontor tersebar di seluruh Tanah Air. 13
1. Pola Kaderisasi KH Imam Zarkasyi di Pondok Modern Darnssalam Gontor: Kaderisasi menurut KH Imam Zarkasyi dapat dibagi menjadi empat golongan: 14
11
Toha Yahya Urnar, I/mu Da'wah, Penerbit Wijaya, Jakarta, cet.ke-5, 1992, hal.1. Lance Castles "Gontor: Sebuah Catalan Lama tentang Sekolah Islam" dalam Biografi KH Imam Zarkasyi di Mata Urnat, Gontor Press, Ponorogo, 1996, cet.ke-1, hal.833 13 Juhaya S. Praja, Filsafat dan Metodo/ogi I/mu dalam Islam dan Penerapannya di Indonesia, Penerbit TERAJU, Jakarta, 2002, cet.ke-1, hal.204 14 Wawancara pribadi bersarna KH A.Syukri Zarkasyi, 7 februari 2008. 12
65
a. Kader Pemula: yaitu santri kelas satu sampai empat Kullliyatul Mu'allimin al-Islamiyyah (KMI). Kader pemula ini diberi tugas dari ha!
terkecil hingga terbesar, seperti piket asrama, pike! malam -piket malam pada hakikatnya bukan untuk pondok, karena kalu hanya untuk menjaga pondok, maka Pak Kyai cukup menyewa Jagoan untuk menjaga pondokkerja bakti, danl ain sebagainya. b. Kader Menengah: yaitu kelas lima sampai enam KMI. Kader yang bisa ditingkatkan lagi untok menjadi pemimpin yang benar dan baik mulai kelas lima, diberi bermacam-macam togas memimpin, seperti menjadi pengurus konsulat daerahnya, pengurus rayon, Pembina pramuka, Pembina di klub-klub olahraga, dan lain sebaginya. Kelas enam diberi bermacammacam togas memimpin, menjadi pengurus Organisasi Pelajar Pondok Modern (OPPM), pengurus keamanan, pengurus koperasi dapur, pengurus koperasi pelajar, pengurus koordinator gerakan pramuka, pengurus bersih lingkungan, pengurus photocopy, mengajar pelajaran sore, mengawas muhadharah, dan lain sebagainya.
c. Kader Atas: yaito para Guru KMI 15 yang telah lulus dari KM! dan meneruskan di Institot Stodi Islam Darussalam. Kader atas diberi togas bermacam-macam, seperti memimpn santri, mendidik santri, mengajar santri, mengawas santri, mengelola toko buku, mengelola slep, mengelola dapur, mengelola yayasan, dan lain sebagainya. Di samping ito kader atas juga belajar atau kuliah di lnstitot Studi Islam Darussalam.
15
Seluruh guru di KM! adalah alumni KM! PMDG, (Wardun, Warta Dunia Pondok Modern Danissa/am Gontor, 1428/2007, Vol.60, No.I, Sya'ban 1428, hal. 3)
66
d. Kader Inti: yaitu kader yang menyatakan dirinya untuk menjadi kader Pondok Modern Darussalam Gontor, jumlah kader inti sebanyak 30 orang. Kader inti ini selanjutnya ada yang dikirim ke luar negeri untuk melanjutkan studinya. Kader-kader inti ini diberi pengarahan-pengarahan, diberi bermacam-macam tugas, seperti memimpin pondok pesantren cabang Gontor, mengasuh santri, mengurus keuangan pondok pesantren, mengontrol pesantren. Kader-kader inti ini juga diadakan bermacammacam kegiatan, penugasan-penugasan. Kader inti disekolahkan untuk melanjutkan studinya di dalam maupun luar negeri. Diharapkan kader inti ini mengerti nilai dan sistem. Dari nilai dan sistem ini, kader inti dapat menyamakan persepsi dengan cita-cita Gontor. Kader inti ini sering diadakan pertemuan-pertemuan antara para kader inti yang diadakan setiap senulan sekali. Pola secara keseluruhan inilah yang sebenarnya kaderisasi 2. Pendekatan Sistem dan Pola kaderisasi KH Imam Zarkasyi: 16 a. Pendekatan
manusiawi
atau
personal:
kader-kader itu diasuh,
diperhatikan dinasehati, di-support, dibina, dimarahi. Pendekatan ini melalui guidance conseling, guru konsulat, pengasuhan santri, wali kelas, dan sebagainya. Kader menengah lebih banyak berurusan dengan pengasuhan santri, guru, santri-santri. Dengan pak Kyai diajak pergi, diajak makan di rumahnya, dan lain sebagainya. Tidak cukup hanya dengan pendekatan manusiawi atau personal, maka dibutuhkan pendekatan program;
16
Wawancara pribadi bersama KH A.Syukri Zarkasyi, 7 februari 2008.
67
b. Pendekatan Program: kader-kader itu diberi bennacarn-macam tugassemua yang dikerjakan bani adarn dimuka bumi ini untuk dirinya kecuali puasa, puasa khusus untuk Allah swt dan Allah juga !ah yang memberikan imbalannya-semua tugas-tugas yang diberikan kepadanya untuk dirinya, semua tugas sampai piket malam untuk dirinya,
bukan hanya
mengarnankan pondok, kalau sekedar mengamankan pondok, panggil jagoan saja, sudah arnan, tapi itu seluruhnya untuk mendidik, untuk mengkader. Kader-kader itu diberi tugas, tugas-tugas itu merupakan pendidikan. Pendidikan adalah penugasan juga, ahimya kader-kader itu terbiasa dengan tugas-tugasnya. Pendidikan adalah penugasan, pendidikan adalah kebiasaan, pendidikan adalah pengajaran, pendidikan adalah pengabdian. Kader-kader itu dilatih kesabaran, sabar menghadapi kawan, sabar menghadapi caci maki, hingga daya tahannya akan kuat. Seluruh kehidupan dilatih di Pondok Modem Darussalam Gontor, seperti latihan bennasyarakat, karena masyarakat Gontor itulah tempat latihanya. Bisa dikatakan Pondok Modem Darussalam dengan almadrasatu mujtama'un saghir artinya sekolah atau lemabaga pendidikan itu adalah masyarakat
yang kecil, yang bisa untuk belajar kemasyarakatan, sebab tidak mesti harus ke karnpung (di Gontor, santri berhubungan dengan masyarkat sekitar dilarang), sebab jika santri berhubungan dengan masyarakat kampung sekitar Gontor, maka santri tidak disiplin dan santrinya pun akan rusak. c. Pendekatan Ideal: seorang pemimpin harus mempunyai idealisme yang tinggi, sebab kebesaran seseorang akan dilihat dari idealismenya. Seperti
68
Soekamo, Soeharto , Habibie, M. Natsir adalah contoh pemimpin yang mempunyai idealisme yang tinggi. Kader-kader dibina agar tumbuh idealismenya. Kader-kader diberi tugas-tugas agar tumbuh idealismenya, mengerjakan tugas-tugas tersebut denga sungguh-sungguh agar hasilnya memuaskan. Maka dengan sendirinya, idealisme akan tumbuh ketika tugas-tugas itu dikerjakan dengan penuh ikhlas dan cita-cita yang tinggi. Jadi, manusia jangan hanya memikirkan dirinya sendiri atau dirinya dan keluargannya, sebab jika demikian ia tidak lebih baik dari 'kambing'. Semua pendekatan ini diterapkan dalam bentuk bennacam-macam. Pertama kali anak kelas satu dan dua dengan pendekatan-pendekatan manusiawi seperti wali kelas, guru konsulat dengan pembinaan dan bimbingan. Ini semua dengan aturan yang jelas yang sudah ditentukan oleh peraturan Pondok Modem Darussalam Gontor. Tidak seluruhnya langsung ditangani oleh kyai, ini dimaksudkan agar semua manusia yang ada di Pondok Modern Darussalam Gontor dapat mendidik dan terdidik. Seperti guru-guru konsulat dan lain sebagainya, mereka ikut terdidik dengan mendidik para santrinya, mendidik para anggotanya. Pendekatan-pendekatan ini, tentunya dengan penuh kesadaran dan keikhlasan, yang kemudian dijabarkan dalam bentuk penugasan, pengajaran, pembiasaan disiplin, pembiasaan bergaul atau berteman dengan siapa pun, pembiasaan berkreasi, pembiasaan bekerja keras, dan pembiasaan agar tetap survive.
Pertama kali pendekatan-pendekatan program ini memang seperti memaksa, namun lama-kelamaan akan terbiasa. Kader-kader itu suatu saat akan
70
Begitu pun KH Imam Zarkasyi, walaupun sudah tiada, namun jasa-jasanya tetap ada hingga sekarang. Ini terlihat dengan adanya Pondok Modem Darussalam Gontor yang tetap eksis yang ia dirikan bersama dua saudaranya. Maka KH Imam Zarkasyi berwasiat agar dakwah tidak berhenti ketika seorang dai meninggal dunia. Seorang dai harus mempersiapkan pengganti atau kader yang akan meneruskan perjalanan dakwahnya. Hal ini dengan tujuan agar dakwah tetap berjalan hingga kapan pun dan tidak berhenti di tengah jalan. KH Imam Zarkasyi bukan hanya berdakwah, menyusun strategi dakwah, namun KH Imam Zarkasyi lebih dari itu, ia menyiapkan sebanyak-banyaknya da'i untuk diterjunkan di mana saja. Kaderkader itu bukan saja menjadi da'i, tapi juga menjadi pemimpin-pemimpin17 umat untuk meneruskan ajaran-ajaran Nabi Muhammad saw. dengan tujuan li'ilahi kalimatillah atau untuk mempertinggi kalimat Allah, dengan kata lain itulah
dakwah KH Imam Zarkasyi.
17
Sesuai dengan visi Pondok Modem Darussalam Gontor, yaitu Sebagai lembaga pendidikan Islam yang mencetak kader-kader pemimpin ummat, menjadi tempat ibadah dan sumber ibnu pengetahuan agama dan umum dengan tetap berjiwa pesantren, dalam buku (Abdullah Syukri Zarkasyi, MA, Pengembangan Pendidikan Pesantren di Era Otonomi Pendidikan: Pengalaman Pondok Modern Darussalam Gontor, Pidato Penerimaan Gelar Doktor Honoris Causa dalam bidang Pendidikan Islam, UlN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2005, ha!. 38) hal ini terbukti dengan adanya alumni yang berhasil seperti Idham Kholid, Nurcholish Madjid, Hasyim Muzadi, Dien Syamsuddin, Hidayat Nurwahid dalam majalah Hidayah ("KH Imam Zarkasyi, Peneetus Sistem Pendidikan di Bumi Gontor" Majalah Hidayah, April 2006, Edisi 57, hal.117.)
BABV
PENVTUP A. Kesimpulan I. Pemikiran dakwah menurut KH Imam Zarkasyi adalah usaha untuk mengajak manusia kepada jalan yang diridhai oleh Allah SWT, di mana pun, dalam sitm1si apa pyn, dan kepada siapa p!ln. Dakwah jyga dapat diartikan dengan menanamkan nilai-nilai keislaman kepada umat manusia. Dalam berdakwah, menurut KH Imam Zarkasyi, seorang da'i harus mengetahui latar bel!1kang masyarakat yang akan dituju. Seorang da'i terlebih dahulu menemui salah seorang yang berpengaruh atau terpandang ditempat yang akan dituju. Hal ini bertujuan agar da'i mengetahui karakter, kebiasaan dan adat istiadat di tempat yang akan dituju. 2. Pola kaderisasi Kaderisasi KH Imam Zarkasyi dibagi menjadi empat: (I) Kader Pemula, (2) Kader Menengah, (3) Kader Atas, dan (4) Kader Inti, Sedangkan kederisasi yang dilakukan KH Imam Zarkasyi dengan beberapa pendekatan; (I) Pendekatan Manusiawi ata!l Pribadi, (2) Pendekatan Program, dan (3) Pendekatan Ideal. Pola dan pendekatan kaderisasi ini dilakukan bersamaan dengan asas pondok modem yakni panca jiwa, motto, panca jangka dan lainnya. Jadi, satu dengan yang lainnya saling berkaitan erat dan tidak dapat dipisahkan satu persatu. 3. Hubungan antara pemikiran dakwah dan pola kaderisasi KH Imam Zarkasyi adalah agar dakwah tidak berhenti saat da'i meninggal dunia, maka KH Imam Zarkasyi melakukan kaderisasi. Hal ini dengan tujuan agar dakwah tetap berjalan hingga kapan pun dan tidak berhenti di tengah jalan. KH Imam
72
Zarkasyi bukan hanya berdakwah dan menyusun strategi dakwah, namun KH Imam Zarkasyi lebih dari itu, ia menyiapkan sebanyak-banyaknya da'i untuk diterjunkan di mana saja. Kader-kader itu bukan saja menjadi da'i, tapi juga menjadi pemimpin-pemimpin umat untuk meneruskan ajaran-ajaran Nabi Muhammad saw. dengan tujuan li'ilahi kalimatillah atau untuk mempertinggi kalimat Allah, dengan kata lain itulah dakwah KH Imam Zarkasyi. B. Saran-saran I. Untuk Pondok Modern Damssalam agar menjaga nilai-nilai yang telah
diterapkan oleh Trimurti Pondok Modern Darussalam Gontor. Nilai-nilai yang luhur itu harus tetap dijaga dan dilestarikan agar dakwah dan kaderisasi yang dilakukan di Pondok Modern Damssalam Gontor tetap berjalan dan menghasilkan insan-insan berkualitas agar terciptanya generasi khoiru ummah. 2. Untuk peneliti selanjutnya dalam tema yang sama agar lebih komprehenship lagi. Banyak ha! yang belum terungkap dalam pelbagai ha! tentang KH Imam Zarkasyi.
DAFTAR PUSTAKA
Anshary, M. Isa, KH, Mujahid Dakwah, CV Dipendogoro, Bandung, cet.ke-IV, 1991 Atha, . Muhanunad Mustafa, Prof., Sejarah Dakwah Islam, Alih bahasa: Drs. HM Asywadie Syukur, Le., PT Bina Ilmu, Surabaya, cet.ke-1, 1982 Bachtiar, Wardi, Dr., Metodologi Penelitian I/mu Dakwah, Logos, Ciputat, Cet.ke-1, 1997 Baihaqi, MIF, Ensiklopedi Tokoh Pendidikan; dari Abendanon hingga KH Imam Zarkasyi, Penerbit Nuansa, Bandung, 2007, cet.ke-1 al-Barry, M. Dahlan, dan Yacub, L. Lya Sofyan, Kamus Induk Istilah Ilmiah; Seri Intelektual, TargetPress, Surabaya, 2003 Barthos, Basir, Drs., Manajemen Sumber Daya Manusia, Suatu Pendekatan Makro, Penerbit Bumi Aksara, Jakarta, 2004, cet.ke-7 Biografi KH Imam Zarkasyi di Mata Umat, Gontor Press, Ponorogo, 1996, cet.ke1.
Castles, Lance "Gontor: Sebuah Catatan Lama tentang Sekolah Islam" dalam Biografi KH Imam Zarkasyi di Mata Umat, Gontor Press, Ponorogo, 1996, cet.ke-1, Cholid, Idham Dr. KH, "Beliau Kyai Ilmy dan Adaby" dalam Biografi KH Imam Zarkasyi di Mata Umat, Gontor Press, Ponorogo, 1996, cet.ke-1 Dja'far, Hamam, K.H., "Beliau Tokoh Spiritual" dalam Biografi KH Imam Zarkasyi di Mata Umat, Gontor Press, Ponorogo, 1996, cet.ke-1 Fadhlullah, Muhammad Husain, Metodologi Dakwah al-Qur'an; Pegangan bagi Para Aktivis, Penerbit Lentera, Jakarta, Cet.ke- I, 1997 Fannani, R. Z. dan Zarkasyi, R., Senjata Penganjur dan Pemimpin Islam, Boekhandel TRIMURTI, Gontor, Ponorogo, Cet. Ke-3, tt., Baikal, H Dr.. "Percikan Pemikiran KH Imam Zarkasyi sebagai Pendidik Teladan yang Dilupakan" dalam Biografi KH Imam Zarkasyi di Mata Umat, Gontor Press, Ponorogo, 1996, cet.ke-1, Ihsan, Nur Hadi, Drs. MA, Hakim, Muhammad Akrimul dan Al-Banna, Ahmad Hasan, Profil Pondok Modem Darussalam Gontor Ponorogo Jawa Timur Indonesia, Penerbit Pondok Modem Darussalam Gontor, Edisi ke-2, 2006,
Madjid, Nurcholish, Islam Doktrin dan Peradaban; Sebuah Telaah Kritis tentang Masalah Keimanan, Kemanusiaan dan Kemodernan, Yayasan Wakaf Paramadina, Jakarta, 2000, cet.ke-4 Mahmud, Ali Abdul Halim, Prof. Dr, Dakwah Fardiyah; Metode Membentuk Pribadi Muslim, Penerjemah Drs. As'ad Yasin, Gema Insani Press, Jakarta, cet.ke-1, 1995. Murtadlo, Ali, H. " Gontor Masa Lampau dan KH Imam Zarkasyi sebagai Figur Pengajamya" dalam Biografi KH Imam Zarkasyi di Mata Umat, Gontor Press, Ponorogo, 1996, cet.ke-1 Munawir, Narson, Kamus al-Munawir, Pustaka Progresif, Pustaka Progresif, Yogyakarta, 1994 Munir, M. dan Ilaihi, Wahyu, Manajemen Dakwah, rahmat Semesta dan Prenada Media Kencana, Jakarta, 2006, cet.ke-1 Natsir, M., Fiqhud Da'wah; Jejak Risa/ah dan Dasar-dasar Dakwah, Yayasan kesejahteraan Pemuda Islam, Surakarta, Cet.ke-7, 1987 Omar, Toha Yahya, I/mu Da'wah, Penerbit Widjaya, Jakarta, Cet. Ke-5, 1992, Partanto, Pius A, dan Al-Barry M. Dahlan, Kamus Ilmiah Populer, Arko la, Surabaya, 1994 Pimpinan Pondok Modem Gontor, Kuliah Umum Babak II tentang Kepondok Modernan di Pondok Modern Darussalam Gontor I, 19 Dzulqa'dah 1427 H/10 Desember2006. (Slide) Praja, Juhaya S., Filsafat dan Metodologi Ilmu dalam Islam dan Penerapannya di Indonesia, al-Qur'an dan Terjemahnya, hadiah dari Khadim al Haramain asy Syarifain Raja Fahd ibn 'Abd al 'Aziz al Sa'ud. Schuler, Randell S., Jackson, Susan E., 1997, Manajemen Sumber Daya Manusia Menghadapi Abad ke-21 Edisi Enam Ji/id I, Penerbit Erlangga, Jakarta, hal.I Steenbink, Karel A., "almarhum yang Mukarram Pak Zarkasyi Seorang Pragmatikus dalam Pembinaan Pesantren" dalam Biografi KH Imam Zarkasyi di Mata Umat, Gontor Press, Ponorogo, 1996, cet.ke-1, Sukriyono, "Filsafat Dakwah" dalam Andy Dermawan, dkk, ed., Metodologi Ilmu Dakwah, LESFI, Yogyakarta, 2002, cet.ke-1
Suparta, Munzier, H Drs.M.A., H Harjani Hefni, Le. M.A., (editor), 2006, Metode Dakwah, Rahmat Semesta, Prenada Media, Jakarta, Cet.ke-2
Taher, Tarmizi, Dr. dkk, Pemikiran dan Peljuangan Mohammad Natsir, Pustaka Firdaus, Jakarta, cet.ke-1, 1996. Umar, Toha Yahya, Prof MA., I/mu Da'wah, Penerbit Wijaya, Jakarta, cet.ke-5, 1992, Wardun, Warta Dunia Pondok Modern Darussalam Gontor, 1428/2007, Vol.60, No.I, Sya'ban 1428 Yunus, Mahmud, H. Prof., Sejarah pendidikan Islam di Indonesia, Penerbit Mutiara Sumber Widya, Jakarta, 1992, cet.ke-3, Zarkasyi, KR. Abdullah Syukri, MA, Pengembangan Pendidikan Pesantren di Era Otonomi Pendidikan: Pengalaman Pondok Modern Darussalam Gontor, Pidato Penerimaan Gelar Doktor Honoris Causa dalam bidang Pendidikan Islam, UIN SyarifHidayatullah Jakarta, 2005 --~
Gontor dan Pembaharuan Pendidikan Pesantren, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta, Cet.ke-1, 2005, ha!. I 04-105 dan Pimpinan Pondok Modern Gontor, Kuliah Umum Babak II tentang Kepondok Modernan di Pondok Modern Darussalam Gontor I, 19 Dzulqa'dah 1427 HI! 0 Desember 2006. (Slide)
- - -,
Manqjemen Pesantren; Pengalaman Pondok Modern Gontor, Trimurti Press, 2005, cet. Ke- I,
Majalah, Majalah Hidayah, April 2006, Edisi 57 "KR Imam Zarkasyi, Pencetus Sistem Pendidikan di Bumi Gontor"
DEPARTEMEN AGAMA UNIVERSIT AS ISLAM NEGERI SY ARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI. Telp: 7432728
JI. Ir. H. Juanda No. 95 Ciputat 15412
Nomor Lampiran Perihal
: Un.01/FSl/KM.01.3/ : 1 (satu) bundel : Bimbingan Skripsi
/2007
Jakarta, 11 Desember 2007
Kepada Yth. Dr. H. Idris A. Shomad Dasen Fakultas Dak.wah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Assalamualaikum Wr. Wb. Bersama ini kami kirimkan kepada Bapak sebuah out line skripsi yang diajukan oleh mahasiswa Fakultas Dakwan dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sebagai berikut,
Nama Nomor Pokok Jurusan I Semester Program Judul Skripsi
: Deden Mauli Darajat : 104051001746 : Komunikasi dan Penyiaran Islam I Vil : S1 : Paradigma D.akwan K.H Imam Zarkasyi
Penuh harapan kami kiranya Bapak bersedia untuk membimbing mahasiswa tersebut dalam penyusunan dan penyelesaian skripsinya dalam waktu yang tidak terlalu lama. · Atas perhatian dan kesediaan Bapak kami sampaikan terimakasih. Wassa/amuaiaikum Wr. Wb.
•
Tembusan 1. · Dekan 2. Ketua Jurusan KPI Fakultas Dakwah dan Komunikasi
DEP ARTEMEN AGAMA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF IDDAYATULLAH JAKARTA FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI JI. Ir. H. Juauda No. 95 Ciputat 15412
Nomor Lampiran Perihal
: Ft51/KM.04/ IU\ /1/2008 : 1 (satu) bundel : Penelitian/Wawancara
Telp: 7432728
Jakarta, 21 Januari 2008
Kepada Yth. Pimpinan Pondok Modern Gontor Di ..... . Tempat
Assalamualaikum Wr. Wb. Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta menerangkan bahwa:
Nama Nomor Pokok Jurusan I Semester Program
: Deden Mauli Darajat : 104051001746 : Komunikasi dan Penyiaran Islam I VII : S1
bermaksud melaksanakan penelitian/wawancara untuk bahan penulisan skripsi yang berjudul: Paradigma Dakwah dan Pola Kaderisasi K.H Imam Zarkasyi Untuk melengkapi data yang berkaitan dengan judul skripsi di atas, kami memohon kepada Bapak kiranya dapat menerima mahasiswa kami tersebut untuk melaksanakan penelitian/wawancara. Atas perhatian dan kesediaan Bapak kami sampaikan terimakasih. Wassa/amualaikum Wr. Wb.
Tembusan 1. Pembantu Dekan I 2. Ketua Jurusan KPI Fakultas Dakwah dan Komunikasi
~ALAI
jyJfi' ~"').
PENDIDIKAN
)K MODERN DARUSSALAM
,,J\)I.~ ~
~.,\)..\ ;;....~ 'jl
W
l'OR- PONOROGO - INDONESIA
J.\l! -
ft'JJY) -
SURAT KETERANGAN No: 62/PM-11111/1429 Yang bertanda tangan di bawah ini, Pimpinan Pondok Modern Darussalam Gontor Ponorogo, menerangkan dengan sebenarnya bahwa: Nama NIM Program Studi Fakultas
: Deden Mauli Darajat : 104051001746 : Komunikasi dan Penyiaran Islam : Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Telah selesai mengadakan penelitian/wawancara dengan judul "Pemikiran Dakwah dan Pola Kaderisasi KH. Imam Zarkasyi". Demikian surat keterangan ini kami buat, agar menjadi maklum bagi yang berkepentingan dan dapat dipergunakan di mana perlu.
Gontor, 10 Maret 2008 4 R. Awai 1429
Pimpinan Pondok Modern Darussalam Genter Ponorogo
'
4..rU JJ"ifa.
Lampiran I.
Darft wawancara Deden Manti Darajat bersama Dr KH Abdnllah Synkri Zarkasyi, MA, (pimpinan Pondok Modern Darussalam Gontor, pntera pertama KH Imam Zarkasyi), kamis 7 Ferbrnarti 2008, pnkul 19.00-20.00 wib, di Gontor-Ponorogo:
Penulis: Bagaimana Pola Kaderisasi KH Imam Zarkasyi? Dr. KH Abdullah Syukrl Zarkasyi MA: Ada Kader Pemula: yaitu santri kelas satu sampai tiga Kullliyatul Mu'allimin al-Islamiyyall (KMI). Kader pemula ini diberi tugas dari ha! terkecil hingga terbesar, seperti piket asrama, piket malam, piket malam pada hakikatnya bukan untuk pondok, karena kalau hanya untuk menjaga pondok, maka Pak Kyai cukup menyewa Jagoan untuk menjaga pondok, kerja bakti, dan lain sebagainya. Kader Menengall: yaitu kelas lima sampai enam KMI. Kader yang bisa
ditingkatkan lagi untuk menjadi pemimpin yang benar dan baik mulai kelas Hrna, diberi bermacam-macam tugas memimpin, seperti menjadi pengurus konsulat daerahnya, pengurus rayon, Pembina pramuka, Pembina di klub-klub olahraga, dan lain sebaginya. Kelas enam diberi bermacam-macam tugas memimpin, menjadi pengurus Organisasi Pelajar Pondok Modem (OPPM), pengurus keamanan, pengurus koperasi dapur, pengurus koperasi pelajar, pengurus koordinator gerakan pramuka, pengurus bersih lingkungan, pengurus photocopy, mengajar pelajaran sore, mengawas muhadharah, dan lain sebagainya. Kader Atas: yaitu para Guru KM! yang telah lulus dari KM! dan
meneruskan di lnstitut Studi Islam Darussalam. Kader atas diberi tugas bermacam-macam, seperti memimpn santri, mendidik santri, mengajar santri, mengawas santri, mengelola toko buku, mengelola slep, mengelola dapur, mengelola yayasan, dan lain sebagainya. Di samping itu kader atas juga belajar atau kuliah di !nstitut Studi Islam Darussalam. Kader Inti: yaitu kader yang menyatakan dirinya untuk menjadi kader
Pondok Modern Darussalam Gontor, jumlah kader inti sebanyak 30 orang. Kader
inti ini selanjutnya ada yang dikirim ke luar negeri untuk melanjutkan studinya. Kader-kader inti ini diberi pengarahan-pengarahan, diberi bermacam-macam tugas, seperti memimpin pondok pesantren cabang Gontor, mengasuh santri, mengurus keuangan pondok pesantren, mengontrol pesantren. Kader-kader inti ini juga diadakan bermacam-macam kegiatan, penugasan-penugasan. Kader inti disekolahkan untuk melanjutkan studinya di dalam maupun luar negeri. Diharapkan kader inti ini mengerti nilai dan sistem. Dari nilai dan sistem ini, kader inti dapat menyamakan persepsi dengan cita-cita Gontor. Kader inti ini sering diadakan pertemuan-pertemuan antara para kader inti yang diadakan setiap sebulan sekali. Pola secara keseluruhan inilah yang sebenarnya kaderisasi Maka di Gontor ini, yang stlesh dari pendidikan ini adalah mental attitude, pendidikan mental. Pendidikan mental itu digabungkanldiurungkan. Di sini dikatakan pendidikan itu lebih diperhatikan dari pada pengajaran. Sehingga mental attitude yang baik akan lebih bisa belajar dari pada yang mentalnya lemah. Kalau bisa dua-duanya, mental attitudenya baik, keilmuannya juga baik, dsb. Tapi kita, tidak, pendidikan lebih utama dari pada pengajaran. Dari sini maka pola dan sistem pendidikan di Gontor ini sangat berbeda dengan di luar, orientasi pendidikan kita jelas kemasyarakatan, tidak berpartai, pendidikan mental attitude, ditambah lagi dengan moralitas, yaitu bergerak bagaimana
bermasyarakat,
bagaimana
bergaul,
bagaimana
ber-ukhuwah
islamiyah, Maka panca jiwa itu mewamai seluruh pola pendidikan kita di gontor
ini, Kekurangan dari pemerintah itu orientasi pendidikannya untuk mencari pekerjaan dan mencari ijazah, dari sini maka apa itu namanya, wujud dari pada basil pendidikan Indonesia ya kaya gini ini, ahimya setelah selesai, (dan seperti apa yang saya katakana di masjid atiq, -seperti biasa pa syukri memberi tausyiah ba'da maghrib untuk para guru dan wali murid yang shalat maghrib beljamaah di masjid atiq-), mereka kemasyarakatan juga canggung, cari kerjaan juga gak
dapat, dan mau apa mereka itu, inilah pengangguran terjadi dimana-mana karena pola pendidikan kita masih lemah. Seluruhnya ini ikut mewamai kader, warna kader itu ada sendiri, karena kita gembleng karakter building, pembinaan karakter, dan mental sedemikian
rupa, otomatis karakter anak gomtor ini sangat berbeda, atau mempunyai karakteristik tersendiri, Dr. KH Abdullah Syukri Zarkasyi, MA sambil menyetir mobil dan bertanyapada penulis,, Dr. KH Abdullah Syukri Zarkasyi, MA: mengapa anak-anak itu rameiramei pergi kesana? dari mana anak-anak ini? Penulis: dari wartel pa., Dr. KH Abdullah Syukri Zarkasyi, MA bertanya lagi: dari wartel, kenapa ke wartel? Penulis: mungkin nelpon, Dr. KH Abdullah Syukri Zarkasyi, MA: ya pasti nelpon, tapi mengapa dia nelpon? Ya .. saya seorang kiai, saya kan hams tau mengapa mereka demikian, mereka nelepon rumah, kalau dalam tempo seminggu lagi tidak bayar mereka tidak bisa ujian, Jadi seperti begini nih, saya sebagai seorang kiai hams menguasai permasalahan, sehingga keadaan itu terkendali, semuanya pada disiplin. Jadi, sistem kaderisasi di gontor, adalah memakai sistem pendekatan-pendekatan, l. Pendekatan Manusiawi: diasuh, diperhatikan, dinasehati, di-support dibina,
dimarahi, pendekatan personal, ada guidance conselling, guru konsulat, ada pengasuhan, ada wali kelas, dsb, meningkat sedikit kelas lima urusannya dengan pengasuhan urusannya lebih banyak, guru, murid, dan lain-lain. Dengan saya dengan apa ..saya ajak pergi, saya ajak makan di rumah, itu semua pendekatan personal. Tidak cukup dengan pendekatan personal, harus ada pendekatan program 2. Pendekatan Program, kasih dia tugas-tugas, semua yang dikerjakan bani adam ini untuk dirinya kecuali puasa; sehingga tugas-tugas yang diberikan kepadanya untuk dirinya, semua tugas sampai bulis malam untuk dirinya, bukan hanya sekedar mengamankan pondok,
kalau hanya sekedar
mengamankan pondok, saya kasih tigajagoan saja, sudah aman pondok ... tapi itu seluruhnya untuk mendidik, dan kita kasih tugas, tugas itu merupakan pendidikan. Pendidikan adalah penugasan juga, terns kemudian, ahirnya dia terbiasa dengan tugas-tugas itu ... pendidikan adalah penugasan, pendidikan
adalah kebiasaan, pendidikan adalah pengajaran, pendidikan adalah pengabdian, dilatih kesabaran, sabar menghadapi kawan, sabar menghadapi caci maki, daya tahannya juga akan kuat. Dilatih seluruhnya di Gontor.. maka latihan bermasyarakat ada di Gontor itu, karena, masyarakat Gontor itulah tempat latihannya bisa dikatakan almadrasatu mujtama'un saghir artinya sekolah atau lemabaga pendidikan itu adalah masyarakat yang kecil, yang bisa untuk belajar kemasyarakatan, tidak mesti hams ke kampung (di Gontor, santri bergaul dengan masyarkat sekitar dilarang), orang kampung, tidak, belajar bergaul dengan manusia, kalau ke orang kampung kan santri kita malah rusak,. 3. Pendekatan Ideal, seorang pemimpn harus mempunyai idealisme yang tinggi, kebesaran seseorang itu dilihat dari idealismenya, apa idealisme? Pak Harto itu orang besar, orang idealis itu, Habibie itu pemimpin, Sukarno itu pemimpin, Pak Natsir itu juga pemimpin, dia mempunyai idealisme yang tinggi, maka para kader ini perlu dibina untuk tumbuh idealismenya, jangan hanya sekedar punya anak, punya kerja punya rumah, kalau hanya sekedar begitu kan sama dengan kambing, kambing dikali kambing sama dengan kambing, seribu kambing juga tetap aja kambing, seratus tahun yang akan datang juga akan tetap kambing, makomnya makom kambing, inilah yang mewamai dari pada kader semua ini diterapkan dalam bentuk bermacam-macam, pertama kali anak kelas satu dua dengan pendekatan-pendekatan dengan manusia-manusia seperti wali kelas, guru konsulat, dibina, dibimbing, gitu kan ..itu ada aturannya, sudah diatur sedemikian rupa, jadi tidak langsung ke kiai saja, dan semua mendidik dan terdidik, guru-guru konsulat juga ikut terdidik, karena mereka juga mendidik para santrinya, mendidik anggotanya, tentunya dengan penuh ikhlas. Kemudian dengan pendidikan seperti gitu, kemudian dijabarkan dalam bentuk penugasan-penugasan, dijabarkan dalam bentuk pengajaran wali kelas, diajabarkan dalam bentuk pembiasaan, dia biasakan disiplin, dibiasakan bisa bergaul dengan ini dan sebagainya, dibiasakan berkreasi, dibiasakan bekerja keras, anak-anak itu kan kerja keras, ya, kalo dihitung dengan di luar kamu, saya yak.in kamu sebagai
Dengan pola dan sistem pendidikan di Gontor ini, dengan kaderisasi seperti itu, mampu gak alumni-alumni bersaing dengan yang lain, untuk mengukur keberhasilan sistem, harus diukur dan dibandingkan dengan yang lain, Gontor kan masih tetap eksis, dibandingakan dengan pondok pesantren yang lain, secara nilai secara system. Kemampuan Gontor diuji dalam segala zaman, dengan pengalaman Gontor yang sedemikian rupa, jadi Gontor tetap eksis. Eksistensi inilah, pola dan sistem Gontor teruji, meskipun semua ini tergantung pada pemimpinnya, maka sistem itu tidak tergantung pada sistem tapi tergantung kepada orang-orangnya juga. Maka untuk melaksanakan dan eksistensi sistem, nilai, dsb di gontor ini, diperlukan 1. Bimbingan
2. Pelaksana-pelaksana dan itulah kader-kader. Pendidikan kader-kader di Gontor. Ade kader kelas 1, 2, 3 ada juga kader kelas 4, 5, 6, ada juga kader guruguru, ada pula kader-kader inti. Kader-kader inti ini, dikasih bermacam-macam tugas, disuruh pimpin pondok pesantren cabang, pengarahan-pengarahan di masjid. Maka, yang inti kader tadi ini, diadakan bermacam-macam kegiatan, penugasan-penugasan, ada ngurus tamu, ada ngasuh santri, ada yang megang berapa milyar, suruh ngontrol, kontrol pondok pesantren ini, kontrol pondok pesantren sana, suatu saat dia pergi ke Mesir, dia sekolah ke Pakistan, dan sebagainya. Inilah kader-kader inti, diharapkan dia mengerti nilai dan sistem, dan dari nilai dan sistem ini, dia akan bisa menyamakan persepsi, dengan cita-cita Gontor dan sebagainya. Sering diadakan pertemuan-pertemuan antara kader-kader inti, kalau di Gontor kan saya pertemukan, kita mempunyai 30 orang kader inti, selalu sebulan sekali kita adakan pertemuan, kita arahkan kita adakan dialog, 30 orang kader itu macam-macam yaitu yang sudah kader dan menandatangani dan menyatakan dirinya kader gontor. Yaitulah yang kita bina hidup, kita bina macam-macamnya, satu kita carikan istri, satu kita suruh kuliah, sampai ia melanjutkan ke doktor, ke S2, tapi pengertian dan tugas-tugas pondok, kita arahkan dan kita evaluasi. Itu penugasan-penugasan, terns pembiasaan-pembiasaan, biasakan kerja keras, eek
kontrol, kaya tadi bubarkan semua pembangunan, pembangunan pondok untuk sementara tutup dulu, lain dievaluasi.
Penulis: kaderisasi dengan pelatihan sumber daya manusia apakah sama? Dr. KH Abdullah Syukri Zarkasyi, MA: bukan pelatihan begitu, kita langsung ke lapangan dan eek langsung, ndak masuk iu kalau hanya dikelas, Penulis: ke pemikiran dakwah, bagaimana Pemikiran Dakwah KH Imam Zarkasyi? Dr. KH Abdullah Syukri Zarkasyi, MA: Gontor sebagai lembaga pendidikan itu sendriri sudah berdakwah, anak-anak gontor ditugaskan kemanamana untuk berdakwah, mereka mengajar mendidik itujuga berdakwah, dakwah itu juga bukan ngomong saja, dakwah itu harus kompherenship, dengan gerakangerakan pendidikan, gerakan pengajaran, gerakan ini, itu dan sebagainya, dan harus begitu dakwah itu, gak hanya dari mimbar ke mimbar. Maka lembaga pendidikan gontor itu sendri sudah berdakwah, dan
alumni-alumni disuruh
mendirikan pesantren di seluruh Indonesia, jumlahnya 211 gitu, itu dakwah, semuanya lean dakwah, Nah, yang lain kan, kita mendirikan lembaga-Iembaga pendidikan, langgar langgar di seantero kabupaten Ponorogo, seperti Islamic center, mendirikan ratusan masjid dan langgar, dan ratusan TPA-TPA, Ponsok Pesantren, SMA, Tsanawiyah, Aliyah, kita dirikan, ikut mendirikan, bersama masyarakat, di Ponorogo sampai Magetan, sampai di Ngawi, maka tamu saya lima sampai tujuh ribu sehari dari basil binaan tadi, Belum lagi berdakwah kapada warok-warok, jawara-jawara di ponorogo, masyarakat desa Gontor adakan pertemuan sebulan sekali, kita berikan arahan kepada mereka, kepada pekerja-pekerja dan sebagainya. Saya: pendekatan kepada warok Ponorogo seperti apa: Pak Syukri: ya kita deketi, kita kasih nasehat, kita arahkan, kita dirikan masjid depan rumahnya, jadi pendekatan-pendekatan bermacam cara, dengan mendirikan masjid dan lembaga pendidikan, kita arahkan untuk haji dan umrah, kita jadikan kepala desa, kita ikut campur dalam menjadikan mereka kepala desa, banyak diantara mereka yang jadi kepala desa,
Nah, dari sini dakwah kita sedemikian rupa, itu semenjak zaman ayah saya, saya teruskan, mungkin saya masih muda banyak kegiatan dan jaringan kerja sehingga lebih banyak yang bisa kita kerjakan. Dari sini, Gontor berdakwah radius I 0 kilomerter, sekitar Gontor Ponorogo, Madiun, Magetan, disamping itu seluruh Indonesia, dengan cara kita mendirikan lembaga-lembaga pendidikan, dan anak-anak gontor di mana-mana juga ikut berdakwah, jadi kita membuat da'i-da'i, kita membuat pemimpin-pemimpin, dalam rangka juga berdakwah, ini semua cara dakwah ayah saya, terus saya teruskan.
BIODATA PENULIS : Deden Mauli Darajat
Nama
Tempat tanggal lahir: Rangkasbitung, 20 Desember 1983 Alamat
: Jl. Jed. A. Yani No. 21 Kp. Rancasema Rt.2/01 Rangkasbitung Lebak Banten
Email
:
[email protected]/
[email protected]
No. Telp./ Hp
:0252-202622,085697484074
Pendidikan 1. SDN MCB II Komp. Multatuli Rangkasbitung, 1990-1996 2. Madrasab Diniyah Awaliyab Al-Husna Rangkasbitung, 1991-1995 3. Pondok Modern Ar-Risalab, Ponorogo, 1996-tidak selesai 4. Pondok Modern Darussalam Gontor, Ponorogo, 1997-2002 5. Institut Studi Islam Darussalam, Pondok Modern Darussalam Gontor, Ponorogo, Fak:ultas Tarbiyab,Jurusan Pendidikan Agarna Islam, 2003-tidak selesai 6. Universitas Islam Negeri SyarifHidayatullah Jakarta, 2004-2008
Pengalaman Organisasi: 1. Ketua Himpunan Peminat Sastra Darussalam (Hipsadus) Gontor, 2000
2. Teater Islam Darussalam (Terisda) Gontor, 2000 3. Ketua Koperasi Pelajar, Organisasi Pelajar Pondok Modern Gontor III, 2002 4. Badan EksekutifMahasiswaJurusan KPI, 2005-2006 5. Sekretaris Umum Badan Eksekutif Mahasiswa Fak:ultas Dakwab dan Komunikasi, 2006-2007 6. Pemirnpin Redaksi Majalah Jeda Faknltas Dakwah dan Komunikasi, 2007 7. Himpunan Mahasiswa Islam 8. Ketua Dewan Pimpinan Fakultas Partai Reformasi Mabasiswa, 2006-2007 9. Himpunan Mahasiswa Banten, Ketua Bidang Keilmuan 2006-2007 10. Sanggar Tonggak LSMI HMI Cab. Ciputat, 2005-2006
Pengalaman Mengajat: 1. Staf Pengajar Pondok Modern Darussalam Gontor, 2003
2. Staf Pengajar Pondok Modern Darussalam Gontor II, 2003 3. Staf Pengajar MTs/MI Nurussalam Pondok PinangJakarta Selatan, 2004 4. Staf Pengajar Pondok Pesantren Bani Ali Rangkasbitung, 2005-Sekarang.