Prof. Dr. KH. IMAM SUPRAYOGO
Mahad Nurul Haromain Pujon Malang saat ini membangun aula, bagi para pembaca dan doantur yang ingin membantu pembangunan tersebut bisa langsung menghubungi Lazis Al Haromain, melalui koordinatoor dan bisa langsung transfer ke Rek Lazis Al Haromain Kami sediakan dalam bentuk Saham Akhirat dengan pilihan :
Saham Firdaus : Rp.10.000.000 Saham Adn : Rp.5.000.000 Saham Darussalam :Rp.2.500.000
Atau bisa infaq pembangunan Rp.100.000 Konfirmasi transfer sms ke 085230169991 dengan format Nama (spasi) pilihan saham/infaq (spasi) nama bank (spasi) alamat Contoh : Mahmud Saham Firdaus BRI Syariah Malang InsyaAlloh amal yang kita keluarkan adalah investasi kita kelak menghadap Alloh dan tidak akan pernah rugi. Rekening a/n Lazis Al Haromain
Bukopin Syariah BCA Syariah 880 0329 036 0110006666
BSM Darmo 008 006 7259
BRI Syariah 1002882112
Bank Muamalat 0166115107
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, Hamidan lillahi tabaraka wa ta’ala wa mushalliyan ‘ala rasulillahi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Amma ba’du. Jika pada edisi bulan lalu kami tampilkan tentang centang-perenang kondisi generasi muda Islam saat ini, maka untuk melengkapinya pada edisi bulan ini kami tampilkan tema berkebalikan; yakni bagaimana generasi muda muslim harus mampu menjadi inspirasi atau inspirator bagi kebangkitan umat. Bagaimanapun, masa depan sebuah bangsa atau masyarakat sedikit banyak ditentukan oleh kesiapan generasi mudanya untuk meneruskan tongkat estafet perjuangan. Jika ditopang oleh generasi muda yang loyo, maka betapa memprihatinkannya masa depan bangsa itu. Tetapi jika sebuah bangsa memiliki sejumlah generasi muda yang mampu menjadi inspirator kebangkitan, etos kerja tinggi, semangat berkorban dan penuh pengabdian, maka berbahagialah bangsa itu. Sudah banyak tokoh muda muslim tampil di panggung dunia ini. Hanya saja kita mungkin tidak banyak mengenal mereka. Karena itu, menjadi penting bila pada rubrik edisi kali ini kami sebut serba singkat tokoh-tokoh muda muslim yang berhasil tersebut. Siapa tahu bisa menjadi inspirasi Anda, para pembaca yang budiman. Setidaknya, inspirasi untuk anak-anak kita. Kritik dan Saran para pembaca tetap kami tunggu untuk perbaikan majalah ini. Bisa disampaikan via email di redaksi.alharomain@ gmail.com atau alharomainlazis @yahoo.co.id Wassalâmu’alaikum Warahmatullôhi Wabarakâtuh, Sapa Redaksi
SUSUNAN PENGURUS LAZIS AL HAROMAIN Dewan Pembina: KH. M. Ihya’ Ulumiddin Indra Djati Sidi, Ph.D Drs. Arif Wibowo, M.Si Drh. H. Mukrom Drs. H. Junaidi Sahal Dewan Pengawas: Prof. DR. H. Nizarul Alim dr. H. Anas Mahfudz, Sp.An. Drs. H. Soehardjoepri, M.Si Dewan Pengurus: Direktur : Handaka Indra S., S.Si Wakil Direktur Penghimpunan : Muji Sampurno, S.Pd Wakil Direktur Distribusi : Siswo Widodo, S.Pd Wakil Direktur Media dan Informasi : Bahtiar HS, S.Com Staf Ahli : Eko Prasetyo, MT.; R. Utomo, SE. Samelan, AMd.; M. Anshor, ST Nuril Asyhuri, C.Ht; Masitha AS.,M.Hum Siti Djamilah, SE., M.Si; Agus Ulum, MT.
Dewan Redaksi Pemimpin umum : Handaka Indra S.,SSi. Pemimpin Redaksi : Bahtiar HS, S.Com. Staf Redaksi : M. Qosim, Muji Sampurno,S.Pd, Masyhuda Al Mawwas. Masitha AS.,M.Hum, Mishad Khoiri, S.Pd. Desain Grafis : M. Mustain. Distribusi : Siswo Widodo, S.Pd, Ismail, Ghozali. Alamat Redaksi : Ketintang Barat I/27 Surabaya 60231 Email :
[email protected] website : www.lazisalharomain.com
Redaksi
ISSN 2302-1055 Rekening an. Lazis Al Haromain BSM Darmo 008 006 7259 Bukopin Syariah 880 0329 036
BRI Syariah 1002882112
BCA Syariah 0110006666 Bank Muamalat 0166115107
call center : 031-70518810
LAZIS AL-HAROMAIN SK Dinsos No. 460/1178/436.5.13/2008 VISI: Menjadi lembaga pengelola dana Zakat, Infaq, Shodaqoh, Wakaf dan sosial yang terpercaya, transparan, dan akuntabel dalam mewujudkan kesejahteraan umat. MISI: 1. Melakukan gerakan penyadaran ZIS, wakaf dan dana sosial untuk kesejahteraan umat. 2. Melakukan optimalisasi pengumpulan dan pendayagunaan ZIS, wakaf, dan dana sosial untuk berbagai kegiatan pendidikan dan dakwah . TUJUAN: 1. Memberikan daya dukung pendanaan dakwah, pemberdayaan ekonomi umat, dan peningkatan kualitas sumber daya umat. 2. Membangun dan membina kemandirian pesantren, yatim dan duafa . 3. Mewujudkan lembaga pengelola ZISWAFSOSIAL yang mengedepankan manajemen peningkatan mutu.
Lazis Al Haromain
22471A86
@Peduli_Dai
[email protected]
3 chakim-chakim.blogspot.com
Salam Pembaca
Serambi... 5 Mata Rantai Pembinaaan Remaja yang Terputus fokus utama ... 6 Inspirasi Bagi Kaum Muda mutiara hadits ... 9 Muraqabah (Pengawasan) al kayyis ... 11 Pemuda “Tampan” Takkan Sia-siakan Kesempatan refleksi ... 13 Pelajaran dari Sahabat “Baru” profil ... 16 KH. Abdul Hamid Pasuruan: Waliyullah yang Tawadhu’ mutiara alqur’an ... 22 Mengetahui Tapi Memusuhi, Yahudi! zona pendidikan ... 24 Urgensi Generasi Rabbani kajian niswiyah ... 26 Menikah, Antara Keinginan dan Kesiapan tombo ati ... 28 Yang Dungu dan yang Bodoh (Bagian 1) technopreneur ... 30 Meraih Sukses di Masa Muda konsultasi syariah ... 31 Hukum Mengadakan Acara di Dalam Masjid serba-serbi ... 33 Sang Penemu (2) auladi ... 35 Peran Ibu dalam Pembinaan Remaja liputan ... 37 keuangan ... 41
Ratibul Haddad Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, Kami pembaca setia AlHaromain, bagaimana jika Al-Haromain menampilkan syarah Ratibul Haddad karena saya perhatikan Al-Haromain selalu menampilkan profil para ulama. Kami alhamdulillah di pesantren secara rutin mengamalkan pembacaan Ratibul Haddad ini ba’da Sholat Maghrib. Sholeh – Magetan Wa’alaikum salaam Warahmatullahi Wabarakatuh, Alhamdulillah semoga selalu konsisten sebagai pembaca Al-Haromain. Kami sampaikan terima kasih atas saran rubriknya, insyaAllah kami pertimbangkan untuk masukan majalah tahun depan.
Pembaca Al Haromain bisa mengirimkan saran dan lain-lain ke redaksi Al Haromain via email:
[email protected] atau lewat SMS ke 085230169991 atau melalui BlackBerry PIN: 22471A86 atau follow twitter resmi Lazis Al Haromain: @Peduli_Dai
KANTOR PUSAT KOMPLEKS SENTRA DAKWAH AL HAROMAIN : Jl. Ketintang Barat I/27 Surabaya; Kantor Operasional LAZIS Al Haromain Pusat, Perum Ketintang Permai AB-5 Surabaya Telp. 031-81111841, 031-70518810 CABANG LAZIS AL HAROMAIN; Malang Raya : Jl. Surapati No. 96 Ngaglik Batu Malang, Telp. 0341-9110070; Kab. Tulungagung : Pesantren Darussalam, Jl. Panglima Sudirman VII/36L Tulungagung (a.n Ust. Karim, Hp. 081334782076); Kab. Jombang : Pesantren Al Washoya, Jl. Raya kertorejo, Ngoro Jombang Telp. 0321-4115728 (a.n Ust. Nasta’in, Hp. 081 515 642 315); Kab. Kediri : Pesantren Al Minhaj Wates Kediri (a.n. Ust. Habib, Hp. 0857 366 279 33); Kota Kediri : Jl. Penanggungan 47B Kediri (a.n. Ust. Hadi Nurrohman, HP. 081 2599 758 18); Kab. Gresik : Jl. Taman Angsana V/ 16 Taman pohon, Perum Kota damai Kedamean Gresik (a.n. Ust. Sulisman, Hp. 031 816 419 66); Kab. Pamekasan : Pesantren Darul Hijrah, Pamekasan Madura (a.n. Ust. Muzammil, Hp.081 805 0833 43); Kab. Bangkalan : Arosbaya Bangkalan (a.n. Ust. Fahd Abdurrohman, Hp. 0852 3158 9277) Dan Pesma Al Kayyis Jl.Raya Telang Kamal Bangkalan Hp.08123157406; Yogyakarta : Pesantren Alawiyah, Jl. Raya Solo Km 9, kembang Maguwoharjo Sleman Yogyakarta, telp. 0274 7483 780 (a.n. Ust. Syaiful, Hp. 081 550 333 98) UNIT PENGUMPUL ZAKAT (UPZ) LAZIS AL HAROMAIN; UPZ Kras Kediri : Jl. Raya Krass Kediri (a.n. Ust. Hadlirin, Hp. 081 3355 894 19); UPZ Lamongan : Ds. Guyangan Sugiyo Lamongan (a.n. Ust. Muhyiddin, Hp. 0322 77 35 736); UPZ Tuban : LPI Wildani, Ds. Kenanti Tambakboyo Tuban (a.n. Ust. Widi, Hp. 0821 436 243 97); UPZ Gresik : : Jl. Gubernur Suryo 62, (Ust, Alam, 08123196461); UPZ Turen Malang : Jl. Kebon Alas No 450 Desa Pagedangan Turen Malang (0341 9091960 081938815445); UPZ Ngawi : MT. Al Haromain Mantingan Ngawi (a.n. Ust. Chumaidi, Hp. 081 335 462 005); UPZ Magetan : YPI Ulil Albab Parang Magetan, Telp. 0351 77 40 424 (a.n. Ust. Munir, Hp. 0812 596 7912); UPZ Pasuruan : Tumpuk Sambisirah, Wonorejo Pasuruan (a.n. Us. Mu’thi, Hp. 081 334 142 567); UPZ Banyuwangi : Jl. Kyai Ach. Cholil 4, Canga’an Genteng Wetan, genteng banyuwangi (a.n. Ust. Muhajir, Hp. 081 803 456 281); UPZ Solo : MT AL Haromain, Teras Boyolali Solo (a.n. Ust. Akhmad Syarifuddin, Hp. 081 393 518 933); UPZ Bojonegoro : LPI At Tibyan, Tulungrejo, trucuk Bojonegoro (a.n. Ust. Muhibbulloh, Hp. 0812 333 060 95)
4
serambi
Mata Rantai Pembinaaan yang Terputus
Remaja
A
diingatkan, biasa pulang larut malam justru orang da fenomena yang menarik terkait pendidikan tua sungkan mengingatkan, tuturkatanya kasar keagamaan anak remaja di tengah-tengah dan tak bermakna tak berani menasehati, dengan masyarakat kita. Pada saat anak usia TK-SD, orang siapa sang anak bergaul tak dipedulikan. Tentu tua bersemangat dan berusaha keras agar anakhal yang demikian sangat memprihatinkan. anaknya mendapatkan pendidikan agama yang Masa remaja adalah masa perubahan anak kuat, dengan mencarikan sekolah-sekolah yang menjadi dewasa. Secara psikologi merupakan berkurikulum plus, atau terpadu dimana nilai-nilai masa yang unik, penuh teka-teki, dilematis, dan Islam terintegrasi di dalamnya. Tidak cukup rentan. Unik karena pertumbuhannya banyak dengan itu, orang tua juga mengarahkan dan dipengaruhi lingkungan sekitar sehingga memotivasi sang buah hati untuk juga aktif ngaji karakternya berbeda-beda. Penuh teka-teki di Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA) terdekat karena kepribadiannya susah ditebak. Dilematis dengan rumah.Bahkan guru les ngajipun karena merupakan masa peralihan sehingga didatangkan. Tentu hal ini merupakan fenomena cenderung coba-coba. Dan sangat rentan karena yang sangat positif dan menggembirakan. selalu berorientasi popularitas secara instan. Sayang, hal tersebut pada umumnya tidak Menurut ustadz Abdullah Gimnastiar atau yang berlanjut saat anak memasuki usia SMP, apalagi dikenal Aa’ Gym, anak usia 15-25 tahun berada SMA. Pada saat anak memasuki usia SMP dimana pada tahap yang menentukan dalam anak beranjak remaja, orientasi pendidikan anak pembentukan sikap, perilaku, dan karakter. Jika sudah mulai bergeser; yang tadinya prioritas pada usia tersebut remajamendapatperhatian pendidikan agama menjadi berorientasi prestasi danarahanagama dariorang tuasecaratepat, maka akademik umum. Hal ini tampak ketika orang tua insyaAllah akan terbentuklah anak dalam memilih SMP tidak lagi muda yang shalih.Sebaliknya jika pada mengutamakan plus atau terpadu yang usia tersebut anak dibiarkan dan berlabel Islam, melainkan sekolahcenderung diberikan kebebasan di sekolah favoritatau yang mempunyai tengah lingkungan yang tidak baik, prestasi akademik tinggi. Dampak dari maka jadilah ia anak muda yangtidak hal ini, beberapa SMP Islam kesulitan berbakti dan tidak shalih, durhaka, mendapatkan murid, atau kalau toh Handaka Indra S. bahkan menjadi sampah mendapat murid,mereka merupakan sisa Direktur masyarakat.Na’udzubillahimindzalik. dari sekolah-sekolah favorit. LAZIS al Haromain Di tengah-tengah era globalisasi Lemahnya perhatian orang tua seperti ini, ujian dan tantangan remaja terhadap anaknya yang beranjak remaja juga terlihat dari perkembangan jumlah santri TPA saat ini cukuplah berat. Perkembangan teknologi informasi,HP, internet, pengaruh budaya Barat, yang berusia remaja turun drastis, bahkan hanya narkoba, dan pergaulan bebas siap hitungan jari yang bersisa. Hal ini diperkuat data menjerumuskan remaja-remja kita.Oleh karena dari 5 TPA Al-Uswah yang merupakan binaan LAZIS itu, peran kita sebagai orang tua untuk AL-HAROMAIN: jumlah santri usia TK-SD sebanyak mendampingi, mengarahkan, dan memperhatikan 215 anak, usia SMP hanya 17 anak, sedang usia anak-anak remaja kita masih sangat dibutuhkan. SMA yang merupakan kelanjutan TPA dalam Pembinaan kehidupan beragama yang sempat bentuk Madrasah Diniyah hanya 8 anak. Hal terputus hanya sampai TPA, disambung kembali, senada juga disampaikan ustadz Nanang Qosim, Pengasuh TPA Nurul Hidayah Gubeng Kertajaya VD dan dilanjutkan hingga tuntas, sehingga kita benar-benar yakin bahwa anak remaja kita telah Surabaya, bahwa santrinya dari usia TK sampai menjadi anak muda yang shalih laksana mutiara di SMA grafiknya menurun.Bahkan santrinya nyaris tengah lautan. Pilihkan mereka sekolah-sekolah habis untuk usia SMA. Beberapa santri yang tidak yang mempunyai visi ke-Islaman yang jelas, lagi mengaji tatkala ditanya mengatakan bahwa dekatkan dengan orang-orang yang shalih, atau mereka sudah kelas 6, harus menyiapkan UNAS. ulama, dan atau kita didik mereka di pesantren. Sementara yang SMP mengatakan harus les Mudah-mudahan dengan keistiqamahan dan pelajaran dan tidak ada waktu ngaji di TPA. kesungguhan kita dalam mengarahkan, Kita juga mudah menjumpai orang tua, disaat sang anak beranjak remaja justru pengawasan dan mendampingi, dan membina anak-anak remaja kita hingga tuntas, Allah jadikan mereka pemuda/ perhatian pada sang anak berkurang, misalnya: pemudi shalih/shalihah yang siap menjadi pejuang cara berpakaian pada saat di TPA menutup aurat, agama Islam. Amin. saat remaja justru ditanggalkan kerudungnya, Wallahu a’lam. potongan rambutnya yang bergaya punk tidak
5
fokus utama masa yang sangat penting dan paling berharga. Generasi muda merupakan rahasia kekuatan suatu umat, tiangnya kebangkitan, kebanggaan, dan kemuliaan. Di atas pundak merekalah masa depan umat terpikul, karena pemuda memiliki keistimewaan tersendiri, baik dari segi keberanian, kecerdasan, semangat, maupun kekuatan jasmaninya. Sosok pemuda mempunyai nilai sejarah eski baru berusia 15 tahun, dia tersendiri. Peran pemuda Indonesia senantiasa memiliki segudang pengalaman ada pada lini terdepan dalam sejarah bangsa. dibandingkan teman seusianya. Ia Kebangkitan Nasional 1908, Sumpah Pemuda dipercaya menjadi wali kota Allar, sebuah kota 1928, Proklamsi Kemerdekaan RI 1945, kecil di Tepi Barat Utara, Palestina, sejak 2 perubahan dari Orde Lama ke Orde Baru 1966, Juli hingga 2 September 2012 lalu. dari Orde Baru ke Orde Reformasi 1998. Semuanya bermula saat dirinya Bahkan masyarakat internasional menyadari menantang wali kota yang sedang menjabat arti penting dan nilai strategis pemuda sebagai untuk memberi kesempatan kepada kaum agen perubahan (agent of change) dalam muda. Dia minta wali kotanya, Sufiyan pembangunan. Shadid, memberi waktu sepekan kepadanya Pada periode lahirnya syari’at Islam yang untuk menjabat wali kota. Sufiyan dibawa oleh Nabi Muhammad mengizinkan. Sang Wali Kota bahkan Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, generasi tidak hanya memberikan waktu muda memegang peranan yang sangat sepekan, melainkan dua bulan bagi penting dalam menyebarluaskan dirinya untuk memerintah kota yang dakwah Islamiyah. Sebut saja Zaid bin berpenduduk sekitar 8.000 jiwa itu. Tsabit radhiyallahu ‘anhu, shahabat Wanita kelahiran Agustus 1996 ini Nabi yang tidak sempat turut dalam mengaku melakukan banyak hal bagi Mishad Khoiri Perang Badr dan Uhud karena usianya Pembina Pesma warga kotanya selama masa yang masih muda. Namun karena Al Mukmin Malang kepemimpinannya yang singkat itu, kesungguhan dirinya, ia mampu seperti mendirikan pabrik, taman menjadi pemuda cemerlang yang kota, serta memperkuat pertahanan sipil. diangkat sebagai sekretaris Rasulullah Remaja putri dalam cerita di atas adalah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam yang menguasai Bashaer Othman. Pemudi dari Palestina ini banyak bahasa, di antaranya Ibrani dan menjadi wali kota termuda di dunia. Prestasi Suryani. Pemuda lain adalah Usamah bin Zaid yang ditorehkan Bashaer bisa menjadi bin Haritsah radhiyallahu ‘anhu, putera salah inspirasi bagi generasi muda di seluruh dunia, satu shahabat senior, Zaid bin Haritsah terutama anak muda Indonesia. Kehadiran radhiyallahu ‘anhu. Usamah yang waktu itu Bashaer Othman ke Indonesia diharapkan berusia kurang dari 20 tahun telah diutus oleh dapat menginspirasi akan pentingnya generasi Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam untuk muda untuk bertanggung jawab dan berperan menjadi komandan pasukan perang untuk serta dalam membangun negara. berhadapan dengan pasukan Romawi.
Inspirasi
Bagi Kaum Muda
M
Generasi Muda dalam Sejarah Perhatian Islam yang besar terhadap generasi muda menunjukkan bahwa masa muda merupakan
Generasi Muda Islam Kini Namun di sisi lain, mengapa kondisi saat ini pemuda muslim mengalami kemunduran? Kini sepertinya mayoritas pemuda Islam
6 wallpaperstock.net
begitu lemah dan kurang kelihatan peranannya di dunia. Para pemuda Islam telah terlena dengan dunia yang pada akhirnya pribadi mereka menjadi lemah. Rupanya cinta dunia dan takut mati menjadi penyakit kronis yang juga menggerogoti jiwa pemuda kita, hingga mereka terjerat dalam gemerlapnya dunia, menjadi pemuja harta, tahta, dan wanita. Hal ini terjadi karena saat ini para pemuda Islam telah kehilangan figur teladan dalam kehidupan mereka. Saat ini banyak di antara pemuda kaum muslimin terjangkit virus globalisasi yang akhirnya menghilangkan sosok-sosok pemuda luar biasa sepanjang sejarah dari dunia Islam. Bahkan yang diidolakan adalah artis-artis yang merupakan produk ke-glamour-an dunia. Saat ini pemuda muslim banyak menirukan gaya hidup tidak baik dan bertabiat buruk dari tradisi barat – sebagai dampak westernisasi. Tumbuhlah jiwa-jiwa kapitalisme yang memupuk subur perilaku hedonisme, hura-hura, foya-foya, pergaulan bebas, narkoba, dan kemaksiatan lainnya. Kita menjadi kehilangan sosok pemuda seperti Usamah bin Zaid sang komandan perang, Tariq bin Ziyad yang kuat, Abdullah bin Mas’ud yang amanah, Abdullah bin Abbas yang berilmu, Zaid bin Tsabit yang cerdas, Ali bin Abi Thalib yang perkasa, dan Muhammad al-Fatih sang penakluk. Solusi Tentunya tidak berguna lagi jika kita meratapi apa yang terjadi pada pemuda Islam masa kini. Sekarang yang kita butuhkan adalah tindakan perubahan dan solusi, bagaimana mengubah karakter pemuda kita dari pemuda yang terjerat virus globalisasi dan kapitalisme menjadi generasi rabbani yang kokoh dan tak tertandingi. Dengan begitu, seluruh komponen mulai dari keluarga, sekolah, dan masyarakat Islam harus bersinergi dan bertanggung jawab untuk mewujudkan generasi muslim yang berkualitas dan berperilaku Islami. Menurut Mukhtar Ali, ada beberapa indikator yang bisa kita jadikan acuan untuk membentuk pemuda muslim yang berkualitas, yaitu: pertama, pemuda yang memiliki aqidah yang benar. Aqidah Islam tegak berdasarkan peng-Esa-an kepada Allah, mengakui-Nya sebagai Tuhan, penguasa, pencipta, pemberi
rizki, pemilik langit, bumi dan seisinya, serta satu-satunya zat yang akan menghidupkan kembali dan memberikan balasan kepada hamba-hamba-Nya kelak di hari Kiamat. Sedangkan inti dari aqidah adalah Tauhid. Tauhid menjadi misi utama para nabi dan rasul serta para salafus-shalih terdahulu yang tidak boleh dilupakan. Apa yang dilakukan oleh Nabi Ya’qub ‘Alaihi Salam ketika hampir wafat, patut kita teladani dalam mempersiapkan pemuda sebagai generasi penerus. Waktu itu, Nabi Ya’qub bertanya kepada anak-anaknya, “Apa yang akan kalian sembah sepeninggalku?” Semua anaknya menjawab, “Kami akan menyembah Tuhanmu, Tuhan bapak-bapakmu-Ibrahim, Ismail, Ishaq, yakni Allah Subhanahu Wa Ta’ala dan kami berserah diri kepada-Nya.” (QS. AlBaqarah: 133). Demikian pula pengajaran Lukman kepada anaknya yang diabadikan dalam Al-Qur’an. “Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: ‘Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan (Allah) sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar.’” (QS. Luqman: 13). Dasar pendidikan akhlak bagi seorang pemuda adalah aqidah yang benar, karena akhlak tersarikan dari aqidah dan pancaran darinya. Oleh karena itu, jika seorang pemuda ber-aqidah dengan benar, niscaya akhlaknya pun akan benar, baik, dan lurus. Begitu pula sebaliknya, jika aqidahnya salah dan melenceng, maka akhlaknya pun akan tidak benar. Dalam satu hadits Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda: “Mukmin yang sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya.” (HR. Turmudzi dari Abi Hurairah radhiyallahu ‘anhu). Kedua, menempa diri dengan memiliki ilmu dan tsaqafah Islam yang cukup. Kita semua terutama pemuda hendaklah senantiasa menempa diri dan secara terusmenerus mencari ilmu dan mengamalkannya. Tanpa ilmu pemuda akan tertinggal. Islam mengajak manusia untuk menguasai ilmu. Betapa pentingnya ilmu bagi seorang pemuda. Rasulullah yang mulia senantiasa memotivasi umatnya untuk belajar dan membaca. Ada baiknya kita menelaah kembali kisah seorang pemuda yang usianya belum genap 13 tahun
7
berjalan mendekati barisan pasukan muslim dengan membawa sebilah pedang. Ia mendatangi Rasulullah dan berkata, “Ya Rasulullah! Aku membaktikan hidupku kepadamu. Izinkan aku pergi bersamamu dan memerangi musuh-musuh Allah di bawah panji-panjimu.” Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam yang mulia memandang anak tersebut dengan penuh kekaguman dan menepuk pundaknya. Beliau memuji keberaniannya, tetapi menolaknya untuk bergabung dengan pasukan muslim. Rasulullah pun kemudian memberikan tugas kepadanya. “Zaid! Pergilah belajar tulisan Yahudi.” Zaid kemudian belajar bahasa Ibrani. Di kemudian hari, ia sangat fasih berbahasa Ibrani dan menjadi sekretaris Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Rasulullah juga memerintahkan Zaid untuk belajar bahasa Syria. Demikianlah, Zaid bin Tsabit radhiyallahu ‘anhu memiliki fungsi penting ketika Rasulullah berunding dan berkomunikasi dengan bangsa-bangsa yang tidak bisa berbahasa Arab. Ketiga, memiliki keterampilan dalam berbagai hal untuk dimanfaatkan dalam kebaikan dan kebenaran untuk mencapai kemajuan diri, keluarga, masyarakat, agama, bangsa, dan negara. Pada masa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, para sahabat telah menunjukkan kemampuan yang terampil dalam berbagai hal. Ada yang terampil dalam berdagang, berperang, berunding, dan sebagainya, yang semua ini tentu saja amat berguna bagi Islam dan kaum muslimin. Kepada mereka yang memang terampil, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam sendiri tidak segan-segan memberi penghargaan dan amanah, guna mengembangkan keterampilannya itu. Maka ketika Usamah bin Zaid radhiyallahu ‘anhu telah menunjukkan keterampilannya yang luar biasa dalam berperang, beliau tidak segan-segan mengangkatnya menjadi panglima perang meskipun umurnya baru 17 tahun. Sementara Mush’ab bin Umair radhiyallhu ‘anhu yang terampil dalam dakwah ditugaskan beliau untuk berdakwah ke Yatsrib (Madinah). Ciri keempat, memiliki tanggung jawab. Di antara bukti kebenaran dan kemuliaan nilai-nilai Islam adalah adanya tuntutan tanggung jawab dari setiap individu atas
8
semua perbuatannya. Diferensiasi yang hakiki antara manusia adalah dengan mengukur rasa tanggung jawab serta kemauan untuk menanggung akibat dari perbuatan yang dilakukan. Tanggung jawab ini merupakan salah satu prinsip yang ditetapkan dalam AlQur’an di sejumlah ayatnya. “Tiap-tiap diri bertanggung jawab atas apa yang telah diperbuatnya.” (QS. Al-Mudatsir: 38). Tiga Pilar Institusi Untuk mewujudkan pemuda yang berkualitas itu, maka paling tidak ada tiga institusi yang mempunyai pengaruh sangat efektif, yaitu: pertama, keluarga, di mana dalam pengertian sempit mencakup kedua orang tua, saudara, dan kerabat. Dalam pengertian luas, mencakup teman, tetangga, atau masyarakat secara keseluruhan. Kedua, masjid, yang memberi pengaruh yang baik bagi jiwa kaum muslimin, termasuk pemuda, dalam berhubungan dengan sang Pencipta. Ketiga, sekolah, yang meliputi unsur-unsur di dalamnya, seperti buku, peralatan, metode, gedung atau sarana, dan hal-hal yang mempengaruhi para siswa. Para pemuda sangat dituntut untuk mempersiapkan dirinya guna menyongsong masa depan agama, bangsa, dan negara yang cerah. Tentunya kaum tua juga harus mendukung dengan cara memberi kesempatan kepada yang muda untuk memimpin. Support lain kaum tua terhadap yang muda adalah memberi motivasi dan mendo’akan agar generasi muda kita menjadi generasi shalih dan shalihah yang siap memperjuangkan agama, bangsa, dan negara. Di tengah-tengah krisis pemuda yang kreatif dan mampu memimpin, ada baiknya kita belajar dari Bashaer Othman. Cerita tentang Bashaer Othman di atas hendaknya dapat menjadi inspirasi kaum muda Islam untuk lebih semangat berkreasi dan berbuat banyak untuk umat dengan menunjukkan keberanian bertindak termasuk berani menjadi pemimpin. Tentu saja menjadi pemimpin yang jujur, adil, dan memberi manfaat yang sebanyakbanyaknya bagi umat. Wallahu a’lam.
mutiara hadits
Muraqabah
(Pengawasan)
Artinya: Jibril bertanya, “Apakah ihsan itu?” Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab: “Ihsan adalah jika kamu menyembah Allah seolah-olah kamu melihat-Nya, lalu jika kamu tidak (mampu) melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia (Allah) pasti melihatmu.” (Muttafaq ‘alaihi)
Keterangan. Sikap dan keyakinan jika Allah selalu mengawasi kita, kapanpun dan di manapun kita berada, merupakan sebuah persinggahan
Muraqabah merupakan ‘ubudiyah dengan Asmanya: Ar-Roqib, Al-Hafidz, Al-‘Alim, AsSami’, dan Al-Bashir (Maha Mengawasi, Menjaga, Mengetahui, Mendengar, dan Melihat). Barang siapa memahami asma’ ini Sikap inilah dan beribadah menurut ketentuan-Nya, berarti yang disebut Muraqabah. dia telah sampai ke tingkat muraqabah. Allah berfirman: Dalam hadits tersebut, pertanyaan Malaikat Jibril ‘alaihissalam tentang ihsan dijawab oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam dengan menyatakan bahwa ihsan “Dan Allah adalah Maha Mengawasi atas berarti kita beribadah seakan-akan melihat segala sesuatu.” (QS. Al-Ahzab: 52) Allah. Jikalau tidak mampu, maka yakinlah bahwa Allah pasti melihat Berarti muraqabah adalah kita merasa kita. Penjelasan Rasulullah diawasi oleh Allah Subhanahu wata’ala Shallallahu ‘alaihi wasallam tentang kapanpun dan di manapun kita berada. ihsan ini merupakan isyarat atas Menurut Ibnu Qayyim Al-Jauziyah, sikap muraqabah. muraqabah adalah pengetahuan hamba Ada sebuah kisah pada masa secara terus-menerus dan berkeyakinan bahwa Allah mengetahui Oleh | Ust. Abdul Fatah sahabat Ibnu Umar radhiyallahu Pembina MT Al Isyroq ‘anhu. Ibnu Umar pernah bertemu zhahir dan bathin-nya. Muraqabah ini Gresik dengan seorang bocah penggembala merupakan hasil pengetahuannya kambing. Beliau menguji si penggembala bahwa Allah mengawasinya, melihatnya, kambing tersebut dengan berkata, “Bisakah mendengar perkataannya, mengetahui perbuatannya, di setiap waktu dan di manapun kamu menjual kambingmu seekor saja kepadaku?” Si penggembala menjawab, “Maaf tempat, mengetahui setiap hembusan tuan, kambing ini bukan milikku.” napasnya, dan tidak sedetikpun ia lolos dari Ibnu Umar berkata lagi, “Katakan saja pengetahuan-Nya.
9
Menurut Ibrahim Anashr Abadzi, jika sifat Raja’ (pengharapan) akan menggerakkan pada ketaatan, Khauf (takut) akan menjauhkan diri dari maksiat, maka Muraqabah (pengawasan) akan menghantarkan pada jalan hakekat. Ada tiga tingkatan muraqabah, yakni: 1) Muraqabah secara terus-menerus memenuhi hati dengan keagungan-Nya, mendekatkan kepada Allah sambil
10
membawa beban pembangkit kesenangan dalam menuju kepada Allah. 2) Muraqabah kepada Allah terhadap penolakan/penentangan, yaitu dengan berpaling dari bantahan. 3) Muraqabah azal untuk menerima panji tauhid dan isyarah azal yang muncul di setiap saat dan berlaku untuk selamalamanya. Muraqabah terus-menerus artinya seseorang senantiasa mengagungkan Allah secara berkesinambungan (istiqamah) dan mengesampingkan yang selain-Nya. Keadaan ini bisa terjadi pada diri seseorang yang hatinya telah diisi oleh keagungan Allah. Pengagungan tidak akan terlupakan bila hati bersama Allah. Hal itu akan mendatangkan cinta. Setiap cinta yang tidak disertai pengagungan terhadap kekasihnya, maka cinta itu tidak lama lagi akan pudar dan berpaling kepada yang lain. Sebagai kesimpulan, muraqabah bisa kita realisasikan dalam kehidupan ini apabila: 1) Hati sudah memiliki kedekatan dengan yang disembah (Allah Subhanahu wata’ala). 2) Menyadari bahwa kapanpun dan di manapun kita berada dan dalam keadaan apapun selalu diawasi dan dilihat oleh Allah, sehingga termotivasi untuk melakukan amal shalih, ketaatan-ketaatan lain, takut dan meninggalkan serta menjauhi hal-hal yang diharamkan oleh Allah, bahkan menjauhi yang makruh sekalipun. 3) Dapat merasakan nikmatnya ibadah, merasakan lezatnya iman, dan dapat menggapai ketenangan batin/jiwa.
tanbihun.com
kepada pemiliknya bahwa kambingnya yang satu ekor telah diterkam oleh serigala. Kan pemiliknya tidak tahu?” Si penggembala menjawab, “Walaupun pemiliknya tidak tahu, tetapi di mana Allah, tuan?” Maka sesaat Ibnu Umar tercengang dan terdiam setelah mendapat jawaban dan pertanyaan dari si penggembala tersebut. Beliau bergumam dalam hati, “Subhanallah. Sungguh luar biasa bocah penggembala ini. Benar-benar dia merasa diawasi oleh Allah subhanahu wata’ala.” Itulah gambaran seseorang yang sudah mencapai tingkat muraqabatullah. Walaupun dia hanya seorang penggembala kambing. Bagaimana dengan kita? Ahmad Al-Jariri berkata, “Barang siapa tidak memperkuat takwa dan pengawasan antara Allah dan dirinya, maka ia tidak akan sampai pada terbukanya tabir rahasia penyaksian terhadap Allah.” Ada sebagian ulama’ berpendapat bahwa muraqabah mengandung makna menjaga Allah dalam hati, sebagaimana dikatakan, “Barang siapa menjaga Allah di dalam hatinya, maka Allah akan menjaga seluruh tubuhnya.” AlJunaid berkata: “Barang siapa dapat merealisasikan pengawasan (muraqabah), maka dia takut kehilangan bagian dari Tuhannya, bukan takut pada yang lain.” Menurut Dzunun Al-Mishri, yang dimaksud hubungan pengawasan (muraqabah) adalah: (1) mementingkan sesuatu yang telah dipentingkan oleh Allah, (2) mengagungkan sesuatu yang telah diagungkan oleh Allah, dan (3) mengecilkan sesuatu yang telah dikecilkan oleh Allah.
Semoga Allah selalu memberikan taufik dan hidayah-Nya kepada kita untuk mencapai ke tingkat muraqabah ini. Amin. Wallahu a’lam.
Referensi: Mutiara Samudra Al-Fatihah, Ibnu Qayyim Al-Jauziyah.
al kayyis
T
doc istimewa
Pemuda “Tampan” Takkan Sia-siakan Kesempatan
Muji Sampurno Sekretaris Umum Yayasan Al Haromain
ak terasa perjalanan hidup kita di dunia ini telah berjalan lama dengan berbagai macam cerita dan kesan yang mendalam. Bagi kita yang sudah tua tentu bisa membayangkan kembali bagaimana imut dan lucunya masa kanak-kanak, manisnya masa remaja kita dulu. Bagi kita yang masih remaja tentu masih terbayang segar dalam ingatan masa kanak-kanak kita dan bayangan akan masa tua kita sudah mulai tersketsa berjudul cita-cita. Dari sekian waktu perjalanan hidup kita tentu ada masa di mana kita dalam kondisi yang luar biasa, baik fisik maupun psikis. Kebanyakan orang menyebutnya masa “Pemuda”, masa antara anak–anak ke dewasa. Ada pengibaratan menggunakan filosofi jari tangan untuk menggambarkan perjalanan hidup ini. Kita memiliki 5 jari di tiap tangan, di mana kelimanya memiliki filosofi yang berbeda, yaitu: 1. Jari Kelingking Secara fisik normal jari kelingking adalah jari paling kecil di antara jari-jari lainnya. Ia tidak pernah dilibatkan, bahkan dilarang, dipergunakan untuk mengangkat beban berat. Barang yang diangkat dengan jari kelingking tentu dianggap barang ringan. Jari ini juga enak dan sering menggelitik, misal menggaruk lubang hidung dan telinga. Itulah gambaran masa kanak-kanak kita yang selalu “dimanja” dan tidak diberi beban berat. 2. Jari Manis Dalam penampilannya jari ini memiliki bentuk yang paling “manis” di antara jari lainnya. Di jari ini biasa diletakkan simbol keindahan (cincin). Inilah gambaran masa peralihan anak-anak menjadi remaja atau istilahnya ABG (Anak Baru Gede) 3. Jari Tengah Selain tempatnya di tengah, jari ini pada umumnya juga paling tinggi di antara jarijari yang lain. Ini memiliki makna bahwa pada fase inilah kita harus berupaya semaksimal mungkin memanfaatkan potensi untuk berbuat dan berkarya yang terbaik menggapai prestasi setinggi mungkin.
11
4. Jari Telunjuk Sesuai dengan namanya jari ini memiliki fungsi sebagai penunjuk. Ini menggambarkan peran yang akan kita tempuh dalam hidup bermasyarakat, apakah kita bisa berpengaruh/ mempengaruhi (memimpin) baik bagi diri, keluarga maupun kelompok masyarakat. Atau bahkan sebaliknya. 5. Jari Jempol / Ibu Jari Selain paling besar, jari ini juga identik dengan sebuah apresiasi baik atau buruk. Pemberian apresiasi baik tentu dengan diacungkan secara tegak (), sedangkan buruk diacungkan secara terbalik ( ). Ini menggambarkan tujuan akhir hidup kita apa nanti kita bisa baik (husnul khatimah) atau malah buruk (su’ul khatimah). Na’udzubillah. Pemuda adalah masa pengenalan jati diri, peralihan antara jari manis ke jari tengah. Jika masa di jari manis terlalu dan terlena dengan kemanisan dunia, tentu akan sangat berpengaruh dalam meraih masa depan. Tentunya juga akan berpengaruh atas pendewasaannya. Oleh karena itu, sebagai pemuda dan pemilik masa muda, maka kita perlu permanis setampan mungkin masa muda ini dengan akhlaqul karimah dan tidak sekalikali menyia-nyiakan kesempatan masa muda ini. Manusia memang bertabi’at pelupa. Dan itu karakter manusiawi yang dititipkan oleh sang Pencipta bagi mahluk-Nya. Ada dua nikmat besar yang sering terlupakan oleh manusia yang suatu ketika pernah di sampaikan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam kepada para sahabatnya. Mereka tersentak kaget mendengar perkataan Nabi seperti itu. Serentak para sahabat bertanya, “Apa dua nikmat besar yang sering terlupakan itu, ya, Rasulullah?” Rasul menjawab, “Dua nikmat yang kebanyakan dari manusia tertipu dengan keduanya yaitu sehat dan sempat.” (HR. Bukhari) Sering kita merasakan bahwa nikmat sehat baru kita sadari ketika kita sakit, bukan hanya sakit yang parah atau kronis, bahkan yang ringan dan kecilpun sangat mempengaruhi aktivitas kita. Pada saat didera sakit seperti itu terasa benar betapa
12
nikmatnya jika sehat. Dan tentu ada hikmah luar bisa di balik sakit jika kita pandai mengambilnya. Ada ampunan dan pengabulan doa di tengah sakit, tentu bagi mereka yang pandai bersyukur. Nikmat yang kedua ini juga sangat jarang kita sadari. Apalagi bagi kita yang tidak sadar akan hakekat kehidupan yang hanya sesaat. Sering kita terlena dengan angan-angan sehingga menyepelekan kesempatan dengan membuangnya begitu saja. Ada sebuah cerita dari Imam al-Ghazali. Suatu saat beliau mengajar santrinya dan bertanya kepada mereka, “Gerangan apakah yang paling jauh dari kita?” Para santri menjawab langit, planet, kutub utara, kutub selatan, dan sebagainya. Imam al-Ghazali menerangkan bahwa sejauh-jauhnya kutub, langit, planet, angkasa, dan sebagainya masih bisa ditempuh dan diukur. Bahkan surga dan neraka pun suatu saat akan dituju. Justru yang paling jauh dengan kita hingga bahkan sampai kapanpun kita tidak bisa lagi ke sana adalah masa lalu. Waktu yang telah kita lalui. Dan apa yang paling dekat dengan kita? Yang paling dekat dengan kita tidak lain maut, karena jarak dan waktu datangnya tidak kita ketahui dan pasti kita akan sampai kesana. Bukankah Allah sering mengingatkan melalui sabda Rasulullah Muhammad Shallallahu ’alaihi wasallam, “Ambillah lima perkara sebelum (datangnya) lima perkara: [1] Waktu mudamu sebelum datang waktu tuamu, [2] Waktu sehatmu sebelum datang waktu sakitmu, [3] Masa kayamu sebelum datang masa kefakiranmu, [4] Masa luangmu sebelum datang masa sibukmu, [5] Hidupmu sebelum datang kematianmu.” (HR. Al-Hakim). “Kesempatan tidak datang dua kali” begitu kata pepatah. Ini bisa kita jadikan semangat untuk berkarya sebaik mungkin meraih sukses dunia akhirat semenjak masa muda kita. Semoga kita termasuk pemuda dan pemilik generasi muda yang cerdas (kayyis) yang mampu memanfaatkan kesempatan dengan berbuat dan beramal, tidak hanya berorientasi pada dunia, tetapi amal yang hakiki untuk bekal pada kehidupan setelah mati. Wallahu a’lam.
refleksi
Oleh: Bahtiar HS Wadir Media dan Informasi LAZIS AL HAROMAIN
K
amu punya teman yang beternak sapi?” tanya sahabat saya itu suatu kali di bulan Maret. “Maksudnya gimana?” Saya balik bertanya. “Sampean mau beternak sapi juga?” “Ya. Aku punya sedikit modal. Penginnya bisa diputar di bisnis peternakan. Aku sudah melihat ada yang berhasil di bidang ini.”
13 cermot.com
Lalu saya menceritakan sebuah desa yang dipenuhi petani penggemukan sapi. Desa yang masih asri-alami dan berselimut dingin harihari di daerah Malang. Desa yang pernah saya kenal. “Sampean bisa memberi mereka modal berupa sapi,” jelas saya pada sahabat itu. “Mereka, para petani itu, akan memelihara sapi itu hingga umur tertentu. Biasanya ketika sapi bunting umur 8-9 bulan, mereka akan menjualnya ke pasar. Laba dari penjualan dikurangi modal pembelian dibagi dua antara pemilik modal dan peternak. Gimana?” “Pakan, obat, kandang, dan sebagainya tanggung jawab siapa?” “Tanggung jawab peternak. Bagian dari pemeliharaan. Sampean hanya perlu menyediakan modal saja untuk beli sapi.” Deal! Dia setuju. Maka begitulah. Saya menghubungkan sahabat saya itu dengan komunitas peternak sapi di desa yang saya maksud. Semula 6 sapi dia beli, untuk kemudian dipelihara oleh 6 orang peternak. Rata-rata sapi yang dibeli berumur siap kawin atau bahkan sudah bunting 1-2 bulan. Enam bulan pertama, kami sudah panen 2 sapi. Tiga bulan kemudian sapi ketiga terjual. Laba bagi hasil lumayan. Rata-rata 3,5% per bulan dari modal. Lebih bagus daripada dana disimpan di bank. Tetapi itu... tidak lama. Sapi keempat, yang justru paling mahal modal belinya, meski sudah bunting 9 bulan, tetapi kondisinya sakit-sakitan. Kurus. Loyo. Tak ada yang mau beli. Hingga akhirnya ia terpaksa melahirkan. Seekor pedhet. Meski begitu, kondisinya tak juga membaik. Terakhir, peternaknya pun angkat tangan. Saya agak ragu melaporkan kondisi buruk ini. Bergaul dengannya berbilang tahun membuat saya mengenal karakternya seperti apa. “Pak, kayaknya sapi yang itu tak bisa diselamatkan lagi,” kata saya pelan-pelan. Saya sejenak menunggu reaksinya, sambil menceritakan kondisi terakhir sapi itu. Ketika kemudian dia menjawab, saya terkesima. “Sudah, sembelih saja, Bahtiar!” katanya. “Sembelih gimana?” tanya saya kaget, tak tahu apa maksud dia sebenarnya. “Sembelih saja sapi itu. Dagingnya biar
14
Sapi senilai 9 juta rupiah, yang harusnya bisa mendatangkan laba yang banyak, akhirnya harus berakhir di ujung pisau jagal. Terpaksa disembelih. Itu berarti, peternak tidak mendapatkan hasil dari keringatnya –tapi setidaknya ia mendapat dagingnya. Dan pemilik modal, sahabat saya itu, kehilangan modalnya yang buat saya bukan jumlah yang sedikit.
dibagi-bagi ke masyarakat di sana. Jangan lupa peternaknya diberi bagian.” Sapi senilai 9 juta rupiah, yang harusnya bisa mendatangkan laba yang banyak, akhirnya harus berakhir di ujung pisau jagal. Terpaksa disembelih. Itu berarti, peternak tidak mendapatkan hasil dari keringatnya – tapi setidaknya ia mendapat dagingnya. Dan pemilik modal, sahabat saya itu, kehilangan modalnya yang buat saya bukan jumlah yang sedikit. Semula saya kira sapi itu disembelih untuk dijual dagingnya. Tidak. Tetapi untuk dibagibagikan kepada masyarakat dan peternak secara cuma-cuma; keputusan yang sama sekali tidak saya duga. Saya seakan melihat dia seperti bukan sahabat yang selama ini saya kenal. Sangat berbeda dengan ia dulu. Perfeksionis. Temperamental. Mudah tersinggung. Tidak takut pada siapapun. Tidak
kenal kompromi. Jika ada yang tidak beres, akan dia usut sampai ke ujung dunia. Memori saya masih jelas merekam bagaimana ia dulu pernah membakar rombong jual bensin ketika orang mempermainkan diri atau keluarganya. Entah sudah berapa kali meja makan kantor terbalik beserta isinya ketika ia meluapkan kemarahannya yang tak terbendung. Saya merasakan perubahan besar pada dirinya itu semenjak ia pulang dari ibadah haji setahun-dua yang lalu. Ya, sepulang haji. Lebih khusyu’, lebih sabar, lebih tenang menghadapi sesuatu. Lebih ikhlas. Terutama lebih nriman (kata orang Jawa), beda sekali dengan dulu. Jangankan hanya untuk seekor sapi, bahkan untuk sesuatu yang lebih besar. Ceritanya begini: Setelah kurang berhasil dalam penggemukan sapi melalui peternak, ada peluang untuk menyertakan modal dalam pembelian dan penjualan sapi pedaging. Kebetulan ada pengusaha lokal yang membutuhkan tambahan modal. Pengusaha ini terkenal jujur, tidak main perempuan atau suka mabuk seperti pengusaha sejenis lainnya, dan dekat dengan kiai kampung. Dapat dipercayalah intinya. Setelah mendapatkan penjelasan tentang bisnisnya, sahabat saya memutuskan untuk menyertakan modalnya. Modal pertama kirakira bisa untuk membeli 10 ekor sapi. Dengan begitu, pengusaha itu bisa kirim 2-3 sapi ke RPH (Rumah Potong Hewan). Dua bulan lewat, hasilnya sangat menggembirakan. Laba bisa mencapai 12% per bulan, yang kemudian dibagi dua antara pengusaha itu dengan sahabat saya selaku pemodal. Pada kesempatan berikutnya, pengusaha tersebut mengusulkan tambahan modal. Lebih dari dua kali lipat. Untuk memenuhi stok di kandang, juga meningkatkan pengiriman sapi per hari ke RPH. Bulan ke-3, 4, dan 5 hasilnya masih bagus, meski fluktuatif. Memasuki bulan ke-6, datanglah berita buruk itu. Suatu hari, saya diberi kabar, pengusaha itu telah pergi entah ke mana. Ditelpon tidak nyambung, di-SMS tidak dibalas. Bahkan keluarganya tidak tahu ia pergi ke mana. Lemaslah persendian saya. Apa yang harus saya katakan pada sahabat saya ini? Satu sapi mungkin masih bisa ditolerir. Ini ratusan juta dibawa lari orang,
kalau boleh saya sebut. Ketika berita itu mau tidak mau saya sampaikan padanya, saya terkejut. Ia hanya tersenyum. Meski cukup lama. “Aset apa yang masih tersisa pada orang itu?” tanya dia pada saya. “Hampir tidak ada,” jawab saya. Saya sudah telusuri ke rumah pengusaha itu. Istri dan anak-anaknya tidak tahu urusan kepala keluarga mereka. “Rumah yang mereka tempati dalam jaminan hutang di bank. Juga kandang sapi yang dia miliki. Semua menjadi agunan bank. Masih mengangsur, belum selesai sampai saat ini.” “Lalu, apa yang masih bisa diharapkan?” tanyanya. Saya berpikir sejenak, mengingat kembali hasil investigasi yang telah saya lakukan. “Mungkin yang masih bisa diharap, istrinya cerita kalau bapak itu pergi untuk mengumpulkan uang pengganti modal sampean,” jelas saya, seperti pengakuan istri pengusaha itu ketika saya investigasi. Ia tampak termenung sejenak. Ratusan juta pasti bukan jumlah yang sedikit. Tetapi yang membuat saya juga terkesima adalah jawaban dari mulutnya kemudian. “Ya, sudah. Apa lagi yang bisa kita lakukan? Semoga bapak itu memang benar-benar pergi untuk mengembalikan modal kita. Bagaimanapun, inilah risiko bisnis.” Enteng. Tak terasa seperti telah kehilangan sesuatu yang besar. Tetap dengan tersenyum, meski saya akui berat. Tidak ada lapor polisi. Tidak ada keinginan usut atau sita sana-sini. Meski kami pegang surat perjanjian kerjasama itu. “Gusti Allah itu benar, ya?” lanjutnya. “Kalau diberi rezeki dan kesenangan yang banyak, manusia mengatakan Allah telah memuliakannya. Tapi kalau disempitkan rezekinya, mereka mengatakan Allah telah menghinanya. Padahal, semua itu hanya ujian.” )* Ya, dia benar-benar telah berubah. Banyak berubah. Ia seperti sahabat saya yang “baru”. Barangkali inilah salah satu tanda mabrurnya haji seseorang. Semoga, saya berharap demikian. Wallahu a’lam. )* QS. Al-Fajr: 15-16
15
profil
P
ada tahun 1333 H (bertepatan dengan 1914/1915 M) di dukuh Sumurkepel, desa Sumbergirang, Lasem, Rembang, Jawa Tengah, lahirlah seorang bayi laki-laki yang diberi nama Abdul Mu’thi. Ia adalah putra dari KH. Abdullah Umar. Abdul Mu’thi kecil biasa dipanggil “Dul” saja. Tapi, seringkali panggilan ini diplesetkan menjadi “Bedudul” karena kenakalannya. Mu’thi memang tumbuh sebagai anak yang lincah, extrovert, dan nakal. “Nakalnya luar biasa,” tutur KH. Hasan Abdillah Glenmore, adik sepupu beliau. Tapi nakalnya Mu’thi adalah kenakalan bocah yang masih dalam batas wajar, meski untuk ukuran anak seorang kiai dipandang “luar biasa”. Sehari-hari dia jarang di rumah. Hobinya bermain sepak bola dan layang-layang. Beliau bisa disebut bolamania alias gila sepak bola, dan ayahandanya tak bisa membendung hobi ini. Karena banyak bermain, berdzikir.wordpress.com
16
com gspot. ain.blo cekcob
KH. Harun Banyuwangi, dan masih banyak lagi. Walaupun kegemarannya bermain sepak bola masih berlanjut, di pesantren ini beliau mulai mendapat gemblengan ilmu yang sebenarnya. Uang kiriman orangtua yang hanya cukup untuk dipakai makan nasi thiwul tidak membuatnya patah arang. Dia tetap betah tinggal di sana sampai 12 tahun, hingga mencapai taraf keilmuan yang tinggi di berbagai bidang.
ngajinya otomatis kurang teratur walaupun bukan ditinggalkan sama sekali. Dia mengaji kepada KH. Ma’shum (ayahanda KH. Ali Ma’shum Jogjakarta) dan KH. Baidhawi, dua “pentolan” ulama Lasem. Ketika mulai beranjak remaja, Mu’thi muda mulai gemar belajar kanoragan (semacam ilmu kesaktian). Belajarnya cukup intensif, sehingga mencapai taraf ilmu yang cukup tinggi. “Sampai bisa menangkap babi jadi-jadian,” tutur KH. Zaki Ubaid, Pasuruan. Meski begitu, sejak kecil ia sudah menunjukkan tanda-tanda bakal menjadi wali atau, setidaknya, orang besar. Ketika diajak kakeknya, KH. Muhammad Shiddiq (Jember), pergi haji, Mu’thi bertemu dengan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam. Pada saat haji itulah namanya diganti menjadi Abdul Hamid. Masa Mondok Pada usia sekitar 12-13 tahun, Hamid dikirim ayahandanya, KH. Abdullah Umar, ke Pondok Kasingan, Rembang. Maksud ayahandanya untuk meredam kenakalannya. Satu atau satu setengah tahun kemudian dia pindah ke Pondok Tremas, Pacitan. Pondok pimpinan KH. Dimyathi ini cukup besar dan berwibawa. Dari pondok ini terlahir banyak kiai besar, di antaranya KH. Ali Ma’shum Jogjakarta (mantan rais am PB NU), KH. Masduqi Lasem, KH. Abdul Ghofur Pasuruan,
Masa Berumah Tangga Setelah 12 tahun belajar agama di Pondok Tremas, Abdul Hamid muda dipinang oleh pamandanya, KH. Achmad Qusyairi, untuk dikawinkan dengan putrinya, Nafisah. Konon, Kiai Achmad pernah menerima pesan dari ayahandanya, KH. Muhammad Shiddiq, supaya mengambil Hamid sebagai menantu mengingat keistimewaankeistimewaan yang tampak pada pemuda tersebut. Antara lain, saat pergi haji dulu, dia bisa berjumpa dengan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasalaam. Sayang, sang kakek tak sempat melihat pernikahan itu karena lebih dulu dipanggil Sang Mahakuasa. Sejak itu, Haji Abdul Hamid tinggal di rumah mertuanya. Lima atau enam tahun kemudian, Kiai Achmad pindah ke Jember, lalu pindah ke Glenmore, Banyuwangi. Tinggallah kini Kiai Hamid bersama istrinya harus berjuang secara mandiri mengarungi samudera kehidupan dalam biduk rumah tangga yang baru mereka bina. Untuk menghidupi diri dan keluarga, Kiai Hamid berusaha apa saja. Dari jual beli sepeda, berdagang kelapa dan kedelai, sampai menyewa sawah dan berdagang spare part dokar. Hari-hari mereka adalah hari-hari penuh keprihatinan. Makan nasi dengan krupuk atau tempe panggang sudah menjadi kebiasaan sehari-hari. Terkadang, sarung yang sudah menerawang (karena usang) masih dipakai
17
(dengan dilapisi kain serban supaya warna kulitnya tidak kelihatan). Tapi, Kiai Hamid tak kenal putus asa, terus berusaha dan berusaha. Mengelola Pondok Kala itu beliau belum terlibat dalam kegiatan Pesantren Salafiyah, meski tinggal di kompleks pesantren. Di tengah hidup prihatin itu, beliau mulai punya santri (dua orang) yang ditempatkan di sebuah gubuk di halaman rumah. Beliau juga mulai menggelar pengajian di berbagai desa di kabupaten Pasuruan: Rejoso, Ranggeh, dan lain-lain. Sekitar 1951, sepeninggal KH. Abdullah ibn Yasin yang jadi nazhir (pengasuh) Pondok Salafiyah, beliau dipercaya sebagai guru besar pondok. Sementara KH. Aqib Yasin, adik Kiai Abdullah, menjadi nazhir. Meski demikian, secara de facto, beliaulah yang memangku pondok itu, mengurusi segala tetek-bengek sehari-hari, karena Kiai Aqib yang muda itu, masih belajar di Lasem. Kiai Hamid benar-benar berangkat dari titik nol dalam membina Pondok Salafiyah. Sebab, saat itu tidak ada santri. Para santri sebelumnya tidak tahan dengan disiplin tinggi yang diterapkan Kiai Abdullah. Walaupun tak ada promosi, satu demi satu santri mulai berdatangan lagi. Perkembangannya memang tidak bisa dibilang melesat cepat, tapi gerak itu pasti. Jumlah santrinya mencapai ratusan orang, hingga kamar-kamar yang ada tidak mencukupi dan harus dibangun yang baru. Terdorong oleh perkembangan zaman, fasilitas baru pun perlu disediakan, yaitu madrasah klasikal. Pengakuan masyarakat semakin besar pada beliau. Dari semula hanya dipanggil “haji” lalu diakui sebagai “kiai”. Tamunya semakin banyak dan sinarnya semakin gemilang, terutama setelah wafatnya Habib Ja’far AsSegaf (wali terkemuka Pasuruan waktu itu yang jadi guru spiritualnya) sekitar 1954. Kiai Hamid sendiri mulai diakui sebagai wali beberapa tahun kemudian, sekitar awal 1960an. Pengakuan akan kewalian itu kian meluas, hingga akhirnya mencapai taraf —meminjam istilah Gus Mus— “muttafaq ‘alaih” (disepakati semua orang, termasuk di kalangan mereka yang selama ini tak mudah mengakui kewalian seseorang).
18
Wali yang Lurus dan Tawadhu’ Ketika Kiai Hamid mulai berkiprah di Pasuruan, tak sedikit orang yang merasa tersaingi. Terutama ketika beliau menggelar pengajian di kampung-kampung. Maklumlah, beliau seorang pendatang. Ibarat kata pepatah Jawa “becik ketitik, ala ketara”, lambat laun beliau dapat menghapus kesan itu. Bukan dengan rekayasa atau “politik pencitraan”, melainkan dengan perbuatan nyata. Beliau memang rendah hati (tawadhu’). Kalau menghadiri suatu acara, beliau memilih duduk di tempat “orang-orang biasa”, yakni di belakang. “Kiai Hamid selalu ndepis (menyembunyikan diri) di pojok,” kata Kiai Hasan Abdillah. Dengan tetap berjalan lurus, dan terutama dengan sikap tawadhu’, kehadiran beliau akhirnya dapat diterima sepenuhnya. Beliau pun bersikap hormat pada siapapun. Miskin, kaya, jelata, atau berpangkat, semua dilayani dan dihargainya. Bila sedang banyak tamu, beliau memberikan perhatian pada mereka semua. Mereka ditanyai satu per satu, sehingga tak ada yang merasa disepelekan. “Yang paling berkesan dari Kiai Hamid adalah akhlaknya: penghargaannya pada orang, pada ilmu, pada orang alim, pada ulama. Juga tindak tanduknya,” kata Mantan Menteri Agama, Prof. Dr. Mukti Ali, yang pernah menjadi junior sekaligus anak didiknya di Tremas. Beliau sangat menghormat pada ulama dan habaib. Di depan mereka, sikap beliau layaknya sikap seorang santri kepada kiainya. Bila mereka bertandang ke rumahnya, beliau sibuk melayani. Misalnya, ketika Sayid Muhammad ibn Alwi Al-Maliki, seorang ulama kondang dari Mekah, bertamu, beliau sendiri yang mengambilkan suguhan, lalu mengajaknya bercakap sambil memijatinya. Padahal tamunya itu lebih muda usia. Beliau pun sangat penyabar, sementara pembawaan beliau halus sekali. Beliau tidak marah mendapati buah-buahan di kebun beliau habis dicuri para santri dan ayam-ayam ternak beliau ludes dipotong mereka. Saat awal memimpin Pondok Salafiyah, seorang tetangga sering melempari rumah beliau. Ketika tetangga itu punya hajat, beliau menyuruh seorang santri membawa beras dan
daging ke rumah orang itu. Tentu saja orang itu kaget, dan sejak itu kapok, tidak mau mengulangi perbuatan usilnya tadi. Melalui riyadhah dan mujahadah yang panjang, beliau telah berhasil membersihkan hati beliau dari berbagai penyakit. Takabur, amarah, iri, dengki. Beliau sering mengarahkan orang untuk bertanya kepada kiai lain. “Sampeyan tanya saja kepada Kiai Ghofur, beliau ahlinya,” kata beliau kepada seorang yang bertanya masalah fiqih. Beliau pernah marah kepada rombongan tamu yang telah jauh-jauh datang ke tempat beliau, dan mengabaikan kiai di kampung mereka. Beliau tak segan “memberikan” sejumlah santrinya kepada KH. Abdur Rahman, yang tinggal di sebelah rumahnya, dan kepada Ustadz Sholeh, keponakannya yang mengasuh Pondok Pesantren Hidayatus Salafiyah. Kiai Hamid, juga tak pernah menggunjing orang; penyakit yang sulit dihindari banyak orang. Kalau ada orang yang hendak bergunjing di depan beliau, beliau menyingkir. Sampai KH. Ali Ma’shum berkata, “Wali itu ya Kiai Hamid itulah. Beliau tidak mau menggunjing (ngrasani) orang lain.” Wafatnya Kiai Hamid Kiai Hamid, seperti para
wali lainnya, adalah tiang penyangga dan sokoguru moralitas masyarakatnya. Beliau adalah cermin (untuk melihat borok-borok diri), teladan, panutan. Beliau dipuja, di mana-mana dirubung orang, ke mana-mana dikejar orang (walaupun beliau sendiri tidak suka, bahkan marah kalau ada yang mengkultuskan beliau). Sabtu 9 Rabiul Awal 1403 H/25 Desember 1982 M, menjadi awal berkabung panjang bagi masyarakat muslim Pasuruan, dan muslim di tempat lain umumnya. Hari itu, saat ayam belum berkokok, hujan tangis memecah kesunyian di rumah dalam kompleks Pesantren Salafiyah. Setelah jatuh anfal beberapa hari sebelumnya dan sempat dirawat di Rumah Sakit Islam (RSI) Surabaya karena penyakit jantung yang akut, waliyullah yang tawadhu’ itu menghembuskan napas terakhir. Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un. Umat pun menangis. Pasuruan seakan terhenti oleh duka yang dalam. Ratusan ribu orang berduyunduyun membanjiri Pasuruan. Memenuhi relung-relung Masjid Agung AlAnwar dan alunalun kota, memadati ganggang dan ruasruas jalan yang membentang di depannya. Mereka, dalam gerak serentak, di bawah komando KH. Ali Ma’shum Jogjakarta, mengangkat tangan “Allahu Akbar” id-id.facebook.com empat kali dalam salat jenazah yang kolosal. Allahumma ighfir lahu warhamhu, ya Allah ampunilah dosanya dan rahmatilah dia. Hamid Ahmad (dari buku “Percik-percik Keteladanan Kiai Hamid Pasuruan”)
19
20
Selamat Bergabung menjadi Donatur Baru Lazis Al Haromain pada bulan Oktober 2012 Mudah-mudahan donasinya menjadi amal yang diterima Allah SWT. RIZQI RAHMAWATI PUJANTI UMI ZUMAIRO ARIFIN MUSYAFA’ HAFIDATUL NI’MAH RIKA ROGHIBA HANIFA AHMAD DHIYA’ATUL HAQ ANIK SUMUYATI BPK PANDI YUDIA RENANINGTYAS EKA DIENY RATNA A IBU DANAN MUHAMMAD AMRI BAPAK ABDUL HAYYI MOCH. TAUFIQ FITRI ISWAHYUDI Ustd. NANING ANIS ( Ustd. Rita) Meuble Rejeki Barokah ROSIDA SANDRA ARISTA YUYUN R TEDDY MULYA NANIK WIDIASTUTI FAREL AFRIZAL WAHYUDI EKOSUYONO MEIKE YUNITA PA UMI HASANAH DR. M. AMIN ALAMSJAH SUDARIYANTO, S.Si KUSHARTINI WIDI ARDIANTO VIODI BPK. YUDI PRASETYO SARTONO RENDRA PRIHANDONO ABDUL WAKID DIKA PI’IN CANDRA DIANSYAH LILY ARLIANTI ATIK HARISUL Bpk. Sukarmin (alm) ROIHATUL MULIA RIA RAMADHANI FACHRUL K., M.T FIDIA RIZKIAH, I RISMA APRINDA, K TUTUT WAHYUDI, S.E MUHAMMAD THAMRIN TJATUR AGUS T ABDUL MALIK S KHOIRUL ANAM HAMBA ALLAH HANING YULIANI NURINI AGUSTIN NUR CHOZIM
Makarti Orchids KayonStan C32/Medokan Asri Brt VIII/6 TUREN MBETEK TUREN SUMBER MANJING TUREN KEBON ALAS TUREN MA’HAD NURUL HAROMAIN MA’HAD LIN NISA’ MA’HAD LIN NISA’ Tumpang Instansi Kantor Terpadu Sipil Mayjen Sungkono TIKUNG LAMONGAN Jl. Semeru X No 34 Kediri Jl. Karang Rejo 8 / 9 F Surabaya RSU SIDOARJO BMG PERAK Perum Bendul Merisi Besar No.81 Tenggumung Wetan manggis 26 Jl. Terusan Borobudur IE /22 Keputran Kejambon Phyrus Hijau Kota Baru Driyorejo Jl. Raya Wonocolo No. 6 Sepanjang Sda 0317809506 Puri Lidah Kulon Indah B-5 Surabaya Jl. Kupang Krajan Lor No. 12 Jl. Citra Sedap Malam 5 Tropodo Ketintang Timur PTT V No. 9 Surabaya 087771419081 Ketintang Madya 3/49 Jl. Pulo Wonokromo 150a Surabaya Jl. Dahlia Raya Gg. Abadi No.6 Helvetia Tengah Medan Helvetia Dharmawangsa Barat No. 47 Jl. Jombang III/15A Malanag / PDAM Kota Surabaya Ngagel Tirto 29 C PDAM Kota Surabaya Sukolilo Dian Regency Makmur V/33 SBY/ FKP Unair Gunungsari Indah Blok L - 30 Surabaya Komplek Merpati Blok CC -29 Karang rejo sawah V No. 7 Jl. Pulo Wonokromo 150 A Perum Bukit Emerald Jaya Blok A No. 111 Meteseh Tembalang Semarang 50271 Tambak Asri 122 Kutisari Utara 2D No 4 Ds. Ngepung Kec. Kedamean Karangandong Driyorejo Gresik Banjaran RT 02 RW 05 Ds. Sumengko Kec. Wringin Anom Karah Indah L 16 TOKO MAS PODO SENENG BOC GASES GRESIK Pakis Wetan Surabaya Bocek Karang Ploso Jl. Terusan Surabaya 92 Malang UIN MALANG UIN MALIKI MALANG UIN MALIKI MALANG Kompleks TNI AL Kodamar Jakarta Utara Griya Santa G4 /08 Perum Tegal Gondo I-L/18 Malang / MAN 3 Malang SMPN 1 Lamongan SMPN 1 Lamongan SMPN 1 Lamongan Jl. Martorejo RT 3 RW 3 Dadaprejo Junrejo SMKN 1Kraksaan Jl. Tenis No 10 Kraksaan Probolinggo Tapak Rejo Kesambi Blitar
U.C.A.P.A.N Innalillahi Wainna lillahi rojiun H. Moh. Istono (Krian) (Ayah dari Bpk Zaenal Fanani Donatur No. 4667) Rabu, 14 Nopember 2012 Bapak Ali Mustofa (Jama’ah Persyada Al Haromain Far’i Surabaya) Kamis, 8 Nopember 2012 Semoga amal ibadahnya di terima Alloh SWT
Bu PARMIATIN HINDUN LILIK MUFIDA SITI IKHMATUL JANNAH SITI SOFIA BPK. MARWI ENI PUJI ASTUTI EKO HADI MUHAMMAD ARIEF N NUR KHABIB ANSORI Tsalis Rhmatul Hujaj MARIA ULFA MAMAT SITI KHOTIJAH NUR CHOLISAH AZIS AHMAD ABD. KHOIRUR ROZIKIN AHMAD BAIHAQI AHMAD BAIHAQI IDA VIA WINDA SUSANTI TATIK SUNARSIH SUMAIYAH SUGIARSIH VERA SULIONO ABDUL HAMID A. ZULFIKAR KAMAR TAWAR APRILYANTO JUARIS EBTA KWARTININGSIH RATNA MUFIDA ZUHROTUS SUAIDAH MUSFIROH HURIAH SUMARTI NINGRUM MAHARDIKA MUKHLAS QORINA SA’ADAH YULI SAFRIANA Ibu Sutirah & Bp Sarlin S. Siti Badrijah & Bp M. Ichwan Nanang / Enik Setyowati NURUL LATIFAH SITI SAUDAH PURYADI SRIANIWATI Sutrisno / Esti Ruktiningsih SUNARMI FITRI YUNITA MOH. HAMIM ZAINI SRI HANDAYANI P. SUGIANTO MARJULI T. IHSAN P. ERIK RINA DODY I. YUSUF LENNY BUDI TEGUH SAPUTRO YUSMIKA HADI SAPUTRO SUMARNI Dwi Tanto Gaotama Putra SYAHRIL HIDAYAT AHMAD BASUKI FUAD DEDY SUPARMI
JL Ikhwan Hadi Gg 15 No 4 Ngaglik Kota Batu Jl. Darsono Barat No. 5 RT/RW 10 Ngaglik Kota Batu Jl. Darsono 103 RT 02 RW 11 Ngaglik Kota Batu Jl. Darsono Barat RT 06/RW 10 Ngaglik Kota Baru Jl. Suropati 137 Pesangrahan TORONGREJO BATU Jl. Darsono Ngaglik Batu Jl. Darsono Gg Rajawali 55 Ngaglik Batu Surodokan Trenggalek ( di Nurul Haromain ) WIYUREJO RT 17 NURUL HAROMAIN SMP NURUL HAROMAIN MATUNG PUJON PANDENSARI PUJON AL UWAH AL UWAH AL UWAH BENDOREJO BENDOREJO NGANTANG BENDOREJO NGANTANG BENDOREJO NGANTANG BENDOREJO NGANTANG BENDOREJO NGANTANG BENDOREJO NGANTANG BENDOREJO NGANTANG BENDOREJO NGANTANG BENDOREJO NGANTANG NURUL HAROMAIN NURUL HAROMAIN NURUL HAROMAIN KENONGOSARI JL. BHAYANGKARA JL. BHAYANGKARA PANJER JL. AHMAD YANI MAJANG TENGAH JL. RS. LAMA SEDAYU CODO AL FARABY MAYOR DAMAR Jl. Dahlia Raya Gg. Abadi No. 6 Helvetia Tengah Medan Helvetia Jl. Dahlia Raya Gg. Abadi No. 6 Helvetia Tengah Medan Helvetia PLOSO KLATEN KEDIRI PLOSO KLATEN KEDIRI PLOSO KLATEN KEDIRI PLOSO KLATEN KEDIRI PLOSO KLATEN KEDIRI PLOSO KLATEN KEDIRI PLOSO KLATEN KEDIRI PLOSO KLATEN KEDIRI PLOSO KLATEN KEDIRI PLOSO KLATEN KEDIRI PLOSO KLATEN KEDIRI PLOSO KLATEN KEDIRI TULUNG REJO PLOSO KLATEN KEDIRI NGANJUK Jl. Dr. Sutomo NGANJUK Jl. Letjen Suprapto No. 63 Dsn. Klumutan RT 13/02 Sradan Madiun Jl. Nakulo No 1 Guyangan Bagor NGANJUK PERUMNAS CANDI REJO PERUMNAS CANDI NGANJUK NGANJUK NGANJUK Simo Pronajaya III/1 Surabaya
Menikah Muhammad Rifa’i (Donatur dengan Eko Putri Noviasari Tanggal 4 Nopember 2012
Lazis Al Haromain)
Aminatus Sholihah dengan Akhmad Azhar Tanggal 2 Nopember 2012 Akhmad Nasor (Pengurus dengan Siti Zulaikha Tanggal 31 Oktober 2012
PESMA Al Mukmin Malang)
21
Barokallah, Semoga menjadi keluarga Sakinah, Mawaddah, Warahmah
mutiara alqur’an
Oleh:
K.H. M. Ihya Ulumiddin Ketum Hai’ah Ash Shofwah Pengasuh Ma’had Nurul Haromain Malang
Mengetahui Tapi Memusuhi, Yahudi! QS. Al-Baqarah: 88 Allah subhaanahu wata’ala berfirman:
“Dan mereka mengatakan: Hati kami tertutup rapat (akan tetapi yang sebenarnya adalah) Allah telah melaknat mereka sehingga sedikit sekali (kemungkinan) mereka akan beriman.”
Analisa Ayat Seperti diketahui bahwa kelompokkelompok yang menolak, memusuhi, dan menjadi penentang dakwah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam di Madinah alMunawwarah adalah kaum musyrik, yaitu para penyembah berhala, orang-orang munafiq, dan tiga komunitas yahudi: Bani Nadhir, Bani Qainuqa’, dan Bani Quraizhah. Dua kelompok pertama barangkali secara logika dimaklumi mengapa menolak dan memusuhi, karena mereka sebelumnya memang tidak mengerti, sebagaimana dikatakan dalam hikmah: “Manusia cenderung memusuhi apa yang tidak mereka mengerti.” Akan tetapi bagi Yahudi, jati diri dan kehadiran Rasulullah Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam sangat dimaklumi, karena dalam Taurat, kitab suci mereka, banyak disebutkan seputar Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam. Mereka betulbetul beriman dan meyakini akan kedatangan beliau. Saking kuatnya kepercayaan itu, mereka bahkan bertawassul dengan beliau shallallahu ‘alaihi wasallam guna mendapatkan kemenangan dalam peperangan. Meski begitu, ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam datang, mereka justru menolak dan mengambil posisi sebagai penantang dan penghalang terbesar dakwah. Sejarah mencatat banyak sekali upaya yang mereka lakukan untuk mencekal dakwah Islam. Di antaranya seperti pada permulaan ayat di atas, mereka secara
22
langsung mengatakan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam: “Dan mereka mengatakan: Hati kami tertutup rapat...” atau seperti disebutkan dalam firman Allah:
“Dan mereka mengatakan: Hati kami berada dalam penutup yang rapat dari apa yang kamu menyeru kami kepadanya...” (QS. Fusshilat: 5). Hal ini mereka maksudkan untuk melecehkan, menjatuhkan mental, serta membuat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memutuskan harapan akan keimanan mereka. Akan tetapi Allah mendustakan mereka, “…tetapi Allah telah melaknat mereka…”; artinya mereka tidak beriman bukan karena tidak mengerti untuk bisa menerima dakwah, melainkan karena mereka mengingkari dan tetap berpegang teguh kepada agama lama mereka tanpa sedikitpun memperhatikan hujjah-hujjah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Hal demikian inilah yang menyebabkan mereka mendapatkan siksaan Allah berupa laknat dan dijauhkan dari rahmat serta kebaikan. Allah pun menghalangi mereka dari taufiq dan melihat secara mendalam (tabasshur) kebenaran Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Jadi jika nenek moyang mereka yang membandel mendapatkan laknat Allah sehingga diubah menjadi kera karena melaut pada hari Sabtu, maka Yahudi Madinah
dilaknat oleh Allah sehingga tidak pernah akan beriman karena mereka senantiasa menetapi kekafiran dan berpaling dari kebenaran di saat kebenaran itu terpampang jelas di hadapan mereka, yakni Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Kondisi seperti ini persis dengan perlakuan Allah kepada pelaku perbuatan bid’ah yang dihalangi oleh-Nya dari bertaubat, sebagaimana disabdakan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam:
“Sesungguhnya Allah menghalangi taubat dari seluruh pelaku bid’ah.” (HR. Baihaqi dalam Syuabul Iman dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu) Berangkat dari sinilah kemudian Imam Fudhail bin Iyadh berpesan: “Jangan kalian duduk bersama pelaku bid’ah, karena sesungguhnya diriku khawatir laknat turun atas mereka.” Jika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dimusuhi, maka demikian pula halnya dengan para penerus perjuangan beliau. Di jalan dakwah, para da’i pasti mendapatkan halangan dan rintangan. Di samping pasti ada pendukung dan penyokong, selalu saja ada orang-orang atau kelompok yang tidak senang dan bahkan berusaha mencekal langkah dakwah. Apabila Yahudi yang sudah sangat mengetahui Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam justru memusuhi beliau, maka seorang da’i mesti suatu saat akan mendapati bahwa ternyata pelaku penolakan dan provokator di balik aksi menentang dakwah adalah orang-orang yang sebenarnya memiliki ilmu. Ya, mereka mengetahui dan mengerti, tetapi malah memusuhi dengan sekian banyak alasan yang terkesan dicaricari. Seperti ungkapan bahwa Islam tidak maju karena umat Islam sendiri. Dakwah juga demikian halnya; ada banyak gerakan dakwah menuju kebaikan sebagaimana diajarkan oleh generasi salafus-shalih yang dilakukan oleh individu atau suatu kelompok, tetapi langkahnya kemudian terhambat dan bahkan terhenti oleh ulah seorang tokoh atau gerakan dakwah lain yang tidak sefaham atau sealiran. Mengapa seorang berilmu atau seorang
intelektual terkadang tampil sebagai penghalang dakwah yang dilakukan oleh orang berilmu dan intelektual lain? Iri hati, tidak ingin kalah pamor, kalah gengsi, kalah populer, dan takut kehilangan massa menjadi salah satu alasan. Iri hati memang berada pada satu level. Politikus hanya iri kepada politikus lain, pedagang kepada pedagang lain, dan seterusnya. Termasuk seorang alim juga muncul iri hati kepada seorang alim lain. Jika ini tidak terjadi, tentu tidak pernah tertulis dalam sejarah tokoh sekelas Imam Bukhari harus terusir dari negerinya. Sayyiduna Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu pernah mengatakan:
“Ulama lebih dahsyat dalam berseteru daripada kambing hutan di dalam sarangnya.” (Lihat Tarjamatul Imam alHafizh Jalaluddin As-Suyuthi dalam muqaddimah Tanwirul Hawalik, Darul Kutub al-Ilmiyyah, Cet. 1424 H/2004 M) Ini adalah gejala umum di kalangan orang yang berilmu. Beruntunglah kita apabila mendapatkan pertolongan Allah berupa memiliki hati yang bersih, sehingga bisa menghilangkan perasaan iri hati kepada orang-orang yang selevel dengan kita; sesama ustadz, sesama kiyai, dan sesama penyeru ke jalan Allah, sehingga berikutnya kita bisa saling membantu dan bekerja sama dalam langkah menggerakkan hati umat agar menjadi hamba yang mau mengabdi kepada Allah. Apalagi kita telah dihimpun dalam wadah sebuah jamaah dakwah, maka hati yang jernih dan bersih tanpa ada ganjalan kepada orang lain adalah sebuah keniscayaan. Memang dalam hidup ini dengan siapapun selalu saja ada alasan untuk membenci dan tidak menyukai, akan tetapi kita harus berpikir terbalik; selalu saja ada hal yang membuat kita harus mencintai meski terkadang tidak sehati; Tuhan kita Allah, sama-sama kita berharap syafaat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, dan yang paling penting guru kita sama, serta kita juga mengibarkan bendera jamaah yang sama. Semoga semua kita dilindungi oleh Allah ‘azza wajalla. Amin. Wallahu a’lam.
23
foto : istimewa
zona pendidikan
Urgensi Generasi Rabbani Masitha Achmad Syukri Staf Pengajar Fak. Ilmu Budaya Unair Kadiv. Pendidikan Yayasan Persyada Al Haromain
P
ada dasarnya, pendidikan formal diselenggarakan untuk menyiapkan generasi masa depan. Untuk menyiapkan sebuah generasi, pendidikan yang diselenggarakan membutuhkan waktu yang panjang dan berkelanjutan, yakni tidak hanya dalam satu jenjang pendidikan saja melainkan juga harus diselenggarakan mulai dari pendidikan anak usia dini hingga pendidikan tinggi. Senafas dengan itu, arah pengembangan pendidikan Al-Haromain (di bawah Persyarikatan Dakwah Al-Haromain) juga menekankan arti penting pembentukan suatu generasi yang memiliki kerangka berpikir yang utuh dan padu tentang Islam, yakni generasi rabbani yang diupayakan melalui penyelenggaraan pendidikan yang berkelanjutan. Mengapa Generasi Rabbani? Generasi rabbani adalah generasi yang memiliki ciri khusus atau karakteristik rabbaniyah, yakni generasi yang meneladani sifat dan akhlak Allah Subhanahu wata’ala sebagai Rabb dalam segenap pikiran, kecenderungan, sikap, dan perilaku mereka sehari-hari. Dalam hal ini, perlu dipahami terlebih dahulu kedudukan Allah Subhanahu wata’ala sebagai Rabb. Sebagai Rabb, Allah tidak hanya sebagai Pencipta seluruh
24
alam semesta dan isinya yang membiarkan ciptaanNya begitu saja setelah proses penciptaan tersebut. Akan tetapi, Rabb yang Mulia juga memenuhi kebutuhan, mengatur, merawat, dan atau memelihara segala yang ada di alam semesta tersebut, mulai dari hal-hal yang sangat kecil hingga yang sangat besar. Perhatian, pengaturan, dan pemeliharaan Rabb terhadap berbagai hal yang kecil-kecil, yang bisa jadi manusia memandang remeh terhadap hal itu, justru menunjukkan kedahsyatan kasih sayang Sang Pencipta kepada seluruh makhluk-Nya, selain sebagai wujud tanggung jawab dan kebesaranNya. Sungguh tak ada satupun dari ciptaan-Nya yang tidak Dia tanggung kebutuhannya. Bahkan, seekor semut pun Dia pastikan rizki baginya untuk setiap harinya. Apalagi untuk manusia, semua keperluannya untuk hidup di muka bumi ini telah disediakan dan dilengkapi, mulai dari yang berbentuk padat, cair, hingga gas. Semuanya, untuk manusia. Jelas bahwa perhatian, pengaturan, dan pemeliharaan mengandung makna dan dampak yang sangat besar bagi keberlangsungan kehidupan di seluruh alam semesta. Pemeliharaan tidak akan terwujud jika pengaturan tidak dilakukan; dan pengaturan tidak akan terjadi jika tidak ada perhatian; serta perhatian tidak akan ada jika tidak ada kasihsayang. Betapa Allah Subhanahu wata’ala menekankan arti penting kasih-sayang bagi kehidupan di muka bumi, khususnya bagi kehidupan umat manusia.
Hal itu tercermin dari perintah yang sangat sederhana dan sangat ringan, yakni, menyebut nama Tuhan Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, yakni, Bismillahirrahmanirrahim. Allah telah memilih dan menetapkan kedua nama dan sifat agung-Nya itu untuk selalu diingat dan diucapkan kaum muslim sebelum memulai segala perbuatan yang baik, bukan dengan nama dan sifat agung-Nya yang lain. Selanjutnya, perintah membaca bismillah tersebut dilengkapi pula dengan perintah membaca hamdalah untuk mengakhiri semua perbuatan baik. Dalam hal itu, Allah Subhanahu wata’ala memerintahkan untuk memuji Diri-Nya, Rabb Semesta alam, dengan mengucapkan Alhamdulillahirabbil alamin. Jika diperhatikan lebih jauh, dua kalimat thayyibah tersebut memiliki makna yang luar biasa dan terkait satu sama lain. Rahman dan Rahim di dalam Bismillahirrahmanirrahim atau Maha Pengasih dan Maha Penyayang merupakan sifat dasar Allah sebagai Rabb atau pemelihara alam semesta; sedangkan dalam lafadz Alhamdulillahirabbil alamin, segala pujian selalu kembali dan ditujukan kepada Allah sebagai Rabb pemelihara alam semesta. Itulah penegasan bahwa pujian hanyalah layak untuk Rabb semesta alam dengan kesempurnaan kasih-sayang-Nya. Dimensi keluasan dan kebesaran kasih sayang Allah Rabbul Jalalah tersebut tentu tak ada yang bisa menyamai-Nya ataupun menandingi-Nya. Akan tetapi, upaya untuk meneladani sifat kasih-sayang Rabb bukanlah menjadi hal yang terlarang atau tidak mungkin. Bahkan, Allah sangat menghargainya dan menganjurkannya dalam konteks yang masih dapat diupayakan dan dilakukan oleh manusia. Dengan demikian, pendidikan harus diarahkan untuk membentuk generasi yang akan selalu memotret dan meneladani sifat kasih-sayang Allah Rabbul Jalalah Yang penuh dengan kasih sayang memelihara seluruh makhluk yang ada. Tentunya, generasi tersebut adalah generasi rabbani. Dengan meneladani sifat dan kasihsayang Rabb tersebut, mereka akan selalu memperhatikan dan memelihara hal-hal yang kecil hingga yang besar, sehingga terhindar dari tindakan membuat kerusakan di muka bumi. Pada akhirnya, generasi rabbani siap menjadi khalifah Allah Subhanahu wata’ala di muka bumi. Hal itu menjadi sangat penting karena untuk menjadi khalifah Allah Subhanahu wata’ala di muka bumi, generasi rabbani menjadi makhluk sosial multi interaksi yang bertanggung jawab kepada Allah dan kepada sesama manusia. Makhluk sosial semacam itu memiliki karakter: (1) membangun komunikasi dan/atau interaksi atas dasar saling menghormati dan menghargai; (2)
memiliki empati yang tinggi pada sesama; (3) selalu menebar kemanfaatan bagi siapapun; dan (4) melakukan yang terbaik dalam setiap upaya yang dilakukan. Dengan karakter tersebut, tindakan membuat kerusakan di muka bumi yang disebabkan oleh arogansi dan disorientasi ketinggian ataupun kerendahan ilmu tentu dapat diantisipasi. Agaknya, hal itu dapat pula menjadi salah satu jawaban atas kekhawatiran para malaikat yang meragukan tercapainya tujuan penciptaan manusia, yakni alih-alih menjadi khalifah Allah Subhanahu wata’ala, manusia justru akan membuat kerusakan di muka bumi. InsyaAllah, generasi rabbani akan selalu melakukan kebaikan dan perbaikan di muka bumi. Pekerjaan Besar Menunggu: Membentuk Generasi Rabbani Untuk membentuk generasi yang meneladani sifat dan akhlak Allah Rabbal ‘alamin bukanlah pekerjaan kecil. Generasi yang selalu menebar kemanfaatan di muka bumi tersebut tentu tidak dilahirkan begitu saja, tetapi mereka diperjuangkan dan dibentuk secara sadar dan penuh tanggung jawab oleh seluruh komponen sekolah dan/atau penyelenggara pendidikan. Perjuangan tersebut membutuhkan pengabdian atau dedikasi yang tinggi yang kental dengan warna keikhlasan, kesabaran, kesungguhan, keistiqamahan, dan sarat dengan ide atau gagasan besar yang yang dikelola secara kompeten dan profesional melalui perencanaan yang matang dan evaluasi yang berkelanjutan. Untuk mencapai hasil yang optimal, sinergi kerja juga harus dibangun pada segenap komponen lembaga pendidikan dan atau sekolah dalam membentuk generasi rabbani. Pimpinan lembaga, sekolah, guru, tenaga edukasi dan tenaga non edukasi harus memberi keteladanan dalam membentuk generasi yang mengenal, mencintai, dan meneladani kasih-sayang Allah Subhanahu wata’ala. Artinya, segenap komponen lembaga pendidikan tersebut harus terlebih dahulu meneladani sifat kasih-sayang Allah. Oleh karena guru adalah garda terdepan dalam membentuk generasi rabbani, guru haruslah mengajar segenap anak didiknya dengan kasihsayang karena Allah. Murid yang dididik dengan kasih-sayang karena Allah ini akan tumbuh menjadi pribadi yang mencintai Allah dan menegakkan kalimat Allah di muka bumi. “Ya Allah, Dzat Yang Maha Pengasih dan Penyayang. Sempurnakanlah bilangan nikmat dan karunia-Mu untuk guru-guruku yang dengan kasih-sayang mengajarkan anak-anakku untuk selalu mencintai-Mu dan menegakkan KalimatMu.” Wallahu a’lam.
25
Kajian Niswiyah
Menikah, Antara Keinginan dan Kesiapan Oleh | Ummu Najwa Ketua Niswiyah Persyadha Kota Kediri
S
iapa sih perempuan yang tidak ingin menikah? Pasti semua ingin. Kalau ada yang tidak punya hasrat untuk menikah, pasti tidak normal. Menikah dengan laki-laki idaman, walimah yang meriah, rumah tangga bahagia, dikarunia anak-anak yang lucu dan pintar, disayang suami dan mertua, dan sekian dambaan indah yang diharapkan seorang perempuan dari sebuah pernikahan. Apalagi agama kita telah menjadikan pernikahan sebagai bagian dari kesempurnaan agama seseorang. Maka makin besarlah hasrat untuk menikah itu. Bagaimana tidak? Hanya dengan menjalankan kewajiban shalat lima waktu, puasa ramadhan, dan taat pada suami, maka seorang perempuan sudah mendapat jaminan surga. Dan menarinarilah berjuta bayangan keindahan pernikahan dalam benak seorang perempuan. Indahnya walimah pernikahan, indahnya malam pertama sekaligus suasana pengantin baru, indahnya disayang suami, indahnya melahirkan anak dan mengasuh mereka bersama suami tercinta, dan indah-indah yang lainnya. Tapi... apakah kenyataan itu selalu seindah angan-angan? Cobalah bertanya pada mereka yang sudah menikah sekian tahun! Akan kita dapatkan senyum misterius sebelum kita mendapat jawaban! Lho, kok? Sebagaimana langit, tak selamanya awan putih berarak menghiasinya. Kadang awan gelap
a ew im ist : to fo
26
menyelimuti, kadang hadir pelangi memamerkan corak warnanya, dan ada kalanya di tengah gulita malam ada cahaya rembulan ditemani bintanggemintang memberi sensasi keindahan langit. Begitu juga pernikahan. Penuh warna, bahkan sejak proses menuju pernikahan dimulai. Lika-liku dan jatuh bangun proses ta’aruf yang menghadirkan aneka rasa dalam hati. Kebimbangan dalam menentukan pilihan dan pada akhirnya menyerah pada satu pilihan dalam sebuah khitbah. Dan ketika sebuah perjanjian agung menyatukan dua insan dalam akad nikah, maka dimulailah babak baru perjalanan hidup dua insan yang berbeda. Nah, pertanyaannya adalah... sudah siapkah kita menjalani biduk pernikahan itu? Pertanyaan aneh! Mungkin ada yang berkomentar begitu. Lha wong sudah ingin dan sudah mau menikah pastinya ya sudah siap menikah dan siap menjalani biduk pernikahan, bukan? Betulkah begitu? Coba kita telisik satu persatu. Sebagai Istri Status baru yang pertama kali kita sandang setelah menikah adalah sebagai istri. Siapkah kita menjadi istri bagi suami kita? Tentunya pertanyaan itu harus dijawab sesuai dengan pemahaman akan kedudukan, fungsi, dan tugas seorang istri. Dalam tradisi Jawa, istri adalah konco wingking, yang artinya kedudukan istri tidak lebih dari sekedar urusan dapur atau tugas kerumahtanggaan. Atau sering kita dengar istilah woman behind the man yang maknanya hampir serupa, yaitu perempuan di balik/belakang
seorang laki-laki. Namun, sebagai muslimah harusnya kita menyadari bahwa kedudukan kita sebagai istri lebih dari sekedar itu. Islam menempatkan perempuan dalam kedudukan yang sangat mulia, yaitu: 1. Sebagai penenteram jiwa suami “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya. Dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir.” 2. Sebagai “pakaian” suami “Mereka kaum wanita itu adalah ibarat pakaian bagimu, dan kamu ibarat pakaian bagi mereka.” Dua kedudukan itu tentunya menuntut kita, sebagai seorang istri, untuk senantiasa berperilaku yang menyenangkan suami sekaligus melindunginya. Kita dituntut untuk selalu dalam posisi jika dipandang suami selalu menyenangkan dan harus terus berusaha untuk menyimpan rapat kekurangan maupun aib suami. Suatu peran yang sangat mudah diucapkan atau dituliskan namun butuh perjuangan untuk bisa menerapkannya. Bisakah kita tetap tersenyum manis saat merasa sebal pada suami? Bisakah kita mengunci rapat mulut kita saat bertemu sahabat atau orang tua dari menceritakan kekurangan suami kita? Silahkan dijawab sendiri-sendiri. Bagaimana jika ternyata suami kita tidak seideal yang kita bayangkan sebelumnya? Apakah kita bisa legowo menerimanya? Apakah kita masih bisa bersyukur dan sabar menghadapinya? Dan ketika kita lihat banyak sahabat kita yang mapan kehidupannya bersama pasangannya, masihkah kita bisa qona’ah menerima kondisi perekonomian yang serba pas-pasan dengan suami kita? Begitupun dengan keinginan sebagian besar istri untuk senantiasa dicintai dan disayangi suami, ternyata dihadapkan pada kenyataan yang jauh panggang dari api. Memiliki suami yang tidak romantis sama sekali, suami yang masih suka tebar pesona kepada perempuan lain, suami yang memiliki perangai kasar, atau bahkan suami yang mulai berubah saat usia pernikahan mencapai angka puluhan dan kulit kita tidak lagi sekinclong dulu. Kira-kira masihkah kita bisa bertahan dengan bersandar pada sabar dan syukur? Atau justru kita menyerah pada tipu daya setan yang selalu berusaha memisahkan bainal mar’i wa zaujih? Sebagai Menantu Status menantu tidak mungkin kita elakkan ketika memutuskan untuk menikah (kecuali saat menikah suami kita sudah yatim piatu). Memilih
hidup mandiri pisah dari orang tua ataupun dengan berbagai sebab akhirnya harus hidup bersama mertua, tentunya tetap tidak bisa menafikan interaksi dengan mereka. Karena mertua juga manusia, maka sudah pasti memiliki sifat yang berbeda satu sama lain. Bersyukurlah jika memiliki mertua yang baik hati. Namun bagaimana jika ternyata mertua kita tidak seperti yang kita harapkan? Apa yang akan kita lakukan? Memaksa suami kita memutus hubungan dengan orang tuanya? Padahal orang tua suami kita lebih berhak atas suami kita dibanding kita sebagai istrinya. Atau kita memilih untuk mengangkat senjata melawan mertua, sehingga menempatkan suami pada posisi sulit antara orang tua dan istri? Bisa juga dengan sisasisa keyakinan kita tetap berdoa agar diberi kesabaran untuk ngramut mertua, karena surga suami ada di orang tuanya dan surga kita ada pada suami kita. Mertua cerewet kita anggap sebagai hal biasa. Mertua yang membenci kita, kita jadikan cambuk untuk mendulang pahala. Siap tidak, ya? Sebagai Ibu Menikah pastinya memiliki harapan untuk mendapat keturunan. Kira-kira siap tidak kita menjadi ibu yang bukan sekedar ibu biologis? Kalau hanya sekedar mengandung, melahirkan, dan menyusui, apa bedanya kita dengan sapi? Peran kita sebagai ibu bukan sekedar ibu biologis tapi juga ibu ideologis yang merupakan madrasah pertama dan utama dari anak-anak kita. Jangan sampai ketika punya anak kita masih memiliki ketergantungan yang tinggi pada orang tua kita dari sisi pengasuhan. Menjadi ibu harus siap direpotkan dengan anak-anaknya. Siapkah kita untuk terus belajar ilmu asah, asih, asuh? Siapkah kita untuk benar-benar membawa surga di telapak kaki kita? Dari ketiga peranan yang dihasilkan oleh sebuah pernikahan di atas kiranya bisa kita jadikan tolak ukur kesiapan kita menjalani sebuah pernikahan. Bukan berarti kita harus menundanunda menikah, tetapi justru kita harus secepatnya belajar untuk menyiapkan diri menjalani peran tersebut. Dengan demikian, keinginan untuk menikah tidak berhenti sebatas keinginan, tetapi dibarengi dengan kesiapan melakoni peran. Kuncinya adalah menikahlah dengan ilmu, jalani biduk rumah tangga dengan ilmu, jangan pernah berhenti belajar, dan jangan pernah melepaskan diri dari kesinambungan ilmu dengan murabbi kita. Karena menikah adalah ibadah, dan ibadah perlu ilmu. Semoga dengan itu Allah subhanahu wa ta’ala akan senantiasa menjaga dan merahmati pernikahan kita menjadi pernikahan yang barakah. Amin. Wallahu a’lam.
27
tombo ati
jelajah-nesia.blogspot...
Nya. Allah berfirman, “Sesungguhnya harta dan anakanak kalian hanyalah cobaan (bagi kalian). Sementara di sisi Allah-lah pahala yang besar.” (QS. At-Taghâbun: 15) Sungguh buruk manusia, kalau uban sudah tampak sementara pikiranmu masih tetap seperti anak-anak. Ia tak bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk, ia tak memahami apa yang Allah inginkan, dan tak mengetahui hikmahNya dalam mengujimu di dunia ini. Bila benar-benar berakal, kita harusnya menganggap musibah dalam urusan agama jauh lebih berbahaya dan lebih hebat ketimbang musibah dunia. Tangisilah diri kita
Yang Dungu dan yang Bodoh (Bagian 1)
K
etahuilah, yang disebut dungu adalah sebelum kita ditangisi saat kita mati nanti. orang yang ditinggal mati ayahnya lalu Sesungguhnya istri, anak, dan teman tidaklah ia menangis, meratap, bersedih, dan menangisi kita di saat kita mati. Tetapi, merasa kecewa atasnya. Sementara sebetulnya mereka sedang menangisi dalam saat yang sama, ia tidak kepentingan dan kebutuhan mereka yang menangisi pembangkangannya pada hilang karena kepergian kita. Kalau saja Allah. Seolah-olah kondisinya itu kita kurang dibutuhkan atau tidak begitu mengatakan, “Aku menangisi penting, pasti tak ada yang menangisi kepergiaan sesuatu yang telah kita. Justru sebaliknya, mereka membuatku lalai dari akan berbangga dan merasa Oleh: Ayub Syafii Allah.” Padahal, semestinya Kepala SMK Nurul Haromain Malang lapang. Katakan pada diri kita, ia menyerah pasrah pada “Sudah sepantasnya aku ketentuan Allah. Selain harus ridha dan sabar meratapi maksiat dan dalam menerima ujian tersebut, hendaknya ia ketidaktaatanku pada Allah sebelum aku bergembira seraya mendekatkan diri pada ditangisi orang lain.” Allah, lantaran Dia telah mengambil sesuatu Zaid bin Arqam radhiyallahu ‘anhu yang selama ini menyebabkan ia lalai darimenceritakan bahwa suatu ketika seorang
28
lelaki bertanya kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam, “Wahai Rasulullah, bagaimana caranya aku menghindar dari neraka?” Beliau menjawab, “Dengan linangan kedua air matamu. Sesungguhnya kedua mata yang menangis karena takut pada Allah takkan tersentuh api neraka selamanya.” (HR. Ibn Abi al-Dunya dan al-Ashbahani) Saudaraku, jika kita tak memiliki sikap wara’ dan takut yang bisa menghalangi dari berbuat maksiat, tangisilah diri kita di kala sendiri. Letakkanlah debu di atas kepala kita karena Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Siapa yang tak memiliki rasa wara’ yang bisa menghalanginya dari maksiat kepada Allah ketika sendirian, maka Allah pun sama sekali tidak peduli dengan amalnya.” Apakah menurut kita kemuliaan akhlak seseorang diukur dari kesopanannya dalam berbicara, kesantunannya dalam bergaul, dan kedermawanannya pada manusia, sementara hak-hak Allah diabaikan dan aturan-Nya dilanggar? Tidak. Itu bukanlah akhlak yang mulia, tetapi merupakan bentuk kemunafikan, penipuan, dan manipulasi. Engkau baru dianggap mempunyai akhlak yang baik dan mulia bila engkau menjaga hak-hak Allah, melaksanakan hukum-Nya, memenuhi semua perintah-Nya, dan menjauhi segala laranganNya. Menurut Abu Dzar radhiyallahu ‘anhu, Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Wahai Abu Dzar, yang disebut akal adalah mengatur, yang disebut wara’ adalah menjaga diri (dari dosa), dan yang disebut kebanggaan adalah berakhlak mulia.” (HR. Ibn Hayyan dalam kitab Shahih-nya) Siapa yang menahan diri untuk tidak melakukan maksiat kepada Allah, lalu menunaikan hak-hak-Nya, mengagungkan dan melaksanakan perintah-Nya, berarti ia memiliki akhlak luhur dan berjiwa mulia. Allah berfirman, “Siapa yang takut kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan nafsunya, maka sesungguhnya surgalah tempatnya.” (QS. An-Nazi’at: 40-41) Sungguh buruk dan dungu kalau kita mampu menunaikan hak-hak manusia, berbuat baik kepada mereka, tetapi tidak menunaikan hak-hak Allah, Pencipta sekaligus Majikan, serta tidak menjalin hubungan baik denganNya.
Tidak Taat Berarti Bodoh Janganlah mendefinisikan orang bodoh sebatas orang yang tidak mempunyai ilmu pengetahuan belaka. Namun, yang sebetulnya bodoh adalah orang yang tak mau mentaati Alloh walaupun ia termasuk pemikir besar atau salah satu cendekiawan ternama. Alloh berfirman, “Namun sebagian besar manusia tidak mengetahui. Mereka hanya mengetahui yang lahir (saja) dari kehidupan dunia, sementara terhadap akhirat mereka lalai.” (QS. Al-Rum: 6-7) Allah mencela mereka karena pintar dalam urusan dunia tetapi bodoh dalam urusan agama. Ayat di atas menjelaskan bahwa tidak ada perbedaan antara kebodohan dan pengetahuan yang hanya mencakup lahiriahnya kehidupan dunia. Ayat tersebut sekaligus menegaskan bahwa kehidupan dunia mempunyai dua aspek; lahiriah dan batiniah. Aspek lahiriahnya meliputi segala kenikmatan perhiasan dunia yang diketahui oleh orangorang bodoh. Adapun aspek batiniah adalah bahwa ia merupakan jalan menembus ke alam akhirat. Bekal menuju ke sana berbentuk ketaatan dan amal-amal shalih. Kita cukup bodoh jika Allah memperlakukan kita secara baik, sayang dan setia, sementara kita memperlakukan-Nya dengan sikap menentang dan acuh. Yang disebut tokoh bukanlah yang memimpin manusia dan berpidato di tengah majelis atau forum, sedang dirinya dibiarkan tenggelam dalam kubangan dosa. Namun, yang disebut tokoh adalah yang memperbaiki diri dan insaf dari kelalaian untuk taat dan patuh kepada Allah. Allah berfirman, “Mereka adalah para tokoh yang tidak dilalaikan oleh urusan bisnis dan tidak (pula) oleh jual beli dari mengingat Allah, menegakkan shalat, dan menunaikan zakat. Mereka takut pada hari ketika hati dan penglihatan menjadi guncang (Hari Kiamat). (Mereka melakukan itu) agar Allah membalas mereka dengan yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan, dan Allah menambah karunia-Nya untuk mereka. Dan Allah memberi rezeki kepada siapa yang Dia kehendaki tanpa batas.” (QS. An-Nur: 37-38) Wallahu a’lam. (bersambung)
29
technopreneur
Meraih Sukses Oleh: Drs. Soehardjoepri, M.Si.
di Masa Muda
Direktur Rabwa Production
S
ulitkah meraih sukses itu? Sesulit apakah meraih sukses itu? Memang sulit meraih sukses, tetapi jauh lebih sulit kalau tidak sukses. Sebenarnya pemuda-pemudi Indonesia tidak kalah dengan mereka yang ada di luar Indonesia. Yang menjadi persoalan adalah tidak imbangnya pemberitaan positif dan negatif tentang mereka. Jujur saja, pemberitaan media saat ini banyak yang negatif. Meraih sukses di masa muda, tidaklah sesulit yang dibayangkan. Karena sukses bukanlah dibayangkan, namun dijalani dalam proses melalui action yang nyata dari ide yang telah dibuat. Janganlah menunda apapun dalam meraih sukses. Bahasa anak sekarang “HAJAR DULU” baru ketahuan apa itu sukses. Mulai hari ini, mari kita perbanyak “IDE”, lalu perbanyak “ACTION”. InsyaAllah akan ada hasil yang luar biasa. Diam dan bergerak sama saja. Namun bergerak akan lebih mulia jika kita mengetahui. Apalagi bergerak positif mewujudkan ide atau cita-cita. Sudah bukan saatnya lagi kita hanya menunggu apalagi meminta –sesuatu yang sangat tidak terpuji. Mari kita renungkan sejenak firman Allah subhanahu wata’ala dalam Surat Al– Anfaal ayat 53. “Yang demikian (siksaan) itu adalah karena sesungguhnya Allah sekali-kali tidak akan mengubah sesuatu nikmat yang telah dianugerahkan-Nya kepada sesuatu kaum, hingga kaum itu mengubah apa yang ada pada diri mereka sendiri. Dan sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” Mari kita lihat beberapa tokoh muda Muslim yang sukses di kala masih muda di antaranya: 1. Bashaer Othman menjadi satu-satunya wali kota termuda dunia. Di usianya yang masih 15 tahun, pelajar yang masih duduk
30
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
di kelas I SMA Palestina ini sudah diberi jabatan publik sebagai Wali Kota Allar, Tulkarm, Tepi Barat, Palestina. Zim Premji adalah pengusaha muslim paling kaya di jagat ini. Kekayaan pria berkebangsaan India ini, seperti dilansir The Wall Street Journal belum lama ini, ditaksir mencapai US$ 17 miliar. Pengusaha muslim Suleiman Kerimov, “jawara” asal Rusia, dengan total kekayaan US$ 14 miliar. Naseer Al-Kharafi dari Kuwait berada di urutan ketiga, dengan kekayaan mencapai US$ 11 miliar. Ibnu Sina, dokter muda Islam yang telah membuka praktik, dan menjadi dokter pribadi khalifah di usia 17 tahun. Usamah bin Zaid menjadi panglima perang yang memimpin ribuan pasukan pada usia 20 tahun. Thariq bin Ziyad kurang dari 30 tahun menjadi komandan perang yang menaklukan Spanyol. Muhammad al-Fatih, sultan Turki penakluk imperium paling berkuasa Romawi Timur saat usia 21 tahun. Dan masih banyak lagi yang lain yang sukses di masa muda.
Apakah kita cuma manggut-manggut saja membaca orang muda muslim yang sukses ini? Jawabannya tentu “TIDAK”. Kita juga bisa sesukses mereka asal kita mau mempunyai “IDE” besar dengan “ACTION” yang besar untuk mewujudkannya dengan kerja kerAS, kerja cerdAS, kerja tuntAS, dan kerja ikhlAS, insyaAllah kita bisa. Bersama Allah, kawula muda harus bergerak dan mewujudkan mimpi. Amin. Bagaimana dengan diri kita saat ini??? Wallahu a’lam.
Konsultasi Syariah oleh Lajnah Syariah Persyada Al Haromain
Hukum Mengadakan Acara di Dalam Masjid Pertanyaan: Ust... bagaimana hukumnya mengadakan dan melakukan beberapa kegiatan / acara di dalam masjid, seperti: latihan pencak silat, latihan qashidah dengan di iringi alat musik seperti piano, dll.? Juga hukum memasang meja prasmanan untuk jamuan acara di dalam masjid? ~Nurul, surabaya
Jawaban: Saudaraku, hafizhakumullah. Sebelum kami menjawab masalah ynang ditanyakan di atas, ada beberapa hal yang harus dipahami terlebih dahulu sebagai pijakan untuk masuk ke dalam pembahasan masalah tersebut. Pertama: apakah arti/definisi dari kata “masjid” dan statusnya? Kedua: apa saja fungsi masjid dibangun menurut pandangan syara’? Dan ketiga: apakah kegiatan seperti dalam pertanyaan itu masih dalam lingkup fungsi masjid atau tidak? Kata “Masjid” menurut ahli bahasa Arab adalah: sebuah nama tempat yang digunakan untuk bersujud kepada Sang Pencipta/Allah Subhanahu wata’ala Adapun masjid dalam perspektif syara’ menurut istilah para pakar fiqih adalah: tempat yang diwaqafkan untuk sarana melakukan ibadah kepada Allah Subhanahu wata’ala, khususnya shalat Dari definisi yang diistilahkan oleh Fuqaha’ ini dapat kita simpulkan: · Bahwa setiap masjid pasti berstatus waqaf untuk Allah subhanahu wata’ala. · Sebaliknya, setiap tempat yang diwaqafkan untuk shalat, belum tentu disebut/berstatus sebagai masjid. Singkat kata: “Setiap masjid pasti waqaf, namun setiap waqaf belum tentu masjid” Masjid merupakan simbol rumah Allah di muka bumi dan menjadi sentral seluruh kegiatan keagamaan umat Islam. Hal ini nyata dicerminkan oleh sejarah kehidupan Baginda Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam dan para sahabat beliau. Dari sini, fungsi masjid menurut kaca mata syari’at Islam sebagai tempat: · Berdzikir kepada Allah Subhanahu wata’ala. · Shalat. · Belajar ilmu agama.
·
Berunding dan musyawarah terkait hal kebaikan untuk Islam dan kaum muslimin serta sejenisnya. Sebagaimana penuturan Imam an-Nawawi ad-Dimasyqi ketika menjabarkan arti sabda Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam, riwayat Muslim dari shahabat Buraidah radhiyallahu ‘anhu. Baginda bersabda: Artinya: “Masjid-masjid dibangun hanya untuk tujuan agama.” Oleh karena itu, ketika Baginda Nabi mendengar suara salah seorang tengah mencari sesuatu miliknya yang hilang di dalam masjid, Beliau berkata pada orang tersebut:
HR. Muslim dari Abu Hurairah). Artinya: “Mudah-mudahan Allah tidak akan mengembalikannya kepadamu, karena sesungguhnya masjid tidak dibangun untuk hal semacam ini.” Atas dasar kedua hadits ini, ada dua kriteria perbuatan yang boleh atau bahkan sunnah dilakukan di dalam masjid, yakni: · Berbuat atau berkata apapun yang dapat menjaga atau tidak mengurangi/ menghilangkan nilai-nilai kemuliaan, kehormatan, serta kewibawaan masjid. · Berbuat atau berkata apapun yang bermanfaat bagi umat Islam secara umum, baik duniawi maupun ukhrawi. Imam alMuhallab mengatakan: “Masjid diperuntukkan urusan kaum muslimin secara umum. Oleh karenanya, apapun perbuatan yang manfaatnya untuk agama atau kaum muslimin, boleh-boleh saja dilakukan di dalam masjid.” Demikian pula sebaliknya, ada dua kriteria perbuatan yang tidak boleh atau bahkan diharamkan dilakukan di dalam masjid, yakni: · Berbuat atau berkata apapun yang dapat mengurangi atau bahkan menghilangkan nilainilai kemuliaan, kehormatan, serta kewibawaan masjid, seperti khalwat (bersendirian) antara pria dan wanita bukan mahramnya, dan maksiat-maksiat lainnya. · Berbuat atau berkata apapun yang bersifat duniawi, yang manfaatnya hanya bersifat
31
·
·
·
32
khusus untuk individu, seperti transaksi jualbeli, sewa-menyewa, dan sejenisnya. Sehubungan dengan adanya kegiatankegiatan dalam pertanyaan tersebut berbeda-beda dan bermacam-macam, maka untuk menentukan status hukumnya, kegiatan-kegiatan tersebut perlu kami rinci. Pencak silat. Olah kanoragan ini banyak digemari oleh beberapa lapisan masyarakat kita, karena beberapa faktor, seperti: membela dan benteng diri dari mara bahaya, membela agama dan negara, sarana mencegah berbuat kejahatan. Selama pencak silat tersebut dipelajari karena tiga faktor tersebut, maka boleh-boleh saja dilakukan di dalam masjid. Karena tidak keluar jauh dari lingkup fungsi masjid, kemanfaatan bagi Islam dan muslimin. Tentu dengan catatan: tidak mengotori masjid secara umum, tidak merusak fasilitas masjid, tidak menyebabkan masjid terkena najis, tidak ada anak kecil di bawah umur tamyiz (umumnya di bawah umur 5/7 th), tidak di waktu sholat, tidak menyempitkan tempat orang yang sedang beribadah, tidak mengganggu orang yang sedang beribadah baik dengan suara atau lainnya, dan mendapat izin dari nadzir atau ta’mir masjid. Hal ini bersandarkan pada hadits Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam, riwayat Bukhari dan Muslim dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha: Bahwa Baginda Nabi memperbolehkan orang-orang Habasyah berzafin (berlatih jurus-jurus berperang yang dikemas dengan seni zafin menggunakan senjata perang mereka) di dalam masjid. Demikian pula hukum memasang meja prasmanan dan makan di dalam masjid: boleh asalkan memenuhi catatan-catatan di atas. Hal ini karena juga tidak keluar jauh dari lingkup fungsi masjid. Imam as-Syafi’i dan pra ulama pengikut beliau berfatwa: “Boleh bagi orang yang i’tikaf di masjid dan lainnya makan di dalam masjid, dan minum, memasang tempat/alas hidangan, dan mencuci tangan, selama tidak mengganggu orang lain. Dan seandainya mencuci tangan ke dalam mangkok, maka lebih baik. Adapun dalil semua itu ada di dalam al-kitab (Al-Qur’an).” Para ulama Syafi’iyah berkata: “Disunnahkan bagi orang yang makan di masjid untuk memasang Sufroh (alas/lemek hidangan) dan sejenisnya, untuk menjaga kebersihan dan kenyamanan beribadah dalam masjid.” Lain halnya dengan berlatih pencak silat untuk bebuat kejahatan, maka hal itu haram di luar masjid, apalagi di dalamnya. Adapun latihan qashidah dengan diiringi alat musik piano dan lainnya, juga perlu kami
rinci. Masalah melantunkan qashidah juga boleh, selain dengan catatan di atas, juga harus berupa qashidah yang diperbolehkan oleh syara’, yaitu sebatas memuji Allah dan Rasul-Nya, berisi pendidikan, perjuangan agama, dan sejenisnya. Karena hal ini masih termasuk mengingat Allah pada umumnya. Adapun qashidah yang berisi mensifati kecantikan wanita, kata-kata jorok, kata-kata yang mengundang birahi, dan sejenisnya, maka tidak boleh dan haram hukumnya, di mana saja, apalagi di dalam masjid. Karena pada umumnya hal semacam ini dapat melupakan Allah dan bertentangan dengan fungsi utama masjid. Demikian pula halnya dengan alat musik sebagai pengiringnya, maka menurut pendapat yang kuat dijadikan standar yang merupakan pendapat mayoritas ulama’ Islam, bahwa selain Rebana / Terbang dan sejenisnya (baik pakai kencer atau tidak), hukumnya tidak boleh dan haram, baik di masjid atau lainnya. Akan tetapi di masjid lebih diharamkan lagi. Walau demikian, menurut pendapat yang lebih hati-hati dan lebih kuat lagi, mengatakan bahwa haram menggunakan Terbang/Rebana di dalam masjid, karena sabda Baginda Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam dalam hadits yang masyhur tentang Terbangan dalam pernikahan, mengisyaratkan untuk menggunakan Terbang di luar masjid. Oleh karenanya, Baginda bersabda yang artinya “Iringilah dengan terbang” setelah kata Beliau (waj’aluuhu fil masajid)” yang artinya “Tempatkan pernikahan di dalam masjid”. Yang pasti dari kronologi pertanyaan di atas, telah terjadi campur-aduk antara yang halal dan yang haram dalam masalah yang terakhir ini. Maka status hukum qashidah diiringi dengan alat musik semacam itu, tidak boleh di luar, apalagi di dalam masjid. Kaidah fiqih mengatakan yang artinya: “Jika halal dan haram bercampur, maka yang menang adalah yang haram.” Hal ini sebagaimana disabdakan Baginda Nabi dalam hadits yang masyhur pula: Artinya: “Barang siapa terjerumus ke dalam barang syubhat (bercampurnya yang halal dengan yang haram), maka dia sungguh telah terjerumus ke dalam barang haram”. Wallahu a’lam bis Shawab! Lihat bahan rujukan kami: 1. Shahih al-Bukhari: Kitab as Shalah, Bab: 68,69,83. 2. Shahih Muslim: Kitab al-Masaajid wa mawaadli’is shalaah, Bab: 18 hadits : 79,80, dan 81. 3. Fathul Baari syarah Bukhari: 3 / 117- 142. 4. Syarah Muslim lin Nawawi: 5 / 46-47. 5. ‘Umdatul mufti wa al mustafti: 1 / 80-84. 6. Ihya’ ‘ulumiddin: Aadaabu kitaabis samaa’ wa al wajdi : 2 / 378-394. 7. Al-Majmu’: 6 / 534. 8. Risaalatul amaajid: 2, 34-37.
jelajah-nesia.blogspot...
Serba-serbi
I Oleh: Ahmad Syarifuddin Pembina Al-Ghazali Islamic Study Club Solo
Pada edisi terdahulu penulis bertutur tentang hakekat penemuan dengan mengambil kasus ditemukannya situs Candi Borobudur, mengapa justru orang Barat yang ditulis sebagai penemunya, padahal candi itu sudah ada sejak dulu dan diketahui masyarakat setempat? Ini tak lain merupakan salah satu strategi imperialisme Barat pada bangsa kita. Berikut lanjutan tulisan tersebut. ~ redaksi
hwal penemuan memang menyisakan keganjilan. Kerap kita dapati penemuan-penemuan penting bagi peradaban dunia dari masa ke masa, tertulis dalam literatur buku-buku pendidikan untuk anak-anak generasi kita, tidak menyebutkan atau tidak menyertakan satu pun penemu muslim. Buku Pintar Senior yang ditulis oleh Iwan Gayo, contohnya. Pada halaman 304-312 dengan judul Penemuan dari Masa ke Masa, disebutkan lebih dari 400 penemu dengan penemuannya berikut tahun dan asal negerinya yang mempengaruhi dunia. Akan tetapi, dari 400 lebih temuan, tidak ada satu pun nama penemu beragama Islam. Apakah benar orang muslim tidak memiliki kontribusi sama sekali di bidang penemuan? Ada apakah?! Portugis, misalnya, dikenal dan disanjung sebagai penemu Tanjung Pengharapan, sementara Columbus digelari sebagai penemu Amerika Serikat. Sebenarnya, jauh sebelum Portugis menginjakkan kakinya di Asia dan Afrika, bangsa Arab sejak abad ke-2 Sebelum Masehi telah berlayar sampai ke Ceylon (Sri Langka). Hingga nama Ceylon pun diserap dari bahasa Arab, yaitu AsSayalan. Cooke menyatakan bahwa sejak abad ke-2 SM, pengaruh Arab sangat luas sekali dalam bidang perdagangan hingga Ceylon.
33
34
Ahmad Ibnu Majid, yang mau memberikan petunjuk jalan laut, setelah dimabukkan. Bahkan menurut Sir R.F. Burton, Ibnu Majid merupakan penemu kompas yang pertama. Penulis Eropa, John William Draper dalam bukunya, The Intellectual Development of Europe (Perkembangan Intelektual Eropa), menyatakan, “Saya menyayangkan literatur Eropa yang sengaja meminimalkan konstribusi peradaban Islam dalam kemajuan sains. Tentu ini tidak bisa lagi ditutup-tutupi. Bangsa Arab telah meninggalkan warisan intelektual pada Eropa yang patut diakui oleh dunia Kristen.” Pada safari tahun 1998 itu, kami sempat pula anjangsana ke pos Al-Haromain Yogyakarta di dekat UGM, juga ziarah ke AlMukarrom Al-Habib Anis bin Alwi bin Ali bin Muhammad Al-Habsyi di Solo (wafat 2006). Kami dibukakan pintu dan Habib berkenan menemui, meski saat itu sudah jam 23.00. Alhamdulillah. Sepulang dari wisata, ada pelajaran rohaniah yang bisa kami ambil, bahwa di saat bagian dunia sana sudah terangbenderang dan gemerlapan dengan lampu, emas, baja, porselen, dan berlian, di sini kita masih berkutat bebatuan (candi).
jelajah-nesia.blogspot...
Hal ini mempengaruhi penciptaan peta bumi dunia yang pertama dimiliki oleh bangsa Arab. Pada abad ke-10, Ibnu Hauqal (975 M) telah berhasil membuat peta bumi tersebut, dengan menyebutkan adanya Samudera Indonesia (Samudera Hindia). Bagi kalangan Barat, saat itu Samudera Indonesia dianggap sebagai jurang laut. Kalau berlayar sampai ke laut itu, akan terjerumus. Sedangkan bangsa Arab telah mengenal Samudera Indonesia sejak abad ke-2 SM. Atas dasar ini, sejarawan Ahmad Mansur Suryanegara, justru menyebut bangsa Barat sebagai bangsa yang paling belakang mengetahui daerah-daerah di Asia dan Afrika, karena bangsa Asia yang sering melewati daerah tersebut tidak pernah menuliskan sejarahnya sebagai penemuan pertama. Pelayaran bangsa Arab tidak sebatas Asia dan Afrika. Tetapi seluruh benua Eropa telah dijelajahinya. Hal ini dapat kita lihat dari mata uang Islam yang terdapat di Rusia, Finlandia, Swedia dan Norwegia pada abad ke7 sampai abad ke-11, 9 abad sebelum Portugis mengetahui Tanjung Pengharapan. Sementara bangsa Spanyol pergi ke Amerika demi menjarah bangsa Indian, penduduk asli yang mendiami daerah tersebut. Kepergian Portugis ke Afrika Selatan ternyata diantar oleh pandu laut Arab Muslim,
auladi
Peran Ibu dalam
Pembinaan Remaja Oleh | Ulinnuha Guru SDIT Ghilmani Surabaya
K
etika anak telah memasuki masa baligh, karena umur atau mimpi, maka ia telah tiba saatnya dibebani tugas kewajiban syariat, berupa ketentuan-ketentuan Allah, yang meliputi perintah dan larangan, janji dan ancaman, serta balasan pahala dan dosa. Maka setiap perbuatannya akan dimintai pertanggungjawaban kelak di akhirat. Di sisi lain, masa ini sungguh merupakan masa yang rawan dengan kondisi yang banyak dikhawatirkan. Pada masa ini, banyak remaja yang lebih cenderung pada kesenangan duniawi daripada ketaatan, kebaikan, dan amal-amal —kecuali yang diberi rahmat oleh Allah subhanahu wata’ala. Karena itu dalam hadits disebutkan: “Tuhanmu kagum terhadap pemuda yang tidak suka memperturutkan kesenangan.” Dalam hadits yang lain, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam menyatakan bahwa di antara tujuh golongan yang dinaungi Allah pada hari yang tidak ada naungan kecuali naungan-Nya adalah pemuda yang mengisi hidupnya dengan beribadah kepada Allah Subhanahu wata’ala. Masa muda para sahabat adalah contoh yang baik dalam beribadah kepada Allah, kesungguhan dan keteguhan dalam menaatiNya, dan mengharap keridhaan-Nya. Mereka adalah pemuda yang konsisten dan konsekuen, pandangan mata mereka terpelihara dari keburukan, kaki mereka berat untuk melangkah kepada kebatilan, dan mereka
tetap tekun beribadah. Mereka rela mempertaruhkan nyawa untuk berjihad dalam menegakkan Islam di muka bumi. Siapa yang Ada di Balik Kesuksesan Mereka? Jika kita pelajari bagaimana pendidikan para sahabat dan ulama’ salafushshalih, maka sosok yang ada di belakang keberhasilan mereka menjadi orang yang sukses dunia dan akhirat adalah ibu. Sebagai contoh, Imam Syafi’i berhasil menjadi mufti di Mekkah ketika baru berumur 15 tahun, itu karena kesetiaan, keikhlasan, dan keteguhan ibunya dalam mendampingi anaknya menjadi ilmuan sejati, sekalipun hidup dalam keprihatinan dan tanpa didampingi suami karena telah dipanggil menghadap Allah lebih dulu. Demikian juga dengan Sayyid Quthb dan saudaranya yang menjadi hafidz Al-Qur’an dan juga menjalankan seluruh kandungan Al Qur’an adalah berkat sang ibu yang sejak anaknya masih kecil, tidak pernah memperdengarkan sesuatu kecuali tilawah Al Qur’an yang dibacakan beliau kepada mereka. Ibu Adalah Sentral Kehidupan Belaian kasih sayang dan kehalusan jiwa seorang ibu yang dicurahkan sejak awal mula kehidupan seorang anak hingga ia tumbuh dewasa akan membentuknya menjadi pribadi yang memiliki akhlaqul karimah. Mereka akan berhubungan dengan masyarakat dengan baik, berani mengarungi realita hidup dengan penuh keyakinan dan keberanian Apabila seorang ibu menanamkan kebiasaankebiasaan yang baik sejak kecil dengan penuh kasih sayang, maka akan memberikan dampak positif dalam perkembangan jiwanya. Ia akan mudah ass muslim.com
35
melakukan kebaikan dan menjadi terbiasa hingga ia dewasa. Kasih sayang seorang ibu hendaknya diberikan secara adil, merata kepada anakanaknya, agar tidak menimbulkan tekanan jiwa dan retaknya hubungan di antara mereka. Adil tidak selamanya harus sama, melainkan bijaksana dalam memberikan kasih sayang dan memenuhi kebutuhan sesuai dengan tingkat kebutuhan mereka. Cinta kasih seorang ibu yang diberikan secara adil dan bijaksana merupakan pintu menuju keharmonisan hubungan antaranggota keluarga, kebahagian hidup dan ketenteraman lahir batin, jauh dari polusi iri dan kebencian terhadap sesama saudara. Peran Ibu Ketika Anak Menginjak Dewasa Sebagian besar orang tua begitu sangat memperhatikan perkembangan dan pendidikan putra-putrinya sejak lahir, kemudian memasuki masa golden age dan usia sekolah dasar. Namun ketika mereka memasuki masa baligh/remaja, orang tua mulai kurang dalam memperhatikan perkembangannya. Orang tua beranggapan, anak-anak mereka sudah gede, sudah bisa mengurus dirinya sendiri (Contohnya, banyak kita lihat, Taman Pendidikan Al-Qur’an/TPQ, sebagian besar diikuti oleh anak usia pra TK dan SD. Jarang sekali, mereka yang usia SMP mau ikut belajar di TPQ). Padahal justru pada masa memasuki baligh dan selanjutnya adalah masa-masa krisis identitas di kalangan remaja. Hal ini terbukti kenyataan di masyarakat, maraknya tawuran di antara pelajar, pergaulan bebas antar lawan jenis, terjerumusnya mereka ke dalam penggunaan narkoba, dan lain sebagainya dilakukan anak usia remaja. Oleh karena itu, untuk mencegah atau meminimalkan kebobrokan moral itu terjadi, kembalilah pada pendidikan dalam keluarga, khususnya peran dari seorang ibu dalam membina putra-putri mereka yang menginjak dewasa. Beberapa peran yang dapat dilakukan oleh ibu dalam mendampingi putra-putrnya ketika menginjak dewasa adalah sbb.: a. Sebagai ibu Peran sebagai ibu adalah peran yang memang sudah melekat sejak awal, di mana
36
seorang ibu dengan penuh rasa kasih sayang merawat, mengasuh, membesarkan, dan mengarahkan putra-putrinya hingga dewasa, menjadi orang yang taat dan berguna bagi agama dan masyarakat. b. Sebagai Guru Peran ibu dalam hal ini sebagai pendidik yang pertama kali meletakkan pondasi dasar kepada anak dalam proses pendewasaan mental dan pematangan jiwa, dengan landasan syariat Islam. Selain dituntut untuk menguasai ilmu yang berkaitan dengan pelaksanaan ibadah maupun muamalah, seorang ibu juga harus menguasai perkembangan ilmu pengetahan yang selalu berkembang. Dengan demikian, ibu bisa membantu menjawab pertanyaan-pertanyaan kritis yang dilontarkan putra-putinya, sehingga mereka tidak akan segan-segan bertanya kepada ibu bila menemukan suatu persoalan. c. Sebagai Kakak Dalam hal ini ibu diharapkan menjadi kakak yang bisa diajak diskusi, dimintai pendapat, bermain, maupun melakukan hobi yang disukai. Tentunya cara berpikir yang digunakan ibu adalah dengan sudut pandang anak yang telah menginjak dewasa. d. Sebagai Teman/Sahabat Suatu saat anak kita akan menginjak dewasa. Mereka membutuhkan teman/sahabat untuk mencurahkan isi hatinya ketika menghadapi persoalan. Di sini, ibu dapat memerankan dirinya sebagai teman/sahabat bagi anak, sahabat dalam suka maupun duka. Perhatian orang tua, khususnya ibu, ketika anak memasuki usia baligh, justru lebih dibutuhkan, terutama untuk mengarahkan dan mengingatkan kewajiban-kewajiban yang harus dilakukan, semisal sholat, puasa, dan seterusnya. Di samping itu, kita perlu arahkan mereka untuk berhati-hati dalam bergaul, agar tidak terjerumus dalam pergaulan bebas, penggunaan narkoba atau miras, yang dapat menghancurkan masa depan mereka. Peran apapun yang dimainkan oleh ibu, intinya adalah bagaimana ibu dapat mendidik dan mengarahkan anaknya yang menginjak dewasa tersebut menjadi pribadi yang sholih/ ah, yang taat menjalankan perintah-Nya, dan menjauhi larangan-Nya. Wallahu a’lam.
Liputan
B
ulan Muharram adalah salah satu dari empat bulan haram atau bulan yang dimuliakan Allah. Empat bulan tersebut adalah bulan Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Muharram, dan Rajab. ”Sesungguhnya jumlah bulan di kitabullah (Al-Quran) itu ada dua belas bulan sejak Allah menciptakan langit dan bumi, empat di antaranya adalah bulan-bulan haram.” (QS. At Taubah: 36) Pada bulan ini juga, tepatnya tanggal 10 Muharram, Allah menyelamatkan nabi Musa a.s. dan Bani Israil dari kejaran Firaun. Mereka memuliakannya dengan berpuasa. Kemudian Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam menetapkan puasa pada tanggal 10 Muharram sebagai kesyukuran atas pertolongan Allah Subhanahu wata’ala.
doc lazis
10 Muharrom, Hari Raya nya anak yatim Selain itu, di sebagian masyarakat lazim dan mengenal istilah Muharram sebagai bulannya yatim, yaitu dengan menyelenggarakan acara dimana mereka memberikan santunan kepada para anak yatim. Karena itu pula, keluarga bapak Ir. Djoko dan Ibu Nany Tjahjaningrum yang merupakan donatur Lazis Al-Haromain mengadakan tasyakuran menempati rumah dan berbagi bersama anak yatim dan dhuafa. Acara dihadiri oleh sekitar 100 anak yatim dan
200-an Ibu majlis taklim. Acara berlangsung khidmat. Pada acara itu juga bertepatan dengan acara majlis Al Muslimah PENGAWAL (Pengajian Wanita Al Hidayah Al Khoiriyah Banyuurip Wetan Surabaya). Majlis tersebut dibina oleh Ibu Nyai Hj. Dra. Latifah Ahmad. Menurut Bu Nany selaku Shahibul Hajah Majlis Pengawal memang sering mengadakan bakti sosial untuk anak-anak yang kurang mampu. Semoga berkah. (MQ)
37
Liputan
Menyambut tahun baru Hijriyah 1434 H, Lazis AlHaromain mengadakan Gebyar Muharram. Acara dilaksanakan serentak pada hari Kamis, 1 Muharram 1434 H atau bertepatan tanggal 15 November 2012. Di Surabaya, Geyar Muharram diisi dengan acara “Family Day” yang dirangkai dengan Jalan sehat bersama keluarga, lomba-lomba bersama keluarga, di antaranya lomba menggambar, Lomba Daur Ulang, Lomba masak keluarga, dan sebagainya. Uniknya lomba tersebut harus diikuti bersama keluarga. Acara tersebut semakin meriah karena diisi oleh para santri dari SDIT Ghilmani dan TKIT Wildani yang hadir bersama keluarga untuk mengikuti acara Gebyar Muharram. Pada kesempatan tersebut, LPI Al-Haromain Surabaya memberikan
doc lazis
38
Liputan
apresiasi kepada Kepala Sekolah SDIT Ghilmani, Ustadzah Yuliani, atas prestasinya dalam penelitian tindakan kelas. Sedangkan di Mahad Nurul Haromain Pujon Malang, tahun baru Islam diisi dengan Kirab 1 Muharram bersama TPQ –TPQ binaan Mahad Nurul Haromain, yaitu: 1. TPQ ROUDHOTUL MUBTADIN (Bagean, Wiyurejo) 2. TPQ AL IKHSAN (Ngroto Pujon) 3. TPQ AL INSHOF (Ngroto Pujon) 4. TPQ AL HIKMAH (Mantung) 5. TPQ AL MUBAROK (Sebaluh) 6. TPQ NURUL JANNAH (Sidomulyo) 7. TK DHARMA WANITA (Ngroto) 8. TK AL IZZAH (Maron Pujon Kidul) 9. TPQ AL MUKMINAT (Jl. Wiyu, Pujon) 10. TPQ TORONGREJO 11. TPQ AZ ZAHRO (Pandesari) 12. TPQ DARUSSALAM (Pujon Lor) Acara Kirab Muharram 1434 H diakhiri dengan pemberian santunan yatim. (MQ)
39
Liputan
Hibah Sarana (A1) DTT Persyadha 2012
S
arana pembelajaran yang lengkap dan menyenangkan akan berkontribusi pada kelancaran pembelajaran dan bahkan pada peningkatan motivasi siswa untuk belajar. Oleh karena itu, DTT atau Divisi Tarbiyah wa Taklim (Divisi Pendidikan) Persyadha bekerja sama dengan Lazis Al Haromain mengadakan kegiatan Hibah Sarana (A1) pada bulan Oktober 2012 khusus untuk KB/PG/PAUD dan TK/RA di lingkungan Persyadha. Terdapat 5 KB/PG/PAUD dan 9 TK/RA pengusul dan penerima Hibah Sarana (A1) DTT Persyadha 2012 ini, yakni: KBIT Wildani (Kinameng, Lamongan), PG Wildani (Tambakboyo, Tuban), KBIT Wildani (Sugio, Lamongan), KB Al-Wa’yi (Mandalawangi, Malang), Paud As-Sibyan (Kasembon, Malang), RA Al Budur (Kasembon, Malang), RA Al Washoya (Ngoro, Jombang), TKIT Wildani 2 (Ketintang, Surabaya), TK AtTarbiyah Jajar (Wates, Kediri), TKIT Wildani (5) (Kinameng, Lamongan), TK Wildani (3) (Tambakboyo, Tuban), TKIT Wildani (4) (Sugio, Lamongan), TK AlWa’yi (Mandalawangi Malang), dan TKIT Al-Mishbah (Sumobito, Jombang). Salah satu bentuk hibah adalah papan tulis putih beroda sehingga mudah digerakkan/dipindahkan (mobile). Model papan tulis tersebut sangat mendukung kegiatan belajar mengajar (KBM) KB/TK khususnya KBM di luar ruangan (outdoor learning). Kemanfaatan tersebut sudah lama diharapkan oleh pihak sekolah. Hal itu tercermin dari apa yang disampaikan oleh salah seorang kepala sekolah pengusul, yakni Kepala KB/TK Wildani (5) Kinameng Lamongan, Ustdh Nur Faridah,: “Alhamdulillah, para siswa dan asatidzah sangat senang. Semua hibah sangat bermanfaat terutama papannya (white board), kalo bisa ditambah kata teman-teman asatidzah.” Alhamdulillah, mohon doanya semoga DTT Persyadha dan Lazis Al Haromain bisa menambah jumlah hibahnya di lain waktu. Amin.
doc lazis
40
LAPORAN PENERIMAAN DAN PENYALURAN DANA LAZIS AL HAROMAIN
BULAN OKTOBER 2012 SALDO DANA AWAL OKTOBER
Rp
PENERIMAAN DANA 1. INFAQ TIDAK TERIKAT RUTIN Rp 2. INFAQ TIDAK TERIKAT INSIDENTAL Rp 3. INFAQ TERIKAT a. Infaq Yatim dan dhuafa Rp b. Infaq Pembangunan Sentra Dakwah Rp c. Infaq Beasiswa Pendidikan Rp d. Infaq Beasiswa GOTAS Rp e. Infaq Dana Da’I (D-3) Rp 4. Z A K AT Rp 5. WAQAF Rp 6. BAGI HASIL BANK Rp 7. PENDAPATAN BUNGAN BANK Rp TOTAL Rp TOTAL DANA Rp PENYALURAN DANA 1. DAKWAH a. Media dakwah b. Kegiatan Dakwah c. Pembangunan Sentra Dakwah d. Dana Dakwah Da’I Daerah SUB TOTAL 2. PENDIDIKAN a. Beasiswa pendidikan b. Beasiswa Santri pesantren SUB TOTAL 3. YATIM DAN DHUAFA a. Beasiswa yatim dan dhuafa b. Bantuan Pesantren yatim SUB TOTAL 5. PENYALURAN ZAKAT a. Sabilillah b. Bantuan Dhuafa SUB TOTAL 6. BIAYA OPERASIONAL a. Bisyaroh Karyawan b. Operasional kantor c. Pengadaan Inventaris d. Perbaikan inventaris SUB TOTAL 7. DANA SOSIAL KEMANUSIAAN Sosial Ekonomi masyarakat 8. 9.
69,938,562
42,535,333 5,699,373 3,186,000 8,127,000 3,172,300 3,120,000 2,150,000 59,922,000 5,305,000 73,735 9,947 133,300,688 203,239,250
Rp Rp Rp Rp Rp
2,775,000 20,740,000 9,490,000 9,656,500 42,661,500
Rp Rp Rp
2,952,000 3,000,000 5,952,000
Rp Rp Rp
3,450,000 605,000 4,055,000
Rp Rp Rp
2,239,000 128,500 2,367,500
Rp Rp Rp Rp Rp
11,661,977 2,836,800 650,000 1,171,000 16,319,777
Rp
885,000
PENYALURAN DANA WAKAF Pembangunan Pesma Al Midroor Sby Rp PENGGUNAAN DANA BAGI HASIL BANK o Rp TOTAL PENYALURAN Rp SALDO DANA AKHIR OKTOBER Rp
6,848,000 51,540 79,140,317 124,098,933
Percayakan iklan usaha Anda di Majalah Al Haromain Hubungi :
085230169991 Khusus donatur dan pelanggan Al Haromain GRATIS* * Syarat dan ketentuan berlaku
FORMULIR DONATUR Nama Alamat Rumah
Kantor / Instansi Nomor Telepon / HP Tempat / Tanggal Lahir Kelurahan & Kecamatan
Dengan mengucap Bismillahirrohmanirrohiim, saya bersedia menjadi DONATUR TETAP Nilai Infaq bulanan *) Rp. 20.000,-
Rp. 50.000,-
Rp.100.000,-
Rp. .......................
Alamat Pengambilan
*) Rp. 5.000,- untuk pembelian majalah
Manfaatkan Layanan transfer zakat infaq dan shodaqoh melalui rekening a/n Lazis Al Haromain sebagai berikut : BSM Darmo 008 006 7259 Bukopin Syariah 880 0329 036 BRI Syariah 1002882112
BCA Syariah 0110006666 Bank Muamalat 0166115107
konfirmasi transfer ke
031-70518810 42