P ro sid ing Sem ina r Na siona l & Wo rkshop “Pe rkemba ngan Te rki ni Sa in s Fa rma si & K l in i k 5” | Padang , 6 -7 No vembe r 2015
Pemeriksaan Mutu Jamu Obat Mencret yang Beredar di Apotik Kota Padang Harrizul Rivai1, Susana Merry Mardiastuty2, Fitra Fauziah2 1Fakultas 2Sekolah
Farmasi Universitas Andalas Padang Tinggi Ilmu Farmasi (STIFARM), jl. Tamansiswa No.9 Padang
Corresponding email:
[email protected] ABSTRAK Pemeriksaan mutu jamu untuk obat mencret yang dijual di apotik-apotik Kota Padang telah dilakukan. Pemeriksaan ini dilakukan pada tiga macam jamu yaitu sebuk, kapsul dan cairan oral dan dianalisis waktu hancurnya, keseragaman bobot/volume, kadar air, angka kapang total dan angka lempeng total. Hasil pemeriksaan ini menunjukan bahwa waktu hancur kapsul tidak lebih dari 30 menit, keseragaman bobot/volume dan kadar air semua sampel memenuhi syarat. Angka kapang total semua sampel tidak memenuhi syarat, sedangkan angka lempeng total memenuhi syarat. Karena itu dapat disimpulkan bahwa jamu untuk obat mencret yang digunakan dalam pemeriksaan ini tidak memenuhi syarat berdasarkan persyaratan mutu yang ditetapkan oleh Kapala Badan Pengawasan Obat dan Makanan Republik Indonesia. Kata Kunci: pemeriksaan mutu, jamu, obat tradisional, obat mencret PENDAHULUAN
dijual
Jamu adalah obat tradisional Indonesia (Badan Pengawas Obat dan Makanan, 2005).
di
apotik-apotik
di
Kota
Padang
memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan.
Obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan
METODE PENELITIAN
hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik),
Alat dan Bahan
atau campuran dari bahan tersebut yang secara turun
temurun
Peralatan
yang
digunakan
pada
telah
digunakan
untuk
penelitian ini meliputi autoklaf (All America),
dapat
diterapkan
sesuai
laminar air flow (LAF) (Esco), desintegrator dan
dengan norma yang berlaku di masyarakat
alat-alat yang lazim digunakan di laboratorium
(Badan Pengawas Obat dan Makanan, 2014).
kimia analitik dan mikrobiologi. Bahan yang
pengobatan,
dan
Salah satu jamu yang banyak diguanakan
digunakan sebagai objek penelitian adalah jamu
oleh masyarakat adalah jamu obat mencret.
obat mencret dalam bentuk sediaan serbuk
Karena itu jamu obat mencret harus memenuhi
(sampel A), dalam bentuk sediaan kapsul
persyaratan mutu yang ditetapkan oleh Badan
(sampel B), dan dalam bentuk sediaan cair obat
Pengawas
Republik
dalam (sampel C). Bahan kimia yang digunakan
Indonesia (2014). Penelitian ini bertujuan untuk
adalah Plate Count Agar (PCA) (Merck), Nutrien
memeriksa apakah jamu obat mencret yang
Broth (NB) (Merck), Potato Dextrose Agar
Obat
dan
Makanan
285
P ro sid ing Sem ina r Na siona l & Wo rkshop “Pe rkemba ngan Te rki ni Sa in s Fa rma si & K l in i k 5” | Padang , 6 -7 No vembe r 2015
(PDA) (Merck), etanol 70% (Brataco) dan Aqua
sempurna, ulangi pengujian dengan 12 kapsul
Destilata (Brataco).
lainnya; tidak kurang dari 16 dari 18 kapsul yang diuji harus hancur sempurna. Waktu
Pemeriksaan waktu hancur
hancur untuk sediaan jamu dalam bentuk
Waktu hancur kapsul ditentukan dengan cara
kapsul adalah tidak lebih dari 30 menit (Badan
seperti diuraikan dalam Farmakope Indonesia
Pengawas Obat dan Makanan, 2014).
Edisi IV (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1995). Caranya: masukkan satu
Pemeriksaan keseragaman bobot
kapsul pada masing-masing dari keranjang,
1.
tanpa menggunakan cakram pada tiap tabung
Dari 10 kemasan primer tidak lebih dari 2
dan jalankan alat, gunakan air bersuhu 37 2 °C
kemasan yang masing-masing bobot isinya
sebagai media. Pada akhir batas waktu seperti
menyimpang
tertera dalam monografi, angkat keranjang dan
kemasanpun yang bobot isinya menyimpang
amati semua kapsul: semua kapsul harus
dua kali lipat dari tabel berikut (Badan
hancur, kecuali bagian dari cangkang kapsul.
Pengawas Obat dan Makanan, 2014):
Serbuk
dari
tabel
dan
tidak
satu
Bila 1 kapsul atau 2 kapsul tidak hancur
Tabel 1. Persyaratan keseragaman bobot serbuk simplisia
2.
Bobot rata-rata serbuk
Penyimpangan terhadap bobot rata-rata
0,1 g
15 %
0,1 – 0,5 g
10 %
0,5 – 1,5 g
8%
1,5 – 6 g
7%
6g
5%
Kapsul
dari 15 % (Badan Pengawas Obat dan Makanan,
Untuk kapsul yang berisi obat tradisional
2014).
kering: dari 20 kapsul, tidak lebih dari 2 kapsul
3.
yang masing-masing bobot isinya menyimpang
Volume rata-rata larutan yang diperoleh dari 10
dari bobot isi rata-rata lebih besar dari 10 %
wadah tidak kurang dari 100%, dan tidak
dan tidak satu kapsul pun yang bobot isinya
satupun volume wadah yang kurang dari 95%
menyimpang dari bobot isi rata-rata lebih besar
dari volume yang dinyatakan pada penandaan
dari 25 %. Untuk kapsul yang berisi obat
(Badan Pengawas Obat dan Makanan, 2014).
Keseragaman volume cairan obat dalam
tradisional cair: tidak lebih dari satu kapsul yang masing-masing bobot isinya menyimpang
Pemeriksaan kadar air
dari bobot isi rata-rata lebih besar dari 7,5 %
Pemeriksaan kadar air dilakukan untuk sampel
dan tidak satu kapsul pun yang bobot isinya
dalam bentuk serbuk dan dalam bentuk sediaan
menyimpang dari bobot isi rata-rata lebih besar
kapsul. Masukkan lebih kurang 10 gram sampel
286
P ro sid ing Sem ina r Na siona l & Wo rkshop “Pe rkemba ngan Te rki ni Sa in s Fa rma si & K l in i k 5” | Padang , 6 -7 No vembe r 2015
dan timbang saksama dalam wadah yang telah
mL kedalam cawan petri dan dibuat duplo.
ditara. Keringkan pada suhu 105 oC selama 5
Kedalam cawan petri dituang 15 mL Media Plate
jam dan timbang. Lanjutkan pengeringan dan
Count Agar (45 ± 10 oC). Segera digoyang dan
timbang pada jarak 1 jam sampai pembedaan
diputar sedemikian rupa sehingga suspensi
antara 2 penimbangan berturut-turut tidak
tersebar merata. Untuk mengetahui sterilitas
lebih dari 0,25%
media dibuat uji kontrol (blangko) yang berisi
(Departemen
Kesehatan
Republik Indonesia, 1995).
media
Plate
Count
Agar.
Setelah
media
memadat, cawan petri diinkubasi pada suhu 35Pembuatan
Media
Pembenihan
untuk
37 oC selama 24-48 jam dengan posisi terbalik.
Penetapan Angka Lempeng Total
Jumlah koloni yang tumbuh diamati dan
1. Plate Count Agar (PCA)
dihitung
Ditimbang sebanyak 11,475 gram Plate Count
Indonesia, 2000). Jumlah koloni yang tumbuh
Agar kemudian dilarutkan dalam 510 mL air
diamati dan dihitung dengan menggunakan alat
suling dalam labu erlemeyer dan dipanaskan
coloni counter (Thoha et al., 2012)
(Departemen
Kesehatan
Republik
sampai mendidih dan larut sempurna. Lalu langsung pasang disterilkan kedalam autoklaf
Pembuatan
yaitu pada suhu 121
Penetapan Angka Kapang dan Khamir
oC
selama 15 menit
(Pratiwi, 2008).
Media
Pembenihan
untuk
Potato Dextrose Agar (PDA) Ditimbang
sebanyak
12,870
gram
Potato
2. Nutrient Broth (NB)
Dextrose Agar kemudian dilarutkan dalam 330
Ditimbang sebanyak 5,28 gram serbuk medium
mL air suling dalam labu erlenmeyer dan
Nutrient Broth kemudian dilarutkan dalam 660
dipanaskan
mL air suling dalam labu erlenmeyer dan
sempurna. Kemudian disterilkan dalam autoklaf
dipanaskan
larut
pada suhu 121 ˚C selama 15 menit. Potato
sempurna. Masukkan dalam tabung reaksi
Dextrose Agar digunakan sebagai media umum
sebanyak 9 mL, kemudian disterilkan dalam
untuk ragi dan jamur (Eziashi et al., 2013).
sampai
mendidih
dan
sampai
mendidih
dan
larut
autoklaf pada suhu 121 oC selama 15 menit. Penetapan angka kapang dan khamir Penetapan angka lempeng total
Sebanyak 2 gram sampel dicampur dengan 18
Sebanyak 2 gram sampel dicampur dengan 18
mL air suling, kemudian kocok sampai homogen
mL Larutan Nutrien Broth kocok homogen
(pengenceran 10-1), lalu siapkan 3 buah tabung
(pengenceran 10-¹) kemudian disiapkan 5 buah
yang masing-masing berisi 9 mL Nutrient Broth
tabung yang masing-masing telah diisi dengan 9
(NB). Dari hasil homogenisasi pada penyiapan
mL larutan Nutrient Broth. Dari pengenceran
contoh, dipipet 1 mL pengeneran 10-1 ke dalam
10-¹ dipipet sebanyak 1 mL kedalam tabung
tabung Nutrient Broth pertama hingga diperoleh
yang berisi pengencer Nutrient Broth pertama
pengenceran 10-2 dan dikocok hingga homogen.
hingga diperoleh pengenceran 10-2 dan dikocok
Dibuat pengenceran selanjutnya hingga 10-4.
hingga
pengenceran
Dari masing-masing pengenceran dipipet 0,5
atau sesuai yang
mL, dituangkan pada permukaan media Potato
homogen.
selanjutnya hingga
Dibuat 10-6
diperlukan. Dari setiap pengenceran dipipet 1 287
P ro sid ing Sem ina r Na siona l & Wo rkshop “Pe rkemba ngan Te rki ni Sa in s Fa rma si & K l in i k 5” | Padang , 6 -7 No vembe r 2015
Dekstrose Agar, segera digoyang sambil diputar
Sampel yang digunakan berupa jamu obat
agar suspensi tersebar merata dibuat duplo.
mencret yang diperoleh dari apotek yang berada
Untuk mengetahui sterilitas media dan
di kota Padang dan diperoleh tiga sampel jamu
pengencer, dilakukan uji blangko yang berisi
obat mencret yaitu sampel A dalam bentuk
media saja dan dibiarkan memadat. Seluruh
kapsul, sampel B dalam bentuk serbuk dan
cawan petri diinkubasi pada suhu 20 oC selama
sampel C dalam bentuk sediaan cairan obat
5-7 hari. Sesudah 5 hari inkubasi dicatat jumlah
dalam dengan kelengkapan registrasi yang
koloni jamur pengamatan terakhir yaitu setelah
berbeda-beda. Hasil pemeriksaan waktu hancur
diinkubasi
dari kapsul didapat hasil pengujian waktu rata-
selama
7
hari
(Departemen
Kesehatan Republik Indonesia, 2000).
rata yang didapat adalah 274 detik atau 4 menit 34 detik dengan simpangan baku 41 detik. Hasil
HASIL DAN DISKUSI
selengkapnya dapat dilihat dapat Tabel 2.
Hasil
Tabel 2. Pemeriksaan waktu hancur sampel jamu berupa kapsul pada suhu 37 2 oC Kapsul 1 2 3 4 5 6 Ratarata
Waktu hancur (detik) 226 258 240 281 306 333 274 41
Hasil pemeriksaan keseragaman bobot dari
8,25x105, pengenceran 10-5 yaitu 8,25x106 dan
jamu obat mencret dalam bentuk serbuk
pengenceran 10-6 yaitu 4,0x107. Angka lempeng
diperoleh bobot rata-rata yaitu 2.100,2 mg dan
total dari Sampel B pada pengenceran 10-2 yaitu
persentase penyimpangan yang didapat yaitu
3,1x103, pengenceran 10-3 yaitu 2,05x104,
3,47 %. Keseragaman bobot dari kapsul
pengenceran 10-4 yaitu 1,0x105, pengenceran
diperoleh bobot rata-rata yaitu 633,53 mg dan
10-5 yaitu 7,5x105 dan pengenceran 10-6 yaitu
rata-rata persentase penyimpangannya yaitu
5,5x106. Angka lempeng total dari Sampel C
1,47 %. Keseragaman volume sampel dalam
pada pengenceran 10-2yaitu 7x102, pengenceran
bentuk sediaan cairan obat dalam diperoleh
10-3 yaitu 1x103, pengenceran 10-4 yaitu 1,5x105,
volume rata-rata yaitu 10,41 mL dan persentase
pengenceran 10-5 yaitu 2x105, dan pengenceran
penyimpangannya yaitu 0,78 %.
10-6 yaitu 1x106. Hasil selengkapnya dapat
Kadar air dari bentuk sediaan serbuk adalaht
dilihat pada Tabel 3, 4 dan 5.
9,49 % dan kadar air dari sediaan kapsul adalah 5,49 %. Angka lempeng total dari Sampel A pada pengenceran 10-2 yaitu 1,87x104, pengenceran 10-3 yaitu 8,0x104, pengenceran 10-4 yaitu
288
P ro sid ing Sem ina r Na siona l & Wo rkshop “Pe rkemba ngan Te rki ni Sa in s Fa rma si & K l in i k 5” | Padang , 6 -7 No vembe r 2015
Tabel 3. Hasil pengujian angka lempeng total jamu obat mencret Sampel A Pengenceran 10-2 10-3 10-4 10-5 10-6
Pertama
Kedua
24 16 10 6 4
38 25 10 9 7
Hasil perhitungan 1,87x104 8,0x104 8,25x105 8,25x106 4,0x107
Tabel 4. Hasil pengujian angka lempeng total jamu obat mencret Sampel B Pengenceran
Pertama
Kedua
10-2 10-3 10-4 10-5 10-6
182 94 87 89 50
192 66 78 76 30
Hasil perhitungan 3,1x103 2,05x104 1,0x105 7,5x105 5,5x106
Tabel 5. Hasil pengujian angka lempeng total jamu obat mencret Sampel C Pengenceran
Pertama
Kedua
10-2 10-3 10-4 10-5 10-6
6 1 17 2 -
8 1 13 2 2
Angka kapang khamir dari Sampel A pada pengenceran 3
10-2 yaitu
0,5x102,
yaitu 0, pengenceran
kapang
khamir
dari
pengenceran
Hasil perhitungan 7x102 1x103 1,5x105 2x105 1x106
Angka kapang khamir dari Sampel C pada
10-
pengenceran 10-2 yaitu 0, pengenceran 10-3 yaitu
10-4 yaitu 0. Angka
0, pengenceran 10-4 yaitu 0. Hasil selengkapnya
Sampel
B
pada
dapat dilihat pada Tabel 6, 7 dan 8.
pengenceran 10-2 yaitu 1x102, pengenceran 10-3 yaitu 0,5x102, pengenceran 10-4 yaitu 0,5x102.
Tabel 6. Hasil pengujian angka kapang khamir jamu obat mencret Sampel A Pengenceran
Pertama
Kedua
Hasil perhitungan
10-2
2
0
0,5x102
10-3
0
1
0
10-4
0
1
0
Tabel 7. Hasil pengujian angka kapang khamir jamu obat mencret Sampel B Pengenceran
Pettama
Kedua
Hasil perhitungan
10-2 10-3 10-4
1 0 0
0 0 0
1x102 0,5x102 0,5x102
289
P ro sid ing Sem ina r Na siona l & Wo rkshop “Pe rkemba ngan Te rki ni Sa in s Fa rma si & K l in i k 5” | Padang , 6 -7 No vembe r 2015
Tabel 8. Hasil pengujian angka kapang khamir jamu obat mencret Sampel C Pengenceran
Pertama
10-2 10-3 10-4
0 0 0
Hasil perhitungan 0 0 0 0 0 0 Pengujian keseragaman bobot dilakukan pada Kedua
Pembahasan
jamu obat mencret Sampel A dan B, sedangkan
Pada penelitian ini dilakukan pemeriksaan jamu
pada
obat mencret yang digunakan adalah sediaan
keseragaman
jamu yang beredar di peroleh dari apotek di
keseragaman bobot pada Sampel B dalam
Kota Padang.
Dari hasil survei diperoleh tiga
bentuk sediaan serbuk diperoleh bobot rata-rata
jenis sampel jamu obat mencret yaitu Sampel A
yaitu 2100,2 mg dengan penyimpangan yaitu
dalam bentuk sediaan serbuk, Sampel B dalam
3,47%. Pada pengujian keseragaman bobot pada
bentuk sediaan kapsul, dan Sampel C dalam
Sampel
bentuk sediaan cairan obat dalam.
diperoleh bobot rata-rata yaitu 633,53 mg
Dari
sampel
tersebut
dilakukan
Sampel
A
dengan
C
dilakukan
volumenya.
dalam
Pada
bentuk
penyimpangan
pengujian pengujian
sediaan
yaitu
kapsul
1,47%.
Pada
pemeriksaan waktu hancur, keseragaman bobot,
pengujian keseragaman volume pada Sampel C
keseragaman volum, kadar air, angka lempeng
dalam bentuk sediaan cairan obat dalam
total dan angka kapang khamir. Sampel jamu
diperoleh volume rata-rata yaitu 10,41 mL
obat mencret ini diantaranya berupa serbuk,
dengan
kapsul dan cairan obat dalam. Sediaan tablet, pil,
Berdasarkan pengujian keseragaman bobot dan
parem, pilis, dodol tidak ditemukan di apotik
volume
Kota
ini
diperoleh hasil yang memenuhi syarat yang
memiliki kelengkapan registrasi, yaitu nama
ditentukan oleh Badan Pengawas Obat dan
produk,
Makanan (2014).
Padang.
Masing-masing
bentuk
sediaan,
sampel
bobot
sediaan,
penyimpangan masing-masing
yaitu sampel
0,782%. tersebut
komposisi, nomor registrasi, nomor batch, batas
Pemeriksaan keseragaman bobot pada Sampel B
kadaluarsa, dan logo jamu.
memenuhi syarat dimana bila 5 gram sampai 10
Pemeriksaan waktu hancur kapsul bertujuan
gram
untuk
kapsul
penyimpangan terhadap bobot isi rata-rata
hancur sehingga dapat melepaskan zat aktif ke
tidak lebih dari 8% sampai 10%. Pemeriksaan
dalam
untuk
keseragaman bobot pada Sampel A memenuhi
diabsorbsi ke dalam darah. Pengujian waktu
syarat dimana bila bobot rata-rata isi kapsul
hancur obat obat mencret Sampel A dalam
lebih
bentuk kapsul didapat hasil waktu hancur rata-
terhadap bobot isi rata-rata tidak lebih dari ±
rata yaitu 4 menit 34 detik. Waktu hancur
7,5
kapsul ini tidak lebih dari batas standar yaitu 30
keseragaman volume pada Sampel C memenuhi
menit sesuai dengan Badan Pengawas Obat dan
syarat dimana perbedaan volume cairan setiap
Makanan (2014).
wadah takaran tunggal tidak lebih dari 5 %
mengetahui cairan
lamanya
lambung
atau
waktu usus
bobot
dari %
120
sampai
rata-rata
mg, ±
serbuk
maka 15
%.
maka
penyimpangan Pemeriksaan
290
P ro sid ing Sem ina r Na siona l & Wo rkshop “Pe rkemba ngan Te rki ni Sa in s Fa rma si & K l in i k 5” | Padang , 6 -7 No vembe r 2015
terhadap volume rata-rata (Badan Pengawas
pengenceran 10-6 yaitu 5,5x106. Angka lempeng
Obat dan Makanan, 2014).
total yang diperoleh pada pengenceran 10-4, 10-5
Pemeriksaan kadar air dengan tujuan untuk
dan 10-6 melebih syarat yang ditentukan yaitu
mengetahui jumlah air yang terkandung dalam
angka lempeng total yang diperbolehkan dalam
sampel yang akan digunakan. Jika jumlah air
sediaan jamu dalam bentuk kapsul adalah tidak
dalam
lebih dari 104 (Badan Pengawas Obat dan
sampel
banyak
mempermudah
maka
untuk
akan
pertumbuhan
Makanan, 2014).
mikroorganisme pada sampel. Pemeriksaan
Angka lempeng total dari Sampel C anak pada
kadar air dilakukan pada Sampel A dan B. Pada
pengenceran 10-2yaitu 7x102, pengenceran 10-3
pemeriksaan kadar air yang telah dilakukan
yaitu 1x103, pengenceran 10-4 yaitu 1,5x105,
pada Sampel B dalam bentuk sediaan serbuk
pengenceran 10-5 yaitu 2x105, dan pengenceran
setelah dilakukan pengeringan pada suhu yang
10-6 yaitu 1x106. Angka lempeng total yang
sama yaitu 105 oC didapat hasil 9,495 %. Ini
diperoleh pada pengenceran 10-4, 10-5 dan 10-6
berarti kadar air Sampel B tidak lebih dari 10 %.
melebih syarat yang ditentukan yaitu angka
Pada pemeriksaan kadar air yang dilakukan
lempeng
pada Sampel A dalam bentuk sediaan kapsul
sediaan jamu dalam bentuk sediaan cairan obat
setelah dilakukan pengeringan pada suhu yang
dalam adalah tidak lebih dari 104 (Badan
sama yaitu 105 oC didapat hasil 5,497 %. Ini
Pengawas Obat dan Makanan, 2014).
berarti kadar air Sampel A tidak lebih dari 10 %.
Penetapan angka kapang khamir pada jamu obat
Dengan demikian kadar air Sampel A dan B
mencret
memenuhi syarat sesuai dengan ketentuan
mengetahui jumlah mikroba yaitu jamur yang
Badan Pengawas Obat dan Makanan (2014).
tumbuh pada sampel. Angka kapang khamir dari
Penetapan angka lempeng total pada jamu obat
Sampel A pada pengenceran10-2 yaitu 0,5x102,
mencret
untuk
pengenceran 10-3 yaitu 0, pengenceran 10-4
mengetahui jumlah mikroba yang ada pada
yaitu 0. Angka kapang khamir yang diperoleh
sampel. Angka lempeng total dari Sampel A pada
memenuhi syarat yang ditentukan yaitu angka
pengenceran 10-2 yaitu 1,87x104, pengenceran
kapang khamir yang diperbolehkan dalam
10-3 yaitu 8,0x104, pengenceran 10-4 yaitu
sediaan jamu dalam bentuk serbuk adalah tidak
8,25x105,
lebih dari 104 (Badan Pengawas Obat dan
dilakukan
pengenceran
dengan
10-5
tujuan
yaitu
8,25x106
dan
total
yang
dilakukan
diperbolehkan
dengan
tujuan
dalam
untuk
pengenceran 10-6 yaitu 4,0x107. Angka lempeng
Makanan, 2014).
total yang diperoleh pada pengenceran 10-5 dan
Angka kapang khamir dari Sampel B pada
10-6 melebih syarat yang ditentukan yaitu angka
pengenceran10-2 yaitu 1x102, pengenceran 10-3
lempeng
dalam
yaitu 0,5x102, pengenceran 10-4 yaitu 0,5x102.
sediaan jamu dalam bentuk serbuk adalah tidak
Angka kapang khamir yang diperoleh memenuhi
lebih dari 106 (Badan Pengawas Obat dan
syarat yang ditentukan yaitu angka kapang
Makanan, 2014).
khamir yang diperbolehkan dalam sediaan jamu
Angka lempeng total dari Sampel B pada
dalam bentuk kapsul adalah tidak lebih dari 10 3
pengenceran 10-2 yaitu 3,1x103, pengenceran 10-
Badan Pengawas Obat dan Makanan, 2014).
3
yaitu
total
2,05x104,
pengenceran
yang
diperbolehkan
pengenceran 10-5
yaitu
10-4
yaitu
1,0x105,
7,5x105
dan
Angka kapang khamir dari Sampel C pada pengenceran 10-2 yaitu 0, pengenceran 10-3 291
P ro sid ing Sem ina r Na siona l & Wo rkshop “Pe rkemba ngan Te rki ni Sa in s Fa rma si & K l in i k 5” | Padang , 6 -7 No vembe r 2015
yaitu 0, pengenceran 10-4 yaitu 0. Angka kapang
Dari penelitian yang telah dilakukan pada
khamir yang diperoleh memenuhi syarat yang
sampel obat jamu obat mencret yang diperoleh
ditentukan yaitu angka kapang khamir yang
dari apotek di Kota Padang dapat disimpulkan
diperbolehkan dalam sediaan jamu dalam
bahwa ketiga sampel jamu obat mencret yang
bentuk cairan obat dalam adalah tidak lebih dari
digunakan dalam penelitian ini tidak semuanya
104 (Badan Pengawas Obat dan Makanan, 2014).
memenuhi syarat yang ditetapkan oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (2014) tentang
KESIMPULAN
Persyaratan Mutu Obat Tradisional. DAFTAR PUSTAKA
Badan Pengawasan Obat dan Makanan Republik Indonesia (2005). Kriteria dan Tata Laksana Pendaftaran Obat Tradisional, Obat Herbal Terstandar dan Fitofarmaka Nomor: HK.00.05.41.1384. Jakarta: Badan Pengawasan Obat dan Makanan Republik Indonesia. Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia (2014), Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Repblik Indonesia Nomor 12 tahun 2014 tentang Persyaratan Mutu Obat Tradisional, Jakarta: Badan POM RI Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2000). Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Jakarta: Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan Direktorat Pengawasan Obat Tradisional
Departemen Kesehatan Republik Indonesia (1995). Farmakope Indonesia, Edisi IV, Jakarta: Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan. Eziashi, E., Odigie, E., Aisagbonhi, C.,& Dimaro, E.O. (2013). Insect Larva: The Cultre Medium for Fungi Storage.American Journal of Experimental Agriculture, 3, 175-181. Pratiwi, S. T. (2008). Mikrobiologi Farmasi. Jakarta: Erlangga. Thoha, T. B., Izuka, E. H., Sikirat, M O., Toyin, A. M., Omobowale, A. K., Oluwabunmi, O., & Olowadun, A. (2012). Enumeration of Microorganism in Dried cassava Power (Garri); a Comparative Study of Four Methods. New York Science Journal, 5 (1): 140-144
292