Prosiding Seminar Nasional Kimia 2014 HKI-Kaltim
ISBN: 978-602-19421-0-9
IDENTIFIKASI KANDUNGAN BAHAN KIMIA OBAT PARASETAMOL PADA JAMU ASAM URAT YANG BEREDAR DI KECAMATAN SUNGAI KUNJANG SAMARINDA Henny Nurhasnawati, Rahmayulis, Dery Ahlul Azmi Akademi Farmasi Samarinda ABSTRAK Telah dilakukan penelitian tentang identifikasi kandungan bahan kimia obat parasetamol pada sampel jamu asam urat yang beredar di Kecamatan Sungai Kunjang. Penelit ian ini meliputi pengambilan sampel, preparasi sampel dan identifikasi parasetamol melalu i reaksi warna dan kro matografi lapis tipis. Reaksi warna menggunakan reagen Azo, FeCl3 10% dan K2 Cr2 O7 . Sedangkan eluen untuk KLT menggunakan sikloheksan : kloro form : metanol : asam asetat glasial (60:30:5:5) dan kloroform : metanol (90:10). Hasil penelitian menunjukkan terdapat 1 (satu) sampel jamu asam urat yang positif mengandung parasetamol yaitu pada sampel B dengan nilai Rf = 0,03 pada eluen pertama dan 0,24 pada eluen kedua. Sedangkan 2 (dua) sampel jamu asam urat A dan C t idak terindikasi mengandung p arasetamol. Kata kunci: jamu asam urat, parasetamol, kro matografi lap is tipis ABSTRACT This research about identifying medicine chemicals content of parasetamol on uric acid herb which found at Kecamatan Sungai Kunjang have been done. This research methods start with intake of sample, sample preparation and identify parasetamol through colour reaction and thin layer chromatography. Colour reaction use azo reagen, FeCl3 10% and K2 Cr2 O7 . While eluen for KLT use sikloheksana : chloroform : methanol : glacial acetic acid (60 : 30 : 5 : 5) and chloroform : methanol ( 90 : 10) Result of research show there are one sample which positive contain parasetamol that is B sample with value of Rf = 0,03 in first eluen and 0,24 in second eluen. While two sample A a nd C are not indicated containing parasetamol. Keywords: uric acid herb, paracetamol, thin layer chromatography A. PENDAHULUAN Obat bahan alam atau yang lebih dikenal dengan obat tradisional, di Indonesia dikelo mpokkan menjad i Jamu, Obat herbal terstandar dan Fitofarmaka. Jamu merupakan obat tradisional asli Indonesia yang berasal dari bahan alam, bahan hewan, bahan mineral, sediaan galenik atau campuran dan bahan -bahan tersebut yang secara tradisional telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman. Salah satu kelebihan obat tradisional adalah efek samping yang ditimbu lkan tidak sebesar efek samp ing yang ditimbulkan oleh obat yang berasal dari bahan kimia, bahkan beberapa jenis tanaman tertentu hingga saat ini belum menunjukkan efek samping sama sekali dan juga dari segi harga jamu tradisional juga lebih murah serta mudah didapatkan. Adanya kecenderungan masyarakat untuk kembali ke alam dalam memelihara kesehatan tubuh dengan memanfaatkan obat bahan alam yang tersedia melimpah di tanah air dan d engan kemajuan zaman yang sudah ditandai dengan peningkatan ekonomi dan modernisasi sehingga mulai terbuka kemungkinan ko mersialisasi, ketika memasuki area perdagangan, produk jamu sudah dianggap sebagai barang ko moditi yang dengan sendirinya berupaya mendatangkan keuntungan sebanyak mungkin. Adanya kecenderungan masyarakat memilih mengobati penyakit dengan obat tradisional ini ternyata men jadi peluang bagi para produsen untuk memalsukan produk obat tradisional, karena semata-mata demi men ingkatkan penjualan, apalagi konsumen menyukai produ k obat tradisional yang bereaksi cepat pada tubuh. Beberapa produsen memberi suatu kesan “manjur” atau “mujarab” dengan penambahan bahan obat kimia. (Tetty, 2003) Konsumen yang tidak menyadari adanya bahaya dari obat tradisional yang mengandung bahan kimia obat yang dikonsumsinya, tentunya sangat membahayakan dan ditambah kurangnya pengetahuan produsen dalam penambahan bahan kimia obat secara tidak terkontrol baik dosis maupun cara penggunaannya. Sampai saat ini Badan POM selaku badan yang memiliki otoritas didalam pengawasan obat dan makanan di Indonesia, terus berupaya untuk memenuhi keing inan masyarakat dengan meningkatkan perannya didalam melindungi masyarakat dari peredaran obat tradisional yang tidak memenuhi syarat mutu dan keamanan agar masyarakat terhindar dari penggunaan obat tradisional yang berisiko bagi pemeliharaan kesehatan. (Tetty, 2003)
HKI-Kaltim
Prosiding Seminar Nasional Kimia 2014 HKI-Kaltim
ISBN: 978-602-19421-0-9
B. METODE P ENELITIAN 2.1 Rancangan Penelitian Penelit ian tentang identifikasi kandungan Parasetamol pada jamu asam urat dengan metode reaksi warna dan kro matografi lapis tipis yang dilaksanakan di Laboratoriu m Terpadu Akademi Farmasi Samarinda dan Balai POM Samarinda dengan pengumpulan data secara prospektif. 2.2
Alat dan Bahan Batang pengaduk, Bejana kro matografi (Chamber), Beaker glass 50 ml, Cawan porselen, Corong gelas, Corong pisah, Erlen meyer 100 ml, Gelas ukur 10 ml, Gelas ukur 100 ml, Indikator asam basa universal, Kertas saring, Lampu ultra violet, Multi spoter, Mortir, Neraca analitik, Pengaduk kinetik u ltrasonic, Plat KLT (Lempeng silica gel F254), Spuit penotol ukuran 100 , Stamper, Tabung reaksi dan Waterbath Sedangkan bahan-bahan yang digunakan adalah: Asam sulfat pekat, Asam Su lfat 3N, Asam klorida 1N, Aquadest, Eter, Etanol absolute, Formaldehid, Kloroform, Larutan pembanding parasetamol, Metanol, Natriu m bikarbonat 8%, Natriu m hidro ksida 2N, Natriu m n itrit dan Tembaga sulfat. 2.3 Tahapan Penelitian Penelit ian dilaku kan dalam beberapa tahap, yaitu: 1. Pengambilan sampel Jamu asam urat yang terdapat pada kios -kios jamu yang berada di Kecamatan Sungai Kunjang, dengan cara mengambil merek jamu asam urat yang paling banyak diminati o leh konsumen yaitu sebanyak 3 (t iga) sampel. 2. a.
b.
Preparasi sampel Penelitian di Laboratorium Terpadu Akademi Farmasi 1). Reaksi Warna Pembuatan Sampel Jamu : Dit imbang 2 g sampel jamu bahan kimia obat (BKO). Diekstraksi sampel dengan cara maserasi menggunakan pelarut etanol sebanyak 100 ml. Digojo k selama 30 menit. Disaring dengan kertas saring dan diuapkan pada suhu 70 di atas penangas air hingga kering dan tambahkan etanol kembali sebanyak 10 ml. Disaring kembali dengan kertas saring dan diperoleh hasil ekstraksi. 2). Kromatografi Lapis Ti pis : Pembuatan larutan pengembang (Fase gerak) : Kloro form : Metanol (9:1) dicampurkan bersama-sama selanjutnya dimasukkan ke dalam bejana kro matografi dan dijenuhkan dengan kertas saring. Pembuatan Sampel Jamu : Dit imbang 2 g sampel jamu bahan kimia obat (BKO). Diekstraksi sampel dengan cara maserasi menggunakan pelarut etanol sebanyak 100 ml. Digojog selama 30 menit. Disaring dengan kertas saring dan diuapkan pada suhu 70 di atas penangas air hingga kering dan tambahkan etanol kembali sebanyak 10 ml. Disaring kembali dengan kertas saring dan diperoleh hasil ekstraksi. Penelitian di Laboratorium Bal ai POM Pembuatan 2 (dua) l arutan pengembang (Fase gerak) : Siklohekasan : Kloroform : Metanol : Asam asetat glasial (60:30:5:5) d icampurkan bersama -sama selanjutnya dimasukkan ke dalam bejana kro matografi dan dijenuhkan. Kloro form : Metanol (90:10) dicampurkan bersama-sama selanjutnya dimasukan ke dalam bejana kro matografi dan dijenuhkan. Pembuatan Sampel Jamu : Dit imbang 2 g sampel jamu bahan kimia obat (BKO). Diekstraksi sampel dengan cara khusus (sesuai metode pengujian BPOM ). Digojog selama 30 menit dengan menggunakan alat ultrasonik. Disaring dengan kertas saring dan dipisahkan dalam corong pisah, lalu ditambahkan eter untuk menarik zat aktif dari hasil e kstraksi diulangi sebanyak 3 kali. Diuapkan pada suhu 70 di atas waterbath hingga kering dan tambahkan etanol murni kembali sebanyak 5 ml. Siap di totolkan. Pembuatan Sampel Jamu + l arutan baku Parasetamol : Dit imbang 2 g sampel jamu bahan kimia obat (BKO). Diekstraksi sampel dengan cara khusus (sesuai metode pengujian BPOM ). Digojog selama 30 menit dengan menggunakan alat ultrasonik. Disaring dengan kertas saring dan dipisahkan dalam corong pisah, lalu ditambahkan eter untuk menarik zat aktif dari hasil ekstraksi diulangi sebanyak 3 kali. Diuapkan pada suhu 70 di atas waterbath hingga kering dan tambahkan etanol murni kembali sebanyak 5 ml. Siap di totolkan. Setelah dilakukan penotolan sampel jamu, lalu diu langi kembali penotolan untuk larutan parasetamol.
HKI-Kaltim
Prosiding Seminar Nasional Kimia 2014 HKI-Kaltim
3. a.
b.
ISBN: 978-602-19421-0-9
Identi fikasi Sampel Uji kualitatif reaksi warna 1). Dengan menggunakan Reaksi Azo Diamb il sebanyak 2 tetes sampel sampel jamu yang telah diekstraksi sebelu mnya dengan cara maserasi ke dalam tabung reaksi. Ditambahkan 1 tetes pereaks i Diazo A dan 1 tetes Diazo B. Ditambahkan 2 tetes larutan NaOH 2 N sampai berekasi basa, kocok, panaskan di atas penangas air akan terbentuk warna merah. 2). Dengan menggunakan Reaksi besi (III) klorida 10% : Diamb il sebanyak 2 tetes sampel jamu yang telah diekstraksi sebelumnya dengan cara maserasi. Ditambahkan 2 tetes Ferri Klorida 10 % yang masih segar, maka akan terbentuk warna biru ungu -hijau. 3). Dengan menggunakan Reaksi Kaliu m dikro mat (K2 Cr2 O7 ) : Reaksi : 5 tetes zat + parasetamol 100 mg lalu ditambahkan dengan 1ml HCl (p), did ihkan 3 menit + 2 ml air, dinginkan → (tidak terbentuk endapan) + 1 tetes K2 Cr2 O7 0,1 N, ungu yang tidak berubah menjad i merah (beda dengan phenacetin). Dilaku kan juga terhadap Sampel jamu , Sampel jamu + Parasetamol, dan Sampel Pa rasetamol. Uji kualitatif Kro matografi Lapis Tipis Setelah dibuat campuran fase gerak lalu dijenuhkan dalam chamber dengan menggunakan kertas saring. Pada Plat KLT (fase diam silica gel F254 ) dengan tebal 0,25 mm, diberi tanda batas penotolan 1 cm pada batas bawah plat KLT dan 1 cm dari batas atas plat KLT dengan ukuran 8x10 cm. Diberi jarak 2 cm t iap penotolan pada plat KLT untuk sampel jamu , dan baku parasetamo l dengan jarak pengembangan 8 cm. Dilakukan penotolan dengan alat pipa kapiler untuk proses penotolannya. Dib iarkan totolan mengering, elusi dengan fase gerak campuran yaitu Kloroform: Metanol (9:1) pada chamber, hingga elusi merambat naik pada batas atas plat KLT yang telah diberi tanda. Angkat lempeng, dan biarkan fase gerak menguap terlebih dahulu. Setelah itu diamat i bercak noda pada masing-masing lempeng dengan menggunakan lampu sinar ultra violet (UV) 254 n m dan hitung nilai Rf (Retardation factor). Nilai Rf disesuaikan dengan larutan baku parasetamol pada saat pengerjaan Kro matografi Lapis Tipis.
C. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil yang diperoleh dari penelitian berdasarkan metode Reaksi Warna dan Kro matografi Lapis Tipis yang dilakukan di Laboratoriu m Terpadu Akademi Farmasi Samarinda adalah sebagai berikut: Tabel 1. Hasil Pengamatan Reaksi Warna Secara Visual Pereaksi Sampel
Azo
FeCl3 10%
K2 Cr 2 O7
A
Kuning Jingga
Endapan Kuning
Putih Keruh
B
Kuning Jingga
Hijau Tua
Ungu Muda Keruh
C
Kuning muda
Coklat Tua
Coklat Muda Keruh
Merah Kecoklatan
Kuning Muda
Putih Keruh
B
Kuning Jingga
Endapan Hijau
Ungu Muda Keruh
C
Kuning Jingga
Coklat Tua
Ungu Muda Keruh
Merah Kecoklatan
Hijau Tua
Ungu Muda
Sampel + Parasetamol A
Parasetamol
Tabel 2. Hasil Pengamatan Warna Sinar UV 254 n m dan Nilai Rf SAMPEL JAMU ASAM URAT Elusi A
B
C
Baku Parasetamo l
I
Tidak Men imbulkan Noda
Ungu
Tidak Men imbulkan Noda
Ungu
Nilai Rf
-
0,68
-
0,71
Keterangan : Elusi I : Kloroform:Metanol (9:1)
HKI-Kaltim
Prosiding Seminar Nasional Kimia 2014 HKI-Kaltim
ISBN: 978-602-19421-0-9
Hasil yang diperoleh dari penelitian berdasarkan metode Kro matografi Lapis Tipis yang dilakukan d i Laboratoriu m Balai Pengawas Obat dan Makanan Samarinda adalah sebagai berikut: Tabel 3. Hasil Pengamatan Warna Visual dan UV 254 n m serta nilai Rf SAMPEL JAMU ASAM URAT VIS UAL
A
B
C
PARAS ETAMOL
I
Kuning Kecoklatan
Kuning Kecoklatan
Kuning Kecoklatan
Tidak Men imbulkan Noda
II
Kuning
Kuning
Kuning
Tidak Men imbulkan Noda
UV 254nm
A
B
C
PARAS ETAMOL
I
Ungu Kehitaman
Ungu
Ungu Kehitaman
Ungu
II
Ungu Kehitaman
Ungu
Ungu Kehitaman
Ungu
Nilai Rf
A
B
C
PARAS ETAMOL
I
0,62
0,03
0,59
0,04
II
0.75
0,24
0,68
0,23
Keterangan : Elusi I : Sikloheksan:Kloroform:Metanol:Asam Asetat Glasial (60:30:5:5) Elusi II: Kloroform:Metanol (90:10) Jamu asam urat yang digunakan sebagai sampel adalah jamu yang diperoleh dari 4 (empat) pedagang kios jamu di Kecamatan Sungai Kunjang. Pengambilan sampel berdasarkan jenis jamu asam urat yang paling banyak d ikonsumsi konsumen, diperoleh sampel sebanyak 3 (t iga) buah. Penelit i tertarik mengambil uji bahan kimia obat parasetamol karena berdasarkan survei secara langsung ke Balai POM Samarinda dari pengujian yang dilakukan paling banyak ditemukan kandungan parasetamol d an selain itu berdasarkan Public Warning/Peringatan nomor: KH.00.01.43.2773 tentang obat tradisional mengandung Bahan Kimia Obat, dari 54 sampel jamu yang ditarik dari perederan sebanyak 33 sampel jamu asam u rat dan peg al linu yang mengandung Bahan Kimia Obat paling banyak adalah Parasetamol yaitu 48,48 %. Pengujian sampel jamu asam u rat dilakukan dengan metode reaksi warna dan metode kro matografi lap is tipis yang digunakan untuk mengidentifikasi kandungan bahan kimia obat khususnya parasetamol. Berdasarka n dari hasil pengamatan untuk dapat mengetahui ada atau tidaknya kandungan parasetamol dalam jamu asam urat tersebut dengan metode reaksi warna yaitu dari perbandingan warna baku parasetamol dengan warna yang terbentuk dari masing -masing sampel A, B, dan C. Dari metode kro matografi lapis tipis dilihat dari kesesuaian nilai Rf dan warna noda dari baku parasetamol dengan sampel yang terlihat di bawah sinar UV 254 n m. Pada pengerjaannya, jamu yang telah berbentuk serbuk harus dilaku kan ekstraksi terlebih dahulu tujuannya untuk dapat menarik keluar zat aktif dan terpisah dari campuran penyusun jamu tersebut. Dalam melakukan percobaan reaksi warna sebelumnya jamu tersebut diekstraksi dengan cara maserasi tujuannya untuk memisahkan antara campuran penyusun jamu tersebut dengan zat aktifnya yaitu parasetamol. Setelah dipero leh hasil ekstraksi dalam percobaan reaksi warna peneliti menggunakan perbandingan antara warna baku parasetamol, jamu + parasetamol dan sampel jamu. Untuk memastikan bahwa sampel B mengandung bahan kimia obat parasetamol maka dilan jutkan dengan uji kro matografi lapis tipis yang dilakukan di laboratoriu m Terpadu Akademi Farmasi dan Balai POM Samarinda. Pengerjaan kro matografi lap is tipis di laboratoriu m Terpadu Akademi Farmasi dilaku kan dengan menggunakan 2 fase gerak kloroform : metanol (9:1) sesuai dengan acuan buku farmakope IV dengan jarak pengembangan 8 cm dengan menggunakan plat KLT silika gel, sebelumnya plat KLT yang berukuran 8 x 10 cm dipanaskan dengan oven tujuannya untuk mengaktifkan plat tersebut agar noda dapat tampak, setelah dipanaskan plat KLT dilaku kan penotolan dengan pipa kapiler jarak antara masing-masing sampel 2 cm untuk pengembangan yaitu sampel A, B, C dan sampel baku parasetamol. Plat dimasukkan dalam chamber yang telah dijenuhkan, plat KLT yang telah dimasukkan dalam fase gerak lalu diamat i dibawah lampu UV 254 n m dari hasil pengamatan sampel B yang merupakan dugaan terdapat kandungan parasetamol terbentuk noda yang tingginya hampir sama dengan baku parasetamol. Dari dugaan tersebut kemungkinan dari 3 (t iga) sampel sampel B yang positif mengandung parasetamol tetapi untuk memastikann ya kembali dilakukan pengujian 3 (t iga) sampel di Balai POM . Pengerjaan sampel di Balai POM, ekstraksi dilaku kan dengan cara khsusus karena metode standar untuk mengidentifikasi bahan kimia obat dalam jamu belu m ada sehingga mengikuti metode yang digunakan dari Balai POM sendiri tujuannya agar hasil identifikasi terhadap jamu tersebut benar dan tidak terjadi kesalahan identifikasi. Ekstraksi
HKI-Kaltim
Prosiding Seminar Nasional Kimia 2014 HKI-Kaltim
ISBN: 978-602-19421-0-9
dilakukan dengan pelarut yang sesuai dan jamu yang telah dilarutkan suasananya harus dalam keadaan netral (pH 7) dengan cara dicek dengan indikator asam basa tujuannya untuk dapat memisahkan pengotor dalam jamu tersebut lalu dikocok selama 30 men it agar terbentuk endapan dan setelah itu disaring dengan kertas saring dan dipisahkan dalam corong pisah. Lalu larutan jamu yang telah disaring ditambahkan pelarut asam hingga pH 1 tujuannya untuk dapat menarik dengan mudah zat aktifnya keluar dan terpisah dari campuran jamu tersebut yang kemudian setelah suasana menjadi asam ditambahkan eter sebanyak 35 ml yang pengerjaannya dilakukan d i lemari asam di kocok searah jaru m jam agar zat aktif tertarik ke eter dan sisa campuran yang mengendap dibuang melalu i corong pisah hal in i dilakukan sebanyak 3 kali. Lalu zat yang telah terpisah dari campurannya dibuang melalu i corong pisah diupakan diatas waterbath dengan suhu 70o C hingga mengering, kemud ian ditambahkan kembali etanol murn i sebanyak 5 ml tujuanny a untuk melarutkan kembali zat akt if tersebut, etanol digunakan karena kelarutan parasetamol dalam etanol. Pengerjaan ekstraksi telah dilaku kan, eluasi yang telah dibuat dijenuhkan. Digunakan lempeng silika gel sesuai dengan standar pengujian selain itu pula sebagai adsorben yang bersifat polar dan zat yang ditarik juga bersifat polar. Penotolan sampel pada plat KLT yang berukuran 20x20 cm dilakukan dengan alat mult i spotter tujuannya agar menghasilkan penotolan yang merata dan noda yang sama besar. Sampel yang dilaku kan penotolan adalah sampel A, B, C, baku parasetamol, sampel A + parasetamol, sampel B + parasetamol, sampel C + parasetamol, plat KLT dicelupkan dalam masing-masing chamber yang berbeda fase gerak hingga eluen naik sampai tanda batas dengan jarak pengembanga n 15 cm. setelah itu plat KLT d iamati dibawah sinar UV 254 n m, dari hasil pengamatan sampel yang positif mengandung parasetamol adalah sampel B karena noda yang tampak antara sampel dan baku menghasilkan titik noda yang sejajar dan 2 sampel lainnya tidak ada titik noda yang sama antara baku parasetamol. D. PENUTUP Kesimpul an Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap 3 (tiga) sampel jamu asam urat, terdapat 1 (satu) sampel jamu asam urat yang positif mengandung parasetamol yaitu pada sampel B, sedangkan 2 (dua) sampel jamu asam urat A dan C tidak terindikasi mengandung parasetamol. Saran 1. Kepada pihak konsumen agar lebih berhati-hati dalam mengkonsumsi jamu asam urat yang beredar di kios -kios jamu, terutama jamu asam urat yang tidak terdaftar di BPOM. 2. Kepada Balai Pengawas Obat dan Makanan Samarinda agar dapat lebih mening katkan pengawasan terhadap jamu jamu yang beredar dan perlu ditingkatkan kembali sosialisasi terhadap ciri-ciri jamu yang mengandung Bahan Kimia Obat kepada masyarakat. 3. Kepada Peneliti selanjutnya agar dapat melakukan identifikasi kandungan bahan kimia obat selain parasetamol pada jamu asam urat. DAFTAR PUSTAKA 1. Anonim. 1979. Farmakope Indonesia. Edisi III. Jakarta : Departemen Kesehatan RI. 2. Departemen Farmakologi dan Terapi Faku ltas Kedokteran. 2002. Farmakologi dan Terapi. Edisi IV. Jakarta : Universitas Indonesia. 3. Departemen Farmako logi dan Terapi Fakultas Kedokteran. 2007. Farmakologi dan Terapi. Edisi V. Jakarta : Universitas Indonesia. 4. Anonim. 2003. Himpunan Peraturan Perundang-undangan Bidang Kesehatan Khusus Farmasi. Jakarta : Departemen Kesehatan RI. 5. Anonim. 1980. Materia Medika Indonesia. Jilid IV. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. 6. Anonim. 2000. Pedoman Pelaksanaan Uji Klinik Obat Tradisional. Jakarta : Departemen Kesehatan RI. 7. Anonim. 2005. Peraturan Perundang-undangan Dibidang Obat Tradisional, Obat Herbal Terstandar dan Fitofarmaka. Jakarta : Badan POM RI. 8. Anonim. 1986. Sediaan Galenik . Jakarta : Departemen Kesehatan RI. 9. Rahardja, Kirana & Tjay Hoan Tan. 2002. Obat-obat Penting. Edisi 5. Jakarta : PT. Elex Media Ko mputindo. 10. Mutschler, Ernst. 1991. Dinamika Obat. Edisi 5. Bandung : ITB. 11. Artur Kovar, K & Auterhoff. 2002. Identifikasi Obat. Bandung : ITB. 12. Badan POM . 2008. Public Warning:Obat Tradisional Mengandung Bahan Kimia Obat. Jakarta. 13. Sastrohamidjo jo, H.Dr. 2002. Kro matografi. Yogyakarta : Liberty Yogyakarta. 14. Soeparto, Soedarmilah. 1999. Jamu Jawa Asli. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan. 15. Tetty. 2003. Ra muan Tradisional. Cetakan 1. Jakarta : Agro med ia Pustaka.
HKI-Kaltim