PEMENUHAN KEPUASAN PENGGUNAAN INTERNET OLEH PENELITI BADAN LITBANG PERTANIAN DI BOGOR
Sri Retno Andarwati dan Bambang S. Sankarto Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian Jalan Ir. H. Juanda No. 20, Bogor 16122
ABSTRAK Telah dilakukan penelitian untuk mengetahui penggunaan internet dan tingkat kepuasan peneliti Badan Litbang Pertanian terhadap informasi yang diakses. Penelitian bertujuan menganalisis hubungan antara penggunaan internet dilihat dari intensitas, jenis informasi yang dibutuhkan, dan bidang spesialisasi peneliti dengan pemenuhan kepuasan yang meliputi kesesuaian informasi dengan spesialisasi peneliti, kesenangan, dan kegunaan pribadi. Penelitian dilakakukan pada bulan November 2002 hingga Januari 2003 terhadap peneliti di tiga Balai Penelitian di Bogor. Penentuan sampel menggunakan acak sederhana. Data dikumpulkan menggunakan kuesioner yang berisi pertanyaan menggunakan skala Likert. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan dan jenjang fungsional peneliti, semakin sering intensitas penggunaan internet. Tingkat kepuasan peneliti dalam memperoleh informasi dari sumber-sumber on-line dipengaruhi oleh intensitas dalam menggunakan internet; semakin kerap peneliti menggunakan internet dan memperoleh informasi yang sesuai dan jumlahnya memadai, makin tinggi pula pemenuhan pengetahuan dan kepuasan. Meningkatnya penggunaan internet oleh peneliti, baik intensitas akses maupun kesesuaian informasi yang diperoleh, dipengaruhi oleh tingkat pemenuhan kepuasan akan pengetahuan, informasi yang sesuai, hiburan, dan kegunaan pribadi.
ABSTRACT The Gratification Obtained by Researchers of the Indonesian Agency for Agricultural Research and Development in Accessing Internet A research had been conducted to study the usage of internet and the level of gratification obtained by researchers of the Indonesian Agency for Agricultural Research and Development. The study aimed to analyze correlation between internet usage (intensity, type of information, researcher speciality) and the gratification (information suitability, private usage and pleasure). The study was conducted in November 2002 up to January 2003 toward the researchers in three research institutes located in Bogor. Simple random sampling was applied to meet research sample whereas the data obtained by questionnaire. While Likert
10
scale was used to assembly the questions proposed. Research results showed that the more high education level and researcher strata, the more internet access frequency. The level of gratification in obtaining information from on-line resources was influenced by the intensity of accessing internet; the more intense and obtain conform and adequate information, the more high level of gratification. The development of internet usage among the researchers was affected by the level of gratification including knowledge, suitable information, and private usage and entertainment. Keywords: Internet, researcher, uses and gratification, Indonesian Agency for Agricultural Research and Development
PENDAHULUAN Penelitian merupakan suatu proses untuk menemukan sesuatu yang baru. Oleh karena itu, penelitian perlu ditunjang dengan informasi yang dihasilkan dari penelitian lain yang relevan untuk menghindari duplikasi. Pemanfaatan informasi yang telah lama dapat berdampak pada rendahnya mutu penelitian, yang akhirnya akan menurunkan kredibilitas lembaga penelitian. Namun demikian, pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini, selain akan meningkatkan jumlah informasi yang tersedia, juga akan mempengaruhi pola pengguna dalam memenuhi kebutuhan informasi. Ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang begitu cepat. Untuk mengimbangi laju perkembangan tersebut, peneliti dituntut untuk meningkatkan kemampuan beradaptasi terhadap kemajuan teknologi informasi. Salah satu pemanfaatan kemajuan di bidang teknologi informasi adalah penggunaan internet. Internet memungkinkan orang dapat berkomunikasi, mengakses sumbersumber informasi, dan bertransaksi tanpa dibatasi oleh batas-batas wilayah suatu negara. Manfaat internet bagi dunia penelitian sangatlah banyak. Internet dapat menghilangkan atau mengurangi
Jurnal Perpustakaan Pertanian Vol. 14, Nomor 1, 2005
hambatan akses ke sumber informasi. Pada mulanya akses ke sumber informasi harus melalui media cetak seperti buku dan majalah. Namun, bagi unit kerja penelitian di Indonesia, ketersediaan bahan pustaka baru semakin berkurang antara lain karena meningkatnya harga majalah ilmiah maupun buku, di samping dana pengadaan bahan pustaka yang makin terbatas. Internet merupakan salah satu solusi yang tepat untuk mengatasi masalah tersebut. Internet dikenal di Indonesia sejak tahun 1995. Sejalan dengan itu, penyedia layanan internet (ISP) pun berkembang pesat sehingga makin mempopulerkan penggunaan internet baik di kalangan peneliti, pengajar maupun pelajar/mahasiswa. Mereka umumnya memanfaatkan internet untuk menelusur literatur, berkomunikasi dengan rekan sejawat, juga mungkin untuk mencari hiburan. Bagi pengusaha, internet umumnya dimanfaatkan untuk kepentingan bisnis, antara lain untuk berkomunikasi dengan rekanan dan bertransaksi. Beragamnya motif menggunakan internet tentunya memberikan pengaruh yang beragam kepada pengguna. Berkembangnya informasi dan internet itu sendiri tentu akan menyebabkan terjadinya kelimpahan informasi (information overload) atau kebingungan pengguna dalam memilih, menyaring, dan menilai informasi yang ditemukan di internet sehingga akan mempengaruhi kepuasan mereka. Perubahan (transformasi) dalam media komunikasi terus berlangsung. Pada tahun 1970-an, misalnya, berkembang media komunikasi jaringan televisi kabel dan video cassette recorder (VCR), kemudian pada tahun 1980-an muncul komputer personal (personal computer) dan compact disc (CD). Kemajuan terbaru adalah munculnya world wide web (www). Kenyataan ini telah mengubah cara masyarakat dalam berkomunikasi, berbelanja, meneliti, atau mendapatkan berita. Semua ini terjadi dalam rentang waktu kurang dari 10 tahun (Moris dan Ogan 1996). Salah satu pendekatan dalam penelitian komunikasi adalah Uses and Gratification (U&G). Pada awalnya, pendekatan ini hanya digunakan untuk mengkaji komunikasi melalui media radio dan media cetak. Pada tahun 1960-1970 pendekatan ini banyak digunakan untuk mengkaji media televisi yang pada masa itu telah menggeser kejayaan media radio dan media cetak. Memasuki tahun 1980-an, seiring dengan perkembangan teknologi digital seperti munculnya komputer, VCD, CD atau CDROM, dan internet, maka pendekatan U&G diharapkan
Jurnal Perpustakaan Pertanian Vol. 14, Nomor 1, 2005
dapat memberikan masukan dalam penelitian komunikasi sesuai dengan perkembangan media, salah satunya adalah penggunaan internet. Penggunaan internet berkaitan dengan tingkat kepuasan dalam menggunakan media tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara penggunaan internet dilihat dari intensitas, jenis informasi yang dibutuhkan, dan bidang spesialisasi peneliti dengan pemenuhan kepuasan yang meliputi kesesuaian informasi, kesenangan, dan kegunaan pribadi.
METODE Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2002 hingga Januari 2003 di Bogor. Penelitian dirancang sebagai survei yang bersifat korelasional untuk mengetahui keeratan hubungan antara variabel bebas (X) dan variabel tidak bebas (Y). Variabel bebas yang diteliti meliputi karakteristik responden dan intensitas akses internet. Karakteristik responden mencakup usia, gender, pendidikan, jenjang jabatan fungsional, pengalaman menggunakan internet, tempat akses, dan waktu akses internet, sedangkan variabel intensitas akses meliputi lama waktu dan kekerapan akses. Sebagai variabel tidak bebas adalah kepuasan peneliti dalam menggunakan internet dilihat dari pemenuhan kebutuhan akan pengetahuan (memperluas wawasan, memperoleh informasi, jumlah artikel yang diperoleh), kegunaan (menolong peneliti lain, membantu peneliti sendiri), dan kesenangan pribadi (hiburan). Populasi penelitian adalah 216 orang peneliti di tiga Balai Penelitian di Bogor, yaitu Balai Penelitian Ternak (Balitnak) 98 orang, Balai Penelitian Veteriner (Balitvet) 56 orang, dan Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian (BB Biogen) 62 orang. Penentuan sampel menggunakan acak sederhana (Singarimbun 1995) dengan jumlah sampel 86 orang. Data dikumpulkan menggunakan kuesioner yang berisi pertanyaan terstruktur dengan jawaban dalam skala Likert, baik pernyataan positif maupun negatif.
HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Responden Dilihat dari faktor usia, responden tergolong dalam usia produktif, yaitu rata-rata berusia 42,52 tahun dengan
11
kisaran 24-57 tahun. Hal tersebut sesuai dengan peraturan tentang jabatan fungsional peneliti bahwa batasan usia peneliti adalah 26- 65 tahun. Selanjutnya usia responden dikelompokkan menjadi tiga, yaitu <35, 35-45, dan >45 tahun untuk memudahkan pendeskripsian hasil penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden di tiga balai penelitian memiliki usia yang beragam. Di Balitnak dan Balitvet, responden berusia 36-45 tahun, sedangkan di BB Biogen 46-55 tahun. Keragaman usia responden tersebut relatif dapat diasumsikan adanya keragaman dalam penggunaan internet (Tabel 1). Asumsi ini didukung oleh hasil penelitian Hardjito (2001) yang menyatakan bahwa secara umum tidak terdapat perbedaan menggunakan internet berdasarkan usia. Keragaman dan usia produktif responden juga didukung oleh pendidikan yang dimiliki. Sebagian besar (46,60%) responden berpendidikan S2 dan 26,70% S3. Umumnya responden yang memiliki jenjang pendidikan lebih tinggi (S2 dan S3) cenderung lebih banyak memanfaatkan internet untuk penelusuran informasi sesuai dengan spesialisasinya. Hal ini sejalan dengan hasil survei Pusat Pengkajian dan Penerapan Teknologi Informasi dan Elektronika (P3TIE) (2002) yang menunjukkan bahwa jenjang pendidikan tingkat sarjana merupakan pengguna internet terbanyak (43%), diikuti oleh tingkat SLTA (41%).
(Pusat Pengkajian dan Penerapan Teknologi Informasi dan Elektronika 2001). Demikian pula hasil survei Pusat Pengkajian dan Penerapan Teknologi Informasi dan Elektronika (2002) memperlihatkan bahwa 75,86% pengguna internet adalah laki-laki dan 24,14% perempuan. Di beberapa negara maju seperti Amerika Serikat di mana internet sudah digunakan secara luas, riset yang mengkaji keterkaitan antara pemanfaatan internet dengan gender belum secara spesifik dilakukan. Namun demikian, beberapa sumber menunjukkan bahwa pengguna internet di Amerika Serikat adalah 51% laki-laki dan 49% perempuan. Hal tersebut mengindikasikan bahwa internet bukan merupakan media eksklusif yang ditujukan kepada satu golongan. Media ini memberikan keterbukaan yang sangat luas untuk memperoleh informasi, pengetahuan, atau hiburan bagi semua lapisan masyarakat. Tingginya pengguna internet dari gender laki-laki pada penelitian ini dikarenakan jumlah peneliti laki-laki pada tiga Balai Penelitian tersebut lebih banyak dibanding perempuan. Selain itu, ada kecenderungan bahwa kaum laki-laki lebih menyukai eksplorasi terhadap perkembangan teknologi komunikasi termasuk penggunaan internet. Hal ini sesuai dengan beberapa hasil survei yang menunjukkan pengguna internet di berbagai benua termasuk di Indonesia masih didominasi oleh laki-laki.
Dilihat dari gender, responden laki-laki lebih banyak (58,30%) dibanding perempuan (41,70%). Keadaan tersebut menunjukkan bahwa laki-laki lebih banyak memiliki peluang untuk akses internet dibanding perempuan. Hasil survei menunjukkan bahwa pengguna internet di kawasan Asia Pasifik masih didominasi oleh laki-laki (78%)
Berdasarkan jenjang jabatan fungsional, responden terbanyak (17,40%) memiliki jabatan fungsional Peneliti Madya, sedangkan yang paling kecil adalah Ahli Peneliti Madya (1,20%) (Tabel 2). Bervariasinya jumlah responden berdasarkan jenjang fungsional tentu berimplikasi pada derajat hubungannya dengan tingkat kepuasan dalam mencari informasi melalui internet maupun motiva-
Tabel 1. Distribusi responden berdasarkan karakteristik individu yang diamati.
Tabel 2. Sebaran responden berdasarkan jenjang jabatan fungsional peneliti.
Karakteristik
Jenjang jabatan
Jumlah
Persentase
Usia (tahun) < 35 35-45 > 45
17 31 38
19,80 36,00 44,20
Pendidikan S3 S2 S1
23 40 23
26,70 46,60 26,70
Gender Laki-laki Perempuan
50 36
58,30 41,70
12
responden
Ahli Peneliti Utama Ahli Peneliti Madya Ahli Peneliti Muda Peneliti Madya Peneliti Muda Ajun Peneliti Madya Ajun Peneliti Muda Asisten Peneliti Madya Asisten Peneliti Muda Non Jabatan Fungsional
Jumlah
Persentase
6 1 6 15 6 11 5 14 10 12
7,00 1,20 7,00 17,40 7,00 12,80 5,80 16,30 11,60 14,00
Jurnal Perpustakaan Pertanian Vol. 14, Nomor 1, 2005
si dan perilakunya. Mengacu kepada komponenkomponen yang mempengaruhi perilaku manusia, antara lain perilaku yang didorong untuk memenuhi kebutuhan berprestasi (McClelland dalam Rakhmat 1998), dapat disimpulkan bahwa peneliti memiliki dorongan yang cukup kuat untuk memenuhi kebutuhan informasi bagi karya ilmiahnya yang pada akhirnya akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan memperoleh nilai kredit. Kebutuhan untuk berprestasi bagi setiap peneliti merupakan satu dorongan yang muncul dalam dirinya ketika eksistensinya sebagai peneliti dituntut "legalisasinya" ke dalam kelompok-kelompok jenjang fungsional, sehingga peneliti berusaha memenuhi kebutuhannya dengan jalan berkomunikasi melalui berbagai cara guna memperoleh informasi. Tempat yang sering dikunjungi responden untuk mengakses internet berturut-turut adalah kantor (58,10%), rumah (24,40%), dan warnet (17,40%) (Tabel 3). Kenyataan ini sejalan dengan hasil survei Pusat Pengkajian dan Penerapan Teknologi Informasi dan Elektronika (2002) yang menunjukkan bahwa kantor merupakan tempat utama penggunaan internet bagi non-mahasiswa (23,33%). Bagi mahasiswa, warnet merupakan tempat utama penggunaan internet (19,66%). Beberapa kajian menunjukkan bahwa tempat mengakses internet yang utama adalah tempat bekerja. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa masih sedikit responden yang bersedia mengeluarkan biaya tambahan untuk mengakses internet. Hal ini disebabkan instansi tempat bekerja umumnya sudah memiliki sambungan tetap ke provider sehingga responden dapat melakukan
Tabel 3. Distribusi responden berdasarkan tempat dan waktu akses internet. Kriteria Tempat akses Kantor Wa r n e t Rumah Waktu akses Pagi (05:00-08:00) Siang (09:00-12:00) Sore (13:00-19:00) Malam (20:00-24:00) Pengalaman akses (tahun) < 1 1-2 > 2
Jumlah Persentase
50 15 21
58,10 17,40 24,40
9 35 22 20
10,50 40,70 25,60 23,20
19 27 40
22,10 31,40 46,50
Jurnal Perpustakaan Pertanian Vol. 14, Nomor 1, 2005
akses pada saat berada di tempat bekerja. Selain itu, iuran ke provider dan biaya pulsa telepon masih dianggap mahal bagi rumah tangga. Penempatan komputer on-line di ruang strategis seperti perpustakaan dan ruangan kerja juga memudahkan responden mengakses internet. Responden yang memiliki sambungan internet pribadi memiliki keleluasaan dan ketenangan dalam melakukan akses karena tidak harus berbagi waktu dengan pengguna lain. Semakin banyaknya warnet juga menimbulkan persaingan dalam memberikan kenyamanan tempat dan lingkungan termasuk layanan penggunaan 24 jam. Waktu akses internet yang diteliti meliputi pagi hari antara pukul 05.00-08.00, siang hari pukul 09.00-12.00, sore hari pukul 13.00-19.00, dan malam hari pukul 20.0024.00. Hasil penelitian menunjukkan 40,70% responden mengakses internet pada siang hari (09.00-12.00). Hasil ini sesuai dengan tempat akses, yaitu 58,30% di kantor. Artinya 40,70% responden memanfaatkan jam kerja untuk melakukan akses di kantor. Berdasarkan pengalaman mengakses internet, 40 responden (46,50%) telah memiliki pengalaman menggunakan internet lebih dari 2 tahun. Dengan demikian secara umum dapat dikatakan bahwa seluruh responden telah memiliki pengalaman yang memadai dalam menggunakan internet. Sebagian besar (46,50%) responden berpengalaman 2 tahun dan yang kurang dari 6 bulan hanya 8,1% responden (Tabel 3).
Intensitas Akses Intensitas akses internet adalah gambaran berapa lama dan sering responden menggunakan internet dengan berbagai tujuan atau motivasi. Intensitas akses berkaitan dengan keterdedahan (exposure) atau terpaan, yaitu keadaan khalayak terkena pesan-pesan yang disebarkan oleh media massa (Effendi 1989). Hasil penelitian menunjukkan bahwa 42 responden (48,8%) yang memberikan pernyataan menggunakan internet dengan motif mencari informasi, memerlukan durasi waktu 60 menit/akses. Selanjutnya 35 responden (40,7%) menyatakan menggunakan durasi waktu 30 menit/akses untuk berkomunikasi melalui internet (Tabel 4). Durasi waktu merupakan lamanya waktu yang digunakan untuk berkomunikasi dan mencari atau menelusur informasi. Berdasarkan tujuan penggunaan internet, ternyata waktu yang diperlukan berbeda. Penggunaan waktu akses untuk berkomunikasi biasanya lebih pendek/singkat dibandingkan dengan untuk penelusuran informasi. Secara umum, waktu yang
13
Tabel 4. Distribusi responden berdasarkan pengalaman dan intensitas akses internet. Intensitas penggunaan internet
Jumlah
Persentase
Lama waktu untuk mencari informasi (menit) <60 60-90 >90
28 50 8
32,60 58,10 9,30
Lama waktu untuk berkomunikasi (e-mail) (menit) <30 30-45 >45
33 46 7
38,40 53,50 8,10
Kekerapan waktu untuk mencari informasi (kali/minggu) 1 2 3 4
36 18 14 18
41,90 21,00 16,10 21,00
Kekerapan waktu untuk berkomunikasi (e-mail) (kali/minggu) 1 2 3 4
29 17 10 30
33,70 19,80 11,60 34,90
digunakan oleh responden cukup lama (tinggi). Penggunaan internet biasanya berkaitan dengan pencarian informasi dan berkomunikasi. Responden telah menyesuaikan durasi penggunaan dengan motif memenuhi kebutuhan dan kesempatan untuk menggunakan internet. Teori motif Masllow dan McClelland dalam Rakhmat (1998) menjelaskan bahwa motif merupakan upaya pemenuhan segala bentuk kebutuhan yang dipengaruhi oleh kemajuan-kemajuan yang telah dicapai dan lingkungan yang memotivasi upaya pemenuhan kebutuhan. Moris dan Ogan (1996) menyatakan bahwa perkembangan teknologi di bidang komunikasi yang mengubah bentuk komunikasi penyiaran dan percetakan menjadi bentuk informasi digital mampu memperpendek batas pandangan terhadap segala macam informasi. Kecepatan menggunakan dan memperoleh sambungan/terkoneksi dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain pengalaman menggunakan, kemahiran/pengetahuan menggunakan komputer, penggunaan kata kunci, pengetahuan alamat yang akan dituju, dan ketersediaan komputer. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa 30 responden (34,9%) menggunakan internet >3 kali/minggu untuk
14
berkomunikasi. Menurut Berlo (1960), keterampilan dan pengetahuan penerima pesan merupakan faktor yang sangat menentukan keberhasilan komunikasi. Selain itu, konsep dasar teori U&G menyatakan bahwa audiens yang aktif merupakan unsur esensial dalam teori ini. Keaktifan peneliti dan kemampuan dalam menggunakan internet dalam kurun waktu yang singkat merupakan keterampilan yang didukung oleh pengetahuannya sehingga mampu melakukan pemenuhan kepuasan informasi dan berkomunikasi. Responden juga menyatakan bahwa internet tidak saja digunakan untuk memperoleh informasi melalui fasilitas penelusuran (search engine), tetapi juga untuk memperoleh informasi melalui fasilitas lainnya antara lain e-mail dan mailist/discussion group. Melalui fasilitas ini, responden dapat mengirim atau menerima informasi dari berbagai sumber. Internet juga dianggap sebagai perpustakaan yang canggih berteknologi tinggi yang sangat memungkinkan informasi diperoleh dengan mudah. Namun demikian, perpustakaan konvensional masih tetap eksis karena informasi dalam bentuk tercetak dapat digunakan tanpa harus mempunyai keahlian menggunakan komputer. Penggunaan situs web berkaitan dengan pemenuhan kepuasan, karena melalui fasilitas ini responden dapat memperoleh informasi spesifik yang sesuai dengan kebutuhan. Situs web merupakan sebuah lokasi atau tempat pada jaringan komputer dunia (internet). Istilah ini digunakan pada komputer yang berfungsi sebagai server yang memuat file-file data atau informasi baik berupa teks, gambar, suara, maupun klip video. Ada dua situs web yang menjadi situs favorit atau sering dikunjungi responden, yaitu Google dan Yahoo. Beberapa situs web yang juga dikunjungi adalah situs web lembagalembaga penelitian di dalam dan luar negeri, perguruan tinggi, dan lembaga pemerintahan. Beberapa situs web instansi pemerintah yang dapat digunakan sebagai bahan acuan atau sekedar memperoleh informasi adalah situs web Departemen Pertanian (www.deptan.go.id), Departemen Perindustrian (www.dprin.go.id), Departemen Pekerjaan umum (www.dpu.go.id), Departemen Kesehatan (www. depkes.go.id), Badan Pusat Statistik (www.bps.go.id), dan LIPI (www.lipi.go.id).
Pemenuhan Pengetahuan Pemenuhan pengetahuan responden meliputi dimensi perluasan wawasan, perolehan informasi yang relatif
Jurnal Perpustakaan Pertanian Vol. 14, Nomor 1, 2005
lengkap, dan perolehan jumlah artikel. Separuh (50%) responden menyatakan “sangat setuju” bahwa menggunakan internet dapat memperluas wawasan sebagai pemenuhan pengetahuan. Selain itu, 40 responden (46,51%) menyatakan “setuju” terhadap kelengkapan informasi yang diperoleh. Untuk perolehan jumlah artikel, 35 responden (46,51%) menyatakan “setuju” karena pada umumnya setiap kali mengakses internet dapat memperoleh >4 artikel. Responden yang meragukan dapat memperoleh >4 artikel setiap kali akses sebanyak 25 responden (27,92%), dan yang menyatakan “tidak setuju” hanya 8,16%. Dilihat dari kelengkapan informasi dan jumlah artikel yang diperoleh bukan tidak mungkin hal tersebut didukung oleh kemampuan/pengalaman responden dalam menggunakan internet serta search engine. Search engine merupakan halaman situs yang menyediakan mesin penelusur informasi sebagai alat bantu dalam mencari data atau informasi spesifik. Pernyataan ini didukung dengan hasil penelitian bahwa 46 responden telah terbiasa menggunakan search engine. Banyak orang menilai bahwa search engine mampu memberikan dukungan yang cukup berarti dalam memperoleh data atau informasi spesifik. Dengan demikian responden yang telah mengetahui manfaat/kegunaan fasilitas ini akan menggunakannya untuk memperoleh data atau informasi yang diharapkan. Selain itu, pengalaman responden dalam menggunakan internet umumnya lebih dari 1 tahun atau relatif lama. Demikian pula frekuensi penggunaan internet untuk berkomunikasi relatif tinggi (>3 kali/ minggu) dan untuk mencari/memperoleh informasi 1 kali/ minggu. Dari hasil ini dapat diasumsikan bahwa frekuensi penggunaan internet berhubungan dengan kepuasan responden dalam memperoleh informasi di samping pengalaman lainnya seperti penggunaan fasilitas search engine. Pemenuhan pengetahuan yang meliputi perluasan wawasan, kelengkapan informasi, dan perolehan jumlah artikel mendekati sangat memuaskan (skor 4, Tabel 5). Dengan demikian dapat diasumsikan bahwa fungsi internet “disetujui” dapat memenuhi harapan responden untuk memenuhi kebutuhannya. Katz et al. (1974) menyatakan, alasan menggunakan media antara lain adalah untuk memenuhi kebutuhan kognitif, yaitu kebutuhan yang berhubungan dengan informasi, pengetahuan, dan pemahaman. Pernyataan ini sesuai dengan hasil yang diperoleh, bahwa responden memberikan pernyataan yang mendukung (positif) terhadap pemenuhan kebutuhan tersebut yaitu pemenuhan
Jurnal Perpustakaan Pertanian Vol. 14, Nomor 1, 2005
Tabel 5. Fungsi internet sebagai pemenuhan kepuasan dari segi pengetahuan. Pemenuhan kepuasan pengetahuan
Skor
Perluasan wawasan Perolehan informasi relatif lengkap Perolehan jumlah artikel
3,91 3,33 3,24
Keterangan 4 = sangat memuaskan, 3 = memuaskan, <3 = tidak memuaskan
kebutuhan akan perluasan wawasan dan perolehan informasi yang relatif lengkap. Dengan demikian melalui internet responden mempunyai harapan besar untuk memenuhi kebutuhan kognitifnya, walaupun media yang lain mungkin dapat memberikan pemenuhan sejenis.
Pemenuhan Kegunaan Selain berfungsi memenuhi kebutuhan akan pengetahuan (kognitif), internet diharapkan pula dapat memenuhi kebutuhan akan hiburan. Separuh responden (50%) menyatakan "setuju" terhadap fungsi tersebut. Terlepas dari beragamnya motif responden dalam menggunakan internet, dari penggunaan yang bertujuan menolong peneliti/penyuluh, memberikan hiburan, sampai dengan berharap dapat menolong kelancaran penelitian (pekerjaan) diperoleh gambaran bahwa 47 responden (54,65%) memberi tanggapan positif, yaitu “menyetujui” bahwa penggunaan internet dapat memberikan pertolongan kepada teman/peneliti/penyuluh. Responden yang menyatakan "tidak setuju" hanya 1 orang (Tabel 6). Berdasarkan penjelasan di atas dan dikaitkan dengan teori efek (Rakhmat 1998), fungsi media menurut McQuail (1991) antara lain adalah: 1) sebagai integrasi dan interaksi sosial, antara lain memperoleh pengetahuan tentang orang lain, membantu menjalankan peran sosial, dan memungkinkan untuk dapat menghubungi sanak keluarga, teman, dan masyarakat; 2) sebagai hiburan, untuk mengisi waktu, dan memperoleh kenikmatan jiwa dan estetika. Jadi, melalui internet responden berharap mendapatkan pemenuhan kepuasan sesuai dengan pernyataan jawaban "setuju-sangat setuju". Menyetujui dapat diartikan bahwa media ini mampu memberi pemenuhan kepuasan yang meliputi dimensi dapat menolong pe-
15
Tabel 6. Fungsi internet sebagai pemenuhan kepuasan dari segi kegunaan.
Tabel 7. Nilai korelasi antara penggunaan internet dengan pemenuhan kepuasan.
Pemenuhan kepuasan kegunaan
Skor
Penggunaan internet
Menolong peneliti/penyuluh Memberikan hiburan Membantu penelitian sendiri
3,09 2,78 3,19
Pemenuhan kepuasan Pengetahuan Kegunaan Kesenangan
Jenis Intensitas Penggunaan internet
0.604** 0.385** 0,626**
0.370** 0,366** 0,386**
0,296** 0,163 0,306**
Keterangan: 4 = sangat memuaskan, 3 = memuaskan, <3 = tidak memuaskan
neliti/penyuluh, memberikan hiburan, dan mendukung pekerjaan sebagai peneliti. Hal ini sependapat dengan Hunter (1997) yang mengemukakan bahwa world wide web (www) dapat memberikan kepuasan terhadap kebutuhan melalui penggunaan internet yaitu pencarian informasi dan hiburan. Hardjito (2001) menyatakan terdapat hubungan yang positif antara motif menggunakan internet dengan kepuasan yang didapat.
Hubungan antara Penggunaan Internet dengan Pemenuhan Kepuasan Penggunaan internet dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu jenis dan intensitasnya, sedangkan pemenuhan kepuasan dibagi menjadi tiga yaitu pemenuhan kepuasan akan pengetahuan, kegunaan, dan kesenangan. Hasil korelasi antara penggunaan internet dan pemenuhan kebutuhan menunjukkan bahwa jenis penggunaan berhubungan sangat nyata dengan pemenuhan kebutuhan akan pengetahuan, kegunaan, dan kesenangan (Tabel 7). Intensitas penggunaan berhubungan sangat nyata dengan pemenuhan kebutuhan akan pengetahuan dan kegunaan, namun berhubungan kurang nyata dengan pemenuhan kepuasan akan kesenangan. Secara keseluruhan, penggunaan internet berhubungan sangat nyata dengan pemenuhan kebutuhan akan pengetahuan, kegunaan, dan kesenangan. Berdasarkan hasil uji statistik, hubungan antara intensitas akses internet dengan pemenuhan kepuasan pengguna mempunyai nilai korelasi 0,573. Dari uji t diperoleh nilai t (0.95; 84) = 1,6632 dengan nilai t tabel = 6,3912. Karena nilai t (6,3912) lebih besar dari t(0.95; 84) (t tabel) maka hipotesis nol ditolak, artinya koefisien korelasi yang diperoleh bermakna (signifikan), sehingga dapat dijelaskan bahwa intensitas akses internet memiliki hubungan yang bermakna dengan pemenuhan kepuasan
16
pengguna internet. Selanjutnya dari perhitungan koefisien determinasi diperoleh nilai sebesar 0,572 2 = 0,327184 atau 32,7184%. Artinya besar kecilnya perubahan nilai Y (32,7184%) atau pemenuhan kepuasan pengguna dipengaruhi oleh nilai X atau intensitas akses internet, demikian juga sebaliknya. Arah dari perubahan bersifat positif, artinya semakin tinggi X maka nilai Y juga semakin tinggi (Gambar 1). Gambar 1 memperlihatkan adanya pola tertentu antara penggunaan internet dengan pemenuhan kebutuhan. Semakin tinggi skor untuk variabel penggunaan internet, semakin tinggi pula skor untuk pemenuhan kebutuhan. Artinya, pemenuhan kebutuhan pengetahuan serta pemenuhan kesenangan akan semakin terpenuhi apabila semakin sering dan lama menggunakan internet.
KESIMPULAN DAN SARAN Peneliti pengguna internet di Balitnak, Balitvet, dan BB Biogen sebagian besar berusia di atas 35 tahun dengan pendidikan S2 dan jabatan fungsional yang bervariasi. Akses internet umumnya dilakukan di kantor pada siang hari dan sebagian besar telah melakukannya lebih dari 1 tahun. Lama waktu akses umumnya kurang dari 90 menit dengan intensitas akses satu kali per minggu. Terdapat hubungan yang nyata antara jenis penggunaan internet dengan pemenuhan kepuasan akan pengetahuan, kegunaan, dan kesenangan, serta antara intensitas penggunaan dengan pengetahuan dan kegunaan. Intensitas penggunaan internet mempunyai hubungan yang bermakna (signifikan) dengan pemenuhan kepuasan akan pengetahuan, kesenangan, dan kegunaan pribadi. Hubungan bermakna tersebut bersifat positif, artinya semakin tinggi intensitas penggunaan internet maka pemenuhan kepuasan akan pengetahuan, kese-
Jurnal Perpustakaan Pertanian Vol. 14, Nomor 1, 2005
nelitian lanjutan seperti studi komparatif antara perpustakaan tradisional (konvensional) dengan internet, pola penggunaan internet di kalangan peneliti pada bidang penelitian atau jabatan fungsional peneliti tertentu, serta faktor-faktor yang menentukan pemanfaatan internet dengan pola penggunaan internet di kalangan peneliti.
Pemenuhan kebutuhan 80 75 70 65 60
DAFTAR PUSTAKA
55 50 45 40 20
24
28
32
36
40
44
48 50
Penggunaan internet Gambar 1. Plot antara penggunaan internet dengan pemenuhan kebutuhan.
nangan, dan kegunaan pribadi semakin terpenuhi. Dengan demikian, semakin kerap peneliti menggunakan internet (memperoleh informasi yang sesuai dan jumlahnya mencukupi) maka semakin tinggi pula pemenuhan akan pengetahuan dan kepuasan. Meningkatnya penggunaan internet di kalangan peneliti, baik intensitas akses maupun kesesuaian informasi yang diperoleh, dipengaruhi oleh perubahan pemenuhan kepuasan atas pengetahuan dan informasi maupun oleh pemenuhan kepuasan berupa hiburan dan kegunaan pribadi, meskipun besarnya nilai perubahan tersebut hanya 32%. Mengingat sebagian besar peneliti memanfaatkan internet di tempat kerja dan pada jam kerja, seyogianya penggunaannya terkait dengan pekerjaannya. Untuk pengembangan ilmu komunikasi khususnya yang terkait dengan penggunaan internet, perlu dikembangkan pe-
Jurnal Perpustakaan Pertanian Vol. 14, Nomor 1, 2005
Berlo, D.K. 1960. The Process of Communication. New York: Holt Rinehart and Winston Inc. Effendi, O. U. (1998). Kamus Komunikasi. Bandung: Mandar Maju. Hardjito. 2001. Pola Hubungan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemasyarakatan Internet: Suatu Survei Motif Pemanfaatan Internet Siswa SMU dan SMK DKI Jakarta. Program Pasca Sarjana Universitas Indonesia. Hunter, C.D. 1997. Uses and Gratification of Project Aqora.
Katz, E., J.G. Blumler, and M. Gurevitch. 1974. Utilization of mass communication by the individual, The Uses of Mass Communication, Current Persepectives on The Gratification Research. Vol. 3 p 19-32, Chapter 1. McQuail, D. 1991. Teori Komunikasi Massa: Suatu Pengantar. Jakarta: Erlangga. Moris, M. and C. Ogan. 1996. The internet as mass medium. http://www.ascuse. org/jeme/ vol11/issue4/moris.html Pusat Pengkajian dan Penerapan Teknologi Informasi dan Elektronika. 2001. Indikator Teknologi Informasi dan Komunikasi Tahun 2001. Jakarta: Pusat Pengkajian dan Penerapan Teknologi Informasi dan Elektronika. Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi.
Pusat Pengkajian dan Penerapan Teknologi Informasi dan Elektronika. 2002. Indikator Teknologi Informasi dan Komunikasi Tahun 2002. Jakarta: Pusat Pengkajian dan Penerapan Teknologi Informasi dan Elektronika. Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi. Rahmat, J. 1998. Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja PT Rosdakarya. Singarimbun, M. dan Sofian Efendi. 1995. Metode Penelitian Survei. Jakarta: LP3ES.
17