PEMBINAAN KADER FORUM KOMUNIKASI DA’I MUDA INDONESIA (FKDMI) WILAYAH RAWAMANGUN JAKARTA TIMUR DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERDAKWAH Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh: USWATUN HASANAH NIM. 109051000101
PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1434 H/2013 M
PEMBINAAN KADER FORUM KOMUNIKASI DA'I MUDA INDONESIA (FKDMI)
WILAYAH RAWAMANGUN JAKARTA TIMUR DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERDAKWAH
Skripsi Diaj ukan untuk Memenuhi Persyaratan M emperol eh
Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh:
USWATUN HASANAH
NIM.
109051000101
yah Bimbingan
1996031 001
PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAI\{ ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 1434
Hl20l3 M
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
KOMUNIKASI DA'I MUDA INDONESIA (FKDMI) WILAYAH RAWAMANGUN JAKARTA TIMUR DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERDAKWAH telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 5 September Skripsi yang berjudul PEMBINAAN KADER FORUM
2013. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I.) pada Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam. Jakarta, 5 September 20 13
Sidang Munaqasyah Ketua
Sekretaris
c)
,''/)-
/. 2-- a-ur..
lu-ro,irrl.si
Umi Mu NIP. 1971081
NrP. 19630515 199203 1 006
Anggota, Penguji I
Ade Masturi. MA NrP. 197s0606 200710 I 001
199503 2 003
Pembimbing
19700903 199603 1 001
LEMBAR PERNYATAAN Dengan ini saya mengatakan bahwa:
1'
Skripsi
ini
merupakan hasil karya saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu
persyaratan memperoleh gelar strata
I (Sl) di Universitas
Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah lakarta. 2.
Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan
ini telah saya cantumkan
sesuai dengan
ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN)Syarif Hidayatullah Jakarta. J.
Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasit jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia rnenerima sanksi yang berlaku di
universitas Islam Negeri (uIN) Syarif Hidayatuilah Jakarta.
Jakarta,02 Juni20l3
Penulis
Uswatun Hasanah
ABSTRAK Uswatun Hasanah Pembinaan Kader Forum Komunikasi Da’i Muda Indonesia (FKDMI) Wilayah Rawamangun Jakarta Timur dalam Meningkatkan Kemampuan Berdakwah. Forum Komunikasi Da’i Muda Indonesia (FKDMI) sebagai organisasi kader sekaligus pelopor gerakan Dakwah dengan segala potensi yang dimilikinya berkewajiban mewujudkan cita-cita masyarakat madani, khususnya pembinaan yang kontinyu kepada generasi muda muslim untuk dijadikan motivator dan penggerak sebagai bagian dari proses terwujudnya masyarakat madani. Salah satu cara yang dilakukan untuk memenuhi tuntutan profesionalisme ini adalah melaksanakn kegiatan pembinaan calon kader da’i , kegiatan ini dijadikan sebagai sarana pelatihan atau pembekalan yang memberikan wawasan yang luas tentang dakwah bagi para pengurus dan anggota sebagai calon kader da’i. Dari konteks diatas, timbul pertanyaan: Bagaimana bentuk pembinaan kader Forum Komunikasi Da’i Muda Indonesia (FKDMI) dalam meningkatkan kemampuan berdakwah, Metode apa yang digunakan Forum Komunikasi Da’i Muda Indonesia (FKDMI) dalam membina kader untuk meningkatkan kemampuan berdakwah, Hasil apa yang di capai Forum Komunikasi Da’i Muda Indonesia dalam membina kader untuk meningkatkan kemampuan berdakwah. Menurut pendiri Forum Komunikasi Da’i Muda Indonesia, bentuk pembinaan yang dilakukan dengan cara menyalurkan tenaga-tenaga hasil didik sesuai dengan keahlian atau bidangnya, mengadakan dan menyelenggarakan ceramah-ceramah dalam rangka menghasilkan peningkatkan peran pemuda dan da’i muda, mengadakan pelatihan-pelatihan untuk pengembangan dan memperkuat kemampuan da’i dalam berdakwah, semua bentuk kegiatan untuk mempertinggi kesejahteraan sosial masyarakat, serta meningkatkan kesejahteraan bagi para pembimbing. Metodenya adalah melakukan pembinaan terhadap pembimbing, pembinaan terhadap kader, dalam hal ini lembaga dakwah membagi satu metode lagi yaitu pembinaan mengenai akhlak, kepada allah dan sesama. Dalam proses pembelajaran, penulis memfokuskan pada dua pembahasan yaitu pembinaan dan pengkaderan. Pembinaan adalah suatu upaya kegiatan yang terus menerus untuk memperbaiki dan mengembangkan kemampuan untuk mencapai tujuan agar sarana pembinaan mampu mengamalkan ajaran islam sebagai pola kehidupan sehari-hari baik dalam kehidupan pribadi, keluarga, maupun kehidupan sosial masyarakat. Sedangkan pengkaderan sebagai sebuah pembinaan para anggota bertujuan menciptakan kader-kader yang akan mendukung dan melaksanakan cita-cita lembaga. Kegiatan ini dimanfaatkan sebagai sarana dan melatih para kader dalam mental, mengembangkan daya nalar, serta menggali potensi atau bakat di dalam berdakwah. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif. Dimana data yang didapatkan yakni, melalui beberapa sumber referensi bacaan, observasi, wawancara, analisis data. Dimana penulis meneliti dengan mengumpulkan data melalui observasi langsung ke lapangan, kemudian melalui wawancara dan menganalisis hasil observasi dan juga wawancara. Menurut analisa penulis, proses pembinaan kader da’i dalam meningkatkan kemampuan berdakwah sudah berjalan baik, hal itu bisa dilihat dari hasil penelitian yang penulis lakukan, yaitu dengan adanya bentuk kegiatan pembinaan dan metode yang dilakukan lembaga dakwah tersebut, hal itu sudah bisa membuahkan hasil yang bisa diamati sekarang. Selain itu Forum Komunikasi Da’i Muda Indonesia (FKDMI) juga melakukan kaderisasi tersendiri sebagai upaya percepatan kaderisasi para da’i. Sehingga Forum Komunikasi Da’i Muda Indonesia (FKDMI) juga sudah mempunyai anggota di seluruh pelosok Nusantara dengan adanya kegiatan pembinaan kader ini.
i
KATA PENGANTAR Bismillahirrohmanirrohim Tiada kata yang pantas terucap selain puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala limpahan karunia-Nya, sehingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam tercurahkan kepada kekasih Allah dan manusia termulia, Nabi Muhammad SAW, yang telah membuka zaman baru bagi zaman peradaban dunia. Dalam studi perguruan tinggi, skripsi telah menjadi keharusan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis membahas skripsi yang berjudul “ Pembinaan Kader Forum Komunikasi Da’i Muda Indonesia (FKDMI) Wilayah Rawamangun Jakarta Timur Dalam Meningkatkan Kemampuan Berdakwah”. Pada kesempatan ini perkenankanlah penulis mengucapkan terimakasih dan penghargaan sebesar-besarnya kepada orang-orang dan instansi yang telah membantu terciptanya penulisan skripsi ini: 1. Bapak Dr. Arief Subhan M.A sebagai dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Bapak Drs. Wahidin Saputra, M.A Selaku Pembantu Dekan Akademik, Bapak Drs. Mahmud Djalal, M.A Selaku Pembantu Dekan Bidang Administrasi dan Keuangan, dan juga Bapak Drs. Study Rizal LK, M.A selaku Pembantu Dekan Bidang Kemahasiswaan. 2. Bapak Drs. Jumroni, M.si selaku Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, dan Ibu Dra. Umi Musyarofah, M.A selaku Sekretaris Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam. 3. Ibu Dra. Rini Laili Prihatini, M.Si sebagai Dosen Pembimbing Akademik yang telah membantu mengarahkan seluruh mahasiswi untuk mengikuti proses kegiatan akademik. ii
4. Bapak Drs. Wahidin Saputra, M.A selaku dosen pembimbing yang senantiasa dengan sabar meluangkan waktunya untuk membimbing penulis dan memberikan arahan yang sangat berguna kearah terwujudnya skripsi ini. 5. Seluruh dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidyatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu dan pengalaman yang bermanfaat bagi penulis. 6. Seluruh staf perpustakaan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Perpustakaan Fakultas, Perpustakaan Nasional, Perpustakaan Universitas Indonesia, Perpustakaan UNiversitas Negeri Jakarta yang telah menyediakan berbagai sumber yang dibutuhkan untuk menulis skripsi ini. 7. Kedua orang tuaku tercinta, yang selalu mendoakan serta memberikan motivasi moril maupun materil dengan penuh keikhlasan yang sangat berharga bagi penulis. 8. Kakanda tersayng Ahmad Fatoni, Roqiah Umi Kulsum, Nur umamah dan tidak lupa adikku tercinta Aulia Safitri yang juga selalu mendoakan hingga sampai terselesaikannya skripsi ini. 9. Sahabat-Sahabat tercinta Yanti, Dinda, Linda, Diah, Ayi, Mustika serta seluruh keluarga kosan tercintaku Eni, Quroh, Dede, Nana, Ilfa, Rahma, Rinda selama 4 tahun ini kalian banyak memberikan dukungan dan semangat untuk saya dalam menulis ksripsi ini. 10. Bapak Ibrahim Ahmad Faqih, M.Pd selaku Ketua Umum FKDMI yang juga sangat memberikan kemudahan bagi penulis untuk mendapatkan berbagai sumber data guna menyelesaikan skripsi ini. 11. Seluruh jajaran pengurus Forum Komunikasi Da’i Muda Indonesia (FKDMI) khususnya Bapak Abrohul Isnaini, Bapak Moh. Nur Huda yang bersedia menerima penulis untuk meneliti lembaga dakwah tersebut serta meluangkan waktunya untuk membantu saat
iii
proses wawancara dan observasi lapangan. Serta para anggota kader FKDMI yang bersedia untuk diminta waktunya ketika diwawancarai. 12. Teman-teman seperjuangan KPI C 2009, yang saling membantu satu sama lain dan tetap menjaga kekompakan dan silaturrahim.
Dan akhir kata dari penulis, semoga segala bentuk motivasi, dukungan, harapan dan keberkahan do’a yang diberikan kepada penulis mendapatkan balsan yang berlimpah dan ridha Allah SWT. Amin Yaa Robbal A’lamin.
Jakarta, 02 Juni 2013 Penulis
Uswatun Hasanah
iv
DAFTAR ISI
Abstrak ..................................................................................................................................... i Kata Pengantar ....................................................................................................................... ii Daftar Isi .................................................................................................................................. v BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah .............................................................................. 1 B. Pembatasan dan Perumusan Masalah .......................................................... 6 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................................... 6 D. Metodologi Penelitian ................................................................................. 8 E. Tinjauan Pustaka .................................................................... ...................... 9 F. Sistematika Penulisan ................................................................................... 11
BAB II
LANDASAN TEORI A. Pengertian Pembinaan Da’i .......................................................................... 13 1. Pengertian Pembinaan ............................................................................ 13 2. Pengertian Da’i ....................................................................................... 14 3. Pembinaan Da’i ........................................................................................ 19 B. Metode Pembinaan Da’i ............................................................................... 21 C. Tujuan Pembinaan Da’i ............................................................................... 30 D. Pengkaderan Da’i ........................................................................................ 31 E. Dakwah .......................................................................................................... 34
v
BAB III
PROFIL
FORUM
KOMUNIKASI
DA’I
MUDAINDONESIA
(FKDMI) A. Sejarah Singkat FKDMI .............................................................................. 35 B. Visi dan Misi FKDMI .................................................................................. 37 C. Fungsi, Tujuan dan Usaha FKDMI .............................................................. 39 D. Struktur Organisasi FKDMI ........................................................................ 41 E. Pokok-Pokok Program Kerja FKDMI .......................................................... 43 BAB IV
TEMUAN DAN ANALISIS A. Bentuk
Pembinaan Kader FKDMIWilayah Rawamangun Jakarta
Timur dalam Meningkatkan Kemampuan Berdakwah ................................ 52 B. Metode Pembinaan Kader FKDMI Wilayah Rawamangun Jakarta Timur dalam Meningkatkan Kemampuan Berdakwah ................................ 58 C. Hasil Yang Dicapai Dalam Pembinaan Kader Forum Komunikasi Da’i Muda Indonesia (FKDMI)Wilayah Rawamangun Jakarta Timur dalam Meningkatkan Kemampuan Berdakwah .......................................... 61 BAB V
PENUTUP A. Kesimpulan .................................................................................................. 64 B. Saran-saran .................................................................................................. 67
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN
vi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Dalam beberapa tahun ke depan, masyarakat Indonesia masih akan menghadapi berbagai tantangan sebagai akibat dari krisis moral, krisis ekonomi dan politik yang belum sepenuhnya dapat teratasi. Forum Komunikasi Da’i Muda Indonesia ( FKDMI) sebagai organisasi kader gerakan dakwah dengan segala potensi yang dimilikinya berkewajiban mewujudkan cita-cita masyarakat madani, khususnya pembinaan yang kontinyu kepada generasi muda muslim untuk dijadikan motivator dan penggerak sebagai bagian dari proses terwujudnya masyarakat madani. Salah satu cara yang dilakukan untuk memenuhi tuntutan profesionalisme ini adalah melaksanakan kegiatan pembinaan calon kader da’i, kegiatan ini dijadikan sebagai sarana pelatihan atau pembekalan yang memberikan wawasan yang luas tentang dakwah bagi para pengurus dan anggota sebagai calon kader da’i.1 Islam merupakan agama terakhir yang diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad saw, untuk membina umat manusia agar berpegang teguh kepada ajaran-ajaran yang benar dan diridhai-Nya serta untuk mencapai kebahagian di dunia dan akhirat. Perkembangan dakwah Islam yang begitu besar adalah karena Islam disebarluaskan kepada masyarakat dan Islam merupakan agama dakwah.2
1
Moh. Nur Huda, Keputusan-Keputusan Musyawarah Nasional III Forum Komunikasi Indonesia FKDMI, (Jakarta: Sekretaris Jenderal Pengurus Pusat Forum Komunikasi Da’i Muda Indonesia, 2012), cet. Ke 1, h. 38. 2 Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, ( Jakarta : Amzah, 2009), h. 16-17.
1
2
Diwajibkan umat Islam untuk menyampaikan ajaran Islam disebabkan karena masih banyaknya manusia belum beriman kepada Allah atau mengakui dirinya beriman tetapi tidak mengimplementasikan ajaran Islam secara sempurna. Maka, dakwah sebagai suatu ikhtiar untuk menyebarkan ajaran Islam ditengah masyarakat mutlak diperlukan agar tercipta individu, keluarga dan mayarakat yang menjadikannya sebagai pola piker (way of thingking) dan pola hidup (way of life) agara tercapai kehidupan bahagia dunia dan akhirat.3 Tujuan diwajibkannya dakwah Islam adalah mempertemukan kembali fitrah manusia dengan agama atau menyadarkan manusia supaya mengakui kebenaran Islam dan mau mengamalkan ajaran Islam. Disamping tujuan dakwah, fungsi dakwah juga harus mampu mengambil posisi sebagai stimulator yang dapat memotivasi menuju kepada tingkah laku atau sikap yang sesuai dengan pesan-pesan dakwah yang disampaikan. Dakwah disini bentuk komunikasi yang khas baik verbal mau non verbal, dimana seorang komunikator menyampaikan pesan-pesan yang bersumber atau sesuai dengan al-qur’an. Agar orang yang menjadi komunikasi berbuat amal sholeh yang sesuai dengan pesan al-qur’an.4 Salah satu cara untuk memenuhi tuntunan itu adalah menciptakan para da’i yang benar-benar berjuang di jalan Allah dengan memiliki berbagai kemampuan yang dibutuhkan dalam pengembangan dakwah Islam. Hal ini menyebabkan pentingnya pembinaan khusus para da’i muda agar beberapa di
3
Nurul Badruttamam, Dakwah Kolaborratif Tarmizi Taher, ( Jakarta: Grafindo, 2005), Cet. Ke- 1, h. 40. 4
Muhammad Nor, Visi Kebangkitan Relegius, Refleksi Pemikiran dan Perjuangan Tuan Guru Kiai Haji Muhammad Zaenuddin Abdul Majid, ( Jakarta : PT. Logos Wacana Ilmu, 1982), h. 97.
3
kalangan umat Islam yang benar-benar eksis melakukan dan menyiarkan dakwah Islam dengan memiliki kompetensi di bidang dakwah tersebut. Dengan berkembangnya teknologi dan ilmu pengetahuan, diperlukan sumber daya manusia yang dapat mengimbanginya. Pada tataran ini kita bisa mengutip ungkapan dari Hamka: “Bahwa jayanya atau suksesnya suatu dakwah memang sangat tergantung pada pribadi dari pembawa dakwah itu sendiri atau yang lebih popular dengan da’i”.5 Demi untuk mewujudkan misi dakwah dalam masyarakat maka dakwah sebagai pembentuk manusia perlu selalu mawas diri ke dalam dengan memperkuat diri melalui penelitian terus menerus akan kekurangankekurangan dirinya serta mencari jalan yang lebih efektif untuk masa depan dan pengalaman yang lalu untuk perbaikan masa yang akan datang, kemudian mengembangkan cara-cara baru dan secara berkala tetapi mengadakan kaderisasi, penataran, latihan dan sebagainya agar pendukung dakwah yakni pada da’i lebih terampil dalam menunaikannya.6 Aktivitas dakwah yang disyiarkan melalui media seperti tabligh atau yang lainnya diperlukan suatu perangkat organisasi yang terstruktur secara sistematis, terarah, terencana dan mencapai tujuan untuk mendidik dan membina para peserta didik demi terwujudnya aktivitas dakwah dan penyampaian dakwah dapat berjalan dengan baik, efektif dan efisien apabila mampu bekerja secara professional dan benar, sesuai dengan apa yang dikemukakan Atsar Shahabi apabila diserahkan tugas bukan pada ahlinya maka tunggulah saat-saat kehancurannya.7
5
Hamka, Prinsip dan Kebijakan Dakwah Islam, ( Jakarta : Uminda, 1982), h. 18. M. Syafaat Habib, Buku Pedoman Dakwah, ( Jakarta : Wijaya, 1982), h. 242. 7 Hasanunudin Abu Bakar, Visi dan Misi Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia, (Jakarta: Media Dakwah, 1999), h. 19. 6
4
Dakwah pada hakikatnya adalah usaha untuk mengubah seseorang atau suatu masyarakat menuju keadaan yang lebih baik sesuai dengan perintah Allah SWT dan tuntunan Rasulnya. Pada masyarakat Indonesia dakwah dimaksudkan untuk mengubah posisi dan situasi serta kondisi umat Islam Indonesia khusunya yang timpang menuju keadaan yang lebih baik sesuai dengan tuntunan Allah dan Rasulnya.8 Pentingnya komunikasi bagi manusia tidak dipungkiri begitu juga halnya dengan organisasi dapat berjalan lancar dan berhasil dengan adanya komunikasi yang baik di suatu organisasi. Tujuan organisasi adalah mmeprbaiki organisasi. Memperbaiki organisasi biasanya ditafsirkan sebagai “ memperbaiki hal-hal untuk mencapai tujuan manajemen”. Dengan kata lain, orang mempelajari komunikasi organisasi untuk menjadi yang lebih baik. Forum Komunikasi Da’i Muda Indonesia ( FKDMI) merupakan organisasi formal, yang memberikan informasi, wawasan dan pengajaran khusus keagaman dan menciptakan kader-kader da’i muda yang mempunyai bakat berdakwah dan meningkatkan komunikasi dengan mengadakan berbagai pertemuan dalam bentuk seminar, dalam rangka mengefektifkan kegiatan dakwah.9 Selain itu Forum Komunikasi Da’i Muda Indonesia ( FKDMI ) juga sebagai organisasi kader sekaligus pelopor gerakan dakwah dengan segala potensi yang dimilikinya berkewajiban mewujudkan cita-cita masyarakat madani, khususnya pembinaan yang kontinyu kepada generasi muda muslim
8
Zakky Mubarak, Dakwah dan Globalisasi, ( Jakarta : ELSAS, 2000), cet. Ke 1, h. 23. Moh. Nur Huda, Keputusan-Keputusan Musyawarah Nasional III Forum Komunikasi Da’i Muda Indonesia FKDMI, ( Jakarta : Sekretaris Jenderal Pengurus Pusat Forum Komunikasi Da’i Muda Indonesia, 2012), Cet. Ke 1, h. 14. 9
5
untuk dijadikan motivator dan penggerak sebagai bagian dari proses terwujudkan masyarakat madani.10 FKDMI berdiri sejak 17 Desember 1996 bertepatan dengan tanggal 14 sya’ban 1417 H di Jakarta dengan tujuan terciptanya pribadi da’i yang berilmu dan beriman sempurna berdasarkan al-qur’an dan Sunnah Rasul, serta memiliki profesionalisme, wawasan luas dan khasanah intelektual Islam. Sebagai salah satu forum komunikasi umat Islam, FKDMI mempunyai fungsi, peranan dan potensi yang besar dalam mensyiarkan agama Islam dikalangan generasi muda dan meningkatkan kecerdasan para generasi muda tentang agama. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk memenuhi tuntutan profesionalisme ini adalah melaksanaan kegiatan pembinaan kader da’i atau juru dakwah, kegiatan ini dijadikan sebagai sarana pelatihan atau pembekalan yang member wawasan yang luas tentang dakwah bagi anggota dan juga pengurus sebagai calon kader da’i muda, karena didalamnya terdapat pelatihan mental dan daya nalar para anggota tersebut dalam memberikan atau menguraiakan materi serta dapat mengembangkan potensi yang telah mereka miliki. Kegiatan ini diharapkan melahirkan calon-calon juru dakwah yang memiliki keahlian dan kemampuan sesuai dengan yang diperlukan oleh mad’u. Salah satu lembaga yang memiliki program pembinaan kader da’i dalam meningkatkan kemampuan berdakwah ini adalah Forum Komunikasi Da’i Muda Indonesia, yang berada di wilayah Rawamangun Jakarta Timur. 10
. Nur Huda, Keputusan-Keputusan Musyawarah Nasional III Forum Komunikasi Da’i Muda Indonesia FKDMI,h. 38.
6
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka penulis mencoba mengangkat judul skripsi “ Pembinaan Kader Forum Komunikasi Da’i Muda
Indonesia
wilayah
Rawamangun
Jakarta
Timur
dalam
Meningkatkan Kemampuan Berdakwah”.
B. Pembatasan dan Rumusan Masalah 1. Untuk mempermudah peneliti dalam membuat tulisan ini, maka perlu adanya pembatasan yang diputuskan pada aktifitas pembinaan kader da’i di Forum Komunikasi Da’i Muda Indonesia wilayah Rawamangun Jakarta Timur di masa kepengurusan masa khidmat Tahun 2012-2016. 2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas dan memperjelas pokok permasalahan tersebut, peneliti merumuskan dalam perumusan maslah sebagai berikut: a. Bagaimana bentuk pembinaan kader Forum Komunikasi Da’i Muda Indonesia Wilayah Rawamangun Jakarta Timurdalam meningkatkan kemampuan berdakwah? b. Metode apa yang digunakan Forum Komunikasi Da’i Muda Indonesia dalam membina kader Wilayah Jakarta Timur untuk meningkatkan kemampuan berdakwah? c. Hasil apa yang dicapai Forum Komunikasi Da’i Muda Indonesia dalam membina kader Wilayah Rawamangun Jakarta Timur untuk meningkatkan kemampuan berdakwah?
7
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian Adapun Tujuan Penelitian ini adalah : Berkenaan dengan pokok permasalahan di atas, maka tujuan penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Untuk mendapatkan informasi mengenai bentuk pembinaan kader Forum Komunikasi Da’i Muda Indonesia ( FKDMI ) wilayah Rawamangun Jakarta Timur dalam meningkatkan kemampuan berdakwah. 2. Untuk mengetahui metode apa yang digunakan Forum Komunikasi Da’i Muda Indonesia ( FKDMI ) dalam membina kader wilayah Rawamangun Jakarta Timur untuk meningkatkan kemampuan berdakwah. 3. Untuk mengetahui hasil apa yang dicapai dalam pembinaan kader Forum Komunikasi Da’i Muda Indonesia ( FKDMI ) wilayah Rawamangun Jakarta Timur untuk meningkatkan kemampuan berdakwah. Adapun manfaat Penelitian ini adalah : 1. Manfaat akademik Untuk menambah wawasan pengetahuan dan pengalaman peneliti dengan konsep dan metodologi pada penelitian ini, juga memberikan masukan bagi pengembangan wacana keilmuan sebagai alat bantu utama. 2. Manfaat praktis. Untuk memberikan kontribusi bagi para praktisi dakwah pada umumnya dan Fakultas Ilmu Dakwah dan Fakultas Ilmu Komunikasi.
8
D. Metode Penelitian 1. Metode Penelitian. Penelitian ini memakai metode Penelitian Analisis deskriptif, yaitu “penelitian yang berusaha menerangkan tau menggambarkan peristiwa yang terjadi pada subyek penelitian pada masa sekarang kemudian dijelaskan, dianalisa dan disajikan sedemikian rupa sehingga merupakan gambaran yang sistimatis”.11 Dalam hal ini peneliti menggambarkan langsung tentang pembinaan kader da’i di Forum Komunikasi Da’i Muda Indonesia sebagaimana adanya, dengan mengumpulkan data-data yang akurat dan kemudian di analisis. 2. Bentuk data dan sumber data Data primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari respoden berupa catatan tertulis dan wawancara kepada pengurus, pembimbing, serta dari anggota. Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari sumber-sumber tertulis yang terdapat dalam buku dan dokumen. Dalam hal ini peneliti mengumpulkan informasi berupa arsip-arsip, buku-buku dan lainnya yang berkaitan dengan pembahasan dalam penulisan ini. 3. Tekhnik pengumpulan data Adapun tekhnik pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut: a. Survei atau observasi yaitu mengumpulkan data sederhana dalam rangka mempelajari fenomena, menerangkan dan menjelaskan, baik itu untuk keperluan praktis maupun teoritis.12
11
Irawan Suhartono, Metode Penelitian Sosial, Bandung : PT. Remaja Rosda kary, 2004 Cet ke-6 h. 35 12 Wardi Bachtiar, Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah, Jakarta : logos 1997 Cet ke 1, h. 64.
9
Observasi yaitu suatu tehnik pengumpulan data dengan cara melakukan pengamatan langsung ke lembaga atau instansi dlam rangka mencocokan data yang diperoleh dari angket atau wawancara, dalam hal ini peneliti melakukan survei di Forum Komunikasi Da’i Muda Indonesia ( FKDMI ) wilayah Rawamangun Jakarta Timur, dari tanggal 25 maret 2013 – 14 juni 2013 dalam mencari informasi dan mendapatkan bahan penelitian. b. Wawancara, yaitu teknis dalam upaya menghimpun data yang akurat untuk keperluan melaksanakan proses pemecahan masalah tertentu yang sesuai dengan data.
13
tekhnik yang digunakan adalah intervensi
bebas terpimpin yaitu penulis mengajukan beberapa pertanyaan yang telah di persiapkan, kemudian langsung di jawab oleh informasi dengan bebas terbuka. Dalam hal ini penulis akan memberikan pertanyaan kepada ketua lembaga Forum Komunikasi Da’i Muda Indonesia Bapak Ibrahim Ahmad Faqih M.Pd, seorang Pembina Bapak Moh. Nur Huda, Sos. I, Abrohul Isnaini, S.Hi dan seorang anggota yang ikut serta aktif dalam pembinaan kader da’i. c. Dokumentasi. Peneliti akan mengumpulkan informasi berupa arsip-arsip, buku-buku dan lainnya yang berkaitan dengan pembahasan dalam penulisan ini. 4. Analisa Data. Analisa data adalah proses pengorganisasian dan mengurutkan data kedalam kelompok, kategori dan satu luaran dasara.14 Analisa ini
13
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian dan Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta : Bineka Cipta, 1996) Cet ke-10, h. 120. 14 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian dan Suatu Pendekatan Praktek,h. 72.
10
dilakukan terus menerus selama pengumpulan data berlangsung maupun setelah data terkumpul. Adapun tehnik analisis data yang peneliti gunakan adalah Deskriptif Kualitatif dengan menggunakan studi kasus dalam hal ini peneliti melakukan pengorganisasian mengurutkan data-data yang di dapatkan
melalui
survei,
wawancara
dan
dokumentasi
untuk
dikelompokan hingga menjadi sebuah hasil karya. 5. Pedoman Penulisan. Pedoman penulisan dalam skripsi ini, menggunakan pedoman penulisan karya ilmiah ( skripsi, tesis, dan disertasi ) yang diterbitkan oleh CEQDA (Center For Quality Development and Assurance) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2007.
E. Tinjauan Pustaka Dalam penyusunan skripsi ini, telah dilakukan tinjauan pustaka terhadap skripsi terdahulu yang mempunyai judul atau objek dan subyek penelitian yang hampir sama dengan yang penulis teliti. Maksud tinjauan kepustakaan ini adalah agar dapat diketahui bahwa apa yang penulis teliti sekarang tidak sama dengan penelitian dari skripsi-skripsi terdahulu. Setelah diteliti ternyata ada judul yang membahas seputar pembinaan da’i diantaranya: 1. “ Pendidikan Khusus Mubaligh Di Yayasan Darussalam Reni Jaya Sawangan Depok”. Oleh Nurhasannah, Mahasiswa Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Tahun 2006. Penelitiannya terfokus pada pendidikan khusus mubaligh, dimana berisi tentang pelaksanaan, metode, materi dan hasil dari pelaksanaan pendidikan khusus mubaligh.
11
2. “ Pembinaan Calon Mubaligh Melalui Muhadharah Di Yayasan Yatim Piatu Miftahul Ulum Kelurahan Gandul Depok”. Oleh Rizka Aulia Mahasiswa Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Tahun 2008. Penelitiannya terfokus pada pembinaan calon mubaligh, dimana berisi tentang pelaksanaan, metode, dan upaya yang dilakukan oleh yayasan pelaksanaan pembinaan mubaligh, hasil pelaksanaan pembinaan mubaligh. Sedangkan judul skripsi penulis adalah “ Pembinaan Kader Forum Komunikasi Da’i Muda Indonesia wilayah Rawamangun Jakarta Timur dalam Meningkatkan Kemampuan Berdakwah”. Disini penulis membahas tentang bentuk pembinaan, Metode Pembinaan Kader da’i dalam Meningkatkan Kemampuan Berdakwa, Hasil yang dicapai dalam pembinaan kader da’i untuk meningkatkan kemampuan berdakwah.
F. Sistematika Penulisan Untuk memudahkan dalam memahami skripsi ini, penulis membagi pembahasan dalam lima bab, yaitu: BAB I
Pendahuluan yang membahas latar belakang masalah, pembatasan dan rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian,
tinjauan
pustaka,
metodologi
penelitian,
sistematika penelitian. BAB II
Landasan teori yang terdiri dari pengertian pembinaan da’i, metode pembinaan da’i, tujuan pembinaan da’i, pembinaan kader da’i, pengertian dakwah.
BAB III
Profil Forum Komunikasi Da’i Muda Indonesia (FKDMI), yang membahas sejarah singkat Forum Komunikasi Da’i Muda
12
Indonesia, visi dan misi FKDMI, fungsi, tujuan dan usaha FKDMI, struktur organisasi FKDMI, dan pokok-pokok program kerja FKDMI. BAB IV
Temuan dan analisis data membahas tentang bentuk pelaksanaan pembinaan kader wilayah Rawamangun Jakarta Timur dalam Meningkatkan Kemampuan Berdakwah, metode pembinaan kader FKDMI wilayah Rawamangun Jakarta Timur dalam Meningkatkan Kemampuan Berdakwah, hasil yang dicapai dalam pembinaan kader FKDMI
wilayah
Rawamangun Jakarta Timur dalam Menigkatkan Kemampuan Berdakwah. BAB V
Penutup membahas tentang kesimpulan, saran-saran, daftar pustaka, dan lampiran-lampiran.
BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Pembinaan Da’i 1.
Pengertian Pembinaan Pembinaan berarti sebuah proses, perbuatan, cara, membina, penyempurnaan, usaha, tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara berdaya guna dan berhasil guna memperoleh hasil yang lebih baik. Kata pembinaan berasal dari bahasa arab “Bina” artinya bangunan. Setelah dibakukan ke dalam bahasa Indonesia, jika diberi awalan “pe-“ dan akhiran “an” menjadi pembinaan yang mempunyai arti pembaruan, penyempurnaan usaha, tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara berdaya guna dan berhasil guna untuk memperoleh hasil yang lebih baik.1 Arti kata “pembinaan” dari segi terminologi, yaitu: a.
b.
Pembinaan adalah suatu upaya, usaha kegiatan yang terusmenerus untuk mempelajari, meningkatkan, menyempurnakan, mengarahkan, mengembangkan kemampuan untuk mencapai tujuan agar sasaran pembinaan mampu menghayati dan mengamalkan ajaran Islam sebagai pola kehidupan sehari-hari baik dalam kehidupan pribadi, keluarga maupun kehidupan sosial.2 Pembinaan adalah segala upaya pengelolaan berupa merintis, meletakkan dasar melatih, membiasakan, memelihara, mencegah, mengawasi, menyantuni, mengarahkan serta mengembangkan kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan, mewujudkan manusia sejahtera dengan mengadakan dan menggunakan segala daya dan dana yang dimiliki.3
1
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 1994), Cet. Ke-2, h. 117. 2 Proyek Penerangan Bimbing Khutbah Dakwah Agama, Pembinaan Rohani Pada Dharma Wanita, Penerbit DEPAG, 1984, h.8. 3 Badan Penasehat Perkawinan, Perselisihan, dan Perceraian BP-4, Membina Keluarga Bahagia Dan Sejahtera, (Jakarta: BP-4, 1994), h.3.
13
14
c.
Pembinaan adalah suatu upaya kegiatan yang terus menerus untuk memperbaiki, meningkatkan, menyempurnakan, mengarahkan dan mengembangkn kemampuan untuk mencapai tujuan agar sarana pembinaan mampu menghayati dan mengamalkan ajaran Islam sebagai pola kehidupan sehari-hari baik dalam kehidupan pribadi, keluarga, maupun kehidupan sosial masyarakat.4 Sedangkan pembinaan menurut Prof. Zakiyah Daradjat dalam
bukunya yang berjudul Ilmu Jiwa Raga mengatakan bahwa “pembinaan baik formal maupun non formal yang dilaksanakan secara sadar, berencana, terarah, teratur, dan bertanggung jawab, dalam rangka memperkenalkan, menumbuhkan, mengembangkan suatu dasar kepribadian yang seimbang, utuh dan selaras. Pengetahuan dan keterampialn sesuai dengan bakat, keinginan serta prakarsa sendiri, menambah, meningkatkan dan mengembangkan kerah tercapainya martabat, mutu dan kemampuan manusia yang optimal dan pribadi yang mandiri”.5 Dari beberapa definisi di atas, jelaslah bahwa pembinaan itu merupakan suatu usaha terus menerus untuk melatih, mendidik dan mengembangkan suatu dasar kepribadian yang dimiliki seseorang dalam mencapai suatu kesempurnaan dengan bakat yang dimilki dari masing-masing karakter dan kepribadian. Pengertian Da’i
2.
Secara umum dapat dikatakan bahwa setiap muslim dapat sebagai da‟i yang mempunyai kewajiban untuk menyampaikan ajaranajaran Islam kepada seluruh umat manusia dengan kemampuan, sehingga 4
Proyek Penerangan Bimbingan Khutbah/ Dakwah Agama, Pembinaan Rohani Pada Dharma Wanita. ( Jakarta : depag, 1994 ), h.8 5 Zakiya Daradjat, Ilmu Jiwa Raga, ( Jakarta : Bulan Bintang, 1976 ) cet ke-15, h.36.
15
dengan demikian kita mengenal istilah total dakwah yaitu suatu proses dimana setiap muslim dapat mendayagunakan kemampuan dalam rangka mempengaruhi orang lain agar bersikap dan bertingkah laku sesuai dengan ajaran Islam.6 Da‟i adalah orang yang melakukan atau melaksanakan dakwah baik lisan maupun tulisan ataupun perbuatan secara individu, kelompok atau berbentuk organisasi atau lembaga. Da‟i sering juga disebut mubaligh (orang yang menyampaikan ajaran Islam). Pada dasarnya semua pribadi muslim itu berperan secara otomatis, sebagai mubaligh atau da‟i dalam bahasa komunikasi disebut komunikator. Da‟i secara etimologis berasal dari bahasa arab, yaitu dari kata (da‟ain) yang merupakan bentuk isim fail (kata menunjukan pelaku) yang artinya orang yang melakukan dakwah. Sedangkan secara terminologis da‟i yaitu setiap muslim yang berakal mukallaf (aqil baligh) dengan kewajiban dakwah.7 Menurut Hamzah Ya‟qub, da‟i adalah seorang muslim yang memiliki syarat-syarat tertentu yang dapat melaksanakan dakwah dengan baik.8 Seorang da‟i dituntut untuk memiliki kemampuan khusus yang berkualitas dengan tugas dakwahnya, dengan kemampuan yang dimilikinya itu akan lebih memudahkan dalam mencapai hasil dan tujuan dalam berdakwah.
6
Toto Tasmaran, Komunikasi Dakwah, (Jakarta: CV. Gaya Media Pratama, 1987), h.
40. 7
Idris Abdul Somad, Diklat ilmu dakwah, (Depok: T.pn., 2004), h. 6. Hamzah Ya‟qub, Publistik Tekhnik Dakwah dan Leadership, (Bandung: CV. Diponegoro, 1986), h. 36. 8
16
Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT. yang berbunyi dalam surat Ali Imran ayat 110:
Artinya: Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik. (QS. Ali Imron 110). Da‟i adalah orang yang menyeru, memanggil, mengundang atau mengajak.9 Yaitu memanggil untuk melaksanakan perintah yang baik dan mencegah yang munkar (amar ma’ruf nahi munkar) sesuai ajaran Islam, panggilan tersebut merupakan tugas dan kewajiban setiap muslim dimanapun mereka berada menurut kadar kemampuannya. Pada dasarnya tugas pokok seorang da‟i adalah meneruskan tugas Nabi Muhammad SAW, yakni menyampaikan ajaran-ajaran Allah seperti termuat dalam Al-quran dan sunnah Rasullah. Lebih tegas lagi bahwa tugas da‟i adalah merealisasikan ajaran-ajaran Alquran dan sunnah di tengah masyarakat sehingga Alquran dan sunnah dijadikan sebagai pedoman dan penuntun hidupnya. Tugas da‟i sangatlah berat karena ia harus mampu menterjemahkan bahasa Alquran dan sunnah ke dalam bahasa yang dapat dimengerti oleh masyarakatnya. Keberadaan da‟i 9
A.H Hasanuddin, Retorika Dakwah dan Publistik dalam kepimpinan, (Surabaya :Usaha Nasional 1982). Cet. Ke-1 h. 33.
17
dalam masyarakat luas mempunyai fungi yang cukup menentukan. Fungsi da‟ adalah sebagai berikut: a. Meluruskan akidah. b. Memotivasi umat untuk beribadah dengan baik dan benar. c. Menegakkan amar ma‟ruf nahi munkar. d. Menolak kebudayaan yang destruktif. Keberadaan da‟i di tengah masyarakat tidak dapat dipisahkan bahwa dirinya adalah sebagai agent of chage (agen pembaharu) yang berarti ia harus inovatif, dinamis serta kreatif. Ia harus selalu mencari ide-ide
baru
dan
mengembangkannya
sehingga
terwujud
suatu
masyarakatyang lebih maju ketimbang hari-hari sebelumnya. Ia juga sebagai key people (manusia penentu) yang berarti ia harus tanggap, tegas dan bijaksana dalam memutuskan sesuatu. Sifat-sifat seorang da‟i antara lain dapat disebutkan sebagai berikut: a. Da‟i harus beriman dan bertaqwa kepada Allah. b. Da‟i harus ikhlas dalam melaksanakan dakwah, dan tidak mengdepankan kepentingan pribadi. c. Da‟i harus ramah dan penuh pengertian. d. Da‟i harus tawadhu atau rendah hati. e. Da‟i harus sederhana dan jujur dalam tindakannya. f. Da‟i harus tidak memiliki sifat egoism. g. Da‟i harus memiliki semangat yang tinggi dalam tugasnya. h. Da‟i harus sabar dan tawakkal dalm melaksanakan tugas dakwah. i. Da‟i harus memiliki jiwa toleransi yang tinggi. j. Da‟i harus memiliki sifat terbuka atau demokratis. k. Da‟i tidak memiliki penyakit hati atau dengki.10 Seorang da‟i sebagai juru dakwah memiliki tanggung jawab yang lebih besar terhadap dirinya sendiri dari pada terhadap masyarakat. Karena apapun yang disampaikannya kepada masyarakat haruslah sesuai 10
Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, Jakarta: Amzah, 2009). Cet. Ke-1 h. 70-77.
18
dengan perbuatannya sehari-hari.11 Setiap orang yang menjalankan aktivitas dakwah, hendaklah memilki kepribadian yang baik bagi seorang da‟i. hal ini karena seorang da‟i adalah figur yang dicontohkan dalam segala tingkah laku dan geraknya. Oleh karena itu, ia hendaklah menjadi uswatun hasanah bagi masyarakatnya. Da‟i ibarat seorang guide atau pemandu terhadap orang-orang yang ingin mendapatkan hidup di dunia dan akhirat. Untuk
melakukan
aktivitas
dakwah,
seorang
da‟i
perlu
mempunyai syarat-syarat dan kemampuan tertentu agar berdakwah dengan hasil yang baik dan sampai pada tujuannya. Persyaratannya dan kemampuan yang perlu dimiliki oleh da‟i secara umum bisa mencontoh kepada Rasulullah SAW. Merupakan standar atau uswatun hasanah bagi umatnya, maka tentunya hal itupun berlaku dalam dakwah Islam.12 Da‟i akan berhasil dalam tugas melaksanakan dakwah jika dibekali
kemampuan-kemampuan
yang
berkaitan
dengannya.
Kompetensi-kompetensi yang harus dimiliki da‟i antara lain adalah: a. b. c. d. e. f. g. h. i.
Kemampuan berkomunikasi Kemampuan menguasai diri Kemampuan pengetahuan psikologi Pengetahuan-pengetahuan pendidikan Kemampuan di bidang al-Qur‟an Kemampuan pengetahuan di bidang umum Kemampuan membaca al-Qur‟an dengan fasih Kemampuan pengetahuan di bidang hadis Kemampuan di bidang agama secara integral.13
11
Alwisral Imam Zaidullah dan Khaidir Khatib Bandaro, Strategi Dakwah dalam Membentuk Da’i dan Khotib Professional, (Jakarta: Kalam Mulia, 2002, Cet. Ke-1, h. 97. 12
H. Nawawi Rambe, Sejarah Dakwah Islam,(Jakarta: Wijaya, 1985). Cet. Ke-13 h. 10.
13
Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, h. 79-85.
19
Pada dasarnya seorang juru dakwah hendaklah memiliki kemmapuan komprehensif di dalam maslah-masalah agama Islam, disamping sekaligus mengamalkannya. Sehingga dengan demikian, kunci sukses seorang da‟i terletak pada kesungguhan dan keikhlasan dalam menyampaikan ajaran-ajaran Islam. Dalam membina kader da‟i yang harus diperhatikan adalah bagaimana meningkatkan kualitas da‟i agar kader da‟i mampu untuk melaksanakan tugas sebagai penerus dakwah para Rasul yang mengajak umat manusia ke jalan Allah. Selain da‟i fokus terhadap pada masalahmasalah agama akan tetapi mampu memberi jawaban dari tuntutan realitas yang dihadapi masyarakat masa kini dan masa yang akan datang karena da‟i sebagai teladan masyarakat da‟i juga dituntut lebih berkualitas dan mampu menafsirkan umat. Keberhasilan dakwah sangat ditentukan dalam membina kualitas da‟i yaitu tingkat atau taraf kemampuan dan bakat yang dimiliki santri baik personal maupun struktural dalam gerakan dakwah dan dalam skala personal, hendaknya setiap aktivitas gerakan dakwah senantiasa mengupayakan peningkatan berbagai segi kualitas pribadi santri seperti kualitas spiritual, kualitas moral, kualitas intelektual maupun kualitas amal.14 3. Pembinaan Da’i Takwin atau pembinaan pada dasarnya adalah mentarbiyah orang dengan standar kengotaan dalam organisasi untuk memainkan perannya yang 14
40.
Cahyadi Takariawan, Prinsip-Prinsip Dakwah, (Yogyakarta: Izzan Pustaka, 2005), h.
20
optimal bagi pelayanan Islam. Hal ini dilakukan melalui berbagai pertemuan. Kegiatan pembinaan diawali dengan pemahaman kepada hal-hal yang penting dalam Islam yang perlu dilakukannya dalam menghadapi realitas kehidupan sehari-hari, mengetahui amalan sunah seharin, pekanan, bulanan dalam batas-batas tertentu. Oleh karena itu, diharapkan pada ini setiap muslim mempelajari buku yang ringkas tentang akidah, fikih, cara membaca al-qur‟an, tajwid, dan menghafal surat-surat yang disunahkan untuk dihafal. Selain itu juga perlu mengetahui hal-hal yang syubhat dan kesalahan pemahaman tentang Islam yang sengaja ditimbulkan oleh musuh-musuh Islam. Kegiatan pembinaan juga memberikan pengetahuan dan pemahaman tentang pertarungan antara Islam dan musuh-musuhnya serta mengetahui beberapa hal penting tentang fikih dakwah. Hal-hal tersebut merupak kadar minimal ilmu pengetahuan yang dimilki oleh setiap muslim. Kegiatan pembinaan juga mengarahkan kepada keseriusan individu untuk menegakkan shalat, mengeluarkan zakat, memberikan loyalitas kepada Islam, mempunyai kebiasaan harian dalam membaca tahlil dan qiyamul lial. Kegiatan-kegiatan ini merupakan suatu kewajiban di dalam pembinaan da‟i. Dengan
adanya
kegiatan-kegiatan
pembinaan
yang memiliki
beberapa karakter-karakter individu dapat tercapai sempurna apabila individu mewujudkan ilmu pengetahuan, karakter, dan komitmen menjadi pijaknnya. Oleh karena itu, landasan ilmi pengetahuan, karakter, dan komitmen tersebut merupakan dasar proses pembinaan dalm mewujudkan individu yang berakhlak mulia dan terbangunnya suatu bangunan dakwah yang kokoh.
21
Dasar-dasar kegiatan pembinaan adalah kegiatan-kegiatann yang berintikan kepada menyuruh kebaikan dan melarang dari kemunkaran.15 B. Metode Pembinaan Da’i Metode pembinaan da‟i adalah suatu cara yang dilakukan dalam melaksanakan proses pembinaan yakni mengarahkan, mengembangkan kemampuan untuk mencapai tujuan agar sasaran pembinaan mendapatkan hasil yang ingin dicapai, serta bagaimana mengarahkan agar seorang da‟i dapat menyampaikan dakwahnya sehingga sasaran dakwah atau al-mad‟u mudah dicerna, dipahami, diyakini terhadap materi yang disampaikan. Seorang da‟i dalam menentukan strategi dakwahnya sangat memerlukan pengetahuan dan kecakapan dibidang metodologi. Selain itu bila pola fikir kita berdakwah merupakan suatu sistem dan metodologi merupakan salah satu unsurnya atau komponennya. Setelah mengetahui prinsip-prinsip metode atau hakekat suatu metode, seorang da‟i diharapkan memperhatikan pula faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan dan penggunaan suatu metode, agar metode yang dipilih dan digunakan benar-benar fungsional. Faktor-faktor yang dimaksud adalah: a. b.
c. d.
15
Tujuan, dengan berbagai jenis dan fungsinya. Sasaran dakwah (masyarakat/individual), dengan segala kebijakan/politik pemerintah, tingkat usia, pendidikan, peradaban (kebudayaan) dan lain sebagainya. Situasi dan kondisi yang beraneka ragam keadaannya. Media dan fasilitas (logistik) yang tersedia, dengan berbagai macam kuantitas dan kualitasnya.
Dr. Irawan Prayitno, Kepribadian Da’i Bahan Panduan Bagi Da’i dan Murabbi, ( Jakarta: Pustaka Tarbiatuna, 2005), h. 441-442.
22
e.
Kepribadian dan kemampuan seorang da‟i.16 Dalam metode pembinaan da‟i pada pembahasan ini disesuaikan
dengan metode berdakwah, yakni metode-metode yang digunakan dalam pembinaan calon da‟i lebih diarahkan kepada metode-metode berdakwah. Dakwah yang dimaksud adalah suatu bidang usaha untuk mengajak manusia individu atau kelompok dengan cara yang bijaksana pada jalan yang benar sesuai dengan perintah Allah SWt untuk kemaslahatan dan kebahagiaan mereka di dunia dan akhirat.17 Beberapa metode dakwah yang digunakan dalam pembinaan calon da‟i hendaknya dipilih dan digunakan untuk mencapai tujuannya, yaitu ; 1.
Metode Ceramah (rethorika dakwah) Ceramah adalah suatu tehnik atau metode dakwah yang banyak diwarnai oleh karakteristik bicara seorang da‟i pada suatu aktivitas dakwah. Ceramah dapat pula bersifat propaganda, kampanye, berpidato, khutbah, sambutan, mengajar dan sebagainya. Metode ceramah sebagai salah satu metode atau tehnik berdakwah tidak jarang digunakan oleh da‟i-da‟i ataupun para utusan Allah dalam usaha menyampaikan risalahnya. Hal ini terbukti dalam ayat suci al-Qur‟an bahwa Musa as, bila hendak menyampaikan misi dakwahnya beliau berdoa: Artinya: Berkata Musa: “Ya Tuhanku, lapangkanlah untukku dadaku, dan
mudahkanlah
untukku
urusanku,
dan
lepaskanlah
16
Asmuni syukir, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya: al-Ikhlas, 1983), h.
17
Hamzah Tualeha, Pengantar Ilmu Dakwah, (Surabaya: Offset Indah, 1993), h. 41.
103.
23
kekakuanku dari lidahku, supaya mereka mengerti perkataanku. Metode ceramah dipergunakan sebagai metode dakwah efektif dan tepat bilamana: a.
Objek atau sasaran dakwah berjumlah banyak.
b.
Penceramah da‟i orang yang ahli berceramah dan berwibawa.
c.
Sebagai syarat dan rukun suatu ibadah, seperti khutbah jum‟at, hari.
d.
Tidak ada metode lain yang dianggap paling sesuai dipergunakan. Seperti dalam walimatul „ursy mungkin yang cocok hanyalah metode ceramah. Mengetahui dan memahami penggunaan metode ceramah dalam
dakwah, dirasa belum cukup tanpa mempelajari karakteristik metode itu sendiri,
baik
yang
bersifat
kelebihan-kelebihannya
maupun
kelemahannya. Oleh karena itu di bagian berikut dijelaskan beberapa kelebihan dan kelemahan yang dimiliki oleh metode ceramah.18 Kelebihan Metode Ceramah. Dalam waktu relatif singkat dapat disampaikan bahan (materi
a.
dakwah) sebanyak-banyaknya. b.
Memungkinkan
mubaligh/da‟i
menggunakan
pengalamannya,
keistimewaannya dan kebijaksanaannya sehingga audien (obyek dakwah) mudah tertarik dan menerima ajarannya. c.
Mubaligh/da‟i lebih mudah menguasai seluruh auidiens untuk mempelajari materi/isi kandungan yang telah diceramahkan.
d.
18
Biasanya dapat meningkatkan derajat atau status dan popularitas
Asmuni Syukir, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam, h. 104-106.
24
da‟i/mubaligh. e.
Metode ceramah ini lebih flexsibel. Artinya mudah di sesuaikan dengan situasi dan kondisi serta waktu yang tersedia, jika waktu terbatas (sedikit) bahan dapat dipersingkat (diambil yang pokokpokok saja). Dan sebaliknya jika waktu memungkinkan (banyak) dapat disampaikan bahan yang sebanyak-banyaknya dan lebih mendalam.
Kekurangan Metode Ceramah a. Da‟i atau mubaligh sukar untuk mengetahui pemahaman audien terhadap bahan-bahan yang disampaikan. b. Metode ceramah hanyalah bersifat komunikasi satu arah saja (oneway communication channel). Maksudnya yang aktif hanyalah sang mubaligh/da‟inya saja, sedangkan audiensnya pasif belaka (tidak faham,
tidak
setuju
tak
ada
waktu
untuk
bertanya
atau
menggugatnya). c. Sukar menjajaki pola berpikir pendengar (audiens) dan pusat perhatiannya. d. Penceramah (da‟i/mubaligh) cenderung bersifat otoriter. 2.
Metode Tanya jawab Tanya jawab adalah suatu metode yang dipergunakan dalam suatu pengajian dengan adanya suatu pertanyaan dari peserta kemudian muballigh menjawab pertanyaan tersebut dengan memberikan penjelasan kembali kepada jamaah pengajian.19 19
2011), h. 7.
Hamad Hasan Raqith, Meraih Sukses Perjuangan Da’i, (Yogyakarta: Mitra Pustaka,
25
Metode dakwah seperti ini sering disebut dengan metode dakwah bil-Mujadalah al-ahsan yaitu dakwah dilakukan dengan cara dialog dengan mengedepankan cara-cara yang baik atau dapat disebut juga dialog argumentatif kata baik yang ditempuh dengan cara yang lemah lembut dan halus mendasar diri pada ayat al-Qur‟an.20 Metode ini dimaksudkan untuk melayani masyarakat sesuai dengan kebutuhannya. Sebab dengan bertanya berarti orang ingin dimengerti dan dapat mengamalkannya. Oleh karena itu jawaban pertanyaan sangat jelas diperlukan kejelasan dan pembahasan sedalamdalamnya. Kelebihan metode tanya jawab a. Tanya jawab dapat dipentaskan, seperti di radio, televise, dan sebagainya. b. Dapat dipergunakan sebagai komunikasi dua arah (interaksi antara da‟i dengan sasarannya). c. Bila tanya jawab sebagai selingan ceramah, maka audien/forum dapat hidup (aktif). d. Timbulnya perbedaan pendapat terjawab atau di diskusikan di forum tersebut. e. Mendorong audien (obyek dakwah) lebih aktif dan bersungguhsungguh memperhatikan. f. Da‟i dimungkinkan dapat mengetahui dengan mudah tingkatan pengetahuan dan pengalaman penanya.
20
Hamad Hasan Raqith, Meraih Sukses Perjuangan Da’i, h. 10.
26
g. Menaikkan gengsi da‟i, jika semua pertanyaan dapat menjawab dengan baik Kekurangan metode tanya jawab a. Bila terjadi perbedaan pendapat antara da‟i dengan penanya (sasaran dakwah) akan memakan waktu yang banyak untuk penyelesaiannya. b. Bila jawaban da‟i kurang mengena pada sasaran pertanyaan (maksud pertanyaan) penanya dapat menduga yang bukan-bukan (segi negatif) kepada da‟i. Misalnya menduga bahwa da‟i tidak pandai. c. Penanya
kadang-kadang
kurang
memperhatikan
jika
terjjadi
penyimpangan (over lapping). d. Agar sulit merangkum atau menyimpulkan seluruh isi pembicaraan (bila berbentuk interaksi). Antara kelebihan dan kekurangan metode tanya-jawab tampak dengan jelas seimbang kadarnya. Oleh karena itu seorang da‟i/mubaligh dianjurkan untuk memiliki bekal dakwahnya mengenai tehnik-tehnik bertanya-jawab, agar metode yang dipergunakan dapat berhasil dengan efektif dan efisien. 3.
Debat mujadalah Mujadalah selain sebagai sinonim istilah dakwah, dapat juga sebagai salah satu metode dakwah. Hal dalam surat an-Nahl ayat 125 yakni,
27
Artinya: Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. Berdebat patut dijadikan sebagai metode dakwah. Namun perlu diketahui bahwa debat (mujadalah) yang dimaksud di sini adalah debat yang baik, adu argument dan tidak tegang sampai terjadi pertengkaran. Sebab slah satu cirri berdebat adalah mencari kemenangan dan bukan mencari kebenaran, sehingga tidak jarang terjadi bila berdebat mengakibatkan pertengkaran atau permusuhan. Debat sebagai metode dakwah pada dasarnya mencari kemenangan, dalam arti menunjukan kebenaran dan kehebatan Islam. Dengan kata lain debat adalah mempertahankan pendapat dan idiologinya itu diakui kebenaran dan kehebatannya oleh musuh orang lain. Dengan demikian berdebat efektif sebagai metode dakwah hanya pada orang-orang yang membantah akan kebenaran Islam.21 Keutamaan metode debat adalah terletak pada kemenangannya dalam
mmepertahankan
tentang
Islam.
Mila
menang
debat,
dimungkinkan mereka akan mengakui kebenaran dan bersedia memeluk agama Islam. Namun sebaliknya metode debat sangat membahayakan bila mengalami kekalahan dalam perdebatannya. 4.
Percakapan Antar Pribadi Percakapan antara pribadi atau individual conference adalah percakapan bebas antara seorang da‟i dengan individu-individu sebagai sasaran dakwahnya. Percakapan pribadi bertujuan untuk menggunakan kesempatan yang baik dalam percakapan untuk aktivitas dakwah. 21
Asmuni Syukir, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam, h. 141-142.
28
Dalam melaksanakan metode individual conference ini seorang da‟i hendaknya mempersiapkan dirinya dengan : a. Mempunyai pengetahuan dan keterampilan tentang sesuatu hal yang erat hubungannya dengan profesinya (dakwah) maupun pengetahuan lain yang erat hubungannya dengan hidup di lingkungannya. b. Mempunyai pandangan luas. Artinya tidak relative terbatas daya nalarnya. c. Memiliki keterampilan memecahkan masalah, baik masalah-masalah yang berkenaan dengan agama, rumah tangga, ekonomi, Negara/politik pemerintah dan sebagainya. d. Mempunyai daya kreativitas yang tinggi.22
5.
Metode demonstrasi Berdakwah dengan cara memperlihatkan suatu contoh, baik berupa benda, peristiwa, perbuatan dan sebagainya dapat dinamakan bahwa
seorang
da‟i
yang
bersangkutan
menggunakan
metode
demonstrasi. Artinya suatu metode dimana da‟i memperlihatkan sesuatu terhadap sasarannya, dalam rangka mencapai tujuan dakwah yang dia inginkan. Metode demonstrasi dalam berdakwah perlu dipelajari dan dijadikan
bekal
dakwah
bagi
para
da‟i.
Metode
domonstrasi
dipergunakan apabila tujuan dakwah mengaharapkan para objeknya dapat mengerjakan sesuatu pekerjaan (amalan ibadah atau muamalah) denga betul. Selain itu metode demonstrasi dipergunakan oleh da‟i untuk menghindari verbalisme, artinya dengan demonstarsi diharapkan massa tidak terjadi salah faham atau makin menjadi bingung, agar mereka tidak hanya pandai mengucapkan tapi mengerti maksud sebenarnya. Penggunaan metode demonstrasi adalah dengan jalan para 22
Asmuni Syukir, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam, h. 144-145.
29
peserta yang akan diperkembangkan kemampuan dan kecakapannya dalam menjalankan suatu tugas dakwah, diberi petunjuk-petunjuk bagaimana cara menjalankan tugas tersebut. Pemberian petunjuk tersebut dilakukan dengan jalan: a. b. c.
Pelatihan secara langsung memberi contoh bagaimana tugas pekerjaan itu harus dilakukan. Peserta diminta mencoba mengerjakan tugas tersebut di bawah pengawasan pelatihan. Peserta diminta untuk mengulangi lagi percobaan tersebut, sehingga benar-benar menjadi mahir melaksanakan tugas tersebut.23
6. Metode Pendidikan dan Pengajaran Agama Pendidikan dan pengajaran dapat pula dijadikan sebagai metode dakwah. Sebab dalam definisi dakwah telah disebutkan bahwa dakwah dapat diartikan dengan dua sifat, yakni bersifat pembinaan (melestarikan dan membina) dan pengembangan. Hakekat pendidikan agama adalah penanaman moral beragama. Sedangkan
pengajaran
agama
adalah
memberikan
pengetahuan-
pengetahuan agama. Antara aktivitas pengajaran agama dan pendidikan agama, keduanya saling berkaitan bahkan pengajaran merupakan alat perantara pendidikan, sehingga istilah itu sering disebut dengan pendidikan.24 Pada umumnya pengajian atau kegiatan mengaji adalah dilakukan untuk mengaji pengetahuan yang bersifat keagamaan, dalam kegiatan tersebut ada pendengar dan penceramah. Bagi yang mendengar pengajian sering disebut jamaah pengajian atau penuntu ilmu non formal 23
Asmuni Syukir, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam, h. 145-147. Asmuni Syukir, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam, h. 104-162.
24
30
dan penceramah dalam suatu pengajian sering disebut ustadz atau Kyai. Hukum mengaji adalah wajib bagi orang mukmin sebab mengaji dikategorikan ke dalam menuntut ilmu dan pengajian adalah suatu kegiatan tempat menuntut ilmu yang bersifat non formal sebab menuntut ilmu bukan saja di sekolah atau lembaga-lembaga formal tetapi bisa di mana saja dan kapan saja.25 C. Tujuan Pembinaan Da’i Tujuan dakwah adalah mempertemukan kembali fitrah manusia dengan agama aau menyadarkan manusia supaya mengakui kebenaran Islam dan mau mengamalkan ajaran Islam sehingga menjadi orang baik. Menjadikan orang baik itu berarti menyelamatkan orang itu dari kesesatan, dari kebodohan, dari kemiskinan dan dari keterbelakangan. Oleh karena itu sebenarnya dakwah bukan kegiatan mencari atau menambah pengikut, tetapi kegiatan mempertemukan fitrah manusia dengan Islam atau menyadarkan orang didakwai tentang perlunya bertauhid dan berperilaku baik. Semakin banyak yang sadar beriman dan berakhlak, maka masyarakat akan semakin baik. Artinya tujuan dakwah bukan memperbanyak pengikut, tetapi memperbanyak orang yang sadar akan kebenaran Islam. Sebab dengan semakin banyaknya orang yang sadar kepada kebenaran Islam, masyarakat atau dunia akan menjadi semakin baik dan semakin tentram. Karena itu dakwah harus dilandasi cinta kasih pada sesama manusia untuk menyelematkan sesama manusia dari berbagai penderitaan, kesesatan dan keterbelakangan. 25
Drs. H. Moh. Rifai, 1300 Hadis Dakwah dan Pembina Pribadi Muslim, (Semarang: Wicaksono), h. 44.
31
Da‟i kalau melihat orang belum beriman, berIslam dan berihsan tidak boleh benci dan marah, tetapi harus perihatin. Karena kalau orang itu selalu berbuat dosa atau kafir, maka dia akan rugi, sebab hidupnya sesat dan kelak di akhirat selalu menderita. Yang harus dibenci oleh da‟i bukan orangnya, tetapi sifatnya perilakunya yang buruk, yang tidak imani, Islami dan ihsani.26 Adapun tujuan pembinaan da‟i, antara lain: 1. 2. 3.
4.
5.
Meningkatkan aktifitas, mobilitas serta profesionalsme da‟i muda dalam melaksanakan dakwahnya. Agar da‟i serta da‟iyah muda mampu menggali potensi yang ada di tengah masyarakat untuk dapat dikembangkan menjadi media dakwah. Membuka cakrawala pandang atau paradigma masyarakat, komunitas tertentu agar tidak mudah terprofokasi orang-orang yahudi atau kelompok lain yang mempunyai kepentingan untuk merong-rong wibawa agama Islam. Membuka cakrawala da‟i-da‟iyah muda tentang pentingnya penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam mengembangkan serta menginovasi dakwahnya dengan mempergunakan IPTEK. Dapat memberikan dampak positif terhadap lingkungannya, sehingga mampu membawa perubahan kearah yang lebih baik bagi masyarakat sekitarnya.27
D. Pengkaderan Da’i Kader dapat diartikan sebagai para pendukung pelaksana cita-cita yang cakap, seorang kader Islam merupakan pendukung cita-cita Islam, melaksanakan dengan cita-cita Islam dan mewujudkan dalam kenyataan.28 Sedangkan pengkaderan adalah suatu kejadian yang ditujukan pada usahausaha proses pembentukan kader.29 Dalam sebuah organisasi apapun bentuk dari organisasi tersebut mutlak mensyaratkan kaderisasi. Organisasi terpimpin sekalipun, dimana si 26 27
Andy Dermawan, Metodologi Ilmu Dakwah, (Jakarta: Prenada Media, 2006), h. 8. https://sites.google.com/site/wwwfkdmicom/
28
Masdar Helmy, Dakwah Islam Alam Pembangunan, (Semarang: CV Thoha Putra, tt),
29
M. Tamrin, Diklat Metodologi Dakwah, (Jakarta: YPI Ibnu Sina, tt), h. 3.
h. 28.
32
ketua menjadi ketua sepanjang hidupnya tetap saja membutuhkan regenerasi untuk rekan kerjanya kecuali organisasi tersebut organisasi diri sendiri, yang anggotanya sendiri. Sedangkan pengertian kader menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Kontemporer adalah: 1. 2.
Kader adalah orang yang dicalonkan untuk memegang pekerjaan penting di pemerintahan, organisasi, dan sebagainya. Kader adalah orang yang diharapkan bakal memangku jabatan penting di kemudian hari.30 Tugas dakwah dibebankan pada setiap individu muslim sesuai
keadaan kemampuan yang ada padanya. Dilakukan secara dinamis demi terciptanya suatu kesinambungan. Usaha ini dapat mencapai hasil yang memuaskan jika pemberdayaan generasi penerus sebagai kader da‟i dilakukan secara intensif melalui lembaga yang ada. Adapun ayat al-Qur‟an yang menjadi dasar dari pelaksanaan pengkaderan da‟i, sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Ali Imron 104, yang berbunyi:
Artinya: Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.31 Ayat tersebut di atas menunjukkan perlunya segolongan umat Islam harus ada yang tampil sebagai subjek dakwah (da‟i), sehingga hal tersebut 30
Peter Salim, Kamus Besar Bahasa Indonesia Kontemporer, (Jakarta: Modern English,
2002). 31
Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Bandung: CV. Diponegoro, 2005), h. 93.
33
mendorong kepada umat Islam untuk mencetak dan melahirkan kader-kader baru yang siap pakai (berkualitas). Dan ini berarti perlu adanya usaha-usaha pengkaderan, yaitu dalam rangka menumbuhkan kader-kader da‟i yang berkualitas di bidangnya. Pandangan umum mengenai kaderisasi suatu organisasi dapat dipetakkan menjadi dua ikon secara umum. Pertama, pelaku kaderisasi (subyek). Dan kedua, sasaran kaderisasi (obyek). Untuk yang pertama subyek atau pelaku kaderisasi sebuah organisasi adalah individu atau sekelompok orang yang dipersonifikasikan dalam sebuah organisasi dan kebijakankebijakannya yang melakukan fungsi regenerasi dan kesinambungan tugastugas organisasi. Sedangkan yang kedua adalah obyek dari kaderisasi, dengan pengertian lain adalah individu-individu yang dipersiapkan dan dilatih untuk meneruskan visi dan misi organisasi. Sifat sebagai subyek dan obyek dari proses kaderisasi ini sejatinya harus memenuhi beberapa fondasi dasar dalam pembentukan dan pembinaan kader-kader organiasasi yang handal, cerdas dan matang secara intelektual dan psikologis. Tujuan pengkaderan secara umum merupakan nilai atau hasil yang diharapkan dari usaha pengkaderan tersebut. Lebih rincinya tujuan pengkaderan sebagai berikut: 1. 2. 3. 4. 5.
Terbentuknya pribadi yang menghayati dan mengamalkan ajaran Islam. Terbentuknya pribadi yang berbudi luhur sesuai dengan syariat Islam. Terbentuknya pribadi yang menguasai ilmu dan kecakapan dalam bidang tertentu Terbentuknya pribadi yang mempunyai kesanggupan memimpin. Terbentuknya pribadi yang memiliki kesanggupan dalam menanggulangi
34
permasalahan umat dan mengembangkan ke arah yang dicita-citakan.32 Dengan demikian tujuan pengkaderan sebagai sebuah pembinaan para anggora kader bertujuan menciptakan kader-kader yang ideal yang akan mendukung dan melaksanakan cita-cita organisasi atau lembaga.33 Adapun jenis-jenis pengkaderan idealnya terdiri dari dua jenis yaitu: pengkaderan formal dan pengkaderan non formal. Pengkaderan formal adalah usaha kaderisasi yang dilaksanakan oleh suatu organisasi atau lembaga dakwah dalam bentuk pendidikan dan pelatihan yang diselenggarakan secara terprogram, terpadu dan bertujuan untuk mencapai cita-cita yang diharapkan. Klasifikasi pengkaderan ini meliputi pendidikan khusus. Pengkaderan non formal adalah segala aktifitas luar pengkaderan formal yang dapat menunjang proses kaderisasi klasifikasi terbentuknya pengkaderan non formal ini adalah segala aktifitas yang meliputi aktifitas kepanitiaan, pimpinan kelembagaan, penugasan-penugasan dan sejenisnya.34
E. Pengertian Dakwah Dalam Ensiklopedia Indonesia disebutkan bahwa dakwah adalah seruan untuk memeluk, mempelajari dan mengamalkan ajaran Islam.35 Dari segi bahasa, kata dakwah berasal dari bahasa Arab yaitu da’wah yang berarti ajakan, seruan ataupun panggilan.36 Kata dakwah juga berarti do‟a yaitu harapan, permohonan kepada Allah swt atau seruan pada sesuatu berarti
32
Pengurus Besar PMII, Petunjuk dan Pelaksanaan Kader, (Jakarta: Kabag Pengkaderan, 1998), h. 9. 33 Masdar Helmy, Op. Cit., h. 28. 34 M. Tamrin, Diktat Metodologi Dakwah, (Jakarta: YPI Ibnu Sina, tt), h. 21. 35 Tim Penyusun, Ensiklopedia Indonesia, Volume 2 ( Jakarta: PT Ichtiar Baru-Van Hoeve ), h. 739. 36 Ilyas Ismail, Paradigma Dakwah Sayyid Quthub, ( Jakarta : Paramadani, 2006 ), h. 144.
35
dorongan atau ajakan untuk mencapai sesuatu yang akan dicapai.37 Dakwah yang mempunyai arti seruan mempunyai tujuan mambangkitkan keinsafan dan kesadaran orang untuk kembali ke jalan Allah SWT.38 Akan tetapi pemahamn tentang dakwah dewasa ini mengalami perluasan yaitu suatu proses mengajak umat manusia untuk masuk ke dalam Islam (jalan Allah) secara menyeluruh baik secara lisan dan tulisan, maupun secara pebuatan.39 Menurut Emha Ainun Najib dakwah dalah bagaimana memperkenalkan Islam secara menarik. Bentuk-bentuk dakwah selalu direformasi, tetapi bukan dengan mengikuti zaman, akan tetapi berada pada landasan tauhid Islam dengan memodifikasi ungkapan-ungkapan budayanya.40
37
Ilyas Ismail, Paradigma Dakwah, h. 145. Studi Rizal Elka, “Da‟wah bi al-Qalam dan Dasar-dasar Penyajiannya, Dakwah, vol. 2, nomor 1 ( Juli, 2000 ), h.4. 39 Studi Rizal Elka, “Da‟wah bi al-Qalam dan Dasar-dasar Penyajiannya, Dakwah, vol. 2, nomor 1, h. 5. 40 Dikutip dari Siti Uswatun Khasanah, Berdakwah Dengan Jalan Debat Antara Non Muslim, (Purwokero Press, 2007), h. 27. 38
BAB III PROFIL FORUM KOMUNIKASI DA’I MUDA INDONESIA (FKDMI)
A. Sejarah Singkat FKDMI Allah SWT. telah menobatkan manusia sebagai khalifah fi al-ardl; berkewajiban mengelola, memelihara bumi ini beserta isinya, dan menegakkan ‘amar ma’ruf wa nahyu ‘anil munkar di tengah-tengahnya. Kewajiban tersebut secara serta-merta menjadi tanggung jawab setiap komponen masyarakat, tidak terkecuali para da’i muda yang berkhidmat dalam dunia dakwah. Da’i muda sebagai generasi penerus dan pilar agama yang sadar akan hak dan kewajiban serta peranan dan tanggung jawabnya kepada umat, yakni mengembangkan misi dakwah islamiyah yang rahmatan lil ‘alamin dan bertekad memberikan darma baktinya untuk memperjuangkan nilai-nilai Islam; ‘amar ma’ruf dan nahi munkar dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara berdasarkan al-Qur’an dan al-Hadis.1 Dan sebagai salah satu komponen bangsa, da’i muda berkewajiban sepenuhnya untuk bersama-sama membangun dan mewujudkan suatu masyarakat madani yang demokratis dan berkeadilan sosial, baik material maupun spiritual berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar tahun 1945 dalam rangka mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia dan upaya mencapai tujuan nasional. 1
Moh. Nur Huda, Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Forum Komunikasi Da’i Muda Indonesia FKDMI, (Jakarta: Sekretaris Jenderal Pengurus Pusat Forum komunikasi Da’i Muda Indonesia, 2013), Cet. ke-2, h. 1-2.
36
37
Forum Komunikasi Da’i Muda Indonesia (FKDMI) adalah sebuah wadah berkumpulnya para da’i-da’i muda Indonesia yang berdiri sejak 17 Desember 1996 bertepatan dengan tanggal 14 Sya’ban 1417 Hijriyah di Jakarta. Berdirinya organisasi ini berangkat dari keresahan alumni PCDM (Pembibitan Calon Da’i Muda) Kementerian Agama Republik Indonesia dan kaum muda yang melihat semakin merosotnya moralitas bangsa dan minimnya
kaderisasi
serta
perhatian
masyarakat
terhadap
generasi
mudanya. Tidak hanya itu, rendahnya kualitas pendidikan, kesehatan dan perekonomian
masyarakat
juga
menjadi
inspirasi
berdirinya Forum
Komunikasi Da’i Muda Indonesia (FKDMI) ini.2 Pembibitan Calon Da’i Muda (PCDM) adalah salah satu program Kementerian Agama Republik Indonesia sejak tahun 1993 dengan mengadakan pelatihan kaderisasi da’i selama dua bulan dengan peserta kurang lebih delapan puluh sampai seratus orang tiap tahunnya yang diambil dari tiap provinsi yang ada di Indonesia. Alumni Pembibitan Calon Da’i Muda (PCDM) ini secara otomatis menjadi anggota FKDMI setelah usai mengikuti pelatihan-pelatihan dimaksud. Selain itu, FKDMI juga melakukan kaderisasi tersendiri sebagai upaya percepatan kaderisasi para da’i. Hingga kini, kami sudah mempunyai anggota di seluruh pelosok Nusantara.3 Forum Komunikasi Da’i Muda Indonesia (FKDMI) berasaskan Pancasila dan berstatus independen dan merupakan mitra Kementerian Agama Republik Indonesia dan Institusi lain dalam melaksanakan program-program kerja.
2
Ibrahim Ahmad Faqih, Wawancara, (Jakarta Timur, 14 Mei 2013) “Da’i Muda Indonesia” artikel diakses pada 2 oktober http://fkdmi.wordpress.com/about/ 3
2013
dari
38
B. Visi dan Misi FKDMI Dalam beberapa tahun ke depan, masyarakat Indonesia masih akan menghadapi berbagai tantangan sebagai akibat dari krisis moral, krisis ekonomi dan politik yang belum sepenuhnya dapat teratasi. Tantangan tersebut antara lain: perkembangan politik transisi menuju demokrasi, termasuk peningkatan kualitas demokrasi politik menuju demokrasi untuk kemakmuran rakyat; dinamika kehidupan nasional dan internasional yang semakin kompleks; pengaruh globalisasi yang semakin luas, dalam dan cepat; serta pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, terutama teknologi komunikasi dan informasi dengan segala konsekuensi yang ditimbulkan, di samping krisis moralitas akhlak bangsa yang mengalami degradasi sangat rendah.4 Untuk menghadapi tantangan tersebut, Forum Komunikasi Dai Muda Indonesia (FKDMI) sebagai bagian dari elemen bangsa perlu mengambil langkah-langkah antisipasi bersama-sama dengan potensi bangsa lainnya untuk berpartisipasi, menyatukan kekuatan bersama agar bangsa Indonesia segera keluar dari berbagai krisis multi dimensional, dengan paradigma baru yakni pembangunan masyarakat madani. Pembangunan masyarakat madani sekurang-kurangnya mencakup lima hal: pertama, masyarakat yang menjunjung tinggi moral dan akhlakul karimah, iman dan taqwa (IMTAQ); Kedua, masyarakat yang mampu berfikir logis (rasional), sistematis, dan konsisten, sehingga mampu menggali dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang berdaya saing tinggi; Ketiga,
4
Moh. Nur Huda, Keputusan-Keputusan Musyawarah Nasional (Munas III) Forum Komunikasi Da’i Muda Indonesia, (Jakarta: Sekretaris Jenderal Pengurus Pusat Forum komunikasi Da’i Muda Indonesia, 2013), Cet. ke-1, h. 38.
39
masyarakat yang profesional berlandaskan pada metode, teknologi dan cara inovatif lainnya secara jujur dan terbuka; Keempat, masyarakat yang efisien dan produktif dan berbagai bidang kehidupan sebagai resonansi dari kualitas kerja yang shaleh; dan Kelima, masyarakat yang memiliki kualitas hidup sejahtera, tentram dan damai dengan berbagai intrumen yang menjadi prasyaratnya, seperti kesempatan kerja, pendidikan dan sebagainya. Forum Komunikasi Dai Muda Indonesia (FKDMI) sebagai organisasi kader sekaligus pelopor Gerakan Dakwah dengan segala potensi yang dimilikinya berkewajiban mewujudkan cita-cita masyarakat madani, khususnya pembinaan yang kontinyu kepada generasi muda muslim untuk dijadikan motivator dan penggerak sebagai bagian dari proses terwujudkan masyarakat madani. Visi Forum Komunikasi Da’i Muda Indonesia (FKDMI) adalah terwujudnya kualitas dan tata kehidupan masyarakat beragama, demokratis, adil, dan bermartabat serta terciptanya da’i yang profesional dalam menegakkan Islam rahmatan lil 'alamin.5 Adapun Misi Forum Komunikasi Da’i Muda Indonesia (FKDMI), yaitu: 1.
Menghimpun dan membina para da’i muda yang berkualitas, bersikap demokratis dalam kehidupan bermasyarakat.
2.
Meningkatkan kemampuan dan peran da’i
muda dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara. 3.
Melaksanakan dakwah Islam, amar ma’ruf nahi mungkar agar terwujud masyarakat berkualitas dalam berbagai aspek kehidupan.
5
Ibrahim Ahmad Faqih, M.Pd, Wawancara, (Jakarta Timur, 14 Mei 2013)
40
C. Fungsi, Tujuan dan Usaha FKDMI Dengan ridha dan taufiq Allah SWT. bangsa Indonesia bisa menghadapi berbagai persoalan yang dengan sabar dan penuh optimisme, sehingga sebagian besar kesulitan bisa diatasi. Karena itu puji syukur selalu dipanjatkan kepada Allah SWT. Namun demikian bangsa Indonesia kini tengah menghadapi tantangan baru, berupa persoalan besar yang perlu segera ditangani. Karena itu, di tengah kehidupan masyarakat dan bangsa Indonesia yang sampai saat ini masih belum lepas benar dari hempasan berbagai krisis, selayaknya para da’i muda dan pengurus FKDMI lebih meningkatkan kinerja dan kepekaannya. Para da’i muda dan pengurus FKDMI sebagai pelayan umat dan pembimbing moral masyarakat hendaknya tetap teguh, tegar dan istiqomah menjalani fungsi dan panggilan mulia tersebut. Para da’i muda dan tentunya juga pengurus FKDMI di berbagai tingkatan hendaknya menjadi penyejuk dan penerang bagi masyarakat terhadap berbagai isu yang akhirakhir ini sering marak di tengah masyarakat.6 Maka oleh sebab itu sebagai wadah mewujudkan cita-cita tersebut FKDMI berfungsi sebagai berikut:7 1.
Forum atau wadah komunikasi da’i muda untuk mewujudkan cita-cita dan bertanggungjawab, bekerjasama dalam memecahkan masalahmasalah dakwah, meningkatkan kegiatan dakwah dan peran serta da’i
6
Abrohul Isnaini, Wawancara, (Jakarta Timur, 14 Mei 2013).
77
Moh. Nur Huda, Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Forum Komunikasi Da’i Muda Indonesia FKDMI, (Jakarta: Sekretaris Jenderal Pengurus Pusat Forum komunikasi Da’i Muda Indonesia, 2013), Cet. ke-2, h. 3-4.
41
muda dalam Pembangunan Nasional. 2.
Forum atau wadah berhimpunnya da’i muda untuk melanjutkan semangat jiwa dan nilai-nilai dakwah.
3.
Forum atau wadah kaderisasi para da’i muda untuk mempersiapkan kader-kader bangsa. Forum Komunikasi Da’i Muda Indonesia (FKDMI) bertujuan:8
1.
Terwujudnya komunikasi dan kerjasama dengan pihak lainnya mencapai tujuan dakwah.
2.
Terciptanya pribadi da’i yang berilmu dan beriman sempurna berdasarkan
al-Qur’an
dan
Sunnah
Rasulullah,
serta
memiliki
profesionalisme dan wawasan luas serta khasanah intelektual Islam. Untuk mencapai tujuan tersebut, Forum Komunikasi Da’i Muda Indonesia (FKDMI) menjalankan usaha-usaha sebagai berikut:9 1.
Menghimpun dan membina para da’i muda melalui kaderisasi da’i muda baik melalui kaderisasi formal maupun temporal.
2.
Meningkatkan Komunikasi dengan mengadakan berbagai pertemuan dalam
bentuk
seminar,
lokakarya
dan
lain-lain
dalam
rangka
mengefektifkan kegiatan dakwah. 3.
Mengusahakan jaringan komunikasi dan kerjasama dengan pihak lain selama tidak merugikan organisasi.
8
Moh. Nur Huda, S.Sos.I, Wawancara, (Jakarta Timur, 20 Mei 2013).
9
Ibrahim Ahmad Faqih, M.Pd, Wawancara, (Jakarta Timur, 14 Mei 2013).
42
D. Struktur Organisasi FKDMI Struktur Organisasi FKDMI terdiri dari:10 1.
Pengurus Pusat untuk tingkat Nasional, disingkat PP a.
Pengurus Pusat FKDMI berkedudukan di ibukota negara Republik Indonesia, yang merupakan pimpinan tertinggi FKDMI di tingkat nasional.
b.
Pengurus Pusat sebagai tingkat kepengurusan tertinggi dalam FKDMI
merupakan
penanggungjawab
kebijakan
dalam
pengendalian organisasi dan pelaksanaan keputusan-keputusan Munas. c.
Pengurus Pusat terdiri dari: 1) Ketua Umum dan beberapa ketua sebanyak-banyaknya 9 orang. 2) Sekretaris Jenderal dan wakil Sekretaris Jenderal sebanyakbanyaknya 9 orang. 3) Bendahara Umum dan 2 orang Wakil Bendahara Umum. 4) Departemen dan Lembaga disesuaikan dengan kebutuhan.
d. 2.
Pengurus Pusat FKDMI bertanggungjawab kepada Munas.
Pengurus Wilayah untuk tingkat Provinsi, disingkat PW a.
Pengurus Wilayah FKDMI berkedudukan di ibukota provinsi, yang merupakan pimpinan tertinggi FKDMI di tingkat provinsi.
b.
Pengurus Wilayah berfungsi sebagai Koordinator Pengurus Cabang di daerahnya, dan sebagai pelaksana Pengurus Pusat untuk daerah yang bersangkutan.
10
Moh. Nur Huda, S.Sos.I, Wawancara, (Jakarta Timur, 20 Mei 2013).
43
c.
Pengurus Wilayah terdiri dari: 1) Ketua dan beberapa wakil ketua sebanyak-banyaknya 5 orang. 2) Sekretaris dan beberapa wakil sekretaris sebanyaknya 5 orang. 3) Bendahara dan 2 wakil bendahara. 4) Departemen dan Lembaga disesuaikan dengan kebutuhan.
d. 3.
Pengurus Wilayah FKDMI bertanggungjawab kepada Muswil.
Pengurus Cabang untuk tingkat Kabupaten/Kota, disingkat PC a.
Pengurus Cabang FKDMI berkedudukan di ibukota Kabupaten/Kota, yang
merupakan
pimpinan
tertinggi
FKDMI
di
tingkat
Kabupaten/Kota. b.
Pengurus Cabang terdiri dari: 1) Ketua dan beberapa wakil ketua sebanyak-banyaknya 3 orang. 2) Sekretaris dan beberapa wakil sekretaris sebanyaknya 3 orang. 3) Bendahara dan 2 wakil bendahara. 4) Departemen dan Lembaga disesuaikan dengan kebutuhan.
c. 4.
Pengurus Cabang FKDMI bertanggungjawab kepada Muscab.
Pengurus Kecamatan untuk tingkat Kecamatan, disingkat PK a.
Pengurus Kecamatan FKDMI berkedudukan di ibukota Kecamatan, yang merupakan pimpinan tertinggi FKDMI di tingkat Kecamatan.
b.
Pengurus Kecamatan terdiri dari: 1) Ketua dan beberapa wakil ketua sebanyak-banyaknya 2 orang. 2) Sekretaris dan wakil sekretaris sebanyak-banyaknya 2 orang. 3) Bendahara dan 2 wakil bendahara. 4) Departemen dan Lembaga disesuaikan dengan kebutuhan.
44
c.
Pengurus
Kecamatan
FKDMI
bertanggungjawab
kepada
Musyawarah Kecamatan (MUSCAM). 5.
Pengurus Ranting untuk tingkat Desa/Kelurahan, disingkat PR. a.
Pengurus Ranting FKDMI berkedudukan di tingkat Desa/Kelurahan, yang
merupakan
pimpinan
tertinggi
FKDMI
di
tingkat
Desa/Kelurahan. b.
Pengurus Ranting FKDMI terdiri dari: 1) Ketua dan wakil ketua. 2) Sekretaris dan wakil sekretaris. 3) Bendahara dan wakil bendahara. 4) Departemen dan Lembaga disesuaikan dengan kebutuhan.
c.
Pengurus Ranting FKDMI bertanggungjawab kepada Musyawarah Ranting.
E. Pokok-Pokok Program Kerja FKDMI Sumber Daya Manusia (SDM) FKDMI sebagai salah satu potensi bangsa Indonesia agar memiliki Iman dan taqwa, berakhlaq mulia, tanggungjawab, cerdas, kreatif, produktif, mandiri dan professional, serta bermanfaat bagi masyarakat, bangsa dan negara. Pokok-Pokok Program Kerja FKDMI secara umum diarahkan pada sendi-sendi program :11 1.
Iman dan Taqwa, artinya program dan kegiatan disusun berdasarkan usaha untuk meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT.
11
Moh. Nur Huda, Keputusan-Keputusan Musyawarah Nasional (Munas III) Forum Komunikasi Da’i Muda Indonesia, (Jakarta: Sekretaris Jenderal Pengurus Pusat Forum komunikasi Da’i Muda Indonesia, 2013), Cet. ke-1, h. 39.
45
2.
Mandiri, artinya program dan kegiatan diupayakan untuk kemandirian organisasi, dengan secara maksimal berdasarkan kemampuan sendiri, tetapi tidak menutup kemungkinan melakukan kerjasama tidak mengikat dengan pihak lain.
3.
Keterpaduan,
artinya
program
dan
kegiatan
diarahkan
untuk
dilaksanakan dengan terpadu dan menyeluruh secara lintas sector, lintas daerah dan lintas personal. 4.
Profesional, artinya program dan kegiatan dilaksanakan dengan arah memperhatikan metode keilmuan yang mantap, sistem standar yang jelas melibatkan para pengelola sesuai kemampuan dan keahlian serta membangun jaringan kemitraan yang luas. Adapun bentuk implementasi dari Pokok-Pokok Program Kerja
adalah sebagai berikut:12 1.
Pendidikan dan Kaderisasi a.
Mengadakan training kaderisasi anggota FKDMI dalam bentuk PCDM dan pendidikan khusus muballiq secara berjenjang dan berkesinambungan.
b.
Mengembangkan program pembinaan dan peningkatan peran pemuda dan da’i muda.
c.
Menyusun ulang strategi dakwah dan peta dakwah yang menjadi pedoman bersama dan menentukan sasaran dakwah secara khusus.
d.
Mengadakan orientasi penyuluhan dan pembinaan untuk para mubaligh (dai muda) guna memperluas dan memperkaya wawasan dakwah.
12
Moh. Nur Huda, S.Sos.I, Wawancara, (Jakarta Timur, 20 Mei 2013).
46
e.
Mengadakan
pelatihan-pelatihan
untuk
pengembangan
dan
memperkuat kemampuan da’i dalam berdakwah. 2.
Pemantapan Jaringan Kerja Organisasi a.
Menciptakan infra struktur organisasi yang mapan dan memadai.
b.
Melaksanakan safari dan silaturahim pengurus ke seluruh pelosok negeri.
c.
Melaksanakan rapat kerja nasional FKDMI dan pengaturan pola hubungan kerja antara PW, PC, PAC dan PR.
d.
Sosialisasi dan pemantapan pelaksanaan ketetapan hasil MUNAS dan peraturan organisasi yang lain.
e.
Menyelengarakan pertemuan rutin, diskusi dan kerjasama produksi dakwah melalui seni budaya, film, media cetak dan elektronik.
3.
Pemberdayaan Ekonomi keumatan a.
Menghidupkan dan menumbuh-kembangkan kemandirian ekonomi di dalam diri anggota sehingga tergerak untuk terjun menjadi entrepreneur pada kemudian hari.
b.
Menumbuhkan partisipasi pengurus dan anggota FKDMI dalam pembiayaan melalui melibatkannya dalam perencanaan kegiatan organisasi, mengedarkan kartu infaq maupun iuran.
c.
Melanjutkan upaya-upaya pengembangan ekonomi kerakyatan yang bertumpu pada partisipasi masyarakat dengan mengedepankan kesetaraan dalam akses dan peluang usaha kecil, dalam rangka membangun demokrasi untuk kemakmuran rakyat.
d.
Mengadakan diklat kewirausahaan jaringan pengusaha muda muslim.
dalam usaha membangun
47
e.
Pembentukan badan usaha FKDMI yang Islami, mandiri yang berbentuk koperasi dan yayasan FKDMI yangprofesional dengan tujuan utama untuk mendukung pembiayaan program-program organisasi.
4.
Pengembangan
Jaringan
Lembaga
Dakwah
dan
Kehidupan
Beragama Dalam bermasyarakat a.
Melakukan pembinaan dan kaderisasi terhadap dai agar memiliki pemahaman yang komprehensif terhadap persoalan umat.
b.
Menjadikan FKDMI sebagai pemersatu berbagai komponen
dai
muda. c.
Melakukan kegiatan rutin bulanan ditingkatpusat sampai daerah untuk mengembangkan dan meningkatkan wawasan dan pendalaman terhadap ajaran Islam dari berbagai dimensi sehingga profil agama Islam lebih tercermin pada perwujudan akhlak mulia dalam tindakan disegala bidang kehidupan, baik secara individual maupuan sosialstruktural.
d.
Mempelopori dialog sosial antar umat beragama untuk membangun persepsi yang mendukung tumbuh kembangnya masyarakat madani.
e.
Memprakarsai berbagai program aksi bersama antar umat beragama dalam gerakan pembangunan karakter bangsa yang bermoral.
5.
Pengembangan Seni dan Budaya Islam a.
Mendorong terbentuknya kegiatan seni guna memupuk rasa cinta budaya.
b.
Memfasilitasi berlangsungnya forum-forum diskusi, seminar dan penelitian tentang masalah-masalah kebudayaan.
48
c.
Melaksanakan kegiatan syiar Islam melalui media seni budaya Islam.
d.
Berperan aktif dalam berbagai kegiatan keagamaan dan kesenian Islam.
6.
Pengembangan dan Pemberdayaan Da’i Perempuan a.
Mengkaji dan mensosialisasikan pengarusutamaan gender kepada masyarakat melalui diskusi/dialog, seminar, lokakarya dan lain-lain.
b.
Melaksanakan pelatihan dan training khusus untuk da’i perempuan.
c.
Membekali keterampilan dan kecakapan hidup perempuan dalam rangka meningkatkan taraf hidup secara ekonomi dan sosial.
d.
Mengadakan kajian pendidikan perempuan secara komprehensif.
e.
Menjalin kerjasama dengan berbagai lapisan masyarakat dan pemerintah yang bergerak dalam bidang pemberdayaan potensi perempuan.
7.
Pengembangan Media Komunikasi, Pers dan Penerbitan a.
Membuat media komunikasi dalam bentuk Website, buletin dan majalah sebagai wadah informasi dan komunikasi organisasi.
b.
Mendorong adanya dialog yang membuka wawasan media cetak serta aparat terkait dalam memperluas dan mensinergikan gerakan dakwah.
c.
Memperkenalkan organisasi FKDMI dan programnya kepada organisasi lain baik melalui pengiriman brosur, profil organisasi dan media lainnya.
d.
Mengadakan pelatihan dan diklat tentang media dan jurnalistik.
e.
Mendokumentasikan berbagai bentuk aktifitas organisasi, baik dalam bentuk foto, audio visual, klipping media massa dan lain-lain.
49
8.
Pemberdayaan dan Advokasi Umat a.
Mendirikan lembaga hukum dan advokasi.
b.
Memberikan bantuan hukum dan advokasi pada masyarakat yang membutuhkan sebagai wujud keberperanan organisasi.
c.
Menyusun, merencanakan kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan pelayanan dan kesejahteraan umat.
d.
Memberikan respon terhadap kebijakan publik baik yang berkenaan dengan keagamaan, sosial, politik serta memberikan penguatan terhadap kesadaran umat tentang hak dan kewajibannya sebagai warga negara.
9.
Penelitian dan Pengkajian a.
Pembentukan pusat kajian
masalah umat, bekerjasama dengan
instansi terkait untuk mengantisipasi pengaruh informasi dan globalisasi yang dapat berdampak negatif dikalangan pemuda muslim. b.
Melakukan pendataan potensi anggota dalam rangka melakukan pengkajian guna pengembangan program di masa depan.
c.
Melakukan pengkajian peluang-peluang aktifitas yang dapat menggerakkan organisasi demi tercapainya visi, misi, tujuan dan strategi FKDMI dalam peningkatan peran dan fungsi FKDMI.
d.
Melakukan berbagai kajian terhadap kondisi faktual dan melakukan berbagai persiapan secara akademik dan ilmiah. Dalam melaksanakan seluruh program organisasi, baik ditingkat
pusat maupun daerah, perlu disusun strategi pelaksanaannya untuk mencapai tingkat efektivitas dan efesiensi kegiatan dengan cara:13
13
Moh. Nur Huda, S.Sos.I, Wawancara, (Jakarta Timur, 20 Mei 2013).
50
1.
Membuat rumusan tugas dan fungsi yang jelas masing-masing perangkat organisasi sesuai dengan pembidangan yang sesuai berdasarkan kemampuan dan jaringan yang ada.
2.
Merumuskan pola hubungan antar perangkat organisasi informasi secara transparan serta dapat menunjukkan keseimbangan antara hak dan kewajiban secara adil.
3.
Merancang kegiatan “percontohan”, dengan catatan bahwa replikasinya memperhatikan kreatifitas dan sedapat mungkin dapat dilakukan secara terencana.
4.
Merumuskan pengelolaan system informasi yang dinamis, egaliter dan transparan bagi setiap unsur pelaksana program.
5.
Menciptakan system monitoring dan evaluasi secara dinamis dan partisipatif.
6.
Dalam upaya melaksanakan program dan untuk mencapai tujuan bersama, hendaknya lebih menekankan pada prinsip-prinsip silaturrahim, kebersamaan, persaudaraan, saling pengertian dan saling mendukung. Adapun
strategi
implementasi
dalam
melaksanakan
seluruh
program-program FKDMI untuk mencapai tingkat efektivitas dan efesiensi kegiatan dengan cara:14 1.
Program FKDMI disusun berdasarkan kondisi obyektif lingkungan sekitarnya sesuai dengan harapan-harapan dan kebutuhan anggota dan organisasi.
2.
Perencanaan Program menggunakan prinsip-prinsip visibilitas, realistis, obyektif, terukur dan rasional. 14
Moh. Nur Huda, Materi Rapat Kerja Pengurus Forum Komunikasi Da’i Muda Indonesia, (Jakarta: Sekretaris Jenderal Pengurus Pusat Forum komunikasi Da’i Muda Indonesia, 2013), Cet. ke-1, h. 35.
51
3.
Menggunakan
prinsip-prinsip
manajemen
yang
partisipatif
dan
demokratis dengan pendistribusian atau pendelegasian tugas yang bersifat
fungsional
dan
proporsional
sesuai
dengan
kesediaan,
kemampuan dan pertanggungjawaban. 4.
Dalam upaya melaksanakan program dan untuk mencapai tujuan bersama, hendaknya lebih menekankan pada prinsip-prinsip silaturrahim, kebersamaan, persaudaraan, saling pengertian dan saling mendukung.
BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS
A. Bentuk Pembinaan Kader FKDMI Wilayah Rawamangun Jakarta Timur dalam Meningkatkan Kemampuan Berdakwah. Dalam mencetak kader-kader dakwah dan pelaksanaan dakwah merupakan penunjang dalam keseluruhan aktivitas dakwah dan sebuah proses dakwah, untuk itu dalam mengatasi problematika dakwah di masa yang akan datang perlu disiapkan kader-kader da’i yang berkualitas, mencetak kader ini bisa dilakukan dengan berbagai cara seperti mendirikan lembaga, organisasi yang mengacu pada Islam sebagai sistem nilai dan kepemimpinan. Metode pengkaderan merupakan salah satu cara dalam rangka transformasi ilmu yang berasal dari sumber untuk dapat disampaikan yang kemudian diaplikasikan dalam kehidupan bermasyarakat. Pembibitan Calon Da’i Muda (PCDM) adalah salah satu program Kementerian Agama Republik Indonesia sejak tahun 1993 dengan mengadakan pelatihan kaderisasi da’i selama dua bulan dengan peserta kurang lebih delapan puluh sampai seratus orang tiap tahunnya yang diambil dari tiap provinsi yang ada di Indonesia. Alumni PCDM ini secara otomatis menjadi anggota FKDMI setelah usai mengikuti pelatihan-pelatihan tersebut. Selain itu, FKDMI juga melakukan kaderisasi tersendiri sebagai upaya percepatan kaderisasi para da’i. Hingga kini, Forum Komunikasi Da’i Muda Indonesia sudah mempunyai anggota di seluruh pelosok Nusantara.1
1
Sumber data dokumentasi lembaga FKDMI yang diolah 2012.
52
53
Bentukpembinaan Forum Komunikasi Da’i Muda Indonesia (FKDMI) merupakan kegiatan keagamaan yang pada dasarnya melatih para kader da’i muda muslim dalam berdakwah di masyarakat luas.Bentuk kegiatan pembinaan dilembaga ini yaitu mengadakan acara seperti tabligh akbar, mengadakan pelatihan qiraat qur’an.Selain itu lembaga Forum Komunikasi Da’i Muda Indonesia ini juga mengadakan kegiatan pembinaan seperti mengadakan pelatihan da’i tingkat kecamatan, dan mengikutsertakan setiap anggota mengikuti perlombaan berpidato atau ceramah.Materi yang disampaikan dalam kegiatan pembinaan disini yaitu menggunakan materi retorika, materi dakwah, metode dakwah, intinya yang berkaitan dengan pendalaman agama.Konsep kegiatan pembinaan tersebut sangat terorganisir dengan baik, bisa dilihat melalui proses kegiatan yang ada di Forum Komunikasi Da’i Muda Indonesia (FKDMI) di wilayah Rawamangun Jakarta Timur. Dibandingkan dengan pelatihan da’i yang ditawarkan oleh lembaga atau institusi lainnya, Forum Komunikasi Da’i Muda Indonesia (FKDMI) mampu mengembangkan program pembinaan dan peningkatan peran pemuda dan da’i muda. Pelaksanaan pembinaan Forum Komunikasi Da’i Muda Indonesia (FKDMI) beranggotakan seluruh da’i muda yang telah mengikuti pelatihan PCDM (Pembibitan Calon Da’i Muda) atau LKD (Latihan Kader Da’i) yang dilaksanakan oleh FKDMI.Simpatisan da’i yang mengajukan permohonan untuk menjadi anggota baru, diterima dan disahkan keanggotaannya oleh pengurus
FKDMI.
Syarat
mengikuti
pelaksanaan
pembinaan
Frum
Komunikasi Da’i Muda Indonesia (FKDMI) beragama Islam, berusia
54
minimal 16 tahun dan maksimal 42 tahun, menyetujui, mentaaati, dan siap melaksanakan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART FKDMI).2 Setiap peserta atau anggota yang mengikuti pembinaan kader di Forum Komunikasi Da’i Muda Indonesia (FKDMI) berhak memperoleh perlakuan yang sama dari atau untuk organisasi, mengeluarkan usul, saran dan pendapat, mengikuti kegiatan yang diselenggarakan organisasi, memilih dan dipilih menjadi pengurus atau pemegang jabatan lain yang diamanatkan kepadanya. Selain itu setiap anggota juga berkewajiban menjaga dan membela keluhuran agama Islam, mentaati AD dan ART, serta peraturanperaturan organisasi lainnya, menjunjung tinggi nama baik, tujuan dan kehormatan organisasi, mendukung dan menyukseskan seluruh program organisasi. Pelaksanaan masing-masing program dan kegiatan pembinaan kader FKDMI
di
Wilayah
Rawamangun
Jakarta
Timur
masing-masing
dikelompokkan berdasarkan kategori pembinaan. Kategori pembinaan tersebut yaitu: pembinaan keterampilan, pembinaan keagamaan dan pembinaan sosial.3 1.
Pembinaan Keterampilan Pembinaan keterampilan ini mengajarkan kepada para kader untuk terampil dan cekatan dalam hal apapun, semisal membentuk sanggar seni budaya Islam, pelatihan da’i cilik, mendirikan unit usaha, pekan apresiasi seni, olahraga dan budaya Islam, festival Muharam, 2
Wawancara pribadi Ibrahim Ahmad Faqih, Ketua FKDMI. Jakarta Timur, 14 Mei 2013. 3 Wawancara pribadi Moh. Nur Huda, Sekretaris Jendral FKDMI.Jakarta Timur, 20 Mei 2013.
55
mengadakan lomba karya ilmiah dan pelatihan da’i interpreneurship. Selain keterampilan diatas, ada juga keterampilan bermusik yang digunakan sebagai ajang penyaluran seni bagi para kader, diantaranya membentuk seni musik hadrah, gambus dan marawis. Pembinaan keterampilan ini cocok diberikan kepada pada kader, karena semua berhak menyalurkan bakat seninya, baik alat musik, menari, menyanyi, tataboga dan berceramah. Adapun departemen yang membidangi pada pembinaan ini diantaranya adalah departemen pengembangan seni dan budaya Islam, departemen
pengembangan
ekonomi
umat,
dan
departemen
pengembangan organisasi, sebagaimana tabel di bawah ini: N0
NAMA
1
Aan Subhan
2
Abrohul Isnaini
3
Zaidatul Farihah
4
Ahmad Junaidi
5
M. Afif Bahrain
6
Abdul Jabbar
7
Marjono
8
Sujono
9
Agus Salim
10
Moh. Syahrir
11
Slamet Ma’ruf
12
Ishlah Farid
DEPARTEMEN
Pengembangan Seni dan Budaya Islam
Pengembangan Ekonomi Umat
Pengembangan Organisasi
56
2.
Pembinaan Keagamaan Pembinaan ini berisi segala sesuatu yang berhubungan dengan kehidupan keagamaan sehari-hari, baik yang berhubungan dengan muamalah, dan ibadah. Adapun program kegiatan, antara lain:4 a.
Pelatihan TOT kaderisasi
b.
Mengirim khotib khutbah jum’at
c.
Mengadakan lomba da’i nusantara
d.
Mengadakan acara PHBI/PHBN
e.
Mengadakan seminar/workshop
f.
Mengadakan analisis potensi kader FKDMI
g.
Mengadakan acara tabligh akbar
h.
Mengadakan kumpulan majelis taklim
i.
Mengadakan pelatihan qira’at qur’an Adapun departemen yang membidangi pada pembinaan ini
diantaranya adalah departemen pendidikan dan kaderisasi da’i, departemen pemberdayaan dan advokasi umat, dan departemen penelitian dan pengkajian. N0
4
NAMA
1
Ratnadewi
2
Moh. Dael Khair
3
Moh. Hari Pranata
4
Muntholib Hasan
5
Moh. Ainul Yakin
6
Cahya Fathul Bari
7
Syaifudin Hariri
DEPARTEMEN
Pendidikan dan kaderisasi da’i
Pemberdayaan dan advokasi umat
Wawancara pribadi denganIbrahim Ahmad Faqih, Ketua FKDMI.Jakarta Timur, 14
Mei 2013.
57
3.
8
H Mahmudi
9
M. Taufikurrahman
10
Abdul Jamil
11
Moh. Herdi
12
Moh. Usman
Penelitian dan pengkajian
Pembinaan Sosial Pembinaan ini berfungsi untuk menjadikan para kader FKDMI agar terjaga kehidupan sosialnya, tetap berbagi, saling mengasih, dan menjaga hubungan antar sesama. Bentuk kegiatan pembinaan sosial antara lain adalah pembinaan kepada lansia, mengadakan dialog antar agama, mengadakan penyuluhan lapas, menerbitkan buletin Jum’at, pelatihan pemberdayaan da’iyah, pelatihan khotib jum’at, mendirikan taman bacaan anak-anak dan PAUD, santunan anak yatim, pelatihan kajian gender, pesantren kilat di bulan Ramadhan dan penelitian sosial kemasyarakatan. Materi
yang diberikan
pada bimbingan sosial
merupakan hal yang dianggap penting, berhubungan dengan kehidupan sosial dan disesuaikan dengan kondisi sosial pada saat itu. Adapun departemen yang membidangi pada pembinaan ini sebagaimana tabel di bawah ini: N0
NAMA
1
Bagus M
2
Majius Sulton
3
Khairul Abudin
4
H Yumni al-Hilal
5
Umroh
6
Alfina Rahil
DEPARTEMEN
Jaringan antar Lembaga Dakwah
Pemberdayaan Da’i Perempuan
58
7
Siti Rohmaniah
8
Sri Yayu Ibrahim
9
Sya’roni Saleh
10
Abd. Ghofur
11
Moh. Iqbal
12
Abd. Robi
Public Relation, Pers dan Penerbitan
B. Metode Pembinaan Kader FKDMI Wilayah Rawamangun Jakarta Timur dalam Meningkatkan Kemampuan Berdakwah Metode merupakan hal yang sangat penting dalam proses belajar mengajar, dalam pembinaan kader. Apabila proses
kegiatan tidak
menggunakan metode yang tepat, maka akan sulit untuk mendapatkan tujuan pembelajaran yang diharapkan. Pada kegiatan pembinaan kader ini, Forum Komunikasi Da’i Muda Indonesia menggunakan metode antara lain: 1.
Metode Diskusi Dalam metode diskusi proses pembelajaran berlangsung melalui kegiatan berbagi atau “sharing” informasi atau pengetahuan di antara sesama siswa. Dalam metode ini guru berperan sebagai fasilitator dengan memberikan masalah atau topik yang akan dibahas dan beberapa aturan dasar dalam diskusi.5
2.
Metode Tanya jawab Metode Tanya jawab merupakan bentuk penyampaian materi yakni dimana pembimbing mengajukan pertanyaan kepada peserta Forum Komunikasi Da’i Muda Indonesia (FKDMI) atau sebaliknya
5
Wanarno Surakhmand, Pengantar Interaksi Belajar Mengajar, ( Jakarta : Depdiknas, 2009
59
peserta pembinaan Forum Komunikasi Da’i Muda Indonesia mengajukan pertanyaan. Biasanya metode tanya jawab digunakan ketika diantara peserta belum benar-benar memahami atau mungkin juga mmeiliki pandangan yang berbeda.6 Metode ini biasanya apabila materi yang disampaikan oleh pengajar belum dipahami dengan baik oleh peserta dan cara ini dilakukan agar peserta pembinaan Forum Komunikasi Da’i Indonesia (FKDMI) pada umumnya bersifat kritis dalam memahami hambatan pada materi yang tidak dipahami.7 3.
Metode Seminar Seperti
metode
konferensi,
seminar
juga
memberikan
kemungkinan para pesertanya untuk mengembangkan daya dan kemampuan berfikirnya dengan sebaik-baiknya. Proses yang biasanya di tempuh dalam melaksanakan seminar adalah ditentukan terlebih dahulu satu atau beberapa orang untuk mengemukakan pokok masalah berupa pemaparan yang dipersiapkan secara tertulis, kemudian ditentukan satu atau beberapa orang untuk mengemukakan pokok masalah paparan yang disampaikan, setelah itu para peserta diberi kesempatan untuk memberikan tanggapan dan sumbangan fikirannya terhadap persoalan yang telah dikemukakan, pihak pemaparan dan pembanding diberi kesempatan untuk memberikan jawaban dan penjelasannya, dibentuk panitia perumusan untuk merumuskan kesimpulan-kesimpulan atau keputusan dari seminar itu.8
6
Wawancara Pribadi dengan Ibrahim Ahmad Faqih, Ketua FKDMI. Jakarta Timur, 14
Mei 2013. 7
Hamad Hasan Raqith, Meraih Sukses Perjuangan Da’I, (Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2011), h. 7. 8 Abd Rosyad Shaleh, Manajemen Dakwah Islam, ( Jakarta : Bulan Bintang, 1993 ) cet Ke 3. H. 131.
60
4.
Metode Ceramah Metode ceramah adalah penerangan dan penuturan secara lisan terhadap kelas.9 Dalam pelaksanaan ceramah untuk menjelaskan uraiannya, pengajar dapat menggunakan alat bantu seperti gambargambar. Tetapi metode ini berhubungan antara pembimbing dengan peserta pembinaan adalah berbicara. Peranan dalam metode ceramah adalah mendengarkan dengan teliti dan mencatat pokok-pokok penting yang dikemukakan oleh pengajar. Dalam Pelaksanaannya, penggunaan metode ini seperti ceramah interaktif. Pembina tidak selalu memberikan materi, akan tetapi diselingi dengan
pertanyaan-pertanyaan
pancingan
tentang
materi
yang
disampaikan. Fungsi dari pertanyaan ini adalah untuk mengetahui kemampuan pada kader da’i tersebut faham dengan materi yang disampaikan atau tidak, paling tidak ingat dengan materi yang telah disampaikan.10 5.
Metode Tutorial Tutorial adalah suatu metode dalam proses pembelajaran dengan cara memberikan tugas baca pada suatu kelompok dengan topik tertentu yang kemudian didiskusikan dalam kelompok tersebut. Tujuan dari cara ini adalah untuk memantapkan pemahaman peserta terhadap materinya. Untuk tercapainya tujuan tersebut diperlukan referensi atau buku-buku dan waktu yang cukup untuk pembahasan, tutor/narasumber. Dalam sistem ini peserta berinteraksi melalui diskusi ilmiah berdasarkan 9
Ramayulis, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: 2001), h. 133. Wawancara Pribadi dengan Ibrahim Ahmad Faqih, Ketua FKDMI. Jakarta Timur, 14
10
Mei 2013.
61
referensi yang tersedia dan hasilnya disusun dalam suatu makalah untuk kemudian dipresentasikan. Kelebihan metoda ini adalah analisis suatu topik dibahas secara mendalam, sehingga menjamin dasar ilmiahnya dan terjadinya interaksi dalam kelompok. Sedangkan kelemahannya adalah memerlukan
narasumber
yang
menguasai
materi
dan
waktu
pembahansannya lama. 6.
Metode Mikro Teaching Suatu
kegiatan
pembelajaran
yang
sederhana
yang
dilakukan oleh para pembina sebagai latihan dalam mengajar untuk mengembangkan keterampilanya dalam teknik mengajar.
C. Hasil yang Dicapai Pembinaan Kader FKDMI di Wilayah Rawamangun Jakarta Timur dalam Meningkatkan Kemampuan Berdakwah Dari hasil penelitian dan survei lapangan, maka hasil yang dicapai dalam pelaksanaan kader da’i di Forum Komunikasi Da’i Muda Indonesia , dapat membawa kepada arah sasaran yang memuaskan. Pertama, melihat dari Alumni para pengurus Da’i yang di bina Forum Komunikasi Da’i Muda Indonesia yaitu : 1. Membuat buku pengkaderan 2. Mengadakan pelatihan dan diklat tentang media dan jurnalistik 3. Mengadakan pelatihan da’i tingkat kecamatan 4. Megadakan pelatihan da’i interpreneurship 5. Mendirikan lembaga Islam seperti TPA, sebagai pengurus dan pembimbing di lembaga tersebut. 6. Menjadi Da’i di daerah sendiri.
62
Sedangkan hasil yang dicapai dari segi pembimbing, dalam kegiatan pembinaan kader da’i di Forum ini yaitu sebagai berikut : 1. Sebagai wadah atau saran pembinaan kader da’i , di Forum Komunikasi Da’i Muda Indonesia Rawamangun Jakarta Timur. 2. Mempersiapkan kader-kader da’wah. 3. Para alumni mempunyai ilmu retorika dakwah untuk diterapakan dalam setiap dakwahnya, artinya ada orang yang biasa-biasa saja cara dalam cara menyampaikannya dakwahnya. Maka diharapkan dengan diadakannya pembinaan kader da’i ini, setiap anggota bisa memahami dengan baik cara mengucapkan salam dengan benar, bagaimana tata cara berjalan dari podium ke mimbar, kemudian tehnik mengusai panggung serta menguasai isi yang akan disampaikan ketika akan melakukan ceramah nanti, selain itu juga dimana kita harus bisa berkomunikasi dengan jama’ah yang baik agar bisa dipahami dan dimengerti. 4. Semua peserta pembinaan kader da’i ini pada umumnya sudah mempunyai pengetahuan tentang agama dan ilmu pengetahuan yang luas, agar ketika berdakwah tidak kehabisan bahan atau materi yang akan disampaikan. Manfaat atau hasil yang didapatkan oleh peserta kader da’i pada pembinaan da’i yaitu : 1. Menambah pemahaman tentang agama. 2. Mampu melatih mental dalam berbicara di depan masyarakat luas. 3. Menambah pengalaman dan wawasan. 4. Menjadi da’i yang terdidik dengan bekal ilmu Islami dan sosial.
63
Dari hasil yang dicapai dalam bentuk pelaksanaan kegiatan pembinaan kader da’i di Forum Komunikasi Da’i Muda Indonesia, lembaga ini sudah mempunyai anggota diseluruh pelosok Nusantara. Kegiatan di Forum Komunikasi Da’i Muda Indonesia sudah berjalan dengan baik. Dari hasil ini terlihat, Forum Komunikasi Da’i Muda Indonesia banyak berperan dalam kader da’i bahkan mampu melahirkan da’i-da’i baru yang kini aktif tersebar di masyarakat dan menjadi pemimpin di lembaga-lembaga islam.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Dari uraian-uraian yang telah dibahas sebelumnya, maka penulis menyimpulkan, yakni sebagai berikut: 1.
Bentuk kegiatanpembinaan kader Forum Komunikasi Da’i Muda Indonesia (FKDMI) wilayah Rawamangun Jakarta Timur merupakan kegiatan keagamaan yang pada dasarnya melatih para kader da’i muda muslim dalam berdakwah di masyarakat luas. Bentuk kegiatan yang ada lembaga ini seperti yaitu mengadakan acara seperti tabligh akbar, mengadakan
pelatihan
qiraat
qur’an.Selain
itu,lembaga
Forum
Komunikasi Da’i Muda Indonesia ini juga mengadakan kegiatan pembinaan seperti mengadakan pelatihan da’i untuk didaerah sendiri, dan mengikutsertakan setiap anggota mengikuti perlombaan berpidato atau ceramah.Materi yang disampaikan dalam kegiatan pembinaan disini yaitu menggunakan materi retorika dakwah. Konsep kegiatan pembinaan tersebut sangat terorganisir dengan baik, bisa dilihat melalui proses kegiatan yang ada di Forum Komunikasi Da’i Muda Indonesia (FKDMI). Forum
Komunikasi
Da’i
Muda
Indonesia
(FKDMI)
mampu
mengembangkan program pembinaan dan peningkatan peran pemuda dan Da’i muda. Pelaksanaan masing-masing program dan kegiatan pembinaan kader FKDMI Wilayah Rawamangun Jakarta Timur masing-masing dikelompokkan berdasarkan kategori pembinaan. Kategori pembinaan
64
65
tersebut yaitu: pembinaan keterampilan, pembinaan keagamaan dan pembinaan sosial. Pembibitan Calon Da’i Muda (PCDM) adalah salah satu program Kementerian Agama RI sejak tahun 1993 dengan mengadakan pelatihan kaderisasi da’i selama dua bulan dengan peserta kurang lebih delapan puluh sampai seratus orang tiap tahunnya yang diambil dari tiap provinsi yang ada di Indonesia. Alumni PCDM ini secara otomatis menjadi anggota FKDMI setelah usai mengikuti pelatihan-pelatihan tersebut. Selain itu, Pengurus Pusat FKDMI juga melakukan kaderisasi tersendiri sebagai upaya percepatan kaderisasi para da’i. Hingga kini, Forum Komunikasi Da’i Muda Indonesia sudah mempunyai anggota di seluruh pelosok Nusantara. Pembinaan Forum Komunikasi Da’i Muda Indonesia (FKDMI) beranggotakan seluruh da’i muda yang telah mengikuti pelatihan PCDM (Pembibitan Calon Da’i Muda) atau LKD (Latihan Kader Da’i) yang dilaksanakan
oleh
FKDMI.Simpatisan
permohonan untuk menjadi anggota
da’i
yang
mengajukan
baru, diterima dan disahkan
keanggotaannya oleh pengurus FKDMI. Syarat mengikuti pelaksanaan pembinaan Forum Komunikasi Da’i Muda Indonesia (FKDMI) Beragama Islam, berusia minimal 16 tahun dan maksimal 42 tahun, Menyetujui, mentaaati, dan siap melaksanakan AD dan ART FKDMI. Setiap anggota yang mengikuti pembinaan kader Forum Komunikasi Da’i Muda Indonesia (FKDMI) berhak memperoleh perlakuan yang sama dari atau untuk organisasi, mengeluarkan usul,
66
saran dan pendapat, mengikuti keggiatan yang diselenggarakan organisasi, memilih dan dipilih menjadi pengurs atau pemegang jabatan lain yang diamanatkan kepadanya. Selain itu setiap anggota juga berkewajiban menjaga dan membela keluhuran agama Islam, mentaati AD dan ART, serta peraturan-peraturan organisasi lainnya, membayar iuran anggota, menjunjung tinggi nama baik, tujuan dan kehormatan organisasi, mendukung dan menyukseskan seluruh program organisasi. 2.
Metode yang digunakan pada pembinaan kader Forum Komunikasi Da’i Muda Indonesia (FKDMI) adalah metode diskusi, metode tanya jawab, metode seminar, metode ceramah, metode tutorial, metode mikro teaching. Materi yang diberikan pada pembinaan kader adalah materi dakwah dan retorika dakwah.
3.
Hasil yang dicapai dari pembinaan kader Forum Komunikasi Da’i Muda Indonesia (FKDMI) sesuai dengan sasaran yang tepat, dengan beberapa metode dan kegiatan yang dilakukan, materi yang diberikan serta adanya bimbingan dari para Pembina untuk peserta dan anggota pembinaan kader, hasilnya yaitu: pertama bagi pembimbing dan Pembina yakni, sebagai wadah atau sarana pembinaan calon kader da’i muda, di Wilayah Rawamangun Jakarta Timur, Mempersiapkan kader-kader dakwah, Para pengurus mempunyai ilmu retorika dakwah untuk diterapkan dalam setiap dakwahnya, semua peserta dan anggota yang mengikuti pembinaan mempunyai pengetahuan yang luas, tentang berbagai macam ilmu.
67
B. Saran-Saran Untuk memajukan dan meningkatkan serta mengembangkan keberadaan Forum Komunikasi Da’i Muda Indonesia (FKDMI), khususnya dalam program pembinaan Kader, maka penulis memberikan saran kepada pihak-pihak terkait antara lain: 1.
Pengurus Forum Komunikasi Da’i Muda Indonesia. a. Pembinaan
harus
lebih
memperhatikan,
meningkatkan,
serta
mengembangkan program-program kegiatan yang ada di Forum Komunikasi Da’i Muda Indonesia (FKDMI) terutama dalam pembinaan calon kader da’i muda. b. Harus adanya kesadaran para calon kader da’i muda untuk melaksanakan
dakwahnya,
baik
untuk
diri
sendiri
maupun
masyarakat. 2. Pembina Kader Agar dapat terus mengarahkan anggota dan peserta FKDMI ke jalan yang diridhoi Allah SWT, dengan memperluas pengembangan peserta calon kader dalam pembinaan dan pelatihan kelapangan (terjun ke masyarakat luas). 3. Anggota FKDMI Para aktifitas dakwah dapat meningkatkan ilmunya yang telah di dapat baik ilmu dakwah maupun komunikasi dan lainnya secara teori dan praktek dalam proses pembinaan.
DAFTAR PUSTAKA
Abda, Slamet Muhaemin, Prinsip-prinsip Metodologi dan Dakwah, Surabaya: Usaha Nasional, 1994. Abdul Somad, Idris, Diklat ilmu dakwah, Depok: 2004. Abu Bakar, Hasanunudin, Visi dan Misi Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia, Jakarta: Media Dakwah, 1999. Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian dan Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta : Bineka Cipta, 1996. Badan Penasehat Perkawinan, Perselisihan, dan Perceraian BP-4, Membina Keluarga Bahagia Dan Sejahtera, Jakarta: BP-4, 1994. Badruttamam, Nurul, Dakwah Kolaboratif Tarmizi Taher, Jakarta: Grafindo, 2005. Bachtiar, Wardi, Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah, Jakarta: Logos, 1997. Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahannya, Bandung: CV. Diponegoro, 2005. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka, 1994. Dermawan, Andy, Metodologi Ilmu Dakwah, Jakarta: Prenada Media, 2006. Habib, M. Syafaat, Buku Pedoman Dakwah, Jakarta: Wijaya, 1982. Hamka, Prinsip dan Kebijakan Dakwah Islam, Jakarta: Uminda, 1982. Hasanuddin, Ahmad H, Retorika Dakwah dan Publistik dalam kepimpinan, Surabaya :Usaha Nasional 1982. Helmy, Masdar, Dakwah Islam Alam Pembangunan, Semarang: CV Thoha Putra, tt. Huda, Moh. Nur, Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Forum Komunikasi Da’i Muda Indonesia FKDMI, Jakarta: Sekretaris Jenderal Pengurus Pusat Forum komunikasi Da’i Muda Indonesia, 2013.
Huda, Moh. Nur, Keputusan-Keputusan Musyawarah Nasional III Forum Komunikasi Da’i Muda Indonesia FKDMI, Jakarta: Sekretaris Jenderal Pengurus Pusat Forum komunikasi Da’i Muda Indonesia, 2012. Huda, Moh. Nur, Materi Rapat Kerja Pengurus Forum Komunikasi Da’i Muda Indonesia, (Jakarta: Sekretaris Jenderal Pengurus Pusat Forum komunikasi Da’i Muda Indonesia, 2013), Cet. ke-1, h. 35. Ismail Ilyas Paradigma Dakwah Sayyid Quthub, Jakarta : Paramadani, 2006 .
Koentjaningrat, Metode-Metode Penelitian Masyarakat, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 1997. Moieong, Lexy J, Metodelogi penetitian kualitatif, Bandung: PT. Rosda karya, 2007. Mubarak, Zakky, Dakwah dan Globalisasi, Jakarta: ELSAS, 2000. Muhyiddin, Asep dan Safei, Agus Ahmad, Metode Pengembangan Dakwah, Bandung: Pustaka Setia, 2002. Muriah, Siti, Metodologi Dakwah Kontemporer, Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2000. Nor, Muhammad, Visi Kebangkitan Relegius, Refleksi Pemikiran dan Perjuangan Tuan Guru Kiai Haji Muhammad Zaeuddin Abdul Majid, Jakarta: PT. Logos Wacana Ilmu, 1982. PB. PMII, Petunjuk dan Pelaksanaan Kader, Jakarta: Kabag Pengkaderan, 1998. Priyitno, Irwan, Kepribadian Da’i, Jakarta Pustaka Tarbiatna, 2005. Proyek Penerangan Bimbing Khutbah Dakwah Agama, Pembinaan Rohani Pada Dharma Wanita, Penerbit DEPAG, 1984. Ramayulis, Metodologi Pengajaran Agama Islam, Jakarta: 2001. Rambe, H. Nawawi, Sejarah Dakwah Islam, Jakarta: Wijaya, 1985. Raqith, Hamad Hasan, Meraih Sukses Perjuangan Da’i, Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2011. Rifai, H. Muhammad, 1300 Hadis Dakwah dan Pembina Pribadi Muslim, Semarang: Wicaksono, tt. Suhartono, Irawan, Metode Penelitian Sosial, Bandung: PT. Remaja RosdaKarya, 2004. Salim, Peter, Kamus Besar Bahasa Indonesia Kontemporer, Jakarta: Modern English, 2002.
Syukir, Asmuni, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam, Surabaya: al-Ikhlas, 1983. Takariawan, Cahyadi, Prinsip-Prinsip Dakwah, Yogyakarta: Izzan Pustaka, 2005. Tamrin, M., Diklat Metodologi Dakwah, Jakarta: YPI Ibnu Sina, tt. Tasmaran, Teto, Komunikasi Dakwah, Jakarta: CV. Gaya Media Pratama, 1987. Tim Penyusun, Ensiklopedia Indonesia, Jakarta: PT Ichtiar Baru-Van Hoeve .
Tualeha, Hamzah, Pengantar Ilmu Dakwah, Surabaya: Offset Indah, 1993. Ya’qub, Hamzah, Publistik Tekhnik Dakwah dan Leadership, Bandung: CV. Diponegoro, 1986. Zaidullah, Alwisral Imam dan Bandaro, Khaidir Khatib, Strategi Dakwah dalam Membentuk Da’i dan Khotib Professional, Jakarta: Kalam Mulia, 2002. Daradjat, Zakiya, Ilmu Jiwa Raga, Jakarta : Bulan Bintang, 1976 . Elka, Studi Rizal, Da’wah bi al-Qalam dan Dasar-dasar Penyajiannya, Dakwah, vol. 2, nomor 1 Juli, 2000 .
I(EMENTERIAN ACAMA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
' ., :'4:ti.'.
;;:i;iiLit;::,tlt:i!.ia "
'i:&
5.j;4)\4''
Yiie
Yi
*-::."1"**
I :.::..:.:. .:i,. ,. / -l'A -d
:,i",1+
_
,
:r Lii
i
i
FAKULTAS ILMU DAI(WAH DAN ILMU KOMUNIKASI
t 1
''.*.,J
Jl. Ir. H. Juanda No. 95
Telepon/ Fax : (021) 7 a32728
Ciputat1,541,2lndonesia
Nomor : Un.01/F5/KM.01
.zt\)frzatz
Lamp :l(satu)bundel
Hal : Bimbingan
/
7
4703580
Website:u'rvn'.fdkuinjakarta.ac.id, E-mail:
[email protected]
Jakarta,
]
Maret 2013
Skripsi
Kepada Yth. Drs. Wahidin Saputra, MA Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Ass alamu'
alaikum I4r.
Wb.
Bersama ini kami sampaikan sebuah out line skripsi yang diajukan oleh mahasiswa FakLrltas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarla sebagai berikut, Nama
NIM Jurusan/Semester
Judul Skripsi
Uswatun Hasanah 109051000101 Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) / VIII Komunikasi Organisasi Forum Komunikasi Da'i Mudzr Indonesia (FKDMI) Wilayah Rawamangun Jakarta Timur.
Kami mohon kesediaannya untuk membimbing mahasiswa tersebut
dalam
penyusunan dan penyelesaian skripsinya pada waktu yang tidak terlalu lama.
Demikian, atas perhatian dan kesediaannya kami sampaikan terima kasih. Was
salamu' alaikum Wr. Wb.
Dekan Bidang Akaderruk
in Saputra, M 3 t99603 I 001,1 Tembusan : L Dekan 2. Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
I(EMENTERIAN AGAMA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
FAKULTAS ILMU DAKI^/AH DAN ILMU KOMUNIKASI Telepon/Fax : (021) 7 432728 Jl. Ir. H. Juanda No. 95 Ciputat 154L2
Nomor
:
Un.01/F5/KM.01
Indonesia
7
4703580
cl80
notl
id
ll
!4!l
il
.Zt\
/
Website: www.fdkuiniakarta.ac.id. E-mail : dakwah@fdk'uiniakarta'ac
Jakarta,
tDVtri ZOt:
Lamp :1(Satu)bundel
Hal : PenelitianAilat'ancara I(epada Yth. Ketua Forum l(omunikasi Da'i Muda Indonesia di TemPat
Assalamu' alaikum Wr. Wb.
Dengan hormat bersama ini karni sampaikan bahwa mahasiswa Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarla di bawah ini'
: Uswatun Hasanah Nama : i 0905 1000101 Nomor Pokok : Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) / VIII /Semester Jrrusan bermaksud melaksanakan penelitian/wawancara untuk bahan penulisan skripsi yang berjudul Pembinaan Forum Komunikasi Da'l Muda Indonesia ( FKDMI ) dalam Membina Kader di Wilayah Rawaqmangun Jakartu Timur' Sehubungan dengan itu, kami memohon kepada Bapak kiranya berkenan dirnaksud' menerima mahasiswa kami tersebut dalam pelaksanaan penelitian/wawancara Atas perhatian dan perkenan Bapak karni ucapkan terima kasih. Wassalamu' alaikum Wr. Wb.
Dekan,
Subhan, MA 1
Tetnbusan
:
Pernbantu Dekan Bidang Akaderuik 2. Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islanr Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu l(ornunikasi
l.
(l(Pl)
99303
| 004f
PETIGIIRU$ PU$AT tonuu ltlliltulllltn$I ltn'l iltunn lil[0ilt$tA
,
T PRFKBMI T
Sekretariat : Kampus Universitas lbnu Chaldun Jl. Pemuda I Kav.97 Rawamangun Pulogadung Jakarta 13220 Telp. (021) 37700591, 0856 7526547, 0815 861 83081
SURAT KETERANGAN 055/A/PP. FKDM! /SK
/ V /V I / 201 3
Perrgurus Fusat Forum Komunikasi Muda lndonesia (FKDMI), berdasarkan
surat dari Pembantu Dekan Bidang Akaciemik Fakuttas ltmu Dakwah dan ltmu Komunikasi Universitas lstam Negeri (UlN) 5yarif Hidayatuttah Jakarta, No: Un.01 /F5/Y\M.01.'J,{3480/2013 tertanggat 28 Mei 2013, dengan
ini menerangkan
bahwa: Na,na
Uswatun Hasanah
Nomor Pokoli
109051000101
Tempat/Tanggal Lahir
..lakarta, 06 Februari 1991
Semester
Vlll (Detapan)
Jurusan /Konsentrasi
Komunikasi dan Penyiaran lstam (KPl)
Atamat
Jt. Malaka I RT 008
RW 012 Keturahan Rorotan
Kecamatan Citincing Jakarta Utara
Tetah mengadakan penetitian dan wawancara di Forum Komui'rikasi Da''i Muda lndonesia (FKDMI) dengan Topik/Judul "Pembinaan Forum Kontunikasi Da'i
lAuda lnaonesia (FKDlAt) dalcm Membina Kader di Wilayah Rawamongun iakarta Timur".
Demikian surat keterangan
ini dibuat,
agar . dapat dipergunakan
sebagairnana mestinya.
Jakarta, 13 Juni 2013
is Jenderat FKDMI,{
t
ilil
ExL.
: J
KEIVIENTERIAN AGAMA UNIVERSITAS ISLANI NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
JIn. Ir. H. Juanda No. 95 Ciputat
Telepon/Fax: (02 1) 7 432728i'i' 4703580
Wetrsite: wwrv.fdkuin i akarta.ac.id
Email :
[email protected]
Nomor
: Un.01/FS/PP.00.9/zi1gcJ2013
Hal
: 1(satu) Berkas Skripsi : Ujian Skripsi
Lampiran
Jakafta, 3 September 2013
Kepada Yth. 1. Drs. H. Mahmud Jalal, MA 2. Umi Musyarrofah, MA 3. Dra. Rini Laili Prihatini, M Si 4. Ade Masturi, MA 5. Drs. Wahidin Saputra, iVi.A :
'
Ketua Sekretaris Penguji I Penguji ll Pembimbing
di
Jakarta Assal am u' al aiku m Wr.Wb.
Dekan Fakultas llmu Dakwah dan llmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta menunjuk Bapak/lbu sebagai Tim Penguji Skripsi mahasiswa/i di Fakultas llmu Dakwah dan llmu Komunikasi,
Nama
. Uswatun Hasanah
Tempat Tanggal lahir
: Jakarta, 06 Februari 1991 1 09051 0001 01 : KPI
NIM
Jurusan Judul Skripsi
.
Pembinaan Kader Forum Komunikasi
Da'i
Muda
lndonesia ( FKDMI) Wilayah Rawamangun Jakarta Timur. Ujian tersebut akan dilaksanakan pada Hari/Tanggal Waktu Tempat
Kamis, 5 Sepiember 20'13 Pk. 10.00 s/d 1 1 .00 WIB Ruang Munaqasah (Lantai 7A)
Untuk menunjang kelancaran ujian dimaksud, bersama ini kami kirimkan naskah skripsi yang akan diujikan, guna dipelajariiditeliti sebagaimana mestinya. Demikian penunjukan ini di sampaikan. Atas perhatian Bapakllbu, kami ucapkan terima kasih Wassa!am,
Tembusan
'1 Dekan 2. Kasubbag. Umum Fakultas llmu Dakwah dan llmu Komunikasi
Ajkd/Mr
HASIL WAWANCARA JUDUL SKRIPSI : PEMBINAAN KADER FORUM KOMUNIKASI DA’I MUDA INDONESIA
WILAYAH
RAWAMANGUN
JAKARTA
TIMUR
DALAM
MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERDAKWAH Pewawancara : Uswatun Hasanah
Hari
: Senin
Fakultas
: Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
tanggal : 10 juni 2013
Informan
: Ibrahim Ahmad Faqih, M.pd
Pukul : 08.15 – 10.15
1. Menurut Bapak bagaimana latar belakang sejarah berdirinya Forum Komunikasi Da’i Muda Indonesia ( FKDMI )? Jawab : Berdirinya FKDMI bersumber dari da’i muda sebagai generasi penerus yang sadar akan hak dan kewajiban serta peranan dan tanggung jawabnya kepada umat yang Rahmatan Lil ‘Alamin dan memberikan darma baktinya untuk memperjuangkan nilainilai Islam; ‘Amar Ma’ruf dan Nahi Munkar. Da’i muda berkewajiban sepenuhnya untuk bersama-sama membangun dan mewujudkan suatu masyarakat madani yang demokratis dan berkeadilan sosial, baik material maupun spiritual berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 dalam rangka mewujudkan cita-cita 2. Menurut Bapak kapan berdirinya Forum Komunikasi Da’i Muda Indonesia (FKDMI ) ini? Jawab : Bahwa Forum Komunikasi Da’i Muda Indonesia atau sering disingkat dengan FKDMI berdiri pada tanggal 17 Desember 1996 bertepatan dengan tanggal 14 sya’ban 1417 H di Jakarta, untuk waktu yang tidak terbatas yang berkedudukan di Ibukota Negara Indonesia. 3. Menurut Bapak apa tujuan didirikan Forum Komunikasi Da’i Muda Indonesia (FKDMI) ? Jawab : Tujuan didirikannya Forum ini ada dua point penting, yaitu : a. Terwujudnya komunikasi dan kerjasama dengan pihak lain guna mencapai tujuan dakwah. b. Terciptanya pribadi da’i yang berilmu dan beriman sempurna berdasarkan al Qur’an dan Sunnah Rasullullah.
4. Menurut Bapak apa Visi dan Misi Forum Komunikasi Da’i Muda Indonesia (FKDMI) ini? Jawab : visi organisasi ini adalah terwujudnya dan terciptanya da’i yang professional dalam menegakkan Islam Rahmatan Lil ‘Alamin. Adapun Misi organisasi ini adalah malaksanakan dakwah Islam, amar ma’ruf nahi mungkar. 5. Bagaimana jaringan organisasi Forum Komunikasi Da’i Muda Indonesia (FKDMI) ini terbentuk? Jawab : Struktur Organisasi FKDMI terdiri dari tingkat Pusat yang disebut dengan Pimpina Pusat yang berkedudukan di Jakarta sampai di tingkat Desa/Kelurahan yang disebut dengan Pengurus Ranting. 6. Apa saja Orientasi Program Forum Komunikasi Da’i Muda Indonesia ( FKDMI ) ? a. Mengadakan training kaderisasi anggota FKDMI dalam bentuk PCDM. b. Mengembangkan pembinaan dan peningkatan peran pemuda dan da’i muda sebagai upaya memperkuat kemmapuan da’i dalam berdakwah. c. Menciptakan infrastuktur organisasi yang mapan dan memadai. d. Mengadakan kewirausahaan dalm membangun jaringan pengusaha. e. Memprakarsai berbagai program aksi bersama antar umat beragama dalm gerakan pembangunan karakter bangsa yang bermoral. f. Berperan aktif dalam berbagai kegiatan-kegiatan keagamaan dan kesenian Islam. g. Memberikan bantuan hokum dan advokasi pada masyarakat yang membutuhkan. 7. Ada berapa pengurus di Forum Komunikasi Da’i Muda Indonesia (FKDMI) ? Jawab : Pengurus FKDMI yang sampai saat ini aktif berjumlah kurang lebih 69 orang pengurus yang membentuk departemen dan lembaga yang merupakan bagian dari kesatuan organisatoris FKDMI. 8. Menurut Bapak bagaimana sejarah adanya pembinaan kader di FKDMI Wilayah Rawamangun Jakarta Timur? Jawab : Peloporan kegiatan pembinaan kader disini tidak terlepas dari peran masyarakat yang ada di wilayah Rawamangun Jakarta Timur dan selalu membantu kegiatan yang ada dengan tekad kuat para pengurus untuk memajukan organisasi.
9. Apa tujuan diadakannya pembinaan kader di FKDMI Wilayah Rawamangun Jakarta Timur? Jawab : Yaa tujuan untuk memajukan dan mengembangkan pendidikan di bidang keagamaan Islam, mempererat hubungan siltaurrahmi atau persaudaraan antar umat Islam. Mengembangkan pembinaan dan peningkatan peran pemuda dan da’i muda sebagai upaya memperkuat kemampuan da’i dalam berdakwah 10. Menurut Bapak berapa kali kegiatan pembinaan kader da’i ini diadakan? Jawab : Kegiatan ini diadakan setiap seminggu sekali, tepatnya hari sabtu. 11. Bentuk kegiatan Apa yang Bapak berikan kepada peserta pembinaan kader da’i ini? Jawab : Biasanya lembaga ini memberikan latihan berpidato atau ceramah kepada peserta agar peserta bisa memahami cara berpidato didepan orang banyak itu seperti apa. 12. Menurut Bapak Hasil apa yang ingin dicapai dengan adanya kegiatan pembinaan kader da’i ini? Jawab : Semua peserta pembinaan kader da’i ini mempunyai pengetahuan tentang agama dan ilmu pengetahuan yang luas, agar ketika berdakwah tidak kehabisan bahan atau materi yang akan disampaikan 13. Materi apa saja yang Bapak berikan pada pembinaan kader da’i ini? Jawab : Materi yang diberikan biasanya Fiqih, Aqidah dan Akhlak. Dan yang terpenting disini yaitu pelatihan retorika dakwah.
Informan
Ibrahim Ahmad Faqih, M. Pd
HASIL WAWANCARA JUDUL SKRIPSI : PEMBINAAN KADER FORUM KOMUNIKASI DA’I MUDA INDONESIA
WILAYAH
RAWAMANGUN
JAKARTA
TIMUR
DALAM
MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERDAKWAH . Pewawancara : Uswatun Hasanah
Hari
: Senin
Fakultas
: Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
tanggal : 15 juni 2013
Informan
: Mohammad Nur Huda, S. sos
Pukul : 09.40 – 12.00
1. Menurut Bapak apa azas dan status FKDMI dibentuk? Jawab : Forum Komunikasi Da’i Muda Indonesia ( FKDMI ) berazaskan Pancasila dan FKDMI berstatus independen dan merupakan mitra kementerian Agama RI dan Institusi lain dalam melaksanakan program-program kerja. 2. Dari manakah sumber keuangan dalam pelaksanaan pembinaan kader yang biasa Bapak berikan kepada anggota FKDMI? Jawab : Ada 4 sumber penting dalam pendanaan, yaitu: a. Sumber-sumber dana di lingkungan FKDMI, umat Islam, dan tidak mengikat. b. Iuran anggota. c. Usaha yang sah dan halal. d. Bantuan yang tidak mengikat. 3. Menurut Bapak adakah persyaratan khusus menjadi anggota FKDMI? Jawab : Tidak ada persyaratan khusus dalam lembaga ini, yang terpenting : a. Beragama Islam. b. Berusia minimal 16 tahun dan maksimal 42 Tahun. c. Menyetujui, mentaati, dan siap melaksanakan AD dan ART FKDMI. 4. Dimana tempat para anggota mengikuti pembinaan kader da’i ini? Jawab : Yaa tempatnya di FKDMI ini, di lembaga ini sudah disiapkan tempat khusus untuk kegiatan pembinaan ini. 5. Materi apa yang Bapak berikan dalam pembinaan kader da’i ini?
Jawab : Materi yang diberikan disini intinya sih tentang pendalaman agama misalkan tentang dakwah dan juga ada pembelajaran Al-Qur’an dan Murotal. 6. Dalam pembinaan kader da’i ini, ada metode apa saja yang digunakan di FKDMI? Jawab : Ada banyak metode yang sering diapakai dalam pembinaan kader da’i disini diantaranya : metode diskusi, metode ceramah, metode tutorial, dan metode tanya jawab selam program pembinaan kader berlangsung. 7. Menurut Bapak Apa tujuan diadakannya pembinaan kader da’i ini? Jawab :
Dengan adanya pembinaan berharap semakin banyak da’i yang konsisten
mengajak para umat ke jalan yang di ridhai Allah dan bisa menyebarkan syariat islam sesuai dengan tuntunan Rasulnya. 8. Bagaimana bentuk dari kegiatan pembinaan ini menurut Bapak? Jawab : Bentuk kegiatan disini ya tentunya tentang pembinaan keagamaan, misalnya mengadakan kegiatan ceramah atau berpidato, kumpulan di majelis taklim. 9. Menurut Bapak kira-kira metode Apa yang sering dipakai dalam pembinaan kader da’i ini? Jawab : Disini metode yang sering dipakai yaitu metode diskusi meskipun banyak metode lainnya tetapi metode diskusi yang sering dipakai dalam kegiatan pembinaan ini. 10. Menurut Bapak Bagaimana respon anggota FKDMI terhadap pembinaan kader da’i? Jawab : Respon yang selalu ditujukan selalu member dampak positif bagi pengkaderan. Tapi tidak jarang masih banyak anggota yang sering bolos atau masih kurang respon terhadap materi atau sering bosan dengan materi yang ada. Akan tetapi semua bisa teratasi dengan proses berjalan sampai saat ini. Informan
Moh. Nur Huda, S.sos
HASIL WAWANCARA JUDUL SKRIPSI : PEMBINAAN KADER FORUM KOMUNIKASI DA’I MUDA INDONESIA
WILAYAH
RAWAMANGUN
JAKARTA
TIMUR
DALAM
MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERDAKWAH Pewawancara : Uswatun Hasanah
Hari
: Senin
Fakultas
: Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
tanggal : 16 juni 2013
Informan
: Abrohul Isnaini, S.Hi
Pukul : 08.15 – 10.15
1. Bagaimana pelaksanaan pembinaan kader di wilayah Rawamangun Jakarta Timur? Jawab : Pelaksanaan masing-masing program dan kegiatan pembinaan kader FKDMI di wilyah Rawamangun Jakarta Timur masing-masing dikelompokkan berdasarkan kategori pembinaan tersebut yaitu : pembinaan keterampilan, pembinaan keagamaan, pembinaan sosial. 2. Menurut Bapak, metode ceramah sudah efektif dilakukan dalam pembinana kader da’i di lembaga ini? Jawab : Dalam pelaksanaannya, penggunaan metode ini berupa ceramah interaktif. Pembina tidak selalu memberikan materi, akan tetapi diselingi dengan pertanyaanpertanyaan pancingan untuk mengetahui kemmapuan pada kader da’i tersebut faham dengan materi yang disampaikan atau tidak, paling tidak ingat dengan materi yang telah disamapaikan setiap penyampaian materi. 3. Bagaimana bentuk dari kegiatan pembinaan kader da’i di lembaga ini? Jawab : Bentuk dari kegiatan ini sendiri yaa mengadakan latihan cara berpidato, disini latihan tersebut diterapkan agar peserta mengerti atau memahami cara penyampaian dakwah itu seperti apa. 4. Dalam pembinaan kader da’i, ada metode apa saja yang digunakan di FKDMI?
Jawab : Metode yang sering digunakan dalam setiap kegiatan sering menggunakan metode- metode diskusi, meskipun masih ada metode lain seperti halnya metode ceramah, metode tutorial dan tanya jawab. 5. Apa tujuan diadakannya pembinaan kader da’i ini menurut Bapak? Jawab : menciptakan kader-kader da’i muda yang tahu akan agama islam seperti apa, dan juga tahu cara menyampaikan dakwahnya itu seperti apa. 6. Materi apa yang Bapak berikan dalam pembinaan kader da’i ini? Jawab : Materi yang diberikan tentang pelajaran agama, selain itu juga ada retorika dakwah. 7. Kira-kira metode apa yang sering dipakai dalam pembinaan kader da’i ini? Jawab : Metode yang sering digunakan dalam segtiap kegiatan sering menggunakan metode-metode diskusi, meskipun masih ada metode ada metode lain seperti halnya metode ceramah, metode tutorial dan metode tanya jawab. 8. Dimana tempat biasanya para kader mengikuti kegiatan pembinaan kader da’i ini? Jawab : Kalau tempat biasanya ya di lembaga ini sendiri, lembaga ini sudah menyiapkan tempat khusus untuk kegiatan pembinaan ini. 9. Menurut Bapak hasil Apa yang dicapai dengan adanya kegiatan pembinaan kader da’i ini? Jawab : dari beberapa kegiatan yang ada, hasil yang dicapai dalam pelaksanaan kegiatan pembinaan kader da’i ini FKDMI mampu menjalankan program kegiatannya dengan baik. Dari hasil yang terlihat, lembaga ini telah banyak berperan aktif dalam pembinaan para kader da’i muda bahkan mampu melahirkan da’i-da’i baru yang kini aktif tersebar di masyarakat luas.
Informan
Abrohul Isnaini, SH.i
HASIL WAWANCARA JUDUL SKRIPSI : PEMBINAAN KADER FORUM KOMUNIKASI DA’I MUDA INDONESIA
WILAYAH
RAWAMANGUN
JAKARTA
TIMUR
DALAM
MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERDAKWAH Pewawancara : Uswatun Hasanah
Hari
: Senin
Fakultas
: Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
tanggal : 16 juni 2013
Informan
: Peserta Ikhwan Mufti
Pukul : 10.15-12.00
1. Apa alasan Anda mengikuti kegiatan pembinaan kader da’i ini? Jawab : Saya ingin menambah wawasan tentang ilmu agama Islam. 2. Sudah berapa Anda mengikuti kegiatan pembinaan kader da’i di lembaga ini? Jawab : Saya sudah mengikuti kegiatan hampir 3 tahun lebih. 3. Apa yang Anda dapat dari mengikuti kegiatan pembinaan kader da’i ini? Jawab : Dengan mengikuti kegiatan ini saya banyak mendapatkan ilmu disini diantaranya: ilmu berbicara di depan orang banyak, ilmu berani berhadapan dengan orang banyak juga. 4. Selain metode dakwah, materi apa saja yang diberikan oleh pembimbing? Jawab : Materi yang disampaiakan pokoknya tentang pelajaran agama diantaranya Fiqih dan Akhlak. 5. Menurut Anda apakah kegiatan pembinaan kader da’i sudah bagus dan berjalan dengan lancar? Jawab : Tentu sudah bagus, buktinya dengan mengikuti kegiatan ini saya jadi berani berbicara dengan orang banyak.
Informan
Ikhwan Mufti
Foto Logo Forum Komunikasi Da’i Muda Indonesia (FKDMI)
FOTO KEGIATAN PEMBINAAN KEAGAMAAN PELATIHAN HADROH
SILATURAHMI ANTARA PENGURUS WILAYAH