PEMBINAAN JEMAAT DAN IMPLEMENTASINYA Oleh: Pdt. Sylvia Soeherman Sesi I Dasar Pemikiran
Matius 28:20 (bdk. Mat.7:24). Ajarlah untuk melakukan semua perintah. Sekali lagi “mendengar dan melakukan.” Roma 12:2. Kita diperintahkan untuk menjadi tidak serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaruan budimu – menguji apa yang baik, yang menyenangkan/dapat diterima, dan yang sempurna menurut Allah.
Manusia lahir dalam budaya yang tidak serupa dengan kebenaran Allah. Figure 3.6. Socio Cultural Development. Culture (pre-exists the individual)
Culture (Individual grows up within the culture)
Emergence of Individual Mental Process within
Source: James R. Estep dan Jonathan H. Kim (ed.), Christian Formation: Integrating Theology and Human Development (Nashville: B & H Academy, 2010).
Tujuan Pembinaan: Efesus 4:11 – 16. Allah yang memberikan pengajar – dengan tujuan jeaat memiliki pemahaman yang benar dan berfungsi sebagaimana mestinya sebagai anggota tubuh Kristus. Alat yang Tuhan pakai: Surat 2 Tim.3:16. Alkitab berkuasa mengubah konsep berpikir dan perilaku orang percaya. Tulisan Jonathan Edwards, “Seek not to grow in knowledge chiefly for the sake of applause, and to enable you to dispute with others, but seek it for the benefit of your souls and in order to practice.” Pembinaan bukan sekadar untuk cari pengertian rasional demi mendapatkan pujian dari oranglain, atau untuk berdebat.
Tantangan zaman: Different backgrounds of people, could cause diffferent responds to phenomena. The same words may mean different things to different people! Teori Piaget: Organization in Human Minds Asimilasi Existing schemes MIND
New schemes
equillibration
Akomodasi
1
WORLD
Setiap manusia punya “Existing Schemes” (struktur pemikiran yg sudah dimiliki seseorang akibat pengalaman masa kecil). Cth. Dari sejak kecil orangtua sudah menunjukkan kepada anaknya tentang gambar kuda, anjing, kerbau, dsb. Suatu hari ia ke desa, ia melihat hewan ‘sapi’. Anak itu, beradaptasi, dan menyesuaikan konsepnya dengan fenomena (dunia) yang ia lihat: Ia berasimilasi: Ia pikir, ini kuda atau anjing? Ia menyesuaikan fenomena yang baru dengan konsepnya yang ada di pikirannya. Ia berusaha melakukan equilibration (pencocokkan). Salah satu bentuknya, anak itu berpikir: “Ah, ini kuda yang kegendutan.” Tapi selain dengan melakukan equilibration, ada juga yang melakukan akomodasi (sesuatu yang baru menjadi schema-nya). Jadi ada proses ditambahkan. Kini anak itu punya schema baru. Source: William R. Yount, Created to Learn: A Christian Teacher’s Introduction to Educational Psychology (Nashville” B & H Academic, 2010). Implikasi teori Piaget: Tujuan akhir dari pembinaan jemaat adalah: Jemaat memahami kebenaran dan itu mengubah hidup mereka. Asimilasi Roh Kudus
Salib equillibration
Spiritual Understanding
SALIB
Akomodasi
Setiap manusia punya Beberapa hal yang perlu dilakukan: 1. Pahami skema dari jemaat yang kita layani. Caranya: Identifikasi apa yang jemaat pikirkan berdasarkan pembicaraan mereka di luar waktu pembinaan; tidak perlu sampai kita tahu semuanya. Identifikasi core-beliefs mereka (apa yang mereka pahami dan hidupi). 2. Pahami jemaat menafsirkan hal baru berdasarkan skema yang mereka sudah miliki 3. Sadari bahwa jemaat perlu waktu dan pertoongan untuk dapat mengubah skema mereka – tidak selalu mereka akan langsung mengubah skema mereka. 4. Dalam belajar, seseorang membutuhkan sesuatu yang baru yang membuat mereka menambah pemahaman yang baru atau berpikir kembali atas apa yang mereka sudah pahami – perlu disequilibrium yang tepat. 5. Kita membutuhkan pertolongan dari Roh Kudus dalam memahami kebenaran – Yoh.16:13. Teori kedua: Information Processing Model. Lihat halaman 113 PDF. http://peoplelearn.homestead.com/BEduc/Chapter_5.pdf Kita akan membuang informasi yang tidak signifikan bagi kita. 2
Dalam pembinaan jemaat: 1. Menarik perhatian jemaat. Buat materi pembinaan secara menarik. Ada banyak stimuli yang dilihat oleh jemaat. Pengajar perlu untuk menarik perhatian jemaat kepada stimuli yang dikehendaki. 2. Kita perlu rehearsel (pengulangan). Penekanan kembali. Konsep pengajaran yang penting perlu untuk diulang dalam bentuk yang bervariasi untuk menolong jemaat mengingatnya (Ulangan 6:7). Ingat: Paham berarti kita mampu mengatakan kembali konsep itu dengan kata-kata kita sendiri (Parafrase). 3. Pelibatan jemaat dalam latihan/praktek. Ada proyek ketaatan. Melatih jemaat untuk mengalami. Rancangkan pengajaran yang mendorong jemaat untuk melakukan kebenaran – karena dengan demikian mereka akan memahami dan mengingatnya dengan lebih baik. 4. Emosi memegang peranan penting dalam mengingat ataupun menerimapengajaran.Oleh karena itu, perlu diperhatikan kesaksian dan relasi pengajar. Sesi II Pengertian Kurikulum: Curriculum is all of lifes experiences, both planned and unplanned. Etimologis: Lintasan lari (yang kita lewati dan dibatasi, unplanned or planned). Source: Dan Lambert, Teaching that Makes a Differences: How to Teach for Holistic Impact (Michigan: Zondervan, 2004), p.96. Lima macam kurikulum: 1. Written curriculum: Kurikulum tertulis yang disiapkan secara terencana. Konteks penulisan adalah menurut konteks penulis, bukan siswa. Contoh: Bahan PA; bahan katekisasi; jadwal kotbah; jadwal komisi; jadwal kegiatan. 2. Curriculum in use: Kurikulum yang disampaikan oleh pengajar di dalam kelas. Kurikulum yang disampaikan guru dengan cara seleksi, misalnya karena keterbatasan waktu ajar di kelas. Bisa jadi sesuai yang tertulis,atau ada juga yang ditambahkan oleh guru sendiri. Pengajar adalah koki (memasak). 3. Hidden curriculum: Kurikulum yang tidak tertulis, namun terjadi di dalam kelas. Sesuatu yang terjadi di dalam kelas yang tidak direncanakan, dan itu yang dipelajari. Hidden, artinya tidak nyata-nyata. Anak/jemaat banyak belajar dari hidden curriculum ketimbang yang diajarkan nyata-nyata. Sesuatu yang dilakukan karena tradisi/kebiasaan. Bisa negatif; bisa positif. Misalnya: Kita merancang jadwal-jadwal hanya sebagai kebiasaan/tradisi; melakukan kunjungan atau berdoa syafaat harus rohaniwan; standar moral pemimpin harus lebih tinggi daripada pengikut; yang harus membersihkan gereja hanya rohaniwan. 4. Null Curriculum: Kurikulum yang tidak diajarkan di dalam gereja, karena itu tidak dianggap penting oleh jemaat. Misalnya: Karena gereja tidak pernah mengajarkan tentang hidup bernegara, maka jemaat mengira itu bukanlah sesuatu yang tidak penting. 3
5. Received Curriculum: Konsep dan isi pelajaran yang diterima oleh jemaat. Kurikulum yang dicerna oleh si pembelajar. Jemaat belajar dari hidden curriculum bahwa saya harus menyusun jadwal seperti ini dan ini. Teachable moment: momen dimana seseorang belajar karena memiliki signifikansi urgen bagi orang itu (Ini melibatkan curriculum in use lalu kemudian received curriculum). Beberapa pertanyaan yangmenjadi bahan evaluasi: 1. Apa isi pengajaran yang disampaikan dan tidak disampaikan di dalam pembinaan jemaat? 2. Apa pengajaran yang secara tidak terencana disampaikan? 3. Apa pengajaran yang diterima oleh jemaat? Pembelajaran ada bermacam-macam tingkatan, dari yang mudah sampai yang sulit untuk dipahami (Ibrani 5:11 – 15). Artikel: “Who Chew My Crackers” Bdk. judul artikel: http://journals.biola.edu/cej/assets/12/2-2-302.pdf Bloom Taxonomy – Knowledge Every round goes even higher! Evaluation Synthesis Analysis Application Comprehension Knowledge (Kis.17:11) Baik hati = noble (sikapnya terhadap kebenaran: ingin paham kebenaran). Allah menghendaki kita untuk benar-benar menelaah kebenaran dan memahaminya. Afektif
Characterization (The learner develops a style of life which reflects his total philosophy of life) Organization (The learner brings several values to bear on a situation) Valuing (The learner commits himself to something because he sees value in it) Responding (The learner becomes interested in the subject) Receiving (The learner becomes aware of something – a situation, idea, etc. He may even stop to pay attention to it).
Langkah-langkah pembinaan: 1. Miliki pemahaman arti menjadi orang kristen yang melingkupi being, thinking, doing. 2. Cari tahu kondisi jemaat kita. 4
3. Rancang pembinaan bertahap – cope and sequence (area pembinaan dan seberapa sering bagian tersebut akan dibahas) – dengan mengingat: a. Tujuan akhir dari pembinaan (being a christian) b. Keberadaan dari macam-macam bentuk kurikulum c. Cara jemaat belajar d. Mempersiapkan pembinaan awam. e. Melakukan evaluasi atas yang sudah dilakukan. Guru (pemanah) Metode (busur) Lesson (anak panah) Goal (sasaran). Cari Jack’s story (buku Bill Hull, Christlike) dikotomi dalam kehidupan Jack. Perhatikan: Core belief/yang saya percaya adalah yang benar-benar saya hidupi. Inilah yang perlu kita tanyakan kepada jemaat kita. Pembinaan: Seek knowledge bukan untuk applause atau seek dispute, tapi untuk practice and feeding soul. (Pembinaan Rohaniwan Sinode GK Kalam Kudus Jayapura di Gd. Central Park, Jakarta, Jumat, 29 Juni 2012)
5