PEMBINAAN AKHLAK SISWA MELALUI PROGRAM BOARDING SCHOOL (Studi kasus di Madrasah Tsanawiyah Al-Hidayah Boarding School Depok) Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)
Disusun oleh: MIRA KHUMAIROH 108011000147
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1434 H/2013 M
Tl
b#
PEMBINAAN AKTILAK SISWA MELALUI PROGRAM BOARDING SCHOOL (studikasusdi MTs Al-HidayahBoardingSchoolDepok)
Skripsi DiajukankepadaFakultasIlmu TarbiyahdanKeguruanuntukmemenuhi SyaratMencapaiGelarSarjanapendidikanIslam (S.pd.I)
Disusunoleh: Mira Khumairoh NrM. 10801t000r47
: 195809181987012001
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1434HJ2013M
F
LEMBAR PENGESAHANPEMBIMBING SKRIPSI
Skripsi berjudul "Pembinaan Akhlak Siswa Melalui Program Boarding School (studi kasus di MTs Al-Hidayah Boarding School Depok)" disusunoleh Mira Khumairoh,Nomor Induk Mahasiswa108011000147, Jurusanpendidikan AgamaIslam.Telahmelalui bimbingandandinyatakansahsebagaikaryailmiah yang berhakuntuk diujikanpadasidang Munaqasaftsesuaiketentuanyang ditetapkanoleh Fakultas.
Jakarta, 13April20l3
YangMengesahkan,
809181987012001
l,i
$'r'
t' I l
LEMBAR PENGESAHAN Skripsi berjudur: o'pembinaan Akhrak siswa Merarui program Boarding school (studi kasus di MTs Al-Hidayah Boarding Schoor Depok),, diajukan kepadaFakultas Irmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) uIN syarif Hidayatuilah Iakartadan terahdinyatakanlurus daram ujian munaqosahpadatanggar14 Mei 2013 dihadapandewan penguji. Karena itu, penurisberhak memperorehgerar sarjanasl (s.Pd.I)darambidangpendidikan AgamaIsram.
panitia sidangMunaqasan
Jakarta'16Mei 2013
Tanggal
KetuaPanitia Bahrissalim" MA NIP. 196803071998031 002
P/r.tus
Sekertaris(SekertarisJurusan/program Studi) r\rr. ryoluJt6'2tJtJ033 19670328 2000331 001 PengujiI M. Zuhdi.Ph.D NIP. 19720704199703| 002
trb/t
Penguji2 Drs. HA. Gholib.MA NrP. 19s4101s1979021
/akB
NIP.19s20520 198103 I 001
TandaTangan
k'/
lii' i
SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH Yang bertandatangandi bawahini, Nama
. Mira Khurnairoh
NIM
: 108011000147
Jurusan
: pendidikanAgamaIslam
AngkatanTahun
:200g/2009
Alamat
: Jl. RawadenokRT. 02101No. 52 Kel. Rangkapan aya Baru Kec. pancoranMas Depok.
Menyatakan dengansesungguhnyabahwa: skripsi ini berjudul "PembinaanAkhlak Siswa Melalui progrant Boarding school (studi kasus di MTs Ar-Hidayah'Boarding schoor Depok),, adarah benar hasir karya sendiri di bawah bimbingan dosen: Nama
: Dra.DjunaidatulMunawaroh, M.A
NIP
:195809181987012001
Dosen Jurusan
: Pendidikan AgarnaIslam
Demikian surat pemyataan ini saya buat dengan sesungguhnyadan saya siap menerimasegalakonsekuensiapabila skripsiini bukanhasilkarya sendiri.
Jakarta,l3 April20l3 Yang Menyatakan,
NtM.lQsor iooot+z
ABSTRAK Mira Khumairoh Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. PEMBINAAN AKHLAK SISWA MELALUI PROGRAM BOARDING SCHOOL (Studi Kasus di MTs Al-Hidayah Boarding School Depok) Akhir-akhir ini dunia pendidikan menyajikan fakta yang memprihatinkan. Persoalan penyimpangan perilaku siswa sampai pada titik yang mencengangkan, di mana lembaga pendidikan formal mengalami kegagalan membentuk sikap dan perilaku siswa. Tawuran antar sekolah, siswa masuk dalam pengaruh narkoba yang mematikan, terjebak pola hidup yang jauh dari nilai-nilai sosial dan agama. Fakta demikian mengharuskan lembaga pendidikan memikir ulang proses pembelajaran di sekolah dan di rumah. Keprihatinan kondisi pendidikan kemudian banyak disikapi oleh pendidikan Islam, termasuk sekolah Al-Hidayah Boarding School. Untuk menanggulangi kenakalan-kenakalan siswa, HBS menawarkan program sekolah berbasis asrama agar mampu memantau secara langsung untuk membentuk perilaku siswa agar mampu bertindak sesuai dengan tuntutan lingkungan dan nilai-nilai islami. Program sekolah berasrama HBS kemudian dikaji dengan pendekatan deskriptif untuk merekam bagaimana pengembangan kualitas pribadi siswa dengan nilai-nilai islam yang dilakukan oleh HBS. Penelitian yang dilakukan di sekolah Al-Hidayah Boarding School menggunakan pendekatan kualitatif sehingga mampu menjelaskan perubahan perilaku siswa dan mengetahaui kendala dan hambatan yang dihadapi HBS dalam melakukan pengembangan akhlak siswa. Pendidikan berbasis asrama yang terdapat pada sekolah HBS di Depok Jawa barat ini menunjukkan hasil yang efektif untuk melakukan pembinaan akhlak siswa. Program-program yang diselenggarakan mampu mempengaruhi sikap siswa meskipun harus diawali dengan usaha pembiasaan. Dan tidak bisa dinapikan juga usaha pengembangan perilaku siswa juga harus berhadapan dengan hambatan yang luar biasa seperti keterbatasan guru untuk memonitoring dengan ketat karena hanya sebagain kecil saja guru yang menetap di lingkungan asrama sekolah. Akan tetapi secara umum berdasarkan parameter yang tersedia terdapat perubahan yang sangat signifikan pada akhlak siswa dengan sistem boarding school.
Key: Pembinaan Akhlak Siswa
i
KATA PENGANTAR Segala puji serta syukur penulis curahkan kepada Allah Swt. atas limpahan rahmat dan kasih sayang-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Juga şalawat dan salam penulis haturkan kepada sayyidina Muhammad Saw. sebagai uswah hasanah suluruh umat manusia. Dalam menulis skripsi ini tentu tidak selamanya berjalan mulus, banyak terdapat hambatan-hambatan yang didapati penulis namun semua itu dapat dilalui oleh penulis atas rahmat dan kehendak dari Allah Swt serta dukungan-dukungan dari orang-orang yang turut memberikan semangat dan motivasi sehingga penulis dapat bangkit kembali dan menyelesaikan skripsi ini dengan penuh semangat. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sedalamdalamnya kepada: 1. Prof. Dr. Rif’at Syauqi Nawawi M.A. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta 2. Bahrissalim M.Ag. dan Drs. Sapiudin Shidiq M.Ag. selaku Ketua dan Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam, yang telah membimbing penulis dalam perkuliahan sampai selesai 3. Dra. Djunaidatul Munawaroh, M.A. selaku dosen pembimbing skripsi, penulis ucapkan banyak terimakasih atas kesediannya meluangkan waktu disela-sela kesibukan beliau untuk membimbing serta mengarahkan penulis dengan penuh ketelitian dan kesabaran selama proses penyusunan skripsi. 4. Tanenji, M.A. selaku dosen Penasihat Akademik yang telah membimbing serta memberikan motivasi, saran dan nasihat kepada penulis untuk tetap semangat dan bersungguh-sungguh dalam menjalani setiap fase-fase dalam perkuliahan. 5. Segenap Dosen, Staff dan Karyawan Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah meberikan kemudahan kepada penulis dengan fasilitas dan pelayanan yang baik. 6. Segenap Staff Perpustakaan Utama, Perpustakaan Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta serta Perpustakaan Iman Jama’ sebagai sumber referensi bagi skripsi penulis.
ii
7. Anshari Jayadi M.A, Direktur Al-Hidayah Boarding School Depok dan para guru yang telah mengizinkan dan membantu penulis dalam melakukan penelitian skripsi ini. 8. Terkhusus orang tua tercinta; Ayahanda Saipudin Zuhri S.Ag dan Ibunda Ida Farida S.Pd serta adik-adikku Miftahul Rizki dan M. Zaid An-Nashohi, terimakasih yang sedalam-dalamnya penulis ucapkan atas doa, nasihat, dukungan serta kasih sayang yang tiada henti mereka curahkan kepada penulis. Juga kepada keluarga besar H. Mugni bin H. Hanafi dan H. M. Nur bin H. Nipan yang telah memberikan banyak dukungan serta doa kepada penulis. 9. Kepada Deden Supriadi S.Pd.I yang telah dengan setia mendampingi penulis serta memberikan dukungan, motivasi dan bantuan kepada penulis dengan penuh ketulusan, penulis ucapkan banyak terimakasih. 10. Terimakasih kepada Armidis S.Pd yang telah memberikan inspirasi serta bantuan kepada penulis. 11. Terimakasih kepada para sahabat: Devi Febrina, Siti Rahimah, Epip Yukhopipah, Ade Sri Rahayu dan seluruh sahabat PAI C yang penulis tidak dapat sebutkan namanya secara keseluruhan. Teman-teman PAI Angkatan 2008. Juga kepada sahabat PPKT. Serta Sahabat IKMD. Semoga tali silaturrahim kita tetap terjaga selamanya. Amin. Tentu masih banyak lagi pihak-pihak yang turut membantu dalam penulisan skripsi ini namun penulis tidak dapat menyebutkannya secara keseluruhan penulis ucapkan banyak terimakasih. Jazakallah Khairon Kaśiron.
Tangerang, 13 April 2013 Penulis,
Mira Khumairoh
iii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peran pendidikan dalam membangun peradaban manusia tidak diragukan lagi. Pendidikan menjadi alat yang efektif untuk membangun kesadaran manusia agar mampu menciptakan kehidupan sosial yang tentram. Hal utama yang mesti diperhatikan dari usaha membangun kehidupan yang damai itu adalah membentuk perilaku manusia agar bertindak sesuai dengan ketentuan dan nilai yang berlaku dalam masyarakat. Dengan demikian dalam rangka membina akhlak siswa tersebut, pendidikan juga dijadikan lembaga dalam menyemai nilai-nilai islami sehingga bisa tercipta kehidupan sosial yang harmonis baik hubungannya dengan dunia sekitarnya atau pun hubungan dengan sang pencipta atau yang dikenal dengan hubungan vertikal. Kedudukan akhlak dalam kehidupan manusia, baik sebagai individu maupun masyarakat dan bangsa menempati posisi penting, sebab jatuh bangunnya suatu masyarakat tergantung kepada akhlak yang dimiliki. Jika akhlaknya baik, maka sejahteralah lahir dan batinnya. Tetapi, jika akhlaknya rusak, maka akan rusak pula kehidupan masyarakat tersebut.1 Usaha pembinaan akhlak pun mesti digalakkan baik melalui lembaga pendidikan mapun lembaga sosial lainnya melalui. Hal ini dikarenakan akhlak merupakan tujuan dari pendidikan, latihan, pembinaan dan perjuangan yang 1
M. Yatimin Abdullah, Studi Akhlak Dalam Perspektif Al-Qur’an, (Jakarta: Amzah,
2007), h. 1
1
2
sungguh-sungguh. Pembinaan ini bertujuan membentuk pribadi-pribadi muslim yang berakhlak mulia, taat kepada Allah dan Rasul-Nya, hormat pada kedua orang tua, serta sayang pada sesama makhluk Tuhan. Sebaliknya, kalau anak-anak terlepas dari pembinaan orang tua, sekolah dan lingkungan sosial maka akan menghasilkan anak-anak yang nakal, berperilaku menyimpang, melakukan berbagai perbuatan tercela. Upaya pembentukaan akhlak manusia juga selaras dengan tujuan pendidikan nasional seperti tercantum dalam UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 Pasal 3 bahwa pendidikan bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.2 Pembinaan semacam ini semakin diperlukan mengingat besarnya tantangan lingkungan dan tuntutan global yang menghadang kehidupan. Dampak dari kemajuan IPTEK misalnya sangat sangat mempengaruhi perilaku manusia. Kecanggihan teknologi saat ini memudahkan orang dalam berkomunikasi tanpa mengenal ruang dan waktu. Peristiwa yang terjadi dibelahan dunia mana pun dalam hitungan menit dapat dilihat diberbagai Negara melalui internet, faximile, film, buku-buku. Tentu dengan segala konsekuensi dan dampak negatifnya. Begitu pula produk obat-obat terlarang, minuman keras dan pola hidup materialistik dan hedonistik semakin menggejala dan menjadi trend hidup yang dalam lingkungan kita dewasa ini.3 Ini semua adalah ekses dari kemajuan teknologi yang terkadang merongrong akhlak dan nilai timur yang selama ini kita anut. Pada sisi yang lain, fenomena yang sering disajikan seperti kurangnya waktu bersama keluarga karena sibuk dengan beban kerja yang menumpuk sehingga mengabaikan peran vitalnya sebagai orang tua yang seharusnya membimbing anaknya. Kurangnya alokasi waktu untuk keluarga berakibat negatif pada pertumbuhan anak. Anak sering mengekspresi kekesalannnya melalui 2
Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta, PT Raja Grafindo Persada, 2005) Cet ke-4, h. 310 3 Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1996), h 157.
3
tindakan-tindakan yang melampaui batas-batas kewajaran hanya untuk mencari perhatian keluarga. Oleh karena itu, dengan perubahan lingkungan sosial yang begitu pesat meningkatkan tantangan dan pengaruh yang tidak kecil bagi perkembangan pribadi anak. Tantangan seperti meluasnya peredaran obat terlarang, narkotik, pergaulan bebas, tawuran remaja sehingga menumbuhkan kekhawatiran pada para orang tua.4 Salah satu contohnya yaitu perkelahian antar individu, atau antar kelompok (tawuran) sering terjadi di antara pelajar belakangan ini. Bahkan tidak hanya antar pelajar SMU, tapi mahasiswa antar kampus pun sering terlibat dalam tawuran seperti ini. Di kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, dan Medan, tawuran ini sering terjadi. Di Jakarta misalnya tawuran terjadi antar sekolah SMK, menewaskan seorang pelajar berumur 17 tahun menderita luka karena terkena lemparan batu dibagian kepala, luka tusuk di selangkangan paha kiri. Pada akhirnya meninggal dunia.5 Peristiwa itu menambah daftar korban akibat tawuran pelajar. Data Komnas Perlindungan Anak mencatat jumlah tawuran pelajar pada 2012 mencapai 339 kasus dan 82 orang tewas. Jumlah itu meningkat 165% dari 128 kasus pada tahun sebelumnya. Jika mengacu pada data tersebut menyajikan fakta bahwa angka tawuran semakin meningkat.6 Dari data-data di atas, perilaku siswa mengkhawatirkan masyarakat, khususnya para orang tua yang mengharapkan anak-anak berperilaku baik dan berakhlak terpuji. Para orang tua berupaya mencari jalan keluar dari kekhawatiran itu dengan menyerahkan tanggung jawab pembinaan anak-anaknya pada lembaga pendidikan dan melakukan pembinaan akhlak anak-anaknya kepada lembaga sekolah. Dalam rangka menjawab persoalan tersebut sistem pendidikan menawarkan pendidikan formal di sekolah sekaligus adanya sistem pengawasan terpadu di luar sekolah atau biasa dikenal dengan sistem boarding school. Boarding school sendiri merupakan sebuah lembaga pendidikan yang menerapkan 4
Nurhayati Djamas, Dinamika Pendidikan Islam di Indonesia Pascakemerdekaan, (Jakarta: Rajawali,Pers, 2009), h.152-153. 5 http://www.harianterbit.com/2012/09/13/pembunuh-pelajar-diburu-polisi/ 6 http://alfinasj.blogspot.com/2012/01/tawuran-pelajar.html
4
pola pendidikan seperti pondok pesantren. Para siswanya tinggal di asrama dan diasuh langsung dari Pembina asrama dan guru. Model ini menerapkan pola pendidikan terpadu antara penekanan pada pendidikan agama yang di kombinasi dengan kurikulum pengetahuan umum yang menekankan pada penguasaan sains dan teknologi. Fenomena baru dalam lingkungan sekolah formal kita menyita perhatian penulis untuk mengetahui lebih dalam tentang proses-proses program yang dilakukan di sekolah Al–Hidayah Boarding School Depok, dalam membina akhlak peserta didiknya. Dari latar belakang masalah di atas, peneliti bermaksud mengangkatnya ke dalam penulisan skripsi dengan judul “PEMBINAAN AKHLAK SISWA MELALUI PROGRAM BOARDING SCHOOL (studi kasus di MTs AlHidayah Boarding School Depok)”.
B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasi masalahmsalah dalam penelitian ini, diantaranya: 1. Keterbatasan orang tua dalam memberikan perhatian dan pengawasan kepada anak selama masa pertumbuhan dan perkembangannya. 2. Kesibukan orang tua menjadikan kurangnya kasih sayang yang akhirnya anak melampiaskan perilakunya sesuai keinginanannya sendiri tanpa mempedulikan etika dan sopan santun. 3. Meningkatnya kenakalan anak karena dampak dari perkembangan teknologi dan akses informasi yang pesat sehingga mempengaruhi perilaku dan kehidupan mereka. 4. Timbulnya kekhawatiran orang tua terhadap perubahan lingkungan sosial yang cenderung bersifat negatif (akhlak tercela).
5
C. Pembatasan Masalah Untuk memperjelas dan memudahkan pokok persoalan dalam penelitian ini, maka peneliti memberikan batasan masalah sebagai berikut: 1. Pembinaan akhlak yang dimaksud adalah pembinaan sikap dan perilaku siswa terhadap Allah, Rasul-Nya, Orangtua (termasuk Kyai/Ustadz) dan santun dalam pergaulan melalui program yang diselenggarakan di AlHidayah Boarding school Depok di luar kegiatan kurikuler. 2. Strategi pembinaan akhlak dalam boarding school yang dibahas mencakup tujuan dan kegiatan tentang peran dan tanggung jawab. 3. Perilaku moral siswa sebagai hasil dari strategi pembinaan akhlak, faktor pendukung
dan
penghambat
serta
jalan
yang
ditempuh
untuk
menyelesaikannya. 4. Siswa yang menjadi obyek penelitian adalah siswa HBS tahun 2012/2013.
D. Perumusan Masalah Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah yang akan diteliti dan dijawab dalam penelitian ini adalah bagaimana pembinaan akhlak siswa MTs AlHidayah Boarding School melalui program Boarding School. Berikut di sampaikan pertanyaan penelitian yang berkaitan dengan pembinaan akhlak, yaitu: “Bagaimana pembinaan akhlak siswa melalui program boarding school yang dilakukan di MTs Al-Hidayah Boarding School Depok?”
6
E. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui cara yang dilakukan oleh sekolah dalam melakukan pembinaan akhlak anak MTs Al-Hidayah Boarding School melalui program Boarding School. 1. Untuk mengetahui program Boarding School dalam pembinaan akhlak siswa yang dilaksanakan di MTs Al-Hidayah. 2. Untuk mengetahui peran dan tanggung jawab yang dilakukan oleh pengasuh, pengurus, siswa dalam pembinaan akhlak. 3. Untuk mengetahui strategi dan alat pendidikan yang dikembangkan dalam pembinaan akhlak. 4. Untuk mengetahui perilaku moral siswa MTs Al-Hidayah sebagai wujud dari pembinaan akhlak. 5. Untuk mengetahui faktor pendukung dan faktor penghambat dalam pembinaan akhlak.
F. Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian adalah sebagai berikut: 1. Bagi Penulis Sebagai salah satu persyaratan untuk menyelesaikan studi S1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Bagi Guru Al-Hidayah Boarding School Untuk dapat dijadikan informasi bagi para pendidik dalam pembinaan akhlak anak. 3. Bagi Siswa Al-Hidayah Boarding School Untuk memberikan pengetahuan tentang pembinaan akhlak agar melekat dalam dirinya. 4. Bagi masyarakat Untuk memberikan tambahan pengetahuan tentang pembinaan akhlak melalui Boarding School.
DAFTAR ISI
ABSTRAK ………………………………………………………………………i KATA PENGANTAR ………………………………………………………….ii DAFTAR ISI ……………………………………………………………………iv BAB I
PENDAHULUAN A. LatarBelakangMasalah………………………………………1 B. IdentifikasiMasalah …………………………………………..4 C. PembatasanMasalah………………………………………….5 D. PerumusanMasalah …………………………………………..5 E. TujuanPenelitian ……………………………………………..6 F. ManfaatPenelitian ……………………………………………6
BAB II
KAJIAN TEORI DAN HASIL PENELITIAN YANG RELEVAN A. PembinaanAkhlakdalamPendidikanIslam 1. PengertianPembinaanAkhlak ……………………………7 2. RuangLingkupAkhlak …………………………………..11 3. StrategiPembinaanAkhlak……………………………...18 4. Alat yang EfektifdalamPembinaanAkhlak …………….24 B. Boarding School 1. Pengertian Boarding School ……………………………..29 2. Unsur-unsur Boarding School……………………………30 3. Program Boarding School ……………………………….32 4. AspekPositif Boarding School ………………………….34 C. KerangkaBerfikir ……………………………………………36 D. HasilPenelitian yang Relevan ………………………………36
iv
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN A. TempatdanWaktuPenelitian ……………………………….38 B. Setting Penelitian……………………………………………39 C. MetodePenelitian ……...….…………………………………40 D. ProsedurPengumpulan Data …………………………….…..41 E. ProsedurPengolahan Data danAnalisis Data………………..45
BAB IV
HASIL PENELITIAN A. ProfilMTsAl-HidayahBoarding SchoolDepok ……………51 B. Program PembinaanAkhlak Boarding School ……………...56 C. PerandanTanggungjawabPengelola
Boarding
School
dalamPembinaanAkhlak……………………………………… …..66 D. StrategidanalatpendidikandalampembinaanAkhlak ……..69 E. Sikapdanperilakusiswasebagaiwujuddaripembinaanakhlak ………………………………………………………………..77 F. FaktorPendukungdanPenghambatpembinaanakhlak…………… …………………………………………...80 BAB V
PENUTUP A. Kesimpulan ………………………………………………….81 B. Saran …………………………………………………………82
DAFTAR PUSTAKA …..…………..….………………………………………83 LAMPIRAN
v
BAB II KAJIAN TEORI
A. Pembinaan Akhlak dalam Pendidikan Islam 1. Pengertian Pembinaan Akhlak Dalam kamus besar bahasa Indonesia, kata pembinaan didefinisikan sebagai kegiatan membangun, mendirikan, mengusahakan supaya menjadi lebih baik.Secara etimologi pembinaan berarti proses dan cara; penyempurnaan, pembaharuan, tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara efesien dan efektif untuk memperoleh hasil yang lebih baik dari sebelumnya.1 Sedangkan secara terminologi pembinaan diartikan sebagai upayakegiatan yang terus menerus untuk memperbaiki, meningkatkan, menyempurnakan dan mengembangkan kemampuan untuk mencapai tujuan agar mampu menghayati dan mengamalkan ajaran tersebut dalam kehidupan sehari-hari baik dalam kehidupan pribadi, keluarga maupun kehidupan sosial masyarakat.2 Dari pengertian di atas dapat dirangkum pengertian pembinaan merupakan usaha sungguh-sungguh yang dilaksanakan secara sadar, sistematis dan terencana dalam membentuk kepribadian sesuai dengan potensi dan tujuan yang diharapkan. Sedangkan akhlak berasal dari kata arab, yang kemudian diserap menjadi bahasa Indonesia. Kalau ditinjau menurut bahasa akhlak adalah bentuk jamak dari kata khuluq (khuluqun), padanan kata tersebut dalam dalam bahasa Indonesia adalah budi pekerti, perangai, tingkah laku, atau tabi‟at.Secara sederhana, akhlak
1
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), Edisi 3, h. 152 2 BP4 Pusat, Pembinaan Keluarga Bahagia Sejahtera, (Jakarta: TT, 1984), h. 3.
7
8
bisa didefinisikan sebagai sikap yang melahirkan perbuatan (perilaku, tingkah laku), mungkin baik mungkin buruk.”3 Pada dasarnya, banyak pendapat para ahli mencoba merangkum pengertian akhlak dalam sebuah definisi sesuai perspektifnya. Seperti yang dilakukan oleh Abdul Hamid Yunus yang membuat definisi akhlak sebagai berikut: 4
ُى ّصِفَبثُ اْالِ ْوسَبنِ اْألَدَبِّيَت َ ِالقُ ه َخ ْ َاَأل
“Sikap mental yang mengandung daya dorong untuk berbuat tanpa berfikir dan pertimbangan.” Selain Abdul Hamid Yunus, ada pula pengertian yang ditulis oleh Ibrahim Anis dalam al-Mu‟jam al-Wasith sebagai berikut:
ه غَ ّْي ِز حَبجَتٍ ِالَى ْ ِش ٍز م َ ْه خَ ّْيزٍ اَو ْ ِّل م ُ ك حَبّلٌ لِلىَفْسِ رَاسِخَ ٌت عَ ْىهَب تَصْ ُذرُ اْالَ ْفعَب ُ خُل ُ ْال 5 ٍِف ْك ٍز َورُؤْيَت [Akhlak ialah sifat yang tertanam dalam jiwa, yang dengannya lahirlah macam-macam perbuatan, baik atau buruk, tanpa membutuhkan pemikiran dan pertimbangan]. Tidak jauh berbeda dengan pengertian yang didefinisikan oleh dua tokoh sebelumnya, Imam al-Ghazali mengartikan akhlak sebagai berikut:
ه ْ ِس ٍز م ْ سهُ ْىلَ ٍت وَ ُي ُ ّل ِب ُ ك عِبَبرَ ٌة عَهْ هَّيْئَ ٍت فِى الىَفْسِ رَاسِخَ ٌت عَ ْىهَب تَصْ ُذ ُراْالِوْ ِفعَب ُ خُل ُ َْال 6 ٍغَ ّْي ِز حَبجَتٍ ِالَى ِف ْك ٍز َورُؤْيَت [Sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan macam-macam perbuatan dengan gampang dan mudah dengan tidak memerlukan pemikiran dan pertimbangan]. Walaupun masing-masing ahli mendefinisikan akhlak dengan beragam redaksi namun semuanya masih diikat dalam satu kesamaan paradigma dalam memandang akhlak.Ketiga ahli ini masih menekan pengertian akhlak dalam pada usaha reflektif atau sudah menjadi kebiasaan dalam bertingkah laku.Semuanya dipandang
sebagai
kebiasaan
yang
sering
dilakukan
sehingga
untuk
melakukannya tidak perlu pertimbangan akal.Semuanya dilakukan dengan sistematis tanpa perintah dari akal.
3
Muhammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008), h. 346 4 Abd. Hamid Yunus, Da‟irah al-Ma‟arif, II, (Cairo: Asy‟syab, t.t), h. 436. 5 Ibrahim Anis, Al-Mu‟jam al-Wasith, (Mesir: Darul Ma‟arif, 1972), h. 202. 6 Imam Ghazali, Ihya Ulumuddin, (Darur Riyan, 1987), Jilid. III, h. 58.
9
Abuddin
Nata
dalam
bukunya
Pendidikan
Dalam
PersfektifHaditsmenjelaskan lima ciri bisa digolongkan dengan dalam perbuatan akhlak. Diantaranya Pertama perbuatan akhlak tersebut sudah menjadi kepribadian yang tertanam kuat dalam jiwa seseorang.Kedua perbuatan akhlak merupakan perbuatan yang dilakukan dengan acceptable dan tanpa pemikiran. Ketiga, perbuatan akhlak merupakan perbuatan tanpa paksaan. Keempat, perbuatan dilakukan dengan sebenarnya tanpa ada unsur sandiwara. Kelima, perbuatan dilakukan untuk menegakkan kalimat Allah.7 Penjelasan ini tidak jauh berbeda dengan apa yang dikemukakan oleh ahli etika sebelumnya, dimana penekanan masih terdapat pada sikap spontanitas yang melekat pada seseorang untuk melakukan sebuah tindakan. Kalau diperhatikan dengan seksama, tampak bahwa seluruh definisi akhlak sebagaimana tersebut di atas tidak bertentangan, melainkan saling melengkapi, yaitu suatu sifat yang tertanam kuat dalam jiwa yang nampak dalam perbuatan lahiriah yang dilakukan dengan mudah, tanpa memerlukan pemikiran lagi dan sudah menjadi kebiasaan.Oleh karena itu wujud akhlakadalah keadaan yang melekat pada jiwa manusia.Ini sesuai dengan pendapat Muhammad Daud Ali pada kutipan berikut ini: Suatu perbuatan baru dapat disebut pencerminan akhlak, apabila telah memenuhi beberapa syarat diantaranya adalah (1) dilakukan berulangulang, apabila dilakukan sekali saja atau jarang-jarang maka tidak dapat dikatakan akhlak.(2) Timbul dengan sendirinya, tanpa dipikir-pikir atau ditimbang berulang-ulang karena perbuatan itu telah menjadi kebiasaan baginya. Apabila suatu perbuatan dilakukan setelah dipikir-pikir dan ditimbang-timbang, apabila terpaksa, perbuatan itu bukanlah pencerminan akhlak.8 Tentang istilah akhlak dalam bahasa Indonesia sering dipakai dengan moral atau etika. Istilah moral berasal dari bahasa latin yaitu mores yangartinya adalah adat kebiasaan. Dalam kamus Bahasa Indonesia moral artinya ajaran tentang baik buruk yang di terima umum mengenai perbuatan, sikap, kewajiban,
7
Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf. (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2000).h. 274. Muhammad Daud Ali,op.cit.,h. 348.
8
10
budi pekerti, akhlak.Moral adalah istilah yang digunakan untuk menentukan batas-batas suatu sifat, perangai, perbuatan yang layak dikatakan benar, salah, baik, buruk. Sedangkan etika berasal dari bahasa Yunani yaitu ethos yang artinya kebiasaan.Kebiasaan yang dimaksud adalah kebiasaan baik atau kebiasaan buruk.9Penjelasan ini sesuai pula dengan apa yang dikemukakan Ibnu Maskawih yang memandang persoalan akhlak tidak dibatasi pemaknaannya pada etika baik saja, tetapi berdasarkan pada nilai yang berkembang di dalam masyarakat itu sendiri. Maka persepsi tentang akhlak pun sangat flexible. Banyak nilai yang berkembang dalam masyarakat justru berlawanan dengan nilai arab bahkan islam itu sendiri, namun Maskawih dapat mengakomodirnya dalam bingkai konsep akhlak seperti yang dijelaskannya. Meskipun demikian, ada ahli yang cenderung membedakan akhlak dengan etika.Umumnya pembedaannya dapat dilihat terutama dari sumber yang menentukan yang baik dan yang buruk. Yang baik menurut akhlak adalah segala sesuatu yang berguna, yang sesuai dengan nilai dan norma agama, nilai serta norma yang terdapat dalam masyarakat, bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain. Yang buruk adalah segala sesuatu yang tidak berguna, tidak sesuai dengan nilai dan norma agama serta nilai dan norma masyarakat, merugikan masyarakat dan diri sendiri. Penentuan baik atau buruk suatu sikap (akhlak) yang melahirkan perilaku atau perbuatan manusia, di dalam agama dan ajaran Islam adalah alQur‟an yang dijelaskan dan dikembangkan oleh Rasulullah dengan sunnah beliau yang kini dapat dibaca dalam kitab-kitab hadis. Penentuan perbuatan baik atau buruk dalam moral dan etika adalah adat istiadat dan pikiran manusia dalam masyarakat pada suatu tempat disuatu masa.Oleh karena itu, dipandang dari sumbernya, akhlak Islami bersifat tetap dan berlaku untuk selama-lamanya, sedang moral dan etika berlaku selama masa tertentu disuatu tempat tertentu.Konsekuensinya, akhlak Islam bersifat mutlak, sedang moral dan etika bersifat relatif (nisbi).10 Uraian diatas dapat dipahami bahwa pembinaan akhlak merupakanusaha sungguh-sungguh dalam rangka membentuk anak, dengan menggunakan sarana 9
ibid, h. 353-354.
10
ibid, h. 355-356.
11
pendidikan dan pembinaan yang terprogram dengan baik dan dilaksanakan dengan sungguh-sungguh. Potensi rohaniah yang ada dalam diri manusia dibina secara optimal dengan cara dan pendekatan yang tepat. Menurut Ali Daud, Jika program pendidikan dan pembinaan akhlak itu dirancang dengan baik, sistematik,dibina secara optimal dengan cara dan pendekatan yang tepatserta dilaksanakan dengan sungguh-sungguh, maka akan menghasilkan anak-anak atau orang-orang yang baik akhlaknya.11 2. Ruang Lingkup Akhlak Dalam islam, Al-Qur‟an dan hadist yang menjadi sumber pelajaran bagi seorang muslim telah menjelaskan nilai-nilai etika islam. Sebagian akhlak baik tersebut misalnya dapat diklasifikasi sebagai berikut: a. Akhlak terhadap Allah Akhlak terhadap Allah dapat diartikan sebagai sikap atau perbuatan yang seharusnya dilakukan oleh manusia sebagai makhluk, kepada Tuhan sebagai khalik. Abuddin Nata menyebutkan sekurang-kurangnya ada empatalasan manusia perlu berakhlak kepada Allah.Pertama, karena Allah yang telah menciptakan manusia. Allah menciptakan manusia dari air yang ditumpahkan keluar dari antara tulang punggung dan tulang rusuk. Dengan demikian, sudah sepantasnya manusia berterimakasih kepada yang menciptakan-Nya.
Kedua,
karena
Allah
yang
telah
memberikan
perlengkapan panca indera, penciptaan yang sempurna. Ketiga, karena Allah yang telah menyediakan berbagai bahan yang diperlukan bagi kelangsungan hidup manusia. Keempat, Allah yang telah memuliakan manusia dengan diberikannya kemampuan menguasai daratan dan lautan. Meskipun Allah telah memberikan berbagai kenikmatan kepada manusia sebagaimana disebutkan diatas, bukanlah menjadi alasan Allah perlu dihormati. Bagi Allah, dihormati atau tidak, tidak akan mengurangi
11
Abuddin Nata, op.cit., h. 158.
12
kemuliaan-Nya. Akan
tetapi sebagai makhluk ciptaan-Nya, sudah
sewajarnya manusia menunjukkan sikap akhlak yang pas kepada Allah. Banyak cara yang dapat dilakukan dalam berakhlak kepada Allah dan kegiatan menanam nilai-nilai akhlak kepada Allah. Diantara nilai-nilai hal yang dituntut untuk berakhlak kepada Allah seperti 1) Iman, yaitu sikap batin yang penuh kepercayaan kepada Tuhan. 2) Ihsan, yaitu kesadaran yang sedalam-dalamnya bahwa Allah senantiasa hadir atau bersama manusia dimanapun manusia berada. 3) Takwa, yaitu sikap yang sadar bahwa kita selalu diawasi olehNya. Itu dapat dimanifestaikan dalam sikap menjauhi diri dari sesuatu yang tidak diridhai-Nya.4) Ikhlas, yaitu sikap murni dalam tingkah laku dan perbuatan, semata-mata demi memperoleh keridhaan Allah dan bebas dari pamrih lahir dan bathin, tertutup maupun terbuka.5) Tawakal, yaitu sikap senantiasa bersandar kepada Allah dengan penuh harapan kepada-Nya.6) Syukur, yaitu sikap penuh rasa terimakasih atas nikmat yang diberikanNya. 7) Sabar, sikap tabah menghadapi segala kepahitan dan cobaan dariNya.12 Sementara itu menurut Quraish Shihab mengatakan bahwa: “titik tolak akhlak terhadap Allah adalah pengakuan dan kesadaran bahwa tiada Tuhan kecuali Allah. Dia memiliki sifat-sifat terpuji, demikian agung sifat itu, jangankan manusia, malaikat pun tidak akan mampu menjangkaunya.13 Berdasarkan pernyataan diatas, berkenaan akhlak kepada Allah dilakukan dengan cara banyak memuji-Nya. Selanjutnya sikap tersebut diteruskan dengan senantiasa bertawakal kepada-Nya, yaitu menjadikan Tuhan sebagai satu-satunya yang menguasai diri manusia. b. Akhlak terhadap Rasulullah SAW Akhlak terhadap Rasul adalah beriman kepada Rasul. Dikatakan iman bukan hanya sekedar percaya terhadap sesuatu yang diyakini, akan tetapi harus dibuktikan dengan amal perbuatan. Amal perbuatan yang dijelaskan di
12
Muhammad Alim, Pendiidkan Agama Islam Upaya Pembentukan Pemikiran dan Kepribadian Muslim, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2011), Cet. ke-2, h. 152-154. 13 Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur‟an, (Bandung: Mizan, 1996), h. 262
13
dalam Al-qur‟an dan Al-hadis, tentang bagaimana bersikap kepada Rasulullah SAW, itulah yang dinamakan akhlak kepada Rasulullah SAW. Dalam hal beriman kepada Rasul, Allah memerintahkan manusia agar meneladani yang dicontohkan Rasulullah SAW. Sebagai Nabi penutup, Nabi Muhammad ditugasi membawa wahyu dan risalah yang berisi pokokpokok aqidah, ibadah dan akhlak yang berlaku sepanjang masa yang wajib diteladani setiap muslim. Diantara perilaku atau macam-macam akhlak yang harus dilakukan oleh setiap muslim dan muslimah terhadap Rasulullah SAW, ialah sebagai berikut: 1) 2) 3) 4) 5) 6) 7) 8) 9) 10)
Ikhlas beriman kepada Nabi Muhammad SAW Mengucapkan shalawat dan salam Taat kepada Rasulullah SAW Cinta kepada Rasulullah SAW Percaya atas semua berita yang disampaikan Rasulullah SAW Tidak boleh mengabaikan Rasulullah SAW Menghidupkan sunnah Rasulullah SAW Menghormati pewaris Nabi Muhammad SAW Laksanakan hukum Allah SWT dan Rasulullah SAW Berhadaqah sebelum bertanya kepada Rasulullah SAW (pada masa hidupnya) 11) Jangan berumpah, tetapi amalkan ajaran Rasulullah SAW 12) Berbicara dengan suara rendah 13) Bermusyawarah dengan Rasulullah SAW (pada masa hidupnya).14 c. Akhlak Terhadap Sesama Manusia Banyak sekali rincian yang dikemukakan al-quran berkaitan dengan perlakuan terhadap sesama manusia, diantaranya: 1) Akhlak terhadap orang tua Sebagai seorang anak wajib patuh dan taat terhadap perintah orang tua dan tidak durhaka kepada kepada mereka. Terutama, kepada ibu yang telah berjuang mengandung, melahirkan serta membesarkan anak-anaknya dengan kasih sayang yang tidak terbatas. Begitu pula seorang Ayah yang berperan besar, ia bertanggung jawab untuk halhal yang bersifat financial dan harus menghidupi keluarganya 14
Moh. Ardani, Akhlak Tasawuf, (Ciputat: Karya mulia, 2005), h. 73-74
14
sertapendidikan anak-anaknya. Oleh karena itu, seorang anak dituntut untuk tidak mengecewakannya dan berbakti kepada kedua orang tua, bersikap baik meskipun ia kurang menyenangkan hatinya, berkata halus dan mulia, berkata lemah lembut, berbuat baik kepada kedua orang tua yang sudah meninggal dengan cara mendoakan kedua orang tua, menempati janji kedua orang tua, memuliakan teman-teman orang tua dan bersilaturrahmi dengan orang yang mempunyai hubungan dengan orang tua. Seperti yang diajarkan kitab suci kita yang mengajarkan bahwa kita harus berbicara dengan tutur kata yang lembut, sesuai dengan berfirmaNya dalam al-Qur‟an:
“Dan Tuhanmu Telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua Telah mendidik Aku waktu kecil".(Q.S. Al-Isra, 17: 23-24).15 Oleh karena itu, berdasarkan firman Allah diatas, kita sebagai anak harus patuh kepada kedua orang tua, berkata halus dan mulia serta jangan sampai sekali-kali membentak kedua orang tua, karena kedua orangtualah yang membesarkan dari kecil hingga dewasa.
15
ibid, h. 79-84
15
2) Akhlak Terhadap Guru Akhlak terhadap guru merupakan cerminan seorang murid yang patuh dan taat terhadap perintah dan menjalankan segala aturan yang terdapat di dalam lingkungan sekolah yang harus diperhatikan siswasiswi terhadap guru nya adalah “sikap murid sebagai pribadi dalam menuntut ilmu murid harus bersih hatinya dari kotoran dan dosa agar dapat dengan mudah dan benar dalam menangkap pelajaran, menghafal dan mengamalkannya.”16 Dalam Islam posisi guru adalah sebagai orang tua, akhlak yang harus dimiliki siswa terhadap guru diantaranya:Menghormati dan memuliakan guru dan keluarganya dengan tulus dan ikhlas,tundukdan patuh terhadap semua perintah dan nasihat guru, jujur dan setia bersama guru, bersikap rendah hati, lembut dan santun kepada guru, tidak berjalan di depan guru ketika berjalan bersamanya, tidak meninggikan suara ketika berbicara dengan guru.17 Dengan demikian seorang siswa harus menghormati dan patuh terhadap guru, karena guru merupakan orang tua kedua disekolah. 3) Akhlak terhadap Teman Manusia sebagai makhluk hidup individual juga makhluk sosial yaitu manusia tidak dapat hidup seorang diri, tetapi membutuhkan orang lain.Rasulullah telah memberikan pedoman dalam pergaulan tersebut.Dari Abu Musa radhiyallaahu „anhu, dia berkata:
ك ِس ْ ل ا ْل ِم ِ ح وَالسَ ْى ِء كَحَب ِم ِ ِس الصَبل ِ جلِّي َ ْل ال ُ ّل مَ َث َ ّي ّصلى اهلل علّيه وسلم لَب ِ ِه الىَب ِ َع ن تَجِ َذ مِىْ ُه ْ َع مِىْ ُه َوِإمَب أ َ ن تَبْتَب ْ َك َوِإمَب أ َ ن يُحْذِ َي ْ َسكِ ِإمَب أ ْ ل ا ْل ِم ُ خ ا ْلكِ ّْي ِز فَحَب ِم ِ ِوَوَبف ًن تَجِذَ رِيحًب خَبِّيثَت ْ َك َوِإمَب أ َ ق ثِّيَب َب َ ح ِز ْ ُن ي ْ َخ ا ْلكِ ّْيزِ ِإمَب أ ُ ِرِيحًب طَّيِبَ ًت وَوَبف “Perumpamaan teman yang baik dan yang buruk seperti penjual minyak wangi dan pandai besi.Penjual minyak wangi mungkin ia 16
Abuddin Nata, Perspektif Islam Tentang Pola Hubungan Guru Murid, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2001), Cet. 1, h. 102 17 Fidella Devina Aggrippina, Akhlak Terhadap Guru (http://fidela19salju.blogspot.com/), (Diakses pada tgl 11 Januari 2013. Pukul: 19:35). Lihat juga terjemahan Ta‟limul muta‟allim: Bimbingan bagi Penuntut Ilmu Pengetahuan (Kudus: Menara Kudus, 2007) Edisi revisi, h 38. Dalam kita ini Al-Ghazali menjelaskan bagaimana akhlak murid kepada gurunya.
16
memberi hadiah minyak wangi kepadamu atau kamu membeli darinya atau kamu akan mendapatkan aroma yang wangi sedangkan pandai besi mungkin akan mengakibatkan bajumu terbakar atau kamu akan mendapatkan aroma yang tidak sedap darinya.” (H.R Muslim)18 Akhlak terhadap teman dapat dilakukan dengan cara sebaagai beikut: a) Hendaklah memilih teman yang baik serta berakhlaq yang terpuji b) Berkunjung kerumahnya, serta bergaul bersamanya dengan baik c) Merasa kehilangan ketika temannya tidak ada, dan menanyakan keberadaannya kepada orang lain d) Menjenguknya dan menghiburnya ketika terkena musibah e) Menolongnya ketika membutuhkan f) Ikut merasakan kesedihan serta kesusahan yang dialami oleh teman g) Hendaklah menutup aib temannya h) Bila temannya berbuat salah, maafkanlah dan tetap berbaik sangka kepadanya i) Tidak terlalu banyak bergurau dengan teman karena hal itu dapat menyakitkan hatinya dan membuat permusuhan j) Selalu menghormati teman, dan memanggilnya dengan nama terbaiknya k) Selalu memberikan masukan kepada teman dan meluruskan kesalahannya l) Selalu mengucapkan terima kasih atas kebaikannya m) Menepati janji dan tulus dalam menjalin tali persahabatan karena hal itu dapat mewujudkan rasa cinta kasih dan saling saying menyayangi serta penuh pengertian dalam persahabatan n) Sahabat sejati adalah sahabat yang mencintai sahabatnya seperti mencintai dirinya sendiri.
18
„Abdurrahman bin Nashir As-Sa‟di, Mutiara Hikmah Penyejuk Hati, Syarah 99 Hadits Pilihan,Terj. Abu Muhammad Harits Abrar Thalib, (Malang: Cahaya Tauhid Press, 2006), Cet. ke1 h. 251-253.
17
4) Akhlak kepada lingkungan hidup Alam merupakan segala sesuatu yang ada dilangit dan di bumi beserta isinya, selain Allah.Allah melalui al-Qur‟an mewajibkan kepada manusia untuk mengenal alam semesta beserta seluruh isinya. Manusia sebagai khalifah diberi kemampuan oleh Allah untuk mengelola bumi dan mengelola alam semesta ini.Manusia diturunkan ke bumi untuk membawa rahmat dan cinta kasih kepada alam seisinya.Oleh karena itu, manusia mempunyai tugas dan kewajiban terhadap alam sekitarnya, yaitu melestarikan dan memeliharanya dengan baik.Bahkan dengan sangat terang Tuhan memberikan catatan kepada
manusia
untuk
tidak
membuat
kerusakan
di
bumiNya.Sebagaimana firman Allah SWT dalam al-Qur‟an surat alQashash ayat 77:
Artinya: “Dan carilah pada apa yang Telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah Telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan”. (Q.S. al-Qhashash: 77) Oleh karena itu, akhlak terhadap lingkungan hidup antara lain sadar dan memelihara kelestarian lingkungan hidup, menjaga dan memanfaatkan alam terutama hewani dan nabati, flora dan fauna (hewan dan tumbuh-tumbuhan) yang sengaja diciptakan Tuhan untuk kepentingan manusia dan makhluk lainnya serta sayang terhadap sesama makhluk.19
19
Muhammad Daud Ali, op.cit., h. 359
18
3. Strategi Pembinaan Akhlak Strategi secara bahasa berasal dari bahasa Yunani yaitustrategia yang berarti ilmu perang. Dalam kamus besar bahasa Indonesia strategi diartikan sebagai ilmu dan seni menggunakan sumber daya bangsa-bangsauntuk melaksanakan kebijaksanaan tertentu dalam perang dan damai. Sedangkan menurut Syaiful Bahri Djamarah, strategi merupakan sebuah cara atau metode yang secara umum memiliki pengertian garis besar haluan untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang telah ditentukan.20 JR. David, juga mengartikan bahwa strategi adalah perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.21 Secara sederhana strategi adalah upaya yang terencana untuk mencapai tujuan. Dalam bahasa yang lain penggunaan strategi biasa disamakan dengan siasat atau cara. Maka dapat dipahami bahwa strategi kalau dirincikan dapat diterjemahkan dengan langkah-langkah yang dilakukan oleh seseorang untuk mencapai tujuannya. Dari penjelasan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa strategi adalah suatu cara yang bersifat umum digunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan
agar
terjadi
kesesuaian
dengan
teknik
danoutput
yang
diinginkan.Strategi juga dapat disimpulkan sebagai suatu rencana tindakan dan rangkaian kegiatan yang termasuk penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya untuk mencapai tujuan tertentu.Strategi dapat juga diartikan sebagai siasat melakukan kegiatan-kegiatan tertentu yang mencakup metode dan teknik. Adapun yang dimaksud dengan metode adalah cara itu sendiri. Sedangkan yang dimaksud dengan teknik adalah cara melakukan kegiatan khusus dalam menggunakan suatu metode tertentu.atau dapat diartikan dengan tindakan praktis yang diterjemahkan dari strategi berupa langkah-langkah yang harus dilakukan dalam menacapai tujuan. Dalam pembinaan akhlak, strategi harus menyentuh kepada aspek-aspek manusia atau unsur-unsur insaniyah yang terdiri dari akal, amarah dan syahwat. 20
Syaiful Bahri Djamarah, Strategi Belajar-Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), h. 5. Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Lencana Prenada Media, 2006), h. 124. 21
19
Sebagai yang dikemukakan oleh Ibnu Al-Jauzi bahwa di dalam diri manusia mempunyai tiga unsur penting;1) unsur akal (juz‟ „aqli), 2)unsur amarah (juz‟ ghadhabi),3) unsur hawa bafsu (juz‟ syahwani).22 Sedangkan menurut Imam Al-Ghazali, struktur kerohanian manusia menjadi empat unsur, yaitu nafs, qalb, ruh dan akal.23Al-nafs menurut Imam AlGhazali mempunyai dua arti, pertama adalah kekuatan hawa marah dan syahwat yang dimiliki oleh manusia.Dan pengertian inilah menurut mayoritas ulama‟ tasawuf. Mereka berkata sebagaimana hadits Nabi saw yang diriwayatkan oleh Ibn Abbas yang artinya“Musuhmu yang paling membahayakan adalah nafsumu yang terletakdiantara dua lambungmu”.24 Apabila nafs menenggelamkan diri dalam kejahatan, mengikutinafsu amarah, syahwat dan godaan syetan, maka dinamakan nafs al-ammarah.Bahkan dalam hal ini Imam Al-Ghazali mengatakan “jadikanlahsebuah kekalahan dalam jiwamu (nafs).Maksudnya adalah himbauan agarmemposisikan jiwa pada poros bawah, sehingga jiwa (nafs) tidak merajalelamenerjang syari‟at. Sedangkan nafs dalam pengertian yang kedua adalah merupakanhakikat, diri, dan dzat manusia karena mempunyai sifat yang latif, rabbani,dan rohani. Nafs dalam pengertian yang pertama di atas merupakanbentuknya yang tidak kembali pada Allah swt dan jauh dari Allah swt,sedang dalam pengertian yang kedua adalah merupakan nafs al-muthmainnahyang diridloi oleh Allah swt.25 Qalb (hati), Imam Al-Ghazali membagi menjadi duabagian.Pengertian bagian pertama adalah berupa fisik, maksudnya adalahjantung yang merupakan segumpal daging yang terletak pada dada sebelahkiri. Sedangkan pengertian bagian kedua adalah hati dalam pengertianmetafisik yang merupakan karunia Tuhan yang halus (latifah) bersifatruhaniah, menjadi sasaran perintah, hukuman dan tuntutan Tuhan.Pengertian inilah yang menjadi hakikat manusia dan yang berhubungandengan ilmumukasyafah.26 22
Abdurrahman Ibnu Al-Jauzi, Terapi Spiritual, Terj. A. Khosla Asy‟ari Khatib, (Jakarta: Zaman, 2010), h. 14. 23 Al-Ghazali, Ihya‟ Ulum al-Din, (Bairut: Dar al-Kutub al-„Ilmiah,2002), juz III, h. 45. 24 ibid,h. 4. 25 Al-Ghazali, Ihya‟ Ulum al-Din, juz III, h 5. 26 Al-Ghazali Pokok Ajaran Al-qur‟an. h. 4.
20
Selanjutnya tentang al-ruh, jenis ini juga mempunyai banyak arti.Jika dalam bahasa Arab, ruh diartikan sebagai nyawa dan jiwa. Begitu jugadalam bahasa Indonesia ruh dipahami sebagai lawan dari kata jasmani, yaituruhani. Namun jika dikaitkan kembali dalam bahasa Arab, ruh dapat berartisemua makhluk yang tidak berjasad, seperti jin, malaikat, dan setan. Sebagaimana mendefinisikan kata al-qalb dengan pengertianmetafisik, Imam Al-Ghazali juga memaknai ruh sebagai sesuatu yang indah,bersifat ketuhanan yang mengalahkan akal dan pemahaman dalammenentukan hakikat kebenaran.27Sehingga dengan adanya ruh ini menjadifaktor penting dalam mendukung aktifitas manusia, sebab tanpa adanya ruh,manusia tidak akan dapat berpikir dan merasa. Istilah keempat adalah al-aql (akal).Pada umumnyaakal diartikan sebagai pusat segala kecakapan yang dimiliki manusia,karena akal dapat menjadi tolak ukur kecakapan manusia. Ada pula yangmengartikan akal dengan otak.Imam AlGhazali juga membagi pengertianakal menjadi dua bagian.Pertama akal merupakan pengetahuan mengenaihakikat segala sesuatu, dalam hal ini akal diibaratkan sebagai sifat ilmuyang terletak dalam hati. Adapun pengertian yang kedua adalah akal rohaniyang memperoleh ilmu pengetahuan itu sendiri (almudrik li al-ulum) yangtak lain adalah jiwa (al-qalb) yang bersifat halus dan menjadi esensimanusia.28 Dapat disimpulkan bahwa unsur-unsur insaniyah yang menjadi objek pembinaan akhlak merupakan prosesmenghilangkan atau membersihkan sifat-sifat tercela yang ada pada diri danmenanamkan atau mengisi jiwa dengan sifat-sifat terpuji sehinggamemunculkan tingkah laku yang sesuai dengan sifat-sifat Tuhan. Menurut Imam Al-Ghazali, strategi pembinaan akhlak dapat dilaksanakan dengan jalan tazkiyah al-nafs, mujahadah dan riyadlah.29Tazkiyah al-nafs memiliki arti penyucian diri atau jiwa. Secara bahasa, tazkiyah al-nafs berasal dari dua kata yakni tazkiyah dan nafs. Tazkiyah berasal dari kata zakka-yuzzaki-
27
Ibid. Al-Ghazali,Isi Pokok Ajaran Al-qur‟an., h. 5. 29 Rus'an, Intisari Filsafat Imam Al-Ghazali, (Jakarta: PT Bulan Bintang, 1989),h. 5. 28
21
tazkiyah yang maknanya sama dengan tathir yang berasal dari kata thahharayuthahhiru-tathir[ah] yang berarti pembersihan, penyucian atau pemurnian.30 Tazkijah al-nafs bisa dicapai melalui berbagai ibadah dan amal perbuatan tertentu, apabila dilaksanakan secara sempurna dan memadai, seperti shalat, infaq, puasa, haji, dzikir, fikir, tilawah al-Qur‟an, renungan, muhasabah dan dzikrulmaut. Pada saat itulah terealisir dalam hati sejumlah makna dan dampak bagi seluruh anggota badan seperti lisan, mata, telinga dan Iainnya. Hasil yang paling nyata ialah adab dan mu‟amalah yang baik kepada Allah dan manusia. Kepada Allah berupa pelaksanaan hak-haknyatermasuk di dalamnya adalah jihad di jalanNya. Sedangkan kepada manusia, sesuai dengan ajaran, tuntutan maqam dan taklif Ilahi. Dampak lain yang dapat dirasakan adalah terealisirnya tauhid ikhlas, sabar, syukur, harap, santun, jujur kepada Allah dan cinta kepada-Nya, di dalam hati. Dan terhindar dari hal-hal yang bertentangan dengan semua hal tersebut seperti riya‟, „ujub, ghurur marah karena nafsu atau karena syetan. Dengan demikian
jiwa
menjadi
tersucikan
lalu
hasil-hasilnya
nampak
pada
terkendalikannya anggota badan sesuai dengan perintah Allah dalam berhubungan dengan keluarga, tetangga, masyarakat dan manusia. Selanjutnya
strategi
pembinaan
akhlak
menurut
al-ghazaliadalah
Mujâhadah dan Riyâdhah.Istilahmujâhadah dan riyâdhah dikenal sebagai strategi dalam melahirkan akhlak yang baik. Mujâhadah menurut bahasa artinya bersungguh-sungguh agar sampai kepada tujuan.Secara lebih luas, mujâhadah adalah suatu upaya yang sungguh-sungguh dalam memerangi hawa nafsu (keinginan-keinginan) serta segala macam ambisi pribadi supaya jiwa menjadi suci bersih bagaikan kaca yang segera dapat menangkap apa saja yang bersifat suci, sehingga ia berhak memperoleh pelbagai pengetahuan yang hakiki tentang Allah dan kebesaran-Nya.31 Dengan demikian, mujâhadah merupakan tindakan perlawanan terhadap nafsu, sebagaimana usaha memerangi semua sifat dan perilaku buruk yang 30
Atabik Ali & Ahmad Zuhdi Mudlor, Kamus Kontemporer Al-Asri, (Yogyakarta: Multi Karya Grafika, 1996), h. 496 31 Ibrahim Mustafa, dkk., Al-Mu‟jam al-Wasîth, (Istanbul:Al-Da‟wah,, TT), h. 142.
22
ditimbulkan
oleh
nafsu
amarahnya,
yang
lazimdisebut
mujâhadah
al-
nafs.32Berkaitan dengan ini, Allah SWT. Berfirman:
“Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benarbenar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan kami. dan Sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.” (QS. Al-Ankabut, 29: 69). Indikator dari keberhasilan mujâhadah adalah munculnya kebiasaan dari seseorang untuk menghiasi dirinya dengan dzikrullah sebagai cara untuk membersihkan hatinya dan sebagai upaya untuk mencapai musyahadah (merasakan adanya kehadiran Allah).33 Adapun riyâdhah artinya “latihan”. Maksudnya adalah latihan rohaniah untuk menyucikan jiwa dengan memerangi keinginan-keinginan jasad (badan). Proses yang dilakukan adalah dengan jalan melakukan pembersihan atau pengosongan jiwa dari segala sesuatu selain Allah, kemudian menghiasi jiwanya dengan zikir, ibadah, beramal saleh dan berakhlak mulia. Pekerjaan yang termasuk kedalam amalan riyâdhah adalah mengurangi makan, mengurangi tidur untuk salat malam, menghindari ucapan yang tidak berguna, dan berkhalwat yaitu menjauhi pergaulan dengan orang banyak diisi dengan ibadah, agar bisa terhindar dari perbuatan dosa.34 Tujuan riyâdhah adalah untuk mengontrol diri, baik jiwanya maupun badannya, agar roh tetap suci.35Oleh karena itu, riyâdhah haruslah dilakukan secara sungguh-sungguh dan penuh dengan kerelaan.Riyâdhah yang dilakukan dengan kesungguhan dapat menjaga seseorang dari berbuat kesalahan, baik terhadap manusia ataupun makhluk lainnya, terutama terhadap Allah Swt. Bagi seorang sufi riyâdhah merupakan sarana untuk mengantarkan dirinya lebih lanjut pada tingkat kesempurnaan, yaitu mencapai hakekat.36 32
Achmad Suyuti, Percik-Percik Kesufian,(Jakarta: Pustaka Amani, 2006), h. 125. Labib MZ, Memahami Ajaran Tasawuf, (Surabaya: Bintang Usaha Jaya, 2001), h. 39. 34 Achmad Suyuti, op.cit., h.125-126. 35 Asmaran, Pengantar Studi Tasawuf, (Jakarta: Raja Grafndo, 1994), h. 17. 36 S. Al Aziz dan Moh. Saifulloh. Risalah Memahami Ilmu Tasawuf, (Surabaya: Terbit Terang, 1998), h. 104. 33
23
Mujâhadah dan riyâdhah yang dilakukan akan mendatangkan cahaya di dalam kalbu seseorang. Dengan kesungguhan ber-mujâhadah dan ber-riyâdhah, Allah akan menumbuhkan rasa manisnya amal ibadah di hati, sehingga ia semakin tekun beribadah. Iabenar-benar akan merasakan nikmatnya shalat, puasa, zikir, dan ketaatan lainnya. Dan akhirnya Allah akan menumbuhkan dalam dirinya sifatsifat terpuji, seperti ikhlas, tuma‟ninah, sabar, jujur, istiqamah dan selalu gemar beribadah.
Bagi
seseorang
yang sudah bersungguh-sungguh melakukan
mujâhadah dalam ibadahnya, biasanya akan menerima nur dari Allah yang datang ke hatinya, sehingga hati itu mengalami keadaan (hâl) yang bermacam-macam. Ada yang merasakan keresahan dan ketakutan yang sangat kepada Allah, atau rasa cinta yang besar kepada Allah, atau munculnya rasa kasih sayang kepada semua makhluk Allah, atau menimbulkan gairah menegakkan agama Allah, dan bahkan ada yang mendapatkan kasyf (tersingkapnya rahasia batin) atau musyâhadah. Sebagaimana menurut al-Ghazali di atas, tazkiyah al-nafs, mujâhadah dan riyâdhahadalah strategi dalam melahirkan akhlak yang mulia juga merupakan latihan rohaniah dalam rangka menyucikan jiwa, agar hati diliputi nur Ilahiah, tersingkapnya rahasia batin (mukâsyafah), merasakan nikmat dan lezatnya beribadah. Dalam buku Berbisnis Dengan Allah, al-Ghazali mengemukakan, sesungguhnya tujuan mujahadah dan riyadlah dengan melakukan amal shalih adalah untuk menyempurnakan dan mensucikan jiwa serta untuk mendidik akhlak. Jiwa dan tubuh bersifat saling mempengaruhi, apabila jiwa sempurna dan suci maka perbuatan tubuh akan baik, begitu juga apabila tubuh baik maka jiwa akan baik.37Jadi, strategi untuk menyucikan jiwa adalah dengan membiasakan diri untuk melakukan perbuatan yang dilakukan oleh jiwa yang suci dan sempurna. Apabila hal tersebut dilakukan dengan terus-menerus, maka jiwa akan terbiasa dan selalu terdorong untuk melakukan perbuatan yang baik dan sempurna dan akan menjadi perangai dan akhlak baginya.
37
Imam Al-Ghazali, Berbisnis Dengan Allah, Terj. Ahmad Farnk, (Surabaya: Pustaka Progressif, 2002), h. 93.
24
Setiap orang dalam hidupnya bercita-cita memperolehkebahagiaan.Salah satu dari kebahagiaan adalah orang yang menyucikandirinya, yaitu suci dari sifat dan perangai buruk, suci lahir dan bathin.Sebaliknya, jiwa yang kotor dan perangai yang tercela membawakesengsaraan di dunia dan di akhirat.Dengan melaksanakan strategi pembinaan akhlak ini diharapkan segala kebahagiaan dapat diraih baik kebahagiaan dunia maupun kebahagiaan akhirat.
4. Alat yang Efektif dalam Pembinaan Akhlak Menurut Al-Ghazali, Ibnu Sina, dan Ibnu Miskawaih mengatakan bahwa akhlak adalah hasil usaha (Muktasabah). Pada kenyataan di lapangan, usaha-usaha pembinaan akhlak melalui berbagai macam cara terus dikembangkan. Ini menunjukkan bahwa akhlak memang perlu dibina dan pembinaan ini membawa hasil berupa terbentuknya pribadi-pribadi Muslim yang berakhlak mulia, taat kepada Allah dan Rasul-Nya, hormat kepada ibu-bapak, sayang kepada sesama makhluk Tuhan.38 Di kalangan ahli tasawuf dikenal sistem pembinaan mental, dengan istilah takhalli, tahalli, dan tajalli.Takhalli adalah mengosongkan atau membersihkan jiwa dari sifat-sifat tercela, karena sifat itulah yang dapat mengotori jiwa manusia.Tahalli
adalah
mengisi
jiwa
dengan
sifat-sifat
yang
terpuji
(mahmudah).39Jadi, dalam rangka pembinaan mental atau terapi kesehatan, penyucian jiwa hingga dapat berada dekat dengan Tuhan, maka pertama kali yang dilakukan adalah pembersihan jiwa dari sifat-sifat tercela, kemudian jiwa yang bersih diisi dengan sifat-sifat terpuji, hingga akhirnya sampailah pada tingkat yang berikutnya yang disebut dengan tajalli, yaitu tersingkapnya tabir sehingga diperoleh pancaran Nur Ilaahi.40 Dalam pendidikan Islam banyak metode yang diterapkan dan digunakan dalam pembinaan akhlak.Menurut Abdurrahman An-nahlawy alat yang efektif
38
Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003)h. 156-157 M. Yatimin Abdullah, Studi Akhlak Dalam Perspektif Al-Qur‟an, (Jakarta:Amzah, 2007), h. 38 40 ibid, h. 25 39
25
untuk pembinaan akhlak diantaranya yaitu keteladanan, pembiasaan, nasihat dan mendidik melalui kedisiplinan. a. Keteladanan Pada dasarnya, kebutuhan manusia akan figur teladan bersumber dari kecenderungan meniru yang sudah menjadi karakter manusia. Peniruan bersumber dari kondisi mental seseorang yang senantiasa merasa bahwa dirinya berada dalam perasaan yang sama dengan kelompok lain (empati) sehingga dalam peniruan ini, anak-anak cenderung meniru orang dewasa, kaum lemah cenderung meniru kaum kuat, serta bawahan cenderung meniru atasannya.41 Pendidikan dengan keteladanan berarti pendidikan dengan memberikan contoh, baik berupa tingkah laku, sifat, cara berfikir, dan sebagainya. Mayoritas ahli pendidikan berpendapat bahwa pendidikan dengan keteladanan merupakan metode yang paling berhasil.Hal ini disebabkan karena pada umumnya dalam belajar lebih mudah menangkap yang konkrit dibandingkan yang abstrak.42 Abdullah Ulwan mengatakan bahwa pendidik akan merasa lebih mudah mengkomunikasikan pesannya secara lisan. Akan tetapi anak didik akan merasa kesulitan dalam memahami pesan itu jika melihat pendidiknya
tidak
memberi
contoh
tentang
pesan
yang
disampaikannya.43 Untuk itu Allah mengutus Nabi Muhammad SAW sebagai hamba dan Rasul-Nya menjadi teladan bagi manusia dalam mewujudkan tujuan pendidikan Islam44, melalui firman-Nya ini:
41
Abdurrahman An-Nahlawi, Pendidikan Islam di Sekolah, Rumah dan Masyarakat, (Jakarta: Gema Insani, 1995)h. 263 42 Hery Noer Aly, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Logos, 1999), h. 178 43 Abdullah Alwan, Tarbiyah al-Aulad fi al-Islam, (Beirut: Dar-al-Salam, 1978), h. 633 44 Abdurrahman An-Nahlawi, op.cit, h. 260
26
“Sesungguhnya Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik……”. (Q.S. Al-Ahzab: 21) b. Pembiasaan Pembiasaan
merupakan
proses
penanaman
kebiasaan.Yang
dimaksud dengan kebiasaan adalah cara-cara bertindak dan hampirhampir otomatis (hampir-hampir tidak disadari oleh pelakunya). Pembiasaan merupakan salah satu metode pendidikan yang sangat penting, terutama bagi anak-anak, karena belum mengenal mana yang baik dan buruk. Seseorang yang telah mempunyai kebiasaan tertentu akan dapat melaksanakannya dengan mudah dan senang hati. Bahkan segala sesuatu yang telah menjadi kebiasaan dalam usia muda sulit untuk diubah dan tetap berlangsung sampai hari tua.Untuk mengubahnya sering kali diperlukan terapi dan pengendalian diri yang serius.45 Metode ini biasanya diterapkan pada ibadah-ibadah amaliah, seperti jamaah shalat, kesopanan terhadap guru, pergaulan terhadap sesama siswa, sehingga tidak asing dijumpai disekolah, sebagaimana seorang siswa begitu hormat pada guru dan kakak seniornya, maka siswa dilatih dan dibiasakan untuk bertindak demikian. Metode ini perlu diterapkan oleh guru dalam proses pembentukan kepribadian, jika seorang anak telah terbiasa dengan sifat-sifat terpuji, lalu tersimpan dalam sistem otak sehingga aktifitas yang dilakukan oleh siswa tercover secara positif. c. Memberi Nasihat Secara etimologi, kata nasihat berasal dari bahasa arab yaitu nashaha yang artinya bersih dari noda dan tipuan. Sedangkan yang dimaksud dengan nasihat adalah penjelasan tentang kebenaran dan kemaslahatan dengan tujuan menghindarkan seseorang yang dinasihati dari bahaya 45
Hery Noer Aly, op.cit., h. 184-185
27
serta menunjukkannya kejalan yang mendatangkan kebahagiaan dan manfaat.46 Memberi nasihat merupakan salah satu metode penting dalam pendidikan Islam.Dengan metode ini pendidik dapat menanamkan pengaruh yang baik kedalam jiwa.Dengan metode ini pula, pendidik mempunyai kesempatan yang luas untuk mengarahkan peserta didik kepada berbagai kebaikan dan kemaslahatan.Cara yang dilakukan hendaknya nasihat lahir dari hati yang tulus.47Menurut Abdurrahman AnNahlawi nasihat yang tulus ialah orang yang memberi nasihat tidak berorientasi kepada kepentingan material pribadi.Dan pendidik yang memberi nasihat yang tulus hendaknya menghindarkan diri dari segala bentuk sifat riya dan pamrih agar tidak menodai keikhlasannya sehingga kewibawaannya dan pengaruhnya terhadap jiwa peserta didik tidak menjadi hilang.48 d. Mendidik kedisiplinan Disiplin adalah adanya kesediaan untuk mematuhi ketentuan/ peraturan-peraturan yang berlaku. Kepatuhan yang dimaksud adalah bukanlah karena paksaan tetapi kepatuhan akan dasar kesadaran tentang nilai dan pentingnya mematuhi peraturan-peraturan itu.49Metode ini identik dengan pemberian hukuman atau sanksi.Tujuannya adalah untuk menumbuhkan kesadaran siswa tentang sesuatu yang dilakukan tersebut tidak benar, sehingga siswa tidak mengulanginya lagi. Hukuman merupakan metode terburuk, tetapi dalam kondisi tertentu harus dugunakan. Oleh sebab itu, ada beberapa hal yang hendak diperhatikan pendidik dalam menggunakan hukuman: 1) Hukuman adalah metode kuratif, yaitu tujuan hukuman ialah memperbaiki
46
peserta
didik
yang
melakukan
kesalahan
dan
Abdurrahman An-Nahlawi, op.cit., h. 253 Hery Noer Aly, op.cit., h. 191 48 Abdurrahman An-Nahlawi, op.cit., h. 253 49 M. Alisuf Sabri, Ilmu Pendidikan, (Jakarta: CV. Pedoman Ilmu Jaya, 1999), Cet. 1, h. 47
40
28
memelihara peserta didik lainnya, bukan untuk balas dendam. Oleh sebab itu, pendidik hendaknya tidak menjatuhkan hukuman dalam keadaan marah. 2) Hukuman dapat digunakan apabila metode lain, seperti nasihat dan peringatan tidak berhasil guna dalam memperbaiki peserta didik. Abdullah Ulwan mengemukakan langkah-langkah yang hendak diperhatikan dalam memperbaiki peserta didik. Langkah-langkah yang dimaksud adalah mengingatkannya akan kesalahan dengan memberi pengarahan, membujuk, memberi isyarat, mencela, mengucilkan, hukuman yang mengandung pendidikan bagi orang lain. 3) Sebelum dijatuhi hukuman, peserta didik hendaknya lebih dahulu diberi kesempatan untuk bertaubat dan memperbaiki diri. 4) Hukuman yang dijatuhkan kepada peserta didik hendaknya dapat dimengerti olehnya, sehingga peserta didik sadar akan kesalahannya dan tidak mengulanginya lagi. 5) Hukuman psikis lebih baik dibandingkan hukuman fisik. 6) Dalam menjatuhkan hukuman, hendaknya di perhatikan prinsip logis, yaitu hukuman yang sesuai dengan jenis kesalahan.50 7) Hukuman hendaknya disesuaikan dengan perbedaan latar belakang kondisi peserta didik. Abdullah Ulwan mengemukakan bahwa peserta didik mempunyai kesiapan yang berbeda-beda dalam hal kecerdasan ataupun
respon
yang
dilahirkan.Demikian
pula
dalam
hal
tempramen.Ada peserta didik yang temperamennya tenang, ada yang temperamennya
sedang,
dan
ada
pula
yang
mudah
bergejolak.Semuanya disebabkan oleh faktor lingkungan, kematangan, dan pendidikan. Atas dasar itu, ada anak yang dapat diperbaiki dengan dipandang dengan muka masam, ada yang perlu dicela, dan ada pula yang perlu dipukul.51
50
Hery Noer Aly, Ilmu Pendidikan Islam.., h. 200-202. Abdullah Ulwan, Tarbiyah al-Aulad fi al-Islam…h. 760-761
51
29
Sebagain besar lembaga pendidikan masih menggunakan metode hukuman punishman untuk membentuk kepribadian siswa agar bersikap sesuai dengan lingkungannya.Namun metode ini bukanlah satu-satunya yang dilakukan untuk membina akhlak siswa, biasanya hanya dijadikan apabila siswa sudah berkelakuan di luar batas kewajaran. B. Boarding School 1. Pengertian Boarding School Boarding school diartikan sebagai sekolah berasrama. Dalam kamus besar bahasa Indonesia asrama adalah bangunan tempat tinggal bagi kelompok orang untuk sementara waktu, terdiri atas sejumlah kamar, dan dipimpin oleh seorang kepala asrama.52 Menurut Dr. Nurhayati Djamas, Boarding School adalah lembaga pendidikan yang menerapkan pola pendidikan yang siswanya tinggalbersama di asrama yang dibina langsung oleh pengasuh lembaga pendidikan tersebut dengan model terpadu antara pendidikan agama yang dikombinasi dengan kurikulum pengetahuan umum.53 Dari beberapa definisi di atas dapat di fahami bahwa Boarding School adalah sebutan bagi sebuah Lembaga yang didalamnya terjadi kegiatan pendidikan yang melibatkan peserta didik dan para pendidiknya berinteraksi dalam waktu 24 jam setiap harinya dengan mengkombinasikan antara pendidikan agama dan pendidikan umum. Istilah Boarding School sendiri bukanlah sebuah lembaga pendidikan yang baru di Indonesia, karena pendidikan model asrama tersebut telah lama dilaksanakan di Negara ini yaitu pendidikan pesantren.Menurut Zamakhsyari Dofir pesantren menurut sistem yang dianut terbagi menjadi 2 yakni pesantren salafi yaitu pesantren yang masih menggunakan sistem pendidikan tradisional dan 52
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), edisi ke-3, h. 72 53 Nurhayati Djamas, Dinamika Pendidikan Islam di Indonesia Pascakemerdekaan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2009), h. 157
30
pesantren khalafi (modern) yaitu pesantren yang telah menerapkan sistem pendidikan modern (klasikal) dengan pendidikan tradisonal.Dalam lembaga ini diajarkan secara intensif ilmu-ilmu keagamaan dengan tingkat tertentu untuk diterapkan dalam kehidupan mereka.Sedangkan di lingkungan sekolah mereka dipacu untuk menguasai ilmu dan teknologi secara intensif.54 Boarding School ini muncul pada masa awal 1990-an, beberapa tokoh muslim modern melakukan pembaharuan terkait model pendidikan Islam yang selama ini berjalan di Indonesia. Hal ini dilakukan mengingat semakin berkembangnya teknologi informasi yang berdampak pada bersinggungnya antar budaya Negara. Disamping itu juga, beberapa kelompok masyarakat khususnya dari kalangan kelas menengah atas dengan latar belakang orang tua seperti para professional yang tidak punya cukup waktu untuk mengurusi dan mengawasi anak-anak mereka biasanya menitipkan anaknya ke lembaga yang boarding school.
2. Unsur-unsur Boarding School Untuk dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawab penyelenggaraan boarding school dengan baik, diperlukan sebuah keterpaduan dari setiap unsur yang ada di boarding school.Terdapat beberapa unsur dalam boarding school, diantaranya asrama, siswa, pengasuh, materi pelajaran.55Sedangkan menurut Madania, terdapat beberapa unsur dalam boarding school, diantaranya yaitu asrama, pengasuh, siswa, masjid.56 Dari uraian di atas, dapat di kemukakan bahwa unsur-unsur dari boarding school terdiri dari:
54
Mujamil Qomar, Pesantren dan Transformasi Metodologi Menuju Demokratisasi Institusi, (Jakarta: Erlangga, 2006), h. 16-17 55 Nurhayati Djamas, Dinamika Pendidikan Islam di Indonesia Pascakemerdekaan, h.157159 56 ibid.,h. 160-162.
31
a. Asrama Asramaadalah bangunan tempat tinggal bagi kelompok orang untuk sementara waktu, terdiri atas sejumlah kamar, dan dipimpin oleh seorang kepala asrama. b. Pengasuh Pengasuh merupakan penanggung jawab sekaligus sebagai orang tua para siswa di asrama.Pengasuh memiliki pengaruh yang besar di lingkungan asrama.Nilai-nilai yang menjadi ciri khas pesantren yang mengutamakan pendidikan agama serta nilai-nilai pada aspek sosial yang membentuk pola relasi sosial ditransmisikan melalui pendidikan di asrama terhadap pembentukan pribadi dan watak siswa.57 c. Siswa Para siswa yang diterima dilembaga ini adalah siswa terbaik dari pesantren-pesantren yang telah memiliki basis pengetahuan agama yang cukup. d. Masjid Masjid merupakan pusat kegiatan keagamaan sebagai pengembangan kegiatan ekstra kurikuler, seperti shalat berjamaah dan tadarus (belajar al-Qur‟an). Pelaksanaan shalat berjamaah dimasjid merupakan keharusan bagi siswa dengan menerapkan ketentuan overlimits, yaitu siswa hanya diperbolehkan tidak mengikuti shalat berjamaah lima kali dalam seminggu yang diabsen oleh piket masjid dari siswa sendiri. Apabila ketentuan overlimits ini dilanggar siswa, maka akan mendapatkan sanksi seperti tidak diperbolehkan pulang kerumah orang tua pada saat orang lain pulang. Penerapan ketentuan ini dimaksudkan untuk menanamkan disiplin keagamaan pada siswa. e. Materi Pelajaran Pembinaan keagamaan siswa yang merupakan bagian dari program pengasuhan yang diperkaya dengan menerapkan berbagai kegiatan yang 57
Arief Subhan, Lembaga Pendidikan Islam Indonesia Abad ke-20, (Jakarta: UIN Press, 2009), h. 140
32
berdimensi keagamaan. Meskipun Boarding school tidak sama persis dengan pendidikan di pesantren, sekolah ini menerapkan prinsip pendidikan sejalan dengan tradisi di pesantren, seperti tadarus al-quran (belajar al-Quran), muhadharah (public speech) dan lain-lain. Model pendidikan Boarding School adalah salah satu bentuk lembaga pendidikan hasil modifikasi antara model pendidikan islam dilembaga pendidikan tradisional pesantren dan pendidikan klasikal. Sekolah model ini menawarkan pendidikan terpadu antara pendidikan agama
yang komprehensif bagi
pembentukan pribadi yang kuat secara agama, perwujudan perilaku yang berakhlak mulia dan diperkaya dengan perkembangan sains dan teknologi.58 . 3. Program Boarding School Program-program yang diselenggarakan oleh boarding school untuk mencapai tujuan yang diharapkan berbeda antara satu lembaga dengan lembaga yang lain, karena tidak ada ketentuan atau ketetapan baku yang mengharuskan adanya keselarasan seperti pada sekolah-sekolah regular pada umumnya. Penyelenggaraan program disesuaikan dengan visi misi masing-masing lembaga boarding school tersebut.Namun, secara umum karakteristik boarding school dapat dilihat dari aspek-aspek penerapan kurikulum dan metode pendidikan dengan alokasi waktu yang menyeimbangkan antara pendidikan agama bagi pembentukan watak dan pribadi siswa dengan kurikulum umum serta pada aspek kedisiplinan.59 Kelebihan-kelebihan lain dari sistem ini adalah sistem boarding lebih menekankan pendidikan kemandirian. Berusaha menghindari dikotomi keilmuan (ilmu agama dan ilmu umum). Dengan pembelajaran yang mengintegrasikan ilmu agama dan ilmu umum diharapkan akan membentuk kepribadian yang utuh setiap siswanya. Pelayanan pendidikan dan bimbingan dengan sistem boarding school yang diupayakan selama 24 jam, akan diperoleh penjadwalan pembelajaran yang 58
Nurhayati Djamas, op.cit., h. 152 Ibid., h. 157
59
33
lebih leluasa dan menyeluruh, segala aktifitas siswa akan senantiasa terbimbing, kedekatan antara guru dengan siswa selalu terjaga, masalah kesiswaan akan selalu diketahui dan segera terselesaikan, prinsip keteladanan guru akan senantiasa diterapkan karena murid mengetahui setiap aktifitas guru selama 24 jam. Pembinaan mental siswa secara khusus mudah dilaksanakan, ucapan, perilaku dan sikap siswa akan senantiasa terpantau, tradisi positif para siswa dapat terseleksi secara wajar, terciptanya nilai-nilai kebersamaan dalam komunitas siswa, komitmen komunitas siswa terhadap tradisi yang positif dapat tumbuh secara leluasa, para siswa dan guru-gurunya dapat saling berwasiat mengenai kesabaran, kebenaran, kasih sayang, dan penanaman nilai-nilai kejujuran, toleransi, tanggungjawab, kepatuhan dan kemandirian dapat terus-menerus diamati dan dipantau oleh para guru / pembimbing.60 Keseluruhan
proses
pendidikan boarding school
diarahkan pada
penguasaan sains dan teknologi, pengembangan kepribadian serta pembentukan watak siswa, maka kurikulum yang diterapkan merupakan penjabaran dari ketiga unsur tersebut. Setidaknya ada tiga program pendidikan yang diselenggarakan oleh sebuah boarding school, yaitu: a. Kegiatan Kurikuler Kegiatan ini merupakan substansi pembelajaran yang ditempuhdalam satu jenjang pendidikan tertentu sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh pemerintah. Kegiatan kurikuler ini dilaksanakan melalui tatap muka di sekolah untuk mengembangkan kompetensi yang disesuaikan dengan ciri khas dan potensi daerah. Substansi muatan lokal ini ditentukan oleh satuanpendidikan terkait. b. Ekstrakurikuler Untuk menunjang program pembelajaran akademis di boarding school, maka diperlukan program ekstrakurikuler untuk membentuk karakter siswa, menyalurkan minat dan bakat serta meningkatkan prestasi nonakademis siswa. Kegiatan Ekstrakurikuler merupakan kegiatan belajar 60
Abd A‟la, Pembaruan Pesantren, (Yogyakarta: Pustaka Pesantren, 2006), h. 49
34
yang dilakukan di luar jam pelajaran tatap muka untuk membantu pengembangan peserta didik sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, dan minat mereka
serta memperluas wawasan atau kemampuan,
peningkatan dan penerapan nilai pengetahuan yang telah dipelajari. Tujuan dari kegiatan ekstrakurikuler adalah: 1) meningkatkan
dan
memantapkan
pembangkan
bakat,
minat,
kemampuan, dan keterampilan dalam upaya pembinaan pribadi. 2) mengenali hubungan antar pelajaran dalam kehidupan di masyarakat c. Keagamaan Pembinaan keagamaan siswa yang merupakan bagian dari kepengasuhan asrama diperkaya dengan menerapkan kegiatan yang sejalan dengan prinsip pesantren, seperti Shalat berjama‟ah, tadarus Al-Qur‟an, pengajian kitab dan sebagainya. Hal ini bertujuan pada pembentukan pribadi keagamaan siswa. Di samping itu, sebagai nilai tambah dan keunggulan boarding school juga diselenggarakan program-program unggulan seperti penguasaan bahasa asing, teknologi, tahfidh Al-Qur‟an dan lain sebagainya.61
4. Segi-segi Positif Boarding School dalam Pendidikan Ada beberapa segi positif Boarding School jika dibandingkan dengan pendidikan sekolah regular.yaitu: a. Program Pendidikan Paripurna Umumnya sekolah-sekolah regular terkonsentrasi pada kegiatan-kegiatan akademis sehingga banyak aspek kehidupan anak yang tidak tersentuh. Hal ini terjadi karena keterbatasan waktu yang ada dalam pengelolaan program pendidikan pada sekolah regular. Sebaliknya, sekolah berasrama dapat merancang program pendidikan yang komprehensif-holistic dari program pendidikan keagamaan, academic development, life skill (soft skill dan hard skill) sampai membangun wawasan global. Bahkan 61
Sarbini, Pendidikan Kepatuhan Anak,http://www.slideshare.net/iniabras/pembinaankepatuhan-peserta-didik-di-sekolah. Diakses 20 Januari 2013pukul 22.30.
35
pembelajaran tidak hanya sampai pada tataran teoritis, tapi juga implementasi baik dalam konteks belajar ilmu ataupun belajar hidup. b. Lingkungan yang Kondusif Dalam sekolah berasrama semua elemen yang ada dalam komplek sekolah terlibat dalam proses pendidikan. Aktornya tidak hanya guru atau bisa dibalik gurunya bukan hanya guru mata pelajaran, tapi semua orang dewasa yang ada di Boarding School adalah guru. Siswa tidak bisa lagi diajarkan bahasa-bahasa langit, tapi siswa melihat langsung praktek kehidupan dalam berbagai aspek. Guru tidak hanya dilihatnya di dalam kelas, tapi juga kehidupan kesehariannya. Sehingga ketika kita mengajarkan tertib bahasa asing misalnya maka semuanya dari mulai tukang sapu sampai principal berbahasa asing. Begitu juga dalam membangun religius socity, maka semua elemen yang terlibat mengimplementasikan agama secara baik. c. Siswa yang heterogen Sekolah berasrama mampu menampung siswa dari berbagai latar belakang yang tingkat heteroginitasnya tinggi. Siswa berasal dari berbagai daerah yang mempunyai latar belakang sosial, budaya, tingkat kecerdasan, kemampuan akademik yang sangat beragam. Kondisi ini sangat kondusif untuk membangun wawasan national dan siswa terbiasa berinteraksi dengan teman-temannya yang berbeda sehingga sangat baik bagi anak untuk melatih anak dan menghargai pluralitas. d. Jaminan Keamanan Sekolah berasrama berupaya secara total untuk menjaga keamanan siswa-siswinya. Makanya, banyak sekolah asrama yang mengadop pola pendidikan militer untuk menjaga keamanan siswa-siswinya. Tata tertib dibuat sangat lengkap dengan sangsi-sangsi bagi pelanggarnya. Daftar “dosa” dilist sedemikan rupa dari dosa kecil, menengah sampai berat. Jaminan keamanan diberikan sekolah berasarama, mulai dari jaminan kesehatan (tidak terkena penyakit menular), tidak narkoba, terhindar dari
36
pergaulan bebas, dan jaminan keamanan fisik (tauran dan perpeloncoan), serta jaminan pengaruh kejahatan dunia maya.62
C. Kerangka Berfikir Masa remaja merupakan masa penting dalam perkembangan dan pertumbuhan manusia.Pembentukan akhlak manusia sejatinya harus diajarkan sejak dini agar kelak anak-anak mempunyai kecakapan sosial seperti yang diharapkan oleh lingkungannya. Sekolah seperti yang diyakini selama ini merupakan lembaga strategis untuk menyemai nilai-nilai islam ke dalam kehidupan manusia. Namun dibalik itu semua, kondisi lingkungan kita dewasa ini selalu diintai oleh pengaruhpengaruh dari luar yang akan merusak tatanan nilai-nilai yang kita anut selama ini. Untuk membantu pembinaan akhlak terhadap siswa/pelajar maka sekolah boarding school hadir sebagai solusi alternatif yang dapat membantu anak dalam membentuk pribadinya menjadi lebih baik.Oleh karena itu, boarding school
menawarkan
beberapa
program
yang
bertujuan
membantu
perkembangan anak.Atas dasar itu maka penting untuk memberikan programprogram yang efektif kepada siswa.Dan ini menjadi unggulan sekolah dengan system boarding school dibanding sekolah pada umumnya.Para murid mengikuti pendidikan regular dari pagi hingga siang di sekolah kemudian dilanjutkan dengan pendidikan agama atau pendidikan nilai-nilai khusus di malam harinya. Selama 24 jam anak didik berada dibawah pengawasan para guru pembimbing.
D. Hasil Penelitian yang Relevan Sejauh ini, beberapa penelitian yang membahas tentang Pembinaan akhlak telah banyak dilakukan. Namun masing-masing penelitian tersebut memiliki fokus penelitian yang berbeda-beda. Adapun beberapa penelitian
62
Jonar Maknun, Pengembangan sekolah menengah kejuruan (SMK), Boarding School berbasis keunggulan lokal, (Pdf, JPTA FPTK UPI), h. 11
37
yang berhubungan baik secara langsung maupun tidak langsung dengan tema yang diambil peneliti yang dijadikan telaah atau rujukan antara lain: Skripsi Abdul Razak yang berjudul “Peran Lembaga Pendidikan Islam Adzkia Islamic School Dompet Peduli Ummat Daarut Tauhid Jakarta dalam Meningkatkan Akhlak Siswa”63penelitian yang dilakukan Abdul Rozak pada persoalan peran lembaga pendidikan dalam meningkatkan akhlak siswa. Skripsi Robi Zulia yang berjudul “Peranan Yayasan Pesantren Islam (YPI) Boarding School of Cipete (BSC) Al-Futuwwah dalam Pembinaan Keagamaan
Anak
Pemulung
Kel.
Cipete
Utara,
Cipete,
Jakarta
Selatan”64menekankan pada persoalan peran kelembagaan yayasan pesantren islam (YPI) BSC dalam melakukan pembinaan keagamaan anak pemulung. Penelitian ini berbeda dari kedua penelitian di atas.Skripsi yang mengangkat judul “Pembinaan Akhlak Siswa Melalui Program Boarding School (studi kasus di MTs Al-Hidayah Boarding School Depok)”menekankan pada pembentukan akhlak siswa melalui program-program yang ditawarkan oleh boarding school di Al-Hidayah Boarding School Depok dalam membina akhlak siswa. Jika dalam penelitian Robi Zulia menakankan aspek pembinaan agama yang mempunyai cakupan lebih luas maka penelilitian ini justru spektrumnya lebih spesifik dan terarah. Selain itu, penelitian mengambil tempat yang berbeda dan waktu yang tidak sama dengan penelitian lainnya.
63
Abdul Razak, Peran Lembaga Pendidikan Islam Adzkia Islamic School Dompet Peduli Ummat Daarut Tauhid Jakarta dalam Meningkatkan Akhlak Siswa, (UIN Jakarta; 2010). 64 Robi Zulia, Peranan Yayasan Pesantren Islam (YPI) Boarding School of Cipete (BSC) Al-Futuwwah dalam Pembinaan Keagamaan Anak Pemulung Kel. Cipete Utara, Cipete, Jakarta Selatan (UIN Jakarta; 2009).
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukanpada program-program yang di selenggarakan di MTs. Al-HidayahBoarding School/ HBSyang terletak di Jl. Keadilan Raya Rawadenok RT. 02/01 Pancoran Mas Kota Depok Jawa Barat. Adapun proses penelitian ini dilakukan selama 3 bulan dari bulan Januari sampai dengan bulan Maret 2013 dengan melakukan pengamatan dan penelitian langsung di lapangan untuk memperoleh serta mengumpulkan data yang dilakukan secara insidental (sesuai dengan keperluan dalam melengkapi data).Rangkaian kegiatan penelitian dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 3.1 Kegiatan Penelitian No 1 2 3 4 5 6 7
Hari, Tanggal dan Bulan Senin, 14 Januari 2013 Senin, 4 Februari 2013 Senin,18 Februari 2013 Rabu, 20 Februari 2013 Senin, 4 Maret 2013 Rabu, 13 Maret 2013 Rabu, 20 Maret 2013
Kegiatan
Keterangan
Observasi Wawancara I Wawancara II Wawancara III Pengumpulan Data Pengolahan data Penulisan Laporan
Sekolah Kepsek Pembina Asrama Guru-Guru Sekolah -
38
39
B. Setting Penelitian Perkembangan pendidikan Islam dewasa ini mengalami kemajuan yang semakin pesat. Pondok pesantren sebagai lembaga pendidikan islam juga dihadapkan dengan persoalan kekinian menyita perhatian lembaga pendidikan untuk dituntaskan sehingga terjadi perubahan besar dalam manajemennya. Banyak pesantren mendirikan sekolah umum seperti SMK, SMA, MAK untuk dapat merespon dinamika tersebut. Tuntutan ini agaknya memperkuat alasan mengapa pesantren Al-Hidayah juga harus membenahi diri dengan menggantikan namanya menjadi sekolah berasrama atau Al-Hidayah Boarding School. Pada awal berdirinya, lembaga pendidikan ini bernama pondok pesantren, lembaga keagamaan yang berkonsentrasi pada sains Islam dan pembentukan akhlak siswa. Namun perjalanannya untuk memberikan materi-materi pendidikan Islam mendapat tantangan ketika bersentuhan dengan dunia luar yang kompetitif. Atas dasar itulah kemudian lembaga ini pada tahun 2008 pesantren Al-Hidayah menjadi Boarding School. Perubahan ini ini kemudian berpengaruh terhadap muatan kurikulum sekolah begitu pula sistem pengelolaannya. Salah satu konsekuensi dari perubahan tersebut adalah masuknya mata pelajaran umum yang selama ini tidak diajarkan di sekolah.Menurut manajemen sekolah perubahan ini sesuai dengan tuntutan awal untuk menjadikan lembaga ini menjadi sekolah berasrama. Meskipun terjadi perubahan namun sekolah tetap mempertahankan idealismenya untuk membentuk generasi-genarasi yang cakap dan berakhlak luhur seperti tujuan tertinggi pendidikan islam. Keberadaan sekolah dengan berasrama ini juga akan mempermudah mengelola dan membentuk akhlak luhur siswa. Dikotomi sains islam dan ilmu umum kemudian dirangkum menjadi keunggulan di sekolah Al-Hidayah Boarding School. Dimana terjadi integrasi keilmuan yang mendorong kognitif siswa untuk mengetahui ilmu agama tetapi juga mempunyai kecakapan dalam bidang-bidang sosial lainnya.Hal tersebut
40
sangat seirama dengan cita-cita sekolah yang tercantum dalam visi, misi dan tujuan umum sekolah. Apakah tujuan ideal pendidikan islam itu masih tetap terjaga dalam sekolah yang sudah mengadopsi sistem sekolah modern, atau justru berbalik arah ketika muatan ilmu ilmu lebih dominan dalam desain kurikulum. Penelitian ini berusaha menemukan langkah-langkah strategis sekolah sehingga mampu mendidik dan membentuk perilaku siswa ditengah jadwal yang padat.
C. Metode Penelitian Jenis penelitian ini adalah Penelitian Lapangan (Field Research) dilakukan untuk memperoleh data yang akurat dengan cara mendatangi langsung obyek penelitian. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pendekatan Kualitatif.Bogdan dan Taylor mendefinisikan pendekatan kualitatif adalah sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang atau perilaku yang dapat diamati.1 Penelitian ini berusaha mengungkapkan, menggambarkan berbagai kondisi atau fenomena realitabudaya interaksi edukasi dan program yang relevan untuk pembinaan akhlak di MTs. Al-Hidayah Boarding School. Dengan ini, peneliti mampu memahami dan memberikan makna terhadap rangkaian gambaran realita di sekolahtersebut.Adapun metode yang penulis gunakan adalah metode Naturalistic yaitu peneliti masuk dan menghabiskan waktu di sekolah, kelompok masyarakat, dan
lokasi-lokasi
lain
untuk
mempelajari
seluk
beluk
pendidikan.2
Penelitiandigunakan untuk memperoleh data dan mengidentifikasi bagaimana proses pembinaan akhlak siswa yang berlangsung di MTs. Al-Hidayah Boarding School.
1
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1997), cet. ke-8, h. 3 2 Emzir, Metodologi Penelitian Kualitatif Analisis Data, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), h. 2-3
41
D. Prosedur Pengumpulan Data Pengumpulan data penelitian ini bersifat interaktif, berlangsung dalam lingkaran yang saling tumpang tindih.Langkah-langkahnya biasanyadisebut strategi pengumpulan dan analisis data, teknik yang digunakan dan data yang telah diperoleh. Secara umum langkah-langkahnya ada kesamaan antara satu penelitian dengan penelitian lainnya, tetapi di dalamnnya ada variasi: 1. Perencanaan Meliputi perumusan dan pembatasan masalah serta merumuskan pertanyaan-pertanyaan
penelitian
yang
diarahkan
pada
kegiatan
pengumpulan data. Kemudian merumuskan situasi penelitian, satuan dan lokasi yang dipilih serta informasn-informan sebagai sumber data. Deskripsi tersebut merupakan pedoman bagi pemilihan dan penentuan sampel purposif. 2. Memulai Pengumpulan Data Sebelum pengumpulan data dimulai, peneliti berusaha menciptakan hubungan baik, menumbuhkan kepercayaan serta hubungan yang akrab dengan
individu-individu
dan
kelompok
yang
menjadi
sumber
data.Peneliti memulai wawancara dengan beberapa informan yang telah dipilih kemudian dilanjutkan dengan teknik bola salju.Pengumpulan data melalui interview dilengkapi dengan data pengamatan, dan data dokumen.Data dikelompokkan secara intnesif kemudian diberi kode agar memudahkan dalam analisis data. 3. Pengumpulan Data Dasar Pengumpulan data diintensifkan dengan wawancara yang lebih mendalam,
observasi
dan
pengumpulan
dokumen
yang
lebih
intensif.Sementara pengumpulan data terus berjalan, analisis data mulai dilakukan, dan keduanya terus dilakukan berdampingan sampai tidak ditemukan data baru lagi.Deskripsi dan konseptualisasi diterjemahkan dan dirangkumkan dalam diagram-diagram yang bersifat integratif.
42
4. Pengumpulan Data Penutup Pengumpulan data berakhir setelah peneliti meninggalkan lokasi penelitian, dan tidak melakukan pengumpulan data lagi.Batas akhir penelitian tidak bisa ditentukan sebelumnya seperti dalam penelitian kuantitatif, tetapi dalam proses penelitian sendiri. Akhir masa penelitian terkait dengan masalah, kedalaman dan kelengkapan data yang diteliti.Peneliti mengakhiri pengumpulan data setelah mendapatkan semua informasi yang dibutuhkan atau ditemukan lagi data baru. Secara konkrit Langkah-langkah pengumpulan datayang dilaksanakan adalah sebagai berikut: a. Mendefinisikan sasaran yang ingin dicapai melalui program perubahan yang akan dilakukan setelah dilaksanakannya proses pembinaan akhlak yang dilakukan selama 24 jam di sekolah. b. Mengidentifikasikan variabel-variabel sentral yang terdapat dalam membentuk akhlak santri. Diantaranya seperti pihak sekolah melakukan pembinaan melalui program-program serta parameter dalam mengukur keberhasilan sikap siswa sebagai hasil dari pembinaan. c. Pemilihan metode yang sesuai untuk mengumpulkan data serta penentuan metode yang dilakukan untuk memperoleh hasil yang akurat. d. Mengkondisikan target penelitian, jenis dan mutu informasi yang diperlukan, penggunaan informasi yang terkumpul, berbagai instrumen lain yang dapat digunakan. e. Melakukan wawancara untuk memperoleh data secara detail dari dua narasumber yakni kepala sekolah dan pengurus asrama. Wawancara dengan kepala sekolah mengarah pada manajerial sekolah sedangkan dengan pengurus asrama mengarah pada sikap keseharian siswa serta kurikulum-kurikulum yang tidak tertulis. Penelusuran ini sangat penting karena pada umumnya sekolah berasrama banyak mengandung kurikulum-kurikulum disepakati dengan tidak tertulis.
43
f. Pelaksanaan kegiatan pengumpulan data seperti hasil wawancara dan hasil observasi. g. Analisis Data h. Evaluasi Efektivitas Pengumpulan data
Proses penelitian ini dilaksanakan sejak awal penyerahansurat izin penelitian hingga selesai, dengan harapan peneliti ini dapatdiselesaikan dengan jangka waktu kurang lebih 3 bulan. Tahapan yang dilaksanakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Tahap pra lapangan a) Menyusun rancangan penelitian b) Memilih lapangan penelitian c) Mengurus perizinan d) Menjajaki dan menilai keadaan lapangan e) Memilih dan memanfaatkan informan f) Meyiapkan perlengkapan penelitian. g) Persoalan etika penelitian 2. Tahap pekerjaan lapangan a) Memahami latar penelitian dan persiapan diri b) Memasuki lapangan, dengan mengamati berbagai fenomena dan c) Wawancara dengan beberapa pihak yang bersangkutan d) Berperan serta sambil mengumpulkan data. 3. Tahap analisis data a) Analisis selama pengumpulan data b) Analisis setelah pengumpulan data c) Penyusunan trianggulasi data laporan penelitian berdasarkan hasil data yangdiperoleh.3
3
Lexy J. Moleong, op.cit., h. 127.
44
Untuk memperoleh data dari penelitian lapangan tersebut, penulis menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut: a. Observasi Observasi atau pengamatan dapat didefinisikan sebagai perhatian yang terfokus terhadap kejadian, gejala, atau sesuatu.Metode ini penulis gunakan untuk mengamati, mendengarkan dan mencatat langsung keadaan dan kondisi sekolah dalam pembinaan akhlak di MTs. AlHidayah Boarding School.Observasi yang digunakan adalah observasi non-partisipan yaitu observasi yang menjadikan peneliti sebagai penonton atau penyaksi terhadap gejala atau kejadian yang menjadi topik penelitian.Dalam observasi jenis ini peneliti melihat atau mendengarkan pada situasi sosial tertentu tanpa partisipasi aktif di dalamnya.4 b. Dokumentasi Metode dokumentasi ini sebagai pelengkap data yang berupa buku-buku, majalah, transkip, notulen rapat, catatan harian, agenda dan lainlain.5Metode ini peneliti gunakan untuk melengkapi data-data yang berhubungan dengan fokus penelitian dalam penelitian ini. c. Wawancara Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu.Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.Adapun jenis wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara baku terbuka yaitu wawancara yang menggunakan seperangkat pertanyaan baku. 6Dalam hal ini, yang diwawancarai (interviewee) adalah kepala sekolah MTs. AlHidayah Boarding School dan pembina asrama.
4
Lexy J. Moleong, op.cit.,h. 37-40 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, h. 158 6 Lexy J. Moleong, op.cit., h. 135-136 5
45
E. Prosedur Pengolahan Data dan Analisis Data Pengolahan data dimulai sejak awal penelitian dengan memilah dan memilih data yang sesuai dengan penelitian yang dilaksanakan. Prosedur pengolahan data yang dilaksanakan adalah dengan melalui tiga tahapan yaitu reduksi data, display data, analisis data, kesimpulan dan verikikasi, keabsahan hasil dan narasi analisis. 1. Reduksi Data Data yang diperoleh ditulis dalam bentuk laporan atau data yang terperinci. Laporan yang disusun berdasarkan data yang diperoleh direduksi, dirangkum, dipilih hal-hal yang pokok, difokuskan pada halhal yang penting. Data hasil mengihtiarkan dan memilah-milah berdasarkan satuan konsep, tema, dan kategori tertentu akan memberikan gambaran yang lebih tajam tentang hasil pengamatan juga mempermudah peneliti untuk mencari kembali data sebagai tambahan atas data sebelumnya yang diperoleh jika diperlukan. 2. Display Data Data yang diperoleh dikategorisasikan menurut pokok permasalahan dan dibuat dalam bentuk matriks sehingga memudahkan peneliti untuk melihat pola-pola hubungan satu data dengan data lainnya. 3. Analisis Data Teknik Analisis data yang penulis lakukan meliputi beberapa langkah, berikut sebagaimana dikemukakan oleh Miles dan Huberman yaitu model analisis data mengalir(Flow Model) yaitu: a. Pengumpulan Data Peneliti membuat catatan data yang dikumpulkan melalui observasi, wawancara dan dokumentasi yang merupakan catatan lapangan yang terkait dengan pertanyaan dan atau tujuan penelitian. b. Reduksi Data Proses analisis data di mulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber, yakni dari pengamatan, wawancara, dan dokumentasi. Setelah dibaca dan dipelajari, maka langkah selanjutnya adalah mengadakan reduksi data. Langkah ini berkaitan
46
erat dengan proses penyeleksi, memfokuskan, menyederhanakan, mengabstraksikan dan mentransformasikan data mentah
yang
diperoleh dari hasil penelitian. c. Penyajian Data Setelah melakukan reduksi data, langkah selanjutnya dalam analisis data adalah penyajian data atau sekumpulan informasi yang memungkinkan peneliti melakukan penarikan kesimpulan.Bentuk penyajian data yang umum dilakukan dalam penelitian kualitatif adalah teks naratif yang menceritakan panjang lebar temuan penelitian. d. Penarikan Kesimpulan Langkah yang terakhir dalam menganalisis data adalah menarik kesimpulan. Analisisnya menggunakan analisis model interaktif, artinya analisis ini dilakukan dalam bentuk interaktif dari ketiga komponen utama tersebut. Data yang terkumpul dari observasi, wawancara dan pemanfaatan dokumen yang terkait dengan pelatihan dan smber-sumber belajar yang sedemikian banyak di reduksi untuk dipilih mana yang paling tepat untuk di sajikan. Proses pemilihan data difokuskan pada data yang mengarah untuk pemecahan masalah, penemuan, pemaknaan, atau untuk menjawab pertanyaan penelitian yang terkait dengan fokus penelitian.7 Dari teori teknik analisis data yang dikemukakan di atas, kemudian penulis dalam prosesnya memiliki langkah-langkah yang dilakukan untuk menganalisis data sesuai dengan tujuan penelitian yakni mengetahui proses pembinaan akhlak melalui MTs. Al-Hidayah Boarding School. Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut: a) Setelah selesai mengumpulkan data, kemudian dilanjutkan dengan pencatatan dan pendataan informasi terkait dengan temuan di lapangan sehingga memudahkan pencatatan dan pendataan terkait dengan temuan di lapangan tanpa harus menunggu proses pengamatan berakhir.
7
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Pedoman Penulisan Skripsi, (Jakarta: Uin Syarif Hidayatullah, 2011), h. 60-61.
47
b) Setelah data terkumpul kemudian peneliti mereduksi data-data tersebut dengan mengklasifikasi dan kategorisasi terkait dengan pembinaan akhlak meliputi strategi, proses, pengawasan dan evaluasi program MTs. Al-Hidayah Boarding School. c) Setelah reduksi data dilakukan, analisis data dilanjutkan dengan melakukan penyusunan pokok-pokok temuan secara sistematis yang menjadi fokus kajian penelitian agar makna peristiwanya semakin jelas. d) Dan
selanjutnya
dilakukan
penarikan
kesimpulan
dengan
memperhatikan faktor keunggulan maupun kekurangan terkait dengan pembinaan Akhlak di MTs. Al-Hidayah Boarding School. Pada tahap ini peneliti dapat mengambil kesimpulan yang kemudian bisa dijadikan sebagai alat pertimbangan dalam pengambilan keputusan atau kebijakan sekolah. 4. Mengambil Kesimpulan dan Verifikasi Dari
kegiatan-kegiatan
sebelumnya,
langkah
selanjutnya
adalah
menyimpulkan dan melakukan verifikasi atas data yang sudah diproses atau ditransfer kedalam bentuk-bentuk yang sesuai dengan pola pemecahan permasalahan yang dilakukan. 5. Meningkatkan Keabsahan Hasil a. Kredibilitas (Validitas Internal) Keabsahan atas hasil-hasil penelitian dilakukan melalui: 1) Meningkatkan kualitas keterlibatan peneliti dalam kegiatan di lapangan; 2) Pengamatan secara terus menerus; 3) Trianggulasi, baik metode, dan sumber untuk mencek kebenaran data dengan membandingkannya dengan data yang diperoleh sumber lain, dilakukan, untuk mempertajam tilikan kita terhadap hubungan sejumlah data.8
8
Lexy J. Moleong, op.cit., h. 178
48
4) Pelibatan teman sejawat untuk berdiskusi, memberikan masukan dan kritik dalam proses penelitian; 5) Menggunakan
bahan
referensi
untuk
meningkatkan
nilai
kepercayaan akan kebenaran data yang diperoleh, dalam bentuk rekaman, tulisan, copy-an , dll; 6) Memberi check, pengecekan terhadap hasil-hasil yang diperoleh guna perbaikan dan tambahan dengan kemungkinan kekeliruan atau kesalahan dalam memberikan data yang dibutuhkan peneliti. b. Transferabilitas Bahwa hasil penelitian yang didapatkan dapat diaplikasikan oleh pemakai penelitian, penelitian ini memperoleh tingkat yang tinggi bila para pembaca laporan memperoleh gambaran dan pemahaman yang jelas tentang konteks dan fokus penelitian. c. Dependabilitas dan Conformabilitas Dilakukan dengan audit trail berupa komunikasi dengan pembimbing dan
dengan
pakar
lain
dalam
membicarakanpermasalahan-permasalahan
bidangnya yang
dihadapi
guna dalam
penelitian berkaitandengan data yang harus dikumpulkan. 6. Narasi Hasil Analisis Pembahasan dalam penelitian kualitatif menyajikan informasi dalam bentuk teks tertulis atau bentuk-bentuk gambar mati atau hidup seperti foto dan video dan lain-lain.Hal-hal yang perlu dinarasikan dan diperhatikan yakni; 1) Menentukan bentuk (form) yang akan digunakan dalam menarasikan data dalam bentuk kerangka atau outline dan lainlain. 2) Hubungkan bagiamana hasil yang berbentuk narasi itu menunjukan tipe/bentuk keluaran yang sudah di disain sebelumnya, dan. 3)
Menjelaskan
mengkoparasikan
bagaimana antara
keluaran
teori
dan
yang
berupa
literasi-literasi
narasi
lainnya
itu yang
mendukung topik.Narasi tersebut menjelaskan detail-detail korelasi antara topik pembahasan dengan dengan menggunakan parameter teoritis yang dipakai dalam penelitian ini.
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Al-Hidayah Boarding School Depok 1. Sejarah Singkat Al-Hidayah Boarding School Depok Perkembangan Islam di Depok, Jawa Barat, selalu dikaitkan dengan keberadaan sebuah yayasan yang bernama Al-Hidayah. Yayasan Pesantren yang terletak di jalan Keadilan Raya, Rawadenok RT 02/01 Pancoran Mas Depok-Jawa Barat ini merupakan yayasan tertua di daerah Depok dan sudah memberi kontribusi besar pada perkembangan Islam di daerah Depok. Hanya berselang beberapa tahun pasca kemerdekaan republik Indonesia tepatnya pada tahun 1948 yayasan Al-Hidayah didirikan oleh seorang ulama terkemuka yang berasal dari Hadramaut yaitu Habib Muhammad bin Yahya. Di tahun 1948 yayasan ini belum resmi beroperasi dan baru menjalan aktivitas keagamaan setahun setelah pendiriannya pada tahun 1949.
Dapat dipastikan, sebenarnya
kegiatan-kegiatan keagamaan yang dibawa Habib Muhammad sudah dimulai sebelum kemerdekaan itu sendiri diproklamasikan. Dengan demikian, kontribusinya dalam 49
50
mengembangkan Islam dengan jangka yang relatif lama tentu memberi dampak yang cukup besar. Banyak ulama-ulama yang dikaderkan Habib Muhammad yang berhasil menjadi pemuka-pemuka agama yang ternama seperti H. Abdul Muthalib bin Abdurrahman, K.H Maisar Yunus dan banyak lagi lainnya. Keberhasilan Habib Muhammad Yahya dalam mengembangkan Islam sangat dirasakan oleh masyarakat sekitarnya, ini dibuktikan dengan banyaknya kader-kader yang dididiknya menjadi pemuka agama. Tidak terbatas dalam bidang keagamaan saja bahkan sebagian kadernya banyak menjadi tokoh masyarakat yang perannya pun tidak bisa dinapikan dalam lingkungan masyarakatnya sendiri. Hal itu disadari oleh Habib Muhammad dalam rangka meneruskan dakwah dan syi’arnya sehingga beliau dengan serius mengkader murid-muridnya yang diarahkan untuk menggantikan posisinya. Kader-kadernya kemudian mengembangkan yayasan ini, mereka adalah H. Nipan bin Mutan, H. Maarif bin H Nipan, K.H Maisar Yunus, K.H Abdul Muthalib bin H. Abdurrahim, K.H. Jayadi bin H Kian, K.H. Sanusi bin Ciik, Ustadz Sa’adullah bin H. Kian, K.H Asmat. Nama-nama tersebut menjadi penerus dan pengembang yayasan Al-Hidayah dan sebagian mereka sempat mengisi pucuk pimpinan yayasan Al-Hidayah. Yayasan Al-Hidayah ini bergerak di bidang pendidikan Islam sehingga semua tingkatan sekolah formal itu disediakan oleh yayasan. Awalnya yayasan mendirikan Madrasah Ibtidayah setingkat SD, kemudian Madrasah Tsanawiyah (MTs), Madrasah Aliyah (MA), Pondok Pesantren, Taman pendidikan Al-Quran dan Taman kanakkanak Raudhatul Athfal. Khusus pondok pesantrennya setelah wafat genarasi awal dari kader Habib Muhammad, pondok ini sekarang dipimpin oleh K.H. Hilmi Zaini Thahir, MA, dan ketua yayasannya adalah K.H. Drs. Rahman Hakim, M.A. Pondok pesantren Al-Hidayah yang merupakan satu sub pendidikan dari yayasan Al-Hidayah yang berdiri pada tahun 1996. Pada awal berdirinya pondok ini mengadopsi sistem belajar pada umumnya yang terdapat di pesantren-pesantren
51
nusantara salafi dengan model sorogan.1 Jam belajar pun dibagi menjadi dua yaitu materi pelajaran umum seperti matematika, bahasa inggris, fisika, biologi dan materi pelajaran agama seperti tafsir, fiqih dan lain-lainnya. Untuk pelajaran agama itu dijadwalkan sebelum masuk sekolah formal, biasanya sehabis shalat subuh, setelah ashar dan pada malam hari. Semantara pada jam 07. 30 sampai jam 15.00 santri diberikan mata pelajaran umum. Rutinitas belajar di pesantren ini sangat padat, semua santri memang benar-benar dididik dan diasuh dengan melakukan kegiatan rutinitas. Sistem yang diadopsi pesantren ini pun menemukan kebuntuan, disenyalir diakibatkan oleh sistem pembelajaran yang tidak relevan dan terlalu klasik sehingga pesantren mengalami kemunduran. Untuk merespon dinamika tersebut pihak stokeholders mengambil sikap untuk menggantikannya dengan sistem pembelajaran yang lebih efektif dan akomodatif. Sistem
pembalajaran
yang
lama
dinilai
tidak
bisa
mengadaptasi
perkembangan luar sehingga mengalami pelemahan kualitas lulusan ketika bersaing dengan lembaga pendidikan lainnya. Oleh karena itu, atas inisiatif pengurus pada tahun 2008 pesantren ini berubah nama menjadi Al-Hidayah Boarding School atau sering disingkat HBS. Perubahan nama ini untuk mengalih perspektif masyarakat yang cenderung berpandangan sempit perihal kemampuan pendidikan khususnya dalam sains dan pengetahuan . Dengan adanya perubahan tersebut pada level yang lain teradapat perubahan pada kegiatan dan materi-materi di pondok pesantren AlHidayah. Yang sangat dirasakan adalah perhatian sangat besar terhadap kegiatan menghapal Al-Quran dan banyak lagi kegiatan baru sebagai dampak dari perubahan pondok Al-Hidayah. Bahkan perubahan itu membawa kamajuan yang lebih pesat, kreatifitas dan bakat anak yang pada sistem yang lama tidak tercover justru dapat
1
Model sorogan yang digunakan dalam proses belajar-mengajar diberikan melalui ceramah dimana santri membentuk sebuah kelompok belajar bersama kajiannya di depan Syaikh. Kelompokkelompok pengajian ini disebut halaqoh atau Bandongan dalam istilah Jawa. Model belajar-mengajar seperti ini juga diterapkan seperti yang terdapat sistem surau di Minangkabau dan pesantren-pesantren salafi nusantara lainnya. Lihat Azymardi Azra, Pendidikan Islam Tradisional dalam Transisi dan Modernisasi (Jakarta: Logos, 2003) h 14
52
dikembangkan dengan sistem yang baru ini. Berikut ini, profile Al-Hidayah sekolah boarding school. Sekolah yang telah melakukan transformasi ini masih berstatus swasta seperti pesantren sekolah islam pada umumnya. Namun terbilang mandiri meski pun tidak di support penuh pendanaannya oleh pemerintah daerah, namun sistem yayasan seperti ini justru tidak pernah mengandalkan bantuan dan pendanaan pemerintah karena yayasanlah sepenuhnya bertanggungjawab untuk mencari solusi jika menyangkut masalah finansial. Kemandirian sekolah juga bisa terlihat sebagaimana pendirian awalnya, sekolah ini justru mulai tumbuh dari tanah yang diwakafkan kepada pihak sekolah. Data ini menguatkan bahwa sekolah dan masyarakat mempunyai hubungan yang baik untuk membangun generas-generasi yang berkualitas. Selain itu pula, sebagai sekolah islam yang sadar akan tuntutan dan perubahan yang dinamis dalam masyarakat kita, sekolah HBS masih menunjukkan kualitas yang baik bagi usernya. Itu bisa dilihat dari kualitas yang diberikan melalui akreditasi sekolah, dimana pemerintah memberi nilai A kepada sekolah Al-Hidayah Boarding School. 2. Visi, Misi dan Tujuan Al-Hidayah Boarding School termasuk lembaga pendidikan tertua di daerah Depok, tetapi tidak ada jaminan bahwa sekolah seperti ini mampu menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman yang cukup cepat dan komplek. Oleh karena itu, perubahan nama dari pondok pesantren menjadi sekolah Boarding School juga harus diikuti dengan perubahan cara pandang bagaimana merespon dinamika kemasyarakat. Salah satunya adalah dengan memperkuat landasan penyatuan dua lembaga (pesantren dan sekolah umum). Konsep tersebut bisa dirangkum dalam sebuah pandangan besar seperti visi dan misi sekolah. Berikut ini adalah visi, misi dan tujuan pendidikan yang diidealkan oleh sekolah Al-Hidayah Boarding School:
53
a. Visi Menjadi lembaga pendidikan yang terdepan dalam mengembangkan dan memadukan ilmu pengetahuan dengan nilai-nilai islam secara kaffah. b. Misi 1) Mengembangkan dan memadukan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berbasis nilai-nilai Islam. 2) Mengajarkan nilai-nilai entrepreneurship dan life skill dalam menghadapi tantangan global. 3) Mengembangkan kemampuan tahsin dan tahfidz Al-Qur’an. 4) Mengembangkan kemampuan berbahasa Arab dan Inggris. 5) Mengembangkan dakwah Islam. c. Tujuan Umum Pendidikan 1) Memiliki hapalan minimal 12 Juz dan surat pilihan 2) Mampu membaca Al-Quran 3) Memiliki kemampuan mempraktekkan fiqih amaliah 4) Mahir berbahasa Arab dan Inggris 5) Memiliki hapalan do’a ma’tsurat 6) Memliki jiwa entrepreneurship dan life skill 7) Beraqidah lurus 8) Beribadah dengan benar 9) Berakhlak mulia 10) Berilmu dan berwawasan luas 11) Berbadan sehat dan kuat 12) Terampil, mandiri 13) Bermanfaat bagi masyarakat,agama dan bangsa
54
B. Program Boarding School dalam Pembinaan Akhlak Salah satu keunggulan yang terdapat pada model pendidikan yang mengadopsikan sistem boarding school adalah kegiatan siswa yang padat dalam rangka membentuk kepribadian siswa. Semua siswa hidup bersama dan bergaul dengan sesama teman dalam sebuah asrama yang disediakan pihak sekolah. Semua kegiatan pada dasarnya mengarah pada pembentukan perilaku siswa sehingga sesuai dengan tuntutan agama dan lingkungannya. Oleh karena itu, rutinitas sekolah harus dipandang sebagai usaha dan tanggungjawab sekolah mendidik akhlak siswanya. Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan bersifat komplementer yakni saling mendukung dan melengkapi antara sekolah dan asrama. Jadi, ketika siswa memutuskan untuk masuk ke sekolah ini semua siswa sudah ditetapkan jadwalnya sedemikian rupa sehingga terjadi keseimbangan antara kegiatan sekolah dengan kegiatan asrama. Dari kegiatan yang ditawarkan sekolah dapat dibedakan menjadi dua, yaitu kegiatan sekolah formal dan kegiatan ke-asrama-an. Namun secara garis besarnya bisa dibaca pada skema dibawah ini. 1. Program Kurikuler Program kurikuler merupakan program yang sudah dijadwalkan oleh pihak sekolah yang harus diikuti oleh semua siswa HBS sehingga aktifitas siswa jadwalnya sudah diatur dan didesign oleh sekolah. Adapun kurikulum yang digunakan di AlHidayah Boarding School Depok adalah KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan). Kegiatan kurikuler ini berlangsung setiap hari selain hari minggu. Dimulai pada Pukul 07.00 sampai 15.00, khususnya siswa kelas 9 yang akan menghadapi ujian nasional untuk kegiatan belajar mengajar ini durasinya ditambah jam pembelajarannya. Di antara mata pelajaran yang dipelajari di sekolah diantaranya mata pelajaran Bahasa Indonesia, Matematika, Biologi, Fisika, Agama, IPS, Bahasa Inggris dan beberapa mata pelajaran yang menjadi pelajaran muatan lokal yang dikembangkan berdasarkan kultur yang sesuai dengan sekolah. Sistem pengajaran mata pelajaran
55
tersebut dilaksanakan menurut sistem formal, sebagaimana sekolah yang lain, sistem ini berbeda dengan sistem bandongan yang menjadi ciri khas di pesantren. 2. Kegiatan Extrakurikuler Selain program kurikuler sekolah Al-Hidayah Boarding School mempunyai program ekstra kurikuler yang berkonsentrasi untuk mengembangkan bakat yang dimiliki oleh siswa. Secara definitive dapat dijelaskan bahwa program ektrakurikuler adalah program tambahan di luar jam sekolah formal untuk mengembangkan kompetensi siswa. Berdasarkan brosur sekolah HBS, ekstra kurikuler tercakup pada kegiatan aplikatif sesuai hobi dan minat siswa. Arenanya terdapat dalam pengembangan psikomotorik siswa seperti menjahit, bela diri, nagham, nasyid, namun ada dua materi yang terdapat pada kurikuler juga ada dalam ekstra kurikulker seperti Dirasat Kitab.2 Peneliti menanyakan hal tersebut untuk memperjelas program-programnya kepada Anshori Jayadi M.A selaku direktur HBS. Untuk menjelaskannya mata pelajaran Fikih dan Hadits diajarkan pada jam sekolah formal, materi yang diajarkan sesuai dengan ketentuan kurikulum yang ditetapkan oleh pemerintah. Sedangkan pengajian kitab (Dirasat Kitab), selain mempelajari materi yang berbeda juga menggunakan metode pengajaran yang berbeda yaitu sistem bandongan. Di sekolah HBS dapat dibagi menjadi tiga kegiatan utama. Pertama kegiatan kurikuler mencakup mata pelajaran formal seperti sekolah-sekolah umumnya. Kedua ektsra kurikuler mencakup kegiatan yang mengembangkan hard skill siswa serta keterampilan lainnya. Ketiga kegiatan keagamaan yang sangat samar, terkadang tumpang tindih dengan program ektsra kurikuler namun cenderung pada pengembangan sikap islami. Salah satu contohnya adalah pengajian kitab yang bisa masuk pada ektsra juga bisa masuk dalam kategori keagamaan. Sekolah HBS cenderung memisahkan eskul yang menekankan pada skill aplikatif dengan keagamaan yang menekan pada pemahaman nilai agama melalui pengajian.
2
Dilihat di Brosur Sekolah Al-Hidayah Boarding School Depok
56
Pengajian kitab itu dilaksanakan dua kali dalam seminggu, malam Senin dan malam Sabtu. Pada malam Senin mempelajari kitab Safinatunnajah, malam Sabtu kitab Tafsir Jalalein. Terkadang juga terdapat perubahan kitab yang dipelajari pada Dirasat Kitab. Bagi siswa yg 3 kali tidak mengikuti dirasat kitab akan diberikan sanksi lari dilapangan.3 Kegiatan
ekstrakurikuler
menurut
Anshori
Jayadi
sangat
signifikan
mempengaruhi pembentukan kepribadian siswa. Anshori Jayadi mencontohkan kegiatan pramuka, pada dasarnya membentuk pribadi yang bertanggungjawab minimal pada dirinya sendiri. Kegiatan seperti ini juga menumbuhkan kepedulian siswa pada lingkungan sekolahnya sehingga banyak sekali keterlibatan siswa dalam membantu masyarakat sekitar dalam gotongroyong maupun acara lain seperti persiapan maulid.4 Kalau prestasi diukur melalui apresiasi sekolah HBS juga banyak sekali mendapat penghargaan dan kejuaraan dalam beberapa event. Pada tahun 2009 mendapat juara I dalam lomba Tahfidz Qur’an (Gebyar Ramadhan) tingkat remaja, dan tahun 2010 mendapat juara II MTQ tingkat kota Depok. Pada cabang yang lain tahun 2010 sekolah HBS pernah mendapat juara I lomba Bulu tangkis putri tingkat tingkat kota Depok, juara III Tenis meja putri sekota depok, juara II lomba atlet lari 100m sekota Depok.5 Jika dicermati program ektrakurikuler ini dapat diklasifikasi menjadi lima cabang, di antaranya: a) Mempelajari Al-Quran Al-Quran merupakan sumber utama yang dijadikan pedoman kehidupan. Oleh karena itu sekolah HBS berkomitmen untuk mempelajarinya secara detail, tidak sekedar membaca tetapi juga menghafal, sima’an Al-Quran dan mempelajari isi 3
Wawancara dengan Esalaila adalah salah satu pembina asrama HBS, Depok, Senin, 18 Februari 2013 di asrama putri. 4 Wawancara dengan Anshori Jayadi adalah Direktur Al-Hidayah Boarding School Depok, Senin, 11 Februari 2013 di ruang kantor. 5 Wawancara dengan bagian tata usaha dan melihat dokumentasi prestasi siswa, Selasa 12 Februari 2013 di ruang kantor.
57
kandungan Al-Quran. Kegiatan-kegiatan itu langsung dipandu oleh dewan guru HBS. Sima’an Al-Quran dilaksanakan dengan cara membaca Al-Quran secara bergantian, dan yang lain menyimaknya. Kalau terdapat kesalahan dalam pembacaan, makhraj, tajwid rekan yang lain akan memberikan koreksiannya. Selain mempelajari Al-Quran hal yang ditekankan juga kepada siswa adalah pengamalan nilai-nilai Al-Quran dalam kehidupan sehari-hari. Mempelajari dalam bentuk yang lain bisa dilihat dengan mempelajari tafsirnya, mencermati kandungankandungan ayat dan menerapkannya ke dalam kehidpan. b) Dasar Agama dan Ibadah Selain konsisten mengembangkan kecakapan intelektual dan psikomotorik, HBS memandang aspek agama merupakan aspek vital bagi pertumbuhan dan perkembangan siswa. Program-program agama menjadi titik tekan bagi terbentuknya siswa-siswa yang berakhlak mulia sesuai dengan tuntunan agama dan mampu bersikap sebagai orang yang beragama dalam lingkungannya. Pada sisi agama, HBS mencoba mengembangkan kecakapan siswa tidak sekedar mengetahui dan memahami materi namun mampu bersikap seperti nilai-nilai yang diajarkan di dalam Islam. Pola ini dikembangkan mengingat kemampuan dalam bidang agama kadang-kadang tidak menunjukkan hasil yang berbanding lurus pengetahuannya. Namun di sinilah letak peran bagi boarding school, yang tidak sekedar mengajarkan pengetahuan dalam bentuk materi-materi tetapi juga turut memantau perkembangan siswa. Selain itu pula, pihak boarding school juga berperan melalui guru-gurunya memberikan contoh tauladan yang baik untuk ditiru oleh siswanya. Dengan demikian kemampuan siswa dalam bidang agama tidak hanya sekedar pemahaman materi yang _ormative tetapi pemahaman yang menjadi sumber tingkah lakunya.
58
Untuk mengembangkan kemampuan siswa dalam bidang agama, HBS memberikan program-program keagamaan, antara lain: Table I No 1
2
Nama Kegiatan
Zikir
Praktek
Target
fiqih
amaliah
Manfaat
Menguasai
qiraah ~ Mendekatkan diri dengan
mahmudah
Tuhan melalui zikir
Melaksanakan sholat ~ Melatih kedisiplinan siswa jamaah setiap 5 waktu
(Sholat Berjamaah) 3
Dirasat kitab
waktunya
Menguasai tentang
materi ~Mengamalkan nilai-nilai akhlak
Ziarah kubur
Siswa
dalam
nilai-nilai kehidupan
sehari-hari
akhlak 4
mengerjakan solat tepat pada
menghargai ~Meningkatkan
ketaqwaan
nikmat Tuhan dalam kepada Allah SWT bentuk kesehatan dan hidup. *data ini diolah dari hasil penelitian
Dalam tradisi yang hidup di HBS, zikir merupakan sarana mengingat kekuasaan Allah. Menurutnya zikir tidak terbatas hanya pada mengingat Allah akan tetapi zikir juga turut memberikan kenyamanan hati bagi seorang muslim. Kemudian jika dijalankan dengan konsekuen akan memantapkan hati untuk mengimani-Nya. Pada aspek spiritualnya, zikir mampu mengantarkan diri pada derajat keimanan yang lebih tinggi dari sebelumnya. Level keimanan dari yakin menjadi haqqul yaqin. Atas dasar itu pula dalam keyakinannya jika zikir dijalankan dengan baik ikhlas, zikir akan membuahkan hasil keberkahan dalam kehidupan muslim. Kalimat-kalimat yang menjadi isi dalam kegiatan zikir ini ialah kalimatkalimat thaibah yang memuji Allah. Zikir tersebut adalah Zikrul Ghafilin yaitu terdiri
59
dari bacaan al-qur’an surat al-fatihah, ayat kursi, asma’ul husna, istigfar, shalawat dan tahlil. Kegiatan
ini pun dibacakan secara bersama-sama dengan terlebih dahulu
bertawasul mengirimkan Ummul Kitab kepada syaikh-syaikh seperti Gus Mik Kediri, Hamim Jazuli, Hamid Abdullah Pasuruan. Zikir ini dilaksanakan sebanyak dua kali dalam sebulan yaitu setiap malam Rabu. Tokoh-tokoh sekolah juga mengambil peran dalam kegaiatan tersebut. Adapun zikir tersebut dipimpin oleh Ustadz Saifuddin Zuhri.6 Setelah zikir ada pula Dirasat Kitab misalnya memberikan pengetahuan bagi siswa tentang apa yang harus dilakukan oleh seorang muslim dan apa saja larangan yang tidak boleh dilakukan. Pengajaran ini lebih menekankan pada penguasaan materi tentang nilai-nilai akhlak. Setelah mengetahui seperangkat nilai ini siswa ditugaskan untuk menerapkannya, lalu mendapat pantauan secara ketat oleh guru atau pembina asrama sehingga nilai-nilai yang dipelajari dapat langsung diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan cara seperti inilah kegiatan-kegiatan itu mempunyai pengaruh besar dalam pembinaan akhlak siswa. Kegiatan yang lain juga adalah secara bersama-sama melakukan ziarah kubur setelah subuh ke makam pendiri sekolah Al-Hidayah Boarding School, yaitu K.H. Muhammad bin Yahya. Kegiatan ziarah ini dipimpin langsung oleh K.H. Arif Rahman Hakim yaitu ketua yayasan Al-Hidayah. Untuk pelaksanaanya dimulai dengan membaca Q.S Al-fatihah dan tahlil kemudian dilanjutkan dengan tausiah. K.H. Arif Rahman Hakim memberikan tausiah tentang keteladanan para pendiri AlHidayah dan manfaat berziarah kubur. Ziarah ini diikuti oleh seluruh siswa putra sedangkan bagi siswi putri dirasah al-Qur’an di Masjid. Nilai-nilai dalam kegiatan ziarah ini adalah mengingatkan manusia tentang Pencipta dan kematian, sehingga kelak siswa mampu bersikap lebih baik dalam akhlaknya. Manfaat lain yang dapat dipetik dari ziarah adalah mengaharap keberkahan melalui bertawasul kepada syaikh-
6
Wawancara dengan Saipudin Zuhri adalah pemimpin Zikrul Ghafilin, Depok, Senin, 11 Februari 2013 di rumah ustd Saipudin Zuhri.
60
syaikh yang disebutkan dalam ziarah tersebut.7 Doktrin ini berangkat dari kepercayaan kepada ideologi Ahlussunnah Waljama’ah.8 Selain tiga aspek di atas, peran sekolah juga tidak berhenti pada programprogram yang bersifat formal—tertulis sesuai dengan tata tertib HBS—tetapi juga program non formal yang biasanya tidak tertulis dan cenderung menjadi tradisi-tradisi yang hidup dalam sebuah lembaga sekolah. Hubungan antara kyai dan santri seperti banyak terdapat di pesantren dan sekolah Islam adalah salah satu contoh bahwa tradisi seperti ini mampu membantu pembentukan akhlak tanpa harus terikat pada peraturan-peraturan formal. Tradisi semacam ini adalah ikatan batin antara siswa dan kyai yang sulit dilacak melalui perspektif formal. Kepatuhan ini bukan kepatuhan mutlak yang menapikan pertimbangan lain, namun tetap bersumber pada nilai-nilai Islam yang hidup. Penghormatan pada guru sebagai ta’lim dalam pengetahuan umum seperti yang diajarkan dalam kitab Ta’limul Muta’allim bahwa penghormatan itu syarat mutlak untuk memperoleh ilmu pengetahuan yang berkah. Dasar inilah yang mempengaruhi pola pendekatan guru dan siswa di sekolah HBS. Keteladanan yang dicontohkan guru kemudian menjadi inspirasi bagi siswa untuk mengikuti akhlaknya serta mengubah tindakannya jika tidak sesuai dengan arahan guru. c) Kebahasaan (Arab dan Inggris) Sekolah
Al-Hidayah
Boarding
School
mengadopsi
metode-metode
pembelajaran bahasa dari pesantren ke dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah. Bahasa diajarkan secara rutin dan bertahap kepada semua siswa Al-Hidayah. Pada tingkat kelas satu di sekolah ini penggunaan bahasa masih diberi kemudahan untuk
7
Wawancara dengan Arif Rahman Hakim adalah Ketua Yayasan Al-Hidayah sekaligus Pemimpin Ziarah Kubur, Depok, Kamis 14 Februari 2013. 8 Ahlusunnah Waljamaah yang dianut sekolah HBS dapat dibaca melalui ormas NU yang merupakan organisasi formal yang menganut paham tersebut. Dalam paham keagamaannya NU menganut empat mazhab, Hanafi, Hambali, Maliki, dan Syafi’i sedangkan dalam Tauhid mengikuti Abu Hasan Al-Asy’ari dan Abu Mansur Maturidi dan dalam Tasauf Al-Ghazali dan Juned Al Bagdadi. di sekolah ini secara Fiqih banyak menganut Syafi’I sedangkan Tasaufnya mengadospi Al Ghazali. Ormas inilah yang mempengaruhi tradisi tawasul yang meyakini bahwa berdo’a melalui orang-orang menempati maqom tertentu akan membantu seseorang untuk mendekatkan diri kepada sang pencipta. (Lihat di Khalimi, Ormas-Ormas Islam, , Jakarta: Gaung Persada Press, 2010, h. 332 )
61
menggunakan bahasa Indonesia dan bahasa daerah, diberi kemudahan sambil menyesuaikan diri dengan lingkungannya serta mempelajari dasar-dasar bahasa. Namun setelah masuk ke kelas dua maka siswa tidak dibolehkan menggunakan bahasa Indonesia dan daerah untuk dijadikan alat berkomunikasi dalam percakapan sehari-hari. Jika terdapat siswa yang tidak menggunakan Bahasa Arab atau Inggris maka akan diberikan sanksi dengan membayar denda dalam bentuk uang dan dihitung dari banyaknya kata yang digunakan oleh siswa.9 Pembelajaran bahasa diajarkan secara intensif kepada siswa. Secara formal materi bahasa diajarkan pada sekolah (program kurikuler), biasanya pembelajaran di sekolah hanya sebatas pemberian materi grammar yang mesti dikuasai. Sedangkan penerapan dari pengetahuannya ditunjukkan dalam kehidupan sehari-hari dengan menggunakan bahasa Arab dan Inggris sebagai bahasa pengantar dan pergaulan. Selain itu, penggunaan bahasa dalam lingkungan asrama dan sekolah didukung pula dengan program pendukung muhadtsah yaitu kegiatan menghafal mofradat sebagai sarana pendukung penguasaan bahasa sehingga mampu berkomunikasi dengan baik. Proses program muhadatsah di sekolah Al-Hidayah dimonitoring oleh kakak kelas yang diberi kepercayaan oleh guru untuk memantau adik-adik kelasnya. Untuk memperkokoh dalam menggunakan bahasa maka siswa juga diajarkan menggunakan Bahasa Arab atau Inggris dalam kegiatan muhadharah. Siswa secara bergantian 5 sampai 6 orang menyampaikan ceramah. Dalam seminggu kegiatan muhadarah dilaksanakan sebanyak dua kali yaitu malam jumat dan malam Minggu. Kegiatan ini merupakan ekstra kurikuler yang rutin diselenggarakan untuk mengembangkan kecakapan siswa dalam berbahasa. Penggunaan dua bahasa ini diterapkan sesuai dengan visi dan misi sekolah secara disiplin jika tidak menggunakan maka akan dikenakan sanksi sesuai dengan sanksi yang sudah disepakati.10 9
Wawancara dengan Esalaila adalah salah satu pembina asrama HBS, Depok, Senin, 18 Februari 2013 di asrama putri. 10 Wawancara dengan Amshori Jayadi M.A, Depok, Senin, 11 Februari 2013 di ruang kantor.
62
d) Olah Raga Ektrakurikuler lainnya adalah olah raga. Ada beberapa cabang olah raga yang diselenggarakan di sekolah Al-Hidayah Boarding School yaitu bela diri, futsal dan volli. Pada pagi hari juga diselenggarakan olahraga untuk membentuk fisik yang sehat pada siswa sehingga dalam menjalankan kegiatan belajar mengajar dengan semangat tinggi. Olah raga diadakan setiap selesai shalat ashar, pukul 15.30 sampai 17.00 tetapi olah raga yang seperti bela diri dijadwalkan pada waktu yang ditetapkan. Dan hanya diikuti oleh siswa yang berminat saja. Pada jam sekolah pelaksanaan olah raga secara bersama-sama antara siswa dan siswinya. Berbeda pula ketika oleh raga pada saat setelah shalat subuh, selain dilaksanakan secara terpisah, seluruh siswa diwajibkan memakai pakaian yang sopan. Untuk laki-laki harus menggunakan celana dibawah lutut sesuai auratnya dan untuk siswinya tetap memakai pakaian olah raga pantas yang menutup aurat dan tidak memakai pakaian yang ketat yang memperlihatkan bentuk tubuh. Siswinya wajib memakai pakaian yang longgar. Oleh karena itu nilai-nilai yang dapat diambil dari olahraga adalah adab dalam berpakaian. e) Seni Ada tiga macam kegiatan seni yang masuk dalam ektrakurikuler yang diselenggarakan di Al-Hidayah Boarding School yaitu rawi, nagham dan marawis. kesemuanya termasuk dalam dalam menegakkan syiar Islam melalui pintu seni. Rawi adalah membaca sejarah rasul yang bermanfaat untuk memberikan pemahaman tentang perjuangan nabi dalam menegakkan nilai-nilai islam. Rawi ini dibaca oleh siswa di masjid setelah menunaikan ibadah shalat Magrib. Secara bergantian masing-masing siswa membacanya dengan nada indah. Pada dasarnya kegiatan seni bertujuan untuk mengolah rasa dan hati siswa untuk mempunyai kepekaan terhadap nilai-nilai seni. Penghargaan tersebut akan membentuk siswa yang akan menghargai tradisi-tradisi yang lahir dari seni dan mampu menariknya menjadi sikap yang termanifestasi dalam kehidupan sehari-hari.
63
Di beberapa sekolah apresiasi seni masih sangat lemah karena terpaku bahwa seni masih berlawanan dengan nilai-nilai Islam. Akibatnya siswa tidak mampu berekspresi nilai-nilai budayanya. Rawi dan Marawis adalah contoh bahwa dari rasa seni juga mampu membentuk pribadi-pribadi fleksibel dan adaptif terhadap nilai budaya. Selain itu, apresiasi ini juga bisa menekan aktifitas negatif dengan menyibukkan diri pada nilai estetiknya. Nagham adalah seni membaca al-quran dengan tajwid yang fasih dengan nada. Belajar nagham ini dibimbing langsung oleh ustadz Umar Syarif pada malam Minggu setelah Magrib. Ayat-ayat yang dipelajari ditetapkan langsung oleh ustadz yang mengajar. Dengan adanya nagham tersebut, memberikan manfaat kepada siswa untuk menumbuhkan rasa percaya diri dengan suara yang dimilikinya, agar dapat diasah dengan baik untuk menciptakan suara yang bagus dalam membaca al-Qur’an. Selain rawi dan naghom di Al-Hidayah Boarding School ada pula ektrakurikuler marawis. Biasanya dibentuk beberapa siswa kemudian membentuk satu kelompok dengan memegang masing-masing alat musik dan vokal. Kegiatan ektrakurikuler ditengah jadwal yang sangat padat diselenggarakan Al-Hidayah boarding school bertujuan untuk membentuk siswa yang kompeten. Kegiatan kurikuler dan ektrakurikuler tersebut mengisi kemampuan siswa pada tiga ranah yang vital, yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik.11 Dengan kompetensi yang dicapai diantaranya membentuk akhlak siswa yang sesuai dengan nilai-nilai islam, mampu menghapal Al-Qur’an dan penguasaan bahasa asing dengan baik. Maka jelaslah dari materi-materi yang diberikan sekolah Al-Hidayah mengarahkan siswa menjadi manusia yang kaffah sesuai dengan visinya.12
11
Wawancara dengan Anshori jayadi M.A. adalah Direktur Al-Hidayah Boarding School Depok, Depok, Senin, 4 Februari 2013 di ruang kantor. 12 Terminologi manusia yang kaffah sering sekali dipakai untuk menggambarkan manusia yang seutuhnya. Kaffah sendiri di dalam kamus munawir diartikan seluruhnya (tanpa terkecuali) sehingga dapat dipahami manusia kaffah yang dikehendaki dalam visi tersebut ialah membentuk manusia yang dapat menjawab setiap persoalan yang dihadapi baik itu pada bidang agama, begitu pula dalam bidang hubungan kemasyarakat. Dalam bahasa yang lain, manusia kaffah juga bisa dipahami dengan insan kamil.
64
Selain mengisi kemampuan pengetahuan HBS juga berkomitmen membantu siswa dengan memberikan keterampilan-keterampilan psikomotorik sebagai bekal pengalaman dan kemampuan praktis untuk menghadapi dunia kerja. Keterampilan ini memberi manfaat besar bagi pengembangan skill siswa, bahkan tidak jarang kemampuan ini jauh lebih membantu mereka bisa hidup dan bersosialisasi secara baik dengan lingkungannya dibanding materi pelajaran lain. Program-program
ektrakurikuler
turut
membentuk
kepribadian
dan
perkembangan siswa sehingga mampu bersosialisasi dengan baik di lingkungannya. Maka program ektrakurikuler ini, selain bisa menanamkan sikap kemandirian, kepedulian
dan
kedisiplinan
juga
mampu
mengembangkan
potensi-potensi
psikomotorik siswa. Pengembangan kemampuan siswa dalam bidang ini dalam visi HBS termasuk dari bagian pengembangan pendidikan life skill yang juga menjadi fokus dari tujuan pendidikan di sekolah HBS ini.13
C. Peran dan Tanggungjawab Pengelola Boarding School dalam Pembinaan Akhlak Pesantren dan boarding school pada dasarnya sulit dibedakan. Hal tersebut karena tradisi-tradisi pesantren sudah menjadi bagian penting dari keberadaan sekolah umum yang berlatar belakang Barat seperti boarding school. Pada awalnya, seperti yang ditulis Nurhayati Djamas14 bahwa sistem sekolah seperti boarding school merupakan
gabungan
dari
sekolah
umum
dan
pondok
pesantren.
Maka
konsekuensinya kedua unsur inilah yang mewarnai tradisi yang ada di boarding school yang marak sejak era 1990-an ini. Dengan demikian dapat disimpulkan ada dua yang sangat mempengaruhi pembentukan akhlak siswa. Keduanya yaitu guru dan sistem sekolah berasrama. sistem sekolah berasrama dengan strategi pembiasaanya mampu membentuk sikap 13
Hasil Raker V sekolah HBS di Gunung Bunder-Bogor pada 03-04 Juli 2012, lampiran visi dan misi sekolah. 14 Nurhayati Djamas, Dinamika Pendidikan Islam di Indonesia Pascakemerdekaan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2009), h 157.
65
siswa sehingga diresapi menjadi akhlak. Begitu pula guru yang memberikan pengayaan tauladan yang baik untuk dicontoh dan ditiru. Keduanya bila dikelola dengan maksimal akan mengantar siswa pada akhlak mulia sesuai misi sekolah. Sekolah HBS mempunyai tujuan pendidikan jangka panjang seperti yang terdapat pada tujuan akhirnya yakni membentuk siswa yang berakhalak mulia. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut pihak sekolah sudah memberikan tugas kepada masing-masing guru. Sedangkan pengasuh boarding mengontrol seluruh siswa selama 24 jam dengan sistem pembagian otoritasya kepada guru-guru. Pola seperti ini bisa juga dijumpai pada sekolah berbasis pesantren, namun tanggung jawab institusional tetap berada pada pengasuh sekolah. Sekolah HBS juga menerapkan hal yang sama seperti pesantren, setiap asrama didampingi oleh seorang guru untuk memantau perkembangan-perkembangan siswa. Di samping itu, pendamping juga bertugas memberikan arahan jika terdapat kesalahan maupun tindakan yang tidak sesuai dengan aturan-aturan sekolah. Guru yang dibebankan mengasuh asrama juga mengajar di sekolah formal. Pemberian wewenang dari pengasuh itu merupakan cara mengatur dan mengasuh siswa secara sistematis. Jika pada jam pelajaran formal guru mengajar sesuai dengan mata pelajaran yang diampunya, maka diluar jam sekolah guru dengan intens memantau tingkah laku siswa. Dan ini tugas yang dibebankan pada setiap guru Al-Hidayah Boarding School. Tentu selain tugas-tugas yang lain seperti mendampingi anak didik di asrama, mamantau setiap kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan. Tujuan ini konsisten dijalankan oleh sekolah melalui berbagai media. Tanggungjawabnya membentuk akhlak siswa diberikan dengan cara pembiasaanpembiasaan tanpa meninggalkan pantau secara langsung oleh pihak terkait seperti guru, penjaga sekolah dan lain-lain. Kadang-kadang juga pentauan juga dapat dilakukan oleh kakak kelas yang lebih tinggi untuk memberikan bantuan kepada adik kelas jika terdapat kesulitan dalam kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan oleh pihak sekolah.
66
Pengelolaan semacam itu merupakan pengaruh dari pola pesantren yang pada awalnya terdapat dalam sekolah HBS. Menurut Ansori Jayadi, transformasi tersebut adalah usaha lembaga pendidikan menyesuaikan diri dengan perkembangan dan tuntutan zaman yang semakin meningkat. Atas dasar itu pula, HBS tentu tidak seperti lembaga yang memang berdiri dengan boarding school karena HBS cikal bakalnya tumbuh dari pesantren dan bertransformasi menjadi HBS. Perubahan yang terdapat di lembaga pendidikan menjadi sekolah berasrama HBS tidak serta merta meninggalkan kultur yang sudah tertanam di HBS, tradisi seperti kedudukan kyai dalam pesantaren tetap terjaga. Hubungan antara kyai dan siswa dapat terihat pada sisi peran dan tanggungjawab HBS terhadap siswa-siswanya. Kyai tetap menempati kedudukan sentral dalam meninjau, mengasuh dan memonitor setiap perilaku-perilaku siswa.15 Sebuah kultur yang tetap terjaga di Al-Hidayah Boarding School ini adalah peran kyai sebagai simbol yang otoritatif dalam sebuah pesantren. Pada umumnya, lembaga pendidikan islam seperti HBS menganggap penyelenggaraan pendidikan sepenuhnya sangat tergantung pada sosok kyai. Posisinya sebagai pemimpin dan pemilik HBS
semakin memperkuat otoritasnya dalam menentukan kebijakan-
kebijakan strategis pesantren. Sumber otoritas itu pun menandakan bahwa manajemen pondok pesantren harus bergantung pada ketokohan kyai. Otoritas itu pun tidak dianggap melebihi wewenangnya sebagai pemimpin HBS, karena walaupun pelaksanaan pada kebijakan-kebijakan sekolah bergantung pada kyai namun tetap mengedepankan mekanisme yang biasa hidup dalam tradisi-tradisi pesantren seperti musyawarah dan lain-lain. Hal-hal semacam ini meskipun tidak tercatat dalam tata tertib dan menjadi ketentuan khusus namun ini selalu tetap tumbuh dan terjaga di sekolah HBS ini. Ini menandakan bahwa HBS tetap berkomitmen menjaga nilai-nilai
15
Wawancara dengan Anshari Jayadi M.A. adalah direktur Al-Hidayah Boarding School, Depok, Senin, 4 Februari 2013 di ruang kantor.
67
yang telah dikembangkan dalam lingkungan pondok pesantren dan menerapkannya ke dalam sekolah modern. Pada sisi lain peran dan tanggungjawab lembaga juga bisa dilacak melalui hubungan strategis kyai dalam membina perilaku dan akhlak siswa. Keduanya bisa dilihat dari dua level, pertama pengelolaan yang bersifat kelembagaan dan tata tertib sekolah biasanya dipantau langsung oleh pihak asrama atau guru pada level yang lain bisa juga dilihat dari hubungan yang terbangun antara santri dan kyai. Hubungan tersebut lebih bersifat unformal tidak seperti hubungan santri dengan pengelola asrama lainnya. Seiring dengan perubahan-perubahan yang terjadi di pesantren tak terkecuali pada
sistem
pengelolaannya
tradisi
seperti
semacam
ini
tetap
bertahan.
Kecenderungan yang terjadi di pesantren belakangan ini yang menganggap otoritas tunggal kyai mulai berkurang tetap mengalami perubahan meskipun tidak seperti yang dituduh Nurhayati, justru sejak berubah menjadi boarding school sekolah ini juga tetap menjaga sumber otoritas utama kyai apalagi terkait dengan pembinaan akhlak siswa. Tidak bisa dinapikan juga bahwa pengelolaan dan kelembagaan sekolah telah banyak diserahkan kepada pihak-pihak guru yang dipercaya oleh kyai untuk ditanganinya. Transmisi nilai dalam membentuk peribadi yang berakhlak mulia dikemas dengan baik oleh pihak sekolah. Di antara manifestasi tanggungjawab sekolah tersebut direalisasikan dalam bentuk program-program yang ditawarkan untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan dan kecakapan-kecakapan lain seperti afektif dan motoriknya.
D. Strategi dan Alat Pendidikan dalam Pembinaan Akhlak Pesantren mempunyai cara sendiri ketika melakukan pembinaan akhlak siswasiswanya. Al-Hidayah Boarding School sebagai lembaga pendidikan islam yang meneruskan tradisi-tradisi pesantren mempunyai kesamaan cara dalam melakukan pembinaan akhlak. Pembinaan yang dilakukan didasarkan atas pandangan mereka
68
terhadap manusia. Pandangan tersebut akan mempengaruhi cara yang dipilih dalam melakukan pembinaan secara islami. Seperti yang umum ditemukan di pesantren, pembinaan akhlak anak dimulai dari pembiasaan-pembiasaan aktifitas keagamaan. Kemudian diperkuat dengan instrumen lain agar siswa bisa beradaptasi dengan etika yang dipegang teguh dan terawat dalam tradisi sekolah. Begitu pula dengan sekolah Al-Hidayah Boarding School, strategi pembinaan akhlak banyak bertumpu pada peran kyai dan guru–guru sebagai tokoh dan teladan bagi sumber perilaku siswa. Pada sekolah HBS, strategi pembinaan dilihat dari tiga tahapan. Setiap tahapan mempunyai orientasi sendiri, sehingga pembinaan akhlak tidak dianggap sikap yang datang dengan konstan tetapi melalui proses kemudian mengental menjadi pandangan hidup yang membatin. Ada empat tahapan yang menjadi acuan pembinaan di sekolah HBS, yakni tahap penyadaran, modelling, riyadhah dan pemantauan. 1. Penyadaran. Tahapan pertama ini merupakan dasar bagi tahapan setelahnya karena dalam tahapan penyadaran siswa dibekali dengan materi-materi dengan nilai baik dan buruk dengan bersumber pada dasar-dasar Islam. Klasifikasi baik-buruk itu menggunakan acuan nilai atau norma Islam dan tradisi yang ada di HBS. Tetapi sekolah HBS menuangkan ukuran baik-buruk tersebut ke dalam aturan-aturan sekolah yang telah ditetapkan. Ketetapan aturan-aturan tersebut bukan saja didasarkan pada nilai-nilai Islami tetapi juga asas kepatutan. Aturan-aturan yang ditetapkan adalah ukuran untuk menentukan apa yang menjadi kewajiban, larangan dan perintah sehingga apa pun tindakan siswa harus sesuai dengan aturan sekolah. Aturan semacam ini menjadi penyadaran bagi setiap siswa di sekolah HBS dan setiap siswa wajib mengetahui aturan ketika memilih masuk di HBS.16 16
Sebelum mendaftar menjadi siswa, sekolah menawarkan aturan-aturan yang ditetapkan sekolah yang mesti dipatuhi oleh siswa. Jika melanggar dari ketentuan tersebut maka aka nada sanksi. Untuk memperkuat kesepakatan siswa dengan sekolah maka siswa harus menandatangi surat pernyataan akan mengikuti peraturan-peraturan yang ditetapkan sekolah. Wawancara dengan Ansori Jayadi, 14 Februari 2013 ruang kantor.
69
Penyadaran pada tingkat yang lain juga diperkuat dengan pengajaranpengajaran materi tentang keislaman khususnya yang berkaitan dengan akhlak. Pemberian materi di sini sebenarnya ada dua macam, pertama materi yang dijelaskan melalui jam pelajaran pada sekolah formal lalu yang tidak bisa ditinggal adalah pemberian materi oleh kyai atau dewan guru. Yang terdapat di sekolah HBS, setiap malam setelah selesai menunaikan shalat Isya, kyai selalu memberikan tausiyahnya kepada siswa. Tausiyah kyai berisi nasehat-nasehat tentang akhlak dan anjuran kyai untuk selalu berpegang pada nilai-nilai yang diajarkan. Bukan hanya itu, kyai pun selalu mengingatkan siswa tentang kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa agar tidak mengulanginya lagi. Terkadang kalau kesalahan sudah masuk dalam kategori larangan-larangan di sekolah dewan guru atau pengasuh asrama akan memberikan sanksi sesuai dengan ketentuan dan tingkat kesalahannya. 2. Modelling Pada umumnya siswa lebih mudah menerima materi pelajaran dan pola tingkah laku yang langsung dipraktikkan oleh guru dan dewan pengasuh untuk ditiru. Karenanya sangat diperlukan guru-guru yang mempunyai etika yang baik sehingga proses tranmisi nilai kepada siswa lebih cepat dan efektif. Modelling atau percontohan adalah pemberian contoh yang baik oleh guru untuk kemudian ditiru oleh siswa-siswanya. Guru merupakan sumber utama tuntunan bagi siswa, selain sebagai mitra dalam pembelajaran guru juga mengemban tugas yakni membentuk akhlak siswa. Dengan demikian siswa perlu menghadirkan guru yang berkualitas dan bertingkah laku baik sesuai dengan tuntutannya sebagai pengajar sehingga tingkah laku yang baik itu pula bisa ditularkan pada siswanya. Ada banyak kegiatan yang diselenggarakan pihak sekolah untuk memberikan contoh pada siswanya. Hal yang paling sederhana dapat dijumpai ketika melakukan shalat jamaah lima waktu di mesjid yang dijalankan tidak hanya oleh siswa tetapi guru juga ikut terlibat dalam kegiatan. Guru menjadi imam dalam pelaksanaan shalat jamaah, untuk menularkan kemampuan dan tingkah laku tersebut guru sering sekali
70
memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengambil peran sebagai imam atau muazin dalam pelaksanaan shalat. Selain itu, dalam shalat malam qiamul lail guru terlibat langsung menjadi imam dan memberi tausiyah tentang keutamaan shalat malam. Dan itu menjadi agenda rutin setiap guru di sekolah hidayah. Selain shalat malam, guru dan pengasuh juga mengimami shalat duha. Tauladan ini kemudian menular dengan sendirinya kepada siswa sehingga menjadi amalan rutinitas melalui pembiasaan-pembiasaan. Keterlibatan secara langsung dewan guru dalam amalan pada awalnya memang dibentuk oleh hubungan yang erat antara keduanya. Siswa memosisikan guru sebagai tauladan dikerenakan keterlibatannya secara nyata bukan sebatas memberi pengetahuan tentang norma lalu diserahkan sepenuhnya kepada siswa. Pola demikian sangat efektif membentuk akhlak siswa karena mensyaratkan kedekatan antara siswa dan pengajar. Guru dijadikan sebagai sumber utama sebagai tauladan bagi siswa. Komitmennya mengajar dan memberi contoh yang baik juga bisa terlihat pada kegiatan sehari-hari. Di beberapa kegiatan ektrakurikuler misalnya guru selalu memosisikan dirinya sebagai mitra yang baik dalam pengembangan akhlak. Tahfiz Al-Quran yang sejatinya program siswa tetapi guru juga diwajibkan menghafal suratsurat yang ditentukan agar mampu menekan motivasi kepada siswa. Selain itu, dalam doktrin akhlak tersebut guru adalah manifestasikan dari pengetahuan itu sendiri sehingga posisinya selalu diteladani karena jika siswa bertindak keluar dari apa yang dicontohkan guru akan menghilangkan berkah dari pengatahuan yang diajarkan kepada siswa. sehingga hubungan demikan akan memperkuat posisi guru sebagai teladan bagi semua siswa. 3. Riyadhah Tahapan ini adalah latihan melakukan kegiatan atau ritual keagamaan agar bisa menjadi tradisi dalam pribadi-pribadi siswa. Dalam arti yang sederhana riyadhah merupakan upaya pembiasaan tanpa harus dikontrol oleh guru atau pembimbing asrama dan pada akhirnya menjadi sebuah kebiasaan.
71
Riyadhah juga bisa diartikan upaya melatih dirinya berbuat baik dengan cara berusaha memahami perbuatan yang dilakukannya, berbuat dengan sikap yang ikhlas, tidak tercampur dengan sikap riya’ dan memperbanyak melakukan kebenaran dalam pergaulan, baik terhadap Allah, terhadap sesama manusia maupun terhadap lingkungan hidupnya. Riyadhah juga bisa dipahami dengan selalu tetap berkonsentrasi terhadap Allah ketika melaksanakan suatu perkataan baik, sehingga tidak dipengaruhi lagi oleh lingkungan. Penglihatan dan pendengarannya tidak dipengaruhi oleh sesuatu di sekelilingnya kecuali bertindak sesuai dengan tuntunan hati. Akhlak seperti dalam pengertian awal merupakan hasil dari pembiasaan yang terus menerus dilakukan oleh siswa. Latihan-latihan adalah langkah setelah siswa sudah mempunyai standar pengetahuan tentang nilai-nilai yang harus menjadi panduan
mereka
dalam
bertingkah
laku.
Langkah
selanjutnya
adalah
mengaktualisasikan diri dengan mengatur segala tindakan melalui aturan-aturan yang disepakati bersama siswa. Aturan itu kemudian dijalankan dengan kontinu sehingga sampai pada sikap yang kita beri nama akhlak. Tahapan Riyadhah ini akan memacu intensitas pengamalan nilai-nilai yan telah diajarkan sehingga membentuk akhlak mulia. Perilaku tanpa pertimbangan untuk melakukannya, seperti yang dijelaskan Abuddin Nata adalah akhlak. Dan sekolah HBS melakukan pembiasaan tersebut dengan mengembangkannya menjadi rutinitas sehingga bisa teraplikasi dengan baik dalam sikap keseharian. Anjuran utama melalui riyadah yang tampak cukup jelas di HBS adalah qiyamul lail, puasa senin-kamis, bahkan ada yang melakukan puasa daud. Dari pembiasaan-pembiasaan seperti inilah kemudian terpatri dalam sikap keseharian yang tidak memerluka pikiran dan prtimbangan untuk melakukaknya lagi. Pada titik inilah yang pembiasaan itu sudah menjadi akhlak baik bagi siswa. Metode riyadhah ini memberikan penghayatan mendalam dalam ritual keagamaan. Latihan dengan menggunakan langkah pembiasaan sangat membantu siswa melaksanakan tingkah laku sesuai anjuran. Hasil dari pembiasaan itu sangat
72
dirasakan oleh siswa. Shalat malam, pada awalnya dikerjakan dengan sangat susah tetapi dengan sendirinya membentuk akhlak siswa tanpa sadar. Hanya saja dibutuhkan waktu yang cukup lama dalam upaya pembiasaan tersebut disamping bimbingan yang intens oleh pihak sekolah. Terkait dengan pembiasaan yang disebutkan di atas, sekolah melatih sikap itu melalui shalat berjamaah. Model pembiasaan ini dalam islam akan mengikat secara batiniyah sehingga ketika meninggalkan atau bersikap berlawanan dengan nilai yang di lingkungannya maka mereka akan merasa teralienasi dari diri dan lingkungannya. Argumentasi yang lebih mendalam juga pernah diungkapkan Al-Ghazali bahwa akhlak mulia itu terbentuk melalui pembiasaan sehingga itu menjadi tabiat dan termanifestasi ke dalam perilaku baik lainnya. Berikut ini kutipannya : Demikian pula bagi orang yang menginginkan dirinya berhasil berbudi pekerti tawadhu’ (tidak congkak) dan ia telah dikuasai oleh sikap takabur. Maka jalannya adalah dia harus membiasakan melakukan perbuatanperbuatan orang tawadhu’ dalam waktu yang lama. Ia harus memaksakan dirinya pada yang demikian dan membebaninya sehingga yang demikian menjadi budi pekerti dan tabiat baginya. Kemudian mudahlah melakukan baginya.17 Ketiga tahapan tersebut di atas dalam praktiknya sangat membantu untuk melakukan pembinaan akhlak siswa. Tahapan ketiga membentuk satu kesatuan yang komplementer membentuk akhlak siswa karena seperti dijelaskan pada bagian awal bahwa ketiganya punya kecenderungan yang saling menguatkan. Tahapan awal sebagai pengenalan nilai melalui materi pelajaran sehingga mempunyai kecakapan dalam mengenal ―baik-buruk‖ sesuai ukuran islam. Tanpa pengenalan awal pada tahap penyadaran tentu tidak akan mungkin masuk ke tahap selanjutnya. Karena tahapan kedua dan ketiga adalah realisasi dari pemahaman tentang nilai pada tahapan awal.
17
Juz V.
Imam Al-Ghazali, Ihya’ ‘Ulumuddin, terjemahan (Semarang: As-syifa, 1994) cetakan I,
73
Tahapan-tahapan ini menurut Ansori Jayadi berhasil membentuk kepribadian siswa di Al-Hidayah Boarding School. Keberhasilan ini dapat diamati melalui perubahan-perubahan siswa yang sudah pernah menetap di sekolah. Sebelum melakukan tindakan seorang harus mengenal nilai baik dan buruk, lalu bisa menentukan dan melaksanakan nilai tersebut dalam kesehariannya. Tahapan-tahapan pembinaan akhlak seperti ini sangat membantu membentuk peribadi siswa. Dan kita bisa menyaksikan perubahan sikap siswa bagaimana mereka menerapkan nilai-nilai tersebut dengan baik.18 Aspek lain yang bisa dirasakan secara langsung adalah tingkah lakunya sesama teman. Saling menolong kalau dalam kesusahan, dan sifat seperti ini tidak tumbuh begitu saja dalam pribadi siswa tetapi melalui proses yang disebut dengan kesadaran dan riyadhah. Latihan-latihan inilah yang kemudian mengental memebentuk pribadi yang baik dan diterima dalam lingkungan sosial.19 Selain itu, keberhasilan dalam membentuk akhlak siswa juga bisa dilihat dari tingkah lakunya terhadap kedua orang tua, guru atau orang yang lebih tua. Penghormatan siswa HBS dibanding siswa lain tentu akan berbeda. Siswa dalam praktiknya yang dapat dilihat misalnya degan mencium tangan orang yang lebih tua ketika bersalaman sebagai bentuk penghormatan kepada orang yang lebih tua. Melaksanakan shalat secara berjamaah meskipun tanpa disuruh dan dipantau oleh pembimbing. Artinya, penerapan pengetahuannya tentang agama sudah masuk dalam kategori
akhlak
karena
sudah
mampu
melakukannya
tanpa
memerlukan
pertimbangan dan perintah. Hal semacam ini meskipun sulit diukur dalam bentuk angka-angka tetapi sudah menjadi tradisi dalam sekolah HBS dan bisa dilat melalui observasi. Inilah yang membedakan dengan sekolah-sekolah umum biasa yang tidak
18
Wawancara dengan Anshari Jayadi M.A. adalah direktur Al-Hidayah Boarding School, Depok, Senin, 4 Februari 2013. 19 Wawancara dengan Anshari Jayadi M.A. adalah direktur Al-Hidayah Boarding School, Depok, Senin, 4 Februari 2013.
74
memakai sistem berasrama karena tidak terlatih dan terbiasa dengan kegiatankegiatan seperti ini. Pada sisi akhlak sosial siswa HBS juga lebih menonjol dibanding yang lain. Pembekalan kecakapan psikomotorik mampu membuat mereka lebih mandiri dan bertanggungjawab kepada diri sendiri.20 Kemandirian itu terbukti dengan beberapa alumninya yang menekuni dunia usaha seperti menjahit, dan lain-lain. Dalam bahasa sederhana pembentukan akhalak baik itu secara hubungan dengan manusia maupun hubungan dengan Tuhan yang diterapkan di sekolah Hidayah Boarding School dapat digolong berhasil. Dapat dimengerti bahwa cara-cara pembinaan yang ditempuh oleh sekolah AlHidayah Boarding School mengadopsi dari cara yang dianjurkan oleh Imam Ghazali dalam kitabnya Minhajul ‘abidin. Menurut penulis, ada kesamaan langkah apa yang diterapkan di sekolah dengan apa yang ditulis oleh Al-Ghazali di dalam bukunya21. Misalnya, ‘uqbatu ilmi mempunyai kesamaan dengan jalan penyadaran akan nilai baik dan buruk, begitu pula pada tahapan selanjutanya seperti anjuran penyucian jiwa untuk meningkatkan intensitas perilaku baik. 4. Pantauan Setelah melalui tahapan-tahapan awal tadi yang penting juga adalah pantauan dari guru, pembina asrama atau pengasuh sekolah. Sekolah boarding school melakukan kontrolnya melalui mekanisme pentapan aturan-aturan untuk menilai sejauhmana perkembangan pembinaan akhlak efektif dijalankan. Langkah yang dilakukan pihak sekolah selain mengukur capaian melalui aturan-aturan juga memberikan nasehat secara kontinu agar siswa selalu konsisten dengan komitmennya untuk menjalankan nilai-nilai yang harus dilakukan oleh siswa. Pemberian nasehat oleh pengasuh disampaikan setiap selesai melakukan shalat. 20
Wawancara dengan Anshari Jayadi M.A. adalah direktur Al-Hidayah Boarding School, Depok, Senin, 4 Februari 2013. 21 Dalam buku ini, Imam Ghazali menganjurkan untuk mengetahui tentang nilai-nilai serta instrument lain yang harus dimiliki. Dalam arti lain adalah menganjurkan penguasaan ilmu seperti perihal yang berkaitan dengan kwajiban syariat. Lihat Imam Al-Ghazali, Minhajjul ‘Abidin, (Thoha Putra: Semarang) h. 6.
75
Peran guru dan pengasuh untuk memonitoring perilaku siswa adalah tugas mutlak karena kontrol secara langsung akan membantu guru untuk memetakan persoalan yang terdapat pada siswa dan membaca kecenderungan siswanya. Guru sebagai pemegang otoritas tertinggi juga tidak berhenti pada pengawasan saja tetapi menjalankan sanksi-sanksi yang disepakati dengan siswa jika terdapat pelanggaran. Sanksi yang terdapat pada sekolah HBS juga sangat beragam diukur sesuai dengan tingkat kesalahan yang dilanggar. Bagi siswa yang kabur dari asrama tanpa izin dari pengasuh akan dicukur licin (botak). Jika tidak mencapai target hapalan quran dengan surat-surat yang lain. Selain itu siswa tidak diizinkan pulang pada saat libur seperti libur puasa. Pada dasarnya sanksi yang ada di sekolah HBS menekan kesadaran siswa untuk berperilaku sesuai keinginan sekolah, melatih kedisiplinan. Hal ini tergambar pada poin-poin sanksi yang dicantum, di mana sanksi mental untuk melatih kesadaran lebih diutamakan dibanding sanksi fisik yang cenderung tidak efektif melatih kesadaran siswa.
E. Sikap dan Perilaku Siswa manifestasi Pembinaan Akhlak Program-program pendidikan di sekolah dan di asrama adalah bagian dari proses pembentukan akhlak yang menjadi target yang ingin dicapai sekolah. Proses pendidikan tersebut harus diukur melalui manifestasi sikap yang ditanamkan selama berproses di sekolah maupun di asrama. Salah satu parameternya untuk mengukur keberhasilan pembinaan akhlak melalui boarding school maka dapat dilihat dari dua elemen. Pertama ukurannya dapat ditinjau dari akhlak siswa secara vertikal terhadap sang pencipta sedangkan yang lain yang juga tidak bisa lepas dari penilaian kita adalah akhlak siswa terhadap lingkungannya (akhlak sosial). Kedua cara ini setidaknya mampu menjelaskan apakah terdapat perkembangan pada siswa pasca pembinaan atau tidak. Elemen pertamanya adalah akhlak siswa kepada Tuhannya. Untuk mengukur perkembangan ini, umumnya hanya bisa dilihat dari perilaku siswa dalam ubudiyah-
76
nya. Diantaranya manifestasi sikap akhlak itu misalnya bisa terlihat pada tingkat amaliahnya seperti melakukan shalat berjamaah, berpuasa senin-kamis, melakukan wirid-wirid yang ma’tsurat.22 Ritual keagamaan—zikir, dirosat kitab, rawi dan lainnya—merupakan manifestasi sikap ketakwaan siswa kepada penciptanya. Kegiatan keagaaman mendorong siswa bersikap sesuai dengan ajaran, hal itu bisa tercermin pada intensitasnya melaksanakan shalat karena merasa hal
tersebut merupakan
kewajibannya sebagai makhluk. Meningkatnya amal ubudiyah itu salah satunya memang disebabkan karena pengetahuan mereka dibidang agama juga meningkat. Sehingga mampu membentuk kebiasaan yang tanpa paksaan dari Pembina asrama dan pengasuh sekolah, pada tahap inilah kesadaran itu menjadi akhlak karena bisa dilakukan dengan spontan tanpa pengawasan sekali pun. Sikap itu kemudian tertuang pada tindakan untuk melakukan dan menunaikan ibadah-ibadah syar’i serta menunjukkan bahwa terdapat kesadaran siswa untuk menunaikan ibadah sebagai manifestasi ketakwaannya. Ini merupakan bentuk dari manifestasi pembinaan akhlak yang selalu diajarkan oleh sekolah kepada seluruh siswa. Sebenarnya, sikap-sikap semacam ini bukan saja menyentuh pada pengetahuan mereka tentang bagaimana menjadi hamba Tuhan yang baik, tetapi harus menyentuh pada tindakan dan sikap secara amali. Kedua akhlak sosial. Manusia pada hakikatnya adalah makhluk sosial yang membutuhkan lembaga-lembaga sosial agar bisa mengembangkan diri. Untuk bergaul dalam sebuah lingkungan membutuhkan kecakapan sosial yang tinggi, mengerti etika
22
Parameter yang digunakan untuk mengukur capaian pembinaan akhlak dalam karya ilmiah ini menggunakan data afektif siswa yang terdapat pada buku raport dan absensi kegiatan. Berdasarkan nilai afektif dalam bentuk angka berkisar 98 persen dalam kategori baik. sedangkan ukuran yang digunakan melalui absensi kegiatan juga sangat baik Karena disetiap absensi kegiatan yang berhualangan relative tidak ada, kalau pun ada itu adalah siswa yang berhalangan keras. Begitu pula jika diukur melalui aturan yang ditetapkan menurut Ansori Jayadi tidak ada pelanggaran berat yang dilanggar siswa semenjak 2013 ini. Data ini menjelaskan bahwa intensitas yang ada dalam setiap even atau laporan-laporan yang tersedia menunjukkan bahwa pembentukan akhlak melalui boarding school sangat baik karena mendapat control ektra dari guru dan pengasuh sekolah. Wawancara dengan Ansori Jaya, Depok 14 Februari 2013.
77
dan batas kepatutan dalam lingkungannya agar bisa diterima dalam lingkungan tersebut. Kecakapan sosial seperti ini juga tidak lepas dari perhatian sekolah sebagai pengembang kepribadian siswa. Sekolah menyiapkan model pembinaan dan tujuan khusus untuk mengembangkan akhlak sosial ini. Akhlak sosial menurut sekolah HBS lebih bertumpu pada nilai-nilai yang membuat mereka bisa bersosialisasi dengan baik di lingkungannya.23 Motifnya pun bukan pada hitungan pahala seperti ritual ubudiyah tetapi pada kapatutan sikap di depan masyarakat sehingga mereka bisa diterima dengan baik di lingkungannya. Nilai-nilai yang dikembangkan sekolah untuk menanamkan kesadaran sosial itu diantaranya sikap tanggungjawab. Sekolah melatih agar bertanggungjawab minimal kepada dirinya sendiri. Penanaman kesadaran tentang tanggungjawab ini benar-benar dilatih melalui program-program ekstrakurikuler atau pun keagamaan. Dalam ekstra kurikuler misalnya kegiatan seperti Pramuka melatih siswa bertanggungjawab terhadap apa yang mereka lakukan. Jika dianggap melanggar maka konsekuensi hukumannya harus mereka terima sebagai tanggungjawab dan cara mengakui kesalahannya. Selain itu, sekolah selalu menanamkan sikap kasih-mengasihi antara sesama teman. Dalam bentuk nyatanya, sikap ini bisa dilihat pada kepedulian siswa ketika teman-temannya sedang mengalami kesusahan. Ketika ada yang sakit, teman seasrama dengan baik merawat dan menjaganya.24 Dalam kondisi yang jauh dari orang tua, mendorong mereka untuk saling peduli dan saling mengasihi, sikap semacam ini sangat kental dan sangat menjiwai siswa-siswa di Al-Hidayah Boarding School. Ini hanya satu elemen saja dari wujud dari pembinaan akhlak yag dilakukan oleh sekolah dan dirasakan oleh siswa. Wujud yang lain juga bisa dilihat dari kemandirian siswa. Semua aktifitas di sekolah dikerjakan dengan sendiri, mulai dari
23
Wawancara dengan Anshari Jayadi M.A. adalah direktur Al-Hidayah Boarding School, Depok, Senin, 20 Februari 2013 24 Wawancara dengan Esalaila adalah salah satu pembina asrama HBS, Senin 18 Februari 2013.
78
hal-hal kecil seperti menyiapkan buku pelajaran ketika handak sekolah sampai ke hal yang besar, semuanya dilakukan secara mandiri. Semua sikap-sikap itu lebih pada pengembangan pribadi—dalam bahasa HBS akhlak sosial—agar kelak ketika mereka terjun ke dunia yang nyata seperti dalam kehidupan masyarakat mereka benar-benar siap. Kecakapan akhlak sosial yang diterapkan pada sekolah adalah bentuk dari komitmen sekolah menyiapkan generasigenerasi yang kuat dan mampu menunjukkan eksistensinya dalam kehidupan nyata.
F. Faktor Pendukung dan Penghambat Pembinaan Akhlak Akhlak menempati target tertinggi dan menjadi tujuan akhir dari pendidikan di Al-Hidayah Boarding School. Target pendidikan untuk membentuk kepribadian siswa sesuai dengan nilai-nilai islam itu juga sesuai dengan misi Rasulullah SAW.
انما بعثت التمم مكارم االخالق Artinya : Sesungguhnya aku diutuskan untuk menyempurnakan akhlak. (H.R. Ahmad)25
Dalam rangka mewujudkan target besar tersebut program-program yang sudah dicanangkan terkadang juga mengalami kebuntuan dan hambatan. 26 Hambatan besar dari kegiatan pembentukan kepribadian itu bisa terdapat dari sistem program yang belum bisa bekerja maksimal memantau perkembangan siswa, pada sisi yang lain juga bisa terdapat dari individu siswa sendiri. Akan tetapi secara global akhlak siswa termasuk dalam kategori baik karena tidak ada pelanggaran keras yang dilakukan siswa HBS.27
25
Moh. Ardani, op.cit., h. 26 Wawancara dengan Anshari Jayadi M.A. adalah direktur Al-Hidayah Boarding School, Depok, Senin, 4 Februari 2013. 27 Ukuran ini mengacu pada peraturan-peraturan siswa. Menurut kepala sekolah HBS tidak ditemukan siswa-siswa yang melanggar larangan-larangan keras yang sudah ditetapkan sekolah. 26
79
Faktor penghambat proses pembinaan akhlak di sekolah HBS adalah keragaman karakteristik siswa yang mempunyai kecenderungan sendiri-sendiri, datang dari berbagai latar belakang keluarga. Mengelola emosional siswa yang beragam tersebut memerlukan perhatian dan perlakuan khusus untuk bisa mengakomodir kecenderungan mereka. Pengelolaan itu sering terabaikan karena jumlah guru yang berada di sekolah yang tidak berimbang dengan siswa yang ditampung. Akibatnya, banyak mereka yang menyangkal perintah-perintah dari guru yang seharusnya menjadi agenda hariannya seperti menghafal Al-Qur’an, shalat berjamaah dan rutinitas lainnya. Pengabaian ini tentu menjadi penghambat bagi proses pembiasaan siswa untuk selalu menjalankan perintah dan aturan-aturan yang sudah ditetapkan oleh pihak sekolah. Padahal pembiasaan merupakan alat bagi sekolah untuk menanamkan nilai-nilai islam kepada para siswa. Kasus seperti ini biasanya terjadi pada siswa baru yang belum mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan barunya. Namun pihak sekolah selalu mencari jalan untuk penyelesaian itu dengan menambah intensitas guru-guru memantau siswa di asrama, terutama pada awal-awal tahun ajaran baru. Selain itu pula, tidak bisa dinapikan faktor penghambat juga terdapat pada institusi sekolah atau guru itu sendiri. Seperti sistem pengelolaan yang ditawarkan pihak sekolah yang intensitasnya sangat terbatas, sehingga rasio guru yang menjadi pemantau siswa di asrama tidak sebanding dengan jumlah siswa. Dampaknya banyak perilaku-perilaku siswa yang lepas dai pantauan guru dan pengawas asrama. Sedangkan pada dimensi lain, proses pembentukan akhlak siswa melalui sistem sekolah
berasrama sangat beragam pula. Hal utama yang membantu proses
pembentukan sikap siswa ialah lingkungan sekolah yang mendukung terbentuknya siswa-siswa yang berakhlak mulia sesuai dengan tuntunan Rasulullah dan tujuan pendidikan di HBS. Lingkungan berasrama jauh berbeda dengan sekolah biasa yang Sejauh ini, parameter yang untuk mengukur capaian-capaian yang dicanangkan selalu mengacu pada aturan-aturan siswa. Hasil wawancara bersama kepala sekolah HBS, Jayadi Ansori 2013
80
hanya menghabiskan aktu sekitar 7 sampai 8 jam sehari. Sekolah berasrama seperti HBS adalah sistem sekolah 24 jam. Selama waktu itu pula proses pembelajaran bukan saja dalam bentuk materi diajarkan kepada siswa-siswa tetapi juga keteladanan. Intensitas waktu yang panjang akan sangat membantu sekolah menghasilkan siswa-siswa berkualitas bukan hanya dibidang psikomotorik tetapi juga menjadi alat ampuh membentuk kepribadian siswa (afektif). Hal lain yang menjadi unggulan sekolah berasarama dalam membentuk akhlak siswa adalah aturan-aturan sekolah secara rinci. Peraturan-peraturan yang ditetapkan akan melatih dan terus memantau perkembangan siswa dengan segala bentuk penyimpangannya. Jika terdapat pelanggaran-pelanggaran maka akan diberikan sanksi sesuai dengan kesalahan. Model aturan ini sangat positif untuk membangun kesadaran siswa sehingga pembiasaan melalui aturan-aturan tersebut mampu membentuk akhlak sesuai dengan capaian-capaian yang telah tertulis dalam tujuan pendidikan.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Dari ulasan mengenai pembinaan akhlak di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa di MTs AL-Hidayah Boarding School Depok terdapat dua bentuk program pembinaan akhlak yaitu melalui program kurikuler dan ekstrakurikuler. Adapun program kurikuler memberi pengetahuan dan kecerdasan siswa dalam bentuk pengetahuan
materi-materi.
Sedangkan
program
ekstrakurikuler
berorientasi
membentuk kecakapan siswa sesuai dengan bakat dan minatnya. Yang memegang peran sentral dalam melaksanakan pembinaan akhlak adalah pengasuh sekolah untuk memonitoring setiap aktivitas siswa 24 jam, begitu pula guru/pengurus dengan rutin memantau perkembangan siswa. Untuk mewujudkan akhlak mulia, Al-Hidayah Boarding School menggunakan empat tahap strategi yaitu, pertama Penyadaran—pengisian materi tentang akhlak, pertimbangan baik dan buruk—kemudian kedua Modelling yakni pemberian contoh yang baik, ketiga Riyadhah yaitu latihan untuk meningkatkan intensitas amaliyah serta yang keempat Pantauan yaitu melakukan kontrol terhadap siswa dibantu dengan peraturan-peraturan dan sanksi yang sudah ditetapkan. Empat tahapan ini menggunakan beberapa strategi
81
82
acak seperti strategi pembiasaan dan teladan yang diberikan oleh guru dalam bentuk mencontohkan akhlak yang baik terhadap siswanya. Wujud perilaku siswa Al-Hidayah Boarding School masuk dalam kategori baik. Manfestasinya dapat dilihat dari indikasi perilaku siswa seperti tidak pernah terjadi tawuran antar siswa atau antar sekolah yang melibatkan sekolah Al-Hidayah Boarding School dan tidak melanggar syariat agama. Intensitas kegiatan-kegiatan keagamaan sesuai absensi juga sangat rajin, ini menunjukkan bahwa perilaku siswa di sekolah HBS cukup baik. Akan tetapi terdapat dua faktor yang menghambat pembinaan akhlak di HBS, Pertama minimnya guru dan pengasuh yang menetap di asrama membuat pembinaan akhlak di asrama tidak terkontrol dengan baik. Kedua karakteristik siswa dengan latarbelakang yang beragam turut penghambat proses pembinaan akhlak.
B. Kritik dan Saran Mengingat lembaga pendidikan sebagai lembaga penyemaian nilai-nilai kehidupan maka penting untuk memberi saran sebagai bahan koreksi atas kelemahankelamahan yang terdapat di sekolah MTs Al-Hidayah Boarding School, antara lain: 1. Menurut pengamatan peneliti, muatan kurikulum di sekolah Al-Hidayah Boarding
School
sangat
padat
sarat
muatan
akademik
sehingga
mengakibatkan kejenuhan pada siswa. Harus ada pengurangan muatan kurikulum sehingga terbangun model pembelajaran praktis dan aplikatif dan menyenangkan tanpa harus bergelut dengan kepadatan kurikulum yang terkadang tidak membantu mengembangkan kecakapan-kecakapan siswa. 2. Sebagian besar guru yang mengajar di sekolah Al-Hidayah Boarding School menetap di luar lingkungan sekolah akibatnya banyak siswa yang tidak terpantau dengan baik perkembangan akhlaknya. Untuk itu, harus ada kebijakan strategis menanggulangi persoalan tersebut agar proses pembinaan dan bimbingan yang lebih maksimal dapat diberikan oleh pihak sekolah kepada siswa-siswanya.
DAFTAR PUSTAKA Abdullah, M. Yatimin, Studi Akhlak Dalam Perspektif Al-Qur’an, Jakarta: Amzah, 2007 Anis,Ibrahimm Al-Mu’jam al-Wasith, Mesir: Darul Ma’arif, 1972 Alim, Muhammad, Pendiidkan Agama Islam Upaya Pembentukan Pemikiran dan Kepribadian Muslim, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2011 Aly, Hery Noer, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Logos, 1999) An-Nahlawi, Abdurrahman, Pendidikan Islam di Sekolah, Rumah dan Masyarakat, (Jakarta: Gema Insani, 1995) Abd A’la, Pembaruan Pesantren, (Yogyakarta: Pustaka Pesantren, 2006) Ali, Atabik & Zuhdi Mudlor, Ahmadm Kamus Kontemporer Al-Asri, Yogyakarta: Multi Karya Grafika, 1996 Al Aziz S. dan Saifulloh.Moh, Risalah Memahami Ilmu Tasawuf, Surabaya: Terbit Terang, 1998 Alwan, Abdullah, Tarbiyah al-Aulad fi al-Islam, Beirut: Dar-al-Salam, 1978 A.S, Asmaran, Pengantar Studi Akhlak, Jakarta: Raja Grafindo, 2003 Azra, Azymardi, Pendidikan Islam Tradisional dalam Transisi dan Modernisasi Jakarta: Logos, 2003 Bin Nashir As-Sa’di Abdurrahman, Mutiara Hikmah Penyejuk Hati, Syarah 99 Hadits Pilihan, Terj. Abu Muhammad Harits Abrar Thalib, Malang: Cahaya Tauhid Press, 2006 Bahri Djamarah, Saiful, Strategi Belajar-Mengajar, Jakarta: Rineka Cipta, 2002 BP4 Pusat, Pembinaan Keluarga Bahagia Sejahtera, Jakarta: TT, 1984 Djamasm Nurhayati, Dinamika Pendidikan Islam di Indonesia Pascakemerdekaan, Jakarta: Rajawali,Pers, 2009 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2005 83
84
Daud, Ali Muhammad, Pendidikan Agama Islam, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008 Emzir, Metodologi Penelitian Kualitatif Analisis Data, Jakarta: Rajawali Pers, 2011
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Pedoman Penulisan Skripsi, Jakarta: Uin Syarif Hidayatullah, 2011 Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, Jakarta, PT Raja Grafindo Persada, 2005 Hamid, Yunus Abd., Da’irah al-Ma’arif, II, Cairo: Asy’syab, t.t Imam Ghazali, Ihya Ulumuddin, Darur Riyan, 1987 _____________, Ihya’ ‘Ulumuddin terjemahan As-syifa: Semarang, 1994 Juz V _____________, Ihya’ Ulum al-Din, Bairut: Dar al-Kutub al-‘Ilmiah, 2002, juz III ____________, terjemahan Ta’limul muta’allim: Bimbingan bagi Penuntut Ilmu Pengetahuan Kudus: Menara Kudus, 2007 _____________, Berbisnis Dengan Allah, Terj. Ahmad Farnk, Surabaya: Pustaka Progressif, 2002 Ibnu Al-Jauzi, Abdurrahman Terapi Spiritual, Terj. A. Khosla Asy’ari Khatib, Jakarta: Zaman, 2010 J. Moleong, Lexy Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1997 Mustafa,Ibrahim, dkk., Al-Mu’jam al-Wasîth,Istanbul: Al-Da’wah,, TT MZ,Labib, Memahami Ajaran Tasawuf,Surabaya: Bintang Usaha Jaya, 2001 Nata, Abuddin, Akhlak Tasawuf, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1996 __________, Perspektif Islam Tentang Pola Hubungan Guru Murid, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2001
85
Sabri, Alisuf, Ilmu Pendidikan, Jakarta: CV. Pedoman Ilmu Jaya, 1999 Sarbini, Pendidikan Kepatuhan Anak, http://www.slideshare.net/iniabras/pembinaankepatuhan-peserta-didik-di-sekolah. Diakses 20 Januari 2013 pukul 22.30. Sanjaya,Wina, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Jakarta: Lencana Prenada Media, 2006 Rus'an, Intisari Filsafat Imam Al-Ghazali, Jakarta: PT Bulan Bintang, 1989 Subhan, Arief, Lembaga Pendidikan Islam Indonesia Abad ke-20, Jakarta: UIN Press, 2009 Suyuti,Achmad Percik-Percik Kesufian, Jakarta: Pustaka Amani, 2006 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik Profil sekolah Al-Hidayah Boarding School HBS dan hasil Qomar, Mujamil, Pesantren dan Transformasi Metodologi Menuju Demokratisasi Institusi, Jakarta: Erlangga, 2006 Wawancara bersama Esalaila (Pembina asrama), pada hari Rabu, 20 februari 2013 Wawancara dengan kepala sekolah, Ansori Jayadi, pada hari Kamis 14 Februari 2013. Wawancara dengan bagian tata usaha dan melihat dokumentasi prestasi siswa, Selasa 12 Februari 2013 Wawancara dengan Saipudin Zuhri adalah pemimpin Zikrul Ghafilin, Depok, Senin, 11 Februari 2013 di rumah ustd Saipudin Zuhri Wawancara dengan Arif Rahman Hakim adalah Ketua Yayasan Al-Hidayah sekaligus Pemimpin Ziarah Kubur, Depok, Kamis 14 Februari 2013 Maknun, Jonar, Pengembangan sekolah menengah kejuruan (SMK), Boarding School berbasis keunggulan lokal, Pdf, JPTA FPTK UPI Fidella Devina Aggrippina, Akhlak Terhadap Guru (http://fidela19salju.blogspot.com/), (Diakses pada tgl 11 Januari 2013. Pukul: 19:35).
86
Hasil Raker V sekolah HBS di Gunung Bunder-Bogor pada 03-04 Juli 2012, lampiran visi dan misi sekolah. http://www.harianterbit.com/2012/09/13/pembunuh-pelajar-diburu-polisi/ http://alfinasj.blogspot.com/2012/01/tawuran-pelajar.html
GEDUNG AL-HIDAYAH BOARDING SCHOOL (KANTOR-KELAS-ASRAMA PUTRA)
GEDUNG AL-HIDAYAH BOARDING SCHOOL (ASRAMA PUTRI)
Muhadatsah
Muhadhoroh
Olah Raga
Marawis
l., l:
sr
.
KEMENTERIAN AGAMA UINJAKARTA F IT K
FORM(FR)
Jl. lr. H. Juanda No 95 CiDutat15412 lndonesia
No.Dokumen : : Tgl.Terbit
FITK-FR-AKD-081 1 Maret 2010
N o .R e v i s i : Hal
01
:
1t1
SURATBIMBINGAN SKRIPSI Nomor : Un.01/F.1/KM.01 .3/........12012 Lamp. :Hal : Bimbingan Skripsi
Jakarta.22 Maret 2012
KepadaYth. Ibr"rDra. Hj. Djunaidatul Munawaroh,M.A PembimbingSkripsi FakultasIlmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Assalamu'alaikum wr.wb. Dengan ini diharapkan kesediaanSaudara untuk menjadi pembimbing VII (materi/teknis) penulisanskripsimahasiswa:
Nama
Mira Humairoh
NIM
10801 I 000147
Jurusan
PAI
Semester
VIII (Delapan)
JudulSkripsi PEMBENTUKAN
AKHLAK
SISWA MELALUI
PROGRAM BOARDING
SCHOOL (Study Kasusdi Mts Al-Hidayah Boarding School Depok) Judul tersebuttelah disetujui oleh Jurusanyang bersangkutanpada tanggal22 Maret 2012, abstraksiloutlineterlampir. Saudaradapat melakukan perubahanredaksionalpada judul tersebut.Apabila perubahansubstansialdianggapperlu, mohon pembimbing menghubungi Jurusanterlebih dahulu. Bimbingan skripsi ini diharapkan selesai dalam waktu 6 (enam) bulan, dan dapat diperpanjangselama6 (enam)bulan berikutnyatanpasuratperpanjangan. Atas perhatiandan kerja samaSaudara,kami ucapkanterima kasih. Wassal amu'alaikum wr.wb.
ikan AeamaIslam
.Ag r99803l 002 Tembusan: l. DekanFITK ybs, 2. Mahasiswa
fuo'
I
),. I
;
KEMENTENIANNGEIVIN UINJAKARTA FITK
No.Dokumen: rtfxFn-Axboe2
FORM( FR)
tgt. rerbtt
:
.1
Maret 2010
Jl. lr. H. Juanda No 95 Ciputat 1 s412 lndonesia
SURATPERMOHONAN I Z I NP E N E L I T I A N Nomor: Un.01/F.1/KM.O1 .Stlg-6a.ndlz Lamp.: Ouiline/proposal Hal : Permohonan lzin penelitian
Jakarta,25 September 2012
KepadaYth. Boarding SchootDepok [epalaSekolahMTsAl-Hidayah Di Tempat Assalamu'alaikum wr.wb. Dengan hormatkamisampaikan bahwa, Nama
: MiraKhumairoh
NIM
: 108011OOO147
Jurusan
: Pendidikan Agamalslam(pAl)
Semester
: lX (Sembilan)
Judulskripsi : "PEMBENTUKANAKHLAK sISwA MELALUI PROGRAM BOARDING scHool, (studi kasusdi Mts Al-HidayahBoarding school Depok)" adalahbenarmahasiswa/i Fakultas llmuTarbiyah danKeguruan UINJakarta yang sedang menyusunskripsi, dan akan mengadakanpeneritian(riset) di instansi/sekolah/madrasah yangSaudara pimpin. Untuk itu kami mohon Saudaradapat mengizinkanmahasiswa tersebut melaksanakan penelitian dimaksud Atasperhatian dankerjasamasaudara, kamiucapkan terimakasih. Wassalam u'alaikum wr.wb. ERlal#
.-"91
ikanAganralslanr
Tembusan: 1. DekanFITK 2. Pembantu DekanBidangAkademik 3. Mahasiswa yangbersangkutan
.Ag 199803 I 002
''1,.
*l
I I l
l
:<.-r-^ cr,.>*.^,Y I qt-e+J:ijl 4*1 "<Jl YAYASAN AL.HIDAYAH
AL-IIIDAYAIT BOAKDING SCNOOT DDPOK - JAIilIA BARAT
'URATKETERANGAN Nomor: SK-065/H BS/IV| zOLg Yangbertandatangandi bawahini : Nama
: AMSORITAYADI, M.Ag
Jabatan
: DlrekturPonpesAhHldayah BoardingSchool
Denganini menerangkan bahwa: Nama
MIRAKHUMAIROH
NIM
1080umo147
Tempatfigl.Lahir
Depok,01 fanuarl.1990
Status
MahasiswiFakultasllmu Tarbiyah& KeguruanUlN rakarta
Jurusan
PendidikanAgamalslam(PAl)
Semester
X (Sepuluh)
Alamat
Rawadenok Rt.02/01Kel.Rangkapan JayaBaru Kec,Pancoran Mas,KotaDepok164:14
Adalahbenartelah melakanakanpenelitian/riset(StudiKasus)di PesantrenAl-HidayahBoardingSchool (HBS)Depok,dari tanggal02 Januarl2OL3s/d 06 Aprll 2013dalamrangkapenyusunan skripsiyangberjudul IPEMBINAANAKHIAKSISWAMEIATUIPROGRAM BOARDING SCHOOL".
Demikiansuratketeranganini dibuaLuntukdipergunakan sebagaimana mestinya.
Tembusan: L Yth,Ketu.YayasenAl-Hidayah 2. PlmplnanPondokPesantrcn Al-Hldayah Boarding School 3. Arsip
HBSLEARNING GENTER: