PEMBIAYAAN KESEHATAN IBU & UPAYA PENURUNAN AKI: Antara kenyataan dan harapan
Mardiati Nadjib FKM UI 3 Juni 2010
Latar Belakang • AKI masih tinggi • Berbagai intervensi telah dilaksanakan (PTT BDD, P4K, Kemitraan Bidan-Dukun dsb) • Harapan: target MDG AKI menurun, maternal menjadi prioritas • Pengalaman dari studi Immpact di Banten 2007: apa penyebab AKI? • Bagaimana meningkatkan efektifitas intervensi? Perlu model intervensi khusus? • Universal coverage: prioritas ibu dan anak?
Pengalaman Studi Immpact • Meski ANC ke bidan, bersalin banyak yang ke dukun. Ketika dihadapkan pada kasus Near-miss, dana Askeskin sangat membantu. Kendala pemanfaatan? • COC sampel 640 kasus mencakup 372 kasus near-miss/ Nyaris Mati, 160 kasus persalinan normal dan 98 kasus sectio sesar Biaya rata-rata kasus near-miss berkisar dari Rp. 1,634,685 hingga Rp 2,579,500. Biaya obat merupakan proporsi terbesar (20 % - 48 %) tergantung tingkat keparahan. • Lebih dari 70 % masyarakat termiskin mengalami pengeluaran katastropik pada kasus near-miss, sementara tidak ada kelompok kaya yang mengalaminya. • Banyaknya simpul provider yang harus dilalui menyebabkan akhirnya ibu meninggal. Ketrampilan bidan yang kurang dalam menangani kasus emergensi memperburuk situasi. Ditambah masalah transportasi, budaya
Pengalaman Studi Immpact • Persoalan kualitas menjadi isyu penting standar pelayanan, ketrampilan, darah dsb dsb facility based delivery? Bidan bekerja dalam tim dan pelayanan buka 24 jam? Perlukah persalinan kelas III gratis untuk semua? • Bagaimana dengan dukun? Kepercayaan masyarakat tidak mudah untuk diubah
Midwifery Program: The costs (Immpact Study, Serang-Pandeglang n=231
Midwives that are resident in villages appear to be more efficient than those that are non-resident 50.0
0.800
Total cost Cost per delivery
45.0
0.700
0.600 35.0 0.500
30.0 25.0
0.400
20.0
0.300
15.0 0.200 10.0 0.100
5.0 -
-
Responsible for 1 Responsible for 1 village and residence village and NOT resident
Responsible for more than village
All villages
Cost per delivery (Rp million)
Cost per village (Rp million)
40.0
The need of midwives to earn the majority of income from user charges is likely to be an important reason for the continuing lack of accessibility to maternal services amongst the poor 7%
Near centre
Remote
35% 60
50
Private clinical Private non-clincal
58%
Annual income (Rp. million)
Public
Private non-clincal Private non-clincal Public
40
30
20
10
-
< 15 km
15 - 30 km
30 - 60 km
> 60 km
Total
• What determines public income? contract type and experience • What determines private income? experience, knowledge score, number of deliveries
Benefit Incidence (Immpact study, Serang dan Pandeglang) Rumah Sakit
Pengeluaran Tenaga Kes non RS ANC
Total
Miskin
375,705,743
169,394,891
482,758,534
1,027,859,168
Low-middle
375,705,743
298,135,008
587,289,721
1,261,130,472
Middle
563,558,614
442,685,316
629,580,964
1,635,824,894
Upper-middle
939,264,357
837,940,062
703,790,127
2,480,994,546
Kaya
1,791,856,760
1,450,020,268
794,756,198
4,036,633,226
4,046,091,217
3,198,175,545
3,198,175,545
10,442,442,307
9% 9% 14% 23% 44%
5% 9% 14% 26% 45%
15% 18% 20% 22% 25%
10% 12% 16% 24% 39%
Kelompok sosek
Poor Low-middle Middle Upper-middle Rich
Data proporsi menurut klp sosek diambil dari pop survei, spt data persalinan di rumah sakit, Linakes, serta ANC.. Data tsb digunakan utk membobot (disagregasi) pembiayaan maternal. Sekitar 20 persen masyarakat termiskin mendapat manfaat sekitar 10 persen dari belanja publik untuk kesehatan maternal, berbeda dengan 20% masyarakat kaya yang mendapat manfaat sekitar 39 persen nya
APA YANG HARUS DILAKUKAN? • Pengembangan model yang kontekstual daerah? • Belajar dari model-model intervensi: Kemitraan dukun-bidan Pembiayaan tabulin-dasolin Voucher system PKH: sukseskah compliance untuk meningkatkan linakes? – Model pembiayaan yang bagaimana yang sesuai? Ditanggung semua Jamkesmas? Jamkesda? – – – –
MODEL INTERVENSI ??????? Provider/ supply side Demand Creation S Sumber pembiayaan: APBN/APBD / ADD/ Jamkesmas/ Jamkesda/Donor dan OOP (tabulin, dasolin, ambulance desa dll)
Bidan/ Poskesdes
Paraji
ibu
Puskesmas / swasta
RS Kab / swasta BERAPA DIBUTUHKAN BIAYA??
RS Prov
Q u a l i t y o f c a r e
BAGAIMANA POTENSI PEMBIAYAAN ? APA SAJA YANG PERLU DIKAJI??? • Ketersediaan Sumberdaya – APBN/APBD termasuk ADD, Jamkesmas, jamkesda dll – Donor – Sumber dana masyarakat (tabulin, dasolin, ambulance desa dll)
• Fleksibilitas Penggunaan dana – alokasi dana sesuai dengan kebutuhan model (mungkinkah dilakukan penyesuaian?) Peraturan?
• Skema pembayaran kepada Provider – Searah dengan kebijakan Pemerintah Pusat dan Pemda, misalnya kebijakan fokus subsidi kepada ibu dan anak yang mulai diarahkan di Pusat – Sesuai dengan model yang akan dikembangkan
• Kemitraan – Pemerintah dan Swasta Seperti CSR, charity, LSM dll – Mendorong sisi supply dan demand, misal dana PKH bisa untuk tabungan (tabulin, Dasolin)
Tantangan 1. 2.
Perbedaan karakteristik masing 2 service point meliputi geografi (urban dan rural atau remoteness), sosioekonomi, budaya, memungkinkan perbedaan model intervensi dan pembiayaannya. Komitmen adalah persyaratan utama 1. 2. 3.
3. 4.
Kepala Daerah, KaDinkes, serta seluruh jajaran sampai desa mendukung disertai dengan komitmen pendanaan service provider untuk menjaga QoC atas model yg diusulkan cendrung berjalan paralel dengan besarnya pembiayaan untuk pengembangan model kerjasama lintas sektor termasuk aparat desa dan toma
Pengembangan model yang sukses membutuhkan waktu dan pendanaan yang sustain, terutama untuk masyarakat miskin (isyu-isyu kecukupan, efisiensi, equity dan sustainability) Mungkin saja secara nominal tersedia dana memadai, tetapi apakah sesuai kebutuhan pendanaan kegiatan model yang diusulkan? Bagaimana teknis penyesuaian kebijakan guna mendukung suksesnya implementasi model? Misalnya, sinkronisasi sisi supply dan demand, antara dana Jamkesmas, jamkesda, PKH, dan dana bersumber masyarakat seperti Tabulin, Dasolin dll
Acknowledgment: WB & Immpact/ IPACT