Media Gizi Pangan, Vol. XVIII, Edisi 2, 2014
Pendidikan, Pekerjaan, MP-ASI
PEMBERIAN MP-ASI DAN STATUS GIZI BAYI USIA 7-12 DI DESASALENRANG KECAMATAN BONTOA KABUPATEN MAROS 1
1
1
Siti Nur Rochimiwati , Zakaria , Aswita Amir. A , Yonansi Lembang Somba 1 Jurusan Gizi, Politeknik Kesehatan Kemenkes, Makassar 2 Alumni Jurusan Gizi, Politeknik Kesehatan Kemenkes, Makassar
2
Abstract Background: The provision of complementary feeding in children is one of the things related to food intake so that the child needs to be taken to prevent the incidence of poor nutrition or malnutrition among children. Provision of complementary feeding is not appropriate to the age, type, consistency or form of administration and the frequency and amount of complementary feeding can inhibit the growth of children optimally.Therefore, it would be nice to prevent due to the provision of complementary feeding is not appropriate forchildren. Objective: This study aims to determine how the image giving complementary feeding and nutritional status of children aged 7-12 months in Desa Salenrang Kacamatan Bontoa Kabupaten Maros. Methods: This study is a descriptive study. Samples were children under the age of 7-12 months in the Desa Salenrang Kacamatan Bontoa Kabupaten Maros as many as 40 people were selected by purposive sampling. Data regarding the provision of complementary feeding were collected using interviews with the respondents (maternal samples) with a questionnaire instrument. Assessment of nutritional status was done manually with the anthropometric measurement of weight, body length and determine the age. Results: This study showed that the age of first administration of MP-ASI of 67.5% is not appropriate and 32.5% accordingly. Type granting complementary feeding, amounting to 40.0% local, 60.0% of the manufacturer. Consistency, of 55.0% pulp, 5.0% soft. The frequency and amount, of 67.5% 2 times, 32.5% 3 times. Nutritional status based on index weight/age, 92.5% of normal, less than 5.0%, 2.5% severe malnutrition. Nutritional status based on the index high/age at 95.0% of normal, 5.0% very short, based on the index weight/height, at 72.5% of normal, at 17.5% thin, very thin at 5.0% and fat by 5.0%. Suggestion: It is recommended that health workers provide counseling and demonstrate relevant provision of complementary feeding in children and to monitor the growth of children, especially for those who have problems of nutrition. Keywords: Nutritional Status, Giving complementary feeding PENDAHULUAN Undang-undang No.23 tahun 2004 tentang perlindungan anak menyebutkan bawah “Pemerintah wajib memenuhi hak-hak anak, yaitu kelangsungan hidup, pertumbuhan dan perkembangannya serta perlindungan demi kepentingan terbaik anak”. Modal besar pembentukan manusia berkualitas dimulai sejak bayi dalam kandungan disertai dengan
38
pemberian Air Susu Ibu (ASI) sejak usia dini, terutama pemberian ASI Eksklusif yaitu pemberian hanya ASI saja kepada bayi sejak lahir sampai berusia 6 bulan. Masalah gizi secara garis besar disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor langsung dan faktor tidak langsung. Asupan makanan (energi dan protein) dan penyakit infeksi merupakan penyebab langsung
Media Gizi Pangan, Vol. XVIII, Edisi 2, 2014
masalah gizi, sedangkan penyebab tidak langsung adalah tingkat pengetahuan, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, pola asuh, sosial budaya, ketersedian pangan, pelayanan kesehatan dan foktor lingkungan (Depkes RI, 2007). WHO/UNICEF merekomendasikan empat hal penting dalam mencapai tumbuh kembang yang optimal yaitu memberikan air susu ibu segera kepada bayi dalam waktu 60 menit setelah bayi lahir, memberikan ASI secara eksklusif sejak lahir sampai berusia 6 bulan, memberikan Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) sejak bayi berusia 6 bulan, dan meneruskan pemberian ASI sampai bayi berusia 24 bulan atau lebih (DEPKES, 2006). Pemberian MP-ASI yang terlalu dini akan memengaruhi bayi untuk mengonsumsi ASI berkurang sehingga, jumlah ASI yang akan diproduksi juga ikut berkurang dan bayi akan berisiko mengalami gizi kurang. Pemberian MP-ASI harus diberikan pada waktu yang tepat, pemberian ASI terlebih dahulu baru diikuti oleh MP-ASI (Aritonang, 2004). Pemberian MP-ASI terlalu dini pada anak dapat menyebabkan gangguan perencanaan pada bayi seperti diare, konstipasi, muntah, dan alergi. Hal ini lebih sering terjadi dikarenakan kurangnya pengetahuan ibu tentang pemberian MP-ASI dan akan berpengaruh pada status gizi bayi tersebut. Data Riset Kesehatan Dasar Tahun 2010 menunjukkan bahwa prevalensi nasional gizi lebih pada balita sebanyak 4,3%dan hal ini tidak melebihi gizi kurang sehingga peneliti lebih cenderung melihat gizi kurang dan gizi buruk. Disamping gizi lebih sebanyak 17,9% (gizi kurang dan gizi buruk) dan 13,3% yang tergolong kurus,serta 35,6% yang tergolong pendek. Sedangkan di Sulawesi Selatan jumlah balita yang mengalami masalah gizi sebanyak 25,0% balita yang tergolong kekurangan gizi (gizi kurang dan gizi buruk), sebanyak 12,0% yang kurus dan 38,9% yang pendek (Balitbangkes, 2010). Kabupaten Maros merupakan salah satu Kabupaten di Sulawesi Selatan yang memiliki masalah gizi tergolong tinggi yaitu sebanyak 16,8% balita tergolong kekurangan gizi, sebanyak 12,7% tergolong kurus dan sebanyak 27,8% tergolong pendek sehingga hal ini perlu mendapat perhatian khusus dari pemerintah yang bekerja sama dengan tenaga kesehatan (Balitbangkes, 2007). Ibu sangat berperan penting dalam upaya pemberian makanan bergizi untuk anak.
Pendidikan, Pekerjaan, MP-ASI
Memburuknya gizi anak terjadi akibat ketidaktahuan ibu mengenai pemberian MPASI kepada anak. Seperti di desa Salenrang banyak ibu memberikan MP-ASI dini kepada bayi karena kurang mendapatkan informasi, di tambah lagi pendidikan yang kurang. Di sisi lain pemberian MP-ASI dini banyak dilakukan oleh ibu-ibu di desa Salenrang kerena kebiasaan yang diterapkan dalam keluarga secara turun-temurun memberiakn MP-ASI sebelum bayi berusia 6 bulan, dengan alasan ASI saja tidak cukup untuk memberi rasa kenyang bagi bayi. METODE PENLITIAN Jenis penelitian yang digunakan adalah observasional dengan pendekatan deskriptif dan rancangan secara potong lintang (cross sectional study) yaitu untuk memperoleh gambaran pemberian MP-ASI dan status gizi bayi umur 7-12 bulan. di Desa Salenrang Kecamatan Bontoa Kabupaten Maros. Populasi yaitu seluruh bayi yang ada di Desa Salenrang Kecamatan Bontoa Kabupaten Maros. Sampel yaitu bayi yang berumur 7-12 bulan sebanyak 40 orang. Cara pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling. Data karakteristik responden dan pemberian MP-ASI dikumpulkan dengan cara wawancara dengan menggunakan instrumen kuesioner. Data status gizi diperoleh dengan pengukuran antropometri, menimbang berat badan dan panjang badan anak. Penimbangan berat badan menggunakan dacin dengan ketelitian 0,1 kg dan pengkuran panjang badan menggunakan papan fiksasi dengan ketelitian 0,1 cm. Data sekunder terdiri dari atas gambaran umum wilayah Desa Salenrang Kecamatan Bontoa Kabupaten Maros. Data karakteristik yang diperoleh melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner selanjutnya akan diinput dalam master tabel pada komputer dan diolah menggunakan program komputer aplikasi SPSS. Status gizi berat badan menurut umur (BB/U) di hitung menggunakan z-scor berat badan menurut umur, status gizi tinggi badan menurut umur (TB/U) di hitung menggunakan z-scor tinggi badan menurut umur, dan status gizi berat badan menurut tinggi badan (BB/TB) di hitung menggunakan z-score berdasarkan WHO-ANTRHO 2005. Data yang telah diolah dianalisis dengan pendekatan deskriptif, yaitu dengan menghitung distribusi frekuensi sesuai kriteria objektif masing-masing variabel.
39
Media Gizi Pangan, Vol. XVIII, Edisi 2, 2014
HASIL PENELITIAN Umur Responden
Pendidikan, Pekerjaan, MP-ASI
Berdasarkan Tabel 03 dapat diketahui pendidikan ibu pada umumnya tidak tamat SD sebanyak 11 orang (27,5%) dan pendidikan ayah tidak tamat SD hanya 4 orang (10,0%).
Tabel 01 Distribusi Umur Responden
Jenis Kelamin Anak Umur (tahun) 20-30 31-40 Total
Ibu n 37 3 40
Ayah
% 92,5 7,5 100,0
n 27 13 40
% 67,5 32,5 100,0
Berdasarkan Tabel 01 dapat diketahui bahwa umur ibu pada umumnya 20-30 tahun sebanyak 37 orang (92,5%) dan umur ayah pada umumnya juga 20-30 tahun sebanyak 27 orang (67,5%). Pekerjaan Responden
Ibu rumah tangga Karyawan swasta Pedagang Petani pemilik Buruh Nelayan Sopir/tukang ojek Total
Ibu n 40 0 0 0 0 0 0 40
Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan
n 21 19
% 52,5 47,5
Total
40
100,0
Berdasarkan Tabel 05 dapat diketahui bahwa pada umumnya 19 orang (47.5%) anak berjenis kelamin laki-laki. Makanan/Minuman Saat Ini
Tabel 02 Distribusi Pekerjaan Responden Pekerjaan
Tabel 04 Distribusi Jenis Kelamin Anak
% 100,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 100,0
n 0 6 1 1 9 9 14 40
Ayah % 0 15,0 2,5 2,5 22,5 22,5 35,0 100,0
Berdasarkan Tabel 02 dapat diketahui bahwa pekerjaan ibu pada umumnya sebagai ibu rumah tangga sebanyak 40 orang (100,0%) dan pekerjaan ayah pada umumnya sopir/tukang ojek sebanyak 14 orang (35,0%).
Tabel 06 Distribusi Makanan/Minuman Anak Saat ini Makanan/Minuman Anak Saat Ini MP-ASI lokal MP-ASI lokal + ASI MP-ASI lokal + susu formula MP-ASI lokal + ASI + susu formula MP-ASI pabrikan MP-ASI pabrikan + ASI MP-ASI pabrikan +s usu formula Total
n
%
16 6 4 3 7 2 2 40
40,0 15,0 10,0 7,5 17,5 5,0 5,0 100,0
Berdasarkan Tabel 06 dapat diketahui bahwa pada umunnya bayi diberikan MP-ASI lokal sebanyak 16 orang (40,0%). Data Umur Pertama Pemberian MP-ASI
Pendidikan Responden 40 Tabel 03 Distribusi Pendidikan Responden Pendidikan Tidak tamat SD Tamat SD Tidak tamat SMP Tamat SMP Tidak tamat SMA Tamat SMA Perguruan tinggi Total
40
n 11 10 4 5 1 9 0 40
Ibu % 27,5 25,0 10,0 12,5 2,5 22,5 0,0 100,0
Ayah n % 4 10,0 7 17,5 8 20,0 8 20,0 4 10,0 8 20,0 1 2,5 40 100,0
Sejak lahir
30
1 bulan
20
3 bulan
10
4 bulan
0 Umur pertama pemberian MPASI
5 bulan 6 bulan
Grafik 01 Distribusi Umur Pertama Pemberian MP-ASI Berdasarkan grafik 01 dapat diketahui bahwa yang tertinggi pada umur 6 bulan
Media Gizi Pangan, Vol. XVIII, Edisi 2, 2014
Pendidikan, Pekerjaan, MP-ASI
sebanyak 13 orang (32,5%) dan terendah sejak lahir sebanyak 1 orang (2,5%).
diketahui pada umumnmya MP-ASI pabrikan sebanyak 24 orang (60,0%).
Kategori Umur Pemberian MP-ASI
Alasan Memilih Jenis MP-ASI Yang Pertama Diberikan
Tabel 07 Distribusi Kategori Umur Pemberian MP-ASI Kategori Umur Pemberian MP-ASI Sesuai Tidak sesuai Total
n
%
13 27 40
32,5 67,5 100,0
Berdasarkan Tabel 07 diketahui bahwa umur pemberian MP-ASI pada umumnya tidak sesuai (67,5%).
Alasan Memilih Umur Pertama Pemberian MP-ASI Tabel 08 Distribusi Alasan Memilih Umur Pertama Pemberian MP-ASI Alasan Memilih Umur Pertama Pemberian MP-ASI ASI tidak cukup/tidak keluar Sudah waktunya untuk diberikan makanan Sesuai dengan ajuran tenaga kesehatan Anak sudah mau makan Ikut tetangga Ibu sibuk bekerja Total
n
%
15 8
37,5 20,0
6
15,0
9 1 1 40
22,5 2,5 2,5 100,0
Berdasarkan Tabel 08 mengenai data alasan memilih umur pertama pemberian MPASI dapat diketahui pada umumnyakarena ASI tidak cukup/tidak keluar sebanyak 15 orang (37,5%). Jenis MP-ASI Yang Pertama Diberikan Tabel 09 Distribusi Jenis MP-ASI yang Pertama Diberikan Jenis MP-ASI yang Pertama Diberikan MP-ASI local MP-ASI pabrikan Total
n
%
16 24 40
40,0 60,0 100,0
Tabel 10 Distribusi Alasan MemilihJenis MP-ASI yang Pertama Diberikan Alasan Memilih Jenis MP-ASI Yang Diberikan Mudah didapatkan dan gampang membuatnya Lebih suka Lebih terjamin gizinya,lebih bersih dan sehat Takut anak kurang nafsu makan Cocok untuk anak bayi belum ada gigi dan cocok untuk pencernaan bayi Suka melihat iklan di TV Sudah menjadi kebiasaan dalam keluarga Bisa dibuat sendiri dirumah dan murah Total
n
%
17
42,5
4 5
10,0 12,5
1
2,5
7 2
17,5 5,0
1 2
2,5 5,0
1
2,5
40
100,0
Berdasarkan Tabel 10 mengenai data alasan memilih jenis MP-ASI yang pertama diberikan dapat diketahui pada umumnya karena mudah didaptkand an gampang membuatnya untuk anak sebanyak 17 orang (42,5%). Jenis MP-ASI Lokal yang Pertama Diberikan Tabel 11 Distribusi Jenis MP-ASI Lokal yang Pertama Diberikan Jenis MP-ASI Yang Lokal Pertama Diberikan Bubur/tepung beras Buah pisang/buah lainnya Total
n
%
11 5 16
27,5 12,5 40,0
Berdasarkan Tabel 11 mengenai data jenis MP-ASI lokal yang pertama diberikan dapat diketahui pada umumnya bubur/tepung beras sebanyak 11 orang (27,5%).
Berdasarkan Tabel 09 mengenai data jenis MP-ASI yang pertama diberikan dapat
41
Media Gizi Pangan, Vol. XVIII, Edisi 2, 2014
Jenis MP-ASI Diberikan
Pabrikan
yang
Pertama
Tabel 12 Distribusi Jenis MP-ASI Pabrikan yang Pertama Diberikan Jenis MP-ASI Yang Pabrikan Pertama Diberikan Susu bubuk Biskuit Bubur tepung pabrikan Total
n
%
1 9 14 24
2,5 22,5 35,0 60,0
Berdasarkan Tabel 12 mengenai data jenis MP-ASI pabrikan yang pertama diberikan dapat diketahui yang tertinggi bubur tepung pabrikan sebanyak 14 orang (35,0%) dan terendah susu bubuk sebanyak 1 orang (2,5%). Jenis MP-ASI yang Diberikan Saat Ini Tabel 13 Distribusi Jenis MP-ASI Yang Diberikan Saat Ini Jenis MP-ASI Yang Diberikan Saat Ini Bubur dari tepung beras Nasi Buah pisang/buah lainnya Bubur dari pabrik Bubur tim Bubur nasi Biskuit dan susu formula Bubur saring Total
n
%
2 14 1 11 5 1 1 5 40
5,0 35,0 2,5 27,5 12,5 2,5 2,5 12,5 100,0
Berdasarkan Tabel 13 mengenai data jenis MP-ASI yang diberikan saat ini dapat diketahui pada umumnyamakanan keluarga sebanyak 14 orang (35,0%). Konsistensi Diberikan
MP-ASI
yang
Pertama
Tabel 14 Distribusi Konsistensi MP-ASI yang Pertama Diberikan Konsistensi MP-ASI Yang Pertama Diberikan Cair Lumat Lembik Total
42
n
%
16 22 2 40
40,0 55,0 5,0 100,0
Pendidikan, Pekerjaan, MP-ASI
Berdasarkan Tabel 14 mengenai data konsistensi MP-ASI yang pertama kali dapatdiketahui tertinggi konsistensi lumat sebanyak 22 orang (55,0%) dan terendah lembik sebanyak 2 orang (5,0%). Alasan Memilih Konsistensi MP-ASI yang Pertama Diberikan Tabel 15 Distribusi Alasan Memilih Konsistensi MP-ASI Yang Pertama Diberikan Alasan Memilih Konsistensi MP-ASI Yang Pertama Diberikan Sesuai dengan lambung anak Anak belum ada gigi Agar mudah tertelan Jika cair anak mual Mudah dicerna anak Bagus untuk anak Ikut tetangga Agar anak tidak cepat lapar Total
n
%
15
37,5
3 15 2 2 1 1 1 40
7,5 37,5 5,0 5,0 2,5 2,5 2,5 100,0
Berdasarkan Tabel 15 mengenai data alasan memilih konsistensi MP-ASI yang pertama kali diberikan dapat diketahui pada umumnya agar mudah tertelan dan agar mudah ditelan masing-masing sebanyak 15 orang (37.5%). Konsistensi MP-ASI yang Diberikan Saat Ini Tabel 16 Distribusi Konsistensi MP-ASI yang Diberikan Saat IniDi Desa Salenrang Konsistensi MP-ASI Yang Diberikan Saat Ini Cair Lumat Lembik Makanan keluarga Total
n
%
2 22 7 9 40
5,0 55,0 17,5 22,5 100,0
Berdasarkan Tabel 16 mengenai data konsistensi MP-ASI yang diberikan saat ini dapat diketahui yang tertinggi lumat sebanyak 22 orang (55,0%) dan terendah cair sebanyak 2 orang (5,0%).
Media Gizi Pangan, Vol. XVIII, Edisi 2, 2014
Frekuensi MP-ASI yang Pertama Diberikan Tabel 17 Distribusi Frekuensi MP-ASI yang Pertama Diberikan Di Desa Salenrang Frekuensi MP-ASI Yang Pertama Diberikan 2 kali 3 kali Total
n
%
27 13 40
67,5 32,5 100,0
Pendidikan, Pekerjaan, MP-ASI
Frekuensi MP-ASI yang Diberikan Saat Ini Tabel 19 Distribusi Frekuensi MP-ASI yang Diberikan Saat Ini Frekuensi MP-ASI Yang Diberikan Saat Ini 2 kali 3 kali 4 kali Total
n
%
7 32 1 40
17,5 80,0 2,5 100,0
Berdasarkan Tabel 17 mengenai data frekuensi MP-ASI yang pertama diberikan dapat diketahui pada umumnya 2 kali sebanyak 27 orang (67,5).
Berdasarkan Tabel 19 dapat diketahui bahwa frekuensi MP-ASI saat ini sebanyak 3 kali/hari (80.0%).
Alasan Memilih Frekuensi MP-ASI yang Pertama Diberikan
Status Gizi Anak Status Gizi Berat Badan Menurut Umur
Tabel 18 Distribusi Alasan Memilih Frekuensi MP-ASI yang Pertama Diberikan Alasan Memilih Frekuensi MPASI Yang Pertama Diberikan Sesuai dengan jadwal makan keluarga Anak cepat lapar Takut anak terlalu kenyang Hanya membantu pemberian ASI Sesuai dengan anjuran buku KIA Cukup memenuhi kebutuhan anak Anak sudah mau makan Anak masih diberikan susu formula Anak baru belajar untuk makan Agar anak tidak cepat lapar Total
n
%
4
10,0
6 4 2
15,0 10,0 5,0
1
2,5
7
17,5
1 4
2,5 10,0
8
20,0
3 40
7,5 100,0
Berdasarkan Tabel 18 mengenai data alasan memilihh frekuensi MP-ASI yang pertama diberikan dapat diketahui pada umumnya anak baru belajar untuk makan sebanyak 8 orang (20,0%).
Tabel 20 Distribusi Statsus Gizi Berat Badan Munurut Umur Status Gizi BB/U Gizi buruk Gizi kurang Gizi baik Total
n
%
1 2 37 40
2,5 5,0 92,5 100,0
Berdasarkan Tabel 20 mengenai data status gizi berat badan menurut umur pada umumnya status gizi baik sebanyak 37 orang (92,5%). Status Gizi Panjang Badan Menurut Umur Tabel 21 Distribusi Statsus Gizi Panjang Badan Munurut Umur Status Gizi PB/U Sangat pendek Normal Total
n
%
2 38 40
5,0 95,0 100,0
Berdasarkan Tabel 23 mengenai data status gizi panjang badan menurut umur pada umumnya normal sebanyak 38 orang (95,0%).
43
Media Gizi Pangan, Vol. XVIII, Edisi 2, 2014
Status Gizi Berat Badan Menurut Panjang Badan Tabel 22 Distribusi Statsus Gizi Berat Badan Munurut Panjang Badan Status Gizi BB/PB Sangat kurus Kurus Normal Gemuk Total
n
%
2 7 29 2 40
5,0 17,5 72,5 5,0 100,0
Berdasarkan Tabel 22 mengenai data status gizi BB/PB pada umunya normal sebanyak 29 orang (72,5%). PEMBAHASAN MP-ASI adalah pemberian makanan lain selain ASI sebagai makanan pendamping ASI yang diberikan kepada anak usia 6 sampai 24 bulan. MP-ASI yang baik dan tepat adalah MP-ASI yang dapat memenuhi kebutuhan gizi sehingga anak bisa tumbuh secara optimal dan diberikan secara bertahap sesuai dengan usia balita , mulai dari jenis lumat, lembik sampai diberikan makanan keluarga (Direktorat Bina Gizi, 2010). Hasil penelitian umur pertama pemberian MP-ASI dikategorikan menjadi 2 bagian sesuai dengan tidak sesuai, dan sebagian besar ibu memberikan MP-ASI tidak sesuai dengan umur pertama pemberian MPASI yaitu pada saat bayi telah berumur 6 bulan sebanyak 27 orang (67,5%). Penelitian ini sejalan dengan penelitian Esti Pelengka (2012) menyatakan umur pertama pemberian MP-ASI tidak sesuai dengan umur pertama pemberian MP-ASI sebanyak 9 orang (50,0%) dari 18 jumlah sampel. Jenis MP-ASI adalah berbagai bentuk makanan / minuman dan jenis bahan makanan yang diberikan sebagai MP-ASI yang merupakan pilihan ibu.Secara umum terdapat dua jenis MP-ASI yaitu pertama MP-ASI pabrikan yang tersedia di toko-toko atau swalayan dalam bentuk kering atau mentah yang siap dipasarkan dan merupakan produk hasil teknologi yang sudah mengalami penambahan zat gizi mikro atau bahkan penambahan gula dan garam. Kedua MP-ASI lokal yang diolah sendiri oleh orang tua atau pengasuh anak dan diperoleh dari bahan pangan alami yang ada di daerah setempat
44
Pendidikan, Pekerjaan, MP-ASI
dan lebih bagus untuk diberikan pada anak (Direktorat Bina Gizi, 2010). Hasil penelitian jenis MP-ASI yang pertama diberikan dapat diketahui pada umumnmya MP-ASI pabrikan sebanyak 24 orang (60,0%). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang diilakukan oleh Jayanti Giringan (2012) jenis pertama MP-ASI yang diberikan MP-ASI pabrikan sebanyak 8 orang (44,4%) dari 18 jumlah sampel. Hal ini disebabkan karena ibu merasa MP-ASI pabrikan lebih mudah dibuatkan untuk bayi. Hasil penelitian jenis MP-ASI yang diberikan saat ini dapat diketahui pada umumnya makanan keluarga sebanyak 14 orang (35,0%). Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian dari Esti Pelengka (2012) menyatakan judul jenis MP-ASI yang diberikan saat ini kepada bayi adalah makan keluarga sebanyak 27 orang (90,0%) dari 30 sampel. Konsistensi atau bentuk MP-ASI yang diberikan pada anak terdiri atas tiga kelompok umur yaitu pertama MP-ASI dalam bentuk lumat diberikan pada anak umur 6-8 bulan dan semua bahan makanan yang digunakan untuk membuat MP-ASI ini dihaluskan. Kedua MPASI dalam bentuk lembik diberikan pada anak umur 9-11 bulan dan semua bahan makanan yang digunakan untuk membuat MP-ASI ini dicincang. Ketiga MP-ASI dalam bentuk makanan keluarga yang diberikan pada anak umur 12-24 bulan (Direktorat Bina Gizi, 2010). Hasil penelitian konsistensi MP-ASI yang pertama kali dapat diketahui pada umumnya konsistensi lumat sebanyak 22 orang (55,0%) .Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Jayanti Giringan (2012) konsistensi pertama pemberian MP-ASI bentuk lumat sebanyak 10 orang (55,5%) dari 18 jumlah sampel. Hal ini disebabkan karena banyak ibu yang memberikan MP-ASI pabrikan (bubur sun) kepada anak. Hasil penelitian konsistensi MP-ASI yang diberikan saat ini dapat diketahui yang tertinggi bentuk lumat sebanyak 22 orang (55,0%). Penelitian ini sejalan dengan Esti Pelengka (2012) konsistensi MP-ASI yang diberikan saat ini bentuk lumat sebanyak 18 orang (60%). Pemberian Makanan Pendamping ASI yang tepat biasanya 3 kali sehari karena frekuensi pemberian yang berlebihan atau diberikan lebih dari 3 kali sehari kemungkinan dapat mengakibatkan daire pada anak (Depkes RI, 2007).
Media Gizi Pangan, Vol. XVIII, Edisi 2, 2014
MP-ASI dalam bentuk lumat diberikan 2-3 kali sehari sebanyak2-3 sdm secara bertahap, MP-ASI dalam bentuk lembik diberikan 3-4 kali sehari sebanyak ½ gelas/mangkuk/125 cc dan MP-ASI dalam bentuk makanan keluarga diberikan 3-4 kali sehari sebanyak ¾ gelas atau 200 cc (Direktorat Bina Gizi, 2010). Hasil penelitian frekuensi MP-ASI yang pertama diberikan dapat diketahui pada umumnya 2 kali sebanyak 27 orang (67,5%). Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Jayanti Giringan (2012) menyatakan frekuensi MP-ASI yang pertama 2 kali sebanyak 10 orang (55,5%) dari 18 jumlah sampel. Hasil penelitian frekuensi MP-ASI yang diberikan dapat diketahui saat ini 3 kali sebanyak 32 orang (80,0%) penelitian ini sejalan dengan Esti Pelengka (2012) menyatakan frekuensi MP-ASI yang diberikan saat ini 3 kali sebanyak 27 orang (90,0%) dari 30 sampel. Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi dan penggunaan zatzat gizi yang dipengaruhi oleh aspek pola makan dan aspek sosial budaya seperti lingkungan, agama dan pendidikan (Almatsier, 2001). Hasil penelitian status gizi berat badan menurut umur pada umumnya status gizi baik sebanyak 37 orang (92,5%) dibandingkan dengan hasil penelitian Jayanti Giringan (2012) menyatakan status gizi baik berdasarkan BB/U sebanyak 13 orang (72,2%) dari 18 jumlah sampel. Hasil penelitian status gizi panjang badan menurut umur pada umumnya normal sebanyak 38 orang (95,0%). Penelitian ini sejalan dengan Esti Pelengka (2012) dengan menyatakan status gizi normal berdasarkan panjang badan menurut umur sebanyak 27 orang (90,0%) dari 30 sampel. Hasil penelitian status gizi berat badan menurut panjang badan yang tertinggi normal sebanyak 29 orang (72,5%) hasil penelitian ini sejalan Esti Pelengka (2012) menyatakan status gizi normal berdasarkan panjang badan menurut umur sebanyak 20 orang (66,6%) dari 30 sampel. KESIMPULAN 1. Umur perberian MP-ASI yang pertama diberikan ibu sebanyak 27 orang (67,5%) tidak sesuai dengan umur pertama pemberian MP-ASI yang dianjurkan. 2. Status gizi bayi 7-12 bulan dengan indeks berat badan menurut umur (BB/U) dengan status gizi baik yaitu sebanyak 37 orang
Pendidikan, Pekerjaan, MP-ASI
(92,5%). Status gizi panjang badan menurut umur (PB/U) baik/normal sebanyak 38 orang (95,0%) dan untuk status gizi berat badan menurut panjang badan (BB/PB) status normal sebanyak 29 (72,5%). SARAN 1. Bagi ahli gizi yang ada di Kecamatan Bontoa sebaiknya datang ke setiap dusun yang mengadakan posyandu dan melakukan konseling atau penyuluhan seperti konseling menyusui dan pemberian MP-ASI sehingga pelayanan kesehatan bagi masyarakat meningkat. 2. Bagi tenaga kesehatan yang ada di wilayah Salenrang agar mendukung ibu untuk memberikan ASI Eksklusif dan MP-ASI lokal bagi anaknya tepat waktu.
DAFTAR PUSTAKA Almatsier, S. 2004. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Albar. (2004). Makanan Pendamping Air Susu Ibu. Bagian Ilmu Kesehatan Anak; Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin. Makassar Arianti Arifin. 2013. Gambaran Pengetahuan Ibu Dalam Pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) Dan Status Gizi Pada Balita Usia 6-24 Bulan Di Wilayah Bowong Cindea Kabupaten Pangkep. Jurusan Gizi Politeknik Kesehatan Depertemen Kesehatan Republik Indonesia. Maksaar Arisman. (2010). Gizi Dalam Daur Kehidupan. Jakarta; buku kedokteran EG Aritonang Irianton. 2004 . Kebiasaan Makan dan Gizi Seimbang. Yogyakarta Badan Penelitian dan Pengembangan kesehatan. 2008. Laporan Nasional Riset kesehatan dasar tahun 2007. Depertemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta Balitbangkes.(2007). Laporan Hasil Riset Kesehatan Nasional 2007. Jakarta; Departemen Kesehatan Republik Indonesia Balitbangkes.(2010). Laporan Hasil Riset Kesehatan Nasional 2010. Jakarta; Departemen Kesehatan Republik Indonesia Depkes RI. 2006. Permasalahan dalam Pemberian Makanan Bayi dan Anak Umur 0 – 24 bulan.. Depkes RI. 2007. Buku Pedoman Pemberian Makanan Pendamping ASI. Jakarta;
45
Media Gizi Pangan, Vol. XVIII, Edisi 2, 2014
Ditjen Bina Kesehatan Masyarakat dan Direktorat Bina Gizi Masyarakat. Direktorat Bina Gizi Masyarakat. (2010). Pelatihan Konseling Makanan Pendamping Air Susu Ibu. Makassar; Direktorat Bina Gizi Masyarakat Esti Pelengka, 2012. Hubungan Pemberian MP-ASI Dengan Status Gizi Baduta Usia 6-24 Di Desa Marinding Kecamatan Mengkendek Kabupaten Tana Toraja. Jurusan Gizi Politeknik Kesehatan Depertemen Kesehatan Republik Indonesia. Makassar Fany L, Amir A, Dewi T. 2009. Gizi Dalam Daur Kehidupan. Makassar. Politeknik Kesehatan Makassar. Gizimu.Wordpress.Com/2011/10/22/PedomanPemberian-MP-ASI/(Diakses, 17 Juli 2014)
46
Pendidikan, Pekerjaan, MP-ASI
Irianto K dan Waluyo K. (2004). Gizi dan Pola Hidup Sehat, cetakan pertama. Bandung; Yrama Widya Jayanti. 2012. Studi Pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) pada bayi 0-6 bulan Dan Status Gizi Di Kelurahan Botang Kecamatan Makale Kabupaten Tana Toraja. Jurusan Gizi Politeknik Kesehatan Depertemen Kesehatan Republik Indonesia. Makassar Suhardjo. (2009). Pemberian Makanan pada Bayi dan Anak. Bogor; Penerbit Kanisius Supariasa, dkk, 2012. Penilaian Status Gizi. Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran.