Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Ngudi Waluyo Program Studi Diploma IV Kebidanan Skripsi, Agustus 2013 Sri Wahyuningsih Hubungan Usia Pertama Pemberian Makanan Pendamping ASI dengan Status Gizi Bayi Usia 0-12 Bulan di Kelurahan Karangjati Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang (xvi+ 49 halaman + 11 tabel + 2 gambar + 8 lampiran) ABSTRAK Pendahuluan : Praktik pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI) mempunyai dampak langsung terhadap status gizi. Pada usia 6 bulan bayi perlu diperkenalkan dengan makanan pendamping ASI (MP-ASI). Saat ini masih banyak ditemukan orang tua yang memberikan makanan pendamping ASI (MPASI) lebih dini yaitu kurang dari 6 bulan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan usia pertama pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI) dengan status gizi bayi usia 0-12 bulan di Kelurahan Karangjati Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang. Metode : Desain penelitian analitik korelasional menggunakan pendekatan cross sectional. Populasi berjumlah 99 bayi dengan sampel sebanyak 73 bayi dan teknik pengambilan sampel simple random sampling. Penelitian dilakukan di Kelurahan Karangjati, Kecamatan Bergas, Kabupaten Semarang. Analisis data dengan analisis univariat dan analisis bivariat menggunakan uji Kendall Tau. Hasil : Usia pertama pemberian MP-ASI pada bayi sebagian besar tergolong dini yaitu sebanyak 52 bayi (71,2%). Status gizi bayi sebagian besar mempunyai status gizi normal sebanyak 59 bayi (80,8%). Ada hubungan antara usia pertama pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI) dengan status gizi bayi usia 0-12 bulan di Kelurahan Karangjati Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang (P = 0,018) dengan keeratan hubungan bersifat lemah (r = -0,259). Simpulan : Ada hubungan antara usia pertama pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI) dengan status gizi bayi usia 0-12 bulan di Kelurahan Karangjati, Kecamatan Bergas, Kabupaten Semarang. Kata Kunci
:Usia pertama pemberian makanan pendamping ASI, Status Gizi Bayi.
Kepustakaan : 28 (2000-2013)
Ngudi Waluyo School of Health Diploma IV of Midwifery Study Program Final Assignment, August 2013 Sri Wahyuningsih The Correlation between the Age to Introduce Complementary Food Firstly with Nutritional Status of 0-12 Months Old Babies at Karangjati Village, Bergas District, Semarang Regency (xvi + 49 pages + 11 tables + 2 pictures + 8 appendices) ABSTRACT Introduction: Complementary feeding practice have a direct impact on nutritional status. The age of 6 months babies should be introduced to complementary foods. Currently there are still many parents who provide complementary feeding earlier is less than 6 months. This research aims to know the correlation between the age to introduce complementary food firstly with nutritional status of 0-12 months old babies at Karangjati Village, Bergas District, Semarang Regency. Methods: The study design was analytic with cross sectional approach. The population was 99 babies with the samples of 73 babies using simple random sampling. The research was done at Karangjati village, Bergas District, Semarang regency. The data used primary data and secondary data. Analyses by using Kendall Tau test. Results: The age to give complementary food firstly for a baby is mostly early of 52 babies (71.2%). The nutritional status of the babies is mostly normal of 59 babies (80.8%). There is a correlation between the age to give complementary food firstly with the nutritional status of 0-12 months babies at Karangjati village, Bergas District, Semarang regency (P = 0.018) with the closeness correlation which is weak (r = -0.259). Conclusion: The correlation between the age to introduce complementary food firstly with nutritional status of 0-12 months old babies at Karangjati village, Bergas district, Semarang regency. Keywords
: The age to introduce Complementary food firstly, Nutritional Status of baby.
Bibliographies : 28 (2000-2013)
praktik pemberian makanan,
PENDAHULUAN Kualitas
sumber
daya
pemanfaatan ASI secara tepat
manusia (SDM) merupakan
dan benar, penyakit infeksi,
syarat mutlak pembangunan
pelayanan
di segala bidang. Status gizi
kondisi
merupakan salah satu faktor
2009). Berbagai upaya untuk
yang
berpengaruh
mengatasi masalah gizi pada
pada kualitas SDM terkait
bayi dan anak-anak telah
dengan
dilakukan pemerintah. Salah
sangat
kecerdasan,
produktivitas, dan kreativitas
satunya
(Adriani, 2012).
yang
Status keadaan
gizi
adalah
tubuh
yang
kesehatan,
fisik
dan
(Hasinuddin,
adalah
kebijakan
mengatur
mengenai
pemberian ASI dan MP-ASI (Riksani, 2012).
merupakan hasil akhir dari
Gizi mempunyai dampak
keseimbangan antara zat gizi
yang besar bagi kehidupan
yang masuk ke dalam tubuh
bayi dan anak-anak. Praktik
dan
pemberian
penggunaannya
makanan
(Mustika, 2012). Beberapa
pendamping ASI (MP-ASI)
faktor yang mempengaruhi
mempunyai dampak langsung
status gizi, yaitu pengetahuan
terhadap
tentang gizi, konsumsi air
kesehatan bayi dan anak-anak
susu ibu (ASI), pendapatan
(Malla & Shrestha, 2004).
keluarga,
Usia 0-12 bulan merupakan
jarak
kelahiran,
status
gizi
dan
masa
pertumbuhan
perkembangan atau
masa
dan
diperkenalkan
dengan
yang
pesat
makanan pendamping ASI
periode
emas
(MP-ASI) untuk memenuhi
(golden
period)
sekaligus
kebutuhan zat gizi bayi yang
periode
kritis
(Yuliarti,
meningkat,
karena
2010). Gizi bayi umur 0-12
kekurangan gizi pada bayi
bulan
dan anak dapat menimbulkan
secara
merupakan
fisiologis
kelompok
yg
gangguan pertumbuhan dan
paling rawan karena adanya
perkembangan, yang apabila
perubahan makanan dari ASI
tidak diatasi secara dini dapat
ke makanan keluarga dan
berlanjut
belum
(Yuliarti, 2010).
mempunyai
kekebalan mudah
sehingga terpapar
sistem
pemberian
MP-ASI
dilakukan bertahap
dewasa
lebih
Saat ini masih banyak
infeksi
ditemukan orang tua yang
(Handayani, 2009). Pengenalan
hingga
memberikan
makanan
dan
pendamping ASI (MP-ASI)
harus
lebih dini yaitu kurang dari 6
baik
bulan
bahkan
bentuk maupun jumlahnya
memberi
sesuai
pendamping
kemampuan
ada
yang
makanan sejak
lahir
pencernaan bayi atau anak
(Riksani, 2012). Pemberian
(Depkes RI, 2006). Pada usia
makanan pendamping ASI
6
(MP-ASI) yang tepat dan
bulan
bayi
perlu
optimal sangat penting untuk
pertumbuhan bayi (Riksani,
kelangsungan
hidup,
2012). Pemberian makanan
pertumbuhan
dan
pendamping ASI yang tepat
perkembangan bayi (Widodo,
akan
2011).
badan karena asupan gizi
Hasil riset menunjukkan pengenalan MP-ASI sebelum bayi
meningkatkan
berat
yang cukup (Dewanti, 2009). Prevalensi bayi dengan
berusia
6
bulan
gizi lebih di Indonesia tahun
menyebabkan
bayi
lebih
2010 adalah 5,80%. Menurut
sering mengalami masalah
Risdaskes 2010 (Kemenkes
kesehatan seperti infeksi dan
RI, 2010), prevalensi sangat
kelebihan berat badan. Hal ini
kurus (wasting kritis) pada
disebabkan pemberian ASI
bayi tahun 2010 adalah 6,0%
saja
dan prevalensi kurus (wasting
mampu
memenuhi
kebutuhan gizi bayi sampai
serious)
usia 6 bulan tanpa pemberian
sedangkan
makanan
kegemukan
Pengenalan
tambahan.
adalah
7,3%, prevalensi
adalah
14,0%
MP-ASI
yang
pada
bayi
Secara nasional cakupan
pertumbuhan
pemberian ASI eksklusif di
yang terganggu karena tidak
Indonesia berfluktuasi selama
terpenuhinya
3 tahun terakhir. Cakupan
terlambat menyebabkan
dibutuhkan
gizi
yang untuk
(Istiany dan Rusilanti, 2013).
pemberian
ASI
eksklusif
pada bayi sampai 6 bulan
ASI eksklusif di kelurahan
turun dari 28,6% pada tahun
Karangjati
2007 menjadi 24,3% pada
(9,72%) selebihnya adalah
tahun 2008 dan naik lagi
bayi yang tidak mendapat
menjadi 34,3% pada tahun
ASI eksklusif yaitu berjumlah
2009. Alasan yang menjadi
130 (90,27%) atau bayi yang
penyebab kegagalan praktik
mendapatkan
ASI
bermacam-
pendamping ASI (MP-ASI).
budaya
Data tersebut menunjukkan
makanan
masih rendahnya bayi yang
eksklusif
macam
seperti
memberikan pralaktal, tambahan karena
memberikan susu
ASI
formula
tidak
keluar,
berjumlah
14
makanan
mendapat ASI eksklusif. Sebagian besar bayi di Kelurahan
Karangjati
menghentikan pemberian ASI
mendapatkan
karena bayi atau ibu sakit, ibu
pendamping ASI (MP-ASI)
harus bekerja, dan ibu ingin
kurang
mencoba
Berdasarkan
susu
formula
(Edison, 2013).
posyandu
makanan
dari
6 data
di
bulan. 11
Kelurahan
Data bayi usia 0-12 bulan
karangjati terdapat 10 bayi
pada bulan Februari tahun
dengan status gizi kurang.
2013
di
Hal ini di sebabkan karena
Karangjati
berjumlah
Kelurahan 144
bayi. Bayi yang mendapat
kesibukan orang tua yang bekerja
sehingga
tidak
memberikan eksklusif dan
ASI
secara
anaknya
sudah
diberikan
memberikan
makan pendamping ASI sejak
makanan pendamping ASI
usia 4 bulan berupa susu
saat bayi berusia kurang dari
formula dan dari data di KMS
6 bulan yang berpengaruh
bayi tersebut panjang badan
terhadap pertumbuhan dan
bayi
status gizi anak.
seharusnya dan berat badan
Hasil studi pendahuluan yang Karangjati,
di
kurang
dari
yang
berada di garis kuning, dan 1
Kelurahan
(10%) orang ibu mengatakan
dilakukan
anaknya
sudah
diberikan
wawancara pada 10 ibu yang
makan pendamping ASI sejak
memilki bayi usia 0-12 bulan.
usia 6 bulan berupa bubur
Hasil studi pendahuluan di
susu
ketahui 6 (60%) orang ibu
mempunyai panjang badan
mengatakan anaknya sudah di
panjang badan sesuai dengan
beri makanan pendamping
usianya dan berat badan bayi
ASI sejak usia 3 bulan berupa
berat badan berada di garis
pisang dan dari KMS bayi
hijau.
terlihat panjang badan bayi
bayi
Berdasarkan peneliti
tersebut
uraian
kurang dari yang seharusnya
tersebut
tertarik
dan pertumbuhan berat badan
untuk melakukan penelitian
berada di garis kuning, 3
dengan judul “Hubungan usia
(30%) orang ibu mengatakan
pertama pemberian makanan
pendamping ASI (MP-ASI)
ada
dengan status gizi bayi usia
Karangjati,
Kecamatan
0-12
Bergas,
Kabupaten
bulan di
Kelurahan
di
Kelurahan
Karangjati Kecamatan Bergas
Semarang yang berjumlah
Kabupaten Semarang?”
99 bayi. Metode pengambilan
METODE PENELITIAN Desain penelitian yang
sampel
yang
digunakan
metode
digunakan
analitik
adalah
korelasional
dengan
random sampling. Sampel
pendekatan cross sectional
dalam penelitian ini adalah
Tujuan
bayi usia 0-12 bulan yang
untuk
korelasional mengkaji
yaitu
hubungan
ada
di
simple
Kelurahan
antara variabel yaitu variabel
Karangjati,
Kecamatan
bebas dan variabel terikat
Bergas,
Kabupaten
yaitu hubungan usia pertama
Semarang.
pemberian
makanan
Terdapat
beberapa
pendamping ASI (MP-ASI)
rumus
dengan status gizi bayi bayi
dipergunakan
usia 0-12 bulan.
menentukan besar sampel.
Populasi
yang
dapat untuk
dalam
Penentuan besar sampel jika
penelitian ini adalah bayi
besar populasi <1000, maka
usia 0-12 bulan dari bulan
menggunakan rumus :
Juli 2012- Juli 2013 yang
Keterangan :
2012-Juli 2013 di Kelurahan
n
= Jumlah sampel
Karangjati.
N
= Ukuran populasi
d
=Derajat
ketepatan
yang diinginkan (0,05) Berdasarkan
Variabel independent dari penelitian pertama
ini
pemberian
rumus
pendamping sedangkan
tersebut
maka
jumlah
sampel
yang
akan
dalam
adalah
Usia
makanan
ASI
(MP-ASI)
varibel
dependent
penelitian
ini
adalah
digunakan dalam penelitian
status gizi bayi usia 0-12 bulan
ini adalah
di Kelurahan Karangjati. Varibel usia pertama pemberian MP-ASI di ukur dengan menggunakan lembar observasi dan variabel status gizi diukur dengan z-score berdasar indeks berat badan menurut
panjang
Penelitian
ini
badan.
n = 73 (Dibulatkan) Setelah
dilakukan
di
dilakukan Kelurahan
Karangjati,
perhitungan dengan jumlah Kecamatan Bergas, Kabupaten populasi sebanyak 99 bayi Semarang, dilakukan pada bulan maka jumlah sampel yang Juli 2013 – Agustus 2013. diambil adalah 73 Bayi usia Langkah-langkah 0-12 bulan dari bulan Juli pengolahan data adalah editing
untuk mengantisipasi kesalahan-
HASIL
kesalahan dari data yang telah
A. Karakteristik Responden
dikumpulkan.
Coding
Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi Responden Menurut Usia dan Jenis Kelamin
merupakan kegiatan pemberian kode numerik (angka) terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori. Setelah data dicoding maka dilakukan entry data dari lembar
observasi
program
ke
Karakte ristik
Usia
dalam
komputer,
dalam penelitian ini adalah SPSS
Frekuensi
Persen tase (%)
Ju mla h
12
16,4
73
5 56
6,8 76,7
Lakilaki
29
39,7
Peremp uan
44
60,3
<6 bulan 6bulan >6 bulan
paket
program yang telah digunakan
Katego ri
Jenis Kelamin
(Statistical Product and Service Solution) 16.0. Cleaning yaitu Berdasarkan tabel 5.1. pengecekan kembali data yang di
atas
dapat
diketahui
sudah di entry sudah dilakukan bahwa sebagian besar bayi agar
hasilnya
tidak
terjadi mempunyai usia lebih dari 6
kesalahan. Analisis data terdiri bulan yaitu berjumlah 56 dari
analisis
univariat
dan bayi (76,7%),
selebihnya
bivariat. Pada anlisis bivariat bayi usia 6 bulan yaitu dicari
hubungan
antara
dua berjumlah 5 bayi (6,8%) dan
variabel dengan menggunakan bayi usia
kurang dari 6
rumus kendall’s tau. bulan berjumlah 12 bayi
73
(16,4%). Jenis kelamin bayi
MP-ASI
sebagian
adalah
yaitu sebanyak 52 bayi
perempuan yaitu berjumlah
(71,2%) selebihnya yaitu
44 bayi atau (60,3%) dan
bayi yang di berikan MP-
laki-laki berjumlah 44 bayi
ASI tepat sebanyak 13
(60,3%).
bayi (17,8%) dan bayi
besar
adalah
dini
yang di berikan MP-ASI terlambat B. Analisis Univariat 1. Usia
sebanyak
8
bayi (11,0%). Pertama
Pemberian MP-ASI Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi Usia Pertama Pemberian MP-ASI Usia Pertama Pemberian MP-ASI
Fre k
Dini
52
71,2
Tepat
13
17,8
Terlambat
8
11,0
Jumlah
73
100,0
Persentas e (%)
2. Status Gizi Tabel 5.4.Distribusi Frekuensi tentang Status Gizi Status Gizi
Frek
Persentase (%)
Kurus
7
9,6
Normal
60
91,8
Gemuk
6
8,2
Jumlah
73
100
Tabel 5.4. tersebut dapat diketahui
Tabel 5.2. tersebut
sebagian
bahwa besar
bayi
dapat diketahui bahwa
mempunyai status gizi
sebagian
normal yaitu sberjumlah
besar
usia
pertama kali di berikan
60
bayi
(91,8%)
selebihnya bayi dengan
MP-ASI dini dengan status
status
kurus
gizi kurus berjumlah 3 bayi
berjumlah 7 bayi (9,6%),
(5,8%), bayi dengan status
bayi dengan status gizi
gizi normal berjumlah 43
gemuk berjumlah 6 bayi
bayi
(8,2%).
dengan status gizi gemuk
C. Analisis Bivariat
berjumlah 6 bayi (11,5%).
gizi
Tabel 5.4. Hasil Analisis silang hubungan usia pertama pemberian MP-ASI dengan status gizi
Usia Pertama Pemberia n MP-ASI
n
Dini
3
Tepat
%
Normal n
bayi
ASI tepat dengan status gizi kurus berjumlah 2
bayi
Total(15,4%)ґ danNilai bayiP dengan
Gemuk
%
dan
Bayi yang di berikan MP-
Status Gizi (BB/PB) Kurus
(81,7%)
n
%
status gizi normal berjumlah n
%
-0,259
11 bayi (84,6%). Bayi yang 0,018
diberikan MP-ASI terlambat
2
5,8
15,4
43
11
81,7
84,6
6 1 1 , 5
52
0 0
13
dengan status gizi kurus 100 berjumlah 2 bayi (25,0%) dan bayi dengan status gizi 100
normal berjumlah 6 bayi Terlambat Total
2 7
25,0 9,6
6 60
75,0 82, 2
0 0 6
8 , 2
8 73
100
(75,0%).
100
Hasil hipotesis
Tabel 5.5. menunjukkan bahwa bayi yang di berikan
pembuktian dengan
analisis
Korelasi Kendall’s tau
di
atas diketahui bahwa nilai
Korelasi
Kendall’s tau
hitung
sebesar
hubungan
antara
usia
-0,259
pertama pemberian MP-ASI
dengan nilai P value = 0,018
dengan status gizi bayi usia
< 0,05. Hal ini berarti
0-12 bulan adalah hubungan
terdapat hubungan negatif
yang lemah karena nilai
antara
korelasi
usia
pertama
sebesar
0,259
pemberian MP-ASI dengan
karena nilai korelasi antara
status gizi bayi usia 0-12
0,00-0,199 yang mempunyai
bulan
kriteria hubungan lemah.
di
Kelurahan
Karangjati,
Kecamatan
Bergas,
Kabupaten
Hasil analisis univariat
Semarang. Artinya bahwa
diketahui bahwa bayi yang
semakin dini usia pertama
mempunyai usia pertama
pemberian MP-ASI maka
pemberian MP-ASI
status gizi yang dimiliki
tergolong dini sebanyak 52
oleh
bayi
bayi tersebut
akan
PEMBAHASAN
(71,2%),
yang
yang
cenderung
ke
kondisi
tergolong tepat sebanyak 13
obesitas
(kegemukan).
bayi (17,8%), dan yang
Sedangkan untuk bayi yang
tergolong
terlambat di berikan MP-
sebanyak 8 bayi (11,0%).
ASI
Hal ini berarti sebagian
akan
mengalami kurang
cenderung status
(kurus).
terlambat
gizi
besar bayi usia pertama
Sifat
pemberian MP-ASI adalah
dini yaitu sebanyak 52 bayi
sebagian besar bayi dengan
(71,2%) dari keseluruhan
statu
bayi yang diteliti.
berjumlah 60 bayi (91,5%),
Pemberian
MP-ASI
gizi
normal
kemudian
bayi
yaitu
dengan
secara dini diberikan pada
status gizi kurus berjumlah
usia kurang dari 6 bulan,
7 bayi (9,6%), kemudian
pemberian MP-ASI secara
bayi
terlambat
gemuk berjumlah 6 bayi
diberikan
usia
lebih dari 6 bulan dan pemberian MP-ASI secara
dengan
status
gizi
(8,2%). Hasil
penelitian
tepat diberikan usia 6 bulan
menunjukkan adanya bayi
(Roesli,
di
yang memiliki status gizi
mendapatkan
gemuk dan bayi dengan
makanan pendamping ASI
status gizi kurus yang dapat
(MP-ASI) saat usia 6 bulan,
di pengaruhi oleh beberapa
bukan saat usia 4 bulan tau
faktor. Salah satu faktor
5 bulan karena pada saat
yang dapat mempengaruhi
bayi berusia 6 bulan usus
yaitu pemberian makanan
bayi
pendamping
2000).
perbolehkan
sudah
menerima
Bayi
siap
makanan
untuk lain
selain ASI. Hasil menunjukkan
ASI
terlalu dini sehingga dapat menyebabkan
penelitian bahwa
yang
beberapa
efek
terjadinya misalnya
status gizi menjadi sangat
kurus
atau
bahkan gemuk.
kurus
bayi Pola
atau
menjadi
cenderung
ke
kondisi
obesitas
(kegemukan),
pengasuhan
sedangkan untuk bayi yang
juga berpengaruh terhadap
terlambat diberikan MP-ASI
status gizi bayi.
akan cenderung mengalami
Hasil
pembuktian
status gizi kurang (kurus).
hipotesis diketahui bahwa
Dilihat dari sifat hubungan
terdapat hubungan negatif
antara
antara
pertama
pemberian MP-ASI dengan
pemberian MP-ASI dengan
status gizi bayi usia 0-12
status gizi bayi usia 0-12
bulan adalah hubungan yang
bulan
Kelurahan
lemah, hal ini dapat dilihat
Karangjati,
Kecamatan
dari nilai korelasi sebesar
Bergas,
Kabupaten
0,259 karena nilai korelasi
usia
di
Semarang,
dengan
Korelasi
Kendall’s tau
hitung
sebesar
nilai
antara
usia
pertama
0,20-0,399
mempunyai
yang kriteria
-0,259
hubungan lemah.
dengan nilai P value = 0,018
Berdasarkan
hasil
< 0,05. Hal ini berarti
penelitian
semakin dini usia pertama
bayi yang di berikan MP-
pemberian MP-ASI maka
ASI dini dengan status gizi
status gizi yang dimiliki
kurus berjumlah 3
oleh
(5,8%).
bayi tersebut
akan
menunjukkan
Bayi
yang
bayi di
berikan MP-ASI lebih dini
penelitian ini hubungan usia
organ pencernaannya belum
pertama pemberan MP-ASI
siap
dengan
untuk
makanan
menerima
padat
akan
status
gizi
sehingga
berhubungan lemah, hal ini
menyebabkan
dikarenakan usia pertama
masalah
pemberian MP-ASI bukan
timbulnya
kesehatan yang juga dapat
merupakan
mengganggu
yang mempengaruhi status
kembang
tumbuh
bayi.
Menurut
Soetjiningsih
gizi
bayi.
faktor
utama
Faktor
yang
(2002)
paling mempengaruhi status
kebiasaan memberikan MP-
gizi bayi adalah asupan
ASI terlalu dini kurang baik
makanan yang di terima
untuk
oleh bayi.
dilakukan
budayakan
dan
karena
di
dapat
KESIMPULAN
mengurangi konsumsi dan produksi ASI, bayi mudah alergi terhadap zat makanan tertentu terjadi malnutrisi atau gangguan pertumbuhan anak
dan
gangguan
pencernaan atau diare.
kendall’s
pemberian
pertama MP-ASI
pada
bayi yang di teliti sebagian besar tergolong dini yaitu sebanyak 52 bayi (71,2%). Status gizi bayi yang di teliti sebagian besar mempunyai
Bersasarkan hasil uji korelasi
Usia
tau
status gizi normal sebanyak 60
bayi
(91,8%).
Ada
hubungan
antara
pertama
usia
3. Almatsier,
S.
(2009).
pemberian
Prinsip Dasar Ilmu Gizi.
makanan pendamping ASI
Jakarta : PT Grammedia
(MP-ASI) dengan status gizi
Pustaka Utama.
bayi usia 0-12 bulan di Kelurahan
Karangjati,
Kecamatan
Bergas,
Kabupaten
Semarang
dengan keeratan hubungan bersifat lemah.
4. Arikunto,
S.
Prosedur
(2010). Penelitian
Suatu
Pendekatan
Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. 5. Arini,
D.
(2012).
DAFTAR PUSTAKA
Hubungan
1. Adriana,
Pemberian Asi Dengan
D.
(2011).
Pola
Tumbuh Kembang dan
Frekuensi
Terapi
Diare dan Ispa Pada
Bermain
pada
Anak. Jakarta : Salemba
Anak.
Medika.
Keperawatan
2. Adriani, Wirjatmadi Peranan Siklus
M., . Gizi
& (2012).
Hang
Kejadian
Jurnal
Ilmiah STIKES
Tuah
Surabaya.
Volume 3. 2.
dalam
6. Arisman, MB. (2004).
Kehidupan.
Buku Ajar Ilmu Gizi -
Jakarta : Kencana Media
Gizi
Grup.
Kehidupan. EGC.
dalam
Daur
Jakarta
:
7. Depkes,
RI.
2006.
Pedoman
Umum
Pemberian
Hubungan ASI
Pemberian
Eksklusif
dengan
Makanan
Angka Kejadian Diare
Pendamping ASI (MP-
Akut pada Bayi Usia 0-1
ASI LokalP). Bersumber
Tahun
dari
Kuranji Kota Padang.
http;//,A-
ww.depkes.org.Id 8. Dewanti,
Puskesmas
Jurnal
T.
(2009).
Hubungan
di
Tingkat
Kesehatan
Andalas, (2) 2. 10.
Hasinuddin,
M.,
Pengetahuan Ibu tentang
Ni’mah,
Makanan
Pendamping
Penelitian
Ilmiah
Asi Dengan Perubahan
Pengaruh
Ketepatan
Berat Badan Balita Usia
Waktu
6-24 Bulan di Posyandu
Terhadap
Desa
Balita Usia 24-36 Bulan
Banjarsari
Kecamatan
Gajah
Kabupaten
Demak.
Program
Studi
Keperawatan Kedokteran
Ilmu
(2009).
Penyapihan Status
Wilayah
Puskesmas Jurnal
Gizi
Kerja
Bangkalan.
Online
Ilmu
Fakultas
Kebidanan & Kandungan
Universitas
- Obsgyn Akbid Ngudia
Diponegoro Semarang. 9. 9. Edison,
Di
L.
&
Lubis,
G.,
Rahmadani, E.P. (2013).
Husada Madura (3) 2. 11.
Hidayat, A.A. (2010).
Metode
Penelitian
Kebidanan dan Teknik
Terlalu Dini Di Posyandu
Analisis Data. Jakarta:
Mawar I Desa Karangrejo.
Salemba Medika.
Jurnal Penelitian Akademi
12.
Karmawati,
(2009).
M. Hubungan
Kesehatan
Rajekwesi
Bojonegoro. Vol. 5 nomer 3 Januarai-April 2012.
Pemberian
Makanan 15.
Pendamping Asi
Marimbi, H. (2010).
(MpTumbuh Kembang, Status
Asi) Dini Dengan Status Gizi,
dan
Imunisasi
Gizi Kurang Pada Anak Dasar
pada
Balita.
Umur 6-18 Bulan Di Yogyakarta
:
Nuha
Kabupaten Gunungkidul. Medika. Program
Pascasarjana
Fakultas
Kedokteran
16.
Maryunani, A. (2010).
Ilmu
Kesehatan
Anak
Universitas Gadjah Mada dalam
Kebidanan
Yogyakarta. Jakarta: CV. Trans Info 13.
Kasdu,
D.
(2004). Media.
Anak
Cerdas.
Puspa 17.
Mintardja,
SD.
Swara : Jakarta. (2009). Skripsi Faktor14.
Kristianto,
Y.,
& Faktor
Yusiana,
MA.
Analisis
Faktor
(2012). Mempengaruhi
Ibu
Dalam
Makanan
Ibu
Yang
Memberikan Mempengaruhi
yang
Makanan
Perilaku Pemberian
Pendampingasi
Pendamping ASI (MPASI) pada Bayi Usia 0-6
Bulan
di
Kelurahan
Jungke
Kecamatan
20.
Nakita.
(2012).
Dampak
memberikan
Karanganyar Kabupaten
MP-ASI terlalu dini atau
Karanganyar.
terlambat.
Ilmu
Fakultas Kedokteran
http://female.kompas.co
Universitas
m/read/2012/12/24/0840
Muhammadyah
0831/.
Surakarta. 18.
21.
Murniningsih.,
Sulastri.
& (2008).
Hubungan
pemberian
makanan Tambahan Usia Dini
dengan
Tingkat
Notoatmodjo,
S.
(2010).
Metodologi
Penelitian
Kesehatan.
Jakarta: Rineka Cipta. 22.
Nugroho, T. (2011).
ASI
dan
Tumor
Kunjungan ke Pelayanan
Payudara. Yogyakarta :
Kesehatan di Kelurahan
Nuha Medika.
Sine Sragen.Dosen FIK UMS. 19.
Mustika,
Cakrawati,
23.
Nursalam.
Konsep dan Penerapan N.H., D.
&
(2012).
Metodologi Ilmu
Bahan Pangan, Gizi, dan
Jakarta:
Kesehatan. Bandung :
Medika.
Alfabeta.
(2008).
24.
Penelitian Keperawatan.
Pandi,
Wirakusumah.
Salemba
E.,
& (2012).
Panduan
Lengkap
Makanan Balita. Jakarta : Penebar Plus. 25.
D.S.
(2009). Buku Pintar Asi Jogjakarta
:
DIVA Press. 26.
Jakarta
:
Dunia
Kreasi. 29.
Prasetiyono,
Eksklusif.
ASI.
Roesli.
U.
(2000).
Manfaat Pemberian MPASI. Jakarta : Erlangga. 30.
Roesli,
U.
(2001).
Mengenal ASI Eksklusif.
Prasetyawati,
A.E.
(2012). Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)- dalam
Jakarta
:
PT
Elek
Komputindo. 31.
Istiany,
A.,
&
Millennium Development
Rusilanti. (2013). Gizi
Goals
Terapan.
(MDGs).
Yogjakarta
:
Nuha
Medika. 27.
A., &
:
Rosda. 32.
Proverawati,
Bandung
Sakti,
E.,
Rochimiwati.
Risky., (2013).
Asfuah, S. (2009). Buku
Hubungan
Pola
Ajar
Pemberian
Mp-Asi
Gizi
untuk
Kebidanan. Yogyakarta :
Dengan Status Gizi Anak
Nuha Medika.
Usia
28.
Riksani, R. (2012).
Variasi Makanan
6-23
Wilayah
Bulan
Di
Pesisir
OLahan
Kecamatan Tallo Kota
Pendamping
Makassar Tahun 2013 bersumber
dari
:http://repository.unhas.a
Kuantitatif
c.id/handle/123456789/5
Kualitatif. Yogyakarta :
480 diakses tanggal 23
Graha ilmu.
Juli 2013. 33.
36.
Santoso, S. & Ranti,
A.L. (2009). Kesehatan dan
Gizi.
Jakarta
:
Rineka Cipta. 34.
Sari,
Soetjiningsih. (2002).
Tumbuh Kembang Anak. Jakarta : EGC 37.
Sugiyono.
Metode D.I.
Anggraini,
dan
S.
& (2011).
Pengaruh
Pemberian
Makanan
Tambahan
Pemulihan
(Pmt-P)
(2008). Penelitian
Kuantitatif Kualitatif dan R&D.
Bandung:
Alfabeta. 38.
Sulistyoningsih,
(2011)
Gizi
H. untuk
Terhadap Pertumbuhan
Kesehatan Ibu dan Anak.
Balita
Yogyakarta : Graha Ilmu.
Merah
Bawah (Bgm)
Garis Di
39.
Supariasa, I.D.N., &
Puskesmas Kota Wilayah
Bakri, B., & Fajar, I.
Selatan
(2002). Penilaian Status
Kediri.
Jurnal
Penelitian STIKES RS. Baptis Kediri Vol. 4. No. 1. 35.
Gizi. Jakarta : EGC. 40.
Waryana. (2010). Gizi
Reproduksi. Yogyakarta : Sarwono, J. (2006).
Metode
Penelitian
Pustaka Rihanna.
41.
Widodo, Y. (2011).
44.
Yusriani,
Fatimah,
Cakupan ASI Eksklusif.
ST.,
Gizi Indon, 34(2), 101-
(2005). Beberapa Faktor
108.
resiko
42.
Wirakusumah, Pandi
E.
(2012).
Lengkap
Citrakesumasari.
yang
Mempengaruhi Kejadian
Panduan
Gizi Lebih pada Balita
Makanan
(Usia
24-59
bulan)di
Balita. Jakarta ; Penebar
Wilayah Kerja Puskesma
Plus.
Bara-Baraya
43.
Yuliarti, N. (2010).
Keajaiban
Asi
–
Kota
Makassar Tahun 2005. Jurnal
Madani
FKM
Makanan Terbaiak untuk
UMI. Vol. 1 No. 1 tahun
Kesehatan, Kecerdasan,
2008.
dan Kelincahan si Kecil. Yogyakarta : CV Andi.