Pemberian Minyak Buah Makasar .................................................................D. Mardiah Utami Kadar Glukosa dan Kreatinin Darah Itik Cihateup yang Diberi Minyak Buah Makasar (Brucea javanica (L.) Merr) dalam Kondisi Pemeliharaan Minim Air Glucose and Creatinin Profile OF Cihateup Duck Blood Administered Makasar Fruit Oil (Brucea javanica (l.) Merr.) On Restricted Water Dhita Mardiah Utami*, Diding Latipudin**, Andi Mushawwir** Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran, Jalan Raya Bandung – Sumedang KM 21 Sumedang 45363 *Alumni Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran Tahun 2016 **Staf Pengajar Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran email:
[email protected]
Abstrak
Penelitian ini dilaksanakan selama dua bulan, dimulai dari bulan Oktober 2015 hingga Desember 2015 yang bertempat di Kandang percobaan Laboratorium Ternak Unggas Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran. Analisi darah dilakukan di Labolatorium Fisiologi dan Biokimia Universitas Padjadjaran. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui adanya pengaruh pemberian minyak buah makasar terhadap kadar glukosa dan kreatinin darah itik Cihateup dalam kondisi pemeliharaan minim air. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental, percobaan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dan pengaruh perlakuan diuji menggunakan alisis ragam Polinomial Orthogonal dilanjutkan uji lanjut contrast orthogonal. Terdapat 4 perlakuan yaitu K = Kontrol; BJA = Minyak buah makasar 100 µL; BJB = Minyak buah makasar 150 µL; BJC = Minyak buah makasar 200 µL. Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan tidak berpengaruh nyata terhadap kadar glukosa darah (P>0,05) glukosa cenderung dapat dipertahankan dalam kadar normal sedangkan pada kadar kreatinin menunjukkan pengaruh nyata (P<0,05) bahwa BJC 200 µL sebagai hasil yang optimal untuk menurunkan kadar kreatinin darah itik cihateup. kata kunci : itik cihateup, minim air, minyak buah makasar, glukosa, kreatinin
Abstract
This research was held during October 2015 to December 2015 at Teaching Farm of Polutry Labolatory Faculty of Animal Husbandry Padjadjaran University. Blood sample were Analyzed at Biochemistry and Physiologi Labolatory Faculty of Animal Husbandry Padjadjaran University. This research was conducted to identify the influence of administered Makassar fruit oil effect on blood glucose level and creatinine in Cihateup ducks that was restricted water. The method of this research was used Competely Randomize Design (CRD), data were analyzed by Polinomial orthogonal with contrast test of orthogonal. There were 4 treatment consist administration K = control; BJA = Makassar fruit oil 100 µ L; BJB = Makassar fruit oil 150 µ L; BJC = Makassar fruit oil 200 µ L. The results of this work indicates that the treatment is no effecting on blood glucose levels (P>0.05), glucose can still be maintained within range limits, while at the levels of creatinin showed the real effect (P<0.05) that BJC 200 µ L as the optimal results adimistered to lower blood levels of cihateup duck creatinin. keywords: cihateup duck, restricted water, makasar fruit oil, glucose, creatinine. 1
Pemberian Minyak Buah Makasar .................................................................D. Mardiah Utami PENDAHULUAN Itik cihateup merupakan unggas air yang mempunyai sifat fisiologik dengan kemampuan thermoregulasi yang rendah dibandingkan dengan ayam lokal pada umumnya. Sifat fisiologiknya terbiasa dengan pemeliharaan di kolam air. TNZ (Thermo Neutral Zone) itik pada umumnya rendah berada dikisaran kurang dari 25°C, apabila kondisinya melebihi batas normal dapat mengganggu sistem metabolisme dan homeostatis itik terganggu. Pemeliharaan diatas TNZ-nya menstimulasi stress apabila dipelihara tanpa kolam air. Glukoneogenesis memenuhi kebutuhan tubuh akan glukosa pada saat karbohidrat tidak tersedia dalam jumlah yang cukup didalam makanan pasokan glukosa yang terus menerus diperlukan sebagai sumber energi, khususnya bagi system syaraf dan eritrosit (Murray dkk., 2003). Subtrat utama bagi glukoneogenesis adalah asam amino glukogenik, laktat, gliserol dan propionat. Untuk memenuhi kebutuhan energi ini, maka peningkatan kadar hormon ephinefrin yang disekresikan medulla adrenal, mendorong sintesis glukosa melalui glikogenolisis dengan pengaktifan siklus adenine monofosfat (cAMP) (Puvadolpirod dan Thaxton, 2000; Yue dkk., 2010). Sisi lain, kreatinin merupakan produk dari katabolisme phospo kreatin, dalam rangka penyediaan energi bagi otot dalam keadaan stres dan kerja berat. Banyaknya kreatinin yang diproduksi dan diekskresikan berbanding sejajar dengan masa otot, pada ternak jantan biasanya lebih besar daripada ternak betina. Kadar kreatinin serum normal pada ayam 0,901,85 mg/dl (Dawson dan Whittow, 2000). Terkait dengan stress atau cekaman panas yang dialami oleh ternak unggas, maka upaya untuk mempertahankan panas tubuhnya (thermoregulasi), otot dada, punggung dan coxae sangat berperan untuk mengeluarkan panas melalui pernafasan (panting). Semakin tinggi tekanan stress dan atau cakaman panas maka pemanfaatan ATP dari kreatin fosfat juga semakin tinggi, sehingga kadar kreatinin darah akan meningkat. Buah makasar atau Brucea javanica (L.) Merr., MBM merupakan hasil dari ekstrasi dari Buah Makasar (Brucea Javanica P) dengan komposisi kimia 2-Ethyl Hexanol sebesar 16.67%, O-Phthalic Acid Anhydride sebesar 0.24%, Ethyl Palmitat 0.48%, Palmitinic Acid sebesar 12.02%, Ethyl Oleat 5.6%, Linileic Acid 52.89%, Di-(9-Octadecenoyl)-Glycerol sebesar 11.04% dan Myristyl Oleat sebesar 1.09%. (Kaffi, 2011) Pemanfaatan herbal merupakan salaha satu upaya penanggukangan stress tersebut. Buah Makassar (Brucea javanica (L.) Merr.) Merupakan salah satu tanaman yang digunakan dalam pengobatan secara tradisional. Buah makassar mengandung asam lemak linoleat (CH3(CH2)16COOH), yaitu sebesar 52,89%. Minyak buah makassar merupakan bahan herbal yang dapat menurunkan stress akibat cekaman panas yang berpengaruh pada kadar glukosa dan kreatinine darah ternak (Andi Musawwir, 2014) Penggunaan minyak esensial berpengaruh positif terhadap aktivitas enzim pencernaan dan intermediate metabolisme (Harjo, 2006). Presentase yang lebih dari 50%, Asam linoleat (linoleic acid) yang tergolong sebagai asam lemak tidak jenuh ikatan ganda (Polyunsaturated Fatty Acid), esensial untuk mamalian dan unggas. Asam linoleat berperan dalam pertumbuhan, pemeliharaan membran sel, pengaturan metabolisme kolesterol, menurunkan tekanan darah, menghambat lipogenesis hepatik, transport lipid, prekursor dalam sintesis
2
Pemberian Minyak Buah Makasar .................................................................D. Mardiah Utami prostaglandin, membentuk arakhidonat, antioskidan, mencegah stress dan sangat penting bagi proses reproduksi (Pudjiadi, 1997). Minyak esensial asam linoleat memiliki kemampuan untuk menstimulasi sistem saraf pusat mengakibatkan ternak lebih toleran terhadap stress (meningkatkan kekebalan), baik stress akibat pemisahan dengan induknya maupun stres akibat kondisi lingkungan (Ulfa, 2002). Kemampuan asam linoleat dalam mempertahankan kadar glukosa darah dan menurunkan kreatinin, memperbaiki sistem metabolisme, memcegah kerusakan sel an meningkatkan pemeliharaan membran sel, telah dilaporkan oleh (Shim dkk., 2006; Fesler dkk., 2011; Suekasombat dkk., 2006; Shin dkk., 2011; dan Jieng dkk., 2014) OBJEK DAN METODE 1.
Objek dan Bahan Penelitian
Objek
Ternak yang telah digunakan dalam penelitian diperoleh dari Pusat Breeding Itik Laboratorium Produksi Ternak Unggas Fakultas Peternakan Univeristas Padjadjaran. Itik diberikan 4 perlakuan dan diulang sebanyak 6 kali sehingga memerlukan unit sebanyak 48 ekor yang dipelihara hingga fase grower. Bahan Ekstraksi minyak buah makasar yang didapat dari buah makasar. Ransum Ransum yang digunakan dalam penelitian ini adalah ransum yang dibuat sendiri, dengan tujuan dapat menyesuaikan kebutuhan nutrisinya dengan apa yang diharapkan, karena pemeliharaannya dipelihara dengan minim air maka faktor nutrisi juga perlu diperhatikan. Kandungan nutrisi ransum disajikan pada Tabel 1 mengenai kandungan dari energi metabolis yang digunakan dan zat-zat makanan yang digunakan dalam bahan pakan dan di lanjutkan dengan sajian tabel 2 dan 3 mengenai formulasi ransum yang digunakan dan kandungan nutriennya. 2.
Metode dan Prosedur Kerja
1. Tahapan Persiapan a. Sanitasi kandang yang meliputi pencucian tempat pakan dan minum, pengapuran lantai dan dinding b. Pemberian ransum dilakukan dilakukan dua kali sehari, yaitu pada pagi dan sore hari sebelum diberikan perlakuan. Pakan yang diberikan yaitu sebanyak 125 g/ekor/hari pada umur 14 – 17 minggu dan 130 g/ekor/hari pada umur 18-20 minggu. c. Pemberian air minum diberikan secara adlibitum. d. Mempersiapkan ekstraksi biji buah makassar (Brucea javanica)
3
Pemberian Minyak Buah Makasar .................................................................D. Mardiah Utami
2. Tahap Pemeliharaan Pemberian ekstraksi minyak buah makassar BJA sebanyak 100 µL , BJB sebanyak 150 µL , BJC sebanyak 200 µL diberikan secara per oral dicekokkan menggunakan spluit selama 5 minggu. Proses tersebut diberikan pada awal fase grower dengan 3 kali dalam seminggu 3. Tahap Pengambilan Sampel Pengambilan data dilakukan pada akhir penelitian. Sampel darah diambil dari vena jugularis dengan menggunakan spuit 5 mL. Sampel darah ditampung dalam vaccumtube EDTA selanjutnya disentrifuse dengan kecepatan 8.000 rpm selama 15 menit. Plasma yang dihasilkan siap untuk dianalisis. 4.
Tahap Analisis Sampel
Analisis glukosa dan kreatinin darah dilakukan di Laboratorium Fisiologi Ternak dan Biokimia Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran Tabel 1. Kandungan Zat Nutrien dan Energi Metabolis Bahan Pakan Penelitian Bahan Pakan Jagung kuning Dedak halus Bungkil kedelai Bungkil kelapa Tepung ikan Tepung tulang Minyak kelapa Premix
EM Kkal/kg 3370
PK LK SK Ca P Lisin Metionin Sistin . . . . . . . . . . . . .. . . . . . % ................................ 8.60 3.90 2.00 0.02 0.10 0.20 0.18 0.18
1630 2240
12.00 45.00
13.00 0.90
12.00 6.00
0.12 0.32
0.20 0.29
0.77 2.90
0.29 0.65
0.40 0.67
2120
21.00
1.80
15.00
0.20
0.20
0.64
0.29
0.30
3080 0
60.00 0.00
9.00 0.00
1.00 0.00
5.50 24.00
2.80 12.00
5.00 0.00
1.80 0.00
0.94 0.00
8600
0.00
100.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0
0.00
0.00
0.00
10.00
5.00
0.30
0.30
0.10
Sumber: Laboratorium Produksi Ternak Unggas Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran, 2015. Keterangan : EM= Energi Metabolis PK = Protein Kasar LK = Lemak Kasar SK = Serat Kasar Ca = Calsium P = Phospor
4
Pemberian Minyak Buah Makasar .................................................................D. Mardiah Utami
Tabel 2. Formulasi Ransum Percobaan Bahan Pakan Jumlah (%) Jagung kuning 65,00 Dedak halus 12,00 Bungkil kedelai 8,00 Bungkil kelapa 3,00 Tepung ikan 8,00 Tepung tulang 2,00 Minyak kelapa 1,50 Premix 0,50 Total 100 Sumber : Laboratorium Produksi Ternak Unggas Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran, 2015 Tabel 3. Kandungan Nutrien dan Energi pada Ransum dan Kebutuhan Itik Grower Nutrien Ransum Penelitian* Kebutuhan Itik Grower** EM (Kkal/Kg) 3014,3 2800 PK (%) 15,96 16,00 Ca (%) 1,028 0,60 P (%) 0,6 0,60 Lys (%) 0,87 0,90 Met (%) 0,36 0,56 *** Sumber : Laboratorium Produksi Ternak Unggas Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran, 2015. Keterangan:
*) Hasil perhitungan **) NRC (1984) ***) ARC (1975)
HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Pemberian Minyak Buah Makasar terhadap Kadar Glukosa Darah Itik Cihateup Fase Grower Glukosa darah berasal dari beberapa sumber di antaranya dari karbohidrat makanan, senyawa glikogenik melalui glikoneogenesis, serta dari glikogen hati oleh glikogenesis. Sistem penjaga kadar glukosa dalam darah pada ternak melalui proses glikolisis, glikoneogenesis, dan sebagainya sehingga konsentrasi glukosa darah akan relatif konstan (Poedjiadi, 1994). Glukosa merupakan bahan bakar untuk jaringan penting seperti otak dan sel darah merah. Sumber glukosa darah adalah makanan setelah hasil metabolisme, hati mengoksidasi glukosa dan menyimpan kelebihannya sebagai glikogen (Tan dkk, 2010). Hal ini juga menjadi alasan bahwa glukosa cenderung dipertahankan kadarnya dalam kondisi stress yang masih dapat ditolerir. Hasil pengamatan kadar glukosa darah itik Cihateup fase grower yang diberi minyak buah makasar di sajikan pada Tabel 6. 5
Pemberian Minyak Buah Makasar .................................................................D. Mardiah Utami Tabel 4. Rataan Kadar Glukosa Darah Itik Cihateup Fase Grower
Ulangan 1 2 3 4 5 6
Perlakuan K BJA BJB BJC ..........................................................mg/dL................................................. 6,003 6,003 6,003 6,003 6,002 6,003 6,002 6,003 6,002 6,003 6,002 6,003 6,001 6,003 6,000 6,003 6,003 6,003 6,002 6,003 6,002 6,004 6,004 6,003 6,002±0,0008 6,003±0,0003 6,002±0,0012 6,002±0,0002
Keterangan : K BJA BJB BJC
: Tanpa Pemberian Minyak Buah Makasar : Minyak Buah Makasar 100 µL : Minyak Buah Maksar 150 µL : Minyak Buah Makasar 200 µL
Berdasarkan Tabel 4. data menunjukan bahwa diperoleh kadar glukosa 6,002 (K), 6,003 (BJA), 6,002 (BJB), 6,003 (BJC). Diuji menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) minyak buah makassar terhadap kadar glukosa darah itik Cihateup tidak berpengaruh nyata (P>0,05). Berdasarkan analisis Polinomial Orthogonal diperoleh data bahwa Fhit>F0,05, hal tersebut menunjukkan bahwa hasilnya adalah tidak berpengaruh nyata atau tidak signifikan. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa terima H0 dan tolak H1 . Data menunjukkan bahwa pemberian minyak buah makassar pada itik Cihateup dalam konsdisi pemeliharaan minim air tidak berpengaruh nyata, karena kondisi dari kadar glukosa dalam tubuh itik pada saat stress akibat pemeliharaan minim air masih dalam batas yang dapat ditolerir. Beberapa alasan lain kadar glukosa dipertahankan meskipun ternak mengalami stress tanpa pemberian minyak buah makasar serta dengan pemberian minyak buah makassar, karena glukosa tidak hanya berperan penting sebagai prekursor energi yang efisien dengan energi bruto yang rendah tetapi juga berperan penting didalam menjaga tekanan osmotik darah. Kegley dan Spears (1995) mengemukakan bahwa glukosa merupakan biomolekul yang sangat penting dalam menjaga tekanan osmotik darah meskipun ternak sedang mengalam stress. Hasil penelitian yang lain dilaporkan bahwa mekanisme hormonal mengatur dengan ketat level glukosa untuk diarbsorbsi kedalam sel serta sintesisnya di dalam sitoplasma sel. Untuk mempertahankan kadarnya, berbagai lintasan metabolisme diaktifkan misalnya melalui lintasan glukoneogenesis (Christiansen dkk., 2007), dan juga melalui lintasan glikogenolisis (Dean dkk., 2006) Pengaruh Pemberian Minyak Buah Makasar terhadap Kadar Kreatinin Darah Itik Cihateup Fase Grower Kreatinin merupakan salah satu indikator untuk melihat masa otot ternak maka hasilnya berbanding lurus ketika kreatinin tinggi maka masa otot banyak berikut adalah : Hasil pengamatan kadar kreatinin darah itik Cihateup fase grower yang diberi minyak buah makasar di sajikan pada Tabel 5 dan 6.
6
Pemberian Minyak Buah Makasar .................................................................D. Mardiah Utami Tabel 5. Rataan Kadar Kreatinin Darah Itik Cihateup Fase Grower Perlakuan Ulangan 1 2 3 4 5 6 Keterangan : K BJA BJB BJC
K BJA BJB BJC ......................................mg/dL................................................... 6,002 5,847 5,843 5,034 6,007 5,926 5,993 5,032 6,007 5,999 6,000 5,052 6,000 5,998 5,843 5,025 6,006 6,002 6,000 5,052 6,000 6,002 5,856 5,063 6,004±0,003 5,962±0,064 5,922±0,082 5,043±0,015 : Tanpa Pemberian Minyak Buah Makasar : Minyak Buah Makasar 100 µL : Minyak Buah Maksar 150 µL : Minyak Buah Makasar 200 µL
Berdasarkan analisis Polinomial Orthogonal diperoleh data bahwa Fhit < F0,05, hal tersebut menunjukkan bahwa level pemberian dan tanpa pemberian hasilnya adalah berpengaruh nyata terhadap kadar kreatinin darah itik Cihateup. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima, menunjukkan bahwa pemberian minyak buah makassar mampu mempengaruhi metabolisme kreatinin itik yang sedang mengalami stres. Telah dilakukan Uji Contrast Orthogonal untuk mengetahui perbedaan respon (Kadar Kreatinin) darah itik Cihateup yang diberi level minyak buah makassar yang berbeda. Hasil uji Contrast Orthogonal ditampilkan pada tabel. 6 sebagai berikut : Tabel 6. Signifikansi Kadar Kreatinin Darah Itik Cihateup Fase Grower Perlakuan K BJA BJB BJC
6,004 5,962 5,922 5,043
Signifikansi* a b c d
Keterangan : K : Tanpa Pemberian Minyak Buah Makasar BJA : Minyak Buah Makasar 100 µL BJB : Minyak Buah Maksar 150 µL BJC : Minyak Buah Makasar 200 µL *Huruf yang berbeda (a,b,c,d) pada kolom signifikansi menunjukkan perbedaan yang nyata (p < 0,05).
Pada Tabel. 6 tampak bahwa rata – rata kadar kreatinin darah itik cihateup fase grower berbeda nyata lebih tinggi (P<0,05) pada kelompok itik yang tidak diberi minyak buah makassar yaitu 6,004 mg/dL dibandingkan dengan semua kelompok itik yang mendapatkan level minyak buah makassar yang berbeda. Tampak pula bahwa kadar kreatinin cenderung semakin menurun (P<0,05) seiring dengan bertambahnya level pemberian minyak buah makassar.
7
Pemberian Minyak Buah Makasar .................................................................D. Mardiah Utami Terkait dengan hasil penelitian ini dapat dikemukakan bahwa perbedaan profil kreatinin terutama dipicu oleh aspek termoregulasi ternak tersebut. Termasuk dalam hal ini faktor heat increament. Heat increament sebagai pemicu meningkatnya stress pada itik diakibatkan karena ternak tidak dapat mengevaporasikan panas tubuhnya dalam kolam air secara konduksi. Maka salah satu caranya adalah dengan cara panting. Panting merupakan terjadinya peningkatan kecepatan respirasi pada tubuh itik. Selama stress panas metabolisme dalam tubuh berlangsung cepat sehingga membutuhkan banyak oksigen, sedangkan karbondioksida dalam darah meningkat. Panting dibutuhkan dukungan kontraksi otot yaitu otot perut, otot punggung, untuk melakukan kontraksi tersebut membutuhkan energi, terlebih apabila terjadi kontraksi yang berat energi yang dibuthkan menjadi lebih besar. Kreatinin merupakan produk dari katabolisme phospo kreatin, dalam rangka penyediaan energi bagi otot dalam keadaan stres dan kerja berat. Banyaknya kreatinin yang diproduksi dan diekskresikan berbanding sejajar dengan masa otot, pada ternak jantan biasanya lebih besar daripada ternak betina. Kadar kreatinin serum normal pada ayam 0,901,85 mg/dl (Dawson dan Whittow, 2000). Terkait dengan stress atau cekaman panas yang dialami oleh ternak unggas, maka upaya untuk mempertahankan panas tubuhnya (thermoregulasi), otot dada, punggung dan coxae sangat berperan untuk mengeluarkan panas melalui pernafasan (panting) tadi yang dilakukan oleh ternak sebagai upayanya. Semakin tinggi tekanan stress dan atau cakaman panas maka pemanfaatan ATP dari kreatin fosfat juga semakin tinggi, sehingga kadar kreatinin darah akan meningkat. Phopokreatinase dan menghasilkan kreatinin, Pemberian asam linoleat Minyak esensial asam linoleat memiliki kemampuan untuk menstimulasi sistem saraf pusat mengakibatkan ternak lebih toleran terhadap stress (meningkatkan kekebalan), baik stress akibat pemisahan dengan induknya maupun stres akibat kondisi lingkungan (Ulfa, 2002). Keberadaan minyak esensial menstimulasi produksi cairan pencernaan yang menghasilkan pH yang sesuai untuk enzim pencernaan, seperti peptinase. Pemberian BJ yang lebih dari yang diberikan dapat menurunkan kreatinin. KESIMPULAN 1.
2.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian minyak buah makassar tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap kadar glukosa darah dan pemberian minyak buah makassar berpengaruh nyata terhadap kadar kreatinin darah itik cihateup (P<0,05) . Tidak ada level pemberian yang optimum untuk meningkatkan kadar glukosa darah itik cihateup karena glukosa dalam keadaan stress pada saat pemeliharaan minim air masih berada dalam kadar yang dapat ditolelir, sedangkan untuk kadar kreatinin darah level pemberian yang optimum adalah pada perlakuan BJC dengan konsentrasi minyak buah makassar (Brucea javanica L. Merr) yaitu 200 µL .
SARAN Pemberian perlakuan terhadap itik perlu diperhatikan bila hendak diberikan dengan cara peroral karena itu bisa membuat itik cihateup semakin mengalami stress bukan saja yang
8
Pemberian Minyak Buah Makasar .................................................................D. Mardiah Utami disebabkan oleh pemeliharaan minim air tapi juga karena pemberian yang tidak diperhatikan, sebaiknya diberikan 200 µL untuk mendapatkan hasil yang optimum. UCAPAN TERIMAKASIH Terimakasih penulis sampaikan kepada staf Laboratorium Fisiologi dan Biokimia Fakultas Peternakan atas bimbingan dan masukan yang diberikan kepada penulis dan juga kepada pihak-pihak yang telah membantu penulis untuk menyelesaikan penelitian ini. DAFTAR PUSTAKA Andi Mushawwir. 2014. Biokimia Nutrisi. Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran. Sumedang. Christiansen, J. J., C. B. Djurhuus, C. H. Gravholt, P. Iversen, J. S. Christiansen, O. Schmitz, J. Weeke, J. O. L. Jørgensen, & N. Møller. 2007. Effect of cortisol on carbohydrate, lipid, and protein metabolism: studies of acute cortisol withdrawal in adrenocortical failure. J. Clin. Endocr. Metab. 92:3553-3559. Dawson, W.R. and Whittow, G. C. 2000. Regulation of body temperature, in Sturkie’s Avian Physiology,5thed., edited by Whittow, G.C.Academic Press, Elsevies Sci.Pub.Co., Sydney. Dean, D. W., T. D. Bidner, dan L. L. Southern. 2006. Glycine Supplementation to Low Protein, Amino Acid-Supplemented Diets Supports Optimal Performance of Broiler Chicks. Poult. Sci. 85:288–296. Harjo, A. , 2006. Probiotik Pengganti Antibiotik dalam Pakan Ternak. http://www. ppigoettingen. com/html/13. Diakses 23 Desember 2015. . Jiang. Wen. , Shaoping Nie, Zhe Qu, Chongpeng Bi, And Anshan Shan. 2014. The Effects Of Conjugated Linoleic Acid On Growth Performance, Carcass Traits, Meat Quality, Antioxidant Capacity, And Fatty Acid Composition Of Broilers Fed Corn Dried Distillers Grains With Solubles. Poult. Sci. 93 :1202–1210. Kaffi S, Subekti,dan Zulfahmi. 2011. Penggunaan Minyak dari Buah makasar (Brucea Javanica(L.) Merr.) sebagai Feed Additive Organik pada Broiler. Laporan Penelitian Hibah Bersaing (Bidang Pertanian). Kegley, E.B., and Spears, J.W. 1995. Immune response, glucose metabolism, and performance of stressed feeder calves feding organic and organic chromium. J.Anim.Sci.,73, 2721. Lin, H. , E. Decuypere, and J. Buyse. 2006. Acute Heat Stress Induces Oxidative Stress in Broiler Chickens. Comp. Biochem. Physiol. A Mol. Integr. Physiol. 144:11–17. . Philadephia. Murray, R. K. , D. K, Granner. , P. A, Mayes. , dan V. W Rodwell. (2003). Biokimia Harper. Edisi 25. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. Halaman 270. Poedjiadi Anna, Supriyanti Titin F.M. 1994. Dasar-dasar Biokimia. Universitas Indonesia. Jakarta 9
Pemberian Minyak Buah Makasar .................................................................D. Mardiah Utami Puvadolpirod, S.and J. P. Thaxton. 2000. Model of Physiological Stress in Chickens 1. Response Parameters. Poult. Sci. 79, 363–369. Suksombat, W. , S. Samitayotin, And P. Lounglawan. Effects Of Conjugated Linoleic Acid Supplementation In Layer Diet On Fatty Acid Compotitions Of Egg Yolk And Layer Performances. Poult. Sci. 85:1603–1609. Shin, H. S. , J. H. Yoo1, T. S. Min, J. Lee And C. Y. Choi. 2010. Effect Of Quercetin On The Activity And Mrna Expression Of Antioxidant Enzymes And Physiological Responses In Olive Flounder (Paralichthys Olivaceus) Exposed To Cadmium. AsianAust. J. Anim. Sci. 23: 742 – 749. Tan, G.Y., L. Yang , Y.-Q. Fu , J.H. Feng, and M.H. Zhang. 2010. Effects of different acute high ambient temperatures on function of hepatic mitochondrial respiration, antioxidative enzymes, and oxidative injury in broiler chickens. Poult. Sci. 89, 115– 122. Ulfa, M. 2002. Etnobotani Pada Tumbuhan Suju Zingberaceae Di Daerah Malang. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Jurusan Biologi UIN Maliki Malang. Yue, H.Y., L. Zhang ,S. G. Wu , L. Xu , H. J. Zhang , and G. H. Q. 2010. Effects of transport stress on blood metabolism, glycolytic potential, and meat quality in meat-type yellowfeathered chickens. Poult. Sci. 89, 413–419.
10