PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PROGRAM KREATIVITAS DI RUMAH BELAJAR MODERN DESA BANGUNHARJO SEWON BANTUL
SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh Intifada Gempur Yahudi NIM 11102244011
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH JURUSAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA FEBRUARI 2017 i
MOTTO
“Kalau ingin melakukan perubahan, jangan tunduk pada kenyataan, asal yakin di jalan yang benar ” (Gus Dur)
“Berusahalah membalas kebaikan orang, meski dengan „sekedar‟ berdoa baik untuknya. Tapi janganlah mengharap balasan kebaikanmu kepada orang.” (Gus Mus)
“Jangan mati matian mengejar sesuatu yang tidak bisa dibawa mati” (Emha Ainun Najib)
“Temukan sendiri cara percintaanmu dengan-Nya dan juga para kekasih-Nya” (Penulis)
v
PERSEMBAHAN
Atas karunia Allah SWT Karya ini adalah bingkisan terindah studi saya di kampus tercinta Saya persembahkan karya ini untuk: 1. Bapak, Ibu, dan keluarga yang saya cintai. 2. Almamater Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang selalu saya banggakan.
vi
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PROGRAM KREATIVITAS DI RUMAH BELAJAR MODERN DESA BANGUNHARJO SEWON BANTUL Oleh Intifada Gempur Yahudi NIM 11102244011 ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan: (1) pemberdayaan masyarakat melalui program kreativitas (2) hasil yang dicapai dari pemberdayaan masyarakat melalui program kreativitas, (3) faktor pendukung dan penghambat pemberdayaan masyarakat melalui program kreativitas di Rumah Belajar Modern. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Pemilihan subjek penelitian dengan teknik purposive. Subjek penelitian ini adalah pengelola RBM, tutor, serta peserta program. Metode pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan wawancara, observasi, dan dokumentasi yang dilengkapi dengan daftar pertanyaan. Analisis data dilakukan melalui tahap pengumpulan data, reduksi data, display data, dan verifikasi serta penarikan kesimpulan. Peneliti mengecek keabsahan data dengan menggunakan trianggulasi sumber. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) pemberdayaan masyarakat melalui program kreativitas dilakukan melalui beberapa tahap, terdiri dari tahap persiapan, pelaksanaan dan evaluasi (2) hasil yang dicapai dari pemberdayaan masyarakat melalui program kreativitas adalah adanya peningkatan keterampilan yang dirasakan oleh peserta, para peserta mampu menerapkan ilmu yang diperoleh, dan program kreativitas mampu mendorong para peserta menjadi pelaku usaha (3) Faktor pendukung program adalah adanya antusiasme peserta dan prasarana pelatihan yang memadai. Adapun faktor penghambat yaitu keadaan ruang aula yang masih digunakan untuk menyimpan barang-barang sehingga kurang bisa menampung dengan baik dan jumlah jam pembelajaran yang masih kurang . Kata kunci : pemberdayaan masyarakat, program kreativitas, RBM
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi yang berjudul “Pemberdayaan Masyarakat melalui Program Kreativitas di Rumah Belajar Modern Desa Bangunharjo Sewon Bantul." Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan program S1 untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Luar Sekolah di Universitas Negeri Yogyakarta. Penulis menyadari sepenuhnya, tanpa bimbingan, bantuan, dan saran dari berbagai pihak, karya ini tidak akan dapat diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu, pada kesempatan ini peneliti mengucapkan terimakasih yang tulus kepada: 1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta beserta staf dan jajarannya yang telah memberikan fasilitas dan sarana bagi penulis untuk menempuh studi dikampus ini. 2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan ijin dalam penyusunan skripsi ini. 3. Ketua Jurusan Pendidikan Luar Sekolah yang telah memberikan kemudahan dalam proses pengajuan dan penyelesaian skripsi ini. 4. Bapak Dr. Iis Prasetyo, MM selaku pembimbing yang telah berkenan mengarahkan dan membimbing saya selama penyusunan skripsi ini. 5. Ibu Dra. Widyaningsih, M.si selaku dosen pembimbing akademik yang selalu memberikan dukungan untuk terus menyelesaikan skripsi. viii
DAFTAR ISI hal HALAMAN JUDUL
.......................................................................
HALAMAN PERSETUJUAN
...........................................................
HALAMAN SURAT PERNYATAAN
iii
............................................................
iv
.......................................................................
v
HALAMAN PERSEMBAHAN ABSTRAK
ii
..............................................
HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN MOTTO
i
..........................................................
vi
......................................................................................
vi
KATA PENGANTAR DAFTAR ISI
......................................................................
viii
...................................................................................
x
............................................................................
xiii
.........................................................................
xiv
.....................................................................
xv
DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
......................................................
1
B. Identifikasi Masalah
.............................................................
9
C. Pembatasan Masalah
............................................................
9
D. Rumusan Masalah
...............................................................
10
E. Tujuan Penelitian
.................................................................
10
F. Manfaat Penelitian
...............................................................
11
.......................................................................
12
1. Kajian Teori tentang Pemberdayaan Masyarakat .................
12
a. Pengertian Pemberdayaan Masyarakat ............................
12
b. Tujuan Pemberdayaan Masyarakat
.................................
20
c. Tahap dan Proses Pemberdayaan Masyarakat ..................
21
d. Prinsip-Prinsip Pemberdayaan Masyarakat .....................
25
BAB II KAJIAN TEORI A. Kajian Teori
2. Kajian tentang Program Kreativitas x
....................................
27
a. Pengertian Program b. Pengertian Kreativitas
......................................................
27
..................................................
30
c. Pengertian Program Kreativitas
......................................
3. Kajian tentang Rumah Belajar Modern
31
...............................
31
.................................
31
b. Misi Rumah Belajar Modern
.........................................
33
c. Tugas Rumah Belajar Modern
.......................................
33
d. Tujuan dan Fungsi Rumah Belajar Modern .....................
35
a. Pengertian Rumah Belajar Modern
B. Penelitian yang Relevan C. Kerangka Berpikir
................................................................
35
........................................................................
38
....................................................................
39
D. Pertanyaan Penelitian
BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian B. Subjek Penelitian
..........................................................
41
................................................................
42
C. Tempat dan Waktu Penelitian
...............................................
42
...................................................
43
.............................................................
46
.......................................................................
47
D. Metode Pengumpulan Data E. Instrumen Penelitian F. Analisis Data
G. Teknik Keabsahan Data
........................................................
49
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
......................................
1. Gambaran Umum Rumah Belajar Modern
..........................
51
...........................................
51
...........................................................
52
a. Sejarah dan Kondisi Umum b. Letak Geografis
51
c. Visi, Misi, dan Tujuan
..................................................
53
d. Susunan Pengelola
.....................................................
55
e. Sarana dan Prasarana
....................................................
55
f. Kerjasama Rumah Belajar Modern
.................................
56
........................................................
57
2. Gambaran Umum Pemberdayaan Masyarakat di Rumah Belajar Modern .................................................
58
g. Pengelolaan Dana
xi
B. Hasil Penelitian
....................................................................
59
1. Pemberdayaan Masyarakat Melalui Program Kreativitas di Rumah Belajar Modern .................................................
59
a. Perencanaan Program Kreativitas
...................................
60
b. Pelaksanaan Program Kreativitas
...................................
67
.........................................
74
2. Hasil Pemberdayaan Masyarakat Melalui Program Kreativitas di Rumah Belajar Modern ................................
75
3. Faktor Pendukung dan Penghambat Pemberdayaan Masyarakat Melalui Program Kreativitas di Rumah Belajar Modern .................................................
79
c. Evaluasi Program Kreativitas
a. Faktor Pendukung
........................................................
79
b. Faktor Penghambat
.......................................................
81
........................................................................
83
C. Pembahasan
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan B. Saran
.........................................................................
94
..................................................................................
96
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
.......................................................................
97
.....................................................................................
99
xii
DAFTAR TABEL hal Tabel 1. Tahapan Pemberdayaan Tabel 2. Teknik Pengumpulan Data
........................................................
23
....................................................
45
xiii
DAFTAR GAMBAR hal Gambar 1. Kerangka Berpikir
............................................................
39
Gambar 2. Komponen-komponen Analisis Data Interaktif ....................
47
Gambar 3. Peta Lokasi Rumah Belajar Modern
...................................
53
Gambar 4. Susunan Pengelola Rumah Belajar Modern .........................
55
Gambar 5. Pelatihan Merajut
72
.............................................................
Gambar 6. Peserta Pelatihan Menjadi Pelaku Usaha
xiv
.............................
92
DAFTAR LAMPIRAN hal Lampiran 1. Pedoman Observasi
........................................................
Lampiran 2. Pedoman Wawancara Pengelola
100
......................................
102
.............................................
104
..........................................
107
...................................................
109
Lampiran 6. Reduksi, Display Data, dan Kesimpulan Hasil Wawancara ............................................................
110
Lampiran 7. Catatan Lapangan
..........................................................
119
Lampiran 8. Foto Dokumentasi
..........................................................
130
Lampiran 3. Pedoman Wawancara Tutor Lampiran 4. Pedoman Wawancara Peserta Lampiran 5. Pedoman Dokumentasi
Lampiran 9. Fasilitas Rumah Belajar Modern Lampiran 10. Data Peserta Pelatihan
......................................
135
..................................................
136
Lampiran 11. Data Pengelola Rumah Belajar Modern Lampiran 12. Surat Ijin Penelitian
..........................
137
......................................................
138
xv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada saat ini dunia pendidikan terus berupaya meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang ada. Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas dapat diwujudkan melalui peningkatan kualitas pendidikan yang baik dan merata untuk semua masyarakat. Pendidikan yang menjadi kebutuhan dasar bagi
manusia
merupakan
harapan
masyarakat
sebagai
sarana
untuk
mengembangkan potensi diri. Sekarang ini seorang individu dituntut untuk memiliki berbagai macam kompetensi diri untuk bersaing dengan individu lain. Banyak warga masyarakat yang berpendidikan tinggi namun belum mendapatkan pekerjaan dikarenakan keterampilan yang kurang mumpuni. Perkembangan pada masa sekarang ini, tenaga kerja makin bertambah sedangkan lapangan pekerjaan yang dibutuhkan untuk menampung tenaga kerja relatif tetap. Akibatnya lapangan pekerjaan yang dibutuhkan tidak bisa menyerap tenaga kerja yang semakin lama semakin bertambah. Oleh karena itu, melalui berbagai bekal kompetensi diri yang baik tentunya seorang individu akan lebih siap dalam menghadapi persaingan dunia kerja. Sumber daya manusia yang berkualitas tentunya sangat berguna dalam menunjang pembangunan, karena sumber daya manusia yang berketerampilan rendah kurang mampu untuk mengatasi permasalahan hidupnya. Hal tersebut nantinya dapat berdampak pada meningkatnya jumlah pengangguran yang ada. Maka, usaha pengembangan sumber daya manusia harus terus digalakkan sebagai 1
upaya mengatasi keterbatasan-keterbatasan yang dimiliki oleh seorang individu saat ini. Individu atau masyarakat sebagai tujuan pembangunan manusia menjadi subjek yang harus diberikan pendidikan berkualitas tentunya perlu dirangkul untuk berperan serta dalam pembangunan tersebut. Masyarakat memandang pendidikan pada umumnya dilaksanakan melalui lembaga-lembaga formal seperti sekolah baik dari tingkat paud hingga perguruan tinggi. Namun, pendidikan tidak hanya berlangsung di tingkat formal saja karena hakikatnya pendidikan dapat dilaksanakan dimana saja dan berlangsung sepanjang hayat. Seperti ungkapan Hasbullah (2009: 67-68) pendidikan seumur hidup atau long life education akan memungkinkan seseorang mengembangkan potensinya sesuai dengan kebutuhan dirinya. Pada dasarnya semua manusia dilahirkan ke dunia mempunyai hak sama, khususnya hak untuk mendapatkan pendidikan dan peningkatan pengetahuan. Konsep pendidikan seumur hidup memungkinkan individu untuk belajar dimana saja dan kapan saja. Masyarakat dapat belajar sesuai dengan keinginan mereka, karena pendidikan tidak hanya diperoleh melalui sekolah saja namun juga melalui membaca, internet, pengalaman, dan lain-lain. Penerapan pendidikan sepanjang hayat sangat cocok untuk meningkatkan kompetensi diri masyarakat. Upaya untuk membangun sumber daya manusia yang berkualitas harus lebih ditekankan kepada potensi manusia yang ada. Oleh karena itu, konsep pendidikan seumur hidup sangat cocok diterapkan sebagai salah satu upaya dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Melalui konsep pendidikan seumur hidup, seorang individu akan lebih tergali lagi potensinya karena dapat 2
memperoleh hasil belajar yang lebih fleksibel dan luas guna meningkatkan keterampilan mereka. Upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia di Daerah Istimewa Yogyakarta telah memberikan hasil yang nyata dengan makin meningkatnya ketersediaan sarana dan prasarana yang dapat digunakan masyarakat untuk meningkatkan potensi dirinya. Salah satu upaya tersebut adalah melalui pembentukan Rumah Belajar Modern. Rumah Belajar Modern merupakan salah satu layanan yang didirikan oleh Badan Arsip dan Perpustakaan Daerah (BPAD) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Melalui Rumah Belajar Modern ini sebagai langkah memenuhi keinginan dan kebutuhan masyarakat akan pendidikan. Lembaga seperti Rumah Belajar Modern ini sebagai tempat berjalannya kegiatan pembelajaran bagi masyarakat melalui berbagai macam program layananannya. Masyarakat yang butuh akan peningkatan keterampilan dapat mengikuti programprogram yang dimiliki oleh Rumah Belajar Modern. Rumah Belajar Modern (RBM) yang didirikan oleh Badan Arsip dan Perpustakaan
Daerah
(BPAD)
Daerah
Istimewa
Yogyakarta
sebagai
pengembangan dari sebuah pelayanan perpustakaan. Perpustakaan itu sendiri merupakan bentuk pendidikan sepanjang hayat. Hal ini telah dijelaskan dalam UU No 47 tahun 2007 yang menyatakan bahwa dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa sebagaimana diamanatkan dalam Undang
Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945, perpustakaan sebagai wahana belajar sepanjang hayat mengembangkan potensi masyarakat agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, 3
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab dalam mendukung penyelenggaraan pendidikan nasional. Sebagai wahana pembelajaran sepanjang hayat, Rumah Belajar Modern dapat menjadi tempat belajar yang mendukung peningkatan kualitas sumber daya manusia yang kreatif serta mandiri. Rumah Belajar Modern (RBM) ini merupakan unit layanan yang pertama didirikan dan terletak di Desa Bangunharjo Sewon Bantul. Desa Bangunharjo merupakan salah satu daerah di Kabupaten Bantul dan berada di Kecamatan Sewon. Berada di antara Kota Yogyakarta dan Kabupaten Bantul membuat Desa Bangunharjo termasuk wilayah yang strategis. Beragam jenis pekerjaan dimiliki oleh masyarakat seperti, Petani, Buruh, Pengrajin, PNS, maupun Wiraswasta. Keberagaman jenis pekerjaan juga mengakibatkan penghasilan masyarakat tidak merata. Namun, dari banyaknya latar belakang pekerjaan yang dimiliki, pekerjaan di bidang jasa dan perdagangan lebih dominan. Potensi yang dimiliki oleh Desa Bangunharjo juga ada seperti di dusun jurug yakni adanya pengrajin-pengrajin rumahan dimana mereka memproduksi sendiri berbagai macam kerajinan seperti tas, sarung bantal, dan sebagainya. Namun, potensi-potensi kerajinan tersebut belum sampai ke tingkat ekspor luar daerah, hanya sebatas wilayah bantul dan sekitarnya. Sektor industri rumah tangga yang terdapat di Desa Bangunharjo sebagai salah satu penggerak laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bantul tentunya memerlukan tenaga kerja yang mampu menghasilkan produktivitas yang tinggi. Namun, kondisi tenaga kerja di Desa Bangunharjo pada umumnya belum mampu 4
memenuhi tuntutan untuk bersaing dengan sektor industri rumahan yang lain di luar wilayah Desa Bangunharjo. Dengan demikian, tantangan yang dimiliki adalah mengembangkan sumber daya manusia yang berkualitas, yaitu sumber daya yang produktif, mampu menciptakan dan memperluas lapangan pekerjaan di Desa Bangunharjo. Permasalahan yang muncul adalah tingkat pendidikan yang ditempuh oleh masyarakat Desa Bangunharjo beragam. Banyak masyarakatnya yang belum mampu untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Masih banyak warga masyarakat yang rata-rata hanya menempuh tingkat pendidikan Sekolah Dasar (SD). Ketidakmampuan yang dimiliki masyarakat untuk melanjutkan pendidikan berdampak pada minimnya keterampilan dan juga kreativitas yang diperoleh. Keterampilan dan juga kreativitas yang berguna untuk mendukung potensi diri maupun
potensi wilayah Desa Bangunharjo masih banyak yang
belum dimiliki masyarakat. Oleh karena itu, diperlukan berbagai upaya maupu n pendekatan untuk mengatasi minimnya keterampilan yang dimiliki oleh masyarakat Desa Bangunharjo. Salah satu bentuk upaya maupun pendekatan yang dapat dilakukan untuk meningkatkan keterampilan yang dimiliki masyarakat Desa Bangunharjo adalah melalui pemberdayaan. Pemberdayaan ini berorientasi kepada masyarakat sehingga dapat mengurangi keterbatasan yang dimiliki oleh masyarakat seperti keterampilan yang masih rendah. Pemberdayaan masyarakat merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kesejahteraan yang dimiliki oleh masyarakat. Melalui pemberdayaan, masyarakat diharapkan lebih mandiri serta mampu menghadapi 5
berbagai permasalahan yang dimiliki. Mandiri dalam hal ini adalah memiliki keterampilan yang nantinya dapat berguna bagi masyarakat itu sendiri. Kemandirian dapat dicapai bukan hanya peran dari pihak penyelenggara pemberdayaan tetapi juga peran serta dari masyarakat. Masyarakat sebagai subjek pemberdayaan juga harus ikut terlibat didalamnya. Pemberdayaan masyarakat membutuhkan inisiatif dari masyarakat untuk memperbaiki kondisi diri sendiri. Namun, masih banyak masyarakat yang belum
mempunyai inisiatif untuk
mencoba memperbaiki kondisi dirinya agar memperoleh kemandirian sehingga nantinya juga berdampak pada peningkatan kesejahteraannya. Masyarakat cenderung pasif untuk mencari akses menuju sumber untuk membuat mereka lebih berdaya. Masyarakat
di
Desa
Bangunharjo
sendiri
banyak
yang
belum
memanfaatkan dengan optimal adanya Rumah Belajar Modern. Hal tersebut dapat terjadi karena beberapa faktor seperti kurangnya informasi kepada masyarakat karena sosialisasi mengenai RBM memang belum banyak digencarkan atau mereka belum mendengar maupun sekedar tahu apa itu RBM, sehingga masyarakat pun belum banyak mengetahui akan manfaat yang bisa diperoleh. Selain itu bentuk kepasifan masyarakat untuk mengakses sumber-sumber menuju keberdayaan kurang dilakukan oleh masyarakat itu sendiri. Pemanfaatan RBM oleh masyarakat Desa Bangunharjo sendiri tentunya akan berdampak pada terbukanya akses untuk peningkatan kualitas kesejahteraan mereka. Sebagai unit yang bergerak di bidang pelayanan, Rumah Belajar Modern dapat memegang peranan penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya 6
manusia. Peran tersebut dapat berupa pelayanan yang mudah diakses oleh masyarakat serta penyelenggaraannya memperhatikan kebutuhan masyarakat. Kebutuhan-kebutuhan masyarakat yang sangat beragam dapat disalurkan melalui aktivitas-aktivitas yang menunjang kebutuhan mereka. Adapun tugas Rumah Belajar Modern adalah memberikan pelayanan dengan kualitas prima sebagai bentuk pemberdayaan kepada masyarakat. Pelayanan kepada masyarakat ini diwujudkan dalam berbagai macam program. Salah satu programnya adalah pemberdayaan melalui program kreativitas. Program kreativitas bertujuan untuk meningkatkan keterampilan, dan wawasan masyarakat agar dapat lebih mandiri. Program kreativitas diselenggarakan merupakan suatu langkah nyata dalam meningkatkan kualitas hidup manusia. Pemberdayaan masyarakat melalui program kreativitas dilaksanakan oleh Rumah Belajar Modern (RBM) di Desa Bangunharjo Kecamatan Sewon, Kabupaten Bantul. Pemberdayaan melalui program kreativitas dilakukan melalui pemberian
berbagai macam kreativitas. Melalui program kreativitas yang
diselenggarakan oleh RBM ini tentunya dapat mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas. Dengan diberikannya program kreativitas oleh Rumah Belajar Modern diharapkan sebagai salah satu langkah alternatif dalam pengembangan sumber daya manusia selain melalui dunia pendidikan formal. Program kreativitas diharapkan mampu membawa masyarakat mengembangkan diri dengan dengan diberikannya berbagai macam keterampilan sebagai bekal untuk kehidupan sehari-hari.
Program
kreativitas
pendidikan sepanjang hayat.
penyelenggaraannya
Dalam 7
asas
pendidikan
menggunakan
asas
sepanjang hayat,
pembelajaran dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja tanpa terikat oleh apapun. Program kreativitas di Rumah Belajar Modern merupakan program yang dilaksanakan dengan cara memberikan kreativitas kepada masyarakat melalui penerapan buku-buku koleksi yang dimiliki. Program tersebut difokuskan untuk membuat berbagai macam kreativitas serta dapat diterapkan oleh peserta pelatihan dalam keseharian maupun kegiatan usaha. Program ini diberikan karena masih banyaknya masyarakat di Desa Bangunharjo yang masih berpendidikan rendah dan belum memiliki banyak keterampilan. Oleh karena itu, program ini bertujuan untuk
mengembangkan potensi diri dari masyarkat yang masih minim akan
keterampilan yang dimiliki. Penyelenggaraan program kreativitas dalam tanda kutip “bukan dari lembaga non formal” seperti Rumah Belajar Modern menarik minat peneliti untuk mengkaji lebih jauh mengenai proses penyelenggaraannya. Sebagai unit pelayanan kepada masyarakat yang pertama di propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Rumah Belajar Modern dalam menyelenggarakan pemberdayaan masyarakat memang masih berjalan kurang optimal dan terdapat berbagai kendala-kendala yang dihadapi. Oleh karena itu untuk mendeskripsikan pemberdayaan masyarakat yang dilakukan oleh Rumah Belajar Modern, maupun hasil yang dicapai dari proses pemberdayaan serta faktor pendukung dan penghambat apa saja di dalam pelaksanaannya, akan coba dikaji lebih jauh oleh peneliti dalam penelitian yang berjudul “Pemberdayaan Masyarakat Melalui
8
Program Kreativitas Di Rumah Belajar Modern Desa Bangunharjo Sewon Bantul”. B. Identifikasi Masalah Dari latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka dapat ditentukan identifikasi masalah sebagai berikut : 1. Banyak warga masyarakat yang berpendidikan tinggi namun belum mendapatkan pekerjaan dikarenakan keterampilan yang kurang mumpuni. 2. Masih banyak masyarakat yang belum mempunyai inisiatif untuk mengakses sumber-sumber agar memperoleh kemandirian. 3. Masih terdapat masyarakat di Desa Bangunharjo yang berpendidikan rendah sehingga keterampilan yang dimiliki juga masih rendah. 4. Masyarakat di Desa Bangunharjo sendiri banyak yang belum memanfaatkan dengan optimal adanya Rumah Belajar Modern. 5. Rumah Belajar Modern merupakan unit layanan yang pertama didirikan sehingga pemberdayaan melalui program kreativitas belum berjalan optimal. C. Pembatasan Masalah Agar penelitian ini lebih terarah, dan batas-batas penelitian yang dirumuskan dengan proses penelitian tidak menyimpang dari persoalan yang dikaji, maka peneliti membatasi masalah yang akan dikaji dan memfokuskan pada masalah yang berkaitan dengan pelaksanaan pemberdayaan masyarakat melalui program kreativitas di Rumah Belajar Modern Desa Bangunharjo Sewon Bantul.
9
D. Rumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah, maka dapat dikemukakan beberapa rumusan masalah di antaranya : 1. Bagaimana pemberdayaan masyarakat melalui program kreativitas di Rumah Belajar Modern Desa Bangunharjo Sewon Bantul ? 2. Apa hasil yang dicapai dari pelaksanaan program kreativitas di Rumah Belajar Modern Desa Bangunharjo Sewon Bantul ? 3. Apa saja faktor pendukung dan faktor penghambat dalam pemberdayaan masyarakat melalui program kreativitas di Rumah Belajar Modern Desa Bangunharjo Sewon Bantul ? E. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang ada, maka penelitian ini bertujuan untuk : 1. Mendeskripsikan pemberdayaan masyarakat melalui program kreativitas di Rumah Belajar Modern Desa Bangunharjo Sewon Bantul. 2. Mendeskripsikan hasil yang dicapai dari pemberdayaan masyarakat melalui program kreativitas di Rumah Belajar Modern Desa Bangunharjo Sewon Bantul. 3. Mendeskripsikan faktor pendukung dan penghambat dalam pemberdayaan masyarakat melalui program kreativitas di Rumah Belajar Modern Desa Bangunharjo Sewon Bantul.
10
F. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang secara umum dikaslifikasikan menjadi dua yaitu : 1. Manfaat Teoritis Manfaat teoritis yang diharapkan dari penelitian yang dilakukan ini adalah mampu memberikan sumbangan konsep teoritis dalam pemberdayaan masyarakat melalui bentuk pengembangan layanan perpustakaan seperti Rumah Belajar Modern (RBM). Penelitian ini diharapkan menjadi bahan referensi mengenai apa saja yang menjadi kebutuhan masyarakat dengan adanya salah satu bentuk layanan publik di sekitar mereka. 2. Manfaat Praktis a. Penelitian ini dapat menjadi informasi mengenai pemberdayaan masyarakat melalui program kreativitas di Rumah Belajar Modern.. b. Memberikan masukan kepada Rumah Belajar Modern (RBM) agar dapat meningkatkan kualitas pelayanan kepada masyarakat. c. Memberi masukan kepada masyarakat Desa Bangunharjo Sewon Bantul agar lebih mengoptimalkan fungsi Rumah Belajar Modern (RBM).
11
BAB II KAJIAN TEORI A. Kajian Teori 1. Kajian tentang Pemberdayaan Masyarakat a. Pengertian Pemberdayaan Masyarakat Di Indonesia istilah pemberdayaan sudah dikenal sejak tahun 1990-an yang merupakan terjemahan dari bahasa inggris yaitu empowerment. Edi Suharto (2010: 57-58) mengungkapkan bahwa secara konsep kata pemberdayaan atau pemberkuasaan (empowerment), berasal dari kata “power” (kekuasaan atau keberdayaan). Ide utama dari pemberdayaan berdekatan dengan konsep mengenai kekuasaan. Kekuasaan seringkali dikaitkan dengan kemampuan untuk membuat orang lain melakukan apa yang diinginkan, terlepas dari keinginan dan minat mereka. Maka dari itu, pemberdayaan sering kali diartikan sebagai pendelegasian kekuasaan kepada orang lain. Pengertian tersebut dapat diasumsikan bahwa kekuasaan sebagai suatu yang tidak berubah, tidak vakum, dan senantiasa hadir dalam relasi sosial antar manusia. kemungkinan terjadinya proses pemberdayaan sangat tergantung pada dua hal yaitu : (1) bahwa kekuasaan dapat berubah dan jika kekuasaan tidak dapat berubah, pemberdayaan tidak dapat terjadi dengan cara apapun; (2) bahwa kekuasaan dapat diperluas, konsep ini menjelaskan bahwa kekuasaan yang tidak statis melainkan dinamis.
12
Edi Suharto (2010: 58) mengatakan bahwa pemberdayaan menunjuk pada kemampuan orang, khususnya kelompok rentan dan lemah sehingga mereka memiliki kekuatan atau kekuasaan dalam : 1) Memenuhi kebutuhan dasarnya sehingga mereka memiliki kebebasan (freedom), dalam arti bukan saja bebas mengemukakan pendapat, melainkan bebas dari kelaparan, bebas dari kebodohan, bebas dari kesakitan; 2) Menjangkau sumber-sumber produktif yang memungkinkan mereka dapat meningkatkan pendapatannya dan memperoleh barang-barang dan jasa-jasa yang mereka perlukan; dan 3) Berpartisipasi dalam proses pembangunan dan keputusan-keputusan yang mempengaruhi mereka. Sunit Agus T (2008: 9) mengungkapkan bahwa pemberdayaan seringkali digunakan sebagai indikator keberhasilan suatu bidang pembangunan. Konsep pemberdayaan berkaitan dengan dua istilah yang saling bertentangan, yaitu konsep berdaya dan tidak berdaya terutama bila dikaitkan dengan kemampuan mengakses dan menguasai potensi dan sumber kesejahteraan sosial. Masyarakat berdaya memiliki kemampuan dalam mengembangkan potensi diri yang dimiliki serta mengakses sumber-sumber yang dapat menjadikannya lebih sejahtera. Namun, kemampuan tersebut tidak dimiliki oleh masyarakat yang kurang berdaya dikarenakan akses menuju sumber tersebut harus ditempuh dengan sulit. Menurut Randy R dan Riant N (2007: 115) secara konsep konvensional, pemberdayaan sebagai terjemahan empowerment, yang mengandung dua pengertian, yaitu (a) to give power or authority atau memberi kekuasaan, 13
mengalihkan kekuasaan, atau mendelegasikan otoritas ke pihak lain, (b) to give abiliy to atau usaha untuk memberi kemampuan atau keberdayaan atau bagaimana menciptakan peluang dan mengaktualisasikan keberdayaan seseorang. Menurut peneliti, pengertian pemberdayaan cenderung lebih tepat pada pengertian kedua yaitu
to give ability to atau memberi kemampuan atau keberdayaan kepada
seseorang karena untuk mengembangkan potensi masyarakat bukan melalui pemberian kekuasaan melainkan mengkatualisasikan keberdayaan seseorang. Menurut Ambar Teguh Sulistyani (2004: 77) : “pemberdayaan berasal dari kata dasar “daya” yang berarti kekuatan atau kemampuan. Pemberdayaan dimaknai sebagai suatu proses menuju berdaya, atau proses untuk memperoleh daya/kekuatan/kemampuan, dan atau proses pemberian daya/kekuatan/kemampuan dari pihak yang memiliki daya kepada pihak yang kurang atau belum berdaya”. Sumodiningrat (dalam Ambar Teguh S, 2004: 78) berpendapat bahwa pemberdayaan sebenarnya istilah khas Indonesia daripada Barat. Di barat istilah tersebut diterjemahkan empowerment, dan isitilah itu benar tapi tidak tepat. Pemberdayaan yang kita maksud adalah memberi “daya” bukanlah “kekuasaan”. Empowerment dalam khasanah barat lebih bernuansa “pemberian kekuasaan” daripada “pemberdayaan” itu sendiri. Dalam konteks Indonesia pemberdayaan dalah memberi daya agar yang bersangkutan mampu untuk bergerak secara madiri. Bertolak dari pengertian diatas seseorang atau masyarakat dapat dikatakan berdaya apabila mereka mempunyai kekuatan atau kemampuan. Pemberdayaan adalah proses menuju berdaya yaitu pemberian kekuatan atau kemampuan dari pihak yang memiliki daya kepada pihak yang kurang berdaya. Pemberdayaan 14
dilakukan karena seorang individu atau masyarakat dianggap belum berdaya, sehingga setelah proses pemberdayaan diberikan mereka diharapkan akan memilik kekuatan (berdaya). Person et al. (dalam Sri Kuntari, 2009: 12) pemberdayaan menekankan bahwa, orang memperoleh keterampilan, pengetahuan, dan kekuasaan yang cukup untuk mempengaruhi kehidupannya dan kehidupan orang lain yang menjadi perhatiannya. Seseorang yang tidak memiliki keterampilan maupun pengetahuan yang cukup tidak mempunyai pilihan untuk mempengatuhi kehidupannya sendiri maupun kehidupan orang lain. Kartasasmita (dalam Alfitri, 2011: 20) paradigma pemberdayaan adalah paradigma pembangunan manusia, yaitu pembangunan yang berpusat pada rakyat merupakan proses pembangunan yang mendorong prakarsa masyarakat berakar dari bawah. Melalui pengertian tersebut, pemberdayaan merupakan proses membangun sumber daya manusia melalui inisiatif dari masyarakat itu sendiri. Masyarakat didorong untuk melakukan pemberdayaan atas prakarsa dirinya sendiri. Chambers (dalam Alfitri, 2011: 22) berpendapat bahwa pemberdayaan masyarakat adalah sebuah konsep pembangunan ekonomi yang merangkum nilainilai sosial. Konsep tersebut mencerminkan paradigma baru pembangunan, yakni bersifat people centered. participatory, empowering, and suistenable. Konsep ini lebih luas dari hanya semata-mata memenuhi kebutuhan dasar atau menyediakan mekanisme untuk mencegah proses pemiskinan lebih lanjut.
15
Menurut Saraswati (dalam Alfitri, 2011: 24) secara konseptual, pemberdayaan harus mencakup enam hal berikut yaitu : 1) Learning by doing. Artinya, pemberdayaan adalah sebagai proses hal belajar dan
ada suatu tindakan konkrit yang terus-menerus dampaknya dapat terlihat.
2) Problem solving. Pemberdayaan harus memberikan andil terjadinya pemecahan masalah yang dirasakan krusial dengan cara dan waktu yang tepat. 3) Self evaluation. Pemberdayaan harus mampu mendorong seseorang atau kelompok tersebut untuk melakukan evaluasi secara mandiri. 4) Self development and coordination. Artinya, mendorong agar mampu melakukan pengembangan diri dan melakukan hubungan koordinasi dengan pihak lain secara lebih luas. 5) Self selection. Suatu kumpulan yang tumbuh sebagai upaya pemilihan dan penilaian secara mandiri dan menetapkan langkah ke depan. 6) Self decision. Dalam memilih tindakan yang tepat hendaknya dimiliki kepercayaan diri dalam memutuskan sesuatu secara mandiri. Keenam unsur-unsur diatas merupakan pembiasaan untuk berdaya, sebagai penguat dan pengait pemberdayaan jika dilakukan secara kontinyu. Maka, ketika unsur-unsur tersebut dilaksanakan pengaruh yang ditimbulkan semakin lama semakin kuat sehingga proses pemberdayaan dapat berjalan dengan sendirinya. Menurut Sunyoto Usman (dalam Alfitri, 2011: 25), “pemberdayaan masyarakat adalah sebuah proses dalam bingkaian usaha memperkuat apa yang lazim disebut community self reliance atau kemadirian”. Dalam proses pemberdayaan, masyarakat didampingi untuk melakukan analisis masalah yang 16
dihadapi, dibantu untuk menemukan solusi atas permasalahannya, serta diperlihatkan strategi untuk memanfaatkan sumber daya yang dimiliki. Masyarakat dibantu untuk merancang kegiatan sesuai dengan kemampuannya, bagaimana cara untuk mengimplementasikannya, serta bagaimana membangun sebuah strategi guna memperoleh sumber eksternal yang dibutuhkan. Berkenaan dengan pemaknaan konsep pemberdayaan masyarakat menurut Chatarina Rusmiyati (2011: 16) menyatakan bahwa pemberdayaan adalah suatu cara rakyat, organisasi, atau
komunitas diarahkan agar mampu menguasai
kehidupannya, atau pemberdayaan dianggap sebuah proses menjadikan orang cukup kuat untuk berpartisipasi dalam kejadian-kejadian serta lembaga yang mempengaruhinya. Menurut
Winarni
dalam
Ambar
Teguh
Sulistyani
(2004:
79)
mengungkapkan bahwa inti dari pemberdayaan adalah meliputi tiga hal, yaitu pengembangan (enabling), memperkuat potensi atau daya (empowering), dan terciptanya kemandirian. Konsep tersebut berarti pemberdayaan tidak saja terjadi pada masyarakat yang tidak memiliki kemampuan, akan tetapi pada masyarakat yang memiliki daya yang masih terbatas, dapat dikembangkan mencapai kemandirian. Pemberdayaan merupakan proses yang dilakukan secara bertahap di masyarakat. Pemberdayaan merupakan proses menyeluruh yaitu suatu proses aktif antara motivator, fasilitator, dan kelompok masyarakat yang perlu diberdayakan melalui peningkatan pengetahuan, keterampilan, pemberian berbagai kemudahan, serta peluang untuk mencapai akses sistem sumber daya kesejahteraan sosial 17
dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pemberdayaan merupakan proses yang berkesinambungan dimana kelompok masyarakat yang ingin diberdayakan juga ikut terlibat dalam proses pemberdayaan itu sendiri. Sri Kuntari (2009: 12) menyatakan bahwa proses pemberdayaan meliputi enabling/ menciptakan suasana kondusif, empowering/ penguatan kapasitas dan kapabilitas masyarakat, protecting/ perlindungan dari ketidakadilan, supporting/ bimbingan dan dukungan, dan foresting/ memelihara kondisi yang kondusif tetap seimbang. Proses pemberdayaan dilakukan melalui aktivitas yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup manusia sebagai individu maupun masyarakat. Menurut berbagai pengertian diatas, pemberdayaan masyarakat dapat diartikan sebagai upaya untuk meningkatkan kekuatan atau daya kepada masyarakat dalam mengembangkan potensi sehingga meningkatkan kemampuan yang dimiliki hingga mencapai kemandirian. Menurut Kartasasmita (dalam Alfitri, 2011: 25) memberdayakan adalah upaya untuk meningkatkan harkat dan martabat lapisan masyarakat yang dalam kondisi sekarang tidak mampu untuk melepaskan diri dari perangkap kemiskinan dan keterbelakangan. Memberdayakan merupakan proses memampukan dan memandirikan
masyarakat.
Dalam
kerangka
pemikiran
diatas
upaya
memberdayakan masyarakat haruslah dilakukan dengan : 1) Menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat berkembang. Di sini titik tolaknya adalah pengenalan bahwa setiap manusia atau masyarakat memilik potensi yang dapat dikembangkan. Artinya, tidak 18
ada masyarakat yang sama sekali tanpa daya. Pemberdayaan adalah upaya untuk membangun daya itu, dengan memotivasi dan mengembangkan kesadaran akan potensi yang dimilikinya serta berupaya mengembangkannya. 2) Upaya itu harus diikuti dengan memperkuat potensi atau daya yang dimiliki oleh masyarakat. Diperlukan langkah positif, selain dari hanya menciptakan iklim atau suasana. Perkataan ini meliputi langkah nyata, dan menyangkut penyediaan berbagai masukan serta pembukaan akses kepada berbagai peluang yang akan membuat masyarakat menjadi makin berdaya. 3) Pemberdayaan
bukan
hanya
meliputi
penguatan
individu
anggota
masyarakat, tetapi juga pranatanya. Menanamkan nilai budaya modern seperti kerja keras, hemat, keterbukaan, tanggung jawab adalah bagian pokok
dari
upaya
dan
pemberdayaan
pengintegrasiannya
ke
ini. dalam
Pembaharuan kegiatan
lembaga
pembangunan
sosial serta
peranan
masyarakat di dalamnya. 4) Meningkatkan
partisipasi
masyarakat
dalam
pengambilan
keputusan.
Pemberdayaan masyarakat sangat erat kaitannya dengan pemantapan, pembudayaan, dan pengalaman demokrasi. 5) Memberdayakan
juga
mengandung
arti
melindungi.
Dalam
proses
pemberdayaan, harus dicegah yang lemah menjadi bertambah lemah, oleh karena kekurangberdayaan dalam menghadapi yang kuat. Perlindungan kepada yang lemah sangat mendasar sifatnya dalam konsep pemberdayaan masyarakat. Melindungi harus dilihat sebagai upaya untuk mencegah
19
terjadinya persaingan yang tidak seimbang, serta eksploitasi yang kuat atas yang lemah. Pemberdayaan masyarakat juga dapat dikatakan sebagai pemberdayaan sumber daya manusia. Pemberdayaan sumber daya manusia dapat dilakukan oleh lembaga milik pemerintah maupun milik swasta. Salah satu tujuan dari adanya pemberdayaan masyarakat adalah untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. b. Tujuan Pemberdayaan Masyarakat Pemberdayaan masyarakat dapat dikatakan berhasil apabila proses memandirikan masyarakat dapat terwujud. Menurut Ambar Teguh S (2004: 80) tujuan yang ingin dicapai dari pemberdayaan masyarakat adalah membentuk individu dan masyarakat menjadi mandiri. Kemandirian tersebut meliputi kemandirian berpikir, bertindak, dan mengendalikan apa yang mereka lakukan. Kemandirian masyarakat merupakan suatu kondisi yang dialami oleh masyarakat ditandai dengan kemampuan untuk memikirkan, memutuskan serta melakukan sesuatu yang dipandang tepat demi mencapai pemecahan masalah yang dihadapi menggunakan daya/kemampuan yang dimiliki. Kemampuan tersebut terdiri atas kemampuan kognitif, konatif, psikomotorik, afektif, dengan pengerahan sumber daya yang dimiliki oleh lingkungan internal masyarakat tersebut. Untuk mencapai kemandirian masyarakat diperlukan sebuah proses yang bertahap. Melalui proses belajar masyarakat secara bertahap memperoleh kemampuan kognitif, konatif, psikomotorik, dan afektif. Dengan demikian akan 20
terakumulasi kemampuan yang memadai, untuk mengantarkan kemandirian mereka. Tujuan akhir dari pemberdayaan masyarakat harus membuat masyarakat menjadi swadiri, mampu mengurusi dirinya sendiri, swadana, mampu membiayai keperluan sendiri, dan swasembada mampu memenuhi kebutuhannya sendiri secara berkelanjutan. c. Tahap dan Proses Pemberdayaan Masyarakat Pemberdayaan masyarakat dilakukan melalui suatu proses belajar hingga masyarakat tersebut mencapai status mandiri. Proses belajar dalam rangka pemberdayaan masyarakat berlangsung secara bertahap. Tahap-tahap yang harus dilalui tersebut menurut Ambar Teguh S (2004: 83) meliputi: 1) Tahap penyadaran dan pembentukan perilaku menuju perilaku sadar dan peduli sehingga merasa membutuhkan peningkatan kapasitas diri. 2) Tahap transformasi kemampuan berupa wawasan pengetahuan, kecakapanketerampilan agar terbuka wawasan dan memberikan keterampilan dasar sehingga dapat mengambil peran di dalam pembangunan. 3) Tahap peningkatan kemampuan intelektual, kecakapan-keterampilan sehingga terbentuklah inisiatif dan kemampuan inovatif untuk mengantarkan pada kemandirian. Lebih lanjut lagi Ambar Teguh Sulityani menjelaskan bahwa pada tahap pertama atau tahap penyadaran dan pembentukan perilaku merupakan tahap persiapan dalam proses pemberdayaan masyarakat. Pada tahap ini pemberdaya atau pelaku pemberdayaan berusaha menciptakan prakondisi, supaya dapat 21
memfasilitasi berlangsungnya proses pemberdayaan yang efektif. Intervensi yang dilakukan kepada masyarakat ditekankan pada kemampuan afektif-nya untuk mencapai kesadaran konatif. Setelah itu, tahap penyadaran akan lebih membuka keinginan dan kesadaran masyarakat tentang kondisinya, dengan demikian dapat merangsang kesadaran mereka tentang perlunya memperbaiki kondisi untuk menciptakan masa depan yang lebih baik. Pada tahap kedua yaitu proses transformasi pengetahuan dan kecakapanketerampilan dapat berlangsung baik, penuh semangat dan berjalan efektif, jika tahap pertama telah berjalan dengan baik. Masyarakat akan menjalani proses belajar tentang pengetahuan dan kecakapan-keterampilan yang memiliki relevansi dengan apa yang menjadi tuntutan kebutuhan tersebut. Keadaan seperti ini akan mendorong masyarakat untuk membuka wawasan yang dimiliki serta mempelajari apa yang menjadi kebutuhan dasarnya. Tahap ketiga merupakan tahap pengayaan atau peningkatan intelektualitas dan kecakapan-keterampilan yang diperlukan, supaya masyarakat dapat membentuk kemampuan kemandirian. Kemandirian tersebut ditandai dengan masyarakat yang mampu mebentuk inisiatif, melahirkan kreasi-kreasi, dan melakukan inovasi-inovasi di dalam lingkungannya. Apabila masyarakat telah mencapai tahap ketiga maka masyarakat dapat secara mandiri melakukan pembangunan. Berhubungan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Ambar Teguh S seperti tersebut diatas, Azis dalam Alfitri (2011: 26) juga memberikan rincian mengenai tahapan yang seharusnya dilalui dalam pemberdayan. Pertama, 22
membantu masyarakat dalam menemukan masalahnya. Kedua, melakukan analisis terhadap permasalahan secara mandiri. Ketiga, menentukan skala prioritas masalah, dalam arti memilah dan memilih tiap masalah yang paling mendesak untuk diselesaikan. Keempat, mencari penyelesaian masalah yang sedang dihadapi, antara lain dengan pendekatan sosio kultural yang ada dalam masyarakat. Kelima, melaksanakan tindakan nyata untuk menyelesaikan masalah yang
dihadapi.
Keenam,
mengevaluasi
seluruh
rangkaian
dan
proses
pemberdayaan itu untuk dinilai sejauh mana keberhasilan dan kegagalannya. Menurut Ambar Teguh S (2004: 84) tahapan yang ditempuh melalui pemberdayaan dapat diamati pada tabel 1. di bawah ini. Tabel 1. Tahapan Pemberdayaan Knowledge, Attitudes, Practice dengan Pendekatan Aspek Afektif, Kognitif, Psikomotorik dan Konatif Tahapan Afektif Belum merasa sadar dan peduli Tumbuh rasa kesadaran dan kepedulian Memupuk semangat kesadaran dan kepedulian Merasa membutuhkan kemandirian
Tahapan Kognitif
Tahapan Psikomotorik
Tahapan Konatif
Belum memiliki wawasan pengetahuan Menguasai pengetahuan dasar Mengembangkan pengetahuan dasar
Belum memiliki keterampilan dasar Menguasai keterampilan dasar Mengembangka n keterampilan dasar
Tidak berperilaku membangun
Mendalami pengetahuan pada tingkat yang lebih tinggi.
Memperkaya variasi keterampilan
23
Bersedia terlibat dalam pembangunan Berinisiatif untuk mengambil peran dalam pembangunan Berposisi secara mandiri untuk membangun diri dan lingkungan.
Proses pemberdayaan masyarakat menurut Suharto dalam Alfitri (2011: 26-27) dapat dilakukan melalui : 1) Pemungkinan yaitu menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat berkembang secara optimal. Pemberdayaan harus mampu membebaskan masyarakat dari sekat kultural dan structural yang menghambat. 2) Penguatan yaitu memperkuat pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki masyarakat dalam memecahkan masalah dan memenuhi kebutuhannya. Pemberdayaan harus mampu menumbuh kembangkan segenap kemampuan dan kepercayaan diri masyarakat yang menunjang kemandirian mereka. 3) Perlindungan yaitu melindungi masyarakat terutama kelompok lemah agar tidak tertindas oleh kelompok luar, menghindari terjadinya persaingan yang tidak seimbang (apalagi tidak sehat) antara yang kuat dan lemah dan mencegah terjadinya eksploitasi kelompok kuat terhadap kelompok lemah. 4) Penyokongan yaitu memberikan bimbingan dan dukungan agar masyarakat mampu menjalankan peranan dan tugas kehidupannya. Pemberdayaan harus mampu menyokong masyarakat agar tidak terjatuh ke dalam keadaan dan posisi yang semakin lemah dan terpinggirkan. 5) Pemeliharaan yaitu memelihara kondisi yang kondusif agar tetap terjadi keseimbangan distribusi kekuasaan antara berbagai masyarakat.
Pemberdayaan harus mampu
kelompok dalam
menjamin keselarasan
dan
keseimbangan yang memungkinkan setiap orang memperoleh kesempatan berusaha.
24
Proses pemberdayaan masyarakat hendaknya dilakukan secara bertahap. Pemberdayaan masyarakat harus beorientasi pada hasil yang ingin dicapai, yaitu masyarakat yang berdaya, memiliki pengetahuan dan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya baik bersifat fisik, ekonomi, maupun sosial. d. Prinsip-Prinsip Pemberdayaan Masyarakat Totok Mardikanto (2015: 105) menyatakan bahwa pemberdayaan memiliki prinsip-prinsip sebagai berikut : 1) Mengerjakan, artinya melibatkan masyarakat untuk mengerjakan atau menerapkan sesuatu. Karena melalui mengerjakan mereka akan mengalami proses
belajar
(baik
dengan
menggunakan
pikiran,
perasaan,
dan
keterampilannnya) yang akan terus diingat untuk jangka waktu yang lebih lama. 2) Akibat, artinya kegiatan pemberdayaan harus memberikan akibat atau pengaruh yang baik atau bermanfaat karena perasaan senang/puas atau tidak senang/kecewa akan mempengaruhi semangatnya untuk mengikuti kegiatan belajar atau pemberdayaan di masa-masa yang akan datang. 3) Asosiasi, artinya setiap kegiatan pemberdayaan harus dikaitkan dengan kegiatan
lainnya,
sebab
setiap
orang cenderung untuk
mengaitkan/
menghubungkan kegiatannya dengan kegiatan atau peristiwa yang lainnya. Dahama
dan
Bhatnagar
(dalam
Totok
Mardikanto,
2015:
106)
mengungkapkan prinsip-prinsip pemberdayaan mencakup : 1) Minat dan kebutuhan artinya pemberdayaan akan efektif jika selalu mengacu kepada minat dan kebutuhan masyarakat. 25
2) Organisasi masyarakat bawah artinya pemberdayaan akan efektif jika mampu melibatkan/ menyentuh organisasi masyarakat bawah, sejak dari setiap keluarga atau kekrabatan. 3) Keragaman budaya artinya pemberdayaan harus memperlibatkan adanya keragaman budaya. Perencanaan pemberdayaan harus selalu disesuaikan dengan budaya lokal yang beragam. 4) Perubahan budaya artinya setiap kegiatan pemberdayaan akan mengakibatkan perubahan budaya. Kegiatan pemberdayaan harus dilaksanakan dengan bijak dan hati-hati agar perubahan yang terjadi tidak menimbulkan kejutan-kejutan budaya. 5) Kerjasama dan partisipasi artinya pemberdayaan hanya akan efektif jika mampu menggerakkan partisipasi masyarakat untuk selalu bekerjasama dalam melaksanakan program-program pemberdayaan yang telah dirancang. 6) Demokrasi dalam penerapan ilmu artinya dalam pemberdayaan harus selalu memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk menawar setiap ilmu yang ingin diterapkan. 7) Belajar sambil bekerja artinya dalam kegiatan pemberdayaan harus diupayakan agar masyarakat dapat belajar sambil bekerja atau belajar dari pengalaman tentang segala sesuatu yang ia kerjakan. 8) Penggunaan metode yang sesuai artinya pemberdayaan harus dilakukan dengan penerapan metode yang selalu disesuaikan dengan kondisi (lingkungan fisik, kemampuan ekonomi, dan nilai sosial budaya) sasarannya.
26
9) Kepemimpinan artinya penyuluhan tidak melakukan kegiatan-kegiatan yang hanya bertujuan untuk kepentingan atau kepuasan sendiri dan harus mampu mengembangkan kepemimpinan. 10) Spesialis yang terlatih artinya penyuluh harus benar-benar pribadi yang telah memperoleh latihan khusus tentang segala sesuatu yang sesuai dengan fungsinya sebagai penyuluh. 11) Segenap keluarga artinya penyuluh harus memperhatikan keluarga sebagai satu kesatuan dari unit sosial. 12) Kepuasan artinya pemberdayaan harus mampu mewujudkan tercapainya kepuasan. 2. Kajian Tentang Program Kreativitas a. Pengertian Program Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), program adalah rancangan mengenai asas serta usaha yang akan dijalankan. Menurut Jones dalam Arif Rohman (2009: 101-102) menyebutkan bahwa program merupakan salah satu komponen dalam suatu kebijakan. Program merupakan upaya yang berwenang untuk mencapai tujuan. Untuk mencapai tujuan, diperlukan suatu strategi pencapaian yang hakikatnya adalah suatu upaya untuk melaksanakan misi yang dijalankan. Penetapan strategi dipadukan dengan sebuah tujuan dan membimbing penggunaan sumber daya yang diperlukan untuk menggerakkan organisasi ke arah tujuan tersebut. Oleh karena itu, perlu adanya prosedur pelaksanaan yang harus diciptakan agar kegiatan terarah dan sistematis sehingga proses kegiatan dapat dicapai dengan efektif dan efisien. 27
Menurut Herman (dalam Farida, 2000: 9) menyatakan bahwa program ialah segala sesuatu yang coba dilakukan seseorang dengan harapan akan mendatangkan hasil atau pengaruh. Suatu program mungkin saja berbentuk nyata (tangible) seperti kurikulum, atau yang abstrak (intangible) seperti prosedur, misalnya distribusi biaya hidup atau sederetan kegiatan untuk meningkatkan sikap. Menurut Arikunto (2014: 4) program didefinisikan sebagai suatu unit atau kesatuan kegiatan yang merupakan realisasi atau implementasi dari suatu kebijakan, berlangsung dalam proses yang berkesinambungan, dan terjadi dalam suatu organisasi yang melibatkan sekelompok orang. Program bukan hanya sebuah kegiatan yang dilakukan dan berlangsung secara singkat saja, namun merupakan sebuah kegiatan yang berkesinambungan karena melaksanakan sebuah kebijakan. Program merupakan sebuah sistem yaitu rangkaian kegiatan yang dilakukan tidak hanya satu kali tetapi berkesinambungan. Menurut Arikunto (2014: 4) ada tiga pengertian penting dan perlu ditekankan dalam menentukan program, yaitu (1) realisasi atau implementasi suatu kebijakan, (2) terjadi dalam waktu relatif lama bukan kegiatan tunggal tetapi jamak berkesinambungan, (3) terjadi dalam organisasi yang melibatkan sekelompok orang. Program merupakan salah satu unsur yang harus ada demi tercapainya suatu kegiatan. Di dalam sebuah program dibuat beberapa aspek, bahwa di dalam setiap program dijelaskan mengenai tujuan kegiatan yang akan dicapai, kegiatan yang diambil dalam mencapai tujuan, aturan yang harus dipegang dan prosedur 28
yang harus dilalui, perkiraan anggaran yang dibutuhkan, dan juga strategi pelaksanaan kegiatan. Program merupakan rangkaian kegiatan yang dilaksanakan secara berkelanjutan, dilihat dari waktu pelaksanaan biasanya relatif panjang. Selain itu, sebuah program juga tidak hanya terdiri dari suatu kegiatan yang membentuk satu sistem saling terkait satu dengan yang lain dengan melibatkan lebih dari satu orang untuk melaksanakannya. Melalui program segala bentuk rencana lebih terorganisir dan juga lebih mudah dalam hal operasionalnya. Beberapa karakteristik tertentu yang dapat membantu seseorang untuk mengidentifikasi suatu aktivitas sebagai program atau tidak yaitu : 1) Program cenderung membutuhkan staf, misalnya untuk melaksanakan atau sebagai pelaku program. 2) Program biasanya memiliki anggaran tersendiri, program kadang biasanya juga diidentifikasi melalui anggaran. 3) Program memiliki identitas sendiri, yang bila berjalan secara efektif dapat diakui oleh publik. Program sebagai salah satu komponen perubahan terencana dalam pembangunan harus selalu diperbaharui sesuai kebutuhan masyarakat. Komponen penting dalam suatu program adalah manusia sebagai sasaran program. Pelaksanaan program atau aktivitas merupakan segala sesuatu yang harus dilakukan oleh instansi pemerintah atau lembaga non pemerintah dalam rangka merealisasikan program kerja operasionalnya. Aktivitas merupakan cerminan
29
strategi kongkret organisasi untuk diimplementasikan dengan sebaik-baiknya dalam rangka mencapai tujuan dan sasaran. Berdasarkan beberapa pengertian program yang telah diuraikan diatas, dapat diartikan bahwa program adalah pengimplementasian dari satu kesatuan dari beberapa komponen kegiatan (kebijakan) yang direncanakan secara sistematis, dilaksanakan secara berkesinambungan pada suatu organisasi dengan harapan mendatangkan hasil atau pengaruh. b. Pengertian Kreativitas Kreativitas menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) berasal dari kata dasar kreatif, yaitu kemampuan untuk menciptakan sesuatu. Menurut Munandar (2009: 12) kreativitas adalah hasil interaksi antara individu dan lingkungannya, seorang mempengaruhi dan dipengaruhi oleh lingkungan dimana ia berada dengan demikian baik berubah di dalam lingkungan dapat menunjang atau dapat menghambat upaya kreatif. Menurut Supriyadi dalam Yeni Rachmawati (2005: 15) kreativitas juga diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru baik berupa gagasan maupun karya nyata, yang relatif berbeda dengan apa yang telah ada sebelumnya. Menurut Conny R. Semiawan (2009: 44) kreativitas adalah modifikasi sesuatu yang sudah ada menjadi konsep baru. Dengan kata lain, kreativitas merupakan penggabungan atau pengkombinasian antara konsep lama yang dikombinasikan dengan satu konsep baru. Kreativitas dapat diartikan bermacam-
30
macam tergantung dari sisi mana kreativitas itu dilihat, apakah merujuk pada suatu ide-ide atau sebuah karya. c. Pengertian Program Kreativitas Berdasarkan pengertian mengenai program dan juga pengertian mengenai kreativitas yang dipaparkan diatas. Maka, program kreativitas dapat diartikan sebagai kegiatan yang dilakukan secara terorganisir dan berkesinambungan untuk melahirkan sesuatu yang baru berupa gagasan atau karya nyata yang relatif berbeda dari sebelumnya. 3. Kajian Tentang Rumah Belajar Modern a. Pengertian Rumah Belajar Modern Rumah Belajar Modern secara terminology adalah rumah berarti bangunan atau tempat tinggal, belajar berarti berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu, dan modern berarti sikap dan cara berpikir serta cara bertindak sesuai dengan tuntutan zaman. Dari pengertian diatas, Rumah Belajar Modern dapat diartikan sebagai tempat untuk memperoleh ilmu yang sesuai dengan perkembangan zaman. (Kamus Besar Bahasa Indonesia Online, diakses tanggal 26 Oktober 2015 pukul 8.45). Rumah Belajar Modern adalah wahana belajar bagi masyarakat yang merupakan bentuk pengembangan pelayanan perpustakaan. Menurut Sutarno NS (2006: 11) mengemukakan bahwa perpustakaan adalah mencakup suatu ruangan, bagian dari gedung/ bangunan atau gedung tersendiri yang berisi buku-buku koleksi, yang diatur dan disusun sedemikian rupa, sehingga mudah untuk dicari dan dipergunakan sewaktu-waktu diperlukan oleh pembaca. 31
Perpustakaan di era modern seperti sekarang ini bukan seperti perpustakaan seperti dulu yang hanya menyimpan buku-buku cetak. Tetapi, telah berkembang menjadi agen perubahan (agent of change), tempat berbagai informasi disimpan dan juga benih intelektual diciptakan. Artinya, perpustakaan tidak lagi sebagai penyimpan buku semata, tetapi menjadi tempat pengguna (user) mampu menciptakan lagi sesuatu yang mampu dibaca dan digunakan orang lain. Konsekuensi perkembangan jaman adalah tuntutan bagi perpustakaan untuk selalu berkembang pula mengikutinya dengan berupaya memberikan pelayanan terbaik bagi pengguna. Perkembangan yang tampak sekarang adalah mulai digalakkannya pengembangan pelayanan perpustakaan. Di dalam pengembangan pelayanan perpustakaan, bukan hanya menjadi tempat membaca saja melainkan sudah sampai tahap pemberdayaan masyarakat. Pada hakikatnya perpustakaan sebagai wahana belajar sepanjang hayat berfungsi untuk menciptakan sumber daya manusia yang mempunyai daya saing dan cerdas. Perkembangan zaman menuntut perubahan pola pikir masyarakat agar mampu beradaptasi dengan baik pada situasi dan kondisi yang ada. Demikian pula dengan paradigma perpustakaan yang dituntut mampu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK). Perpustakaan sebagai pusat sumber belajar dan penelitian masyarakat mempunyai fungsi sebagai tempat belajar dan penelitian
masyarakat
sehingga
menjadi
masyarakat
yang
cerdas
dan
berpengetahuan luas. Mengenai hal tersebut, telah dijelaskan dalam Pasal 2 UU No. 43 Tahun 2007 yang menyebutkan bahwa perpustakaan diselenggarakan berdasarkan asas pembelajaran sepanjang hayat. Perpustakaan bertujuan untuk 32
memberikan layanan kepada pemustaka serta mempeluas wawasan dan pengetahuan mencerdaskan kehidupan bangsa. Rumah Belajar Modern adalah pusat sumber belajar sebagai tempat pembelajaran bagi masyarakat yang diselenggarakan atas asas pendidikan sepanjang hayat untuk memperoleh ilmu yang sesuai dengan perkembangan zaman. b. Misi Rumah Belajar Modern Pada dasarnya Rumah Belajar Modern merupakan sebuah perpustakaan bagi masyarakat yang juga mempunyai misi seperti perpustakaan umum lainnya. Misi masing-masing perpustakaan tentu berbeda, hal tersebut disebabkan karena visinya pun berbeda. Menurut Suwarno (2010: 83) pada prinsipnya secara garis besar misi perpustakaan ada sepuluh yaitu sebagai berikut : 1) Menciptakan dan memantapkan kebiasaan membaca masyarakat sesuai dengan jenis perpustakaan dan pemakainya. 2) Mendukung pendidikan perorangan secara mandiri maupun pendidikan formal pada semua ajang. 3) Memberikan kesempatan atau menstimulasi bagi pengembangan kreativitas dan imanjinasi pribadi maupun masyarakat. 4) Meningkatkan kesadaran terhadap warisan budaya, apresiasi seni, dan hasil temuan ilmiah. 5) Menyediakan akses pada ekspresi-ekspresi kebudayaan dan perubahan. 6) Mendorong dialog antarumat beragama oleh karena keanekaragaman budaya. 7) Menyediakan layanan informasi sesuai dengan kebutuhan pemakainya. 8) Memberikan kemudahan kepada pengembangan informasi peningkatan ilmu pengetahuan dan keterampilan. 9) Mendukung dan berpartisipasi dalam program-program perpustakaan bagi masyarakat pemakainya. 10) Ikut serta dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dalam arti luas. c. Tugas Rumah Belajar Modern Menurut Sutarno dalam Suwarno (2014: 45) tugas pepustakaan secara garis besar ada tiga yaitu : 33
1) Tugas menghimpun informasi, meliputi kegiatan mencari, menyeleksi, mengisi perpustakaan dengan sumber informasi yang memadai/ lengkap baik dalam arti jumlah, jenis, maupun mutu yang disesuaikan dengan kebijakan organisasi, ketersediaan dana, dan keinginan pemakai serta mutakhir. 2) Tugas mengelola, meliputi proses pengolahan, penyusunan, penyimpanan, pengemasan agar tersusun rapi, mudah ditelusuri kembali (temu balik informasi) dan diakses oleh pemakai, dan merawat bahan pustaka. Pekerjaan pengolahan mencakup pemeliharaan atau perawatan agar seluruh koleksi perpustakaan tetap dalam kondisi bersih, utuh, dan baik. Sedangkan kegiatan mengelola dalam pengertian merawat adalah kegiatan yang dilakukan dalam rangka preversasi dan konservasi untuk menjaga nilai-nilai sejarah dan dokumentasi. 3) Tugas memberdayakan dan memberikan layanan secara optimal. Perpustakaan, sebagai pusat informasi yang menyimpan berbagai ilmu pengetahuan, memberikan layanan informasi yang ada untuk diberdayakan kepada masyarakat pengguna, sehingga perpustakaan menjadi agen perkembangan ilmu pengetahuan dan informasi, teknologi, dan budaya masyarakat. Termasuk dalam tugas ini adalah upaya promosi dan publikasi serta sosialisasi agar masyarakat pengguna mengetahui dengan jelas apa yang ada dan dapat dimanfaatkan dari perpustakaan.
34
d. Tujuan dan Fungsi Rumah Belajar Modern Tujuan Rumah Belajar Modern adalah terjadinya transformasi dan transfer ilmu pengetahuan
dari sumbernya kepada pemakai dalam hal ini adalah
masyarakat. Fungsi dari Rumah Belajar Modern adalah : 1) Membina dan mengembangkan serta memberdayakan dalam segala bentuk potensi dari masyarakat. 2) Mengembangkan minat dan respon masyarakat untuk berkunjung dan memanfaatkan Rumah belajar Modern secara maksimal, menumbuhkan kesadaran, sendiri dan bukan atas paksaan. Dapat disimpulkan fungsi dari Rumah Belajar Modern yaitu sebagai tempat untuk mengembangkan serta memberdayakan segala bentuk potensi yang dimiliki oleh masyarakat dan menumbuhkan minat masyarakat untuk berkunjung dan memanfaatkan segala fasilitas yang diberikan secara maksimal atas kesadaran diri sendiri. B. Penelitian Yang Relevan 1. Penelitian yang dilakukan oleh Aditya Arie Negara pada tahun 2013 yang berjudul “Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pelatihan Keterampilan Membatik Di Balai Latihan Kerja (BLK) Bantul”. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pemberdayaan masyarakat melalui pelatihan keterampilan membatik di Balai Latihan Kerja (BLK) Bantul serta untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan pelatihan keterampilan membatik di BLK Bantul dalam pemberdayaan masyarakat. Hasil yang diperoleh dalam penelitian tersebut yaitu : 1) Melalui pelatihan keterampilan membatik, upaya pemberdayaan 35
masyarakat yang dilakukan oleh BLK Bantul adalah : a) Menciptakan iklim yang kondusif
yang
memungkinkan
potensi
masyarakat
berkembang
dengan
mendorong, memotivasi, dan membangkitkan kesadaran masyarakat agar menyadari
dan mengembangkan potensi mereka. b) Memperkuat potensi
masyarakat dengan meningkatkan sumber daya manusia (SDM) dan mendampingi masyarakat serta membantu usaha mereka. c) Melindungi masyarakat untuk mencegah terjadinya persaingan yang tidak seimbang serta eksploitasi yang kuat atas yang lemah dengan cara menjalin kerjasama dengan para alumni yang membuka usaha mandiri, memberikan informasi tentang lowongan pekerjaan, program BLK, dan informasi lain. 2) Faktor pendukung dalam pemberdayaan masyarakat melalui pelatihan keterampilan membatik di BLK Bantul adalah pelatih yang berpengalaman, sabar, dan ulet; antusiasme dan semangat warga belajar; adanya kerjasama antara pelatih dan warga belajar yang baik; ketersediaan bahan dan alat; dan pemberian uang transport bagi peserta. Sedangkan faktor penghambatnya adalah jumlah pelatih yang belum cukup; kondisi gedung yang kurang luas dan kurang memadai; peralatan yang sudah lama; sarana/fasilitas yang kurang lengkap karena anggaran dana terbatas; serta cuaca yang tidak mendukung. 2. Penelitian yang dilakukan oleh Ariya Akbarian pada tahun 2014 yang berjudul “Program Pemberdayaan Gelandangan dan Pengemis Melalui Pendidikan Kecakapan Hidup Di Panti Sosial Bina Karya Yogyakarta”. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan proses perencanaan program pemberdayaan gelandangan dan pengemis melalui pendidikan kecakapan hidup, 36
mendeskripsikan pelaksanaan program pemberdayaan gelandangan dan pengemis melalui pendidikan kecakapan hidup, mendeskripsikan evaluasi program pemberdayaan gelandangan dan pengemis melalui pendidikan kecakapan hidup, mendeskripsikan dampak program pemberdayaan gelandangan dan pengemis melalui pendidikan kecakapan hidup. Hasil yang diperoleh dalam penelitian tersebut yaitu : 1) Proses perencanaan program pemberdayaan dilakukan oleh semua pegawai panti dan bertempat di aula dengan melalui tahap identifikasi masalah, tujuan, sasaran program, penentuan narasumber teknis, penentuan materi, penentuan sarana dan prasarana, dan evaluasi. 2) Proses pelaksanaan program pemberdayaan melalui pendidikan kecakapan hidup dengan memberikan pelatihan pertanian, menjahit, pertukangan bangunan, pertukangan kayu, dan las. Proses pelaksanaan program pemberdayaan gelandangan dan pengemis di Panti Sosial Bina Karya dengan bimbingan keterampilan yang lebih mengutamakan praktik dan pelaksanaannya dilakukan dalam empat kali dalam satu minggu yang berlangsung selama satu tahun dan dimulai dari bulan Januari dan diakhiri bulan Desember. 3) Proses evaluasi di Panti Sosial Bina Karya yaitu dengan cara tanya jawab sebelum mengakhiri bimbingan materi setiap harinya. 4) Dampak program sangat baik karena para warga binaan dikirim transmigrasi ke Kalimantan, dengan begitu para warga binaan dapat meninggalkan pekerjaannnya yang dulu karena disana akan ditampung oleh perusahaan-perusahaan yang sudah menjalin kerjasama dengan pihak panti.
37
C. Kerangka Berpikir Pemberdayaan merupakan suatu kegiatan maupun aktivitas yang mempunyai tujuan untuk meningkatkan kualitas individu atau masyarakat. Melalui pemberdayaan orang atau individu akan memperoleh transfer ilmu pengetahuan dan keterampilan yang berguna untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya. Pemberdayaan sangat penting dilakukan untuk mencapai kemandirian masyarakat. Rumah Belajar Modern salah satu unit layanan yang dapat digunakan masyarakat untuk mencapai kemandirian. Pemberdayaan masyarakat salah satunya diselnggarakan oleh Rumah Belajar Modern (RBM) di Desa Bangunharjo Kecamatan Sewon, Kabupaten Bantul. Pemberdayaan dilakukan melalui program kreativitas yaitu melalui pemberian berbagai macam keterampilan kepada masyarakat. Dengan diberikannya program tersebut diharapkan sebagai salah satu langkah alternatif dalam pengembangan sumber daya manusia selain melalui dunia pendidikan formal. Program kreativitas mempunyai tujuan untuk meningkatkan keterampilan dan potensi yang ada pada diri masyarakat. Adanya program tersebut agar potensi yang dimiliki oleh masyarakat dapat dikembangkan sehingga bermanfaat untuk digunakan maupun diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Masyarakat yang berdaya dengan bekal ilmu yang dimiliki tentunya dapat menghasilkan sesuatu dari ilmu tersebut. Diharapkan dengan adanya pemberdayaan masyarakat melalui program kreativitas ini akan tercipta masyarakat yang memiliki keterampilan serta meningkat taraf hidupnya. Namun demikian, dalam pelaksanaan program kreativitas tidak terlepas dari adanya faktor-faktor yang mendukung maupun 38
faktor-faktor yang menghambat. Oleh karena itu, pemberdayaan masyarakat yang diselenggarakan oleh Rumah Belajar Modern perlu dikaji sejauh mana dan bagaimana pelaksanaan pemberdayaan tersebut dilakukan.
Gambar 1. Kerangka Berpikir D. Pertanyaan Penelitian Pertanyaan dalam penelitian ini yang akan dibahas adalah :
39
1. Bagaimana pemberdayaan masyarakat melalui program kreativitas di Rumah Belajar Modern Desa Bangunharjo Sewon Bantul ? a. Bagaimana perencanaan program kreativitas yang diselenggarakan oleh Rumah Belajar Modern ? b. Bagaimana pelaksanaan program kreativitas yang diselenggarakan oleh Rumah Belajar Modern ? c. Bagaimana evaluasi program kreativitas yang diselenggarakan oleh Rumah Belajar Modern ? 2. Apa hasil yang dicapai dari pelaksanaan pemberdayaan masyarakat melalui program kreativitas di Rumah Belajar Modern Desa Bangunharjo Sewon Bantul ? a. Apa hasil dari program kreativitas yang diselenggarakan oleh Rumah Belajar Modern ? b. Adakah peningkatan keterampilan masyarakat setelah adanya program kreativitas yang diselenggarakan oleh Rumah Belajar Modern ? 3. Apa saja faktor pendukung dan penghambat dalam pemberdayaan masyarakat melalui program kreativitas di Rumah Belajar Modern Desa Bangunharjo Sewon Bantul ? a. Apa saja faktor pendukung yang mempengaruhi pelaksanaan program kreativitas yang diselenggarakan oleh Rumah Belajar Modern ? b. Apa saja faktor penghambat yang mempengaruhi pelaksanaan program kreativitas yang diselenggarakan oleh Rumah Belajar Modern ?
40
BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan penelitian kualitatif. Penelitian dengan pendekatan kualitatif menekankan analisis berpikir secara induktif berkaitan dengan dinamika hubungan antarfenomena yang diamati, dan senantiasa menggunakan logika ilmiah. Melalui pendekatan kualitatif ini penelitian yang dilakukan oleh peneliti dapat menghasilkan data deskriptif guna menjawab permasalahan yang dihadapi di lapangan. Menurut Lexy J. Moleong (2009: 6) penelitian kualitatif adalah “penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll. , secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah”. Menurut Bogdan dan Taylor dalam Imam Gunawan (2013: 82) mendefinisikan penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan berperilaku yang dapat diamati yang diarahkan pada latar dan individu secara holistik (utuh). Penelitian dengan metode kualitatif dilakukan agar data yang diperoleh merupakan data yang alami dan komprehensif sesuai dengan latar dan data yang diperoleh. Penggunaan metode kualitatif agar data yang diperoleh bukan merupakan hasil rekayasa atau manipulasi karena tidak ada unsur atau variabel lain yang mengontrol. 41
Melalui pendekatan ini peneliti berusaha menggali dan mengungkapkan data di lapangan tentang pemberdayaan masyarakat melalui Rumah Belajar Modern Desa Bangunharjo Sewon Bantul, serta faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaannya. B. Subjek Penelitian Subjek penelitian adalah orang-orang yang dijadikan sumber untuk memperoleh informasi-informasi tentang penelitian. Dalam menentukan subjek yang digunakan dalam penelitian, peneliti menggunakan teknik purposive sampling. Menurut Sugiyono (2011: 301) menyatakan bahwa purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu. Dalam penelitian ini, peneliti menentukan sendiri subjek penelitian yang diambil. Hal tersebut dilakukan karena peneliti menganggap unsur-unsur informasi yang dibutuhkan pada penelitian yang dilakukan sudah terpenuhi pada subjek penelitian yang diambil tidak secara acak, melainkan ditentukan oleh peneliti sesuai dengan tujuan awal penelitian. Adapun subjek penelitian yang ditentukan sendiri oleh peneliti yaitu meliputi pengelola Rumah Belajar Modern, tutor Rumah Belajar Modern, dan peserta program di Rumah Belajar Modern. C. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Rumah Belajar Modern yang beralamatkan di Desa Bangunharjo Sewon Bantul Yogyakarta. Alasan peneliti memilih tempat penelitian tersebut disebabkan oleh berbagai hal maupun pertimbangan yakni :
42
a. Rumah Belajar Modern merupakan model pengembangan perpustakaan pertama yang didirikan di Desa Bangunharjo sebagai wahana pembelajaran bagi masyarakat, sehingga menarik minat peneliti untuk melakukan penelitian lebih lanjut. b. Pihak pengelola Rumah Belajar Modern yang terbuka sehingga memungkinkan lancarnya peneliti dalam memperoleh informasi beserta data yang yang berkaitan dengan penelitian. 2. Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan yaitu mulai dari bulan Februari hingga April 2016. D. Metode Pengumpulan Data Menurut Sugiyono (2011: 308) teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian, karena tujuan utamanya adalah mendapatkan data. Untuk memperoleh jenis data yang dibutuhkan, peneliti menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut : 1. Wawancara Wawancara merupakan bentuk pengumpulan data yang paling sering digunakan dalam penelitian kualitatif. Menurut Lexy J. Moleong (2009: 186) wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu yang dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu. Menurut Esterberg dalam Sugiyono (2011: 316) mendefinisikan wawancara
43
sebagai pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu. Wawancara merupakan suatu kegiatan untuk memperoleh data maupun informasi sebanyak mungkin dari seorang informan yang dijadikan rujukan. Menurut macamnya, Esterberg dalam Sugiyono (2011: 317-320) membagi wawancara menjadi tiga yaitu wawancara terstruktur, semisterstruktur, dan tidak terstruktur. Wawancara dalam penelitian ini adalah menggunakan wawancara jenis semiterstruktur. Tujuan dari jenis wawancara ini adalah untuk menemukan permasalahan secara lebih bebas dan terbuka, dimana pihak terwawancara diminta pendapat dan ide-idenya. 2. Dokumentasi Dokumentasi merupakan sebuah kata yang berasal dari kata dokumen. Kata dokumen sendiri berasal dari bahasa latin yaitu docere, berarti mengajar. Pengertian dari kata dokumen menurut Gottschalk dalam Imam Gunawan (2013: 175) seringkali digunakan oleh para ahli dalam dua pengertian, yaitu pertama, berarti sumber tertulis dari bagi informasi sejarah sebagai kebalikan daripada kesaksian lisan, artefak, peninggalan-peninggalan terluks, dan petilasan-petilasan arkeologis. Pengertian kedua diperuntukkan bagi surat-surat resmi dan surat-surat negara, seperti surat perjanjian, undang-undang, hibah, konsesi, dan lainnya. Menurut Sugiyono dalam Imam Gunawan (2013: 179) studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif. Dalam penelitian kualitatif pengumpulan data perlu didukung pula dengan pendokumentasian, dengan foto, video, dan compact disk. 44
Pengumpulan data dilakukan secara bertahap dan sebanyak mungkin peneliti harus mengumpulkan dengan maksud jika nanti ada yang terbuang atau kurang relevan, peneliti masih bisa memanfaatkan data lain. Pemanfaatan bahan dokumentasi harus selektif dan hati-hati karena tidak semua dokumen memiliki kredibilitas yang tinggi. Dokumentasi penelitian ini berhubungan dengan masalah penelitian untuk melengkapi data hasil wawancara. Dokumentasi ini diambil dari data-data dan catatan yang ada di Rumah Belajar Modern. Pengumpulan data menggunakan dokumentasi merupakan teknik pendukung dan pelengkap dalam melakukan observasi dan wawancara. Peneliti menggunakan ketiga teknik tersebut supaya hasil penelitian akan lebih kredibel atau dapat dipercaya.
Tabel teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Tabel 2. Teknik Pengumpulan Data No Aspek 1. Upaya Rumah Belajar Modern Dalam Pemberdayaan Masyarakat 2. Program Kreativitas di Rumah Belajar Modern a. Perencanaan b. Pelaksanaan c. Evaluasi 3. Output dari Program Kreativitas 4.
Program Kreativitas Sebagai Upaya Pemberdayaan Masyarakat 45
Sumber Data Pengelola Rumah Belajar Modern
Teknik Wawancara
Pengelola Belajar Modern, Tutor, Peserta Program
Wawancara, Dokumentasi
Pengelola Rumah Belajar Modern, Tutor, Peserta Program Pengelola Rumah Belajar Modern, Tutor, Peserta Program,
Wawancara
Wawancara, Dokumentasi
5.
6.
Faktor Pendukung dan Penghambat Program Kreativitas di Rumah Belajar Modern Sarana/ fasilitas dan pendanaan Program Kreativitas
7.
Kerjasama Rumah Belajar Modern dengan pihak lain
8.
Kondisi masyarakat setelah mengikuti Program Kreativitas di Rumah Belajar Modern
Pengelola Rumah Belajar Modern, Tutor, Peserta Program Pengelola Rumah Belajar Modern, Tutor, Peserta Program Pengelola Rumah Belajar Modern, Tutor, Pengelola Rumah Belajar Modern,
Wawancara, Dokumentasi Wawancara, Dokumentasi Wawancara, Dokumentasi Wawancara
E. Instrumen Penelitian Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen atau alat penelitian adalah peneliti itu sendiri. Kedudukan peneliti dalam penelitian kualitatif sebagai perencana, pelaksana pengumpulan data, analisis, penafsir data, dan pelapor hasil penelitiannya. Menurut Sugiyono (2011: 306) peneliti kualitatif sebagai human instrument, berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan data dan membuat kesimpulan atas temuannya. Pada awalnya permasalahan yang ada dalam penelitian kualitatif belum jelas dan pasti, maka yang menjadi instrumen adalah peneliti sendiri. Tetapi setelah masalahnya yang akan dipelajari jelas, maka dapat dikembangkan suatu instrumen. Instrumen lain yang menemani peneliti dalam penelitian adalah pedoman wawancara dan pedoman dokumentasi yang dibuat sendiri oleh peneliti.
46
F. Analisis Data Analisis data yang dilakukan dalam penelitian kualitatif di Rumah Belajar Modern Sewon dilakukan sejak sebelum terjun ke lapangan, observasi, selama pelaksanaan penelitian di lapangan dan selesai penelitian di lapangan.. Data diperoleh dari hasil wawancara, observasi, dan dokumentasi. Kegiatan analsis data dilakukan dengan cara mengorganisasi data yang diperoleh kedalam sebuah kategori, menjabarkan data kedalam unit-unit, menganilis data yang penting, menyusun atau menyajikan data yang sesuai dengan masalah penelitian dalam bentuk laporan dan membuat kesimpulan agar mudah dipahami. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah model interaktif yang mengacu pada pendapat Miles dan Huberman. Aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Adapun model interaktif yang dimaksud adalah sebagai berikut:
Gambar. 2 Komponen-komponen Analisis Data Interaktif Sumber: Miles dan Huberman, dan Saldana (2014: 14) 47
Komponen-komponen analisis data model interaktif dijelaskan sebagai berikut : 1. Reduksi Data Reduksi data merupakan kegiatan analisis yang menggolongkan, memilih hal-hal yang pokok, membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasikan data yang diperoleh dari lapangan dengan cara sedemikian rupa hingga kesimpulan finalnya dapat ditarik. Data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan. Dengan reduksi, maka peneliti merangkum, mengambil data yang pokok dan penting, membuat kategorisasi, berdasarkan huruf besar, huruf kecil, dan angka. 2. Penyajian Data Setelah data direduksi, langkah selanjutnya adalah penyajian data. Penyajian data merupakan sekumpulan informasi yang tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Dengan penyajian data, maka akan memudahkan peneliti untuk memahami apa yang terjadi, serta memungkinkan untuk menganalisis dan mengambil tindakan lain berdasar apa yang telah dipahami tersebut. 3. Kesimpulan, Penarikan, atau Verifikasi Kesimpulan merupakan kegiatan peneliti mencari makna dari data yang terkumpul kemudian menyusun pola hubungan tertentu ke dalam satu kesatuan informasi yang mudah dipahami sesuai dengan masalahnya. Data tersebut dihubungkan dan dibandingkan dengan lainnya sehingga mudah ditarik 48
kesimpulan sebagai jawaban dari permasalahan yang ada. Kesimpulan dalam penelitian kualitatif adalah merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu obyek yang sebelumnya masih gelap sehingga setelah diteliti menjadi jelas, dapat berupa hubungan kausal atau interaktif, hipotesis atau teori. G. Teknik Keabsahan Data Moleong (2009: 330) mendefinisikan trianggulasi adalah teknik keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Denzin dalam Moleong (2009: 330) membedakan empat macam triangulasi sebagai teknik pemeriksaan yang memanfaatkan penggunaan sumber, metode, penyidik, dan teori. Trianggulasi sumber untuk mengecek kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber. Trianggulasi dengan sumber juga dapat berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif. Trianggulasi sumber dapat dicapai dengan jalan : (1) membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara, (2) membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa yang dikatakannya secara pribadi, (3) membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu, (4) membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang orang seperti rakyat biasa, orang yang berpendidikan menengah
49
atau tinggi, orang berada, orang pemerintahan, (5) membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan. Trianggulasi yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah trianggulasi sumber. Menurut Moleong (2000: 178), teknik triangulasi sumber data adalah peneliti mengutamakan check-recheck, cross-check antar sumber informasi satu dengan yang lainnya. Dalam penelitian ini triangulasi data dilakukan dengan cara membandingkan data hasil pengamatan dan mengecek informasi data hasil yang diperoleh dari hasil wawancara, observasi dan dokumentasi.
50
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Gambaran Umum Rumah Belajar Modern a. Sejarah dan Kondisi Umum Rumah Belajar Modern Perpustakaan merupakan institusi pengelola koleksi karya tulis, karya cetak, dan atau karya rekam secara profesional dengan sistem yang baku guna memenuhi kebutuhan pendidikan, penelitian, pelestarian, informasi dan rekreasi para pemustaka. Rumah Belajar Modern sebagai salah satu unit layanan perpustakaan dari Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah DIY keberadaaannya berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2008 yang memilik kewenangan dalam menyusun dan melaksanakan kebijakan daerah di bidang perpustakaan dan kearsipan. Rumah Belajar Modern merupakan sarana peningkatan kualitas hidup masyarakat, terutama di sekitar Rumah Belajar Modern. Dengan menyediakan koleksi dan mempelajarinya akan dapat meningkatkan kualitas hidup seseorang. Rumah Belajar Modern dibangun dengan tujuan pengembangan layanan perpustakaan masyarakat yang modern berbasis aktivitas di era global. Rumah Belajar Modern merupakan rumah belajar yang dilengkapi dengan berbagai fasilitas pendukung belajar. Kata “modern” digunakan sebagai penanda bahwa belajar tidak lagi secara manual, melainkan bisa juga secara online menggunakan media internet. Maka, RBM sedikit memodifikasi konsep rumah belajar yang pada umumnya masih berorientasi pada sumber belajar cetak menjadi 51
rumah belajar yang dilengkapi dengan teknologi informasi, terutama komputer dan akses internet yang memadai untuk belajar secara online. Rumah Belajar Modern merupakan gagasan dari BPAD (Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah) yang memiliki konsep pelayanan terpadu berbasis aktivitas yang ditunjang dengan sumber daya manusia yang kompeten, serta sarana dan prasarana yang mampu mendukung operasional kegiatan yang diadakan oleh RBM itu sendiri. b. Letak Geografis Rumah Belajar Modern Rumah Belajar Modern beralamatkan di Jalan Imogiri Barat Km. 6 Dusun Semail, Desa Bangunharjo, Kecamatan Sewon, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Lokasi Rumah Belajar Modern berada di antara Balai Desa Bangunharjo dan Pasar Ngoto sehingga mudah diakses oleh masyarakat sekitar maupun pengunjung yang datang. Batas-batas lokasi Rumah Belajar Modern Sewon yaitu : Sebelah utara : Lahan Kosong Sebelah barat : Balai Desa Bangunharjo Sebelah timur : Pasar Ngoto Sebelah selatan : Rumah Warga
52
Gambar 3. Peta Lokasi Rumah Belajar Modern
c. Visi Misi dan Tujuan Rumah Belajar Modern Adapun yang menjadi visi, misi, serta tujuan Rumah Belajar Modern sama dengan Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah (BPAD) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Ibu “SA” selaku penanggung jawab di RBM: “Kalau visi, misi, serta tujuan itu sama kaya BPAD mas karena kita merupakan unit yang berada dibawah naungan BPAD” Rumah Belajar Modern memiliki Visi, Misi, dan Tujuan yang tercantum sebagai berikut : 1) Visi Rumah Belajar Modern Tahun 2012-2017 53
Mewujudkan Masyarakat pembelajar yang Berkarakter dan Berbudaya 2) Misi Rumah Belajar Modern Tahun 2012-2017 Dalam upaya pencapaian terhadap visi Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah DIY, maka misi yang akan dicapai dalam kurun waktu 2012-2017, sebagai berikut: a) Meningkatkan Pengelolaan dan Pemanfaatan Perpustakaan dan Arsip Secara Optimal b) Mengembangkan Jaringan Perpustakaan dan Kearsipan berbasis Teknologi Informasi c) Mewujudkan Perpustakaan dan Arsip Daerah sebagai khasanah budaya daerah. 3) Tujuan Rumah Belajar Modern a) Tercapainya efektivitas pelaksanaan fungsi dan tugas lembaga. b) Tercapainya pengelolaan dan pemanfaatan perpustakaan untuk menumbuhkan minat dan budaya baca. c) Tercapainya pengelolaan arsip yang optimal untuk meningkatkan fungsi arsip serta kualitas layanan kearsipan. d) Terwujudnya koleksi perpustakaan dan khasanah arsip sebagai citra budaya daerah. e) Tercapainya peningkatan peran perpustakaan menjadi rumah belajar bagi masyarakat untuk meningkatkan kecerdasan daya saing. f) Terselenggaranya jaringan sampai dengan Kabupaten/ Kota dalam rangka mendukung terwuudnya jaringan informasi perpustakaan dan kearsipan nasional. 54
g) Terwujudnya peran serta masyarakat untuk memberdayakan perpustakaan dan kearsipan. h) Tercapainya kerjasama dengan lembaga masyarakat. d. Susunan Pengelola Susunan pengelola Rumah Belajar Modern sesuai dengan dokumentasi sebagai berikut :
Gambar 4. Susunan Pengelola RBM e. Sarana dan Prasarana Rumah Belajar Modern Fasilitas yang dimiliki oleh Rumah Belajar Modern terbilang lengkap. Fasilitas tersebut yang menunjang kegiatan yang ada di RBM Sewon. Adapun fasilitas yang dimiliki oleh Rumah Belajar Modern adalah sebagai berikut : 1) Ruang Perpustakaan 55
Di dalam ruang perpustakaan terdapat berbagai macam koleksi perpustakaan terdiri dari buku-buku umum, buku anak, buku keterampilan, kamus, ensiklopedia, dll. 2) Ruang Internet Fasilitas internet dan hotspot area dapat digunakan sebagai sarana sumber belajar dari internet. 3) Aula dan Sport Cente Fasilitas ini digunakan sebagai sarana olahraga dan pertemuan bagi masyarakat. 4) Theater Terbuka Ruang theater terbuka merupakan sarana yang digunakan sebagai pementasan pertunjukan, ceramah, dll. Ruang ini juga digunakan untuk penyelenggaraan kegiatan kecakapan hidup. 5) Learning Park Rumah Belajar Modern menyediakan learning park agar masyarakat dapat mengakses layanan internet wifi sebaga sarana sumber belajar, dengan memanfaatkan suasana luar ruangan yang nyaman f. Kerjasama Rumah Belajar Modern dengan Mitra Lembaga Dalam menjalankan seluruh kegiatan yang ada, Rumah Belajar Modern (RBM) Sewon didukung oleh beberapa instansi ataupun pihak yang ikut serta berpartisipasi demi kemajuan RBM. Dalam menjalankan kegiatan-kegiatannya RBM memang membutuhkan kerjasama dengan mitra. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Ibu “SA” 56
“Iya memang kita harus bekerja sama dengan mitra, mitra lembagalembaga yang menyelenggarakan pelatihan-pelatihan seperti itu, kemarin itu untuk kreativitas ada lembaga yang punya pemerintah yang pusatnya di jalan pingit itu mas, pkbm mandiri, kita bekerja sama dengan mereka dan kita sudah pendekatan disana, kalau butuh untuk pemasaran hasil produksinya mereka mau membantu kita sih mas, jadi kalau seperti BLK kita juga bisa bekerja sama” Lembaga atau pihak yang telah menjalin kerjasama dengan Rumah Belajar Modern antara lain : 1) Petra Accessories 2) Komunitas Reptil 3) Pelaku Wirausaha 4) Diara Cookies 5) Pensil Terbang 6) Meda Ulem 7) TBM Mata Aksara 8) Jogjja Animasi 9) ALUS , dll. g. Pengelolaan Dana Dana yang diperoleh dalam pemberdayaan masyarakat melalui program kreativitas bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Seperti yang telah diungkapkan oleh Ibu “SA” selaku pengelola Rumah Belajar Modern: “Iya dari APBD DIY, untuk penyelenggaraan itu murni kita dapat dana dari pemerintah semuanya”
57
Anggaran dana untuk pemberdayaan masyarakat melalui program kreativitas dikelola dengan semestinya sesuai aturan yang ada. Pengelolaan dana disesuaikan dengan kegiatan yang akan dilaksanakan, pembelian bahan dan fasilitas lainnya juga menyesuaikan kebutuhan yang ada. Mengenai pengelolaan dananya Ibu SA mengatakan dengan singkat bahwa : “Pengelolaan dananya ya kita sesuai dengan aturan, karena kita kan instansi pemerintah harus sesuai aturan yang ada”. Peserta yang mengikuti kegiatan program kreatiivtas di Rumah Belajar Modern tidak dipungut biaya sama sekali. Peserta langsung datang ke tempat untuk mengikuti pelatihan karena segala kebutuhan sudah disiapkan oleh pengelola. 2. Gambaran
Umum
Pemberdayaan
Masyarakat
Melalui
Program
Kreativitas di Rumah Belajar Modern Rumah Belajar Modern (RBM) merupakan bentuk pengembangan dari layanan perpustakaan yang diprakarsai oleh Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah (BPAD) Daerah Istimewa Yogyakarta. Adapun tugas Rumah Belajar Modern yaitu memberikan pelayanan dengan kualitas prima dalam rangka memberdayakan masyarakat. Pelayanan kepada masyarakat ini diwujudkan dalam berbagai macam program layanan. Program layanan yang dimiliki oleh RBM ada beberapa macam, meliputi : Program Layanan Wisata Pustaka, Program Layanan Internet, Program Layanan Audio Visual, dan Program Layanan Pengembangan Kreativitas.
58
Pemberdayaan masyarakat melalui program kreativitas dilakukan melalui pemberian berbagai macam kreativitas yang bertujuan untuk meningkatkan keterampilan dan wawasan masyarakat agar lebih mandiri. Adapun jenis pelatihan kreativitas yang diajarkan meliputi, pelatihan kreasi kain flanel, pelatihan pembuatan sepatu rajut, pelatihan pembuatan tanaman hidrogel, dan pelatihan membatik. Pelatihan tersebut diikuti kurang lebih lima puluh peserta disetiap pelaksanannya. B. Hasil Penelitian 1. Pemberdayaan Masyarakat Melalui Program Kreativitas di Rumah Belajar Modern Rumah Belajar Modern (RBM) yang berdiri di Desa Bangunharjo Sewon Bantul merupakan salah satu bentuk perpustakaan yang bergerak di bidang pelayanan masyarakat. Pelayanan tersebut di wujudkan dalam beberapa program yang dimiliki oleh Rumah Belajar Modern seperti program layanan wisata, program layanan internet, program layanan audio visual, dan program pengembangan kreativitas. Program-program tersebut tentunya bertujuan untuk memberdayakan masyarakat yang ada di sekitar wilayah maupun diluar wilayah dari RBM. Salah satu program yang dimiliki oleh Rumah Belajar Modern adalah pemberdayaan masyarakat melalui program kreativitas. Program kreativitas di Rumah Belajar Modern merupakan kegiatan pemberdayaan masyarakat yang ditujukan bagi ibu-ibu rumah tangga yang berada di wilayah Desa Bangunharjo, Sewon, Bantul.
59
Latar belakang diselenggarakannya program kreativitas di Rumah Belajar Modern karena Rumah Belajar Modern adalah sebuah perpustakaan berbasis aktivitas, jadi dengan perpustakaan berbasis aktivitas itu diperlukan partisipasi dari masyarakat sendiri. Maka dari itu pengelola Rumah Belajar Modern mengadakan kegiatan berbasis buku untuk masyarakat dengan salah satunya program kreativitas. Program kreativitas merupakan kegiatan pemberdayaan masyarakat melalui buku. Jadi, masyarakat diperkenalkan melalui buku dan lewat buku inilah nanti masyarakat menjadi cerdas, pandai, dan mampu meningkatkan taraf hidupnya. Selain itu, yang menjadi pertimbangan oleh pengelola untuk mengadakan program kreativitas adalah potensi yang dimiliki oleh Desa Bangunharjo karena banyaknya sektor industri rumahan disini. Oleh karena itu, pengelola berusaha menyentuh masyarakat yang belum memiliki keterampilan agar lebih berdaya lagi dengan cara mengadakan program kreativitas tersebut. Pemberdayaan masyarakat melalui program kreativitas di Rumah Belajar Modern akan diuraikan di bawah ini : a. Perencanaan Program Kreativitas Pemberdayaan masyarakat melalui program kreativitas yang dilakukan di Rumah Belajar Modern merupakan pemberdayaan dengan melihat apa yang menjadi kebutuhan masyarakat serta direncanakan dengan melibatkan pihak terkait yakni instansi pemerintah desa dan juga masyarakat sebagai sasaran program sehingga nantinya tujuan program dapat tercapai maksimal. 1) Identifikasi Kebutuhan
60
Perencanaan program kreativitas merupakan tahap awal yang dilakukan oleh pihak pengelola untuk menentukan kebutuhan-kebutuhan apa saja yang perlu disediakan. Perencanaan kegiatan pendidikan kecakapan hidup di Rumah Belajar Modern dilaksanakan oleh pihak pengelola. Pengelola terlebih dahulu melakukan identifikasi kebutuhan sebagai langkah awal sebelum menentukan kegiatan. Agar program yang dirancang sesuai dengan tujuan dan memberikan manfaat kepada masyarakat, maka perlu dilakukan identifikasi kebutuhan guna menentukan langkah apa yang harus diambil. Identifikasi kebutuhan dilakukan di awal tahun yaitu bulan Januari sampai Februari untuk membuat kegiatan yang akan dilaksanakan selama satu tahun. Hal ini seperti yang diutarakan oleh Ibu “SA” : “Misalnya untuk tahun 2016 perencanaan udah kemarin januari, januarifebruari itu kita identifikasi masalah yang kita laksanakan di tahun 2016, misalnya kebutuhan program kreativitas yang dibutuhkan itu apa saja itu di awal tahun kemarin sudah buat programnya” Dalam melakukan identifikasi kebutuhan perlu melihat potensi yang dimiliki oleh masyarakat tersebut dengan cara melakukan diskusi terhadap sasaran program untuk mendengar apa saja yang menjadi kebutuhan mereka. Tentu saja hal tersebut perlu diimbangi dengan meminta pertimbangan dari tokoh masyarakat setempat. Cara yang dilakukan untuk melakukan identifikasi kebutuhan adalah dengan melibatkan masyarakat itu sendiri. Seperti yang diungkapkan oleh Ibu “SA” selaku pengelola, “Untuk perencanaan program kreativitas itu tergantung dari permintaan masyarakat, apa yang dibutuhkan masyarakat, masyarakat setiap habis pelatihan itu apa yang mereka butuhkan, nanti kita carikan instruktur, carikan bahannya, itu memang masukan dari masyarakat, jadi peran masyarakat di sekitar sini itu besar sekali untuk program kreativitas, tanpa 61
mereka kita tidak bisa jalan, jadi dengan masukan dari mereka itu apa yang mereka butuhkan kedepan itu seperti ini” Berdasarkan pernyataan di atas dalam merencanakan sebuah program kreativitas, pengelola terlebih dahulu melakukan identifikasi kebutuhan dengan cara melibatkan masyarakat terlebih dahulu. Pengelola melihat permintaan masyarakat, apa yang menjadi kebutuhan masyarakat dan memperhatikan masukan dari masyarakat. Setelah itu, pengelola menentukan kegiatan pelatihan apa yang akan dilakukan untuk diberikan kepada masyarakat. Dalam merencanakan sebuah kegiatan memang tidak hanya melibatkan satu pihak saja, tetapi juga mendiskusikan terlebih dahulu dengan berbagi pihak yang terlibat di dalamnya. Hal tersebut menunjukkan bahwa identifikasi kebutuhan memegang peranan penting dalam menentukan keberhasilan program agar tepat sasaran. 2) Penentuan Tujuan Tujuan merupakan salah satu perencanaan dalam sebuah program. Supaya program dapat mengarah dengan baik perlu tujuan yang direncanakan dengan jelas dan matang. Tujuan merupakan hasil akhir yang hendak dicapai dari sebuah kegiatan dimana tujuan dari pemberdayaan masyarakat melalui program kreativitas ini untuk membekali masyarakat dengan berbagai pengetahuan dan keterampilan agar meningkatkan taraf hidup masyarakat. Seperti yang diungkapkan oleh ibu “SA” mengenai tujuan program kreativitas, “Tujuannya untuk membekali masyarakat melalui pemberdayaan buku untuk meningkatkan keterampilan, meningkatkan minat baca dan dengan minat baca akhirnya bisa meningkatkan taraf hidup masyarakat melalui kreativitas”
62
Dari pernyataan diatas pemberdayaan masyarakat melalui program kreativitas yang ada di Rumah Belajar Modern mempunyai tujuan yaitu : a) Meningkatkan keterampilan masyarakat, b) Meningkatkan taraf hidup yang dimiliki masyarakat dan c) Pemberdayaan buku yaitu mendekatkan masyarakat dengan buku. 3) Penentuan Sasaran Sasaran pemberdayaan masyarakat melalui program kreativitas di Rumah Belajar Modern adalah masyarakat umum. Hal ini disampaikan oleh ibu “SA” Sebagai berikut: “Untuk sasaran ini sih mas ya, masyarakat umum, tidak hanya masyarakat wilayah sini saja, malahan ada yang dari sleman, karena kalau ada yang berkunjung kesini kita kasih tau, mereka tertarik akhirnya ikut, untuk wilayah lain seperti kulon progo itu belum, kita belum menjangkau sampai kesana”. Dengan sasaran yang telah ditentukan dengan jelas maka program pemberdayaan masyarakat dapat berjalan dengan baik. Masyarakat diharapkan mampu meningkat keterampilannya sehingga dapat meningkatkan taraf hidup mereka. Menurut ibu “SA” untuk program pemberdayaan sasaran program lebih ditujukan kepada masyarakat khususnya perempuan yang menganggur. “Sasaran program untuk pelatihan kreativitas lebih banyak difokuskan untuk ibu-ibu rumah tangga, namun jika ada remaja puteri yang mau ikut ya diperbolehkan.” Pemberdayaan lebih ditujukan untuk ibu-ibu rumah tangga dikarenakan seringkali ibu-ibu rumah tangga lebih mempunyai waktu luagn sehingga lebih mudah untuk dirangkul dan diberikan pelatihan. 63
4) Penentuan Tema Kegiatan Materi yang diberikan pada kegiatan program kreativitas adalah berbagai macam keterampilan. Materi yang diberikan di setiap kegiatan pembelajaran program kreativitas disesuaikan dengan tema yang telah ditentukan oleh pihak RBM. Setiap pelatihan materi yang diajarkan berbeda tergantung dari temanya. Materi yang disampaikan tergantung dari tutor yang telah ditunjuk oleh pihak RBM. Pihak RBM hanya menentukan apa saja tema kegiatan yang akan dilaksanakan dan tutor yang memberikan materinya. Hal ini diungkapkan oleh ibu “SA” selaku pengelola Rumah Belajar Modern : “Kalau materi itu kan tergantung dari tutor-nya, materi sistem pembelajaran itu kan biasanya dari tutor kan mas, nggak dari kita kan kita nggak menyediakan, kita cuma menentukan temanya aja, untuk materi mereka kan yang nyiapin. Dari proses belajar mengajar atau istilahnya di pendidikan ya memang dari tutornya itu sendiri” Sebelum kegiatan dimulai pihak pengelola Rumah Belajar Modern hanya menyampaikan pembukaan mengenai kegiatan yang akan dilakukan dan selanjutnya menyerahkan materi pembelajaran untuk disampaikan langsung oleh tutor. Hal tersebut seperti yang disampaikan oleh Ibu “H” selaku peserta program kreativitas, beliau mengatakan bahwa : “Pembukaan biasanya dari petugasnya sini terus nanti kan dilanjutkan sama tutornya itu sedikit teori langsung praktek” 5) Penentuan Tutor Penentuan tutor oleh Rumah Belajar Modern sangatlah penting dalam perencanaan program kreativitas karena tutor adalah orang yang memberikan materi pelatihan keterampilan bagi peserta dalam proses pelaksanaannya. Pihak 64
pengelola Rumah Belajar Modern memilih tutor yang ahli dan memiliki pengalaman di bidangnya, sehingga peserta dapat menerima materi yang telah diajarkan dengan baik. Tutor berasal dari komunitas-komunitas yang membidangi suatu keterampilan tertentu. Seperti yang telah diungkapkan oleh Ibu “SA” selaku pengelola, “Untuk tutor kita cari, yang benar-benar expert ahli di bidangnya, jadi kita biasanya nyari informasi di internet, karena namanya kita Rumah Belajar Modern dari internet siapa yang bidangnya apa-apa, dari komunitaskomunitas terutama, mereka kan biasanya ini ada komunitasnya, komunitas rajutan, komunitas batik, kita tinggal komunikasi dengan mereka dan mereka akan mengirim instrukturnya kesini, ” Tutor mempunyai peran yang sangat penting dalam memberikan pelatihan kepada peserta untuk berlatih membuat berbagai macam kreativitas dari materi yang disampaikan. Tutor juga berperan untuk memberikan motivasi kepada peserta untuk dapat mempraktekkan langsung kegiatan yang telah dilakukan ke dalam kehidupan sehari-hari agar dapat bermanfaat bagi peserta. 6) Sosialisasi Sosialisasi program oleh Rumah Belajar Modern (termasuk program kreativitas) dilakukan oleh pengelola melalui kelurahan, karena secara langsung dekat dengan Balai Kelurahan Bangunharjo. Setiap hari senin di Balai Kelurahan ada perkumpulan dukuh, pengelola mensosialisasikan kepada para dukuh mengenai program-program yang dimiliki oleh RBM dan kemudian masingmasing para dukuh menginformasikan lagi kepada warganya. Selain melalui kelurahan, berdasarkan penuturan Ibu “SA” pada tanggal 26 Februari 2016, 65
“untuk sosialisasi ke masyarakat, kita pertama juga melalui brosur ya, dan juga ada misalnya kita sosialisasi ke kelurahan karena kita kan dekat kelurahan, kita ke kelurahan sosialisasi program, terutama program kreativitas tadi yang kita laksanakan di awal tahun kemarin, dan di awal tahun ini mungkin saya akan kesana lagi. Jadi, di kelurahan itu setiap hari senin ada pertemuan dukuh satu kelurahan, kebetulan di Bangunharjo itu ada 18 dukuh, dari 18 dukuh itu kita sosialisasi ini lho RBM itu punya program seperti ini, ada kegiatan kreativitas yang diadakan setiap bulan” Menurut Ibu SA selaku penanggung jawab di Rumah Belajar Modern, RBM juga melakukan sosialisasi melalui media massa seperti koran, dan media massa yang lain. Sosialisasi dilakukan dengan berbagai media agar program yang dimiliki oleh RBM dapat diketahui oleh masyarakat. Hal ini diperkuat oleh pendapat dari Ibu “N” selaku peserta kegiatan, “Sosialisasi biasanya dilakukan melalui beberapa cara, misalnya lewat bapak dukuh, terus nanti kan dari kelurahan terus ke bapak dukuh itu, kadang kan ada papan yang di depan itu biasanya” Senada dengan pendapat dari Ibu “N” peserta lain Ibu “LQS” mengungkapkan, “Sosialisasi ini ditempel di pengumuman, pas pinjem di RBM kan dikasih tahu, terus kalau nggak di dukuh dikasih surat kalau ada kegiatan” Berdasarkan uraian diatas dapat diketahui bahwa cara sosialisasi yang dilakukan oleh pihak RBM melalui sosialisasi ke kelurahan dengan memberikan pemaparan kepada dukuh-dukuh yang ada di kelurahan mengenai kegiatan yang dimiliki, melalui media seperti brosur atau pamflet, dan juga melalui papan pengumuman. 7) Pengadaan Sarana Pelatihan Berdasarkan hasil wawancara sarana atau fasilitas yang digunakan untuk menunjang program kreativitas tergolong memadai. Sarana yang digunakan 66
disesuaikan dengan pelatihan yang akan dilaksanakan. Sarana atau fasilitas sudah dipersiapkan oleh pihak pengelola. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Ibu “SA” selaku penyelenggara kegiatan : “Untuk peralatannya sudah dari kita, sudah kita siapkan, jadi tinggal mengikuti saja”
peserta
Hal ini diperkuat oleh apa yang diungkapkan oleh Ibu “OC” sebagai peserta program kreativitas, “Seperti ini mas kaya ini tho, kaya pakai OHP seperti ini, juga ini mas pakai komputer laptop seperti itu” Sarana atau fasilitas yang digunakan dalam penyelenggaraan program kreativitas yaitu : a) Alat dan bahan yang dibutuhkan dalam pelatihan b) Materi/ handout c) LCD d) Screen e) Laptop f) Mic, Tape Recorder, dan Speaker. b. Pelaksanaan Program Kreativitas Pemberdayaan masyarakat melalui program kreativitas, Rumah Belajar Modern
menyelenggarakan
berbagai
jenis
pelatihan.
Pelatihan
yang
diselenggarakan tersebut yaitu pelatihan kreasi kain flanel, pelatihan merajut, pelatihan pembuatan tanaman hidrogel, pelatihan mebatik, dan sebagainya. Pelatihan tersebut diikuti oleh masyarakat yang mayoritas adalah ibu-ibu rumah 67
tangga yang berada di wilayah Desa Bangunharjo dan sekitarnya. Proses pelaksanaan pemberdayaan masyarakat melalui program kreativitas diuraikan menurut jenis pelatihannya. 1) Alokasi Waktu Penentuan waktu pelaksanaan program kreativitas dilakukan bersamasama antara pihak pengelola dengan masyarakat. Kesepakatan yang dihasilkan bahwa waktu pelaksanaan kegiatan setiap hari jumat minggu kedua dan keempat setiap bulan. Kegiatan dimulai pukul satu siang sampai sore hari. Seperti yang diungkapkan oleh Ibu “SA” selaku pengelola, “Kita coba untuk tahun kemarin sama tahun sekarang ya mas, itu pun juga permintaan masyarakat, waktu itu kan kita mengadakan kreativitas setiap hari minggu, karena masyarakat kan selo-nya hari minggu, tapi kita kan juga instansi pemerintah kalau hari minggu kita libur, jadi untuk itu kita menyesuaikan untuk alokasi setiap hari jumat jam satu sampai sore, sampai selesainya acara bisa jam empat atau lima” Hal ini diperkuat oleh pendapat Ibu “A” selaku peserta, “Iya mas sudah disepakati waktunya bersama-sama dengan pengelola Rumah Belajar Modern” Dari uraian di atas terlihat bahwa waktu pelaksanaan kegiatan pendidikan kecakapan hidup disesuaikan dengan kesepakatan antara pihak pengelola dan masyarakat. Waktu pelatihan disesuaikan dengan permintaan masyarakat agar harapannya masyarakat dapat menghadiri kegiatan pelatihan. 2) Metode Pembelajaran Metode yang digunakan dalam pembelajaran program kreativitas disesuaikan dengan jenis kegiatan yang dilakukan. Metode-metode yang digunakan dalam program kreativitas yaitu metode ceramah, praktek langsung, 68
dan tanya jawab. Metode tersebut digunakan agar memudahkan penyampaian materi kepada peserta program kreativitas. Seperti yang telah diungkapkan oleh Ibu “SA” selaku pengelola, “Tanya jawab, biasanya kita kan bikin kaya panduan, misalnya kaya kemarin kita bikin sepatu rajut bagaimana toh, kita siapin bahan-bahannya, ada panduannya, setiap kita ada keterampilan ada manualnya, manualnya dia bikin terus disampaikan terus nanti terjadi tanya jawab baru praktek” Hal ini diperjelas oleh pendapat dari Bapak “N” selaku tutor program kreativitas, “Tanya jawab ada, kita metode belajar bersama, teori sedikit terus praktek” Hal ini juga disampaikan oleh pendapat Ibu “A” selaku peserta program kreativitas, “Ada ceramahnya, ada prakteknya ya semuanya ada” Berdasarkan hasil wawancara yang ada diatas, dapat diketahui bahwa program kreativitas di Rumah Belajar Modern menggunakan metode ceramah, praktek dan tanya jawab. Penggunaan metode
tersebut bertujuan untuk
memudahkan tutor dalam menyampaikan materi pelatihan. 3) Pelaksanaan Pemberdayaan Masyarakat Melalui Program Kreativitas Menurut Jenis Pelatihannya 1. Pelatihan Kreasi Kain Flanel Pelatihan kreasi kain flanel merupakan kegiatan pembuka di awal tahun 2016 yang diselenggarakan oleh Rumah Belajar Modern. Kegiatan pelatihan yang pertama dilakukan ini untuk menyambung kembali kegiatan-kegiatan pelatihan yang telah dilakukan pada tahun 2015 kemarin sekaligus mengawali sosialisasi. 69
Tujuan pelatihan ini untuk mendekatkan masyarakat terhadap buku dan juga untuk meningkatkan keterampilan masyarakat yang mana dengan keterampilan itu dapat meningkatkan taraf hidup mereka. Selaku penanggung jawab
kegiatan
Ibu
“SA”
menjadikan
kegiatan
pertama
ini
untuk
mensosialisasikan kembali program-program Rumah Belajar Modern kepada peserta yang mengikuti kegiatan. “pelatihan flannel ini merupakan salah satu sarana sosialisasi juga mas, nanti kalau banyak peserta yang ikut, kan sekalian untuk mempromosikan kegiatan selanjutnya” Peserta diharapkan sebelum mengikuti kegiatan yang akan datang agar mendaftar terlebih dahulu kepada staf yang ada di RBM. Pelatihan kreasi kain flanel ini dilaksanakan pada tanggal 26 Februari 2016. Kegiatan ini dilakasanakan di Rumah Belajar Modern dan sebagai peserta adalah ibu-ibu yang mayoritas tinggal di lingkungan sekitar RBM dan juga wilayah lain selain di Desa Bangunharjo. Materi yang diberikan dalam pelatihan kreasi kain flanel ini yaitu mengenai alat dan bahan yang diperlukan serta cara membuatnya. Tutor memberikan penjelasan mengenai bagaimana membuat berbagai macam kreasi dari kain flanel. Pada pelatihan kali ini para peserta diarahkan oleh tutor untuk membuat gantungan kunci dari kain flanel yang mana alat dan bahan sudah disiapkan penyelenggara. Pada kesempatan ini juga para peserta diajarkan bagaimana membentuk pola berbagai macam hiasan gantungan kunci, memotong kain flanel, hingga cara menjahitnya dengan benar. Kreasi dari kain flanel
70
tentunya dapat sedikit menambah pengetahuan peserta mengenai bentuk kreasi yang dapat dibuat sendiri tanpa mengeluarkan modal yang besar. Kesimpulan berdasarkan diselenggarakannya pelatihan kreasi kain flanel yang ada di Rumah Belajar Modern terdapat pada tabel di bawah ini : Tabel 7. Pelatihan Kreasi Flanel Tujuan a. Memberikan keterampilan melalui pelatihan kreasi kain flanel b. Mensosialisasikan kegiatan yang akan diselenggarakan oleh RBM di tahun 2016
Proses Pelaksanaan a. Pembukaan kegiatan oleh pengelola sebagai penyelenggara b. Sosialisasi dari pengelola kepada peserta mengenai program RBM tahun 2016 c. Pemberian materi pelatihan oleh tutor d. Praktek pembuatan kreasi kain flanel
Hasil Yang Diharapkan a. Peserta dapat terampil membuat berbagai kreasi kain flanel b. Peserta dapat mengetahui program-program RBM di tahun 2016
2. Pelatihan Merajut Kegiatan ini dilaksanakan mulai dari tanggal 11 sampai 12 Maret 2016, dengan tutor Ibu “K” dari Kusmiyati Collection. Kegiatan merajut merupakan kegiatan sederhana namun sebenarnya rumit jika tidak pernah melakukan. Oleh karena itu menurut ibu “K” agar bisa lebih terampil dan kreatif RBM Sewon menyediakan wadah untuk ibu rumah tangga berlatih melalui program ini. “Kegiatan merajut di RBM Sewon dilakukan oleh ibu rumah tangga, tapi disini para remaja dan kalangan dewasa lainnya bisa bergabung juga agar bisa terampil dan kreatif. Selain itu, Ibu “K” menambahkan bahwa kegiatan ini penting mengingat bahwa merajut merupakan suatu ketrampilan yang mempunyai nilai kreativitas 71
yang tinggi dalam pengerjaannya disamping ketekunan , kesabaran dan keuletan yang harus dimiliki. Produk-produk hasil merajut ini sangat banyak diminati oleh wisatawan-wisatawan
yang
datang
baik
wisatawan
domestik
maupun
mancanegara. Menurut Ibu “K" Kegiatan berjalan dengan baik dan lancar. “Pelatihan merajut kali ini menurut saya sukses karena respon yang bagus dari peserta terhadap materi yang diberikan”. Kegiatan merajut yang dilakukan oleh ibu-ibu di Rumah belajar modern ini seperti terlihat pada foto-foto di bawah ini.
Gambar 5. Pelatihan Merajut Hal positif adalah antusias peserta yang ikut dalam pelatihan ini, sehingga diharapkan dengan materi yang didapatkan ini mampu meningkatkan kreativitas para peserta dalam mengembangkan desain, motif dan bentuk rajutan sesuai dengan kebutuhan pasar yang ada. Pelatihan desain, motif dan bentuk rajutan ini dimulai dari pemberikan materi tentang motif rajutan, jenis-jenis motif rajutan, dan pengembangan motif rajutan. Untuk pelatihan di RBM yang diberikan kepada peserta adalah merajut sepatu. 72
3. Pelatihan Pembuatan Tanaman Hidrogel Pelatihan pembuatan tanaman hidrogel dilakukan pada tanggal 18 Maret 2016. Pada dasarnya sistem hidroponik adalah upaya memberikan bahan makanan dalam larutan mineral atau nutrisi yang diperlukan tanaman dengan cara disiram atau diteteskan. Pekerjaan menyiram atau mengairi media tanam inilah menjadi persoalan. Sistem pengairan hidroponik bila dilakukan secara manual akan sangat merepotkan, sementara bila dilakukan secara otomatis butuh energi dan bahan yang tidak sedikit; perlu pompa, listrik, selang, pengatur waktu, dsb. Hingga ditemukan solusi yang cukup unik yaitu dengan menggunakan media tanam yang dinamakan hidrogel. Oleh karena itu menurut Ibu “SA” RBM mengadakan pelatihan tanaman hidrogel. “Hidrogel adalah penemuan terbaru yang menarik mas untuk mempermudah sistem pertanian hidroponik. Kristal-kristal polimer ini bisa dijadikan media tanam yang praktis karena sifatnya yang mampu menyerap air, sehingga pekebun akan dibebaskan dari rutinitas menyiram tanaman.” Lebih lanjut menurut Bapak “NU” selaku tutor menyampaikan bahwa keanekaragaman warna yang dapat disesuaikan dengan selera dan diselaraskan dengan warna tanaman dapat menciptakan keindahan dan keasrian tanaman di ruang tamu atau di ruang kantor. “Kelebihan hidrogel, selain tampilannya indah berwarna-warni, juga praktis, dapat disiram sebulan sekali mas, terhindar dari hama tanah, cocok untuk tanaman di dalam ruangan seperti ruang tamu atau meja kerja”. 4. Pelatihan Membatik Batik merupakan ciri khas Indonesia yang telah dikenal luas baik di dalam ataupun luar negeri. Batik berasal dari bahasa Jawa "amba" yang berarti menulis 73
dan "nitik". Batik adalah seni melukis dilakukan diatas kain dengan menggunakan lilin atau malam sebagai pelindung untuk mendapatkan ragam hias di atas kain tersebut. Batik yang semakin berkembang ini menambah keanekaragaman kerajinan batik dan dapat dijadikan komoditi ekspor yang berkualitas ke mancanegara. Oleh karena itu menurut ibu “SA” hal ini akan menjadi salah satu indikasi yang mengancam keberadaan batik tradisional, apalagi batik yang dibuat dengan cara tradisional (dicanting) keberadaannya semakin melemah dan kalah dengan batik teknik cap. “Tujuan pelatihan ini adalah membuat masyarakat bisa melihat dan mengenali batik sehingga dapat melestarikannya.” Selain itu menurut Ibu “SA” perlu adanya pengembangan ragam batik. Ragam batik yang dikembangkan adalah usaha batik modern. Di mana batik yang biasanya berbentuk tradisional akan dipadukan dengan perkembangan jaman. c. Evaluasi Program Kreativitas Evaluasi bertujuan untuk mengukur keberhasilan suatu program yang diselenggarakan, apakah program tersebut sudah sesuai dengan tujuan yang telah direncanakan sebelumnya. Melalui evaluasi dapat diketahui kesulitan maupun kendala yang dialami saat pelatihan berlangsung sehingga dapat diambil suatu tindakan sebagai upaya untuk memecahkan masalah atau kendala tersebut. Evaluasi program kreativitas di Rumah Belajar Modern dilakukan dengan dua metode yaitu evaluasi setiap pelatihan oleh tutor pemberi materi dan evaluasi keseluruhan pelatihan oleh pengelola. Evaluasi setiap pelatihan dilakukan ketika pelatihan telah selesai dilaksanakan melalui proses tanya jawab dimana setelah 74
selesai pembelajaran, tutor akan memberikan kesempatan bagi peserta untuk bertanya mengenai hal yang belum jelas mengenai materi pelatihan yang diajarkan, setelah itu tutor akan menjelaskan kembali apa yang ditanyakan oleh peserta. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Ibu “OC” selaku peserta pelatihan, “Kalau ada yang belum jelas kan ditanyakan dulu sampai jelas gitu lho, evaluasinya memang seperti itu” Evaluasi menyeluruh oleh pengelola Rumah Belajar Modern baru akan dilakukan di akhir tahun sebagai evaluasi keseluruhan pelatihan yang telah dilakukan sejak awal tahun. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Ibu “SA” selaku pengelola : “Jadi evaluasinya nanti itu juga dari materinya, instrukturnya, dari pesertanya itu juga kita evaluasi sih mas setiap kegiatan di akhir tahun kita evaluasi, oh ternyata kegiatan ini misalnya pesertanya kurang karena memang membutuhkan ketelitian, terus instrukturnya sudah bagus tetapi pesertanya masih kesulitan apa, itu nanti tetap kita evaluasi dan kalau nanti memang itu masih perlu dilanjutkan di tahap kedua kita adakan lagi, misalnya kaya membatik itu tidak mungkin sekali pertemuan kan, coba dua kali” Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa dengan adanya evaluasi dapat diketahui kekurangan apa saja yang ada dalam program kreativitas. 2. Hasil Pemberdayaan Masyarakat Melalui Program Kreativitas di Rumah Belajar Modern Pemberdayaan masyarakat melalui program kreativitas di Rumah Belajar Modern diharapkan dapat memberikan hasil bagi masyarakat. Program kreativitas tersebut tidak lain untuk menambah wawasan serta meningkatkan keterampilan yang dimiliki masyarakat serta pada akhirnya mampu meningkatkan taraf hidup 75
masyarakat. Banyak manfaat yang dirasakan masyarakat dari kegiatannya mengikuti program kreativitas di Rumah Belajar Modern. Kegiatan pemberdayaan yang berjalan di Rumah Belajar Modern saat ini adalah program kreativitas dimana kegiatan tersebut dilakukan melalui berbagai jenis pelatihan. Ditinjau dari bidang ekonomi manfaatnya dapat meningkatkan pendapatan masyarakat. Pelatihan yang diberikan oleh Rumah Belajar Modern telah memberikan hasil yang nyata bagi peserta yang mengikutinya. Hal tersebut dapat diketahui dari wawancara yang dilakukan terhadap peserta mengenai keadaan peserta setelah mengikuti pelatihan. Hasil dari mengikuti program kreativitas yang ada di Rumah Belajar Modern adalah masyarakat meningkat keterampilannya dan mampu menerapkan keterampilan tersebut ke dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, bagi masyarakat yang telah lama mengikuti program kreativitas mampu membuat sesuatu dari hasil pelatihan dan menambah income keluarga. Hal yang paling dirasakan oleh masyarakat selaku peserta program kreativitas adalah adanya peningkatan keterampilan yang mereka miliki serta mampu menerapkan ilmu yang diperoleh di rumah. Seperti yang diungkapkan oleh Ibu “SA” selaku pengelola Rumah Belajar Modern, “Kalau peningkatan keterampilan ada lah ya mas ya karena disini mereka diajarkan sesuatu yang benar-benar baru sehingga tentunya mampu sedikit-demi sedikit menambah keterampilan mereka” Hal ini juga seperti yang dirasakan oleh Ibu “A” selaku peserta program kreativitas,
76
“Kalau keterampilan meningkat, ya sedikit-sedikit meningkatlah mas, kemarin pas renda saya tidak tahu sekarang bisa praktek, jadi sekarang bisa membuat sendiri di rumah” Hal ini juga diungkapkan oleh Ibu “H” selaku peserta program kreativitas Rumah Belajar Modern, “Ya iyalah mas meningkat, dari tadinya tidak bisa membuat sesuatu jadi bisa membuat sesuatu”. Seperti yang diungkapkan oleh Ibu “N” selaku peserta program kreativitas Rumah Belajar Modern, “Ya yang jelas ada peningkatan mas, kemarin waktu saya belum mengikuti belum tahu ya, misalkan bikin, bikin kue nastar yang itu kan belum tahu, kan disini dapat ilmu seperti itu, oh mengerti, caranya gitu-gitu seperti itu lho mas langsung bisa dipraktekkan di rumah” Hal senada juga diungkapkan oleh Ibu “OC” selaku peserta program kreativitas Rumah Belajar Modern, “Ya jelas, kalau sebelum kan bisa lihatnya di internet baca-baca kan gak ada prakteknya, disini lebih jelas kan sebenarnya prakteknya, teori dilengkapi dengan praktek” Dari pernyataan yang disampaikan diatas dapat disimpulkan bahwa dengan adanya pemberdayaan masyarakat melalui program kreativitas di Rumah Belajar Modern tentunya para peserta merasakan adanya peningkatan keterampilan. Selain itu para peserta setelah mendapatkan keterampilan yang diperoleh ketika mengikuti
program
mampu
menerapkan
ilmu
yang
diperoleh
dengan
mempraktekkan sendiri di rumah. Seperti yang diungkapkan oleh Ibu “OC” selaku peserta program kreativitas,
77
“Ada beberapa sebenarnya, kan seperti ini nanti bisa dikembangkan untuk hidrogel seperti ini bisa dikembangkan di rumah, dimodifikasi dengan kombinasi warnanya pakai macem-macem tanamannya kan bisa, terus kalau sudah-sudah itu kaya ngerajut, bikin tas di rumah, nanti bisa dikembangkan bikin bros kan bisa itu” Seperti yang diungkapkan oleh Ibu “N” selaku peserta program kreativitas Rumah Belajar Modern, “Sejauh ini kan kita diberi ilmu disini ya mas, upaya untuk buka usaha itu belum kelihatannya, kan belum ada yang terus bikin industri rumah tangga itu belum, mungkin kan kalau yang merajut ini sudah ada buat di rumah bisa” Sejauh ini para peserta sudah ada yang mampu menerapkan ilmu yang diperoleh dengan mempraktekkan sendiri di rumah. Para peserta mendapatkan manfaat dari keikutsertaannya dalam program kreativitas dengan hasilnya adalah mampu menerapkan ilmu yang diperoleh. Selain itu hasil dari program kreativitas mampu mendorong peserta untuk menjadi pelaku usaha dengan membuka industri rumahan sendiri. Peserta mampu menjual hasil karyanya dari kegiatan mereka mengolah kreasi di rumah. Hal ini seperti yang telah diungkapkan oleh Ibu “SA” selaku pengelola Rumah Belajar Modern, “Iya ada mas, contohnya Ibu “A” beliau sudah lama mengikuti kegiatan disini, dan sekarang sudah bisa menerapkan ilmu yang diperoleh dari sini dirumah, namun juga ada beberapa yang menjual hasil karyanya seperti Ibu “PS” itu sekarang sudah punya usaha tas rajut, saya pun sering pesen ke beliau, jadi mereka memperoleh ilmu disini langsung bisa diterapkan” Seperti yang diungkapkan oleh Ibu “H” selaku peserta program kreativitas, “Baru lagi agek mulai dompet, tapi tidak saya bawa, itu dititipke ke tempat ipe saya kan punya butik, dompet rajut dari rajutan itu, baru saya titipke baru tiga biji disana, soale kendalanya di modal juga tho mas, modal sama pemasaran, misalkan kalau ada kaya yang nampung itu kan sebenarnya 78
kan bisa titip jual atau gimana, saya kan juga nitip, soalnya modalnya terbatas dari kita nyisihin uang belanja” Seperti yang diungkapkan oleh Ibu “N” selaku peserta program kreativitas, “Kalau untuk pendapatan belum ya mas, kita cuma baru sebatas untuk pemakaian sendiri misalnya apa di implementasikan, itu untuk dipakai sendiri, untuk tambahan pendapatan itu kan dipakai untuk produksi tho, itu belum karena terkendala modal juga, namun ada juga yang sudah mulai usaha” Dari pernyataan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa para peserta sudah ada yang menjual hasil karyanya dan mempunyai usaha sendiri. Namun, ada juga yang baru mulai menuju usaha dengan membuat dompet yang dititipkan ke tempat usaha orang lain karena terkendala modal yang terbatas. 3. Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat dalam Pemberdayaan Masyarakat Melalui Program Kreativitas di Rumah Belajar Modern a. Faktor Pendukung Dalam pemberdayaan masyarakat melalui program kreativitas yang ada di Rumah Belajar Modern, tentu saja ada faktor pendukung maupun penghambatnya. Dari hasil penelitian yang dilakukan dapat diketahui bahwa faktor pendukung yang telah diungkapkan oleh Ibu “SA” selaku pengelola Rumah Belajar Modern. “Respon peserta bagus sekali mas, ya mereka langsung mengiyakan mengikuti dengan adanya sosialisasi itu dan kita ngasih selebaran kegiatan RBM di kelurahan, setelah itu pesertanya ikut banyak sekali” Selain faktor antusiasme maupun respon yang tinggi dari peserta terhadap kegiatan yang diselenggarakan, adanya faktor pendukung lain yang membuat penyelenggaraan program kreativitas berjalan baik. Sarana dan prasarana pelatihan yang disediakan oleh Rumah Belajar Modern yang sangat memadai juga 79
menjadi salah satu faktor pendukung kegiatan pelatihan. Hal ini seperti diungkapkan sendiri oleh Ibu “SA” : “Kalau saya lihat antusiasme yang tinggi dari peserta disini dalam mengikuti keseluruhan kegiatan dari awal sampai akhir dan didukung oleh fasilitas yang semuanya ada, kita kan kalau internet juga ada, untuk laptop, untuk sarana prasarana sih sudah ada karena kan kita juga gak mungkin dong mengerjakan tidak ada sarana prasarana, mesti ada, sarana dari bahan pembelian misalnya kegiatan ini untuk beli bahan ini, untuk beli sarana prasarana itu kita mesti ada setiap bulan pelatihan, jadi sarana prasarana apa yang kita butuhkan di bulan ini kita beli” Pernyataan lain juga diungkapkan oleh Ibu “DN” selaku staf yang ada di Rumah Belajar Modern. “Pelatihan kreativitas ini didukung oleh fasilitas yang memadai milik kita, tentunya dengan semua fasilitas yang ada diharapkan dapat memudahkan pembelajaran disini. Kita sudah siapkan semuanya sebelum pelatihan dimulai, kita siapkan peralatan maupun bahan yang dibutuhkan sehingga benar-bena ketika pelatihan dilaksanakan dapat berjalan lancar” Pernyataan lain juga diungkapakan oleh Bapak “NU” selaku tutor program kreativitas. “Fasilitas bagus memadai, pesertanya juga enak sehingga pembelajaran menyenangkan dan mudah diterima peserta” Pernyataan lain juga diungkapkan oleh Ibu “K” selaku tutor program kreativitas. “Para pesertanya sering bertanya, sehingga memudahkan memberikan materi, fasilitas disini juga suda lengkap”
untuk
Faktor pendukung lain menurut Ibu “A” selaku peserta program kreativitas. Beliau mengungkapkan bahwa : “Ya semuanya ramah, ya semuanya, temen-temen juga mendukung memberi tahu sosialisasinya juga baik, menyenangkan guyon guyon, mendukung karena semuanya tadi sudah tersedia dari pihak RBM jadi semuanya mendukung” 80
Faktor pendukung lain menurut Ibu “H” selaku peserta program kreativitas. Beliau mengungkapkan bahwa : “Pembelajarannya menyenangkan bisa kumpul-kumpul dengan ibu-ibu yang lainnya, tutornya juga bagus ramah” Faktor pendukung lain menurut “Ibu LQS” selaku peserta program kreativitas. Beliau mengungkapkan bahwa : “Kalau fasilitasnya sudah penyelenggaraannya juga bagus”
mendukung
semua
mas
dalam
Faktor pendukung lain menurut Ibu “N” selaku peserta program kreativitas. Beliau mengungkapkan bahwa : “Tutornya bagus menyampaikan materinya jelas apalagi fasilitas juga cukup memadai”
disini
Faktor pendukung lain menurut Ibu “OC” selaku peserta program kreativitas. Beliau mengungkapkan bahwa : “Untuk selama ini sudah terpenuhi sih untuk tutornya, narasumbernya dan kemudian materinya tersampaikan dengan baik gitu lho, jadi pesertanya cepet bisa paham, pengelola sudah bagus dalam menyiapkan fasilitas sudah bagus” Berdasarkan hasil wawancara tersebut maka dapat diketahui bahwa faktor pendukung pemberdayaan masyarakat melalui program kreativitas di Rumah Belajar Modern menurut pengelola, tutor, maupun peserta yaitu respon masyarakat yang bagus mengenai kegiatan pelatihan, fasilitas yang ada sudah memadai, tutor yang memenuhi syarat, keramahan yang terjalin antara penyelenggara, tutor, dan peserta, dan juga suasana pembelajaran yang menyenangkan. 81
b. Faktor Penghambat Selain faktor pendukung dalam pemberdayaan masyarakat melalui program kreativitas yang ada di Rumah Belajar Modern tentu saja tidak luput dari adanya faktor penghambat. Adanya faktor tersebut sehingga mempengaruhi keoptimalan penyelenggaraan program yang dilaksanakan. Seperti yang diungkapkan oleh Ibu “SA” selaku pengelola Rumah Belajar Modern. “Untuk penghambatnya ya, dulu kita memakai ruang aula untuk kegiatan, namun baru dipakai untuk menyimpan barang-barang dari gedung sana, terpaksa kita pembelajaran di ruang sini” Pernyataan lain juga diungkapkan oleh Ibu “DN” selaku staf di Rumah Belajar Modern. “Tadinya kita pembelajaran di aula sebelah situ mas, namun karena masih digunakan sementara kita di ruang baca dulu, mungkin setelah ruang aula tidak dipakai lagi menyimpan barang, kita bisa gunakan lagi” Pernyataan lain juga diungkapkan oleh Bapak “NU” selaku tutor program kreativitas. “Mungkin ruangannya ya agak kurang luas, tadi di dalam panas, kalau di aula sini paling memadai, tapi itu baru dipakai” Faktor penghambat lain menurut Ibu “A” selaku peserta program kreativitas. Beliau mengungkapkan bahwa : “Kalau yang sulit-sulit mungkin jamnya kurang ya mas, kalau yang belum bisa mungkin jamnya kurang, untuk menjadi bisa kan mungkin lama, jadi untuk yang belum bisa kurang, kalau untuk yang sudah bisa mungkin bisa meneruskan di rumah” Faktor penghambat lain menurut Ibu “H” selaku peserta program kreativitas. Beliau mengungkapkan bahwa :
82
“Mungkin ini mas, perlu ditambahi lagi jamnya pelatihan agar kita bisa menyelesaikan disini” Faktor penghambat lain menurut Ibu “LQS” selaku peserta program kreativitas. Beliau mengungkapkan bahwa : “Jam pemebelajarannya saya rasa kurang mas untuk pelatihan yang agak sulit untuk diselesaikan disini” Faktor penghambat lain menurut Ibu “N” selaku peserta program kreativitas. Beliau mengungkapkan bahwa : “Yo paling seperti ini mas, kita pembelajarannya disini dulu karena aula baru dipakai” Faktor penghambat lain menurut Ibu “OC” selaku peserta program kreativitas. Beliau mengungkapkan bahwa : “Ehmm paling kalau seperti ini kan tempatnya kurang luas menampung banyak peserta seperti ini” Berdasarkan hasil wawancara tersebut dapat diketahui bahwa faktor penghambat dalam pemberdayaan masyarakat melalui program kreativitas di Rumah Belajar Modern menurut pengelola yaitu faktor tempat yaitu ruang aula masih digunakan untuk menyimpan barang-barang sehingga harus menggunakan ruang lain dan hal tersebut diperjelas oleh salah satu staf bahwa tempat yang digunakan sebagai tempat pembelajaran sekarang ini masih menggunakan ruang baca. Faktor penghambat lain yang dirasakakan oleh peserta adalah mengenai kurangnya jam pelatihan apabila terdapat materi yang sulit sehingga para peserta belum sempat menyelesaikan dan harus meneruskan di rumah. Selain itu keadaan ruang pembelajaran juga dirasa peserta kurang luas karena memang tempat pembelajaran utama yaitu ruang aula masih digunakan. 83
C. Pembahasan 1. Pemberdayaan Masyarakat Melalui Program Kreativitas di Rumah Belajar Modern Rumah Belajar Modern (RBM) yang berdiri di Desa Bangunharjo Sewon Bantul merupakan sebuah bentuk pengembangan dari layanan perpustakaan. Pemberdayaan masyarakat yang dilakukan oleh Rumah Belajar Modern melalui program layanan yang dimilikinya. Salah satu program pemberdayaan masyarakat tersebut adalah program kreativitas. Penyelenggaraan program kreativitas dilatarbelakangi oleh faktor bahwa Rumah Belajar Modern merupakan sebuah perpustakaan, maka dari itu dibutuhkan partisipasi masyarakat didalamnya. Faktor lain yang melatarbelakangi adalah Desa Bangunharjo sebagai wilayah industri rumahan. Adanya industri rumahan di sekitar wilayah RBM membuat pengelola berusaha memaksimalkan potensi yang ada dengan mengajak masyarakat untuk meningkatkan keterampilan yang dimiliki. Diharapkan nantinya masyarakat mampu menerapkan dan melakukannya sendiri dengan membuat sebuah home industri. Keadaan masyarakat yang masih memiliki keterampilan rendah tentu perlu diberdayakan maka diselenggarakan suatu program untuk meningkatkan keterampilan mereka. Pemberdayaan masyarakat melalui program kreativitas sesuai dengan yang diungkapkan oleh Ambar Teguh (2004: 83) bahwa proses belajar dalam pemberdayaan
masyarakat
berlangsung
secara
bertahap.
Tahap-tahap
pemberdayaan melalui program kreativitas seperti yang dirincikan Azis dalam Alfitri (2011: 26), tahap tersebut meliputi : 1) Tahap pertama, membantu 84
masyarakat dalam menemukan masalahnya 2) Tahap kedua, melakukan analisis terhadap permasalahan secara mandiri. 3) Tahap ketiga, menentukan skala prioritas masalah, dalam arti memilah dan memilih masalah yang paling mendesak untuk diselesaikan. 4) Tahap keempat, mencari penyelesaian masalah yang sedang dihadapi, antara lain dengan pendekatan sosio kultural yang ada dalam masyarakat. 5) Tahap kelima, melaksanakan tindakan nyata untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi. 6) Tahap keenam, mengevaluasi seluruh rangkaian dan proses pemberdayaan itu untuk dinilai sejauh mana keberhasilan dan kegagalannya. Tahap pertama yang dilakukan oleh Rumah Belajar Modern yaitu membantu masyarakat dalam menemukan masalahnya. Dalam hal ini pihak pengelola berusaha membantu masyarakat dengan melakukan pertemuan dengan para dukuh yang ada di Desa Bangunharjo Sewon Bantul. Pertemuan tersebut melibatkan elemen-elemen penting dalam masyarakat yakni lurah maupun dukuh sebagai pihak yang mengerti kondisi masyarakatnya. Dengan adanya pertemuan tersebut pihak pengelola maupun pejabat pemerintah desa menguraikan tentang permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat dan berusaha mengatasi permasalahan tersebut bersama-sama. Pihak pengelola memberikan gambaran mengenai program-program yang dimiliki oleh RBM dapat membantu mengatasi permasalahan yang ada di masyarakat. Pihak pengelola melakukan hal tersebut guna merangsang kesadaran masyarakat akan pentingnya meningkatkan kapasitas diri.
85
Tahap kedua dan ketiga yaitu melakukan analisis terhadap permasalahan secara mandiri serta penentuan skala prioritas masalah yang paling mendesak untuk diselesaikan. Setelah diadakannya pertemuan dengan pejabat pemerintah desa, pihak pengelola melakukan analisis permasalahan yang ada di Desa Bangunharjo Sewon Bantul bersama dengan tim dari pengelola Rumah Belajar Modern. Kegiatan analisis perlu dilakukan oleh pihak pengelola sebagai acuan untuk menentukan masalah yang mana perlu diselesaikan terlebih dahulu dengan program apa yang paling tepat untuk diberikan kepada masyarakat. Tahap keempat yaitu mencari penyelesaian masalah yang sedang dihadapi, antara lain dengan pendekatan sosio kultural yang ada dalam masyarakat. Program yang akan diberikan kepada masyarakat tentunya mempertimbangkan aspek sosial dan budaya yang dimiliki oleh masyarakat setempat. Program tersebut disesuaikan dengan kondisi masyarakat yang akan menjadi sasaran program agar dapat dikembangkan
potensinya
dengan
baik.
Masyarakat
akan
memperoleh
pengetahuan melalui berbagai interaksinya dengan Rumah Belajar Modern. Tahap kelima yaitu melaksanakan tindakan nyata untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi. Bentuk tindakan nyata yang dilakukan oleh Rumah Belajar Modern melalui program kreativitas yang melihat kebutuhan masyarakat. Program kreativitas yang intinya bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan taraf hidup masyarakat tentunya sesuai dengan tahap kelima ini. Rumah Belajar Modern menempatkan masyarakat sebagai subjek pemberdayaan dengan begitu masyarakat dilibatkan dalam perencanaan program kreativitas yang akan dilakukan. 86
Tahap keenam yaitu mengevaluasi seluruh rangkaian dan proses pemberdayaan itu untuk dinilai sejauh mana keberhasilan dan kegagalannya. Pada tahap ini pihak pengelola akan mengkaji sejauh mana keberhasilan program kreativitas yang telah diselenggarakan dengan melihat seluruh aspek. Aspek yang dinilai oleh pihak pengelola dari pembelajaran yang dilakukan seperti apa tingkat keberhasilannya maupun kegagalannya. Perencanaan merupakan tahap awal dalam program kreativitas yang ada di Rumah Belajar Modern. Program kreativitas tersebut melihat apa yang menjadi kebutuhan masyarakat sebagai sasaran program dan juga potensi masyarakat sekitar. Perencanaan program kreativitas di Rumah Belajar Modern melibatkan berbagai pihak yang terkait seperti instansi pemerintah desa setempat dan juga masyarakat itu sendiri. Hal tersebut perlu dilakukan agar dalam merencanakan sebuah program dapat tepat sasaran sesuai dengan kebutuhan mereka. Terdapat beberapa tahapan dalam merencanakan program kreativitas yang ada di Rumah Belajar Modern yaitu : (1) Identifikasi kebutuhan : Identifikasi kebutuhan bertujuan untuk mengetahui apa saja yang menjadi kebutuhan dari masyarakat sebagai penerima program. Proses identifikasi kebutuhan dengan melihat potensi dari masyarakat sekitar dan juga memperhatikan pertimbangan dari tokoh masyarakat. (2) Penentuan tujuan : Merencanakan sebuah program diperlukan adanya tujuan. Hal tersebut supaya program dapat terarah dengan baik dan mempunyai tujuan yang hendak dicapai. Tujuan program kreativitas di Rumah Belajar Modern yaitu untuk meningkatkan minat baca masyarakat, meningkatkan taraf hidup masyarakat, dan pemberdayaan buku (3) Penentuan 87
sasaran : sasaran yang telah ditentukan dengan jelas maka program pemberdayaan dapat berjalan dengan baik. Sasaran program kreativitas lebih difokuskan kepada ibu-ibu rumah tangga karena mereka lebih mempunyai waktu luang untuk mengikuti program. (4) Penentuan tema kegiatan : pihak pengelola menentukan apa saja yang menjadi tema kegiatan yang akan dilakukan dengan begitu program kreativitas sudah terplot dengan baik dan nantinya tutor hanya memberikan materi sesuai dengan tema yang telah ditentukan. (5) Penentuan tutor : tutor sangat berperan dalam keberhasilan program kreativitas yang ada di Rumah Belajar Modern, tutor haruslah merupakan orang yang ahli dibidangnya dan mempunyai kemampuan untuk menyampaikan materi kepada peserta dengan baik. Tutor tidak hanya memiliki kemampuan menyampaikan materi pelatihan tetapi juga mampu mendorong peserta untuk menerapkan ilmu yang diperoleh dalam kehidupan sehari-hari. (6) Sosialisasi : sosialisasi perlu dilakukan agar masyarakat dapat mengetahui adanya program kreativitas yang diselenggarakan oleh Rumah Belajar Modern. Sosialisasi dilakukan melalui pertemuan dengan dukuh, melalui media massa seperti koran, dan media massa yang lain. (7) Pengadaan Sarana Pelatihan : sarana atau fasilitas pemberdayaan masyarakat melalui program kreativitas perlu dipersiapkan untuk menunjang pelaksanaan pelatihan. Sarana atau fasilitas meliputi alat dan bahan yang digunakan dalam pelatihan dengan didukung oleh peralatan seperti laptop, screen, mic, tape recorder, dan juga speaker. Pemberdayaan masyarakat melalui program kreativitas dilakukan melalui berbagai jenis kegiatan pelatihan. Pelatihan tersebut lebih berfokus kepada
88
peningkatan keterampilan masyarakat, sehingga masyarakat nantinya mampu menerapkan ilmu yang diperoleh selama pelatihan. Pelaksanaan pemberdayaan masyarakat melalui program kreativitas yang dilaksanakan di Rumah Belajar Modern, waktu pembelajarannya ditetapkan pada hari jumat sesuai dengan kesepakatan antara pengelola dan juga peserta. Waktu yang sudah disesuaikan dan disepakati bersama tersebut tentunya membuat para peserta dapat menghadiri pelatihan yang dilakukan. Pemberian keterampilan melalui pelatihan kreativitas menjadi materi tutor yang diajarkan kepada peserta di Rumah Belajar Modern. Materi tersebut diajarkan melalui metode tanya jawab, ceramah, dan juga praktek langsung. Para peserta dapat belajar dan mengembangkan keterampilan yang dimiliki sehingga dapat menerapkan ilmu yang diperoleh. Hasil pembelajaran dari program kreativitas mampu diterapkan peserta menjadi berbagai macam kreasi seperti kreasi flanel, kreasi tanaman hidrogel, membatik, maupun merajut. Evaluasi dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui keberhasilan program kreativitas, apakah program tersebut sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Evaluasi juga bertujuan untuk mengetahui kendala-kendala yang dihadapi peserta ketika pelatihan berlangsung. Evaluasi dalam kegiatan kreativitas ini dilakukan ketika sesi pelatihan berakhir. Tutor dan juga pengelola memberikan kesempatan kepada peserta untuk memaparkan kesulitan yang mereka alami ketika pelatihan dilaksanakan. Kemudian tutor maupun pengelola akan memberikan jawaban atau mengenai permasalahan yang dialami peserta. Melalui evaluasi yang dilakukan setelah selesai pelatihan tentunya sebagai langkah untuk 89
memperbaikinya pada pelatihan selanjutnya. Evaluasi secara keseluruhan dilakukan oleh pengelola pada akhir tahun untuk menilai setiap kegiatan pelatihan yang dilakukan. Pihak pengelola juga akan membuat suatu wadah atau komunitas bagi para peserta yang berguna untuk menampung hasil-hasil kreasi dari peserta. Upaya lain juga dilakukan oleh pengelola adalah adanya kerjasama dengan lembaga mitra yang mampu menyalurkan hasil kreasi peserta. Tutor dari program kreativitas juga berusaha membantu para peserta dengan memilih kreasi terbaik untuk dipasarkan. 2. Hasil Pemberdayaan Masyarakat Melalui Program Kreativitas di Rumah Belajar Modern Pemberdayaan
masyarakat
melalui
program
kreativitas
dapat
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan sehingga dapat menciptakan individu yang terampil, mandiri, serta mempunyai wawasan agar dapat meningkatkan taraf hidup mereka. Menurut Ambar Teguh (2004: 80) tujuan yang ingin dicapai dalam pemberdayaan adalah untuk membentuk individu dan masyarakat menjadi madiri. Hal tersebut sesuai dengan tujuan program kreativitas yang diselenggarakan di Rumah Belajar Modern yaitu meningkatkan keterampilan masyarakat dan meningkatkan taraf hidup masyarakat. Hasil dari pemberdayaan melalui program kreativitas yang diikuti oleh para peserta adalah adanya peningkatan keterampilan yang mereka rasakan dan juga mereka mampu mengaplikasikan ilmu mereka di rumah. Para peserta yang telah menerapkan ilmu yang mereka peroleh dapat berinovasi sendiri di rumah dengan membuat berbagai macam kreasi seperti tas 90
rajut, kreasi dari kain flanel yang dapat dibuat menjadi baju, sepatu rajut dan sebagainya. Sehingga adanya program kreativitas tersebut dapat menciptakan masyarakat terampil dan mandiri. Program kreativitas yang diikuti oleh ibu-ibu rumah tangga sekarang bisa mengisi waktu luang di rumah dengan membuat berbagai macam kreasi sehingga bisa menjadi pelaku usaha dengan membuka industri rumahan sendiri. Dari kreasi tersebut diharapkan meningkatkan taraf hidup mereka serta membantu meningkatkan perekonomian keluarga. Para peserta jadi lebih berdaya dengan keterampilan mereka dan mempunyai tambahan penghasilan sendiri sehingga mampu menambah pendapatan keluarga. Program kreativitas yang dilaksanakan di Rumah Belajar Modern telah memberikan hasil yang nyata bagi para peserta yang mengikutinya. Dari hasil penelitian diketahui bahwa hasil dari program kreativitas adalah : Para peserta program kreativitas merasakan adanya peningkatan pengetahuan dan juga keterampilan yang dimiliki. Hal tersebut dibuktikan melalui para peserta mampu mengaplikasikan ilmu yang diperoleh dari program kreativitas. Para peserta program kreativitas dengan bekal ilmu yang diperoleh menerapkannya dengan membuat berbagai macam kreasi seperti kreasi kain flanel, tas rajut, dan sebagainya. Program kreativitas mampu mendorong semangat peserta pelatihan di Desa Bangunharjo yang mayoritas sebagai ibu rumah tangga untuk lebih maju. Semangat tersebut dibuktikan dengan adanya peserta yang menjadi pelaku
91
usaha. Hal tersebut tentunya bermanfaat untuk meningkatkan taraf hidup mereka. Program kreativitas mampu meningkatkan taraf hidup peserta, dapat dilihat dari sebagian peserta yang telah lama mengikuti kegiatan di Rumah Belajar Modern mempunyai kegiatan usaha, meskipun tidak keseluruhan peserta mengalami. Hasil program kreativitas di Rumah Belajar Modern dapat dilihat dari yang dilakukan oleh salah satu peserta menjadi pelaku usaha seperti berikut ini.
Gambar. 6 Peserta Program Kretivitas Menjadi Pelaku Usaha 3. Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat Pemberdayaan Masyarakat Melalui Program Kreativitas di Rumah Belajar Modern Pemberdayaan masyarakat melalui program kreativitas yang ada di Rumah Belajar Modern tentunya tidak terlepas dari adanya faktor pendukung maupun penghambat. Faktor pendukung
yang dirasakan oleh
pengelola selaku
penyelenggara kegiatan adalah adanya antusiasme maupun respon yang tinggi dari peserta terhadap kegiatan yang diselenggarakan. Sarana dan prasarana pelatihan 92
yang disediakan oleh Rumah Belajar Modern yang sangat memadai juga menjadi salah satu faktor pendukung kegiatan pelatihan. Selain itu terdapat juga mitra pendukung RBM yang membantu mengirimkan tutor untuk memberikan berbagai macam keterampilan kepada peserta pelatihan. Adapun faktor penghambat yang dirasakan oleh pengelola yaitu mengenai keadaan ruang aula untuk kegiatan pelatihan yang masih digunakan untuk menyimpan barang-barang sehingga kurang bisa menampung dengan baik para peserta jika kegiatan dilakukan di ruang baca. Faktor penghambat lain yang dirasakan oleh peserta yaitu mengenai jam pembelajaran yang kurang sehingga kalau terdapat materi yang sedikit sulit, para peserta belum sempat menyelesaikan sehingga harus dilanjut di Rumah.
93
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan uraian dari hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : Pemberdayaan masyarakat melalui program kreativitas di Rumah Belajar Modern di Rumah Belajar Modern meliputi beberapa tahapan yaitu tahap perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. (a) Tahap perencanaan diawali dengan proses identifikasi kebutuhan, penentuan tujuan, penentuan sasaran, penentuan tema kegiatan, penentuan tutor, sosialisasi, dan pengadaan sarana pelatihan. (b) Tahap pelaksanaan program kreativitas : program kreativitas yang dilakukan waktu pembelajarannya sudah disepakati bersama antara pengelola dan masyarakat, metode pembelajaran yang digunakan adalah ceramah, tanya jawab, dan praktek langsung,
program kreativitas dilakukan melalui berbagai jenis
pelatihan diantaranya pelatihan kreasi kain flanel, pelatihan merajut, pelatihan hidrogel, pelatihana membatik, dan sebagainya. (c) Tahap evaluasi dilakukan dengan dua metode yaitu evaluasi setiap pelatihan oleh tutor pemberi materi dan evaluasi keseluruhan pelatihan oleh pengelola. Hasil yang dicapai dari pemberdayaan masyarakat melalui program kreativitas
di
Rumah
Belajar
Modern
adalah
masyarakat
meningkat
keterampilannya dan mampu menerapkan keterampilan tersebut ke dalam kehidupan sehari-hari. Para peserta yang telah menerapkan ilmu yang mereka peroleh dapat berinovasi sendiri di rumah dengan membuat berbagai macam 94
kreasi seperti tas rajut, kreasi dari kain flanel yang dapat dibuat menjadi baju, sepatu rajut dan sebagainya. Sehingga adanya program kreativitas tersebut dapat menciptakan masyarakat terampil dan mandiri. Program kreativitas mampu mendorong peserta menjadi pelaku usaha yang berguna untuk meningkatkan taraf hidup mereka. Faktor pendukung dan penghambat pemberdayaan masyarakat melalui program kreativitas di Rumah Belajar Modern yaitu faktor pendukung yang dirasakan oleh pengelola selaku penyelenggara kegiatan adalah adanya antusiasme maupun respon yang tinggi dari peserta terhadap kegiatan yang diselenggarakan. Sarana dan prasarana pelatihan yang disediakan oleh Rumah Belajar Modern yang sangat memadai juga menjadi salah satu faktor pendukung kegiatan pelatihan. Selain itu terdapat juga mitra pendukung RBM yang membantu mengirimkan tutor untuk memberikan berbagai macam keterampilan kepada peserta pelatihan. Adapun faktor penghambat yang dirasakan oleh pengelola yaitu mengenai keadaan ruang aula untuk kegiatan pelatihan yang masih digunakan untuk menyimpan barang-barang sehingga kurang bisa menampung dengan baik para peserta jika kegiatan dilakukan di ruang baca. Faktor penghambat lain yang dirasakan oleh peserta yaitu mengenai jam pembelajaran yang kurang sehingga kalau terdapat materi yang sedikit sulit, para peserta belum sempat menyelesaikan sehingga harus dilanjut di rumah.
95
B. Saran Setelah melakukan penelitian terhadap pemberdayaan masyarakat melalui program kreativitas di Rumah Belajar Modern Desa Banungharjo Sewon Bantul, maka ada beberapa saran yang peneliti ajukan, yaitu sebagai berikut : 1. Pelaksanaan jam pembelajaran yang oleh peserta dirasa kurang jika mendapatkan materi yang sedikit sulit, maka pelaksanaan program harus ditambah waktunya sampai peserta benar-benar dapat menyelesaikan pelatihan di tempat. 2. Hasil dari program kreativitas yang diselenggarakan oleh Rumah Belajar Modern perlu ditindaklanjuti dengan membuat sebuah wadah untuk menampung hasil dari kreasi peserta, sehingga para peserta keseluruhan dapat lebih berdaya. 3. Mengatasi faktor penghambat keadaan ruang aula untuk kegiatan pelatihan yang masih digunakan untuk menyimpan barang-barang sehingga kurang bisa menampung dengan baik maka perlu dilakukan penataan ulang. Sehingga peserta dapat lebih nyaman dalam mendengarkan materi.
96
DAFTAR PUSTAKA
Alfitri. (2011). Community Development : Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Alifuddin, Moh. (2011). Kebijakan Pendidikan Nonformal : Teori, Aplikasi, dan Implikasi. Jakarta: MAGNAScript Publishing. Arikunto, Suharsimi & Cepi Safruddin. (2014). Evaluasi Program Pendidikan (Pedoman Teoritis Bagi Mahasiswa dan Praktisi Pendidikan). Jakarta: Bumi Aksara. Gunawan, Imam. (2013). Metode Penelitian Kualitatif : Teori dan Praktik. Jakarta: Bumi Aksara. Hasbullah. (2011). Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Karding, Abdul Kadir. (2008). Evaluasi Pelaksanaan Program Bantuan Operasional Sekolah (BOS) SMP Negeri di Kota Semarang. Tesis. FISIP Diponegoro Semarang. Kuntari, Sri. (2009). Strategi Pemberdayaan (Quality Growth) Melawan Kemiskinan. Yogyakarta: B2P3KS PRESS. Mardikanto, Totok., dan Soebianto, Poerwoko. (2015). Pemberdayaan Masyarakat Dalam Perspektif Kebijakan Publik. Bandung: Alfabeta. Miles, Mathew B. A, Michael Huberman, Saldana. (2014). Analisis Data Kualitatif. Penerjemah Tjetjep Rohendi Rohidi. UI Press. Jakarta. Moleong, Lexy J. (2009). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya. NS, Sutarno. (2006). Perpustakaan dan Masyarakat. Jakarta: Sagung Seto. Rohman, Arif. (2009). Memahami Pendidikan dan Ilmu Pendidikan. Yogayakarta: Laksbang Mediatama. Rusmiyati, Chatarina. (2011). Pemberdayaan Remaja Putus Sekolah. Yogyakarta: B2P3KS PRESS.
97
Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Kombinasi (Mixed Methods). Bandung: Alfabeta. Suharto, Edi. (2005). Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat : Kajian Strategis Pembangunan Kesejahteraan Sosial & Pekerjaan Sosial. Bandung: Refika Aditama. Sulistyani, Ambar Teguh. (2004). Kemitraan dan Model-Model Pemberdayaan. Yogyakarta: Gava Media. Suwarno, Wiji. (2010). Ilmu Perpustakaan & Kode Etik Pustakawan. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media. Suwarno, Wiji. (2014). Dasar-Dasar Ilmu Perpustakaan : Sebuah Pendekatan Praktis. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media. Tricahyono, Sunit Agus. (2008). Pemberdayaan Komunitas Terpencil di Provinsi NTT. Yogyakarta: B2P3KS. Yusuf, Farida. (2000). Evaluasi Program. Jakarta : Rineka Cipta.
98
LAMPIRAN
99
Lampiran 1. Pedoman Observasi PEDOMAN OBSERVASI No.
Aspek yang Diamati
A.
Pemberdayaan masyarakat melalui program kreativitas di Rumah Belajar Modern Tahap Persiapan RBM membuat daftar perempuan peserta program
1.
Hasil Pengamatan Ya Tidak
Melakukan Sosialisasi kepada peserta program Melakukan pemetaan terhadap jenis keterampilan Persiapan sarana dan prasarana untuk pelatihan dan kegiatan usaha 2.
Tahap Pelaksanaan Melakukan layanan program kraetivitas dengan pemberian materi
3.
Memberikan pelatihan keterampilan dengan praktek langsung RBM membuat catatan kegiatan Melakukan pembimbingan, baik dalam proses pembelajaran dan pelatihan Tahap Evaluasi Melakukan fungsi kontrol kegiatan RBM melakukan evaluasi 100
Keterangan
RBM menyusun laporan B.
1.
2.
3. C.
1. 2.
Hasil pemberdayaan masyarakat melalui Program Kreativitas Apakah terjadi peningkatan keterampilan dari peserta pelatihan Bagaimana perkembangan penerapan ilmu yang diperoleh Apakah terjadi peningkatan taraf hidup masyarakat Faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan pemberdayaan Adanya faktor yang mendukung program Ada faktor yang menghambat program
101
Lampiran 2. Pedoman Wawancara Pengelola RBM
PEDOMAN WAWANCARA I.
II.
Identitas diri 1. Nama Diri
:
2. Jabatan di RBM
:
Pertanyaan penelitian mengenai pemberdayaan masyarakat melalui program kreativitas di Rumah Belajar Modern ? 1. Bagaimana perencanaan pemberdayaan masyarakat melalui program kreativitas di Rumah Belajar Modern ? 2. Bagaimana pelaksanaan pemberdayaan masyarakat melalui program kreativitas di Rumah Belajar Modern ? 3. Bagaimana evaluasi pemberdayaan masyarakat melalui program kreativitas di Rumah Belajar Modern ? 4. Siapa saja yang terlibat dalam evaluasi program pemberdayaan masyarakat melalui program kreativitas di Rumah Belajar Modern?
III.
Pertanyaan
penelitian
mengenai
hasil
pelaksanaan
pemberdayaan
pemberdayaan masyarakat melalui program kreativitas di Rumah Belajar Modern? 1. Apa hasil yang dirasakan oleh RBM dengan adanya program kreativitas ini? 2. Adakah peningkatan keterampilan peserta setelah mengikuti program kreativitas di Rumah Belajar Modern?
102
3. Menurut anda, apakah program kreativitas mampu meningkatkan kualitas sumber daya manusia? 4. Bagaimana hasil yang dicapai dari penyelenggaraan program kreativitas di Rumah Belajar Modern? 5. Apakah hasil yang dicapai sesuai dengan program yang telah direncanakan sebelumnya? 6. Apakah output dari program kreativitas mampu menciptakan berbagai macam produk sendiri setelah mengikuti program? 7. Menurut anda, apakah output dari program kreativitas dapat meningkat pendapatannya? IV.
Pertanyaan
penelitian
mengenai
faktor
pendukung
dan
penghambat
pelaksanaan pemberdayaan masyarakat melalui program kreativitas di Rumah Belajar Modern? 1. Faktor pendukung apa saja dalam pemberdayaan masyarakat melalui program kreativitas di Rumah Belajar Modern? 2. Faktor penghambat apa saja dalam pemberdayaan masyarakat melalui program kreativitas di Rumah Belajar Modern? 3. Bagaimana langkah RBM untuk mengatasi faktor penghambat yang ada dalam program tersebut ?
103
Lampiran 3. Pedoman Wawancara Pendidik/Tutor PKH
PEDOMAN WAWANCARA
I.
II.
Identitas diri 1. Nama Diri
:
2. Pekerjaan
:
3. Usia
:
4. Alamat
:
Pertanyaan penelitian mengenai pemberdayaan masyarakat melalui program kreativitas di Rumah Belajar Modern? 1. Bagaimana tahapan perencanaan pelatihan untuk Program Kreativitas di Rumah Belajar Modern ? 2. Bagaimana pelaksanaan pelatihan yang telah dilakukan agar tujuan dari program pemberdayaan ini dapat tercapai? 3. Apa saja fasilitas yang disediakan oleh Rumah Belajar Modern dalam menyelenggarakan program kreativitas ? 4. Bagaimana keadaan ruang belajar yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran kreativitas ? 5. Apa saja sumber belajar yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran kreativitas ? 6. Apa media yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran pendidikan kreativitas ? 104
7. Apakah ada metode yang digunakan dalam pelaksanaan program kreativitas ? Seperti apakah metode tersebut? 8. Apa materi yang anda berikan dalam kegiatan pembelajaran kreativitas ? 9. Menurut anda, apakah semua fasilitas yang dimiliki oleh Rumah Belajar Modern sudah cukup memadai untuk menyelenggarakan program kreativitas tersebut? 10. Apakah fasilitas di Rumah Belajar Modern mendukung anda dalam memberikan materi pelatihan? 11. Bagaimana evaluasi pelatihan yang dilakukan dalam program kreativitas ? III.
Pertanyaan penelitian mengenai hasil pelaksanaan pemberdayaan masyarakat melalui program kreativitas di Rumah Belajar Modern? 1. Pelatihan apa yang digunakan untuk meningkatkan keterampilan peserta melalui pemberdayaan masyarakat melalui program kreativitas di Rumah Belajar Modern? 2. Bagaimana partisipasi peserta program dalam pelatihan yang Anda lakukan? 3. Adakah peningkatan keterampilan masyarakat setelah adanya program krreativitas ? 4. Menurut anda, apakah program kreativitas mampu meningkatkan kualitas sumber daya manusia? 5. Apakah output dari program kreativitas berhasil sesuai dengan tujuan yang telah direncanakan? Apa yang menjadi penyebabnya? 6. Apakah program kreativitas mampu meningkatkan keterampilan yang dimiliki peserta? 105
7. Apakah output dari program kreativitas mampu menciptakan berbagai macam produk sendiri setelah mengikuti program? 8. Apakah output dari program kreativitas mampu bersaing dengan dunia kerja? 9. Menurut anda, apakah output dari program kreativitas dapat meningkat pendapatannya? 10. Apa kendala yang Anda hadapi dalam melaksanakan pelatihan program kreativitas? IV.
Pertanyaan
penelitian
mengenai
faktor
pendukung
dan
penghambat
pelaksanaan pemberdayaan masyarakat melalui program kreativitas di Rumah Belajar Modern? 1. Faktor pendukung apa saja dalam pemberdayaan masyarakat melalui program kreativitas di Rumah Belajar Modern ? 2. Faktor penghambat apa saja dalam pemberdayaan masyaraakt mellaui program kreativitas di Rumah Belajar Modern ? 3. Bagaimana strategi yang Anda lakukan selaku tutor untuk mengatasi faktor penghambat yang ada dalam program kreativitas ?
106
Lampiran 4. Pedoman Wawancara Peserta Program
PEDOMAN WAWANCARA
I.
II.
Identitas diri 1. Nama Diri
:
2. Pekerjaan
:
3. Usia
:
4. Alamat
:
Pertanyaan Penelitian 1. Apa motivasi anda mengikuti program kreativitas yang diselenggarakan di Rumah Belajar Modern ini ? Bisa anda berikan alasannya ! 2. Sudah berapa kali anda mengikuti program kreativitas di Rumah Belajar Modern ? 3. Apakah program kreativitas di Rumah Belajar Modern sudah sesuai dengan kebutuhan yang anda rasakan dan masyarakat lainnya? 4. Bagaimana bentuk sosialisasi program kreativitas yang dilakukan oleh Rumah Belajar Modern ? 5. Apakah anda dikenakan biaya untuk mengikuti program kreativitas di Rumah Belajar Modern ? 6. Berapa jumlah peserta program kreativitas di Rumah Belajar Modern ? 7. Siapa yang menjadi tutor dalam program kreativitas di Rumah Belajar Modern ? 8. Menurut anda, apakah jumlah dan kualitas tutor sudah mencukupi untuk memberikan materi kegiatan pelatihan ? Berikan alasannya ! 9. Bagaimana alokasi waktu kegiatan pelatihan?
107
10. Bagaimana urutan langkah-langkah pelaksanaan program kreativitas yang ada di Rumah Belajar Modern ? 11. Apa metode yang digunakan dalam program kreativitas tersebut ? 12. Apa saja materi yang disampaikan oleh tutor dalam program kreativitas ? 13. Apa saja sumber belajar yang digunakan dalam program kreativitas ? 14. Apa media yang digunakan dalam menyampaikan kegiatan pembelajaran? 15. Berapa lama pelaksanaan program kreativitas di Rumah Belajar Modern berlangsung ? 16. Apa saja fasilitas yang disediakan oleh Rumah Belajar Modern dalam menjalankan kegiatan pelatihan ? 17. Bagaimana kondisi ruangan untuk pelaksanaan pelatihan ? 18. Menurut anda, apakah semua fasilitas yang dimiliki oleh Rumah Belajar Modern sudah cukup memadai ? 19. Bagaimana bentuk evaluasi dari pelatihan di Rumah Belajar Modern ? 20. Apakah ada perbedaan pada diri anda sebelum dan sesudah mengikuti program kreativitas di Rumah Belajar Modern ? Berikanlah contohnya ! 21. Apakah anda mampu bersaing untuk mengisi lowongan pekerjaan setelah mengikuti program kreativitas di Rumah Belajar Modern ? 22. Apakah keterampilan yang anda miliki meningkat setelah mengikuti pelatihan ? 23. Apakah anda mampu menciptakan berbagai macam produk sendiri setelah mengikuti program kreativitas ? 24. Adakah peningkatan pendapatan setelah anda mengikuti pelatihan dan mempraktekan sendiri di rumah ? 25. Apa manfaat yang anda peroleh dengan mengikuti kegiatan pendidikan kecakapan hidup tersebut ? 26. Harapan apa yang anda inginkan setelah mengikuti program pendidikan kecakapan hidup ini ? 27. Faktor pendukung apa saja yang ada dalam program kreativitas di RBM ? 28. Faktor penghambat apa saja yang ada dalam program kreativitas di RBM ? 108
Lampiran 5. Pedoman Dokumentasi
PEDOMAN DOKUMENTASI
A. Melalui Arsip Tertulis 1. Sejarah Berdirinya Rumah Belajar Modern 2. Visi dan Misi berdirinya Rumah Belajar Modern 3. Program-program di Rumah Belajar Modern 4. Arsip data pengelola (struktur pengelola) Rumah Belajar Modern 5. Arsip data warga masyarakat (peserta kegiatan) pendidikan kecakapan hidup di Rumah Belajar Modern
B. Foto 1. Gedung bangunan Rumah Belajar Modern 2. Fasilitas yang dimiliki Rumah Belajar Modern 3. Kegiatan program kreativitas di Rumah Belajar Modern
109
Lampiran 6. Reduksi Display Data dan Kesimpulan Hasil Wawancara
ANALISIS DATA (Reduksi , Penyajian dan Kesimpulan) Hasil Wawancara Pemberdayaan Masyarakat Melalui Program Kreativitas Di Rumah Belajar Modern Desa Bangunharjo Sewon Bantul 1. Bagaimana pemberdayaan masyarakat melalui program kreativitas di Rumah Belajar Modern Desa Bangunharjo Sewon Bantul ? a. Bagaimana perencanaan pemberdayaan masyarakat melalui program kreativitas ? Ibu SA
: “untuk sosialisasi ke masyarakat, kita pertama juga melalui brosur ya, dan juga ada misalnya kita sosialisasi ke kelurahan karena kita kan dekat kelurahan, kita ke kelurahan sosialisasi program, terutama program kreativitas tadi yang kita laksanakan di awal tahun kemarin, dan di awal tahun ini mungkin saya akan kesana lagi. Jadi, di kelurahan itu setiap hari senin ada pertemuan dukuh satu kelurahan, kebetulan di Bangunharjo itu ada 18 dukuh, dari 18 dukuh itu kita sosialisasi ini lho RBM itu punya program seperti ini, ada kegiatan kreativitas yang diadakan setiap bulan”
Ibu A
: “ini kan dari mana-mana ada kan mas, itu ada pengumuman, sebelum pelatihan ini ada pengumuman di balai-balai dari pihak RBM, dari sana juga ada mas sebelah sana grojogan itu juga ada, ibu-ibu pkk kemarin ada, lewat pengumuman-pengumuman di balai, jadi kalau orang aktif di balai otomatis tahu”
Ibu H
: “itu kalau dulu saya pertama main disini, itu cuma nganter anak saya terus dari petugas itu saya dikasih tahu, kalau disini bukan cuma untuk anak-anak saja, tapi ya ibu-ibunya juga bisa mengikuti salah satu programnya RBM itu apa pelatihan kreativitas” 110
Ibu LQS
: “ini ditempel di pengumuman, kalau pas pinjem di RBM dikasih tahu, terus kalau nggak di per dukuh dikasih suarat kalau ada kegiatan”
Ibu N
: “biasanya lewat, bapak dukuh bapak dukuh itu ya, terus nanti kan nanti dari kelurahan, nganu bapak dukuh itu, kadang ka nada papan yang ada di depan itu biasanya”
Ibu OC
: “kalau saya kebetulan kan, setiap seminggu sekali tuh pinjam buku ke sini, jadi nanti kan dari sini ada infonya, oh untuk nanti tanggal sekian hari ini, ada kegiatan seperti ini gitu”
Kesimpulan
: Sosialisasi yang dilakukan oleh RBM dilakukan melalui berbagai cara yaitu melalui sosialisasi kepada bapak dukuh di kelurahan untuk disampaikan kepada masyarakat, melalui pengumuman yang ditempel, melalui brosur, serta pemberitahuan secara lisan kepada masyarakat yang berkunjung ke RBM.
b. Bagaimana pelaksanaan pemberdayaan masyarakat melalui program kreativitas ? Ibu SA
: “pemberdayaan masyarakat kita lakukan melalui kegiatan kreativitas dengan begitu dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat”
Ibu DN
: “kegiatan pelatihan di Rumah Belajar Modern tidak hanya satu jenis kegiatan saja mas, tetapi ada beberapa jenis pelatihan, yaitu pelatihan kreasi kain flanel, pelatihan pembuatan sepatu rajut, pelatihan pembuatan tanaman hidrogel, dan pelatihan membatik”
Bapak NU
: “kelebihan hidrogel, selain tampilannya indah berwarna-warni, juga praktis, dapat disiram sebulan sekali mas, terhindar dari hama tanah, cocok untuk tanaman di dalam ruangan seperti ruang tamu atau meja kerja”. 111
Ibu K
: “kegiatan merajut di RBM Sewon dilakukan oleh ibu rumah tangga, tapi disini para remaja dan kalangan dewasa lainnya bisa bergabung juga agar bisa terampil dan kreatif”
Kesimpulan
: Pelaksanaan program kreativitas dilakukan bentuk pelatihan. Pelatihan
ini
meliputi
dalam
pelatihan
kreasi kain flanel, pelatihan pembuatan sepatu rajut, pelatihan pembuatan
tanaman
hidrogel,
dan
pelatihan membatik. c. Bagaimana
evaluasi
pemberdayaan
masyarakat
melalui
program
kreativitas ? Ibu SA
: “Jadi evaluasinya nanti itu juga dari materinya, instrukturnya, dari pesertanya itu juga kita evaluasi sih mas setiap kegiatan di akhir tahun kita evaluasi, oh ternyata kegiatan ini misalnya pesertanya kurang karena memang membutuhkan ketelitian, terus instrukturnya sudah bagus tetapi pesertanya masih kesulitan apa, itu nanti tetap kita evaluasi dan kalau nanti memang itu masih perlu dilanjutkan di tahap kedua kita adakan lagi, misalnya kaya membatik itu tidak mungkin sekali pertemuan kan, coba dua kali”.
Ibu A
: “jadi ditanyakan mas yang kemarin ditanyakan, ini kan, mungkin sekarang batik besok kan batik lagi mungkin ditanyakan lagi”
Ibu H
: “nanti kalau udah selesai tutor akan jelasin lagi materinya yang sudah diberikan”
Ibu LQS
: “ya kalau kesulitan nanti bisa tanya sama tutornya, sama tutornya nanti dikasih tau”
Ibu
: “evaluasinya dari bu ambar sama tutor, beliau-beliau yang jelasin lagi”
112
Ibu OC
: “kalau ada yang belum jelas kan ditanyakan dulu sampai jelas gitu lho, evaluasinya memang seperti itu”.
Kesimpulan
: Terdapat dua evaluasi yang dilakukan yaitu evaluasi terhadap pelatihan yang diberikan dilakukan oleh tutor dengan menjelaskan atau melakukan review materi yang telah diajarkan. Evaluasi kedua dilakukan oleh pengelola untuk merancang dan menyusun perbaikan kegiatan yang sedang berlangsung.
2. Apa hasil yang dicapai dari pelaksanaan pemberdayaan masyarakat melalui
program
kreativitas
di
Rumah
Belajar
Modern
Desa
Bangunharjo Sewon Bantul ? a. Adakah peningkatan keterampilan yang peserta rasakan setelah mengikuti program kreativitas di RBM ? Ibu SA
: “kalau peningkatan keterampilan pasti adalah ya mas, karena disini mereka diajarkan sesuatu yang benarbenar baru sehingga tentunya mampu sedikit demi sedikit menambah keterampilan mereka”
Ibu A
: “kalau keterampilan meningkat, ya sedikit-sedikit meningkatlah mas kemarin pas renda saya tidak tahu sekarang bisa praktek, jadi sekarang bisa membuat”
Ibu H
: “ya iyalah mas meningkat, dari tadinya tidak bisa membikin terus bisa membikin sesuatu”
Ibu LQS
: “ya, yang jelas ada peningkatan”
Ibu N
: “ya jelas ada peningkatan ya mas, kan kemarin waktu saya belum mengikuti kan belum tahu ya, misalkan bikin, bikin kue yang nastar itu kan kita belum tahu, kan disini dapat ilmu seperti itu, oh mengerti, caranya gitu-gitu seperti itu lho mas” 113
Ibu OC
: “ya jelas, kalau sebelum kan bisa lihatnya di internet baca-baca kan gak ada prakteknya, disini lebih jelas kan sebenarnya prakteknya, teori dilengkapi dengan praktek”
Kesimpulan
: Kegiatan program kreativitas yang diselenggarakan di RBM dari apa yang para peserta ungkapkan bahwa mereka mengalami peningkatan keterampilan. Mereka dari yang sebelumnya belum mengikuti kegiatan pelatihan
semakin
mengerti
dan
mampu
mempraktekkannya. Hal tersebut dikarenakan mereka diajarkan sesuatu yang baru seperti yang diungkapkan oleh pengelola. b. Apa hasil dari program kreativitas yang diselenggarakan oleh Rumah Belajar Modern ? Ibu SA
: “iya ada mas, contohnya ibu “A” beliau sudah lama mengikuti kegiatan disini, dan sekarang sudah bisa menerapkan ilmu yang diperoleh disini di rumah namun juga ada beberapa yang mulai menjual hasil karyanya seperti ibu “PS” itu sekarang sudah punya usaha tas rajut, saya pun sering pesen ke beliau, jadi mereka memperoleh ilmu disini bisa langsung diterapkan”
Ibu A
: “manfaatnya banyak banget, penghasilannya jadi bertambah eh jadi bisa membuat sesuatu lah masih baru, jadi yang tidak bisa menjadi bisa”
Ibu H
: “ya tambah ilmu, tambah kreativitas, tambah temen juga, kalau untuk pendapatan belum ya mas, kita cuma baru sebatas untuk pemakaian sendiri misalnya apa di implementasikan, itu untuk dipakai sendiri, untuk tambahan anu itu kan dipakai untuk produksi tho, itu belum” 114
Ibu LQS
: “ya tambah ilmunya, untuk macem-macem kreativitas, tinggal mempraktekkannya aja yang belum”
Ibu N
: “manfaatnya banyak mas, kita kan sejauh ini misalnya ya kita belum bisa merajut, terus nanti kan disini kan diajari merajut, kita bisa merajut, terus waktu pembuatan kan disini macem-macem mas, ada pembuatan, misalnya pembuatan lilin itu ada terus yang manik-manik itu, pembuatan bunga ada, nanti kan kita tambah ilmu, tambah keterampilannya, istilahnya kita bisa nambah ilmu lah”
Ibu OC
: “ya itu dapet, dapet ilmunya yang bisa diterapkan”
Kesimpulan
: Hasil dari program kreativitas di Rumah Belajar Modern yaitu bertambahnya ilmu dan kreativitas yang dimiliki oleh para peserta sehingga bisa menerapkan pelatihan yang mereka peroleh di rumah. Para peserta dapat menerapkan hasil pelatihan di rumah mereka dengan membuat berbagai macam kreativitas seperti lilin, manik-manik dan sebagainya untuk kebutuhan mereka sendiri.
3. Apa
saja
faktor
pendukung
dan
faktor
penghambat
dalam
pemberdayaan masyarakat melalui program kreativitas di Rumah Belajar Modern Desa Bangunharjo Sewon Bantul ? a. Apa saja faktor pendukung dari pemberdayaan masyarakat melalui program kreativitas di RBM ? Ibu SA
: “kalau saya lihat antusiasme yang tinggi dari para peserta disini dalam mengikuti keseluruhan kegiatan dari awal sampai akhir dan didukung oleh fasilitas yang semuanya ada, kita kan misalnya kalau internet kita juga ada, untuk laptop, untuk sarana prasarana sih 115
sudah ada karena kan kita juga gak mungkin dong kita mengerjakan tidak ada sarana prasarana, mesti ada, sarana dari bahan ada pembelian misalnya ada kegiatan ini untuk beli bahan ini, untuk beli sarana prasarana itu kita mesti ada setiap bulan pelatihan didukung sarana prasarana, jadi sarana prasarana apa yang kita butuhkan di bulan ini kita beli” Ibu DN
: “Pelatihan kreativitas ini didukung oleh fasilitas yang memadai milik kita, tentunya dengan semua fasilitas yang ada diharapkan dapat memudahkan pembelajaran disini. Kita sudah siapkan semuanya sebelum pelatihan dimulai, kita siapkan peralatan maupun bahan yang dibutuhkan sehingga benar-bena ketika pelatihan dilaksanakan dapat berjalan lancar”
Bapak NU
: “fasilitas bagus memadai, pesertanya juga enak sehingga pembelajaran menyenangkan dan mudah diterima peserta”
Ibu K
: “para peserta sering bertanya, sehingga memudahkan untuk memberikan materi, fasilitas disini juga sudah lengkap”
Ibu A
: “ya semuanya ramah, ya semuanya, temen-temen juga mendukung memberi tahu sosialisasinya juga baik, menyenangkan guyon guyon, mendukung karena semuanya tadi sudah tersedia dari pihak RBM jadi semuanya mendukung”
Ibu H
: “pembelajarannya menyenangkan bisa kumpulkumpul dengan ibu-ibu yang lainnya, tutornya juga bagus ramah”
Ibu LQS
:”kalau fasilitasnya sudah mendukung semua mas dalam penyelenggaraannya juga bagus”
Ibu N
:“tutornya bagus menyampaikan materinya apalagi fasilitas disini juga cukup memadai”
Ibu OC
: “untuk selama ini sudah terpenuhi sih untuk tutornya, narasumbernya dan kemudian kan materinya tersampaikan dengan baik gitu lho, jadi pesertanya cepet bisa paham, pengelola sudah bagus dalam menyiapkan fasilitas sudah bagus” 116
jelas
Kesimpulan
: Faktor pendukung pelaksanaan pelatihan adalah adanya antusiame yang tinggi dari para peserta pelatihan serta tutor yang bagus dalam menyampaikan materi membuat para peserta lebih mudah paham. Hal tersebut ditambah lagi dengan dukungan sarana dan prasarana yang disiapkan oleh pengelola dengan sebaik mungkin sehingga tercipta suasana pembelajaran yang menyenangkan.
b. Apa saja faktor penghambat dari pemberdayaan masyarakat melalui program kreativitas di RBM ? Ibu SA
: “untuk penghambatnya ya, dulu kita memakai ruang aula untuk kegiatan, namun baru dipakai untuk menyimpan barang-barang dari gedung sana, terpaksa kita pembelajaran di ruang sini”
Ibu DN
: “tadinya kita pembelajaran di aula sebelah situ mas, namun karena masih digunakan sementara kita di ruang baca dulu, mungkin setelah ruang aula tidak dipakai lagi menyimpan barang, kita bisa gunakan lagi”
Bapak NU
: “mungkin ruangannya ya agak kurang luas, tadi di dalam panas, kalau di aula sini paling memadai, tapi itu baru dipakai”
Ibu K
: “ehmm ga ada sih mas, iya ga ada”
Ibu A
: “kalau yang sulit-sulit mungkin jamnya kurang ya mas, kalau yang belum bisa mungkin jamnya kurang, untuk menjadi bisa kan mungkin lama, jadi untuk yang belum bisa kurang, kalau untuk yang udah bisa mungkin bisa meneruskan di rumah” 117
Ibu H
: “mungkin ini mas, perlu ditambahi lagi pelatihan agar kita bisa menyelesaikan disini”
Ibu LQS
: “jam pembelajarannya saya rasa kurang mas untuk pelatihan yang agak sulit untuk diselesaikan disini”
Ibu N
: “yo paling seperti ini mas, kita pembelajarannya disini dulu karena aula baru dipakai”
Ibu OC
: “ehmm nggak ada, paling kalau seperti ini kan tempatnya kurang luas menampung banyak peserta seperti ini”
Kesimpulan
: Faktor penghambat yang dirasakan oleh pengelola yaitu keadaan ruang aula untuk kegiatan pelatihan yang masih digunakan untuk menyimpan barang-barang seperti meja maupun kursi sehingga kurang bisa menampung dengan baik. Keadaan tersebut membuat kegiatan sementara dilakukan di ruang baca. Faktor penghambat lain yang dirasakan oleh peserta yaitu mengenai jam pembelajaran yang kurang sehingga kalau terdapat materi yang sedikit sulit, para peserta belum
sempat
menyelesaikan
dilanjutkan sendiri di rumah.
118
sehingga
harus
Lampiran 7. Catatan Lapangan
Catatan Lapangan I
Tanggal
: 5 Januari 2016
Waktu
: 09.00 - 12.00 WIB
Tempat
: Rumah Belajar Modern
Kegiatan
: Observasi Awal
Deskripsi Pada hari ini tgl peneliti datang ke Rumah Belajar Modern yang berada di sebelah timur kantor kelurahan Desa Bangunharjo Sewon Bantul. Sesampainya disana, peneliti disambut oleh staf dari RBM dan berbincang-bincang mengenai maksud kedatangan peneliti. Peneliti menjelaskan kedatangannya untuk melakukan penelitian mengenai salah satu kegiatan yang ada di RBM. Namun, dikarenakan staf yang ada masih baru belum mengenal latar belakang RBM sebenarnya, maka peneliti di persilahkan menanyakan perihal tentang RBM kepada ibu Sri Ambarwati selaku penanggung jawab. Ibu Sri Ambarwati sendiri tidak berada di RBM dikarenakan ada acara diluar. Oleh karena itu, staf RBM menganjurkan untuk menemui beliau di hari selanjutnya. Pada kesempatan itu juga, peneliti diantar oleh staf untuk melihat fasilitasfasilitas yang dimiliki oleh RBM. Setelah selesai mengamati apa saja yang ada di RBM, peneliti berpamitan pulang.
119
Catatan Lapangan II
Tanggal
: 8 Januari 2016
Waktu
: 09.00 - 11.00 WIB
Tempat
: Rumah Belajar Modern
Kegiatan
: Permintaan Ijin Penelitian
Deskripsi Hari ini peneliti datang kembali ke Rumah Belajar Modern setelah sehari sebelumnya bermaksud untuk bertanya-tanya mengenai RBM namun penanggung jawab RBM tidak hadir di tempat. Pada kesempatan kali ini, peneliti bertemu langsung dengan pihak yang bertanggung jawab untuk mengelola RBM Sewon yaitu Ibu Sri Ambarwati. Beliau menyambut peneliti dengan ramah, dan menanyakan maksud dari kedatangan peneliti ke RBM. Peneliti kemudian memperkenalkan diri dan mengemukakan kepada beliau bahwa maksud dan tujuan ke RBM tidaklah lain untuk meminta ijin melakukan penelitian mengenai salah satu kegiatan yang ada di RBM. Beliau kemudian menyambut baik maksud peneliti, dan kemudian berbincang-bincang sedikit mengenai RBM. Beliau kemudian menganjurkan untuk membawa surat penelitian sebelum berlanjut ke penelitian. Tidak lupa beliau meminta peneliti untuk datang pada kegiatan yang akan diselenggarakan pada bulan yang akan datang. Setelah dirasa cukup, peneliti kemudian berpamitan pulang kepada beliau dan juga staf yang ada.
120
Catatan Lapangan III
Tanggal
: 22 Januari 2016
Waktu
: 09.00 - 11.00 WIB
Tempat
: Rumah Belajar Modern
Kegiatan
: Penyerahan Surat Ijin Penelitian
Deskripsi Hari jumat ini peneliti datang ke Rumah Belajar Modern untuk menyerahkan surat ijin penelitian. Sesampainya disana bertemu dengan staf yang ada di RBM, dan dipersilahkan untuk duduk terlebih dahulu sambil menunggu Ibu “SA” datang. Setelah menunggu selama satu jam ternyata Ibu “SA” berhalangan hadir ke RBM karena ada urusan di luar. Peneliti kemudian bertanya kepada staff bahwa hari apa bisa bertemu dengan Ibu “SA” dan sekaligus meminta ijin pamit pulang. Peneliti tidak lupa meminta untuk disampaikan kepada Ibu “SA” bahwa surat ijinnya sudah diberikan.
121
Catatan Lapangan IV
Tanggal
: 2 Februari 2016
Waktu
: 08.00 - 10. 30 WIB
Tempat
: Rumah Belajar Modern
Kegiatan
: Pembahasan Tentang Penelitian
Deskripsi Pada hari selasa peneliti bertemu dengan Ibu “SA” setelah sebelumnya tidak bisa bertemu karena beliau ada suatu urusan yang tidak bisa ditinggalkan. Tujuan peneliti datang untuk memberitahukan kepada Ibu “SA” bahwa suratnya sudah peneliti berikan kepada staf yang ada, kemudian untuk membahas mengenai kegiatan yang akan dilakukan oleh peneliti selama di RBM. Peneliti memberitahukan kepada beliau bahwa yang akan menjadi kajian dari kegiatan yang akan diteliti adalah kegiatan kreativitas. Selaku penanggung jawab di RBM Ibu “SA” memberikan sedikit arahan mengenai teknis penyelenggaraan kegiatan yang ada di RBM. Peneliti belum melakukan wawancara kepada beliau karena untuk mendapatkan sedikit gambaran terlebih dahulu mengenai apa saja yang harus ditanyakan. Ibu “SA” mempersilahkan untuk mengambil data serta akan berusaha membantu kebutuhan peneliti selama pengambilan data. Setelah itu, peneliti meminta izin untuk pamit pulang ke rumah.
122
Catatan Lapangan V
Tanggal
: 5 Februari 2016
Waktu
: 08.00 - 09.30 WIB
Tempat
: Rumah Belajar Modern
Kegiatan
: Wawancara
Deskripsi Pada hari jumat peneliti datang ke Rumah Belajar Modern Sewon untuk melakukan wawancara pertama dengan pengelola RBM. Tujuan peneliti untuk mencari informasi yang lebih mendetail berkaitan dengan kegiatan program kreativitas yang diselenggarakan. Peneliti bertemu langsung dengan Ibu “SA” selaku pengelola dan penanggung jawab RBM Sewon. Peneliti bertanya tentang gambaran umum mengenai RBM dari segi latar belakang sejarah berdirinya hingga visi dan misi yang dimiliki. Wawancara yang dilakukan kepada pengelola berlangsung santai dan beliau menjawab pertanyaan yang diajukan peneliti dengan baik. Peneliti merasa senang dengan wawancara yang dilakukan dan mengucapkan terima kasih kepada beliau atas ketersediaan waktunya. Setelah merasa wawancara yang dilakukan cukup, karena beliau ternyata ada keperluan untuk pergi ke puskesmas wawancara diakhiri dulu. Jika ada sesuatu yang belum ditanyakan beliau bersedia untuk diwawancarai kembali, peneliti mohon pamit pulang kepada beliau dan juga staf yang ada.
123
Catatan Lapangan VI
Tanggal
: 9 Februari 2016
Waktu
: 09.00 - 10.30 WIB
Tempat
: Rumah Belajar Modern
Kegiatan
: Wawancara
Deskripsi Peneliti kembali melakukan wawancara kembali dengan Ibu Sri Ambarwati selaku pengelola setelah sebelumnya wawancara belum selesai dikarenakan beliau hendak pergi ke puskesmas. Wawancara kali ini menanyakan hal yang lebih mendetail tentang kegiatan program kreativitas di RBM. Peneliti coba menanyakan tentang pelaksanaan pelatihan di RBM mulai dari perencanaan, pelaksanaan, hingga evaluasi yang dilakukan. Setelah dirasa cukup mendapatkan data dari beliau, sesi wawancara kali ini peneliti akhiri. Peneliti kemudian berpamitan pulang kepada beliau, tidak lupa beliau mengingatkan tentang kegiatan pelatihan pertama yang akan dilaksanakan dan mengharapkan kedatangan peneliti.
124
Catatan Lapangan VII
Tanggal
: 10 Februari 2016
Waktu
: 09.00 - 10.30 WIB
Tempat
: Rumah Belajar Modern
Kegiatan
: Wawancara
Deskripsi Pada hari ini peneliti melakukan wawancara dengan salah satu staf yang ada di RBM yaitu Ibu “DN”. Beliau memberikan sedikit gambaran mengenai pelatihan-pelatihan yang ada di RBM seperti pelatihan flanel, dll. Informasi yang diberikan oleh beliau cukup membantu peneliti untuk mendapatkan data yang dibutuhkan. Bersama beliau peneliti diperlihatkan mengenai foto pelatihan yang dilakukan pada tahun kemarin dimana para peserta juga ibu-ibu. Setelah dirasa cukup mendapatkan data dari beliau, peneliti pamit pulang.
125
Catatan Lapangan VIII
Tanggal
: 11 Februari 2016
Waktu
: 13.00 - 17.00 WIB
Tempat
: Rumah Belajar Modern
Kegiatan
: Wawancara
Deskripsi Peneliti menghadiri kegiatan pelatihan pertama yang dilaksanakan di RBM yaitu pelatihan kreasi kain flanel. Pada kesempatan kali ini peneliti mengamati terlebih dahulu kegiatan yang berlangsung. Pengelola membuka kegiatan dengan melakukan sosialisasi kepada peserta mengenai kegiatan pelatihan yang akan dilakukan kedepan. Pengelola melanjutkan memberikan sedikit mengenai gambaran pelatihan kedepannya, setelah itu memberikan kesempatan kepada tutor untuk memberi materi pelatihan. Setelah praktek selesai, diadakan sesi tanya jawab oleh tutor dengan peserta yang kemudian juga di respon oleh ibu pengelola. Di sela-sela kegiatan pelatihan, peneliti melakukan wawancara dengan peserta bekaitan dengan sosialisasi yang dilakukan oleh pihak RBM serta berkaitan dengan motivasi para peserta mengikuti kegiatan. Peneliti kemudian berbincangbincang sebentar dengan pengelola setelah wawancara selesai dan sekaligus berpamitan pulang.
126
Catatan Lapangan IX
Tanggal
: 11 Maret 2016
Waktu
: 13.00 - 17.00 WIB
Tempat
: Rumah Belajar Modern
Kegiatan
: Wawancara
Deskripsi Pada kesempatan kali ini, peneliti menghadiri kegiatan pelatihan merajut di RBM sekaligus untuk wawancara. Wawancara dilakukan penelit dengan Ibu “K” selaku tutor yang memberikan materi pelatihan. Beliau menjawab pertanyaan peneliti dengan baik. Peneliti mengajukan pertanyaan berkaitan dengan materi yang diajarkan serta metode yang digunakan dan sebagainya. Setelah wawancara dengan tutor selesai peneliti mewawancarai salah seorang peserta yaitu Ibu “A” yang terhitung sudah lama mengikuti kegiatan di RBM. Peneliti menanyakan kepada Ibu “A” berkaitan dengan kegiatan pelatihan yang selama ini diikuti di RBM. Pertanyaan-pertanyaan peneliti mampu dijawab dengan baik oleh beliau. Tidak lupa peneliti juga mewawancarai peserta lain yakni Ibu “N” dan Ibu “LQS” yang juga sudah lama bergabung di pelatihan sejak awal RBM mengadakan pelatihan. Setelah dirasa cukup dan juga waktu sudah menunjukkan pukul lima sore, peneliti mengakhiri sesi wawancara dan berpamitan dengan Ibu pengelola.
127
Catatan Lapangan X
Tanggal
: 18 Maret 2016
Waktu
: 13.00 - 17.00 WIB
Tempat
: Rumah Belajar Modern
Kegiatan
: Wawancara
Deskripsi Hari ini peneliti menghadiri kegiatan pelatihan hidrogel sekaligus akan mewawancarai tutor serta peserta pelatihan. Wawancara pertama dengan tutor yaitu Bapak “NU” sebagai pemberi materi pelatihan hidrogel. Wawancara kedua dengan Ibu “H” dan juga ibu “OC” sebagai peserta pelatihan. Pada wawancara pertama dengan tutor, peneliti berusaha mendapatkan informasi mengenai pelatihan yang diajarkan seperti materi, metode pelatihan dan sebagainya. Sedangkan dengan peserta pelatihan peneliti mencoba mendapatkan informasi berkaitan pelatihan yang selama ini mereka ikuti. Setelah dirasa cukup, wawancara diakhiri peneliti sekaligus berpamitan dengan ibu pengelola.
128
Catatan Lapangan XI
Tanggal
: 15 & 16 April 2016
Waktu
: 13.00 - 17.00 WIB
Tempat
: Rumah Belajar Modern
Kegiatan
: Wawancara
Deskripsi Pada hari jumat ini peneliti menghadiri kegiatan pelatihan membatik hari pertama yang diselenggarakan oleh RBM. Pelatihan kali ini diselenggarakan selama dua hari karena terdapat dua sesi. Wawancara kali ini dengan para peserta sebelumnya yang sudah peneliti wawancarai namun belum mendapatkan data yang dimaksud peneliti. Wawancara kembali dilakukan bersama ibu-ibu peserta dengan menitikberatkan pada adanya peningkatan keterampilan yang mereka dapatkan selama pelatihan. Pada hari sabtu yakni sesi kedua peneliti melihat kegiatan yang dilakukan oleh para peserta pelatihan. Mereka mendapatkan pelatihan membatik langsung dipandu oleh tutor yang berpengalaman di bidang membatik dan mempunyai produk sendiri.
129
Lampiran 8. Foto Dokumentasi 1. Lokasi Rumah Belajar Modern di Jalan Imogiri Barat Km. 6 Semail Bangunharjo Sewon Bantul
Keterangan foto : Tampak dari depan bangunan dari Rumah Belajar Modern.
Keterangan foto : Halaman yang berada di dalam Rumah Belajar Modern dipenuhi rumput.
130
2. Kegiatan program kreativitas yang dilaksanakan di Rumah Belajar Modern
Keterangan foto : Pengelola sedang membuka kegiatan pelatihan.
Keterangan foto : Tampak pelatihan yang sedang berlangsung.
Keterangan foto : Pelatihan diikuti oleh ibu-ibu di sekitar wilayah RBM.
131
3. Kegiatan program kreativitas yang dilaksanakan di Rumah Belajar Modern
Keterangan foto : Tutor sedang memberikan penjelasan kepada para peserta.
Keterangan foto : Para peserta yakni ibu-ibu sedang membuat pola batik di atas kain.
Keterangan foto : Para peserta mencoba alat batik dengan menggunakan koran.
132
4. Kegiatan program kreativitas yang dilaksanakan di Rumah Belajar Modern
Keterangan foto : Para peserta sedang memperhatikan tutor memberikan materi pelatihan.
Keterangan foto : Antusiasme para peserta memperhatikan penjelasan dari tutor.
Keterangan foto : Para peserta berfoto bersama tutor memperlihatkan hasil kreativitas mereka. 133
5. Fasilitas yang dimiliki oleh Rumah Belajar Modern
Keterangan foto : Terdapat televisi beserta perangkat lain untuk memberikan kenyamanan pada pengunjung.
Keterangan foto : Terdapat kursi dan meja sebagai tempat untuk membaca maupun untuk mengakses wifi milik RBM.
Keterangan foto : Koleksi buku yang dimiliki RBM bisa dinikmati oleh pengunjung.
134
Lampiran 9. Fasilitas Rumah Belajar Modern No
Fasilitas
Jumlah
1 Ruang Baca 1 2 Ruang Perpustakaan 1 3 Aula dan Sport Center 1 4 Theater Terbuka 1 5 Learning Park 6 6 Komputer 8 7 Perangkat Wifi 1 8 Halaman Parkir 1 9 Mushola 1 10 Koleksi Buku ±1000 11 Meja dan Kursi 25 12 Kamar Mandi 1 Sumber : Data Rumah Belajar Modern, 2016
135
Kondisi Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik
Lampiran 10. Data Peserta Pelatihan No Nama Umur Asal 1. P 50 Bantul 2. SM 30 Bantul 3. W 33 Bantul 4. W 39 Bantul 5. H 38 Bantul 6. NW 36 Bantul 7. Z 38 Bantul 8. AWL 36 Bantul 9. H 30 Bantul 10. A 29 Bantul 11. L 34 Bantul 12. N 36 Bantul 13. E 28 Bantul 14. A 22 Bantul 15. N 21 Bantul 16. S 23 Bantul 17. ER 35 Bantul 18. IS 37 Bantul 19. AA 33 Bantul 20. DS 34 Bantul 21. EW 39 Bantul 22. L 38 Bantul 23. EU 33 Bantul 24. SM 30 Bantul 25. R 25 Bantul Sumber : Daftar Hadir Peserta Pelatihan
136
No 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46
Nama HS FHA T Z E B N H A LQS N H OC W PS EA DA TK RH K H
Umur 36 23 25 36 37 34 26 36 29 53 43 31 30 33 33 39 36 38 32 45 44
Asal Bantul Bantul Bantul Bantul Bantul Bantul Bantul Bantul Bantul Bantul Bantul Bantul Bantul Bantul Bantul Bantul Bantul Bantul Bantul Bantul Bantul
Lampiran 11. Data Pengelola RBM Sewon
No
Nama
Pendidikan
Jabatan
1.
SA
S1
Penanggung Jawab
2.
DN
S1
Staf
3.
RDW
S1
Staf
4.
TA
SMA
Petugas Keamanan
Sumber : Data Rumah Belajar Modern, 2016
137
Lampiran 12. Surat Ijin Penelitian
138
139
140