e-ISSN: 2442-7667 p-ISSN: 1412-6087 Pemberdayaan Masyarakat melalui Pembudidayaan Jamur Tiram dan Pengolahan Limbahnya menjadi Pupuk Organik berbasis Koperasi Syari’ah Ismail Efendi1) dan Masjudin2) 1) Program Studi Pendidikan Biologi FPMIPA IKIP Mataram 2) Program Studi Pendidikan Matematika FPMIPA IKIP Mataram Email:
[email protected] Abstract: this public service activity aimed to empower a group of societies who are not productive become economically independent community. Community empowerment process would be carried out by encouraging and guiding all members of community at Dusun Merembu Barat Mekar as collaboratively building a community cooperative which managed as shari’ah by cultivating oyster mushroom and managed waste into organic fertilizer that could be economically valuable. Shari’ah cooperative which formed was production cooperative which would produce goods such as oyster mushroom and organic fertilizer. The result of this public service activity was ; (1) community cooperative with shari’ah management; (2) produced foodstuffs such as oyster mushroom; (3) produced ecoomically valuable organic fertilizer ; (4) published ISSNjournal. Abstrak: Kegiatan pengabdian ini bertujuan untuk memberdayakan sekelompok masyarakat yang tidak produktif menjadi masyarakat yang mandiri secara ekonomi. Proses pemberdayaan masyarakat akan dilaksanakan dengan mendorong serta membimbing semua anggota masyarakat Dusun merembu Barat Mekar secara kolaboratif membangun suatu koperasi masyarakat yang dikelola secara syari’ah dengan membudidayakan jamur tiram dan mengelola limbahnya menjadi pupuk organik yang dapat bernilai ekonomi. Koperasi syariah yang dibentuk adalah koperasi produksi yang akan menghasilkan barang berupa jamur tiram dan pupuk organik. Hasil dari kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini antara lain; (1) Koperasi masyarakat dengan managemen syari’ah; (2) menghasilkan bahan pangan berupa jamur tiram; (3) menghasilkan pupuk organic bernilai ekonomi; dan (4) Jurnal Terpublikasi yang ber-ISSN. Kata kunci: Pemberdayaan Masyarakat, Jamur Tiram, Pupuk Organik, dan Koperasi Syari’ah
Pendahuluan Desa Merembu merupakan suatu desa yang terletak di kecamatan Labuapi Kabupaten Lombok Barat NTB. Sebagian besar masyarakat Desa Merembu berprofesi sebagai Kuli bangunan, Petani dan Peternak. Seiring dengan perkembangan zaman, lahan pertanian semakin sempit karena banyak dibangun pemukiman sehingga banyak masyarakat desa tidak dapat memenuhi kebutuhan hidup. Demikian halnya dengan para peternak, penghasilan dari beternak belum dapat memenuhi kebutuhan mereka. Sedangkan kuli bangunan kalah saing dengan kontraktor yang membawa pekerja sendiri. Hal ini tentu harus diupayakan solusinya sehingga masyarakat dapat hidup © 2015 LPPM IKIP Mataram
dengan layak. Salah satunya adalah dengan pembudidayaan jamur tiram Dalam pembudidayaan jamur tiram ini, suhu udara disekitar memegang peranan yang sangat penting untuk mendapatkan pertumbuhan badan bibit yang optimum. Pada umumnya suhu yang optimum untuk pertumbuhan jamur tiram, dibedakan dalam dua fase yakni fase inkubasi fase pembentukan tubuh bibit. Adapun fase inkubasi artinya yang memerlukan suhu udara berkisar antara 22-28 ºC dengan kelembaban 60-70% dan fase pembentukan tubuh bibit artinya dimana pada fase ini memerlukan suhu udara sama antara 2228ºC untuk jamur tiram putih dan 22-30ºC untuk jamur tiram coklat, dengan
Jurnal Kependidikan 14 (4): 351-360
kelembaban sama 85-95 %. Kondisi tersebut sangat sesuai dengan salah satu lokasi budidaya jamur di Kekalik dan Desa Merembu Kabupaten Lombok Barat. Berdasarkan hasil observasi keadaan desa, bahwa desa Merembu bertemperature udara cukup dingin dan lembab. Kondisi ini tentunya cocok untuk membudidayakan jamur tiram. Pembudidayaan jamur tiram tidak membutuhkan lahan yang terlalu luas serta perawatannya mudah dan tidak terlalu mahal. Selain itu, limbah jamur tiram dapat dimanfaatkan untuk membuat pupuk organic dengan mencampurnya limbah rumah tangga dan kotoran ternak dari para peternak sekitar yang selama ini tidak termanfaatkan. Selanjutnya pupuk organic dapat dimanfaatkan oleh para petani yang selama ini hanya mengandalkan pupuk kimia sebagai pupuk untuk pertanian mereka. Pengembangan usaha ini dipilih atas beberapa pertimbangan diantaranya daya serap pasar yang masih sangat tinggi dan potensial, kebutuhan skill yang tidak begitu tinggi, biaya investasi yang relatif rendah serta telah tersedianya sarana dan prasarana utama sehingga investasi yang masuk akan dialokasikan untuk dana operasional usaha. Adanya program ini akan menjadi prospek peningkatan penghasilan masyarakat khususnya di Dusun Merembu Barat Mekar. Yang menjadi mitra dalam kegiatan pengabdian pada masyarakat (IbM) ini adalah mitra I adalah petani jamur I H. Ma’ruf (Ketua UD. NIHIDAMARS) yang Berlokasi di Kekalik, mataram. Mitra II Habibi (Kepala Dusun) di Dusun Merembu Barat Mekar Desa Merembu Lombok barat. Masalah utama yang dihadapi oleh Masyara-
352
kat dari kedua mitra itu adalah dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Masalah yang dihadapi Mitra I a) Aspek Lahan budidaya yang terbatas b) Aspek Pemasaran Beglok yang masih kurang 2. Maslah yang dihadapi Mitra II a) Masyarakat tidak punya pekerjaan tetap b) Perekonomian masyarakat adalah menengah ke bawah sehingga susah untuk membuat usaha c) Aspek Lingkungan yang masyarakatnya kurang memahami bentuk managemen yang berbasis sya’iah sehingga yang bermodal jadi raja yang kanker (kantong kering) hanya bias non. Tujuan dari pengabdian kepada masyarakat ini adalah memberdayakan masyarakat yang tidak produktif secara ekonomi menjadi masyarakat yang mandiri melalui pembudidayaan Jamur Tiram dan pengelolaan limbah sebagai pupuk organic yang bernilai ekonomi, membentuk koperasi syari’ah yang anggotanya semua masyarakat yang berada di dusun merembu barat mekar dan menyediakan bahan pangan berupa jamur tiram yang dapat dikonsumsi oleh masyarakat setempat maupun masyarakat lainnya, dan menghasilkan pupuk organic yang dapat digunakan oleh masyarakat setempat maupun masyarakat lainnya untuk mengurangi ketergantungan masyarakat terhadap terhadap penggunaan pupuk kimia lainnya. Target dari kegiatan ini adalah semua masyarakat Dusun Merembu Barat Mekar, Kecamatan Labuapi Kabupaten Lombok
Ismail Efendi & Masjudin, Pemberdayaan Masyarakat melalui Pembudidayaan Jamur Tiram
Barat Provinsi Nusa Tenggara Barat. masyarakat Dusun Merembu Barat Mekar diharapkan mampu mandiri secara ekonomi menjadi masyarakat yang lebih sejahtera dan menjadi desa percontohan. Metode Pelaksanaan Pengabdian Metode pelaksanaan pengabdian kepada masyarakat tentang pemberdayaan masyarakat melalui pembudidayaan jamur tiram dan pengolahan limbahnya menjadi pupuk organic berbasis koperasi syari’ah secara rinci akan dilaksanakan sebagai berikut. A. Desk study dan Survey Hal-hal yang dilakukan adalah: 1) Desk study menelusuri dan mengevaluasi data sekunder dan study yang terkait 2) Melaksanakan survey data lapangan untuk memperoleh data lokasi dan kondisi sosial masyarakat secara mendetail B. Pelatihan dan Pendampingan pemberdayaan masyarakat Pelaksana pengabdian bersama mitra I tentunya akan membantu memberikan penyuluhan dan pelatihan kepada semua elemen koperasi. Selain itu, pelaksana pengabdian juga akan memfasilitasi masyarakat dengan mendatangkan tim pakar. Pelatihan dan pendampingan yang diberikan antara lain: 1) Penyuluhan cara membudidayan jamur tiram kepada semua anggota koperasi syariah 2) Pelatihan management dan tata kelola koperasi syaria’h. 3) Pelatihan pembuatan pupuk organic
4) Pelatihan Pemasaran jamur tiram dan pupuk organic C. Pendampingan Pembudidayaan Jamur Tiram Adapun dalam pembudidayaan jamur tiram, ada beberapa tahapan yang harus diperhatikan oleh pembudidaya jamur tiram, yakni berupa persiapan media (substrat), pencampuran media, pengantongan, sterilisasi, inokulasi bibit, inkubasi, pemeliharaan tubuh bibit, dan panen. 1) Persiapan Media (Substrat), adapun media tanam untuk jamur tiram adalah sebai berikut: Serbuk gergajian kayu =100 kg, Dedak = 10 kg, Kapur = 0,5 kg, Tepung jagung = 0,5 kg, Gula merah = 0,25 kg, TSP (tambahan) = 0,25 kg 2) Pencampuran Media Tanam: Bahan media tanam yang telah disiapkan diaduk sedemikian rupa (sehomogen) mungkin agar pertumbuhan miselium dapat merata ke seluruh media tanam. Kemudian pengadukan dapat dilakukan dengan cara mekanis maupun secara manual. Apabila dilakukan secara manual upayakan pengadukan lebih lama sehingga diperoleh pencampuran yang merata terutama untuk bahan bahan yang konsentrasinya rendah. Media yang telah tercampur dengan baik biasanya menggumpal pada saat dikepal. Bila proses pencampuran dilakukan pengomposan (fermentasi) selama 3-5 hari. Proses pengomposan dapat membantu untuk mengurangi kontaminasi oleh mikroba liar dan juga membantu penguraian beberapa senyawa kompleks untuk menjadi lebih sederhana sehingga lebih mudah diserap oleh jamur tiram.
353
Jurnal Kependidikan 14 (4): 351-360
pengadukan dilakukan setiap hari dagan tujuan proses pengomposan merata. 3) Pengantongan atau pembuatan baglog dilakukan dengan memasukkan media yang telah dikompos ke dalam plastik tahan panas (polypropylene). Dan diupayakan pengisian tidak terlalu longgar dan juga padat. Untuk memadatkan media dapat dilakukan dengan bantuan botol yang diisi dengan pasir. Setelah diisi media pada bagian atas lalu diberi ring bambu, leher botol, gulungan kertas, dan bisa juga pipa dan di tutup dengan kapas sebagai sebagai sumbu dan sekaligus tempat memasukkan bibit atau tempat keluarnya jamur. setelah itu diikat dengan karet 4) Sterilisasi baglog melalui proses pasteurisasi dengan cara dikukus. Pasteurisasi yaitu proses pemanasan dengan suhu tidak lebih dari 1 C dengan waktu tidak kurang dari 5 jam. Pada umumnya para produsen melakukan pemanasan selama 8-12 jam. Pemanasan ini tergantung pada bahan dasar yang digunakan dan banyaknya log yang dipasteurisasi. Setelah selesai baglog didinginkan selama setengah sampai satu hari baru bisa digunakan. 5) Inokulasi bibit merupakan proses penanaman bibit ke dalam media tanam. Proses inokulasi dilakukan secara steril. ruangan diusahakan sebersih mungkin dan steril. Bila memungkinkan peralatan maupun ruangan disemprot alkohol terlebih dahulu. Selama proses ini disarankan menggunakan masker atau minimal tidak berbicara berlebihan untuk menghindari kontaminasi yang berasal dari uap mulut. Inokulasi dilaku-
354
kan dengan memasukkan bibit (F2) sebanyak 2-5 sendok makan ke dalam lubang yang telah diberi cincin bamboo atau pipa atau bisa juga dengan menebarkannya di atas permukaan media hingga merata kemudian menutup kembali lubang ring bambu dengan kapas. 6) Inkubasi merupakan masa pertumbuhan miselium hingga memenuhi media secara merata. Suhu yang dibutuhkan pada proses ini yaitu antara 22 C–2 C. diupayakan suhu ruangan inkubasi dijaga agar tetap stabil sehingga dapat menghasilkan pertumbuhan jamur yang optimum. Inkubasi dilakukan selama kurang lebih 40 hari. 7) Pemeliharaan tubuh bibit. Pada masa pemeliharaan ini penutup baglog dibuka hingga seperempat bagian. Tahapan ini memerlukan suhu yang lebih rendah dibandingkan pada saat pertumbuhan miselium (tahap inkubasi) dan juga kelembapan yang optimum berlimpah. Suhu yang diperlukan sekitar 2 C-2 C dengan kelembapan 80%–90%. Pengaturan kelembapan dapat dilakukan dengan penyiraman sebanyak 2-3 kali setiap hari terutama ketika kelembapan di luar rendah biasanya pada saat siang hari. Selain kelembapan, kadar oksigen juga perlu diatur dengan membuka ventilasi ketika kelembapan di luar tinggi. Kelembapan perlu dikurangi hingga 70%–80% apabila tubuh bibit telah mencapai ukuran dewasa. Hal ini dilakukan untuk menghindari tekstur tubuh bibit tidak lembek yang bisa menyebabkan tidak tahan lama atau cepat busuk.
Ismail Efendi & Masjudin, Pemberdayaan Masyarakat melalui Pembudidayaan Jamur Tiram
8) Panen dilakukan setelah 7-10 hari penutup dibuka, tubuh bibit biasanya sudah mulai tumbuh. Selang 3-4 hari setelah tunas tubuh bibit tumbuh, menunjukkan jamur telah siap dipanen. Pemanenan harus dilakukan dengan hatihati dengan cara mencabut seluruh rumpun tubuh bibit jamur yang ada beserta akarnya. Karena akar yang tertinggal bisa menyebabkan partumbuhan tubuh bibit selanjutnya terganggu karena terjadi pembusukan media. Panen sebaiknya dilakukan pada pagi atau sore hari pada saat jamur masih dalam kondisi segar. Panen kedua biasanya berlangsung dalam rentang waktu 1-2 minggu setelah panen pertama. Usia produktif berlangsung 3-4 bulan dengan produksi satu baglog sekitar 0,6 kg. Setelah dilakukan pemanenan, log dipelihara seperti awal penanaman yaitu dengan melakukan penyiraman, pengaturan suhu, kelembapan serta aerasi Sebagai masyarakat pemula atau pengusaha skala kecil sementara waktu bibit ataupun media tanam dibeli dari Mitra 1. Proses pembudidayaan jamur tiram dilaksakan secara bersama oleh semua anggota koperasi. Langkah awal yang dilakukan adalah 1) Pembangunan kumbung pembudidayaan jamur tiram secara bersama semua anggota 2) Pembelian baglog (Mitra 1 sebagai Suplayer) 3) Pembididayaan jamur.
D. Pembuatan Pupuk Organik Setelah jamur tiram tidak produktif, selanjutnya limbahnya akan dikelola menjadi pupuk organik. Cara Pembuatan pupuk organik sebagai berikut. Bahan-bahan Pupuk Organik 1) Limbah Jamur Tiram dan Limbah rumah tangga lainnya yang organic 2) Kotoran ternak. Sapi, kerbau, kambing dan domba 3) Arang Sekam (secukupnya), Sekam yang sudah dibakar namun tidak samapi menjadi abu. lihat proses pembuatan arang sekam 4) Air 5) EM4 6) Gula pasir Alat-alat yang diperlukan 1) Sekop 2) Cangkul 3) Sarung tangan 4) kaung goni Cara Pembuatan Pupuk Organik 1) Siapkan media pembuatan pupuk, ditempat yang sejuk tidak terkena matahari langsung dan tidak kena hujan jika terjadi hujan. 2) Larutkan EM4 dan gula kedalam air. 3) Lapisan pertama, Campurkan Kotoran ternak dengan arang sekam kemudian aduk hingga merata, setelah itu taburkan dekomposer (EM4 dan gula yang sudah dilarutkan dalam air) tadi secukupnya aduk hingga merata. 4) Lapisan Kedua Taburkan limbah jamur tiram dan limbah rumah tangga organik
355
Jurnal Kependidikan 14 (4): 351-360
5)
6)
7)
8)
lainnya hingga merata kemudian siramkan dekomoser tadi. Setelah itu tutup rapat tumpukan bahanbahan tadi dengan rapih dengan menggunakan karung goni dan jerami. Hari Kedua aduk adonan tersebut hingga merata dan tutup kembali rapatrapat. Lakukan monitoring setiap pagi dan sore, dengan cara memasukan tangan (dengan sarung tangan) jika tangan kita tidak kuat menahan panas adonan maka adonan belum siap dipakai. aduk setiap melakukan monitoring. Biasanya hari ke empat adonan sudah siap, cara menceknya masukan tangan anda jika bisa menahan panas adonan maka pupuk kompos organik siap dipakai.
E. Pemasaran Hasil Produk Setelah produk ada, maka selanjunya produk dipasarkan oleh anggota. produk bisa dipasarkan di anggota koperasi maupun orang lain. Proses pemasaran juga akan dibantu oleh Mitra 1. F. Pembentukan koperasi mayarakat berbasis syari’ah Dalam membut sebuah organisasi masyarakat koperasi maka yang akan dilakukan adalah sebagai berikut 1) Mendata semua anggota masyarakat Dusun Merembu Barat Mekar. Proses pendataan ini akan dilaksanakan oleh Mitra II yaitu Kepala Dusun Merembu Barat Mekar. Proses pendataan ini dilakukan untuk menjaring masyarakat yang ingin ikut terlibat sebagai anggota koperasi.
356
2) Membentuk struktur koperasi Setelah mendapatkan data masyarakat maka semua anggota masyarakat dikumpulkan untuk bermusyawarah membentuk struktur koperasi. 3) Membentuk AD/ART serta aturan lain yang mengikat semua anggota masyarakat Proses pengambilan keputusan dalam sebuah koperasi ditentukan melalui musyawarah mufakat. Oleh karena itu, proses pembentukan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah tangga Koperasi dibuat secara bersama dalam sebuah musyawarah 4) Membuat job deskripsi untuk semua anggota koperasi Pembentukan job deskripsi dimaksudkan adalah membentuk hal-hal yang akan dilakukan oleh semua anggota koperasi. Dan dari job deskripsi ini akan memberikan keterangan siapa yang melakukan apa. Dan semua harus diputuskan sesuai hasil musyawarah berasaskan keadilan. 5) Mengumpulkan modal sesuai dengan kemampuan Semua anggota koperasi memiliki hak dan kewajiban. Salah satu kewajibannya dalah menginvestasikan modal yang dimiliki baik berupa dana maupun tenaga. Dan hasilnya nanti akan ditentukan oleh seberapa besar investasi yang dilakukan. Hasil A. Hasil Desk Study Setelah pengumuman proposal penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, dan proposal ini dinyatakan diterima, maka
Ismail Efendi & Masjudin, Pemberdayaan Masyarakat melalui Pembudidayaan Jamur Tiram
yang pertama kali dilakukan adalah desk study. Desk study dilaksanakan dengan menelusuri dan mengevaluasi data sekunder dan study yang terkait. Kegiatan desk study dimulai dengan pencarian literature untuk melenglapi teori dan data lainnya yang belum lengkap pada proposal. Setelah itu, perbaikan proposal dilaksanakan. B. Hasil Survey Survey lapangan dilaksanakan untuk memperoleh data lokasi dan kondisi social masyarakat secara mendetail. Kegiatankegiatan yang dilaksanakan dan hasil yang duperoleh pada survey lapangan dapat diuraikan sebagai berikut. 1) Survey kondisi social masyarakat Survey ini dilaksanakan di Dusun Merembu Barat Mekar pada tanggal 28 Februari 2015 untuk mendapatkan informasi secara mendalam dan mendetil tentang kondisi masyarakat sekitar. Kegiatan ini dilaksanakan dengan melaksanakan pengamatan di sekeliling Dusun Merembu Barat Mekar dan melaksanakan diskusi dengan beberapa masyarakat yang kebetulan ada. Dari hasil pengamatan dan diskusi, diperoleh informasi bahwa banyak masyarakat sekitar yang tidak memiliki pekerjaan tetap. Hal ini juga diamini oleh kepala Dusun Merembu Barat mekar. Hasil dari kegiatan survey ini menyepakati akan diadakan kegiatan sosialisasi kegiatan pengabdian kepada masyarakat yang dilaksanakan pada tanggal 4 dan 7 Maret 2015. Berdasarkan hasil sosialisasi tahap 1 dan 2 diperoleh kesepakan bahwa kegiatan pengabdian dilaksanakan di
dusun merembu barat mekar. Kepada Dusun, Ketua RT, dan perwakilan masyarakat merasa senang dan siap mendukung pelaksanaan kegiatan pengabdian iptek bagi masyarakat. 2) Survey lokasi penghasil/sumber serbuk gergaji Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 5 April 2015ada dua tempat yang disurvey yaitu tempat suwmil di dusun merembu Barat Mekar dan dusun Merembu Timur. Kedua Lokasi Sumber Serbuk Gergaji tersebut dimiliki oleh H. Anis dari Merembu Timur. Setelah bertemu dengan Haji Anis, beliau bersedia bekerjasama mengumpulkan sekaligus mengantarkan serbuk gergaji ke lokasi Merembu Barat Mekar setiap dibutuhkan. Bahkan beliau beserta anak buah bersedia bergabung sebagai anggota koperasi yang akan dibuat. 3) Survey lokasi penghasil/sumber dedak Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 8 April 2015ada dua tempat yang disurvey yaitu sebuah Healer Penggiling padi di dusun merembu Barat. Healer penggilingan padi tersebut dimiliki oleh Pak Azizudin warga dari Merembu Barat. Setelah bertemu dengan Pak Azizudin, beliau bersedia bekerjasama untuk menyediakan stok dedak untuk keperluan pembuatan Baglog dalam jangka panjang. 4) Survey lokasi sentral tempat pembuatan kumbung Kegiatan survey ini dilaksanakan di Merembu Barat Mekar pada tanggal 28 Maret 2015. Dengan bantuan Kepala Dusun, ada beberapa lokasi pembangu-
357
Jurnal Kependidikan 14 (4): 351-360
nan pilihan yang ditawarkan. Pada akhirnya, lokasi yang dipilih adalah salah satu lokasi yang sangat cocok untuk pembudidayaan jamur yaitu Tanah milik Pak Rahadi, salah seorang penduduk Merembu Barat Mekar. Bidang tanah tersebut luasnya kurang lebih 200m2. Setelah bertemu dengan Pak Rahadi, beliau bersedia bekerjasama untuk menyewakan lahan yang dimiliki. C. Hasil Pelatihan Dan Pendampingan Pelaksanaan pelatihan dan pendampingan dilaksanakan secara berkala. Setiap pelatihan juga mendatangkan narasumber yang ahli dibidang kajian sesui materi pelatihan. Ada beberapa pelatihan dan pendampingan yang dilaksanakan. 1) Pelatihan pembuatan bibit Pelatihan pembuatan bibit dilaksanakan secara berkala sesuai kebutuhan masyarakat. Pemandu pelatihan ini adalah Pak Masjudin. Selain itu, ada juga narasumber ahli yaitu mitra 2 (UD. NIHIDAMARS) yang diwakili oleh Najamudin, M.Si. pelatihan pembuatan bibit yang dilaksanakan berupa pelatihan pembuatan Bibit F0, F1 dan F2. Pelatihan pembuatan bibit pada awalnya dilaksanakan di salah satu rumah warga. Hal ini disebabkan karena proses pembuatan bibit membutuhkan tempat yang steril. Sedangkan di kumbung mini yang sudah dibuat tidak ada tempat khusus sterilisasi. Setelah dibuat kumbung, sudah ada tempat melaksanakan pembuatan bibit. 2) Pelatihan pembuatan baglog
358
3)
4)
5)
6)
Pelatihan pembuatan baglog pertama kali dilaksanakan pada tanggal 2 Mei 2015. pelatihan ini dilaksanakan di dekat kumbung mini. Pemandu pelatihan ini adalah Pak Ismail Efendi. Selain itu, ada juga narasumber ahli dari mitra 1 (UD. NIHIDAMARS). Proses pembuatan baglog tahap pertama menghasilkan 100 baglog. Ukuran baglog yang dibuat adalah 1,5 kg. Selanjutnya, pembuatan baglog dibuat secara rutin dengan melibatkan anggota koperasi dan masyarakat. Pelatihan pembudidayan dan pemeliharaan jamur tiram Pelatihan pembudidayaan dan pemeliharaan jamur tiram dilaksanakan secara berkala kepada masyarakat. Pelatihan pembuatan pupuk organic Pelatihan pembuatan pupuk dilaksanakan setelah baglog pembelian pertama dari mitra 1 tidak produktif. Proses pelatihan pembuatan pupuk pertama kali dilaksanakan pada tanggal 5 Juni 2015. Setelah pupuk jadi, proses selanjutnya adalah diujicobakan Pelatihan pemasaran hasil produksi Proses pelatihan pemasaran dilaksanakan pada tanggal 4 Mei 2015. Proses pelatihan pemasaran yang dimaksud adalah pelatihan pemasaran jamur. Selanjutnya, pendampingan pelatihan pemasaran dilaksanakan secara berkala. Pelatihan Berkoperasi syari’ah Pelatihan cara berkopersi syari’ah dilaksanakan secara berkala dengan mendatangkan tim ahli. Proses pelatihan cara berkoperasi syari’ah dilaksanakan pertama kali pada tanggal 22 Juni 2015. Selanjutnya, pelatihan ini dilaksanakan
Ismail Efendi & Masjudin, Pemberdayaan Masyarakat melalui Pembudidayaan Jamur Tiram
setiap bulan bersamaan dengan rapat anggota sekaligus penyerahan simpanan bulanan D. Hasil Pembuatan Kumbung Pembuatan kumbung mulai dilaksanakan pada tanggal 5 Juni 2015. Pembuatan kumbung dimulai dari perataan tanah, pembuatan pondasi, Pembuatan Rangka Kumbung, pembuatan pintu, Pemasangan atap, Pemasangan dinding dan paranet. Kegiatan pembuatan kumbung secara bertahap dapat dilihat pada gambar berikut.
Gambar 4. Perataan tanah dilokasi pembuatan kumbung
Gambar 5. Kondisi kumbung Perataan tanah dilokasi pembuatan kumbung
Gambar 1. Perataan tanah dilokasi pembuatan kumbung
Gambar 2. Perataan penurunan pasir dilokasi
Gambar 6. Kondisi Kumbung terakhir
Kumbung dibangun di atas tanah seluas 2 are. Ukuran kumbung yang dibangun adalah 14m x 6m dengan spesifikasi bangunan 1) Ruang sekertariat dan mes penjaga koperasi berukuran 6m x 4m 2) Ruang inokulasi berukuran 2m x 2m 3) Ruang inkubasi berukuran 4m x 2m 4) Ruang pemeliharaan jamur 6m x 6m Daya tampung kumbung yang dibuat adalah mampu menampung 2000 baglog.
Gambar 3. Perataan tanah dilokasi pembuatan kumbung
E. Hasil Pembentukan Koperasi Proses pembentukan koperasi dilaksanakan pada tanggal 26 Juni 2015. Proses pembentukan koperasi:
359
Jurnal Kependidikan 14 (4): 351-360
1) Rapat pembentukan pengurus Rapat pembentukan pengurus dilaksanakan pada tanggal 26 Juni 2015. Adapun hasil rapat ini mengangkat ketua koperasi: Rahadi Suryadi, Sekertaris: Masjudin, dan bendahara: Rubianto. Selanjunya ketua pengawas: Ismail Efendi, Anggota pengawas 1: Yusran Khery, anggota pengawas 2: Khaeruman, dan anggota pengawas 3: M. Habibi. 2) Rapat pembahasan AD-ART Rapat pembahasan AD-ART juga dilaksanakan pada tanggal 26 Juni 2015. Hasilnya adalah tertera pada AD-ART Koperasi dengan nama Koperasi Syari’ah 3) Pengurusan badan hukum Pengurusan badan hukum mulai dilaksanakan pada tanggal 29 Juni 2015. Pengurusan badan hukum menunggu hasil pendaftaran di Dinas Koperasi kab. Lombok Barat yang dilaksanakan pada tanggal 30 Juni 2015 Simpulan Berdasarkan hasil pelaksanaan kegiatan yang dilaksanakan maka dapat disimpulkan: Pelaksanaan kegiatan pengabdian sampai pada berjalan dengan baik. Semua luaran sudah tercapai. Luaran yang dihasilkan yaitu: 1) Koperasi masyarakat dengan managemen syari’ah; 2) Menghasilkan bahan pangan berupa jamur tiram; 3) Menghasilkan pupuk organic bernilai ekonomi; 4) Jurnal Terpublikasi yang berIS
360
Daftar Pustaka Abdul
K.P, 2002. Karakteristik Pertumbuhan dan Produksi Jamur Tiram. Fakultas Pertanian, Universitas Riau, Pekanbaru. Jurnal Natur Indonesia 5 ( 2 ) : 152 – 156 Adiyuwono. 2002. Pengomposan media Champignon. Trubus 388 XXXIII:48 Amni, L, Arikunto,S. 2010 Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek Jakarta: Rineka Cipta Brock, T.D. dan T.M. Michael, 1991. Biology of Microorganisme . New York :Prentice Hall Cahyana Y. A, Mucroji, M. Bahrun, 2001. Jamur Tiram. Penebar Swadaya, Jakarta. Hal 63. Daryanto, 1997. Kamus Bahasa Indonesia Lengkap. Surabaya : Apollo. Dr. Ir. Achmad, M.S.2013Panduan Lengkap Jamur– Cetak. 2.–Jakarta: Penebar Swadaya. Erie Maulana Sy. 2012Panen Jamur Tiap Musim, Edisi .I.- Yogyakarta: Lily Publisher. Istiarti, V. G Tinuk, Priyadi N, Laksmono W, Emmy R. 2009. Pemberdayaan Masyarakat. Semarang: Undip Press. Purnomo, H & Adition. 1985. Ilmu Pangan (Terjemahan). Jakarta: UI Press. Widyastuti N., & D. Tjokrokusumo. 2008. Aspek lingkungan sebagai faktor penentu keberhasilan budidaya jamur tiram (Pleurotus sp.). Jurnal Teknik Lingkungan 9: 287-293.