UNDIP PRESS
PEMANFAATAN LAHAN PEKARANGAN UNTUK PEMBUDIDAYAAN JAMUR TIRAM (Pleurotus spp.) Sutoyo Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa Tengah Bukit Tegalepek, Sidomulyo, PO Box 101 Ungaran 50501. Telp.024-6924965; E-mail:
[email protected]
ABSTRAK Jamur tiram (Pleurotus spp), di Indonesia, termasuk komoditas sayuran. Sebagai bahan makanan, jamur tiram merupakan bahan pangan yang bernilai gizi tinggi dan bermanfaat untuk kesehatan manusia. Pada umumnya konsumen di Indonesia sebagian besar menyukai jamur tiram putih (Pleuorotus ostreatus) dan sebagian kecil menyukai jenis jamur tiram yang lain (tiram abu-abu, cokelat, merah muda, kuning, atau tiram raja). Budidaya jamur tiram, baik dalam tujuan jangka pendek maupun jangka panjang dapat selaras dengan kawasan rumah pangan lestari, karena sebagai salah satu jenis sayuran selain dapat memenuhi kebutuhan pangan dan gizi keluarga yang bermanfaat untuk kesehatan juga dapat mendukung ekonomi produktif, dapat dilakukan pengembangan sumber bibit jamur tiram dan limbahnya dapat diolah menjadi pupuk organik. Budidaya jamur tiram dapat diusahakan di halaman rumah di daerah perkotaan dan di lahan pekarangan di daerah perdesaan (dengan membuat rumah jamur), baik di wilayah dataran rendah, medium, maupun dataran tinggi selama kebutuhan lingkungan untuk pertumbuhan jamur, terutama kisaran suhu (22 - 30 oC) dan kelembaban (80 - 95%) dapat terpenuhi. Baik di daerah perkotaan maupun perdesaan, guna memenuhi gizi keluarga, budidaya jamur tiram dapat dilakukan di pekarangan sangat sempit sampai bahkan di rumah tanpa pekarangan/tanpa halaman karena budidaya skala kecil bisa dilakukan di sebagian kecil ruang dapur atau ruang dekat kamar mandi (dengan menggunakan keranjang plastik atau rak). Untuk usaha sampingan budidaya jamur tiram dapat di lakukan (dengan membuat rumah jamur) di halaman sempit di perkotaan (36 – 45 m 2) maupun di perdesaan dengan pekarangan sempit (< 120 m 2). Bila digunakan sebagai usaha utama (pekerjaan tetap) budidaya jamur tiram dapat diusahakan di pekarangan sempit sampai sedang di perdesaan ( >120 m 2) atau dengan halaman luas di perkotaan (>66 m2). Guna mendukung kawasan rumah pangan lestari, budidaya jamur tiram dapat diusahakan untuk memenuhi gizi keluarga maupun diusahakan sebagai pekerjaan sambilan/tambahan penghasilan atau untuk usaha/pekerjaan utama, sesuai dengan skala usaha budidaya yang dijalankan. Kata kunci: jamur tiram (Pleurotus spp.), budidaya, rumah pangan lestari
PENDAHULUAN Jamur tiram, Pleurotus spp., termasuk pada kelompok komoditas sayuran. Dari sekitar 50 spesies jamur konsumsi yang diperdagangkan secara komersial, beberapa spesies di antaranya adalah jamur tiram. Di Indonesia, pada umumnya konsumen menyukai jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus), sehingga petani/pembudidaya jamur tiram umumnya mengusahakan jamur tiram putih. Beberapa spesies jamur tiram yang lain, yaitu tiram abu-
abu (P. cystidius), tiram merah muda (P. flabellatus), tiram cokelat (P. cystidiosus), tiram kuning (P. citrinipileatus) dan tiram raja (P. umbellatus). Sebagai bahan makanan, jamur tiram merupakan bahan pangan yang bernilai gizi tinggi dan bermanfaat bagi orang yang menjalankan diet. Jamur merupakan hasil produk pertanian yang sehat karena mengandung protein yang tinggi 20-35 mg/100 gr bahan kering sehingga dapat menggantikan protein hewani
“Optimalisasi Lahan Pekarangan Untuk Peningkatan Perekonomian Masyarakat dan Pengembangan Agribisnis”
611
UNDIP PRESS
yang banyak mengandung kolesterol (Dimyati, 2005). Kandungan nutrisi setiap 100 gr bahan kering jamur tiram ada sekitar 25,0 mg protein, 1,1 mg lemak, 59,2 mg karbohidrat, 92,2% kadar air dan 261 kalori. Selain itu, jamur tiram juga mengandung berbagai macam asam amino (Soeriawiria, 2005), beberapa vitamin dan mineral (Quimio, 2002) yang sangat baik untuk kesehatan, dan juga mengandung beberapa senyawa yang dapat berfungsi sebagai penurun kolesterol, antioksidan dan penghambat tumor (Sudirman, 2005; Trubus, 2010). Untuk budidaya jamur tiram tidak memerlukan lahan yang luas sehingga sangat sesuai dilakukan di lahan pekarangan rumah penduduk (Dimyati, 2005). Untuk memenuhi kebutuhan pangan dan gizi keluarga, jamur tiram bisa dibudidayakan di sebagian ruang dapur (Quimio, 2002). Dengan memiliki satu kumbung jamur berukuran 8 x 6 m 2 rata-rata bisa untuk membudidayakan sebanyak 5.000 baglog yang dapat menghasilkan jamur tiram segar rata-rata 2.500 kg per periode tanam selama 4-6 bulan sekali (Dimyati, 2005). Harga jamur tiram segar saat ini, di Jawa Tengah berkisar antara Rp.7.000-12.000,- per kg tergantung lokasi dan situasi pasar. Sehingga jamur tiram merupakan salah satu sayuran yang prospektif untuk diusahakan karena bernilai ekonomi tinggi dengan harga yang relatif stabil. Hal ini berbeda dengan sayuran lainnya seperti cabai dan tomat yang mempunyai harga dengan fluktuasi tajam. Dalam kaitannya dengan pengembangan kawasan rumah pangan lestari, pada makalah ini akan dibahas mengenai pemanfaatan lahan pekarangan untuk pembudidayaan jamur tiram. Pembudidayaan di sini lebih diarahkan untuk pembesaran jamur tiram, sehingga petani/pembudidaya masih mempunyai cukup waktu untuk membudidayakan beragam tanaman lain/ternak/ikan. Budidaya jamur tiram dimulai dari rumah tanpa lahan pekarangan/halaman, rumah dengan pekarangan yang sempit, rumah dengan pekarangan yang sedang dan rumah dengan pekarangan yang luas. Karena pembahasan terbatas pada budidaya/pembesaran jamur tiram, maka petani/pembudidaya tidak perlu membuat bibit sendiri kecuali kalau mau menekuni bisnis pembuatan bibit jamur tiram. Untuk itu pada akhir makalah ini diberikan daftar para petani/kelompok tani/pengusaha tempat
612
penjualan bibit produksi/baglog jamur tiram yang siap dibudidayakan yang tersebar di Provinsi Jawa Tengah (Lampiran 1). Tujuan dari tulisan ini adalah untuk memberikan gambaran bentuk-bentuk budidaya yang bisa dilakukan pada berbagai kondisi pekarangan sesuai dengan kondisi pekarangan rumah yang ada. Syarat-syarat tumbuh jamur tiram. Bila kita membeli baglog jamur tiram sebaiknya kita memilih baglog yang sudah ditumbuhi miselium jamur tiram, baik sebagian atau keseluruhan permukaan baglog sudah berwarna putih, ini menunjukkan bahwa jamur sudah tumbuh dan persyaratan tumbuh jamur di dalam baglog telah terpenuhi. Bila baglog jamur tiram belum dipenuhi miselium yang berwarna putih maka sebaiknya baglog perlu diletakkan pada ruang tersendiri (diinkubasi), dari tanam benih (inokulasi) sampai miselium memenuhi permukaan baglog dibutuhkan waktu 3-4 minggu. Setelah baglog dipenuhi miselium maka baglog siap ditumbuhkan/dibesarkan pada ruang budidaya. Beberapa persyaratan yang dibutuhkan jamur tiram selama masa budidaya/ pembentukan tubuh buah, yaitu: 1. Suhu. Untuk budidaya jamur tiram diperlukan suhu pada kisaran 22-30oC. Bila suhu ruangan naik di atas 30oC sebaiknya diberikan penyemprotan/pengkabutan uap air dengan lebih sering agar suhu menurun untuk mempercepat terbentuknya primordia. 2. Kelembaban. Kelembaban udara untuk mendukung pertumbuhan badan buah yaitu pada kisaran 80-95%. Untuk mencapai kisaran ini pada kondisi lingkungan yang panas perlu penyemprotan/pengkabutan lingkungan secara rutin, tetapi penyemprotan tidak boleh berlebihan yang dapat menyebabkan media di dalam baglog menjadi basah (Quimio, 2002). 3. Cahaya. Pertumbuhan jamur tiram membutuhkan cahaya tidak langsung yang bermanfaat dalam perangsangan terbentuknya tubuh buah. Intensitas cahaya yang dibutuhkan untuk pertumbuhan jamur sekitar 200 lux
Prosiding Seminar Nasional Optimalisasi Pekarangan, Semarang 6 November 2012
UNDIP PRESS
(10%). Sedangkan pada pertumbuhan miselium (inkubasi) tidak diperlukan cahaya (Soeriawiria, 2002). 4. Aerasi. Komponen penting dalam udara yang berpengaruh pada pertumbuhan jamur yaitu Oksigen (O2). Oksigen merupakan unsur penting untuk respirasi sel. Sumber energi dalam sel dioksidasi menjadi karbondioksida (CO2). Karbondioksida yang terlalu banyak menyebabkan pertumbuhan jamur tidak normal. Sehingga udara di lingkungan di mana jamur tumbuh perlu adanya aerasi atau pergantian udara. Untuk itu baik lingkungan di dalam kumbung atau lingkungan mikro di dalam wadah/tutup plastik di mana jamur tumbuh diperlukan bilik/lubang ventilasi. BUDIDAYA JAMUR TIRAM DI RUMAH TANPA PEKARANGAN
sekitarnya. Jika tidak tersedia alat semprot, maka baglog-baglog yang ditata di dalam keranjang dengan diberi alas koran bekas yang dibasahi (Quimio, 2002). 2. Jamur kecil (primordia) akan tumbuh di permukaan pada 3-7 hari kemudian, setelah 2-3 hari berikutnya jamur siap dipanen pertama kali. 3. Setelah dipanen, plastik pada leher baglog digulung ke bawah. Kelembaban dan suhu dijaga dengan sesekali menyemprotkan air ke lingkungan di sekitar baglog, maka dalam waktu 1-2 minggu berikutnya akan terbentuk primordia jamur lagi dan dalam waktu 2-3 hari kemudian jamur siap panen yang kedua. Setelah panen kedua, bagian bukaan baglog ditutup dan diikat baik-baik, kemudian dibalik dan dibuat sobekan plastik di bawah baglog, jamur biasanya berkembang lagi dalam 5-7 hari. Kemudian buat sobekan di bagian samping agar primordia jamur dapat berkembang lagi, dan seterusnya.
A. Budidaya jamur tiram di sebagian ruang dapur. Untuk konsumsi rumah tangga, jamur tiram bisa dibudidayakan di sebagian ruang dapur yang belum termanfaatkan, bisa juga dilakukan di ruang berdekatan dengan kamar mandi. Hal ini bisa dilakukan baik di rumah perdesaan maupun perkotaan, baik di daerah dingin maupun panas. Untuk budidaya di daerah dingin /dataran medium sampai tinggi biasanya tanpa pengaturan lingkungan mikro, jamur tiram sudah bisa tumbuh dengan baik. Namun untuk kondisi daerah panas/dataran rendah bisa dilakukan dengan pengaturan lingkungan mikro. Petani/pembudidaya dapat membeli baglog yang sudah ditumbuhi miselium jamur dan dapat memelihara baglog tersebut di rumah (untuk daerah panas/dataran rendah), dengan menggunakan cara sebagai berikut: 1. Setelah baglog jamur tiram dipenuhi miselium, kapas penyumbat baglog dilepas, kemudian baglog-baglog ditata di atas baki dan baki ditutup dengan lembaran plastik yang diberi lubang atau dimasukkan ke keranjang plastik/kayu. Kelembaban dijaga pada kisaran 80%-95% dan suhu pada kisaran 22 – 28oC, dengan cara menyemprotkan air sekali-sekali ke udara
Gambar 1. Budidaya Jamur Tiram Di Bagian Ruang Dapur Dapat Dilakukan Dengan Menggunakan Keranjang Plastik (Quimio, 2002) 4. Baglog-baglog dapat diletakkan secara berdampingan di atas baki/dalam keranjang dengan dibuatkan celah/sobekan di bagian atas baglog. Sebaiknya panen dilakukan sebelum tudung jamur tiram mekar penuh, sebelum jamur membentuk spora, agar ruangan tempat budidaya dapat terjaga bersih. Dari masing-masing baglog biasanya dapat dilakukan sebanyak 3-6 kali panen/petik dengan total berat 250 gram sampai 500 gram selama satu kali periode tanam antara 3-5 bulan, tergantung jenis strain jamur tiram, berat baglog dan lingkungan pertumbuhannya.
“Optimalisasi Lahan Pekarangan Untuk Peningkatan Perekonomian Masyarakat dan Pengembangan Agribisnis”
613
UNDIP PRESS
5. Dengan cara ini, untuk di daerah panas bisa dipelihara 10-50 baglog atau lebih banyak lagi tergantung ruangan yang tersedia. Dengan memelihara 50 baglog jamur tiram, selama 5 bulan periode tanam setiap bulannya bisa dipanen 2,5 – 5 kg jamur tiram segar dan bisa dipanen untuk mencukupi kebutuhan gizi keluarga. 6. Untuk wilayah perdesaan yang mempunyai ruang dapur yang luas, terutama di daerah dingin, dengan menggunakan rak bertingkat 3 dengan rak luasan 2 x 0,8 m 2 bisa untuk memelihara sekitar 500 baglog jamur tiram. B. Budidaya jamur tiram di dalam ruang kosong. 1. Ruang kosong dengan ukuran sekitar 3 X 2 m2 cukup untuk memelihara sekitar 500 – 1000 baglog jamur tiram, dapat dilakukan baik di daerah perkotaan maupun perdesaan. 2. Untuk budidaya di dataran medium sampai tinggi biasanya tanpa memerlukan perlakuan khusus sudah dapat membuat pertumbuhan jamur tiram cukup normal, kecuali pada musim kemarau kadangkadang masih perlu penyemprotan/ pengkabutan dengan air waktu suhu ruangan naik melebihi 30oC atau kelembaban ruangan turun di bawah 80%. 3. Untuk budidaya di dataran rendah, guna menjaga kelembaban ruangan pada kisaran 80-95% dan suhu ruangan pada kisaran 2230oC, biasanya masih diperlukan beberapa kali penemprotan/pengkabutan dengan air dalam sehari.
Kumbung bisa dibuat terpisah dari rumah induk atau menempel di bagian samping atau belakang rumah. B. Budidaya di pekarangan perdesaan ( kurang dari 120 m2).
sempit
di
Pekarangan sempit di perdesaan dengan luasan kurang dari 120 m2, bisa digunakan untuk membuat kumbung dengan ukuran 60 m2 dan halaman selebihnya bisa untuk mengusahakan budidaya yang lain. Dengan ukuran kumbung ini bisa untuk membudidayakan jamur tiram, skala menengah, sebanyak 12.000 – 15.000 baglog. Luas kumbung tergantung pada jumlah baglog yang akan dibudidayakan. Kumbung jamur ini bisa dibuat dari material alami dengan sejumlah ventilasi udara atau jendela untuk aerasi. Jika banyak angin, jendela pada kumbung sebaiknya ditutup guna menjaga kelembaban pada kisaran 80% - 95%. baglog yang telah penuh ditumbuhi miselium diletakkan dengan cara bertumpuk satu baglog di atas yang lain, di atas rak bambu di dalam kumbung (Quimio, 1997). Rak-rak untuk menata baglog bisa terbuat dari bambu, kayu atau besi (Anton, 2011). baglog dapat ditata secara tidur (baik untuk daerah panas atau dingin). Untuk daerah dingin baglog dapat ditata secara berdiri. Untuk daerah panas penataan baglog secara berdiri kurang sesuai karena dapat menyebabkan penguapan yang tinggi (Anton, 2011). baglog-baglog dibuka dengan cara melepas penyumbatnya dan bagian atas plastik baglog dapat digulung ke bawah atau dipotong. Selama 6-10 hari tergantung dari tingkat kemasakan baglog. Jamur akan keluar dari
BUDIDAYA JAMUR TIRAM DI RUMAH DENGAN PEKARANGAN SEMPIT. A. Budidaya jamur tiram di halaman sempit di perkotaan ( ± 36 m2). Halaman sempit di perkotaan dengan luasan sekitar 36 m2 bisa digunakan untuk membuat kumbung ukuran kecil, misalnya 6 x 3 m 2, dan halaman selebihnya bisa untuk mengusahakan tanaman yang lain. Dengan ukuran kumbung seluas itu bisa digunakan untuk membudidayakan sekitar 2000 -3000 baglog jamur tiram.
614
Gambar 2. Budidaya Jamur Tiram Skala Kecil, 30-60m2, Dapat Diusahakan Di Pekarangan Sempit Di Perdesaan Atau Halaman Sedang Di Perkotaan (Trubus, 2010)
Prosiding Seminar Nasional Optimalisasi Pekarangan, Semarang 6 November 2012
UNDIP PRESS
permukaan yang terbuka. Dengan cara ini, bagian belakang dari baglog dapat dilepas atau disobek/dibelah untuk memberi kesempatan jamur berikutnya muncul dari celah tersebut (Quimio, 1997). BUDIDAYA JAMUR TIRAM DI RUMAH DENGAN PEKARANGAN SEDANG-LUAS A.Budidaya jamur tiram di halaman sedang luas di perkotaan. Pada halaman sedang yang di perkotaan (± 45 m2) bisa dimanfaatkan setengahnya untuk budidaya jamur dan selebihnya untuk budidaya tanaman yang lain. Untuk itu bisa digunakan untuk membuat kumbung seluas 6 x 4 m2 yang dapat digunakan untuk budidaya jamur tiram skala kecil sampai menengah. Untuk halaman luas yang di perkotaan (lebih dari 66 m2), bisa dimanfaatkan untuk membuat kumbung seluas 8 x 6 m2 yang bisa digunakan untuk usaha budidaya jamur tiram skala menengah dengan jumlah 6.000 – 7.000 baglog B. Budidaya jamur tiram di pekarangan sedang-luas di perdesaan. Pekarangan sedang di perdesaan dengan luasan antara 120 – 400 m2 dapat digunakan untuk membangun kumbung dengan ukuran 12 x 10 m2 dan selebihnya dapat digunakan untuk budidaya tanaman yang lain. Kumbung dengan ukuran 120 m2 sudah bisa untuk membudidayakan jamur tiram sebanyak 25.000 baglog atau lebih, termasuk skala usaha budidaya yang besar.
Gambar 3. Budidaya Jamur Tiram Skala Sedang-besar Dapat Digunakan Kumbung Dengan Luasan Sekitar 12 X 8 M2 (Trubus, 2010)
Untuk pekarangan luas yang di perdesaan dengan luas pekarangan lebih dari 400 m2, bisa dimanfaatkan untuk membuat lebih dari 3 kumbung dengan masing-masing ukuran 12 x 10 m2, termasuk usaha budidaya jamur tiram skala besar. KESIMPULAN Guna mendukung kawasan rumah pangan lestari, budidaya jamur tiram dapat diusahakan untuk; 1. Memenuhi gizi keluarga dengan cara budidaya jamur skala kecil tanpa pekarangan karena dapat diusahakan di sebagian ruang dapur atau ruang kosong di dalam/samping rumah. 2. Menambah penghasilan dengan melakukan budidaya pada pekarangan sempit di perdesaan atau halaman sempit-sedang di perkotaan. 3. Digunakan sebagai pekerjaan utama dengan melakukan budidaya di pekarangan sedang luas di perdesaan, atau di halaman luas rumah di perkotaan. DAFTAR PUSTAKA Dimyati, A. 2005. Kebijakan Departemen Pertanian Dalam Pengembangan Jamur Pangan. Prosiding Pra-Workshop: Pengembangan Produk dan Industri Jamur Pangan Indonesia. BPPT & ASEAN Sectoral Working Group on Crops. Hal.18. Fadillah, N. 2010. Tips Budidaya Jamur Tiram. Genius Publisher, Yogyakarta. 114 hal. Kementerian Pertanian. 2010. Standar Operasional Prosedur (SOP) Budidaya: Jamur Tiram. Direktorat Budidaya Tanaman Sayuran & Biofarmaka. Jakarta. 40 hal. Mardiharini, M., K. Kariyasa, Zakiah, Dalmadi dan A. Susakti. 2011. Petunjuk Pelaksanaan Pengembangan Model Kawasan Rumah Pangan Lestari. Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian. Bogor.45 hal. Prayoga, A. 2011. Sukses Budidaya Nila Tumpangsari Jamur Tiram. Abata Press, Klaten. 120 hal.
“Optimalisasi Lahan Pekarangan Untuk Peningkatan Perekonomian Masyarakat dan Pengembangan Agribisnis”
615
UNDIP PRESS
Quimio, T.H. 2002. Tropical Mushroom Cultivation. National Book Store. The Philippines. 163 p. Soeriawiria, U. 2002. Budidaya Jamur Tiram. Penerbit Kanisius, Yogyakarta. 87 hal. Soeriawiria, U. 2005. Teknologi Produksi Jamur Shiitake. Prosiding Pra-Workshop: Pengembangan Produk dan Industri Jamur Pangan Indonesia. BPPT & ASEAN Sectoral Working Group on Crops. Hal.1533. Sudirman, L.I. 2005. Pengembangan Produk Pangan Fungsional dari Jamur Tiram. Prosiding Pra-Workshop: Pengembangan Produk dan Industri Jamur Pangan Indonesia. BPPT & ASEAN Sectoral
616
Working Group on Crops. Hal.95-100. Suharyanto, E. 2010. Bertanam Jamur Tiram di Lahan Sempit. PT. Agro Media Pustaka, Jakarta. 118 hal. Sumiati, E. 2005. Teknologi Budidaya Jamur Edibel. Balai Penelitian Tanaman Sayuran (BALITSA), Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura. LembangJawa Barat. Syaifudin, M., dan R. Masanto. 2011. Kiat Sukses Budidaya Jamur Tiram. PT. Citra Aji Parama, Yogyakarta. 76 hal. Trubus, Redaksi. 2010. Jamur Tiram Dua Alam, Dataran Rendah dan Tinggi. PT. Trubus Swadaya, Jakarta. 64 hal.
Prosiding Seminar Nasional Optimalisasi Pekarangan, Semarang 6 November 2012
UNDIP PRESS
Lampiran 1. Daftar Petani/Kelompok Tani/Pengusaha Pembuat Bibit/Media Produksi/ Baglog Jamur Tiram Di Provinsi Jawa Tengah Nama Petani/ Kelompok No. Alamat No. Telp/ Hp. Kabupaten/Kota Tani/Pengusaha 1. Slamet Santoso/UD.Alam Ds. Wanadadi, Kec. Wanadadi 0286.339.8780 Banjarnegara Sejahtera. 081.328.767.349 2. Rosim Ds. Sigaluh, Kec. Sigaluh Banjarnegara 3. Heni Pudjiwati/UD. Sarana Ds. Wantilgung Rt.03/ Rw. 02 081.225.071.440 Blora Berkah Mulia Ngawen. 085.729.112.441 4. Kel. Tani “Agro Jamur” Jl. Gn. Merapi Rt.02/ Rw.02 Kel. Banyumas Pabuwaran – Purwokerto Utara 5. Giyatno/ Kel.Tani “Rukun Ds. Jikut, Gondang Manis, Kec. 081.329.957.986 Karanganyar Tani” Karang pandan 6. Sudarmanto/ UD. Berkah Harjosari Madyocondro - Secang 082.136.121.611 Magelang Tiram Akbar 7. Moh. Ruba’i/Agro Jamur Ds. Kuryokalangan 02/05 Kec. 081.390.335.539 Pati Tiram Putih Gabus 8. Bati Endang, SR./Citra Ayu Jl. Raden Patah no.39 081.225.078.022 Purwodadi Mandiri Rt.03/Rw.03. Grobogan 085.726.097.138 9. Nur Khamid Maulana/ Kel. Ds. Sawahan Rt.03/02, Bongkot, 085.228.190.144 Purworejo Tani “Oyster Bongkot” Kec.Purwodadi 10. Bursa Agro Jamur Wirokerten, Majir – Kutoarjo. 081.542.974.696 Purworejo 11. Susilo/ Kel.Tani“Dwipa Ds. Sodong, Genting, Kec. 081.2288.7843 Kab. Semarang Nirmala” Jambu. 12. Niniek Sri Lestari,ST/ Jl. Sultan Agung 143 Sendang, 081.904.886.579 Kab. Semarang UPPKS”Wijaya Kusuma” Kec. Bringin 13. Achmad Tholibin/ “Nafisa Karang Geneng Rt.03/01, 085.325.043.943 Kota Semarang Mushroom” Gunung- Pati. 14. Edi Wasito Ir./ Paguyuban Jl. Mayangsari no.15 Druju, 0298.314.314 Kota Salatiga Petani “Jamur Subur” Kel.Sidorejo-Kidul Kec. Tingkir 081.2283.1636 15. Prihono Widianto/ Aris Tembarak Lor Rt.02/02. Ds. 085.878.787.700 Temanggung Walyanto/ Kel.Tani Jamur Tembarak, Kec. Tembarak 081.7016.4978 ”Setelan” 16. Erochman/Media Agro Ds. Gentingsari, Kec. Bansari 081.392.857.946 Temanggung Sindoro 085.328.114.209 17. Heru Nirmolo/ Legowo/ Ds. Candisari, Kec. Tlogowungu 081.5797.0972 Temanggung Kpk “Mitra Mandiri” 081.578.595.973 18. Sungkono Ds. Wonosobo, Kec. Wonosobo Wonosobo
“Optimalisasi Lahan Pekarangan Untuk Peningkatan Perekonomian Masyarakat dan Pengembangan Agribisnis”
617