2
i?
p
PEMANFAATAN LIMBAH KARAGENAN SEBAGAI MEDIA KULTIVASI JAMUR TIRAM (Pleurotus ostreatus)
Oleh : Luthfi Assadad C34103024
PROGRAM STUD1 TEKNOLOGI HASIL PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
LUTHFI ASSADAD. Pemanfaatan Limbah Karagenan Sebagai Media Kultivasi Jamur Tiram (Pleurotus ostreatus). Dibimbing oleh LINAWATI HARDJITO. Penggunaan rumput laut untuk memenuhi berbagai kebutuhan manusia menyebabkan berkembangnya berbagai industri rumput laut, diantaranya industri karagenan. Hasil samping dari industri ini berupa limbah yang mengandung selulosa. Jamur tiram (Pleurotus ostreatus) merupakan organisme yang mampu tumbuh pada media yang mengandung selulosa. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pemanfaatan limbah karagenan sebagai media pertumbuhan jamur tiram (P. ostreatus). Penelitian ini terdiri atas tiga tahap yaitu penelitian pendahuluan, penelitian utama dan analisis kelayakan usaha. Penelitian pendahuluan dilakukan untuk mengetahui formulasi media kultivasi jamur tiram. Penelitian utama yaitu kultivasi ulang pada media terbaik penelitian pendahuluan. Parameter yang diamati meliputi lama inkubasi (hari), lama waktu munculnya primordia pertama (hari), bobot tubuh buah (g), jumlah tubuh buah, diameter tudung terbesar (cm) dan panjang tangkai terbesar (cm). Data yang diperoleh dianalisis dengan statistika deskriptif, sidik ragam dan uji lanjut Duncan. Jamur dari kultivasi media terbaik dianalisis kadar proksimat dan logam berat. Hasil percobaan menunjukkan bahwa limbah karagenan dapat dimanfaatkan sebagai media pertumbuhan jamur tiram. Empat formula media terbaik (kode B, H, I dan M) hasil penelitian pendahuluan dipilih berdasarkan kondisi fisika-kimia media dan produktivitas jamur tiram. Formula terpilih memiliki tekstur media padat, pH 6-8 dan rasio efisiensi biologi 19,91%-25,35%. Kultivasi ulang yang dilakukan terhadap empat media terbaik inenunjukkan pH media berkisar antara 6 - 7,5; tekstur miselia lebii tebal dan bobot jamur yang dihasilkan lebih banyak dengan rata-rata rasio efisiensi biologi berkisar antara 17.25% - 28.39%. Secara umum, media perlakuan I (20% limbah karagenan, 60% skrbuk gergajian dan 20% dedak) membirikan hasil ;ang terbaik. Analisis proksimat menunjukkan bahwa komposisi gizi jamur tiram berada dalam kisaran yang wajar dengan nilai kadar air 81,32% (basis basah), kadar abu 8,50% (basis kering), kadar protein 35,50% (basis kering), kadar lemak 1,81% (basis kering) dan kadar karbohidrat 49,83% (basis kering). Analisis logam berat menunjukkan bahwa jamur tiram yang diiasilkan aman untuk dikonsumsi dengan kandungan timbal (Pb) di bawah 0,04 ppm, kadmium (Cd) sebesar 0,01 ppm dan raksa (Hg) sebesar 3,77 x 10" ppm. Analisis kelayakan usaha memberikan nilai Net Present Value Rp 6.495.120,OO; Net Benefit-Cost Ratio 1,27; Internal Rate of Return 18,77% pada tingkat suku bunga 18% pertahun dan Payback Period 4,096 bulan pada umur investasi 6 bulan. Dengan demikian usaha budidaya jamur tiram menggunakan limbah karagenan layak untuk direalisasikan. Analisis kelayakan proyek dengan asumsi rasio efisiensi biologi 50% memberikan nilai Net Present Value )& Rp 175.716.679,80; Net Benefit-Cost Ratio 1,73; Internal Rate of Return 19,02% pada tingkat suku bunga 18% pertahun dan Payback Period 4,78 bulan pada umur investasi 2 tahun sehingga layak direalisasikan.
PEMANFAATAN LIMBAH KARAGENAN SEBAGAI MEDIA KLiLTIVASI JAMUR TIRAM (Pleurotus ostreatus)
Sebagai satah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor
Oleh : Luthfi Assadad C34103024
PROGRAM STUD1 TEKNOLOGI HASIL PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
Judul Skripsi : Pemanfaatau Limbah Karagenan sebagai Media Kultivasi Jamur Tiram (Pleurutirs ustreatus) Nama
: Luthfi Assadad
NRP
: C34103024
Menyetujui, Pembimbing
Dr. Ir. Linawati Hardiito, M.Sc NIP. 131 664 395
Mengetahui,
Tanggal Lulus : 22 April 2008
PERhTATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Pemanfaatan Limbah Karagenan Sebagai Media Kultivasi Jamur Tiram (Pleurotus ostreatus) adalah karya saya sendiri dengan arahan dari pembimbing d m belum
diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun.
Sumber
informasi yang berasal atau kutipan dari karya yang diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Mei 2008 Luthfi Assadad C34103024
FUWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Muara Teweh, Kalimantan Tengah pada tanggal 21 November 1985 sebagai anak pertama dari pasangan Bapak D.A. Djuraimy dan Ibu St. Aminah. Penulis mengawali pendidikan di SDN Melayu V Muara Teweh pada tahun 1991 dan menyelesaikannya di SDN Ngrambe I Ngawi pada tahun 1997. Pada tahun yang sama penulis diterima di MTs Darul Hikmah Ngawi dan menyelesaikan pendidikannya pada tahun 2000. Penulis melanjutkan pendidikan di SMU Al-Islam 1 Surakarta dan menyelesaikan pendidikrunlya pada tahun 2003. Pada tahun 2003, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada program studi Teknologi Hasil Perikanan dan dinyatakan lulus dengan skripsi bejudul Pemanfaatan Limbali Karagenan Sebagai Media Kultivasi Jamur Tiram (Pleurotus osheatus). Semasa kuliah penulis aktif sebagai asisten dosen pada beberapa mata kuliah, yaitu mata kuliah Statistika Dasar, Dasar-dasar Pengolahan Data Perikanan dan Fisiologi Hewan Air pada Departemen Manajemen Surnberdaya Perairan; mata kuliah Penerapan Komputer pada Departemen Ilmu Komputer serta mata kuliah Bioteknologi Hasil Laut pada Departemen Teknologi Hasil Perairan.
KATA PENGANTAR Puji syukur hanya kepada Allah azza wa jalla atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Skripsi hasil
penelitian ini disusun sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Perikanan pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Skripsi ini merupakan studi Pemanfaatan Limbah Karagenan sebagai Media Kultivasi Jamur Tiram (Pleurotus osheatus). Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada: 1. Dr. Ir. Linawati Hardjito, M.Sc selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan arahan selungga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi ini.
2. DIKTI melalui Program Kreativitas Mahasiswa 2006 yang telah mendanai penelitian ini. 3. Dr. Ir. Joko Santoso, M.Si dan Dr. Ir. Elis Nina Herliyana, M.Si selaku dosen penguji atas masukan dan koreksi yang telali diberikan dalam penyusunan skripsi ini. 4. Bapak, Ibu, adikku tersayang Aziz dan Nuna atas semangat, doa dan kasih
sayang yang tiada hentinya.
5. Dosen, staf, laboran dan mahasiswa Departemen THP atas bantuan dan kerjasama selama kuliah dari awal lingga akhir.
6. Budhi TPT 37, Uma Horti 40, N i e n KPM 39, Misnen, Thohir Agb 40, Bapak Saragih, Iwan A'38 dan Wawan Agronomi UGM 1999 serta seluuh karyawan PT Cipta Daya atas bantuan pemikiran dan ilrnunya.
7. Teman-teman dari Forum IPB, laboratoriurn Bioteknologi HP, wisma Uganda dan Assunnah atas jalinan persahabatan selama ini. 8. Semua pihak yang telah membantu dalam penelitian dan penulisan skripsi yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih ada kekurangannya. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan. Bogor, Mei 2008 Luthfi Assadad
DAFTAR IS1 Halaman
DAFTAR TABEL
... ................................................................................... vlii
DAFTAR GAMBAR
................................................................................ ix
DAFTAR LAMPIRAN
..................................................................................
................................................................................ 1.2 Tujuan ............................................................................................... 1.1 Latar Belakang
x
1
2
2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karagenan .......................................................................................... 2.1.1 Struktur karagenan ................................................................ 2.1.2 Limbab karagenan .................................................................
3 3 4
2.2 Jamur ................................................................................................. . . jamur . 2.2.1 Karaktenstik ................................................................ . . . . 2.2.2 Jems-jems ~ a m w .................................................................... 2.2.3 Jarnur tiram ............................................................................ 2.2.3.1 Deskripsi jamur tiram ............................................. 2.2.3.2 Budidaya jamur tiram ............................................. 2.3 Analisis Kelayakan Usaha ................................................................. 2.3.1 Net Present Value (NPV) ...................................................... 2.3.2 Net Benefit-Cost Ratio (Net BIC) .......................................... 2.3.3 Internal Rate ofReturn (IRR) ............................................... 2.3.4 Payback Period (PBP) ........................................................... 3. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ........................................................... 3.2 Bahan dan Alat
..................................................................................
.. 3.3 Tahapan Penelltian ............................................................................ .. 3.3.1 Penelltian ......................................................... . . pendal~uluan 3.3.2 Penelltian utarna ..................................................................... 3.3.2.1 Analisis proksimat .................................................. 3.3.2.2 Analisis logam berat (Reitz et a1. 1987) ................. 3.4 Rancangan Percobaan ....................................................................
14 14 15 15 17 17 19
20 21 3.5 Analisis Kelayakan Usaha ............................................................ 3.5.1 Net Present Value (NPV) ...................................................... 21 3.5.2 Net Benefit-Cost Ratio (Net BIC) .......................................... 22 3.5.3 Internal Rate of Return (IRR) .................... :................... 22 3.5.4 Payback Period (PBP) ........................................................... 22
4 . HASIL DAN PEMBAHASAN
.'
.....................................................................23 ............................................................................... 29
4.1 Penelltian Pendahuluan
4.2 Penelitian Utama 4.2.1 Suhu dan kelembapan ............................................................ 4.2.2 pH .................................................................................... 4.2.3 Tekstur dan pertumbuhan miselia ......................................... 4.2.4 Masa inkubasi .................................................................... 4.2.5 Lama waktu pembentukan prirnordia pertama ...................... 4.2.6 Karakteristikjamur tiram ...................................................... 4.2.6.1 Bobot ...................................................................... 4.2.6.2 Jumlah tub& buah .................................................. 4.2.6.3 Diameter tudung terbesar ....................................... 4.2.6.4 Panjang tangkai terbesar ......................................... 4.2.6.5 Frekuensi panen .................................................... 4.2.7 Komposisi kimia jamur tiram ................................................ 4.2.7.1 Analisis proksimat .................................................. 4.2.7.2 Analisis kandungan logam berat ............................
29 30 31 33 34 35 35 37 38 39 41 42 42 43
4.3 Analisis Kelayakan Usaha ................................................................. 44 4.3.1 Asumsi-asumsi yang digunakan ............................................ 44 4.3.2 Biaya total .............................................................................. 45 4.3.2.1 Modal investasi ....................................................... 45 45 4.3.2.2 Modal kerja ............................................................ 4.3.3 Harga dan perkiraan penerimaan ........................................... 46 4.3.4 Kriteria kelayakan investasi .................................................. 47 48 4.3.4.1 Net Present Value (NPV) ....................................... 4.3.4.2 Net Benefii-Cost Ratio (Net BIC) ........................... 48 4.3.4.3 Internal Rate ofReturn (IRR) ................................ 48 4.3.4.4 Payback Period (PBP) ............................................ 48 4.3.5 Studi kelayakan proyek ......................................................... 49 4.3.5.1 Biaya total ............................................................... 49 4.3.5.2 Harga dan perkiraan penenmaan ............................ 50 4.3.5.3 Kriteria kelayakan investasi ................................... 52 5. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ........................................................................................ 5.2 Saran
..................................................................................................
53 54
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 55
DAFTAR TABEL
Halaman 1 Nilai gizi jamur tiram .......................................................................... 2
Perbandingan komposisi asam amino jamur tiram (Pleurotus ostreatus) 8 dan telur (g per 100 g protein) ..............................................................
..................................... 4 Lama inkubasi dan w k t u untuk munculnya primordia pertama ........... 5 Kelembapan udara (%) (2004 . 2006) .................................................. 6 Rata-rata pertambahan panjang miselia (cm) ........................................
3
8
Formulasi media pa& penelitian pendahuluan
25 26 30 32
Lama waktu inkubasi beberapa spesies jamur tiram pada berbagai media .......................................................................................................
33
8 Perbandingan lama waktu pembentukan primordia pertama beberapa spesies jamur tiram pada berbagai media ..............................................
34
7
9
Nilai koefisien korelasi antara jumlah tubuh buah dengan bobot jamur tiram .....................................................................................................
38
10 Nilai koefisien korelasi antara diameter tudung terbesar dengan bobot jamur tiram ..................................................................................
39
11 Nilai koefisien korelasi antara panjang tangkai terbesar dengan bobot jamur tiram ................................................................................
40
12 Nilai koefisien korelasi antara fiekuensi panen dengan bobot jamur tiram ...........................................................................................
42
13
43
. . . . Kandungan mlai gizi jamur tiram ..........................................................
14 Kandungan logam berat jamur tiram .....................................................
.
.
..................................................................... 16 Perincian modal kerja tiap minggu .......................................................
15 Penncian modal investasi
17 Nilai kriteria kelayakan investasi budidaya jamur tiram menggunakan limbah karagenan ..................................................................................
................................................. 19 Perincian modal kerja skala proyek tiap minggu ................................... 18 Perincian modal investasi skala proyek
20 Nilai kriteria kelayakan investasi proyek budidaya jamur tiram Menggunakan S i b a h karagenan ............................................................
...
Vlll
43 45 46 47
50 50 52
DAFTAR GAMBAR
Halaman 1
2 3 4
5
6
..................................................................... 3 Struktur lambda karagenan ..................................................................... 4 Struktur iota karagenan ......................................................................... 4 Jamur tiram .............................................................................................. 7 ... Bibit jamur tiram .................................................................................... 14 Struktur kappa karagenan
Diagram alir formulasi media kultivasi jamur tiram (modifkasi dari Yuniasmara et a1. 1998) ...............................................
16
7
Bahan-bahan yang digunakan sebagai penyusun baglog jamur tiram .... 23
8
Derajat keasaman media ........................................................................
25
. . . 9 Rasio efisiensi b~ologi............................................................................. 28 10 Formula terbaik pada penelitian pendahuluan ......................................... 28 11 Grafik suhu lingkungan ........................................................................... 29 31 12 Derajat keasaman (pH) media ................................................................. . . 13 Tekstur misel~a...................................................................................... 32 14 Rata-rata lama waktu inkubasi ................................................................ 34 15 Rata-rata lama waktu pembentukan primordia pertama .......................... 35 16 Rata-rata rasio efisiensi biologi (%) ........................................................ 36 17 Rata-rata jumlah tubuh buah total tiap baglog ........................................ 37 18 Rata-rata diameter tudung terbesar .......................................................... 39 19 Rata-rata panjang tangkai terbesar ........................................................ 40 20 Rata-rata frekuensi panen ..................................................................... 41 21 Diagram batang pengeluaran dan pemasukan usaha selama umur investasi ...................................................................................................
47
22 Diagram batang pengeluaran dan pemasukan proyek selama umur investasi ...............................................................................................
51
DAFTAR LAMPIRAN Hdaman 1
Sifat fisiko-kimia media kultivasi .......................................................
2
....................... 61 Suhu udara selama penelitian utama .................................................... 62 Pertumbuhan panjang miselia jarnur tiram (cm) ................................... 63 Lama inkubasi (hari) ............................................................................ 64 Prodnktivitas jarnu tiram pada penelitian utarna .................................. . . . . Hasil uji statlstlka desknphf .................................................................. .. Analisis ragam (ujl F) ............................................................................ . . . . Has11UJI lanjut Duncan .......................................................................... .. Hasil anallsls proksimat ......................................................................... Rincian perkiraan penerimaan ............................................................... Perkiraan arus kas (Cash Flow) ............................................................. Proyeksi rugi laba .................................................................................. Kriteria kelayakan investasi ................................................................... Rincian perkiraan penerimaan semester pertama ..................................
3
4
5 6 7
8 9 10 11 12 13 14 15
60
Produktivitas jamur tiram pada penelitian pendahuluan
16 Rincian perkiraan penerimaan setelah semester pertama ...................... 17 Perkiraan arus kas proyek (Cash Flow) ................................................. 18 Proyeksi rugi laba proyek .....................................................................
80
19 Kriteria kelayakan investasi proyek .......................................................
81
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Lautan merupakan 71% dari luas permukaan bumi dan di dalarnnya hidup berbagai macam jenis komunitas biologi. Secara keseluruhan sekitar lebih dari satu juta spesies hewan, alga, bakteri dan cendawan hidup di tempat tersebut (Angka dan Subartono 2000). Indonesia sebagai negara yang mempunyai lautan yang luas mendapatkan keuntungan karena adanya kcanekaragaman biota lautnya. Salah satu jenis biota laut yang sangat penting dalam kehidupan manusia adalah makroalga atau m p u t laut. Rumput laut sebagai makanan mempakan sebuah prospek untuk diiembangkan, karena ekosistem di daratan tidak dapat memenuli kebutuhan makanan bagi populasi manusia yang pesat pertambahannya (Angka dan Suhartono 2000).
Produksi rumput laut secara nasional pada tahun 2005
mencapai 910.636 ton dan meningkat menjadi 1.079.850 ton pada tahun 2006 (Departemen Kelautan dan Perikanan 2007).
Penggunaan m p u t laut untuk
memenuhi berbagai kebutuhan manusia menyebabkan berkembangnya berbagai industri yang mengolah m p u t laut menjadi produk yang dapat dimanfaatkan oleh manusia. Salah satu produk hasil olahan rumput laut adalah karagenan. Karagenan me~piikangetah m p u t laut yang diekstraksi dengan air atau larutan alkali dari spesies tertentu dari kelas Rhodophyceae (alga merah). Karagenan diperoleh dari proses pengendapan dengan alkohol, pengeringan dengan alat dan pembekuan (Winarno 1996). Hasil pengolahan tak hanya bempa karagenan dengan jumlah rendemen sekitar 23,85-28,5% (Uju 2005), namun juga menghasikan residu berupa limbah (ampas) karagenan yang mengandung selulosa dan zat-zat lainnya. Limbah yang tidak ditangani dan dikelola dengan baik dapat mencemari lingkungan dan merugikan kehidupan manusia. Melihat kenyataan tersebut maka perlu dilakukan suatu penelitian untuk memanfaatkan limbah karagenan tersebut agar tidak mencemari lingkungan dan bemanfaat bagi manusia. Jamur tiram (Pleurotus spp.) mempakan salah satu jellis jamur konsumsi yang dapat tumbull dengan baik pada berbagai jenis limbah
pertanian sekaligus mendegradasi kandmgan limbah yang berupa lignoselulosa (Moore dan Chiu 2002). Penelitian yang dilakukan berupa inokulasi dan kultivasi jamur tiram menggunakan substrat campuran limbah karagenan dalam berbagai konsentrasi dan bahan-bahan lain sebagai pelengkap yang secara keseluruhan membentuk baglog media pertumbuhan jamur tiram (Pleurotus ostreatus). 1.2 Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Mengetahui pengaruh limbah karagenan terhadap pertumbuhan jamur tiram.
2. Menentukan formulasi substrat terbaik mtuk pertumbuhan jamur tiram. 3. Menghitung dan menganalisis aspek finansial usaha budidaya jamur tiram
berdasarkan manfaat (benejt) dan biaya (cost) yang terjadi selama umur investasi.
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Karagenan Karagenan merupakan getah rumput laut yang diekstraksi dengan air atau lamtan alkali dari spesies tertentu dari kelas Rhodophyceae (alga merah). Karagenan merupakan senyawa hidrokoloid yang terdiri dari ester kalium, natrium, magnesium dan kalsium sulfat, dengan galaktosa dan 3,6-anhidrogalaktosa. Sumber utama karagenan untuk daerah tropis adalah spesies Euchema
cottonii yang menghasilkan kappa karagenan dan Euchema spinosum yang menghasilkan iota karagenan (Winarno 1996). Karagenan berfungsi sebagai stabilisator (pengatur keseimbangan),
thickener (bahan pengental), gelling agent (pembentuk gel), pengemulsi dan lainlain (Winamo 1996).
Karagenan banyak digunakan untuk bahan makanan,
membentuk gel dalam selai, sirup, saus, makanan bayi, produk susu, daging, ikan, burnbu dan sebagainya. Senyawa ini juga digunakan untuk mengentalkan bahan bukan pangan seperti odol, kosmetik, shampoo dan digunakan juga di industri tekstil dan cat (Angka dan Suhartono 2000). 2.1.1 Struktur karagenan Karagenan adalah polisakarida yang terdii dari D-galaktosa-4-sulfat dengan ikatan 1,3 dan 3,6-anhidro-galaktosa dengan ikatan atom C-1,4. Kappa karagenan dari alga laut terbetuk dari p karagenan dengan cara menghilangkan sulfat pada atom C-6 dalam galaktosa 6-sulfat dengan ikatan C-1,4 dan membentuk 3,6-anhidro-galaktosa (Belitz dan Grosch 1999). Sbuktur kappa karagenan disajikan pada Gambar 1.
Gambar 1 Struktur kappa karagenan (Cyber Colloids 2008) Lambda karagenan berasal dari beberapa jenis Chondrus dan Gigartina yang terbentuk dan P-D-Galaktosa-2- sulfat dan a-D-Galaktosa -2-6-disulfat
melalui ikatan 1-3 dan 1-4 (Belitz dan Grosch 1999). Struktur lambda karagenan disajikan pada Gambar 2.
Gambar 2 Struktur lambda karagenan (Cyber Colloids 2008) Iota karagenan dari alga laut jenis Euchema spinosum terdiri dari Dgalaktosa-4-sulfat dan 3,6-anhidro-D-galaktosa-2-sulfatdengan ikatan 1,3 dan 1,4 (Belitz dan Grosch 1999). Struktur iota karagenan disajikan pada Gambar 3.
Gambar 3 Sbvktur iota karagenan (Cyber Colloids 2008) 2.1.2 Limbah karagenan
L i b a h karagenan merupakan hasil samping dari proses pengolahan rumput laut kelas Rhodophyceae (alga merah) menjadi karagenan. Residu dari proses ini umurnnya mengandung selulosa ( t o m g 1966).
Nilai ekonomi
senyawa selulosa pada limbah tersebut sangat rendah karena tidak dapat langsung dimanfaatkan oleh manusia. Selulosa merupakan struktm materi yang terdapat pada dindig sel tanaman. Selulosa hampir tidak pemah dijumpai dalam keadaan mumi di alam, melainkan berikatan dengan bahan lain yaitu lignin dan hemiselulosa. Selulosa &D-glukopiranosil. Selulosa 4 mempunyai derajat polimerisasi antara 1000 - 14000 dengan bobot molekul merupakan homoglukan dengan rantai lwus (1
antara 162 - 2268 kilo Dalton (Belitz dan Grosch 1999).
2.2.2 Jenis-jenis jamur Jamur dapat dibedakan berdasarkan sifat hidup dan hubungannya dengan keadaan lingkungan. Sifat-sifat itu antara lain sebagai berikut (Yuniasmara et al. 1998): 1. Simbiotik, yaitu hidup berdampingan dengan tanaman lain.
Apabila
hubungan itu d i n g menguntungkan maka disebut simbiosis mutualisme, tetapi bila satu pihak diuntungkan sedangkan pihak lain tidak dirugikan disebut simbiosis komensalisme. Contoh : Amanita phalloides (jamur kematian), Amanita muscarea,
Limacella guttata, Cystoderma amianthinum. 2. Parasit, yaitu mengambil makanan dari turnbuhan lain yang masih hidup. Contoh : Omphalotus olearius, Armillariella mellea. 3. Saprofit, yaitu hidup pada zat organik yang tidak diperlukan lagi (misalnya
sampah). Contoh : Mawolepiota procera, Leucoagaricus pudicus, Rhodotus
palmatus, P. osfreatus. 4. Parasit dan sekaligus bersifat saprofit. Contoh : Pleurofus cornucopiae, Pleurotus dvnus, Pleurotus evngii (jenis jamur tiram).
2.2.3 Jamur tiram 2.2.3.1 Deskripsi jamur tiram Jamur tiram merupakan salah satu jenis jamur kayu. Jamur ini disebut jamur tiram atau oyster mushroom karena bentuk tudungnya agak membulat, lonjong dan rnelengkung seperti cangkang tiram. Batang atau tangkai jarnur tidak terletak tepat pada tengah tudung, tetapi agak ke pinggir (Yuniasmara et al. 1998). Jamur tiram rnerupakan jamur yang dapat tumbuh pada lirnbah industri pertanian (Moore dan Chiu 2002). Bentuk morfologi jamur tiram disajikan pada Gambar 4.
Gambar 4 Jamur tiram (Wikipedia Indonesia 2006) Menurut Alexopoulos dan Mims (1979) klasifikasi jamur tiram adalah sebagai berikut. Superkingdom: Eukariota Kingdom
: Mycetes
Divisi
: Mycota
Subdivisi
: Eumycota
Filum
: Basidiomycota
Kelas
: Basidiomycetes
Subkelas
: Holobasidiomycetes
Ordo
: Agaricales
Famili
: Tricholomataceae
Genus
: Pleurotus
Spesies
: PIeurotus spp.
Jamur tiram dapat dibedakan jenisnya berdasarkan wama tubuh buahnya, yaitu (Pasaribu et al. 2002):
I . P. ostreatus, benvama putih kekuning-kuningan 2. Pleurotusflabellatus, berwarna merah jambu 3. Pleurotusflorida, berwama putih bersib 4. Pleurotus sajor caju, berwarna kelabu
5. Pleurotzrs cystidiosus, benvama kecoklatan Jamur tiram mempunyai nilai gizi tinggi. Nilai gizi dari jamur tiram disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1 Nilai gizi jamw tiram Parameter
Komposisi (% b/b)
Kadar air*
73,7-90,8
Kadar abu**
6,l-9,8
Kadar protein**
10,5-30,4
Kadar lemak**
1,6-2,2
Kadar karbohidrat**
57,6-81,8
Sumber :Chang dan Miles (2004) Keterangan : * = dihitung berdasarkan basis basah ** = dihitung berdasarkan basis kering
Jamur tiram juga mengandung berbagai macam vitamin, antara lain vitamin B1 (thiamin), vitamin B2 (riboflavin), niasin dan biotin. Selain elemen mikro, jamur tiram juga mengandung berbagai jenis mineral seperti kalium, fosfor, kalsium, natrium, magnesium dan tembaga. Setiap 100 gram jamur tiram segar mengandung 45,65 kal; 8,9% mg kalsium; 1,9 mg besi; 17 mg fosfor; 0,15 mg vitamin B1; 0,75 mg vitamin B2 dan 12,4 mg vitamin C (Widyastuti 2002). Jamur tiram juga mengandung asam amino esensial dalam jumlah yang cukup (Bano et al. 1963). Perbandingan kandungan asam amino antara jamur tiram dan telur disajikan pada Tabel 2. Tabel 2 Perbandingan komposisi asam amino esensial jamur tiram (Pleurotus ostreatus) dan telur (g per 100 g protein)
Jamur tiram (g)
Telur (g)
Arginin Histidm
67 2,1
64 2,1
Lysin
5,o
7,2
Triptofan Fenilalanin
0,9 2,o
1,5 63
Metionin
1,26
4,1
Treonin
42
4,9
Leusin
4,4
92
Isoleusin
5,8
8,O
4,65
7,3
Asam amino
Valin Sumber: Bano et al. (1963)
2.2.3.2 Budidaya jamur tiram Di alam jamur tiram banyak ditemukan tumbuh pada batang kayu yang sudah lapuk. Berdasarkan sifat tumbuh jamur tiram di alam tersebut maka dapat disimpulkan bahwa budidaya jamur tiram dapat dilakukan pada media buatan yang mempunyai kandungan hara menyerupai kayu yang sudah lapuk. Pada prinsipnya, budidaya jamur tiram adalah menciptakan kondisi lingkungan sehingga jamur tiram tersebut dapat hunbuh dengan baik.
Untuk itu perlu
dilakukan adaptasi substrat dan lingkungan tempat tumbuh sesuai dengan habitat tumbuhnya di alam. Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan jamur adalah: 1. Media tumbuh a. Nutrisi Nutrisi media sangat berperan dalam proses budidaya jamur tiram. Nutrisi adalah salah satu faktor yang menentukan pertumbuhan dan reproduksi jamur. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa nutrisi yang diperlukan untuk reproduksi adalah sama dengan nutrisi yang diperlukan untuk pertumbuhan, namun berbeda dalam jumlah yang diperlukan (Kaul 1997).
Faktor nutrisi
meliputi sumber karbon, nitrogen, vitamin dan mineral. Karbon diperlukan untuk energi dan struktur sel jamur (Chang dan Miles 1989). Sumber karbon yang mum digunakan oleh jamur adalah polisakarida, disakarida, monosakarida, asam-asam organik, asam-asam amino, alkohol tertentu, komponen-komponen polisiklik dan produk natural seperti lignin (Miles 1993). Dari semuanya itu karbohidrat adalah yang paling penting (Moore dan Landecker 1996).
Dari kelompok gula sederhana (monosakarida), glukosa
merupakan gula yang paling sering digunakan dalam jumlah sekitar 2%, sedangkan kelompok yang lebih kompleks (disakarida dan polisakarida) merupakan sumber karbon yang terdapat di dam. Untuk memecah disakarida lnaupun polisakarida, jamur menghasilkan enzim ekstraseluler yeng berfungsi menyederhanakan komponen substrat tersebut menjadi unit yang larut, kemudian dibawa ke hifa secara absortif atau osmotropik (Miles 1993). Nitrogen dibutuhkan jamur untuk sintesis protein, purin, pirimidin dan memproduksi kitin yang merupakan penyusun utama dinding sel jamur (Miles 1993). Sumber nitrogen ditambahkan dalam bentuk garam ammonium, nitrat dan
komponen-komponen nitrogen organik seperti pepton, urea, asam amino, protein atau peptida (Zadrazil 1978). Vitamin adalah komponen organik yang berfungsi sebagai koenzim atau konstituen dari koenzim yang mengkatalisis reaksi spesifik. Vitamin efektif dalam jumlah sedikit dan tidak digunakan membentuk bagian-bagian strukt~ual dari sel (Moore dan Landecker 1996). Kebutuhan vitamin dipengaruhi suhu dan pH yang berkaitan dengan aktivitas enzim.
Sebagian besar jamur dapat
mensintesis vitamin sendiri, tetapi jumlahnya terlalu sedikit untuk pertumbuhan optimal. Jamur tidak memerlukan vitamin A, D, E seperti pada hewan, karena tidak ditemukan sintesis vitamin tersebut pada jamur. Jamur memerlukan dan mensintesis vitamin B yang larut air dan vitamin H (biotin). Vitamin yang disintesis jamur yaitu thiamin (BI), biotin (H), piridoksin (Bc,), asam nikotinat, asam pantotenat, riboflavin (Bz), inOsit01 dan asam para-aminobenzoat (Miles 1993). Kebutuhan mineral jamur pada urnumnya sama dengan tumbuhan (Miles 1993). Mineral tersebut antara lain sulfur, fosfor, kalium, magnesium dan mikro elemen seperti seng, besi, mangan, tembaga dan molibdenum. b. Kadar air Media yang dibuat dari campuran beberapa bahan tersebut perlu diatur kadar air serta pH-nya. Kadar air media diatur hingga 50
-
65% dengan cara
menambahkan air bersih. Air perlu ditambahkan sebagai bahan pengencer agar miselia jamur dapat tumbuh dan menyerap makanan dari medialsubstrat dengan baik (Yuniasmara et al. 1998). c. Tingkat keasaman Tingkat keasaman media sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan jamur tiram. Apabila pH terlalu rendah atau terlalu tinggi maka pertumbuhan jamur tiram akan terhambat. Bahkan kemungkinan akan tumbuh jamur lain yang akan mengganggu pertumbuhan jamur tiram itu sendiri. Keasaman atau pH media perlu diatur agar berada diantara 6 - 7 (Yuniasmara et al. 1998). 2. Lingkungan Di samping media tumbuh, faktor lingkungan sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan jamur. Faktor lingkungan tersebut antara lain suhu, kelembapan
udara, cahaya, dan sirMasi udara. Suhu pertumbuhan jamur tiram pada saat inkubasi lebih tinggi dibandiigkan suhu pada saat pertumbuhan (pembentukan tubuh buah jamur). Suhu inkubasi jamur tiram berkisar antara 22 - 28 OC dengan kelembapan 60
-
80%, sedangkan suhu pada saat pembentukan buah berkisar
antara 16 - 22 "C dengan kelembapan 80
-
90%.
Pengaturan suhu dan
kelembapan tersebut di dalam ruangan dapat dilakukan dengan menyemprotkan air bersih ke dalam ruangan. Pengaturan kondisi lingkungan sangat penting bagi pertumbuhan tubuh buah. Apabila suhu terlalu tinggi, sedangkan kelembapan terlalu rendah maka primordia (bakal jamur) akan kering dan mati (Yuniasmara et al. 1998). Di samping suhu dan kelembapan, faktor sirkulasi udara dan cahaya perlu diperhatikan dalam budidaya jamur tiram. Sirkulasi udara hams cukup dengan kisaran konsentrasi C02 antara 550
-
700 ppm (TPB-IPB 2006). Intensitas
cahaya yang diperlukan pada saat pertumbuhan antara 150 - 200 lux (Yildiz dan Yesil2005). 2.3 Analisis Kelayakan Usaha
Salah satu analisis yang dapat memperkirakan apakah suatu investasi layak atau tidak layak adalah kriteria investasi. Kriteria investasi dilakukan dengan tujuan untuk melihat suatu hasil kegiatan investasi dari sisi individu, dalam hal ini perseorangan, perseroan, CV atau kelompok usaha lainnya yang berhubungan dengan proyek. Hasil analisisnya disebut private return yang m e ~ p a k a nhasil untuk modal saham yang ditanamkan proyek (Gray et al. 1993). Kriteria investasi didasarkan pada keadaan sebenarnya dengan menggunakan data harga yang ditemukan di lapangan (real price). Dengan melihat hasil kriteria investasi, para pembuat keputusan dapat melihat apa yang terjadi pada proyek dalam keadaan sebenarnya dan para pembuat keputusan juga dapat segera melakukan penyesuaian apabila proyek berjalan menyimpang dari rencana semula. Salah satu cara untuk melihat kelayakan dari kriteria investasi adalah menggunakan metode analisis arus dana (Gittinger 1986). Alasan penggunaan metode ini adalah penggunaan waktu terhadap nilai uang selama umur ekonomis kegiatan usaha. Analisis arus dana dilakukan setelah komponen-komponennya
ditentukan dan diperoleh nilainya. Komponen tersebut dikelompokkan dalam dua bagian, yaitu penghasilan atau manfaat (beneJit) dan biaya (cost). Selisih antara penghasilan atau manfaat dengan biaya disebut manfaat bersih yang kemudian dijadiin nilai sekarang (net present) dengan mengaldcannya dengan tingkat diskonto (discount rate) yang ditetapkan (Gittinger 1986). 2.3.1 Net Present Value (NPV) NPV adalah metode untuk menghitung selisih antara nilai sekarang investasi dengan nilai sekarang penerimaan-penerimaan kas bersih di masa yang
akan datang (Husnan dan Suwarsono 1994). Untuk menghitung nilai sekarang perlu ditentukan terlebih dahuiu tingkat bunga yang dianggap relevan (Umar 2003). Tingkat bunga tersebut diperoleh dengan menggunakan tingkat bunga pinjaman jangka panjang yang berlaku di pasar modal atau dengan menggunakan tingkat bunga pinjaman yang hams dibayar oleh pemilik proyek (Sutojo 1991). Proyek dikatakan layak jika nilai NPV lebih besar atau sama dengan nol, yang berarti proyek tersebut minimal telah mengembalikan opportunily cost faktor modal. 2.3.2 Net Beiteft-Cost Ratio p e t BIC) Net B/Cmerupakan angka perbandingan antara jumlahpresent value yang positif dengan jumlahpresent value yang negatif, dalam arti metode ini digunakan untuk menghitung antara nilai sekarang penerimaan-penerimaan kas bersih di masa datang dengan nilai sekarang investasi. Proyek dikatakan layak jika Net
B/Clebih besar satu dan tidak layak jika Net B/Clebih kecil satu. Jika Net B/C sama dengan sat% keputusan diserahkan kepada pihak manajemen (Husnan dan Suwarsono 1994). 2.3.3 Internal Rate ofReturn (IRR)
IRR adalah tingkat bunga yang bilamana digunakan untuk mendiskonto kas masuk pada tahun-tahun operasi proyek akan menghasilkan jumlah kas yang sama dengan investasi proyek (Sutojo 1991). Proyek dikatakan layak jika IRR lebih besar dari tingkat diskonto yang dianggap relevan dan proyek dinyatakan tidak layak jika IRR lebih kecil dari tingkat diskonto. Jika IRR sama dengan
tingkat diskonto, maka pengambilan keputusan berada di tangan pihak manajemen.
2.3.4 Payback Period (PBP) Untuk mengetahui jangka waktu pengembalian suatu investasi dilakukan perhitungan dengan menggunakan metode payback period.
Payback period
adalah suatu periode yang diperlukan untuk menutup kembali pengeluaran investasi dengan aliran kas (Umar 2003). Untuk menilai apakah suatu investasi dapat diterima atau ditolak maka nilai payback period
payback period maksimum yang disyaratkan.
dibandingkan dengan
Umumnya payback period
maksimum yang disyaratkan adalah umur investasi. Jika payback period lebih pendek dari payback period maksimum yang disyaratkan maka investasi dapat diterima dan jika sebaliknya apabila payback period lebih lama dari payback
period maksimum yang disyaratkan maka investasi ditolak.
3. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat PeneIitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari 2007 sampai dengan bulan November 2007.
Penelitian dilakukan di Laboratorium Bioteknologi. Hasil
Perairan, Departemen Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Analisis proksimat dilakukan di laboratorium Kimia Pangan, Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor; sedangkan analisis logam berat dilakukan di laboratorium Nutrisi Temak Perah, Departemen Ilmu Nutrisi dan Makanan Temak, Fakultas Petemakan, Institut Pertanian Bogor.
3.2 Bahan dan Alat Bahan- bahan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari: 1. Bahan utama yaitu liibah karagenan yang diperoleh dari PT.
Araminta Sidhakarya, Tangerang dan bahan pelengkap yang berupa serbuk gergajian dan bekatul. 2. Bibit jamur tiram (P. ostreatus) yang diperoleh dari Kebun Percobaan Universiiy Farm IPB di Darmaga, Bogor. Bibit jamur tiram yang digunakan dalam penelitian disajikan pada Gambar 5.
Gambar 5 Bibit jarnur tiram (koleksi pribadi) Alat-alat yang digunakan adalah timbangan kue, kertas pH, plastik PP (Poly Propilen) untuk baglog jamur, batang bambu, bak plastik, autoclave, kertas
label, isolatif, kertas koran, gunting, karet gelang, sendok, lampu spiritus, sprayer dan termometer.
3.3 Tahapan Penelitian Penelitian dilakukan dalam dua tahap yaitu penelitian pendahuluan dan penelitian utama. Tahapan penelitian dilaksanakan sebagai berikut:
3.3.1 Penelitian pendahuluan Penelitian pendahuluan bertujuan untuk memperoleh formula media pertumbuhan jamur tiram terbaik yang selanjutnya dilakukan kultivasi ulang pada tahap penelitian utama. Penelitian pendahuluan berupa formulasi media kultivasi jamur tiram yang merupakan modifikasi dari Yuniasmara et al. (1998). Modifkasi yang dilakukan berupa penggunaan limbah karagenan sebagai salah satu bahan penyusun media dan lama waktu fermentasi media.
Berikut
merupakan prosedur pembuatan (formulasi) media kultivasi jamur tiram: 1. Persiapan bahan yang diperlukan untuk formulasi media, yaitu limbah karagenan, dedak padi dan serbuk gergajian.
Khusus untuk serbuk
gergajian diberi perlakuan perendaman dalam air bersih selama 12 jam untuk menghilangkan minyak yang diakibatkan oleh proses penggergajian kayu dan zat-zat ekstraktif yang terdapat pada kayu, kemudian diperas. 2. Semua bahan dicampur dengan konsentrasi tertentu (vlv) (Lampiran 1). Setelah bahan tercampur secara homogen lalu ditutup dan dibiarkan selama 24 jam mtuk proses fermentasi. Proses fermentasi ditandai dengan kenaikan suhu media menjadi sekitar 50°C. 3. Media kemudian dimasukkan ke dalam plastik PP untuk baglog jamur dan
dipadatkan. Ujung plastik diberi sebuah cincin bambu, kemudian ditutup dengan plastik dan diikat dengan karet gelang. 4. Media dalam plastik kemudian disterilisasi menggunakan autoclave pada suhu 121 OC selama 15 menit. Media kemudian didinginkan selama 24 jam dan siap untuk diinokulasi dengan bibit jamur tiram. Diagram alir formulasi media kultivasi jamur tiram disajikan pada Gambar 6. Media terbaik ditentukan berdasarkan kondisi substrat secara fisiko-kimia dan respon pertumbuhan jamur tiram yang diinokulasi dan dikultivasi.
Selanjutnya formulasi yang menghasilkan substrat yang baik dan produktivitas jamur tuam yang tinggi akan digunakan dalam penelitian utama.
PERENDAMAN serbuk
PENGHILANGAN air dari serbuk gergajian
b
. Limbah karagenan*, serbuk gergajian dan bekatul
HOMOGENISASI hingga tercampur rata
selama 24 jam*
+
PENGEMASAN Dimasukkan ke dalam kantong plastik tahan panas, diberi cincin bambu diujung kantong, lalu ditutup dengan plastik dan diikat dengan karet
STERILISASI 121°C; 1,5 atm; 15 menit
Media siap digunakan
Gambar 6 Diagram alir formulasi media kultivasi jamur tiram (modifikasi dari Yuniasmara et al. 1998) Keterangan :
* = bagian yang diodifikasi
3.3.2 Penelitian utama Penelitian utama adalah kultivasi jamur tiram pada media terbaik hasil formulasi penelitian pendahuluan. Masing-masing media perlakuan mempunyai ulangan yang jumlahnya ditentukan dengan menggunakan persamaan yang dikemukakan oleh Hanafiah (2005).
Secara um~un,jumlah ulangan dapat
ditentukan sebagai (t-l)(r-1) 2 15, dimana r adalah jumlah ulangan dan t adalah jumlah perlakuan. Parameter yang diamati yaitu: suhu dan kelembapan lingkungan; pH media; produktivitas jamur tiram yang meliputi pertumbuhan panjang harian d m ketebalan miselia, lama inkubasi (hari), lama waktu munculnya primordia pertama (hari), bobot tubuh buah (g), jumlah tubuh buah, diameter tudung terbesar (cm), panjang tangkai terbesar (cm) dan frekuensi panen; dan komposisi kimia jamur tiram yang dihasilkan dari media terbaik (kadar air, abu, protein, lemak, karbohidrat dan logam berat). 3.3.2.1 Analisis proksimat Analisis proksimat dilakukan untuk mengetahui komposisi kimia jamur tiram yang dihasilkan oleh media terbaik pada penelitian utama. Andisis yang dilakukan meliputi kadar air, abq protein, lemak dan karbohidrat. Prosedur masing-masing pengujian adalah sebagai berikut. 1. Kadar air (AOAC 1995) Pengukuran kadar air dilakukan dengan menggunakan oven pada suhu 105OC. Cawan yang akan digunakan terlebih dahulu dimasukkan ke dalam oven pada suhu 105OC selama 1 jam dan didinginkan dalam desikator lalu ditimbang. Contoh yang akan ditentukan kadar airnya ditimbang h a n g lebii 2 gram pada cawan yang telah diketahui bobotnya tersebut dan kemudian dikeringkan dalam oven suhu 105OC selama 8 jam. Kadar air dihitung sebagai pengurangan bobot contoh selama dalam oven dan dihitung dengan rumus sebagai berikut: KadX air
=
(a-b) X 100% C
Keterangan a = bobot awal cawan dan contoh b = bobot cawan dan contoh setelah dikeringkan c = bobot awal contoh 2. Kadar abu (AOAC 1995) Sampel sebanyak 2 gram dimasukkan ke dalam cawan porselin yang telah diketahui bobotnya tetapnya, kemudian dimasukkan ke dalam tanur dengan suhu
600°C selama 7-8 jam sanlpai menjadi abu (bemama putih). Setelah didinginkan dalam desikator sampel ditimbang bobotnya. Kadar abu
=
Bobot abu x 100% Bobot sampel
3. Kadar protein (Apriyantono et al. 1989)
Sampel ditimbang sebanyak 2 gram dan dimasukkan ke dalam labu kjeldhal. Sebanyak 1,9 gram K2S04, 40 mg HgO dan 2 ml H2S04 ditambahkan ke dalam labu kjeldahl dan kemudian dimasukkan batu didih. Sampel dididihkan selama 1-1,5 jam sampai cairan menjadi jernih.
Setelah jernih, sampel
didinginkan. Air sebanyak 5-10 ml ditambahkan secara perlahan lahan melalui dinding labu kjeldhal dan didinginkan kembali. Isi labu dipindahkan ke dalam destilasi, kemudian dicuci dan dibilas sebanyak 5-6 kali dengan 1-2 ml air. Air cucian dipindahkan ke dalam alat destilasi. Erlenmeyer yang berisi 5 ml H3B03 dan 2-4 tetes indikator (campuran dua bagian metil merah dalam alkohol dan satu bagian metil biru 0,2 dalam alkohol) diletakkan di bawah kondensor. Ujung tabung kondensor direndam dalam larutan H3BO3 dan ditambahkan 8-10 ml larutan NaOH-Na2S203.
Selanjutnya dilakukan destilasi sampai tertampung
h a n g lebii 15 ml destilat dalam erlenmeyer. Tabung kondensor dibilas dengan air dan air bilasan ditampung dalam labu yang sama.
Isi labu erlenmeyer
diencerkan sampai 50 ml. Selanjutnya dititrasi dengan HC10,02 N sampai tejadi pembahan warna menjadi abu-abu. % Protein
=
(ml titran sam~el-mltitran blanko) x N HCl x 14.007~6.25~100%
Bobot sampel (g) x 1000
4.
Kadar lemak (Apriymtono et al. 1989) Sampel ditimbang sebanyak 3 gram (Wl), lalu dibungkus dengan kertas
saring dengan bagian atas dan bawah diberi kapas bebas lemak lalu disiapkan labu lemak yang sudah diietahui bobotnya (W2) dan disambung dengan tabung
soxhlet. Selongsong dimasukkan dalam ekstraktor tabung soxhlet, lalu disiram dengan pelarut lemak (petroleum benzene). Setelah itu dilakukan ekstraksi selama 16 jam pada suhu sekitar 40°C. Setelah ekstraksi selesai, dikeluarkan selongsong yang berisi sampel. Pelarut yang ada dalam labu lemak didestilasi sehingga semua pelarut lemak menguap, kemudian labu lemak dikeringkan dalam oven pada suhu 105'C selama 3 jam. Labu lemak yang sudah didinginkan ditimbang dalam desikator sampai bobot konstan (W3). % Lemak =
W3-W2 x 100% W1
5. Kadar karbohidrat (Winarno 1992) Kadar karbohidrat diperoleh dengan menghitung selisih dari empat komponen yaitu kadar air, lemak, protein dan abu. % Karbohidrat =loo% - (% air + %lemak + % protein + % abu)
3.3.2.2 Analisis logam berat (Reitz et al. 1987) Analisis logam berat dilakukan untuk mengetahui kandungan logam berat jamur tiram yang dihasilkan oleh media terbaik pada penelitian utama. Logam berat yang dianalisis meliputi Hg, Cd dan Pb. Sampel yang akan diuji diproses pengabuan basah terlebih dahulu. Pada proses pengabuan basah, sampel ditimbang sebanyak 1 g, kemudian dimasukkan ke dalam erlenmeyer 150 ml.
Kedalam labu ditambahkan 5 ml HN03 d m
dibiarkan selama 1 jam. Labu ditempatkan di atas hot plate selama
* 4 jam dan
ditambahkan 0,4 ml H2S04 pekat, campuran (HC104d m HN03) sebanyak 3 tetes, 2 ml akuades dan 0,6 ml HC1 pekat. Larutan contoh kemudian diencerkan menjadi 100 ml dalam labu takar. Sejumlah larutan stok standar dari masing-masing mineral diencerkan dengan menggunakan akuades sampai konsentrasinya berada dalam kisaran kerja logam yang diinginkan.
Larutan standar, blanko dan contoh dialirkan ke dalam Atomic Absorption Spectrofotorneter (AAS) merek Shimadzu tipe AA 680 j7ame emission dengan
panjang gelombang dari masing-masing jenis mineral. Kemudian diukur absorbansi atau tinggi puncak standar, blanko dan contoh pada panjang gelombang dan parameter yang sesuai untuk masing-masing mineral dengan spektrofotometer. Kadar mineral di dalam bahan dihitung dengan rumus : Kadar mineral (mg/100 g basis basah (bb)) =
(a-b) x ml aliquot x fp low
Kadar mineral (mg/100 g basis kering (bk)) =
kadar mineral basis basah x 100% (100% - % kadar air)
Keterangan : a = konsentrasi larutan sampel (ppm) b = konsentrasi larutan blanko (ppm) fp = faktor pengenceran
w = bobot sampel (g) 3.4 Rancangan Percobaan Rancangan percobaan yang digunakan ddam penelitian ini secara m u m adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL).
Rancangan percobaan tersebut
memiliki model matematika sebagai berikut (Gaspersz 1991):
Y..IJ
=
p
I-
ui
+ Eij
Keterangan: Yij = Nilai pengamatan ke-j dari pengaruh perlakuan ke-i
p
=
Rataan m u m
(3i =
Pengaruh perlakuan ke-i
Eij =
Pengaruh galat (kekeliman)
i
=
Jumlah perlakuan
j
=
Ulangan
Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan metode sidii ragam. Apabila diantara perlakuan inenunjukkan hasil yang berbeda nyata maka dilakukan pengujian lanjut dengan uji Duncan (Gaspersz 1991). Seluruh proses
analisis data dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak Microsoft@ Ofice
Excel 2003 dan SPSS 13.0for Windows. Hipotesis m u m ymg digunakan dalam penelitian ini adalah:
Ho
: Perbedaan perlakuan tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap
produktivitas jamur tiram.
HI
: Perbedaan perldcuan memberikan pengaruh yang nyata terhadap
produktivitas jainur tiram.
3.5 Analisis Kelayakan Usaha Untuk menilai layak atau tidaknya sebuah proyek dapat dilihat dari beberapa kriteria investasi.
Pada umumnya ada empat metode yang biasa
dipertimbangkan untuk dipakai dalam peniiaian aliran kas dari suatu investasi, yaitu metode Net Present Value, Net BeneJit-Cost Ratio, Internal Rate of Return, dan Payback Period.
3.5.1 Net Present Value (NPV) Net Present Value (NPV) dapat diartikan sebagai nilai sekarang dari arus pendapatan yang ditimbulkan oleh investasi (Husnan dan Suwarsono 1994). Rumus yang digunakan dalam perhitungan NPV adalah sebagai berikut:
Dimana :
NPV =Net Present Value CFt
= aliran kas pertahun pada periode ke-t
10
= investasi awal pada tahun 0
n
= umur proyek
t
= periodettahun
K
= suku bungaldiscount rate
(%)
Dalam metode NPV terdapat tiga kriteria kelayakan investasi, yaitu: 1. NPV > 0, proyek menguntungkan dan dapat dilaksanakan 2. NPV
=
0, proyek tidak untung dan tidak juga mgi, keputusan di pihak
manajemen
3. NPV < 0, proyek merugikan dan sebaiknya tidak dilaksanakan
3.5.2 Net Benefit-Cost Ratio (Net BIC)
Net BIC merupakan angka perbandingan antara nilai sekarang arus manfaat dibagi dengan nilai sekarang arus biaya. Nilai BIC mengandung tiga arti penting yaitu: 1. Net BIC > 1, proyek menguntungkan dm dapat dilaksanakan 2. Net BIC
=
1, proyek tidak untung dan tidak rugi, keputusan tergantung
pihak manajemen
3. Net B/C < 1, proyek merugikan dan sebaiknya tidak dilaksanakan 3.53 Internal Rate of Return (IRR)
IRR adalah nilai discount rate yang membuat NPV dari suatu proyek sama dengan nol. Suatu usaha dikatakan layak jika nilai IRR lebih besar dari tingkat discount rate yang ditentukan. Sebaliknya jika nilai IRR lebih kecil dari tingkat discount rate, maka kegiatan investasi tersebut tidak layak dijalankan. Rumus
untuk menghitung IRR adalah sebagai berikut: i*=il+
NPVl (il-i2) NPVl + NPV2
Dimana: NPVl
= Nilai NPV
yang positif (Rp)
NPV2
= Nilai NPV
yang negatif (Rp)
il
= discount
i2
= discount rate pada
i*
= IRR (%)
rate pada nilai NPV yang positif (%)
nilai NPV yang negatif (%)
3.5.4 Payback Period (PBP)
Untuk mengetahui dan menganalisis tingkat pengembalian investasi digunakan indikator payback period.
Payback period dirumuskan sebagai
berikut:
Semakin cepat pengembalian investasi maka proyek tersebut semakin baik untuk dilaksanakan.
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Penelitian Pendahuluan Penelitian pendahuluan bertujuan untuk memperoleh formula terbaik media pertumbuhan jarnur tiram (Pleurotus ostreatus) yang selanjutnya dikdtivasi ulang pada tahap penelitian utama. Fonnulasi media yang dilakukan adalah modifikasi dari Yuniasmara et al. (1998). Modifikasi dilakukan dengan menggunakan limbah karagenan sebagai salah satu bahan penyusun media. Bahan-bahan yang digunakan sebagai media kultivasi jamur tiram pada penelitian ini disajikan pada Gambar 7.
Gambar 7 Bahan-bahan yang digunakan sebagai penyusun baglog jamur tiram (a) Limbah karagenan (b) Serbuk gergajian (c) Dedak padi Limbah karagenan mempakan hasil samping dari industri pengolahan karagenan. Sebagaimana limball industri m p u t laut lainnya, limbah karagenan mengandung selulosa dan komponen lain, yaitu abu, nitrogen dan lain-lain (Young 1966). S e r b ~ kgergajian mempakan hasil samping yang terbentuk dari kegiatan bahan biomassa kayu atau berserat lignoselulosa (Pari 2002). Kayu atau serbuk gergajian yang digunakan sebagai tempat tumbuh jamur mengandung karbohidrat,
serat lignin dan lain-lain. Dari kandungan kayu tersebut ada yang berguna dan membantu pertumbuhan jamur tetapi ada pula yang menghambat. Kandungan yang dibut~hkanbagi pertumbuhan jamur antara lain karbohidrat, lignin dan serat, sedangkan faktor yang menghambat antara lain adanya getah dan zat ekstraktif (zat pengawet alami yang terdapat pada kayu). Oleh karena itu, kayu atau serbuk kayu yang digunakan untuk budidaya jamur sebaiknya berasal dari jenis kayu yang tidak banyak mengandung zat pengawet alami. Beberapa contoh kayu tersebut antara lain kayu albasia, randu dan meranti (Yuniasmara et al. 1998). Pemilihan serbuk kayu sebagai bahan baku media penanaman jamur perlu memperhatikan kebersihan dan kekeringan.
Selain itu serbuk kayu yang
digunakan tidak busuk dan tidak ditumbuhi oleh jamur dan kapang lain. Serbuk kayu yang baik adalah serbuk yang berasal dari kayu keras dan tidak mengandung banyak minyak maupun getah. Namun demikian, serbuk kayu yang mengandung minyak maupun getah dapat digunakan sebagai media dengan cara merendam serbuk kayu terlebih dahulu di dalam air sebelum proses (Yuniasmara et al. 1998). Dedak atau bekatul adalah lapisan terluar dari biji padi yang terlepas saat digiling dan biasanya digunakan untuk pakan ternak. Komposisi kimia dedak meliputi kadar air 9,7 persen, kadar protein 13,3 persen, kadar lemak 15,s persen, kadar abu 10,4 persen, kadar karbohidrat 39% dan kadar serat kasar 11,8 persen (Houston dan Kohler 1970). Dedak diketahui mengandung komponen bioaktif oryzanol, tokoferol dan asam felurat yang berfungsi sebagai bahan makanan fungsional. Oryzanol berfungsi menurunkan kolesterol yang merugikan di dalam darah. Tokoferol adalah vitamin E yang bersifat antioksidan, sedangkan asam felurat diketahui menurunkan kadar gula dan tekanan darah (Info Sehat 2007). Hasil yang diperoleh dari penelitian pendahuluan adalah formula media jamur tiram yang disajikan pada Tabel 3. Penggunaan limbah karagenan sebagai salah satu unsur penyusun media membuat tekstur media menjadi lebih padat. Semakin besar konsentrasi limbah karagenan yang digunakan maka tekstur media akan semakin padat.
Hal ini disebabkan oleh kemampuan limbah karagenan
untuk menahan air sehingga mengurangi rongga udara pada media.
Tabel 3 Formulasi media pada penelitian pendahuluan Kode A B C D E
F G H I J K L M N 0 P
Q R
Komposisi media (% vlv) Limbah karagenan basah* Serbuk gergajian 0 90 10 80 20 70 30 60 40 50 50 40 0 80 10 70 60 20 30 50 40 40 50 30 0 70 10 60 20 50 30 40 30 40 50 20
Dedak 10 10 10 10 10 10 20 20 20 20 20 20 30 30 30 30 30 30 -
~
* kadar air limbah karagenan sebesar 63,8% Penggunaan limbah karagenan dapat meningkatkan pH media, menjadi 6 -
8. Hal ini diakibatkan oleh tingginya nilai pH yang dimiliki oleh limbah
karagenan, yaitu antara 8 - 9. Diagram batang derajat keasaman media yang digunakan pada penelitian pendahuluan disajikan pada Gambar 8.
Perlakuan Gambar 8 Derajat keasaman media Keterangan : kode perlakuan merujuk Tabel 3
Serbuk gergajian dan dedak padi dengan atau tanpa penambahan limbah karagenan dapat digunakan sebagai media kultivasi jamur tiram.
Hal ini
dibuktikan dengan kemampuan miselia jamur tiram untuk tumbuh pada media yang dibuat.
Sifat fisiko-kirnia media kultivasi pada penelitian pendahuluan
secara lengkap disajikan pada Lampiran 1. Waktu yang diperlukan untuk inkubasi jamur tiram pada masing-masing media berbeda-beda, yaitu antara 19 - 35 bari. Penambahan limbah karagenan tidak berpengaruh terhadap lama waktu inkubasi. Pembentukan tubuh buah atau primordia untuk pertama kalinya berlangsung secara tidak bersamaan. Pembentukan tubuh buah tercepat yaitu 31 hari sejak bibit jamur tiram diinokulasikan (kode B) dan terlama yaitu 121 hari (kode D).
Perbedaan
kecepatan pembentukan tubuh buah dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti lama inkubasi, ketebalan miselia yang dihasilkan selama masa inkubasi, pH media dan nutrisi yang terdapat pada media (Yuniasmara et al. 1998). Data lama inkubasi dan lama waktu untuk munculnya primordia pertama disajikan pada Tabel 4. Tabel 4 Lama inkubasi dan waktu untuk munculnya primordia pertama Kode
Lama inkubasi (hari)
Waktu untuk muncul primordia 1 (hari)
A B C D E
24 22 23 22 31 34 20 23 29 26 24 34 23 20 19 20
37 97 121 97 39 97 40 38 36 40 39 64 94
F G H I J K L M N 0 P
Keterangan :
-
tanda (-) berarti tidak ada data (tubuh buah jamur tidak terbentuk) kode perlakuan merujuk ke Tabel 3
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, form~ilamedia yang mengbasilkan tubuh buah tercepat (kode B) dan terlama (kode D) mempunyai lama inkubasi yang sama (22 bari), miselia yang tebal dan pH yang sama yaitu tujuh. Perbedaan terletak pada komposisi media, dimana kode B terdii dari 10% limbah karagenan, 80% s e r b ~ ~gergajian k dan 10% dedak, sedangkan kode D terdiii dari 30% limbah karagenan, 60% serbuk gergajian dan 10% dedak. Diduga perbedaan komposisi ini mempengaruhi lama waktu pembentukan tubuh buah. Konsentrasi limbah karagenan yang besar (30%) menyebabkan media terlalu basah sehingga diperlukan waktu untuk menguapkan sebagian air dari media sehingga media mempunyai kadar air yang sesuai untuk pembentukan tubuh buah, sedangkan serbuk gergajian yang jumlahnya sedikit akan berpengaruh terhadap volume substrat secara keseluruhan. Beberapa formula media yang digunakan tidak mampu membentuk tubuh buah. Ketidakmampuan miselia membentuk tub& buah diakibatkan oleh tekstur miselia yang sangat tipis, sehingga tidak mampu membentuk tubuh buah jamur (Molloy et al. 2003).
Disamping itu, faktor lingkungan berupa suhu dan
kelembapan sangat berpengaruh (Yuniasmara et al. 1998) selain faktor nutrisi yang terkandung pada media. Frekuensi tubuh buah yang terbentuk antara 0 - 4 kali dengan jarak antara pembentukan tubuh buah yang satu dengan lainnya antara 11 hingga 45 bari. Waktu yang diperlukan dari terbentuknya tunas hingga tubuh buah siap dipanen yaitu antara 2
-
4 bari. Dari basil penelitian pendahuluan diperoleh nilai rasio
efisiensi biologi (REB) tertinggi sebesar 25,35% (kode I) dan terendah 0% (tidak terbentuk tubuh buah). Nilai REB merupakan rasio antara total bobot jamur yang dihasilkan dengan bobot substrat (media) kering dalam bentuk persen (Magingo et
al. 2004). Diagram batang nilai REB pada penelitian pendahuluan disajikan pada Gambar 9, sedangkan produktivitas jamur tiram selama penelitian pendahuluan secara lengkap disajikan pada Lampiran 2.
s.-
--
35
3 0
25
30
00
z.-
20
V)
.4 w .-0
15 lo 5 0
0
0
0
A B C D E F G H I J K L M N O P Q R
Perlakuan
Gambar 9 Rasio efisiensi biologi Keterangan : kode perlakuan merujuk Tabel 3
Berdasarkan kondisi fisika-kimia media (Larnpiran 1) serta produktivitas jamur tiram yang dihasilkan (Lampiran 2), maka dipilii empat formula media terbaik yang dikultivasi ulang pada tahap penelitian utarna, yaitu B (10% limbah karagenan, 80% serbuk gergajian dan 10% dedak), H (10% limbah karagenan, 70% serbuk gergajian dan 20% dedak), I (20% limbah karagenan, 60% serbuk gergajian dan 20% dedak) dan M (0% liibah karagenan, 70% serbuk gergajian dan 30% dedak) sebagai kontrol. Empat perlakuan terbaik yang dihasilkan pada penelitian pendahuluan disajikan pada Gambar 10.
Gambar 10 Formula terbaik pada penelitian pendahuluan Keterangan :
B = limbab kamgenan lo%, serbuk gergajian SO%, dedak 10% (vlv) H = limbah karagenan lo%, serbuk gergajian 70%, dedak 20% (vlv) I = limbah karagenan 20%, serbuk gergajian 60%, dedak 20% (vlv) M = limbah karagenan 0%, serbuk gergajian 70%, dedak 30% (v/v)
4.2 Penelitian Utama Penelitian utama dilakukan untuk klarifikasi atas hasil yang didapatkan pada penelitian pendahuluan. Untuk itu empat media terbaik yang diperoleh pada penelitian pendahuluan dikultivasi ulang dengan jumlah ulangan sebanyak tujuh kali. 4.2.1 Suhu dan kelembapan Suhu dan kelembapan merupakan faktor penting yang berpengaruh terhadap pertumbuhan jamur tiram. Suhu inkubasi jamur tiram berkisar antara 22 - 28 "C dengan kelembapan antara 60
-
SO%, sedangkan suhu pada saat
pembentukan buah berkisar antara 16 - 22 "C dengan kelembapan 80 - 90% (Yuniasmara et al. 1998). Suhu lingkungan selama penelitian utama disajikan pada Gambar 11.
27.5 27 -
, 265
2
-
26-
V
3 25,s-
*
+ o 8 8 0 *+ 0 *te+*+ 0+
* +*
* +
25 - *8
+
+ e 8 88 0+ 8 8 4+
**
**e
UI)
* UO
24,5 -0e 23,s
3 ‘
*)0+
U*
0+
+
24 -
** 0 * * W+ U + * U
*8
*
+
7
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
Hari keGambar 11 Grafik suhu lingkungan Selama penelitian berlangsung suhu udara berkisar antara 24 - 27 "C. Dengan demikian suhu lingkungan masih sesuai untuk pertumbuhan miselia jamur tiram. Sedangkan untuk pembentukan tubuh buah jamur tiram, suhu ideal (16 - 22 OC) tidak pemah didapatkan selama proses penelitian berlangsung. Eger et al. (1976) menyebutkan bahwa tubuh buah jamur tiram akan tetap terbentuk meskipun suhu lingkungan tidak sesuai yang diharapkan, namun demikian hasil yang diperoleh tidak sebaik ketika suhu pembentukan tubuh buah berkisar antara 16-22 OC.
Data kelembapan udara wilayah Darmaga (2004
-
2006) diperoleh dari
Badan Meteorologi dan Geofisika Stasiun Klas I Darmaga Bogor dan disajikan pada Tabel 5. Kelembapan udara rata-rata berkisar antara 72 - 90%. Dengan asumsi bahwa kelembapan udara rata-rata pada tahun 2007 tidak jauh berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, kelembapan udara wilayah Darmaga sangat sesuai untuk proses inkubasi maupun pembentukan tubuh buah jamur tiram. Tabel 5 Kelembapan udara (%) (2004-2006) Tahltn 7004 .-.-- -- . Jun Jul Agu Sep Okt 75,6 79,8 81,7 81,2 88,5 Tahun 2005 Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt 82 82 84 89 87 85 85 87 83 Rata-rata 90 - . ... 'lahun 2006 Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Rata-rata 89 89 84 84 84 81 79 76 72 74 Sumber : Badan Meteorologi dan Geofisika Stasiun Klas I Darmaga Bogor (2007) Rata-rata
Jan 78
Feb 75,3
Mar 77,5
Apr 79
Mei 79,7
Nov 77
Des 83,3
Nov 85
Des 86
Nov 83
Des 87
?
Untuk membuat suasana lingkungan sedikit lebih lembap, baglog jamur tiram disemprot dengan air. Pengaturan suhu dan kelembapan di dalam mangan dapat dilakukan dengan menyemprotkan air bersih ke dalam mangan. Pengaturan kondisi lingkungan sangat penting bagi pertumbuhan tubuh buah. Apabila suhu terlalu tinggi, sedangkan kelembapan terlalu rendah maka primordia (bakal tubuh buah jamur) akan kering dan mati (Yuniasmara et al. 1998). 4.2.2 pH
Derajat keasaman atau pH adalah parameter yang menunjukkan banyaknya ion hidrogen yang terkandung dalam air. Nilai pH media mempakan faktor pengontrol yang menentukan kemampuan biologis organisme dalam memanfaatkan unsur hara @e La Noue dan De Pauw 1988). Tingkat keasaman media sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan jamur tiram. Apabila pH terlalu rendah atau terlalu tinggi maka pertumbuhan jamur tiram akan terhambat, bahkan dimungkinkan tumbuh jamur lain yang akan mengganggu pertumbuhan jamur tiram.
Keasaman pH media perlu diatur agar berada diantara pH 6
-
7
(Yuniasmara et al. 1998). Gambar 12 menunjukkan bahwa pH media terbaik berada pada kisaran 6
-
7,5. Nilai tersebut masih berada pada kisaran yang dikemukakan oleh
Yuniasmara et al. (1998), yaitu antara 6
- 7.
Kecuali untuk perlakuan I dengan
pH sebesar 7,5. Nilai pH ini diakibatkan oleh tingginya pH lirnbah karagenan, yaitu antara 8 - 9. Namun demikian pH 7,5 tersebut masih berada pada kisaran pH netral yang dapat ditoleransi oleh jamur tiram (Chang dan Miles 2004). Hal ini ditunjukkan dengan kemampuan jamur tiram untuk tumbuh pada media tersebut.
7,5
8 7
6 5
a 4 3
2 1 0
B
H
I
M
Perlakuan
Gambar 12 Derajat keasarnan (pH) media Keterangan :
B = limbah karagenan lo%, serbuk gergajian SO%, dedak 10% (vlv) H = limbah karagenan lo%, serbuk gergajian 70%, dedak 20% (vlv) I = limbah karagenan 20%, serbuk gergajian 60%, dedak 20% (vlv) M = limbah karagenan 0%, serbuk gergajian 70%, dedak 30% (vlv)
4.2.3 Tekstur dan pertumbuhan miselia Miselia merupakan fase pertumbuhan vegetatif dari jamur. Miselia terdiri dari kumpulan serabut-serabut tipis yang disebut sebagai hifa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
konsentrasi limbah karagenan yang
tinggi
&an
menyebabkan miselia memp~myaitekstur yang lebih tebal (Kode I) dibandingkan dengan media dengan limbah karagenan berkonsentrasi lebih kecil (kode B dan H) atau tanpa penambahan limbah karagenan (Kode M) sebagaimana yang disajikan pada Gambar 13. Hal ini d i i e n a k r u ~limbah karagenan dengan kandungan karagenannya mampu menahan air lebih lama (meningkatkan retensi air) (Molloy et al. 2003). Air merupakan salah satu komponen yang diperlukan pada proses
pembentukan miselia jamur.
Gambar 13 Tekstur miselia Keterangan :
B = limbab karagenan lo%, serbuk gergajian SO%, dedak 10% (viv) H = limbah karagenan lo%, serbuk gergajian 70%, dedak 20% (vlv) I = limbah karagenan 20%, serbuk gergajian 60%, dedak 20% (vlv) M = limbah karagenan ON, serbuk gergajian 70%, dedak 30% (vlv)
Miselia dengan tekstur yang tebal akan mempunyai daya yang lebih besar untuk melakukan pembentukan tubuh buah. Miselia yang sangat tipis tidak akan menghasilkan tubuh buah (Molloy et al. 2003). Pertumbuhan panjang miselia jamur tiram diukur setiap minggunya dengan menggunakan penggaris.
Pertumbuhan panjang miselia jarnur tiram
berbeda-beda antar perlakuan setiap minggunya. Perlakuan B (tanpa limbah karagenan) menunjukkan pertumbuhan miselia yang paling cepat jika dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Penggunaan limbah karagenan diduga menghambat perturnbuhan panjang miselia.
Penggunaan limbah karagenan
membuat tekstur media lebih padat, sehingga pertumbuhan miselia jamur tiram menjadi lebih lambat. Rata-rata pertambahan panjang miselia setiap minggu disajikan pada Tabel 6, sedangkan data pertambahan panjang miselia setiap minggunya secara lengkap disajikan pada Lampiran 4. Tabel 6 Rata-rata pertambahan panjang miselia (cm) Kode Perlakuan
B H I M Keterangan :
0 0 0 0 0
1 3,47 2,09 229 2,57
Minggu ke2 3 10,19 10,73 10,20 9,26 7,%6 9,03 6,87 9,37
4 10,73 10,97 9,46 10,14
5 10,73 10,97 10,46 10,64
B = limbah karagenan lo%, serbuk gergajian SO%, dedak 10% (vlv) H = limbah karagenan lo%, serbuk gergajian 70%, dedak 20% (viv) I = limbah karagenan 20%, serbuk gergajian 60%, dedak 20% (vlv) M = limbah karagenan 0%, serbuk gergajian 70%, dedak 30% (vlv)
4.2.4
Masa inkubasi Masa inkubasi merupakan lama waktu (hari) yang diperlukan oleh miselia
jamur tiram untuk inemenuhi s e l d baglog Qiully colonized). Penghitungan waktu diiulai sejak media diinokulasi dengan bibit jamur tiram yang dianggap sebagai hari ke-0. Berdasarkan hasil percobaan rata-rata masa inkubasi berkisar antara 19,OO - 28,86 hari. Kisaran lama inkubasi tersebut tidak berbeda jauh dengan hasil penelitian Magingo et al. (2004) dan Shah et al. (2004), yaitu antara 17 - 25 hari. Perbandingan lama waktu inkubasi beberapa spesies jamur tiram pada media yang berbeda dapat disajikan pada Tabel 7, sedangkan data masa inkubasi secara lengkap disajikan pada Lampiran 5. Tabel 7
Lama waktu inkubasi beberapa spesies jamur tiram pada beberapa media Media
Spesies
Pleurotus florida* P. ostreatus * P. ostreatus ** P. ostreatus ** P. ostreatus** P. osheatus ** P. ostreatus** P. ostreatus** P. ostreatus*** Sumber :
Jerami Jerami Limbah gandum dan serbuk gergajian Serbuk gergajian dan daun-daunan Serbuk gergajian Limbah gandum dan daun-daunan Limbah gandum Daun-daunan Serbuk gergajian
* = Magingo et al. (2004) ** = Shah et al. (2004) *** = Parlindungan (2000)
Lama waktu 20 20 17 23 18 24 17 25 7-14
Rata-rata lama inkubasi tercepat 19,OO hari (perlakuan B) dan terlama 28,86 hari (perlakuan I). Hasil andisis ragam menunjukkan bahwa perbedaan perlakuan berpengaruh nyata terhadap lama waktu inkubasi (Fhit = 5,95; F tabel (a=O,os) =
3,Ol).
Hasil uji lanjut Duncan yang disajikan pada Gambar 14
menunjukkan bahwa perlakuan B memberikan hasil yang berbeda nyata dibandingkan dengan perlakuan lainnya.
Semakin besar konsentrasi serbuk
gergajian masa inkubasi semakin singkat. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dikemukakan oleh Parlindungan (2000), lama inkubasi jamur tiram pada media kultivasi yang terdiri dari serbuk gergajian berlangsung lebih singkat, yaitu antara 7 - 14 hari.
-35,OO .230,OO
-
S580 'Z20,OO 315,00 %lO,OO r 5,00 0,oo
-
gi
25,71b
-
-
28,86b
19,Ooa
-
-
-
26,OOb
7
9
B
H
I
M
Perlakuan
Gambar 14 Rata-rata lama waktu inkubasi Keterangan :
4.2.5
nilai-nilai yang diikuti huntfsuperscript yang berbeda menunjukkan perlakuan yang berbeda nyata pada a = 0,05 B = limbah karagenan lo%, serbnk gergajian SO%, dedak 10% (vlv) H = limbah karagenan lo%, serbuk gergajian 70%, dedak 20% (vlv) I = limbah karagenan 20%, serbuk gergajian 60%, dedak 20% (vlv) M = limbah karagenan 0%, serbuk gergajian 70%, dedak 30% (vlv)
Lama waktu pembentukan primordia pertama Bakal tubuh buah atau primordia addah gumpalan kecil yang terdiri dari
kumpulan miselia yang akan berkembang menjadi tubuh buah (TPB IPB 2006). Waktu yang diperlukan untuk munculnya primordia pertama dihitung sejak bibit jamur tiram diinokulasikan ke dalam media. Hasil percobaan menunjukkan, ratarata lama waktu yang diperlukan untuk turnbuhnya primordia pertama berkisar antara 39,14
- 44,86
hari.
Hasil ini tidak berbeda jauh dengan data yang
dikemukakan oleh Magingo et al. (2004) dan Shah et al. (2004) yang berkisar antara 25 - 40 hari. Perbandingan lama waktu pembentukan primordia pertama beberapa spesies jamur tiram disajikan pada Tabel 8, sedangkan rata-rata lama waktu pembentukan primordia pertama disajikan pada Gambar 15. Tabel 8 Spesies P. Jlorida* P. ostreatus * P. ostreatus*" P. ostreatus** P. ostreatus ** P. ostreatus** Sumber :
Perbandingan lama waktu pembentukan primordia pertama beberapa spesies jamur tiram pada beberapa media Media Jerami Jerami Limbah gandum dan serbuk gergajian Serbuk gergajian dan dam-daunan Serbuk gergaiian - -Daun-daunan
* = Magingo et al. (2004)
Lama waktu (hari) 40 40 26 30 25 31
-
2m
50,OO
s
a 'C 3 m P l J 3=a
--
:2 2
40.00
30,oo
20,oo 10,oo
~ 2 2
0,oo
f3
B
Pl
H
I
M
Perlakuan Gambar 15 Rata-rata lama waktu pembentukan primordia pertama Keterangan :
nilai-nilai yang diikuti huruf superscript yang berbeda menunjukkan perlakuan yang berbeda nyata pada a = 0,05 B = l i b a h karagenan lo%, serbnk gergajian 80%, dedak 10% (vlv) H = limbah karagenan lo%, serbuk gergajian 70%, dedak 20% (vlv) I = l i b a h karagenan 20%, serbnk gergajian 60%, dedak 20% (vlv) M = limbah karagenan 0%, serbuk gergajian 70%, dedak 30% (vlv)
Rata-rata lama waktu pembentukan primordia tercepat 39,14 hari (perlakuan B) dan terlama 44,86 hari (perlakuan M).
Hasil analisis ragam
menunjukkan bahwa perbedaan perlakuan memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap masa inkubasi (Fhit = 8,23; F tabel @=0,05) = 3,Ol). Hasil uji lanjut
Duncan yang disajikan pada Gambar 15 menunjukkan bahwa perlakuan B memberikan hasil yang berbeda nyata dibandingkan dengan perlak~lanlainnya. Pembentukan primordia pertama berkaitan dengan lama waktu inkubasi. Semakin cepat masa inkubasi, maka primordia akan semakin cepat terbentuk.
Masa
inkubasi merupakan lama waktu (hari) yang diperlukan oleh miselia jamur tiram untuk memenuhi seluruh baglog. 4.2.6 Karakteristik jamur tiram 4.2.6.1 Bobot
Bobot basah jamur tiram merupakan indikator produktivitas jamur tiram. Hasil percobaan menunjukkan bahwa total bobot jamur tiram yang dihasilkan dari masing-masing baglog berkisar antara 35,4 - 144,O gram dengan rata-rata rasio efisiensi biologi antara 17,25 - 28,39%. Rata-rata nilai rasio efisiensi biologi disajikan pada Gambar 16.
28 39b
-30,OO
s 25,OO M
4 20,oo .- 15,OO .-8 l0,OO 5,OO 0
B
H
M
I
Perlakuan
Gambar 16 Rata-rata rasio efisiensi biologi (%) Keterangan :
nilai-nilai yang diiiuti huruf superscript yang berbeda menunjukkan perlakuan yang berbeda nyata pada a = 0,05 B = limbah karagenan lo%, serbuk gergajian 80%, dedak 10% (vlv) H = limbah karagenan lo%, serbuk gergajian 70%, dedak 20% (vlv) I = limbah karagenan 20%, serbuk gergajian 60%, dedak 20% (vlv) M = limbah karagenan 096, serbuk gergajian 70%, dedak 30% (vlv)
Rata-rata rasio efisiensi biologi tertinggi sebesar 28,39% (Perlakuan I) dan terendah sebesar 17,25% (Perlakuan M).
Hasil analisis ragam menunjukkan
bahwa perbedaan perlakuan berpengaruh nyata terhadap nilai rasio efisiensi biologi (Fhit = 7,35; F tabel ( a ~ , ~ o )= 3,Ol). Hasil uji lanjut Duncan yang disajikan pada Gambar 16 menunjukkan bahwa perlakuan I memberikan hasil yang berbeda nyata dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Perbedaan bobot basah jamur tiram diduga berkaitan dengan kandungan nutrisi dan air pada media. Nutrisi pada media kultivasi berasal dari dedak padi sedangkan kadar air pada media kultivasi berkaitan dengan kemampuan media kultivasi untuk menyimpan air. Kemampuan media kultivasi untuk menahan air lebih lama dipengaruhi oleh komposisi limbah karagenan yang terdapat pada media. Hal ini dikarenakan limbah karagenan dengan kandungan karagenannya mampu menahan air lebih lama (meningkatkan retensi -air) (Molloy et al. 2003). Media kultivasi yang mempunyai nutrisi dan kemampuan menyimpan air yang baik akan menghasilkan bobot jamur tiram yang tinggi. Nilai rasio efiesiensi biologi dipengarubi oleh bobot basah jamur tiram dan bobot kering media kultivasi yang digunakan.
Hal ini sebagaimana yang
dijelaskan oleh Magingo et al. (2004) bahwa perhitungan rasio efisiensi biologi merupakan perbandingan antara kedua variabel di atas. 4.2.6.2 Jumlah tubuh buah
Jumlah tubuh buah pada setiap tunas berbeda-beda. Hasil percobaan menunjukkan bahwa jumlah tubuh buah tiap kali pemanenan berkisar antara 2 14 buah dengan rata-rata tubuh buah dari masing-masing baglog selama perturnbuhan berkisar antara 17,14 - 26,71 buah. Rata-rata jumlah tubuh buah tertinggi sebesar 26,71 (Perlakuan H) dan terendal~sebesar 17,14 (Perlakuan B). Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perbedaan perlakuan berpengaruh nyata terhadap jumlah tubuh buah (Fhit = 4,33; F tabel
(a=o,os)
= 3,Ol).
Hasil uji lanjut
Duncan yang disajikan pada Gambar 17 menunjukkan bahwa perlakuan H dan I memberikan hasil yang berbeda nyata dibandingkan dengan perlakuan B dan M. Perbedaan jumlah tubuh buah dipengaruhi oleh nutrisi media kultivasi dan kemampuan jamur tiram untuk memanfaatkan nutrisi tersebut.
Parlindungan
(2001) menyatakan bahwa hal ini diakibatkan oleh perbedaan kemampuan metabolisme jamur t h m serta sejalan dengan ketersediaan nutrisi yang terkandung pada substrat.
30,OO
26,7lh
26,00b
H
I
17,14"
'2
C-i p l0,OO
- ,-
5,oo
B
C,
M
Perlakuan Gambar 17 Rata-rata jumlah t u b a buah total tiap baglog Keterangan :
nilai-nilai yang diikuti huruf superscript yang berbeda menunjuWtan perlakuan yang berbeda nyata pada a = 0,05 B = limbah karagenan lo%, serbuk gergajian SO%, dedak 10% (vlv) H = limbah karagenan lo%, serbuk gergajian 70%, dedak 20% (vlv) I = limbah karagenan 20%, serbuk gergajian 60%, dedak 20% (vlv) M = limbah karagenan 0%, serbuk gergajian 70%, dedak 30% (vlv)
Nilai koefisien korelasi antara jumlah tubuh buah dengan bobot jamur tiram pada setiap perlakuan berkisar antara 0,45 - 0,62 sebagaimana yang disajikan pada Tabel 9. Nilai-nilai ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang cukup berarti antara jumlah tubuh buah dengan bobot jarnur tiram. Hal ini sebagaimana yang dikemukakan oleh Hasan (2004) bahwa nilai koefisien korelasi pada interval 0,4 - 0,7 menunjukkan hubungan yang cukup berarti. Tabel 9 Nilai koefisien korelasi antara jumlah tubuh buah dengan bobot jamur tiram Perlakuan Koefisien Korelasi Keterangan :
B 0,62
H 0,46
I 0,45
M 0,62
B = limbah karagenan lo%, serbuk gergajian SO%, dedak 10% (vlv) H = limbah karagenan lo%, serbuk gergajian 70%, dedak 20% (vlv) I = limbah karagenan 20%, serbuk gergajian 60%, dedak 20% (vlv) M = limbah karagenan 0%, serbuk gergajian 70%, dedak 30% (vlv)
4.2.6.3 Diameter tudung terbesar Diameter tudung merupakan panjang garis tengah tudung jamur tiram. Diameter tudung diukm dari tepi ke tepi melewati titik tengah atau pusat tudung. Dari setiap tunas yang terbentuk, hanya tunas dengan diameter tudung terbesar (terpanjang) yang diambil datanya. Hasil percobaan menunjukkan bahwa ratarata diameter tudung terbesar jamur tiram pada tiap pemanenan berkisar antara 7,79 - 8,91 cm. Rata-rata diameter tudung terbesar tertinggi sebesar 8,91 cm (Perlakuan B) dan terendah sebesar 7,79 (Perlakuan M). Hasil analisis ragam yang disajikan pada Gambar 18 menunjukkan bahwa perbedaan perlakuan tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap diameter tudung terbesar (Fhit = 0,87; F tabel (,o,o~,
= 3,Ol).
Nilai diameter tudung berkaitan dengan kemampuan jamur tiram untuk mengembangkan tudungnya. Hal ini dipengaruhi oleh suhu dan kelembapan pada saat pembentukan tubuh buah hingga pemanenan. Jika suhu udara tinggi dan kelembapan rendah, tudung jamur tiram cenderung lebih cepat mekar pada saat tubuh buah masih kecil, sehingga berpengaruh terhadap diameter yang dihasikan.
B
I
H
M
Perlakuan
Gambar 18 Rata-rata diameter tudung terbesar (cm) Keterangan :
nilai-nilai yang diikuti h w f szrperscript yang berbeda menunjukkan perlakuan yang berbeda nyata pada a = 0,05 B = limbah karagenan lo%, serbuk gergajian SO%, dedak 10% (vlv) H = limbah karagenan lo%, serbnk gergajian 70%, dedak 20% (vlv) I = limbah karagenan 20%, serbuk gergajian 60%, dedak 20% (vlv) M = limbah karagenan 0%, serbuk gergajian 70%, dedak 30% (vlv)
Tabel 10 Nilai koefisien korelasi antara diameter tudung terbesar dengan bobot jamur tiram Perlakuan Koefisien Korelasi Keterangan :
B 0,57
H 0,46
I 0,50
M 0,52
B = limbah karagenan lo%, serbuk gergajian SO%, dedak 10% (vlv) H = limbah karagenan lo%, serbuk gergajian 70%, dedak 20% (vlv) I = limbah karagenan 20%, serbuk gergajian 60%, dedak 20% (vlv) M = limbah karagenan 0%. serbuk gergajian 70%, dedak 30% (vlv)
Nilai koefisien korelasi antara diameter tudung terbesar dengan bobot jamur tiram pada setiap perlakuan berkisar antara 0,46 - 0,57 sebagaimana yang disajikan pada Tabel 10. Nilai-nilai ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang cukup berarti antara jumlah tubuh buah dengan bobot jamur tiram (Hasan 2004).
4.2.6.4 Panjang tangkai terbesar Panjang tangkai jamur tiram diukur dari pangkal permulaan tudung hingga ke pangkal aka. Dari setiap tunas yang terbentuk, hanya tunas dengan panjang tangkai terbesar (terpanjang) yang diambil datanya.
Hasil percobaan
menunjukkan bahwa rata-rata panjang tangkai terbesar jamur tiram pada tiap pemanenan berkisar antara 2,77 - 5 3 7 cm.
B
H
M
I
Perlakuan Gambar 19 Rata-rata panjang tangkai terbesar (cm) Keterangan :
nilai-nilai yang diiiuti huruf stperscript yang berbeda menunjukkan perlakuan yang berbeda nyata pada a = 0,05 B = liibah karagenan lo%, serbuk gergajian SO%, dedak 10% (vlv) H = limbah karagenan lo%, serbuk gergajian 70%, dedak 20% (vlv) I = limbah karagenan 20%, serbuk gergajian 60%, dedak 20% (vlv) M = limbah karagenan 0%, serbuk gergajian 70%, dedak 30% (vlv)
Rata-rata panjang tangkai terbesar tertinggi sebesar 5,57 cm (Perlakuan B) dan terendah sebesar 2,77 (Perlakuan M). Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perbedaan perlakuan berpengaruh nyata terhadap panjang tangkai terbesar (Fhit = 17,48; F tabel (a=0,05)
= 3,Ol).
Hasil uji lanjut Duncan yang disajikan pada
Gambar 19 menunjukkan bahwa perlakuan B memberikan hasil yang berbeda nyata dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Karakteristik jamur tiram dinilai baik apabila panjang tangkainya tidak melebihi 5 cm (Parlindungan 2003).
Panjang tangkai jamur tiram diduga
dipengaruhi oleh kandungan nutrisi yang terdapat pada media. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Parlindungan (2003). Secara lebih spesifik panjang tangkai dipengaruhi oleh kandungan serbuk gergajian. Semakin tinggi kandungan serbuk gergajian, tangkai jamur tiram akan semakin panjang. Tabel I1 Nilai koefisien korelasi antara panjang tangkai terbesar dengan bobot jamur tiram Perlakuan Koefisien Korelasi Keterangan :
B 0,83
H 0,59
I 0,41
M 0,24
B = limbah karagenan lo%, serbuk gergajian SO%, dedak 10% (vlv) H = limbah karagenan lo%, serbuk gergajian 70%, dedak 20% (vlv) I = limbah karagenan 20%, serbuk gergajian 60%, dedak 20% (vlv) M = limbah karagenan 0%, serbuk gergajian 70%, dedak 30% (vlv)
Nilai koefisien korelasi antara panjang tangkai terbesar dengan bobot jamur tiram pada setiap perlakuan berkisar antara 0,24 - 0,83 sebagaimana yang disajikan pada Tabel 11. Hasan (2004) menyatakan bahwa nilai koefisien korelasi pada interval 0,2 - 0,4 menunjukkan kekuatan hubungan yang rendah, interval 0,4 - 0,7
menunjukkan kekuatan hubungan yang cukup berarti dan interval 0,7 - 0,9
menunjukkan hubungan yang h a t .
4.2.6.5 Frekuensi panen Frekuensi panen adalah banyaknya panen yang dapat dilakukan selama kurun waktu tertentu.
Selma tahap penelitian utama, frekuensi panen dari
keseluruhan baglog yang dibuat berkisar antara 2 - 5 kali.
E F4 .-
8
4,OO 3,50 3,OO 2,SO 2,oo 1,50 l,OO 0,50 0,oo
B
I
H
M
Perlakuan Gambar 20 Rata-rata fkekuensi panen Keterangan :
nilai-nilai yang diikuti huruf superscript yang berbeda menunjukkan perlakuan yang berbeda nyata pada a = 0,05 B = limbah karagenan lo%, serbuk gergajian SO%, dedak 10% (vlv) H = limbah karagenan lo%, serbuk gergajian 70%, dedak 20% (vlv) I = limbah karagenan 20%, serbuk gergajian 60%, dedak 20% (vlv) M = liibah karagenan 0%, serbuk gergajian 70%, dedak 30% (vlv)
Rata-rata frekuensi panen tertinggi yaitu 3,57 kali (Perlakuan H) dan terendah sebesar 2,86 (Perlakuan M). Hasil analisis ragam yang disajikan pada Gambar 20 menunjukkan bahwa perbedaan perlakuan tidak memberikan pengamh yang nyata terhadap frekuensi panen (Fhit
=
1,37; F tabel
(&,@)
=
3,Ol).
Perbedaan frekuensi panen dipengamhi oleh kemampuan jamur tiram untuk memanfaatkan nutrisi yang terdapat pada media. Faktor lain yang mempengaruhi adalah nutrisi yang terdapat pada media kultivasi. Shah et al. (2004) menyatakan bahwa media dengan kandungan serbuk gergajian di atas 50% akan memberikan
hasil panen yang lebih banyak dibandingkan dengan media kultivasi dengan serbuk gergajian di bawah 50% atau media kultivasi tanpa serbuk gergajian. Tabel 12 Nilai koefisien korelasi antara fiekuensi panen dengan bobot j a m ~ u tiram Perlakuan Koefisien Korelasi Keterangan :
B 0,87
I
H 0,92
0,65
M 0,73
B = lhnbah karagenan lo%, serbuk gergajian SO%, dedak 10% (vlv) H = limbah karagenan lo%, serbuk gergajian 70%, dedak 20% (vlv) I = limbah karagenan 20%, serbuk gergajian 60%, dedak 20% (vlv) M = l i b a h karagenan 0%, serbuk gergajian 70%, dedak 30% (vlv)
Nilai koefisien korelasi antara frekuensi panen dengan bobot jamur tiram pada setiap perlakuan berkisar antara 0,64
-
0,92 sebagaimana yang disajikan
pada Tabel 12. Hasan (2004) menyatakan bahwa nilai koefisien korelasi pada interval 0,4
-
0,7 menunjukkan kekuatan hubungan yang cukup berarti dan
interval 0,7 - 0,9 menunjukkan hubungan yang h a t . 4.2.7 Komposisi kimia jamur tiram Analisis komposisi kimia jamur tiram dilakukan terhadap tubuh buah jamur tiram yang dihasilkan dari media terbaik penelitian utama. Analisis kimia dilakukan untuk mengetahui komposisi nilai gizi jamur tiram dan kandungan logam berat. Analisis kimia yang dilakukan meliputi analisis proksimat dan analisis mineral logam berat. 4.2.7.1 Analisis proksimat
Tubuh buah jamur tiram dari media terbaik (media I) dianalisis kandungan gizinya dengan metode proksimat. Analisis proksimat dilakukan di laboratorium Kimia Pangan IPB. Hasil analisis proksimat serta perbandingan terhadap hasil penelitian lain disajikan pada Tabel 13.
Tabel 13 Kandungan nilai gizi jamur tiram Parameter
Hasil penelitian (Ohb/b)
Chang dan Miles (2004) (%b/b)
Kadar air*
81,32*1,20
73,7-90,8
Kadar abu**
8,5&0,51
Kadar protein**
35,5&3,62
Kadar lemak**
1,81*1,07
Kadar karbohidrat* * Keterangan :
49,8355,54
57,6-81,8
* = dihitung berdasarkan basis basah ** = dihitung berdasarkan basis kering
Hasil pengujian menunjukkan bahwa komposisi nilai gizi jamur tiram hasil penelitian termasuk dalam kisaran data yang diiemukakan oleh Chang dan Miles (2004) untuk parameter kadar air, kadar abu, dan kadar lemak. Sedangkan kadar protein dan kadar karbohidrat jamur tiram hasil penelitian berbeda dibandingkan Chang dan Miles (2004). Perbedaan ini diduga diakibatkan oleh pengaruh perbedaan nutrisi pada media yang digunakan. Berdasarkan data yang disajikan pada Tabel 13 di atas maka jamur tiram yang dikultivasi pada penelitian ini memenuhi syarat wtuk diionsumsi dari segi komposisi nilai gizi. 4.2.7.2 Analisis kandungan logam berat
Analisis kandungan logam berat dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya logam berat pada jamur tiram yang dihasilkan. Analisis logam berat dilakukan di laboratorium Nutrisi Ternak Perah IPB. Logam berat yang dianalisis meliputi timbal (Pb), kadmium (Cd) dan raksa (Hg). Hasil pengujian logam berat disajikan pada Tabel 14. Tabel 14 Kandungan logam berat jamur tiram Parameter
Hasil penelitian
Syarat mutu jamur tiram
Pb
td
maksimum 2,O ppm*
Cd
0,01 P P ~
maksimum 0,l ppm**
Hg
3,77 x lo5 ppm
maksimum 0,03 ppm*
-
Keterangan : td = tidak terdeteksi alat, limit deteksi 0,04 ppm * Direktorat Pengolahan dan Pemllsaran Hasil I lortikultura (2004) Surnbcr : ** = WHO (2004) diacu dalnm Sari dan Kernan (2005)
Hasil pengujian menunjukkan bahwa kandungan timbal (Pb) tidak terdeteksi oleh alat yang digunakan (kadar Pb berada di bawah limit deteksi 0,04 ppm), kandungan kadmium (Cd) sebesar 0,01 ppnl dan kandungan raksa (Hg) sebesar 3,77 x
ppm.
Logam berat yang terkandung pada jamur tiram hasil penelitian masih berada di bawah ambang batas maksimum syarat mutu jamur tiram yang disajikan pada Tabel 14.
Dengan demikian jamur tiram yang diiasilkan oleh media
kultivasi terbaik aman untuk dikonsumsi. 4.3 Analisis Kelayakan Usaha
4.3.1 Asumsi-asumsi yang digunakan Penilaian kelayakan usaha menggunakan pendekatan analisis finansial. Hal ini dilakukan untuk menilai keuntungan atau manfaat secara finansial yang diterima. Untuk dapat melakukan analisis finansial terhadap usaha budidaya jamur tiram menggunakan limbah karagenan perlu ditetapkan beberapa asumsi dasar yang sesuai dengan kondisi pada saat analisis finansial dilakukan. Asumsiasumsi dasar tersebut adalah sebagai berikut: 1. Umur ekonomi usaha ditetapkan enam bulan. 2. Tanall, bangunan dan gaji tenaga kerja tidak disertakan dalam proses perhitungan.
3. Biaya investasi diieluarkan pada awal usaha (bulan ke-0) sebelum usaha dilakukan. 4. Biaya selama enam bulan diitung dengan nilai konstan, harga yang digunakan untuk analisis finansial adalah harga yang diambil pada waktu survei yang dilakukan sekitar bulan Juli - Oktober 2007.
5. Satu kali proses budidaya jamur tiram dari awal hingga akhir berlangsung selama empat bulan.
6. Kapasitas produksi perminggu sebesar 250 baglog berukuran 1 kg, dengan nilai rasio efisiensi biologi sebesar 28%. Jamur tiram berproduksi mulai minggu ketujuh dengan frekuensi panen empat kali.
7. Suku bunga yang digunakan adalah 18% pertahun. 8. Proses budidaya jamur tiram bersifat sinambung.
4.3.2 Biaya total Biaya total yang dimaksud adalah semua biaya yang dikeluarkan selama periode waktu tertentu yang digunakan untuk proses budidaya jamur tiram. Biaya total terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap adalah biaya yang nilainya tidak dipengaruhi oleh volume produksi sedangkan biaya variabel adalah biaya yang nilainya dipengaruhi oleh perubahan volume produksi. Pada usaha budidaya jamur tiram biaya tetap berupa investasi, sedangkan biaya variabel adalah modal kerja. 4.3.2.1 Modal investasi Investasi adalah komponen yang diperlukan untuk memulai kegiatan budidaya. Modal investasi digunakan untuk membiayai pembelian peralatan, instalasi pra operasi dan lain-lain. Pengeluaran investasi yang diperlukan untuk kegiatan budidaya jamur tiram sebesar Rp 247.500,OO dengan komposisi biaya sebagaimana yang disajikan pada Tabel 15. Tabel 15 Perincian modal investasi Jurnlah (bush) L---, D m Sterilisasi 1 Sprayer Penyemprot air 1 (mengatur kelembapan) Pisau Pemotong 3 Bambu Rak dan cincin 25 baglog Sendok Inokulasi bibit 3 Bunsen Mencegah 1 kontaminasi saat inokulasi Jumlah investasi Komponen
Kegunaan
Harga satuan Harga total (Rupiah) (Rupiah) 150.000,OO 150.000,OO 20.000,OO 20.000,OO 1.500,OO 2.000,OO
4.500,OO 50.000,OO
1.000,OO 20.000,OO
3.000,OO 20.000,OO 247.500,OO
4.3.2.2 Modal kerja Modal kerja merupakan biaya yang dikeluarkan untuk satu kali proses budidaya jamur tiram, yang meliputi pembelian bahan baku dan energi. Besamya modal kerja tergantung pada jumlah volume produksi.
Modal kerja yang
diperlukan untuk satu kali proses budidaya sebesar Rp 202.500,OO dengan komposisi biaya sebagaimana yang disajikan pada Tabel 16.
Tabel 16 Perincian modal kerja tiap minggu Komponen
Jumlah
Kantong plastik Karet Kertas koran Limbah karagenan Serbuk Bekatul Alkohol Bibit jamur Ka~u Minyak tanah Jumlah modal kerja
3 kg 0,5 kg 10 exp 100 kg 100 kg 50 kg 0,5 liter 5 botol 1 set 1 liter
Harga satuan (Rupiah) 9.000,OO 20.000,OO 500,OO 500,OO 100,OO 1.000,OO 15.000,OO 5.000,OO 15.000,OO 3.000,OO
Harga total (Rupiah) 27.000,OO 10.000,OO 5.000,OO 50.000,OO 10.000,OO 50.000,OO 7.500,OO 25.000,OO 15.000,OO 3.000,OO 202.500,OO
4.3.3 Harga dan perkiraan penerimaan Penerimaan berasal dari penjualan jamur tiram dan bekas baglog yang sudah tidak produktif lagi. Harga jual jamur tiram ditetapkan sebesar Rp 8.000,OO per kilogram bobot basah, sedangkan harga jual bekas baglog ditetapkan sebesar Rp 500,OO per kilogram. Nilai ini ditetapkan sesuai dengan harga yang berlaku saat penelitian berlangsung di wilayah Bogor. Pembuatan baglog dan penanaman jamur tiram dilakukan setiap minggunya, sebanyak 250 baglog dengan rata-rata bobot kering baglog 1 kg, rasio efiesiensi biologi 28% dan frekuensi panen empat kali.
Jamur tiram mulai
berproduksi pada bulan kedua minggu ketiga dengan produksi sebesar 17,5 kg. Nilai ini diperoleh dari jumlah baglog x rasio efisiensi biologi x (llfrekuensi panen). Minggu berikutnya produksi meningkat dua kali lipat menjadi 35 kg dan minggu selanjutnya produksi jamur tirarn meningkat tiga kali lipat dari minggu pertama produksi menjadi sebesar 52,5 kg. Mulai bulan ketiga minggu kedua jamur tiram berproduksi secara konstan sebesar 70 kg perminggu.
Baglog mulai tidak produktif setelah 10 minggu atau 4 kali pemanenan. Bekas baglog dijual secara konstan mulai bulan ketiga minggu ketiga dengan bobot 50% dari bobot awal. Dengan demikian untuk setiap minggunya dihasilkan 125 kg bekas baglog. Diagram batang pengeluaran dan pemasukan usaha selarna
wnur investasi disajikan pada Gambar 21, sedangkan perincian perkiraan penerimaan disajikan secara lengkap pada Lampiran 11.
i "
~~
!
0 0 VI
0 0
0 0
0 0
P
P
P
m
m
N N N
1
m
1 i j
i
Pengeluaran Pernasukan
1 1 !
I
0
I
1
3
2
4
5
6
Bulan ke-
I
I
Gambar 21 Diagram batang pengeluaran dan pemasukan usaha selama umur investasi 4.3.4 Kriteria kelayakan investasi
Analisis kelayakan investasi dilakukan untuk mengetahui apakah budidaya jamur tiram menggunakan limbah karagenan layak atau tidak layak untuk
dikembangkan dari segi finansial. Kriteria investasi yang digunakan antara lain
Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Net BeneJir-Cost Ratio (Net BIC) dan Payback Period (PBP).
Rekapitulasi nilai kriteria kelayakan
investasi budidaya jamur tiram menggunakan limbah karagenan ini dapat dilihat pada Tabel 17 sedangkan perincian perhitungannya disajikan pada Lampiran 14. Tabel 17
Nilai kriteria kelayakan investasi budidaya jamur tiran menggunakan limbah karagenan Kriteria NPV Net BIC IRR PBP
Nilai Rp 6.495.120,OO 1,27 18,77% 4.096 bulan
Suatu investasi dikatakan layak secara finansial apabila memenuhi kriteria yang telah ditetapkan yaitu nilai NPV bernilai positif (NPV > 0), Net BIC lebih
besar dari satu (Net BIC > I), IRR lebih besar dari tingkat suku bunga yang ditetapkan dan PBP lebih singkat dari umur proyek.
4.3.4.1 Net Present Value (NPV)
Net Present Value yaitu selisih antara present value dari investasi dengan nilai sekarang dari penerimaan-penerimaan kas bersih di masa yang akan datang. Dari hasil perhitungan didapatkan nilai NPV budidaya jamur tiram menggunakan l i i b a h karagenan bemilai positif (NPV > 0) yaitu Rp 6.495.120,OO pada tingkat suku bunga 18%. Hal ini berarti nilai sekarang penerimaan-penerimaan kas bersih di masa mendatang lebih besar daripada nilai sekarang investasi, sehingga budidaya jamur tiram ini layak dilaksanakan.
4.3.4.2 Net Benefit-Cost Ratio (Net BIC) Analisis ini mempakan perbandingan antara keuntungan yang diperoleh terhadap biaya yang dikeluarkan.
Dari hasil perhitungan didapatkan nilai
Net BIC > 1, yaitu sebesar 1,27; artinya benefit yang akan diperoleh selama umur ekonomis usaha budidaya lebih besar dari jumlah biaya dan investasi yang dieluarkan, sehingga kegiatan budidaya ini layak untuk dilaksanakan.
4.3.4.3 Internal Rate of Return (IRR)
Internal Rate of Return mempakan tingkat suku bunga yang menyamakan nilai sekarang investasi dengan nilai sekarang penerimaan-penerimaan kas bersih di masa yang akan datang. Nilai IRR yang diperoleh dari hasil perhitungan adalah 18,77% pertahun dengan tingkat discount rate sebesar 18%. Artinya investasi pada usaha budidaya ini memberikan manfaat lebih besar dibanding manfaat yang diberikan tingkat suku bunga bank yang ditetapkan, sehingga kegiatan budidaya ini layak dilaksanakan.
4.3.4.4 Payback Period (PBP)
Payback period adalah suatu periode yang diperlukan untuk menutup kembali pengeluaran investasi dengan menggunakan aliran kas.
Dari hasil
perhitungan didapatkan bahwa usaha budidaya jamur tiram dapat mengembalikan s e l d pengeluaran investasi dalam waktu 4,096 bulan. Artiiya usaha ini layak dilakukan karena waktu yang diperlukan untuk pengembalian modal lebii singkat dari umur usaha.
4.3.5 Studi kelayakau proyek Studi kelayakan proyek dimaksudkan untuk menganalisis budidaya jamur tiram menggunakan limbah karagenan dalam lebih besar.
Penilaian kelayakan proyek menggunakan pendekatan analisis
finansial. Untuk dapat melakukan analisis fmansial perlu ditetapkan beberapa --asumsi dasar. Asumsi-asumsi tersebut adalah sebagai berikut: 1. Umur ekonomi proyek ditetapkan dua tahun (empat semester). Umur ini ditetapkan berdasarkan umur teknis peralatan yang digunakan. 2. Tanah, bangunan dan gaji tenaga k e j a disertakan dalam proses perlitungan. 3. Biaya investasi dikeluarkan pada awal usaha (semester ke-0) sebelum
proyek dilakukan.
4. Biaya selama dua tahun dihitung dengan nilai konstan.
Harga yang
digunakan pada perhitungan finansial adalah harga yang diambil pada waktu survei yang dilakukan sekitar bulan Juli - Oktober 2007. 5. Satu kali proses budidaya jamur tiram dari awal hingga akhir berlangsung selama empat bulan. 6. Kapasitas produksi perminggu sebesar 500 baglog berukuran 1 kg, dengan nilai rasio efisiensi biologi sebesar 50%. Jamur tiram berproduksi mulai minggu ketujuh dengan fiekuensi panen empat kali.
7. Suku bunga yang digunakan adalah 18% pertahun. 8. Proses budidaya jamw tiram bersifat sinambung.
4.3.5.1 Biaya total Biaya total yang dimaksud adalah semua biaya yang dikeluarkan selama periode waktu tertentu yang digunakan untuk proses budidaya jamur tiram. Biaya total terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap adalah biaya yang nilainya tidak dipengaruhi oleh volume produksi sedangkan biaya variabel adalah biaya yang nilainya dipengaruhi oleh perubahan volume produksi. Pada proyek biaya tetap berupa investasi, sedangkan biaya variabel adalah modal kerja. Pengeluaran investasi yang diperlukan sebesar Rp 2.677.500,OO dengan komposisi biaya sebagaimana yang disajikan pada Tabel 18, sedangkan modal
kerja yang diperlukan untuk satu kali proses budidaya sebesar Rp 1.030.000,00 dengan komposisi biaya sebagaimana yang disajikan pada Tabel 19. Tabel 18 Perincian modal investasi skala proyek Komponen Sewa tanah Bangunan bambu Drum Sprayer
Kegunaan
Harga satuan (Rupiah) 40.000,OO 15.000,OO
Harga total (Rupiah) 2.000.000,00 360.000,OO
2 buah 1 buah
75.000,OO 20.000,OO
150.000,OO 20.000,OO
3 buah 50 buah
1.500,OO 2.000,OO
4.500,OO 100.000,OO
3
1.OOO,OO
3.000,OO
1
20.000,OO
20.000,OO
Spesifikasi
5m x 10m 4m x 6m
Lokasi Lokasi
Sterilisasi Penyemprot air (mengatur kelembapan) Pemotong Pisau Bambu Rak dan cincin baglog Sendok Inokulasi bibit Mencegah kontaminasi saat inokulasi Jumlah investasi
2.677.500,OO
Tabel 19 Perincian modal kerja skala proyek tiap minggu Komponen 1. Tenaga Kerja 2. Supervisor 3. Kantong plastik 4. Karet 5. Kertas koran 6. Liibah karagenan 7. Serbuk gergajian 8. Bekatul 9. Alkohol lo. Bibit jamur tiram 11. Kayu bakar 12. Minyak tanah Jumlah modal kerja
Jumlah 2 set 1 set 6 kg 1 kg 20 exp 200 kg 200 kg 100 kg 1 liter 10 botol 2 set 2 liter
Harga satuan (Rupiah) 112.500,OO 400.000,OO 9.000,OO 20.000,OO 500,OO 500,OO 100,OO 1.000,OO 15.000,OO 5.000,OO 15.000,OO 3.000,OO
Harga total (Rupiah) 225.000,OO 400.000,OO 54.000,OO 20.000,OO 10.000,OO 100.000,OO 20.000,OO 100.000,OO 15.000,OO 50.000,OO 30.000,OO 6.000,OO 1.030.000,OO
4.3.5.2 Harga dan perkiraan penerimaan Penerimaan berasal dari penjualan jamur tiram dan bekas baglog yang sudah tidak produktif lagi. Harga jual jamur tiram ditetapkan sebesar Rp 8.000,OO per kilogram bobot basah, sedangkan harga jual bekas baglog ditetapkan sebesar Rp 500,OO per kilogram. Pembuatan baglog dan penanaman jamur tiram dilakukan setiap minggunya, sebanyak 500 baglog dengan rata-rata bobot kering baglog 1 kg, rasio efiesiensi biologi 50% dan fiekuensi panen empat kali.
Jamur tiram mulai
berproduksi pada bulan kedua minggu ketiga dengan produksi sebesar 62,5 kg. Nilai ini diperoleh dari jumlah baglog x rasio efisiensi biologi x (llfrekuensi panen). Minggu berikutnya produksi meningkat dua kali lipat menjadi 125 kg dan minggu selanjutnya produksi jamur tiram meningkat tiga kali lipat dari minggu pertama produksi menjadi sebesar 187,5 kg. Mulai bulan ketiga minggu kedua jamur tiram berproduksi secara konstan sebesar 250 kg perminggu.
Baglog mulai tidak produktif setelah 10 minggt atau 4 kali pemanenan. Bekas baglog dijual secara konstan mulai bulan ketiga minggu ketiga dengan bobot 50% dari bobot awal. Dengan demikian untuk setiap minggunya dihasilkan 250 kg bekas baglog. Diagram batang pengeluaran dan penerimaan proyek selama umur investasi disajikan pada Gambar 22, sedangkan perincian perkiraan penerimaan disajikan secara lengkap pada Lampiran 15 dan 16.
rn Pengeluaran
a Pemasukan
0
2
1
3
4
Semester ke-
- --
-- --
--- -- -
-
Gambar 22 Diagram batang pengeluaran dan pemasukan proyek selama umur investasi
4.3.5.3 Kriteria kelayakan investasi Analisis kelayakan investasi dilakukan untuk mengetahui apakah proyek budidaya jiunur tiram menggunakan limbah karagenan layak atau tidak layak
untuk dikembangkan dari segi finansial. Kriteria investasi yang digunakan antara lain Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Net Benefit-Cost
Ratio (Net B/C) dan Payback Period (PBP). Rekapitulasi nilai kriteria kelayakan investasi proyek budidaya jamur tiram menggunakan limbah karagenan ini dapat dilihat pada Tabel 20 sedangkan perincian perhitungannya disajikan pada Lampiran 19. Tabel 20 Nilai kriteria kelayakan investasi proyek budidaya jamur tiram menggunakan limbah karagenan Kriteria NPV Net B/C IRR PBP
Nilai Rp 175.716.679,80
Berdasarkan hasil perhitungan didapatkan nilai NPV sebesar Rp 175.716.679,SO; Net B/C sebesar 1,73;
IRR sebesar 19,02% pada tingkat suku
bunga 18% pertahun dan PBP selama 4,78 bulan pada umur proyek 2 tahun. Suatu investasi diatakan layak secara finansial apabila memenuhi kriteria yang telah ditetapkan yaitu nilai NPV bernilai positif (NPV > 0), Net B/C l e b i besar dari satu (Net BIC > I), IRR lebih besar dari tingkat suku bunga yang ditetapkan dan PBP lebih singkat dari umur proyek. Dengan demikian proyek budidaya jamur tiram menggunakan limbah karagenan layak untuk direalisasikan.
5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan Penelitian ini berhasil membuat formula media kultivasi jamur tiram dengan menggunakan limbah karagenan. Limbah karagenan sebagai penyusun media berpengaruh terhadap media pertumbuhan dan jamur tiram yang dihasilkan. Tekstur media menjadi lebih padat, pH netral hingga basa (7 - 8) dan nilai rasio efisiensi biologi yang lebih baik. Berdasarkan kondisi fisika-kimia media serta produktivitas jarnur tiram diperoleh empat media terpilih yaitu B (10% limbah karagenan, 80% serbuk gergajian dan 10% dedak), H (10% limbah karagenan, 70% serbuk gergajian dan 20% dedak), I (20% lirnbah karagenan, 60% serbuk gergajian dan 20% dedak) dan M (0% limbah karagenan, 70% serbuk gergajian dan 30% dedak). Kultivasi ulang terhadap empat media terbaik menunjukkan pH media berkisar antara 6
-
7,5; tekstur miselia lebih tebal dan bobot jamur yang
dihasilkan lebih banyak dengan rata-rata rasio efisiensi biologi berkisar antara 17,25% - 28,39%. Secara umum, media perlakuan I (20% limbah karagenan, 60% serbuk gergajian dan 20% dedak) memberikan h a i l yang terbaik. Analisis proksimat yang dilakukan terhadap tubuh buah jamur tiram menunjukkan bahwa komposisi gizi jamur tiram berada dalam kisaran yang wajar dan bersesuaian dengan penelitian-penelitian terdahulu dengan nilai kadar air 81,32%, kadar abu 8,50%, kadar protein 35,50%, kadar lemak 1,81% dan kadar karbohidrat 49,83%. Analisis logam berat yang dilakukan terhadap tub& buah jamur tiram menunjukkan bahwa jamur tiram yang dihasilkan aman untuk diionsumsi karena masih berada di bawah ambang batas yang diijinkan dengan kandungan timbal (Pb) tidak terdeteksi oleh alat yang digunakan (kadar Pb berada di bawah limit deteksi 0,04 ppm), kadmiurn (Cd) sebesar 0,01 ppm dan raksa (Hg) sebesar 3,77 x lo5 ppm. Analisis kelayakan usaha yang dilakukan memberikan nilai Net Present value sebesp Rp 6.495.120,OO; Net Benefit-Cost Ratio sebesar 1,27; Internal Rate of Return ~ebesar18,7% pada tingkat suku bunga 18% pertahun dan Payback
Period 4,096 bulan pada umur investasi 6 bulan. Dengan demikian usaha budidaya jamur tiram menggunakan limbah karagenan layak untuk direalisasikan. Analisis kelayakan proyek memberikan nilai Net Present Value sebesar Rp Rp 175.716.679,SO; Net Benefit-Cost Ratio sebesar 1,73; Internal Rate of Return sebesar 19,02% pada tingkat suku bunga 18% pertahun dan Payback Period 4,78 bulan pada umur investasi 2 tahun sehingga layak direalisasikan. 5.2. Saran
Saran yang dapat diberikan pada penelitian ini adalah: 1. Perlu dilakukan penyesuaian kondisi lingkungan sehingga pertumbuhan jamur tiram menjadi optimal; 2.
Perlu dilakukan analisis kimia untuk mengetahui kandungan limbah karagenan dan bekas baglog;
3.
Perlu dilakukan modifikasi formula media agar pH media berada pada kisaran 6 - 7 dan kandungan nitrogen media lebih besar;
4.
Perlu peningkatan nilai rasio efisiensi biologi jamur tiram sehingga layak untuk dibudidayakan secara finansial.
DAFTAR PUSTAKA
:. . .
.
...
,
. . . . ~ x o p o u l o sCJ, Mims CW. 1979. Introductory . .. Mycology 3rd ed. New York : . , ,. .. . '
Iohn Willey and Sons, Inc ..
.
'
.
.
.
. .
.
.
.
Angka SL, Suhartono MT. 2000. Bioteknologi Hqil Laut .Bpgor : Pusat Kajian , . . Sumberdaya Pesisir dan Lautan Institut P ~ & & ' B O ~ O I ,
'
...
.
.
.
. .
.
,. .
. .
:.:
,
.
[AOAC] The Assosiation of Official ~ n k ~ t i c and a l chemist. 1995. W.. c..i ..a l . . . Methods $ ~ n a l ~ s i1.6 i ed. ViiGa':: AO'AC, Inc :' '.
"
'
.
.
Apriyantono A, Fardiaz D, Puspitasari N, Sedamawati, Budiyanto S. 1989. Analisis Pangan. Bogor :PAU Pangan dan Gi Institit Bbg6r
an
<:
Badan .Meteorologi da,n Gepfisika S t a s i , ~ Klas I Darmaga Bogor. 2007. ~ a t a Klimdologi 2004 - 200'6. Bogor :BMG ~t&i$KIas I Da&iaga . .
.. . ..,
',
Bano Z, Srinivasan KS, Srivastava HC. 1963. Ammo acid composition of the protein from a mushroom (Pleurotus sp.). JApplied Microbiology. 11: 184 . . . . ,. :.. - 187 Belitz HD, ~ r o s c hw.' 1999. ~ o o ~d h e m i s h y ~ e c o~i d i t i o n . ' ~ e i l:& springer .
.
... ... .
,.
.
..
.
.
Chang ST, Miles PG. 1989. Edible Mushroom and Their Cultivation. Boca Raton: . , . .. CRC Press ,
Chang ST, Miles PG. 2004. Mushroom: Cultivation, nutritional value, medicinal , effect and en~iFoiimerita1impact. N e w ~ o r k: CRC press ,
,
.
,
.
..
,
,
.
Cyber Colloids. 2008. Carrageenan. http://www.cybe1co1loids.net/ .. . [diakses tanggal 20 April 20081 ,
'
. .
~
.
., . ,
.
De La Noue J, De Pauw N. 1988. The potencial of microalgae biotechnology: A review of production and uses of microalga. J ~ i o t e c h n o l Advances. o~ 6 .: 725 - 760 Departemen Kelautan dan Perikanan. 2007. DKP Targetkan Produksi Rurnput Laut 1,9 Juta Ton. http:Nwww.dkp.go.id/content.php?c=4450 [diakses tanggal 28 September 20071 Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hortikultura 2004. Jamur. Buletin TeknoPro Hortikultura 74: 3 - 4 Eger G, Eden G, Wissing E. 1976. Pleurotus osfreatus, breeding potential of a new cultivated mushroom. J Theoretical and Applied Genetics. 47 : 155 163
Gaspersz V. 1991. Metode Perancangan Percobaan untuk nmu-ilmu Pertanian, nmu-ilmu Teknik dun Biologi. Bandung : CV. Armico Gittinger J?. 1986. Analisis Ekonomi Proyek-proyek Pertanian. Sutomo S, Mangiri K, penerjemah. Jakarta :UI Press Gray C, Simanjuntak P, Sabur LK, Maspaitella PFL. 1993. Pengantar Evaluasi Proyek. Jakarta :PT Gramedia Hanafiah KA. 2005. Rancangan Percobaan Aplikatif : Aplikasi kondisional bidangpertanaman, peternakan, perikanan, indusfi-i dun hayati. Jakarta : PT Rajagrafindo Persada Hasan I. 2004. Analisis Data Penelitian dengan Statistik. Jakarta : Burni Aksara Houston DF, Kohler GO. 1970. Nutritional Properties of Rice. Washington, DC : National Academy of Science Husnan S, Suwarsono. 1994. Studi Kelayakan Proyek. Yogyakarta : AMP YKPN Info
Sehat. 2007. Susu dari Dedak atau Bekatul. http://www.infosehat.comlnews.php?nid=322[diakses tanggal 23 Agustus 20071
Kaul TN. 1997. Introduction to Mushroom Science (Systematics). Hampshire :Science Publishers, Inc
New
Magingo FS, Oriyo NM, Kivaisi AK, Dane11 E. 2004. Cultivation of Oudemansiella tanzanica nom. Prov. on agricultural solid wastes in Tanzania. J Mycologia. 96(2) : 197 - 204 Miles PG. 1993. Biological Background for Mushroom Breeding. USA : Gordon and Breach Science Publisher Molloy FJ, Critchley AT, Kandjengo L, Mshigeni KE. 2003. The use of the valuable oyster mushroom, Pleurotus sajor caju, for conversion of waste materials produced from seaweed and brewing industries: Preliminary investigations. JAmbio. 32(1) 76 - 78 Moore D, Chiu SW. 2002. Impact of developmental, physiological and environmental studies on the commercial cultivation of mushrooms ( J Tropical Mycology Vol 1). Di dalam: Tropical Mycology Macromycetes. New York : CAB1 Publishing Moore D, Landecker. 1996. Fundamentals of the Fungi. New Jersey : Prentice Hall, Inc
Pari G. 2002. Teknologi Altematif Pemanfaatan Limbah Industri Pengolahan Kayu. http://tumoutou.net~702204212/gu~tan~ari.htm [diakses tanggal 23 Agustus 20071 Parlindungan AK. 2000. Perbandingan pertumbuhan dan produksi jamur tiram kelabu (Pleurotus sajor caju) pada beberapa medium altematif. J Natur Indonesia. 3(1): 39 - 46 Parlindungan AK. 2001. Karakteristik pertumbuhan dan produksi jamur kuping merah (Auricularia yudae) pada baglog Alang-alang. J Natur Indonesia. 3(2): 113 - 120 Parlindungan AK. 2003. Karakteristik pertumbuhan dan produksi jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) dan jamur tiram kelabu (Pleurotus sajor caju) pada baglog Alang-alang. JNatur Indonesia. S(2): 152 - 156 Pasaribu T, Permana DR, Alda ER. 2002. Aneka Jamur Unggulan yang Menembus Pasar. Jakarta : PT Grasindo Purnama RC. 2003. Optimasi proses pembuatan karagenan dari rumput laut Euchema cottonii [skripsi]. Bogor : Departemen Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor Reitz LL, Smith WH, Plumlee MF. 1987. A Simple Wet Oxidation Procedure for Biological Materials. West Lafayee: Animal Science Purdue University Sari FI, Keman S. 2005. Efektifitas lanltan asam cuka untuk menurunkan kandungan logam berat cadmium dalam daging kerang bulu. J Kesehatan Lingkungan. l(2): 120 - 129 Shah ZA, Ashraf M, Ch MI. 2004. Comparative study on cultivation and yield performance of oyster mushroom (Pleurotus ostreatus) on different substrates (wheat straw, leaves, saw dust). J Nutrition of Pakistan. 3(3): 158 - 160 Sutojo S. 1991. Studi Kelayakan Proyek: Teori dun Praktek. Jakarta : PT Pustaka Pressindo [TPB-IPB] Tingkat Persiapan Bersama - Institut Pertanian Bogor. 2006. Pertumbuhan dan Perkembangan Jamur Tiram (Pleurotus spp.). http://bima.ipb.ac.id/-tpb-ipblrnaterihio 1OO/Materi/cendawan.html [diakses tanggal 27 November 20061 Uju. 2005. Kajian proses pemumian dan pengkonsentrasian karaginan dengan membran mikrofiltrasi [tesis]. Bogor : Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor
Umar H. 2003. Studi Kelayakan Bisnis. Jakarta :PT Gramedia Pustaka Utama Widyastuti N. 2002. Jamur untuk Antikolesterol. h t t p : / / w w w . k o m p a s . c o m i k e s e h a t a n / n t : w s / 0 2 0 [diakses tanggal 26 Februari 20071 W i p e d i a Indonesia. 2006. Jamur. http://id.wikipedia.org/WJamu~ [diakses tanggal 27 November 20061 Winarno FG. 1992. Kimia Pangan dun Gizi. Jakarta : PT. Gramedia Winarno FG. 1996. Teknologi Pengolahan Rumput Laut. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan Yildis A, Yesil OF. 2006. The effect of F e r n (FeS04) on culture mushroom: Pleurotus ostreatus (Jacq.) Kwnm. J Turk Biol. 30: 227 - 230 Young EG. 1966. The chemical nature of the insoluble residue after severe extraction in some Rhodophyceae and Phaephyceae. Di dalam: Proceedings of the F$th International Seaweed Symposium Hal*, Canada. Young EG, McLachlan JL; editor. Oxford : Pergamon Press Yuniasmara C, Muchrodji, B Swadaya
h M. 1998. Jamur Tiram. Jakarta : Penebar
Zadrazil F. 1978. Cultivation of Pleurotus. Di dalam: The Biology and Cultivation of Edible Mushroom. Chang ST, Hayes WA; editor. New York : Academy Press
LAMP
Lampiran 1 Sifat fisiko-kimia media kultivasi
No
Kode
Tekstur
pH
1 2 3 4 5 6 7 8 9
A B C D E F G H
6 7 7 7 7 8 6
10
J K
Rap& Padat Padat Padat Padat Sangat Padat Padat Padat Padat Padat Sangat Padat Sangat Padat Padat Padat Padat Padat Padat Sangat Padat
11 12 13
14' 15 16 17 18
I L M N 0 P
Q R
6
6 7 7 8 6 6 6 7
7 8
Bobot . media Respn* (gram) Positif 444 Positif 390 Positif 447 465 Positif Positif 453 Positif 456 Positif 453 444 Positif Positif 462 Positif 456 Positif 462 Positif 459 Positif 444 Positif 444 Positif 456 Positif 456 Positif 453 Positif 456
* Respon positif = miselia dapat tumbuh pada media
Lampiran 2 Produktivitas jamur Tiram pada penelitian pendahuluan No
Kode 1
I 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 I5 16 17 18
A B C D
E F 0
H 1 J K
Tannaal Muncul Tubuh Buah 2 3
Panen 4
14-Apr 13-Jun 07-Jul 13-Jun 16-Apr 13-Jun 17-Apr 15-Apr 13-Apr 17-Apr
29-Mei 24Jun
20Jun
11-Mei 29-Jun 08-Mei 03-Mei
20-Jun
07-Jul
08-Jun 26-Mci
25-Jun 09-Jun
16-Apr I I-Mci 10-Jun
11-Mei 04-Jun
.
L M
N 0 P
08-Jun
Q R
Keterangan :tanda (-) = tidak ada data
I
2
3
4
16-Apr IS-Jun 08-JuI 15-Jun 20-Apr 15-Jun 20-Apr 17-Apr 15-Apr 19-Apr
Ol-Jun 26-Jun
22-Jun
13-Mei 01-Jul IkMci 054ei
22-Jun
08-Jul
10-Jun 2&Mei'
27-Jun IlJun
.
I9.Apr 13-Mci 12-lun
13-Mei WJun
10-Jun
.
-
Frekuensi Panen 0 3 2 1 1 4 2 4 4 I I 0 3 2 I 0 0 0
Bobd tubuh buahjamur (pam)
1
2
3
53 31,2 3,l 23,7 34.6 26,88 28.7 42,7 43.83 21,73
20 20
65
-
27.4 56 29.1 23,6
322
1.45
19,s 29,s
27,s 21
9 38,6
35,l
-
443 31,9 60.8
-
-
-
-
4 .
- ,
(pram)
0 79,5 51.2 3,1 23,7 66.67 82.88 105,4 117.1 43,83 21.13 0 88,4 795 60.8 0 0 0
BERPA) 0 0.38 11,45 0.67 5,23 14.62 18,30 23.74 25,35 9,61 4,70 0 19,91 15,88 13.33 0 0 0
Lampiran 3 Suhu udara selarna penelitian utama
Lampiran 4 Pemtmbuhan panjang miseliajamur Tiram (cm)
Lampiran 5 Lama inkubasi (hari)
~I 6
A
7
A
1
1 9 : ~ ~ 14-34
24.A3.
U
31.~1 1 4
. 1 1 : s
19.~1 29-51
A
A
01-34 16-9
??-+
3oaz
02-01;'
3161
21.~t
r!o;
ad 16.C
.s
P
7
3
$
I
24.8
30
i
d
s
11.1
:,s
1.3.6
1IA
I
4
4
95
$3
0141;
4:
la: 14.3
w.u
:q.:$
11.5
1-34
0441:
302
6.5 93
a3
I,!
3.4
19
2
6.4
?.4
53
1.5
13
dz
2
IS
2,4
1.6
?J
1.5
'.I
Larnpiran 7 Hasil uji statistika deskriptif
Mean
N Lemalr&eh~
B
Sld DaisWn
Moan
7
19.03
Sla
.m
E m .OCO
LweiBard 18.03
UPpaieovM 19.W
Minimum
Mearnum 19
18
Lampiran 8 Analisis ragam (uji F) ANOVA Sum af . Squares Lamalnkubasl
PrimordiaPertarna
BoboWamur
RasioEfisiensiBiologi
JumlahTubuhBuah
Between Groups
Within Groups
24 27 3 24 27 3 24 27 3
321,744
64.663 71,659 32284 14.777 47,061 2,000
24 27 3 24 .. ' 27 3
2,694
11.714 13.714
24 27
7721,847 Total 16453.652 Between Groups 450,356 Within Groups 490,003 Total 940,359 Between Groups 560,964
1035.714 Total 1596.679 Between Groups 6,996
Within Groups Total
PanjangTangkaiTerbesar Behveen Groups Within Groups Total FrekuensiPanen
Meansquare
3 24 27 3 24 27 3
Within Groups DiimeterTudung Terbesar
df
366.393 W h i n Groups 492,286 Total 858,679 Between Groups 118.679 Within Groups 115,429 Total 234,107 Between Groups 8731.305
Between Groups Within Groups Total
Keterangan: Nilai F tabei (a=O,os) = 3,00878657200182
F
Sig.
122,131 20,512
5.954
,003
39,560 4,810
8,225
,001
2910,602
9.046
.MI0
150.119 20.417
7.353
,001
186,988 43.155
4.333
,014
2,332
,866
,473
17.478
.OW
1,366
,277
10.761 ,616 ,667 ,488
Lampiran 9 Hasil uji lanjut Duncan
Ouncana Subset for alpha = .05 Perlakuan B
N
1 19.00
7
Sig.
1,000
2
,232
Means for groups in Homogenhus subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Sue = 7,000.
,-
'
~uncan' Subset for aloha = .05
.
, I
i',
..
i
.
. '':
.
:
.
,402 ,101 Sig. 1,000 Meansfor groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Sue = 7,000 .
..
...
Perlakuan M
Sig.
. . .:
N -
.7 . . -
I
':.
Subset for alpha = .05
,:
2
3
61,6143
1,000
,656
1,000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 7,000. .,.,
,..
CIuncana Subset for alpha = .05 Perlakuan M
N 7
1 17,2471
-079
Sio.
2
1-000
Means fo=ups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Sue = 7.000.
CIuncana Subset for alpha = .05 Perlakuan B
N
2
-7
1 17,14
M
7
17.71
I
7
26,OO
H
7
26,71
Sig.
,872
,841
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Sue = 7.000.
Subset for alpha
= .05 Perlakuan M
B Sig.
7
1 7,7857
7
8,9143
N
,251
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Sue = 7,000.
Duncane Subset for alpha = .05 Perlakuan M
N 7
1 2,7714
.073
Sia.
2
1.OOO
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Sue = 7.000
Duncana Subset for alpha
= -05 Perlakuan M
7
1 2,86
B
7
3,29
I
7
3,43
H
7
3.57
Sig.
N
,091
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 7,000.
Larnpiran 10 Hasil analisis proksimat 1. Kadar Air Ulangan Berat Cawan Berat Sampel Berat Kering Berat sampel kering Kehilangan Berat Kadar air (wet base) (%) Kadar air (dry base) (%)
1 2,8475 5,0332 3,7449 0,8974 4,1358 82,1704 4,60865
2 2,7999 5,0279 3,7817 0,9818 4,0461 80,473 4,121 1
2. Kadar Abu Ulangan Berat cawan Berat sampel Berat sampel kering Berat kering Berat abu Kadar abu (wet base) (%) Kadar abu (dry base) (%)
1 17,0627 5,0293 0,8967 17,1421 0,0794 1,57875 8,85464
2 24,189 5,0268 0,98159 24,2689 0,0799 1,58948 8,13989
1
2
3. Kadar Protein Ulangan Normalitas HCI Berat sampel Volume HCI (mL) Berat sampel kering Kadar protein (wet base) (%) Kadar protein (dry base) (%)
0,0244 0,1574 0,186 5 54 0,02806 0,03632 6,78547 6,43 1 17 38,0573 32,9347
4. Kadar Lemak
Ulangan Berat sarnpel Berat labu Berat labu + lemak Berat lemak Berat sampel kering Kadar lemak (wet base) (%) Kadar lemak (dry base) (Oh)
1 5,027 107,0527 107,0757 0,023 0,896295 0,457529 2,566121
2 5,0968 107,1504 107,1609 0,0105 0,995254 0,206012 1,055007
5. Kadar karbohidrat (by diyerence) Ulangan Kadar karbohidrat (wet base) (%) Kadar karbohidrat (dry base) (Oh)
1 2 9,0079 11,3003 45,9133 53,7493
Lampiran 1 1 Rincian perkiraan penerimaan Waktu Bulan Minggu keke1
1
2 3 4
Keterangan
Kode a b C
d
Jamur T i m Pemanenan Bobot* (kg)
Penjualan
Kode
-
-
-
-
Baglog Bekas Bobot*' Penjualan (kg)
-
* = Tiap minggu 250 baglog @ 1 kg, rasio efisiensi biologi 28% ** = Asumsi bobot baglog bekas 50% dari bobot awal(1 kg per baglog)
Lampiran 12 Perkiraan arus kas (Cash Flow) Uraian
0 ARUS MASUK 1. Penjualanjamur Tiram 2.Penjualan Baglog (bobot per baglog 50% dari semula) JUMLAH ARUS KELUAR A. Biaya Investasi 1.Drum 2.Sprayer 3. Pisau 4.Bambu untuk rak 5.Sendok 6.Bunsen Total investasi
2
1
Bulan 3
4
5
6
0 0
0 0
420000 2100000 2240000 2240000 2240000 0 125000 250000 250000 250000
0
0
420000 2225000 2490000 2490000 2490000
150000 20000 4500 50000 3000 20000 247500
8.Modal Kerja 1.Kantong plastik 2.Karet 3.Kertas koran 4.Limbah 5.Serbuk 6. Bekatul 7. Alkohol 8.Bibit jamur 9.Kayu 10.Minyak tanah Total variabel JUMLAH BIAYA
247500
810000
8lOOOO
810000
810000
810000
810000
Lampiran 13 Proyeksi mgi laba Uraian
Bulan 0
2
1
Total Penerimaan
0
0
Total Pengeluaran
247500
8lOOOO
Ruginaba
-247500
-810000
3
4
5
6
420000 2225000 2490000 2490000 2490000 810000
810000
8lOOOO
810000
810000
-390000 1415000 1680000 1680000 1680000-
Larnpiran 14 Kriteria kelayakan investasi Uraian
Bulan 0
1
2
3
4
5
6
Rugiilabakumulatif
-247500
-1057500
-1447500
-32500
1647500
3327500
5007500
Discount rate 1,5%)
1
0,99
0,97
0,96
0,94
0,93
0,91
-247500
-1041872
-1405033
-31080,3
1552249
3088786
4579570
PV PV uegatif PV positif NF'V Net B/C IRR
PBP
Lampiran 15 Rilician perkiraan penerimaan semester pertama Waktu Bulan Minggu kekeI I 2 3 4
Keterangan
Kode a b C
d
Jamur tiram Pemanenan Bobot* (kg)
-
-
Penjualan
Kode
-
Baglog bekas Bobot** Penjualan (kg)
-
-
-
* = Tiap minggu 500 boglog @ 1 kg, rasio efisiensi biologi 50% ** = Asumsi bobot baglog bekas 50% dari bobot awal(1 kg per baglog)
Lampiran 16 Rincian perkiraan penerimaan setelah semester pertama Jamur tiram
Baglog bekas
Semester keBobot (kg)
Penjualan (Rp)
Bobot (kg)
Penjualan (Rp)
Lampiran 17 Perkiraan arus kas proyek (Cash Flow) No I
Semester
Keterangan 0
1
2
3
4
1. Penjualau jamur Tiram
0
33000000
48000000
48000000
48000000
2. Penjualan Baglog (bobot per baglog 50% dari
0
1750000
3000000
3000000
3000000
2677500
24720000
24720000
24720000
24720000
ARUSMASUK
JUMLAH I1
ARUS KELUAR A. Biaya Investasi 1. Sewa Tanah 2. Bangunan bambu 3. Drum 4. Sprayer 5. Pisau 6. Bambu untuk rak 7. Sendok
8. Bunsen Total investasi B. Modal Kerja 1. Tenaga Keqa 2. Supervisor 3. Kantong plastik 4. Karet 5. Kertas koran 6. Limbah karagenan 7. Serbuk gergajian 8. Bekatul
9. Alkohol 10. Bibit jamur tiram 11. Kayu bakar 12. Minyak tanah Total variabel JUMLAH BIAYA
Lampiran 1 8 Proyeksi mgi laba proyek Semester ke-
Uraian
0 Total Penerimaan Total Pengeluaran
1
2
3
4
0 34750000 51000000 51000000 51000000 2677500 24720000
24720000 24720000 24720000
Rugiflaba
-2677500
1030000 26280000 26280000 26280000
Rugiflabadikumulatifkan
-2677500
7352500 33632500 59912500 86192500
Lampiran 19 Kriteria kelayakan investasi proyek Uraian
Semester ke0
Rugiflaba kumulatif
Discount rate 1.5%) PV
PV negatif PV positif NPV Net BIC
IRR PBP
1
2
3
4
-2677500
7352500
33632500
59912500
86192500
1
0,99
0,97
0,96
0,94
-2677500
7243842,365
32645781,26
57295341,89
81209214,27