PEMBERDAYAAN MASYARAKAT “KORBAN LUMPUR LAPINDO” DALAM MENJAMIN KEBERLANJUTAN HIDUP (SURVIVAL OF LIVE) DI DESA MINDI KECAMATAN PORONG KABUPATEN SIDOARJO
ARTIKEL
OLEH AMRY HARI BESAR NIM 100711405441
UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS ILMU SOSIAL PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN MEI 2014
Pemberdayaan Masyarakat “Korban Lumpur Lapindo” dalam Menjamin Keberlanjutan Hidup (Survival of Live) di Desa Mindi Kecamatan Porong Kabupaten Sidoarjo Community Empowerment of Lapindo Mudflow Victims in Ensurimg Sustainbility of Life (Survival of Live) in Mindi Village, Porong Subdistrict, Sidoarjo Regency Amry Hari Besar* Dr. H. Moch. Yuhdi Batubara, S.H., M.H** Drs. Margono, M.Pd, M.Si** *Jurusan Hukum dan Kewarganegaraan FIS UM Email:
[email protected] **Dosen Pembimbing Jurusan Hukum dan Kewarganegaraan FIS UM Jalan Semarang 5 Malang Abstrak: Lumpur Lapindo adalah suatu peristiwa bocornya pengeboran gas bumi yang terjadi di Kabupaten Sidoarjo, lumpur lapindo ini membawa dampak yang membuat berubahnya struktur perekonomian bagi masyarakat yang lahan dan tempat tinggalnya terendam oleh lumpur Lapindo.Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian ini menunjukan bahwa Keberlanjutan hidup masyarakat Desa Mindi terancam, hal itu disebabkan mereka menghadapi masalah mata pencaharian, masalah pendapatan dan masalah adat istiadat serta Pemerintah Sidoarjo dalam memberdayakan masyarakat dengan diadakannya program pelatihan ketrampilan yang kurang dapat menjamin keberlanjutan hidup masyarakat Desa Mindi. Kata kunci: Pemberdayaan Masyarakat, Keberlanjutan Hidup Abstract: Lapindo mud is phenomena of gas drilling leakage that occurred in Sidoarjo Regency, this lapindo mud brings effect that make the alteration of economic structure for people that their land and residence submerged by Lapindo mud. This research uses qualitative descriptive research method. This research shows that life continuity of people in Mindi Village is endangered, it caused by they face livelihood problem, income problem, and custom problem and also problem of Sidoarjo Government in empowering people with skill training program that less guarantee people life continuity in Mindi Village. Keywords: People Empowerment, Life Continuity
Pendahuluan Bencana lumpur Lapindo yang terjadi pada tanggal 28 mei 2006 berawal dari kebocoran gas hidrogen sulfida (H2S) di areal ladang eksplorasi gas Rig Banjar Panji 01 yang dikelola oleh PT. Lapindo Brantas (Lapindo. Kebocoran diperkirakan terjadi pada pukul 22.00 WIB. Kebocoran berupa semburan asap
putih dari permukaan tanah yang retak, tinggi semburan sekitar 10 meter. Semburan lumpur panas tersebut menyebabkan tergenangnya kawasan permukiman, pertanian, dan perindustrian di tiga kecamatan sekitarnya, serta mempengaruhi aktivitas perekonomian di Jawa Timur. Semburan lumpur ini membawa dampak yang luar biasa bagi masyarakat sekitar maupun bagi aktivitas perekonomian di Kecamatan Porong Kabupaten Sidoarjo-Jawa Timur. Dampak tersebut membuat berubahnya struktur perekonomian bagi masyarakat yang lahan dan tempat tinggalnya terendam oleh lumpur Lapindo. Lumpur Lapindo ini dapat mengakibatkan pengaruh yang berakibat fatal pada lingkungan dan masyarakat sekitar. Dalam hal ini pemerintah tidak dapat bertindak kecuali melakukan suatu tinjauan untuk dapat memberikan instruksi atau perintah kepada pihak yang bertanggung jawab agar lumpur Lapindo brantas dapat diberhentikan. Jaminan atau janji pemerintah dan pihak penanggung jawab dengan korban lumpur Lapindo mengenai ganti rugi dimana lahan yang telah terlewati dengan lumpur lapindo brantas masih kurang memadai dalam segi kesejahteraan baik tempat tinggal, tempat ibadah, gedung-gedung, sekolah atau pendidikan, pabrik-pabrik atau fasilitas-fasilitas umum dan sosial lainnya yang masih belum terlihat mensejahterakan korban lumpur Lapindo Sidoarjo sampai sekarang. Metode Pendekatan yang digunankan dalam penelitian tentang “pemberdayaan masyarakat korban lumpur lapindo dalam keberlanjutan hidup (survival of live) di desa Mindi kecamatan Porong kabupaten Sidoarjo” ini adalah pendekatan penelitian kualitatif. Bogdan dan Taylor (dalam Moleong, 2007:4) mendefinisikan bahwa metode kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.Penelitian ini peneliti adalah alat yang paling “penting” dalam menyimak “makna dibalik fakta” atau fenomena yang terjadi. Oleh karena itu dalam penelitian ini yang dijadikan sebagai instrument penelitian adalah penelitian sendiri dalam arti manusia sebagai alat penelitian sekaligus sebagai instrument
utama. Penelitian ini di Desa Mindi karena Desa Mindi merupakan salah satu korban lumpur Lapindo yang masih ada penduduknya meskipun tidak utuh. Lofland dan lofland (dalam Moleong, 2007:157) berpendapat bahwa sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Dalam penelitian kualitatif ini, kata-kata dan tindakan orang-orang yang diamati atau diwawancarai merupakan sumber data yang paling utama. Sumber data yang digunakan dalam penelitian kualitatif ini terdiri dari dua yaitu (1) Data keputusan adalah sumber data yang diperoleh dari buku-buku literature yang berkaitan langsung dengan masalah yang berhubungan dalam penelitian skripsi ini. (2) Data Lapangan adalah data yang diperoleh secara langsung di lapangan pada saat penelitian dilakukan yang diperoleh dari hasil wawancara. Prosedur pengumpulan data yang dilakukan dala penelitian ini adalah dengan observasi, wawancara dan dokumentasi. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan model analisis interaktif data Miles dan Huberman. Didalam analisis model interaktif terdiri dari empat langkah kegiatan yaitu: Pengumpulan Data, Reduksi Data, Penyajian Data dan Menarik Kesimpulan atau Verifikasi. Teknik yang digunakan dalam pengecekan keabsahan data adalah ketekunan pengamatan dan Triangulasi. Ada 3 tahap dalam melaksanakan penelitian, mulai dari persiapan penelitian, pelaksanaan dan tahap penyelesaian. Hasil dan Pembahasan Pada penellitian ini peniliti akan membahas dan menganalisis hasil-hasil penelitian sesuai dengan kerangka rumusan masalah. A. Keberlanjutan Hidup Masyarakat Desa Mindi Setelah Terkena Dampak Bencana Lumpur Lapindo Berdasarkan temuan penelitian yang telah ditemukan dapat diketahui bahwa keberlanjutan hidup masyarakat Desa Mindi setelah terkena dampak bencana lumpur Lapindo sangat memprihatinkan. Bencana lumpur Lapindo ini banyak merugikan masyarakat, selain hilangnya tempat tinggal mereka juga kehilangan mata pencaharian atau pekerjaan mereka, masyarakat Desa Mindi
mayoritas bekerja sebagai karyawan pabrik dan pedagang. Untuk keberlanjutan hidupnya masyarakat Desa Mindi kini harus mencari pekerjaan lagi, bahkan ada masyarakat yang manganggur. Hal ini dapat dilihat dengan banyaknya lapangan pekerjaan hilang yang disebabkan oleh bancana lumpur Lapindo. Hilangnya lapangan pekerjaan yang berada di lokasi bencana lumpur Lapindo, membawa dampak yang mengakibatkan pendapatan atau penghasilan warga Desa Mindi tidak seperti dulu lagi ketika bencana ini masih belum melanda Desa mereka, yang lebih memprihatinkan lagi telah hilangnya makam-makam sesepu mereka atau disebut dengan punden yang dipercaya sebagian warga Desa Mindi sebagai nenek Moyang atau penunggu desa mereka dan kini juga pemakaman warga Desa Mindi dipindah ke Desa Nggadang yang lokasinya berada di barat Desa Mindi. Adat-istiadat Desa Mindi yang dulunya setiap setahun sekali mengadakan kegiatan kenduren atau selamatan di pemakaman Desa Mindi yang bertujuan untuk kesalamatan Desa Mindi kini sudah tidak bisa dilakukan lagi karena wilayah pemakaman Desa Mindi sudah tenggelam oleh lumpur Lapindo dan juga seperti waktu musim panen telah tiba para warga yang berprofesi sebagai petani melakukan kenduren atau selamatan di bawah pohon besar (Punden) yang berada di tengah-tengah persawahan di Desa Mindi. Menurut Wisadirana (2004:60) bahwa kepercayaan bersumber dari tradisi leluhur atau disebut “monisme” yaitu mempercayai kebenaran yang dilakukan oleh leluhurnya. Setelah terjadinya bencana lumpur Lapindo warga masyarakat Desa Mindi merasa kehidupannya tidaklah tentram seperti sebelum ada bencana lumpur Lapindo. Menurut Rahmad (dalam Mirdasy,2007:1) mengatakan bahwa ada beberapa masalah yang perlu diperhatikan di dalam mendapatkan ketentraman dalam bermasyarakat. Pertama , masalah kelanjutan dalam menghadapi berbagai tantangan serta mendapatkan kesempatan di daerah tujuan. Kedua, corak dan penyesuaian diri dalam lingkungan sosial yang serba baru. Ketiga, kemungkinan kelanjutan atau keputusan hubungan sosial-kultural dan ekonomis dengan tanah kelahiran dan kemungkinan bertahan atau terleburnya identitas kultural lama ke dalam ikatan baru.
B. Program Pemerintah Sidoarjo dalam Memberdayakan Masyarakat Desa Mindi Kecamatan Porong Kabupaten Sidoarjo Sebagai Korban Lumpur Lapindo. Program yang berbasiskan pelatihan ketrampilan yang diadakan oleh pemerintah Sidoarjo yaitu berupa pemberdayaan masyarakat dengan menciptakan pengalaman lapangan kerja serta memungkinkan warga korban lumpur Lapindo bisa memperoleh penghasilan dari pengalaman yang dihasilkan atau didapatkan dari pelatihan ketrampilan ini. Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh Swasono (2000) dalam Rochmadi (2001:54) bahwa dalam setiap kegiatan pemeberdayaan (empowerment) merupakan upaya semua pihak untuk memberikan motivasi agar dapat menggerakkan otoaktivita dan intisiatif rakyat. Tujuan pemerintah Sidoarjo kedepannya yaitu diharapkan dari diadakannya pelatihan ketrampilan bagi korban bencana lumpur Lapindo adalah semaksimal mungkin mereka akan memiliki atau menyerap berbagai ketrampilan, keahlian dan kemahiran sebagai bekal mereka memasuki lapangan kerja di dunia usaha atau menjual jasa. Pada saat ini hanya beberapa kegiatan ketrampilan saja yang bertahan yaitu kerajinan tas dan bordir, ketrampilan tersebut bisa dianggap menjadi program pemerintah yang kurang berhasil dalam menekan angka pengangguran karena dilihat dari peserta yang mengikuti pelatihan yang berjumlah sekitar 30 orang dan yang masih bertahan sampai saat ini yaitu hanya sekitar 4 sampai 6 orang untuk pkerja sebagai pengrajin tas dan yang bekerja sebagi pembordir hanya dua orang saja. Program pemerintah ini bisa dikatakan bisa membantu warga Desa Mindi yang terkena luapan lumpur Lapindo dalam mencari penghasilan untuk kehidupan sehari-harinya, walaupun itu hanya sebagian warga saja yang meneruskan ketrampilan yang di dapat dari pengalaman pelatihan ketrampilan yang mereka ikuti dulu. C. Program Pemerintah Sidoarjo dalam Menjamin Keberlanjutan Hidup Masyarakat Desa Mindi Kecamatan Porong Kabupaten Sidoarjo. Program pemerintah berupa pelatihan ketrampilan yang diadakan oleh pemerintah Sidoarjo dengan tujuan untuk menjamin keberlanjutan hidup
masyarakat korban lumpur Lapindo yang telah kehilangan pekerjaan akibat bencana luapan lumpur Lapindo, program ini berupa menjahit/bordir, pengrajin tas dan menganyam. Dari beberapa ketrampilan yang ada di program pemerintah hanya bordir dan kerajinan tas saja yang masih dimanfaatkan warga dalam mencari pekerjaan untuk mendapatakan penghasilan dalam sehari-harinya sampai saat ini. Program pelatihan ketrampilan dari pemerintah ini dapat dimanfaatkan dengan baik oleh warga yang sebelumnya sudah bekerja atau pengusaha sebagai sebagai pengrajin tas dan bordir, dengan mengajak warga yang telah mendapatkan pengalaman dari pelatihan untuk bekerja di tempat mereka. Sebagian warga Desa Mindi sampai saat ini bekerja sebagai pengrajin tas dan bordir karena pekerjaan mereka sudah tidak ada lagi, karena itu sebagian warga berlari sebagai pengrajin tas dan bordir dengan memanfaatkan pengalaman yang didapat dari program pemerintah dulu. Dengan adanya kegiatan kerajinan tas dan bordir ini, waga Desa Mindi bisa mendapatkan penghasilan yang cukup untuk kehidupan sehari-harinya. Para pekerja pengrajin tas dan bordir ini didominasi oleh para perempuan atau ibu rumah tangga, dari program pelatihan ketrampilan yang diadakan oleh pemerintah Sidoarjo dapat dimanfaatkan sebagian warga dengan baik untuk mendapatakan penghasilan. Program pemerintah ini bisa dikatakan kurang sukses dalam menekan angka pengangguran karena bisa kita lihat dari hasil survey menunjukan bahwa peserta yang mengikuti program pelatihan ini berjumlah sekitar 30 orang dan sampai saat yang bekerja sesuai dengan program yang pernah dilaksanakan oleh pemerintah Sidoarjo yaitu 4 sampai 6 orang bekerja sebagai pengrajin tas dan hanya 2 orang yang bekerja sebagai bordir. Oleh karena itu program pemerintah Sidoarjo ini bisa dikatakan kurang sukses dalam menekan angka pengangguran. Menurut Siagian (1989:22) mengatakan bahwa ketidaksuksesan program seperti itu dapat disebabkan atau ditinjau dari dua segi ; yaitu dari segi pemerintah dan petugas-petugasnya dan dari segi masyarakat desa itu sendiri. Berdasarkan temuan penelitian yang selaanjutnya dilakukan kejian secara teoritis, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Keberlanjutan hidup masyarakat Desa Mindi setelah terkena dampak bencana lumpur Lapindo terancam. Hal itu disebabkan mereka menghadapi masalah mata pencaharian, masalah pendapatan dan masalah adat istiadat. 2. Program pemerintah Sidoarjo dalam memberdayakan masyarakat Desa Mindi Kecamatan Porong Kabupaten Sidoarjo Sebagai Korban Lumpur Lapindo yaitu diadakannya program pelatihan ketrampilan yang dianggap menjadi program pemerintah dalam membantu warga dalam mencari penghasilan untuk kehidupannya sehari-hari. 3. Program pemerintah Sidoarjo kurang dapat menjamin keberlanjutan hidup masyarakat Desa Mindi Kecamatan Porong Kabupaten Sidoarjo karena dari tiga puluh peserta pelatihan ketrampilan hanya sekitar enam orang saja yang bisa memanfaatkan pengalaman pelatihan ketrampilan dulu dalam memperoleh pekerjaan. Selebihnya bekerja tidak sesuai dengan materi pelatihan dan bekerja serabutan. Berdasarkan kesimpulan di atas maka disarankan kepada beberapa pihak antara lain: 1. Kepada para korban lumpur Lapindo disarankan agar menyikapi bencana lumpur Lapindo secara relistis dengan cara membangun kehidupan baru di tempat baru yang tidak tekena bencana lumpur Lapindo dan juga bisa memanfaatkan program yang pernah diadakannya pemerintah Sidoarjo untuk keberlanjutan hidup. 2. Kepeda pemerintah Kabupaten Sidoarjo disarankan agar bisa menciptakan lapangan kerja yang lebih luas lagi untuk para korban lumpur Lapindo, agar bisa menekan angka pengangguran yang diakibatkan oleh bencana lumpur Lapindo. 3. Kepada para peneliti selanjutnya yang tertarik dengan tema penelitian ini, disarankan agar melakukan penelitian secara lebih komprehensif dan menyeluruh. Hal ini bisa dilakukan dengan cara menambahkan variablevariabel bebas lainnya seperti penegakkan hokum. Selain itu, agar peneliti dapat dilakukan secara lebih mendalam, maka perlu menggunakan deskriptif kualitatif.
Daftar Rujukan Mirdasy, Muhammad. 2007. Bernafas Dalam Lumpur Lapindo. Surabaya:Mirdasy Institute for public policy (MIPP) & Harian Surya. Moleong, Lexy. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung:PT.Remaja Rosdakarya. Rochmadi, Nur Wahyu. 2001. Pemberdayaan Masyarakat. Malang: Universitas Negeri Malang. Siagian. 1989. Pokok-Pokok Pembangunan Masyarakat Desa. Bandung: PT. Citra Aditya Bakri. Wisadirana, Darsono. 2004. Sosiologi Pedesaan. Malang:Universitas Negeri Muhammadiyah Malang.