PEMBENTUKAN IDENTITAS SLANKERS MELALUI PEMAKNAAN TERHADAP SIMBOL-SIMBOL BUDAYA MUSIK SLANK
Oleh: ADISTY DWI ANGGRAINI A 14204011
PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
RINGKASAN ADISTY DWI ANGGRAINI. PEMBENTUKAN IDENTITAS SLANKERS MELALUI PEMAKNAAN TERHADAP SIMBOL-SIMBOL BUDAYA MUSIK SLANK (Di bawah Bimbingan SARWITITI S. AGUNG).
Persoalan identitas penting untuk dipelajari, karena di era globalisasi ini berbagai budaya dengan bebas masuk dan dapat mengaburkan identitas suatu bangsa. Hal ini mengancam terjadinya krisis identitas bangsa Indonesia, terutama kaum muda yang sedang berada dalam masa pencarian identitas. Pemuda sebagai generasi penerus bangsa harus mampu menjawab tantangan globalisasi sambil membentuk dan menguatkan identitas dirinya agar tidak terjerumus ke dalam upaya pengaburan identitas. Proses pembentukan identitas penting untuk dipelajari, karena dengan mengetahui langkah-langkah seseorang atau suatu komunitas mengalami perubahan identitas, akan membantu menilai kemungkinan dari pengembangan individu atau komunitas itu sendiri. Melalui penelusuran proses pembentukan identitas, seorang individu, sebuah komunitas, atau masyarakat, akan terungkap sejauh mana usaha seseorang memperoleh kesadaran baru akan dirinya sendiri dan pandangannya. Musik adalah salah satu media yang dapat digunakan untuk membentuk identitas seseorang. Musik populer, sebagai salah satu produk budaya populer memiliki peran serta makna di dalamnya yang dapat membentuk identitas seseorang. Slankers adalah komunitas penggemar musik Slank yang terkenal dengan gaya slengean dan semboyan PLUR (Peace, Love, Unity, Respect). Hal yang kemudian menarik untuk diteliti adalah bagaimanakah identitas komunitas Slankers terbentuk dan apakah identitas tersebut berubah dari waktu ke waktu.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan strategi penelitian etnografi. Tujuan etnografi dalam penelitian ini adalah untuk memahami sudut pandang Slankers dan mendapatkan pandangan mereka mengenai dunia mereka. Penelitian etnografi bersifat fleksibel dan akan berkembang secara kontekstual sebagai reaksi dari realita sosial yang ditemukan secara tidak sengaja di lapangan. Komunitas sosial yang diteliti dalam penelitian ini adalah Slankers, kebudayaan yang dimaksud disini adalah budaya musik Slank, dan gejala sosial yang akan diteliti adalah
proses
pembentukan
identitas
komunitas
Slankers
melalui
proses
interaksionisme simbolik. Metode yang dilakukan adalah pengamatan berperan serta terhadap berbagai peristiwa simbolik yang dilakukan oleh para Slankers, dan wawancara mendalam yang dilakukan untuk mendapatkan interpretasi subjektif Slankers terhadap simbol-simbol budaya Slank yang dimaknai di dalam kegiatan simbolik tersebut. Hasil penelitian mengungkap bahwa Slankers membentuk identitasnya sebagai hasil pemaknaan terhadap simbol-simbol yang terdapat di dalam budaya musik Slank melalui proses interaksi simbolik. Simbol-simbol yang dimaksud adalah simbolsimbol yang ada dalam peristiwa pembuatan video clip Seperti Para Koruptor , pengambilan gambar acara
Warung Slankers , dan konser
Ngejinggo Bareng
Slank di Cianjur. Simbol-simbol signifikan yang ada di dalam budaya musik Slank dari ketiga peristiwa tersebut dapat dirangkum menjadi: lagu-lagu Slank, gaya berpakaian (slengean), gaya bicara (sapaan Peace , sapaan Bro ), dan ritual khusus Slankers (berkumpul bersama). Lagu-lagu Slank yang memiliki lirik di dalamnya menjadi simbol signifikan yang dimaknai Slank untuk membantu memberikan referensi dalam memandang
sesuatu dan menampilkan perbuatan sesuai dengan pandangannya itu. Sementara itu, gaya berpakaian Slank yang slengean dimaknai Slankers sebagai gaya yang sederhana dan apa adanya (sesuai dengan diri sendiri). Gaya slengean diterjemahkan oleh Slankers sebagai gaya yang cuek dan tidak formil. Biasanya para Slanker menggunakan celana jeans dan kaus oblong, dengan rambut tidak tertata dengan rapi dan sandal jepit atau sepatu santai. Gaya berpakaian yang sama membuat para Slanker merasa telah menunjukkan ideologi Slankersnya, yaitu hidup sederhana dan apa adanya. Gaya bicara Slankers yang khas, dengan sapaan Peace dan panggilan Bro kepada sesama Slankers adalah simbol yang dimaknai sebagai perdamaian, saling menyayangi dan menghormati diantara sesama Slankers. Sapaan ini adalah sebuah identitas yang dengannya orang dapat mengetahui seseorang adalah anggota komunitas Slankers. Selain itu, Slankers memiliki kegiatan khusus seperti ritual yang selalu dilakukan, yaitu berkumpul bersama atau nongkrong. Kegiatan ini dilakukan biasanya di markas mereka, baik markas Potlot atau markas di SFC masing-masing cabang. Selain di markas, Slankers selalu berkumpul di sebelum atau setelah menghadiri acara Slank, misalnya konser atau pembuatan video clip. Hal ini dilakukan untuk menjalin silaturahmi, dengan begitu tumbuh perasaan satu komunitas dan satu kelompok. Perasaan sebagai satu komunitas ini akan menumbuhkan solidaritas diantara mereka. Markas Slankers juga dijadikan sebagai tempat untuk menguatkan identitas Slankers melalui interaksi yang terjadi di dalamnya. Slankers dapat dengan mudah dikenali oleh seseorang dengan kehadirannya di markas Slankers. Bentukan identitas Slank tidak dapat dilepaskan dari bentukan identitas Slank yang terkandung di dalam ajaran Slankissme dan disederhanakan menjadi semboyan
PLUR. Slankers memaknai simbol-simbol budaya musik Slank, termasuk lagu-lagu Slank, berdasarkan Slankissme dan PLUR. Dengan demikian, Slankers juga berusaha menampilkan identitas yang sama dengan idolanya, yaitu Slank. Meskipun tidak seluruh ajaran Slankissme dan PLUR berhasil ditularkan kepada Slankers oleh Slank, namun Slankers sepenuhnya memahami maksud dari ajaran dan semboyan itu. Slankers senantiasa mengalami perubahan identitas selama hidupnya. Perubahan terjadi karena pemaknaan yang mereka lakukan mengalami perubahan. Cara mereka memandang sesuatu dan memaknainya berbeda ketika masih menjadi Slankers Muda dan beralih menjadi Slankers Dewasa. Perubahan yang dialami Slankers terjadi karena mereka melihat Slank mengalami perubahan. Sementara itu, perubahahan identitas yang dialami Slank tidak terlepas dari peran Bunda Ifet sebagai significant others mereka. Kesimpulannya yaitu Slank dan Bunda Ifet adalah significant others yang turut membentuk identitas Slankers serta mendorong perubahannya. Persoalan identitas subkultur merupakan tema yang sangat menarik untuk diteliti. Adanya misi perlawanan dan ideologi pemberontakan di balik musik yang diusung Slank merupakan hal yang perlu dikaji lebih dalam. Penelitian ini kurang dalam mengkaji hal tersebut karena terfokus kepada teori interaksionisme simbolik. Untuk itu, sebagai saran untuk penelitian berikutnya mengenai identitas subkultur penggemar musik, lebih baik apabila mengungkap persoalan ini lebih mendalam, misalnya dengan perspektif Cultural Studies.
PEMBENTUKAN IDENTITAS SLANKERS MELALUI PEMAKNAAN TERHADAP SIMBOL-SIMBOL BUDAYA MUSIK SLANK
Oleh: Adisty Dwi Anggraini (A14204011)
SKRIPSI Sebagai Bagan Persyaratan untuk Mendapatkan Gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Dengan ini menyatakan bahwa Skripsi yang ditulis oleh: Nama
: Adisty Dwi Anggraini
NRP
: A14204011
Judul
: Pembentukan Identitas Slankers Melalui Pemaknaan Tehadap Simbol-Simbol Budaya Musik Slank
Dapat diterima sebagai syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Pertanian pada Program Studi Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Menyetujui, Dosen Pembimbing
Dr. Ir. Sarwititi S. Agung, MS. NIP: 131 879 331
Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian
Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr. NIP. 131 124 019
Tanggal Lulus Ujian:
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL PEMBENTUKAN
IDENTITAS
SLANKERS
MELALUI
PEMAKNAAN
TERHADAP SIMBOL-SIMBOL BUDAYA MUSIK SLANK INI BENAR-BENAR MERUPAKAN HASIL KARYA YANG BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI KARYA ILMIAH PADA SUATU PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN DAN JUGA BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI TIDAK MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN KECUALI SEBAGAI BAHAN RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH. DEMIKIAN PERNYATAAN INI SAYA
BUAT
DENGAN
SESUNGGUHNYA
DAN
SAYA
BERSEDIA
MEMPERTANGGUNG JAWABKAN PERNYATAN INI.
Bogor, September 2008
Adisty Dwi Anggraini A14204011
RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir di Bogor pada tanggal 22 Juni 1986. Penulis merupakan anak kedua dari empat bersaudara, merupakan anak dari pasangan Asrul Kahar dan Rahmawati. Penulis menyelesaikan pendidikan di TK Akbar Bogor pada tahun 1992, SD Negeri Gunung Gede Bogor pada tahun 1998, SLTP Negeri 1 Bogor pada tahun 2001, dan SMA Negeri 3 Bogor pada tahun 2004. Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor pada tahun 2004 melalui jalur USMI. Penulis memilih Program Studi Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Departemen Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi, Fakultas Pertanian. Selain berkuliah, penulis bekerja menjadi penyiar di Radio Lesmana 100,1 FM Bogor sejak tahun 2005 sampai saat ini. Penulis juga berprofesi sebagai pembawa acara (MC) pada berbagai acara di Kota Bogor dan sekitarnya.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan Skripsi yang berjudul Pembentukan Identitas Slankers Melalui Pemaknaan Terhadap SimbolSimbol Budaya Musik Slank , ditujukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Pertanian pada Program Studi Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Kegiatan skripsi ini berupa penelitian yang mengungkap proses pembentukan identitas komunitas penggemar musik Slank yang disebut Slankers. Melalui skripsi ini diungkap bahwa Slankers membentuk identitasnya melalui interaksi simbolik. Interaksi simbolik memungkinkan Slankers memaknai simbol-simbol budaya musik Slank selama peristiwa simbolik tertentu berlangsung. Penelitian ini juga mendeskripsikan perubahan identitas Slankers yang mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Demikianlah skripsi ini disusun dengan suatu tema tulisan yang dipandang relevan untuk ditelaah lebih lanjut saat ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pihak-pihak yang berkepentingan.
Bogor, Agustus 2008
Penulis