PROSES PEMBENTUKAN IDENTITAS (Studi Kasus Mahasiswi bercadar di Kota Malang)
SKRIPSI
Oleh: Banan Muthohharoh Zain NIM. 12410005
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG 2016
Proses Pembentukan Identitas (Studi Kasus Mahasiswi bercadar di Kota Malang)
SKRIPSI
Diajukan kepada Dekan Fakultas Psikologi UIN Maulana Malik Ibrahim Malng Untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam memperoleh Gelar Sarjana Psikolgi (S.Psi)
Oleh: Banan Muthohharoh Zain NIM. 12410005
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG 2016
i
ii
iii
MOTTO
Artinya: “Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam Keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.”
Artinya: “Hai Nabi, Katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka". yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Q.S. Al-Ahzab: 59)
v
PERSEMBAHAN
Terimakasih saya ucapkan sedalam-dalamnya kepada Allah Subhanahu Wata‟ala yang
telah
memberikan
keyakinan
dan
kekuatan
kepada
saya
untuk
menyelesaikan skripsi ini. Tak lupa pula skripsi ini saya persembahkan kepada: Keluarga tercinta di Kotabumi-Lampung Utara, Abi (Drs. H. Zainul Arifin) dan Ummi (Nur‟aini S.Pd) yang tak pernah berhenti mendoakan, memotivasi, dan mengorbankan segalanya agar putrinya dapat mencapai cita-cita yang dia inginkan. Adik-adikku tercinta fathon, dzakiya, naila, dan sofi yang tidak banyak membantu tetapi ikut menyemangati dan mendoakan saya selalu.
امحلدهلل رب امؼاملىن
vi
KATA PENGANTAR Puji syukur Alhamdulillah senantiasa penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang selalu memberikan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini. sholawat serta salam senantiasa kita nantikan syafa‟atnya kelak dihari akhir. Karya ini tidak akan pernah ada tanpa bantuan dari berbagai pihak yang telah terlibat. Untuk itu dengan segala kerendahan hati, peneliti mengucapkan rasa terimakasih yang setinggi-tingginya kepada: 1. Prof. Dr. H. Mudjia Rahardjo, M.Si, selaku rektor Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang. 2. Dr. H. M. Lutfi Mustofa, M.Ag, selaku dekan Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang. 3. Dr. Zainal Habib, M.Hum selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan arahan, nasehat, motivasi, dan berbagai pengalaman yang berharga kepada penulis. 4. Segenap sivitas akademika Fakultas Psikologi, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang terutama seluruh dosen, terimakasih atas segala ilmu dan bimbingannya. 5. Ummi dan Abi yang selalu memberikan do‟a, semangat, serta motivasi kepada penulis sampai saat ini. 6. Terimakasih kepada subjek penelitian yaitu perempuan-perempuan tangguh, kalian membuat skripsi ini ada.
vii
7. Semua pihak yang ikut membantu dalam menyelesaikan skripsi ini baik moril maupun materiil. 8. Seluruh teman-teman Psikologi 2012, yang berjuang bersama-sama untuk meraih mimpi, terimakasih atas kenangan-kenangan indah yang dirajut bersama dalam menggapai impian. 9. Terimakasih juga kepada Serambi dan Chimaera atas kebersamaannya, sehingga kita saling memberikan do‟a kepada satu sama lain. 10. Sahabat-sahabat tercinta Asrama Al-Hamidi, terimakasih atas do‟a dan dukungannya. Mbak amalia, Moo sebagai pejuang kualitatif, terimakasih atas kebersamaan dan motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini. Mbak zuni, Teteh, mbak kiki, fadilah terimakasih sudah meluangkan waktu untuk membantu peneliti dalam menyelesaikan masalah. Tayuh, riri, Cipit, Lulu puying, B‟lock, Uwek, Sister ira, mba ulfah, mba hasna, Mba dana, Liya, Alvin, Pinoy, Mak Qe, Irma, terimakasih atas perhatian dan dukungannya selama ini, sehingga peneliti mampu menyelesaikan skripsi ini. Serta semua pihak dan teman-teman yang mendukung peneliti semoga kebaikan kalian dibalas Allah, aamiin.. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis dan bagi pembaca. Malang, …………… 2016
Penulis
viii
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL……………………………………………………….……...i HALAMAN PERSETUJUAN…………………………………………………....ii HALAMAN PENGESALAN…………………………………………………….iii HALAMAN PERNYATAAN…………………………………………………....iv HALAMAN MOTTO…………………………………………………………….v HALAMAN PERSEMBAHAN………………………………………………….vi KATA PENGANTAR…………………………………………………………...vii DAFTAR ISI……………………………………………………………………..ix ABSTRAK………………………………………………………………………xiv BAB 1: PENDAHULUAN………………………………………...………….….1 A. Latar Belakang……………...………………….……………………….…1 B. Rumusan Masalah………………………………………………………...7 C. Tujuan Penelitian…………………………………………………….……7 D. Manfaat Penelitian………..…………………………………………….…7 E. Batasan Penelitian………..……………………………………….……….8 BAB II: KAJIAN TEORI..………………………………………………………9 A. Identitas Diri……………………………………………………………….9 1. Pengertian Identitas…………………………………………...……….9 2. Pembentukan Identitas Diri………………………………………..…12 3. Sumber-sumber Identitas Diri……………………………………..…15 4. Komponen Identitas Seseorang………………………………...…....15 5. Identitas Diri dalam Al-Qur‟an………………………………………18
ix
6. Penelitian Terakhir tentang Identitas Diri……………………………20 B. CADAR...................................................................................................22 1. Pengertian Cadar………………………….………………………….22 2. Kontroversi Cadar……………………………………………………22 3. Ayat Perintah Menutup Aurat……………………….……………….23 4. Penelitian Terakhir tentang Cadar…………………………...……….25 BAB III: METODOLOGI PENELITIAN…………………………………….27 A. Rancangan Penelitian…………………………………………………….27 B. Batasan Istilah……………………………………………………………28 C. Sumber Data……………………………………………………………...28 D. Lokasi Penelitian………………………………………………………....29 E. Responden Penelitian………………………………………………...…..29 F. Teknik Pengumpulan Data……………………………………………….30 G. Analisis Data……………………………………………………….…….32 H. Keabsahan Data…………………………………………………………..34 BAB IV: PEMBAHASAN………………………………………………….......40 A. Gambaran Subjek……………………………………………………......40 B. Temuan Lapangan………………………………………………...……..45 1) Cadar…………………………………………………………………45 2) Proses Pembentukan Identitas………………………………..……..50 C. Analisis…………………………………………………………...……..56 1) Cadar………………………………………………………………...56 D. Proses Pembentukan Identitas……………………………………........69
x
E. Pembahasan……………………………………………………………...80 1) Cadar………………………………………………………………....82 2) Proses Pembentukan Identitas………………………………..……..86 BAB V: KESIMPULAN……………………..………………………………....91 A. Kesimpulan……………………………………………………………....91 B. Saran……………………………………………………………………...92 DAFTAR PUSTAKA…………...……………………………………………....93 LAMPIRAN……………………...……………………………………………...95
xi
DAFTAR SKEMA
Skema 1. Verivikasi Data Penelitian…………………………………………..39 Skema 2. Kesan cadar pada Mahasiswi bercadar di Kota Malang ………....58 Skema 3. Persepsi Cadar pada Mahasiswi bercadar di Kota Malang………62 Skema 4. Perasaan terhadap cadar pada Mahasiswi di Kota Malang……...63 Skema 5. Motiv/alasan pada mahasiswi bercadar di Kota Malang…………65 Skema 6. Makna Cadar pada Mahasiswi bercadar di Kota Malang………..68 Skema 7. Konsep self pada Mahasiswi bercadar di Kota Malang…………..70 Skema 8. Self esteem pada Mahasiswi bercadar di Kota Malang …………..73 Skema 9.a Self efficacy pada Mahasiswi bercadar di Kota Malang…………76 Skema 9.b Self efficacy pada mahasiswi bercadar di Kota Malang ………...77 Skema 10.a Identitas pada Mahasiswi bercadar di Kota Malang…………...78 Skema 10.b Identitas pada Mahasiswi bercadar di Kota Malang…………...79 Skema 11. Arti cadar pada mahasiswi bercadar di Kota Malang …………..85 Skema12. Komparasi proses pembentukan identitas mahasiswi yang menggunakan cadar berdasarkan teori dan temuan lapangan …………….89 Skema 13. Proses pembentukan identitas mahasiswi bercadar di kota Malang…………………………………………………………………………...90
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Bukti Konsultasi……………………………………………….….96 Lampiran 2 Identitas Subjek…………………………………………………..97 Lampiran 3 Pedoman Wawancara…………………………………………...98 Lampiran 4 Wawancara 1……………………………………………............102 Lampiran 5 Wawancara 2…………………………………………………….149 Lampiran 6 Wawancara 3………………………………………………….....168 Lampiran 7 Wawancara 4…………………………………………………….173 Lampiran 8 Kategorisasi……………………………………………………...179
xiii
ABSTRAK Banan Muthohharoh Zain, 12410005, Proses Pembentukan Identitas (Studi Kasus Mahasiswi bercadar di Kota Malang), Skripsi, Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang, 2016. Pada teori, cadar merupakan versi lanjutan dari jilbab yang kegunaannya sama dengan jilbab yaitu untuk menutupi aurat, hanya saja cadar menutupi seluruh anggota badan kecuali mata. Namun berdasarkan hasil wawancara yang peneliti lakukan kepada seorang mahasiswi yang menggunakan cadar, menyatakan bahwa terdapat makna psikologis dibalik kegunaan cadar tersebut, yaitu identitas diri. Menanggapi adanya anggapan bahwa terdapat makna psikologi pada perempuan bercadar, yaitu pemahaman yang berbeda terhadap diri ketika menggunakan cadar, peneliti tertarik untuk mengangkat kasus ini dalam penelitian yang berjudul “Proses Pembentukan Identitas Diri (Studi Kasus Mahasiswi bercadar di Kota Malang).” Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses pembentukan identitas perempuan muslim yang menggunakan cadar. Penelitian ini difokuskan untuk memahami gambaran proses terjadinya pembentukan identitas mahasiswi yang menggunakan cadar. Peneliti menggunakan paradigma kualitatif dengan pendekatan studi kasus, teknik pengumpulan data yang di gunakan berupa wawancara. Informan dalam penelitian ini terdiri dari dua subjek primer yang merupakan mahasiswi yang menggunakan cadar dan dua subjek sekunder yang merupakan teman dekat subjek primer. Hasil penelitian ini adalah proses pembentukan identitas yang terjadi pada mahasiswi bercadar adalah pemaknaan yang muncul dari sebuah cadar yang menghasilkan pemikiran tentang dirinya yang menghasilkan perilaku dan terdapat proses belajar dan usaha untuk mencapai tujuan. Yang di dalamnya berisi pemahaman individu tentang dirinya dalam self konsep, self esteem, dan self efficacy. Dalam proses pembentukan identitas mahasiswi yang menggunakan cadar terjadi dalam tahap eksplorasi dimana mahasiswi sedang berusaha untuk mencari tahu tentang identitas dirinya dan sedang berjuang untuk membuat keputusan hidup yang penting, serta memiliki komitmen berupa tindakan yang terus menerus dan tidak berubah yaitu dalam konteks ini adalah komitmen dengan bercadar individu berusaha untuk memperbaiki diri dan cadar merupakan bentuk taat kepada Allah.
Kata Kunci: Pembentukan Identitas, Cadar
xiv
ABSTRACT Banan Muthohharoh Zain, 12410005, Identity Formation Process (Case Study toward veiled female students in Malang), Thesis, Faculty of Psychology at the State Islamic University of Maulana Malik Ibrahim Malang, 2016. In the theory, the veil is an advanced version of the same usability to headscarf that is to cover the aurat, it's just a veil covering the entire body except for the eyes. However, based on the results of interviews, the researcher tookfemale students who were using the veil, stating that there is a psychological meaning behind the veil usability, namely identity. The respond to the stating that there is a psychological meaning to the veiled women, which is a different understanding of the self when using the veil, researcher was interested to raise this case in a study entitled "The Identity Formation Process (Case Study toward veiled female students in Malang)." The study aimed to determine the identity formation process of the veiled Muslim women. This researchfocused on understanding the description of the process of identity formation of female students who used the veil. Researcher used the qualitative paradigm with case study approach, data collection techniques used in the form of interviews. Informants in this study consisted of two of primary subject of which was the female students who used the veil and the two of secondary subject which were the close friends of primary subject. The results of this research were the process of identity formation that occurred in the veiled female students was meaning that was emerging from a veil that generated the thought to generate behavior, and there was a learning process and efforts to achieve the goal that contained an individual's understanding of their selves in self-concept, self-esteem and self-efficacy. In the process of identity formation of the female students who used the veil occurred in the exploration stage in which the female students were trying to find out about her or their identities and was struggling to make important life decisions, and had a commitment in the form of the continue and static action.In this context, with veiled, they tried to improve their selves and the veil was a form of obedience to God. Keywords: Identity Formation, veil
xv
مس خخلص امبحث بنان مطيرة زٍن ،00002221 ،معلَات جشكِل اميوًة (دراسة حاةل ػىل امطامبات احملجبات يف ماالهؽ) ،حبث جامؼى ،لكَة ػمل امنفس يف جامؼة االإسالمِة احلكومِة موالان ما ك اإرراى م ماال،ج.0202 ، ىف ثكل امنظرًة ،احلجاب ىو وسخة مطورة من احلجاب الاس خخدام احلجاب ىه ثغطَة أورة ،اهنا جمرد احلجاب اذلي ًغطي اكمل اجلسم اإال امؼَنني .ومع ذ ك ،اسدنادا اإىل هخاجئ امللابالت اميت فؼل امباحث نلطامبات اذلى ٌس خخدم احلجاب ،مشريا اإىل أن ىناك مؼىن امنفيس وراء الاس خخدام احلجاب ،ويه اميوًة .وردا ػىل فكرة أن ىناك مؼىن امنفيس نلنساء احملجبات ،وىو فيم خمخلف نذلات غند اس خخدام احلجاب وامباحث مييمت مرفع ىذه املضَة يف دراسة بؼنوان " معلَات جشكِل اميوًة (دراسة حاةل ػىل امطامبات احملجبات يف ماالهؽ) واما اميدف من ىذه ادلراسة مخحدد معلَات حتدًد ىوًة امنساء املسلامت احملجبات .وٍركز ىذا امبحث مفيم وضفا نلؼملَة جشكِل ىوًة امطامبات امىت جس خخدم احلجاب. اس خخدم امباحث منوذج من هنج دراسة احلاةل امنوغي ،وطرًلة مجع امبَاانت املس خخدمة ًؼىن يف شلك ملابالت .اخملربٍن يف ىذه ادلراسة ًخكون من املوضوػني الساسني مهنام ًؼىن امطامبات امىت جس خخدم احلجاب وموضوػان امثاهوي ىو املوضوع السايس مطدًق ملرب. واما امنخاجئ ميذا امبحث ىو معلَة جشكِل اميوًة امىت حتدث يف امطامبات احملجبات ًؼىن مؼىن امناش ئة من احلجاابت امىت ثودل امفكر غهنا واًضا ثودل امسلوك ،وىناك معلَة امخؼمل واجليود املبذوةل مخحلِق ىذا اميدف .حيخوي ػىل فيم امفرد منفسو يف مفيوم اذلات ،وامثلة ابمنفس وامكفاءة اذلاثَة .يف معلَة حتدًد ىوًة امطامبات امىت جس خخدم احلجاابت وكؼت يف مرحةل الاس خكشاف اميت حتاول مؼرفة ىوًخو وحاكحف من أجل اختاذ كرارات هممة يف احلَاة، وحكون الامزتام يف شلك معل بشلك مس متر ومل ًخغري يف ىذا امس َاق ىو الامزتام الفراد احملجبات حتاومون الن حتسُنون أهفسيم واحلجاابت ىو شلك من أشاكل طاػة اىل هللا. لكامت امرئُس َة :جشكِل اميوًة ،واحلجاب
xvi
BAB I PENDAHULUAN A.
Latar Belakang Saat ini cadar sudah tidak asing lagi di beberapa tempat di Indonesia, khususnya di Malang dan sudah menjadi pemandangan biasa jika terdapat beberapa perempuan muslim keluar rumah dengan berpakaian yang menutup aurat secara sempurna. Bahkan kita bisa sering melihat wanita bercadar di tempat-tempat umum seperti kampus, pasar, dan tempat-tempat umum lainnya. Persoalan pemakaian cadar sampai saat ini masih di perdebatkan oleh para ahli, sehingga berbagai macam pandangan di sampaikan dan berbagai kontroversi
pandangan
tentang
cadar
pun
banyak
di
lontarkan
(W2.N1.97.e). Dalam studi islam sendiri dalil-dalil yang mengatur mengenai wajib atau tidaknya penggunaan cadar masih di perdebatkan, Ratri (2011, p. 29). Permasalahannya dalam masyarakat adalah cadar sering kali di kenal dengan atribut organisasi islam yang fanatik atau sebagai ciri has teroris (W1.S2.16.b). Ratri, (2011, p. 29-30) menjelaskan dalam penelitiannya bahwa di Universitas Sumatra Utara (USU), dua mahasiswi calon dokter nyaris tidak dapat menyelesaikan kuliah karena bercadar. Fakultas Kedokteran
Sumatra
Utara
untuk
menetapkan
larangan
terhadap
mahasiswinya yang mengenakan busana muslim bercadar. Pada akhirnya kedua mahasiswi tersebut harus memilih antara melepas atau pindah dari 1
2
fakultas kedokteran Universitas Sumatra Utara. Cadar belum pernah di tampilkan di media secara positif, sampai hari ini cadar lekat dengan stigma teroris dan simbol islam garis keras. Hal tersebut sangat di sayangkan bagi kehidupan demokratis yang diusung, dimana seharusnya setiap warga negara berhak mendapatkan penghargaan terhadap pilihan religiusitasnya. Sering kali masyarakat berpendapat bahwa cadar adalah sebuah budaya yang masuk ke Indonesia, namun cadar bukanlah budaya. Cadar adalah sunnah rasulullah atau sebuah anjuran. Jika di laksanakan mendapat pahala jika tidak di laksanakan maka tidak mendapat dosa. Jika cadar adalah budaya maka jika menggunakan cadar tidak mendapat pahala (W1.S3.26.b). Perempuan yang menggunakan cadar dapat diterima baik oleh masyarakat Indonesia pada umumnya, namun tidak sedikit banyak pula terdapat pihak-pihak maupun individu yang kurang respect dengan perempuan yang menggunakan cadar yang sangat tertutup. Seperti yang di sampaikan oleh salah satu masyarakat umum mengenai perempuan yang menggunakan cadar: “Kalau aku jujur kurang respect, karena cewe cadaran di indonesia susah dikenali mukanya ketutupan sama cadarnya, dan bukan budayanya juga di Indonesia. Aku yakinlah nafsunya orang Indonesia gak sebesar orang-orang arab. Ngeliat muka doang langsung nafsu itu mustahil, apalagi sama cewe yang berjilbab. Kadang juga yang bercadar di Indonesia ini suka menganggap islam dia paling bener, ibadahnya paling sempurna. Aku gak suka, walaupun gak semua yang bercadar gitu” Masyarakat yang mengungkapkan pendapatnya adalah hal umum, baik itu mendukung (setuju) maupun tidak mendukung (tidak setuju). Perempuan yang memutuskan untuk menggunakan cadar sudah pasti
3
memiliki berbagai resiko yang akan di alami, baik itu konsekuensi baik maupun konsekuensi yang tidak menyenangkan (W1.S2.26). Perempuan muslim pada umumnya menggunakan jilbab, namun tidak sedikit
banyak
perempuan
yang
mengganti
jilbabnya
kemudian
menggunakan cadar. Cadar merupakan versi lanjutan dari jilbab yang kegunaannya sama dengan jilbab untuk menutupi aurat, hanya saja cadar menutupi seluruh anggota badan kecuali mata. Dengan menggunakan cadar akan memuliakan wanita dengannya wanita lebih terjaga (W1.S3.26.c). Jilbab menjadi sebuah fenomena yang penuh makna, baik secara teologis maupun sosial. Jilbab dipandang sebagai simbol keterkungkungan dan domestifikasi perempuan, sedangkan disisi lain jilbab menjadi simbol identitas sebuah gerakan suatu komunitas (Budiati, dalam suhendra, p.3). menggunakan cadar adalah hal yang positif, banyak manfaat dan menguntungkan (W2.N1.97.i). meskipun banyak pandangan negatif dari masyarakat lain, namun perempuan muslim yang memakai cadar tidak hawatir di caci dan di maki oleh orang lain, karena mereka memiliki niat memakai cadar karena Allah, bukan untuk dinilai maupun di puji orang. Penelitian sebelumnya terkait cadar dilakukan oleh Yulianti Novi mahasiswa universitas islam bandung tahun 2009 dengan judul “Makna Simbol Cadar (studi kualitatif dengan pendekatan interaksi simbolik mengenai makna simbol cadar sebagai simbol ketaatan berpakaian terhadap ajaran agama islam pada komunitas pengguna jilbab cadar Asy-syifaa di Kp. Badakarsa, Ds. Jelegong, kec. Soreang, kab. Bandung-jawa barat)” Metode
4
yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif fenomenologi dengan pendekatan interaksi simbolik mengenai makna simbol jilbab cadar sebagai simbol ketaatan berpakaian terhadap ajaran agama islam. Dimana makna juga merupakan hasil dari adanya interaksi dan kesepakatan bersama pada suatu komunitas. Hasil penelitian ini adalah, makna simbol cadar pada komunitas Asy-Syfaa merupakan sebuah simbol keaatan terhadap ajaran islam. Jika orang lain memandang pengguna jilbab cadar sebagai orang yang taat, maka pengguna jilbab cadar juga akan memandang dirinya sebagai orang yang taat dengan di wujudkan melalui tindakan-tindakan yang baik (Yulianti.N, 2009). Pengambilan keputusan mahasiswi untuk menggunakan cadar adalah sebagai upaya untuk mendekatkan diri kepada Allah. Dengan menggunakan cadar, subjek merasa tidak lebih baik dari orang lain, subjek memandang bahwa subjek orang yang paling buruk di dunia ini, sehingga dengan menggunakan cadar subjek berusaha untuk menjaga diri dari segi apapun yang buruk yang tidak disukai Allah (W2.N1.97.n). subjek pribadi yang cuek dalam beberapa kondisi dan pemalu (W1.S3.30.a). Dengan bercadar membantu subjek menjadi tidak malu (W1.s3.30.b). dengan menggunakan cadar subjek merasa nyaman (W1.S2.40.a). Setelah subjek memakai cadar dan belajar tentang ukhuah, subjek jadi lebih perduli dengan teman-teman (W1.N1.54.a). seketika subjek menggunakan cadar, subjek memandang berbeda terhadap dirinya (W2.N1.101.a).Pemaknaan wanita bercadar di pengajian masjid ummar bin khatab terhadap cadar yang mereka kenakan
5
ialah cadar sebagai perintah agama yang hukumnya boleh dimaknai sebagai hal yang wajib dan juga sunnah tergantung pada keyakinan dari individu yang memakainya. cadar juga dimaknai sebagai kebutuhan serta kenyamanan psikologi, selain itu cadar juga sebagai media atau alat untuk mengontrol diri dari segala macam perbuatan yang akan menjerumuskan wanita pada kemaksiatan dan bentuk dosa lainnya. (Novri, S.M, p.10). Rasa kita tentang seseorang sebagai individu merupakan bagian penting dari perkembangan psikologis. Rasa diri ini sentral bagi perkembangan sosial, emosional, dan pribadi. Ini merupakan identitas diri kita pemahaman kita tentang siapa kita sebagai individu dan mencakup kesadaran atas pengalaman subjektif dan hubungan dengan orang lain. Terdapat banyak aspek dalam identitas dan arti penting masing-masing aspek dapat berubah seiring kita bertambah usia. Perkembangan identitas di mulai sejak usia dini dan aspek-aspek tertentu rasa diri terus berubah sepanjang hidup kita (Upton, 2012). Identitas yang sedang berkembang dianggap mengikuti suatu urutan perkembangan dimana anak-anak usia dini mendefinisikan diri mereka dengan karakteristik-karakteristik yang kongkret, sedangkan remaja semakin mendefinisikan diri mereka dengan karakteristik-karakteristik yang lebih abstrak dan internal. Pemikiran ini terutama didasarakan pada penelitian yang menunjukan bahwa deskripsi-deskripsi diri anak-anak berubah sesuai umur, dari deskripsi yang dapat diamati dan fisik seperti “Aku tinggi” ke sifat-sifat yang lebih psikologis seperti “Aku ramah”
6
Rosenberg (dalam Upton, 2012). Ini dianggap mencerminkan peningkatan kemampuan anak-anak dalam membedakan diri mereka secara psikologis dengan orang lain seiring mereka bertambah dewasa, Bannister & Agnew (dalam Upton, 2012). Dessy (2012)
melakukan
penelitian
dengan
judul
dinamika
pembentukan identitas diri mahasiswa lesbian (studi kasus mahasiswa lesbian di yogyakarta) di temukan bahwa adanya perbedaan masa pembentukan identitas diri mahasiswa lesbian dari ketiga informan dalam penelitian tersebut. di mana satu di antara ketiga informan masa pembentukan identitas diri terjadi ketika memasuki usia remaja, sedangkan pembentukan identitas diri dua informan lain dalam penelitian ini terjadi ketika memasuki usia dewasa. Pembentukan identitas diri pada masa remaja menuntut perubahan besar dalam sikap pola perilaku seseorang. Jika pada teori, cadar merupakan versi lanjutan dari jilbab yang kegunaannya sama dengan jilbab yaitu untuk menutupi aurat, hanya saja cadar menutupi seluruh anggota bada kecuali mata. Namun berdasarkan hasil wawancara yang peneliti lakukan kepada seorang mahasiswi yang menggunakan cadar, menyatakan bahwa terdapat makna psikologis dibalik kegunaan cadar tersebut, yaitu identitas diri. Identitas diri adalah cara individu mendefinisikan atau memberi arti tentang dirinya (keadaan khusus individu). Komponen identitas untuk seseorang terbagi menjadi tiga bagian, yaitu: skema dasar, self esteem dan self efficacy (Baron R.A & Byrne. D, 2003). Dalam penelitian ini akan
7
dijelaskan bagaimana identitas perempuan yang menggunakan cadar sesuai dengan komponen identitas untuk seseorang. Menanggapi adanya anggapan bahwa terdapat makna psikologi pada perempuan bercadar, yaitu pemahaman yang berbeda terhadap diri ketika menggunakan cadar, peneliti tertarik untuk mengangkat kasus ini dalam penelitian yang berjudul “Proses Pembentukan Identitas (Studi Kasus Mahasiswi bercadar di Kota Malang).” B.
Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang dan fokus masalah diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana proses pembentukan identitas perempuan bercadar?
C.
Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk memahami proses pembentukan identitas perempuan muslim yang menggunakan cadar.
D.
Manfaat Penelitian Penelitian ini memiliki manfaat baik dari segi teoritis maupun praktis: 1.
Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan informasi mengenai proses pembentukan identitas bagi pengembangan disiplin ilmu psikologi. Serta penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang proses pembentukan identitas perempuan pengguna cadar.
8
2.
Manfaat Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi: 1) Pembaca, guna memberikan informasi tentang gambaran lebih jelas mengenai proses pembentukan identitas pada perempuan yang menggunakan cadar. 2) Peneliti, mampu memahami pemaknaan terhadap sesuatu sehingga terbentuknya identitas, dan mampu menerapkan pemaknaan psikologis pada kehidupan. 3) Peneliti Selanjutnya, dengan memiliki identitas yang baru diharapkan bagi peneliti selanjutnya dapat meneliti tentang perempuan bercadar dalam lingkungan sosialnya untuk membantu agar subjek tidak kesulitan dalam beradaptasi dengan perubahan yang ia alami serta dapat meneliti tingkat religiusitas perempuan bercadar. Peneliti lain dapat menggunakan hasil penelitian ini sebagai
sumber
referensi
dan
kerangka
fikir
dengan
mempertimbangkan kesesuaian konteks penelitian. E.
Batasan Istilah Batasan penelitian ini terletak pada peristiwa bagaimana perempuan muslim memaknai cadarnya sehingga mampu mempengaruhi bagaimana subjek memandang dirinya. Untuk batasan identitas sendiri hanya berfokus pada diri subjek bagaimana proses terbentuknya identitas.
BAB II KAJIAN TEORI A.
Identitas Diri
1.
Pengertian Identitas Baron, R.A & Byrne, D, 2003 mengunngkapkan bahwa, Identitas seseorang, terdiri dari keyakinan diri (self beliefe) dan persepsi diri yang terorganisasi sebagai sebuah skema kognitif. Deaux (dalam Baron, R.A & Byrne, D, 2003) mengemukakan bahwa identitas sosial adalah sebuah definisi diri yang memandu bagaimana kita mengonseptualisasi dan mengevaluasi diri sendiri. Fearon (1999, p. 4-5) merangkum berbagai pengertian identitas dari para ahli. Antara lain, yaitu: Hogg & Abraham (dalam Fearon, 1999), Identitas adalah konsep yang digunakan oleh orang-orang untuk menyatakan tentang siapakah mereka, orang macam apa mereka dan bagaimana mereka berhubungan dengan orang lain. Wendt (dalam Fearon, 1999), Identitas adalah pengertian dan harapan yang relatif spesifik dan stabil tentang diri. Taylor (dalam Fearon, 1999), Identitas diri didefinisikan sebagai komitmen dan identifikasi yang menyediakan kerangka yang memungkinkan seseorang untuk mencoba memilih, mengevaluasi apa yang baik, penting, memungkinkan dilakukan atau apa yang pantas dan tepat atau sebaliknya. Kowert & Legro (dalam Fearon, 1999), Identitas adalah cara yang digunakan seseorang dalam 9
10
menampilkan
dirinya
sebagai
individu
yang
berbeda
atau
khas
dibandingkan oranglain. Fearon (1999, p.21) menyimpulkan tiga pengertian dasar yang sering digunakan oleh para ahli dalam mendefinisikan identitas, yaitu: 1. Keanggotaan dalam sebuah komunitas yang menyebabkan seseorang merasa terlibat, termotivasi, berkomitmen dan menjadikannya rujukan atau pertimbangan dalam memilih dan memutuskan
sesuatu
berdasarkan
hal
yang
normatif.
Terbentuknya identitas diri pada dasarnya dipengaruhi secara intensif oleh interaksi seseorang dengan lingkungan sosial. Identitas diri yang digunakan seseorang untuk menjelaskan tentang diri biasanya juga berisikan identitas sosial. 2. Identitas diri juga merujuk pada konsep abstrak dan relatif dan jangka panjang yang ada dalam pikiran seseorang tentang siapa dirinya, menunjukkan eksistensi dan keberhargaan serta membuat dirinya menjadi “seseorang”. Karena itu identitas diri biasanya juga berisi harga diri seseorang / self esteem. Konsep ini menunjukkan bahwa identitas diri merupakan sesuatu yang berperan sebagai motivator perilaku dan menyebabkan keterlibatan emosional yang mendalam dengan individu tentang apa yang dianggapnya sebagai identitas diri.
11
3. Identitas diri bukan hanya terdiri sesuatu yang „terbentuk‟ tapi juga termasuk juga potensi dan status bawaan sejak lahir, misalnya jenis kelamin dan keturunan. Berdasarkan
beberapa
pengertian
identitas
di
atas,
Fearon
menyimpulkan bahwa identitas diri merupakan sebuah terminologi yang cukup luas yang dipakai seseorang untuk menjelaskan siapakah dirinya. Identitas diri dapat berisi atribut fisik, keanggotaan dalam suatu komunitas, keyakinan, tujuan, harapan, prinsip moral atau gaya sosial. Meski seringkali terbentuk secara tidak sadar, namun identitas diri merupakan sesuatu yang disadari dan diakui individu sebagai sesuatu yang menjelaskan tentang dirinya dan membuatnya berbeda dari orang lain (Fearon, 1999, p.23). Erikson (dalam Upton, 2012) identitas diri adalah kesadaran individu untuk menempatkan diri dan memberikan arti pada dirinya dengan tepat di dalamkonteks kehidupan yang akan datang menjadi sebuah kesatuan gambaran diri yang utuh dan berkesinambungan untuk menemukan jati dirinya. Berdasarkan beberapa definisi yang telah dipaparkan di atas, dapat di tarik kesimpulan bahwa Identitas adalah cara individu mendefinisikan / memberi arti tentang dirinya (keadaan khusus individu) dan pemahaman atau pengertian yang spesifik tentang dirinya sebagai kekhasan individu.
12
2.
Pembentukan Identitas Diri 1)
Pengertian Pembentukan Identitas Diri Tokoh yang dianggap sebagai penemu dan penggagas istilah pembentukan identitas diri adalah Erikson (dalam Upton, P, 2012) menurutnya identitas diri adalah kesadaran individu untuk menempatkan diri dan memberikan arti pada dirinya dengan tepat di dalam konteks kehidupan yang akan datang menjadi sebuah kesatuan gambaran diri yang utuh dan berkesinambungan untuk menemukan jati dirinya. Menurut Erikson (dalam Upton, P, 2012) pembentukan identitas (identity formation) merupakan tugas psikososial yang utama pada masa remaja, identitas diri adalah merupakan potret diri yang disusun dari macam-macam tipe identitas, meliputi identitas karir, identitas politik, identitas agama, identitas hubungan dengan orang lain, identitas intelektual, identitas seksual, identitas etnik, identitas minat, identitas kepribadian, dan identitas fisik. Marcia (dalam Schwartz et al, 2000) menyatakan bahwa pembentukan identitas merupakan “ Identity formation involves a synthesis of childhood skills, beliefs, and identification into a more or less coherent, unique whole that provides the young adult with both a sense of continuity with the past and a direction for the future” Marcia (dalam Schwartz et al, 2000). Dari definisi tersebut dapat dikatakan bahwasannya pembentukan
identitas melibatkan paduan keterampilan anak-anak
(pengalaman), keyakinan dan identifikasi menjadi lebih atau kurang
13
koheren. Keunikan yang menyediakan dewasa muda dengan kedua rasa kesinambungan dengan masa lalu dan arah untuk masa depan. Marcia (dalam Schwartz et al, 2000), menyatakan bahwa pembentukan identitas diri dapat digambarkan melalui status identitas berdasarkan ada tidaknya eksplorasi (krisis) dan komitmen. Eksplorasi yang juga dikenal dengan istilah krisis adalah suatu periode dimana adanya keinginan untuk berusaha mencari tahu, menyelidiki berbagai pilihan yang ada dan aktif bertanya secara serius, untuk mencapai sebuah keputusan tentang tujuan-tujuan yang akan dicapai, nilai-nilai, dan keyakinan-keyakinan. Marcia (dalam Schwartz et al, 2000) Dimensi eksplorasi (krisis) ialah: a) Sudah melalui eksplorasi (past crisis) Seseorang dikatakan berada pada tahap eksplorasi di masa lalu (past crisis) ketika periode dimana pemikiran aktif terhadap sejumlah variasi dari aspek-aspek identitas yang potensial sudah berlalu sekarang. Individu mampu menyelesaikan krisis dan memiliki pandangan yang pasti tentang masa depan atau tugas tersebut ditunda tanpa mencapai adanya sebuah kesimpulan yang bermakna b) Sedang dalam eksplorasi (in crisis) Seseorang dikatakan sedang berada pada tahap eksplorasi ketika seseorang sedang berusaha untuk mencari tahu dan menjajagi pertanyaan-pertanyaan mengenai identitas dan sedang berjuang untuk membuat keputusan hidup yang penting.
14
c) Tidak adanya eksplorasi (absence of crisis) Seseorang
dikatakan
tidak
mengalami
eksplorasi
ketika
seseorang tidak pernah merasa penting untuk melakukan eksplorasi pada berbagai alternatif identitas tentang tujuan yang ingin dicapai, nilai ataupun kepercayaan seseorang. Komitmen adalah suatu periode dimana adanya pembuatan pilihan yang relatif tetap mengenai aspek-aspek identitas seseorang dan terlibat dalam aktivitas yang secara signifikan mengarahkan kepada perwujudan pilihan yang sudah diambil. Marcia (dalam Schwartz et al, 2000) Dimensi komitmen ialah: 1. Seseorang dikatakan memiliki komitmen ketika aspek identitas yang dimiliki individu berguna untuk mengarahkan perilaku di masa depan dan tidak adanya perubahan yang besar pada aspek tersebut. 2. Tidak adanya komitmen ditunjukkan dengan keragu-raguan yang dialami seseorang, tindakan yang terus berubah-ubah, tidak terarah, dan membentuk komitmen personal pada saat ini bukanlah suatu hal yang penting. Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat di simpulkan bahwa
pembentukan
identitas
yaitu
kesadaran
individu
dalam
memberikan arti terhadap dirinya dengan tepat, pembentukan identitas dapat di gambarkan melalui status identitas yang melibatkan pengalaman, keyakinan, serta adanya komitmen.
15
3. Sumber-Sumber Identitas Diri Menurut Erikson (dalam Upton, P, 2012) terdapat beberapa Sumber yang mempengaruhi pembentukan identitas diri yaitu: 1) Lingkungan sosial, dimana remaja tumbuh dan berkembang seperti keluarga, tetangga dan kelompok teman sebaya. 2) Kelompok acuan (reference group), yaitu kelompok yang terbentuk pada remaja misalnya kelompok agama atau kelompok yang memiliki minat yang sama dimana melalui kelompok tersebut remaja dapat memperoleh nilai-nilai dan peran yang dapat menjadi acuan bagi dirinya. 3) Tokoh idola, yaitu seseorang yang sangat berarti seperti sahabat, guru, kakak, atau orang yang mereka kagumi. Berdasarkan penjelasan di atas, dapat di simpulkan bahwa terdapat beberapa sumber yang dapat mempengaruhi pembentukan identitas diri seseorang, yaitu: lingkungan sosial, kelompok, dan tokoh idola.
4. The Self: Komponen Identitas untuk Seseorang 1) Self Konsep: Skema Dasar Konsep dasar adalah kumpulan keyakinan dan persepsi diri mengenai diri sendiri yang terorganisasi. Self memberikan sebuah kerangka berpikir yang menentukan bagaimana kita mengolah informasi tentang diri kita sendiri, termasuk motivasi, keadaan
16
emosional, evaluasi diri, kemampuan, dan banyak hal lainnya. Klein, Loftus, & Burton; Hook & Higgins (dalam Baron R.A & Byrne. D, 2003). Skema self adalah rangkuman dari semua yang dapat diingat oleh seseorang, pengetahuannya, dan imajinasinya tentang diri sendiri. Sebuah sekema diri juga memainkan peran dalam memadu tingkah laku. Kendzierski && Whitaker (dalam Baron R.A & Byrne. D, 2003). Walaupun orang dalam budaya individualistis pada umumnya mengasumsikan bawa self relatif tetap konstan, namun tak disangkal bahwa orang dapat dan mampu berubah seiring dengan berjalannya waktu. Nyatanya, membandingkan diri sendiri sekarang dengan diri sendiri di masa lalu sering kali menyenangkan karena hal tersebut memungkinkan melihat perbaikan yang terus menerus. Wilson dan Ross (dalam Baron R.A & Byrne. D, 2003). Identitas seseorang atau konsep self, terdiri dari keyakinan diri dan persepsi diri yang terorganisasi sebagai sebuah skema kognitif. (Baron R.A & Byrne. D, 2003).
2) Self Esteem: Sikap terhadap Diri Sendiri James (dalam Baron R.A & Byrne. D, 2003) self esteem adalah evaluasi diri yang dibuat oleh setiap individu, sikap seseorang terhadap dirinya sendiri dalam rentang dimensi positif-negatif.
17
Sedikides (dalam Baron R.A & Byrne. D, 2003), menyatakan tiga kemungkinan motif dalam evaluasi diri. Orang dapat mencari selfassesment (untuk memperoleh pengetahuan yang akurat tentang dirinya sendiri), self-enhancement (untuk mendapatkan informasi positif tentang
diri
mereka
sendiri),
atau
self-verification
(untuk
mengkonfirmasi sesuatu yang sudah mereka ketahui tentang diri mereka sendiri).
3) Self Efficacy: Percaya pada Diri Sendiri Self efficacy adalah evaluasi seseorang terhadap kemampuan atau kompetensinya untuk melakukan sebuah tugas, mencapai tujuan, atau mengatasi hambatan. Bandura (dalam Baron R.A & Byrne. D, 2003). Self efficacy cenderung konsisten sepanjang waktu, tetapi bukan berarti tidak berubah. Umpan balik positif terhadap kemampuan seseorang meningkatkan self efficacy. Bandura (dalam Baron R.A & Byrne. D, 2003). Berdasarkan penjelasan di atas bahwasannya komponen self terdiri dari tiga, yaitu: konsep self, self esteem, dan self efficacy. Konsep self adalah kumpulan keyakinan dan persepsi diri mengenai diri sendiri yang terorganisasi. Self esteem adalah evaluasi diri yang dibuat oleh setiap individu, sikap seseorang terhadap dirinya sendiri dalam rentang dimensi positif-negatif. Sedangkan self efficacy adalah evaluasi
18
seseorang terhadap kemampuan atau kompetensinya untuk melakukan sebuah tugas, mencapai tujuan, atau mengatasi hambatan.
5.
Identitas Diri dalam Al-Qur’an Setiap individu berada di dunia ini untuk beribadah hanya untuk Allah, dan dengan kuasanya manusia lahir dengan kosong atau tidak mengetahui sesuatu apapun. Hal itu di jelaskan dalam ayat 78:
Artinya: Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam Keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.
Ayat di atas menunjukkan bahwa sesungguhnya manusia di lahirkan dalam kondisi tidak tahu apa-apa tetapi Allah memberikan potensi untuk mengetahui identitas diri yang perlu di kembangkan melalui indra pendengaran, penglihatan dan hati, sehingga manusia dapat merespon stimulus yang mereka dengar dengan pendengarannya dan dapat merespon apa yang mereka lihat dengan penglihatannya serta dapat merasakan dengan perasaan dan hatinya. Sehingga dengan menggunakan indra yang telah di berikan oleh Allah setiap individu dapat menemukan dan menentukan siapakah dirinya bagaimana individu memandang dan memberikan arti dirinya, hali itu disebut dengan identitas diri.
19
Artinya: “Sesungguhnya usaha kamu memang berbeda-beda.” (Al-Lail: 4)
Perjuangan individu untuk mencari sebuah identitas berbeda-beda, setiap individu mencari identitasnya dengan berbagai cara, seperti dengan memutuskan untuk menggunakan cadar. cadar merupakan kain penutup muka selain mata yang kegunaannya untuk menutup aurat. Namun setelah di teliti lebih lanjut. Cadar memberikan arti bagi individu yang menggunakan cadar dalam kesehariannya, sehingga mampu memberikan pemahaman-pemahaman baru tentang dirinya. Sehingga individu yang menggunakan
cadar
berfikir
bahwa
dengan
menggunakan
cadar,
memberikan arti yang berbeda terhadap dirinya. Penelitian lain menjelaskan penelitian tentang “gambaran identitas diri remaja akhir wanita yang memiliki fanatisme K-POP di samarinda” individu memberikan arti terhadap apa yang ia sukai sehingga membuat individu memberikan arti yang berbeda terhadap dirinya, baik itu pendapat positif dan negatif. Islam mengajarkan kepada kita agar kita selalu memperkuat tali persatuan dan berpegang teguh pada tali Allah. Sehingga selalu terbimbing pada jalanNya yang lurus dan tidak akan bercerai-berai. Hal tersebut di jelaskan dalam ayat Ali-Imran ayat 103:
20
Artinya: “Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, Maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.” (Ali-Imran: 103)
Pada hakikatnya persatuan islam adalah merupakan masyarakat islam sebagai sistem kemasyarakatan kaum muslimin padanya tergantung kebesaran dan kejayaan umat. Tanpa masyarakat kaum muslimin akan kehilangan kemandirian, identitas dan kepribadiannya serta tidak akan dapat mengembangkan nilai-nilai spiritual dan budayanya.
6.
Penelitian Teraktir tentang Identitas Jannah, M (2014) melakukan penelitian yang berjudul “Gambaran Identitas Diri Remaja Akhir Wanita yang Memiliki Fanatisme K-POP di Samarinda” berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, yaitu: terdapat perbedaan yang bervariasi mengenai status identitas diri yang dicapai remaja. Remaja yang memiliki fanatisme pada K-POP melakukan identifikasi terhadap idola K-POP, identitas diri yang dibentuk oleh subje
21
merupakan
hasil
identifikasi
terhadap
idola
K-POP,
remaja
memanifestasikan dalam wujud penampilan dan perilaku sehari-hari dan terdapat pembentukan identitas setelah remaja fanatisme terhadap K-POP. Identitas yang terbentuk adalah identitas sosial, bidaya dan gender yang merujuk pada perilaku yang berhubungan dengan idola K-POP.
22
B.
Cadar
1.
Pengertian Cadar Abu Ubaid menyebutkan tentang arti niqab menurut orang arab, yaitu penutup wajah yang menampakkan kedua mata dan disebut pula dengan wushushah atau burqa‟ (Yahya, 2006, p. 106). Cadar adalah kain penutup muka atau sebagian wajah wanita, dimana hanya matanya saja yang Nampak, bahasa arabnya khidir atau tsiqab, sinonim dengan burqu: marguk. Penggunaan cadar, purdah ini bersifat
sunat.
(http://alkitat.blogspot.co.id/2014/03/pengertian-dan-
perbedaan-jilbab.html diakses pada 18 februari 2016). Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa pengertian cadar adalah kain yang menutup sebagian wajah wanita dan hanya memperlihatkan kedua mata.
2.
Kontroversi Cadar Manshur, Q. A (2012, p. 260) membahas bagian-bagian tubuh perempuan yang wajib ditutupi dihadapan laki-laki. Menurut mayoritas fukaha, bagian tubuh perempuan yang wajib ditutupi adalah seluruh anggota badan selain wajah, dua telapak tangan, dan dua telapak kaki. Bahwa seorang perempuan baru boleh memperlihatkan ketiga bagian tubuhnya tersebut ketika hal itu tidak menimbulkan fitnah. Dalilnya adalah firman Allah “Dan janganlah menampakkan perhiasannya (aurat) kecuali kepada suami mereka” (AN-NUR: 31) Namun jika dikhawatirkan menimbulkan
23
fitnah, maka ketiga bagian tubuh perempuan tersebut wajib ditutupi dan harap
diperlihatkan
dihadapan
laki-laki
asing.
Alasannya,
tujuan
dikenakannya al-hijab adalah menghindari timbulnya fitnah bagi laki-laki dan perempuan. Syaikh Shalih Al-Fauzan ditanya: Mengenakan cadar apa hukumnya menurut syari‟at? Saya adalah wanita yang menaati syari‟at. Selalu menjaga sholat wajib dan melaksanakan kewajiban sebagai istri, hanya saja ketika saya keluar rumah saya menampakkan mata untuk melihat, dan seluruh tubuh saya tertutupi, termasuk wajah yang tertutup kain hitam tua dan sarung tangan. Ini karena penglihatan saya yang lemah. (Yahya, 2006, p. 106). Diperbolehkan menutup wajah dengan cadar yang menampakkan mata karena pakaian ini dikenal pada masa Nabi dan karena adanya kebutuhan. Jika yang tampak hanya kedua mata saja, maka itu diperbolehkan, apalagi jika itu yang biasa dipakai dimasyarakatnya. Syaikh Shalih Al Fauzan (dalam Yahya, 2006, p. 106). Berdasarkan beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa hukum menggunakan cadar yaitu: Diperbolehkan.
3.
Ayat Perintah Menutup Aurat Firman Allah dalam surat An-nur ayat 31:
24
Artinya: “Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka Menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah Menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau puteraputera suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau puteraputera saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita Islam, atau budak- budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. dan janganlah mereka memukulkan kakinyua agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, Hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung”. (An-nur: 31) Firman Allah dalam surat Al-Ahzab ayat 59:
Artinya: “Wahai Nabi! Katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin, “Hendaklah mereka menutupkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka” Yang demikian itu agar mereka lebih mudah untuk dikenali, sehingga mereka tidak diganggu. Dan Allah maha Pengampun, Maha Penyayang”. (Al-Ahzab:59)
25
Berdasarkan ayat di atas, dapat di simpulkan bahwa hendaknya kaum wanita menutup pandangan mereka dari pandangan yang penuh syahwat kepada laki-laki non muhrim, wajib bagi wanita untuk menutup aurat dan di perbolehkan bagi perempuan untuk menampakkan badan dan perhiasannya di hadapan muhrimnya. Dalam surat Al-Ahzab ayat 59 di jelaskan bahwa, Allah memerintahkan Nabi untuk memberitahu kepada istri dan anak-anak perempuannya untuk menutupkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka, bahwa jilbab merupakan identitas seorang muslimah yang dengannya akan sangat mudah membedakan secara lahiriyah antara wanita muslimah dengan lainnya. Namun, berdasarkan ayat tersebut, banyak ahli yang mengeluarkan
pendapatnya
tentang
batasan-batasan
aurat
yang
disebutkan.
4.
Penelitian Terakhir tentang Cadar Susanti Ade (2008) dalam penelitiannya yang berjudul “Gambaran Persahabatan dan Penyesuaian diri pada Mahasiswi UIN Jakarta yang Menggunakan Cadar” dari penelitian ini diperoleh hasil bahwa persahabatan yang terjalin antara para subyek dengan sahabatnya berjalan normal, bedanya latar belakang tidak menjadi permasalahan yang serius. Tidak ada batasan permasalahan yang dibahas dalam persahabatan kecuali satu subyek yang membatasi pembicaraan sekitar perkuliahan saja. Masalah yang sering di hadapi dalam persahabatan oleh para subyek adalah kesalah pahaman,
26
namun setiap subyek mampu menyesuaikan diri dengan berusaha bertanya kepada sahabatnya tentang masalah yang sedang dihadapi. Penyesuaian diri yang dilakukan para subyek tergolong penyesuaian diri yang baik karena masing-masing subyek tidak mengalami salah satu kriteria tentang penyesuaian diri yang menyimpang. Meskipun dua subyek masih merasa kurang maksimal, namun tidak menjadi hal serius sehingga persahabatan mereka masih tetap terjalin sampai saat ini.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A.
Rancangan Penelitian Rancangan penelitian merupakan strategi peneliti untuk memperoleh data yang tepat agar sesuai dengan karakteristik dan tujuan penelitian. Penelitian ini di fokuskan untuk memahami gambaran proses terjadinya pembentukan identitas perempuan yang menggunakan cadar. Untuk mencapai tujuan tersebut, penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan pendekatan studi kasus. Creswell (2015) menjelaskan bahwa yang di maksud penelitian kualitatif adalah peneltian yang di awali dari asumsi dan penggunaan kerangkan penafsiran yang membentuk atau memengaruhi studi tentang permasalahan riset terkait individu atau kelompok pada suatu permasalahan sosial atau manusia. Pendekatan studi kasus sendiri digunakan peneliti untuk mengetahui secara mendalam tentang kasus yang terjadi, yakni peneliti berusaha untuk menggali pemahaman cadar yang diberikan subjek sehingga dengan demikian peneliti berharap dapat mengetahui secara rinci gambaran detail proses pembentukan identitas (pemahaman tentang diri) yang berbeda saat menggunakan cadar.
27
28
B.
Batasan Istilah Batasan istilah di perlukan untuk mengarahkan penelitian dengan tujuan untuk mengarahkan penelitian agar sesuai dengan kasus yang akan di kaji. Batasan istilah yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1) terletak pada peristiwa bagaimana perempuan muslim memaknai cadarnya
sehingga
mampu
mempengaruhi
bagaimana
subjek
memandang dirinya. 2) Untuk batasan identitas sendiri hanya berfokus pada diri subjek bagaimana proses terbentuknya identitas.
C.
Sumber Data 1) Data Primer Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari subyek penelitian. Data primer ini berupa hasil wawancara dan observasi peneiti. Subjek dalam penelitian ini berjumlah 2 orang, subjek merupakan seorang perempuan yang menggunakan cadar dalam kesehariannya. 2) Data Skunder Data skunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung yakni melalui media perantara.Data skunder dalam penelitian ini mengumpulkan informasi dari para informan, yakni teman subjek.
29
D.
Lokasi Penelitian Peneliti mengambil tempat penelitian di salah satu kota di Jawa Timur yaitu di Malang. Alasan peneliti mengambil tempat penelitian di Malang, karena di Malang peneliti sering berjumpa dengan perempuan-perempuan yang menggunakan cadar, oleh karena itu peneliti ingin mengkaji dan melakukan penelitian tentang perempuan yang menggunakan cadar.
E.
Responden Penelitian Penelitian ini menggunakan teknik sampling purposeful, yang berarti bahwa peneliti memilih individu-individu dan tempat untuk diteliti karena mereka dapat secara spesifik memberi pemahaman tentang problem riset dan fenomena dalam studi tersebut (Creswell, 2015). Penelitian ini menggunakan teknik sampling purposeful, karena peneliti merasa teknik tersebut sesuai dengan penelitian ini, responden merupakan perempuan yang menggunakan cadar dan responden berada pada tahap perkembangan dewasa awal. Hal ini sesuai dengan prinsip sampling purposeful yaitu kriteria dibuat untuk pemilihan sampel yang dirasa paling tahu tentang fokus penelitian ini. Adapun ciri-ciri responden dalam penelitian ini, yang memenuhi kriteria sebagai berikut: 1) Subjek bersedia untuk terlibat dalam kegiatan penelitian yang mungkin membutuhkan waktu yang lama.
30
2) Subjek mampu untuk menceritakan kembali peristiwa yang sudah dialaminya. 3) Subjek adalah seorang perempuan yang menggunakan cadar. F.
Teknik Pengumpulan Data Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1)
Wawancara Pendekatan menggunakan petunjuk umum wawancara, jenis wawancara ini mengharuskan pewawancara membuat kerangka dan garis besar pokok-pokok yang dirumuskan tidak perlu ditanyakan secara berurutan. Demikian pula penggunaan dan pemilihan kata-kata untuk wawancara dalam hal tertentu tidak perlu dilakukan sebelumnya. Petunjuk wawancara hanyalah berisi petunjuk secara garis besar tentang proses dan isi wawancara untuk menjaga agar pokok-pokok yang direncanakan dapat seluruhnya tercangkup. Petunjuk itu mendasarkan diri atas anggapan bahwa ada jawaban yang secara umum akan sama diberikan oleh para responden, tetapi yang jelas tidak ada perangkat pertanyaan baku yang disiapkan terlebih dahulu.
Pelaksanaan
wawancara
dan
pengurutan
pertanyaan
disesuaikan dengan keadaan responden dalam konteks wawancara yang sebenarnya (Moleong, L.J, 2014). Dalam proses pengumpulan data, Creswell (2015) menyajikan secara ringkas langkah wawancara itu sebagai berikut:
31
a. Menentukan pertanyaan riset yang akan dijawab dalam wawancara tersebut. Pertanyaan-pertanyaan ini bersifat terbuka, umum, dan bertujuan untuk memahami fenomena sentral dalam penelitian. b. Mengidentifikasi mereka yang akan di wawancarai, yang dapat menjawab dengan baik pertanyaan-pertanyaan riset/wawancara berdasarkan pada salah satu prosedur sampling purposeful. c. Menentukan tipe wawancara yang praktis dan dapat menghasilkan informasi yang paling berguna untuk menjawab pertanyaan riset. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan wawancara langsung dengan subyek, satu-lawan-satu. d. Menggunakan melaksanakan
prosedur wawancara
perekam
yang
memadai
satu-lawan-satu.
Peneliti
ketika pun
menggunakan alat perekam di handphone untuk merekam wawancara. e. Merancang
dan
menggunakan
paduan
wawancara.
Dalam
wawancara pertama peneliti menggunaka empat pertanyaan terbuka. f. Menentukan lokasi wawancara. Jika memungkinkan carilah lokasi yang tenang dan bebas dari gangguan. Dalam penelitian ini, peneliti melakukan wawancara di kamar peneliti yang tempatnya luas dan sejuk untuk berbincang-bincang dan kondisi saat itu sangat tenang.
32
g. Setelah sampai di tempat wawancara, dapatkan persetujuan dari sang partisipan untuk berpartisipasi dalam studi tersebut. Dalam hal ini peneliti memberikan lembaran inform concent. h. Selama wawancara, gunakan prosedur wawancara yang baik. Tetaplah pada pertanyaan tersebut, selesaikan wawancara dalam waktu yang telah ditentukan, bersikap sopan dan menghargai, dan menyampaikan sedikit pertanyaan dan saran.
2)
Dokumentasi Teknik pengumpulan data yang lain adalah dengan cara dokumentasi. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan kamera handphone untuk mengumpulkan data dan merekam suara saat berlangsungnya wawancara.
G.
Analisis Data Teknik analisis data yang dilakukan peneliti mengacu pada model yang dikemukakan oleh Miles dan Huberman (Herdiansyah, 2015). Adapun tahap-tahap dalam analisis data tersebut adalah: 1)
Pengumpulan data Proses pengumpulan data dalam penelitian kualitatif dilakukan
sepanjang penelitian berlangsung. Pada penelitian ini, data-data diperoleh melalui wawancara. Data-data tersebut merupakan data mentah yang kemudian akan diolah.
33
2)
Reduksi data Reduksi data merupakan proses penggabungan dan penyeragaman
segala bentuk data yang diperoleh menjadi satu bentuk tulisan yang akan dianalisis. Pada tahap ini, peneliti akan memilih dan menentukan data mana yang sesuai dengan kebutuhan penelitian. Sehingga peneliti akan mengambil data yang diperlukan dan akan mengabaikan data yang tidak diperlukan. Hasil
wawancara
akan
direduksi
menjadi
bentuk
verbatim
wawancara. Hasil observasi akan diolah menjadi lampiran hasil observasi. Hasil studi dokumentasi akan diformat menjadi tabel hasil analisis dokumen.
3)
Display data Display data terdiri dari tiga tahap yaitu: a. Kategori tema: proses pengelompokan tema-tema yang telah disusun dalam tabel akumulasi tema wawancara ke dalam suatu matriks kategorisasi. b. Sub-kategori tema: merupakan proses pemecahan kategori tema ke dalam bentuk yang lebih kecil, lebih sederhana, dan lebih praktis sehingga mudah dicerna. c. Proses pengodean: proses memasukkan pernyataan-pernyataan subyek dan atau informan sesuai dengan kategori tema dan subkategori temanya.
34
4)
Penarikan Kesimpulan Berisi uraian dari seluruh sub-kategorisasi tema yang tercantum pada tabel kategorisasi dan koding, yang disertai dengan quote verbatim wawancara.
H.
Keabsahan Data Terdapat empat kegiatan untuk mengecek keabsahan data dalam penelitian ini, yaitu: pengujian kredibilitas (credibility), dependabilitas (dependability),
konfirmabilitas
(confirmability),
dan
transferabilitas
(transferability). Keempat kegiatan dalam penelitan tersebut akan dijelaskan sebagai berikut: 1. Pengujian Kredibilitas (credibility) Uji kredibilitas pada dasarnya merupakan pengganti konsep validitas internal dari penelitian nonkualitatif. Uji kredibilitas memiliki dua fugsi, yaitu: (1) Melaksanakan pemeriksaan sedemikian rupa sehingga tingkat kepercayaan penemuan kita dapat dicapai, (2) Mempertunjukkan derajat kepercayaan hasil-hasil penemuan kita dengan jalan pembuktian terhadap kenyataan ganda yang sedang diteliti (Prastowo, 2012). Kredibilitas data adalah merupakan ukuran tentang kebenaran data yang diperoleh dengan instrumen, yakni apakah instrumen benar-benar mengukur variabel yang sebenarnya. Dalam penelitian kualitatif, validitas internal menggambarkan konsep peneliti dengan konsep yang ada pada
35
partisipan. Tujuannya adalah untuk membuktikan bahwa apa yang diamati peneliti sesuai dengan apa yang sesungguhnya ada dalam dunia kenyataan, dan penjelasan yang diberikan sesuai dengan yang sebenarnya terjadi (Nasution, 2003). Kriteria kredibilitas data digunakan untk menjamin bahwa data yang dikumpulkan peneliti mengandung nilai kebenaran, baik bagi pembaca pada umumnya maupun subjek penelitian. Untuk menjamin kesahihan data, ada beberapa tekhnik pencapaian kredibilitas data, seperti: a.
Perpanjangan keikutsertaan dalam penelitian.
b.
Ketekunan pengamatan.
c.
Melakukan triangulasi (dengan sumber, teori, dan metode). Triangulasi merupakan suatu teknik pemeriksaan data yang
memanfaatkan data lain yang diluar data itu, gunanya untuk pengecekan atau pembanding terhadap data yang diperoleh. Ada beberapa macam triangulai (Moleong, 2014, p. 327-332), yaitu: 1) Triangulasi sumber Membandingkan
perolehan
data,
menggunakan
data
yang
diperoleh dari sumber yang sama namun menggunakan alat dan waktu yang berbeda. 2) Triangulasi Metode Terdapat dua metode yang dilakukan, yaitu: a) Pengecekan derajat kepercayaan penemuan hasil penelitian dengan beberapa teknik pengumpulan data.
36
b) Pengecekan derajat kepercayaan dari beberapa sumber data dengan metode yang sama. 3) Triangulasi Teori Membandingkan sebuah hasil data yang diperoleh dengan teori yang ada. 4) Triaangulasi Penyidik Kebalikan dari triangulasi sumber, dalam triangulasi penyidik ini dengan membandingkan hasil dari sumber yang sama, akan tetapi peneliti yang berbeda.
2. Pengujian Dependabilitas (dependability) Dalam penelitian kuantitatif dependability disebut reabilitas. Penelitian yang reliabel adalah apabila orang lain dapat mengulangi atau mereplikasi proses penelitian tersebut. Dalam penelitian kualitatif, uji dependability dilakukan dengan cara melakukan audit terhadap seluruh proses penelitian. Hal ini dilakukan oleh auditor yang indipenden atau pembimbing untuk mengaudit keseluruhan aktifitas peneliti dalam melakukan penelitian. Bagaimana peneliti mulai menentukan masalah atau focus, memasuki lapangan, menentukan sumber, dan melakukan analisis data, melakukan uji keabsahan data, sampai membuat kesimpulan (Sugiyono dalam Prastowo, 2012).
37
3. Pengujian Konfirmabiltas (confirmability) Pengujian confirmability dalam penelitian kuantitatif disebut dengan uji objektivitas penelitian. Penelitian dikatakan objektif bila hasil penelitian disepakati banyak orang. Dalam penelitian kualitatif, uji
confirmability
pengujiannya
dapat
mirip
dengan
dilakukan
uji secara
dependability,
sehingga
bersamaan.
Menguji
confirmability berarti menguji hasil penelitian yang berkaitan dengan proses yang dilakukan, terutama berkaitan dengan deskripsi temuan penelitian dan diskusi hasil penelitian. Bila hasil penelitian merupakan fungsi dari proses penelitian yang dilakukan, maka penelitian tersebut telah memenuhi standar konfirmability (Sugiyono dalam Prastowo, 2012).
4. Pengujian Transferabilitas (transferability) Transferability merupakan validitas eksternal dalam penelitian kuantitatif. Nilai transfer ini berkenaan dengan pertanyaan, sehingga hasil penelitiaan dapat diterapkan atau digunakan dalam situasi lain. Oleh karena itu, agar orang lain dapat memahami hasil penelitian kualitatif sehingga ada kemungkinan untuk menerapkan hasil penelitian tersebut, maka peneliti ketika membuat laporannya harus diberikan uraian yang rinci, jelas, sistematis dan dapat dipercaya. Jadi pembaca menjadi jelas atas hasil penelitian kita tersebut sehingga
38
dapat memutuskan dapat atau tidaknya mengaplikasikan hasil penelitian tersebut di tempat lain (Sugiyono dalam Prastowo, 2012).
Berdasarkan penjelasan di atas, peneliti mengambil kesimpulan bahwa terdapat empat kegiatan untuk mengecek keabsahan data yaitu, pengujian kredibilitas (credibility), dependabilitas (dependability), konfirmabilitas (confirmability), dan transferabilitas (transferability). Peneliti melakukan pengujian keabsahan data melalui empat kegiatan tersebut, yang di jelaskan lebih rinci dalam bagan berikut.
39
VERIVIKASI DATA PENELITIAN
Skema 1. Verivikasi Data Penelitian
BAB IV HASIL PENELITIAN A.
Gambaran Subjek
Inisial
N1
Tanggal Lahir
-
Profesi
Mahasiswi
Wawancara I pada tanggal 09 Februari 2016 Wawancara II pada tanggal 03 Mei 2016 Wawancara III pada tanggal 28 Juli 2016
Saat ini N1 adalah seorang mahasiswi di salah satu universitas di malang. Merupakan anak ke 3 dari lima bersaudara. N1 merupakan anak yang mandiri karena sejak mts N1 sekolah jauh dari orangtua (pondok). N1 pertama kali tertarik dengan cadar ketika melihat fenomena seorang wanita bercadar di pasar. Dengan melihat hal tersebut N1 menyimpulkan bahwa dengan pakaian syar‟i orang lain akan menghormati perempuan. Setelah melihat kejadian tersebut N1 mulai tertarik dan timbul keinginan bercadar saat itu. N1 menggunakan cadar pada awal mahasiswa baru dan mulai istiqomah menggunakan cadar sejak semester 3. N1 menggunakan cadar karena suka, bukan karena hukum memakai cadar, N1 mengambil keputusan bercadar saat memasuki dunia perkuliahan dengan izin kedua
40
41
orangtua. Saat kelas dua aliyah N1 merasa gelisah dan tidak nyaman dengan
kehidupannya
sehingga
N1
mulai
membaca-baca
untuk
memperdalam ilmu agama. Buku pertama yang dibaca subjek adalah buku tentang khadijah dan sejak membaca buku tersebut N1 mulai banyak pertanyaan dan N1 mulai berdiskusi dengan orang yang menurutnya faham. N1 tidak langsung mendapat izin langsung dari orangtua, namun N1 menjelaskan dengan rinci betapa indahnya cadar jika di gunakan olehnya dan N1 menjelaskan bahwa N1 dapat lebih terjaga dengan menggunakan cadar. seketika, ibu N1 membolehkan N1 untuk menggunakan cadar. begitu juga dengan ayahnya, ayah sangat mendukung keputusan putrinya jika itu adalah hal yang baik, namun ayah tidak memperbolehkan N1 untuk menggunakan cadar di daerah rumah, karena masyarakat di lingkungannya masih memiliki pemahaman yang sedikit tentang pakaian syar‟i. Terdapat perbedaan-perbedaan yang di rasakan N1 ketika menggunakan cadar, N1 merupakan pribadi yang sangat pemalu dengan menggunakan cadar membantu N1 menjadi tidak pemalu lagi. Awal menggunakan cadar N1 selalu di tantang untuk berdebat dengan kakaknya karena hanya N1 saja yang menggunakan cadar di keluarganya, namun setelah N1 menunjukan sikap positifnya saat ini keluarga dan saudara N1 mulai terbuka dengan N1. N1 merupakan aktivis dalam organisasi dalam
42
bidang olahraga ketika SMA, namun setelah menggunakan cadar N1 meninggalkan ukm di bidang olahraga dan lebih fokus pada kuliahnya. Awal menggunakan cadar N1 mendapat caci makian dan di jauhi oleh teman kampus, namun hal itu tidak membuat N1 mundur dari keputusan yang sudah ia buat. N1 memprioriaskan penilaian Allah sehingga ketika orang lain tidak suka N1 tidak perduli. Dan N1 percaya bahwa dengan terus baik mereka akan kembali lagi seperti sediakala. Dan hal itu terbukti saat ini, N1 mulai berkomunikasi lagi dengan teman-teman kampusnya. N1 nyaman dengan cadarnya sehingga N1 ingin membuat orang lain nyaman dengan cadarnya, sebelum menggunakan cadar N1 berteman tidak terlalu perhatian, namun setelah N1 memakai cadar dan belajar tentang ukhuwah N1 menjadi lebih perduli dengan teman-temannya. Saat itu juga N1 tidak terlalu suka dengan ibu, karena tidak merasa di perdulikan, namun setelah N1 mempelajari bagaimana pentingnya ridha orangtua, sekarang N1 sayang dengan ibunya. Keinginan subjek adalah mengubah mindset orang lain terhadap cadar, bahwa perempuan yang menggunakan cadar tidak selalu tertutup dan bukan organisasi fanatik maupun seorang teroris. N1 merasa dirinya daalah orang yang paling buruk di dunia ini, sehingga N1 menggunakan cadar untuk mendekatkan diri kepada Allah dan berusaha memperbaiki dirinya menjadi lebih baik.
43
Inisial
UR
Tanggal Lahir
7 Februari 1998
Profesi
Mahasiswi
Wawancara I pada tanggal 29 Februari 2016 Wawancara II pada tanggal 17 Maret 2016 Wawancara III pada tanggal 03 Juli 2016
UR lahir di lampung dan besar dalam keluarga yang sederhana dan tidak menyetujui segala hal tentang cadar karena menurut mereka cadar adalah cirri khas teroris. UR anak ke 2 dari 3 bersaudara. Awal memakai cadar, UR berusia 19 tahun. UR memutuskan menggunakan cadar setelah bertemu dengan seorang ikhwan yang memberi dakwah tentang cadar, saat itu ada rasa terbesit untuk menggunakan cadar namun UR memiliki rasa ragu dan bimbang namun setelah mengetahui keutamaa-keutamaan menggunakan cadar, UR menjadi mantab untuk menggunakan cadar. alasan UR menggunakan cadar agar terhindar dari fitnah menjaga lekuk tubuh dan membuat diri semakin dekat dengan Allah. UR memutuskan menggunakan cadar tanpa izin dari kedua orangtua karena UR berasal dari keluarga yang menentang cadar. setelah orangtua mengetahui bahwa UR menggunakan cadar, UR membiayai sekolah sendiri dengan bekerja karena orangtua melepas tanggung jawab dan tidak setuju UR menggunakan cadar.
44
Ketika pertama kali menggunakan cadar, orangtua mulai memberi ancaman, tekanan, memerintahkan untuk melepas cadar orangtua mulai menjauhi dan membuat keputusan untuk mengusir UR dari rumah. Namun UR tidak memperdulikan ancaman orangtua. UR menghadapi rintangan tersebut dengan terus berbakti kepada orangtua. UR tetap tinggal dengan kedua orantuanyameskipun UR dianggap seperti orang lain dan di anggap sebagai cirri khas teroris. Dengan kejadian tersebut UR belajar sabar yang menjadikan UR semakin menjadi pribadi yang dewasa dan kuat. Meskipun orangtua tidak mendukung keputusan UR, UR memiliki sahabat-sahabat dan orang yang mendukung keputusan yang UR ambil. UR adalah pribadi yang plin plan dalam mengambil keputusan namun UR mampu menyelesaikan masalah-masalah kehidupannya. UR memandang dirinya adalah pribadi yang tegar, mudah bergaul, optimis dan tidak mudah putus asa. Teman-teman subjek pun berpendapat seperti itu. Diri kita adalah apa yang kita fikirkan, sehingga UR selalu berfikir positif terhadap dirinya. Ketika ada waktu luang UR menggunakannya untuk mengajar TPA, membuat cadar dan menjualnya. UR hanya berusaha dan hasil adalah buah dari usaha tersebut.
45
B.
Temuan Lapangan Penulisan sumber data hasil penelitian akan di tandai dengan kodekode tertentu sesuai dengan jenis dan sumber data, contoh: (W1.N1.7.a) yang artinya W1 adalah wawancara pertama yang dilakukan pada subjek pertama N1 pada baris ke 7 fakta dalam verbatim. 1) Cadar Perempuan muslim yang menggunakan cadar, memiliki beberapa tahapan sehingga dapat mengambil sebuah keputusan untuk menggunakan cadar, berikut akan di jelaskan cadar dalam pandangan mahasiswi yang menggunakan cadar. a. Kesan Subjek pertama kali tertarik dengan cadar ketika melihat fenomena seorang wanita bercadar di pasar (W.N1.41.b). ketika subjek berada di pasar, subjek melihat perempuan yang menggunakan cadar, hanya melihat satu orang, perempuan bercadar yang sedang berjalan di tempat sempit dan orang-orang yang sedang berdesakan seketika memberi jalan untuk perempuan bercadar tersebut, selang beberapa waktu subjek melihat kejadian sama dengan orang berbeda, seorang perempuan dengan pakaian yang tidak tertutup sedang berjalan berdesakkan di jalan yang sempit, namun tidak ada yang memberi jalan untuk perempuan tersebut. Sejak saat itu subjek mendefinisikan bahwa dengan berpakaian syar‟i orang lain akan menghormati perempuan (W.N1.41.c).
46
Subjek tertarik dengan cadar ketika subjek berusia 16 tahun (W.N1.42.a). ditambah dengan maraknya film ayat-ayat cinta, dengan pemeran utama aisyah yang menggunakan cadar (W.N1.42.b). Subjek sering melihat orang-orang yang menggunakan pakaian panjang, sehingga subjek menjadi suka dengan model berpakaian tersebut (W.N1.42.c). Berbeda dengan subjek kedua, subjek kedua berfikir bahwa cadar adalah ciri khas teroris dan subjek sangat benci tentang cadar shinnga subjek mulai menyuruh teman-temannya untuk menjauhi orang yang memakai cadar (W1.S2.16.b). Namun setelah bertemu dengan seorang ikhwan, dan di dakwahi tentang cadar, terbesit ada rasa untuk memakai cadar (W1.S2.16.c). subjek tidak langsung menggunakan cadar saat bertemu dengan ikhwan tersebut, setelah subjek taaruf dengan ikhwan tersebut, subjek diberi pemahaman-pemahaman tentang cadar, sehingga subjek mulai mencari informasi-informasi tentang cadar kepada temannya yang menggunakan cadar. Subjek ketiga sudah tidak asing dengan cadar, karena ibu subjek menggunakan cadar, sehingga subjek sudah mengenal cadar sejak kecil (W1.S3.8). sejak dulu subjek bertanya tentang cadar, ibu subjek selalu berkata bahwa dengan cadar, akan menjaga diri kita (W1.S3.26.d).
b. Persepsi terhadap cadar Cadar adalah cara Allah menjaga wanita dari fitnah (W1.S4.48). sehingga dengan menggunakan pakaian syar‟i
orang lain akan
47
menghormati perempuan (W.N1.41.c). subjek memberikan pandanganpandnagan yang bersifat positif maupun negative terhadap cadar. Pandangan-pandangan positif yang diberikan subjek terhadap cadar bahawa bagi subjek cadar itu memuliakan wanita dengannya wanita lebih terjaga (W1.S3.26.c). Wanita yang bercadar memiliki pandangan positif dan jauh dari hal negatif (W1.S4.28). Menurut subjek cadar adalah cadar Allah menjaga diri subjek dari fitnah (W1.S2.24). Cadar adalah pengaplikasian dalam mengamalkan sunnah nabi dan kewajiban menutup aurat (W1.S4.24). Cadar bukan budaya, cadar adalah sunnah rasulullah atau sebuah anjuran. Jika dilaksanakan mendapat pahala jika tidak dilaksanakan tidak berdosa. Jika cadar adalah budaya, maka jika dilaksanakan tidak mendapat pahala (W1.S3.26.b). Cadar memberi pengaruh terhadap keseharian subjek, dengan menggunakan cadar subjek merasa nyaman (W1.S2.40.a). dengan bercadar membantu subjek menjadi tidak malu (W1.S3.30.b). beberapa subjek penelitian ini adalah pribadi yang pemalu, dan setelah menggunakan cadar subjek merasa lebih percaya diri. Subjek nyaman ketika menggunakan cadar, karena subjek malu jika papas an dengan laki-laki (W1.N1.85). subjek berusaha tetap membuat
teman-teman
nyaman
meskipun
subjek
bercadar
(W1.N1.78.d).subjek nyaman dengan cadarnya, sehingga subjek ingin membuat orang lain tetap nyaman dengan cadarnya (W1.N1.83.d).
48
c. Perasaan terhadap cadar Setiap individu memiliki perasaan terhadap sesuatu yang ia lihat. Begitu juga dengan cadar, setelah melihat fenomena bercadar, subjek mulai tertarik dan timbul keinginan bercadar saat itu (W.N1.41.d). Subjek tertarik dengan cadar ketika subjek berusia 16 tahun (W.N1.42.a). awal memakai cadar subjek merasa senang karena hal itu keinginan dari kelas 3 mts dan tercapai pd saat kuliah semester 3 (W2.N1.95.a).Subjek menggunakan cadar karena suka, bukan karena hukum memakai cadar (W.N1.41.a). Setelah mengetahui info tentang cadar, subjek memiliki niat untuk menggunakan cadar (W1.S4.30). Setelah bertemu dengan seorang ikhwan, dan di dakwahi tentang cadar, terbesit ada rasa untuk memakai cadar (W1.S2.16.c). Subjek memiliki rasa ragu dan bimbang, namun setelah mengetahui keutamaan-keutamaan menggunakan cadar, subjek menjadi mantab untuk menggunakan cadar. (W1.S2.20.a) Ada rasa ketenangan dalam diri subjek ketika menggunakan cadar (W1.S4.40).
d. Motiv/Alasan Individu yang mengambil sebuah keputusan memiliki latar belakang alasan yang menunjang subjek untuk memutuskan mengambil sebuah keputusan, berikut akan dipaparkan beberapa alasan-alasan subjek memutuskan untuk menggunakan cadar:
49
1) Saat kelas 2 aliyah subjek merasa gelisah dan tidak nyaman denggan kehidupannya sehingga subejk mulai mencari informasi tentang cadar (W.N1.64.a). Dari membaca buku tersebut, subjek mulai banyak pertanyaan dan subjek mulai bertanya dengan orang yang menurut subjek faham (W.N1.64.g). 2) Alasan awal subjek menggunakan cadar karena suaminya (W1.S3.10). 3) Alasan subjek menggunakan cadar agar terhindar dari fitnah, menjaga lekuk tubuh, dan membuat diri semakin dekat dengan Allah (W1.S2.20.b). 4) Alasan subjek menggunakan cadar agar terhindar dari fitnah, menjaga lekuk tubuh, dan membuat diri semakin dekat dengan Allah. (W1.S2.20.b) 5) Berawal dari azzam niat yang kuat subjek memutuskan untuk menggunakan cadar (W1.S4.44). Memiliki azzam yang kuat adalah motivasi subjek untuk istiqomah menggunakan cadar (W1.S4.50). Dari alasan-alasan diatas subjek mengambil keputusan untuk menggunakan cadar, dan mempertahankan cadar sampai saat ini.
e. Dukungan sosial Ketika mengambil sebuah keputusan, terdapat pihak-pihak yang mendukung subjek untuk menguatkan subjek dalam mengambil sebuah keputusan dan mempertahankannya. Subjek mendapat dukungan dari sahabat-sahabatnya (W2.S2.85.b). Orangtua mendukung keputusan subjek
50
untuk menggunakan cadar (W1.S4.34). Keluarga subjek sudah mengenal cadar, sehingga orangtua dan keluarga sangat mendukung subjek. (W1.S3.16) Awalnya keluarga sangat tidak mendukung keputusan subjek untuk menggunakan cadar, namun subjek berusaha meyakinkan orangtua sehingga orangtua memberikan izin subjek untuk menggunakan cadar (W1.N1.48.b). subjek sangat bersyukur memiliki sahabat yang sangat mendukung bahkan mereka sampai harus adu mulut dengan banyak orang ketika banyak yang merendahkan dan memperdebatkan cadar ini (W2.S2.85.b).
2) Proses Pembentukan Identitas Pembentukan identitas merupakan kesadaran individu dalam memberikan arti terhadap dirinya dengan tepat, pembentukan identitas dapat di gambarkan melalui status identitas yang melibatkan pengalaman, keyakinan, serta adanya komitmen. Berikut akan dibahas temuan lapangan tentang proses pembentukan identitas dalam komponen self. a. Konsep self Konsep self berisikan pemahaman-pemahaman individu tentang dirinya. subjek tidak memandang dirinya lebih alim karena menggunakan cadar (W.N1.7.b).subjek orang yang pendiam (W.N1.37.a). subjek merasa nyaman ketika sendiri (W.N1.19.b). ketika marah subjek lebih banyak diam dan melakukan hal lain (W.N1.37.b). subjek hanya menceritakan
51
masalah kampus dengan orangtua, tidak masalah pribadi (W.N1.15). subjek tidak percaya dengan orang lain (W.N1.9.b).Sampai saat ini subjek belum bisa percaya dengan orang lain (W.N1.76). Subjek mudah bergaul, tidak memilih-milih teman dan berteman dengan siapapun (W.N1.9.a). setelah menggunakan cadar, subjek masih berteman dengan siapapun tidak harus dengan yang memakai cadar saja (W.N1.21.a). setelah memakai cadar subjek lebih memilih teman laki-laki Lebih menekankan dalam hal ini (W.N1.34.a). Semenjak subjek memakai cadar, membuat subjek membatasi banget antara subjek sama laki-laki yang dulunya suka sms an, suka canda, sekarang terhalang, dengan pakaian cadar, menyadari subjek untuk menjaga diri (W2.N1.97.h).Subjek masih menjaga silahturahmi dengan teman-temannya di SMA (W.N1.70.b). Diri kita adalah apa yang kita fikirkan, sehingga subjek selalu berfikir positif terhadap dirinya (W2.S2.103). Subjek memandang dirinya adalah pribadi yang tegar, mudah bergaul, optimis dan tidak mudah putus asa (W2.S2.71.a). Subjek adalah pribadi yang plin plan dalam mengambil keputusan, dan pemalu (W2.S2.67). Teman subjek beranggapan sama, bahwa subjek pribadi yang optimius, tidak mudah putus asa, tegar, dan mudah bergaul (W2.S2.71.b). Subjek pribadi yang cuek dalam beberapa kondisi dan pemalu (W1.S3.30.a). Subjek adalah pribadi yang cuek. (W1.S3.28).
52
b. Self esteem Self esteem berisikan evaluasi-evaluasi individu terhadap dirinya, bersifat positif maupun negatif. Setelah menggunakan cadar subjek sangat senang namun ada juga perasaan sedih, karena karena teman-teman subjek menjauh, yang awalnya dekat tiba-tiba menjauh karena subjek menggunakan cadar (W2.N1.95.b). Namun subjek percaya bahwa dengan terus berbuat baik kepada teman, mereka akan kembali lagi seperti sedia kala (W1.N1.83.f). Seketika subjek menggunakan cadar, subjek memandang berbeda terhadap dirinya (W2.N1.101.a). menurut subjek, cadar bukanlah penghalang untuk menjalin komunikasi (W2.N1.103). Subjek merasa tidak lebih baik dari orang lain, subjek memandang bahwa subjek orang yang paling buruk di dunia ini, sehingga subjek berusaha untuk menjaga diri dari segi apapun yang buruk yang tidak disukai Allah (W2.N1.97.n). Prinsip subjek adalah berteman dengan siapapun. Orang lain boleh curhat dg subjek, namun subjek belum bisa menceritakan masalah pribadi ke orang lain (W.N1.29.b). Sejak memakai cadar, subjek tidak meneruskan ukm di bidang olah raga (W.N1.64.a). Awal memakai cadar subjek selalu ngotot dengan pendapatnya.
Namun sekarang subjek paham bahwa
dakwah tidak seperti itu dan subjek lebih sering menggunakan logika (W.N1.54.a). Subjek anak yang pendiam, namun setelah masuk sma subjek mulai tomboy dan tidak pendiam (W.N1.62.a). Subjek mengalami dari subjek yang pendiam, tomboy, dan brcadar (W.N1.64.b).
53
Sebelum bercadar ketika subjek berteman tidak terlalu perhatian dengan teman (W.N1.89.a). setelah subjek memakai cadar dan belajar tentang ukhuah, subjek jadi lebih perduli dengan teman-teman (W.N1.89.b). Subjek tidak terlalu suka dengan mama, karena merasa tidak dipedulikan
(W.N1.89.c).
Setelah
subjek
mempelajari
bagaimana
pentingnya ridha orangtua, skrg subjek sayang dngan ibunya (W.N1.89.d). Subjek mengambil keputusan sendiri (W1.S4.52). Subjek belajar sabar yang menjadikan subjek semakin menjadi pribadi yang dewasa dan kuat (W1.S2.40.b).
c. Self efficacy Self efficacy merujuk pada keyakinan individu bahwa ia mampu mengerjakan tugas, mencapai sebuah tujuan atau mengatasi sebuah hambatan. Respon awal dari teman subjek saat memakai cadar, mereka semua risih dan takut dengan subjek (W.N1.78.b). Subjek brusaha tetap membuat teman-temannya nyaman mskipun subjek memakai cadar (W.N1.78.d). Salah satu prinsip subjek adalah bagaimana subjek mengubah mindset mereka yang menganggap cadar itu ekstrim dan menutup diri tidak semua orang bercadar seperti itu (W.N1.82.a). subjek merasa tidak masalah dijauhi oleh teman karena subjek sudah berkomitmen, dan semua diniatkan karena Allah (W2.N1.95.c). subjek mempertahankan cadar
54
karena sebagai bukti bahwa subjek ingin benar-benar mencintai Allah (W2.N1.97.f). Subjek tidak perduli apa yang orang katakan, selama apa yang subjek lakukan tidak bertentangan dengan Al-Qur‟an dan assunnah (W2.N1.97.j). Subjek tidak hawatir ketika di maki oleh orang lain, karena subjek niat bercadar karena Allah, bukan karena ingin di puji orang (W2.N1.97.l). Subjek yakin dengan apa yang ia lakukan, dan tidak melanggar aturan Allah (W2.N1.97.m). Saat subjek memutuskan untuk menggunakan cadar, subjek membiayai sekolah sendiri dengan bekerja karena orangtua subjek lepas tanggung jawab dan tidak setuju subjek menggunakan cadar (W1.S2.22.b). Saat subjek pertama menggunakan cadar, subjek hanya memakai saat bepergian jauh dan banyak yang memperdebatkan, namun subjek tidak mau goyah, karena ujian tersebut tidak seberapa dibandingkan ujian pengikut-pengikut rasulullah dulu (W1.S2.26). Rintangan saat menggunakan cadar adalah orangtua yang tidak mendukung subjek untuk menggunakan cadar (W2.S2.75). Ketika pertama menggunakan cadar, orangtua subjek mulai memberi ancaman, tekanan, memerintahkan untuk melepas cadar, orangtua mulai menjauhi dan membuat keputusan untuk mengusir subjek dari rumah (W1.S2.28). Subjek tetap tinggal dengan orangtua namun subjek dianggap seperti oranglain dan dianggap sebagai ciri khas teroris (W1.S2.34). subjek menghadapi rintangan tersebut dengan terus berbakti kepada orangtua
55
(W2.S2.77). Subjek mulai bekerja setelah menggunakan cadar dan membiayai sekolah sendiri (W2.S2.97). Subjek memiliki beberapa pekerjaan, mulai jualan, menjahit, dan mengajar (W1.S2.45.b). Subjek membuat cadar sendiri dan menjualnya (W2.S2.91). ketika subjek mendapat masalah subjek memunculkan kata-kata positif (W.N1.17.a). subjek jarang shring dan lebih sering memunculkan kata-kata positif untuk memotivasi dirinya (W.N1.9.e). ketika ada masalah subjek mengungkapkan lewat novel (W.N1.9.d).
56
C.
Analisis 1) Cadar Cadar adalah kain yang menutup sebagian wajah wanita dan hanya memperlihatkan kedua mata. Cadar merupakan versi lanjutan dari jilbab yang kegunaanya sama dengan jilbab untuk menutup aurat, hanya saja cadar menutupi seluruh anggota badan kecuali mata. Seseorang yang memutuskan untuk menggunakan cadar memiliki beberapa tahapan sehingga dapat mengambil sebuah keputusan untuk menggunakan cadar, berikut akan di jelaskan cadar dalam pandangan mahasiswi yang menggunakan cadar.
a. Kesan Subjek tertarik dengan cadar ketika melihat fenomena seorang wanita bercadar di pasar. Saat subjek berada di pasar, subjek melihat perempuan yang menggunakan cadar, hanya melihat satu orang, perempuan bercadar yang sedang berjalan di tempat sempit dan orangorang yang sedang berdesakan, seketika orang-orang memberi jalan untuk perempuan bercadar tersebut, selang beberapa waktu subjek melihat seorang perempuan dengan pakaian yang tidak tertutup sedang berjalan berdesakkan di jalan yang sempit, namun tidak ada yang memberi jalan untuk perempuan tersebut. saat itu subjek mendefinisikan bahwa dengan berpakaian syar‟i orang lain akan menghormati perempuan.
57
Subjek mulai tertarik dengan cadar ketika subjek berusia 16 tahun. ditambah dengan maraknya film ayat-ayat cinta saat itu, dengan pemeran utama aisyah yang menggunakan cadar dan memiliki kepribadian yang lembut dan baik hati. Kemudian subjek sering melihat orang-orang yang menggunakan pakaian panjang, sehingga subjek menjadi suka dengan model pakaian kurung (tertutup). Kesan-kesan
awal
yang
positif
dan
bermakna
sangat
mempengaruhi pemikiran subjek tentang cadar, namun berbeda dengan subjek kedua, subjek kedua berfikir bahwa cadar adalah ciri khas teroris dan subjek sangat benci tentang cadar sehinnga subjek mulai menyuruh teman-temannya untuk menjauhi orang yang memakai cadar. Namun setelah bertemu dengan seorang ikhwan, dan di beri pengetahuan tentang cadar, terbesit ada rasa untuk memakai cadar. Namun subjek tidak langsung menggunakan cadar saat itu, setelah subjek taaruf dengan ikhwan tersebut, subjek diberi pemahaman-pemahaman tentang cadar, sehingga subjek mulai mencari informasi-informasi tentang cadar kepada temannya yang menggunakan cadar. Subjek ketiga sudah tidak asing dengan cadar, karena ibu subjek sudah menggunakan cadar sejak sebelum menikah, sehingga subjek sudah mengetahui cadar sejak kecil. sejak dulu subjek bertanya tentang cadar, ibu subjek selalu berkata bahwa dengan cadar, akan menjaga diri kita. Berdasarkan ketiga pemikiran subjek terkait kesan cadar terdapat pengalaman-pengalaman yang positif dan pembelajaran tentang cadar
58
sehingga menghasilkan pemahaman positif tentang cadar. Pengalaman bermakna
Modeling
Pemahaman awal
Informasi
Kesan cadar
Pemahaman positif tentang cadar
Proses pembelajaran
Modeling
Proses Pembelajaran Skema 2. Kesan cadar pada mahasiswi bercadar di kota malang
59
b. Persepsi terhadap cadar Cadar adalah cara Allah menjaga wanita dari fitnah. sehingga dengan menggunakan pakaian syar‟i orang lain akan menghormati perempuan. subjek memberikan pandangan-pandangan yang bersifat positif maupun negatif terhadap cadar. Pandangan-pandangan positif yang diberikan subjek terhadap cadar bahawa bagi subjek cadar itu memuliakan wanita dengannya wanita lebih terjaga. Wanita yang bercadar memiliki pandangan positif dan jauh dari hal negatif. Menurut subjek cadar adalah cadar Allah menjaga diri subjek dari fitnah. Cadar adalah pengaplikasian dalam mengamalkan sunnah nabi dan kewajiban menutup aurat.
Cadar bukan budaya, cadar adalah sunnah
rasulullah atau sebuah anjuran. Jika dilaksanakan mendapat pahala jika tidak dilaksanakan tidak berdosa. Jika cadar adalah budaya, maka jika dilaksanakan tidak mendapat pahala. Cadar memberi pengaruh terhadap keseharian subjek, dengan menggunakan cadar subjek merasa nyaman. dengan bercadar membantu subjek menjadi tidak malu. Subjek nyaman ketika menggunakan cadar, karena subjek malu jika papas an dengan laki-laki.. Beberapa subjek penelitian ini adalah pribadi yang pemalu, dan setelah menggunakan cadar subjek merasa lebih percaya diri. Subjek berusaha tetap membuat teman-teman nyaman meskipun subjek bercadar. Subjek nyaman dengan cadarnya, sehingga subjek ingin membuat orang lain tetap nyaman dengan cadarnya.
60
Berdasarkan paparan diatas dijelaskan bahwa cadar memiliki banyak manfaat, karenanya perempuan lebih terjaga dari hal negatif dan subjek merasakan ketenangan saat menggunakan cadar.
61
CADAR
PENGAPLIKASIAN DALAM MENGAMALKAN SUNNAH RASUL
CARA ALLAH MENJAGA PEREMPUAN DARI FITNAH
KEWAJIBAN MENUTUP AURAT
MEMULIAKAN WANITA
SUNNAH RASUL
WANITA LEBIH TERJAGA DARI HAL NEGATIF
RASA NYAMAN
Skema 3. Persepsi cadar pada mahasiswi bercadar di kota malang
62
c. Perasaan terhadap cadar Setiap individu memiliki perasaan terhadap sesuatu yang ia lihat. Begitu juga dengan cadar, setelah melihat fenomena bercadar, subjek mulai tertarik dan timbul keinginan bercadar saat itu. Subjek tertarik dengan cadar sejak subjek berusia 16 tahun. awal memakai cadar subjek merasa senang karena hal itu keinginan dari kelas 3 mts dan tercapai pd saat kuliah semester 3. Subjek menggunakan cadar karena suka, bukan karena hukum memakai cadar. Setelah mengetahui info tentang cadar, subjek memiliki niat untuk menggunakan cadar. Setelah bertemu dengan seorang ikhwan, dan di dakwahi tentang cadar, terbesit ada rasa untuk memakai cadar. Subjek memiliki rasa ragu dan bimbang, namun setelah mengetahui keutamaan-keutamaan menggunakan cadar, subjek menjadi mantab untuk menggunakan cadar. Ada rasa ketenangan dalam diri subjek ketika menggunakan cadar.
63
FENOMENA CADAR
KETERTARIKAN TERHADAP CADAR
INFO CADAR
NIAT UNTUK MENGGUNAKAN CADAR
RASA KETENA NGAN
HASIL BELAJAR
NIAT/AZZAM YANG KUAT
Skema 4. Perasaan terhadap cadar pada mahasiswi bercadar di kota malang
64
d. Motiv / alasan perempuan muslim menggunakan cadar Individu yang mengambil sebuah keputusan memiliki latar belakang alasan yang menunjang subjek untuk memutuskan mengambil sebuah keputusan, berikut akan dipaparkan beberapa alasan-alasan subjek memutuskan untuk menggunakan cadar: 1)
Saat kelas 2 aliyah subjek merasa gelisah dan tidak nyaman denggan kehidupannya sehingga subejk mulai mencari informasi tentang cadar. Dari membaca buku tersebut, subjek mulai banyak pertanyaan dan subjek mulai bertanya dengan orang yang menurut subjek faham.
2)
Alasan awal subjek menggunakan cadar karena suaminya.
3)
Alasan subjek menggunakan cadar agar terhindar dari fitnah, menjaga lekuk tubuh, dan membuat diri semakin dekat dengan Allah.
4)
Berawal dari azzam niat yang kuat subjek memutuskan untuk menggunakan cadar. Memiliki azzam yang kuat adalah motivasi subjek untuk istiqomah menggunakan cadar. Dari alasan-alasan diatas subjek mengambil keputusan untuk
menggunakan cadar, dan mempertahankan cadar sampai saat ini.
65
GELISAH DALAM DIRI
KEINGINAN SUAMI
AGAR TERHINDAR DARI FITNAH & SEMAKIN DEKAT DENGAN ALLAH
BERCADAR
PROSES PEMBELAJARAN INDIVIDU
Skema 5. Motiv / alasan pada mahasiswi bercadar di kota malang
66
e. Dukungan sosial Ketika mengambil sebuah keputusan, terdapat pihak-pihak yang mendukung subjek untuk menguatkan subjek dalam mengambil sebuah keputusan dan mempertahankannya. Subjek mendapat dukungan dari sahabat-sahabatnya. Orangtua mendukung keputusan subjek untuk menggunakan cadar. Keluarga subjek sudah mengenal cadar, sehingga orangtua dan keluarga sangat mendukung subjek. Awalnya keluarga sangat tidak mendukung keputusan subjek untuk menggunakan cadar, namun subjek berusaha meyakinkan orangtua sehingga orangtua memberikan izin subjek untuk menggunakan cadar. subjek sangat bersyukur memiliki sahabat yang sangat mendukung bahkan mereka sampai harus adu mulut dengan banyak orang ketika banyak yang merendahkan dan memperdebatkan cadar ini. Berdasarkan paparan diatas, bahwasannya setiap subjek memiliki dukungan-dukungan yang diberikan oleh keluarga, orangtua, dan sahabat. Dapat ditarik kesimpulan pada makna cadar bagi perempuan muslim bahwasannya proses pemaknaan terjadi dalam proses pengambilan keputusan dan proses pembelajaran. Jika pemaknaan cadar digali berdasarkan tiap subjek, maka akan diperoleh hasil sebagai berikut: 1) Subjek pertama, memiliki motiv menggunakan cadar karena rasa suka, subjek memandang bahwa dirinya adalah manusia paling buruk di dunia ini, sehingga subjek berusaha untuk memperbaiki dirinya dengan
67
menggunakan cadar, denganmenggunakan cadar juga subjek mendapat ketenangan psikologis dan kenyamanan. 2) Subjek kedua memiliki pemahaman awal yang negatif terhadap cadar, sampai subjek bertemu dengan seorang ikhwan yang memberi dakwah tentang cadar, kemudian ada rasa ingin menggunakan cadar, sehingga subjek mulai mencari informasi cadar kepada temannya. Selama mendalami pengetahuan tentang cadar subjek mendapatkan bahwa dengan cadar perempuan dijauhi dari fitnah dan semakin dekat dengan Allah. 3) Subjek ketiga, bahwasannya cadar adalah anjuran atau sunnah rasul, yang jika dikerjakan mendapat pahala dan jika tidak tidak mendapat dosa. Subjek menggunakan cadar karena keinginan suami, namun bagi subjek dengan mengguanakn cadar, dapat menjaga diri subjek.
68
S1
cadar sebagai bentuk untuk memperbaiki diri I Kenyamanan dan ketenangan psikologis
MAKNA
Menjaga diri
Proses belajar
T Mendekatkan diri kepada Allah Menjaga diri
S3
E N
S2
CADAR
D
Sunnah Rasulullah
I T A S
Menjaga diri
Skema 6. Makna cadar pada mahasiswi bercadar di kota malang
69
2) Proses Pembentukan Identitas Pembentukan identitas merupakan kesadaran individu dalam memberikan arti terhadap dirinya dengan tepat, pembentukan identitas dapat di gambarkan melalui status identitas yang melibatkan pengalaman, keyakinan, serta adanya komitmen. Berikut akan dibahas temuan lapangan tentang proses pembentukan identitas dalam komponen self. a. Konsep self Konsep self berisikan pemahaman-pemahaman individu tentang dirinya. subjek tidak memandang dirinya lebih alim karena menggunakan cadar. subjek orang yang pendiam. subjek merasa nyaman ketika sendiri. ketika marah subjek lebih banyak diam dan melakukan hal lain. subjek hanya menceritakan masalah kampus dengan orangtua, tidak masalah pribadi. subjek tidak percaya dengan orang lain. Sampai saat ini subjek belum bisa percaya dengan kan, sehingga subjek selalu berfikir positif terhadap dirinya. Subjek memandang dirinya adalah pribadi yang tegar, mudah bergaul, optimis dan tidak mudah putus asa. Subjek adalah pribadi yang plin plan dalam mengambil keputusan, dan pemalu. Teman subjek beranggapan sama, bahwa subjek pribadi yang optimius, tidak mudah putus asa, tegar, dan mudah bergaul. Subjek pribadi yang cuek dalam beberapa kondisi dan pemalu. Subjek adalah pribadi yang cuek.
70
Pemalu Tidak percaya orang lain Pendiam Pemalu Tidak lebih alim karena menggunkan cadaarpercaya orang Tidak lain Pendiam
Konsep dasar adalah kumpulan keyakinan dan
Tidak lebih alim karena menggunkan cadaar Tertutup
persepsi diri mengenai diri sendiri yang terorganisasi. Self memberikan sebuah kerangka berpikir yang
Mudah bergaul
menentukan bagaimana kita mengolah informasi tentang
Tegar
diri kita sendiri, termasuk motivasi, keadaan
Mudah bergaul optimis
emosional, evaluasi diri, kemampuan, dan banyak hal lainnya. Klein, Loftus, & Burton; Hook & Higgins
Tidak mudah putus asa Plin plan dalam mengambil keputusan
(dalam Baron R.A & Byrne. D, 2003).
premalu
Cuek Pemalu
Skema 7. Konsep self pada mahasiswi bercadar di kota malang
Kons ep self
71
b. Self esteem Self esteem berisikan evaluasi-evaluasi individu terhadap dirinya, bersifat positif maupun negatif. Setelah menggunakan cadar subjek sangat senang namun ada juga perasaan sedih, karena karena teman-teman subjek menjauh, yang awalnya dekat tiba-tiba menjauh karena subjek menggunakan cadar. Namun subjek percaya bahwa dengan terus berbuat baik kepada teman, mereka akan kembali lagi seperti sedia kala. Seketika subjek menggunakan cadar, subjek memandang berbeda terhadap dirinya. menurut subjek, cadar bukanlah penghalang untuk menjalin komunikasi. Subjek merasa tidak lebih baik dari orang lain, subjek memandang bahwa subjek orang yang paling buruk di dunia ini, sehingga subjek berusaha untuk menjaga diri dari segi apapun yang buruk yang tidak disukai Allah. Prinsip subjek adalah berteman dengan siapapun. Orang lain boleh curhat dg subjek, namun subjek belum bisa menceritakan masalah pribadi ke orang lain. Sejak memakai cadar, subjek tidak meneruskan ukm di bidang olah raga. Awal memakai cadar subjek selalu ngotot dengan pendapatnya. Namun sekarang subjek paham bahwa dakwah tidak seperti itu dan subjek lebih sering menggunakan logika. Subjek anak yang pendiam, namun setelah masuk sma subjek mulai tomboy dan tidak pendiam. Subjek mengalami dari subjek yang pendiam, tomboy, dan brcadar.
72
Sebelum bercadar ketika subjek berteman tidak terlalu perhatian dengan teman. setelah subjek memakai cadar dan belajar tentang ukhuah, subjek jadi lebih perduli dengan teman-teman. Subjek tidak terlalu suka dengan mama, karena merasa tidak dipedulikan. Setelah subjek mempelajari bagaimana pentingnya ridha orangtua, skrg subjek sayang dngan ibunya. Subjek mengambil keputusan sendiri. Subjek belajar sabar yang menjadikan subjek semakin menjadi pribadi yang dewasa dan kuat.
73
B E
Senang
Keinginan sejak SMP tercapai
Sedih
Dijauhi teman
Berbuat baik dengan teman
Teman kembali
Tidak perhatian dengan teman
Proses belajar
Perduli dengan teman
R C A
Tidak terlalu suka dengan ibu
R
Proses belajar Semakin sayang dengan
D A
Self esteem
Merubah pandangan terhadap diri subjek Pandangan negatif terhadap diri Ngotot dengan pendapat pribadi
Proses
Evaluasi diri yang dibuat oleh individu, sikap seseorang terhadap dirinya sendiri dalam rentang dimensi positif-negatif
Perilaku Proses belajar
Dapat meneri ma pendap at
Dengan bercadar membuat subjek semakin dewasa dan kuat me============= Skema8. self esteem pada mahasiswi bercadar di kota malang ============
74
c. elf efficacy Self efficacy merujuk pada keyakinan individu bahwa ia mampu mengerjakan tugas, mencapai sebuah tujuan atau mengatasi sebuah hambatan. Respon awal dari teman subjek saat memakai cadar, mereka semua risih dan takut dengan subjek. Subjek brusaha tetap membuat teman-temannya nyaman mskipun subjek memakai cadar. Salah satu prinsip subjek adalah bagaimana subjek mengubah mindset mereka yang menganggap cadar itu ekstrim dan menutup diri tidak semua orang bercadar seperti itu. subjek merasa tidak masalah dijauhi oleh teman karena subjek sudah berkomitmen, dan semua diniatkan karena Allah. subjek mempertahankan cadar karena sebagai bukti bahwa subjek ingin benar-benar mencintai Allah. Subjek tidak perduli apa yang orang katakan, selama apa yang subjek lakukan tidak bertentangan dengan Al-Qur‟an dan assunnah. Subjek tidak hawatir ketika di maki oleh orang lain, karena subjek niat bercadar karena Allah, bukan karena ingin di puji orang. Subjek yakin dengan apa yang ia lakukan, dan tidak melanggar aturan Allah. Saat subjek memutuskan untuk menggunakan cadar, subjek membiayai sekolah sendiri dengan bekerja karena orangtua subjek lepas tanggung jawab dan tidak setuju subjek menggunakan cadar. Saat subjek pertama menggunakan cadar, subjek hanya memakai saat bepergian jauh dan banyak yang memperdebatkan, namun subjek tidak mau goyah,
75
karena ujian tersebut tidak seberapa dibandingkan ujian pengikut-pengikut rasulullah dulu. Rintangan saat menggunakan cadar adalah orangtua yang tidak mendukung
subjek
untuk
menggunakan
cadar.
Ketika
pertama
menggunakan cadar, orangtua subjek mulai memberi ancaman, tekanan, memerintahkan untuk melepas cadar, orangtua mulai menjauhi dan membuat keputusan untuk mengusir subjek dari rumah. Subjek tetap tinggal dengan orangtua namun subjek dianggap seperti oranglain dan dianggap sebagai ciri khas terori. subjek menghadapi rintangan tersebut dengan terus berbakti kepada orangtua. Subjek mulai bekerja setelah menggunakan cadar dan membiayai sekolah sendiri. Subjek memiliki beberapa pekerjaan, mulai jualan, menjahit, dan mengajar. Subjek membuat cadar sendiri dan menjualnya. Ketika subjek mendapat masalah subjek memunculkan kata-kata positif. subjek jarang shring dan lebih sering memunculkan kata-kata positif
untuk
memotivasi
mengungkapkan lewat novel.
dirinya.
ketika
ada
masalah
subjek
76
CADAR
Self efficacy efficacy Self Ditakuti dan dijauhi teman
Membuat teman nyaman
Bukti cinta kepada Allah Mengbah mindset mereka bahwa perempuan bercadar tidak ektrim
Evaluasi seseorang terhadap kemampuan / kompetensinya untuk melakukan sebuah tugas, mencapai tujuan arau mengatasi hambatan. Bandura (dalam Baron RA & Byrne D. 2003)
Skema 9a. Self efficacy pada mahasiswi bercadar di kota malang
77
Berca dar
Orangtau melepas tanggung jawab untuk membiayai kuliah Orangtua membri ancaman dan perintah melepas cadar Bekerja (membiayai kuliah)
Self efficacy
Mendeka tkan diri kepada Allah
Orangtua tidak perduli Berbakti dengan orangtua
Skema 9b. Self efficacy pada mahasiswi bercadar di kota malang
Evaluasi seseorang terhadap kemampuan / kompetensinya untuk melakukan sebuah tugas, mencapai tujuan arau mengatasi hambatan. Bandura (dalam Baron RA & Byrne D. 2003)
78
Jika makna identitas digali pada masing-masing subjek, diperoleh hasil sebagai berikut:
Subjek 1
Konsep self
Self esteem
Self efficacy
Sub jek 2
Konsep self
Self esteem
Self efficacy
Pemalu, pendiam, tertutup, tidak perrcaya orang lain, dan mudah bergaul Dengan menggunakan cadar subjek belajar perduli dan mencintai orangtua
IDENTITAS
Bukti cinta kepada Allah
Pemalu, plin plan dalam mengambil keputusan, optimis, dan tidak mudah putus asa Dengan bercadar membuat subjek semakin dewasa dan kuat
Mendekatkan diri kepada Allah
Skema 10a. Identitas pada mahasiswi bercadar di kota malang
Identitas seseoran g, terdiri dari keyakina n diri (self beliefe) dan persepsi diri yang terorgani sasi sebagai sebuah skema kognitif. Baron, R.A & Byrne, D, 2003
79
CADAR
Mencapai tujuan
Perilaku Makna cadar
Proses Belajar
Pemahaman tentang diri
Skema 10b. identitas pada mahasiswi bercadar di kota malang
Berdasarkan skema diatas dapat disimpulkan bahwa makna cadar terhadap pemahaman diri (identitas) berdasarkan analisis komponen identitas yang ditemukan pada perempuan muslim yang menggunakan cadar adalah pemaknaan yang muncul dari sebuah cadar yang menghasilkan pemikiran tentang dirinya yang menghasilkan perilaku dan terdapat proses belajar dan usaha untuk mencapai tujuan.
80
D.
Pembahasan Perempuan bercadar memiliki beberapa pemikiran tentang cadar yang kemudian cadar menjadi sebuah identitas pagi pemakainya. Cadar merupakan versi lanjutan dari jilbab yang kegunaannya sama dengan jilbab untuk menutupi aurat, hanya saja cadar menutupi seluruh anggota badan kecuali mata. Dengan menggunakan cadar akan memuliakan wanita dengannya wanita lebih terjaga (W1.S3.26.c). Perempuan yang memakai cadar menjadi suatu hal yang sudah tidak asing lagi untuk ditemui. Seperti yang di paparkan dalam salah satu artikel pada website kompasiana yang menyebutkan bahwa jika dicermati dengan seksama jumlah pemakai cadar ini di seluruh Indonesia ternyata sungguh mencengangkan dan mengalami kenaikan yang sangat fantantis. Di beberapa daerah seperti di Aceh, Poso, Bandung, Jakarta, makassar dan Pekanbaru. Jumlah pengguna cadar sangat banyak. Dapat dikatakan keberadaan wanita bercadar telah menyebar di hampir seluruh kota di Indonesia. Hal ini tak bisa dielakkan karena konsep dakwah ajaran ini telah menyebar
ke
seluruh
pelosok
tanah
air.
(http://umum.kompasiana.com/2009/09/11/misteri-di-balik-wanitabercadar11494html diakses pada 25 agustus 2016) Abu Ubaid menyebutkan tentang arti niqab menurut orang arab, yaitu penutup wajah yang menampakkan kedua mata dan disebut pula dengan wushushah atau burqa‟ (Yahya, 2006, p. 106).
81
Sering kali masyarakat berpendapat bahwa cadar adalah sebuah budaya
yang masuk ke
Indonesia, salah
satu
subjek penelitian
mengungkapkan bahwa cadar bukanlah budaya. Cadar adalah sunnah rasulullah atau sebuat anjuran. Jika di laksanakan mendapat pahala jika tidak dilaksanakan maka tidak mendapat dosa. Jika cadar adalah budaya maka jika menggunakan cadar tidak mendapat pahala (W1.S3.26.b). Fashion yang semakin berkembang saat ini membuat para peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dalam bidang tersebut. penelitian terkait jilbab sebagai gaya hidup telah dilakukan oleh Novitasari Y.F yang menunjukkan hasil adanya makna jilbab bagi para hijabers dan terdapat nilai trend dalam bagian dari gaya hidup mereka (Novitasari, YF, 2014). Penelitian terkait cadar oleh wanita bercadar juga telah dilakukan dan mendapatkan hasil adanya motivasi dan pemaknaan. Yang membuktikan bahwa manfaat fashion termasuk cadar dapat dimasukkan dalam ranah psikologi yaitu bisa digunakan untuk mengungkap identitas diri seseorang maupun motivasi seseorang untuk menggunakan cadar. Baron, R.A & Byrne, D, 2003 mengunngkapkan bahwa, Identitas seseorang, terdiri dari keyakinan diri (self beliefe) dan persepsi diri yang terorganisasi sebagai sebuah skema kognitif. Deaux (dalam Baron, R.A & Byrne, D, 2003) mengemukakan bahwa identitas sosial adalah sebuah definisi diri yang memandu bagaimana kita mengonseptualisasi dan mengevaluasi diri sendiri.
82
Mahasiswi yang menggunakan cadar di kota malang memberikan makna positif terhadap cadar yang mereka gunakan. Sehingga dengan menggunakan cadar, membuat subjek memandang berbeda terhadap dirinya (W2.N1.101a).
Pemberian
makna
cadar
merupakan
pondasi
awal
perempuan muslim yang menggunakan cadar untuk bagaimana individu memandang dirinya. Cadar memberikan arti bagi perempuan yang memakainya, dengan cadar, individu dapat menjelaskan siapakah dirinya.
Proses Pembentukan Identitas Mahasiswi Bercadar di Kota Malang Setiap tindakan yang dilakukan individu memiliki makna sendiri bagi masing-masing individu. Seperti halnya mahasiswi yang memutuskan untuk menggunakan cadar, memiliki arti tersendiri terhadap cadar yang di gunakan. Dengan adanya arti yang di berikan individu terhadap cadar nya membuat individu menggambarkan dirinya sesuai dengan apa yang ia gunakan, seperti cadar.
1) Cadar Mahasiswi yang memutuskan untuk menggunakan cadar memiliki pandangan (persepsi) awal terhadap cadar yang kemudian dapat dijadikan sebuah makna serta motivasi untuk menggunakan cadar. Kesan didapatkan dari sebuah fenomena atau kejadian yang dilihat oleh individu serta memberikan perhatian terhadap kejadian
83
tersebut sehingga individu dapat memberikan makna terhadap apa yang ia lihat. Sejak saat itu subjek mendefinisikan bahwa dengan berpakaian
syar‟i
orang
lain
akan
menghormati
perempuan
(W.N1.41.c). Ketika individu memberikan kesan positif terhadap sebuah fenomena, maka akan timbul rasa tertarik pada fenomena tersebut. Setiap individu memiliki perasaan terhadap sesuatu yang mereka lihat. Setelah mendapatkan kesan positif fenomena perempuan bercadar, timbullah rasa tertarik dan niat untuk menggunakan cadar. Kesan positif mendapatkan perhatian lebih lanjut, setelah mendapatkan kesan yang baik dari sebuah fenomena perempuan bercadar, individu memutuskan untuk berniat nenggunakan cadar suatu saat nanti. Sehingga setiap individu mencari informasi tentang cadar dan mempelajari segala hal yang terkait dengan cadar. Motiv menunjukkan suatu dorongan yang membuat individu melakukan sesuatu. Dalam hal ini, perempuan muslim yang memutuskan untuk menggunakan cadar memiliki alasan-alan yang mendukung mereka untuk memutuskan menggunakan cadar. alasanalasan
tersebt
berisi
makna
cadar
tersendiri
bahwa
dengan
menggunakan cadar adalah cara Allah untuk menjaga perempuan dan kenyamanan psikologis membuat cadar semakin bermakna bagi pengguna cadar.
84
Dalam memutuskan untuk menggunakan cadar, banyak hal yang terjadi, baik itu hal positif maupun negatif. Dengan adanya dukungan sosial seseorang akan mampu bertahan dalam suatu keadaan. Dukungan sosial dapat diterima dari keluarga, orangtua, maupun sahabat.
Jika pemaknaan cadar digali dari masing-masing perempuan muslim yang menggunakan cadar, yaitu: 1) Subjek pertama, bahwa cadar merupakan bukti cinta kepada Allah. Keinginan individu untuk memperbaiki dirinya dengan menggunakan cadar. Sehingga cadar menjadi sangat bermakna bagi subjek dalam berproses menjadi pribadi yang lebih baik lagi. 2) Subjek kedua, pemaknaan cadar ditekankan pada keinginan indiviu untuk mendekatkan diri kepada Allah. Meninjau kembali atas pemaknaan pada kedua perempuan muslim yang menggunakan cadar bahwasannya makna cadar bagi mereka adalah dasar bentuk ketaatan kepada Allah.
85
S1
Bercadar merupakan bukti cinta pada Allah Keinginan memperbaiki diri
MAKNA CADAR
S2
Bentuk ketaatan pada Allah
Keinginan individu untuk mendekatkan diri pada Allah
Skema 11. Arti cadar bagi mahasiswa bercadar
Proses menjadi pribadi yang baik
86
2) Proses Pembentukan Identitas Mahasiswi Bercadar Identitas bagi mahasiswi yang menggunakan cadar, terdiri dari 3 hal, yakni konsep self, self esteem, dan self efficacy. Tokoh yang dianggap sebagai penemu dan penggagas istilah pembentukan identitas diri adalah Erikson (dalam Upton, P, 2012) menurutnya identitas diri adalah kesadaran individu untuk menempatkan diri dan memberikan arti pada dirinya dengan tepat di dalam konteks kehidupan yang akan datang menjadi sebuah kesatuan gambaran diri yang utuh dan berkesinambungan untuk menemukan jati dirinya. Konsep self berisikan pandangan individu terhadap dirinya termasuk motivasi, hubungan interpersonal, dan sebagainya. Dengan menggunkan cadar membuat pengguna cadar memiliki beberapa pandangan terhadap diri yang berbeda. Persepsi terhadap diri tersebut menjadi kumpulan keyakinan yang terorganisasi dalm sebuah fikiran. Ketika pemaknaan dalam konsep self digali lebih dalam pada kedua perempuan muslim yang menggunakan cadar bahwasannya, terletak bagaimana subjek mendefinikian dirinya dengan cadar. Makna cadar menjadi mempengaruhi bagaimana cara individu mendefinisikan dirinya. Self esteem berisikan evaluasi-evaluasi individu terhadap dirinya baik
itu
bersifat
positif
maupun
negatif.
Perempuan
yang
menggunakan cadar didapatkan hasil bahwasannya memiliki self
87
esteem yang tinggi. Hal tersebut dilihat bahwa evaluasi yang dijelaskan perempuan yang menggunakan cadar bersifat positif. Jika self esteem digali pada masing-masing perempuan yang menggunakan cadar, didapatkan bahwasannya perempuan yang menggunakan cadar pertama memiliki evaluasi awal bahwasannya individu tidak terlalu perhatian dengan teman, namun setelah subjek menggunakan cadar dan dalam proses belajar subjek kembali mengevaluasi bahwasannya saat ini subjek semakin perduli dengan teman, karena subjek memiliki pandangan penting terhadap menjaga ukhuwah. Evaluasi selanjutnya bahwasannya subjek tidak terlalu sayang dengan ibunya karena saat itu orangtua tidak menunjukkan kasih sayang kepadanya, namun setelah menggunakan cadar dan proses pembelajaran subjek semakin mengerti bahwasannya ridho Allah berada pada ridho orangtua, sehingga subjek mengevaluasi saat ini bahwasannya subjek semakin mencintai orangtuanya. Pada subjek kedua, bahwasannya didapatkan evaluasi setelah menggunakan cadar subjek semakin dewasa dan kuat dalam menghadapi masalah. Self efficacy merujuk pada keyakinan individu bahwa ia mampu mengerjakan tugas, mencapai sebuah tujuan dan mampu mengatasi masalah. Meskipun respon awal yang didapat perempuan bercadar adalah hal negatif. Individu mampu mengatasi permasalahan tersebut.
88
dengan tujuan bentuk ketaatan kepada Allah, individu tersebut mampu mengatasi hambatan untuk mencapai sebuah tujuan. Pada subjek pertama, bahwasannya untuk mencapai bukti cinta kepada Allah. Individu berusaha menyelesaikan permasalahanpermasalahan yang terjadi pada awal memakai cadar. karena individu ingn meengubah mindset mereka bahwasannya tidak semua orang bercadar itu ekstreem dan tertutup. Pada subjek kedua, bahwasannya untuk mencapai keinginan mendekatkan diri kepada Allah, individu berusaha mengatasi masalah yang terjadi saat pertama menggunakan cadar. sehingga individu sekarang menjadi seseorang yang dewasa dan tidak mudah putus asa. Berdasarkan paparan diatas dapat disimpulkan bahwa proses pembentukan identitas yang terjadi pada mahasiswi bercadar adalah pemaknaan yang muncul dari sebuah cadar yang menghasilkan pemikiran tentang dirinya yang menghasilkan perilaku dan terdapat proses belajar dan usaha untuk mencapai tujuan. Yang di dalamnya berisi pemahaman individu tentang dirinya dalam self konsep, self esteem, dan self efficacy. Dalam proses pembentukan identitas mahasiswi yang menggunakan cadar terjadi dalam tahap eksplorasi dimana mahasiswi sedang berusaha untuk mencari tahu dan menjajagi pertanyaan-pertanyaan mengenai identitas dan sedang berjuang untuk membuat keputusan hidup yang penting dan memiliki komitmen berupa tindakan yang terus menerus dan tidak berubah yaitu dalam
89
konteks ini adalah dan komitmen dengan bercadar individu berusaha untuk memperbaiki diri dan cadar merupakan bentuk taat kepada Allah.
TEORI AWAL
TEMUAN LAPANGAN
Identitas seseorang, terdiri dari keyakinan diri (self beliefe) dan persepsi diri yang terorganisasi sebagai sebuah skema kognitif. Baron, R.A & Byrne, D, 2003
Pemahaman individu terhadap dirinya didapatkan dari makna cadarsehingga menghasilkan perilaku dan terdapat proses pembelajaran dan usaha untuk mencapaui tujuan.
IDENTITAS
CADAR KONSEP SELF SELF ESTEEM
SELF EFFICACY
KONSEP SELF
SELF ESTEEM
SELF EFFICACY
Skema12. Komparasi proses pembentukan identitas mahasiswi yang menggunakan cadar berdasarkan teori dan temuan lapangan Berdasarkan skema komparasi makna cadar terhadap pandangan diri berdasarkan teori awal dan temuan lapangan menguatkan komponen identitas yaitu konsep self, self efficacy dan self esteem. Serta didapatkan juga bahwasannya makna cadar berpengaruh dalam bagaimana individu memandang dirinya.
CADAR
PROSES PEMBENTUKAN IDENTITAS
TAHAP EKSPLORASI
Keyakinan terhadap diri dalam pengambilan keputusan berhijrah menggunaka n cadar
Cadar memberikan arti berbeda terhadap pemahaman diri
KOMITMEN
Rasa aman ketika menggunak an cadar
Kemampu an menyelesa ikan masalah ketika di tolak bercadar
Dengan bercadar membuat individu menjadi percaya diri dan tidak malu
Dengan bercadar individu berusaha untuk memperbaiki diri
Bentuk taat kepada Allah
Skema 13. Proses pembentukan identitas mahasiswi bercadar di kota Malang
90
BAB V KESIMPULAN
A.
Kesimpulan Berdasarkan
paparan
diatas
dapat
disimpulkan
bahwa
proses
pembentukan identitas yang terjadi pada mahasiswi bercadar adalah pemaknaan yang muncul dari sebuah cadar yang menghasilkan pemikiran tentang dirinya yang menghasilkan perilaku dan terdapat proses belajar dan usaha untuk mencapai tujuan. Yang di dalamnya berisi pemahaman individu tentang dirinya dalam self konsep, self esteem, dan self efficacy. Dalam proses pembentukan identitas mahasiswi yang menggunakan cadar terjadi dalam tahap eksplorasi dimana mahasiswi sedang berusaha untuk mencari tahu dan menjajagi pertanyaan-pertanyaan mengenai identitas dan sedang berjuang untuk membuat keputusan hidup yang penting dan memiliki komitmen berupa tindakan yang terus menerus dan tidak berubah yaitu dalam konteks ini adalah dan komitmen dengan bercadar individu berusaha untuk memperbaiki diri dan cadar merupakan bentuk taat kepada Allah.
91
92
B.
Saran Saran yang dapat disampaikan kepada pihak-pihak yang terkait dengan hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Pembaca Pembaca diharapkan dapat memahami bagaimana proses pembentukan identitas pada mahasiswi yang menggunakan cadar. 2) Peneliti Selanjutnya Dalam penelitian ini membahas terkait dengan pandangan diri (identitas) yaitu proses pembentukan identitas pada mahasiswi yang menggunakan cadar. Sehingga perlu adanya banyak penelitian tentang cadar dan diharapkan bagi peneliti selanjutnya dapat meneliti tentang perempuan bercadar dalam lingkungan sosialnya untuk membantu agar subjek tidak kesulitan dalam beradaptasi dengan perubahan yang ia alami serta dapat meneliti tingkat religiusitas perempuan bercadar. Peneliti lain dapat menggunakan hasil penelitian ini sebagai sumber referensi dan kerangka fikir dengan mempertimbangkan kesesuaian konteks penelitian.
DAFTAR PUSTAKA
Baron R.A & Byrne, D. (2003). Psikologi Sosial/ Edisi Kesepuluh/Jilid 1. Jakarta: ERLANGGA Creswell, J. W. (2015). Penelitian Kualitatif & Desain Riset: Memilih Diantara Lima Pendekatan (Edisi Ke-3). Yogyakarta: Pustaka Pelajar Fearon, James D. (1999). What is Identity (as we now use the word). Stanford: department of Political Science Ghony,D.M. & Almanshur,F. (2012). Metodologi Penelitian Kualitatif. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media http://alkitat.blogspot.co.id/2014/03/pengertian-dan-perbedaan-jilbab.html pada 18 februari 2016
diakses
http://umum.kompasiana.com/2009/09/11/misteri-di-balik-wanita-bercadar11494html diakses pada 25 agustus 2016 Jannah, M. (2014). Gambaran Identitas Diri Remaja Akhir Wanita yang Memiliki Fanatisme K- POP di Samarinda. eJournal Psikologi, Volume 2, No. 2: 182194 Kamus Besar Bahasa Indonesia - KBBI V1.1 Kuswarno, E. (2009). Metodelogi Penelitian Komunikasi Fenomenologi. Bandung: Widya PADJADJARAN Manshur, Q.A. (2012). Fikih Wanita (diterjemahkan dari fiqh al-mar’ah al-muslimah min al-kitab wa al-sunnah, karya Dr. Abd al-Qodil Manshur). Jakarta: ZAMAN Moleong, Lexy, J. (2014). Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Nasution, (2003). Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: Tarsito Bandung Novitasari, YF (2014). Makna tradisi jilbab sebagai gaya hidup (studi fenomenologi tentang alasan perempuan memakai jilbab dan aktivitas solo hijabers community). Skripsi. Surakarta:universitas sebelas maret
93
94
Novri, S.M. konstruksi makna cadar oleh wanita bercadar jamaah pengajian masjid umar bin khattab kelurahan delima kecamatan tampan pekanbaru. Pekanbaru Prastowo, Andi. (2012). Metode Penelitian Kualitatif dalam Perspektif Rancangan Penelitian. Jogjakarta: AR-RUZZ MEDIA Ratri, Lintang. (2011). Cadar, Media, dan Identitas Perempuan Muslim. TOPIK UTAMA. Santoso,S. (2010). Penerapan Psikologi Sosial. Bandung: PT Refika Aditama Schwartz et al, 2000, ego identity status, identity style, and personal expressiveness: An empirical investigation of three convergent constructs. Journal of adolescent Research, vol. 15 No. 4 504-521 Smith, Jonathan A. (2009). Psikologi Kualitatif Panduan Praktis Metode Riset. Yogyakarta: Pustaka Pelajar The Nature of Meaning: Chapter 1 Suhendra, A. (2013). Kontestasi identitas melalui pergeseran interpretasi hijab dan jilbab dalam AlQur’an. Yogyakarta. PALASTREN, Vol. 6, No. 1 Susanti, A. (2008). Gambaran Persahabatan dan Penyesuaian Diri pada Mahasiswi UIN Jakarta yang Mengenakan Cadar. Jakarta. Skripsi tidak dipublikasikan Walid, M & Uyun, F. (2012). Erika Berpakaian bagi Perempuan. Malang: UINMaliki Press (Anggota IKAPI) Upton, P. (2012). Psikologi Perkembangan. Jakarta: ERLANGGA Yahya, B.A. (2006). Fatwa-fatwa tentang Wanita 3. Jakarta: DARUL HAQ Yulianti.N. (2009). Makna Simbol Jilbab Cadar. Bandung: Unisba
95
LAMPIRAN
97
97
IDENTITAS SUBJEK
Subjek 1 Nama
N1
Tanggal Lahir
-
Profesi
Mahasiswa
Wawancara I pada tanggal 09 Februari 2016 Wawancara II pada tanggal 03 Mei 2016 Wawancara III pada Tanggal 28 Juli 2016
Subjek 2 Nama
UR
Tanggal Lahir
7 februari 1998
Profesi
Mahasiswa
Wawancara I pada tanggal 29 februari 2016 Wawancara II pada tanggal 17 maret 2016 Wawancara III pada tanggal 03 juli 2016
98
Pedoman Wawancara
Variabel
Aspek
Cadar
Kognitif
Pertanyaan - Bagaimana anda mengetahui informasi tentang cadar? Kapan? Dimana? Dari siapa? - Bagaimana pendpat anda setelah mengetahui segala sesuatu tentang cadar? - Apa yang anda fikirkan?
Afektif
-
Ketika anda mendapat pengetahuan tentang cadar, bagaimana perasaan anda?
Konatif
-
Apa yang anda lakukan ketika anda mendapatkan informasi tentang cadar?
-
Hal apa yang terjadi ketika pertama bercadar?
-
Apa yang anda rasakan ketika bercadar?
-
Bagaimana pandangan orangtua dan keluarga tentang cadar?
-
Jika anda harus mendeskripsikan arti cadar bagi anda, apa yang anda sampaikan?
-
Dapatkah anda ceritakan pada saya bagaimana anda memutuskan untuk menggunakan cadar?
-
Akhirnya bercadar karena apa?
-
Bagaimana pendapat anda tentang batasan aurat menurut anda?
-
Apa yang membuat anda tetap teguh untuk menggunakan cadar?
-
Apa yang anda lakukan jika ada waktu luang?
-
Bagaimana anda memilih pakaian?
99
Identitas
cara individu
-
Kalau ada masalah biasanya curhat ke siapa?
-
Bagaimana anda mendeskripsikan diri anda
mendefinisikan / memberi arti
sebagai seorang pribadi? (sebelum bercadar) -
Apakah dengan menggunakan cadar
tentang dirinya
berpengaruh terhadap bagaimana anda melihat
(keadaan
diri anda? Jika demikian, bagaimana anda
khusus
menyatakan bahwa anda telah berubah?
individu) dan
-
pemahaman
Bagaimana bila dibandingkan dengan sebelum anda menggunakan cadar?
atau pengertian
-
yang spesifik
Bagaimana dengan cara orang lain melihat anda? Keluarga? Teman? Apakah berubah?
tentang dirinya sebagai kekhasan individu. Identitas 2
Konsep
Self: -
Skema Dasar Identitas seseorang
atau
konsep
self,
terdiri
dari
keyakinan
diri
dan persepsi diri yang terorganisasi sebagai sebuah skema kognitif.
Bagaimana anda mendeskripsikan diri anda sebagai seorang pribadi? Jelaskan lebih rinci?
100
(Baron R.A & Byrne.
D,
2003). Self Esteem:
-
Pribadi seperti apa? (self assesment)
Sikap terhadap Diri Sendiri
Apa yang anda ketahui tentang diri anda?
-
James (dalam
Bagaimana pandangan anda terhadap diri anda?
Baron R.A & Byrne. D, 2003) self esteem adalah evaluasi diri yang dibuat oleh setiap individu, sikap seseorang terhadap dirinya sendiri dalam rentang dimensi positif-negatif. Self Efficacy:
-
Percaya pada Diri Sendiri
tujuan? -
evaluasi seseorang
atau kompetensinya
Apakah anda selalu berfikir positif pada diri anda?
-
terhadap kemampuan
Bagaimana cara anda untuk mencapai sebuah
Bagaimana anda mewujudkan keinginan anda?
-
Apakah anda yakin dengan kemampuan anda?
101
untuk melakukan sebuah tugas, mencapai tujuan, atau mengatasi hambatan. Bandura (dalam Baron R.A & Byrne. D, 2003).
102
LAMPIRAN WAWANCARA Analisis wawancara subjek I Wawancara ke : Pertama Nama
: RK
Kode
: N1
Tanggal
: 09 Februari 2016
Lokasi
: Jln. Sunan Kalijaga Dalam, Kav B. No.10 Malang
Refleksi
Personal P S S P
S P
Verbatim Assalamualaikum.. ini N? Waalaikumsalam.. iya mbak, (salamantersenyum) mbak nanya-nanya nih sama aku? he em, gapapa ya? Hehe (Tertawa) … Bisa gak? Boleehh, hehe (tersenyum) hemm, gini. Bagaimana N mendeskripsikan diri
No 1 2 3 4
5 6
Pemadatan Fatkta
103
S
w
P
S
N sebagai seorang pribadi? Jadi pandangan N terhadap diri N itu seperti apa? sekarang? Ya.. kalau yang sekarang ya biasa mbak, hehe ya biasa aja seperti yang laiN1ya.gak nyamain, misalnya.. eee, karena N udah pakaiannya kaya gini, cadaran. Sehingga N itu misalnya lebih alim dg yg lain, nggak itu sama aja.. Hemm, itu kan dari segi keagamaan gitu. Kalau N memandang diri N itu seperti apa? Misalnya periang atau seperti apa? ohh gitu yahh, (tertawa) kalau N itu orangnya,. kata orang yaa.. N itu kata org mudah bergaul, gak memilih, dengan siapapun, mau dengan siapapun ga memilih, welcome, terus N itu ga percayaan sama orang mbak, jadi kalau temenan itu gak ada temen deket itu nggak, jadi, bebas dengan siapapun tapi N itu nggak ada yang bisa di ajak share, jadi mengungkapkan semua masalah itu lewat novel gitu, jadi lewat novel atau cerpen gitu.. meluangkan semuanya, dan jarang sekali namanya shering paling cuma ya dengan diri sendiri jadi memunculkan kata-kata positif gitu.
7
(W.N1.7.a) subjek berpendapat bahwa subjek sama dengan yang lain. (W.N1.7.b) subjek tidak memandang dirinya lebih alim karena menggunakan cadar.
8
9
(W.N1.9.a) subjek mudah bergaul, tidak memilih-milih teman dan berteman dengan siapapun. (W.N1.9.b) subjek tidak percaya dengan orang lain. (W.N1.9.c) subjek tidak ada teman dekat untuk di ajak sharing. (W.N1.9.d) ketika ada masalah subjek mengungkapkan lewat novel. (W.N1.9.e) subjek jarang shring dan lebih sering memunculkan kata-kata positif untuk memotivasi dirinya.
104
P S
P
S
P S
P
kalau misalnya ada permasalahan gitu terus gak pernah ta N pengen curhat ke temen? Nggak (tersenyum) gak tau, ee apa namanya, karena kejadian-kejadian yang dulu itu, memicu N itu ee mindset N itu bahwa ya temen itu ya ini gak nggak bisa dipercaya gitu, ya mungkin dari pengalaman-pengalaman yang dulu seperti kaya gitu, permasalahan kita dibongkar sama temen, ya akhirnya ya sudah gitu. kan malu. Ya sudah gitu. dan gara-gara kejadian itu jadi N berasumsi bahwa oh ternyata kalau cerita ke orang lain bisajadi mereka akan membongkar ke orang lain? iyaa, dan itu gak Cuma sekali mbak, sering kaya gitu jadi, lebih tepatnya belum menemukan orang yang N percaya gitu.
10
Kalau keluarga bagaimana? Nggak, paling kalau ke mamah itu cerita masalah kampus kaya gitu doing, jadi kalau permasalahan pribadi nggak. Tapi solusinya dapet?
14 15
11
(W.N1.11.a) kejadian-kejadian dulu memicu subjek berubah mindset bahwa temen tidak bisa dipercaya (W.N1.11.b) subjek dihianati temannya, sehingga subjek tidak percaya lagi dengan orang lain.
12
13
16
(W.N1.13.a) kejadian yang merubah mindset subjek bahwa temantidak bisa dipercaya terjadi lebih dari 1kali. (W.N1.13.b) lebih tepatnya subjek belum menemukan orang yang dapat dipercaya (W.N1.15) subjek hanya menceritakan masalah kampus dengan orangtua, tidak masalah pribadi.
105
S
P
P
Biasanya memunculkan kata-kata gitu, ketika kita mendapatkan masalah misalnya udah lelah banget, capek banget sama orang yaudah, memunculkan kata-kata positif. Misalnya ee apanamanya, Allah itu ngasih ini untuk kita belajar ikhlas dan sabar gitu, lebih sering bikin kata-kata kaya gitu. (tersenyum). Jadi bisa dijadikan cerita mbak (tertawa). tapi N nyaman dengan keadaan yang seperti ini? ya karena N dari kecil biasa sendiri, ya anakanak itu kalau misalnya habis pulang sekolah ya dirumah, jadi di dalem rumah terus sama ibu sama mama maksudnya, sama mama gak boleh keluar,m jadi yaudah dirumah aja dan sampai sekarang juga sama, jadi ya kalau ke warung jajan, kalau lama sedikit itu ya langsung bapak itu udah keluar langsung narik (memperagakan) N. jadi ya mereka itu bener-bener menjaga banget gitu. Jadi ya ketika misalnya sendirian kaya gini, ya N lebih nyaman mbak (tertawa), gak tau kebih nyaman sendiri aja. kan sekarang N udah pake cadar gitu, terus kalau dibandingkan dengan sebelum memakai
17
(W.N1.17.a) ketika subjek mendapat masalah subjek memunculkan kata-kata positif (W.N1.17.b) dari kata-kata positif dapat dijadikan cerita (novel)
18 19
20
(W.N1.19.a) subjek terbiasa tinggal dirumah ketika kecil dan terbawa hingga saat ini. (W.N1.19.b) subjek merasa nyaman ketika sendiri
106
S
P
S P S
cadar gmn? ee kalau, Kalau pergaulan mungkin sama ya mbak, N itu gak memilih-milih apalagi harus lebih atau yang yang sama-sama yang ahwat misalnya, gak mau yang pake lepis, nggak. Kalau temenan itu ya he em. Jadi ya sama aja mau temenan sama siapa aja, kalau sama lakilaki yang penting mereka menghargai N dan gak megang N, ya N nyantai orangnya. kalau gitu ada perbedaannya gak si dulu dan sekarang? Pandangan N terhadap diri N? Perbedaan yang bagaimana mba? Hemm, gini. N faham bahwa N nyamannya sendiri itu kapan? N kan dari kecil sendiri ya mba, bukan berarti maksudnya, ketika sekolah ya bareng. Jadi awalnya itu gini mbak, pas mama ngebiasain N itu kaya membiasakan pekerjaanpekerjaan rumah seperti masak itu sejak umur 8 tahun mbak. Nah itu dikeluarga N itu dituntut bersih rumah kaya pekerjaan rumah itu sejak 8 tahun gitu. Nah itu kayanya gak ada waktu main gitu, N mikirnya. Itu pasti belum nyuci,
21
(W.N1.21.a) setelah menggunakan cadar, subjek masih berteman dengan siapapun tidak harus dengan yang memakai cadar saja. (W.N1.21.b) subjek berteman juga dengan laki-laki deengan syarat saling menghargai. (W.N1.21.c) subjek orang yang santai.
22
23 24 25
(W.N1.25.a) subjek dibiasakan membantu pekerjaan rumah tangga saat kecil. (W.N1.25.b) subjek lebih memilih menyelesaikan tanggung jawab dari pada bermain di luar. (W.N1.25.c) orangtua subjek sibuk bekerja, sehingga subjek yang mengerjakan pekerjaan rumah tangga. (W.N1.25.d) subjek anak ke tiga dari 5
107
belum lagi masak, belum beres-beres akhirnya dirumah aja gitu. Mama kan juga jualan ya, jualan baju keliling dulu, jadi mama gak dirumah. Paling kita itu kumpul malem gitu. Yasudah N yang melakukan itu, kan N anak perempuan terakhir, kita itu 5 bersaudara, pertama kan kuliah gtu, tengah-tengah laki-laki, jadi kalau laki-laki kan, kita yang masak itu (tertawa). Nah setelah N di asrama ya barengbareng kaya gitu, ya punya temen deket tapi N difitnah mencuri padahal N nggak. N juga gak tau sama temen-temen yang setiap hari bareng, dari situ N, bawa temen itu gitu, dengan mereka setiap hari ketemu, sama-sama, tidur bareng, masih kaya gitu, gitu. Masa masih belum percaya sama saya. Apalagi sama orang lain gitu. Akhirnya dari itu, sudah. Terus kelas 3 mts, disitu udah mulai biasa yah, netral. Nah kelas 3 itu mulai punya temen deket lagi, terus ya ituu. Diomongin sama orang lain, ya kecewa yaa. Kecewa gitu. Dah, akhirnya sudah. Aliyah kelas 1 itu juga ada. Temen aliyah gitu sama kaya gitu, kaya malahan dia itu agak sedikit mitnah N. Akhirnya yasudahlah gitu. Habis dari
bersaudara. (W.N1.25.e) ketika diasrama subjek difitnah mncuri. Dari situ subjek tidak percaya dengan teman. (W.N1.25.f) kelas 3 mts subjek mulai biasa dan subjek memiliki temen deket lagi namun teman subjek menceritakan masalah subjek ke orang lain. (W.N1.25.g) subjek memiliki teman dekat lagi kelas 1 sma, namun subjek difitnah. (W.N1.25.h) subjek pindah sekolah ke pondok dan subjek memiliki banyak teman yang mempercayai dirinya (W.N1.25.i) Pengamalan lalu membuat subjek berpikir positif dan bisa memberi arahan yang positif ke orang lain. (W.N1.25.j) subjek berusaha membuat orang lain nyaman dengan dirinya. (W.N1.25.k) subjek berusaha memahami karakter teman-temannya.
108
P S P S
situ kan N pindah pesantren ya, pindah pesantren terus dari situ bukan N yang menghampiri mereka, tapi mereka yang menghampiri N. Kaya cerita tentang diri mereka gitu, jadi ketika N mengalami masalahmasalah yang N alami dulu, ketika N diasingkan, N difitnah mencuri barang orang lain, tapi N gak melakukan itu mbak. Pengamalan kaya gitu itu jadi N lebih nambah berpikir positif. Bisa memberi arahan yang positif ke orang lain. Dan dari situ kita berusaha untuk membuat orang lain nyaman gitu. Dengan orang ini bagaimana N memahami karakternya gitu. Misalnya yang agamis gitu, akhirnya belajar-belajar psikologi juga. Berarti mulai dari sma ya udh faham banget. Iya mbak Hemm, ada gak si temen yang ingin memahami N juga? ada, temen N juga sampe nangis dulu. Garagara dia itu gak paham. Kok jalan pikiranmu kaya gini, kok kaya gitu, kadang kamu kaya gini, kaya gitu lagi, gak bisa ditebak, saya itu pengen jadi temen deket kamu. Tapi N selalu
26 27 28 29
(W.N1.29.a) teman subjek mengatakan bahwa subjk orang yang tidak bisa ditebak. (W.N1.29.b) Prinsip subjek adalah berteman dengan siapapun. Orang lain boleh curhat dg subjek, namun subjek
109
P S
P
bilang bahwa namanya kita boleh temenan, kita boleh melakukan apa yang kamu mau, tapi kalau kesana harus bareng, semuanya serba bareng, N gak bisa karena itu ibaratkan menekan kita, kamu boleh cerita sama N, kalau untuk menuntut N cerita sama kamu, kayanya jangan, belum bisa. Paling juga cerita tentang ini, oya tadi aku lihat si A disini, cakep ya. Kalau masalah pribadi, belum bisa cerita. N itu suka nulis sejak kapan si? N itu suka nulis sejak mts, jadi pertama nulis, ya bikin-bikin cerpen, pernah bikin novel juga. Banyak mbak, kaya tebel gitu. Terus selama aliyah ya nulis-nulis di buku harian gitu.. bikin kata-kata motivasi. Mulai menulis lagi kuliah semester 1 itu buat novel. (tertawa) kalau novel baru 2 tapi ya gitu Cuma sebatas bacaan sendiri :D Udah di sharing mbk, kemaren kan ikut lomba nasional, atau lomba-lomba yang online kaya gitu. Pertama ikut lomba Nasional itu, juara 3 yaudah habis itu jadi semangat nulisnya. kalau mau buat novel gitu, inspirasinya dari mana?
belum bisa menceritakan masalah pribadi ke orang lain.
30 31
32
(W.N1.31.a) subjek suka menulis novel sejak mts (W.N1.31.b) subjek mndapat juara 3 Nasional dan membuat subjek lebih semangat menulis.
110
S
S
P S
biasanya N itu dari kisah N sendiri. Atau dari kisah beberapa orang dijadikan satu tokoh, yaudah disatukan dari berbagai permasalahan. Jadi ya memicu kata-kata juga akhirnya. kalau dari sikap gak ada perbedaan, mungkin sekarang lebih memilih temen lakinya. N itu dari dulu gak suka dengan laki-laki yang suka megang. Dan ketika waktu mts dan aliyah itu, mau temenan sama laki-laki itu asal jangan megang. Kan nanti sepontan nampar mbak. Kalau misalnya ada laki-laki mau ngobrol, dibilangin dulu, boleh ngobrol asal jangan gini gini, oh iya wes rik. Nah sekarang lebih menekankan kesitu si mbak. Kalau dari psibadi N, misalnya N orang yang periang atau seperti apa? Standar si mbak kayanya, kalau N itu banyak diam. Jadi gak, misalnya lagi marah sama orang, keliatan ekspresi marahnya jadi nggak. Diem, sudah. Paling, ngelakuin apa baca buku. Kalau misalnya lagi bener-bener marah, benerbener marah bangeeet gtu, itu nangis, hehe Nangis sekali, udah gitu. Jadi nanti udah gak
33
(W.N1.33) subjek membuat novel dari kisah sendiri dan kisah orang lain.
34
(W.N1.34.a) setelah memakai cadar subjek lebih memilih teman laki-laki. Lebih menekankan dalam hal ini.
35 36 37
(W.N1.37.a) subjek orang yang pendiam. (W.N1.37.b) ketika marah subjek lebih banyak diam dan melakukan hal lain. (W.N1.37.c) ketika benar-benar marah subjek menangis
111
P S P S
ada marah lagi gitu. Kalau dulu, seperti itu juga? Masih sama, jadi gak melontarkan dengan katakata. Sekarang, jika N harus mendeskripsikan arti cadar bagi N, apa yang N sampaikan? oh masalah cadar, hehe (tertawa) karena N awal pertama make bukan karena, maksudnya bukan karena N tau boleh tidaknya atau misalnya makruhnya, wajibnya, apa sunahnya. Bukan mbak, jadi semua itu berawal dari suka (ehm) N itu dulu pernah kepasar ceritanya, N lihat orang nah di pasar itu, gak ada orang lain yang bercadar kayanya Cuma dia doang deh. Yang setau N maksudnya yah, dia itu jalan mbak di tempat sempit, jalan. Orang-orang yang berdesakan itu pada minggir semua. Nasih jalan, minggir semua, laki-laki minggir semua, N memperhatikan dari jauh. Terus kemudian udah lewat, terus kemudian ada yang berpakaian ya biasa gitu seksi dan pake levis, malah sama berdesakan padahal sama –sama perempuan ibaratnya. Jadi N mendefinisikan bahwa wah ternyata pakaian syari itu mereka
38 39
(W.N1.39) sampai saat ini subjek tidak melontarkan kata-kata ketika marah.
40 41
(W.N1.41.a) subjek menggunakan cadar karna suka, bukan karena hukum memakai cadar. (W.N1.41.b) Subjek pertama kali tertarik dengan cadar ketika melihat fenomena seorang wanita bercadar di pasar. (W.N1.41.c) Dengan pakaian syar‟i orang lain akan menghormati permpuan. (W.N1.41.d) Setelah melihat fenomena bercadar, subjek mulai tertarik dan timbul keinginan bercadar saat itu.
112
P S
itu menghormati kita. Menghormatii diri kita, nah kaya gitu kan menjaga diri kita, akhirnya kan ga temple-tempel. Mereka ikut menjaga kaya gitu. Sehingga, wah kayanya tertarik banget nih lihat kaya gini, negrasa pengen dihargai sebagai perempuan. Akhirnya kesini, akhirnya udah ada perasaan pengen pake waktu itu mbak, gitu. Itu waktu usia beapa? Emm, aliyah kelas 1an. Aliyah kelas 1 udah ada rasa tertarik, terus tambah ada film kcb itu mbak, bukan ayat-ayat cinta.terus pribadi aisyah kaya gitu kan, keren banget, manis anggun, akhirnya sudah dengan berjalannya waktu, N itu sering melihat orang-orang yang berpakaian panjang mbak, jadi gamis panjang, jadi sukaa gitu. Awalnya berasal dari situ dulu kok, gak langsung cadar, nggak. Jadi, aku mau nyoba ah gtu, jadi perubahan N itu gak langsung blek aja nggak. Jadi, misalnya pakaian kurun N segini, nanti semester yang akan datang segini, jadi sehingga orang itu gak sadar. Kalau N itu mulai proses gitu. Proses nya itu ya sejaaaak kelas 2 aliyah,
42 42
(W.N1.42.a) Subjek tertarik dengan cadar ketika subjek berusia 16 tahun. (W.N1.42.b) Ditambah dengan maraknya film ayat-ayat cinta, dengan pemeran utama aisyah yang menggunakan cadar. (W.N1.42.c) Subjek sering melihat orangorang yang menggunakan pakaian panjang, sehingga subjek menjadi suka dengan model berpakaian tersebut. (W.N1.42.d) Subjek tidak langsung menggunakan cadar, subjek memanjangkan pakaian kurun nya sejak kelas 2 aliyah. Sehingga orang lain tidak sadar jika subjek memakai pakaian kurun panjang.
113
P S
kayagini-kayagini, terus sampe orang-orang itu sadar-sadar, loh rik kok nambah panjang? Emang dari dulu kaya gini (tertawa) lha drai dulu kaya gini kmu aja yang gak nyadar, oiya ta?jadi orang itu gak nyangka kalau panjang, begitupun di sini pas kuliah. Sama mbak, perubahannya. Dulukan udah segini ya kerudungnya. Terus perminggu itu panjanginpanjangin sampe segini sampe beli baju yang kaya gini, eh yang pas bener-bener kelihatannya gitu ya pas cadar jedak gtu, lansung cadar. Jadi kalau menurut N, emm dengan beberapa argument tentang cadar menurut para ulama, yaudahlah N ngambil yang simpelnya aja, yang gak wajib begtu. Yaudah N pake. Ee apa salahnya si N juga mengikuti khadijah gitu yang pake cadar, mereka aja boleh mengikuti idolanya kenapa kita nggak, gitu. Jadi N memutuskan untuk pake cadar. (tertawa dan tersenyum) Jadi mulai pakai cadar itu pas kuliah ini? Hemm, iya pake cadarnya itu pas semester 3, tapi sebenernya semester 1-2 itu sering mbak, tapi buka-lepas. (tersenyum) jadi kalau keluar
(W.N1.42.e) Saat kuliah juga subjek memanjangkan jilbab secara bertahap setiap minggunya. Sehingga orang lain tidak mengetahui perubahan subjek, namun saat memakai cadar, langsung terlihat perubahannya. Subjek memandang bahwa cadar tidak wajib. (W.N1.42.f) Subjek menggunakan cadar mengikuti idolanya yaitu khadijah.
43 44
(W.N1.44) Subjek memakai cadar sejak semester 1 dan mulai konsisten saat semster 3.
114
P
uin pake, kalau udah d dalem uin langsung copot, jadi gituu (tertawa) dulu itu. Berarti konsisren nya itu waktu semester 3?
45
S
3, yaudah ga pernah di lepas lagi itu (tertawa)
46
P S
Terus, gimana tanggepan dari keluarga N? Kan sebelum pake itu N ini izin sama mamah, tapi gak izin sama semuanya. Sama mamah doing, kan yang penting ridho orangtua dulu ibaratnya. Jadi bilang sama mamah kalau mau pake cadar. Awalnya mamah kaget, iya yang di tutup tutup gitu ta? (tertawa) iya mah, kataku gitu. Ee jangan lah, katanya gitu. Janganlah gini gini, tapi N itu dulu itu bilang sama mamah, ee mamah itu pingin N jadi anak seperti apa? Pengen seperti yang lain yang berpakaian seksi atau N yang berpakaian syari sesuai perintah Allah gitu, yang longgar kayagini-kayagini. Akhirnya dijalasin maksudnya bahwa jaman sekarang itu lebih lebih bahaya gitu. Tentang masalah pemerkosaan kayagini-kayagini, akhirnya mamah itu mulai maksudnya mulai yaudah jika itu memang menurut kamu baik,
47 48
(W.N1.46) subjek konsisten memakai cadar saat semster 3 (W.N1.48.a) Subjek meminta izin orang tua sebelum menggunakan cadar. (W.N1.48.b) Awalnya orangtua subjek tidak memperbolehkan khususnya ibu. Setelah subjek menjelaskan sedemikian rupa, akhirnya ibunya memperbolehkan subjek menggunakan cadar jika itu baik menurut subjek.
115
P S
yaudah silakan. Jadi Cuma izinnya sama mamah sama papah doang. Jadi sodara-sodara gak tau (tertawa) Tapi bapak membolehkan ya? Eee, boleh. Kalau bapak itu perinsipnya gini, kalau sesuatu itu dipandang kamu baik yaudah silahkan. Tapi kalau dirumah jangan dulu, soalnya memang ee jadi mereka itu pemahamannya masih ini banget. Pakaian N aja, pakaian yang kurung besar tanpa cadar aja udah woy disindir-sindir disana pas pertama. Tapi ya alhamdulillahnya mamah itu menguatkan meskipun mamah itu gak pake kerudung, mamah itu belum pake kerudung jaid mamah pake kerudung itu ya bertahap setelah N pake cadar mbak, sekarang sudah Alhamdulillah pake kerudung besar juga gitu. Ngikut, hehe Iya, selalu bilang sama mamah, mah, kapan pake kerudungnya N lho udah pake cadar.. gtu N kan nanti pengen sama mamah nanti di surga. Ternyata sering kata-kata itu yang sering N lontarkan itu memicu mamah untuk pake gitu, akhirnya sering tak belikan gamis terus pake
49 50
(W.N1.50.a) Ayah lebih membolehkan jika sesuatu itu di pandang baik namun jika di lingkungan rumah subjek belum di perbolehkan menggunakan cadar, karena masyarakat sekitar subjek masih memiliki pemahaman yang sedikit tentang syari. Subjek mendapat dukungan besar dari ibu. Dan ibu subjek menggunakan jilbab bertahap setelah subjek menggunakan cadar. (W.N1.50.b) Subjek sering memotivasi ibunya untuk segra menggunakan kerudung. Subjek memotivasi ibunya untuk segra menggunakan kerudung.
116
P S P S
kerudung-kerudung yang memang masih ada motifnya lah gitu. Gak koplas kayagini, kaya N gitu. Gamis juga masih ada motif-motifnya hiasanyya. Jadi ternyata yaa gamis-gamis yang N belikan itu mamah suka, simple, enak bahannya juga, karena kan panas mbak. Dimana rumah N? Di banten. Kalau keluarga kaya kakak-kakak N itu gimana tanggapan mereka? Ee, kalau awal-awal mungkin mereka sering ngajak debbat yah. Karena pakaian N yang tibatiba panjang gitu. Mereka sering ngajak debat mbak. Misalnya masalah kayagini, tapi dulu pas pertama N ngajak debat ya N ngotot yaa, ya N ngotot bahwa N itu apa yang N pandang itu bener gitu. Tapi setelah paham kesini bahwa ya dakwah itu tidak seperti itu gitu. Ya akhirnya berusaha untuk lebih menggunakan logika gitu. Kalau N sekarang sama mereka itu lebih menggunakan logika dan Alhamdulillah sekarang mereka mulai paham dan bahkan kalau misalnya anaknya seperti ini-seperti ini, gimana kalau si dek zaki ini ketularan game,
51 52 53 54
(W.N1.54.a) Awal memakai cadar subjek selalu ngotot dengan pendapatnya. Namun sekarang subjek paham bahwa dakwah tidak seperti itu dan subjek lebih sering menggunakan logika. (W.N1.54.a) Saat ini keluarga subjek mulai paham dan mulai terbuka dg subjek.
117
P
P
gini-gini-gini. Iya the, coba pake ini kayaginikaya gini, jadi sering, dan begitupun keponakan yang pertama jadi dia itu usia 6 tahun itu udah bisa baca al-Quran mbak Alhamdulillah, dan itu pake metode N. Yang N terapkan dulu, subhanllah banget ternyata metode yang N dapet yang N cari disini, itu berhasil ke dia, dan dia itu pinter sekarang Alhamdulillah. Dan dia kalau ditanya “ih naila pinter kaya mamahnya” “bukaan, kaya bibi” (tertawa) Kalau kaka-kakanya N gak ada yang pake cadar juga? Nggak, bahkan mereka mungkin yaa masih berpakaian biasa kebanyakan orang. teteh juga kan, teteh sama aa itu anak 1 dan ke 2 kan guru, guru smp mereka. tapi kan mereka pemahaman agamanya juga lumayan, pesantrennya lamalama. Jadi keluarga N itu, Cuma N doang mbak yang pesantrennya sedikit, yang paling sedikit itu Cuma N. Kan N pesantren 2 tahun doang dan mereka itu paling sedikit itu 6 tahun (tersenyum) jadi bahasa arab mereka itu pada enak-enak gitu bagus gitu. Orangtua membolehkan N merantau dari smp?
55 56
57
(W.N1.56.a) Hanya subjek yang bercadar di keluarganya. (W.N1.56.b) Keluarga subjek memiliki latar belakang pesantren.
118
S
Jadi itu gini mbak, jadi awal apanamanya, awalnya itu kan waktu mts itu kelas 3an itu, ee guru N itu yang dari mesir itu tapi beliau sedang s2 di Jakarta dulu, sering minta di semak hafalan ke kita gitu. Jadi kita satu kelas itu sebelum memulai pelajaran ini, buka surat ini ayat segini. Nanti kita buka srett bapak yang baca, nanti benerin yah. Sreet baca, kok ketika beliau baca itu enak mbak. Rasanya itu adem kok kaya semua beban yang ada di fikiran itu wah hilang semua, akhirnya ah pengen deh ngafal Al-Qur‟an. (tertawa) padahal N waktu itu udah ngafal Al-Qur‟an dari jus 30 tapii beda gitu, kayanya enak deh ngafal Al-Qur‟an, akhirnya aku mau ngafal gitu. Akhirnya yaudah aliyah itu N mulai cari pesantren pengen lebih tau tentang agama, mulai penasaran-penasaran gitu mbak. Terus udah deh, akhirnya habis aliyah itu rencananya mau pesantern aja gitu gak mau kuliah. Gak mau kuliah N ini udah daftar juga di pesantren di depok. Ternyata ee awalnya dibolehin, tapi suruh daftar katanya dimanapun yang kamu mau. Yaudah N kan marah ya mbak, kok aku udah diterima
58
(W.N1.58.a)Subjek tertarik untuk menghafal dan blajar di pesantren karna trmotivasi dari seorang guru. (W.N1.58.b)Subjek kuliah di malang karena tidak dibolehkan masuk pesantren setelah SMA.
119
P
dipesantren kok masih disuruh daftar lagi, yaudah aku ke jauh, malang (tertawa) Jadi sebenernya itu ke malang itu, karena maraah. Karena marah sama orang tua (tertawa) Tapi dibolehkan sama orangtua? yowes, pokonya kalau gak ke malang yak e pesantren gitu :D e keterima disinii yaudah akhirnya diambil ngono. Yaudah kesini deh (tertawa) N selama mts sama aliyah itu Cuma 1 kali dijenguk. Jadi memang mamah itu ngedidik semua anak-anaknya itu kaya gitu mbak. Jadi ee apanamanya bener-bener kaya gak dimanja banget gitu. N anak terakhir nggak ada manja, N anak akhir kaya bukan anak akhir gitu, jadi kaya anak pertengahan seperti biasnya gak manja gitu, jadi ketika merantau kesini, sama orangtua ya orang tua biasa gitu. Ketika waktu aliyah aja sama mts, N gak pernah dijenguk sama mereka apalagi disini. Bahkan semua ngambil rapot yang lain sama orangtua, N sendiri, kadang N nyewa tukang ojek. Dulu itu kaya gitu, kan dulu itu wajib sama orangtua, nelfon sama mamah,
59 60
(W.N1.60.a) Subjek hanya di jnguk 1 kali saat smp-aliyah.
(W.N1.60.b) Orang tua subjek membiasakan subjk untuk mandiri. (W.N1.60.c) Ketika pengambilan rapor di smp dan sma, subjek mengambil sendiri. Kadang menyewa tukang ojek.
120
P S
P
mah suruh ngambil rapot gini-gini, mamah gak bisa gini-gini, yaudah yaudah aku mita uang segini aku mau nyewa orang (tertawa) jadi kaya gitu mbak, paling dari situ. Jadi sekarang ya kalau diceritain sama anak-anak misalnya cerita-cerita kan sekarang kan masih punya keponakan cerita-cerita gitu. Itu pasti ketawaaa dengernya (tertawa) wahh ternyata kamu gini, ya gimana lagi mamahnya gak mau gitu:D nyewa orang kadang mah. Eh parahh waktu di asrama itu kemauan N sendiri gak sih? Ee, aslinya sih gak mau asrama ya, tapi yaa harus asrama gak papa. Pendiem banget N itu mbak, pendiem banget, pokok waktu mts itu diem pendiem. Waktu aliyah itu mulai sedikit bertingkah lah, kan tomboy juga waktu aliyah itu mbaaak. Jadi punya tim basket juga kitaa, terus belajar karate sama tekondo jadinya itu aktif disitu di 3 bidang itu. Kalau sekarang aktifnya dmn? Ya mau gimana lagi, pakaian (tertawa) udah gini.. paling olahraganya Cuma ini aja situp terus loncat-lobcat kayagitu biar gak terasa kaku aja. Iya mbak, dulu sering main sama
61 62 (W.N1.62.a) Subjek anak pendiam, namun setelah masuk sma subjek mulai tomboy dan tidak pendiam. (W.N1.62.b) Subjek aktif di 3 bidang olah raga (basket, karate, dan taekwondo)
63 64
(W.N1.64.a) Sejak memakai cadar, subjek tidak meneruskan ukm di bidang olah raga. (W.N1.64.b) Subjek mengalami dari subjk yang pendiam, tomboy, dan brcadar.
121
P
S P S
sekolah lain, kebetulan kan N nya kapten juga paling kecil lagi. Paraaaah. Dan kalau main itu yaa Alhamdulillah juara teruss kitanya. Jadi N ngalamin semuanya dari yang dieeem sampai yang tomboy banget gitu, sampai yang sekarang (tertawa). N berarti tau tentang cadar itu dari N ngelihat yang dipasar itu yah? Iya, iya taunya disitu. Setelah itu, N langsung mencari informasi tentang cadar gak? N mungkin mulai cari tentang cadar kelas 2 aliyah deh mbak. Kelas 2 aliyah N mulai cari, soalnya dari situ N mulai ada rasa gelisah gak nyaman sama hidup N. Kok kaya ada yang kurang sama diri saya, maksudnya N itu bahagialah uang sudah ada dari orangtua meskipun mereka gak bisa jenguk N gimana. Minta segimanapun mereka ngadakan gitu. Tempat juga enak gitu ibaratkan, terus temen juga yah, maksudnya kita itu kaya punya kaya grup, geng-geng an deh. (tertawa) terus N itu termasuk orang yang memang sama anak-anak
65
66 67 68
(W.N1.64.a) Saat kelas 2 aliyah subjk merasa gelisah dan tidak nyaman dg kehidupannya sehingga subjk mulai mencari informasi tentang cadar. (W.N1.64.b) Subjek merasa istimewa dan dihargai oleh teman-temannya saat sma. (W.N1.64.c) Subjek mudah menghafal dalam bidang pelajaran. (W.N1.64.d) Subjek sering merasa gelisah saat kelas 2 sma, sehingga subjek mulai membaca2 untuk memperdalam ilmu agama.
122
jangan sampai N itu benci sama anak-anak N benci misalnya. Kalau N kesel sama mereka, apaan sih kalian. Udah kayagitu, mereka ee NN-N. Pokoknya terasa istimewa banget (tertawa). Terasa istimewa banget mbak waktu aliyah itu, maksudnya ya dihargai gitu sama orang gitu. Terus dari segii agama gitu, nah dari segi pengetahuan yang lainnya juga, kebetulan N itu, ee orang nya N itu di kelas paling aktif. Terus hafalannya itu cepet mbak, kalau misalnya, suruh ngafal tentang biologi atau rumus-rumus kimia fisika itu N paling cepet. Berpa menit gitu, seet buk, aku hafal. Anakanak mah paling mau akhir-akhir N mah udah hafal udah selesai, nyantai, tiduur disana. Jadi, udah enak hidupnya mbak, tapi kaya ada yang kurang terus ada sering gelisah sendiri gitulho, sering nagis sendiri. Kok kenapaa ya gini, kok kaya ada yang kurang. Yaudah dari situ mulai baca buku, mulai memperdalam yang namanya kaya agama, terus N itu pertama baca tentang cerita khadijah itu. Jadi bahwa dulu itu kayagini-kayagini.. akhirnya dibaca diperpus sering dari situ N itu
(W.N1.64.e) Buku pertama yang dibaca subjek adalah buku tentang khadijah. (W.N1.64.f) Subjek meluangkan waktu ke perpus ketika jam istirahat, 5 menit diluangkan waktunya untuk membaca. Setelah 5 menit, subjek kembali istirahat di kantin bersama teman-temannya. Subjek meluangkan waktu ke perpus ketika jam istirahat, 5 menit diluangkan waktunya untuk membaca. Setelah 5 menit, subjek kembali istirahat di kantin bersama teman-temannya. (W.N1.64.g) Dari membaca buku tersebut, subjek mulai banyak pertanyaan dan subjek mulai bertanya dengan orang yang menurut subjek faham. (W.N1.64.h) Subjek bertemu dengan gurunya untuk bertanya saat jam pelajaran selesai sehingga teman-teman subjek tidak mengetahui jika subjek sedang memperdalam ilmu agama.
123
mulai maksudnya yang dulu itu sering setiap pas istirahat bareng sama anak-anak, kdang N rek deluan aja ke warung, aku mau ke ini dulu kemana dulu gitu alasannya gak ke perpus. 5 menit bacaa, nanti baru nyusul anak-anak. Sering dulu itu kaya gitu. Jadi N itu baca tapi gak meninggalkan rutinitas bareng temen-temen gitu. Akhirnya yaudah disitu mulai mulai penasaran, disitu mulai maksudnya seringnya N baca buku itu mulai banyak-banyak pertanyaan. Jadi banyak-banyak pertanyaan yang kaya bener-bener mengharuskan N untuk cari tau gitu mbak. Akhirnya sudah disitu mulai nanyananya sama orang yang menurut kita faham, minta penjelasannya gitu, kadang janjian sama guru gitu, e sore jadi ketika kita udah benerbener pulang dan temen-temen udah pulang masing-masing ke rumah masing-masing, N biasanya ketemu sama guru. jadi minta penjelasan inii, jadi mereka itu gak tau kalau N itu belajar gitu. Jadi gitu ceritanya. Jadi kalau udah kaya gini, ya biasanya yang sering dulu N ajak diskusi guru itu suka sms jugaa, mereka itu ya ini banget gitu..
124
P S
P S
Masih komunikasi sampai sekrang? Masih mbak, Alhamdulillah. Sama yang tuua pun ya masih Alhamdulillah, kan guru-guru N udah tua banget udah 70 tahun kan. Masih inget mereka, kadang N gimana kabarnya? Iyaa buu, Alhamdulillah sehat. Gini buu aku lagi males kuliah buu, pasti aku cerita kaya gitu. Aduh sayang jangan gini-gini-gini nanti di sms jaid, oke bu aku semangat lagi. Sekarang lebih bukan lebih banyak nya bukan masalah nanya lagi tapi lebih menghibur, menghibur diri dan menghibur beliau gitu karena mereka sudah tua (tertawa). Kalau yang di malang ini ada gak si tempat N berbagi sharing dengan seseorang? N itu sebenernya pernah cerita selama di malang itu sama 1 orang. Sama bu e***, ee itu aja ketika N mengadapi masalah yang begitu rumit dan N itu gak paham N itu harus ngapain. Bener-bener mentok N itu gak bisa memotivasi diri sendiri. (suara sedikit meninggi)Sehingga, wes disitu keadaanyya pengen nangiiiiss terus, pokoknya gak ngerti pokonya gak paham, N itu harus gimana. Akhirnya, N janjian sama bu e***, cerita semuanya, jadi Cuma cerita aja.
69 70
(W.N1.70) Sampai saat ini subjek masih berkomunikasi dngan gurunya.
71 72
(W.N1.70.a) Subjek pernah bercerita dengan salah satu dosennya namun hanya 1 kali. (W.N1.70.b) Subjek masih mnjaga silahturahmi dengan teman-temannya di SMA.
125
Biarr plong gituu. Ee akhirnya udah kaya gitu doang, jadi kalau ketemu sama bu e*** bagaimana N keadaannya? Yaa Alhamdulillah buu, ibu masih inget sama cerita sayya, saya sekarang udah beda buu. Kaya gitu, udah si kaya gitu doing. Cuma sekali itu doing. Berarti N lebih dekat dengan guru yang di sma dulu itu ya? Iya, jadi kalau sama dosen-dosen nggak. Kalau sama dosen-dosen disini biasa aja sama kaya mahasiswa lainnya, yaa antara dosen sama murid lahh.. tapi kalau sama guru mts sama aliyah itu udah kaya ibu sendiri, terkadang mereka kalau ee nanya N pulang kapan? Ee tanggal segini buu, ee ibu belikan ini yaa, ooke buu, nanti kalau kesana itu diganti uangnya sama mereka (tertawa) uangnya ditambahin gini-gini heheh Kadang, aah kalau pingin makan, makan ajaa. Gak usah ditawari segala ah kaya tamu aja ah gituu. Jadi kalau kesana itu, dengan guru-guru yang deket itu udah kaya keluarga. Jadi bu aku
126
P S
pengen makan ini ini ya, oo ya ambiil jadi gituu gitu. Begitupun dengan beberapa temen, temen aliyah itu mbak, jadi N kan orangnya ini apanamanya sering mengunjungi. Jadi kalau misalnya ada temen sakit, jadi kerumahnya gitu, kenalan sama ibunya, dan N itu lebih, maksudnya pendekatanyya itu lebih ke canda, jadi pengen mereka itu cepet mengingat N gitu, ee ini lho N yang lucu itu hehe, jadi kaya gitu. Jadi kalau kerumah itu yaa yang sering N datengin kerumahnya itu udah deket semua, jadi ketika N kesana itu yaa kalau mau makann atau apa gitu, sudah gak harus izin lagi. Jadi kaya gitu, aku makann ya, oyaa itu ikannya dii disini-disini-disini. Jadi ambil-ambil aja, udah makan :D sambil nonton tv, sudah kaya rumah sendiri (tertawa) Hemm, sampai sekarang ya? Sampai sekarang, kalau pulang juga, emm misalnya liburan-liburan kaya ginii, biasanya mereka menelfonn. N kapan pulang? Tanggal 16. Nanti kerumah yaa, males ah gak ada apaapa, iihhh udah disiapinn ini ini, okkeee siapin
73 74
127
aja nanti aku kesitu. (tertawa) biasanya kayagituu Ya pas kesana itu udah ada kuee, ada ini (tertawa) jadinya aku pengen ketawaa aja, ngakak hehe P
S
P
S
Banyak ya yang nyaman sama N yaaa.. Iyaa Tapi Nnya ke orang lain, Iya gak tau mbak N sampai sekarang, kayanya gak bisa deh belum bisa gitu, belum bisa, gak tau. Udah gak percaya sama orang gitu. Terus, N kan udah dapet informasi tentang cadar dan udah tanya-tanya terus sikap N bagaimana? Kesimpulan N dari pengetahuan itu apa gitu? N itu kaya gini, udah N mengetahui itu yaudah nanti suatu saat saya pake. Dimana waktunya tepat, dan orang itu gak nyangka. Gitu, maksudanya kayaa yaudahh gituu. Gak nya gka ternyata N kaya gini tiba-tiba zet kayagitu, sudah kaya gitu aja. Dan ketika N pake cadar, ya sebagian temen-temen yang dii aliyah sama mts itu tahu, awalnya mereka risih.. N ketemu
75
76
(W.N1.76) Sampai saat ini subjek belum bisa percaya dengan orang lain.
77
78
(W.N1.78.a) Setelah subjek mengetahui dan memahami tentang cadar, suatu saat subjek akan memakainya, dimana waktunya tepat dan orang lain tidak menyangka. (W.N1.78.b) Respon awal dari teman subjek saat memakai cadar, mereka semua risih dan takut dengan subjek. Karena yang
128
pas pertama-tama, sama N pas pertama yaa, liburan pertama itu mereka gimanaa yaa, takutt kan tau N dulu, yang taunya N tomboy, yang taunya N pake celana, N dulu ga suka pake celana jins ya mbak, lebih pake suka celanaceana gunung. Terus pake kaos gitu yaudah. Kerudung segini (menunjung bahu). Yang tahunya N seperti itu terus suka ngelawak, terus orangnya kelihatan ceria banget gitu kalau misalnya bareng-bareng. Tiba-tiba sreeet kaya ginii, kaku. Paling ngajak Cuma seperlunya, akhirnya yaudah karena berhubung mereka seperti itu akhirnya N biasanya mancing. “oya rek aku punya cerita lhoo gini-gini” akhirnya sehingga mereka itu, mereka itu langsung wah ternyata N sama yang dulu sama ajalah Cuma beda penampilannya, jadi mereka akhirnya lama-lama biasaa, jadi sekarang yaa masih komunikasi. Terus mereka awal tau yaa, takut katanya memang, cadar kan ekstrim, gini-ginigini, aduuh. Ternyata yowes, gapapa. Tapi gimana caranya, kita buat tetep mereka nyaman buat kita meskipun kita pake cadar. Aku juga mbak pas pkl, ada 1 kelompokku
mereka tau subjek anak yang tomboy. (W.N1.78.c) Sehingga subjek memancing untuk mencairkan suasana dengan mengajak ngobrol sehingga anak-anak lain beranggapan bahwa subjek masih sama dengan yang dulu hanya saja dia menggunakan cadar. (W.N1.78.d) Subjek brusaha tetap membuat teman-temannya nyaman mskipun subjek memakai cadar.
129
yang takut sama orang bercadar, laki-laki. Dan dia itu takut mba sama aku, jadi dia ngejauh sama aku, N merhatikan, maksudnya kan N orangnya peka ya, jadi setiap temen-temen itu N perhatikan gitu, pas N tanya-tanya, awalnya cuman nanya, cuman jawab sebutuhnya mbak, gak asik banget sih ni orang. Hehe Akhirnya N banyak cerita mbak, yaa pokoknya N berusaha untuk cerewet disitu itu, akhirnya kesimpulan dari semua N cerita timbale balik kaya gini, akhirnya “aku lho awalnya takut sama kamu” “iya, aku tau kok” (tertawa) iya aku tau kok, kenapa kamu takut? Yaa akhirnya dia cerita pengalamanpengalaman dia kayagini, ooh gitu, dan ternyata kok kamu bedaa ya katanya gitu, meskipun kamu bercadar tapi kamu gak gak terlalu ekstrim gitu, dalam pandangan agama ataupun misalnya interaksi jadi sehingga saya sekarang agak nyaman sama kamu, jadi gak takut lagi. Alhamdulillah gitu.. Itu, kalu takut salah satu dikelompok kita dengan takut sama saya, bakalan sulit nanti untuk kita kerja kelompok dan saya gak mau
130
P S
P
S
ituu. Jadi N memecahkan solusinya itu dengan langsung bertindak gitu ya? Nggak mbak, kala terlihatnya mah pas perkumpulan pertama. Terus sudah 1 bulan, jadi N cari celah gimana caranya biar N itu bisa ngomong sama dia, tanpa orang lain tahu gitu. Jadi N gak mau oranglain tau bahwa dia itu takut sama N. Nanti fikiran orang gimana gitu, jadi biar N sama dia menyelesaikan ituu gitu. Akhirnya yaudah selesai udah enak sekarang kalau misalnya, ngeWA juga hei N, gini-ginigini. Kadang dia candain N. Hei rik tos dulu, N kan paling gak suka kan apalagi nempel kaya gitu. Ah udah loo (tertawa) paling dipukul pake buku, paling ketawa anaknya. Nah kaya gitu biasanya. Hemm, setau saya kan orang cadar itu terlihat lebih menutup diri, tapi setelah mengenal N, saya jadi punya pengetahuan bahwa ternyata pakaian itu gak membatasi pertemanan.. Iya, itu salah satu perinsipku mbak, ketika orang mengatakan cadar itu apanamanya, bahwa orang cadar menutup diri, ekstrim,
79 80
81
82
(W.N1.82.a) Salah satu prinsip subjek adalah bagaimana subjek mengubah mindset mereka yang menganggap cadar
131
bagaimana N mengubah mindset mereka bahwa gak semua orang cadar seperti itu. Itu hanya orang-orang tertentu saja yang seperti itu. Ya buktinya itu, saya kayagini. Saya masih bisa diajak jalan-jalan kemana? Ayo ke jatim park, ayoo gitu hehe Ke alun-alun, ayyoo gitu.. hehe Meskipun N aslinya gak suka jalan-jalan mbak, tapi kalau misalnya untuk ya biar maksudnya gak terlalu kaku, ya karena kita cewe, ya okeoke aja gitu. Jadi biasanya kalau misalnya N pengen deket sama orang, pengen misalnya ee ada orang yang memang, ee kadang suka ada ibunya gitu, rik tolong dong saya pengen anak saya pake kerudung syar‟I kaya kamu, tapi gak usah pake cadar ya..(tertawa) Oke bu, jadi N itu ngeliat dia dulu, dia itu seperti apa? Ee perilakunya seperti apa? Apa yang dia suka itu apa? Kalau misalnya dia sukanya jalan-jalan, yaudah N terjun kehidupnya. Jadi kita jalan-jalan ayok. Terus misalnya kalau dia suka basket, yaa tambah aku suka. Hehe Jadi N disitu melibatkan diri mbak, lebih
itu ekstrim dan menutup diri tidak semua orang bercadar seperti itu. (W.N1.82.b) Subjek lebih sering melibatkan diri untuk pendekatan dengan oranglain.
132
S
banyak melibatkan diri dengan aktivitas dia. Nahs etelah dia nyaman ke kita, pokoknya N itu gini, ketika orang udah berani cerita tentang hidupnya pribadi ke kita, berarti dia udah nyaman. Dan itu lebih mudah untuk kita modifikasi. Hehe udah kaya gitu, N itu kaya gitu orangnya. Jadi yauah kaya gini aja. Hehe seadanya. Kalau kita mengikuti penilaian orang, itu gak bakal ada akhirnya. N aja mbak ya, memang proses N pake hijab yang panjang kaya gitu memang gak ada halangan ya, ketika memang ada caci makian gitu, ketika pake cadar aja mungkin. Tapi ternyata cacian sama makian itu justru semakin membuat N kuat bukan semakin membuat N lemah. Karena apa? Yang pertama saya melakukan ini karena saya suka sama ini. terus yang kedua, saya gak peduli orang lain suka yang penting Allah suka gitu. Karena bagi saya penilaian Allah itu lebih utama, lebih penting, selalu apa namanya selalu berfikir apanamanya mensugesti diri bahwa Allah itu lebih utama, jadi kita gak bisa misalnya mbak, ketika kita menyukai seseorang tapi kalau
83
(W.N1.83.a) Awal menggunakan cadar subjk mendapat caci makian dan dijauhi olh teman kampus. namun dengan adanya cacimakian tersebut semakin membuat subjek kuat. (W.N1.83.b) Subjek memperioritaskan peniaian Allah, sehingga ketika orang lain tidak suka subjk tidak perduli, yg penting Allah suka. (W.N1.83.c) Peniaian Allah lebih utama dan subjk selalu mensugsti diri bahwa Allah lbih utama (W.N1.83.d) Subjk nyaman dengan cadarnya sehingga subjk ingin mmbuat orang lain ttap nyaman dngan cadarnya. (W.N1.83.e) Awal memakai cadar, teman-
133
misalnya kita gak punya pikiran bahwa semua itu Allah yang lebih utama ya, akan ciut lagi motivasi itu akan turun lagi naik lagi, jadi yaudah pandangan Allah mau seperti apapun nanti pandangan orang lain, terserah ini saya yang penting disitu, saya nyaman untuk mereka meskipun saya kaya gini. Pake cadar, pake longgar kaya gini. Tapi pas bersama-sama mereka asyik jadi kalau N itu gak maksudnya ee perkataan itu nanti juga beerenti sendiri. Cuma mungkin iya pertama-pertama, sehari, sebulan, dua bulan. N ya apa pertama pake cadar, itu gak ada yang temenan sama N. Kalau mbak tau disini, gak ada. Jauh dari N. Tapi ya mau gimana lagi, N juga gak bisa memaksakan mereka untuk suka sama N. Dengan pakaian mereka, tapi dengan kebaikan N, dengan ketika mereka ada masalahpun. Perlu bantuan saya? Dengan tawaran seperti itu, dari mulut kita, dengan tiba-tiba maksudnya kaya kalau temen kita lagi sedih kita ada disampingnya menghibur dia, ngelawak seperti apa, apa kita jogged-joged ibaratkannya. Ee yang lainnya mengikuti ayo kita ke mall, ke matos atau
teman subjek menjauh dari subjek. (W.N1.83.f) Subjek percaya bahwa dengan terus baik mereka akan kembali lagi seperti sediakala.
134
P S
P S
kemana. Dengan hal seperti itu, dengan akhlak kita terus-terusan baik sama mereka, dnegan membantu misalnya ada tugas yang gak mereka pahami kita bantu, ternyata itu ya kembali lagi, kembali lagi mereka itu ke saya itu mbak. Tapi gak lama kok, Cuma sebulan-dua bulan. Apa yang anda rasakan ketika bercadar? Ya nyaman mbak, soalnya kan aku pemalu, kalau lewat papas an dengan cowo-cowo itu malu, setelah pakai cadar kan cowo-cowo itu gak tau kalau rika sebenarnya malu. Lebih ke situ si mbak Apa yang anda lakukan ketika ada waktu luang? Uhmm, kalau ada waktu luang dari kuliah karena kuliah adalah amanah dari orangtua, aku lebih mengutamakan kuliah daripada kajian. Kalau ada waktu luang aku kebanyakan di kamar mbak. Kalau Al-Quran itu rutinitas harian, jadi kalau ada waktu luang aku lebih menggunakan untuk menulis mbak, kalau waktu itu sempat gambar-gambar, buat kaligrafi, nulis-nulis tapi semenjak kuliah sudah gak pernah gambar-gambar lagi tapi lebih ke
84 85 (W.N1.85) Subjek nyaman ktika menggunakan cadar, karna subjek malu jika papasan dengan laki-laki. 86 87
(W.N1.87.a) Subjek mengutamakan kuliah dari pada kajian. (W.N1.87.b) Al-Qur‟an rutinitas harian (menghafal) (W.N1.87.c) Waktu luang subjek gunakan untuk menulis novel di kamar.
135
P S
nulis. Perbedaan sebelum, Sekarang aku jadi lebih perduli dengan tementemen, dulu walaupun aku berteman dengan siapapun tapi aku tidak tterlalu perhatian dengan mereka. setelah memakai cadar dan belajar tentang ukhuah, aku jadi lebih perduli dengan teman-teman. Dulu aku gak terlalu suka dengan mama, karena kan waktu mts dan sma mama gak pernah jenguk, selama di asrama dan pesantren mamah Cuma 1 kali jenguk, jadi merasa tidak dipedulikan. Sekarang aku jadi tambah sayang sama mamah, karena sekarang aku sudah mempelajari bagaimana pentingnya ridha orangtua, karena dulu gak terlalu perduli dnegan mama, jadi biarin aja kalau mamah ga pake jilbab, tapi sekarang aku ngajak mamah dan Alhamdulillah mama mau makai jilbab. Karena dulu sering bilang “mah aku udah pake cadar lho, kapan mama pakai jilbab, kan aku mau di syurga bareng mamah” Dan Alhamdulillah ternyata dengan seringnya aku mengulangi perkataan itu, dan akhirnya
88 89
(W.N1.89.a) Sebelum bercadar ketika subjek bertman tidak terlalu perhatian dengan teman (W.N1.89.b) setelah subjek memakai cadar dan belajar tentang ukhuah, subjek jadi lebih perduli dengan teman-teman. (W.N1.89.c) Subjek tidak terlalu suka dengan mama, karena merasa tidak dipedulikan. (W.N1.89.d) Setelah subjek mempelajari bagaimana pentingnya ridha orangtua, skrg subjek sayang dngan ibunya. (W.N1.89.e) Subjek sering memotivasii ibunya untuk menggunakan jibab.
136
mamah mau pake jilbab.
Analisis wawancara subjek I Wawancara ke : Kedua Nama
: RK
Kode
: N1
Tanggal
: 30-mei-2016
Refleksi
Pe Verbatim rso nal p Assalamualaikum N.. Mau minta tolong. N sibuk gak? S Waalaikumsalam warohmatullahi wabarokatuh, iya mbak. Silakan P Hal apa yang terjadi ketika N pertama bercadar? S Jauhi teman. Mbak pertanyaannya jangan umum, dihususkan, N kurang sedikit faham maksudnya hal apa yang terjadi ketika pertama kali , haaa maksudnya kaya gimana hal dalam pertemanan ataupun lainnya
No
Pemadatan Fatkta
90 91 92 93
(W2.N1.90) subjek dijauhi teman ketika pertama memakai cadar.
137
P S
P S
gitu lho Heemm, lebih ke perasaan N, apa yang N rasakan ketika pertama memakai cadar? Perasaan pertama ya seneng mbak, soalnya ya memakai cadar itu kan eee apanamanya sesuatu yang memangg dari kelas 3 mts N mau gitu, inginkan tercapai ka nee semester 3 terus yoo ada sedihnya juga, soalnya temen-temen kan menjauh disitu yang tadinya deket, yang tadinya sering curhat, yang tadinya ee ketika kita bareng-bareng ke kantin dan ke yang lainnnya, tiba-tiba menjauh karena cadar gitu, tapi ya ndak masalah bagi rika karena waktu itu N sudah berkomitmen gitu, apapun yang terjadi ya sudah selama N niatannya untuk Allah ya kenapa tidak N jalankan gitu sih kalau N. Hemm, gtuu.. kalau batasan aurat menurut N bagaimana? Pandangan N pribadi Ee kalau menurut N yah, kan udah jelas mbak ya di AlQur‟an kan surat al-ahzab ayat 59, itu bahwa semua nya itu aurat. Pokoknya Allah memerintahkan disitu eeh suruh menjulurkan ee apanamanya hijabnya, dari kepala sampai ke kaki itu kan masih ambigu, masih belum jelas, teruskan ada beberapa hadist, ee yang
94 95
(W2.N1.95.a) awal memakai cadar subjek merasa senang karena hal itu keinginan dari kelas 3 mts dan tercapai pd saat kuliah semester 3. (W2.N1.95.b) ada juga perasaan sedih, karena karena teman-teman subjek menjauh, yang awalnya dekat tiba-tiba menjauh karena subjek menggunakan cadar. (W2.N1.95.c) subjek merasa tidak masalah dijauhi oleh teman karena subjek sudah berkomitmen, dan semua diniatkan karena Allah.
96 97
(W2.N1.97.a) Al-Qur‟an menjelaskan dalam surat al-ahzab ayat 59 bahwa semua itu adalah aurat dan Allah memerintahkan untuk menjulurkan hijabnya. (W2.N1.97.b) kemudian ada hadist
138
siapa ya, yang rasulullah itu ketika melihat siapaya, pokoknya ada perempuan yang sudah baligh, terus kata rasulullah ee tutuplah apanamanya intinya itu kalau bahasa kit amah tutup semuanya, ee kecuali ini dan ini. itu menunjukkan kemuka dan telapak tangan itu kata rasulullah. Terus, apanamnaya juga kan kalau N sih, kalau N pribadi ya mbak yaa.. ee aurat itu yoo ya seperti yang digambarkan itu gitu, adapun ee gimana yaa, kan beda-beda pandangan menurut imam syafi‟I ada aurat itu terbagi menjadi 3, aurat dalam sholat, aurat sesame perempuan, dan lawan jenis kan itu ada masing-masing. Terus yoo begitupun yang laiinnya kaya imam hambali, imam hanafi kan beda. Terus kan menurut imam syafi‟I kaki itu aurat, terus menurut imam hambali atau hanafi itu mengatakan bahwa kaki itu bukan termasuk aurat. Jadi beda-beda penafsiran dari ayat itu. Nah, kalau N pribadi sih eek arena N lebih suka mengambil imam syafi‟I karena ke kita banget gitu. Yoosudah yang menurut imam syafi‟I seperti itu.. adapun masalah cadarr, memang banyak sekali dapat kaya misalnya ada yang sunnah, ada yang wajib, ada yang ini. tapi, N menganggap bahwa cadar itu sunnah atau boleh. Gak sampe wajib kalau N, kalau N pribadi jadi.
menjelaskan bahwa rasulullah mengatakan pada perempuan baligh untuk menutup aurat kecuali muka dan telapak tangan. (W2.N1.97.c) terdapat perbedaan pendapat dari para ulama‟. (W2.N1.97.d) subjek memandang bahwa batasan aurat eperti yang digambarkan dan subjek mengikuti pandangan imam syafi‟i.
(W2.N1.97.e) adapun masalah cadar, terdapat perbedaan pendapat dari para ulama‟, dan subjek memandang bahwa
139
menggunakan cadar adalah sunnah. ee adapun sekarang kalau N ditanya kenapa kamu masih mempertahankan cadar? Yoo mingkin ini adalah sebagai bukti bahwa N ingin bener-bener bener-bener mencintai Allah aja. Kalau pribadi N seperti itu. Ehmm,, memang kalau dulu-dulu N pakai cadar karena ini-karena ini, tapi sekarang bukan itu lagi gitu, yang jadi penguat N e ewes N sama Allah intinya. Seperti halnya kan istri-istri rasulullah kan pakai cadar, mengapa mereka pakai cadar, karena mereka kan juga ee berusaha menjaga diri mereka gitu. (menarik nafas) dan rika berfikir bahwa e ketika mereka mereka istri rasulullah yang kebanyakan orang berkata bahwa ee, beliau itu dijamin masuk syurga. Terus mereka sanggat menjaga dirinya sampai memakai cadar gini gini, ehh N berfikir kenapa saya manusia biasa kenapa nggak gitu. Apalagi saya yang pakai cadar. Jujur mbak ya, semenjak N pakai cadar itu membatasi banget antara N sama laki-laki yang dulunya N misalnya suka sms an, yang dulunya N suka canda, sekarang terhalang gitu, dengan pakaian cadar, menyadari oh iya ya, saya kan pakai cadar, masa saya kaya gitu. Itu suka ada fikiran kaya gitu mbak, suka ada. Jadi, ee menurut N ya banyak untungnya gitu pakai cadar itu, terus adapun
(W2.N1.97.f) subjek mempertahankan cadar karena sebagai bukti bahwa subjek ingin benar-benar mencintai Allah. (W2.N1.97.g) dulu subjek memiliki beberapa alasan untuk menggunakan cadar, namun sekarang alasannya hanya karena Allah. (W2.N1.97.h) semenjak subjek memakai cadar, membuat subjek membatasi banget antara subjek sama laki-laki yang dulunya suka sms an, suka canda, sekarang terhalang, dengan pakaian cadar, menyadari subjek untuk menjaga diri. (W2.N1.97.i) subjek berfikir bahwa banyak untungnya ketika menggunakan cadar. (W2.N1.97.j) subjek tidak perduli apa yang orang katakan, selama apa yang subjek
140
nanti orang kaya gini kaya gini, N gak perduli karena gini, apanamanya karena niatan rika itu bukan ingin dipuji, bukan ingin di apa di apa sama manusia nggak sama sekali, tapi N, Allah gitu. Maksudnya apa yang N lakukan ini untuk Allah dan apa apa yang N lakukam selama tidak bertentangan dengan Al-Qur‟an dan Assunnah, itu niatannya ke Allah. N nggak pernah hawatir, gak pernah hawatir dicaci gak pernah hawatir di maki. Jadi nyantai aja, jalani aja meskipun banyak yang kaya gini, aiis N cadar kayaginininini, misalnya ah mukanya aja jelek gitu, kok pakai cadar gini, N nggak peduli karena N tau N memakai cadar itu sekarang ini N niatannya karena Allah. Bukan karena siapa-siapa, bukan karena ingin dipuji, bukan karena yang lain. Kalau misalnya karena orang, mungkin N dulu-dulu udah lepas, soalnya orang orang bercadar, ih N, gak keliatan gini-gini, kamu gak kelihatan cantik, kamu ga bakalan ada yang menyukai, banyaak. Tapi karena N yakin sama Allah, karena N yakiiinn banget sama Allah dan N yakin apa yang N lakukan ini tidak melanggar aturan Allah, maka N lakukan gitu. Kalau N seperti itu mbak untuk masalah aurat dan lainnya. Untuk masalah cadar, perasaan. Tapi yang jelas saat ini ee tetep ya mbak N gak ngerasa N paling baik, justru n
lakukan tidak bertentangan dengan AlQur‟an dan assunnah.
(W2.N1.97.k) niat memakai cadar karena Allah. (W2.N1.97.l) subjek tidak hawatir ketika di maki oleh orang lain, karena subjek niat bercadar karena Allah, bukan karena ingin di puji orang. (W2.N1.97.m) subjek yakin dengan apa yang ia lakukan, dan tidak melanggar aturan Allah. (W2.N1.97.n) subjek merasa tidak lebih baik dari oranglain, subjek memandang bahwa subjek orang yang paling buruk di dunia ini, sehingga subjek berusaha untuk menjaga diri dari segi apapun yang buruk yang tidak disukai Allah.
141
P
S
P S
P S
orang yang paliing buruk mungkin didunia ini, makanya N berusaha untuk menjaga diri N, justru N merasa paaaliing hina di dunia ini, makanya itu N berusaha untuk menjaga diri N dari apapun dari segi apapun yang buruk dan yang tidak disukai Allahitu aja kalau N. Subhanallah, semoga kami termotivasi dari N. Oya, gimana sih N memandang diri N sebaqgai seorang pribadi? Dari kepribadian, sikap, sosial, dll Aamiin mbak, smeoga bisa lebih baik. Kalau sebelum pakai cadar dan posisi di malang mungkin kaya kebanyakan orang aja hanya saja N gak suka main. Jadi pas semester 1, N kalau gak ada agenda, ya tidur mbak atau baca buku Hemmm, apakah dengan N menggunakan cadar, berpengaruh terhadapbagaimana N melihat diri N? Iya mbak. Misalnya kalau N mau bohong sama mamah atau mau main ke matos ada rasa malu. Masa yang udah c adaran mau bohong atau main, gak api Kalau dari segi sosial bagaimana? Apakah N masih sering berkumpul dengan teman-teman N? Iya mbak. Bagi N cadar bukan penghalang
98
99
(W2.N1.99.a) ssubjek tidak suka bermain. (W2.N1.99.b) ketika ada waktu luang, subjek gunakan untuk tidur atau membaca buku.
100 101
(W2.N1.101.a) sketika subjek menggunakan cadar, subjek memandang berbeda terhadap dirinya.
102 103
(W2.N1.103) menurut subjek, cadar
142
bukanlah penghalang untuk menjalin komunikasi. P S
P S
P S
b
P
Hemm, begitu apakah N selalu berfikir positif pada diri N dan kemampuan N dalam mengatasi masalah? Iyaa
104
Jika N harus mendeskripsikan tentang cadar, apa yang akan N sampaikan? mendeskripsikan cadar, menurut N cadar ituu bisa dikatakan pelindung juga kak, soalnya dar segi sama laki-laki, mereka kan jadi sungkan kalau mereka mau candain sama kita, mau colek-colek gitu jadi sungkan. Dapatkah N ceritakan bagaimana N saat itu memutuskan untuk menggunakan cadar? ketika N memutuskan ya kaya yang dulu N pernah ceritakan, berawal dari suka, jadi sebelum memutuskan itu N gak tau hukum cadar itu seperti apa, boleh, sunnah atau wajib. Seperti apa belum tau, jadi. Hanya sebatas suka, rasa suka itu, teruus semakin dalam dan awalnya itu memang, dan memantapkan hati bbahwa itu yang baik dan dilaksanakan. Setiap orang kan berbeda, bagaimana N menjelaskan diri N sebagai seorang pribadi?
106
105
106
(W2.N1.105.a)Subjek selalu berfikir positif terhadap dirinya dan kemampuannya dalam mengatasi suatu masalah
(W2.N1.106) bagi subjek cadar bisa dikatakan seperti pelindung diri dari lawan jenis.
107 108
109
(W2.N1.108) subjek memutuskan untuk menggunakan cadar bnerawal dari rasa suka yang semakin dalam dan memantapkan hati bahwa cadar adalah baik dan dilaksanakan memakai cadar.
143
S
N kan tipe orang yang sebenernya N itu lebih nyaman sendiri, bukan termasuk orang yang suka main, dan N juga bukan tipe orang yang banyak ngobrol gitu sama orang. Jadi, adapun N sekarang seperti itu, N bany6ak teman, banyak canda canda kaya gitu, itu sebenernya semata-mata biar N bisa berbaur dengan mereka, biar N bener-bener bisa meskipun bercadar N tetep bisa deket sama orang-orang gitu. Kalau motivasi, selama itu karena Allah N ga pernah takut, itu aja. JaDI, intinya itu, apapun yang terjadi kalau niatannya karena Allah ya kerna Allah kenapa nggak, toh kita melakukan sesuatu itu bukan karena manusia, ndak perlu hawatir. Jadi itu sebenernya itu yang jadi penguat, setiap keputusan yang N ambil nikalau hati N niatnya karena Allah dan orangtua ridho, N akan terus berjalan, tanpa melihat lagi kebelakang gitu. Selama itu baik dan orangtua ridho, dan hati N niatnya karena Allah, N akan maju. Kalau N marah, N diem. Gak ngomong. Jadi N berusaha untuk diem. Soalnya kenapa? Kalau ngomong dalam keadaan marah itu, berbahaya banget untuk orang lai. Jadi N berkomitmen untuk tidak menyakiti perasaan orang lain. N tipe orang yang tdiak percayaan sama orang. Hanya
110
(W2.N1.110.a) subjek nyaman sendiri, subjek tidak suka bermain dan pendiam. (W2.N1.110.b) subjek memiliki banyak teman karena subjek ingin tetap dekat dengan teman-teman meskipun menggunakan cadar. (W2.N1.110.c) memakai cadar diniatkan untuk Allah sehingga tidak ada rasa takut dan goyah.sehingga menjadi penguat dalam setiap pengambilan keputusan.
(W2.N1.110.d) subjek memiliki komitmen untuk tidak menyakiti perasaan orang lain dengan tidak berbicara saat sedang marah. (W2.N1.110.e) subjek tipe orang yang tidak percaya dengan orang lain.
144
P S
P S
waktu-waktu tertentu dan cerita-cerita tertentu yang bisa memotivasi orang lain yang biasnaya N ungkapkan. Bagaimana N menjelaskan bahwa N selalu berfikir positif pada diri N sendiri dalam mengatasi masalah? Kalau N begini, ketika N mengdapati masalah atau sedang menghadapi sesuatu apapun, kaya sekarang. N pelajaran matkul ini sering masuk, ga pernah alfa, gak pernah ga masuk, selalu ngerjakan tugas, kadang aktif di kelas, ga meneng-meneng amat, tapi tiba-tiba nilai N dapet E. nilai E ibaratkan kita tidak pernah mengerjakan tugas, dan diibaratkan ga pernah masuk. Awalnya N kecewa, apa yang N usahakan selama ini gagal. Tapi disitu kita berfikiran positif lagi bahwa, o tidak masalah intinya pasti ada sesuatu yang memang baik buat N, kalau memang Allah ridho, kalau Allah ridhonya saya untuk mengulang kembali pelajaran tersebut agar saya lebih faham, kenapa nggak gitu. Toh apa-apa yang saya lakukan semuanya bertujuan untuk Allah dan saya mengikuti apa yang disuruh dengan orang tua. Bagaimana peran N di dalam keluarga? Masyaratak, teman dan dalam organisasi? Kalau peran N dikeluarga, kan N kan termasuk anak
111 112
(W2.N1.112.a) ketika subjek mengahadapi masalah, awalnya subjek kecewa namun subjek berfikir positif bahwa semua ini sudah diatur oleh Allah dan menjalaninya dengan ikhlas.
113 114
(W2.N1.114.a) subjek adalah anak yang
145
terakhir di keluarga. Jadi N itu orangnya yoo nurut gitu. Apa kata mamah yowis ikuti, dan saat ini N jadi, jadi contoh unhtuk ponakan-ponakan N. kaya naila kemarin, “pokoknya naila pengen pinter kaya bibi” gitu. Dari segi pakaian juga jadi ponakan-ponakan yang perempuannya itu, ngikut-ngikut terus, kalau misalnya daa sesuatu apapun, mamah menghadapi masalah, ataupun bapak menghadapi masalah, mereka biasanya curhat ke N. jadi yaa disitu kedekatan sama orang tua itu disitu.dan baru merasakan bener-bener deket sama orangtua ya semenjak setelah bercadar ini. dan kadang juga, kita kan 1 keluarga itu kadang ada diskusi yang dulunya pendapat N selalu ditentang, eh sekarang itu Alhamdulillah udah nggak gitu, jadi udah menerima dan kadang juga N kan di rumah ngajarin ngaji ke ponakan dan saudara. Kalau peran dalam masyarakat, N mengajar ngaji anak-anak kecil entah itu misalnya hafalan, ataupun misalnya belajar yang lainnya, kaya hitung-hitungan dan lainnya biasanya anak-anak keci;l ke rumah gitu. Kadang ada temen juga adek tingkat, biasanya kerumah sering-sering cerita terus kadang ada ibu-ibu yang cerita terus punya anak saya kaya gini kaya gini, gitu. Kalau teman, peran rika di teman itu sebagai
penurut. (W2.N1.114.b) sub jek menjadi panutan bagi lingkungan rumahnya (W2.N1.114.c) subjek baru merasakan kedekatan dengan orangtuanya setelah menggunakan cadar
(W2.N1.114.e) pendapat subjek yang awalnya selalu ditentang sekarang keluarganya mulai terbuka dnegan subjek (W2.N1.114.f) subjek mengajar ngaji dan pelajaran di lingkungan rumah subjek. (W2.N1.114.g) peran subjek dalam pertemanan sebagai pendengar. (W2.N1.114.h) ketika di lingkungan rumah, banyak orangtua yang menceritakan masalah anaknya dengan subjek
146
P S
P S
P
pendengar aja ya. Dari dulu sampai sekarang gak berubah. Karena bagi N menjadi pendengar yang baik itu harus gitu. Soalnya seseorang akan nyaman jika setiap apa yang dikatakannya itu apa yang diceritakannya itu kita dengarkan dengan baik. Kalau dalam organisasi, seperti yang lainnya kaya bantu-bantu paling kajian, Apa saja rintangan yang N alamiselama memakai cadar? Mungkin kalau misalnya rintangan memakai cadar itu kaya awalnya ada penolakan dari orangtua tapi dengan akhlak bisa. Kalau dari temen ya mereka mengatakan kaya ninja terus teroris, isis, tapi gak tak peduliin. Bagaimana N menghadapi rintangan itu? Biasanya N lebih mengkoreksi diri, melihat diri sendiri dulu. Intinya lebih mengkoreksi diri dulu. Jadi memang nangis ada, namanya ada sesuatu pasti nangis ada, tapi intinya mengkoreksi diri, mngkon karena ada yang salah dr diri N jadi dengan kita mengkoreksi diri itu kadang menjadi tenanga gitu gak ada rasa marah benci dan lain nya ke orang gitu. Oya, setelah N menggunakan cadar kan N terus memotivasi mama untuk menggunakan jilbab yam nah itukan termasuk dakwah, apakah rika mempunyai
115 116
117 118
119
(W2.N1.116) rintangan memakai cadar mendapat penolakan dari orangtua, dijauhi teman dan sering dibully oleh orang lain.
(W2.N1.118) subjek mengkoreksi diri
147
S
P S
P
S p
S
bkeinginan keinginan dakwah seperti itu untuk orang lain tidak? Tentu mbak, bukan hanya keluarga tapi teman-teman terdekat juga. Dan hanya orang yang nyaman sama kita yang mungkin bisa kita bawa. Motiv N menggunakan cadar kan karena suka ya, nah dari motiv itu bagaimana N menjadikan motivasi? Kalau dari motivasi dari cadar, mungkin diri sendiri. Waktu itu sempat mau lepas tapi N berpikir bahwa kalau N lepas cadar berarti N kalah dan akan malu nantinya. Dan karena N suka dnegan cadar mbak, jadi mengabaikan setiap apa yang dikatakan orang. Setiap ada orang yang mengolok-ngolok N malah semakin semnangat menggunakan cadar, malahs eneng gitu. Hemmm, oh iya kan cadar itu termasuk mahal yaa, bagaimana persepsi n terkait harga pakaian cadar vyang termasuk mahal? Gak mahal mbak, tergantung mahal kalau bahannya sifon arab. Kalau bahan-bahan biasa gak mahal. Hemm, kan N ada keinginan memakai cadar sejak kelas 3 mts, nah kenapa baru semester 3 kmrn baru terelialisasikan? Lihat lingkungan mbak
120
(W2.N1.120) subjek ingin berdakwah untuk keluarga dan teman-teman terdekat.
121 122
(W2.N1.122.a) subjek memiliki motivasi internal sehingga ketika subjek ingin melepas cadar, subjek merasa malu. (W2.N1.122.b) subjek mengabaikan setiap apa yang dikatakan orang lain tentang cadarnya.
123
124
(W2.N1.124)
148
P
S
Uhm, seperti yang N bilang waktu itu kah? Saat tempat dan waktunya tepat untuk menggunakan cadar, dan orang lain tidak menyangkanuya? Iya mbak, seperti itu.
149
LAMPIRAN WAWANCARA Analisis wawancara subjek II Wawancara ke : Pertama Nama
: UR
Kode
: S2
Tanggal
: 29- Februari- 2016
Refleksi
Personal P S p S p
S
Verbatim Assalamualaikum UR.. Waalaikimsalam.. UR salam kenal, aku mba nanam mbaknya sofi Salam kenal juga mbak UR boleh minta tolong gak? URbersedia gak diwawancarai mencangkup tentang UR dan niqob, snanti identitas UR tidak dipublikasikan, jadi tidak ada yang tau kalau itu UR Iya mbak silakan (tersenyum ramah) hemm, mbak tanya-tanya ini untuk berbagi ilmu, menghakimi orang atua untuk mencari tau?
No 1 2 3 4 5
6
Pemadatan Fakta
150
P
S P S P S
P
S P
S
Mba perlu data tentang akhwat yang menggunakan niqob untuk bahan skripsi, jadi kalau UR bersedia untuk membantu itu sangat bermanfaat untuk mbak masyaAllah, insyaAllah UR bantu mbak UR sednag sibuk apa saat ini? UR sedang mau masuk kuliah ini mbak Kuliah dimana UR? Awalnya UR masuk di stain metro, tapi karena disana gak boleh pakai niqob, jadi UR mengundurkan diri meskipun UR dapet bidik misi disana mbak Hemm, semoga Allah memudahkan setiap urusan UR. Hemm, kapan pertama kali UR tau informasi tentang cadar? Tau dari siapa? Dimana? Pertanyaan ini bersifat pribadi kan mba? Bukan semisal kayak dalil gitu kan? Iya UR, jadi berdasarkan pengalaman UR dan yang UR rasakan, kalau mau ditambah dalil sebagai penguat juga ndak apaapa Saat itu pertama kali UR memutuskan untuk berhijrah tahun 2014 februari, sebnarnya UR saat itu ngaak suka dengan niqob, ketika ada
7
8 9 10 11 12
13
14 15
16
Awal memakai cadar subjek berusia 19 tahun. (W1.S2.16.a)
151
P S
sahabat UR memberi informasi ttg niqob, awalnya hati nggak bisa yakin, karna UR dulu dar harakah yang membenci sangat ttg niqob. URfikir niqob adalah ciri khas terorist saat itu. Lambat laun ilmu ttg niqob, URmalah semakin menentangnya. URmalah semakin mengebu gebu utk mengajak semua orang utk menjauhinya. Namun, setelah URbertemu dengan seorang ikhwan. Tibatiba terbesit ingin memakainya. Beliau mendakwahkan UR ttg niqob, hidayah memang milik Allah, mungkin lewatnya Allah perantarakn hidayah tersebut. Hidayah tak akan datang, jika nggak di undang mba Bagaimana pendapat URsetelah mengetahui segala informasi ttg niqob? Waktu itu, URdapat informasi dari sahabat UR, sahabat URjuga ikut mendakwahkan, ttg niqob. Saat itu beliau memakai perkataan aisyah bahwa dulu perempuan2 mukmin menutupi (seluruh tubuhnya) dengan selimut saat shalat subuh bersama rosulullah, dan mereka kembali saat sdh selesai. Nah bagian seluruh tubuh itu kan menandakan wajahpun kena mba. Dan URmulai
Subjek berfikir bahwa cadar adalah cirri khas teroris dan subjek sangat benci tentang cadar shinnga subjek mulai menyuruh teman-temannya untuk menjauhi orang yang memakai cadar. (W1.S2.16.b) Setelah bertemu dengan seorang ikhwan, dan di dakwahi tentang cadar, terbesit ada rasa untuk memakai cadar. (W1.S2.16.c)
17 18
152
setuju dr sini ni mbak P S
P
S
Ketika URmendapat pengetahuan tentang niqob, bagaimana perasaan UR? Soal perasaan, yah sebagai manusia yang sdg tahap pembelajaran. Tentu rasa ragu pun datang mba, bimbang dan banyak sekali. Tapi setelah mengetahui keutamaan2 memkai niqob. Jadi dengan mantap URmemutuskan utk berniqob. Alasannya agar terhindar dari fitnah, menjaga lekuk tubuh agar tdk terlihat, menjadikan wajah hanya utk suami, mengurangi syahwat lelaki ketika melihat wajah kita emmm menjaga dan membuat diri semakin dekat dengan Allah
19
Dapatkah UR ceritakan kepada mbak, bagaimana caranya URmemutuskan untuk menggunakan niqob saat itu? Yah niqob adalah jalan yang URambil setelah begitu banyak perintah dan dalil utk berniqob. Awalnya keluarga sama sekali tdk mendukung, tapi selagi hal teersebut membuat URdekat denganNya, maka selangkah pun UR tak mau mundur. Dulu, URsampai harus rela kerja sana sini agar bisa membiayai sekolah sendiri. Karna
21
20
Subjek memiliki rasa ragu dan bimbang, namun setelah mengetahui keutamaankeutamaan menggunakan cadar, subjek menjadi mantab untuk menggunakan cadar. (W1.S2.20.a) Alasan subjek menggunakan cadar agar terhindar dari fitnah, menjaga lekuk tubuh, dan membuat diri semakin dekat dengan Allah. (W1.S2.20.b)
22 Subjek mengambil keputusan menggunakan cadar setelah mempelajari dali-dalil untuk berniqob. (W1.S2.22.a) Saat subjek memutuskan untuk menggunakan cadar, subjek membiayai
153
kedua orangtua yang sangat URcintai lepas tanggung jawab ketika URmengambil keputusan ini. URmencintai keluarga UR. Tapi URlebih rindu dengan Rabb kita. Jadi, dengan hati yang mantap, jiwa yang masih sering di goyah2kan. Dengan mantap! Bismillaah, dengan izinNya hari ini di mudahkan olehNya. Allah menguji kita ketika kita memutuskan utk menjadi penghuni jannahNya. Tdk mungkin ketika semisal kita masuk perguruan tinggi, jika kita santai2 saja itu bisa masuk. Tentu hal tersebut bisa kita raih dengan usaha dan doa. Begitupun dengan meraih jannahNya ya kita harus usaha mendekatiNya, bedoa denganNya, curhat denganNya, mencari perhatiaanNya, karna Dia sangat begitu rinduuuuuu sekali dengan hamba yang selalu menyerahkan urusan kepadaNya. Ujian tersebut Dia berikan, bukan Dia tdk mencintai kita, tapi Dia ingin kita selalu mendekatiNya. Karna ujian adalah cara Allah menyampaikan rinduNya kepada kita P S
Jika UR harus mendeskripsikan tentang niqob bagi UR, apa yang UR sampaikan? Niqob adalah termasuk perintah dari Nya juga.
sekolah sendiri dengan bekerja karena orangtua subjek lepas tanggung jawab dan tidak setuju subjek menggunakan cadar. (W1.S2.22.b)
23 24
Menurut subjek cadar adalah cadar Allah
154
Karna dalam QS. Al-ahzab: 59 "Hendaklah mereke mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka". Hal tersebut sedikit dalil dari beberap dalil dan bukti yang ada. Jadi, menurut UR niqob adalah cara Allah menjaga kita dari fitnah, kebebasan nafsu lelaki, menghindarkan kita dari taabbaruj, modren yang semakin menjahiliyah, dan cinta dunia sekaligus takut mati. P S
P S
menjaga diri subjek dari fitnah. (W1.S2.24)
Apa yang UR rasakan ketika UR pertama menggunakan niqob? Pertama kali memkai niqob, tentu ya tidak langsung terjun ke masyarakat, awalnya hanya di pakai utk berpergian jauh. Tentu banyak yang mengoyahkan, banyak yang memperdebatkan. Tapi sebagai mengaku hambaNya, tinggal bumiNya. Tentu URtak mau goyah hanya dengan ujian yang belum seberapa ini di banding pengikut2 rosululloh dulu
25
Hal apa yang terjadi ketika UR pertama kali menggunakan cadar? Hal yang pertama kali terjadi ya kepada orangtua mba. Orangtua mulai memberi ancaman, cobaan, tekanan, dan perintahh utk melepasnya.
27
26
28
Saat subjek pertama menggunakan cadar, subjek hanya memakai saat bepergian jauh dan banyak yang memperdebatkan, namun subjek tidak mau goyah, karena ujian tersebut tidak seberapa dibandingkan ujian pengikut-pengikut rasulullah dulu. (W1.S2.26)
Ketika pertama menggunakan cadar, orangtua subjek mulai memberi ancaman, tekanan, memerintahkan untuk melepas
155
p s P
s P s
P S P
Orangtau mulai menjauhi, membennci dan membuat keputusan utk mengusir URdari rumah atau ttp memakainya. Apa yang UR lakukan saat itu? Kan sekarang sudah hampir 2 tahun UR pakai niqob, bagaimana hubungan UR dengan orangtua sekarang? Apa mereka sudah memperbolehkan UR memakai niqob? Mereka no coment mbak Tapi sekarang UR masih tinggal dengan orangtua kan? Masih mbak. Ya walaupun mereka menganggap UR seperti orang atau UR yang dulu yaitu ini adalah cirri teroris. Tapi sebagai anak, UR tetap tunjukan bakti URkepada mereka layaknya anak. Menyediakan surge untuknya kelak insyaAllah Semoga orangtua UR segera welcome dg UR. Tapi URtidak mempermasalahkan hal itu ya? Sama sekali ndak mbak, UR santai saja (tersenyum) Subhanallah, ketika URmenggunakan niqob, URmendapat motivasi dari siapa saja untuk tetap
cadar, orangtua mulai menjauhi dan membuat keputusan untuk mengusir subjek dari rumah. (W1.S2.28) 29 30 31
32
Sampai saat ini orangtua subjek hanya diam saja. (W1.S2.32)
33 34
Subjek tetap tinggal dengan orangtua namun subjek dianggap seperti oranglain dan dianggap sebagai cirri khas teroris. (W1.S2.34)
35 36 37
Subjek tidak mempermasalahkan ancaman orangtua. (W1.S2.36)
156
S P S
teguh menggunakan niqob? Dari seseorang yang sekarang sudah bersama Allah mbak (tersenyum) Apa yang membuat UR tetap teguh untuk tetap menggunakan niqob sampai sekarang? yang URrasakan saat ini adalah kenyaman yang telah Allah berikan. Ujian yang telah Ia berikan, begitu membuat URsemakin tau apa itu artinya sabar, dan sabaaaarrr. Ujian yang telah Dia berikan, begitu membuyat UR semakin menjadi pribadi yang dewasa dan kuat. Karna UR selalu percaya akan janji Nya, UR percaya kelak wanita yang menjaga izzahnya akan Alloh tempatkan di jannahNya seperti layaknya Maryam. Tapi UR memutuskan berniqob bukan hanya semata2 mencari hal tersebut atau mencari juga penilaian manusia. Tapi UR hanya mencari penilaianNya agar apakah pantas diri ini mendapat ridhoNya? di kumpulkan bersama barisan orang2 shaleh? Apalagi barisan rosululloh. Jadi azzam URsemakin kuat ketika ingat janjiNYa. Begitupun juga penilaianNya
38 39 40
Dengan menggunakan cadar, subjek merasa nyaman. (W1.S2.40.a)
Subjek belajar sabar yang menjadikan subjek semakin menjadi pribadi yang dewasa dan kuat. (W1.S2.40.b)
157
P S
P
S
P
S
Bagaimana pendapat UR tentang batasa aurat menurut UR? Menurut QS. Al-Ahzab:59 sudah kita pahami bahwa Allah memrintahkan kita untuk menutup seluruh tubuh kita. tapi, jika percaya dan yakin ttg hadist nabi yang mengatakan bahwa aurat wanita itu kecuali telapak tangan dan muka ya silahkan, itu bukan masalah yang besar. Selagi bisa menjaga aqidah dengan baik, dan nggak memperdebatkan masalah ini
41
Subhanallah, apa setelah UR bertemu dengnan ikhwan tersebut UR langsung memakai cadar? Atau UR mencari info dlu tentang hukum bercadar? Ndak mbak, setelah bertemu dengan taaruf UR itu gak langsung UR pakai, dia terus memeberi pemahaman. Setelah taaruf kami berjalan lama, baru UR pakai (tersenyum) Hemm, URkan pakaian niqob itu termasuk mahal yaa, apakah orangtua URmemberikan uang untuk membeli niqob? Kalau soal rezeki mah udah diatur Allah mbak, rezeki itu seperti maut. Mau susah payah kita mencapainya atau mencegahnya pasti kelak
42
42
43
Batasan aurat menurut subjek mengacu dalam QS. Al-Ahzab:59 bahwasannya Allah memerintahkan untuk menutup seluruh tubuh kita. (W1.S2.42)
Subjek menjalani proses taaruf (W1.S2.43)
44
45
Subjek memiliki beberapa pekerjaan, mulai jualan, menjahit, dan mengajar. (W1.S2.45.b)
158
P S
P S
datang juga. Pasti ada juga, buktinya sampai saat ini UR bisa berdiri sendiri, dari URjualan, URbelajar jahit, URngajar anak-anak akutansi ngajar ngaji. Apasaja yang penting ada Allah disitu. Subhanallah, berarti selama memakai cadar ini UR bekerja? (tersenyum) UR yang bekerja mbak, soal hasil Allah yang atur. Memang gak mudah, tapi cukup merasa saja dinilai selalu dengan Allah tentang kelayakan untuk menjadi penghuni jannahnya, maka selalu ada keyakinan kuat untuk itu UR bagaimana bisa sekuat ini? Allah yang menguatkan mbak, bukan diri ini. URmah gak punya kekuatan apa apa mbak. (tertawa) Seseorang itu bisa atau mampu menghadapi masalah dan ujian itu bukan karena dia kuat, hebat. Tapi melainkan karena dia adalah orang yang Allah pilihkan untuk sering merasakan ujian. Coba deh mbak bayangin, mba bisa dapet peringkat karena belajar kan? Dan gak mungkin belajar itu cuman sekali. Itulah hakekat sebuah
46 47
48 49
159
P S
P S P
S
ujian dalam kehidupan mbak, dia seperti pembelajaran untuk kita (tersenyum) Selama ini, kalau URada masalah dan butuh solusi, URceritanya ke siapa? Selain Allah.. UR cerita sama seseorang yang kini telah bersama Allah mbak, beliau insyaAllah syahid sebelum ramadhan. Mba kiki istrinya Abu Qayyim (tersenyum) Aamiin ya Allah.. Oya mbak, pertanyaannya dilanjut lain kali gapapa kan? Owh iya gakpapa.. makasih banyak ya UR udh bantu mbak dlm menyelesaikan skripsi ini. besok mba kabari lg ya Iya mbak
50 51
52 53 54
55
Subjek mendapat dukungan dan motivasi dari sahabatnya. (W1.S2.51)
160
Analisis wawancara subjek II Wawancara ke : Kedua Nama
: UR
Kode
: S2
Tanggal
: 17-maret-2016 (minggu)
Refleksi
Personal P S P S P
S P S P
Verbatim Assalamualaikum UR Waalaikimsalam mbak Tanya tanya lagi ya UR.. Iya mbak silakan Hemm, bagaimana UR mendeskripsikan diri UR sebagai seorang pribadi? Jelaskan lebih rinci seperti UR orangnya pemalu, mudah bergaul, dan lain lain Waahh susah jelasin itu mbak Kenapa susah UR? UR paling gak bisa mendeskripsikan diri UR dari dulu Hemm, kalau gitu apakah dengan menggunakan
No 56 57 58 59 60
61 62 63 64
Pemadatan Fakta
161
S
P S
P
S P
niqob berpengaruh terhadap bagaimana UR melihat diri UR? Kalau soal itu, UR fikir memang hanya UR sih yang bisa menilai siapa UR sebenarnya. Karena mau kita bertopeng seperti apapun, sekeras apapun kita berpura-pura dan sehebat apapun kita mencari perhatian dan penilaian manusia, tetap saja kita yang tau siapa diri kita sesungguhnya.. UR bingung jawanbnya tapi mbak Hemm, iyaa Apakah UR tau UR pribadi yang seperti apa? UR tau pribadi UR mbak, UR yang pemalu, malu keyika memiliki keinginan yang berlebihan, pertanyaan yang banyak menyita mata. UR juga orang yang sering plin plan, ini hanya ketika mengambil keputusan, kadang akhirnya UR harus ikut jalur yang ada Kalau dari bincang-bincang kita kemarin, mba melihat UR ini sosok yang tegar, mudah bergaul, orang yang optimis, tidak mudah putus asa dan selalu berusaha, bener gak? Hehe Iya kah mbak? Aamiin Hehe, iya. UR memandang kaya gitu gak
65
66 67
68
69 70
Subjek adalah pribadi yang plin plan dalam mengambil keputusan, dan pemalu. (W2.S2.67)
162
S
P S P S
P
S
terhadap diri UR? Iya mbak, gitu kalau UR mandang diri UR. Tapi orang lain justru banyak banget yang nilai UR kaya mbak gitu.
71
Hehe, iya kah? Iya mbak (tersenyum) Hemm, apa saja rintangan yang UR alami selama memakai cadar? Ya Cuma orang tua dan pakaian mbak
72 73 74
Saat itu bagaimana sikap UR ke orang tua? Bagaimana UR mengahadapi rintanganrintangan itu? Sebagai anak, UR hanya diam saja mba dan terus membuktikan diri dengan terus berbaktikepada mereka berdua, menahan sabar, menuruti apa mau mereka kecuali niqob dan jamaah. Menunjukkan akhlaq yang baik/. Dengan sabar, sabar dan sabaarr. Karena UR
76
75
77
Subjek memandang dirinya adalah pribadi yang tegar, mudah bergaul, optimis dan tidak mudah putus asa. (W2.S2.71.a) Teman subjek beranggapan sama, bahwa subjek pribadi yang optimius, tidak mudah putus asa, tegar, dan mudah bergaul. (W2.S2.71.b)
Rintangan saat menggunakan cadar adalah orangtua yang tidak mendukung subjek untuk menggunakan cadar. (W2.S2.75)
subjek menghadapi rintangan tersebut dengan terus berbakti kepada orangtua (W2.S2.77)
163
P S
P
S
P S
selalu percaya Allah sedang melihat usaha dan Dia juga sedang menilaiku mbak Subhanallah, apa yang membuat UR mampu menghadapi semua itu? Karena menurut UR juga mau kita dakwah pun, orangtua tetap menganggap kita sebagai anak, hanya ankan dan tetap sebagai anak. Tunjukkan akhlaq yang baik. Contohnya semisal orangtua tidak sholat, terus kita gak mampu mengajak, ya kita cukup ngode aja gini “ah sholat ah” (tertawa) Karena Allah hanya Allah dan untuk Allah mbak Owalah, apa yang UR lakukan setelah menggunakan niqob? Apakah UR mulai berdakwah? Iya mbak, sejak UR memutuskan untuk menggunakan niqob mbak. Karena seorang muslim punya tugas wajib yaitui dakwah, dakwah dan dakwah UR ingin berdakwah kepada siapa dulu?? Keluarga teman atau sahabat? Sahabat mbak
78 79
Subjek mulai dakwah dikeluarganya dengan mulai mengajak sholat. (W2.S2.79)
80
81
Kewajiban seorang muslim adalah dakwah. (W2.S2.81.a) Subjek mulai berdakwah saat menggunakan cadar. (W2.S2.81.b)
82 83
Subjek mulai berdakwah dengan sahabatnya (W2.S2.83)
164
P S
P S P S P S P S P
Subhanallah, bagaimana sikap sahabat sahabat UR setelah menggunakan niqob? Kalau temen temen saat jahiliyah ya mereka mengolok-ngolokkan mbak. Tapi kalau sahabat, masyaAllah, alhamduillah Allah telah mengirim sosok malaikat yang luar biasa mbak. Mereka sangat mendukung bahkan mereka sampai harus adu mulut dnegan banyak orang ketika banyak yang merendahkan dan memperdebatkan niqob ini Sahabat UR juga memakainiqob kah? Ndak mbak (tersenyum) Subhanallah, berarti mereka sangat mendukung UR ya selama ini? Alhamdulillah atas izinNya Hemm, kemarin UR bilang kalau belajar menjahit, apa UR menjahit cadar juga? Iya mbak, UR Cuma buat cadar tali aja, UR belum bisa bikin cadar yang lain Subhanallah, apa lancar bisnis UR? UR hanya membeli kain, jahit lalu menjual mbak, soal pembeli Allah yang atur Sejak kapan UR memulai usaha itu?
84 85
Subjek mendapat pandangan negative dari teman-teman. (W2.S2.85.a) Subjek mendapat dukungan dari sahabatsahabatnya. (W2.S2.85.b)
86 87 88 89 90 91 92 93 94
Subjek membuat cadar sendiri dan menjualnya (W2.S2.91)
165
S
Sejak mulai membiayai sekolah sendiri mbak
95
P S
Berarti setelah UR menggunakan niqob ya? Siip mbak
96 97
P
Hemm, kan pertama UR menggunakan cadar karena dakwah dari orang lain, bagaimana dengan dakwah tersebut dapat UR jadikan motivasi? Motivasi UR hanya satu mbak, “Allah sedang menilai kelayakanku apakah pantas menjadi penghuni jannahnya” Tentang berdakwah, kalau boleh tau langkahlangkah apa saja yang UR lakukan ketika berdakwah? Dakwah itu mengajak mbak, tidak ada langkah yang UR persiapkan selain terus menuntut ilmu. Dakwah bisa dimana saja, bisa kapan saja, bahkan dalam keadaan apapun. Apakah UR selalu berfikir positif terehadap diri UR? Selalu mbak. Karena diri kita adalah apa yang kita fikirkan, UR selalu yakin tentang itu.
98
S
P
S
P S
99
Subjek mulai bekerja setelah menggunakan cadar dan membiayai sekolah sendiri. (W2.S2.97)
Penilaian Allah subjek jadikan sebagai motivasi. (W2.S2.99)
100
101
Menuntut ilmu adalah cara subjek mempersiapkan dakwah (W2.S2.100)
102 103
Diri kita adalah apa yang kita fikirkan, sehingga subjek selalu berfikir positif
166
terhadap dirinya. (W2.S2.103) P S
P
S
P S
P S P S P
Subhanallah, selain menjahit, apa yang UR lakukan ketika ada waktu luang? UR ada TPA mba dideket rumah. Setiap hari. Buat ngelatih diri juga. (tertawa) Kalau kajian rutinnya setiap hari sabtu sore
104
Subhanallah, jadi UR ngajar tpa juga ya? Apa dari kajian kajian itu UR bisa semakin mantab untuk memakai niqob? Kalau untuk kajian tidak pernah membahas niqob mbak. Karena disini baru UR saja yang memakai niqob Owalah, kapan UR masuk kuliah? InsyaAllah bulan September ini mbak. Oya mbak dapet kontak UR dari siapa? Lupa UR Dari nisa UR, kenal kan? Owalah mbak nisa, kok tiba tiba ngasih kontak UR mbak? Kan mba minta tolong dikenalkan sama akhwat bercadar. Jadi nisa ngasih kontak UR deh Ooo, masyaAllah mba nisaa (tertawa) Hehe iya, katanya UR lebih faham jadi di
106
105
107
108 109
110 111 112 113 114
Setiap hari subjek mengajar TPA (W2.S2.105.a) Subjek mengikuti kajian setiap sabtu sore (W2.S2.105.b)
Hanya subjek yang memakai cadar di lingkungan rumah subjek. (W2.S2.107)
167
S
P
S P
S
kenalin deh sama UR Nda mbak, masih terus perlu dibimbing dan belajar mbak Maaf kalau awal perkenalan kita mungkin ndak sopan dan mungkion buat mba nda nyaman yaa Hehe, sma ambak juga lagi proses belajar Nggak UR, dari awal UR baik banget, welcome dnegan mbak Alhamdulillah kalau gitu mbak hehe Semangat terus ya mbak Iya UR. Makasih banyak ya udah bantu mbak Nanti kalau mbak ada pertanyaan lagi boleh tanya-tanya lagi kan? Iya mbak, boleh banget (tertawa)
115
116
117 118
119
168
LAMPIRAN WAWANCARA Analisis wawancara subjek III Wawancara ke : Pertama Nama
: HS
Kode
: S3
Tanggal
: 04-juli-2016 (senin)
Lokasi
: Wawancara menggunakan via WA
Refleksi
Personal P S P
S P S
Verbatim Assalamualaikum HS.. Waalaikumsalam Nia, aku mba nana temannya Fatimah. Hemm, boleh minta tolong tidak? Untuk menjawab pertanyaan2ku seputar cadar dan identitas untuk skripsi, jadi identitas HS tidak dipublikasikan Iya mbak boleh (tersenyum,) Hemm, boleh tau kapan HS pertama kali menggunakan cadar? Kalau HS sendiri sih masih baru mbak, sekitar
No 1 2 3
Pemadatan Fakta
4 5 6
Subjek baru memakai cadar, bulan juni
169
2 minggu yang lalu. P S
P S
P S P S
P S
HS tau informasi tentang niqob sejak kapan dan dari siapa? Kalau soal niqob sih ibu HS dari semasa kulaih atau HS jauh belum lahir sudah pakai niqob mbak Subhanallah, bagaimana HS memutuskan untuk menggunakan niqob? (tertawa) kalau saya sih awalnya karena menikah, calon suami pengen saya bercadar kalau sudah nikah.. tapi insyaallah kedepannya bisa diperluas niatnya mbak (tertawa) Subhanallah, jadi sekarang sudah menikah toh? HS masih sma kah? Sudah lulus tahun kemarin Alhamdulillah Iya, baru 2 minggu menikahnya (tertawa) Alhamdulillah, setelah menikah HS langsung menggunakan cadar kah? Iya, hmm Mungkin dari 3 hari sebelum menikah mulainya mbak (tertawa) Gimana respon ortu dan keluarga HS? Kalau ortu sih mendukung banget ya, karena kan ummi juga bercadar. Kalau keluarga sih Alhamdulillah selama itu hal yang baik gak mempermasalahkan. Dan lagi juga keluarga sudah mengenal apa itu cadar, Alhamdulillah.
2016 saat subjek berusia 20 tahun. (W1.S3.6) 7 8
Ibu subjek menggunakan cadar, sehingga subjek sudah mengenal cadar sejak kecil. (W1.S3.8)
9 10
Alasan awal subjek menggunakan cadar karena suaminya. (W1.S3.10)
11 12 13 14
15 16
Subjek menggunakan cadar, 3 hari sebelum menikah. (W1.S3.14)
Keluarga subjek sudah mengenal cadar, sehingga orangtua dan keluarga sangat mendukung subjek. (W1.S3.16)
170
P S P S
P S P S
Subhanallah, jdi sekarang ini HS sibuk ngapain? Kuliah kah? Saya kuliah di Al-imarat mbak
17
Gimana lingkungan disana? apakah disana mendukung untuk menggunakan cadar? Iya Alhamdulillah, ada yang beberapa berniqob juga. Mungkin karena disana islami dan juga berbasis bahasa arab ya mbak
19
Owalah, hemm. Berarti tidak ada penolakan dari siapapun ya? Cuman ya pasti ada beberapa pribadi yang kurang suka ya hehe
21
Ada halangan halangan atau rintangan rintangan gitu gak sejak memakai niqob? Ada sih, terutama kalau ada acara makan diluar hehe
23
18
20
22
24
Beberapa teman kampus subjek menggunakan cadar, dan kampus berbasis islam. (W1.S3.20)
Terdapat beberapa orang yang tidak suka dengan cadar. (W1.S3.22)
subjek kesulitan saat ada acara makan diluar. (W1.S3.24)
Untuk yang lainnya, mungkin karena saya masih baru banget ya jadi belum ya semoga gak ngalamin hehe P
S
Aamiin.. hemm, kalau HS harus mendeskripsikan tentang cadar bagi HS, apa yang HS sampaikan? Cadar itu hukum asalnya tidak wajib ya.. Mungkin banyak org yg menganggap cadar itu
25
26
Hukum cadar adalah sunnah. (W1.S3.26.a)
171
budaya, tapi sebetulnya tidak. Cadar itu sunnah rasul atau sebuah anjuran. Jika dilaksanakan berpahala jika tidak ya tidak berdosa. Kalau dia asalnya budaya arab, berarti jika dilakukan ga berpahala ya mbak hehe
Cadar bukan budaya, cadar adalah sunnah rasulullah atau sebuah anjuran. Jika dilaksanakan mendapat pahala jika tidak dilaksanakan tidak berdosa. Jika cadar adalah budaya, maka jika dilaksanakan tidak mendapat pahala. (W1.S3.26.b)
Cadar itu memuliakan wanita, dengannya wanita lebih terjaga. Iya ga menjamin seorang wanita akan aman yaaa kan jelas yg Maha Menjaga itu Allah. Tapi setidaknya wanita bercadar lebih terjaga dripada yg tidak, semisal yg berjilbab lebih terjaga dripada yg tidak
Bagi subjek cadar itu memuliakan wanita dengannya wanita lebih terjaga. (W1.S3.26.c)
Orangtua subjk selalu bilang bahwa dengan cadar, akan menjaga diri kita. (W1.S3.26.d)
Hehe gitu aja sih mbak Sedari kecil HS sering bertanya sama ummi mengenai cadar. Ummi sih selalu bilang untuk menjaga diri hehe P
S P
S
Owalah, karena lingkungan HS sudah mengenal cadar, apa HS mudah beradaptasi dengan lingkungan sekitar? Iya,, Alhamdulillah dan juga saya tipe orang yang agak cuek yaa hehe Hhee, iyaa Kan setiap orang berbeda, bagaimana HS mendeskripsikan diri HS sebagai seorang pribadi? Hemm, bagaimana yaa
27
28
Subjek adalah pribadi yang cuek. (W1.S3.28)
29
30
Subjek pribadi yang cuek dalam beberapa
172
P S
Cuek sihh tapi hanya dalam beberapa kondisi. Saya pemalu jadi dengan bercadar lumayan membantu (tersenyum) Subhanallah, hemm. Kalau pandangan HS terhadap diri HS hagaimana? Batasan aurat kan udah ada aturannya dari islam, mbak, dalam surat Al-Ahzab ayat 59.
kondisi dan pemalu. (W1.S3.30.a) Dengan bercadar membantu subjek menjadi tidak malu. (W1.S3.30.b) 31 32
Islam menjelaskan bahwa batasan aurat terdapat dalam surat Al-Ahzab:59. (W1.S3.32)
173
LAMPIRAN WAWANCARA Analisis wawancara subjek IV Wawancara ke : Pertama Nama
: Fia
Kode
: S4
Tanggal
: 3 agustus 2016 (rabu)
Lokasi
: Wawancara via WA
Refleksi
Personal P S P S p S P
Verbatim Assalamualaikum Waalaikumsalah warohmatullah Ini temen nya sofi ya? Salam kenal ya, aku mbak nya sofi Salam kenal kembali mbak Hemm, namanya siapa? Fia mbak, kenapa mbak? Fia yaa, boleh minta tolong gak? Untuk jadi subjek penelitian mbak? Bersedia ga fia?
No 1 2 3 4 5 6 7
Pemadatan Fakta
174
S P S P
8 9 10 11
S
Boleh mbak Apa fia memakai niqob? Apa yang bisa ana bantu Ada pertanyaan-pertanyaan tentang cadar, untuk penelitian skripsi. insyaAllah gak dipublikasikan identitasnya insyaAllah boleh-boleh saja.. ketemuan di wasii aja mbak Wah, maaf sekali, aku sudah dimalang. Gimana ya fi? Yasudah lewat wag pp mbak Tapi afwan apabila slow respon Iya fi, ndak apa apa Ngomong-ngmong dengan mba siapa namanya? Nama saya banan muthohharoh biasa d panggil nana Fia ornag lampung asli kah? Bukan mbak, tapi tinggal di lampung
P S
Aslinya dari maba? Dilampung, hanya bukan orang lampung
19 20
S P S P S P
12 13 14 15 16 17
18
Oya pertanyaan apa yang mau di ajukan mbak P
Owalah iya,
21
175
S
P S
P S
P S
P S
Hemm, bagaimana fia mengetahui informasi tentang cadar? Dimana? Tau sejak tahun 2009 mbak, dari ma‟had almuhsin
22
Bagaimana pendapat fia setelah mengetahui informasi tentang cadar? Cadar merupakan salah satu bentuk pengaplikasian dalam mengamalkan sunnah nabi dan kewajiban menutup aurat.
23
Apa yang fia lakukan ketika fia mendapatkan informasi tentang cadar? Mempelajari makna dan hukum-hukum cadar
25
ketika fia mengetahui segala sesuatu tentang cadar, bagaimana perasaan fia? Menurut pandangan saya wanita yang bercadar cenderung memiliki pandangan positif dan jauh dari hal negative. Karena pakaian yang menjulur menutupi aurat itu menahan sang pemakai dari prilaku yang menyimpang. Apa yang fia fikirkan tentang cadar? Muncul niat untuk memakainya
27
24
26
28
29 30
Cadar adalah pengaplikasian dalam mengamalkan sunnah nabi dan kewajiban menutup aurat. (W1.S4.24)
Setelah mendapatkan informasi subjek mempelajari makna dan hukum-hukum cadar. (W1.S4.26)
Wanita yang bercadar memiliki pandangan positif dan jauh dari hal negatif. (W1.S4.28)
Setelah mengetahui info tentang cadar,
176
subjek memiliki niat untuk menggunakan cadar. (W1.S4.30) P S
P
S
P S
P S
Pertama memakai cadar itu saat fia usia berapa? 17 tahun mbak, jadi sweet seventeen adalah pilihan ana ketika orang lain lebih memilih bersenang-senang dan memuaskan hasrat ke ABG annya, ana memutuskan untuk berniqob. Subhanallah, terus gimana pendapat orangtua fia ketika fia mau bercadar? Apa mereka membolehkan? Alhamdulillah membolehkan dan mendukung, yang pasti orangtua butuh bukti publikasi bahwa bukan sekedar penampilan namun kepribadian harus lebih baik Kalau dari temen temen fia gimana? Apa mereka mendukung fia memakai niqob? Iya saya yakin ketika melepaskan sesuatu karenaNya Allah pasti memberiganti yang lebih baik itu saja. Hemm, apa saja hambatan-hambatan ketika awal memakai cadar? Lebih kepada diri sendiri mbak, syaitan itu musuh yang nyata banyak ujian ke istiqomahan, oleh karena nya ana pribadi ketika mulai hijrah
31 32
Subjek memutuskan memakai cadar pada usia 17 tahun. (W1.S4.32)
33
34
Orangtua mendukung keputusan subjek untuk menggunakan cadar. (W1.S4.34)
35 36
37 38
Hambatan saat menggunakan cadar adalah diri sendiri. (W1.S4.38)
177
P S
P S P S
P S P S
mulai mengakrabkan diri kepada teman-teman yang baik, berkecimuh dalam ruang lingkup orang-orang shalih Subhanallah, apa yang fia rasakan ketika pertama menggunakan niqob? Sesuatu yang tidak pernah saya rasakan sebelumnya. Sebuah ketenangan yang tidak bisa di deskripsikan Hal apa yang terjadi ketika fia pertama menggunakan niqob? Lebih dihargai oleh orang-orang sekitar, dan teman teman menjadi segan Dapatkah fia ceritakan bagaimana fia memutuskan untuk menggunakan cadar? Mudah saja semua berawal dari niat azzam yang kuat Akhirnya bercadar karena apa? Seseorang dikatan beriman apabila ia mampu mengiringi amalan wajib dengan amalan sunnah Jika fia harus mendeskripsikan tentang cadar bagi fia, apa yang fia sampaikan? Sebaik-baik cara Allah menjaga wanita dari fitnah. Karena wajah wanita itu fitnah yang
39 40
Ada rasa ketenangan dalam diri subjek ketika menggunakan cadar. (W1.S4.40)
41 42
Setelah memakai cadar, subjek merasa lebih di hargai dan disegani. (W1.S4.42)
43 44
Berawal dari azzam niat yang kuat subjek memutuskan untuk menggunakan cadar. (W1.S4.44)
45 46 47 48
Cadar adalah cara Allah menjaga wanita dari fitnah. (W1.S4.48)
178
P S
P
S
P S P
menurut saya sangat ampuh menyihir kaum adam. Bantulah mereka menjaga iffah diri wanitasendiri Motivasi apa saja yang fia dapatkan untuk tetap istiqomah menggunakan cadar? Kembali kepada azzam diri sendiri Bercadar karena apa karena rido atau manusia Waktu pertama memutuskan untuk menggunakan niqob, apakah fia meminta persetujuan orangtua? Tidak mbak Mbak afwan mungkin cukup sampai disini ya wawancaranya kurang lebih ana mohon maaf Harap maklum Hemm iya Terimakasih banyak ya fia atas bantuannya Iya mbak sama sama Maaf ya mbak Iya fia..
49 50
Memiliki azzam yang kuat adalah motivasi subjek untuk istiqomah menggunakan cadar. (W1.S4.50)
51
52
53 54 55
Subjek mengambil keputusan (W1.S4.52)
179
LAMPIRAN: A. Kategorisasi Makna Cadar Kategori Cadar
Sub Kategori Persepsi
Interpretasi Kesan pertama
Persepsi
kesan pertama
Persepsi terhadap cadar
pandangan positif
Persepsi terhadap cadar
pandangan positif
Persepsi terhadap cadar
pandangan positif
Persepsi terhadap cadar
pandangan positif
Persepsi terhadap cadar Persepsi terhadap cadar
pandangan positif
Perasaan terhadap cadar
Rasa suka
Perasaan terhadap cadar
Ketertarikan
Perasaan terhadap cadar
Rasa ingin
Perasaan
Rasa ingin
pandangan positif
Pemadatan Fakta (W.N1.41.b) Subjek pertama kali tertarik dengan cadar ketika melihat fenomena seorang wanita bercadar di pasar. (W.N1.42.c) Subjek sering melihat orang-orang yang menggunakan pakaian panjang, sehingga subjek menjadi suka dengan model berpakaian tersebut. (W.N1.41.c) Dengan pakaian syar‟i orang lain akan menghormati permpuan. (W1.S3.26.b) Cadar bukan budaya, cadar adalah sunnah rasulullah atau sebuah anjuran. Jika dilaksanakan mendapat pahala jika tidak dilaksanakan tidak berdosa. Jika cadar adalah budaya, maka jika dilaksanakan tidak mendapat pahala. (W1.S3.26.c)Bagi subjek cadar itu memuliakan wanita dengannya wanita lebih terjaga. (W1.S4.28)Wanita yang bercadar memiliki pandangan positif dan jauh dari hal negatif. (W1.S4.48)Cadar adalah cara Allah menjaga wanita dari fitnah. (W1.S2.24)Menurut subjek cadar adalah cadar Allah menjaga diri subjek dari fitnah. (W.N1.41.a) subjek menggunakan cadar karna suka, bukan karena hukum memakai cadar. (W.N1.41.d) Setelah melihat fenomena bercadar, subjek mulai tertarik dan timbul keinginan bercadar saat itu. (W1.S4.30)Setelah mengetahui info tentang cadar, subjek memiliki niat untuk menggunakan cadar. (W1.S2.16.c)Setelah bertemu
180
terhadap cadar
Perasaan terhadap cadar Perasaan terhadap cadar
Perasaan terhadap cadar
Modeling
Motiv/Alasan
Motiv/Alasan
Motiv/Alasan
Motiv/Alasan
Motiv/Alasan
Perepsi terhadap cadar Perepsi terhadap cadar Perepsi terhadap cadar
dengan seorang ikhwan, dan di dakwahi tentang cadar, terbesit ada rasa untuk memakai cadar. Ketertarikan (W.N1.42.a) Subjek tertarik dengan cadar ketika subjek berusia 16 tahun. Keraguan Subjek memiliki rasa ragu dan bimbang, namun setelah mengetahui keutamaan-keutamaan menggunakan cadar, subjek menjadi mantab untuk menggunakan cadar. (W1.S2.20.a) Rasa senang (W2.N1.95.a) awal memakai cadar subjek merasa senang karena hal itu keinginan dari kelas 3 mts dan tercapai pd saat kuliah semester 3. Mengikuti idola (W.N1.42.f) Subjek menggunakan cadar mengikuti idolanya yaitu khadijah. Ketidaknyamanan (W.N1.64.a) Saat kelas 2 aliyah subjek merasa gelisah dan tidak nyaman denggan kehidupannya sehingga subejk mulai mencari informasi tentang cadar. Mencari (W.N1.64.g) Dari membaca buku kenyamanan tersebut, subjek mulai banyak pertanyaan dan subjek mulai bertanya dengan orang yang menurut subjek faham. Mencari (W1.S4.26)Setelah mendapatkan informasi cadar informasi subjek mempelajari makna dan hukum-hukum cadar. Mengikuti (W1.S3.10)Alasan awal subjek keinginan suami menggunakan cadar karena suaminya. Menjaga Diri (W1.S2.20.b)Alasan subjek menggunakan cadar agar terhindar dari fitnah, menjaga lekuk tubuh, dan membuat diri semakin dekat dengan Allah. Pandangan positif (W1.S2.24)Menurut sbjek cadar adalah cadar Allah menjaga diri subjek dari fitnah. Rasa nyaman (W1.S2.40.a)Dengan menggunakan cadar, subjek merasa nyaman. Penilaian positif Orangtua subjk selalu bilang bahwa dengan cadar, akan menjaga diri
181
Perepsi terhadap cadar
Perepsi terhadap cadar Perepsi terhadap cadar Dukungan sosial Dukungan sosial
Dukungan sosial
kita. (W1.S3.26.d) Pemahaman cadar Cadar adalah pengaplikasian dalam mengamalkan sunnah nabi dan kewajiban menutup aurat. (W1.S4.24) Kegunaan cadar (W1.S3.30.b)Dengan bercadar membantu subjek menjadi tidak malu. (W1.S4.42)Setelah memakai cadar, subjek merasa lebih di hargai dan disegani. Dukungan dari (W2.S2.85.b)Subjek mendapat sahabat dukungan dari sahabat-sahabatnya. Dukungan dari (W1.S4.34)Orangtua mendukung orangtua keputusan subjek untuk menggunakan cadar. Dukungan dari Keluarga subjek sudah mengenal keluarga cadar, sehingga orangtua dan keluarga sangat mendukung subjek. (W1.S3.16)
B. Katgorisasi Komponen Identitas Kategori Konsep self
Sub Kategori Skema dasar
Interpretasi Pemahaman diri
Skema dasar
Pemahaman diri
Skema dasar
Pemahaman diri
Skema dasar
Pemahaman diri
Skema dasar
Pemahaman diri
Skema dasar
Pandangan
Pemadatan Fakta (W2.N1.99.a) subjek tidak suka bermain. (W2.N1.99.b) ketika ada waktu luang, subjek gunakan untuk tidur atau membaca buku. (W2.S2.71.a) Subjek memandang dirinya adalah pribadi yang tegar, mudah bergaul, optimis dan tidak mudah putus asa. (W2.S2.71.b)Teman subjek beranggapan sama, bahwa subjek pribadi yang optimius, tidak mudah putus asa, tegar, dan mudah bergaul. (W2.S2.67)Subjek adalah pribadi yang plin plan dalam mengambil keputusan, dan pemalu. (W.N1.37.a) subjek orang yang
182
Skema dasar
terhadap diri Pandangan terhadap diri
Skema dasar
Pandangan terhadap diri
Skema dasar
Pandangan terhadap diri
Skema dasar Skema dasar
Pandangan terhadap diri Pemahaman diri
Skema dasar
Pemahaman diri
Skema dasar
Pemahaman diri
Hubungan interpersonal
Pertemanan
Hubungan interpersonal
Hubungan interpersonal hubungan interpersonal
hubungan interpersonal
pendiam. (W.N1.37.b) ketika marah subjek lebih banyak diam dan melakukan hal lain. (W1.S3.30.a) Subjek pribadi yang cuek dalam beberapa kondisi dan pemalu. (W.N1.7.b) subjek tidak memandang dirinya lebih alim karena menggunakan cadar. Subjek adalah pribadi yang cuek. (W1.S3.28) (W.N1.19.b) subjek merasa nyaman ketika sendiri (W2.S2.103)Diri kita adalah apa yang kita fikirkan, sehingga subjek selalu berfikir positif terhadap dirinya. (W.N1.76) Sampai saat ini subjek belum bisa percaya dengan orang lain.
(W.N1.21.a) setelah menggunakan cadar, subjek masih berteman dengan siapapun tidak harus dengan yang memakai cadar saja. Hubungan dengan (W.N1.34.a) setelah memakai cadar teman subjek lebih memilih teman lakilaki. Lebih menekankan dalam hal ini. Hubungan dengan (W.N1.9.a) subjek mudah bergaul, teman tidak memilih-milih teman dan berteman dengan siapapun. Hubungan (W.N1.70.b) Subjek masih menjaga denganguru silahturahmi dengan temantemannya di SMA. Hubungan dengan (W.N1.15) subjek hanya orang tua menceritakan masalah kampus dengan orangtua, tidak masalah
183
Hubungan interpersonal
Self esteem
pribadi. Hubungan dengan (W2.N1.97.h) semenjak subjek teman memakai cadar, membuat subjek membatasi banget antara subjek sama laki-laki yang dulunya suka sms an, suka canda, sekarang terhalang, dengan pakaian cadar, menyadari subjek untuk menjaga diri.
Evaluasi diri
Hubungan interpersonal
Evaluasi diri
Pemahaman diri
Evaluasi diri
Pandangan terhadap
Evaluasi diri
Evaluasi positif
Evaluasi diri
dirievaluasi negatif
Evaluasi diri
Evaluasi negative
Evaluasi diri
Evaluasi positif
Evaluasi diri
Pandangan terhadap diri
(W2.N1.95.b) ada juga perasaan sedih, karena karena teman-teman subjek menjauh, yang awalnya dekat tiba-tiba menjauh karena subjek menggunakan cadar. (W2.N1.97.n) subjek merasa tidak lebih baik dari oranglain, subjek memandang bahwa subjek orang yang paling buruk di dunia ini, sehingga subjek berusaha untuk menjaga diri dari segi apapun yang buruk yang tidak disukai Allah. (W2.N1.101.a) sketika subjek menggunakan cadar, subjek memandang berbeda terhadap dirinya. (W2.N1.103) menurut subjek, cadar bukanlah penghalang untuk menjalin komunikasi. (W.N1.89.a) Sebelum bercadar ketika subjek berteman tidak terlalu perhatian dengan teman (W.N1.89.c) Subjek tidak terlalu suka dengan mama, karena merasa tidak dipedulikan. (W.N1.62.a) Subjek anak pendiam, namun setelah masuk sma subjek mulai tomboy dan tidak pendiam. (W.N1.64.b) Subjek mengalami dari subjek yang pendiam, tomboy, dan
184
Self efficacy
Evaluasi diri
Evaluasi negative
Evaluasi diri
Pandangan terhadap diri
Evaluasi diri
Evaluasi positif
Evaluasi diri
Pemahaman diri
Pengambilan keputusan Evaluasi diri
Evaluasi positif
Evaluasi diri
Evaluasi positif
Evaluasi diri
Evaluasi positif
Keyakinan terhadap diri
Keyakinan terhadap diri
brcadar. (W.N1.9.b) subjek tidak percaya dengan orang lain. (W.N1.64.a) Sejak memakai cadar, subjek tidak meneruskan ukm di bidang olah raga. (W1.S2.40.b)Subjek belajar sabar yang menjadikan subjek semakin menjadi pribadi yang dewasa dan kuat. (W.N1.29.b) Prinsip subjek adalah berteman dengan siapapun. Orang lain boleh curhat dg subjek, namun subjek belum bisa menceritakan masalah pribadi ke orang lain. (W1.S4.52)Subjek mengambil keputusan sendiri (W.N1.54.a) Awal memakai cadar subjek selalu ngotot dengan pendapatnya. Namun sekarang subjek paham bahwa dakwah tidak seperti itu dan subjek lebih sering menggunakan logika. (W.N1.89.b) setelah subjek memakai cadar dan belajar tentang ukhuah, subjek jadi lebih perduli dengan teman-teman. (W.N1.89.d) Setelah subjek mempelajari bagaimana pentingnya ridha orangtua, skrg subjek sayang dngan ibunya. (W2.N1.95.c) subjek merasa tidak masalah dijauhi oleh teman karena subjek sudah berkomitmen, dan semua diniatkan karena Allah. (W2.N1.97.f) subjek mempertahankan cadar karena sebagai bukti bahwa subjek ingin benar-benar mencintai Allah.
185
Keyakinan terhadap diri
Keyakinan terhadap diri
Keyakinan terhadap diri Rasa tanggung jawab
Percaya terhadap kemampuan diri
Ancaman dari orangtua
Keyakinan terhadap kemampuan diri
(W2.N1.97.j) subjek tidak perduli apa yang orang katakan, selama apa yang subjek lakukan tidak bertentangan dengan Al-Qur‟an dan assunnah. (W2.N1.97.l) subjek tidak hawatir ketika di maki oleh orang lain, karena subjek niat bercadar karena Allah, bukan karena ingin di puji orang. (W2.N1.97.m) subjek yakin dengan apa yang ia lakukan, dan tidak melanggar aturan Allah. Saat subjek memutuskan untuk menggunakan cadar, subjek membiayai sekolah sendiri dengan bekerja karena orangtua subjek lepas tanggung jawab dan tidak setuju subjek menggunakan cadar. (W1.S2.22.b) Saat subjek pertama menggunakan cadar, subjek hanya memakai saat bepergian jauh dan banyak yang memperdebatkan, namun subjek tidak mau goyah, karena ujian tersebut tidak seberapa dibandingkan ujian pengikutpengikut rasulullah dulu. (W1.S2.26) Ketika pertama menggunakan cadar, orangtua subjek mulai memberi ancaman, tekanan, memerintahkan untuk melepas cadar, orangtua mulai menjauhi dan membuat keputusan untuk mengusir subjek dari rumah. (W1.S2.28) Subjek tetap tinggal dengan orangtua namun subjek dianggap seperti oranglain dan dianggap sebagai cirri khas teroris.
186
Rintangan
Keyakinan terhadap kemampuan diri Problem solving
Problem solving
Problem solving
Problem solving
Kemampuan memecahkan masalah Kemampuan memecahkan masalah Kemampuan memecahkan masalah Pemecahan masalah
Problem
Permasalahan dengan teman
Problem solving
Kemampuan memecahkan masalah
Keyakinan terhadap kemampuan diri
Problem solving
Problem solving
Kemampuan memecahkan masalah Kemampuan memecahkan masalah
(W1.S2.34) (W2.S2.75)Rintangan saat menggunakan cadar adalah orangtua yang tidak mendukung subjek untuk menggunakan cadar. (W2.S2.77)subjek menghadapi rintangan tersebut dengan terus berbakti kepada orangtua (W1.S2.45.b)Subjek memiliki beberapa pekerjaan, mulai jualan, menjahit, dan mengajar. (W.N1.9.d) ketika ada masalah subjek mengungkapkan lewat novel. (W.N1.9.e) subjek jarang shring dan lebih sering memunculkan kata-kata positif untuk memotivasi dirinya. (W.N1.17.a) ketika subjek mendapat masalah subjek memunculkan katakata positif (W.N1.78.b) Respon awal dari teman subjek saat memakai cadar, mereka semua risih dan takut dengan subjek. (W.N1.78.d) Subjek brusaha tetap membuat teman-temannya nyaman mskipun subjek memakai cadar. (W.N1.82.a) Salah satu prinsip subjek adalah bagaimana subjek mengubah mindset mereka yang menganggap cadar itu ekstrim dan menutup diri tidak semua orang bercadar seperti itu. (W2.S2.91)Subjek membuat cadar sendiri dan menjualnya (W2.S2.97)Subjek mulai bekerja setelah menggunakan cadar dan membiayai sekolah sendiri.