JURNAL KOMUNIKASI SOSIAL BUDAYA KOMUNITAS SLANKERS CLUB SOLO DENGAN MASYARAKAT
Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Meraih Gelar Sarjana Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta
Oleh: SENDY RIZKY ARIEFA’IE D 1210068
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2015
KOMUNIKASI SOSIAL BUDAYA KOMUNITAS SLANKERS CLUB SOLO DENGAN MASYARAKAT
Sendy Rizky Ariefa’ie Andrik Purwasito Widyantoro
Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta
Abstract The significance of this study is to determine how is social-cultural between Slankers Club Solo and society. Considering the result of research, the social-cultural communication between Slankers Club Solo and society had run unwell, but Slankers Club Solo kept attempting to build good communication with the society. The attempt taken was to hold positive activities in which the society was involved to make them more familiar with Slankers Club Solo. Such the attempt was held intensely to remove the society’s negative perception on them so that in turn the good social-cultural communication would be established between Slankers Club Solo and the society. The factors inhibiting the good social-cultural communication between Slankers Club Solo and the society were different social strata between Slankers Club Solo and society leading to different points of view, different languages, and different cultures. The activities reflecting on the social-cultural communication between Slankers Club Solo and society were blood donation, music concert, breaking of fast together with the members of needy society and social fundraising event. Keywords: Social-Cultural Communication, Slankers Club Solo, Society
1
Pendahuluan Semakin bertambahnya kebutuhan hidup, maka individu akan dipaksa untuk melakukan interaksi dengan individu lain guna memenuhi kebutuhan hidupnya sehingga interaksi diatara mereka juga semakin meningkat. Komunikasi mutlak diperlukan dalam proses interaksi tersebut, karena melalui komunikasi inilah dapat manusia dapat menjelaskan apa yang mereka ingin sampaikan, kepada siapa mereka ingin berkomunikasi, dampak apa yang ditimbulkan setelah berkomunikasi dan mereka akan mampu merancang bagaimana cara mereka agar dapat berkomunikasi. Dalam Effendy (2003: 9) stilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris communication berasal dari kata Latin comunicatio, dan bersumber dari kata communis yang berarti sama1. Sama di sini maksudnya adalah sama makna. Melalui komunikasi inilah individu menyampaikan pesan baik berupa verbal maupun simbol kepada individu lain dan dalam prosesnya terdapat kesamaan makna pesan yang dikirim dan diterima. Dalam sejarah perkembangan kehidupan manusia, seni telah dikenal sebagai sarana komunikasi yang bersifat simbolis dan digunakan untuk menyampaikan suatu makna pesan yang tertuang baik dalam bentuk seni musik, seni rupa dan seni peran dan cabang seni lainnya. Diantara semua cabang seni tersebut, seni musik adalah salah satu seni yang digemari oleh sebagian besar masyarakat. Seni musik menggunakan irama, vokal maupun lirik lagu yang dirancang sedemikian rupa untuk menyampaikan pesan – pesan yang tersembunyi dibalik keindahan karya seni musik. Seni musik memiliki daya komunikasi massa yang sangat besar sehingga seni musik sering digunakan untuk menyampaikan pesan – pesan moral, pendidikan sampai dengan pesan politik. Slank merupakan salah satu grup band musik yang menggunakan seni musik sebagai sarana komunikasi untuk menyampaikan pesan – pesan moral, pendidikan dan kesadaran berpolitik terhadap masyarakat luas. Melalui seni musik inilah Slank dapat menjaring massa yang sangat fanatik dan teramat mengidolakan mereka. Slank merupakan grup band yang sukses mengusung seni 1
Effendy, Onong U. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. (Bandung: Remaja Rosdakarya). Hal. 9.
2
musik untuk menyampaikan pesan kepada masyarakat dimana masyarakat dapat menerima pesan tersebut dengan baik dan dapat menangkap makna yang terkandung di dalam pesan tersebut sehingga masyarakat tidak hanya diam menerima pesan tetapi mereka juga bertindak untuk menjalankan perintah tersembunyi yang ada dibalik karya seni musik Slank. Hal ini berarti Slank dapat mempengaruhi pola pikir dari fans nya untuk dapat memahami dan melaksanakan makna yang tersirat dalam karya mereka. Ketika nama besar Slank belum berkibar dan belum memiliki penggemar, pada penampilannya pertama kali di Universitas Nasional di tahun 1983 Slank harus mengerahkan anak-anak Perguruan Cikini untuk menyaksikan penampilan mereka dengan imbalan sebotol minuman untuk setiap penontonnya. Namun seiring dengan berkibarnya nama Slank dan prestasi yang diraih dari albumnya berturut-turut, maka semakin berkembang pula para penggemar Slank yang benarbenar menyukai dan menghargai karya mereka. Para penggemar Slank menyebut diri mereka dengan nama Slankers tetapi belum ada wadah resmi yang menampung para Slankers. Sebagian dari Slankers sering berkumpul di Jalan Potlot, sementara banyak juga yang menyebar di berbagai daerah. Slankers Club yang merupakan wadah para Slankers terbentuk ketika Slank melakukan Konser Piss 30 kota pada tahun 1998. Bunda Iffet, sebagai manager Slank melihat komunitas Slankers yang sudah ada harus diberdayakan. Oleh sebab itu ketika Slank konser di Malang, sekumpulan Slankers itu dipangil oleh Bunda untuk diberi pengarahan. Tercetuslah ide Bunda untuk memberikan wadah untuk Slankers yang sekarang diberi nama Slank Fans Club2. Dengan semakin terkenalnya Slank di daerah Solo, maka dibentuklah komunitas penggemar Slank untuk daerah Solo dan sekitarnya yang dinamakan Slankers Club Solo. Anggota dari Slankers Club Solo merupakan bagian dari suatu masyarakat yang besar. Gaya hidup ala Slank yang sebagian besar diterapkan oleh anggota Slankers Club Solo dalam kehidupan sehari – hari mereka akan memberikan dampak di dalam masyarakat. Perilaku yang dianggap 2
(http//:www.slank.com)
3
oleh sebagian orang tak lazim seperti dandanan mereka yang terkesan urakan, sifat yang slengean dan tak mau dikekang menimbulkan beberapa orang di masyarakat memiliki pandangan negatif terhadap komunitas Slankers.Club Solo. Berkembangnya Slankers Club Solo akan membuat komunitas ini semakin menunjukkan keeksisannya yang diwujudkan dengan semakin banyaknya kegiatan yang diselenggarakan oleh Slankers Club Solo untuk menunjukkan jati dirinya. Untuk itu, komunitas ini akan dipaksa berkomunikasi dengan masyarakat sekitar mereka yang berasal dari kelas sosial dan kebudayaan yang berbeda sebagai upaya untuk dapat diterima di masyarakat dan untuk mengubah pandangan negatif dari masyarakat terhadap Slankers Club Solo, dimana di mata masyarakat seorang Slankers dikenal sebagai sekumpulan orang yang slengean, urakan dan tidak mau dikekang. Proses komunikasi ini harus mereka lakukan dengan sebaik – baiknya demi mempertahankan keberlangsungan komunitas mereka di tengah – tengah masyarakat. Penerimaan dari masyarakat menjadi sangat penting karena dengan dapat diterimanya Slankers Club Solo oleh masyarakat berarti keberlangsungan dari Slankers Club Solo dapat dipertahankan, hal ini berarti anggota Slankers Club Solo masih bisa berkreasi dan menyalurkan hobi mereka di tengah – tengah masyarakat .
Rumusan Masalah Berdasarkan pada latar belakang di atas, peneliti dapat merumuskan permasalahan penelitian yaitu “Bagaimana komunikasi sosial budaya yang terjadi antara Slankers Club Solo dengan masyarakat?”
Tujuan Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk melihat dan mendiskripsikan tentang komunikasi sosial budaya yang terjadi antara komunitas Slankers Club Solo dengan masyarakat.
4
Tinjauan Pustaka a. Komunikasi Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris communication berasal dari kata Latin comunicatio, dan bersumber dari kata communis yang berarti sama. Sama di sini maksudnya adalah sama makna3. Sedangkan menurut Wawan Kuswandi (1996:16) Komunikasi pada prinsipnya harus bersifat dua arah dalam rangka pertukaran ide dan informasi agar dapat dimengerti pengertiannya bersama4. Sama makna dan sama penafsiran mengenai maksud dari pesan antara pihak – pihak yang terlibat dalam proses individu sangat diperlukan dan merupakan kunci suskes keberhasilan suatu proses komunikasi. Cara yang tepat untuk memahami komunikasi menurut Lasswell adalah dengan menjawab pertanyaan : Who, Say What, In Which Channel, To Whom, With What Effect?. Rumusan pertanyaan tersebut mengandung lima unsur dasar dalam komunikasi, yaitu5: a. Siapa yang mengatakan ? ( komunikator, pengirim, atau sumber ) b. Apa yang disampaikan ? ( pesan, ide, gagasan ) c. Dengan saluran mana ? ( media atau sarana ) d. Kepada siapa ? ( komunikan atau penerima ) e. Apa dampaknya ? ( efek atau hasil komunikasi )
b. Komunikasi Sosial Komunikasi sosial adalah suatu kegiatan komunikasi yang lebih diarahkan kepada pencapaian suatu situasi integrasi sosial 6. Inti konsep integrasi sosial adalah menerima perbedaan antara individu satu dengan individu lain untuk dapat mencapai kesatuan dan persatuan antarpribadi, 3
Effendy, Onong U. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. (Bandung: Remaja Rosdakarya). Hal. 9. Wawan Kuswandi. Komunikasi Massa Sebuah Analisis Media Televisi. (Jakarta: Rineka Cipta). Hal. 16. 5 Lasswell, dalam Effendy, Onong U. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. (Bandung: Remaja Rosdakarya). Hal. 10. 6 Susanto, Astrid S. Komunikasi Sosial di Indonesia. (Bandung: Binacipta). Hal. 1. 4
5
antarkelompok namun tetap mengakui perbedaan-perbedaan yang dimiliki oleh setiap unsur. Dalam kasus komunikasi sosial yang melibatkan perbedaan latar belakang strata sosial antar komunikator dengan komunikan, maka integrasi sosial merupakan tujuan utama komunikasi. melalui komunikasi sosial terjadilah aktualisasi dari masalah – masalah yang dibahas makin meluas dan bertambah. Komunikasi sosisl adalah sekaligus suatu proses sosialisasi.
c. Budaya Kata “kebudayaan” merupakan kata yang berasal dari bahasa Sansekerta “buddhayah”, yaitu bentuk jamak dari “ buddhi” yang berarti “budi” atau “akal” 7. Dengan demikian kebudayaan dapat diartikan sebagai hal – hal yang bersangkutan dengan akal. Selain itu, kata kebudayaan juga dapat diartikan berasal dari kata “culture” yang merupakan kata asing yang sama artinya dengan “kebudayaan” berasal dari kata latin, “colere” yang berarti “mengolah, mengerjakan”8. Kemudian diartikan sebagai segala daya dan kegiatan manusia untuk mengolah dan mengubah alam. Manusia diberkahi oleh Tuhan berupa akal dan pikiran sehingga mampu melakukan pengubahan terhadap alam sekitar tempat mereka hidup dan berkembang biak. Keinginan untuk mengubah alam ini didasari oleh keinginan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya agar dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya. Budaya sebagai suatu kumpulan adat istiadat yang memiliki kecenderungan untuk dapat mempertahankan diri sendiri9. Budaya hanya dapat menjelmakan dirinya sendiri dengan jalan mempengaruhi perubahan tertentu yang khas dalam bangunan awal dan asli dari para anggotanya. 7
Friska, Pakpahan B. Fungsi komunikasi Antar Budaya Dalam Prosesi Pernikahan Adat Batak di Kota Samarinda. Jurnal komunikasi. Vol. 1. No. 3). Samarinda. 2013. 8 Soekanto, dalam Lusiana, Lubis A. (2002). Komunikasi Antar Budaya. (http://id.scribd.com/doc/58369945/komunikasi-lusiana). Diakses pada tanggal 04 Juli 2014. Hal. 2. 9 Dewey, John. Budaya dan Kebebasan. (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia). Hal. 16.
6
Dengan adanya kekuatan eksistensi yang ada pada suatu kebudayaan dan dengan adanya metode – metode yang dianut secara sengaja yang dilakukan secara sistematis. Budaya melestarikan diri melalui transformasi atas watak manusia yang masih asli, karena itulah budaya suatu daerah sangat tergantung dengan kepribadian dari mayoritas penduduk yang mendiami daerah tersebut.
d. Komunikasi Budaya Komunikasi antar budaya terjadi bila produsen pesan adalah anggota suatu budaya dan penerima pesannya adalah anggota dari budaya yang lain10. Adanya latar belakang budaya yang berbeda dari produsen pesan dan penerima pesan inilah yang menjadi syarat utama terjadinya komunikasi antar budaya sehingga dapat terjalin adanya komunikasi dari seseorang ke orang lain dengan latar belakang yang berbeda.
e. Komunikasi Sosial Budaya Komuniikasi dalam dimensi sosial adalah komunikasi dalam kehidupan sehari-hari yang melibatkan faktor-faktor dalam strata sosial yang membangun pola-pola komunikasi tertentu. Dalam dimensi budaya adalah komunikasi yang mendasarkan pada nilai dan norma sosial-budaya masyarakat sebagai pedoman, kaidah dan petunjuk dalam berinterkasi dalam kehidupan sehari-hari11. Yang menghambat komunikasi sosial budaya adalah adanya perbedaan yang ada pada orang – orang yang melakukan komunikasi. Perbedaan tersebut antara lain perbedaan budaya, fisik, persepsi, motivasi, pengalaman, emosi, bahasa (verbal), nonverbal, kompetisi, diskriminasi, sentimen primordial dan pandangan dunia. Dalam komunikasi antar budaya, terdapat beberapa penghalang yang menjadi hambata terjadinya komunikasi antar budaya yang baik. Chaney dan Martin dalam Sanjaya (2003) mengungkapkan bahwa : 10 11
Liliweri, Alo. Dasar – Dasar Komunikasi Antar Budaya. (Jogjakarta: Pustaka Pelajar). Hal. 9. (Prof. Dr.AndrikPurwasito.blog.com).
7
“Perbedaan budaya sendiri merupakan salah satu faktor penghambat dalam komunikasi antar budaya, karenanya hambatan tersebut juga sering disebut sebagai hambatan komunikasi antar budaya, sebagai hambatan dalam komunikasi yang terjadi karena adanya perbedaan budaya antara komunikator dan komunikan. Adapun faktor hambatan komunikasi antar budaya yang sering terjadi antara lain: fisik, budaya, persepsi, motivasi, pengalaman, emosi, bahasa (verbal), nonverbal, kompetisi12. Sedangkan dalam komunikasi sosial, juga terdapat faktor – faktor yang menghambat terjadinya komunikasi yang baik dikarenakan latar belakang sosial orang – orang yang menjalin komunikasi berbeda. Dalam komunikasi kelas sosial,
beberapa perbedaan antara orang-orang adalah
berdasarkan atas status yang ditentukan oleh pendapatan, pekerjaan dan pendidikan13.
Perbedaan
ini
menciptakan
kelas-kelas
sosial
dalam
masyarakat. Menyertai perbedaan ini adalah perbedaan dalam hal pandangan, adat kebiasaan dan lain sebagainya. Walaupun dalam beberapa hal tertentu kelas-kelas sosial ini memiliki bersama aspek-aspek kebudayaan pokoknya.
Metodologi Jenis penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan metode deskriptif. Lexy J. Moeleong (2004: 6) mengungkapkan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tetang apa yang dialami oleh subyek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dll, secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu kontens khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah. Bentuk ini mampu mengungkap berbagai informasi kualitatif dengan deskripsi sesuai dengan keadaan yang ada, berbeda dengan penelitian yang menggunakan jumlah atau frekuensi dalam bentuk angka. Dalam penelitian ini, penulis mendeskripsikan komunikasi sosial budaya yang terjadi antara Slankers Club Solo dengan masyarakat, apa saja hambatannya 12
Chaney dan Martin, dalam Alvin, Sanjaya. Hambatan Komunikasi Antar Budaya Anatar Staf Marketing dengan Penghuni Berkewarganegaraan Australia dan Korea Selatan di Apartemen X Surabaya. Jurnal komunikasi. Vol. 1. No. 3). Surabaya. 2013. 13 Lusiana, Lubis A. (2002). Komunikasi Antar Budaya. (http://id.scribd.com/doc/58369945/komunikasi-lusiana). Diakses tanggal 04 Juli 2014. Hal. 7.
8
dan bagaimana cara Slankers Club Solo mengatasi hambatan tersebut. Peneliti berusaha mendekatkan diri dengan pengurus, anggota Slankers Club Solo serta anggota masyarakat yang ikut terlibat dalam kegiatan – kegiatan yang dilakukan oleh Slankers Club Solo untuk memperoleh informasi sedalam – dalamnya. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara mendalam dan observasi. Wawancara diperlukan sebagai suatu cara untuk menghimpun segala informasi yang dibutuhkan berkenaan dengan masalah penelitian. Maka untuk mengumpulkan informasi tersebut diperlukan teknik wawancara, yang dalam penelitian kualitatif dilakukan dalam bentuk wawancara mendalam14. Wawancara ini menggunakan teknik dengan cara yang santai dan pada suasana yang akrab jauh dari kesan formal. Sedangkan observasi dilakukan secara tidak formal terhadap kondisi, tempat dan peristiwa yang terjadi. Namun masih menentukan dimana dan kapan event-event yang akan berlangsung yang dihadiri Slankers Club Solo. Pada dasarnya dalam melakukan pengamatan hendaknya dilakukan dengan bersikap dan bertingkah laku yang baik, sehingga segala informasi yang dibutuhkan dapat terjaring sepenuhnya Teknik yang digunakan dalam pemilihan informan di dalam penelitian ini adalah jenis purposive sampling. Teknik semacam ini bersifat internal sampling, karena sama sekali tidak mewakili populasi dalam arti jumlahnya, tetapi informasi yang dibutuhkan dapat dijaring. Maksud dari sampling dalam hal ini ialah untuk menjaring sebanyak mungkin informasi dari berbagai macam sumber dan bangunannya (constructions) dan untuk menggali informasi yang akan menjadi dasar dari rancangan dan teori yang muncul15. Informan dalam penelitian ini adalah 2 orang berasal dari pengurus Slankers Club Solo, 3 orang berasal dari anggota Slankers Club Solo dan 3 orang lainnya berasal dari anggota masyarakat yang terlibat dalam kegiatan – kegiatan sosial yang diselenggrakan oleh Slankers Club Solo.
14
Sutopo, H.B. Metodelogi Penelitian Kualitatif Dasar Teori dan Terapanya Dalam Penelitian. (Surakarta: UNS Press). Hal. 58 15 Moleong Lexy. Metodologi Penelitian Kualitatif. (Bandung: Remaja Rosdakarya). Hal. 224
9
Sajian dan Analisis Data A. Hambatan Komunikasi Sosial Budaya antara Slankers Club Solo dengan Mayarakat Komunikasi yang terjadi antara anggota Slankers Club Solo dengan masyarakat dapat dikategorikan sebagai komunikasi sosial budaya, karena terjalin diantara orang dengan status sosial dan latar belakang budaya yang berbeda. Komunikasi sosial budaya antara Slankers Club Solo dengan masyarakat masih belum berjalan dengan baik, akan tetapi Slankers Club Solo terus – menerus berusaha untuk membangun komunikasi yang baik dengan masyarakat. Terdapat beragam anggapan masyarakat tentang Slanker Club Solo, akan tetapi adanya pandangan positif dari sebagian masyarakat mengenai Slankers Club Solo dapat menjadi alasan komunitas ini untuk bertahan. Masyarakat yang berpandangan positif tentang Slankers Club Solo adalah masyarakat yang dekat dan mengenal kehidupan Slanker Club Solo secara keseluruhans sehingga dapat melihat Slankers Club Solo dari segi positif. Slankers Club Solo menggunakan saluran komunikasi antarpribadi dan saluran komunikasi media massa untuk berkomunikasi dengan masyarakat. Penggunaan saluran antarpribadi adalah dengan tatap muka dan berinteraksi langsung dengan masyarakat, dalam hal ini adalah Slankers Club Solo menyelenggarakan kegiatan – kegiatan yang di dalamnya terdapat peran serta masyarakat seperti konser musik, dan kegiatan sosial. Sedangkan untuk penggunaan saluran media massa adalah dengan aktif di berbagai jejaring sosial, misalnya facebook, pamflet atau selebaran. Hambatan terjadinya komunikasi sosisl budaya yang baik antara Slankers Club Solo dengan masyarakat adalah berupa perbedaan budaya, bahasa dan perbedaan pendapat atau persepsi. Perbedaan budaya terjadi karena Slankers Club Solo bekerja sama dengan masyarakat yang memiliki latar belakang budaya yang berbeda. Perbedaan budaya yang terjadi ini tentu saja akan diiringi oleh perbedaan bahasa yang digunakan oleh keduanya. Sedangkan adanya perbedaan pendidikan, pekerjaan dan pendidikan akan menciptakan perbedaan persepsi atau pandangan diantara orang – orang yang
10
menjalin komunikasi. Perbedaan pandangan ini menjadikan sering terjadinya perbedaan pendapat antara Slankers Club Solo dengan masyarakat yang ikut terlibat dalam kegiatan bersama. Perbedaan diantara Slankers Club Solo dengan masyarakat yang akhirnya menjadi hambatan terjadinya komuniksi sosial budaya yang diantara keduanya tidak serta merta menjadi alasan untuk tidak dapat menjalin komunikasi sosial budaya yang baik antara Slankers Club Solo dengan masyarakat. Mereka mereka berusaha menghapus hambatan – hambatan itu, misalnya dalam hal bahasa mereka menggunakan bahasa Indonesia untuk berkomunikasi. Dalam hal perbedaan pandangan atau pendapat, keduanya sering mengadakan diskusi untuk mengambil jalan tengah supaya dapat mengambil keputusan yang disepakati bersama. Dalam menjalin komunikasi dengan masyarakat yang memiliki kelas sosial yang berbeda, mereka tidak melakukan deskriminasi, semua membaur jadi satu dan tidak saling membedakan. Latar belakang budaya yang berbeda juga tidak menjadi penghalang mereka untuk berkomunikasi. Meskipun ada halangan dalam hal bahasa yang berbeda. Antara anggota Slankers Club Solo dengan masyarakat yang memiliki profesi yang berbeda seperti karyawan swasta, mahasiswa, penyandang cacat, warga asli Solo maupun pendatang yang berasal dari luar Solo tetap menjalin komunikasi yang baik. Untuk hambatan komunikasi sosial budaya dengan masyarakat umumnya adalah adanya pandangan negatif masyrakat tentang Slankers Club Solo yang dianggap sebagai kaum minoritas yang melanggar batas – batas norma dan nilai yang ada di dalam masyarakat. Gaya berpakaian Slankers Club Solo yang identik dengan celana sobek – sobek, rambut dicat warna mencolok, tindikan, dan mengenakan kaos Slank dianggap oleh sebagian masyarakat tidak sesuai dengan budaya di Indonesia yang cenderung menganut budaya timur. Pandangan negatif masayrakat tentang Slankers Club Solo yang sering dianggap pembuat onar dapat terjadi karena perbedaan kelas sosial, pendidikan dan kekayaan antara Slankers Club Solo dengan
11
masayrakat. Perbedaan ini akan menumbuhkan perbedaan sudut pandang dan cara bersikap antara masyarakat dengan Slankers Club Solo
B. Solusi Mengatasi Hambatan dalam Komunikasi Sosial Budaya Slankers Club Solo dengan Masyarakat Untuk mengatasi hambatan terjadinya komunikasi sosisla budaya yang baik antara Slankers Club Solo dengan masyarakat, maka Slankers Club Solo mengadakan kegiatan yang di dalamnya terdapat peran serta masyarakat untuk mensukseskan kegiatan tersebut. kagiatan – kegiatan tersebuta adalah kegiatan donor darah, konser musik, buka bersama dengan anggota masyarakat yang membutuhkan dan acara penggalangan dana sosial untuk masyarakat yang membutuhkan. Dengan adanya peran serta masyarakat inilah yang memicu terjadinya komunikasi sosial budaya diantara keduanya. Komunikasi ini dapat dikategorikan sebagai komunikasi sosial budaya karena terjadi diantara Slankers Club Solo dan masyarakat yang berasal dari kelas sosial berbeda dan juga latar belakang mereka berbeda. Dalam kegiatan – kegaitan yang diselenggarakan
Slanker
Club
Solo
ini,
masyarakat
dengan
bebas
diperbolehkan untuk ikut berpartisipasi dalam setiap kegiatan Slankers Club Solo tanpa membedakan suku, ras, agama, golongan, jenis kelamin, usia, maupun kelas sosial. Semua membaur jadi satu dalam kegiatan tersebut. Dalam merealisasikan kegiatan – kegiatannya, komunitas Slankers Club Solo membentuk panitia – panitia yang bertanggung jawab atas terlaksananya kegiatan dari awal sampai akhir. Semua anggota Slankers Club Solo memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi ketua panitia. Untuk menunjukkan sisi demokratis, maka pemilihan ketua dilakukan dengan cara voting. Panitia yang terbentuk ini nantinya akan bertanggung jawab atas terselenggaranya suatu kegiatan baik dari proses persiapan sampai nanti acara dilaksanakan.
12
C. Dampak dari Komunikasi Sosial budaya Antara Slankers Club Solo dengan Masyarakat Slanker Club Solo dalam proses komunikasi sosial budaya mempunyai tujuan akhir untuk mengubah pandangan negatif masyarakat tentang Slankers Club Solo pada khususnya dan Slankers pada umunya. Strategi komunikasi yang digunakan Slankers Club Solo dalam untuk mencapai tujuan komunikasi sosial budayanya adalah dengan mengadakan berbagai kegiatan sosial yang dijalankan bersama – sama dengan masyarakat sehingga memberikan dampak positif bagi masyarakat dan akhirnya masyarakat mulai perlahan – lahan mengubah pandangan negatif mereka tentang Slankers Club Solo dan pada Slankers kebanyakan. Dampak dari terjadinya komunikasi sosial budaya antara Slankers Club Solo dengan masyarakat dapat dikelompokkan menjadi 2. Yaitu dampak intern bagi Slankers Club Solo itu sendiri dan bagi anggota Slankers Club Solo, maupun dampak ekstern yang berdampak bagi anggota masyarakat: 1. Dampak bagi Slankers Club Solo
Semakin berkurangnya pandangan negatif masyarakat tentang Slankers Club solo.
Semakin dikenalnya Slankers Club Solo di masyarakat.
Makin banyaknya anggota yang bergabung.
2. Dampak bagi anggota Slankers Club Solo
Sebagai wadah untuk menyalurkan hobi serta kreatifitas anggota.
Sebagai ajang untuk menyalurkan kreatifitas.
Dapat menghasilkan tambahan penghasilan
3. Dampak bagi masyarakat:
Menghapuskan pendapat negatif tentang fans Slank.
Media pembelajaran untuk lebih menghargai kaum minoritas
Semakin menumbuhkan jiwa sosial.
Menumbuhkan percaya diri bagi anggota masyarakat yang kekurangan maupun yang menyandang cacat
13
Dampak yang ditimbukkan dari proses komunikasi sosial budaya antar Slankers Club Solo dengan masyarakat telah membawa banyak dampak positif bagi keduanya, hal ini berarti masyarakat memberikan reaksi positif terhadap Slankers Club Solo. Dampak positif ini merupakan bukti berhasilnya proses komunikasi yang terjalin diantara keduanya. Komunikasi yang terjalin dengan baik akan membawa dampak yang positif bagi Slankers Club Solo dan masyarakat serta menciptakan hubungan yang harmonis sehingga keberlangsungan komunitas Slankers Club Solo dapat dipertahankan karena pandangan masyarakat yang semula berpandangan negatif tentang Slankers sedikit demi sedikit mulai bisa diubah menuju pandangan positif.
Kesimpulan Seperti yang dikemukakan pada bagian awal, penelitian ini dimaksudkan untuk menjawab permasalahan bagaimana komunikasi sosial budaya antara Slankers Club Solo dengan masyarakat. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dibahas dan dianalisis pada bab sebelumnya, penulis dapat menyimpulkan beberapa hal mengenai komunikasi sosial budaya yang terjadi antara Slankers Club Solo dengan masyarakat. Kesimpulan yang diperoleh oleh peneliti antara lain : 1. Hambatan komunikasi sosial budaya antara Slankers Club Solo dengan masyarakat dapat terjadi dalam hal perbedaan sosial maupun dalam hal budaya. Dalam hal sosial adalah adanya perbedaan strata sosial antara Slankers Club Solo dengan masyarakat yang menimbulkan perbedaan pandangan diantara keduanya, sedangkan hambatan dalam hal budaya adalah adanya perbedaan bahasa dan perbedaan budaya. Dalam proses selanjutnya perbedaan ini dapat menghambat jalannya komunikasi sosial budaya dan memicu terjadinya konflik. Masih adanya hambatan – hambatan ini merupakan bukti bahwa komunikasi sosial budaya yang terjadi antara Slankers Club Solo dengan masyarakat belum bisa berjalan dengan baik.
14
2. Solusi dalam mengatasi hambatan dalam komunikasi sosial budaya antara Slankers Club Solo dengan masyarakat ditempuh dengan cara Slankers Club Solo mengadakan kegiatan yang di dalamnya terdapat peran serta masyarakat untuk mensukseskan kegiatan tersebut. Kegiatan tersebut bersifat kegiatan sosial sehingga diharapkan dapat memberikan kebermanfaatan bagi Slankers Club Solo sendiri maupun bagi masyarakat. Kegiatan – kegiatan tersebut diantaranya adalah kegiatan donor darah, konser musik, buka bersama dengan anggota masyarakat yang membutuhkan dan acara penggalangan dana sosial untuk masyarakat yang membutuhkan. Dengan adanya peran serta masyarakat inilah yang memicu terjadinya komunikasi sosial budaya yang megarah pada terjadinya kerja sama diantara keduanya sehingga dapat memberikan dampak positif bagi keduanya. 3. Dampak dari terjadinya komunikasi sosial budaya antara Slankers Club Solo dengan masyarakat dapat dikelompokkan menjadi dua. Yaitu dampak intern bagi Slankers Club Solo itu sendiri dan bagi anggota Slankers Club Solo, maupun dampak ekstern yang berdampak bagi anggota masyarakat. Komunikasi yang terjalin dengan baik akan membawa dampak yang positif bagi Slankers Club Solo dan masyarakat serta menciptakan hubungan yang harmonis sehingga keberlangsungan komunitas Slankers Club Solo dapat dipertahankan karena pandangan masyarakat yang semula berpandangan negatif tentang Slankers sedikit demi sedikit mulai bisa diubah menuju pandangan positif.
Saran Terdapat beberapa saran yang disampaikan penulis terhadap penelitian lanjutan dan terhadap komunikasi sosial budaya antara Slankers Club Solo dengan masyarakat, yaitu : 1. Cara Slankers Club Solo untuk menjalin komunikasi sosial budaya yang baik dengan masyarakat adalah dengan menyelenggarakan kegiatan sosial yang didalamnya terdapat peran serta masyarakat. Kegiatan sosial ini hendaknya
15
tetap dilaksanakan dengan beberapa pembenahan seperti waktu pelaksanaan kegiatan dilakukan secara rutin dan terjadwal dengan konsisten, perencanaan dan persiapan yang lebih matang serta dengan pembentukan panitia yang lebih rapi. Dengan adanya pembenahan ini maka dapat mengurangi hambatan – hambatan yang terjadi selama kegiatan sosial dilaksanakan sehingga acara lebih sukses, lebih berbobot dan dapat memberikan manfaat yang lebih kepada masyarakat. Manfaat yang dapat dirasakan oleh masyarakat akibat dari kegiatan sosial yang diselenggarakan oleh Slankers Club Solo akan dapat mengurangi pandangan negatif masyarakat terhadap komunitas Slankers Club Solo. 2. Pemerintah hendaknya memberikan pembinaan terhadap komunitas – komunitas umunya dan komunitas Slankers Club Solo pada khususnya agar komunitas tersebut lebih terarah untuk hal – hal yang positif. Pengetahuan tentang organisasi perlu diberikan agar anggota komunitas mempunyai pengetahuan yang memadai untuk mengurus komunitasnya dengan baik. Selain itu, diperlukan juga adanya kegiatan yang diadakan oleh pemerintah dimana dalam kegiatan tersebut komunitas - komunitas yang ada dapat menunjukkan jati dirinya dan sisi positifnya kepada masyarakat. 3. Dalam penelitian ini ditemukan bahwa adanya anggapan negatif masyarakat terhadap kelompok Slank pada umumnya dan Slankers Club Solo pada khususnya dikarenakan tingkah laku dan gaya hidup mereka yang terkesan urakan dan tidak mau diatur dan juga perilaku negatif seperti sering terjadi kerusuhan dan mabuk – mabukan saat menonton konser Slank. Untuk itu diharapkan agar peneliti lain dapat mengangkat sisi positif dari para Slankers pada umumnya dan Slankers Club Solo pada khususnya agar dapat mengurangi pandangan negatif masyarakat pada komunitas Slankers Club Solo.
16
Daftar Pustaka Dewey, John. (1998). Budaya dan Kebebasan. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Effendy, Onong U. (2003). Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung : Remaja Rosdakarya. Kuswandi, W. (1996). Komunikasi Massa Sebuah Analisis Media Televisi. Jakarta: Rineka Cipta. Liliweri, Alo. (2004). Dasar – Dasar Komunikasi Antar Budaya. Jogjakarta : Pustaka Pelajar Lusiana, Lubis A. (2002). Komunikasi Antar Budaya. http://id.scribd.com/doc/58369945/komunikasi-lusiana. Diakses pada tanggal 04 Juli 2014 pukul 16.55 WIB Moleong Lexy. (2004). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya. Pakpahan, Friska. Fungsi komunikasi Antar Budaya Dalam Prosesi Pernikahan Adat Batak di Kota Samarinda. Jurnal komunikasi. Vol. 1. No. 3. Samarinda: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Mulawarman. Purwasito, Andrik. Materi Kuliah komunikasi Sosial Budaya. https://www/.Materi Kuliah Komunikasi Sosial-Budaya _ PROF. DR. ANDRIK PURWASITO. BLOG.COM.htm. Diakses tanggal 12 Februari 2014 pukul 11.51 WIB. Sanjaya, Alvin. Hambatan Komunikasi Antar Budaya Antara Staf Marketing dengan Penghuni Berkewarganegaraan Australia dan Korea Selatan di Apartemen X Surabaya. Jurnal komunikasi. Vol. 1. No. 3. Surabaya: Prodi Ilmu Komunikasi Universitas Kristen Petra Surabaya. Susanto, Astrid S. (1980). Komunikasi Sosial di Indonesia. Bandung: Binacipta www.slank.com. Diakses pada tanggal 05 Juli 2014 pukul 13.00 WIB
17