PEMBENTUKAN IDENTITAS SLANKERS MELALUI PEMAKNAAN TERHADAP SIMBOL-SIMBOL BUDAYA MUSIK SLANK
Oleh: ADISTY DWI ANGGRAINI A 14204011
PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
RINGKASAN ADISTY DWI ANGGRAINI. PEMBENTUKAN IDENTITAS SLANKERS MELALUI PEMAKNAAN TERHADAP SIMBOL-SIMBOL BUDAYA MUSIK SLANK (Di bawah Bimbingan SARWITITI S. AGUNG).
Persoalan identitas penting untuk dipelajari, karena di era globalisasi ini berbagai budaya dengan bebas masuk dan dapat mengaburkan identitas suatu bangsa. Hal ini mengancam terjadinya krisis identitas bangsa Indonesia, terutama kaum muda yang sedang berada dalam masa pencarian identitas. Pemuda sebagai generasi penerus bangsa harus mampu menjawab tantangan globalisasi sambil membentuk dan menguatkan identitas dirinya agar tidak terjerumus ke dalam upaya pengaburan identitas. Proses pembentukan identitas penting untuk dipelajari, karena dengan mengetahui langkah-langkah seseorang atau suatu komunitas mengalami perubahan identitas, akan membantu menilai kemungkinan dari pengembangan individu atau komunitas itu sendiri. Melalui penelusuran proses pembentukan identitas, seorang individu, sebuah komunitas, atau masyarakat, akan terungkap sejauh mana usaha seseorang memperoleh kesadaran baru akan dirinya sendiri dan pandangannya. Musik adalah salah satu media yang dapat digunakan untuk membentuk identitas seseorang. Musik populer, sebagai salah satu produk budaya populer memiliki peran serta makna di dalamnya yang dapat membentuk identitas seseorang. Slankers adalah komunitas penggemar musik Slank yang terkenal dengan gaya slengean dan semboyan PLUR (Peace, Love, Unity, Respect). Hal yang kemudian menarik untuk diteliti adalah bagaimanakah identitas komunitas Slankers terbentuk dan apakah identitas tersebut berubah dari waktu ke waktu.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan strategi penelitian etnografi. Tujuan etnografi dalam penelitian ini adalah untuk memahami sudut pandang Slankers dan mendapatkan pandangan mereka mengenai dunia mereka. Penelitian etnografi bersifat fleksibel dan akan berkembang secara kontekstual sebagai reaksi dari realita sosial yang ditemukan secara tidak sengaja di lapangan. Komunitas sosial yang diteliti dalam penelitian ini adalah Slankers, kebudayaan yang dimaksud disini adalah budaya musik Slank, dan gejala sosial yang akan diteliti adalah
proses
pembentukan
identitas
komunitas
Slankers
melalui
proses
interaksionisme simbolik. Metode yang dilakukan adalah pengamatan berperan serta terhadap berbagai peristiwa simbolik yang dilakukan oleh para Slankers, dan wawancara mendalam yang dilakukan untuk mendapatkan interpretasi subjektif Slankers terhadap simbol-simbol budaya Slank yang dimaknai di dalam kegiatan simbolik tersebut. Hasil penelitian mengungkap bahwa Slankers membentuk identitasnya sebagai hasil pemaknaan terhadap simbol-simbol yang terdapat di dalam budaya musik Slank melalui proses interaksi simbolik. Simbol-simbol yang dimaksud adalah simbolsimbol yang ada dalam peristiwa pembuatan video clip Seperti Para Koruptor , pengambilan gambar acara
Warung Slankers , dan konser
Ngejinggo Bareng
Slank di Cianjur. Simbol-simbol signifikan yang ada di dalam budaya musik Slank dari ketiga peristiwa tersebut dapat dirangkum menjadi: lagu-lagu Slank, gaya berpakaian (slengean), gaya bicara (sapaan Peace , sapaan Bro ), dan ritual khusus Slankers (berkumpul bersama). Lagu-lagu Slank yang memiliki lirik di dalamnya menjadi simbol signifikan yang dimaknai Slank untuk membantu memberikan referensi dalam memandang
sesuatu dan menampilkan perbuatan sesuai dengan pandangannya itu. Sementara itu, gaya berpakaian Slank yang slengean dimaknai Slankers sebagai gaya yang sederhana dan apa adanya (sesuai dengan diri sendiri). Gaya slengean diterjemahkan oleh Slankers sebagai gaya yang cuek dan tidak formil. Biasanya para Slanker menggunakan celana jeans dan kaus oblong, dengan rambut tidak tertata dengan rapi dan sandal jepit atau sepatu santai. Gaya berpakaian yang sama membuat para Slanker merasa telah menunjukkan ideologi Slankersnya, yaitu hidup sederhana dan apa adanya. Gaya bicara Slankers yang khas, dengan sapaan Peace dan panggilan Bro kepada sesama Slankers adalah simbol yang dimaknai sebagai perdamaian, saling menyayangi dan menghormati diantara sesama Slankers. Sapaan ini adalah sebuah identitas yang dengannya orang dapat mengetahui seseorang adalah anggota komunitas Slankers. Selain itu, Slankers memiliki kegiatan khusus seperti ritual yang selalu dilakukan, yaitu berkumpul bersama atau nongkrong. Kegiatan ini dilakukan biasanya di markas mereka, baik markas Potlot atau markas di SFC masing-masing cabang. Selain di markas, Slankers selalu berkumpul di sebelum atau setelah menghadiri acara Slank, misalnya konser atau pembuatan video clip. Hal ini dilakukan untuk menjalin silaturahmi, dengan begitu tumbuh perasaan satu komunitas dan satu kelompok. Perasaan sebagai satu komunitas ini akan menumbuhkan solidaritas diantara mereka. Markas Slankers juga dijadikan sebagai tempat untuk menguatkan identitas Slankers melalui interaksi yang terjadi di dalamnya. Slankers dapat dengan mudah dikenali oleh seseorang dengan kehadirannya di markas Slankers. Bentukan identitas Slank tidak dapat dilepaskan dari bentukan identitas Slank yang terkandung di dalam ajaran Slankissme dan disederhanakan menjadi semboyan
PLUR. Slankers memaknai simbol-simbol budaya musik Slank, termasuk lagu-lagu Slank, berdasarkan Slankissme dan PLUR. Dengan demikian, Slankers juga berusaha menampilkan identitas yang sama dengan idolanya, yaitu Slank. Meskipun tidak seluruh ajaran Slankissme dan PLUR berhasil ditularkan kepada Slankers oleh Slank, namun Slankers sepenuhnya memahami maksud dari ajaran dan semboyan itu. Slankers senantiasa mengalami perubahan identitas selama hidupnya. Perubahan terjadi karena pemaknaan yang mereka lakukan mengalami perubahan. Cara mereka memandang sesuatu dan memaknainya berbeda ketika masih menjadi Slankers Muda dan beralih menjadi Slankers Dewasa. Perubahan yang dialami Slankers terjadi karena mereka melihat Slank mengalami perubahan. Sementara itu, perubahahan identitas yang dialami Slank tidak terlepas dari peran Bunda Ifet sebagai significant others mereka. Kesimpulannya yaitu Slank dan Bunda Ifet adalah significant others yang turut membentuk identitas Slankers serta mendorong perubahannya. Persoalan identitas subkultur merupakan tema yang sangat menarik untuk diteliti. Adanya misi perlawanan dan ideologi pemberontakan di balik musik yang diusung Slank merupakan hal yang perlu dikaji lebih dalam. Penelitian ini kurang dalam mengkaji hal tersebut karena terfokus kepada teori interaksionisme simbolik. Untuk itu, sebagai saran untuk penelitian berikutnya mengenai identitas subkultur penggemar musik, lebih baik apabila mengungkap persoalan ini lebih mendalam, misalnya dengan perspektif Cultural Studies.
PEMBENTUKAN IDENTITAS SLANKERS MELALUI PEMAKNAAN TERHADAP SIMBOL-SIMBOL BUDAYA MUSIK SLANK
Oleh: Adisty Dwi Anggraini (A14204011)
SKRIPSI Sebagai Bagan Persyaratan untuk Mendapatkan Gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Dengan ini menyatakan bahwa Skripsi yang ditulis oleh: Nama
: Adisty Dwi Anggraini
NRP
: A14204011
Judul
: Pembentukan Identitas Slankers Melalui Pemaknaan Tehadap Simbol-Simbol Budaya Musik Slank
Dapat diterima sebagai syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Pertanian pada Program Studi Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Menyetujui, Dosen Pembimbing
Dr. Ir. Sarwititi S. Agung, MS. NIP: 131 879 331
Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian
Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr. NIP. 131 124 019
Tanggal Lulus Ujian:
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL PEMBENTUKAN
IDENTITAS
SLANKERS
MELALUI
PEMAKNAAN
TERHADAP SIMBOL-SIMBOL BUDAYA MUSIK SLANK INI BENAR-BENAR MERUPAKAN HASIL KARYA YANG BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI KARYA ILMIAH PADA SUATU PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN DAN JUGA BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI TIDAK MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN KECUALI SEBAGAI BAHAN RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH. DEMIKIAN PERNYATAAN INI SAYA
BUAT
DENGAN
SESUNGGUHNYA
DAN
SAYA
BERSEDIA
MEMPERTANGGUNG JAWABKAN PERNYATAN INI.
Bogor, September 2008
Adisty Dwi Anggraini A14204011
RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir di Bogor pada tanggal 22 Juni 1986. Penulis merupakan anak kedua dari empat bersaudara, merupakan anak dari pasangan Asrul Kahar dan Rahmawati. Penulis menyelesaikan pendidikan di TK Akbar Bogor pada tahun 1992, SD Negeri Gunung Gede Bogor pada tahun 1998, SLTP Negeri 1 Bogor pada tahun 2001, dan SMA Negeri 3 Bogor pada tahun 2004. Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor pada tahun 2004 melalui jalur USMI. Penulis memilih Program Studi Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Departemen Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi, Fakultas Pertanian. Selain berkuliah, penulis bekerja menjadi penyiar di Radio Lesmana 100,1 FM Bogor sejak tahun 2005 sampai saat ini. Penulis juga berprofesi sebagai pembawa acara (MC) pada berbagai acara di Kota Bogor dan sekitarnya.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan Skripsi yang berjudul Pembentukan Identitas Slankers Melalui Pemaknaan Terhadap SimbolSimbol Budaya Musik Slank , ditujukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Pertanian pada Program Studi Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Kegiatan skripsi ini berupa penelitian yang mengungkap proses pembentukan identitas komunitas penggemar musik Slank yang disebut Slankers. Melalui skripsi ini diungkap bahwa Slankers membentuk identitasnya melalui interaksi simbolik. Interaksi simbolik memungkinkan Slankers memaknai simbol-simbol budaya musik Slank selama peristiwa simbolik tertentu berlangsung. Penelitian ini juga mendeskripsikan perubahan identitas Slankers yang mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Demikianlah skripsi ini disusun dengan suatu tema tulisan yang dipandang relevan untuk ditelaah lebih lanjut saat ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pihak-pihak yang berkepentingan.
Bogor, Agustus 2008
Penulis
UCAPAN TERIMA KASIH
Selama masa penyelesaian skripsi ini, tentunya tidak terlepas dari dorongan dan dukungan baik moril maupun materiil dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis panjatkan puji syukur kepada Allah SWT, atas segala nikmat, karunia, dan hidayah yang telah diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, sekaligus ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Dr. Ir. Sarwititi S. Agung MS, selaku dosen pembimbing penulis. Terima kasih atas bimbingan kepada penulis selama proses penulisan skripsi. 2. Ivanovich Agusta SP. Msi, selaku dosen penguji utama ujian skripsi penulis. 3. Ir. Dwi Sadono Msi, selaku dosen pembimbing akademik penulis dan dosen penguji wakil departemen. 4. Keluarga tercinta, my lifetime motivator. Papa dan Mama, Asrul Kahar dan Rahmawati. My Siblings: Arie Wahyu Perdana, Marsha Nurul Septiani, dan Adeandra Tegar Anugerah. Terima kasih atas segala dukungan materi dan moral yang sudah, sedang, dan akan selalu diberikan kepada penulis. 5. Slank dan Slank Fans Club. Manajemen: Bunda Iffet, Mas Andre, Mas Adri, Mas Budi Ace. Terima kasih untuk kerja sama selama penulis melakukan penelitian. Personil Slank: Mas Bimbim, Mas Kaka, Mas Abdee, Mas Ivan, Mas Ridho. Thanks for the inspiration. Seluruh Slankers di Indonesia: Keep rock n roll dan Salam PLUR! 6. Aryastianto Seno Prakoso. Sahabat dan rekan seperjuangan dalam hidup. Terima kasih atas dukungan langsung dan tidak langsung kepada penulis, terutama dalam berdiskusi dan mencari literatur di kampus UI Depok. 7. Sahabat sepanjang usia: Vanessa Meirdiana SP, Yunda Witaradya Skg, Rizky Amelia BIAM Hons, Rahma Natalia Skg, Fahriza Sri Wahyuningsih S.Sos, Yuni Pattinasari SH, Aini Aqsa Arafah SP, Rizka Gita Miranti S.Psi. Terima kasih atas dukungan dan do a yang selalu diberikan kepada penulis selama penulisan skripsi. 8. Blocnoot Crew: Fitri Gayatri SP, Renny Yusniati SP. Terima kasih sudah memberikan semangat selama menulis skripsi dan membantu proses kelahiran The Holy SKL .
9. Teman satu bimbingan: Yuddi Yustian, Ina Aulia (soon-to-be) SP. Perjuangan kita tinggal selangkah lagi, teman. Semangat! 10. Teman-teman kelompok diskusi di KPM dan sekitar IPB: Refi Prafitri SP, Fritamia Saraswati SP, Restu Diresika SP, Intan Kusumawardhani SP, Sushane Sharita SP, Rizky Suci Lestari SP, Tigia Eloka Kailaku Ssi. Terima kasih untuk semua dukungan dan bantuan kepada penulis dalam masa deadline sidang. 11. Lesmana 100,1 Crew, yang sudah menggantikan penulis untuk siaran selama penelitian sampai sidang skripsi. 12. Seluruh teman-teman satu angkatan, senior dan junior di KPM. Selamat dan sukses selalu untuk kita semua!
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL ......................................................................................... DAFTAR GAMBAR .................................................................................... DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................. BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1.1 Latar Belakang .............................................................................. 1.2 Perumusan Masalah ...................................................................... 1.3 Tujuan Penelitian .......................................................................... 1.4 Manfaat Penelitian ........................................................................
1 1 4 5 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN ........... 2.1 Budaya Musik Populer ................................................................. 2.2 Kaum Muda ................................................................................ 2.3 Penggemar Musik ....................................................................... 2.4 Konsep Identitas ......................................................................... 2.5 Pembentukan Identitas Diri ......................................................... 2.6 Simbol dan Komunikasi .............................................................. 2.7 Kerangka Pemikiran .................................................................... 2.8 Definisi Konseptual ....................................................................
6 6 9 9 10 13 18 20 23
BAB III METODOLOGI .............................................................................. 3.1 Metode Penelitian ...................................................................... 3.2 Penentuan Subjek Penelitian dan Sumber Data ........................... 3.3 Teknik Pengumpulan Data .......................................................... 3.4 Teknik Analisis Data ...................................................................
25 26 25 28 30
BAB IV ORGANISASI SLANK DAN SLANKERS ................................... 4.1 Biografi Slank ............................................................................. 4.2 Pesan di Dalam Lirik Lagu Slank ................................................ 4.2.1 Lagu Bertema ”PEACE” ..................................................... 4.2.2 Lagu Bertema ”LOVE” ....................................................... 4.2.3 Lagu Bertema ”UNITY” ...................................................... 4.2.4 Lagu Bertena ”RESPECT” .................................................. 4.3 Slankers dan Slank Fans Club (SFC) ...........................................
33 33 43 44 46 53 55 63
BAB V PEMAKNAAN SIMBOL-SIMBOL BUDAYA MUSIK SLANK OLEH SLANKERS ......................................................................... 70 5.1 Potret Sederhana dan Kekeluargaan dalam Peristiwa Pembuatan Video Clip ”Seperti Para Koruptor” .............................................. 67 5.2 Potret Kebersamaan dalam Peristiwa Pengambilan Gambar8 ”Warung Slankers” di TVRI ........................................................ 77
5.3 Solidaritas dan Cinta Damai ”Peace” dalam Konser ”Ngejinggo Bareng Slank” di Cianjur ............................................................. 83 5.4 Analisis Interaksi Simbolik dalam Peristiwa Pembuatan VideO Clip ”Seperti Para Koruptor”, Pengambilan Gambar ”Warung Slankers” dan Konser ”Ngejinggo Bareng Slank” ......................... 91 BAB VI PERUBAHAN IDENTITAS SLANKERS DAN PENYEBABNYA ........................................................................... 98 6.1 Rohbet: Slankers Kota yang Cinta Keluarga ............................... 98 6.2 Agil: Slankers Daerah yang Hijarah ke Kota .............................. 103 6.3 Andre: Sekjen Slankers Pembawa Misi Mulia ............................ 108 6.4 Gapher: Penggagas SFC Puncak ................................................ 114 6.5 Hilda: Mahasiswi “Slanky” ........................................................ 118 6.6 Analisis Perubahan Identitas Slankers ........................................ 122 BAB VII BENTUKAN IDENTITAS SLANKERS HASIL INTERAKSI SIMBOLIK .................................................................................. 131 BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................... 139 8.1 Kesimpulan .............................................................................. 139 8.2 Saran ........................................................................................ 141 DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 143 LAMPIRAN................................................................................................... 145
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 1.
Album Slank 1990-2008 .............................................................. 38
Tabel 2.
Biodata Subjek Penelitian ............................................................ 123
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 1.
Hubungan Antara Simbol/Lambang, Interpretasi dan Makna ... 15
Gambar 2.
Kerangka Pemikiran Pembentukan Identitas Komunitas Slankers Melalui Pemaknaan Terhadap Simbol-Simbol Budaya Musik SLank .............................................................. 22
Gambar 3.
Matriks Analisis Pesan Dibalik Lagu-Lagu Slank .................... 59
Gambar 4.
Warung Slank (Setting Pengambilan Gambar Video Clip ”Warung Slankers” .................................................................. 68
Gambar 5.
Gaya Berpakaian Slank dan Seorang Slanker ........................... 73
Gambar 6.
Poster ”Ngejinggo Bareng Slank” di Cianjur ............................ 83
Gambar 7.
Pakaian Slankers dalam Konser ”Ngejinggo Bareng Slank” ..... 84
Gambar 8.
Sapaan ”Peace”, Ciri Khas Slankers ......................................... 84
Gambar 9.
Spanduk yang Dipasang di Mobil Slankers Menuju Tempat Konser ......................................................................... 85
Gambar 10.
Pedagang Asongan yang Menjual Atribut Slank ...................... 86
Gambar 11.
Matriks Pemaknaan Slankers Terhadap Simbol-Simbol Budaya Slank dalam Setiap Peristiwa Simbolik ........................ 96
Gambar 12.
Matriks Perubahan yang Dialami Slankers ............................... 128
Gambar 13.
Matriks Perubahan yang Dialami Slank ................................... 129
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1.
Halaman Contoh Catatan Lapang ........................................................... 146
Lampiran 2.
Kode Etik SFC ........................................................................ 161
Lampiran 3.
Teks Lagu ”Rebut” .................................................................. 167
Lampiran 4.
Data Slank Fans Club (SFC) 2008 ........................................... 168
Lampiran 5.
Peta Lokasi dan Jumlah Anggota SFC 2008 ............................. 178
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi ini, bangsa Indonesia dihadapkan pada masalah krisis identitas, atau upaya pengaburan (eliminasi) identitas1. Globalisasi bukan hanya soal ekonomi, namun juga terkait dengan isu makna budaya (Barker, 2005). Kaum muda Indonesia seolah kehilangan identitas diri dengan mengaplikasikan budaya Barat di dalam kehidupan sehari-hari tanpa proses penyaringan, mulai dari perubahan selera makan, gaya berbusana layaknya bintang Hollywood, sampai melazimkan gaya hidup pergaulan bebas. Kaum muda sebagai generasi penerus bangsa perlu memantapkan identitasnya agar dapat menjawab tantangan globalisasi tanpa terjerumus ke dalam pengaburan identitas. Persoalan identitas penting untuk dipelajari karena dengan mengetahui langkah-langkah seseorang atau suatu komunitas mengalami perubahan identitas akan membantu menilai kemungkinan dari pengembangan individu atau komunitas itu sendiri (Goodenough, 1963). Melalui penelusuran proses pembentukan identitas, seorang individu, sebuah komunitas, atau masyarakat, akan terungkap sejauh mana usaha seseorang memperoleh kesadaran baru akan dirinya sendiri dan pandangannya. Salah satu media yang dapat digunakan untuk membentuk identitas seseorang adalah musik. Musik merupakan salah satu media komunikasi yang memiliki peran,
1
Nina. Identitas Khas Bangsa Indonesia. www.p2kp.org. Diakses pada tanggal 3 Mei 2008.
2
serta makna di dalamnya dan telah menjadi sebuah gaya hidup, bahkan ideologi (Stuart Hall dan Whannel, 1964; dikutip Lull, 1987). Menurut Hall (1964) dikutip Storey (2007), budaya musik pop—lagu, majalah, konser, festival, komik, wawancara dengan bintang pop, film, dan sebagainya—juga membantu memperlihatkan pemahaman akan identitas di kalangan kaum muda (pemuda). Beberapa penelitian sebelumnya mengenai identitas dan kaitannya dengan musik sudah dilakukan. Syamsi (2003) menggambarkan pergulatan ideologi dan pembentukan identitas nasional Inggris melalui musik. Pada Perang Dunia II, sebagian masyarakat Inggris menolak Perang Vietnam; namun di sisi lain, bangsa Inggris juga tidak ingin kehilangan kekuasaannya di mata dunia. Kehadiran kelompok musik (band) The Beatles dianggap mampu merepresentasikan identitas nasional Inggris, karena The Beatles berhasil menuliskan kembali sejarah Inggris sebagai negara imperial di dalam industri musik dengan ketenarannya yang mendunia. Penelitian lainnya yaitu penelitian Maliki (2005), Komalasari (2006), dan Ditaputri (2007) menggambarkan pembentukan identitas pemuda yang menjadi komunitas penggemar musik di Indonesia. Komunitas Underground Progressive, Slankers, dan Punk adalah pencipta dan pendengar/khalayak musik yang merupakan subkultur penggemar musik populer (musik pop); mereka berusaha melawan ideologi dominan dalam musik yaitu dengan memilih musik jenis rock, rock n roll, dan punk dan memaknai ideologi di balik warna musik tersebut. Komunitas underground progressive dan punk kebanyakan merilis albumnya secara mandiri (independent) sebab musik mereka dinilai ’tidak standar’ dan ’tidak komersil’ oleh perusahaan
3
rekaman besar yang melakukan standarisasi selera sebagai usaha pengaburan identitas. Komunitas penggemar musik ini menampilkan identitas yang mandiri, kritis, dan solid. Musik mereka juga tidak mengikuti standarisasi yang dibuat kaum kapitalis untuk membuat musik mereka diterima oleh masyarakat luas. Komunitas Slankers adalah komunitas penggemar yang paling menarik untuk diteliti. Alasan pertama adalah, Slankers adalah komunitas penggemar musik yang memiliki jumlah anggota yang sangat besar di Indonesia, yaitu 75.607 orang2. Kedua, Slankers merupakan komunitas penggemar yang menyukai musik Slank, sebuah band yang lahir di Indonesia. Ketiga, Slankers memiliki semboyan PLUR (Peace, Love, Unity, Respect) dan ajaran Slankissme yang merupakan penafsiran sederhana dari Pancasila, ideologi yang dianut oleh bangsa Indonesia sebagai dasar dari pembentukan identitas bangsa. Slankissme antara lain mengandung nilai perdamaian, persatuan, dan solidaritas sosial. Komunitas Slankers juga dapat diidentifikasi dengan gaya ’slengean’ yang oleh informan dalam penelitian Komalasari (2006) dianggap sebagai sikap positif yang dapat digunakan dalam menghadapi realitas sosial oleh kaum muda di Indonesia. Gaya slengean ini tercermin dari gaya berbusana yang cuek dan tidak terkesan glamor, bermakna untuk menghapuskan kesenjangan sosial yang bisa merusak persatuan dan kesatuan bangsa. Hampir semua penelitian terdahulu mengenai identitas dan musik pop menjadikan kaum muda (pemuda) sebagai subjek penelitian. Komalasari (2006),
2
Berdasarkan Profil SFC tahun 2008, jumlah Slankers saat ini yang terdaftar di seluruh cabang SFC adalah 75.607 orang. Profil SFC tahun 2008 dapat dilihat di www.slankfansclub.com.
4
Ditaputri (2007), Syamsi (2006), dan Maliki (2005) sama-sama menjadikan pemuda sebagai responden dalam penelitian. Penelitian-penelitian sebelumnya memiliki beberapa kelemahan. Penelitian Komalasari (2006) hanya menganalisis proses pembentukan identitas dari sebuah lagu Slank, padahal budaya musik pop tidak hanya terdiri dari lagu melainkan juga pemberitaan media, konser, interaksi dengan kelompok Slank, dan sebagainya. Penelitian Komalasari (2006), Ditaputri (2007) dan Maliki (2005) belum mengungkap dengan jelas apakah terjadi perubahan dalam pembentukan identitas dan hal apa yang menyebabkan terjadinya perubahan tersebut. Padahal identitas tidaklah bersifat statis melainkan senantiasa berubah menurut catatan prestasi dan kegagalan yang dialami seseorang selama hidupnya (Goodenogh, 1963). Penelitian-penelitian tersebut juga kurang mendeskripsikan tentang interaksi dan komunikasi yang terjadi di dalam komunitas yang sebenarnya juga dapat membentuk identitas anggota komunitas tersebut. Berdasarkan fakta yang telah dipaparkan, maka penelitian ini akan menganalisis komunitas Slankers serta berusaha melengkapi kekurangan yang ada pada penelitian-penelitian terdahulu. Tujuan khusus penelitian ini ialah untuk menganalisis bagaimana anggota komunitas Slankers mengkonstruksi identitasnya melalui simbol-simbol budaya musik pop serta melihat perubahan identitas seperti apa yang dialami oleh anggota komunitas Slankers.
5
1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang diuraikan sebelumya, adapun perumusan masalah yang akan dijawab dalam penelitian ini antara lain: 1. Bagaimana anggota komunitas Slankers memaknai simbol-simbol yang terkandung di dalam budaya musik Slank untuk membentuk identitas dirinya? 2. Bagaimana perubahan identitas anggota komunitas Slankers dari waktu ke waktu?
1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah yang telah dikemukakan sebelumnya, maka tujuan penelitian ini antara lain: 1. Mendeskripsikan proses anggota komunitas Slankers memaknai budaya musik Slank yang memiliki simbol-simbol baik verbal maupun nonverbal untuk membentuk identitas dirinya. 2. Menjelaskan perubahan identitas anggota komunitas Slankers dari waktu ke waktu dan proses terjadinya perubahan tersebut.
1.4 Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini antara lain: 1. Bagi Slank dan Slankers, sebagai bahan evaluasi dan analisis untuk perkembangan kelompok musik dan kelompok penggemar ini di masa depan.
6
2. Bagi akademisi dan peminat ilmu komunikasi dan sosiologi, sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya mengenai pembentukan identitas diri penggemar musik.
6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Budaya Musik Populer Salah satu media yang dapat membentuk identitas kaum muda adalah musik. Musik yang dibicarakan di sini adalah musik populer (musik pop) kontemporer yang terdiri dari rock, soul, punk, dance, heavy metal; bukan musik klasik, tradisional, atau musik period (Lull, 1987). Musik dapat menaikkan pengalaman-pengalaman ekstrim untuk pencipta/pemain dan pendengarnya, memutar batas emosi yang berbahaya, serangan-serangan, kemenangan/keberhasilan, perayaan, dan antagonisasi kehidupan ke dalam hipnotis dan tempo yang reflektif
yang dapat dialami secara personal
maupun berbagi dengan orang lain (Lull, 1987). Budaya musik pop—lagu, majalah, konser, festival, komik, wawancara dengan bintang pop, film, dan sebagainya— membantu pemahaman akan identitas di kalangan kaum muda (Hall dan Whannel, 1964 dikutip Storey, 2007). Menurut Hall, seperti dikutip Storey (2007), lagu-lagu pop, sebagai salah satu bagian dari budaya musik pop ”merefleksikan kesulitan remaja dalam menghadapi kekusutan persoalan emosional dan seksual. Lagu-lagu pop menyerukan kebutuhan untuk menjalani kehidupan secara langsung dan intens. Lagu-lagu itu mengekspresikan dorongan akan keamanan di dunia emosional yang tidak pasti dan berubah-ubah. Fakta bahwa lagu-lagu itu diproduksi bagi pasar komersial berarti bahwa lagu dan setting itu kekurangan autentisitas. Lagulagu itu mengekspresikan dilema emosional remaja dengan gamblang” (280).
7
Pemuda sebagai khalayak dapat memiliki relasi secara langsung dengan musik, yaitu dalam pengalaman personalnya (Lull, 1987). Lull (1987) mengungkapkan tiga aspek keterlibatan khalayak dengan musik. Pertama, exposure (keterdedahan), merujuk pada banyaknya seseorang berhubungan dengan musik. Kedua, consumption (mendengarkan), merujuk pada apa yang khalayak pelajari atau ingat dari exposure tadi. Konsep ini mengimplikasikan bahwa musik memiliki beberapa dampak selama pendengar mendapatkan informasi, perasaan, bahkan nilai-nilai dari hubungan mereka dengan musik. Ketiga dan yang paling rumit yaitu, use (pemanfaatan); merupakan referensi untuk kesempatan-kesempatan, aplikasi, dan kepuasan sosial dan personal yang berkaitan dengan exposure dan consumption. Khalayak pemuda dikategorikan oleh Davis Riesman (1950), seperti dikutip Barker (2005), sebagai kelompok minoritas membawa tema pemberontakan sosial. Katz, Blumer, dan Gurevitch (1974) seperti dikutip Lull (1987), menyebutkan bahwa yang dapat menentukan penggunaan spesifik atas musik oleh khalayak adalah kombinasi antara sifat-sifat yang dimiliki secara psikologis, faktor-faktor sosiologi, dan kondisi lingkungan. Konsumsi musik digunakan sebagai tanda yang dengannya kaum muda menilai dan dinilai oleh orang lain. Menjadi bagian dari subkultur anak muda berarti memperlihatkan selera musikal tertentu dan mengklaim bahwa konsumsinya adalah tindakan kreasi komunal. Menurut Riesman (1950) seperti dikutip Barker (2005), tidak menjadi soal apakah komunitas itu bersifat nyata ataukah imajiner, yang penting adalah bahwa musik menyediakan sense akan komunitas.
8
Protes dan pemberontakan juga ditunjukkan pemuda dalam gaya busana. Hall dan Whannel dikutip Storey (2007), menyatakan gaya berbusana sebagai ’seni pop minor yang digunakan untuk mengekspresikan sikap kontemporer tertentu, misalnya, arus pemberontakan dan nonkonformitas sosial yang kuat’. Barnard (1996) menambahkan bahwa di dalam gaya berbusana (fashion) terkandung makna bahkan muatan ideologis. Ideologi adalah keseluruhan sistem berpikir, nilai-nilai, dan sikapsikap dasar rohani sebuah gerakan (Magnis-Suseno dikutip Sobur, 2006). Jadi, fashion merupakan bagian dari budaya musik pop yang mampu merepresentasikan identitas seseorang. Selain gaya berbusana (fashion) tertentu, budaya musik pop juga menghasilkan cara berbicara, tempat nongkrong,
dan cara menari tertentu (Hall
dikutip Storey, 2007). Teori ini dibuktikan oleh penelitian Ditaputri (2007) mengenai komunitas punk yang memiliki cara berpakaian khas, seperti rambut yang dibotaki (skin head) atau mohawk dan penggunaan asesoris dari logam. Hal ini menunjukkan bahwa atributatribut tersebut digunakan untuk mengekspresikan sikap kontemporer, yaitu sebagai simbol anti kemapanan atau melawan kelas dominan dalam bermusik. Penelitian Komalasari (2006) dan Maliki (2006) juga membuktikan hal senada, yaitu komunitas Slankers dan underground progressive memiliki tempat nongkrong tertentu dan gaya berpakaian tertentu untuk menunjukkan bahwa mereka berbeda dari orang-orang di luar komunitasnya. Bahasa, model rambut, pakaian, dan praktis semua ciri budaya lain juga merupakan simbol yang dapat dipakai secara positif, permisif, dan kreatif. Eksplorasi
9
simbolik semacam itu sangat pokok bagi cara pemuda mengkomunikasikan dan membangun budaya (Willis, 1990; Lull, 1992a seperti dikutip Lull, 1987).
2.2 Kaum Muda Talcott Parson dalam Sutrisno, et al (n.d) menyatakan bahwa pengertian kaum muda tidak semata-mata dihubungkan dengan faktor usia, melainkan bahwa kategori kaum muda merupakan suatu perubahan konstruksi sosial dan budaya terhadapnya yang muncul pada suatu peristiwa waktu tertentu di dalam kondisi tertentu pula. Kaum muda di dalam keluarga terletak di antara masa anak-anak (sangat tergantung) dan masa dewasa (mulai mandiri). Periode ini merupakan masa transisi untuk mempersiapkan diri lepas dari keluarga. Dalam hal ini pandangan dan kebijakan yang diambil oleh rezim berkuasa (para politisi, pembuat kebijakan, dan profesional kaum muda) terhadap mereka sangat menentukan. Fornas (1995) dikutip Burton (1999) melihat bahwa generasi muda didefinisikan dengan tiga cara: (1) sebagai fase perkembangan fisiologis; (2) sebagai kategori sosial yang dibentuk oleh institusi-institusi seperti sekolah, dan untuk sebagian didefinisikan melalui ritual-ritual sebagai konfirmasi; dan (3) sebagai fenomena kebudayaan yang berpusat pada pengungkapan identitas.
2.3 Penggemar Musik Lull (1987) mengungkapkan bahwa pendengar bukan semata-mata korban dari kekuatan media massa. Selain Lull, Henry Jenkins (1992) dikutip Storey (2007), juga
10
membuat sebuah karya yang menjadi catatan mutakhir yang paling menarik mengenai budaya penggemar dalam cultural studies. Sumber teoritis utama Jenkins adalah teoritikus budaya Prancis, Michel de Certeau (1984), yang membongkar istilah ’konsumen’ untuk menguak aktivitas yang terletak di dalam tindak konsumsi: apa yang dia sebut ’produksi sekunder’. Menurut Certeau, kritikus budaya harus waspada terhadap ’perbedaan atau kesamaan antara produksi dan produksi sekunder yang tersembunyi di dalam proses pemaknaan’ (Storey, 2007). Ia kemudian mencirikan konsumsi aktif terhadap teks-teks itu sebagai ’berburu’: para pembaca adalah orang yang bepergian dan bergerak (Storey, 2007). Gagasan ini merupakan sebuah penolakan atas model tradisional pembacaan, dimana tujuan pembacaan adalah penerimaan pasif terhadap maksud authorial/tekstual. Teori ini telah dibuktikan oleh penelitian yang dilakukan Komalasari (2006) dan Ditaputri (2007). Kedua hasil penelitian ini, yaitu mengenai komunitas penggemar musik Slank dan komunitas pendengar musik punk berhasil mengungkap bahwa anggota komunitas penggemar dapat digolongkan sebagai khalayak aktif karena kemampuannya membaca teks secara berlawanan dengan apa yang ditampilkan produsen teks. Ditaputri (2007) lebih jelas menyimpulkan bahwa komunitas punk menilai pemberitaan media mengenai punk sebagian besar tidaklah benar.
2.4 Konsep Identitas Secara psikologis, definisi identitas diri secara umum adalah sebagai keberlanjutan menjadi seseorang yang tunggal dan pribadi yang sama, yang dikenali
11
oleh orang lain (Erikson dikutip Damayanti, et al, 2005). Dalam perspektif psikologi kepribadian, identitas diri merupakan suatu konsep yang berakar dari ide mengenai kepribadian, yaitu ide mengenai keunikan individu dalam dimensi kepribadian yang membedakan individu dengan individu lain. Bosma (1994) dikutip Damayanti, et al (2005) menyatakan bahwa dalam perspektif psikologi sosial, identitas diri merupakan ide mengenai image yang dimiliki seseorang. Menurut Interaksi Simbolik, identitas adalah sebutan untuk mendefinisikan diri sendiri, dan biasanya sebutan tersebut diumumkan kepada orang lain sesuai dengan apa yang kita lakukan untuk menunjukkan diri kita tersebut. Menurut Charon (1998): ”Identity is the name we call ourselves, and usually it is the name we announce to others that we are as we act in situations” (86). Interaksi simbolik menilai bahwa identias adalah bagian dari konsep diri. Diri adalah sebuah objek yang dipertunjukkan melalui perbuatan. Identitas adalah penamaan dari diri tersebut, sebutan kita untuk diri kita sendiri. Sama seperti objekobjek sosial yang lain, identitas dibentuk, dipelihara, dan ditransformasi secara sosial (Berger, 1963 dikutip Charon, 1998). Seseorang mendefinisikan siapa dirinya melalui interaksi dengan orang lain. Sebagaimana orang memberikan label atau menamai diri seseorang, dengan begitu juga seseorang menamai dirinya sendiri. Label yang diberikan itu menjadi nama atau sebutan untuk orang tersebut, menjadi alamat sosialnya, dan definisi mengenai dirinya dalam hubungan interaksi seseorang dengan orang lain. Identitas adalah penamaan diri yang tidak tercipta oleh siapa saja secara sembarang, melainkan karena adanya reference group dan significant others bagi
12
seseorang tersebut (Charon, 1998). Peter Burke (1980) seperti dikutip oleh Charon (1998) menyebutkan bahwa: ”Identities are meanings a person attributes to the self.”
Gambaran diri atau self image yang dimiliki oleh tiap individu muncul sebagai proses yang tidak hanya ditentukan oleh diri sendiri secara psikologis. Self image akan ditentukan oleh dua faktor: personal identity dan social identity (Tajfel dikutip Komalasari, 2006). Identitas sosial yang dimiliki oleh seseorang akan selalu dipengaruhi oleh identitas pribadi yang melekat dan pengaruh lingkungan sosial dimana dia mengaitkan diri sebagai bagian dari kelompok. Ketika kita mulai sadar sebagai bagian dari suatu kelompok tertentu, maka mulai dari situlah identitas sosial kita mulai terbentuk. Identitas sosial diasumsikan sebagai keseluruhan bagian dari konsep diri masing-masing individu yang berasal dari pengetahuan mereka terhadap sebuah kelompok, atau kelompok-kelompok sosial bersama dengan nilai dan signifikansi emosional terhadap keanggotaan tersebut (Tajfel dikutip Komalasari, 2006). Pandangan kajian budaya kontemporer atau cultural studies menilai bahwa pandangan kita mengenai diri kita adalah identitas diri (self-identity), sedangkan harapan dan pandangan orang lain mengenai diri kita sendiri disebut identitas sosial (Barker, 2005). Menjelajah identitas berarti menyelidiki bagaimana kita melihat diri kita sendiri dan bagaimana orang lain melihat diri kita. Berdasarkan pandangan ini, cultural studies kemudian memaparkan empat konsep mengenai identitas dan subjektivitas sebagaimana diuraikan di bawah ini.
13
Pertama, person/personhood adalah sebagai produk budaya. Menjadi seorang person (subjek) sepenuhnya bersifat sosial dan kultural. Kedua, identitas adalah suatu entitas yang dapat diubah-ubah menurut sejarah, waktu dan ruang tertentu. Ketiga, identitas adalah sebuah proyek diri (Giddens dikutip Barker, 2005). Bagi Giddens, individu akan berusaha untuk menyusun lintasan biografi diri dari masa lalu ke masa depan yang telah diantisipasi. Dengan lintasan biografi tersebut, identitas tidak lagi dipahami sebagai suatu ‘ciri tetap’atau sekumpulan ‘ciri khas’ yang dimiliki individu; akan tetapi merupakan ‘diri’ (pribadi) sebagaimana dipahami orang secara reflektif terkait dengan biografinya. Keempat, identitas bersifat sosial (Barker, 2005). Kita disusun menjadi individu (Subjek) melalui proses sosial. Proses itu terjadi dalam diskursus bahasa yang memungkinkan kita melakukan interaksi dengan yang lain;yang memungkinkan suatu biografi diri terbentuk.
2.5 Pembentukan Identitas Diri Menurut Teori Interaksionisme Simbolik dari George Herbert Mead dan Charles Horton Cooley konsepsi-diri adalah suatu proses yang berasal dari interaksi sosial individu dengan orang lain (Sunarto 2000, Mulyana 2001). Herbert Blumer, salah satu penganut pemikiran Mead berusaha menjabarkan pemikiran interaksionis simbolik ini. Pertama adalah bahwa manusia bertindak (act) terhadap sesuatu (thing) atas dasar makna (meaning) yang dipunyai sesuatu tersebut baginya (Sunarto, 2000). Kedua, Blumer seperti dikutip Sunarto (2000) selanjutnya mengemukakan bahwa makna yang dipunyai sesuatu tersebut berasal atau muncul dari interaksi sosial antara
14
seseorang dengan sesamanya. Pokok pikiran ketiga adalah bahwa makna diperlukan atau diubah melalui suatu proses penafsiran (interpretative process) di saat proses interaksi sosial berlangsung. Dalam perspektif ini, Mead dan Cooley memusatkan perhatiannya pada interaksi antara individu dan kelompok. Mereka menemukan bahwa individu-individu tersebut berinteraksi dengan menggunakan simbol-simbol atau lambang-lambang, yang di dalamnya berisi tanda-tanda, isyarat dan kata-kata. Tanda-tanda tersebut akan dimaknai, dan hasil pemaknaan tersebut akan membentuk identitas diri seseorang. Pemaknaan akan terjadi apabila terjadi pertukaran simbol-simbol yang disebut Mead sebagai simbol atau lambang signifikan (Nimmo, 2005). Bagi Mead, simbol manapun merupakan signifikan jika ia mengakibatkan tanggapan yang sama pada orang lain yang dikumpulkannya di dalam diri pemikir. Simbol signifikan tidak ada sebelum percakapan, tetapi muncul melalui pengambilan peran bersama, suatu proses interaksi sosial. Hubungan antara simbol, interpretasi dan makna dilukiskan dalam Gambar 1. Kedua garis dalam segitiga itu menunjukkan bahwa ada hubungan langsung di antara: pertama, pikiran atau interpretasi dengan suatu rujukan (seperti kita memikirkan selembar kain dengan warna merah dan putih); dan kedua, diantara interpretasi dan simbol (misalnya ”bendera Indonesia). Namun diantara lambang dan rujukan hubungan itu tidak langsung, atau dipertalikan (ditunjukkan dengan garis putus-putus). Hal itu mengingatkan kita bahwa simbol bukanlah representasi langsung dari objek;
15
tanpa pikiran aktif manusia, bendera itu sama sekali bukan bendera, melainkan hanya selembar kain.
Interpretasi
Melambangkan (hubungan langsung)
Mengacu kepada (hubungan langsung yang lain)
Simbol/Lambang
Rujukan
Mewakili
Gambar 1. Hubungan Antara Simbol/Lambang, Interpretasi dan Makna
Herbert Blumer dalam Mulyana (2001) menyatakan bahwa semua kajian terhadap manusia tidak dapat disamakan dengan kajian terhdap benda. Peneliti harus berempati dengan subjek, masuk ke dalam pengalaman mereka dan mencoba memahami nilai-nilai seseorang. Dia menekankan sejarah hidup, autobiografi, studi kasus, buku harian, surat dan wawancara bebas. Blumer secara khusus menekankan pentingnya pengamatan berperan serta dalam kajian komunikasi. Interaksionisme simbolik melihat seseorang itu kreatif, inovatif dan bebas mendefinisikan sesuatu dengan cara yang unpredictable (Blumer dikutip Inayah, 2005). Diri dan masyarakat
16
dilihat sebagai proses, bukan struktur; penyetopan proses akan menghilangkan esensi dari hubungan sosial. Interaksionisme simbolik percaya bahwa sesuatu tidak mempunyai makna terlepas dari interaksi dengan yang lainnya. Dengan kata lain,’cara kita berpikir tentang makna pada interaksi tidak dapat dilepaskan dari cara pandang kita dalam memahami manusia dan tindakannya (Knapp, Miller, dan Fudge,1994 dikutip Inayah, 2005). Makna muncul dari proses interaksi sosial yang telah dilakukan. Makna dari sebuah benda untuk seseorang tumbuh dari cara-cara dimana orang lain bersikap terhadap orang tersebut; sehingga interaksionisme simbolik memandang makna sebagai produk sosial, yaitu sebagai kreasi-kreasi yang terbentuk melalui aktivitas yang terdefinisi dari individu saat mereka berinteraksi. Blumer, seperti dikutip Mulyana (2001) menyatakan bahwa esensi interaksi simbolik adalah suatu aktivitas yang merupakan ciri khas manusia, yakni komunikasi atau pertukaran simbol yang diberi makna. Ada lima konsep inti interaksi simbolik menurut Mead (Littlejohn dan Foss, 2005), yaitu konsep diri, konsep perbuatan, konsep objek, konsep interaksi sosial, dan konsep joint action. Blumer memaparkan konsep ”diri” bahwa manusia bukan semata-mata organisme yang hanya bergerak di bawah pengaruh perangsang-perangsang entah dari luar, entah dari dalam, melainkan organisme yang sadar akan dirinya. Dikarenakan ia seorang diri, ia mampu memandang diri sebagai objek pikirannya dan bergaul atau berinteraksi dengan diri sendiri.
17
Konsep perbuatan (action) menyatakan bahwa karena perbuatan manusia dibentuk dalam dan melalui proses interaksi dengan diri sendiri, maka perbuatan itu berlainan sama sekali dari gerak makhluk-makhluk yang bukan manusia. Perbuatan manusia tidak bersifat semata reaksi biologis atas kebutuhannya, peraturan kelompoknya, seluruh situasinya, melainkan merupakan konstruksinya. Manusia sendiri adalah konstruktor kelakuannya. Konsep objek menurut Blumer, yaitu bahwa manusia hidup di tengah objek-objek. Kata ”objek” dimengerti dalam arti luas dan meliputi semua yang menjadi sasaran perhatian aktif manusia. Menurut Blumer seperti dikutip Sobur (2006):
”Objek dapat bersifat fisik seperti kursi, atau khayalan..., kebendaan seperti Empire State Building, atau abstrak seperti konsep kebebasan, hidup atau tidak hidup, terdiri atas golongan atau terbatas pada satu orang, bersifat pasti seperti golongan darah, dan agak kabur seperti suatu ajaran filsafat”
Konsep interaksi sosial menyebutkan bahwa para peserta masing-masing memindahkan diri mereka secara mental ke dalam posisi orang lain. Oleh penyesuaian timbal balik, proses interaksi dalam keseluruhannya menjadi suatu proses yang melebihi jumlah total unsur-unsurnya berupa maksud, tujuan, dan sikap masingmasing peserta seperti sesuatu yang baru lahir. Hal baru itu dihasilkan akibat suatu inter penetrasi, dimana unsur-unsur individual itu rembes merembes dan tembus menembus. Blumer menyebut proses ini ”a possitive shaping process in its own right” yaitu suatu proses yang membentuk suatu aksi khusus, yang mempunyai logika dan perkembangan sendiri, sehingga tidak bertepatan dengan unsur-unsur psikis dan tidak dapat diterangkan oleh psikologi (Blumer dikutip Sobur, 2006).
18
Konsep terakhir dari Blumer yaitu konsep joint action. Pada konsep ini Blumer mengganti istilah social act dari Mead dengan joint action. Artinya adalah aksi kolektif yang lahir dimana perbuatan-perbuatan masing-masing peserta dicocokkan dan diserasikan satu sama lain. Sebagai contoh Blumer menyebutkan: transaksi dagang, makan bersama keluarga, upacara perkawinan, diskusi, sidang pengadilan, peperangan, dan sebagainya (Sobur, 2006). Realitas sosial dibentuk dari joint action ini dan merupakan objek sosiologi yang sebenarnya. Unsur konstitutif mereka, menurut Blumer, bukanlah unsur kebersamaan atau relasi-relasi, melainkan penyesuaian dan penyerasian tadi, dimana masing-masing pihak mencari arti maksud dalam perbuatan orang lain dan memakainya dalam menyusun kelakuannya.
2.6 Simbol dan Komunikasi Mead menunjukkan bahwa perkembangan diri tergantung pada komunikasi dengan orang lain, terutama sejumlah kecil orang penting (significant others) yang membentuk atau mempengaruhi diri sebagaimana orang-orang itu dipengaruhi kehadiran diri tersebut. Melalui interaksi atau komunikasi orang-orang dapat bertukar makna, nilai, dan pengalaman dengan menggunakan simbol dan tanda. Bagi Cooley dan Mead, diri muncul karena komunikasi. Tanpa bahasa, diri tidak akan berkembang. Manusia unik karena mereka memiliki kemampuan memanipulasi simbol-simbol berdasarkan kesadaran (Douglas dikutip Mulyana, 2001). Simbol adalah suatu rangsangan yang mengandung makna dan nilai yang dipelajari bagi manusia, dan respons manusia terhadap simbol adalah dalam pengertian makna
19
dan nilainya alih-alih dalam pengertian stimulasi fisik dan alat-alat inderanya (Rose dikutip Mulyana 2001). Makna dari suatu simbol adalah pertama-tama ciri fisiknya, kemudian apa yang dapat orang lakukan terhadap simbol tersebut. Pada dasarnya, simbol adalah sesuatu yang berdiri/ada untuk sesuatu yang lain, kebanyakan diantaranya tidak jelas apakah tersembunyi atau tidak (Sobur, 2006). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, seperti dikutip Sobur (2006) disebutkan, simbol atau lambang adalah semacam tanda, lukisan, perkataan, lencana, dan sebagainya yang menyatakan sesuatu hal atau mengandung maksud tertentu. Dalam bahasa komunikasi, simbol seringkali diistilahkan sebagai lambang. Simbol atau lambang adalah suatu yang digunakan untuk merujuk sesuatu lainnya, berdasarkan kesepakatan kelompok orang (Sobur, 2001). Simbol yang ditimbulkan oleh manusia dapat dibedakan atas yang bersifat verbal dan yang bersifat nonverbal (Pateda, 2001 dikutip Sobur, 2006). Simbol yang bersifat verbal adalah simbol-simbol yang digunakan sebagai alat komunikasi yang dihasilkan oleh alat bicara. Simbol-simbol yang bersifat nonverbal dapat berupa: (1) simbol yang menggunakan anggota badan, lalu diikuti dengan kata, misalnya “Mari!”; (2) suara, misalnya bersiul, atau membunyikan “Pssst” yang bermakna memanggil seseorang; (3) tanda yang diciptakan manusia untuk menghemat waktu, tenaga, dan menjaga kerahasiaan, misalnya rambu-rambu lalu lintas, bendera, tiupan terompet; dan (4) benda-benda yang bermakna kultural dan ritual, misalnya buah pinang muda yang menandakan daging, gambir menandakan darah, dan ritual-ritual di dalam upacara perkawinan. Pada komunikasi, simbol nonverbal dibedakan antara komunikasi
20
“nonverbal-vokal” dengan komunikasi “nonverbal-nonvokal”. Contoh komunikasi “nonverbal-vokal” adalah bunyi gamelan, orkestra, dan konser; sedangkan pada komunikasi “nonverbal-nonvokal” adalah candi, bangunan hotel, dan mercusuar.
Penggunaan bahasa atau isyarat simbolik oleh manusia dalam interaksi sosial mereka pada gilirannya memunculkan ”pikiran” (mind) dan ”diri” (self). Mead mendefinisikan berpikir sebagai suatu percakapan terinteralisasikan atau implisit antara individu dengan dirinya sendiri dengan menggunakan isyarat-isyarat tertentu. Menurut teori interaksi simbolik, pikiran mensyaratkan adanya masyarakat; dengan kata lain, masyarakat harus lebih dulu ada sebelum adanya pikiran. Dengan demikian, pikiran adalah bagian integral dari proses sosial, bukan malah sebaliknya: proses sosial adalah produk pikiran. Pikiran
adalah
mekanisme
penunjukkan
diri
(self-indication)
untuk
menunjukkan makna kepada diri sendiri dan kepada orang lain. Diri tumbuh ketika individu mendapatkan pengalaman baru dan memberi makna kepada pengalaman dan objek tersebut. Ringkasnya, diri itu bersifat dinamis, selalu berubah, karena diri mampu mendefinisikan situasi oleh dirinya sendiri tanpa dikontrol atau ditentukan oleh kekuatan-kekuatan luar.
2.7 Kerangka Pemikiran Identitas diri Slanker dibentuk melalui proses pemaknaan terhadap simbolsimbol dalam interaksi sosial mereka dengan sesama Slankers. Pemaknaan dilakukan
21
oleh anggota Slankers dengan cara interaksionisme simbolik dari Mead. Di dalam interaksi sosial antara sesama anggota Slankers, terjadi proses pembacaan bersama akan makna yang tersimbolkan di dalam proses komunikasi selama interaksi berlangsung. Dalam interaksionisme simbolik, anggota Slankers melakukan (act) terhadap sesuatu (thing) yang dapat menghasilkan makna (meaning). Act ini adalah pembacaan itu sendiri, thing merupakan objek-objek sosial yang dinamai sebagai suatu simbol budaya musik Slank yang dimaknai oleh pikiran seorang Slanker, dan meaning yang dimaksud adalah hasil pemaknaan yaitu identitas Slankers yang kemudian terkonstruksi. Dalam proses pembentukan identitas dirinya, Slankers memaknai simbol verbal dan nonverbal yang terdapat di dalam kegiatan-kegiatan atau ritual tertentu di dalam budaya musik Slank. Kegiatan-kegiatan yang diamati yaitu proses pembuatan video clip Slank, konser Slank, dan acara talkshow ”Warung Slank” yang ditayangkan di televisi. Simbol verbal terdiri dari lagu-lagu Slank dan kata-kata khas yang dimaknai Slankers selama kegiatan berlangsung. Simbol nonverbal terdiri dari peristiwa komunikasi ”nonverbal-vokal” dan ”nonverbal-nonvokal” yang terjadi selama kegiatan berlangsung, seperti penampilan dan ritual-ritual yang dilakukan oleh Slankers. Slank sebagai significant others bagi Slankers turut memberikan referensi bagi pembentukan identitas Slankers. Perkembangan identitas diri seorang Slanker tergantung pada komunikasi dengan significant others ini yang di dalamnya terdapat proses pertukaran makna, nilai, dan pengalaman dengan menggunakan simbol-simbol.
22
Identitas bukanlah suatu entitas yang tetap, melainkan senantiasa berubah seiring dengan prestasi dan kegagalan yang dialami seseorang. Sebagai pribadi yang memiliki kegemaran terhadap kelompok musik Slank, identitas seorang Slanker juga dapat berubah dengan perubahan yang dialami oleh kelompok musik Slank. Perubahan dapat terjadi selama proses pembentukan identitas seorang Slanker. Hal itu ditunjukkan oleh garis putus-putus yang melingkari konsepsi identitas Slankers pada gambar kerangka pemikiran. Gambar 2. adalah kerangka pemikiran penelitian ini. Anggota Komunitas Slankers
Slank (Significant Others)
Interaksi Simbolik
Simbol-Simbol Budaya Musik Slank: Slank Verbal: Lagu-lagu, Kata-Kata Kata-kata, Lirik Lagu Nonverbal (nonvokal Slank dan vokal): penampilan, ritualSlank, Nonverbal: Penampilan kegiatan Slank
Konsepsi Identitas Slankers
Perubahan Identitas
Gambar 2. Kerangka Pemikiran Pembentukan Identitas Slankers Melalui Pemaknaan Terhadap Simbol-Simbol Budaya Musik Slank
23
2.8 Definisi Konseptual a. Kelompok Musik Slank: merupakan sebuah kelompok musik (band) Indonesia yang didirikan secara resmi pada tahun 1983 beraliran rock n roll, yang memiliki semboyan PLUR (Peace, Love, Unity, Respect). Slank memiliki personil yaitu Kaka, Bimbim, Ridho, Ivan dan Abdee. Slank dapat diidentifikasi dengan penampilan mereka yang slengean di atas panggung yang terkesan cuek, asal-asalan, dan urakan. b. Slankers: adalah sebutan untuk para penggemar fanatik kelompok musik Slank yang tergabung dalam Slank Fans Club (SFC). SFC Pusat berada di Jalan Potlot, Duren Tiga Jakarta Selatan, dan SFC juga memiliki 98 cabang di seluruh Indonesia dan 2 cabang di luar negeri yaitu Timor Leste dan Malaysia. c. Simbol-simbol budaya musik Slank: adalah simbol komunikasi verbal, nonverbal (nonvokal dan vokal), yang menjadi objek pemaknaan Slankers untuk membentuk identitasnya. Simbol verbal berupa lagu-lagu dan kata-kata Slank yang secara langsung maupun tidak langsung dimaknai oleh Slankers; simbol nonverbal berupa penampilan yang bersifat nonverbal-nonvokal dan ritual-ritual yang bersifat nonverbal-vokal. Simbol-simbol yang dimaknai dibatasi dalam tiga kegiatan simbolik, yaitu pembuatan video clip Slank “Seperti Para Koruptor”, pengambilan gambar acara “Warung Slankers”, dan konser “Ngejinggo Bareng Slank”.
24
d. Konsepsi identitas Slankers: Identitas diri Slankers yang terbentuk dari proses pemaknaan simbol-simbol budaya musik Slank melalui proses interaksionisme simbolik. e. Interaksionisme simbolik: Kegiatan komunikasi (simbolik) Slankers dalam menyusun makna dan tanggapan bersama terhadap perwujudan simbol-simbol budaya musik Slank (verbal dan nonverbal) yang merupakan tanda denotatif maupun konotatif dalam bentuk kata-kata, gambar, dan perilaku. f. Perubahan Identitas: Proses yang terjadi selama pembentukan identitas. Hal ini dapat terjadi bersamaan dengan perubahan yang dialami oleh Slank sebagai significant others. Perubahan identitas Slankers juga dapat terjadi dalam waktu yang tidak bersamaan dengan perubahan Slank, namun perubahan yang pernah dialami Slank menjadi kerangka acuan bagi Slankers untuk mengubah dan membentuk identitasnya.
25
BAB III METODOLOGI
3.1 Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Bagi peneliti kualitatif, realitas sosial adalah wujud bentukan (konstruksi) para subyek penelitian yaitu tineliti dan peneliti (Sitorus, 1998). Dalam penelitian ini peristiwa atau gejala sosial yang akan diteliti adalah proses pembentukan identitas komunitas Slankers. Pendekatan kualitatif yang digunakan dalam penelitian ini dimaksudkan untuk menghasilkan data deskriptif yang berupa kata-kata lisan atau tulisan dari manusia atau tentang perilaku manusia yang dapat diamati (Taylor dan Bogdan dikutip Sitorus, 1998). Data yang dihasilkan merupakan hasil pengamatan penulis terhadap kehidupan kelompok para Slankers dalam pembentukan identitas diri dan komunitas mereka. Strategi penelitian yang dilakukan adalah etnografi. Etnografi secara sempit diartikan sebagai penggambaran tentang suatu etnis tertentu di ruang dan dalam masa tertentu, namun dalam pengertian yang lebih luas ia adalah studi tentang suatu kebudayaan atau komunitas sosial (Sitorus, 1998). Tujuan etnografi adalah memahami sudut pandang penduduk asli, hubungannya dengan kehidupan, untuk mendapatkan pandangannya mengenai dunianya (Malinowski, 1922 dikutip Spradley, 1979). Ciri pokok etnografi adalah (Atkinson dan Hammersley, 1994 dikutip Sitorus, 1998): penekanan terhadap eksplorasi gejala sosial tertentu, pengumpulan data empiris takterstruktur, pilihan atas sejumlah kecil kasus (mungkin hanya satu kasus), dan
26
pendekatan interpretatif dalam analisis data. Penelitian etnografi bersifat fleksibel dan akan berkembang secara kontekstual sebagai reaksi dari realitas sosial yang ditemukan secara tidak sengaja di lapangan. Hal ini seperti yang diungkapkan Grant dan Fine (1992) seperti dikutip Creswell (1994): ”The research (ethnography) process is flexible and typically evolves contextually in response to the lived realities encountered in the field setting.” (11)
Komunitas sosial yang diteliti dalam penelitian ini adalah Slankers, kebudayaan yang dimaksud disini adalah budaya musik populer, dan gejala sosial yang akan diteliti adalah proses pembentukan identitas komunitas Slankers melalui proses interaksionisme simbolik. Metode yang dilakukan adalah pengamatan berperan serta terhadap berbagai peristiwa simbolik yang dilakukan oleh paa Slankers, dan wawancara mendalam yang dilakukan untuk mendapatkan interpretasi subjektif Slankers terhadap simbol-simbol budaya Slank yang dimaknai di dalam kegiatan simbolik tersebut.
3.2 Penentuan Subjek Penelitian dan Sumber Data Subjek dalam penelitian ini adalah Slankers. Subjek penelitian terdiri dari responden dan informan. Penentuan responden dilakukan secara purposive (sengaja) berdasarkan hasil pengamatan langsung dan wawancara dengan pihak Manajemen Slank yang juga bertindak sebagai pengelola komunitas Slankers atau Slank Fans Club (SFC). Slankers yang dijadikan responden adalah Slankers yang terdaftar di SFC Pusat (Jakarta) dan Daerah. Responden utama penelitian terdiri dari lima orang, diantaranya:
27
satu orang pengurus SFC Pusat, satu orang pengurus SFC daerah, satu orang Slanker yang pernah tinggal di daerah, satu orang Slanker asal Jakarta, dan satu orang Slanker perempuan. Alasannya dipilih kelima responden tersebut adalah untuk mengetahui perspektif dari setiap Slanker dari kategori yang berbeda. Slankers yang menjadi subjek penelitian ini adalah: dua orang Slanker Pengurus dan 3 orang Slanker Anggota SFC. Dua orang Slanker Pengurus terdiri dari Slanker Pengurus Pusat dan Pengurus Cabang/Daerah yang berjenis kelamin laki-laki. Tiga orang anggota SFC terdiri dari 2 orang Slanker laki-laki dan 1 orang Slanker perempuan. Dua orang anggota SFC lakilaki, salah satunya berasal dari daerah dan yang lainnya adalah anggota SFC Pusat. Selain kelima responden utama, terdapat 30 orang responden yang diminta untuk mengisi kuesioner dalam penelitian ini. Kuesioner tersebut digunakan untuk mendapatkan data mengenai karakteristik dan gambaran umum Slankers, termasuk pilihan lirik lagu Slank yang dianalisis pada BAB IV. Responden yang berjumlah 30 diambil secara acak dari Slankers yang ditemui selama proses pengamatan terhadap ketiga peristiwa simbolik dilakukan. Slankers tersebut merupakan Slankers yang terdaftar di SFC Cikarang, SFC Puncak, SFC Potlot, dan SFC Malang. Selain responden, peneliti juga mengumpulkan data dari informan. Informan adalah pihak yang memberikan informasi mengenai pihak lain dan lingkungannya (Sitorus, 1998). Informan dalam penelitian ini adalah pihak Manajemen Slank, khususnya Bunda Ifet, Adri, dan Denny; penduduk di sekitar lingkungan Kantor Pusat SFC di Potlot; serta masyarakat secara umum yang mengetahui kiprah Slank dalam industri musik Indonesia.
28
Peristiwa simbolik yang diamati di dalam penelitian ini adalah kegiatan pembuatan video clip lagu Slank berjudul ”Seperti Para Koruptor” pada tanggal 19 Mei 2008, pengambilan gambar (shooting) acara ”Warung Slanker di TVRI pada tanggal 6 Juni 2008, dan konser ”Ngejinggo Bareng Slank” di Cianjur pada tanggal 14 Juni 2008. Ketiga peristiwa tersebut dipilih karena beberapa alasan. Pertama, ketiga kegiatan tersebut adalah kegiatan yang memungkinkan terjadinya proses interaksi simbolik. Kedua, kegiatan tersebut berlangsung dalam kurun waktu penelitian. Penelitian dimulai pada bulan Maret 2008 dan selesai pada bulan Juli 2008. Kurun waktu penelitian yang dimaksud adalah waktu yang digunakan peneliti untuk mengumpulkan data dari lapangan.
3.3 Teknik Pengumpulan Data Menurut Patton (1990) seperti dikutip Sitorus (1998), data kualitatif dapat dipilah ke dalam tiga kategori, yaitu: a. Hasil pengamatan: Uraian (deskripsi) rinci mengenai situasi, kejadian/peristiwa, orangorang, interaksi dan perilaku yang diamati secara langsung di lapangan. Hasil pengamatan akan disajikan dalam bentuk catatan lapang penulis selama penelitian, dengan menggunakan alat tulis sederhana, digital recorder, digital camera, atau handycam. Kegiatan yang diamati adalah peristiwa interaksi simbolik yang terjadi diantara anggota komunitas Slankers dalam kegiatan pembuatan video clip lagu
29
Slank berjudul ‘Seperti Para Koruptor’ pada tanggal 19 Mei 2008, pengambilan gambar (shooting) acara ‘Warung Slanker’ di TVRI pada tanggal 6 Juni 2008, dan konser Slank di Cianjur tanggal 14 Juni 2008. Peneliti turut berpartisipasi dalam setiap peristiwa simbolik yang diamati. Peneliti menjadi pemeran pendukung pada video clip “Seperti Para Koruptor” dan menjadi pemeran pengunjung dalam acara “Warung Slankers”. Peneliti berusaha mengakrabkan diri dengan subjek penelitian untuk membina rapport yang baik. Situasi ini membantu peneliti untuk mendapatkan kepercayaan dan keterbukaan subjek penelitian dalam menperoleh data yang diperlukan untuk menjawab perumusan masalah penelitian.. b. Hasil pembicaraan: kutipan langsung dari pernyataan orang-orang tentang pengalaman, sikap, keyakinan dan pandangan/pemikiran mereka dalam kesempatan wawancara mendalam. Hasil pembicaraan yang dimaksud berupa tanggapan dan pemaknaan responden terhadap simbol-simbol yang ada di dalam budaya musik Slank pada kegiatankegiatan interaksi simbolik. c. Bahan tertulis: petikan atau keseluruhan bagian dari dokumen, suratmenyurat, rekaman dan kasus historis (sejarah). Peneliti akan membuat biografi sederhana komunitas Slankers dari bahan tertulis yang dimiliki oleh Manajemen Slank dan SFC (Slankers) untuk
30
menelusuri sejarah pembentukan identitas Slank dan Slankers dari masa ke masa. Seluruh data yang dikumpulkan dari penelitian, akan dituangkan ke dalam catatan lapangan yang berisi data kualitatif hasil pengamatan dan wawancara di lapangan dalam bentuk uraian rinci maupun kutipan langsung (Sitorus, 1998). Dokumentasi dilakukan dengan mengumpulkan hasil penelitian terdahulu mengenai Slankers yang ada di perpustakaan maupun di kantor manajemen Slank. Wawancara semi terstruktur dilakukan baik kepada responden maupun informan yang mengacu pada panduan pertanyaan yang akan menjawab perumusan masalah penelitian. Perumusan masalah yang dimaksud yaitu proses pemaknaan Slankers terhadap simbol-simbol budaya musik Slank untuk mengungkap identitas Slankers, lebih lanjut juga mengugkap perubahan identitas Slankers. Proses pemaknaan ini dianalisis dengan proses interaksi simbolik, sehingga pengamatan yang dilakukan difokuskan kepada hal-hal yang perlu diperhatikan berdasarkan teori interaksi simbolik, yaitu simbolsimbol signifikan yang terdapat selama interaksi berlangsung di dalam peristiwa simbolik.
3.4 Teknik Analisis Data Selama mengumpulkan data di lapangan, peneliti juga melakukan analisis data. Semua data yang berhasil dikumpulkan kemudian diolah melalui tiga jalur analisis data kualitatif, yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan (Miles dan Huberman, 1992). Teori yang digunakan untuk menganalisis data yang terkumpul
31
selama penelitian ini difokuskan kepada interaksionisme simbolik. Peneliti telah menentukan sikap terhadap cara menganalisis hasil temuan di lapangan untuk membatasi agar tidak terjadi kerancuan analisis. Temuan data yang dapat dianalisis dengan teori lain diluar konsep interaksionisme simbolik tetap dideskripsikan, namun tidak dianalisis secara mendalam. Hal ini menjadi keterbatasan penelitian, yang dapat digunakan sebagai rekomendasi untuk penelitian selanjutnya. Secara rinci, tahapan analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Reduksi data, merupakan proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data ”kasar” yang muncul dari beberapa catatan tertulis di lapangan. Reduksi dalam proses pengumpulan data mencakup kegiatan meringkas data yang ada di dalam catatan lapangan, mengkode hasil catatan lapang dikaitkan dengan pertanyaan penelitian, membuat gugus-gugus pembahasan dalam matriks kasar untuk mempermudah analisis, membuat partisi dan menulisi memo di dalam catatan lapang. Reduksi ditujukan untuk menajamkan, menggolongkan, mengeliminasi yang tidak diperlukan serta mengorganisir data untuk memperoleh kesimpulan akhir. b. Penyajian data, data yang telah direduksi kemudian disajikan dengan penyusunan sekumpulan informasi sehingga memungkinkan untuk penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Penyajian data dilakukan dalam bentuk: tabel, gambar, serta berbagai kutipan
32
penjelasan dari subyek penelitian. Tabel digunakan untuk menyajikan data mengenai hasil pemaknaan Slankers terhadap simbol-simbol budaya musik Slank, dan mengidentifikasi kategori Slankers dalam menganalisis
perubahan
identitas
Slankers.
Kutipan
langsung
digunakan untuk mengungkap proses pemaknaan Slankers dalam proses interaksi simbolik, dan untuk mengungkap proses perubahan identitas Slankers. c. Penarikan kesimpulan, dalam hal ini juga meliputi verifikasi atas kesimpulan tersebut. Artinya, selama penelitian berlangsung dan sebelum merumuskan kesimpulan akhir, peneliti melakukan proses lain yang berupaya meninjau kembali berbagai data yang telah diperoleh, baik berupa tinjauan pada catatan lapang maupun konfirmasi beragam temuan yang telah disusun oleh peneliti, seperti hasil interpretasi Slankers mengenai simbol-simbol budaya musik Slank. Setelah tahap ini selesai dilakukan, peneliti mulai menyusun data akhir ke dalam bentuk skripsi. Selama proses analisis dan penyajian data, penulis juga melakukan penyempurnaan atau bahkan merevisi kerangka pemikiran yang disesuaikan dengan keadaan di lapangan. Tujuannya adalah untuk membantu penulis dalam menarik suatu kesimpulan yang mengarahkan pada kesimpulan akhir.
33
BAB IV ORGANISASI SLANK DAN SLANKERS
4.1. Biografi Slank Slank adalah sebuah kelompok musik (band) yang berdiri pada tanggal 26 Desember 1983. Pada saat didirikan, band ini adalah sebuah band sekolah bernama Cikini Stone Complex (CSC), yang terdiri dari siswa SMA Perguruan Cikini dengan personelnya Bimo Setiawan (drummer), Bongky (guitarist), Kiki (guitarist), Deni BDN (bassist), Erwan (vocalist). Band ini biasanya bermain membawakan lagu-lagu dari Rolling Stones sebagai ekspresi rasa suka terhadap grup idola mereka tersebut. Aktivitas band CSC kemudian terhenti karena kejenuhan para personilnya. Beberapa tahun setelah terhentinya aktivitas band SCS, Bimo Setiawan yang akrab disapa Bimbim, beserta kedua saudaranya, Denny dan Erwan, kemudian berinisiatif membentuk band baru yang diberi nama Red Evil (Setan Merah). Band inilah yang kemudian berubah menjadi Slank dengan formasi Bim-bim (drummer), Erwan (vocalist), Bongky (guitarist), Denny (basist), dan Kiki (keyboardis). Nama ”Slank” sendiri diambil dari istilah slengean yang merupakan ciri penampilan Slank di atas panggung yang terkesan cuek, asal-asalan dan urakan. Konsep Slank dalam bermusik berbeda dari sebelumnya, Slank mulai membawakan lagu-lagunya sendiri pada setiap penampilannya. Slank memiliki markas yang berada di Jl. Potlot III/14, yang merupakan rumah orang tua Bimbim, yaitu pasangan Bapak Sidharta dan istrinya yang akrab disapa Bunda Iffet. Jalan Potlot terbilang jalan yang kecil, sehingga sering juga
34
disebut Gang Potlot. Gang Potlot lalu berkembang menjadi sebuah tempat berkumpul bagi komunitas anak muda yang merasa kreatif. Slank juga membuka penyewaan studio musik untuk latihan walaupun hanya dengan peralatan musik yang sederhana, yaitu peralatan musik biasa yang terdiri dari masing-masing satu unit gitar, drum, bas, keyboard, dan microphone. Semenjak resmi berdiri pada tanggal 26 Desember 1983, dalam perjalanannya Slank sering berganti-ganti formasi. Akhirnya pada formasi yang ke-13 di tahun 1989, Slank menemukan karakter musik yang dirasa sangat cocok oleh para personilnya dan begitu berciri khas, mereka menyebutnya ”musik Slank”. Formasi tersebut yakni diisi oleh Bim-bim (drummer), Kaka (vokalis), Bongky (bassist), Pay (gitaris) dan Indra (keyboardis). Pada tahun itu pula Slank menggebrak dengan album perdana berjudul “Suit-Suit... He He He (Gadis Sexy)”. Tampil dengan cuek, musik seadanya, lirik spontan, memakai bahasa slengean anak muda Jakarta, mengangkat tema sederhana dan penampilan personil yang apa adanya, justru membuat album ini laris dan menciptakan wabah penggemar Slank di seluruh Indonesia. Keberhasilan Slank dengan warna ”musik Slank”-nya yang sangat berciri khas merupakan sebuah angin segar bagi industri musik di Indonesia yang saat itu masih didominasi oleh musik pop mendayu-dayu dan rock hingar bingar. Musik Slank yang berciri rock n roll dengan berbagai kekhasanya, adalah alternatif bagi pecinta musik Indonesia, khususnya pemuda. Perlahan tapi pasti Slank menebar pengaruh di kalangan anak muda khususnya pecinta musik Rock. Slank menawarkan tema alternatif dalam lirik dan lagunya, walaupun pada saat itu, musik yang ada cenderung
35
kompromistis dari artis lain dengan selera pasar. Gebrakan pertama Slank pada Album “Suit-Suit... He He He (Gadis Sexy)” ternyata mendapatkan sambutan yang baik dari pecinta musik di Indonesia, terbukti dengan diraihnya penghargaan dari BASF sebagai Best Selling Album 1990-1991 kategori musik Rock. Meroketnya jumlah penjualan album perdana Slank, Gang Potlot pun menjadi semakin ramai. Para Slanker (sebutan untuk penggemar Slank) mulai banyak berkumpul di tempat tersebut. Bahkan sejumlah musisi muda terlahir dan dibesarkan di lingkungan gang Potlot, di antaranya Imanez, Andi Liani (alm), Oppie Andaresta, dan Anang. Tahun 1991 Slank meluncurkan album kedua yang berjudul “Kampungan”. Album ini juga laku keras dan Slank kembali mendapatkan penghargaan BASF Best Selling Album 1991-1992 kategori Rock. Pada tahun berikutnya, Slank meluncurkan album dengan judul “Piss” yang kembali meraih piala BASF Best Selling Album 1992-1993 kategori Rock Alternatif. Namun seiring dengan kesuksesan yang diraih Slank, terjadi keretakan dengan manajer Slank, Budhi Soesatio. Hal ini ditindak lanjuti Slank dengan mendirikan Pulau Biru Production. Pulau Biru Production adalah nama yang dipilih untuk rumah produksi milik Slank. Pulau Biru Production resmi berdiri sekitar pertengahan tahun 1994. Pulau Biru Production ini juga ditujukan untuk menjadi wadah bagi orang-orang yang memiliki obsesi dan mimpi untuk maju. Berbagai aktivitas dan kreatifitas Slank diatur dan diwujudkan melalui rumah produksi ini. Mulai dari urusan kontak artis, fans club, merchandise, hingga ke urusan manajemen lainnya.
36
Tahun 1994 album “Generasi Biru” diluncurkan dan meraih BASF Double Platinum Album untuk penjualan terlaris tahun 1994-1995. Album ini diproduksi oleh Piss Records yang merupakan bagian dari Pulau Biru Production. Di tahun 1997, Piss Records berganti nama menjadi Slank Record. Sedangkan untuk pendistribusian kaset diserahkan kepada Virgo Ramayana yang merupakan distributor untuk kaset-kaset Slank sebelumnya. Slank Juga membangun studio rekaman sendiri, yang mereka beri nama “Parah Studio”, yang berada satu area markas Slank di Potlot. Album kelima Slank yaitu “Minoritas” dirilis pada tahun 1994. Cukup di sayangkan karena album ini adalah album terakhir yang dirilis Slank bersama tiga orang anggota Slank yaitu Bongky, Indra dan Pay. Ketiga personil ini menunjukkan tanda-tanda ketidakkompakkan dengan mulai jarang berada di Potlot. Pada September 1996 Slank memutuskan untuk vakum dari aktivitas bermusik selama setahun. Benar saja, pengarapan album Slank selanjutnya di warnai situasi yang menyedihkan, tiga personil Slank, Bongky, Indra, Pay pada akhirnya keluar dari dari jajaran formasi Slank ke tiga belas. Peristiwa keluarnya ketiga personil Slank ini, banyak melahirkan lamaran dari berbagai pihak dan pengamat musik di tanah air bahwa akan terjadi kehancuran Slank. Berbagai tekanan dan ancaman kemudian muncul dari para pengemar fanatik Slank. Alih-alih terpuruk dan hancur, kedua personil yang tersisa yaitu Bim-bim dan Kaka melanjutkan eksistensi Slank dengan mengajak Ivan dan Ronald, yang saat itu masih menjadi personil band Otto Jam. Alhasil album ke enam bisa Slank keluarkan, dan pada album ini Slank memberi judul albumnya “Lagi Sedih”. Budhi Susanto pun di minta untuk menjadi konsultan
37
dalam pembuatan album ini. Di tengah kekalutan yang dialami Slank tersebut, albun “Lagi Sedih” berhasil membuktikan eksistensi Slank kepada seluruh penggemarnya dan umumnya pencinta musik Indonesia. Kekhawatiran sempat membayangi Slank dan manajamennya dengan formasi Slank yang baru ini. Meskipun demikian Slank terus berkarya, dan untungnya banyak diantara Slankers yang memang tidak terlalu mempermasalahkan siapa yang mengantikan formasi yang lama. Bagi Slankers yang terpenting adalah Slank tetap ada. Formasi baru yang sempat dikhawatirkan akan menurunkan pamor Slank ternyata terbukti salah besar. Faktanya, dimana pun Slank tampil, Slankers menyambutnya dengan antusias dan histeria, walaupun kadang wujudnya sudah pada taraf mengganggu, seperti yang terjadi pada konser Slank di Tangerang pada 1997. Konser Slank di Tangerang ini menyisakan sebuah berita yang tidak sedap didengar, yaitu terjadinya kerusuhan yang cukup parah diantara para penonton. Selang beberapa hari dari konser di Tangerang, Ronald terpaksa harus mengundurkan diri karena alasan ketidakcocokan, hal yang memang lazim dialami oleh sebuah band. Pengunduran diri Ronald sangat disayangkan karena pada saat itu Slank masih memiliki jadwal konser di Bandung. Sebagai solusinya, Ivan mengajak Abdee Negara, teman semasa di band Flash, band terdahulunya. Pada saat yang sama, Lulu Ratna yang pernah menjadi Road Manager Slank mengajak Ridho Hafiedz untuk mengisi kekosongan personil. Dengan Formasi percobaan inilah Slank pada akhirnya menyelesaikan pertunjukan di Bandung pada 1997.
38
Pertunjukan konser di Bandung membuktikan adanya kecocokan dalam penampilan Slank. Akhirnya, pada tahun 1997 Slank menetapkan formasi baru dengan 3 personil, yaitu Ivan (Bassist), Abdee (Gitar) dan Ridho (Gitar). Formasi ini sukses membidik pasar baru yang lebih luas, kaum remaja atau Anak Baru Gede (ABG) yang tidak selalu membutuhkan musik keras. Formasi baru Slank kemudian mewujudkan kekompakannya dengan merilis album ketujuh Slank yang diberi judul “Tujuh” pada tahun 1997, sekaligus menebus kegagalan album Slank sebelumnya. Pada album ini warna musik Slank tidak berubah dari sebelumnya, Slank juga tetap berpenampilan cuek dan apa adanya, namun tetap memainkan harmoni dan kerapian bermusik. Album ini mencatat rekor penjualan album sebesar 600.000 kopi. Formasi ini menjadi formasi tetap semenjak tahun 1997 hingga kini. Tabel 1. Album Slank 1990-2008 Tahun 1990 1991 1993 1994 1994 1994 1995 1996 1996 1996 1997 1997 1998 1999 1999 2001 2003 2004 2006 2006 2007 2008
Judul Album Suit.. Suit... Hehe (Gadis Sexy) Kampungan PISS Generasi Biru The Best 1 The Best 2 The Best 3 Minoritas The Best 4 The Best 5 Lagi Sedih Tujuh Mata Hati Reformasi 999+09 (Double Album) The Best 6 Virus Satu-Satu, Road To Peace PLUR The Best 7, The Best 8 The Best 9, Slankkissme Slow But Sure, OST Get Married The Big Hip
39
Selain dikenal dengan prestasinya, kelompok musik Slank juga pernah dikenal sebagai pecandu narkoba (drugs user). Para personil Slank sendiri memang mengakui bahwa mereka pernah mengkonsumsi narkoba, bahkan menjadi pecandu, terutama Bimbim dan Kaka. Pada tahun 1997 dengan formasi baru, Slank mulai berusaha untuk lepas dari ketergantungannya terhadap narkoba. Mulai tahun 1998, personil Slank yang merupakan pecandu narkoba mulai melakukan usaha-usaha rehabilitasi dengan dukungan penuh dari Bunda Ifet sampai akhirnya berhasil sembuh. Seiring dengan kesembuhan dan manfaat positif yang dirasakan Slank setelah terlepas dari kecanduannya, Slank mulai mengkampanyekan perang terhadap narkoba. Salah satu bukti dari usaha Slank memerangi narkoba ini adalah dengan menciptakan lagu ”Balikin” yang memiliki arti protes Slank terhadap narkoba yang telah membuat mereka terperdaya. Diakui Bunda Ifet, usaha Slank untuk benar-benar bersih dari narkoba ini bukanlah hal yang mudah. Segala cara dilakukan Bunda, sebagai manajer dan sebagai orang tua personil Slank untuk membantu anak-anaknya terbebas dari narkoba. Personil Slank yang saat itu mengonsumsi narkoba ialah Bimbim, Kaka, dan Ivan, sementara Abdee dan Ridho memang tidak pernah menjadi pecandu narkoba. Niat untuk berhenti menggunakan narkoba dilakukan Slank juga untuk mewujudkan impiannya menyebarluaskan karya-karya Slank ke dunia internasional. Pada tahun 1998, Slank hendak mengadkan tur ke Jepang, namun pemerintah negara tersebut tidak mengiznkan kalau Slank masih menggunakan narkoba. Semenjak itulah
40
Slank berusaha keras untuk melepaskan diri dari jeratan narkoba, dan akhirnya berhasil. Sambil terus berjuang menyembuhkan diri dari kecanduan narkoba, di tahun 1998 Slank mengeluarkan album Mata Hati Reformasi. Kampanye anti-narkoba yang digalakkan Slank seolah tersaingi dengan isu politik yang mewarnai pemberitaan media di Indonesia. Adanya reformasi politik di negara kita membuat Slank sebagai sebuah band yang kritis dan peduli terhadap bangsa dengan mengeluarkan album berbau reformasi. Meski tidak sepenuhnya bertemakan politik, album ini membuktikan bahwa Slank memang bukan band yang hanya menjual lirik tentang cinta saja. Tahun 1998 juga merupakan tahun dimana Slank Fans Club diresmikan untuk pertama kali. Adanya Slank Fans Club ini memudahkan Slank menularkan pesan-pesan positif kepada para penggemarnya atau para Slankers, bukan hanya yang berdomisili di Jakarta, tetapi juga di berbagai daerah di Indonesia. Tahun 1999 album Slank berikutnya dirilis, berjudul 999+09. Lagu yang menjadi hits di album ini yaitu ”Ngangkang”, ”Anak Mami”, dan ”Malam Minggu”. Tidak ada catatan yang berarti di tahun ini, seperti juga tahun-tahun berikutnya dimana Slank mengeluarkan album ”The Best”, ”Virus”, dan ”Satu-Satu” antara tahun 1999-2003. Seperti pada album-album sebelumnya, kesuksesan selalu diraih Slank setiap kali merilis album dengan angka penjualan tidak pernah kurang dari 500.000 kopi. Album Satu-Satu sempat menjadi perhatian pecinta musik Indonesia pada tahun 2003, karena album ini membawa tema perdamaian. Album dengan lagu andalan ”Gara-Gara Kamu” itu membawa pesan anti perang Amerika-Irak.
41
Pada tahun 2004 Slank mengeluarkan album ”PLUR” yang kemudian kata PLUR sendiri menjadi slogan yang disosialisasikan Slank kepada para Slanker seperti halnya PISS. PLUR merupakan singkatan dari Peace, Love, Unity dan Respect. Keempat kata yang bermakna perdamaian, cinta kasih, persatuan, dan saling menghargai ini kemudian menjadi sebuah semboyan yang diharapkan Slank dapat menjadi sebuah identitas Slankers sejati. Pada tahun ini juga Slank Fans Club mulai memiliki aturan-aturan sebagai sebuah organisasi. Album PLUR memuat lagu “Ku Tak Bisa” dan “Gosip Jalanan” sebagai lagu andalan. Lagu “Ku Tak Bisa” yang merupakan sebuah lagu cinta manis karangan Bimbim berhasil “meledak” di pasaran. Lagu tersebut juga menjadi lagu di urutan teratas tangga-tangga lagu radio di tanah air. Lagu “Gosip Jalanan” sendiri kemudian meledak di tahun 2008, karena maraknya perbuatan korupsi oleh anggota DPR yang mencuat ke permukaan. Pada tahun 2008 itu juga Slank menjadi “Duta KPK untuk Pemberantasan Korupsi di Indonesia”. Hal ini kembali membuktikan kepedulian Slank terhadap permasalahan yang terjadi di tanah air. Nilai anti korupsi ini juga disosialisasikan oleh Slank kepada para Slankers, salah satunya dengan lagu ”Seperti Para Koruptor” yang dipopulerkan tahun 2008. Lagu tersebut menjadi kontroversi karena dinilai para anggota DPR sebagai sebuah penghinaan terhadap kehormatan wakil rakyat. Menanggapi hal ini Slank tidak lantas ketakutan, melainkan tetap berpegang pada prinsipnya untuk mengkampanyekan anti korupsi kepada para Slankers.
42
Kepedulian Slank terhadap masalah politik di tanah air juga dibuktikan dengan sebuah gerakan perdamaian atau “Peace Movement” dengan mengajak Slankers untuk melakukan long march di masing-masing kota seperti Jakarta, Surabaya, Medan, Manado, Makassar, Palembang, dan Pontianak. Tujuan utama dari kegiatan ini adalah untuk menggalang persatuan dan kesatuan, khususnya para Slankers menjelang Pemilihan Umum (Pemilu) tahun 2004. Album terbaru Slank kemudian dirilis setelah rangkaian tur Eropa di bulan Juni tahun 2008. Album tersebut berjudul “Slank & The Big Hip”, dan merupakan album kolaborasi Slank dengan The Big Hip, kelompok musisi asal Jepang. Rilisnya album ini membuktikan lagi kepada pecinta musik Indonesia umumnya, dan Slankers khususnya, bahwa Slank merupakan band yang kini sudah serius menapaki jalan menuju go international. Selain kaya akan prestasi dalam bermusik, Slank juga memiliki komitmen untuk menyebarkan nilai-nilai positif kepada Slankers di seluruh Indonesia. Selain semboyan “Peace” dan “PLUR” yang menjadi ciri khas Slank, Slank juga memiliki “13 Ajaran Tidak Sempurna” yang disebut Slankissme. Ajaran ini memuat 13 ciri yang diharapkan muncul dari seorang Slanker, yaitu: (1) kita harus kritis, (2) berjiwa sosial, (3) penuh solidaritas, (4) saling setia, (5) selalu merdeka, (6) hidup sederhana, (7) mencintai alam, (8) manusiawi, (9) berani untuk beda, (10) menjunjung persahabatan, (11) punya angan yang tinggi, (12) menjadi diri sendiri, (13) membuka hati dan otak kita. Ketiga belas ajaran ini merupakan penjabaran dari PLUR (Peace, Love, Unity, Respect). Nilai utama yang ingin ditularkan Slank kepada Slankers
43
adalah solidaritas dan kebersamaan. Mereka mengaku sebagai band yang berdiri di atas semua golongan. Hal ini juga tergambar dari logo Slank yang menyerupai kupukupu. Selain berarti bahwa Slank mengalami proses metamorfosis seperti kupu-kupu untuk mencapai kesuksesan, logo itu juga berarti bahwa Slank berdiri di semua golongan.
4.2 Pesan di dalam Tema Lagu Slank Setiap menciptakan lagu, Slank selalu berusaha untuk menyiratkan pesanpesan bertemakan pesan moral dan kritik sosial kepada pemerintah. Selain itu juga banyak lagu-lagu Slank yang bertema lebih ringan, seperti seputar masalah cinta dan kehidupan sehari-hari. Hasil kuesioner yang dibagikan kepada 30 orang Slankers memperlihatkan bahwa Slankers menyukai lagu-lagu Slank yang bertemakan sosial dan cinta. Sebanyak 13 orang menjawab menyukai lagu Slank yang bertemakan cinta, sementara sisanya menjawab lebih menyukai lagu Slank yang bertema pesan moral atau kritik sosial. Lagu-lagu favorit Slankers yang bertema cinta antara lain ”Mawar Merah”, ”Terlalu Manis”, ”Malam Minggu”, ”Terbawa Sepi”, ”Gara-Gara Kamu”, ”Ku Tak Bisa”, ”Aku Gila”, ”Foto dalam Dompet”, ”Josephira”, ”Mumpung” dan ”Kampungan”. Lagu-lagu favorit Slankers yang bertema sosial dan moral, atau juga berupa kritik terhadap pemerintah, yaitu ”Mars Slankers”, ”Makan Nggak Makan Asal Kumpul”, ”Krisis BBM”, ”Generasi Biru”, ”Tut Wuri Handayani”, ”Pak Tani”, ”Balikin”, ”Tong Kosong”, ”Solidaritas”. Jawaban Slankers tentang lagu yang paling mereka sukai sangat beragam. Hal ini menunjukkan bahwa memang Slank berhasil
44
menciptakan karya yang hampir kesemuanya mendapatkan tempat di hati para Slanker. Pesan-pesan moral dan kritikan sosial yang disampaikan Slank melalui lagu itu kemudian menjadi sebuah sarana sosialisasi nilai-nilai PLUR dan Slankissme (lihat Gambar 3).
4.2.1 Lagu Bertema ”PEACE” Lagu bertema perdamaian atau ”Peace” di dalam semboyan PLUR yaitu lagu “Makan Nggak Makan” dan Tut Wuri Handayani. Lagu ”Makan Nggak Makan” ini mencerminkan kehidupan Slank sangat mengutamakan kekeluargaan, kasih sayang dan cinta dibandingkan dengan materi. Makan sebagai sebuah kebutuhan primer menjadi kalah penting dibandingkan dengan kebersamaan yang dapat menjadi sebuah makanan batin. Meskipun tema Unity dan Love terdapat di dalam lagu ini, namun pada akhirnya kalimat yang muncul adalah ”selama kita semua tetap cinta damai...”. Hal ini menyiratkan bahwa pesan sesungguhnya dari Slank adalah kebersamaan tidak akan tercipta tanpa perdamaian. Kebersamaan atau solidaritas dan cinta damai terdapat di dalam ajaran Slankissme.
MAKAN NGGAK MAKAN (Non album) Hidup memang udah susah Tapi jangan dibikin susah Hidup memang bikin pusing Jangan tambah dibawa pening Selama kamu masih mencintaiku Selama kamu tetap setia ...padaku Makan gak makan asal kumpul Makan gak makan asal kumpul Makan gak makan makan gak makan asal kumpul
45
Makan gak makan makan gak makan asal kau ada di sampingku Hari demi hari semakin parah Latih semangat bair gak lemah Gali2 lobang tutup lobang Biar gak tambah banyak utang Tapi selama kita masih ... masih cinta Tapi selama kita tetap bersatu sama-sama Bulan ke bulan semakin gawat Asal gak lapar sampai lewat Kalo kita gak mikir cepat-cepat Bangsa Indonesia bisa kiamat Selama kita gak panik dan mikir santai Selama kita semua tetap cinta damai
Lagu “Tut Wuri Handayani” misalnya, merupakan sebuah lagu yang liriknya mengajak Slankers untuk mementingkan pendidikan demi masa depan yang cemerlang. Dalam lagu ini Slank seolah-olah berkata kepada Slankers agar belajar sungguh-sungguh, tidak hanya hadir di dalam kelas namun tidak mendapatkan apaapa. Lagu ini mengajak anak sekolah untuk mulai mencintai perdamaian dari lingkungan sekolah, di dalam kalimat ”janganlah berkelahi, nggak bagus...”. Selain seruan untuk cinta damai yang ada di dalam ajaran Slankissme, lagu ini juga berisi pesan untuk menuntut ilmu yang berarti mampu membuka hati dan otak.
TUT WURI HANDAYANI (Album Minoritas/1995) Anak muda harus sekolah Nggak boleh menggangur Untuk bekal dimasa depan Biar besar nggak jadi preman Loncat pager bolos Kantin tempat nongkrong Di kelas ngerokok no no no Sahabat diklepto
46
Patungan nge DO Di WC kepergok (Nggak boleh membolos Nggak boleh menongkrong, Dikelas ngeroko Nggak bagus) Giat berolah raga Ikut ekstrakurikuler Rajin rajin belajar Giatlah menuntut ilmu Yang culun dikompas Yang pinter diancem Salah dikit brantem Cari gara-gara Perang antar sekolah Beraninya kroyokan tawuran (Janganlah menyontek Janganlah mencuri, Janganlah berkelahi. Nggak bagus)
4.2.2 Lagu Bertema ”LOVE” Lagu Slank dengan tema ”Love” atau cinta, tidak hanya ditujukan untuk cinta kepada lawan jenis atau pasangan saja. Cinta yang dimaksud oleh Slank adalah cinta yang luas, dapat ditujukan kepada negara, sesama manusia, dan lingkungan hidup. Lagu bertema ”Love” yang ditujukan untuk pasangan adalah ”Korban Tradisi”, ”Mawar Merah”, ”Bidadari Penyelamat”, ”Ku Tak Bisa”, dan ”Seperti Para Koruptor”. Sementara itu, lagu bertema cinta yang ditujukan sebagai wujud kecintaan terhadap sesama adalah ”Pak Tani”. Slank juga memiliki lagu ”Balikin” yang merupakan lagu bertema cinta kepada diri sendiri dan juga menyiratkan pesan protes terhadap narkoba. Lagu ”Korban Tradisi” merupakan lagu cinta yang ditujukan kepada pasangan, namun juga menjadi sebuah bukti kepedulian Slank kepada nasib perempuan Indonesia, yang masih memegang teguh adat ketimuran tentang menjaga
47
keperawanan sebagai kehormatan perempuan. Hal ini terlihat dalam kalimat ”mereka terbawa sebuah tradisi, mereka frustasi...”. Slank berpendapat bahwa keperawanan seorang perempuan bukanlah satu-satunya hal yang perlu diperhatikan untuk mencintai perempuan, tetapi yang utama adalah cinta dan kasih sayang. Hal ini terdapat dalam kalimat ”yang kita butuhkan lebih mulia, ialah cinta...”. Slank menunjukkan sikapnya yang berbeda terhadap tradisi di dalam lagu ini. Berani beda adalah salah satu ajaran Slankissme.
KORBAN TRADISI (Album PISS/1993) Seorang gadis meratap menangis Perawannya hilang Seorang jejaka teriak histeris Kekasihnya tak bermahkota... ooh...ooh Mereka terbawa sebuah tradisi Mereka frustasi... Mereka termakan jepitan tradisi Mereka frustasi... Kami bukannya penganut faham kebebasan... bukan kebebasan... Tapi apalah artinya setetes darah Apalah arti sebuah mahkota... Bukan itu semua Yang kita butuhkan lebih mulia Ialah cinta..cinta..cinta Kasih sayang, kesetiaan Korban tradisi...mereka frustasi Korban tradisi...jadi rusak diri Korban tradisi...lari obral diri Korban tradisi...bahkan sampai bunuh diri"
Lagu bertema cinta yang paling banyak disukai Slankers yaitu “Mawar Merah”. Lagu ini menceritakan tentang seorang pria yang mencitai perempuan dari keluarga berada yang memiliki tingkatan ekonomi lebih tinggi darinya, namun Sang
48
Lelaki tetap berusaha membuktikan cintanya. Meskipun dalam keterbatasan ekonomi, Sang Lelaki yakin dapat membahagiakan pasangannya dengan cinta yang dimiliki. Hal tersebut tersirat di dalam kalimat ”memang penampilanku, rupaku slengean, tapi ku yakin dia bahadia”. Selain itu, dalam lagu ini juga tersirat pesan untuk menjadi diri sendiri, yang merupakan salah satu ajaran Slankissme.
MAWAR MERAH (Album Kampungan/1992) Memang ku tak mampu belikan dia perhiasan ...... tak pernah Atau memberi kemewahan Tapi kuyakin dia bahagia Tanpa itu semua.... Walau memang dirimu bernasib baik ..... bapak lo kaya Yang selalu kau andalkan untuk mendapatkannya Percuma kau dekati dia Karena cintanya pasti untukku Aya ya ya..... simpan saja uangmu Aya ya ya . ...bawa pergi mercy mu Aya ya ya ....... Enyah dari bunga mawarku Enyah dari mawar merahku .... Karena dia milikku Memang penampilanku, juga rupaku Slengean Memang cara hidupku tak teratur pengangguran (kata orang sih !) Tapi ku yakin dia bahagia karena dia mawar merahkuuu......
Lagu cinta pilihan lainnya yaitu ”Bidadari Penyelamat” dan ”Ku Tak Bisa”. Lagu ”Bidadari Penyelamat” dinyanyikan Slank tanpa aransemen musik sama sekali, hanya vokal dari Kaka. Lagu ini menceritakan tentang kepedihan seorang laki-laki yang ditinggal pergi kekasihnya bertahun-tahun lamanya, namun dia masih belum bisa melupakan kekasihnya itu. Lagu ”Bidadari Penyelamat” menyiratkan arti menjunjung tinggi persahabatan di dalam ajaran Slankissme. Lagu ini menggamarkan
49
seseorang yang mencari ”bidadarinya” dalam kalimat ”kemana bidadariku pergi... yang bisa menyelamatkanku....”, sebab seorang sahabat akan senantiasa saling menyelamatkan.
BIDADARI PENYELAMAT (Album Minoritas/1995) 6.30 pagi … aku sudah terbangun Matahari bersinar ……… tapi tak terasa panas Setan dalam hati tertawa Teringat kejadian semalam Semua bilang aku salah jalan Tapi nggak ada satupun yang punya peta Haripun berlalu … Tak sadar sudah tahunan Kemana bidadariku pergi Yang bisa menyelamatkanku Seharusnya dia dari tadi … sudah berada disini Malaikat di jiwa terbelenggu Akal sehatku pun mati Semua orang coba-coba ingin menolong Tapi terdengar seperti menggonggong Haripun berlalu … Aku tercebur semakin dalam
Lagu ”Ku Tak Bisa” menceritakan tentang sepasang kekasih yang sudah lama menjalin hubungan, namun seringkali mengalami perselisihan. Pada akhirnya salah satu dari sepasang kekasih ini memutuskan untuk meninggalkan yang lainnya. Ketika keinginan untuk pergi sudah bulat, tiba-tiba mereka berdua menyadari kalau sebenarnya mereka tidak bisa saling berjauhan. Pesan di dalam lagu ini menyiratkan salah satu ajaran Slankissme yaitu saling setia, yang dapat dilihat dalam kalimat “kau dan aku tercipta, tak boleh berpisah...”
50
KU TAK BISA (Album PLUR/2004)
Pernah berpikir tuk pergi Dan terlintas tinggalkan kau sendiri Sempat ingin sudahi sampai di sini Coba lari dari kenyataan tapi ... Ku tak bisa ... jauh 2x dari mu Lalu mau apa lagi Kalo kita sudah gak saling mengerti Sampai kapan bertahan seperti ini Dua hati bercampur emosi tapi ... Sabar 2x aku coba sabar Sadar 2x seharusnya kita sadar Kau dan aku tercipta tak boleh berpisah ...
Lagu bertema cinta yang tidak ditujukan kepada pasangan, terdapat dalam lagu “Pak Tani” dan “Balikin”. Lagu “Pak Tani” menunjukkan cinta atau kasih sayang Slank berupa kepedulian terhadap nasib petani Indonesia yang menderita. Perhatian dan kepedulian Slank yang ditunjukkan lewat lagu ini dibuat dengan nuansa protes kepada pemerintah mengenai nasib petani. Lirik lagu ”Pak Tani” menceritakan tentang khayalan seandainya seorang petani memiliki kekayaan, maka pekerjaannya akan lebih mudah. Itu merupakan hal yang mustahil dan hanyalah khayalan semata, sebab pada kenyataannya petani selalu menjadi golongan yang termarjinalkan. Hal ini dilukiskan dalam kalimat ”... kapan-kapan? Semua itu akan terjadi...entah kapan, para petani hidup bagai orang di kota...” Kepedulian Slank terhadap petani ini merupakan implementasi dari ajaran Slankissme yaitu berjiwa sosial.
51
PAK TANI (Album Minoritas/1995) Sang kancil curi laser discnya Pak tani lupa pasang alarm Untung TV warnanya nggak ilang Untung Mobil BMW nya juga nggak dibawa Kapan-kapan? semua itu akan terjadi Entah kapan? para petani hidup bagai orang di kota Nggak mungkin, nggak mungkin Semua itu akan terjadi, 103 tahun mungkin Nggak mungkin, nggak mungkin Semua itu terjadi, 100 tahun lagi mungkin Petani bajak sawah pake traktor Kerja rutin kontrol sawah Numpak harley ngitung laba panen pake komputer Ngirim order beras pake helikopter
Lagu “Balikin” merupakan lagu bertema cinta yang ditujukan sebagai bentuk cinta kepada diri sendiri. Lagu ini menggambarkan sebuah curahan hati para personil Slank yang sedang berusaha melepaskan diri dari ketergantungan terhadap narkoba. “Balikin” merupakan lagu protes Slank kepada narkoba yang telah merusak hidup mereka, dan mereka berusaha keras untuk mengembalikan kehidupan, hati dan badannya seperti sediakala sebelum mereka menjadi pecandu narkoba. Hal ini terlihat pada kalimat ”balikin hati gue kayak dulu lagi, elo harus tanggung jawab kalau gue nanti mati...” Pesan yang dapat diambil adalah bahwa narkoba hanya memberikan kesenangan sesaat, sisanya adalah kerugian yang dirasakanm bahkan bisa menyebabkan kematian. Mengonsumsi narkoba membuat seseorang menjadi kehabisan uang, hal ini diungkapkan Slank melalui kalimat ”mencintai kamu, bikin
52
dompet gue kebobolan...”. Selain itu, narkoba juga membuat badan rusak dan serasa seperti di penjara, ini tersirat dalam kalimat ”mencintai kamu, jadi nggak doyan sama makan, badan gue kurus capek melayani kamu... mencintai kamu sama juga di dalam penjara, hilang kebebasan...”. Karena itu Slank sangat mengimbau kepada Slankers untuk menjauhi narkoba, dan bagi yang terlanjur terjerumus agar segera berusaha untuk memeranginya. Lagu ini merupakan perwujudan dari ajaran Slankissme yaitu selalu merdeka dan membuka hati dan otak. Narkoba memenjarakan kebebasan mereka, karena itulah lagu ini dibuat untuk menunjukkan bahwa Slank seharusnya selalu merdeka. BALIKIN (Album Tujuh/1997) Mencintai kamu, bisa-bisa membunuh diriku… Bikin patah hati…trus langsung dicuekkin Mencintai kamu, sama saja menggantung leherku… Bikin sakit hati…trus langsung ditinggalin Balikkin-balikin hati gue kayak dulu lagi Elo harus tanggung jawab kalau gue nanti2 mati Balikkin-balikin kehidupanku yang seperti dulu lagi Balikkin-balikin kebebasanku yang seperti dulu lagi Mencintai kamu, bikin dompet gue kebobolan Hidup nggak keurus…sibuk meladeni kamu Mencintai kamu, jadi nggak doyan sama makan Badan gue kurus capek melayani kamu Balikin-balikin bodi gue kayak dulu lagi Elo bakal kena tanggung jawab kalo gw sampe… sampe mati (*) Mencintai kamu sama juga di dalam penjara Hilang kebebasan kebanyakan aturan Mencintai kamu enggak-enggak pernah dipercaya Ngebohong salah jujur malah tambah salah Balikin-balikin kebebasan kayak dulu lagi Elo nyesel karma tanggung jawab kalo gw nekat pingin mati (*)
53
4.2.3 Lagu Bertema “UNITY” Pesan “Unity” yang berarti kebersamaan dan solidaritas dari Slank terdapat di dalam lagu ”Solidaritas”, ”Generasi Biru”, dan ”Mars Slankers”. Lagu ”Solidaritas” berisi tentang ajakan untuk menolong sesama yang terkena bencana. Lagu ini dirilis tahun 2006, ketika Indonesia berduka karena berbagai bencana yang terjadi, khususnya bencana Tsunami di Aceh. Kritikan Slank dalam lagu ini adalah ”apa harus tunggu bencana, baru dunia bisa bersatu!!”. Ketika terjadinya Tsunami dan semua orang bahkan dari seluruh dunia ikut mengulurkan tangan untuk membantu, barulah terasa bahwa manusia masih memiliki jiwa persaudaraan dan perdamaian. Slank mengimbau kepada Slankers lewat lagu ini untuk bersatu dalam keadaan apapun, tidak hanya karena ada bencana yang melanda. Tidak hanya pesan persatuan, di lagu ini juga Slank mengamalkan ajaran Slankissme yaitu berjiwa sosial.
SOLIDARITAS (Album Slankissme/2006) Mengapa harus tunggu bencana Baru kita percaya kebesaran Tuhan Mengapa harus tunggu bencana Tentara datang untuk kemanusiaan ... Mengapa gak setiap hari berbuat seperti ini Mengapa harus tunggu bencana Kita rela sisihkan harta untuk sesama Mengapa harus tunggu bencana Baru kita bersahabat dengan alam Aku menangis lihat hari ini .... Tapi tersenyum tatap masa depan aaa .... Apa harus tunggu bencana ? Baru dunia bisa bersatu !!
54
Lagu Slank bertema ”Unity” yang menjadi favorit lainnya berjudul ”Generasi Biru”. Lagu yang dirilis pada tahun 1994 ini diambil dari album yang berjudul sama dengan judul lagu ini. Generasi biru adalah sebutan yang diciptakan Slank untuk menyebut dirinya dan Slankers, yaitu generasi baru yang merdeka dan berbeda. Slank menyebarkan nilai kepada Slankers untuk tidak mudah diatur dan selalu menjadi diri sendiri. Generasi biru mengikrarkan diri sebagai generasi yang memiliki pandangan untuk dapat berkreasi sebebas mungkin dan meraih masa depan sesuai dengan keinginan sendiri. Dalam lagu ini tersirat identitas yang dimiliki oleh Slank dan ingin ditularkan Slank kepada penggemarnya. Pesan dari lagu ini antara lain adalah nilai-nilai yang ada di dalam Ajaran Slankissme yaitu selalu merdeka, mampu membuka hati dan otak, dan menjadi diri sendiri.
GENERASI BIRU (Album Generasi Biru/1994) Aku bukan pion-pion catur Aku gak suka diatur-atur Jangan coba-coba halangi aku Karma aku generasi biru Aku gak mau direkayasa Aku ingin berpikir merdeka Jangan coba-coba untuk memaksa Karma aku generasi biru Biru … Biru … Biru … Biru … Generasi Baru Biarkan terbuka lebar Gak perlu tutup mataku Aku ingin melihat jelas Ini jaman generasi biru Oh biarkan kuteriak lantang Untuk apa sumbat mulutku Aku ingin bernyanyi keras Ini lagu generasi biru Aku bukan anakmu Aku cuma titipan Mimpiku milikku Aku ciptaan Tuhan
55
Sebagai generasi biru yang merdeka dan tidak mudah terdikte, Slank juga menginginkan Slankers untuk bekerja keras. Slank ingin menunjukkan kepada seluruh dunia bahwa para penggemarnya bukanlah orang-orang malas yang hanya bisa bermabuk-mabukkan dan hura-hura mendengarkan musik, tetapi merupakan anak-anak muda kreatif yang juga pekerja keras. Slankers adalah orang-orang yang dapat bersenang-senang dan tetap berusaha untuk memiliki kehidupan yang layak. Semangat ini ditunjukkan dalam lagu Slank yang berjudul ”Mars Slankers” yang dirilis tahun 2003 dalam album ”Road to Peace”. Lagu ini jelas merupakan sebuah lagu yang mempersatukan Slankers, karena lagu ini diciptakan khusus sebagai tanda terima kasih Slank kepada Slankers. Pesan dari ajaran Slankissme dalam lagu ini yaitu agar Slankers senantiasa membuka hati dan otak untuk menjalani hidup.
MARS SLANKERS (Album Road to Peace/2003) Di sini tempat cari senang Salah tempat kalo kau cari uang Di sini orang-orang penuh kreativitas Tempat orang-orang yang terbaik Di sini bukan anak-anak malas Tempatnya para pekerja keras Di sini bukan anak-anak manja Sedikit kerja … banyak mintanya Kerja … kerja … ayo kita kerja …
4.2.4 Lagu Bertema ”RESPECT” Lagu ”Krisis BBM” merupakan ungkapan protes terhadap pemerintah, khususnya DPR sebagai wakil rakyat, karena naiknya harga Bahan Bakar Minyak (BBM). Lagu tersebut memuat narasi singkat mengenai seseorang yang menerima
56
dana BLT (Bantuan Langsung Tunai) namun dipersulit karena kesalahan yang tidak masuk akal. Pada akhirnya, lagi-lagi rakyat kecil yang menderita. Pada intinya Slank melakukan protes melalui lagu ini bahwa dengan naiknya harga BBM, harga-harga kebutuhan hidup lainnya, termasuk biaya pendidikan, juga ikut naik. Ironisnya, dengan naiknya harga BBM, anggota DPR yang harusnya lebih mementingkan rakyat kecil malah meminta kenaikan gaji, hal ini tercermin dalam kalimat “... kita disuruh ngirit-ngirit, DPR minta naik gaji”. Slank seolah berkata melalui lagu ini, hendaknya sebagai bangsa Indonesia kita harus saling menghargai. Seorang rakyat bernama Ahmad Saleh tidak diperhatikan nasibnya karena dia hanya seorang yang miskin penerima BLT. Slank mencoba mengetuk rasa saling menhargai melalui lagu ini. Lagu ini juga menunjukkan Slank bersifat kritis, sesuai dengan salah satu ajaran Slankissme.
KRISIS BBM (Album SLANKISSME/2006) Generasi masa depan Gak berpendidikan ... penyakitan! Generasi masa depan Gak berpendidikan ... penyakitan! BBM naik sama dengan Rakyatnya jadi pada miskin Kita disuruh ngirit-ngirit DPR minta naik gaji ... BBM naik sama dengan Rakyat gak punya apa-apa Di minta hidup sederhana Para pejabat foya-foya.
BBM naik sama dengan Hidup penuh tanda tanya? Kelebihan dananya kemana?
57
Tambah noda hitam PERTAMINA (spoken) BBM naik = kepanikan dimana-mana! Panik di pom-pom bensin, Panik orang-orang menuntut dana kompensasi ..., Tapi ada 1 cerita, ini tentang dana kompensasi. Seorang bernama AHMAD SALEH mendatangi pak RT Pak ... saya ingin menukar kupon dana kompensasi saya. Atas nama ... AHMAD SALEH pak ! Oo ini sudah diambil oleh bapak AHMAD SOLEH. Lho?? Saya AHMAD SALEH. Tapi ini dananya sudah tidak ada !! Lho pak RT gimana sih ?? saya SALEH pak bukan SOLEH !!! Yah tapi udah tidak ada dananya !? WAH gak bertanggung jawab ... Payah Bapak KURANG AJAR !!!
Sindiran Slank kepada pemerintah terlihat jelas juga pada lagu ”Gossip Jalanan” yang sempat menuai protes dari anggota DPR di awal tahun 2008. Lagu ini menyindir lemahnya hukum di negara Indonesia, sehingga memungkinkan para pelaku kejahatan, terutama koruptor, bebas dari jeratan hukum hanya dengan uang (praktek suap). Lagu ini terbilang cukup ekstrim karena Slank berani menyebut istilah ”Mafia Senayan” kepada para anggota Dewan Perwakilan Rakyat. Selain itu juga di dalam lagu ini Slank memaparkan peristiwa-peristiwa yang terjadi di negara kita dan sedang ramai diberitakan di media, seperti maraknya prostitusi dan aksi ormas-ormas agama yang anarkis. Selain sebutan ”Mafia Senayan” untuk anggota DPR yang sering membuat kebijakan ”UUD (Ujung-Ujungnya Duit)”, dalam lagu ini dimunculkan istilah-istilah menyindir kepada kelompok-kelompok atau orang-orang penting di negara kita. ”Mafia Judi” adalah sebutan untuk anggota TNI dan POLRI yang dapat disuap.
58
”Mafia Narkoba” merupakan sebutan untuk para bandar narkoba yang masih bisa kebal hukum karena memiliki relasi dan uang yang banyak. ”Mafia Selangkangan” merupakan sebutan untuk orang-orang kaya dan pejabat yang suka ”bermain perempuan” padahal sudah beristri. ”Mafia Pemilu” ditujukan kepada anggota KPU yang suka memanipulasi data Pemilu. Sindiran terakhir ditujukan kepada kelompokkelompok atau ormas-ormas yang mengatasnamakan dirinya mewakili agama tertentu yang melakukan tindak kekearasan dalam melakukan aksinya. Melalui lagu ini Slank membawa pesan untuk saling menghargai diantara sesama. Kali ini yang mendapati sorotan adalah ormas-ormas yang mengatas namakan suatu agama, dimana mereka kerap melakukan tindakan anarki untuk mempertahankan keyakinannya.
GOSSIP JALANAN (Album PLUR/2004) Pernah kah lo denger mafia judi Katanya banyak uang suap polisi Tentara jadi pengawal pribadi Apa lo tau mafia narkoba Keluar masuk jadi bandar di penjara Terhukum mati tapi bisa ditunda Siapa yang tau mafia selangkangan Tempatnya lendi-lendir berceceran Uang jutaan bisa dapat perawan Kacau balau ... negaraku ini ... Ada yang tau mafia peradilan Tangan kanan hukum di kiri pidana Dikasih uang habis perkara Apa bener ada mafia pemilu Entah gaptek apa manipulasi data Ujungnya beli suara rakyat Mau tau gak mafia di senayan
59
Kerjanya tukang buat peraturan Bikin UUD ujung2nya duit Pernahkah gak denger triakan Allahu Akbar Pake peci tapi kelakuan bar bar Ngerusakin bar orang ditampat-tampat
Lagu Slank yang berisi pesan moral untuk saling menghargai atau ”Respect” lainnya berjudul “Tong Kosong”. Judul lagu ini diambil dari sebuah peribahasa ”tong kosong nyaring bunyinya” yang berarti ”orang yang banyak bicara namun sebenarnya tidak mengerti apa-apa (bodoh)”. Melalui lagu ini Slank mengatakan kepada Slankers agar saling menghargai dan menghindari kesombongan, karena pada hakikatnya manusia adalah sama dan tidak perlu saling menyombongkan diri apalagi menghina orang lain. Lagu ini juga memiliki pesan untuk menjadi manusia yang jujur dan apaadanya, tanpa harus mengarang cerita untuk menarik perhatian orang atau agar dianggap hebat oleh orang lain. Hal ini terlihat dalam kalimat ”otak masih kaya TK, kok ngakunya Sarjana”. Lagu ini tidak secara eksplisit ditujukan kepada seseorang atau suatu instansi, tetapi dapat diartikan secara luas oleh Slankers. Melalui lagu ini Slank ingin menunjukkan ajaran Slankissme yaitu kritis dan menjadi diri sendiri.
TONG KOSONG (Album Lagi Sedih/1996) Sedikit ngerti ngaku udah paham Kerja sedikit maunya kelihatan Otak masih kaya 'TK, Koq ngakunya Sarjana Ngomong-ngomongin orang Kaya udah jagoan... Tonk kosong nyaring bunyinya Klentang-klentong kosong banyak bicara Oceh sana-sini ngak ada isi Otak udang ngomongnya sembarang
60
Hak manusia ingin bicara Hak manusia ingin bernyanyi Kalau sumbang janganlah didengarkan Kalau merdu ikutlah bernyanyi Jangan ngelarang-larang Jangan banyak komentar Apalagi menghina
Lagu terbaru Slank yang dikeluarkan sebagai hits di album “The Big Hip” pada tahun 2008 ini berjudul “Seperti Para Koruptor”. Lagu yang video clip-nya dibuat di sekitar Potlot berisi pesan moral untuk para Slankers agar lebih memilih hidup sederhana tanpa harta daripada hidup mewah memakan harta hasil korupsi. Pesan untuk hidup sederhana lebih ditekankan di lagu ini, tersirat dalam kalimat “aku nggak butuh uangmu, aku ngga butuh hartamu, yang ku butuh hanya cintamu...” juga dalam kalimat “hidup sederhana, nggak punya apa-apa tapi banyak cinta...”. Lagu ini merupakan sindiran kepada para koruptor, terutama pejabat negara, dimana mereka hidup bermewah-mewahan sementara rakyat kecil hidup miskin. Hal ini diungkapkan Slank melalui kalimat “hidup bermewah-mewahan, punya segalanya tapi sengsara... seperti para koruptor...”. Lagu ini juga membawa pesan untuk mencintai seseorang tidak dari tampilan fisiknya saja, tetapi hatinya. Pesan ini ada di dalam kalimat “aku nggak penting perhiasanmu, yang penting jujur hatimu, sejujurnya aku falling in love padamu...”. Melalui lagu ini Slank ingin mengajak Slankers untuk saling menghargai tanpa melihat harta atau tampilan fisik seseorang, budaya hidup sederhana dan kritis terhadap keadaan sosial di masyarakat. Nilai-nilai demikian adalah isi dari ajaran Slankissme.
61
SEPERTI PARA KORUPTOR (Album The Big Hip/2008) Aku gak butuh uangmu Aku gak butuh hartamu Yang kubutuh hanya cintamu Setulus cintaku padamu Aku gak mau warisanmu Aku gak mau kekayaanmu Yang kumau rasa sayangmu Sesayang aku padamu Hidup sederhana Gak punya apa-apa tapi banyak cinta Hidup bermewah-mewahan Punya segalanya tapi sengsara Seperti para koruptor Seperti para koruptor Aku gak perlu make up mu Aku gak perlu bajumu Yang kuperlu isi dadamu Sepenuh kasihku padamu Aku gak penting warna lipstikmu Aku gak penting perhiasanmu Yang penting jujur hatimu Sejujurnya aku falling in love padamu Hidup sederhana Gak punya apa2 tapi banyak cinta Hidup bermewah2an Punya segalanya tapi sengsara Seperti para koruptor
Lirik lagu yang diciptakan Slank adalah media yang digunakan Slank untuk berbicara kepada para penggemarnya. Pesan-pesan yang disampaikan tersebut dapat dianalisis, salah satunya dengan mengaitkan nilai-nilai yang terdapat dalam semboyan Slank ”PLUR” dan Slankissme. Pesan-pesan di dalam lagu-lagu Slank tersebut dipaparkan dalam Gambar 3.
62
Judul Lagu (Lirik yang Signifikan) Krisis BBM (kita disuruh ngirit-ngirit, DPR minta naik gaji) Pak Tani (kapan? Kapan? Semua itu akan terjadi, para petani hidup bagai orang di kota...) Gossip Jalanan (kacau balau... negaraku ini) Solidaritas (apa harus tunggu bencana, Baru dunia bisa bersatu?) Makan Ngga Makan (selama kamu tetap setia... selaam kita tetap bersatu... selama kita tetap cinta damai...) Tut Wuri Handayani (anak muda harus sekolah.... jangan berkelahi...) Tong Kosong (jangan ngelarang-larang, jangan banyak komentar apalagi menghina) Balikin (mencintai kamu sama juga di dalam penjara.. balikin kehidupanku yang seperti dulu lagi, balikin kebebasanku yang seperti dulu lagi...) Generasi Biru (aku ingin berpikir merdeka...) Mars Slankers (disini orang-orang penuh kreaktivitas...) Korban Tradisi (mereka terbawa sebuah tradisi.. yang kita butuhkan lebih mulia, ialah cinta...) Mawar Merah (simpan saja uangmu... memang penampilanku, rupaku slengean... tapi kuyakin dia bahagia) Bidadari Penyelamat (kemana bidadariku pergi... yang bisa menyelamatkanku?) Ku Tak Bisa (kau dan aku tercipta tak boleh berpisah...) Seperti Para Koruptor (hidup sederhana, nggak punya apa-apa tapi banyak cinta... hidup bermewah-mewahan, punya segalanya tapi sengsara, seperti para koruptor...)
PLUR
Slankissme
Respect
Kritis
Love
Berjiwa Sosial
Respect
Kritis
Unity
Penuh Solidaritas
Peace, Love, Unity
Penuh Solidaritas, Saling Setia
Peace
Menjunjung persahabatan, Membuka hati dan otak
Respect
Kritis, menjadi diri sendiri
Love
Selalu merdeka, membuka hati dan otak
Unity, Respect Unity
Selalu merdeka, membuka hati dan otak, menjadi diri sendiri Membuka hati dan otak kita
Love
Berani untuk beda
Love
Menjadi diri sendiri
Love
Menjunjung persahabatan
Love
Saling setia
Love, Respect
Hidup sederhana, kritis
Gambar 3. Matriks Analisis Pesan di Balik Lagu-Lagu Slank
63
4.3 Slankers dan Slank Fans Club (SFC) Slankers adalah sebutan untuk penggemar Slank. Slankers Club yang merupakan wadah para Slankers terbentuk ketika Slank melakukan Konser Piss 30 kota pada tahun 1998 yang disponsori oleh Sampoerna A Mild. Slank menyadari pentingnya para penggemar serta juga besarnya efek Slank pada perilaku para Slankers, kemudian dibentuklah manajemen dari Slankers yang mengkoordinir kegiatan para Slankers. Berdirinya Slankers Club tidak terlepas dari prakarsa Iffet Sidharta, yang akrab disapa Bunda Ifet, yang bertindak sebagai manajer Slank. Asal mula berdirinya Slankers Club adalah ketika Bunda Ifet melihat sekumpulan pemuda penggemar Slank yang tidak terorganisir mengakui diri sebagai komunitas Slankers di Malang. Ia merasa komunitas Slankers ini dapat diberdayakan apabila diorganisir yang baik. Oleh sebab itu ketika Slank konser di Kota Malang, sekumpulan Slankers itu dipangil oleh Bunda Ifet untuk di beri pengarahan. Selanjutnya, tercetuslah ide Bunda Ifet untuk memberikan wadah bagi para Slankers tersebut, yang kemudian diberi nama Slank Fans Club (SFC). Sejak didirikan tahun 1998 sampai saat ini SFC sudah memiliki 98 cabang yang tersebar di seluruh Indonesia dan 2 cabang di luar negeri yaitu Malaysia dan Timor Leste3. Sejak didirikan pertama kali pada tahun 1998, SFC baru terkoordinir dengan baik pada tahun 2004. Berdasarkan tahun keanggotaannya, Slankers yang sudah tergabung sejak tahun 1998 dianggap lebih senior oleh Slanker lain dan disebut sebagai ”Slanker Dewasa”. Slankers yang baru bergabung di SFC setelah tahun 2004
3
Berdasarkan Data Slank Fans Club 2008 (Lampiran 4)
64
disebut sebagai ”Slankers Muda”. Sementara itu, Slankers yang saat ini masih duduk di bangku SMP dan SMA disebut sebagai ”Slankers ABG”. Khusus untuk Slankers yang berjenis kelamin perempuan disebut Slanky. Sebutan untuk Slankers perempuan memang berbeda, namun tidak berarti ada perbedaan perlakuan antara Slankers perempuan dan laki-laki di SFC, baik di pusat maupun daerah. Sementara itu, pengurus SFC juga termasuk Slankers, mereka disebut Slankers Pengurus dan sisanya adalah Slankers Anggota. Berdasarkan Profil Slank Fans Club 20084, profesi Slankers paling banyak adalah pelajar dan mahasiswa yang memiliki persentase sebesar 55% dan 20%, selebihnya adalah pekerja sebesar 15% dan wirasawasta sebesar 10%. Jumlah anggota Slankers terbanyak berada di wilayah Jabodetabek yaitu sebesar 28%, disusul oleh provinsi Jawa Barat sebesar 22% dan Jawa Tengah 19%. Jumlah anggota Slankers di provinsi Jawa Timur-Bali-NTT-NTB sebesar 20%, sementara di Kalimantan-Sumatera-Kepulauan Riau-Kepulauan Bangka-Sulawesi memiliki jumlah anggota sebanyak 11%. Bagi para Slanker, bukti kecintaan pada Slank diwujudkan salah satunya melalui kepemilikan Kartu Tanda Anggota (KTA). Pendaftaran keanggotaan ini dilakukan langsung oleh manajemen Slank. Slankers yang ingin menjadi anggota SFC Pusat harus Mendaftar ke Jalan Potlot 3 No.14 Duren Tiga Jakarta Selatan atau melalui surat. Persyaratan yang harus dipenuhi oleh Slankers yaitu membayar uang pendaftaran sebesar Rp. 7.500 atau Rp. 10.000 yang dibayarkan melalui wesel;
4
Profil Slank Fans Club 2008, lihat di www.slankfansclub.com
65
menyerahkan kartu tanda pengenal dan foto ukuran 2 x 3 sebanyak 2 lembar. Setelah mengisi lembar aplikasi Slankers tersebut akan mendapatkan kartu anggota berwarna biru. Jumlah anggota SFC yang terdaftar pada saat ini adalah 75.607 orang. Setiap mengadakan tur, para personil Slank selalu menyempatkan bertemu dengan Slankers dan di beberapa kota yang disinggahi tersebut Slank meresmikan cabang-cabang SFC. Suasana peresmian SFC tidaklah seperti peresmian sebuah organisasi formal pada umumnya yang cenderung protokoler, peresmian SFC bersifat santai dan akrab. Pada intinya kegiatan-kegiatan tersebut ini dimanfaatkan untuk mempererat silaturahmi antara Slank dengan Slankers. Kegiatan SFC yang kemudian dilaksanakan adalah membuat satuan tugas untuk menjaga keamanan pada setiap pertunjukan musik (konser) Slank. Pembentukan satuan tugas ini di mulai dari SFC Jakarta pada tahun 1999. Satuan tugas ini diberi nama “kalau aku jadi presiden”, namun akhirnya diubah menjadi ”Bidadari Penyelamat (BP)” atas saran Bim-bim, sesuai dengan judul salah satu lagu Slank. Bidadari Penyelamat yang sudah terbentuk di beberapa cabang di Indonesia saat ini, pada perkembangannya memerlukan konsep dan aturan yang matang, karena tenaga keamanan yang terbentuk sudah tidak hanya di peruntukan khusus pada pengamanan Slank semata, tapi sudah dapat di peruntukkan untuk keamanan eventevent hiburan yang lainnya. Bahkan Bidadari Penyelamat turut berperan aktif untuk membantu korban bencana alam seperti yang terjadi di Aceh, Yoyakarta dan Pangandaran.
66
Informasi yang diperoleh dari hasil diskusi dengan para Slankers dan pihak manajemen Slank, diperoleh informasi bahwa masukan yang diberikan oleh Slankers memang tidak langsung sampai ke telinga personel Slank sendiri, akan tetapi melalui penghubung. Penghubung yang dimaksud di sini adalah orang-orang di sekitar personil Slank, seperti anggota manajemen Slank, Slankers yang lain, maupun temanteman dan saudara personel Slank. Masukan yang diterima dari Slankers akan diterima langsung oleh pihak manajemen yang mengelola masing-masing divisi, misalnya adalah pengurus website dan forum. Pengelola channel inilah yang akan mendiskusikan masukan-masukan dari Slankers itu dengan pihak Slank. Bentuk-bentuk diskusi pihak pengelola dengan Slank bisa berupa diskusi formal maupun informal. mereka biasa melakukan pembicaraan formal melalui rapatrapat resmi yang dihadiri semua pengurus Slankers, Slank maupun pihak eksternal, seperti sponsor dan event organizer. Pembicaraan informal biasanya dilakukan pada saat pengurus berkumpul dengan personel Slank. Yang paling sering dilakukan adalah kegiatan makan pagi (sarapan) bersama, yang dihadiri semua personel Slank dan pengurus inti Slankers pusat. Pada saat sarapan bersama itu, mereka membicarakan isu-isu yang sedang berkembang di kalangan Slankers, atau masukanmasukan yang diberikan oleh Slankers yang kiranya memang menarik. Pada saat itu pula mereka membicarakan secara informal langkah-langkah apa bisa dilakukan oleh Slank untuk menanggapi isu atau masukan tersebut. Sebagai contoh, ketika ada banyaknya permintaan melalui surat dari Slankers cabang Indramayu agar Slank melangsungkan konser di Indramayu, maka pengurus devisi SFC ini akan
67
menginformasikannya kepada personel Slank. Permintaan ini akan menjadi perbincangan sampai pada tahap apakah permintaan tersebut bisa diwujudkan atau kendala-kendala apa yang menjadi penghambat sehingga konser di Indramayu tidak bisa diwujudkan. Personel Slank dapat melihat atau mendengar sendiri masukan atau isu-isu yang berkembang tanpa melalui media penghubung. Salah satu contohnya adalah ketika semua personel Slank melihat bahwa banyak sekali penggemar Slank yang tersebar di seluruh Indonesia dan mereka biasanya berkumpul bersama untuk membicarakan Slank bahkan sampai membuat barang-barang yang berhubungan dengan Slank hasil buatan tangan dan kreatifitas mereka sendiri. Pada waktu band ini baru terbentuk, banyak penggemar yang setiap hari berkumpul bersama di markas besar Slank di Jalan Potlot, Jakarta Selatan. Dari situ, personel Slank merasa bahwa diperlukan suatu wadah yang dikoordinasi dengan baik untuk menyalurkan kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan Slank. Oleh sebab itu, tercetuslah ide untuk membentuk Slankers yang dikoordinasi secara profesional dengan membentuk tim manajemen Slankers. Salah satu isu lainnya adalah ketika Bim-Bim, penabuh drum Slank melihat sendiri bahwa banyak anggota Slankers yang terjerat narkoba dan kesulitan untuk membebaskan diri, Slank berinisiatif untuk membiayai pengobatan Slankers tersebut sampai terbebas dari jeratan narkoba. Kedekatan dan kepedulian Slank dengan Slankers yang diwujudkan melalui berbagai kegiatan sosial Slank yang melibatkan Slankers, merupakan salah satu bentuk pemberdayaan sehingga Slankers tidak hanya dapat disebut sebagai komunitas
68
penggemar musik yang semata menikmati musik. Melalui SFC, anggotanya dapat melakukan banyak hal untuk menyokong kehidupan, salah satunya dengan menjual hasil karya atau kerajinannya di Warung Slankers dimanapun berada. Pihak Slank juga tidak menuntut adanya royalti dari logo-logo yang diproduksi Slankers untuk dijual atas nama Slank, Bunda Ifet hanya berpesan kepada para Slankers yang akan berkarya menggunakan logo Slank untuk tidak menyalahgunakan kepercayaan Slank dalam hal ini. Warung Slankers kini bukan hanya sekedar bangunan fisik yang menjual berbagai merchandise Slank saja, tetapi kini Warung Slankers diwujudkan menjadi sebuah acara televisi berjenis variety show. Acara ini ditayangkan setiap hari Sabtu pukul 20.00 WIB di TVRI. Acara ini dibuat untuk mempererat hubungan antara Slank dengan Slankers dan juga Sesama Slankers yang berada tersebar di seluruh nusantara. Dengan adanya acara ini, para Slankers yang tidak bisa datang langsung ke Potlot dan berinteraksi dengan Slank, dapat melihat dan berinteraksi dengan band idolanya itu melalui telepon dan surat. Slankers menyukai Slank ternyata tidak hanya karena musik yang diciptakan Slank, tetapi juga pribadi Slank. Hasil kuesioner yang diberikan kepada 30 orang Slankers pusat dan daerah menunjukkan bahwa 11 dari 30 responden mengaku menyukai Slank karena pribadi Slank. Sementara sisanya menyukai Slank karena musik karya Slank, komunitas Slankers, dan visi&misi yang dibawa oleh Slank dalam bermusik. Sementara itu, hampir seluruh responden mengaku pernah membaca Koran Slank dan menjadikan Koran Slank media yang paling terpercaya untuk mendapatkan berita terbaru mengenai Slank. Slankers juga sangat menyukai berbagai
69
kegiatan sosial yang diselenggarakan oleh Slank. Kegiatan sosial yang paling mereka gemari adalah Ngejinggo Bareng Slank, dan konser-konser amal yang didekasikan untuk korban-korban bencana alam. Menurut mereka, berbagai kegiatan sosial yang dilakukan Slank membuat mereka makin menyukai Slank secara pribadi. Berdasarkan pemaknannya terhadap lagu-lagu Slank, Slankers terbagi menjadi tiga kategori. Pertama, Slankers yang menyukai Slank dan membuktikannya dengan menggunakan atribut Slank pada penampilan sehari-harinya tanpa menyimak berita, lagu-lagu, serta makna dari pesan-pesan yang disampaikan oleh Slank. Kedua, Slankers yang hafal seluruh lagu Slank, tetapi tidak memaknai arti dan pesan-pesan yang terkandung di dalam lirik lagu Slank. Ketiga, Slankers sejati, yaitu tidak hanya menghafal lagu-lagu Slank, tetapi juga mengerti dan menimplementasikan seluruh pesan Slank yang disiratkan di dalam lagu-lagunya. Slankers kategori ketiga ini memiliki gaya slengean tapi tidak hanya beratribut Slank di dalam penampilannya saja, melainkan di dalam jiwanya tertanam ajaran Slankissme.
70
BAB V PEMAKNAAN SIMBOL-SIMBOL BUDAYA MUSIK SLANK OLEH SLANKERS 5.1 Potret Sederhana dan Kekeluargaan dalam Peristiwa Pembuatan Video Clip Slank ”Seperti Para Koruptor” Pada hari Senin tanggal 19 Mei 2008 Slank melakukan kegiatan pembuatan video clip terbarunya berjudul ”Seperti Para Koruptor”. Proses pengambilan gambar (shooting) dilakukan mulai pukul 09.00 dan berakhir pukul 14.00 WIB. Pengambilan gambar seluruhnya dilakukan di Jalan Potlot 3, di sebuah warung yang disebut ”Warung Slank”, yang merupakan tempat nongkrong Slank dan Slankers yang berada tepat di depan kantor manajemen Slank di Jalan Potlot 3 No.14 (Lihat Gambar 4). Tempat ini dipilih sebagai lokasi pengambilan gambar karena kawasan Potlot merupakan daerah yang cukup jauh dari pusat kota Jakarta dan sesuai untuk menggambarkan kehidupan sederhana seperti isi dari lagu Slank ”Seperti Para Koruptor”.
Gambar 4. Warung Slank (Setting Pengambilan Gambar Video Clip ”Seperti Para Koruptor”
71
Pukul 06.30 di lokasi, setting belum dipersiapkan namun kantor manajemen Slank yang disebut ”markas Slankers” sudah diramaikan oleh kehadiran beberapa orang Slankers. Hadir di sana dua orang Slankers yang berasal dari Jakarta dan Bekasi. Slankers pertama Rohbet, Slankers kedua bernama Agil yang aslinya berasal dari Sukabumi. Rohbet dapat dikategorikan sebagai Slanker Dewasa karena sudah resmi menjadi Slankers sebelum tahun 2004, sementara Agil termasuk ke dalam kategori Slanker biasa karena baru resmi menjadi Slanker setelah tahun 2004, namun belum dapat dikatakan sebagai Slanker Dewasa karena usianya masih terbilang muda. Simbol verbal yang ada di dalam aktivitas simbolik ini antara lain adalah lagu ’Seperti Para Koruptor’ yang diputar berulang-ulang selama peristiwa tersebut. Lagu ini menceritakan tentang kehidupan seorang pemuda laki-laki yang menunjukkan kesederhanaan baik dalam kehidupan ekonomi maupun sosial. Slankers mengartikan lagu ini hampir seragam, yaitu menyimbolkan gaya hidup a la Slank dan menjadi cerminan bagi Slankers untuk bertingkah laku sederhana. Hal ini seperti diungkapkan Rohbet, Slanker asal Betawi: ”Anak-anak Slank tuh intinya tampil apa adanya, slengean, sederhana. Iya, mereka nggak sungkan makan bareng. Kalau kebeneran lagi ngumpul ngumpul begini, biasa lah... ngobrol-ngobrol juga”(Rohbet)
Bukan hanya Rohbet yang menilai tingkah laku Slank yang sederhana. Slanker yang juga menjadi pendukung pembuatan video clip ini memperkuat pendapat Rohbet: ” Yang pasti sih mereka sederhana, ramah-ramah banget. Saya salut banget. Mungkin itu juga yang bikin Slanker yang baru ketemu mereka sampai ada yang histeris, bahkan ada yang pingsan. Karena mereka baikbaik. Mesipun artis besar, tapi sangat merakyat”(Agil)
72
Slankers sepakat memaknai lirik dalam lagu ini sebagai simbol dari kehidupan sederhana yang dilakukan oleh personil Slank dan juga sebagai bentuk sindiran kepada para koruptor yang bisa hidup senang dengan ”memakan” hak orang lain, yaitu rakyat kecil. Para Slankers sangat mengecam keras tindakan para koruptor, seperti pernyataan seorang Slanker berikut ini: ”Diliat dari liriknya aja keliatan kalau Slank ingin mengingatkan kepada anggota-anggota DPR yang terlibat ini… korupsi… supaya… apa yah.. supaya inilah, lebih inget sama rakyat. DPR sendiri kan pro tentang rakyat, ya jadi harus ngerti tentang rakyat itu sendiri. Gitu ya jadi danadana yang harusnya buat rakyat jangan sampe ditelen sama dia sendiri.”(Rohbet)
Slanker tersebut meneruskan bahwa kata-kata pertama dalam lagu ”Seperti Para Koruptor” mengenai kemewahan adalah menyindir para anggota dewan yang memiliki mobil mewah, gaji besar, namun akhirnya sengsara karena harta yang dimiliki adalah hasil dari korupsi. Pesan anti korupsi yang memang sudah diangkat oleh kelompok Slank di lagu-lagu sebelumnya, contohnya lagu ’Gossip Jalanan’ yang sempat mengundang kontroversi di kalangan masyarakat Indonesia dan DPR. Kelompok Slank juga berpartisipasi menjadi duta anti korupsi bagi KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) Republik Indonesia Simbol berikutnya yaitu penampilan dan perilaku Slank selama proses pembuatan video clip. Penampilan dan perilaku ini bersifat nonverbal-nonvokal dan nonverbal-vokal. Para personil Slank berpenampilan sangat sederhana, tidak berlebihan dan terlihat ”cuek” dengan gaya yang dikenal dengan istilah ”slengean”. Kelima personil Slank yaitu Kaka, Bimbim, Abdee, Ridho, dan Ivan hanya
73
mengenakan celana jeans dan kaus oblong yang biasa mereka gunakan sehari-hari. Kaka dengan rambut gondrongnya mengenakan kaus biru dan celana jeans, sementara Bimbim mengenakan kaus putih ketat (jungkies) dan celana jeans dilengkapi dengan topi pet di kepalanya. Abdee dengan rambut gondrong sedikit bergelombang berpakaian hampir mirip dengan Kaka, yaitu mengenakan kaus oblong dan celana jeans, namun ditambah dengan asesori berupa kaca mata hitam. Ridho dan Ivan juga mengenakan kaus dan jeans, namun Ivan yang berkepala botak mengenakan kaus berlengan panjang sementara Ridho mengenakan kaus berlengan pendek. Dari kelima personil Slank, hanya Kaka dan Bimbim yang mengenakan alas kaki berupa sandal jepit, sisanya mengenakan sepatu santai. Simbol ini melambangkan kesederhanaan dan kejujuran personil Slank dalam berpakaian, hal yang juga diikuti oleh Slankers. Kesederhanaan juga tampak di dalam simbol nonverbal Slank yang lain, yaitu dalam hal-hal yang mereka lakukan selama proses pembuatan video clip. Setelah selesai melakukan pengambilan gambar, mereka makan bersama dengan para Slankers. Kegiatan ini termasuk ke dalam simbol nonverbal-vokal. Slank dan Slankers makan bersam di dalam suasana kekeluargaan sambil sesekali bercengkrama dan mengobrol dengan akrab seper sebuah keluarga. Kegiatan makan bersama yang diakui menjadi sebuah ritual bagi Slank dan Slankers ini memiliki makna kekeluargaan dan kesederhanaan. Meskipun kini sudah menjadi band papan atas di Indonesia, para personil Slank tidak merasa risih untuk melakukan aktivitas demikian, seperti yang diungkapkan seorang Slanker berikut ini:
74
”Iya, mereka nggak sungkan makan bareng. Kalau kebeneran lagi ngumpul ngumpul begini, biasa lah... ngobrol-ngobrol juga Kalau mau latihan, misalnya, terus nunggu anggota lain belum datang, biasanya anak-anak Slank ngobrol barenag, kalau ada makan ya makan bareng...”(Rohbet). ”
Simbol nonverbal lain yang diamati dalam kegiatan ini adalah gaya berbusana Slank yang sederhana dan jujur (ada adanya), yang tampaknya diikuti oleh para Slankers, baik yang ikut ambil bagian dalam pembuatan video clip maupun mereka yang hanya datang sekedar untuk menyaksikan idolanya di lokasi pengambilan gambar. Kejujuran ini juga ditunjukkan Slank dalam lirik lagu yang ditulisnya. Pakaian seorang Slanker Kota pada hari pembuatan video clip itu sangat santai, mengenakan celana jeans warna gelap dengan kaus oblong bergambar, dilengkapi dengan sandal (Lihat Gambar 5).
Gambar 5. Gaya berpakaian Slank dan Seorang Slanker
75
Pakaian Slankers Kota dengan Slankers Daerah sedikit berbeda, meskipun secara garis besar bertema sama, yaitu terkesan cuek dan slengean (tidak formil dan rapi). Slankers Kota cenderung lebih sederhana, seperti hanya mengenakan kaus dan celana jeans usang atau robek-robek, rambut gondrong atau gimbal. Slankers Daerah lebih kental nuansa punk rock dalam gaya berpakaiannya. Mereka mengenakan kaus dan celana tambalan dengan logo-logo Slank, dengan model celana mengerucut ke bawah (skinny). Gaya para Slanker, baik Slankers Kota maupun Slankers Daerah ini diadopsi dari gaya personil Slank. Gaya kaus dan jeans ditambah rambut gimbal atau gondrong, serta pembawaan yang cuek adalah yang dapat dilihat dari gaya Slank. Slankers Kota lebih bisa dikatakan ’mirip’ dengan personil Slank. Ketika ditanya soal perbedaan penampilan antara Slankers Kota dan Daerah, Slankers Kota menjawab bahwa Slankers dari daerah terkesan lebih ”berniat besar”, dalam artian mereka lebih tampil selengkap mungkin dengan atribut Slank. Hal ini terjadi karena menurut mereka, Slankers dari daerah jarang bertemu dengan Slank secara langsung, sehingga mereka sangat ingin menunjukkan kefanatikan mereka ketika bertemu dengan para personil Slank. Para Slankers sendiri memaknai gaya slengean yang diadopsi dari Slank sebagai sebuah gaya yang jujur (apa-adanya), dan kembali lagi ke dalam sebuah narasi besar yang mereka sebut sebagai kesederhanaan, yang berarti tidak menonjolkan perbedaan status sosial dan ekonomi. Penampilan yang ditunjukkan oleh Slank, diakui Slankers memiliki persamaan dengan diri mereka. Berikut ini kutipan pendapat Slanker mengenai makna dari gaya berpakaian Slank:
76
”Ya pasti nggak menunjukkan kemewahan, meskipun sebenarnya mereka semua kan bisa dibilang orang mampu lah. Tapi tetep penampilan sama gaya hidupnya sederhana. Baju apa adanya, sama aja seperti kita-kita ini”(Rohbet)
Pernyataan ini diperkuat oleh pendapat seorang Slanker dan Sekjen Slankers yang meyetujui kesederhanaan Slank. Sekjen Slankers menambahkan bahwa dari pakaian Slank terlihat bahwa Slank sangat sosialis, memiliki sikap dan bertanggung jawab. Sekjen Slankers yang juga dapat dikategorikan sebagai Slanker Kota sekaligus Pengurus, menambahkan bahwa penampilan bukanlah segalanya, dalam arti kesejatian seorang Slankers tidak dinilai hanya dari pakaian atau penampilannya saja, melainkan apakah Slanker tersebut bisa memahami pesan-pesan yang disampaikan oleh Slank, dan berikut pernyataannya: ”Kadang gue juga ngak setuju, jika Slankers yg beratribut slank dia disebut slankers sejati. Menurut gue slankers sejati adalah slankers yg bisa memaknai pesan yang disampaikan oleh slank dan bisa menularkan pesan tersebut ke lingkungan sekitar.” (Andre)
Simbol lain yang teramati selama peristiwa ini adalah sapaan ramah para Slanker kepada para pendukung video clip maupun masyarakat setempat. Mereka cenderung menyapa terlebih dahulu seseorang yang baru dikenalnya. Keramahan ini juga diperlihatkan oleh para personil Slank yang tanpa canggung menyapa semua pendukung video clip, termasuk para model figuran. Simbol ini dimaknai sebagai bentuk menghargai dan menghormati sesama (respect). Slankers memiliki jiwa kekeluargaan yang cukup erat, terlebih lagi Slankers yang memang sudah akrab sejak lama. Mereka mengaku sudah menganggap satu sama lain seperti keluarga sendiri. Mereka juga mengaku tidak sungkan-sungkan saling
77
membantu untuk melakukan berbagai hal.
Contohnya adalah ketika
Agil
bercengkrama dengan Rohbet, lalu Rohbet menyuruh Agil untuk mengambilkannya kopi. Diakui mereka, hal itu lazim dilakukan karena mereka merasa sudah seperti saudara sendiri. Tidak hanya dengan sesama Slankers, tetapi juga dengan manjemen Slank dan personil Slank itu sendiri. Slankers bercerita mengenai persoalan yang paling pribadi sekalipun kepada temannya sesama Slanker. Cerita Rohbet kepada Agil mengenai keadaan keluarganya adalah salah satu contoh bahwa Slankers menganggap anggota komunitasnya sebagai saudara atau keluarga. Slankers juga memanggil satu sama lain dengan panggilan ”Bro” yang dalam bahasa Inggris berarti saudara laki-laki. Ini merupakan simbol verbal yang dimaknai Slankers bahwa mereka sudah menganggap satu sama lain seperti saudara. Simbol yang sangat signifikan terlihat adalah sapaan ”Peace” yang diucapkan oleh Slankers kepada sesama Slankers dan personil Slank, bahkan kepada orang di sekitar lingkungan Potlot. Simbol ini dapat dikategorikan sebagai simbol verbal maupun
nonverbal-vokal.
Ketika
”Peace”
mereka
ucapkan
tanpa
isyarat
mengacungkan dua jari, simbol ini dapat disebut sebagai simbol vokal, ketika ”Peace” diucapkan sambil mengacungkan dua jari, maka simbol itu termasuk nonverbal-vokal. Mereka mengacungkan dua jari, yaitu jari telunjuk dan jari tengah sambil mengatakan ”Peace” yang sepakat diartikan oleh para Slankers sebagai simbolisasi Slankers yang cinta damai.hal ini seperti yang diungkapkan oleh Andre: ”Peace cinta damai. Yang terpenting bukan hanya simbolnya aja, bukan cuma ngacungin dua jari ke Slanker lain. Tapi kita ngerti artinya. Kalau
78
kita nggak perlu jotos-jotosan, toh semua orang sama. Lebih baik damai. Piss..” (Andre)
Selama proses pembuatan video clip ini, Slankers memaknai simbol-simbol budaya musik Slank yang dimaknai sebagai ’gaya hidup sederhana’, ’mudah bergaul (supel)’, kekeluargaan, dan solidaritas. Simbol-simbol ini dapat diamati secara kasat mata juga diakui Slankers sebagai identitas komunitasnya. Simbol-simbol yang dimaknai tidak hanya berupa simbol verbal, melainkan juga terdapat simbol-simbol nonverbal. Simbol verbal yaitu lagu ”Seperti Para Koruptor” yang bermakna kesederhanaan, sapaan ”Bro” bermakna kekeluargaan, dan kata ”Peace” yang bermakna cinta damai dan kasih sayang (love) kepada sesama. Simbol nonverbalvokal yang dimaknai yaitu sapaan ”Peace” dengan mengacungkan dua jari yang bermakna cinta damai; kegiatan makan bersama bermakna kekeluargaan, menyapa terlebih dahulu kepada orang asing dengan ramah sambil tersenyum memiliki makna saling menghargai dan menghormati (respect). Simbol nonverbal-nonvokal yang dimaknai yaitu pakaian Slank dan Slankers yang terkesan cuek dan slengean, hal ini dimaknai Slankers sebagai kesederhanaan dan kejujuran (apa adanya).
5.2 Potret Kebersamaan dalam Peristiwa Pengambilan Gambar ”Warung Slankers” di TVRI Warung Slankers adalah sebuah acara variety show5 yang diproduksi oleh rumah produksi Central Puspa Suara (CPS) dan ditayangkan di TVRI setiap hari Sabtu pukul 17.00 WIB. Pengambilan gambar (shooting) kedua episode dilakukan secara rekaman (taping) di Studio 7 TVRI Senayan, Jakarta. Menurut sutradara acara 5
Acara hiburan yang di dalamnya terdapat gabungan dari talk show, live music, humor, dan lain-lain.
79
”Warung Slanker” yang akrab disapa Mbak Titik, acara ini merupakan sebuah acara berdurasi 1 jam yang berisi talk show, live music dari bintang tamu, dan dibumbui dengan humor sehari-hari. Pengisi acara tersebut adalah para artis, manajemen Slank, dan Slanker dari Slankers Club Cikarang (SCC) sejumlah 14 orang. Artis yang mengisi acara ini dan bertindak sebagai host (pembawa acara) yaitu Deswita Maharani, dengan beberapa orang model yang memerankan pemilik warung (Babe’), dan 3 orang perempuan cantik sebagai pelayan warung. Seorang wartawan musik, Budi Ace, juga turut menjadi host dalam acara ini. Mewakili manajemen Slank, Adri (pengasuh slankerscyber.com) ikut ambil bagian berperan menjadi pengunjung Warung Slanker. Bintang tamu untuk episode kali ini adalah Yenny Gusman, Nadia Vega dan Wali Band yang bermain band secara langsung di acara ini. Para personil Slank sendiri tidak hadir pada shooting kali ini dikarenakan mereka sedang melakukan tur keliling Eropa, dan pulang ke Indonesia pada tanggal 8 Juni 2008. Pengambilan gambar dilakukan untuk ditayangkan di TVRI pada hari Sabtu, 7 Juni 2008 pukul 19.00-20.00 WIB. Topik yang diangkat pada talkshow di dalam acara ini adalah tentang pendidikan, dengan judul ”Sepenting apa sih pendidikan bagi Slankers?”. Setting acara dibuat seperti suasana cafe yang terdiri dari 4 set meja bundar yang masing-masing terdiri dari 5 kursi, seluruhnya dirancang untuk tidak ada yang membelakangi kamera. Uniknya, cafe tersebut memiliki suasana seperti warung tradisional (seperti warteg) sebagai dapur (di sebuah restoran atau cafe). Pemilik warung di dalam skenario adalah ”Si Babe’”, anak pemilik warung diperankan oleh Deswita Maharani, tiga orang pelayan perempuan yang cantik lalu
80
lalang sepanjang acara. Budi Ace, Adri, dan para Slankers menjadi pengunjung. Namun, Budi Ace dan Adri duduk di dekat warung (kalau di cafe seperti bar) sementara para Slanker duduk di 3 set kursi yang ada secara tersebar. Sebuah set kursi yang berada di tengah sengaja dipersiapkan untuk para bintang tamu dan Slankers Cikarang. Simbol yang paling jelas dapat teramati selama peristiwa ini adalah pakaian Slankers yang beratributkan Slank. Seluruhnya menggunakan kaus yang bertuliskan ”Slank” dengan beraneka ragam jenis huruf, warna dan ukuran. Untuk celana, beberapa ada yang mengenakan skinny jeans (jeans mengerucut mengikuti lekuk kaki), jeans biasa (dengan potongan yang banyak ditemui dipasaran, seperti boot cut), ada juga yang mengenakan celana kargo. Warna yang dominan mereka gunakan dalam penampilannya adalah hitam, putih, cokelat, biru tua, dan warna-warna natural yang tidak terlalu menyolok mata. Gaya berpakaian mereka dapat disimpulkan sama dengan pakaian Slanker pada umumnya yang dijumpai dalam kegiatan pembuatan video-clip Slank ”Seperti Para Koruptor”. Gaya tersebut adalah gaya yang cuek atau slengean yang dimaknai para Slankers sebagai kesederhanaan dan kejujuran, jauh dari kemewahan untuk menghindari kesenjangan sosial. Simbol lain yang diamati adalah sapaan ramah kepada orang asing. Slankers memperlihatkan sikap ramah dan mudah bergaul dengan sesama pengisi acara, yang tersimbol dari memulai percakapan dan kalimat sapaan mereka. Menurut Slankers, makna dari keramahan ini adalah Slankers menghargai dan menghormati orang lain (respect).
81
Kebersamaan dan kekeluargaan disimbolkan oleh Slankers dalam kegiatan makan bersama. Slankers dibagikan makanan oleh manajemen Slank berupa nasi kotak, dan mereka makan bersama di sebuah lorong dekat Studio 7. Mereka saling menawarkan makanan dan berbagi makanan serta minuman mereka kepada sesama Slankers, dan kepada orang-orang yang bahkan baru dikenalnya. Diakui Sekjen Slankers, kegiatan ini juga merupakan simbol dari solidaritas yang dimiliki Slankers, seperti dikutip dalam pernyataannya berikut ini. ”Nilai kebersamaan yang selalu dijungjung tinggi, mereka tidak melihat latar belakang, status sosial, dan apapun. Dan Slank juga selalu mensosialisasikan kepada Slankers untuk mempunyai jiwa solidaritas yg tinggi” (Andre)
Simbol slengean teramati dalam peristiwa simbolik ini tidak hanya diperlihatkan dari pakaian. Sekjen Slankers mengakui bahwa slengean berarti tidak kaku, formil, dan terpaku pada aturan baku; bukan hanya dalam berpakaian melainkan juga dalam menjalankan pekerjaannya sebagai pengurus SFC Pusat. Ia menunjukkan beberapa amplop ditujukan kepada seluruh pengurus SFC di Indonesia; beberapa amplop tersebut terlihat tercoret-coret karena salah menuliskan alamat. Ketika penulis alamat ingin menggantinya, Andre kontan menyela, berikut pernyataannya: ”Ga usah, ga usah diganti amplopnya! Dicoret aja, terus tulis alamat yang benernya... kan namanya juga Slankers... nggak usah rapi-rapi amat!” (Andre)
Pernyataan Andre ini merupakan suatu simbol yang meunjukkan bahwa Slankers tidak mempermasalahkan estetika secara berlebihan. Bagi Andre, yang terpenting ialah esensi dari maksud dituliskannya alamat di amplop. Tujuan utama dari
82
menuliskan alamat di amplop itu menurut Andre yaitu agar surat undangan yang bersangkutan tersampaikan ke tujuan. Acara Warung Slankers memiliki tagline6 yang diakui para Slankers sangat ’Slanker Banget’ berbunyi ”Warung Slankers, Warungnya Rakyat Indonesia. Peace!!”. Tagline ini diucapkan berkali-kali oleh para Slankers yang berperan sebagai tamu ”Warung Slankers” dalam acara itu sambil mengacungkan dua jari seperti dalam pembuatan video clip ”Seperti Para Koruptor”. Simbol ”Peace” ini dimaknai Slankers sebagai cinta damai dan kasih sayang (love) kepada sesama. Simbol-simbol yang dimaknai di dalam peristiwa pengambilan gambar ”Warung Slankers” ini dirangkum sebagai berikut. Sapaan ”Peace” berikut isyarat mengacungkan dua jari kepada orang lain merupakan simbol nonverbal-vokal yang berarti cinta damai (peace) dan kasih sayang (love) kepada sesama. Pakaian Slankers yang slengean dan penolakan Andre terhadap revisi tulisan alamat di amplop surat untuk SFC merupakan simbol nonverbal-nonvokal dan nonverbal-vokal yang bermakna kesederhanaan dan kejujuran. Lebih jauh, simbol ini dimaknai Slankers sebagai tanda bahwa Slankers lebih mementingkan isi dari sesuatu daripada penampilan fisiknya. Tagline ”Warung Slankers, Warungnya Rakyat Indonesia, Peace!” merupakan simbol verbal yang bermakna bahwa Slankers adalah representasi dari kebanyakan rakyat Indonesia, sebab Slankers adalah kelompok penggemar yang memiliki jumlah banyak dan terdiri dari berbagai kalangan di Indonesia. Slankers tidak memilih-milih dan berdiri di semua golongan, dan mereka saling menghormati 6
Sebuah kalimat yang diucapkan sebagai sebuah ciri khas dari suatu acara, buku, atau film.
83
satu sama lain (respect). Menikmati dan berbagi makanan serta minuman sambil mengobrol dan bercanda bersama merupakan simbol nonverbal-vokal yang dimaknai Slankers sebagai kebersamaan dan persatuan (unity). Simbol lainnya yaitu menyapa dengan ramah kepada orang yang baru ditemui, hal ini merupakan wujud dari menghargai dan menghormati orang lain (respect).
5.3 Solidaritas dan Cinta Damai ”Peace” dalam Konser ”Ngejinggo Bareng Slank” di Cianjur Slank mengadakan konser berjudul ”Nge-jinggo bareng Slank” di lapangan Yonif 300 Cianjur Jawa Barat pada hari Sabtu tanggal 14 Juni 2008. Pada leaflet disebutkan bahwa konser dimulai pukul 20.00 WIB, dan tiket masuk seharga Rp.10.000,- sudah termasuk satu bungkus rokok Minak Jinggo. Lapangan Yonif 300 terletak di dekat Ramayana, kalau kita ikuti petunjuk arah menuju Cikalong Kulon, maka lapangan tersebut akan terlewati, tepatnya di sebelah kiri jalan. Lapangan tersebut cukup luas, kurang lebih sama dengan luas lapangan Brimob yang ada di Sukasari, Bogor. Setengah jam sebelum konser akan dimulai, keadaan kota Cianjur sudah sangat ramai. Malam itu sepertinya semua pemuda Cianjur tumpah ruah di ruas-ruas jalan menuju Lapangan Yonif. Sepanjang jalan-jalan utama Kota Cianjur, terpasang poster dan spanduk-spanduk mengenai konser tersebut (lihat Gambar 6). Spanduk-spanduk dan poster-poster tersebut memuat informasi mengenai konser Slank yang akan digelar hari itu. Kota kecil ini menjadi begitu meriah dengan kehadiran spandukspanduk tersebut. Sepanjang jalan ada saja Slankers yang sudah siap dengan
84
atributnya menuju lapangan Yonif. Mereka bergerombol paling sedikit 3 orang. Sesekali rombongan Slanker tersebut saling menyapa, bercanda, dan menyanyikan lagu-lagu Slank.
Gambar 6. Poster ”Ngejinggo Bareng Slank” di Cianjur Mulai memasuki gerbang jalan bertuliskan ”Lapangan YONIF 300 Cianjur”, kepadatan lalu lintas tidak terelakkan. Pukul 20.00 WIB gerombolan Slankers mulai memadati jalanan sehingga menyulitkan pengendara lain melewati jalan menuju konser digelar. Para Slankers yang beratribut Slank menyimbolkan gaya berpakaian Slankers yang selalu berhubungan dengan Slank. Ternyata pakaian mereka ketika akan menonton konser terlihat lebih ”ramai” dengan atribut Slank. Slankers yang datang ke
85
konser hari itu kebanyakan mengenakan celana jeans yang dipadu dengan kaus bertuliskan Slank (lihat Gambar 7).
Gambar 7. Pakaian Slankers dalam Konser ”Ngejinggo Bareng Slank” di Cianjur Tampak para Slankers yang dengan semangat berjalan menuju tempat konser sambil sesekali mengacungkan jari sambil berkata ”Peace” ketika berpapasan dengan sesama Slankers (lihat Gambar 8). Ini merupakan simbol verbal dan nonverbal-vokal yang berarti bahwa Slankers cinta damai dan saling menyayangi (love).
Gambar 8. Sapaan ”Peace”, Ciri Khas Slankers
86
Simbol nonverbal-nonvokal yang paling mudah terlihat dalam kegiatan konser seperti ini adalah pakaian Slankers yang sangat menunjukkan kecintaan dan kefanatikannya pada Slank. Tidak hanya diapresiasikan melalui pakaian yang dikenakan saja, melainkan juga ada yang membawa bendera, spanduk, bahkan ada yang menghiasi kendaraanya dengan logo-logo Slank dan gambar wajah para personil Slank (lihat Gambar 9).
Gambar 9. Spanduk Slank yang Dipasang di Mobil Slankers Menuju Tempat Konser
Slankers memang memiliki jumlah yang banyak di region Jawa Barat. Cianjur merupakan salah satu kota di Jawa Barat yang memiliki jumlah Slankers yang cukup banyak. Berdasarkan data SFC Pusat tahun 2008, jumlah Slankers di Cianjur yaitu sebanyak 1100 orang. Sebagian besar dari para Slankers yang ada mengenakan kaus bertuliskan ”Slankers Club Cianjur”, pertanda bahwa yang menggunakan pakaian tersebut adalah Slankers yang terdaftar di SFC Cianjur. Selain menggunakan atribut Slank, Slankers juga dapat membeli atribut Slank di lokasi konser, seperti kaus dan bendera (lihat Gambar 10).
87
Gambar 10. Pedagang Asongan yang Menjual Atribut Slank
Beberapa menit sebelum acara dimulai, massa mulai berdatangan lebih banyak lagi. Slankers berbondong-bondong membawa atribut Slank dalam bentuk bendera, kaus, poster kain dan lain sejenisnya. Mereka dengan lantang dan bersemangat meneriakkan “Peace”, “PLUR”, bahkan bersahut-sahutan menyanyikan lagu Slank seperti Mars Slankers dan Virus. Suasana ini diakui para Slankers seolah merasakan energi kekompakan dan solidaritas diantara mereka. Beberapa Slanky terlihat berbaur dengan Slankers laki-laki dengan damai dan penuh respect, sesuai slogan Slank “PLUR” (Peace, Love, Unity, Respect). Jam 8 lewat 30 menit pintu gerbang tiket ditutup, namun di depan gerbang masih banyak penonton yang tidak masuk ke area konser. Diakui seorang Slanker, orang-orang seperti ini adalah calon-calon penerobos atau “penjebol” pintu masuk. Orang-orang terus berdatangan seraya lagu pertama dari Slank dibawakan dengan suara rock Kaka yang khas, yaitu “I Miss You but I Hate You”. Para penonton pun
88
makin berjingkrak sumringah ketika lagu berikutnya dimainkan oleh Slank, yaitu “Gara-Gara Kamu” dan “Mars Slankers” yang merupakan lagu ‘kebangsaan’ Slankers. Pada konser kali ini Slank menyanyikan total 17 lagu, selain tiga lagu yang telah disebutkan di awal, lagu lainnya yaitu “Tong Kosong”, “Maafkan”, “Terlalu Manis”, “Birokrasi Kompleks”, “Gosip Jalanan”, “Pandangan Pertama”, “Orkes Sakit Hati”, “Ku Tak Bisa”, “Kuil Cinta”, “Kamu Harus Pulang”, “Selalu Begitu”, “SBY”, “Nomer Satu”, dan “Balikin”. Kesemuanya dibawakan secara full band. Para penonton cenderung mengikuti ritme yang dibawakan oleh Slank dalam lagu-lagunya. Ketika lagu yang dibawakan bertempo cepat, maka mereka sangat agresif bergerak-gerak. Ketika lagu yang dibawakan bertempo lambat, penonton tenang dan beberapa kelompok Slankers duduk-duduk di depan panggung. Menurut seorang Slanker yang juga menyaksikan konser tersebut, keseluruhan konser dinilai berjalan lancar dan tidak terlalu rusuh. Tidak ada tindak kekerasan selama konser berlangsung. Kejadian luar biasa hanya adanya beberapa Slankers yang pingsan akibat kekurangan udara atau tertendang secara tidak sengaja oleh penonton yang lain. Di tengah konser, sekitar pukul 10 malam penonton semakin ramai. Sekelompok besar penonton yang tidak membeli tiket mencoba masuk dengan paksa ke lokasi konser. Meskipun penjagaan sudah begitu ketat dan para ”Bidadari Penyelamat (BP)” juga mencoba mengamankan konser, tetapi seperti sebuah tradisi, kelompok orang itu akhirnya masuk dan pintu masuk mengalami kekenduran
89
penjagaan. Menurut seorang Slanker, kejadian seperti penjebolan itu sudah biasa terjadi, seperti pernyataannya ini: “Banyak sih yang pengen nonton tapi gratisan. Tapi rata-rata mereka bukan Slankers yang udah terdaftar di SFC. Itu dia yang suka bikin rusuh kalo Slank konser. Pake atribut Slank doang tapi bukan Slankers sejati. Slankers sejati nggak pernah tawuran dan cinta damai semuanya.” (Agil)
Seorang Slankers sejatinya tidak mau melakukan cara ilegal untuk masuk ke dalam sebuah konser Slank, karena meskipun gratis, penonton ’jebolan’ tidak bisa menyaksikan pertunjukan dari awal. Ditanya mengenai banyaknya pemberitaan di media mengenai kerusuhan yang sering terjadi di dalam konser Slank, berikut pernyataan Sekjen Slankers: ” bukan cuma slankers, partai juga rusuh, sepak bola juga, bukan hanya di Indonesia, di negara maju juga jika sudah berkumpul ribuan org dengan berbagai kalakter bentrokkan pasti ada. Mangkanya tugas SFC itu untuk memberikan pemahaman untuk lebih dewasa jika menikmati pertunjukan musik dan apapun.” (Andre)
Konser Cianjur berlangsung hingga pukul 11 malam. Namun, seusai konser para Slanker tidak lantas langsung pulang dan mengosongkan lokasi konser, mereka banyak yang masih mengobrol dengan teman-temannya sesama Slankers. Hadir juga disana Slankers Bikers Community, sebuah komunitas Slankers pengguna sepeda motor. Lokasi Lapangan Yonif 300 Cianjur tersebut baru benar-benar kosong sekitar pukul satu dini hari. Kegiatan berkumpul bersama dalam setiap kesempatan, terutama setelah menghadiri sebuah acara Slank merupakan simbol yang dimaknai Slankers sebagai bentuk kebersamaan dan kesatuan (unity) yang terdapat di dalam semboyan PLUR.
90
Mereka tidak membeda-bedakan golongan, karena semua memiliki satu tujuan yang sama, yaitu menonton Slank dengan damai (peace). Di dalam sebuah konser, semboyan ”Peace” dan ”PLUR” terus menerus diteriakkan, terutama oleh Kaka, vokalis Slank untuk tetap mengingatkan kepada Slankers yang menonton konser agar tidak mudah tersulut emosi dan berakhir pada sebuah kerusuhan. Dalam suasana konser yang begitu ramai, emosi dengan mudah tersulut. Seorang Slanker berpendapat untuk sebisa mungkin masing-masing diri Slanker menahan diri dengan meneriakkan semboyan itu (Peace dan PLUR) yang paling tidak dapat meredam emosi. Bagi Agil, Rohbet, Andre, Gapher, dan Hilda sendiri, sudah menjadi kebiasaan untuk mengucapkan PLUR dalam berbagai kesempatan berkomunikasi dengan para Slankers, paling sering dilakukan ketika berkirim pesan singkat (SMS). Semboyan ”Peace” dan ”PLUR” merupakan simbol verbal dan nonverbalvokal yang bermakna Slankers cinta damai (peace) dan saling menyayangi (love). Berkumpul bersama sebelum dan setelah konser berlangsung adalah simbol yang mencerminkan ritual khas Slankers, bermakna kebersamaan dan persatuan (unity). Pakaian dan atribut Slank seperti poster, bendera, kaus, celana, dan topi merupakan simbol-simbol nonverbal-nonvokal yang dimaknai Slankers sebagai wujud solidaritas dan kefanatikan sebagai penggemar Slank. Solidaritas dan kefanatikan juga tampak pada saat Slankers ikut menyanyikan setiap lagu yang dibawakan oleh Slank selama konser. Hampir semua Slankers ikut bernyanyi dan bergoyang mengikuti irama lagu selama konser berlangsung.
91
5.4 Analisis Interaksi Simbolik dalam Peristiwa Pembuatan Video Clip ”Seperti Para Koruptor”, Pengambilan Gambar Acara ”Warung Slankers”, dan Konser ”Ngejinggo Bareng Slank” Sesuai dengan teori interaksionisme simbolik, Slankers membentuk identitas dirinya melalui proses interaksi sosial. Interaksi sosial terjadi selama peristiwa pembuatan klip ”Seperti Para Koruptor” di Potlot, pengambilan gambar episode kedua Warung Slankers di TVRI, dan kegiatan konser Ngejinggo Bareng Slank di Cianjur. Slankers adalah komunitas penggemar musik, maka interaksi yang berlangsung tidak hanya terjadi antara sesama Slankers atau Slankers dengan Slank secara langsung, tetapi juga melalui lagu-lagu Slank yang didengarkan oleh Slankers. Slankers bertindak terhadap simbol-simbol yang ada di dalam ketiga peristiwa simbolik atas dasar makna yang dipunyai sesuatu tersebut baginya. Makna-makna ini diciptakan sendiri oleh masing-masing individu Slanker dengan rujukannya masingmasing. Dalam kasus komunitas Slankers, rujukan yang digunakan dalam memaknai suatu simbol adalah sama, yaitu kelompok Slank. Hal ini dikarenakan Slankers adalah orang-orang yang mengidolakan Slank, dan peristiwa simbolik yang diamati adalah peristiwa yang berhubungan dengan Slank. Dengan demikian, Slank merupakan significant others yang digunakan Slank sebagai rujukan dalam proses pemaknaannya terhadap objek sosial dalam bentuk simbol-simbol yang diamati. Simbol-simbol yang dapat teramati dan kemudian diinterpretasi maknanya oleh kelima subjek penelitian atau para Slankers yaitu Rohbet, Agil, Andre, Gapher dan Hilda. Kelima subjek ini dapat dikategorikan sebagai berikut: Slanker Dewasa
92
(Rohbet, Andre, Gapher), Slanker Muda (Agil dan Hilda). Andre dan Gapher juga dikategorikan sebagai Slanker Pengurus (Andre, Gapher). Slankers melihat suatu objek sosial dalam bentuk simbol dan menginterpretasikan berdasarkan rujukan yang mereka pilih. Di dalam ketiga peristiwa simbolik yang diamati dalam penelitian ini, rujukan yang paling signifikan adalah Slank. Kelima subjek memaknai simbol-simbol berdasarkan apa yang mereka lihat dan dengar mengenai Slank, mengaitkan kegiatan dan pemaknaannya seperti apa yang mereka percayai bahwa Slank juga melakukannya. Selama proses pembuatan video clip ini, Slankers memaknai simbol-simbol budaya musik Slank yang dimaknai sebagai ’gaya hidup sederhana’, ’mudah bergaul (supel)’, kekeluargaan, dan solidaritas. Simbol-simbol ini dapat diamati secara kasat mata juga diakui Slankers sebagai identitas komunitasnya. Simbol-simbol yang dimaknai tidak hanya berupa simbol verbal, melainkan juga terdapat simbol-simbol nonverbal. Simbol verbal yaitu lagu ”Seperti Para Koruptor” yang bermakna kesederhanaan, sapaan ”Bro” bermakna kekeluargaan, dan kata ”Peace” yang bermakna cinta damai dan kasih sayang (love) kepada sesama. Simbol nonverbalvokal yang dimaknai yaitu sapaan ”Peace” dengan mengacungkan dua jari yang bermakna cinta damai; kegiatan makan bersama bermakna kekeluargaan, menyapa terlebih dahulu kepada orang asing dengan ramah sambil tersenyum memiliki makna saling menghargai dan menghormati (respect). Simbol nonverbal-nonvokal yang dimaknai yaitu pakaian Slank dan Slankers yang terkesan cuek dan slengean, hal ini dimaknai Slankers sebagai kesederhanaan dan kejujuran (apa adanya).
93
Simbol-simbol yang dimaknai di dalam peristiwa pengambilan gambar ”Warung Slankers” ini dirangkum sebagai berikut. Sapaan ”Peace” berikut isyarat mengacungkan dua jari kepada orang lain merupakan simbol nonverbal-vokal yang berarti cinta damai (peace) dan kasih sayang (love) kepada sesama. Pakaian Slankers yang slengean dan penolakan Sekjen Slankers terhadap revisi tulisan alamat di amplop surat untuk SFC merupakan simbol nonverbal-nonvokal dan nonverbal-vokal yang bermakna kesederhanaan dan kejujuran. Lebih jauh, simbol ini dimaknai Slankers sebagai tanda bahwa Slankers lebih mementingkan isi dari sesuatu daripada penampilan fisiknya. Tagline ”Warung Slankers, Warungnya Rakyat Indonesia, Peace!” merupakan simbol verbal yang bermakna bahwa Slankers adalah representasi dari kebanyakan rakyat Indonesia, sebab Slankers adalah kelompok penggemar yang memiliki jumlah banyak dan terdiri dari berbagai kalangan di Indonesia. Slankers tidak memilih-milih dan berdiri di semua golongan, dan mereka saling menghormati satu sama lain (respect). Menikmati dan berbagi makanan serta minuman sambil mengobrol dan bercanda bersama merupakan simbol nonverbal-vokal yang dimaknai Slankers sebagai kebersamaan dan persatuan (unity). Simbol lainnya yaitu menyapa dengan ramah kepada orang yang baru ditemui, hal ini merupakan wujud dari menghargai dan menghormati orang lain (respect). Simbol-simbol yang teramati dan dimaknai dalam peristiwa konser ”Ngejinggo Bareng Slank” di Cianjur dirangkum sebagai berikut. Semboyan ”Peace” dan ”PLUR” merupakan simbol verbal dan nonverbal-vokal yang bermakna Slankers cinta damai (peace) dan saling menyayangi (love). Berkumpul bersama sebelum dan setelah
94
konser berlangsung adalah simbol yang mencerminkan ritual khas Slankers, bermakna kebersamaan dan persatuan (unity). Pakaian dan atribut Slank seperti poster, bendera, kaus, celana, dan topi merupakan simbol-simbol nonverbal-nonvokal yang dimaknai Slankers sebagai wujud solidaritas dan kefanatikan sebagai penggemar Slank. Solidaritas dan kefanatikan juga tampak pada saat Slankers ikut menyanyikan setiap lagu yang dibawakan oleh Slank selama konser. Hampir semua Slankers ikut bernyanyi dan bergoyang mengikuti irama lagu selama konser berlangsung. Simbol-simbol yang dimaknai Slankers di dalam ketiga peristiwa simbolik tersebut adalah bentuk nyata dari pemaknaan mereka terhadap semboyan PLUR (Peace, Love, Unity, Respect). Semboyan ”PLUR” dimaknai oleh para Slanker sebagai sebuah simbol yang mencirikan sifat Slankers sejati. Peace berarti cinta damai, Love berarti saling menyayangi sesama dan lebih luas dimaknai sebagai jiwa kekeluargaan, Unity adalah persatuan, persaudaraan dan solidaritas, Respect adalah saling menghormati sesama. Simbol-simbol seperti pakaian, cara menyapa, kata-kata dalam lagu, ritual yang selalu dilakukan dalam acara tertentu, seperti yang sudah diuraikan sebelumnya, menunjukkan identitas Slankers yang cinta damai, sederhana, kekeluargaan, solid, saling menyayangi, jujur, mudah bergaul, dan senantiasa menghargai sesama. Hasil pemaknaan Slankers terhadap simbol-simbol yang telah diuraikan tersebut kemudian diinterpretasikan oleh Slankers menjadi bagian dari keseharian mereka, yang diidentifikasi oleh orang di dalam komunitasnya sebagai sesuatu yang khas dan dapat disebut sebagai identitas Slankers.
95
Lambang-lambang atau simbol signifikan yang ada di dalam budaya musik Slank, melalui proses interaksi sosial kemudian dimaknai oleh para Slankers menjadi sesuatu yang diakui mereka sebagai identitas diri dan komunitasnya. Slank dan anggota komunitas Slankers merupakan significant others berperan penting dalam proses pembentukan identitas ini. Hal ini sejalan dengan pemikiran Mead tentang pembentukan identitas. Mead mencontohkan significant others di dalam masa pencarian jati diri sorang bayi yang baru lahir adalah orang tuanya, sementara kelima subjek menganggap Slank dan Slankers yang lebih senior dari mereka adalah significant others yang turut memberikan mereka referensi terhadap perilaku yang menunjukkan identitas Slankersnya. Sesuai dengan teori Blumer, para subjek melakukan pemaknaan seperti berikut. Pertama adalah bahwa mereka bertindak (act) terhadap sesuatu (thing) atas dasar makna (meaning) yang dipunyai sesuatu tersebut baginya. Tindakannya berupa menunjukkan identitas Slanker atas makna yang dispakati bersama oleh komunitas tersebut. Misalnya, mereka berpenampilan slengean yang dimaknai sebagai simbol hidup sederhana. Kedua, makna yang dipunyai sesuatu tersebut berasal atau muncul dari interaksi sosial antara sesama Slankers. Ketiga adalah bahwa makna diperlukan atau diubah melalui suatu proses penafsiran (interpretative process), yang digunakan subjek dalam menghadapi sesuatu yang dijumpainya. Setelah makna bersama didapatkan dan identitas terkonstruksi, interaksi dan proses pemaknaan tidak berhenti. Slankers terus melakukan pembacaan melalui pikirannya terhadap simbol-simbol yang ada selama interaksi mereka di dalam komunitas tersebut.
96
Interaksi memungkinkan mereka untuk memperkuat identitas masing-masing dan membuat konsensus tentang apa yang sepatutnya dilakukan oleh seorang Slanker dalam menghadapi suatu realitas sosial. Sebagai contoh, Slankers memiliki identitas cinta damai yang disimbolkan oleh sapaan ”Peace” dengan mengacungkan jari tengah dan telunjuk. Identitas tersebut ditunjukkan Slankers setiap kali berkumpul dengan komunitasnya dengan selalu melakukan sapaan demikian. Semakin sering dilakukan, semakin Slankers merasa identitas tersebut melekat di dalam dirinya. Tanpa interaksi yang menghasilkan pemaknaan yang sama diantara para Slankers, identitas Slankers yang cinta damai tidak akan tercipta. Identitas subjek sebagai Slankers yang muncul sebagai hasil pemaknaan interaksi simbolik merupakan identitas sosial. Identitas sosial yang dimiliki oleh seorang Slanker akan selalu dipengaruhi oleh identitas pribadi yang melekat dan pengaruh lingkungan sosial dimana dia mengaitkan diri sebagai bagian dari kelompok, yaitu komunitas Slankers itu sendiri. Ketika para subjek sadar sebagai bagian dari komunitas Slankers, maka mulai dari situlah identitas sosial mereka mulai terbentuk. Apa yang mereka maknai dari sebuah lagu, misalnya, dapat menjadi konsumsi komunal yang menurut Davies Risman terjadi jika seseorang sudah mengklaim dirinya menjadi bagian dari sebuah komunitas penggemar tertentu.
97
Peristiwa Pembuatan Video Clip ”Seperti Para Koruptor” di Potlot
Simbol (Jenis Simbol)
Sapaan PEACE (verbal) Sapaan PEACE dengan jari (nonverbal-vokal) Berbagi makanan dan minuman (nonverbalvokal) Sapaan ”Bro (verbal) Lirik Lagu Seperti Para Koruptor (verbal) Pakaian Slengean (nonverbal-nonvokal) Berkumpul bersama sebelum atau setelah acara (nonverbal-vokal) Menyapa orang asing dengan ramah (verbal)
Makna (P-L-U-R)
Cinta damai, saling meyayangi (Peace) Cinta damai, saling menyayangi (Peace) Kekeluargaan, solidaritas (Love, Unity) Kekeluargaan, saling menyayangi (Love) Hidup sederhana dan anti kemewahan, jujur dan anti korupsi. (Unity, Love) Sederhana, jujur. (Unity) Solidaritas, persatuan. (Unity) Mudah bergaul (supel), menghargai dan menghormati orang. (Respect)
Pengambilan gambar acara ”Warung Slanker” di TVRI Sapaan PEACE (verbal) Sapaan PEACE dengan jari (nonverbal-vokal) Berbagi makanan dan minuman (nonverbalvokal) Tagline ”Warung Slanker, warungnya rakyat Indonesia, Piss” (verbal) Pakaian Slengean (nonverbal-nonvokal) Berkumpul bersama sebelum atau setelah acara (nonverbal-vokal) Menyapa dengan ramah (verbal)
Cinta damai, saling menyayangi (Peace) Cinta damai, saling meyayangi (Peace) Kekeluargaan, solidaritas (Love, Unity) Slanker adalah representasi rakyat Indonesia, Slank berdiri di semua golongan rakyat Indonesia, saling menghargai (Unity) Sederhana, jujur. (Unity) Solidaritas, persatuan. (Unity) Mudah bergaul (supel), menghargai dan menghormati orang. (Respect)
Konser ”Ngejinggo Bareng Slank” di Cianjur Sapaan PEACE (verbal) Sapaan PEACE dengan jari (nonverbal-vokal) Berbagi makanan dan minuman (nonverbalvokal) Pakaian Slengean (nonverbal-nonvokal) Poster, bendera, kaus, celana, dan topi bergambar atau bertuliskan Slank (nonverbalnonvokal) Berkumpul bersama sebelum atau setelah acara (nonverbal-vokal) Lagu-lagu Slank yang dinyanyikan bersama (verbal)
cinta damai, saling meyayangi (Peace) cinta damai, saling meyayangi (Peace) Kekeluargaan, solidaritas (Peace, Love) Sederhana, jujur. (Unity) Bukti kecintaan terhadap Slank (kefanatikan), kebersamaan. (Love, Unity) Solidaritas, persatuan. (Unity) Bukti kefanatikan terhadap Slank, kebersamaan. (Unity)
Gambar 11. Matriks Pemaknaan Slankers Terhadap Simbol-Simbol Budaya Slank dalam Setiap Peristiwa Simbolik
98
BAB VI PERUBAHAN IDENTITAS SLANKERS DAN PENYEBABNYA
6.1 Rohbet: Slanker Kota yang Cinta Keluarga Rahmat Hidayat lahir di Jakarta pada tanggal 8 Oktober 1974. Rahmat lebih senang disapa Rohbet, singkatan dari Rahmat Betawi. Saat ini Rohbet sudah menikah dengan Susi Arawati selama delapan tahun, tetapi belum dikaruniai keturunan. Rohbet saat ini tinggal di daerah Jatiwaringin, Pondok Gede, Jakarta. Kegiatan sehari-harinya yaitu bekerja di supermarket Makro Kelapa Gading sebagai karyawan, setelah sebelumnya ia kerap berganti-ganti pekerjaan. Selain itu, dia selalu menyempatkan untuk mengunjungi Potlot di waktu-waktu sengganggnya. Rohbet mengaku sudah menyukai Slank sejak masih duduk di bangku SMP. Dia menyukai Slank terutama dari lirik-lirik lagunya yang menurutnya sangat bisa menggambarkan kejadian-kejadian yang dialami remaja seusianya saat itu, menurutnya: ”Pertamanya, ya ane pas denger lagu ”Mawar Merah” taun 93-an. Akhirnya saya tertarik sama lagu-lagu Slank. Slank juga membawakannya seperti kejadian-kejadian kota metropolis lah, Jakarta. Tentang anak muda...”
Menurutnya, lagu-lagu Slank merupakan refleksi dari potret anak muda di Jakarta saat itu. Ketika Slank pertama kali populer, kabar yang beredar dan diakui sendiri juga oleh personil Slank adalah bahwa mereka merupakan pecandu narkoba. Ketika itu menurut Rohbet, narkoba adalah bagian yang tidak bisa terpisahkan dari pergaulan di kota metropolitan.
99
Selain karena lagu-lagunya yang dirasakan seolah menjadi musik yang melatari kehidupannya sebagai remaja yang sedang mencari jati diri saat itu, Rohbet menyukai Slank karena sikap ramah dan kekeluargaan para personil Slank kepada pengegemar-penggemarnya atau para Slanker. Dia juga senang karena personil Slank bukanlah pribadi yang sombong, sejak dulu masih baru terkenal sampai saat ini. Namun, karena kesibukan yang semakin banyak, memang terdapat perubahan antara dulu dan sekarang. Dulu di awal popularitasnya dan sebelum para personil Slank berkeluarga, mereka mudah ditemui di Potlot, sekarang jarang terjadi hal demikian. Rohbet mengenang waktu dulu ketika dia masih sering bertemu muka dengan personil Slank, berikut ceritanya: ”Dulu juga Bimbim sering disini, kan rumahnya disini. Kalo ane kemari pagi, Mas Bimbim biasa, pake celana kolor doang, sambil ngerokok Marlboro deh. Emang sih saya suka Slank, ya itu... sifat kekeluargaannya ada. Jadi, emang bener-bener udah... ee.. misalnya udahpun terkenal tapi nggak sombong. Masih ngerangkulSlanker-Slanker yang laen.”
Sebagai seorang Slanker, di masa-masa ketika masih duduk di bangku sekolah, Rohbet selalu menyempatkan diri untuk mengikuti berbagai kegiatan yang digelar oleh Slank. Slank sering mengadakan kegiatan untuk Slankers, biasanya memperingati hari Sumpah Pemuda, Hari Kemerdekaan, dan Hari Ulang Tahun Slank. Seiring berjalannya waktu, terutama setelah lulus sekolah dan mulai dituntut orangtuanya untuk mencari pekerjaan, Rohbet mulai berpikir dua kali untuk menonton konser Slank. Meskipun dia tahu, sebenarnya bisa saja dia tidak membayar untuk menonton
100
konser, tetapi Rohbet merasa ingin selalu membeli tiket dengan cara yag legal untuk menonton acara band kesayangannya itu. Rohbet menceritakan tentang kegiatan Slank di hari Sumpah Pemuda tahun 2007 silam. Acara waktu itu berupa jalan santai para Slanker dari Kalibata sampai Tugu Monumen Nasional (Monas). Meskipun sepertinya melelahkan, Rohbet mengaku tidak merasa lelah sama sekali ketika itu, dia bahkan merasa jiwa nasionalismenya bangkit. Hal itu menurutnya dapat membangkitkan semangat pemuda untuk membawa perubahan yang lebih baik untuk negara Indonesia. Rohbet memang menilai Slank seringkali menyiratkan nilai-nilai nasionalisme di dalam lagu-lagunya, contohnya lagu ”Bendera Setengah Tiang” dan ”Paris Van Java” yang menceritakan tentang keharusan pemuda bangsa untuk menghargai jasa-jasa para pahlawan yang telah berjuang merebut kemerdekaan. Lagu Slank yang paling disukai Rohbet adalah lagu ”Mawar Merah” yang populer di tahun 1993. Lagu tersebut mengingatkan dia pada cerita masa lalunya dengan seseorang yang spesial, seperti yang diungkapkannya berikut ini:
” Yaa banyak kenangannya, kalau inget lagu itu. Pernah dulu berdua sama cewek nonton konser. Pernah sama guru, dia Slanker juga. Wah seru tuh! Ini cerita gw dulu yah. Dia masih gadis, ngajar di Gajah Mada. Dia emang guru tapi hobi juga sama lagu-lagu Slank. Dulu nonton konser di Ancol sampe jam 12 malem. Tapi nggak jadian, abisnya darah biru, keturunan ningrat..”
Selain lagu-lagu bertemakan cinta, Rohbet juga menyukai lagu-lagu Slank yang bertemakan sosial dan kritikan. Ia juga hapal lirik-lirik lagu Slank, termasuk lagu yang baru saja dikeluarkan video klipnya ”Seperti Para Koruptor”. Rohbet memaknai
101
lagu itu sebagai pesan anti korupsi dan gaya hidup sederhana yang dilakukan oleh Slank, yang kemudian diadopsi oleh Slankers. Rohbet sendiri mengakui bahwa para personil Slank merupakan pribadi yang sederhana dan jujur (apa adanya), suatu hal yang sangat dia kagumi, mengingat Slank adalah salah satu band terbesar di Indonesia saat ini. Rohbet mengaku dirinya pernah terjerumus ke dalam dunia narkoba dan minuman keras. Lingkungan sekolah dan rumahnya yang sangat dekat dengan barangbarang seperti itu, membuat Rohbet tidak bisa menahan diri untuk tidak mencoba. Ditambah lagi, ketika itu di Potlot masih sangat bebas, banyak diantara para Slankers yang minum minuman keras dan menggunakan narkoba disana. Akhirnya, dia akhir masa SMA-nya, sekitar tahun 1998, timbul kesadaran di dalam diri Rohbet untuk berhenti mengonsumsi narkoba dan minuman keras. Motivasi utamanya adalah keluarga. Setelah lulus SMA, Rohbet merasa perlu membantu keluarganya dari segi ekonomi. Konsumsi narkoba disadarinya tidak akan membantunya sama sekali, bahkan membuatnya semakin terpuruk. Untuk itu, Rohbet “meninggalkan” narkoba dan mulai mencari pekerjaan. Setelah itu, dia memutuskan untuk menikah, dan pernikahan membuatnya semakin serius memerangi narkoba. Awalnya sulit baginya untuk benar-benar berhenti kecanduan, karena lingkungan yang sangat tidak mendukung. Lingkungan tempatnya tinggal saat itu adalah lingkungan yang ditinggali oleh pemuda-pemuda pemakai narkoba, bahkan pengedar narkoba. Dia sempat dipaksa untuk mengonsumsi narkoba, namun tekadnya sudah bulat dan keluarganya turut mendukung tekadnya tersebut. Untungnya, pada tahun 1998 itu pula
102
Slank mengikrarkan diri untuk mengkampanyekan perang terhadap narkoba. Seperti sebuah kebetulan yang direncanakan, Rohbet merasa sangat bersyukur dengan komitmen baru Slank itu. Kampanye anti-narkoba Slank benar-benar dilaksanakan, terlebih di Potlot. Setidaknya, mulai ada larangan untuk membawa minuman keras dan narkoba ke dalam lingkungan Potlot. Ketegasan manajemen Slank ini ternyata memberikan dampak positif terhadap tekad Rohbet untuk berhenti dari kecanduannya. Ketika dia akhirnya berhasil membersihkan diri dari benda-benda terlarang itu, dia merasa lebih menyukai Slank dengan identitas barunya yang bebas narkoba. Ternyata hal yang kemudian dikagumi Rohbet tentang kampanye anti narkoba ini adalah langkah nyata yang diambil Slank dengan memfasilitasi tempat rehabilitasi untuk Slankers yang ingin melepaskan kecanduannya terhadap narkoba. Langkah nyata ini tidak terlepas dari prakarsa Bunda Iffet yang sangat peduli dan serius terhadap usaha rehabilitasi Slank dan Slankers dari ketergantungan terhadap narkoba. Perbedaan identitas dirinya sebagai Slankers dulu dan sekarang menurut Rohbet adalah: dulu dia adalah seorang Slankers yang merasa bebas dan urakan, menggunakan narkoba dan minum minuman keras dianggapnya hal yang hebat dan tak terelakkan; kini dia menjadi seorang Slanker yang lebih tenang dan tidak mudah tersulut emosinya, dia juga telah bersih dan terbebas dari narkoba persis di tahun dimana Slank mengikrarkan hal yang sama. Ketika remaja dulu, Rohbet selalu memaksakan diri untuk menonton pertunjukan musik atau konser Slank dengan cara apapun; kini dia hanya akan menonton apabila memiliki waktu luang, sebab Rohbet juga memiliki tanggung jawab terhadap pekerjaannya sekarang ini. Jadi dia lebih
103
memikirkan masa depannya, bentuk kecintaannya terhadap Slank tidak lagi ditunjukkan dengan hal-hal seperti datang ke konser, mengoleksi poster, dan lain sebagainya. Kefanatikannya dia buktikan dengan melakukan apa yang disosialisasikan oleh Slank melalui lagu-lagunya, contohnya dalah ajakan anti-korupsi dan hidup sederhana seperti yang tertuang dalam lirik lagu ”Seperti Para Koruptor”. Rohbet sendiri menilai adanya perubahan identitas Slankers dulu dan sekarang ke arah yang lebih baik, seperti yang diungkapkannya berikut ini: ”Kalo dulu slengean banget, karena dulu banyak pemake. Sekarang masih slengean, tapi udah terarah. Banyak pendewasaan, kan suka diomongin juga sama Bunda. Terutama soal narkoba. Slanker sekarang udah banyak yang peka juga sama masalah sosial...”
Rohbet mengaku mengetahui berita-berita mengenai kegiatan sosial Slankers di seluruh Indonesia dari Koran Slank, sebuah media cetak terbitan Pulau Biru Production yang selalu dibacanya semenjak terbit pertama kali di tahun 2001. Pemberitaan di Koran Slank sangat banyak membantu Rohbet untuk merasa lebih dekat dengan Slank dan sesama Slankers. Intinya di dalam media tersebut, Slank mengajak Slankers untuk nggak gampang terprovokasi dan berani beda untuk hal yang positif.
6.2 Agil: Slankers Daerah yang Hijrah ke Kota Agil, seorang Slankers asal Tasikmalaya yang enggan memberitahu nama lengkapnya ini lahir pada tahun 1986. Ia merupakan lulusan sebuah pesantren di daerah Tasikmalaya, Jawa Barat dan kini mengadu nasib di Jakarta. Ia mulai menyukai Slank sekitar tahun 1990-an akhir ketika masih duduk di bangku Sekolah
104
Dasar (SD). Dia mengaku baru merasa menyukai Slank dengan lebih fanatik sekitar tahun 2000-an ketika dia baru masuk pondokan (pesantren), kemudian bergabung secara resmi di SFC Pusat di tahun 2004. Meskipun baru terdaftar di SFC Pusat selama empat tahun, tetapi Agil sangat memuja Slank. Dia menyukai Slank karena lagu-lagu dan gaya para personil Slank sehari-hari, berikut ini pernyataannya: ” Kenapa yah? Ya suka aja gitu. Lagu-lagunya enak, gayanya asik. Apa adanya gitu, kaya saya. Hehehe... slengean. Wah asik banget diliatnya Slank tuh...”
Agil menyukai lagu-lagu Slank karena menurutnya lagu-lagu tersebut bisa menggambarkan kehidupannya, mulai dari kisah percintaan sampai masalah seharihari yang di hadapinya. Lagu favoritnya adalah ”Bidadari Penyelamat”. Ketika ditanya kenapa dan apa makna lagu tersebut untuknya, Agil hanya menjawab bahwa lagu tersebut sangat dia sukai karena direkam tidak menggunakan instrumen sama sekali, melainkan hanya suara Kaka saja. Bagi Agil, makna dari lagu-lagu Slank sudah cukup jelas ditangkap dari liriknya. Menurutnya, apa yang diucapkan Kaka dalam lagu Slank, itulah maksud yang sebenarnya. Seperti lagu ”Bidadari Penyelamat” yang berarti orang-orang yang menyelamatkan seseorang dari keterpurukan. Ketika masih di pondokan, Agil mengaku sangat fanatik terhadap Slank. Ia mengoleksi hampir seluruh album Slank dan juga poster-poster yang dia dapatkan dari media-media cetak, dan selalu mendatangi setiap acara yang digelar oleh Slank di Tasikmalaya. Namun kini, ketika dia sudah pindah ke Jakarta, diakuinya bahwa hal itu sudah tidak dilakukan lagi. Di Potlot ia memiliki banyak kesempatan untuk
105
berinteraksi langsung dengan Slank, sehingga untuk melepaskan rindu kepada band idolanya itu, dia bisa langsung bertemu. Lain halnya ketika dulu dia masih tinggal di Tasikmalaya, kerinduan terhadap idolanya dipuaskan dengan memandangi gambargambar di media cetak. Kefanatikan Agil dan teman-temannya Slankers di Tasikmalaya dapat dilihat dari cerita Agil mengenai pengalamannya ketika nekat kabur dari pondokan demi menonton konser Slank beberapa tahun yang lalu. ”Ya. Waktu di pondokan, di kelas ada 30 orang. Yang 20 massa Slanker, 10 OI, sisanya netral. Pernah suatu hari ada kabar, katanya ada konser di kota, ngga taunya dikerjain, dibohongin. Terus ketauan sama pengurus pondokan, diancam \mo dibotakin kalo ketauan lagi. Eh pas bulan depannya emang ada konser beneran, anak-anak yang lain pada udah dikirim duit sama orang tuanya, saya belum. Wah, mikir nih gimana. Tapi pengen banget nonton. Dalam hati, Ah, nekat aja ah. Nggak takut juga dibotakin, bodo amat ah! Udah gitu uang cuma tinggal 500 perak, belum dikirim kan. Berangkat deh naik truk sendiri pake kolor pake lekbong. Nyampe tempatnya magrib, jalan kaki kesananya. Eh akhirnya ketemu sama ana-anak, yang emang udah janjian disana. Uang udah tinggal 300 perak, udah dibeliin rokok 200. ya udah, akhirnya ngedeketin panitianya, pengen nonton gratis. Untungnya baek, katanya tunggu aja setengah jam lagi ntar juga dibuka. Terus, baru juga dua lagu, ”udah gatel ya?” kata bapaknya, ”Iya pak”. Eh langsung disruh masuk. Ya udah, nonton paling depan, pulang jam 2 malem. Tapi untungnya nggak ketauan, soalnya udah komitmen kalau ada yang ketauan nggak boleh saling ngebocorin. Ya udah, akhirnya 2 orang dihukum. Yang lain bebas. Hehehe.. ” (ia terkekeh)
Agil mengaku kini dia telah berubah, tidak lagi melakukan sesuatu yang bisa merugikan dirinya. Dia mulai berpikir terlebih dahulu ketika ingin datang ke konser Slank, dia tidak ingin kecintaannya terhadap Slank membuatnya malas belajar dan bekerja. Mengenai solidaritas Slankers, baginya tidak berbeda antara dulu dan sekarang. Slankers tetap senantiasa berbagi dengan teman-temanya di dalam suasana apapun, terutama ketika berlangsung konser Slank.
106
Selain nilai solidaritas yang dimiliki oleh Slankers, menurut Agil Slank juga selalu mengajak Slankers untuk mengagumi mereka bukan hanya dengan mendengar lagu dan mendatangi konser saja. Agil merasa selalu diingatkan oleh Slank untuk melakukan hal-hal positif untuk menunjang masa depannya, seperti sekolah dan bekerja. ” Iya. Kalo sekarang sih saya nge fans tapi juga udah mulai menatap masa depan. Nggak cuma ngedenger lagu dan ngejar-ngejar Slank doang. Harus sekolah. Kan lagunya ada nih yang Tut Wuri Handayani ’Anak muda harus sekolah, ga boleh menganggur, untuk bekal masa depan bia ga jadi preman’” (Agil menyenandungkan lagu ini)
Ditanyai pendapatnya mengenai identitas Slank seperti apa di dalam pandangannya, dengan semangat dia menyebutkan hal-hal yang dia kagumi dan dijadikan semangat dalam dirinya. Dalam pandangan Agil, Slank merupakan kelompok yang mengutamakan kekompakan, selalu melakukan hal-hal kreatif yang belum pernah dilakukan orang lain, punya impian dan senantiasa bekerja keras untuk meraih mimpi tersebut. Agil mengakui bahwa dirinya suka mencontoh apa yang dilakukan oleh para personil Slank, tetapi tidak mencontoh sepenuhnya. Ia mencontoh apa yang dilakukan Slank mulai dari pakaian sampai ikut mengkampanyekan hal yang juga sedang dikampanyekan oleh Slank. Personil Slank yang paling dianggapnya sama dengan dirinya dalam hal pakaian adalah Bimbim, menurutnya: ”Saya sih senengnya kaya Mas Bimbim, kalo pake levis pake levis aja, nggak bolong-bolong, kaya Mas Kaka.”
Contoh lain yang dilakukannya adalah ketika Slank memutuskan untuk mengobati diri dari kecanduannya terhadap narkoba. Agil mengaku, ketika masih bersekolah, dia memang menyukai minuman keras dan narkoba jenis ganja. Kini, dia
107
sudah tidak pernah mengkonsumsi barang-barang tersebut sama sekali. Menurutnya, hal itulah yang kerap menyebabkan kerusuhan di konser-konser Slank. Meskipun waktunya
tidak
berbarengan
dengan
Slank,
tetapi keputusan
Agil untuk
memberhentikan kebiasaan buruknya itu terinspirasi dari Slank. Situasi Potlot saat ini yang memang mendukung untuk tidak ”memakai” diakuinya semakin memantapkan diri untuk berhenti ”memakai”. Setelah tahun 1998, setidaknya selama di Potlot para Slankers tidak ada yang berani menyentuh narkoba dan minuman keras.
” Ya, bisa dibilang begitu. Emang udah ada niatan untuk berenti sih dulu, tapi pas Slank kampanye anti narkoba, niat tuh jadi semakin kuat lagi. Ditambah kan lingkungan terdekat kita, anak-anak Slanker juga pada malu gitu kalo mo make. Apalagi kalo lagi nongkrong di Potlot. Lagian juga kan, Slank punya program untuk ngerehab Slanker yang kecanduan dan pengen berenti make.”
Kontrol yang dilakukan di lingkungan Potlot mengenai kebiasaan buruk Slankers di masa lalu ini, ternyata melalui pendekatan kekeluargaan. Bagi Agil, seseorang yang dinilai memiliki andil yang paling besar untuk melakukan kontrol ini adalah Bunda Ifet, selaku manajemen dan orang tua Slank. Berikut cerita Agil mengenai peranan Bunda Ifet ”membersihkan” Potlot dan hal-hal negatif yang dulu sering terjadi. ”Nggak ada (yang memakai narkoba) sih kalo disini (Potlot) mah. Nggak ada yang berani. Suka ditegur Bunda kalo ketauan. Terus kan disini ada keamanannya juga. Biasanya mereka nurut dan nggak ada yang make. Paling ketauan minum, terus dinasehatin sama Bunda. Besok-besoknya mereka nggak berani lagi. Setaun belakangan ini sih, kalo ngamatin secara pribadi, nggak ada. Kalo ketauan pasti kena tegur..”
Agil juga kini mulai melakukan apa yang disosialisasikan Slank melalui lagulagu dan kegiatan sosialnya, salah satunya adalah aksi cinta bumi. Meskipun sulit
108
dilakukan, tetapi ia mulai mencoba untuk selalu membuang sampah pada tempatnya, dimulai dari tidak membuang sampah sembarangan di markas Potlot. Awalnya memang sangat sulit, tetapi lama kelamaan Agil semakin terbiasa untuk selalu membuang sampah pada tempatnya, meskipun tidak sedang berada di Potlot. Sebagai seorang Slankers yang pernah mengalami tinggal di daerah dan di Jakarta, Agil memberikan kesimpulan bahwa Slankers daerah memang terlihat lebih fanatik jika dibandingkan dengan Slankers yang tinggal di Jakarta dan sekitarnya. Hal ini dapat terlihat dari besarnya pengorbanan Slankers daerah untuk menyaksikan berbagai acara Slank, terutama konser. Agil juga menambahkan bahwa Slankers yang tinggal di daerah rela kelaparan dan menumpang kendaraan orang demi bertemu dengan idolanya tersebut.
6.3 Andre: Sekjen Slankers Pembawa Misi Mulia Andre Andriyanto adalah seorang Slankers yang kini menjabat sebagai Sekjen Slankers di Pulau Biru Production. Andre kini berusia 31 tahun, sudah menikah dan dikaruniai dua orang anak. Andre bertempat tinggal daerah Bekasi Barat bersama istri dan anak-anaknya. Kegiatan sehari-hari Andre adalah mengurusi Slank Fans Club (SFC) di seluruh Indonesia dan berkantor di Potlot, satu tempat dengan manajemen Slank. Andre mulai resmi menjadi pengurus SFC pada tahun 2003. Ketika itu dia menawarkan sebuah konsep kepada Bunda Ifet, dan konsepnya itu diterima dengan
109
perubahan beberapa kali. Konsepnya itu dituangkan ke dalam sebuah Kode Etik SFC7. Awalnya Andre adalah seorang Slankers yang sering nongkrong di Potlot, kemudian seiring dengan berjalannya waktu, dia semakin akrab dengan manajemen Slank dan personil Slank sehingga dengan kemampuan yang dimilikinya di bangku kuliah dulu, dia diangkat menjadi pengurus SFC dengan posisi Sekjen Slankers. Andre mulai menyukai Slank ketika masih bersekolah di jenjang SMP tahun 1993, pada saat Slank mengeluarkan album perdananya. Ia merasa Slank adalah sebuah band yang memiliki warna berbeda dari band-band umumnya pada saat itu. Andre juga memiliki keyakinan bahwa Slank akan menjadi sebuah band yang besar nantinya, berikut pernyataannya: ”Tahun 1993. waktu itu masih SMP. Dari album pertama Slank juga sebenarnya gue udah feeling kalau Slank akan besar kedepannya... karena pada tahun itu Slank sebagai band yg mengeluarkan warna musik yang berbeda dengan band sebelumnya.”
Alasan Andre menyukai Slank diakui karena musik Slank adalah musik dengan gaya Slank yang slengean dan kata-kata dalam liriknya apa adanya, sesuai dengan keadaan yang terjadi di masyarakat. Menurut Andre, di dalam album Slank selalu terdapat pesan moral yang menurutnya merupakan kekuatan Slank. Pesan-pesan yang ada di dalam lagu-lagu Slank itu juga mudah dicerna oleh Slanker. Andre merasa ketika dia berada dalam usia remaja, masyarakat di lingkungan tempatnya tumbuh dipenuhi dengan kebebasan yang dibatasi. Dirinya yang ketika itu sedang dalam proses pencarian jati diri merasa pertanyaan-pertanyaan yang terlintas 7
Kode Etik SFC terdapat di Lampiran 2.
110
mengenai
kehidupannya
terjawab
dengan
lirik-lirik
lagu
Slank,
misalnya
pandangannya tentang cinta seorang perempuan. Ada sebuah lagu Slank yang dianggap Andre sangat menginspirasinya dan membuka pandangannya mengenai cinta dan kehidupan, yaitu lagu ”Korban Tradisi”. Lagu ini dimaknai Andre sebagai simbol sebuah cinta yang semestinya tidak hanya dilihat dari tampilan fisik saja. Menurutnya, mencintai seseorang bukan hanya mementingkan fisik saja, yang dalam tradisi bangsa Indonesia diukur dari keperawanan seorang wanita. Lagu ini membuat pandangan Andre terbuka, bukan hanya terhadap cinta dan pandangannya terhadap perempuan, tetapi juga untuk kehidupan sehari-harinya. Andre tidak memandang sesuatu hanya dari tampilan fisik atau luarnya saja, melainkan esensi dari sesuatu itu. Sebagai realisasinya adalah dalam hal memilih pakaian. Andre memilih untuk bergaya slengean, bukan berarti dia selalu santai dalam segala hal, tetapi ketika bekerja dia melakukannya dengan serius dan usaha keras. Begitupun Andre menilai seseorang, dia tidak akan menilai seseorang hanya karena penampilannya saja sebelum dia mengenal seseorang itu lebih dekat. Melalui lagu-lagu Slank juga Andre mengaku termotovasi untuk semangat dalam meraih keinginanya. Sebuah lagu yang sangat menginspirasinya berjudul ”Rebut”8. Lagu ini dianggap Andre dapat membangkitkan semangat untuk bisa meraih apa yang diinginkan dengan berusaha merebut keinginan itu. Kalimat yang paling membangkitkan semangatnya dalam lagu tersebut berbunyi ”Mana ada perlawanan tanpa keringat, mana bisa kemenangan tanpa semangat. Rebut... Jangan diam saja!” 8
Teks lagu “Rebut” terdapat di Lampiran 3.
111
Kecintaannya terhadap Slank, terutama lagu-lagunya memang banyak meyakinkan Andre terhadap pandangan-pandangan hidupnya. Pada dasarnya, dia memang merasa kalau pandangan hidup dan nilai-nilai yang disampaikan oleh Slank kepada Slankers melalui lagu dan gaya hidupnya itu memang sama seperti dirinya. Hal inilah yang memperkuat kecintaannya terhadap Slank dan membuatnya semakin bersemangat menjadi perantara Slank dan Slankers dalam mensosialisasikan pesanpesan moral melalui SFC. Sebagai seorang Slankers dan pengurus SFC, Andre dengan fasih dapat menjelaskan nilai-nilai yang mencirikan Slank, dan tentu ingin ditularkan kepada Slankers. Nilai-nilai itu antara lain adalah solidaritas dan kebersamaan. Berikut pernyataan Andre tentang nilai solidaritas dan kebersamaan: ”Nilai kebersamaan yang selalu dijunjung tinggi, mereka tidak melihat latar belakang, status sosial, dan apapun. Dan Slank juga selalu mensosialisasikan kepada Slankers untuk mempunyai jiwa solidaritas yg tinggi. Sebagai sekjen, itu yang harus gue jaga. Karena solidaritas jika dibawa kearah yang positif akan mempunyai dampak yang positif, tapi sebaliknya jika dibawa dengan negatif itu akan jadi bumerang”
Perihal gaya berpakaian Slankers yang beratribut Slank, menurut Andre seorang Slankers yang banyak memiliki atribut Slank tidak selalu dapat disebut sebagai Slankers sejati. Andre mendefinisikan Slankers sejati sebagai berikut: ”Menurut gue slankers sejati adalah slankers yg bisa memaknai pesan yang disampaikan oleh slank dan bisa menularkan pesan tersebut ke lingkungan sekitar, yaitu 13 ajaran tidak sempurnanya Slank”
Andre menyimpulkan tiga kategori Slankers versi dirinya di dalam pernyataan berikut ini:
112
” Nah begini. Slankers itu ada 3 kategori. Pertama, Slankers yang dia cuma suka dengan Slank bisa (ditunjukkan) melalui atribut yang melulu slank. Kedua, slankers yg cuma ikut-ikutan, tapi dia apal seluruh lagu slank, tapi dia nggak bisa memaknai arti dan lirik lagu Slank. Ketiga, dialah Slankers sejati, dia bukan hanya apal lagu Slank tapi dia juga mengerti dan mengimplementasikan seluruh pesan nya slank. Gaya dia slengean tapi bukan dia beratribut Slank (saja), yang penting jiwa dia Slank abis.”
Andre menggolongkan dirinya ke dalam kategori Slankers yang ketiga, sebab dia tidak hanya menghafal semua lagu Slank, melainkan mengerti dan mencoba mengimplementasikan pesan-pesan yang disampaikan oleh Slank melalui lagu-lagu tersebut. Menurutnya, banyak pandangan dirinya yang kemudian diperkuat dengan pesan yang disampaikan oleh Slank. Selain pandangan, Slank juga membantunya mendapatkan informasi mengenai berbagai permasalahan yang sedang terjadi, contohnya masalah politik yang baru saja marak dibicarakan. Permasalahan itu adalah para pejabat yang korupsi, dan dituangkan sebagai sebuah sindiran oleh Slank melalui lagu ”Gossip Jalanan”. Mengenai pribadi para personil Slank, menurut Andre Slank adalah artis yang sederhana dan tidak merasa dirinya bintang besar. Baginya, Slank adalah idola yang sangat peduli dengan para penggemarnya, termasuk masalah-masalah penggemarnya. ”Dia sebagai artis, gua ngeliat dia tuh saat merasa di lingkungan penggemarnya, nggak ngerasa seperti artis. Terutama di cabang-cabang fans club, nggak maudianggap sebagai artis. Dia malah nggak mau dibedain sama fansnya, malah nggak nyaman kalo dibedain. Itulah kehebatan dia. Dia sangat care sama penggemarnya. Apapun masalah Slanker pasti diakomodir sama dia. Kaya kita itu punya dana infak, khusus buat Slankers. Jadi kalo Slankers ada yang punya masalah untuk berobat atau ada masalah keuangan. Jadi Slank kalo manggung itu pasti biayanya ada yang dipotong untuk infak...”
113
Andre akhirnya menyimpulkan identitas Slank sebagai sebuah band yang personilnya selalu tampil sederhana dan apa adanya. Gaya berpakaian menjadi ciri utama yang terlihat dari personil Slankers bagi orang yang belum mengenal karakter para personil Slank tersebut. Identitas seperti itu juga diakui Andre sama dengan dirinya, dimana ia kerap memilih cara berpakaian sederhana di dalam kehidupan sehari-harinya. Berikut pernyataanya mengenai identitas Slankers yang terlihat dari gaya berpakaiannya: ” Slank tampil apa adanya. Acara formal, kawinan, ya apa adanya. Dengan kaos oblong, celana belel, ya apa adanya. Waktu itu pernah mau ngadep Presiden Megawati, pakenya cuma jas aja, pake jeans. Jeans nya nggak belel sih waktu ke istana, cuma agak gelap situ warnanya, karena permintan istana kan situ yah. Kalo kesehariannya sih, beda banget sama artis-artis lain. Jadi nggak ada perbedaan (cara berpakaian) antara dia sama gua sih.”
Menurut Andre, banyak Slankers yang menyalahartikan tampilan Slank yang apa-adanya ini. Banyak Slankers yang masih remaja atau ABG menganggap dengan berpakaian demikian, berarti mereka bebas dan urakan, minum minuman keras dan bertawuran dengan kelompok lain diluar atau sesama Slankers. Sebagai seorang Slankers, Andre memiliki definisi sendiri mengenai identitasnya, seperti dikutip berikut ini: ” Orang hidup pasti pengen menciptakan sesuatu. Gua paling nggak suka jadi orang yang tampil di depan. Gua pengen orang mengenal gua sebagai Andre, sebagai orang yang di belakang layar.Tapi bisa menciptakan orang yang berguna untuk masyarakat. Gua nggak pengen banget cari muka, cari nama, gua paling nggak suka begitu.”
Definisi Andre mengenai identitas dirinya yang selalu ingin menciptakan sesuatu adalah salah satu dari isi Ajaran Slankissme, yaitu ”kita harus kreatif”.
114
Sebagai Sekjen Slankers, Andre ingin menularkan nilai-nilai positif yang dimilikinya kepada orang lain, terutama para Slankers. Andre beruntung karena dirinya tidak pernah menyandu narkoba, baik dulu maupun sekarang. Dia tidak merasakan ada perubahan yang sangat signifikan semenjak menjadi Slankers sampai saat ini. Namun, dia melihat banyak perubahan terjadi pada diri para Slankers mengenai kebiasaan mengonsumsi narkoba. Ia menyaksikan bahwa di tahun 1999, ketika Slank mulai mengampanyekan anti narkoba, banyak Slankers yang juga ikut berperang melawan narkoba. Hal ini didukung oleh aksi sosial Slank dan manajemen yang membuka ”Padepokan Slankers Recovery” secara resmi di tahun 2004. Tempat ini merupakan sebuah tempat rehabilitasi bagi Slankers yang ingin lepas dari ketergantungannya terhadap narkoba yang bekerjasama dengan RS Lebak Bulus. Semenjak itu, di Potlot tidak ada lagi Slankers yang berani mengonsumsi narkoba.
6.4 Gapher: Penggagas SFC Puncak Asep, yang lebih suka dipanggil Gapher adalah seorang Slankers yang berusia 29 tahun. Ia telah menikah dan memiliki satu orang anak yang tinggal bersamanya di Cisarua Bogor. Gapher menjadi pengurus SFC Puncak dan menjabat sebagai ketua secara resmi sejak tahun 2004. Kegiatan sehari-hari Gapher saat ini adalah mengurusi SFC Puncak, dan Warung Slankers Puncak. Asep mulai menjadi Slankers pada saat masih duduk di bangku SMP, yaitu pada tahun 1993. Pada mulanya, Gapher merasa bahwa dirinya adalah orang yang slengean, dalam gaya berpakaian maupun dalam kesehariannya, seperti pernyataannya berikut:
115
”Dulu sih gue sama anak-anak sini sering ngumpul. Kita ngakuinnya nama kita bosle, bocah slengean...”
Motivasi utama Gapher menjadi Slankers saat itu ialah untuk menyalurkan kreatifitas di bidang musik. Dia sempat memiliki sebuah band juga bersama temanteman satu lingkungan tempatnya tinggal. Gapher dan teman-temannya di dalam perkumpulan Bosle setiap hari bersama-sama mendengarkan lagu-lagu Slank, dan kerap kali menghadiri konser Slank. Salah satu konser yang sangat berkesan baginya adalah konser Slank di sebuah universitas swasta di Bogor, seperti ceritanya berikut: ” Gue paling inget waktu Slank konser di (universitas) Pakuan, karena disitu Slank maen dan panggungnya itu dibuat deket banget sama penonton jadi Slankers bisa lebih deket sama Slank. Waktu itu konsernya gak rusuh, konsenya mulai jam 3 sampai jam 6 sore...”
Gapher mulai menyukai Slank semenjak Slank mengeluarkan album pertama di tahun 1990-an. Gapher merasa dirinya memiliki kesamaan dengan Slank, yaitu sama-sama bergaya slengean. Pada saat remaja, Gapher mulai terpengaruh dengan gaya hidup Slank yang mengkonsumsi narkoba dan minuman keras. Sebagai remaja yang sedang berusaha menemukan jati dirinya, Gapher merasa dirinya tersesat. Terlebih lagi dia mengidolakan tokoh yang hidupnya sangat dekat dengan narkoba, yaitu Slank yang pada saat dia remaja masih menjadi pecandu narkoba, berikut pernyataannya: “Ya, biasalah... mulai-mulai kenal minuman sama cimeng sih awalnya... namanya juga masih remaja, semua kepingin dicoba.”
Gapher mengakui kalau ia mengonsumsi narkoba memang karena meniru apa yang dilakukan band idolanya, Slank. Pada saat itu dia merasa kalau mengkonsumsi
116
narkoba dan minuman adalah hal yang wajar dilakukan dan keren. Dia sering melihat dan mendengar cerita-cerita tentang Slank yang menjadi pecandu narkoba dan minuman keras, seperti pernyataannya berikut ini: “Waktu Slank masih sering nyimeng, dan laen-laen gituh, atau mabok... gue juga masih sering sih, sama anak-anak Slankers yang laen juga tiap malem kerjaannya mabok, nyimeng... tapi itu mah dulu, sekarang udah nggak lagi. Itu juga karena Slank udah nggak make lagi”
Ketika ditanya bagaimana akhirnya dia lepas dari kebiasaan menggunakan narkoba dan kebiasaan minum-minum, Gapher menjawab seperti berikut: “Biasanya sih, gue atau anak-anak Slankers yang laen kalo kepergok mabok ato nyimeng, suka disindir pake lagu... ‘kemane aje loe, hari gini masih gitu...’ , jadi malu deh... gitu sih awalnya. Terus juga kan waktu tahun 1998-1999 memang Slank lagi mulai direhab..”
Jadi, di dalam komunitas Slank sendiri, ada sebuah kontrol sosial yang tidak formal, yaitu menyindir dengan lagu-lagu Slank kepada Slankers yang menggunakan narkoba. Gapher mengaku, lagu-lagu itu memiliki efek yang sangat besar terhadap para Slankers. Maksudnya adalah, para Slankers merasa Slank berbicara kepada mereka melalui lagu-lagunya. Gapher menceritakan bahwa SFC Bogor, yang kini disebut SFC Puncak setelah diresmikan tahun 2003, merupakan SFC yang pertama kali dibentuk di Indonesia yaitu pada tahun 1998. Penggagasnya dalah Capung yang kini sudah tidak lagi jadi pengurus dan tidak diketahui keberadaannya. Pada tahun 1999 Slank masuk rehab dan mulai mensosialisasikan kepada para Slankers baik secara langsung maupun secara tidak langsung tentang seruan anti
117
narkoba. Inilah titik dimana identitas slenkers berubah dan Gapher salah satu yang merasakan peubahan itu. Ia mengaku bahwa: ” memang sih gue udah mau berheni make dan minum sebelum Slank mutusin untuk kaya gitu juga tapi susah banget soalnya anak-anak kalo ngumpul pasti kaya gitu dan gue jadi ikut-ikutan. Tapi waktu Slank berenti make, gue jadi makin yakin buat berenti dan lingkungan gue juga mendukung, alhamdulillah sekarang gue udah gak make lagi.”
Sosialisasi besar-besaran Slank tentang kampanye anti narkoba diketahui Gapher dan para Slankers Bogor melalui Koran Slank yang terbit mulai tahun 2000. Koran Slank memuat berita-berita tentang Slank yang terbaru, serta informasiinformasi seputar peristiwa yang terjadi di Indonesia. Koran Slank menjadi media yang wajib dibaca oleh para Slankers. Meskipun ada Slankers yang tidak mampu membeli, ia tetap bisa membaca Koran Slank di kantor SFC Puncak atau Warung Slanker Puncak yang dikelola oleh Gapher dan Bodonk. Walaupun tinggal di Bogor yang cukup jauh dari Potlot, Gapher mengaku sering berinteraksi langsung dengan Slank. Ia paling sering bertemu dengan Bimbim. Kegiatan Slank yang sangat dikagumi oleh Gapher adalah ”Ngejinggo Bareng Slank”, dalam acara tersebut Slank turun ke masyarakat. Slankers dilibatkan dalam acara tersebut dengan menjadi panitia. Gapher dilibatkan dalam kegiatan tersebut, dan menurutnya hal itu membuat dirinya mengerti tentang kepanitiaan dan menjadikan bahan pembelajaran untuknya dalam membuat sebuah acara dalam kesempatankesempatan lain, seperti acara Peringatan 17 Agustus di RT/RW tempatnya tinggal. Ilmu yang dia dapat dari menjadi panitia di acara-acara Slank diakui Gapher sangat
118
bermanfaat. Manfaat yang didapat bukan hanya dirasakannya, tetapi dinilainya bermanfaat juga untuk Slanker yang lain. Sebagai contoh, seorang Slanker yang pernah menjadi MC (pembawa acara) di acara Slank, kemudian menjadi sering mendapatkan pekerjaan untuk menjadi pembawa acara di acara pernikahan dan khitanan di daerahnya. Bagi Gapher, kenyataan ini membuktikan bahwa Slank telah membuka peluang untuk seseorang mendapatkan pekerjaan. Menanggapi Slankers yang dianggap kerap membuat kerusuhan di saat konser, Gapher tidak setuju. Hal ini dinyatakan Gapher dalam pernyataan berikut: ”Itu sih bukan anak-anak Slankers, anak-anak Slankers nggak suka sama rusuh, kita sih cinta damai. Mereka tuh cuma anak-anak yang gampang diprovokasi aja. Palingan copet-copet atau preman yang nggak ada kerjaan...”
Gapher berkata dengan sangat meyakinkan bahwa di dalam komunitas Slankers, setiap orang selalu saling mengingatkan untuk tidak melakukan hal-hal negatif seperti melakukan kekerasan dan merusak fasilitas umum. Sebagai ketua cabang dan seorang Slankers, Gapher merasa ingin membuat masyarakat umum menilai Slankers tidak hanya dari sudut pandang negatif. Dia ingin membuktikan bahwa Slankers telah berubah, tidak lagi pecandu narkoba dan alkohol, tetapi sekumpulan anak muda yang cinta damai, kreatif dan peka terhadap keadaan sekitar.
6.5 Hilda: Mahasiswi ”Slanky” Hilda yang bernama lengkap Hilda Putri Setiawan lahir di Jakarta dua puluh satu tahun yang lalu. Kini ia tinggal di daerah Ciracas, Jakarta Timur beserta kedua orang tua dan seorang kakak laki-lakinya. Kegiatan sehari-hari Hilda antara lain
119
berkuliah dan menjadi pengurus organisasi kepemudaan di daerah tempatnya tinggal. Hilda mulai menyukai Slank sejak masih duduk di bangsu SMP sekitar tahun 2000-an, dan bergabung di SFC secara resmi pada tahun 2004. Alasan utamanya menyukai Slank adalah karena menurutnya Slank memiliki musik yang kreatif dan berbeda dari band-band lain. Baginya, lagu-lagu Slank memiliki lirik yang apa adanya dan jujur, seperti dinyatakan berikut ini: ” Menurut saya Slank itu musiknya kreatif, lain dari pada yang lain. Kalo band-band lain suka bikin lagu yang puitis, dan agak susah dimengerti. Slank tuh ceplas-ceplos, apa adanya. Jujur jadinya. Itulah kenapa gw sukaSlank...”
Latar belakang dia tergabung di SFC dan memiliki KTA adalah karena temantemannya yang juga penggemar Slank sudah memiliki KTA. Tadinya dia hanya ingin menjadi penggemar Slank biasa, namun ketika teman-temannya tergabung di dalam SFC lalu menceritakan padanya mengenai keuntungan memiliki KTA, Hilda menjadi ingin terdaftar juga. Ia tidak merasa menyesal mengikuti saran teman-temannya, karena dia merasakan dengan memiliki KTA maka jalan untuk bertemu Slank melalui berbagai kegiatan dipermudah. Sebagai seorang Slanky (sebutan untuk Slankers perempuan), Hilda tidak merasakan adanya perbedaan perlakuan antara Slanky dan Slankers laki-laki. Selain nama yang dibedakan, tidak ada lagi perlakuan yang dibedakan antara Slankers perempuan dan laki-laki, dari segi fasilitas yang didapatkan sampai perlakuan di setiap acara yang diselenggarakan oleh Slank. Adapun perbedaan perlakuan hanyalah dalam hal-hal seperti mendahulukan perempuan untuk menggunakan fasilitas di Potlot, seperti yang dinyatakan oleh Hilda berikut ini:
120
” Kalau saya sih ngerasanya malah, sebagai perempuan yang Slanker, suka diduluin apa-apa. Kaya misalnya kalo ngantri toilet,di depannya cowok semua. Nah, saya biasanya disuruh masuk duluan...”
Hilda merasa memiliki persamaan pandangan dan gaya hidup dengan para personil Slank. Itu menjadi salah satu alasan juga mengapa Hilda menjadi seorang Slankers. Menurut Hilda, pandangan Slank yang sangat sesuai dengan dirinya adalah cinta damai yang disimbolkan pada semboyan ”Peace”, kebebasan yang bertanggung jawab dan berani untuk berbeda. Hal tersebut diungkapkan Hilda dalam pernyataan: ”(kesamaan) Pandangan tentunya iya. Makanya gw gabung jadi Slanker, karena gue suka pandangan mereka, cocok sama gw. Gaya hidupnya juga. Dari mulai pakaian yang santai, sederhana. Gue suka, dan itu emang sama kaya gw. Nih, lu liat sendiri aja kan? (menunjukkan pakaiannya)... Slank itu cinta damai. Piss! (Hilda mengacungkan dua jari ciri khas Slank), Kebebasan yang bertanggung jawab. Terus juga Slank itu berani beda. Slank merakyat, mencintai alam...”
Hilda mengungkapkan juga yang disebut sebagai 13 Ajaran Slankisme merupakan ciri yang harus dimiliki oleh seorang Slankers sejati. Dia tidak menghafal ini ketiga belas ajaran itu, namun dia memaknainya sebagai penjabaran dari semboyan PLUR (Peace, Love, Unity, Respect). Slankers sejati baginya juga berarti tidak hanya dilihat dari penampilan yang beratribut Slank saja, tetapi sebisa mungkin datang setiap Slank membuat suatu acara, tidak hanya menghafal lagu tetapi juga mengerti maknanya. Hilda menganggap dirinya belum mendalami seluruh pesan-pesan yang disampaikan Slank melalui lagu-lagunya. Baginya, saat ini ia menyukai lagu-lagu Slank yang bertema cinta dan cerita sehari-hari yang ringan.
121
Bicara soal lagu, Hilda paling menyukai lagu Slank berjudul ”Ku Tak Bisa”. Ia memaknai lagu itu sebagai lagu tentang cinta yang menceritakan dua orang yang saling menyayangi namun harus terpisahkan. Berikut kutipan pernyataannya.
” Gw suka semua lagu Slank, tapi kalo yang gue banget, hmm... apa ya? ’Ku Tak Bisa’ mungkin. Itu lagu cinta, tapi gw suka banget. Dan gw artiin bukan sama bokin gw, tapi untuk sahabat gw yang meninggal nggak lama sebelum lagu itu keluar.”
Hilda menilai Slank bisa mencipakan lagu yang diartikan tidak hanya dari satu sudut pandang saja. Sebagai contoh, adalah lagu ”Ku Tak Bisa” yang diciptakan Bimbim sebagai lagu cinta antara dua orang yang terlibat dalam hubungan percintaan, tetapi Hilda memaknai lagu itu bisa didedikasikan untuk sahabatnya yang telah meninggal dunia. Selain lagu ”Ku Tak Bisa”, lagu yang bisa diartikan lebih dari satu makna adalah ”Balikin”. Lagu ini seolah-olah ditujukan untuk seseorang kepada pasangan yang telah menyakitinya dan meminta pertanggung jawaban atas kekacauan hidupnya, padahal lagu ini dimaksudkan Slank untuk menecam narkoba yang telah merusak hidup mereka. ”(lagu Balikin) Ceritanya kan kaya minta tanggung jawab sama pacar gitu, padahal juga ada maksud lain, Slank waktu itu udah mo bebas dari drugs. Jadi mereka pengen balikin hidup bersih kaya dulu lagi gitu.”
Hilda juga memaknai lagu terbaru Slank yang baru saja dibuat video klipnya ”Seperti Para Koruptor”, dimana lagu ini memuat nilai anti korupsi dan menolak hidup mewah tanpa cinta dan kasih sayang, seperti penjelasan Hilda berikut ini. ” Hm, ngga ada habisnya yah! Makanya sekarang kalo menurut gw sih dimulai dari diri sendiri aja. Kaya nggak beli bajakan, itu kan korupsi kecilkecilan. Kalo di lagu itu, ya jelas nyindir pejabat yang berpenampilan kaya
122
tapi tauya pake uang rakyat. Percuma kan, katanya hidup mewah tapi ga ada cinta. Jadi cinta, kasih sayang tuh yang utama. PLUR!”
Selain mempelajari banyak hal dari lagu-lagu Slank, Hilda mengaku banyak mencontoh hal-hal yang dilakukan Slank sehari-hari. Baginya, Slank merupakan orang-orang yang cinta damai, sederhana dan slengean. Tetapi Hilda tidak setuju kalau dia dikatakan mencontoh semua yang dilakukan Slank untuk diterapkan dalam kehidupannya. Dia hanya mencontoh hal-hal positif yang dilakukan Slank, seperti menghargai dan menghormati orang tua dan mencintai lingkungan dengan tidak membuang sampah sembarangan. Hilda tidak pernah mencoba mengonsumsi narkoba seperti yang pernah Slank lakukan, begitupun dengan meminum minuman keras. Hilda menyimpulkan identitas dirinya selama menjadi Slankers tidak banyak berubah, kecuali beberapa pandangannya semakin terbuka. Salah satunya adalah bagaimana Slank menunjukkan kesederhanaan dalam hidup, bukan berarti menjadi sederhana itu malas, melainkan tetap berusaha untuk terus bekerja keras tanpa menjadi sombong nantinya.
6.6. Analisis Perubahan Identitas Slankers Kelima Slankers yang menjadi subjek penelitian ini adalah Rohbet, Agil, Andre, Gapher, dan Hilda yang memiliki biodata yang disajikan dalam Tabel 2.
123
Tabel 2. Biodata Subjek Penelitian Nama Usia J. Kelamin Pekerjaan
Rohbet 34 Laki-laki Karyawan
Agil 22 Laki-laki Wiraswasta
Andre 31 Laki-laki Pengurus SFC
SFC
Pusat
Tahun Keanggotaan Status
1998
Daerah, Pusat 2004 Belum Menikah
Menikah
Pusat
Gapher 27 Laki-laki Pengurus SFC Daerah
Hilda 21 Perempuan Mahasiswi Pusat
1998
1998
2004
Menikah
Menikah
Belum Menikah
Berdasarkan tahun keanggotaannya di SFC, Andre, Gapher, dan Rohbet yang tergabung sejak tahun 1998 dapat dikategorikan sebagai Slanker Dewasa; sementara Hilda dan Agil yang tergabung di tahun 2004 adalah Slankers Muda. Baik Slankers Dewasa maupun Muda sama-sama mampu memaknai pesan-pesan dalam lagu Slank berdasarkan versi mereka masing-masing. Tahun keanggotaan Slankers tidak menjamin kesejatian seorang Slanker. Ketika seorang Slanker mampu memaknai pesan-pesan yang terdapat di dalam lagu Slank dan mengimplementasikan dalam kehidupannya, maka Slanker tersebut dapat disebut sebagai Slanker sejati. Kelima subjek penelitian dapat dikatakan sebagai Slanker sejati, karena mereka mampu membaca pesan-pesan yang disampaikan Slank melalui lagu-lagunya. Seorang Slanker sejati tidak perlu selalu membawa atribut Slank kemana mereka pergi, melainkan membawa jiwa PLUR dan Slankissme di hati mereka, dan menjadikannya acuan untuk bertingkah laku, sehingga terciptalah identitas Slankers berdasarkan ciri PLUR tersebut.
124
Menurut
Goodenough,
identitas
seseorang
akan
senantiasa
berubah
berdasarkan prestasi dan kegagalannya, demikian juga dengan identitas Slanker. Proses seseorang menemukan identitasnya ini yang menurut Goodenough sebagai suatu proses pengembangan masyarakat, karena proses ini memungkinkan seseorang mengidentifikasi dirinya dalam versinya sendiri. Slankers senantisa akan terus menemukan bentuk yang tepat untuk menggambarkan identitasnya sepanjang hidupnya. Bagi Slankers Dewasa yang lebih dulu menjadi bagian dari komunitas Slankers, perubahan yang paling signifikan mereka rasakan di tahun 1998-1999. Slankers Dewasa merasa Slank berusaha keras untuk mengubah identitasnya sebagai band yang identik dengan narkoba. Keinginan dan usaha Slank untuk mengubah identitasnya secara juga ditularkan kepada para Slankers. Slankers Dewasa yang ketika itu memiliki ketergantungan yang sama. Diakui mereka, fanatisme terhadap Slank yang pada awalnya membuat mereka mengonsumsi narkoba, juga membuat mereka berusaha untuk menghentikan kebiasaan buruk tersebut karena idolanya melakukan hal yang sama. Meskipun keinsyafan para Slankers Dewasa ini bukan hanya dikarenakan oleh Slank semata, tetapi Slank merupakan significant others yang membuat Slankers ingin berubah. Slankers Dewasa yang saat ini sudah menikah dan berkeluarga merasa mengalami perubahan identitas sebelum dan sesudah menikah. Sebelum menikah mereka masih terbiasa berkumpul di markas sampai setiap hari. Setelah menikah, mereka memiliki tanggung jawab untuk menafkahi keluarga, karenanya mereka mulai
125
serius bekerja. Keadaan ini juga didukung oleh pemaknaan mereka terhadap lagu Slank yang banyak menyuarakan pesan-pesan untuk giat bekerja dan berusaha mengejar mimpi. Meskipun demikian, Slankers Dewasa tetap memegang prinsip hidup sederhana yang selalu disosialisasikan oleh Slank, meskipun salah satu diantara mereka kini sudah terbilang mapan dari segi ekonomi. Slankers Dewasa yang juga pengurus SFC memiliki pemahaman yang lebih mendalam terhadap pesan-pesan yang disampaikan oleh Slank melalui musiknya. Slankers Pengurus tidak
hanya menjalankan pesan-pesan Slank di dalam
kehidupannya sendiri, tetapi juga terus menjaga dan menularkan pesan-pesan tersebut kepada anggota SFC yang diketuainya. Tanggung jawab ini membuat mereka terus menginternalisasi nilai-nilai yang disampaikan oleh Slank di dalam dirinya untuk dijalankan dalam kehidupannya dan ditularkan kepada anggotanya. Sementara itu, Slankers Muda yang pada tahun 1998-1999 belum tergabung di dalam komunitas Slankers, tidak mengalami perubahan di masa itu. Bukan berarti mereka tidak mengetahui kabar keberhasilan Slank dan Slankers memerangi narkoba di tahun itu sampai saat ini. Diakui seorang Slanker Muda yang pernah menjadi pecandu narkoba, keberhasilan Slank terbebas dari jeratan narkoba itu menjadi acuan untuknya untuk berusaha untuk berhenti mengonsumsi narkoba. Keinginan untuk berhenti mengonsumsi narkoba itu tidak terlepas dari bertambahnya usia dan kedewasaan Slanker tersebut. Slankers Muda yang baru menjadi Slankers di tahun 2004 mengaku pada awalnya menyukai Slank hanya karena lagu-lagunya yang enak didengar, namun
126
lama-kelamaan mereka mengerti pesan-pesan yang disampaikan Slank melalui lagulagunya. Slankers Muda mengakui banyak mengetahui tentang permasalahan sosial yang terjadi melalui lagu-lagu Slank, sehingga mereka menjadi lebih kritis. Seorang Slanker Muda mengaku bahwa setelah menjadi Slanker dan mendengar bahwa Slank memiliki kepedulian terhadap lingkungan, dirinya menjadi mulai tersadar dan berusaha selalu menjaga lingkungan, salah satunya dengan tidak membuang sampah sembarangan. Kepekaan yang dimiliki oleh Slankers Muda memang sejalan dengan perubahan yang dialami Slank. Meskipun sejak pertama kali mengeluarkan album Slank selalu memiliki pesan moral di dalamnya, di tahun 2000-an lagu-lagu Slank mulai semakin kritis dan bernuansa politis. Sebagai Slankers yang mengalami masamasa menjadi Slankers di tahun 1990-an sampai 2000-an, Slankers Dewasa menyepakati hal iti. Kenyataan ini dinilai positif untuk membantu mengubah imej Slankers yang tadinya dikenal orang sebagai komunitas slengean yang hanya bisa menjadi perusuh dan pecandu narkoba, menjadi komunitas slengean yang peka terhadap permasalahan sosial. Slankers juga mulai terlibat dalam kegiatan-kegiatan sosial dan yang dilaksanakan oleh Slank. Kegiatan itu antara lain acara ”Ngejingo Bareng Slank” sebagai wujud kepedulian Slank kepada masyarakat kecil di pedesaan, sera peringatan hari-hari besar nasional sebagai wujud kepedulian anak bangsa kepada negaranya. Para Slanker mengetahui bahwa keberhasilan Slank merehabilitasi dirinya tidak terlepas dari peran Bunda Iffet, sebagai orang tua dan manajer Slank. Kehadiran
127
Bunda Iffet di tengah-tengah Slank dan Slankers secara signifikan telah membuat perubahan identitas Slank dan Slankers dari komunitas pecandu menjadi komunitas anti-narkoba terwujud. Melalui perhatian, kasih sayang, namun ketegasan, Bunda Ifet membuat peraturan-peraturan yang mendukung usaha Slank dan Slankers untuk melepaskan diri dari ketergantungan terhadap narkoba. Berawal dari ”pembersihan” Markas Potlot, sampai mendirikan yayasan rehabilitasi untuk Slankers yang tidak mampu. Bunda Iffet yang merupakan significant others bagi kelompok Slank, ternyata juga dijadikan Slankers sebagai significant others yang turut membentuk identitas dirinya. Kesimpulan yang dapat ditarik dari penelusuran perubahan identitas Slankers ini, yang pertama yaitu perubahan identitas Slankers terjadi karena perubahan yang dialami oleh Slank sebagai significant others-nya. Kedua, perubahan paling signifikan terjadi di dalam komunitas Slankers pada tahun 1998-1999 ketika Slank memutuskan untuk berhenti mengonsumsi narkoba. Ketiga, keluarga Slankers juga memiliki andil dalam membentuk dan merubah identitasnya. Slankers yang sudah menikah dengan sendirinya memiliki tanggung jawab untuk lebih serius menjalani hidup. Keempat, semenjak ”bersih” dari narkoba, Slank banyak menciptakan karya-karya yang lebih kritis dan memberikan banyak informasi kepada Slankers mengenai peristiwa yang terjadi di masyarakat Indonesia, termasuk menyelenggarakan acara-acara bertema sosial. Hal ini membuat Slankers menjadi pribadi yang lebih peka terhadap permasalahan sosial.
128
Hasil penelitian ini sejalan dengan teori Giddens mengenai diri adalah sebuah proyek yang terus berubah sejalan dengan kehidupan seseorang. Perjalanan kehidupan kelima subjek penelitian sebagai Slankers menunjukkan bahwa diri Slankers adalah sebuah proyek yang senantiasa mengalami perubahan. Perubahan yang terjadi di dalam diri masing-masing subjek tidak berlangsung dalam waktu yang sama, melainkan berbeda satu sama lain sesuai dengan pengalaman yang dimilikinya (lihat Gambar 12). Bagi Giddens, identitas tidak lagi dipahami sebagai ciri yang tetap atau sekumpulan diri khas yang dimiliki individu. Untuk hal ini, hasil penelitian menyimpulkan berbeda dengan teori tersebut. Slankers memiliki beberapa ciri yang tetap dan khas yang tidak berubah. Sebagai contoh, Slankers sejak dulu sampai sekarang tetap mengklaim dirinya sebagai komunitas yang slengean. Identitas ini tetap menjadi ciri khas mereka, kalau ketika muda mereka menganngap slengean adalah hanya sekedar dandanan atau penampilan yang santai, setelah dewasa slengean lebih mereka artikan sebagai suatu sikap santai yang bisa mereka jadikan patokan agar tidak mudah tersulut emosi di tengah keadaan masyarakat seperti sekarang ini.
129
Kurun Waktu Perubahan 1993-1997
Perubahan yang Dialami Slankers • • •
1998-1999
• • •
2000-2003
• •
Slankers Dewasa Mulai menyukai Slank. Masih duduk di bangku sekolah. Menjadi pecandu narkoba dan minuman keras karena Slank juga adalah pecandu narkoba. Berusaha untuk berhenti mengonsumsi narkoba. Mengubah imej dari seorang pecandu menjadi ”pembenci” narkoba. Bersih dari narkoba dan bersama-sama dengan Slank berkampanye anti narkoba. Resmi menjadi pengurus SFC. Menikah dan mulai serius bekerja.
Slankers Muda Belum menjadi Slankers.
Belum menjadi Slankers.
• • • •
2004-2008
• •
Menjadi pengurus SFC dengan organisasi yang lebih terkoordinir. Terlibat dalam kegiatan Slank yang bersifat sosial
• • • •
Mulai menyukai Slank. Masih duduk di bangku sekolah. Mengoleksi kaset dan posterposter Slank. Mulai mengenal dan memakai narkoba serta minuman keras. Resmi menjadi Slankers dan terdaftar di SFC. Lulus sekolah (ada yang bekerja dan melanjutkan kuliah). Berhenti mengonsumsi narkoba dan minuman keras. Terlibat dalam kegiatan Slank yang bersifat sosial.
Gambar 12. Matriks Perubahan yang Dialami Slankers
Untuk melihat perubahan Slankers yang merujuk pada perubahan yang dialami oleh Slank, perubahan Slank perlu diungkap juga perubahan yang dialami oleh Slank. Perubahan Slank ditunjukkan dalam bentuk matriks pada Gambar 13.
130
Kurun Waktu Perubahan Sebelum 1993
1993-1997
Perubahan yang dialami Slank • • • • •
1998-1999
• • • • •
2000-2003
•
2004-2008
• • • •
Mencari formasi tetap. Menyatakan diri sebagai band dengan imej slengean. Mulai mengonsumsi narkoba. Mendirikan Fans Club. Mulai menciptakan lagu bertema pemberontakan kaum minoritas. Sempat vakum dan berganti formasi. Konser yang digelar selalu rusuh. Formasi baru dibentuk (kaka, bimbim, ivan, ridho, abdee). Mengikrarkan diri untuk berhenti menjadi pecandu narkoba. Menciptakan lagu Balikin sebagai simbol protes terhadap narkoba. Lebih serius mengkampanyekan narkoba kepada Slankers melalui lagu maupun secara langsung (didukung oleh Bunda Iffet). Bersih dari narkoba. Mendirikan ”Padepokan Slankers Recovery” untuk Slankers yang ingin direhab dari ketergantungan terhadap narkoba. Mulai menciptakan lagu-lagu yang bertema sosial dan kritikan kepada pemerintah (bertema politik). Membuat acara-acara sosial bertema solidaritas, kepedulian kepada sesama.
Gambar 13. Matriks Perubahan yang Dialami Slank
131
BAB VII BENTUKAN IDENTITAS SLANKERS HASIL INTERAKSI SIMBOLIK Slankers merupakan komunitas pemuda penggemar musik Slank yang menurut Lull (1987) termasuk musik populer. Kelima subjek penelitian telah menunjukkan keterlibatannya terhadap musik yang disebut Lull (1987) dimulai dari exposure (keterdedahan), consumption (mendengarkan) sampai use (pemanfaatan). Para Slanker pada awalnya mulai menyukai Slank karena terdedah adanya musik Slank. Mereka lalu mulai mendengarkan musik Slank yang sesuai dengan selera. Setelah itu mereka mendengarkan musik Slank secara lebih intens, dengan membeli kaset atau CD Slank, bahkan menyimak berbagai berita mengenai Slank dari media. Setelah itu, mereka memanfaatkan musik Slank sebagai bagian dari kehidupannya, dan mencari jawaban dari berbagai permasalahannya dari lirik-lirik lagu Slank. Slankers merupakan subkultur anak muda yang memperlihatkan selera terhadap musik Slank, dan konsumsi mereka merupakan tindakan kreasi komunal. Slankers dikatakan sebagai subkultur karena musik Slank yang disukainya termasuk kategori musik rock n roll, yang menurut Lull (1987) termasuk ke dalam musik populer kontemporer. Musik Slank yang cuek, dengan musik seadanya, lirik spontan, dan memakai bahasa slengean anak muda, mengangkat tema sederhana dan penampilan personil yang apa adanya, menjadi alasan mengapa penggemar Slank menjadi terus bertambah di seluruh Indonesia. Alasan-alasan tersebut juga yang
132
menjadikan Slank sebagai significant others bagi para pemuda penggemarnya, dengan menjadi acuan dalam bertingkah laku yang menampilkan identitasnya Slankers membentuk identitas dirinya dengan melakukan proses pemaknaan terhadap simbol-simbol yang ada di dalam budaya musik Slank melalui proses interaksi simbolik. Interaksionisme simbolik percaya bahwa sesuatu tidak mempunyai makna terlepas dari interaksi dengan yang lainnya. Dengan kata lain,’cara kita berpikir tentang makna pada interaksi tidak dapat dilepaskan dari cara pandang kita dalam memahami manusia dan tindakannya (Knapp et.al, 1994 dikutip Inayah, 2005). Cara Slankers memaknai simbol-simbol yang ada di dalam budaya musik Slank itu tidak bisa dilepaskan dari cara pandang Slankers terhadap tindakan sesama Slankers dan Slank, sebagai significant others mereka. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konstruksi identitas Slank terbentuk karena peran Bunda Ifet sebagai significant others mereka. Bunda Ifet juga secara langsung terlibat dalam memberikan acuan kepada para Slankers selama mereka melakukan proses pemaknaan terhadap simbol-simbol budaya Slank untuk membentuk identitasnya. Dengan demikian Bunda Ifet juga dapat dikatakan sebagai significant others yang turut menjadi acuan bagi Slankers dalam proses pembentukan identitasnya. Hasil pemaknaan yang dilakukan serang Slanker yang sudah dilakukan sejak tegabung ke dalam komunitas Slankers diperkuat dengan interaksi yang dilakukan di dalam komunitasnya. Interaksi terjadi antara sesama Slankers, dan antara Slankers dengan Slank. Interaksi antara Slankers dengan Slank tidak hanya terjadi ketika mereka bertemu secara langsung, tetapi juga dapat terjadi melalui lagu Slank. Lagu-
133
lagu Slank yang memiliki lirik di dalamnya menjadi simbol signifikan yang dimaknai Slankers untuk membantu memberikan referensi dalam memandang sesuatu dan menampilkan perbuatan sesuai dengan pandangannya
itu.
Hasil penelitian
menunjukkan bahwa Slankers memiliki lagu kesukaan yang beragam dan dimaknai secara beragam pula oleh Slankers, berarti Slankers secara aktif dan sadar memilih informasi mana yang mereka butuhkan untuk membentuk identitasnya. Hal ini sesuai dengan konsep ”diri” dari interaksionisme simbolik yang menyatakan bahwa manusia adalah organisme yang tidak semata-mata bergerak karena perangsang-perangsang dari luar ataupun dari dalam, melainkan organisme yang sadar akan dirinya. Seorang Slanker mampu memandang diri sebagai objek pikirannya dan berinteraksi dengan diri sendiri selama proses pemaknaan, dalam hal ini adalah pemaknaan terhadap lagu-lagu Slank. Simbol signifikan berikutnya yaitu gaya berpakaian Slank yang slengean. Simbol ini selalu muncul di setiap peristiwa simbolik yang diamati dalam penelitian. Slankers memaknai gaya berpakaian Slank sebagai gaya yang sederhana dan apa adanya (sesuai dengan diri sendiri). Gaya ini kemudian menjadi sebuah identitas Slankers yang mudah dilihat secara kasat mata. Menurut Barnard (1996) di dalam gaya berbusana terdapat muatan budaya dan ideologis. Melalui gaya slengean ini, Slankers menampilkan ideologinya sebagai komunitas yang sederhana dan sebisa mungkin menghapus kesenjangan sosial. Slankers menampilkan gaya berpakaian slengean untuk menunjukkan identitasnya kepada orang lain, dan gaya demikian membuat mereka merasa bagian dari komunitas meskipun tidak saling mengenal
134
secara personal. Hal ini menumbuhkan rasa kesatuan diantara mereka, yang terdapat di dalam semboyaan PLUR yaitu Unity. Selain memiliki gaya berbusana (fashion) tertentu, Slankers juga memiliki cara berbicara dan tempat berkumpul (nongkrong) tertentu. Mereka bergaya bicara tidak formil dan memanggil satu sama lain dengan sebutan bernuansa kekeluargaan, seperti ”Bro” yang berarti saudara laki-laki dalam bahasa Inggris. Mereka juga bicara ceplas ceplos dan tidak sungkan untuk mengakrabkan diri dengan orang yang baru dikenalnya. Meskipun bahasa yang digunakan Slankers berbeda sesuai dengan asal daerah mereka, tetapi gaya berbicara mereka khas, yaitu akrab dan tidak baku. Gaya bicara seperti ini menunjukkan identitas Slankers yang supel dan menjujung rasa kekeluargaan diantara mereka. Rasa kekeluargaan ini merupakan implementasi dari Love di dalam semboyan PLUR. Selain gaya bicara yang khas, Slanker memiliki sapaan khas yaitu sapaan ”Peace”. Sapaan ini diucapkan sebagai salam kepada sesama Slankers atau orang lain dengan mengacungkan dua jari yaitu jari telunjuk dan jari tengah sambil mengucapkan ”Peace” yang artinya salam perdamaian. Sapaan ini merupakan implementasi dari Peace yang terdapat dalam semboyan PLUR. Salam perdamaian pada akhirnya adalah sebuah seruan untuk saling menghormati kepada sesama. Saling menghormati disimbolkan dengan kata Respect di dalam semboyan PLUR. Slankers memiliki tempat berkumpul atau markas utama, yaitu di Jalan Potlot 3, Duren Tiga, Jakarta Selatan. Tempat yang merangkap kantor manajemen Slank dan SFC Pusat itu memang selalu menjadi tempat berkumpul para Slanker sejak Slank
135
pertama kali didirikan. Jalan Potlot adalah sebuah daerah yang ditinggali oleh masyarakat dengan tingkat ekonomi yang beragam. Hal ini dapat dilihat dari rumahrumah yang ada di sana. Rumah-rumah di pinggir jalan utama rata-rata besar dan cukup mewah, namun ketika masuk ke gang-gang kecil, rumah-rumah bertipe kecil dan sederhana. Keadaan ini membuat para Slanker dari manapun juga tidak merasa canggung datang dan nongkrong di Potlot. Bagi Slankers yang ada di luar Jakarta, biasanya berkumpul di kantor SFC masing-masing. Sebagai contoh, tempat berkumpul Slankers Puncak (Bogor) adalah di Warung Slankers Cisarua yang berada di seberang kantor Telkom Cisarua, Bogor. Tempat tersebut tidak terlalu besar namun selalu ramai dikunjungi oleh para Slankers. Selain tempat nongkrong, di tempat tersebut juga dijual bermacam-macam barang yang berlogo Slank hasil karya para Slanker. Tempat nongkrong Slankers adalah tempat yang memungkinkan terjadinya interaksi diantara sesama Slankers. Slankers dapat saling bertukar informasi di markas mereka. Markas juga menjadi tempat mereka memperkuat identitasnya sebagai Slankers. Orang-orang di luar komunitas dapat mengidentifikasi seorang Slankers dari kehadirannya di markas Slankers. Markas Slankers juga menjadi sarana sosialisasi utama dalam menularkan nilai-nilai yang dimiliki oleh Slank, terutama markas Potlot. Diakui para Slanker, di Potlot yang juga merupakan tempat tinggal Bunda Ifet dan Bimbim, mereka merasa menjadi bagian dari keluarga Slank dan di tempat inilah mereka mulai menampilkan identitas Slank mereka. Selain berkumpul di tempat nongkrong yang sudah ada, Slankers selalu menyempatkan diri untuk berkumpul pada setiap ada acara yang berhubungan dengan
136
Slank. Setelah dan sebelum konser misalnya, mereka selalu berkumpul sebelum acara dimulai dan setalah acara selesai. Hal ini dilakukan untuk menjaga silaturahmi dan sebagai wujud solidaritas diantara para Slankers. Gaya berbusana dan tempat nongkrong khusus Slankers merupakan simbolsimbol yang dapat digunakan oleh Slankers untuk mengkomunikasikan dan membangun budayanya. Kenyataan ini sejalan dengan pernyataan James Lull (1992) dan Paul Willis (1990), seperti dikutip Lull (1987) bahwa: ”eksplorasi simbolik semacam itu sangat pokok bagi cara pemuda mengkomunikasikan dan membangun budaya”. Slankers memiliki media khusus yang dapat dibaca untuk mengetahui kabar terbaru mengenai Slank yaitu Koran Slank. Melalui Koran Slank, komunikasi antara Slank dan Slankers di seluruh nusantara bisa tetap terjaga. Biasanya, Slankers membaca Koran Slank untuk mengetahui karya-karya terbaru Slank dan berita seputar kehidupan sehari-hari Slank. Selain memuat berita tentang Slank, Koran Slank juga memberitakan seputar kabar terhangat yang tengah melanda masyarakat Indonesia. Identitas Slankers secara garis besar adalah anak muda yang berpakaian dan berperilaku slengean, sederhana, dan apa adanya namun senantiasa saling menghormati. Identitas ini dirangkum dalam semboyan Slank yaitu “Peace, Love, Unity, Respect” atau disingkat PLUR. Keempat kata ini memuat identitas yang membedakan Slank dengan komunitas lain, yaitu cinta damai, saling menghormati, senantiasa bersatu dan solider, serta saling menghormati. Identitas ini dapat dikatakan
137
sebagai penafsiran sederhana dari Pancasila yang merupakan ideologi bangsa Indonesia. Identitas PLUR yang dimiliki Slankers tidak terlepas dari identitas PLUR yang dibangun oleh Slank, dan berusaha ditularkan kepada Slankers melalui lagu-lagu maupun berbagai kegiatan Slank. Semboyan PLUR yang dalam perkembangannya meluas menjadi 13 Ajaran Tidak Sempurna Slankissme adalah identitas Slank yang diharapkan muncul pada diri setiap Slankers. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Slankers berusaha untuk membangun identitasnya sesuai dengan ajaran Slankissme, tetapi proses tersebut tidak dapat terjadi dalam waktu yang bersamaan. Identitas Slankers bukan merupakan suatu yang tetap dan terjadi begitu saja. Identitas seperti sebuah proyek diri yang senantiasa mengalami perubahan sesuai dengan pengalaman hidup Slankers. Slank berperan sebagai significant others yang menjadi acuan dari perubahan Slankers, sehingga perubahan yang terjadi dalam hidup Slank yang membawa perubahan pada identitasnya, juga membawa perubahan pada identitas Slankers. Melalui proses penelusuran identitas Slankers, nilai-nilai PLUR dan Slankissme dapat tergali sesuai dengan proses hidup Slanker masing-masing. Hal ini memperlihatkan
bahwa
Slankers
berusaha
menjalankan
disosialisasikan oleh Slank, terutama melalui lirik-lirik lagu Slank.
nilai-nilai
yang
138
Slankers melalui proses interaksi simbolik telah berhasil melakukan proses pemaknaan untuk membentuk identitasnya. Pemaknaan ini terjadi terus menerus sepanjang kehidupan subjek menjadi seorang Slanker. Pemaknaan yang dilakukan oleh Slankers dilakukan secara sadar. Dengan demikian, Slanker yang telah melalui proses pembentukan identitas, berarti telah mengungkap sejauh mana usahanya memperoleh kesadaran baru akan dirinya sendiri dan pandangannya.
139
BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN 8.1 Kesimpulan Slankers membentuk identitasnya sebagai hasil pemaknaan terhadap simbolsimbol yang terdapat di dalam budaya musik Slank melalui proses interaksi simbolik, termasuk lagu-lagu Slank. Simbol-simbol yang dimaksud adalah simbol-simbol yang ada dalam peristiwa pembuatan video clip ”Seperti Para Koruptor”, pengambilan gambar acara ”Warung Slankers”, dan konser ”Ngejinggo Bareng Slank” di Cianjur. Simbol-simbol signifikan yang ada di dalam budaya musik Slank dari ketiga peristiwa tersebut dapat dirangkum menjadi: lagu-lagu Slank, gaya berpakaian (slengean), gaya bicara (sapaan ”Peace”, sapaan ”Bro”), dan ritual khusus Slankers (berkumpul bersama). Lagu-lagu Slank yang memiliki lirik di dalamnya menjadi simbol signifikan yang dimaknai Slank untuk membantu memberikan referensi dalam memandang sesuatu dan menampilkan perbuatan sesuai dengan pandangannya itu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Slankers memiliki lagu kesukaan yang beragam dan dimaknai secara beragam pula oleh Slankers, berarti Slankers secara aktif dan sadar memilih informasi mana yang dibutuhkan untuk membentuk identitasnya. Identitas Slankers tidak terlepas dari bentukan identitas Slank yang terkandung di dalam ajaran Slankissme dan terangkum dalam semboyan PLUR (Peace, Love, Unity, Respect). Ajaran Slankissme dan semboyan PLUR yang selalu disosialisasikan oleh Slank menjadi acuan bagi Slankers dalam pemaknaan terhadap simbol-simbol
140
budaya musik Slank yang terdapat dalam tiga peristiwa simbolik. Ajaran Slankissme dan PLUR tidak hanya menjadi acuan bagi Slankers dalam memaknai simbol-simbol budaya musik Slank yang terdapat dalam ketiga peristiwa simbolik, tetapi juga dalam memaknai pesan di dalam lirik lagu Slank. Dasar pemaknaan ini kemudian ditampilkan Slank ke dalam kehidupan sehari-harinya, sehingga muncullah identitas Slankers seperti halnya identitas Slank. Meskipun tidak seluruh dari ajaran Slankissme sudah diimplementasikan oleh Slankers dalam kehidupan sehari-harinya, tetapi Slankers mampu memaknai ajaran tersebut seperti yang diharapkan oleh Slank. Identitas Slanker dianggap sebagai proyek diri yang selalu berubah. Perubahan ini terjadi berdasarkan catatan prestasi dan kegagalan seorang Slanker. Perubahan signifikan yang terjadi di dalam komunitas Slankers adalah di tahun 1998-1999, ketika Slank memutuskan untuk berhenti mengonsumsi narkoba. Ketika itu, Slankers mengikuti perubahan Slank tersebut dan sampai saat ini Slank dan Slankers tetap melakukan kampanye anti narkoba. Slankers yang mengalami perubahan di masa itu adalah Slankers Dewasa. Sementara itu, Slankers Muda mengaku meski tidak mengalami perubahan di tahun yang sama, tetapi catatan keberhasilan Slank dan Slankers dalam memerangi narkoba menjadi acuan bagi mereka untuk turut melawan narkoba. Slankers Dewasa dan Muda menilai bahwa keberhasilan Slank melawan narkoba tidak terlepas dari peran Bunda Ifet. Bunda Ifet sebagai significant others bagi Slank ternyata juga turut membantu membentuk identitas Slankers.
141
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa Slankers memiliki beberapa ciri yang tetap dan khas yang tidak berubah, yaitu slengean. Perubahan yang terjadi yaitu pada pemaknaan di antara para Slankers. Sebagai contoh, ketika berusia muda, slengean ditunjukkan hanya sekedar dandanan atau penampilan yang santai, ketika menjadi Slankers Dewasa, slengean lebih mereka artikan sebagai suatu sikap santai yang bisa mereka jadikan patokan agar tidak mudah tersulut emosi di tengah keadaan masyarakat seperti sekarang ini.
8.2 Saran Slank sebagai significant others bagi pembentukan identitas sebanyak 75. 607 anak muda di Indonesia, sebaiknya tidak berhenti untuk terus mensosialisasikan nilainilai positif melalui lagu ataupun berbagai kegiatannya. Slank sudah sepatutnya sangat berterima kasih pada apresiasi yang diberikan oleh Slankers kepada karya-karya mereka. Tanda terima kasih tidak harus berupa materi, tetapi dengan tetap menyampaikan pesan-pesan yang memacu Slankers untuk mengembangkan dirinya sendiri, setidaknya melalui lagu-lagu Slank, Slankers bisa mengetahui berbagai permasalahan yang sedang terjadi. Tidak hanya melalui lagu tetapi juga dari Koran Slank atau media lainnya. Slank tidaklah berdiri sendiri, melainkan sudah identik dengan Bunda Ifet sebagai orang di balik kesuksesan Slank. Bunda Ifet yang sangat dihormati dan disegani oleh Slank sebaiknya tidak berhenti untuk selalu memberikan masukan yang baik kepada Slankers.
142
Pemaknaan Slankers terhadap simbol-simbol budaya musik Slank untuk membentuk identitasnya adalah sebuah bukti bahwa musik pop telah membantu pemuda mendefinisikan dirinya sendiri. Mengidolakan sebuah band atau seorang musisi adalah hal yang baik apabila senantiasa menjadi konsumen yang aktif. Slankers tidak harus selalu membaca pesan yang disampaikan Slank mentah-mentah. Artinya, Slankers sebaiknya dengan aktif memilah mana sifat atau kegiatan Slank yang patut dijadikan acuan untuk membentuk identitasnya. Pengidolaan berlebihan kepada seseorang akan berakibat pada terjadinya hyper-realitas, dimana seseorang merasa dirinya hidup di dalam realita khayalan mereka, yaitu seperti orang yang diidolakannya. Persoalan identitas subkultur penggemar musik merupakan tema yang sangat menarik untuk diteliti. Identitas dalam interaksionisme simbolik dianggap bersifat murni, dan proses perumusan identitas hanya melihat interaksi internal (di dalam komunitas) saja. Sementara itu, teori ini seolah menutup mata pada adanya fakta mengenai penindasan melalui ”penularan” nilai yang dipaksakan dan ”senioritas” dari konsep Slankers Dewasa dan Slankers Muda. Interaksionisme simbolik hanya melihat pembentukan identitas melalui pemaknaan tanpa memandang konteks historis dan interaksi di luar komunitas Slankers. Penindasan, pemberontakan dan perlawanan di dalam budaya musik populer dapat dianalisis lebih dalam menggunakan pendekatan kajian budaya kontemporer atau cultural studies. Penelitian selanjutnya disarankan melakukan analisis menggunakan perspektif cultural studies agar penelusuran pembentukan identitas tidak hanya dilihat dari interaksi internal saja.
DAFTAR PUSTAKA Barker, Chris. 2005. Cultural Studies, Teori dan Praktik. Hadi Purwanto & Nurhadi (eds). Yogyakarta: Kreasi Wacana. Barnard, Malcolm. 1996. Fashion sebagai Komunikasi. Idy Subandi Ibrahim & Yosal Iriantara (eds). Yogyakarta: Jalasutra. Burton, Graeme. 1999. Pengantar untuk Memahami Media dan Budaya Populer. Alfathri Adlin (eds). Yogyakarta: Jalasutra. Charon, Joel M, 1998. Symbolic Interactionism: an Introduction, an Interpretation, and Integration; with a chapter on Erving Goffman by Spencer Cahill. New Jersey: Prentice Hall. Inc. Cresswell, John W. 1994. Research Design Qualitative and Quantitative Approaches. Thousand Oaks, London, New Delhi: Sage Publications. Damayanti, Hellen, Betty Diana, M. Salis Yuniardi, Paulina Renny Oktora, dan Putri Nastiti E. 2005. Identitas Diri Para Slanker. Laporan Penelitian Kualitatif Program Pascasarjana Magister Profesi Klinis Dewasa Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, Depok. Ditaputri, Sara. 2007. Identitas Punk Kawula Muda (Studi Konsumsi Teks Terhadap Peran Media Massa dalam Mengkonstruksi Identitas Punk). Skripsi Sarjana Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Indonesia, Depok. Goodenough, Ward Hunt. 1963. Cooperation in Change, An Anthropological Approach to Community Development. New York: Russel Sage Foundation Inayah, Sitti Syahrar. 2005. Makna Hutan Bagi Masyarakat Adat Baduy dalam Perspektif Interaksi Simbolik. Tesis Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Indonesia, Depok. Komalasari, Elvina. 2006. Pembentukan Identitas Komunitas Slankers Melalui Media. Skripsi Sarjana Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Indonesia Depok.
144
Littlejohn, Stephen W dan Karen A. Foss. 2005. The Theories of Human Communication. Australia, Canada, Mexico, Singapore, Spain, United Kingdom, United States: Thomson Wadsworth. Lull, James. 1987. Popular Music and Communication. Newbury Park, London, New Delhi: Sage Publications. Maliki, Dyah Nurul. 2005. Rasionalisasi Identitas Subkultur pada Komunitas Underground Progressive di Indonesia. Tesis Magister Sains Ilmu Komunikasi Pascasarjana FISIP UI, Jakarta. Nimmo, Dan. 2005. Komunikasi Politik: Komunikator, Pesan dan Media. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Mulyana, Deddy. 2001. Metodologi Penelitian Kualitatif: Paradigma Baru Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Miles, Matthew B dan A. Michael Huberman. 1992. Analisis Data Kualitatif. Jakarta: UI Press. Sitorus, MT Felix. 1998. Penelitian Kualitatif Suatu Pengantar. Bogor: Fakultas Pertanian IPB. Sobur, Alex. 2006. Semiotika Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Spradley, James P. 1979. The Ethnographic Interview. United States: Wadsworth Group/Thomas Learning. Storey, John. 2007. Cultural Studies dan Kajian Budaya Pop. Yogyakarta: Jalasutra. Sunarto, Kamanto. 2000. Pengantar Sosiologi. Edisi Kedua. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Sutrisno, Mudji, In Bene dan Hendar Putranto (eds).n.d. Cultural Studies: Tantangan Bagi Teori-Teori Besar Kebudayaan. Depok: Koekoesan. Syamsi, Vera V. 2003. Pergulatan Ideologi dan Pembentukan Identitas Budaya dalam Masyarakat Inggris Kontemporer. Tesis Magister Humaniora Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia, Depok.
146
Lampiran 1. Contoh Catatan Lapang CATATAN LAPANG Kegiatan Narasumber Tanggal Waktu Tempat
: Wawancara Tak Terstruktur : Asep “Gapher” : 3 Mei 2008 : 13.30-15.10 WIB : Warung Slankers Cisarua, Bogor
Asep, yang lebih suka dipanggil Gapher adalah seorang Slankers yang berusia 29 tahun. Asep mulai bergabung menjadi Slankers pada saat masih duduk di SMP, yaitu tahun 1993. Pada mulanya, Gapher merasa bahwa dirinya adalah orang yang slengean, dalam gaya berpakaian maupun dalam kesehariannya. Gapher mulai menyukai Slank semenjak Slank mengeluarkan album pertama. Gapher merasa Slank memiliki kesamaan dengan dirinya, seperti memiliki gaya slengean. Pada saat menyukai Slank pertama kali di usia remaja, Gapher mulai terpengaruh dengan gaya hidup Slank yang mengkonsumsi narkoba dan minuman keras. “Ya, biasalah... mulai-mulai kenal minuman sama cimeng sih awalnya... namanya juga masih remaja, semua kepingin dicoba.” Gapher mengakui kalau yang dilakukannya itu memang karena melihat Slank. Pada saat itu dia merasa kalau mengkonsumsi narkoba dan minuman adalah hal yang wajar dilakukan dan keren. “Waktu Slank masih sering nyimeng, dan laen-laen gituh, atau mabok... gw juga masih sering sih, sama anak-anak Slankers yang laen juga tiap malem kerjaannya mabok, nyimeng... tapi itu mah dulu, sekarang udah nggak lagi. Itu juga karena Slank udah nggak make lagi”. Ketika ditanya bagaimana kenapa akhirnya dia lepas dari narkoba dan kebiasaan minum-minum, Gapher menjawab, “Biasanya sih, gw atau anak-anak Slankers yang laen kalo kepergok mabok ato nyimeng, suka disindir pake lagu... ‘kemane aje loe, hari gini masih gitu...’ , jadi malu deh... gitu sih awalnya. Terus juga kan waktu tahun 1998 memang Slank lagi mulai direhab. O, iya dulu sebelum masuk Slankers Gapher berkumpul bersama teman-temannya yang dinamakan Bosle (Bocah Slengekan). Kerjaan sehari-harinya dengerin lagu-lagu Slank, datang ke konser-konser Slank. Yang palingdiinget, konser di Pakuan karena disitu Slank maen dan panggungnya itu dibuat deket banget sama penonton jadi Slankers bisa lebih deket sama Slank. Waktu itu konsernya gak rusuh, konsenya mulai jam 3 sampai jam 6 sore. Slankers itu orang-orang yang terdaftar namanya di SFC (Slan Fans Club), kalo di Bogor, di Cisarua ada sekitar 50 orang, itu belum termasuk Slankers yang terdapat di ranting-ranting diseluruh Bogor. Itu adanya di Ciawi, Ciapus, di Kota juga ada. Ada juga SBC (Slankers Bikers Club), itu adalah geng motor yang isinya anak-anak Slankers. Bedanya ranting sama cabang itu kalau di cabang ada kepengurusan, di ranting gak ada kepengurusan. BSK (Bogor Slankers Club) atau SFC bogor, merupakan SFC yang pertama kali dibentuk di Indonesia yaitu pada tahun 1998 di Ciapus. Penggagasnya dalah Capung yang kini sudah tidak lagi jadi pengurus dan tidak diketahui keberadaannya. Tahun 1999 sampai 2003 itu SFC Bogor vakum dan mulai tahun 2003 mulai dirintis kembali oleh Gapher dan temannya yang bernama Bodong dan beberapa orang temannya yang lain. Baru pada tahun 2004, tepatnya tanggal 2 mei, SFC Bogor diresmikan kembali oleh Bunda Ifet berbarengan dengan peresmian SFC di Lampung, Subang, Purwakarta, Cimahi, Pandeglang. Jadi sekarang, tahun 2008 ini udah ada 4 angkatan, Gapher dan Bodong jadi ketua dan ketua keamanan yang disebut sebagai ”bidadari penyelamat”. Maksud dari bidadari penyelamat adalah rang yang menjaga keamanan ketika ada kegiatan-kegiatan yang dihadiri oleh slankers seperti konser. Para bidadari penyelamat ini yang berugas untuk mengamankan koser agar tidak terjadi kerusuhan atau konsmsi narkoba dan minuman keras oleh slankers. Pada tahun 1999 slank masuk rehab dan mulai mensosialisasikan kepada para slankers baik secara langsung maupun secara tidak langsung tentang seruan anti narkoba. Inilah titik dimana identitas slenkers berubah dan Gapher salah satu yang merasakan peubahan itu. Ia mengaku bahwa ”memang sih gue udah mau
147
berheni make dan minum sebelum Slank mutusin untuk kaya gitu juga tapi susah banget soalnya anakanak kalo ngumpul pasti kaya gitu dan gue jadi ikut-ikutan. Tapi waktu Slank berenti make, gue jadi makin yakin buat berenti dan lingkungan gue juga mendukung,alhamdulillah sekarang gue udah gak make lagi.” Motifasi utama Gapher masuk Slankers itu, yang pertama untuk menyalurkan kreatifitas di bidang musik, dia sempet nge-band juga degan temen-temennya, sekarang sih sibuk di kepengurusan aja. Koran Slank terbit mulai tahun 2000, itu adalah koran yang berisi berita-berita tentang Slank, dari situ anak-anak Slankers bisa tau kabarnya Slank dari sms yang langsung dikrim dari SFC pusat. Gapher ketemu sama Slank langsung itu paling sering sama Bim-Bim, palingan dalam rangka ngajuin proposal untuk bikin kegiatan Slankers di Bogor. Slankers berkesempatan buat berinteraksi dengan Slankers dari cabang lain dan juga bersama dengan Slank secara langsung, setahun ada 2 kali, yang pertama itu pas ulang tahun Slank bulan Desember, Jambore Slank dan mulai tahun ini ada ultah Slankers yang bakal diadain 6 juli 2008. dalam kesempatan-kesempata tersebut seluruh 17 SFC dari jawa barat akan ketemu dalam acara itu. Slank pernah bikin acara bersama dengan Minak Djinggo dalam acara Slank turun ke desa. Slankers dilibatkan dalam acara tersebut dengan menjadi panitia. Gapher dilibatkan dlm kegiatan tersebut, dan menurutnya hal itu membuat dirinya mengerti tentang kepanitiaan dan menjadikan bahan pembelajaran untuknya dalam membuat sebuah acara dalam kesempatan-kesempatan lain, seperti acara 17an di RT/RW. Ilmu itu sangat bermanfaat sekali untk Gapher, dan dinilainya bermanfaat juga untk anak-anak Slanker yang lain. Misalnya, seorang Slankers yang pernah menjadi MC di acara Slank, lama-lama dia jadi sering jadi MC di acara-acara lain, kayak kawinan dsb. Menanggapi Slankers yang dianggap suka bikin rusuh kalau konser, Gapher nggak setuju. ”Itu sih bukan anak-anak Slankers, anak-anak Slankers nggak suka sama rusuh, kita sih cinta damai. Mereka tuh cuma anak-anak yang gampang diprokasi aja. Palingan copet-copet atau preman yang nggak ada kerjaan...” yang pasti menurutnya, di dalam komunitas Slankers selalu saling mengingatkan untuk nggak melakukan hal-hal negatif kayak gitu.
CATATAN LAPANG Jenis Kegiatan Responden Hari, Tanggal Waktu Tempat
A R A R A R A R A R A R
: Wawancara Tak Terstruktur : Rohbet : Senin, 2 Juni 2008 : 08.30-10.00 : Potlot
: Mas, tolong sebutin nama sama tanggal lahirnya yaah? : Ane namanya Rahmat Hidayat, atau sebutannya dipanggil Rohbet. Lahir di Jakarta 8 Oktober tahun 1974. : Sudah cukup tua juga yah? Hehe : iya. Hehehe... : Sudah berkeluarga? Istri, anak? : Istri Susiarawati. Udah menikah tapi belum punya anak. Kata istri sih nyaranin disuruh nikah lagi. : Memangnya mau? Jangan lah. : Ya ane sih mau aje, asal ada yang mau. Orang dia yang nyaranin. Hehehe... : Yah, jangan dong, kasian istrinya. Udah ke dokter? : Belom sih. Abis istri ane takut katanya. : Kenapa nggak adopsi aja? : Iya, sempet kepikiran sih. Tapi istri ane sibuk. Kan dia juga kerja jadi SPG. Kerjanya pindah-pindah. Sekarang di Carrefur Taman Mini.
148
A R
: Tinggalnya dimana? : Alamat ane di KTP sih Cempaka wangi 2 RT6/9 No.30, Kebayoran. Itu alamat orang tua. Tapi sekarang tinggal di Jatiwaringin, Pondok Gede. Jalan Gg. Mesjid. Saat ini, Agil datang dan membawakan minuman untuk kami berdua. Lalu, Agil hadir selama wawancara saya dan Rohbet berlangsung, dan ikut menimpali pernyataan-pernyataan Rohbet. A : Tinggal sama istri disitu? R : Iya. A : Kerja dimana? R : Pindah-pindah sih. Sekarang ane kerja di Makro Kelapa Gading. A : Ceritain dong, gimana asal mula suka sama Slank? R : Dari SMP. SMPN 71, deket SMA 30 sini. Pertamanya, ya ane pas denger lagu ”Mawar Merah” taun 93-an. Akhirnya saya tertarik sama lagu-lagu Slank. Slank juga membawakannya seperti kejadian-kejadian kota metropolis lah, Jakarta. Tentang anak muda. Kan dulu juga Slank sempet terlibat narkoba kan? Nah akhirnay Bunda Ifet mengeluarkan personil yang terlibat narkoba, taun 90-an. Tuh pas bubar, dulu kan ada Indra, Pay. Sekarang diganti sama Abdee, Ridho, Ivan. Dulu juga Bimbim sering disini, kan rumahnya disini. Kalo ane kemari pagi, Mas Bimbim biasa, pake celana kolor doang, sambil ngerokok Marlboro deh. Emang sih saya suka Slank, ya itu... sifat kekeluargaannya ada. Jadi, emang bener-bener udah... ee.. misalnya udahpun terkenal tapi nggak sombong. Masih ngerangkul SlankerSlanker yang laen. A : Hmm, iya. Jadi begitu yah? : Iya. Slank itu kan berdiri diatas semua golongan. Slank juga sering ngadain kegiatan kayak Sumpah Pemuda, Kemping di Cibubur. A : Selalu ikutan tuh kalau Slank ngadain acara? R : Yah tergantung lah, kalau ada money juga. A : Oh, emang bayar yah kalau mau ikutan acara kayak gitu? R : Ya kena charge lah. Tapi nggak mahal sih. Paling cuma 10.000. ya masih terjangkau sih ekonomi bawah. Lalu, Rohbet menunjukkan baju yang dia kenakan adalah baju dari kegiatan Sumpah Pemuda yang digelar Slank tahun lalu di Kalibata. Acara jalan santai dari Kalibata sampai Monas. A : Wah, jauh tuh yaa? Nggak cape? R : Yah, enggak. Namanya juga nunjukin semangat pemuda. A : Kerasa banget tuh pasti rasa nasionalisme yah? R : Iya. Slank juga kan emang banyak nunjukin tentang nasionalisme di lagu-lagunya. A : Oh ya? Lagu apa contohnya? R : Bendera setengah tiang, Pan Java. Banyak lah... A : Hmm... sering datang ke konser Slank nggak? R : Ya sering dulu sih waktu masih belum berkeluarga. Kalau sempet aja datang sekarang sih. A : Dulu kan Slank pernah pakai narkoba, Mas Rohbet pernah make juga nggak? R : Ya pernah sih dulu, waktu SMP. Tapi cuma minum-minum sama ganja doang sih. Namanya juga anak muda. A : Terus, berentinya karena apa? R : Larinya ke agama sih. Aktif aja di kegiatan mesjid di rumah. Terus juga kan Slank berenti, jadi tambah yakin mau berenti. A : Setelah itu, gimana sama Slank? Maksudnya, jadi makin deket atau gimana? R : Wah, iyalah. Jadi makin fanatik. Apalagi Slank juga lewat Bunda banyak bikin program tentang pemberantasan narkoba. Intinya ngebantuin Slanker yang masih kecanduan narkoba gitu. A : Nah, sekarang tentang pembuatan video klip kemaren tuh. Menurut Mas Rohbet sendiri, lagu itu dimaknai seperti apa sih? R :“Diliat dari liriknya aja keliatan kalau Slank ingin mengingatkan kepada anggota-anggota DPR yang terlibat ini… korupsi… supaya… apa yah.. supaya inilah, lebih inget sama rakyat.DPR sendiri kan pro tentang rakyat, ya jadi harus ngerti tentang rakyat itu sendiri. Gitu ya jadi dana-dana yang harusnya buat rakyat jangan sampe ditelen sama dia sendiri. Kata-kata
149
pertama dalam lagu Slank itu nyindir anggota dewan yang punya mobil mewah, gaji besar, tapi akhirnya sengsara karena harta yang dimiliki adalah hasil dari korupsi. Pernyataan ini disepakati oleh Agil yang pada saat wawancara berlangsung juga hadir bersamaan dengan Rohbet. A : Oh, jadi menurut Rohbet lagu itu pesan buat anggota DPR yang korupsi, gitu yah? R : Iya. Namanya wakil rakyat kan dipilih sama rakyat. Harusnya mementingkan rakyat. Bukan malah make uang rakyat. Hidup mewah-mewahan. A : Dalam kesearian anak-anak Slank hidup sederhana gimana sih? R : Ya pasti nggak menunjukkan kemewahan, meskipun sebenarnya mereka semua kan bisa dibilang orang mampu lah. Tapi tetep penampilan sama gaya hidupnya sederhana. Baju apa adanya, sama aja seperti kita-kita ini. A : Ngomong-ngomong tadi nyebut Slanker ABG. Bedanya Slanker ABG sama yang udah dewasa apa sih? R : Yah, ada aja yang beda. Namanya watak dan sifat orang kan beda-beda. Tapi kalao Slanker ABG ada yang urakan, namanya juga jiwa muda. A : Emang ada bedanya yah Slanker ABG sama dewasa? R : Ada! Mereka biasanya lebih urakan. A : Slanker ABG itu mulai umur berapa? R : Ya, SMP lah. A : Memang gimana sih Slanker ABG? R : Slanker ABG tuh dihawatirkannya bikin hal-hal yang negatif, kan ada kartu anggotanya. Jadi kan kalau ada apa-apa nggak enak bawa nama Slanker. A : Bedanya hidup Mas Rohbet dulu sama sekarang kaya apa? Maksudnya, berhubungan sama pengaruh Slank dalam kehidupan Rohbet? R : Beda yah. Dulu waktu punya cinta monyet. Yaa banyak kenangannya. Berdua sama cewe nonton konser. Pernah sama guru, dia Slanker juga. Wah seru tuh! Ni cerita gw dulu yah. Dia masih gadis, ngajar di Gajah Mada. Dia emang guru tapi hobi juga sama lagu-lagu Slank. Dulu nonton konser di Ancol sampe jam 12 malem. Tapi nggak jadian, abisnya darah biru, keturunan ningrat. A : Bedanya konser dulu sama sekarang apa sih? R : Suara sih sama, Mas Kaka punya suara bagus banget. Di kaset sama konser sama. Bedanya ya dulu emang suka banyak yang mabok sih di konser. Sekarang juga mungkin ada, tapi nggak sebanyak dulu. A : Oh ya? Terus, kalau masih ada yang mabok gitu gimana? R : Biasanya ditarik sama aparat, sama Bidadari Penyelamat juga. Kalau dia nggak punya kartu SFC biasanya habis tuh digebugin. A : Ooh... Mas Rohbet sendiri menganggap pakaian Slank kayak gimana? Beda ngga manggung sama sehari-hari? R ; Yaah, sama sih sehari-hari sama manggung. Sederhana, apa adanya. Kaayk kemarin saya ke rumah Mas Kaka, cuma pakai kaus sama celana biasa. Mereka tuh meskipun udah kaya tapi masih merakyat lah. Kegiatan mereka aja banyak yang merakyat, kayak ngejinggo bareng Slank. Mereka turun ke jalan, ketemu petani, perajin, di desa-desa gitu. A : Seperti apa sih program “ngejinggo bareng Slank” itu? R : Setiap hari Kamis tayangnya, di Trans TV atau SCTV, gimana sponsornya aja. Ceritanya ya Slank turun ke jalan, turun desa gitu. Ntar ikutan aja, kalau nggak salah bulan ini di Cianjur syutingnya. Ntara abis syuting, biasanya konser. Ketika ini, Agil memotong menceritakan pengalamannya ikut acara ngejinggo bareng Slank. A : Oke, balik ke peristiwa pembuatan video clip. Kalo ngeliat apa yang mereka lakukan seharian itu. Ngerasa nggak sih sama seperti anak Slank? R : Ya iya, sederhana. Apa adanya. Itulah intinya Slanker. Tapi yang saya salutin sih Slanker dari daerah yang lebih niat datang kesini, ngebela-belain cuma pengen ketemu Slank. A : Iya. Kalau saya perhatin mereka pakaiannya lebih nge-punk? R : Ya itu sih cuma korban mode aja. Anak-anak Slank tuh intinya tampil apa adanya, slengean, sederhana.
150
A
: Oh iya, waktu pembuatan v-clip itu kan anak-anak Slank makan bareng kita yah, makanan ”rakyat” lah istilahnya. Mereka emang biasa gitu yah? Nggak sungkan tuh makan bakso kampung, ketoprak, dll? Saat ini, Agil menambahi jawaban Rohbet. Meyakinkan saya kalau dia melihat kejadian itu. R : Iya, mereka nggak sungkan makan bareng. Kalau kebeneran lagi ngumpul-ngumpul begini, biasa lah... ngobrol-ngobrol juga. A : Oh ya? Apa aja tuh yang biasa diobrolin? R : Masalah keseharian lah. A : Jadi, Masa Rohbet udah dikenal banget dong sama Slank? R : Ya mungkin kalau kenal muka sih iya. Mereka kenal lah sama yang sering nongkrong di Potlot. A : Oke, secara gampang ni mas. Bisa menilai nggak sih, Slank tuh seperti apa identitasnya? R : Yang pasti sih mereka sederhana, ramah-ramah banget. Saya salut banget. Mungkin itu juga yang bikin Slanker yang baru ketemu mereka sampai ada yang histeris, bahkan ada yang pingsan. Karena mereka baik-baik. Mesipun artis besar, tapi sangat merakyat. A : Ngerasa nggak sih punya pandangan yang sama dengan Slank? R : Sama. Jadi, gimana kayaknya. Kadang ane udah punya panggilan hati sama anak Slank. Waktu yang KPK aja, ah, pengen kemari. Bener taunya ada acara. Pokoknya pandangan ngerasa sama kayak mereka. Mungkin pengaruh mereka juga sih yang nunjukin sifatnya ke Slankers. A : Ada nggak sih yang pengen disampein ke Slank? R : Pengen sih lebih sering ngumpul-ngumpul aja. Kalo sekarang ngumpul cuma 2 atau 3 kali setahun. Pengennya sih tiga bulan sekali, supaya Slanker yang lain nggak terlalu kecewa lah. Tapi ane ngerti sih, Slank juga mungkin sibuk. A : Bisa ngga nyimpulin identitasnya Slanker? R : Kalo dulu slengean banget, karena dulu banyak pemake. Sekarang masih slengean, tapi udah terarah. Banyak pendewasaan, kan suka diomongin juga sama Bunda. Terutama soal narkoba. Slanker sekarang udah banyak yang peka juga sama masalah sosial. Biasanya tau soal ceritacerita itu dari koran Slank. A : Hmmm, memang apa aja sih pesan yang bisa diserap dari berita-berita koran Slank? R : Banyak. Intinya sih, yang banyak gw baca Slank tuh ngajak kita untuk nggak gampang terprovokasi dan berani beda untuk hal yang positif. A : Oh, gitu? Kalau Potlot sendiri ada bedanya nggak dulu sama sekarang? R : Lumayan banyak berubah. Dulu kantor pemasaran nggak di depan sana, di deket sini (sambil menunjuk ke arah kantor). Terus, dulu disini bebas banget. Kalau sekarang sih yang nginep ditanya KTP atau Kartu Pelajar. Khusus anak daerah aja yang boleh nginep, yang Jabotabek disuruh pulang sama Bunda. Apalagi anak sekolah, kalau pake seragam suka disuruh pulang, nggak boleh nongkrong disini. A : Klau arti Peace sendiri apa sih? Kok ampir semua anak Slank pasti ngomong Piss? R : Ya, peace kan bahasa Inggris, artinya damaia. Ya intinya nggak boleh pada nyulut rusuh deh. Biasanya di konser sering tuh diomongin Mas Kaka. Piss, gitu!
151
CATATAN LAPANG Jenis Kegiatan Responden Hari, Tanggal Waktu Tempat
: Wawancara Tak Terstruktur : Agil : Senin, 2 Juni 2008 : 08.30-10.00 : Potlot
Suasana wawancara ini sangat akrab. Selama wawancara ini berlangsung, Rohbet ada di antara saya dan Agil, dan sesekali ikut terlibat mengutarakan pendapatnya atas pertanyaan-pertanyaan yang saya berikan pada Agil. Disty : Gimana awal keterlibatan kamu dalam pembuatan video clip Slank? Agil : Tanggal 18 kan saya kesini. Tadinya sih mau nanyain masalah konser tanggal 20 pas hari Kebangkitan Nasional, acaranya kan di Ancol. Tapi waktu di Ancol sih acaranya peluncuran album Munir, di luar acara itu, acara dadakan. Pas tanggal 18 kesini, katanya acaranya nggak jadi. Jadinya di Taman Mini. Sore-sore ampir magrib waktu mau pulang, kata Mas Bob besok suruh kesini lagi, ada acara syuting video klip. Terus saya tanya, acaranya jam berapa? Jam 5 katanya. Terus jam 3 saya kesini, tapi masih sepi pas tanggal 19 itu. Jadi awal mulanya dari itu, dari ketidaksengajaan. Disty : Perannya jadi apa di video klip itu? Agil : Jadi masyarakat, ceritanya lewat gitu di depan warung Slank. Disty : Tau kan lirik lagunya? Menurut kamu itu tentang apa? Agil : Ya intinya hidup sederhana lah, jangan makan harta orang. Nggak seperti para pejabat yang koruptor, yang hidup mewah, bahagia, tapi rakyatnya sengsara. Wah, itu mah amit-amit deh. Disty : Nah, ngomong-ngomong, ceritain dong awalnya kenapa Agil bisa jadi Slanker? Agil : Hmm, pertama kalinya suka sama Slank tuh dari SD (Agil agak kesulitan menyebutkan tahunnya, lalu Rohbet membantu menjawab), sekitar tahun 1990-an akhir, 98 mungkin. Nah, sejak masuk pondokan (pesantren) di Tasik, sekitar tahun 2000an baru jadi suka banget sama Slank, bisa dibilang fanatik gitu. Tapi baru tergabung di SFC sendiri malah baru tahun 2004 kemaren. Disty : Oh, kenapa sih suka sama Slank? Agil : Kenapa yah? Ya suka aja gitu. Lagu-lagunya enak, gayanya asik. Apa adanya gitu, kaya saya. Hehehe... slengean. Wah asik banget diliatnya Slank tuh. Disty : Hmm, jadi Agil ngerasa sama-sama slengean yah, kaya anak-anak Slank? Agil : Ya, bisa dibilang gitu. Yang pasti mah saya suka karena lagu-lagu Slank juga sama banget ngegambarin kehidupan saya. Mulai dari yang cinta-cintaan sampai yang sehari-hari aja. Disty : Lebih suka lagu Slank yang nge beat apa slow? Agil : Paling suka lagu Bidadari Penyelamat. Nggak ada musiknya, cuma suara Kaka doang. Pada saat ini Rohbet ikut menjawab tanpa ditanya. Rohbet : Kalo saya paling suka lagu ini (sambil memutar lagu Mawar Merah di handphone-nya, lalu bernyanyi agak keras dengan penghayatan penuh) Disty : Oh, emang kenapa suka lagu itu? Rohbet : Dulu saya kan pernah kenal sama cewe. Dia guru. Terus saya ajak dia nonton konser Slank, kalo nggak salah di Ancol. Wah, itu cinta monyet banget, tapi saya seneng. Tiap denger lagu Mawar Merah jadinya inget dia. Sayang, dia nggak jadi bini saya. Yah, itulah hidup. Kadang kita emang harus ngejalanin apa yang udah digariskan. Jadi kalo ngomonginSlank, dan segimana saya suka Slank, suka banget lah. Udah jadi bagian dalam kehidupan saya gitu. Disty : Seru juga yah ceritanya. Kalo Agil, bisa nggak ceritain segimana sukanya sama Slank? Agil : Dulu waktu saya di pondokan, saya sangat mendewakan Slank. Berhubung udah deket sama Bunda n Slank, secara pribadi keingnan terpendam udah terpuaskan.
152
Saat ini sebenarnya saya ingin mendalami jawaban Agil, tapi Rohbet lagi-lagi menginterupsi. Rohbet : Jadi udah ga kaya Slanker ABG lah. Disty : Maksudnya gimana tuh? Rohbet : Ya istilhnya kan kalo ABG mah apa juga dilakukan nggak mikir konsekwensinya. Iya nggak Gil? Agil : Iya. Kalo sekarang sih saya nge fans tapi juga udah mulai menatap masa depan. Nggak cuma ngedenger lagu dan ngejar-ngejar Slank doang. Harus sekolah. Kan lagunya ada nih yang Tut Wuri Handayani ”Anak muda harus sekolah, ga boleh menganggur, untuk bekal masa depan bia ga jadi preman” (Agil menyenandungkan lagu ini) Disty : Ada ga sih preman yang jadi Slanker? Agil : Banyak sih, preman yang jadi Slanker. Kan notabene nya preman tuh dinilainya Slanker sama Oi. Disty : Katanya Oi sama Slanker suka berantem ya? Agil : Memang sih, tapi itu biasanya malah bukan Slanker sejati. Biasanya itu tadi, premanpreman yang beratribut Slank. Bisanya cuma cari rusuh doang, biar disangka hebat. Padahal Slank tuh selalu ngajarin Slanker supaya anti tawuran. Disty : Memangnya Slanker sejati tuh seperti apa sih? Agil : Slanker sejati, yang pasti pertama tuh harus punya KTA, buat formalitasnya. Selain punya KTA, intinya yang penting cinta damai, kritis, berjiwa sosial, saling setia. Rohbet : Kesemua itu disingkat atau dirangkum jadi PLUR. Peace Love Unity Respect. Disty : Artinya apa sih? Agil : Ya kalau Peace tentu cinta damai, nggak suka berantem. Love saling menyayangi, setia kawan, solider. Unity persatuan dan kesatuan, sama juga untuk nggak tawuran, kalau kita semua nih saudara. Respect ya saling menghargai. Itu kan PLUR jadinya. Slanker sejati harus berjiwa kaya gitu. Disty : Agil sendiri, dan juga Rohbet, sudah ngerasa kaya gitu nggak? Agil : Ya mudah-mudahan sih. Usahanya udah kesana. Yang pasti sih kalo berantem nggak pernah. Rohbet : Iya ane juga sama. Apalagi sekarang udah punya keluarga. Nggak bisa cuma mikirin diri sendiri aja. Jauh deh dari tawuran-tawuran gitu. Disty : Ngerasa nggak kalau penampilan sehari-hari sama kaya Slank? Agil : Sama. Tapi secara pribadi, saya nggak suka tuh pake celana robek-robek. Soalnya kepandangnya kaya anak punk gitu. Saya sih sneengnya kaya Mas Bimbim, kalo pake levis pake levis aja, nggak bolong-bolong, kaya Mas Kaka. Disty : Ngerasa punya pandangan yang sama dengan anak-anak Slank? Agil : Ya, sama. Mungkin kehidupannya agak berbeda. Disty : Memang seperti apa pandangan mereka itu menurut Agil? Agil : Yah, PLUR. Peace, Love, Unity, Respect tadi. Terus sederhana, nggak berlebihan. Gitu. Disty : Kalo terkenal bakal sama nggak kaya mereka? Agil : Sama sih. Tapi nggak sama-sama banget, ada hal-hal lain yang nggak sama. Kalau yang baik diikutin. Disty : Menurut Agil, Slank kaya apa sih identitasnya? Agi;l : Mereka mengutamakan kekompakan, selalu melakukan hal-hal yang belum mereka lakukan (beda). Terus mereka punya mimpi dan kerja keras meraih mimpinya itu. kaya sekarang ni mau tur ke Erop. Emang sih waktu taun 2004 pernah ke Jepang. Slank kan punya album yang dipasarin di Amerika, 5 lagu yang paling populer ada di album Slank. Virus, Gara-Gara Kamu, I Miss You But I Hate You, terus apa lagi yah? Lupa. Terus ditambah baru lagu-lagu barunya. Disty : Apakah suka mencontoh apa yang dilakukan anak-anak SLank? Misal, kampanye lingkungan hidup. Gimana tuh? Agil : Awalnya kalo diluar Potlot sih biasanya seenak-enaknya aja. Tapi kalo di Potlot tuh, mau buang sampah sembarangan, jadinya malu sendiri. Tapi lama-lama usaha juga sih biar
153
dimana-mana juga begitu. Jadinya kebiasaan. Lumayan juga, sekarang jadi lebih ngerti untuk sayang lingkungan. Disty : Seberapa sering sih ke sini? Agil : Hampir tiap hari sih, mungkin 3 kali seminggu. Disty : Ada nggak sih Slanker cewe? Agil : Ada, banyak. Disty : Ada bedanya nggak sih perlakuan para Slanker antara Slanker cewe sama cowo? Agil : Sama aja. Naek truk bareng, ngobrol. Cuma kadang-kadang suka digodain sih. Disty : Kan Agil suka bantu-bantu kru, dibayar nggak sih? Agil : Dibayar sih. Tapi kita seneng aja ngelakuinnya, jadi nggak masalah dibayar apa nggak. Yang penting dapet makan. Disty : Nah, sekarang masalah narkoba. Gimana Agil menanggapinya? Slanker kan pernah diidentikan dengan narkoba dan minuman keras. Gimana tuh? Agil : Nah, itu dia. Sekarang sih saya udah nggak make sama sekali, minum aja nggak pernah. Menurut saya itu yang bikin Slankers suka rusuh, karena pengaruh minuman keras. Menurut saya sih yang penting diri sendiri harus kuat iman. Istilahnya, kalo yang namanya temen ya harus saling menghargai. Kalau ada yang nawarin, tapi mereka tau kalau saya nggak make, yah mereka harus mengerti. Disty : Agil dulu pernah make juga yah? Agil : Iya, namanya ABG yah coba-coba pernah sih. Disty : Terus, gimana berentinya? Agil : Karena pendekatan agama sih. Di pondokan juga kan mendekatkan diri sama Tuhan. Disty : Ada nggak pengaruh jadi Slanker bikin kamu make narkoba? Agil : Iya, dulu kan kalo ngumpul sama anak-anak Slanker, biasanya sambil minum, nyimeng. Sekarang sih nggak, paling ngerokok aja, ngopi. Disty : Oh, jadi waktu dulu Slank make, kalian make, ketika Slank berenti, berenti juga gitu? Agil : Ya, bisa dibilang begitu. Emang udah ada niatan untuk berenti sih dulu, tapi pas Slank kampanye anti narkoba, niat tuh jadi semakin kuat lagi. Ditambah kan lingkungan terdekat kita, anak-anak Slanker juga pada malu gitu kalo mo make. Apalagi kalo lagi nongkrong di Potlot. Lagian juga kan, Slank punya program untuk ngerehab Slanker yang kecanduan dan pengen berenti make. Disty : Di Potlot sendiri, masih suka ada yang make? Agil : Nggak ada sih kalo disini mah. Nggak ada yang berani. Suka ditegur Bunda kalo ketauan. Terus kan disini ada keamanannya juga. Biasanya mereka nurut dan nggak ada yang make. Paling ketauan minum, terus dinasehatin sama Bunda. Besok-besoknya mereka nggak berani lagi. Setaun belakangan ini sih, kalo ngamatin secara pribadi, nggak ada. Kalo ketauan pasti kena tegur. Disty : Oke. Balik lagi ke prestasinya Slank. Apakah kamu setuju kalau Slank dibilang living legend? Agil : Iyalah. Coba liat band-band yang lain, bikin lagu, setahun dua tahun, nggak lama, bubar. Tapi Slank nggak kayak gitu. Udah lama banget kan, biar gonta ganti personil, tapi mereka tetep eksis. Rohbet : Pokoknya Slank tuh oke banget. Lirik-liriknya bukan cuma sekedar menghibur, bisa mengajak juga. Nggak hanya tema cinta, tapi juga tema-tema sosial, kritikan. Agil : Iya, kata-katanya juga nggak ribet. Gampang diinget dan dimengerti. Pokoknya jujur dan apa adanya. Disty : Bedanya konser Slank indoor n outdoor? Rohbet : Indoor lebih aman sih biasanya, tapi kalo acara TV. Soalnya kan diatur. Disty : Bukan acara TV, kalau yang konser, tapi indoor gimana? Agil : Wah, kalo konser indoor malah lebih bahaya. Karena lebih panas kan tuh di dalem, jadi emosi gampang kepancing. Slanker juga terbatas yang dating, jadi malah mengundang kerusuhan. Disty : Agil sendiri lebih suka nonton indoor atau outdoor? Agil : Lebih seneng outdoor sih, nggak panas dan biasanya rame. Jadi lebih seru.
154
Disty
: Ngomong-ngomong soal rame pas konser, Slanker kan jumlahnya banyak banget tuh. Setuju ga Slanker ada dimana-mana? Bahkan kalo ada konser apapun pasti ada yang bawa bendera Slank? Agil : Iya, banyak yang bilang gitu. Pokoknya konser band apa juga pasti ada Slanker. Itulah, Slank banyak banget. Banyak yang suka sama Slank. Cerirta masa lalu Agil : Oke gil, balik ke masa lalu. Ceritain dong tentang pengalaman jadi Slanker dui pesantren? Agil :Ya. Waktu di pondokan, di kelas ada 30 orang. Yang 20 massa Slanker, 10 OI, sisanya netral. Pernah suatu hari ada kabar, katanya ada konser di kota, ngga taunya dikerjain, dibohongin. Terus ketauan sama pengurus pondokan, diancam mo dibotakin kalo ketauan lagi. Eh pas bulan depannya emang ada konser beneran, anak- anak yang lain pada udah dikirim duit sama orang tuanya, saya belum. Wah, mikir nih gimana. Tapi pengen banget nonton. Dalam hati, Ah, nekat aja ah. Nggak takut juga dibotakin, bodo amat ah! Udah gitu uang cuma tinggal 500 perak, belum dikirim kan. Berangkat deh naik truk sendiri pake kolor pake lekbong. Nyampe tempatnya magrib, jalan kaki kesananya. Eh akhirnya ketemu sama ana-anak, yang emang udah janjian disana. Uang udah tinggal 300 perak, udah dibeliin rokok 200. ya udah, akhirnya ngedeketin panitianya, pengen nonton gratis.Untungnyabaek, katanya tunggu aja setengah jam lagi ntar juga dibuka. Terus, baru juga dua lagu, ”udah gatel ya?” kata bapaknya, ”Iya pak”. Eh langsung disruh masuk. Ya udah, nonton paling depan, pulang jam 2 malem. Tapi untungnya nggak ketauan, soalnya udah komitmen kalau ada yang ketauan nggak boleh saling ngebocorin. Ya udah, akhirnya 2 orang dihukum. Yang lain bebas. Hehehe... Disty : Wah, sampe segitunya yah suka sama Slank? Agil : Iya, dulu sampe segitunya ngebela-belain. Disty : Kalau sekarang? Agil : Yah nggak jauh beda sih. Kaya kemaren, nonton ke taman mini cuma bawa 10.000. tapi aman-aman aja. Emang Slanker tuh solider sih, jadi ngerokok sama kalau haus minum, ya join. Palingan sama yang kenal. Apalagi setelah kenal Rohbet nih. Rohbet : Yaah, kita kan ngerti ya gimana pengennya nonton konser Slank. Wah yang paling salut sama orang-orang daerah. Saking ngefansnya sampe nekat nonton konser, numpang mobil sampe sini. Ga peduli kelaperan. Pokoknya demi Slank. Disty : Terus, mereka itu pada tidur dimana? Memangnya boleh ya pada nginep disini? Agil : Boleh. Tapi kalo dari daerah aja, kalo dari Jabotabek pasti disuruh pulang. Kan di cek KTPnya. Apalagi anak sekolah, disuruh-suruh pulang sama Bunda. Disty : Slanker yang nggak punya KTA gimana? Agil : Tetep dianggap Slanker, cuma nggak masuk anggota. Ya, cuma penggemar aja. Disty : Perbedaannya apa yang punya KTA apa nggak? Agil : Nah, misalnya ada kerusuhan, terus ditarik ke panggung, kalo punya KTA aman. Tapi kalo nggak punya KTA gawat tuh, bisa abis digebukin. Disty : Eh, ngomong-ngomong lagi nih, Karyawan disini tuh pada kalian kenal nggak sih? Rohbet : Kenal lah. Semua karyawan disini, dulunya Slanker. Disty : Oh, bagus juga yah. Jadi memberdayakan Slanker. Rohbet : Iya, ini juga yang ngebedain Slanker sama fans club yang lain.
155
CATATAN LAPANG Kegiatan Narasumber Tanggal Waktu Tempat
Andre Adisty Andre Adisty Andre Adisty Andre Adisty Andre
Adisty Andre Adisty Andre Adisty Andre
Adisty Andre
Adisty Andre Adisty Andre Adisty Andre Adisty Andre
Adisty Andre
: Wawancara tak terstruktur : Andre Andriyanto : 3 Juli 2008 : 11.00-14.15 : Markas Potlot
: Mulai dari mana nih? : berarti dimulai dari nama dan umur. tanggal lahir deh mas? : tanggal lahir saya, 16 Oktober tahun 1977 : Saya denger Mas Andre sudah menikah ya? Kapan tuh mas? : Iya betul. Hmm, nikah taun 1999. itu 8 taun yang lalu yah... : Iya. Berarti waktu umur 23 kali ya? : Hmmm (berpikir sejenak), iya bener... : Terus, tinggal dimana mas? : alamat KTP dan tempat tinggal gue sekarang beda loh. KTP Jl. mandala V no. 23 Cililitan besar Rt.002/03 Jakarta Timur. Alamat tinggal sekarang Perumahan Bintara 2 Blok C No: 30 Bekasi Barat. Kartu keluarga gue masih pakai alamat yg di Jakarta. : Oke mas, sejak kapan sih suka sama Slank? : Tahun 1993. waktu itu masih SMP. Dari album pertama Slank jga sebenarnya gue udah feeling klo Slank akan besar kedepannya : Wah, kenapa bisa filing begitu? : karena pada tahun itu slank sebagai band yg mengeluarkan warna musik yang berbeda dengan band sebelumnya : Bedanya apa tuh? : musiknya Slank adalah musik dengan gaya Slank yg slangean liriknya yg apa adanya, sesuai dengan keadaan dimasyarakat. Setiap album slank pasti ada pesam moral itulah kekuatan slank dan pesan itu mudah dicerna oleh Slankers : Oh... memangya saat itu menurut mas andre, masyarakat kita seperti apa : Waktu itu masyarakat kita dipenuhi sama kebebasan yg dibatasin, terus pencarian diri anak muda pada saat itu bisa terjawab dengan lirik lagunya Slank. Tiap Slank ngeluarin album kan pasti ada lagu yang menggamarkan situasi, keadaan sosial di masyarakat. Contohnya gosip jalanan, padahal itu kan lagu udah empat tahun yang lalu. Terus lagu ”Rebut” di album yang baru ini, intinya mengajak anak muda untuk usaha meraih apa yang mereka mau dengan kerja, bukan diam saja. : mas andre ngerasa nggak, kalo lirik2 lagunya slank itu menggambarkan diri mas andre sebagai ank muda? : pada saat itu iya. : lagu mana tuh yang paling pas buat ngegambarinnya? : Pada waktu itu album 3 klo ngak salah. Gue lihat dan gue alamin juga : lagu yang mana mas, boleh ceritain nggak? : Lagu ini nih (Andre memutarkan sebuah lagu di komputernya dan memperlihatkan teks lagu tersebut) : Ceritain dong mas, apa sih makna lagu itu untuk Mas Andre? : Begini, kalo gue lihat banyak laki-laki pada saat itu bahkan sampai sekarang yang menginginkan dari wanita hanya keperawanan. Padahal yg terpenting adalah cinta dan kasih sayang yang tulus. Lelaki juga bisa tidak perjaka sebelum mereka menikah, bedanya dia tidak berbekas aja. Coba lo cerna lirik lagu tersebut : Yes, setuju! wah gila Karen juga, kepikiran bikin lirik kaya situ. bener banget tuh. Padahal waktu itu isu feminisme belum marak ya : Yup.
156
Adisty : Jadi, lagu itu bikin pandangan mas andre kebuka, atau gimana? Andre : Iyaa, sebnerya emang udah begitu pandanganku, tapi dengan lagu itu gue jadi makin yakin aja. Adisty : Mas Andre kan Sekjen Slankers, bisa ceritain nggak kenapa bisa jadi pengurus SFC? Andre : Gue mulai gabung untuk mengurus SFC sejak tahun 2003. Gue menawarkan konsep ke Bunda dan Slank, kebetulan konsep gue diterima. Walaupun dengan beberapa kali perubahan Adisty : Hubungan mas andre sendiri sama slank gimana sih sebetulnya? Kok kayaknya dekat sekali? Andre : Ya tentu awalnya gue adalah Slankers, terus sering nongkrong di Potlot, terus terbentuklah SFC. Sejarahnya bisa lu baca di slankfansclub.com. Adisty : Oh, oke. siip!! Terus, sebagai salah seorang penggagas, kok bisa tiba2 kepikiran pengen bikin SFC? Andre : Yaa, gue sendiri punya tujuan untuk ikut membangun dan membuat pondasi yang bagus untuk kemajuan slankers Indonesia. SFC awal mulanya ide Bunda, gue hanya membuat aturan tetap seperti ADART situ. Nah, di SFC kita pakai Kode Etik Slank fans Club Adisty : Apa aja tuh kode etiknya? Lalu Andre sibuk mencari-cari file Kode Etik SFC. Begitu dia menemukannya, dia menunjukkan pada saya Kode Etik SFC. Adisty : Oke Mas, bisa nggak sih sebutin, garis besar apa sih yang benar-benar mencirikan Slank, dan nilai-nilai yang dibawa Slank? Andre : Nilai kebersamaan yang selalu dijungjung tinggi, mereka tidak melihat latar belakang, status sosial, dan apapun. Dan Slank juga selalu mensosialisasikan kepada Slankers untuk mempunyai jiwa solidaritas yg tinggi. Sebagai sekjen, itu yang harus gue jaga. Karena solidaritas jika dibawa kearah ygpositip akan mempunyai dampak yg positif tapi sebaliknya jika dibawa dengan negatif itu akan jadi bumerang Adisty : kalau pakaian sendiri, menurut mas andre gmn? apakah itu ingin menunjukkan sesuatu ke orang2? Andre : Nggak juga sih. Kadang gue juga ngak setuju, jika Slankers yg beratribut slank dia disebut slankers sejati. Adisty : Kenapa Mas? Andre : Menurut gue slankers sejati adalah slankers yg bisa memaknai pesan yang disampaikan oleh slank dan bisa menularkan pesan tersebut kelingkungan sekitar. Adisty : pesan-pesan apa sih yang paling penting harus ditularkan seorang slanker ke sesama slankers n lingkungannya. Yaitu 13 ajaran tidak sempurnanya slank Kemudian Andre menunjukkan selembar kertas berisikan 13 Ajaran Tidak Sempurna Slankissme. Andre : Selain itu slank setiap keluarin album selalu ada pesam moral didalamnya, pesan itulah yg harus slankers maknai. dan tugas gue menjaga semua itu sesuai dengan relnya. Adisty : Gimana cara menjaganya tuh Mas? Andre : Mangkanya ada koran slank, slank.com. slankcyber.com dan slankfansclub.com. disitu para Slankers bisa mengakses berita dan lain-lain tentang Slank. Jadi disitu bentuk kontrol SFC atas nama Slank untuk menjaga nilai-nilai Slankissme yang 13 tadi. Adisty : Hmm, trus menurut mas andre, Slanker yang rusuh2 gitu gimana? Andre : Bukan cuma slankers, partai juga rusuh, sepak bolah juga, bukan hanya di Indonesia, dinegara maju juga jika sudah berkumpul ribuan org dengan berbagai kalakter bentrokkan pasti ada. Mangkanya tugas sfc itu untuk memberikan pemahaman untuk lebih dewasa jika menikmati pertunjukan musik dan apapun Adisty : Ya sih, tapi ada beberapa slanker yang bilang kalo yang rusuh2 itu bukan slanker sejati, stuju ga? Andre : masalahnya bukan disitu. jangan diukur dengan itu juga Adisty : trus gimana ngukurnya mas? maksudnya, apa sih yang membedakan slanker sejati dengan slanker ikut2an?
157
Andre
: Nah begini. Slankers itu ada 3 kategori. Pertama, slankers yang dia cuma suka dengan slank bisa melalui atribut yg melulu slank. Kedua, slankers yg cuma ikut2an, tapi dia apal seluruh lagu slank, tapi dia ngak bisa memaknai arti dan lirik lagu slank. Ketiga, dialah Slankers sejati, dia bukan hanya apal lagu slank tapi dia juga mengerti dam menimplementasikan seluruh pesan nya slank. gaya dia slengean tapi bukan dia beratribut slank yang penting jiwa dia slank abis Adisty : Mas Andre, ngerasa nggak sih kalo mas andre tuh punya persamaan sama Slank? Andre : sangat Andre : Apa nya tuh? Andre : sering lirik lg yang diciptain slank adalah pengalaman hidup dan kadangjawaban permasalahan hidup gue. Contohnya yang tadi gue ceritain itu, yang tentang perempuan. Adisty : kalo dari penampilan dan gaya hidupnya, ngerasa nggak punya persamaan sama Slank? Andre : penampilan ia, tapi gaya hidup pasti beda lah Andre : latar belakang dan status sosialnya kan beda. Maksudnya, pekerjaan mereka aja beda sama gue, jadi ya beda lah. Adisty : buat mas andre sendiri, apa sih makna dari penampilan Slank Andre : dari pakaiannya kelihatan kalau slank itu dari sudut pandang gue sangat sosialis, tampil apa adanya, tapi punya sikap dan bertangung jawab. Adisty : Perbedaan Slankers cewe sama cowok ada nggak? Andre : Perbedaannya cuma di nama doang. Kalo cewe Slanky, kalo cowo Slanker. Perlakuan sih sama aja mau cewe apa cowo. Dari sudut pandang administrasinya juga sama aja sih. Adisty : Menurut Mas Andre, seperti apakah personil Slank itu? Andre : Dia sebagai artis, gua ngeliat dia tuh saat merasa di lingkungan penggemarnya, nggak ngerasa seperti artis. Teruatama di cabang2 fans club, ga mau dianggap sebagai artis. Dia malah nggak mau dibedain sama fansnya, malah nggak nyaman kalo dibedain. Itulah kehebatan dia. Dia sangat care sama penggemarnya. Apapun masalah Slanker pasti diakomodir sama dia. Kaya kita itu punya dana infak, khusus buat Slankers. Jadi kalo Slankers ada yang punya masalah untuk berobat atau ada masalah keuangan. Jadi Slank kalo manggung itu pasti biayanya ada yang dipotong untuk infak. Adisty : Wah, bagus banget tuh mas. Terus, kalau misalnya dilihat secara kasat mata, identitas yang ditampilkan oleh Slank? Andre : Slank tampil apa adanya. Acara formal, kawinana, ya apa adanya. Dengan kaos oblong, celana belel, ya apa adanya. Waktu itu pernah mau ngadep Presiden Megawati, pakenya cuma jas aja, pake jeans. Jeans nya nggak belel sih waktu ke istana, cuma agak gelap situ warnanya, karena permintan istana kan situ yah. Kalo kesehariannya sih, beda banget sama artis-artis lain. Jadi nggak ada perbedaan antara dia sama gua sih. Kalau di mata Slankers lain sih, ya itu dia, kadang-kadang kalau yang dari daerah ya, kebanggan kali ya. Kalau mereka dari daerah jalan ke Potlot, terus pulang ke daerahnya tuh cerita-cerita ke kawan-kawannya, udah kaya yang abis pergi haji aja. Adisty : Apakah Andre : Ada beberapa sih yang salah nangkep. Tampilan Slank yang ada adanya tuh disalah artikan. Kalo ada Slankers yang masih-masih remaja, gaya berpakaian Slank tuh disalah artikan. Gw akuin yah, masih banyak Slankers yang suka minum-minum. Bangga sebagai Slankers, minum-minum, merasa jantan gitu. Tapi proses sih, biasanya kalo udah pada dewasa ninggalin sendiri sih. Adisty : Usaha SFC? Andre : 6 bulan sekali, di Jawa Barat masih bisa dateng ngasih pengarahan mengenai minum dan narkoba gitu. Kalo di daerah lain biasanya kerjasama. Adisty : Gimana ceritanya sampe Slank concern sama masalah kampanye anti-narkoba? Andre : Nggak terlepas bahwa Slank nggak make lagi, tahun 1999. lagu balikin dia masih make, udah usaha. Di tahun 99, mulai dari situ, banyak, udah kata BNN, Sahabat Rekan Sebaya. Mulai bener2 dilaksanakan taun 2004, sampe buka Padepokan Slankers Recovery. Mas Bimbim mau bikin padepokan, tapinya orang yang berobat gratis,
158
Adisty Andre
Adisty Andre Adisty Andre
Adisty Andre
khususnya Slankers. Berganfrngan sama SRS. Bikin event taun 2004, Hari Madat Sedunia. Di bulungan, ngundang Mensos melalui perwakilannya. Masih berjalan padepokannya, tadinya di Potlot. Sekarang di daerah Kalibata. Masih bagian dari Pulau Biru juga, kerjasama sama RS Bayangkara Lebak Bulus. : Semenjak kampanye itu, ada perubahan ga? : Itu dia, Bang Denny ngeliat dulu disini tuh disini bebas, orang mo ngapain juga boleh. Tapi semenjak tahun 1999, disini bersih. Kalo ada yang ketauan mabok, langsung kena tuh, ditegor dan bahkan diusir. : Ada pengalaman menggunakan narkoba? : Kalo coba2 sih pernah, tapi alhamdulilah nggak kecanduan. Syukur2 gua ga gampang kecanduan sih orangnya. Rokok juga nggak gitu-gitu amat. : Apa yang diharapkan pribadi, identitas Slankers? : Impian gw sih ingin merubah imej Slankers dimata masyarakat. Proses itu yang pengen gua rubah. Makanya ke depan gua itu pengen banget SFC jadii LSM yang lebih ke lingkungan hidup dan sosial. Dan jangan sampai terjun politik sih Slankers ngambil keputusan apapun harus kordinasi dulu ke pusat. Apalagi sekarang lagi musim pemilihan pemilihan, udah banyak tawaran. Dulu kan Slank pernah kerjasama sama Amin Rais? Secara pribadi gua nggak setuju, gw bilang ini dampaknya jadi gede. Akhirnya terbukti, sekarang Slank ikut-ikutan politik. Padahal waktu itu Mas Bimbim cuma ngasih pencerahan sama salah satu calon presiden aja, tetapi masyarakat kan menilainya lain. Gw sih pengen tetap pada prinsipnya, Slankers itu ada di semua kalangan. Nggak cuma milik satu parpol aja. Makanya itu gua nggak mau terjun ke politik. : Mas Andre bisa nggak nyimpulin identitas diri Mas Andre sebagai Slankers? : orang hidup pasti pengem menciptakan sesuatu. Gua paling nggak suka jadi orang yang tampil di depan. Gua pengen orang mengenal gua sebagai Andre, sebagai orang yang di belakang layar. Tapi bisa menciptakan orang yang berguna untuk masyarakat. Gua nggak pengen banget cari muka, cari nama, gua paling nggak suka begitu.
CATATAN LAPANG Kegiata Narasumber Hari, Tanggal Waktu Tempat
A H A H
A H
A H A H
: Wawancara tak terstruktur : Hilda Putri : 17 Juli 2008 : 10.00-12.30 : Potlot
: Selamat siang Hilda, apa kabar? : Wah, baik-baik. Gimana nih, kita mulai dari mana? : Oke, ceritain dong gimana awalnya kamu bisa suka sama Slank? : Saya suka sama Slank dari SMP, sekitar taun 2000an. Menurut saya Slank itu musiknya kreatif, lain dari pada yang lain. Kalo band-band lain suka bikin lagu yang puitis, dan agak susah dimengerti. Slank tuh ceplas-ceplos, apa adanya. Jujur jadinya. Itulah kenapa gw suka Slank. : Terus, sejak kapan kamu bergabung di SFC? : Hmm, saya terdaftar jadi anggota SFC taun 2004. Tadinya kan cuma suka-suka gitu aja, eh terus anak-anak Slanky yang laen pada punya KTA. Ya udah, biar afdol, saya bikin KTA juga. : Slanky itu sebutan Slankers cewe yah? : Oh, iya. Kalo cewe disebutnya Slanky. : Wah, itu jadi kayak ngebeda-bedain cowo sama cewe dong? Iya ngga sih? : Ngebedain gimana? Nggak sih, cuma beda namanya aja.
159
A H
: maksudnya, ada ngga sih perbedaan perlakuaan antara Slanker laki sama perempuan? : Dalam hal apa dulu nih? Kalau saya sih ngerasanya malah, sebagai perempuan yang Slanker, suka diduluin apa-apa. Kaya misalnya kalo ngantri toilet,di depannya cowo semua. Nah, saya biasanya disuruh masuk duluan. A : selain itu gimana, misalnya pas konser? H : Kalo konser sih sama aja. Semua jingkrak-jingkrakan. Kebetulan saya sih udah banyak kenal sama pengurusnya disini (Potlot), jadi suka agak di depan. Alhamdulilah aman sih. A : Ngerasa nggak sih, kalau kamu punya persamaan sama Slank? H : Persamaan apa nih? A : Ya, persamaan pandangan, gaya hidup? H : Pandangan tentunya iya. Makanya gw gabung jadi Slanker, karena gw suka pandangan mereka, cocok sama gw. Gaya hidupnya juga. Dari mulai pakaian yang santai, sederhana. Ge suka, dan itu emang sama kaya gw. Nih, lu liat sendiri aja kan? Hari itu Hilda mengenakan kaus oblong, celana jeans belel. Hilda memiliki tubuh agak gemuk dan rambut pendek diatas telinga, hampir terlihat seperti laki-laki. A : Iya. Tapi pandangan sendiri, menurut Hilda emang gimana pandangannya Slank sampe bisa disebut sama kaya kamu? H : Cinta damai. Piss! (Hilda mengacungkan dua jari ciri khas Slank), Kebebasan yang bertanggung jawab. Terus juga Slank itu berani beda. Slank merakyat, mencintai alam. Ya, kesemuanya ada di 13 ajaran Slankissme yang sering disebut-sebut Mas Andre. Semua itu cocok sama pandangan saya. A : Hilda afal tuh ketiga belasnya? H : Nggak afal semua sih. Tapi gw tau intinya. Kalo dirangkum jadinya PLUR. Peace, Love, Unity, Respect. Gitu. A : Maksudnya apa tuh, bisa dijelasin ga? H : Peace tentu cinta damai. Slanker sejati nggak ada yang nyulut rusuh, tawuran. Apalagi sama sesama sodara. Kao gw sih mikirnya dari lingkungan Slanker sendiri. Kita semua sih Piss aja dan ngerasa kaya sodara, keluarga lah istilahnya. Kalo Love, saling mencintai, menyayangi. Makanya kan kalo udah punya love, terus perasaan persatuan ato unity, dan saling menghormati, ato respect, pasti jadinya damai. Itu cita-cita Slank. A : oh, keliatannya Hilda dalem banget nih memahami pandangan Slank. Kamu ngerasa nggak sih, udah jadi seorang Slanker sejati? Sebelumnya, bisa nggak ceritain, Slanker sejati tuh seperti apa sih? H : Kalo menurut saya, untuk disebut sebagai Slanker, bukan diliat dari penampilannya aja. Ada kan tuh, banyak orang yang pake atribut Slank di bajunya. Tapi bukan itu aja. Lebih utama dia dateng kalo Slank manggung, dan dateng di setiap acara. Lagu-lagunya pun nggak cuma tau, tapi hafal dan ngerti maksudnya. A : Buat Hilda, ada nggak lagu Slank yang paling ”gue banget” gitu? H : Gw suka semua lagu Slank, tapi kalo yang gue banget, hmm... apa ya? ”Ku Tak Bisa” mungkin. Itu lagu cinta, tapi gw suka banget. Dan gw artiin bukan sama bokin gw, tapi untuk sahabat gw yang meninggal nggak lama sebelum lagu itu keluar. A : Wah, turut berduka yah. H : Iya, makasih. Itulah kerennya Slank. Lagu-lagunya juga bisa diartin banyak, tergantung kitanya. Lagu Balikin tuh, inget ga, yang video klipnya Wanda Hamidah? A : Oh iya iya... H : Ceritanya kan kaya minta tanggung jawab sama pacar gitu, padahal juga ada maksud lain, Slank waktu itu udah mo bebas dari drugs. Jadi mereka pengen balikin hidup bersih kaya dulu lagi gitu. A : Nah, ngomongin lagu. Lagu Slank yang baru aja keluar klipnya ”Seperti Para Koruptor”, tau doong? Menurut Hilda gimana? H : iya, tau. Itu yang lagi seru-serunya, urusan korupsi. Hm, ga da habisnya yah! Makanya sekarang kalo menurut gw sih dimulai dari diri sendiri aja. Kaya nggak beli bajakan, itu kan korupsi kecil-kecilan. Kalo di lagu itu, ya jelas nyindir pejabat yang berpenampilan
160
A H A H A H
A H
A H
kaya tapi tauya pake uang rakyat. Percuma kan, katanya hidup mewah tapi ga ada cinta. Jadi cinta, kasih sayang tuh yang utama. PLUR. : Sip. Kalau gitu, bisa simpulin ga, kaya apa sih identitas personil Slank keseluruhan. Maksudnya, identitas Slank? : yang pasti slengean, apa adanya, sederhana. Itu sih yang utama. : Kalo identitas Slanker, seperti apa? : ya cinta damai. Kalo diliat dari baju, slengean gini aja, kaya Slank. Dan sehari-hari juga hidupnya sederhana. : Hilda setuju nggak kalau dibilag Slanker selalu mencontoh apa yang dilakukan Slank : Ada aja yang kayak gitu, banyak malah. Mungkin mereka yang masih SMP-SMA. Terus mereka yang di luar kota, kan jarang berinteraksi sama Slank langsung. Mereka mungkin kurang memahami maknanya, cuma liat luarnya aja. Kalo Slank gini, mereka gini, Slank gitu, mereka gitu. Kalo saya pribadi sih, pilih-pilih. Mana yang baik dicontoh, yang negatif ya engga. : Apa aja tuh yang negatif kira-kira? : Yaa, kita semua kan tau mereka pernah ngedrugs. Saya sih alhamdulilah nggak pernah,dan nggak mau gitu. Minum-mnum juga saya nggak. Kalo nonton konserpun cuma sekedar air putih aja. Palingan ngerokok sih. : Oh, kalo Slanker yang lain gmana? ; Sya ngga tau juga kalo yang lain. Tapi yang deket sama saya sih udah nggak suka gitugituan. Trus, kalo di poltot juga kan dijaga ketat jangan sampe ada yang gitu. Apalagi kalo ada Bunda. Kita menghormati banget itu kok.
161
Lampiran 2. Kode Etik SFC
SUSUNAN PENGURUS PUSAT SLANK FANS CLUB INDONESIA Pelindung : Mohammad Hatta Penasehat : Bunda Iffet Sidharta Dewan Presidium : Bimbim Kaka Ivan Ridho Abdee Wakil Dewan : Bang Denny Sekjen : Andre Bendahara : Shanti
KETETAPAN MUSYAWARAH SLANK FANS CLUB KE-1 TH.2004 DENGAN PERBAIKAN KE-2 TH.2006 NOMOR : I/II/IX/2004 KODE ETIK SLANK FANS CLUB DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MUSYAWARAH SLANK FANS CLUB KE-1 TAHUN 2004 a) Bahwa Slank Fans Club sebagai sebuah kelompok yang bergerak dalam bidang pembinaan generasi muda khususnya diharapakan dapat memberikan suri tauladan yang sesuai dengan nilai-nilai dan norma-norma agama serta nilai-nilai moral dan etika dalam kehidupan bermasyarakat yang diimplementasikan dalam norma-norma dan etika yang hidup dan berkembang dalam Slank Fans Club dan menjadi pedoman dalam kehidupan keluarga besar Slank Fans Club. Bahwa norma-norma dan etika keluarga besar Slank Fans Club harus dapat memberikan motifasi dan dorongan bagi setiap anggota keluarga besar Slank Fans Club agar mempunyai perilaku yang baik, berbudi luhur, kreatif, berfikir secara inovatif, berkata dan bertindak
162
LAMPIRAN KETETAPAN MUSYAWARAH FANS CLUB TAHUN 2004 DENGAN PERBAIKAN KE-2 TAHUN 2006 NOMOR: I/II/IX/2004 TENTANG KODE ETIK SLANK FANS CLUB PASAL 1 Setiap Anggota Slank Fans Club terikat dan mengikat diri serta tunduk terhadap kode etik Slank Fans Club Pusat Pulau Biru yaitu: 1. Taat dalam Undang-Undang Dasar 1945 berazazkan Pancasila. 2. Menjunjung tinggi dan menghormati nilai-nilai kemanusiaan atas dasar kemanusiaan yang adil dan beradab dengan tidak membeda-bedakan latar belakang asal-usul, ras/etnis, suku, agama, status social, golongan maupun paham. 3. memiliki rasa setia kawan, tenggang rasa dan saling menghargai antara sesama kawan. 4. Serta dan senantiasa menjaga nama baik,martabat dan kehormatan keluarga besar Slank Fans Club Pusat Pulau Biru dan Slank Fans Club Wilayah. 5. Jujur, adil, bijaksana dan bersahaja 6. Disiplin dan bertanggung jawab 7. Berdiri di atas semua golongan dan merupakan kelompok Non Partisan.
163
LAMPIRAN KETETAPAN MUSYAWARAH FANS CLUB TAHUN 2004 NOMOR: I/II/IX/2004 TENTANG KODE ETIK SLANK FANS CLUB PASAL 1 Setiap Anggota Slank Fans Club terikat dan mengikat diri serta tunduk terhadap kode etik Slank Fans Club Pusat Pulau Biru yaitu: 1. Taat dalam Undang-Undang Dasar 1945 berazazkan Pancasila. 2. Menjunjung tinggi dan menghormati nilai-nilai kemanusiaan atas dasar kemanusiaan yang adil dan beradab dengan tidak membeda-bedakan latar belakang asal-usul, ras/etnis, suku, agama, status social, golongan maupun paham. 3. memiliki rasa setia kawan, tenggang rasa dan saling menghargai antara sesama kawan. 4. Serta dan senantiasa menjaga nama baik,martabat dan kehormatan keluarga besar Slank Fans Club Pusat Pulau Biru dan Slank Fans Club Wilayah. 5. Jujur, adil, bijaksana dan bersahaja 6. Disiplin dan bertanggung jawab 7. Berdiri di atas semua golongan dan merupakan kelompok Non Partisan.
164
PASAL 2 KAIDAH PELAKSANAAN 1. Kode etik Slank Fans Club ini merupakan pedoman dan landasan moral bagi setiap anggota baik dalam lingkup Slank Fans Club maupun dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat. 2. Setiap tindakan anggota Slank Fans Club yang tidak sesuai aturan atau bertentangan dengan kode etik Slank Fans Club sebagaimana tersebut dalam pasal 1 di atas dapat dimintai pertanggungjawaban. 3. Sanksi-sanksi atas pelanggaran dan penyimpangan kode etik Slank Fans Club ditetapkan oleh komisi kode etik Slank Fans Club sesuai dengan tinkat kesalahannya. 4. Bentuk sanksi-sanksi yang diberikan untuk ketua, pengurus dan anggota yang melanggar dapat berupa: a) Sanksi Pertama berupa teguran secara lisan yang diberikan kepada ketua,pengurus maupun anggota yang melanggar dan menyimpang. b) Sanksi Kedua berupa surat peringatan yang diberikan langsung kepada ketua, pengurus maupun anggota yang melanggar dan menyimpang. c) Sanksi Ketiga berupa pemberhentian berdasarkan jabatan yang di duduki saat itu baik sebagai ketua,pengurus maupun anggota. d) Sanksi Keempat untuk ketua langsung dari Ketua Pusat.
165
PASAL 3 KODE ETIK SLANK FANS CLUB 1. Kode etik Slank Fans Club dibentuk bersama Badan Pengurus Pusat dan Slank Fans Club secara musyawarah. 2. Kode etik Slank Fans Club mempunyai wewenang: a) Menjadi pedoman didalam menjalankan kegiatan Slank Fans Club. b) Meminta pertanggungjawaban Anggota yang dianggap melanggar dan menyimpang kode etik Slank Fans Club serta melanggar disiplin dan peraturan-peraturan Slank Fans Club. c) Memberikan rekomendasi kepada badan pengurus Pusat sebagai bahan untuk mengambil keputusan. 3. Tata cara pembentukan struktur Slank Fans Club,tata cara kerja dan tata hubungan kode etikSlank Fans Club diatur lebih lanjut dalam peraturan Slank Fans Club.
PASAL 4 KEPENGURUSAN SLANK FANS CLUB 1.TATA CARA MENJADI PENGURUS SLANK FANS CLUB Membentuk Slank Fans Club di tingkat wilayah tertentu. a) Mempunyai nama kelompok yang berhubungan dengan Slank. b) Tempat alamat dan nomor telepon yang jelas dan dapat dihubungi sewaktuwaktu dan bila mungkin mempunyai faximile maupun email (berlangganan). c) Memiliki unit usaha secara bersam-sama dan merupakan induk dari usaha di tingkat bawahnya. d) Minimal beranggotakan 100 orang termasuk kepengurusan: • Ketua + Wakil • Sekretaris + Wakil • Bendahara + Wakil • Dan Bidang-Bidang e) Mempunyai hubungan dengan station radio dengan membuat program acara tertentu. f) Ketua wajib mendidik calon pengganti dan bila ketua vakum, wakil berhak mengganti untuk menjadi ketua. g) Wajib melakukan penggantian ketua setiap 3 (tiga) tahun sekali dengan memberi kesempatan kepada anggota. h) Mantan ketua berhak menjadi pelindung atau penasehat bila dalam menjalankan tugas sebagai ketua tidak cacat. i) Setiap kepengurusan Slank Fans Club wajib mempunyai pelindung dan penasehat. j) Setiap ketua Wilayah mentargetkan memiliki cabang di setiap Kabupaten dan bila berhasil dapat langsung ke tingkat Kecamatan.
166
k) Setiap ketua harus mendidik anggota untuk dapat berkreasi dalam membuat kegiatan dan dalam membentuk unit usaha. l) Setiap 3 (tiga) bulan menyerahkan laporan kegiatan ke Pusat. m) Melaksanakan tugas-tugas yang diberikan dari Pusat dan setingkat diatasnya. n) Memiliki Bendera Slank Fans Club Wilayah dengan logo wilayahnya o) Syarat-syarat dibentuknya Bidadari Penyelamat, sebagai berikut: • Memiliki fisik yang kuat dan sehat • Dengan jumlah Bidadari Penyelamat 20 orang per Wilayah • Bertugas mengamankan setiap kegiatan • Mengenakan seragam yang telah disepakati bersama 2.RUANG LINGKUP/TANGGUNG JAWAB STRUKTURAL 1. Anggota slank Fans Club adalah yang berasal dari berbagai suku Bangsa, agama, dan profesi yang memiliki kemauan bergabung dengan Slank Fans Club, berasal dari kalangan pelajar, mahasiswa, pegawai, pengamen, olahragawan, budayawan, sastrawan, seniman, ilmuwan, praktisi suatu bidang profesi yang telah bergabung dengan kepengurusan Kotamadya/Kabupaten dan memiliki 1 (satu) Kartu Tanda Anggota (KTA) dari Pusat. Catatan: Tidak boleh ada pembatasan/perbedaan/diskriminasi calon anggota Slank Fans Club yang ingin bergabung apakah dia Slankers (penggemar Slank) atau bukan.Semua boleh bergabung asalkan sesuai dengan syarat atau peraturan Slank Fans club. 2. Slank Fans Club Wilayah adalah: sekelompokan orang yang tergabung dalam wadah yang memiliki minimal 100 orang anggota dan telah membentuk kepengurusan serta telah terdaftar di Slank Fans Club Pusat secara resmi memiliki SK (Surat Keputusan) dan piagam dari Pusat yang telah ditandatangani oleh personil Slank dan pengurus Pusat, memiliki kegiatan yang jelas, aktif, kreatif dan positif secara struktual bertanggungjawab kepada badan pengurus Slank Fans Club Pusat. 3. Slank Fans Club Ranting adalah: Slank Fans Club ditingkat Wilayah minimal memiliki 50 orang anggota dengan membentuk kepengurusan dan harus terdaftar di Slank Fans Club Wilayah secara resmi, memiliki piagam yang didapat dari Slank Fans Club Wilayah. Secara struktural bertanggungjawab kepada Badan pengurus Slank Fans Club Pusat dan Slank Fans Club Wilayah. 4. Kartu Tanda Anggota (KTA) yang berhak mengeluarkan hanya oleh Pusat dan Slank Fans Club Wilayah dapat mengeluarkan hanya untuk administrasi semata.
167
Lampiran 3. Teks Lagu ”Rebut” REBUT Chord lagu slank dari album THE BIG HIP Rilis tahun 2008 Produksi Slank Records [intro] Bm F#m G A 2x Bm F#m D A Mana ada perlawanan tanpa keringat Bm F#m G Mana bisa kemenangan tanpa semangat
A
[intro] Bm F#m G A 2x Bm F#m D A Mana ada keberhasilan dalam waktu singkat Bm F#m G A Jangan ada persaingan yang tak sehat A-Bm G A Rebut.. Jangan didiamkan saja A-Bm G A Rebut.. Kejar & jangan diam saja Bm F#m G A 2x Bm Mana Bm Mana
F#m D ada pertarungan untuk mengalah F#m G A ada sejarah kita menyerah
Em F#m G A Seluruh negri teriak bersama Em F#m G Seluruh negri berseru.. A 1... 2... 1... 2... 3... 4...
A
168
Lampiran 4. Data Slank Fans Club (SFC) 2008 NO
PROVINSI
NAMA KETUA
ALAMAT
JUMLAH ANGGOTA
1
Bali - Denpasar
Kaput
Jl. Tukad Irawadi Gg.18X No.12 Panjer Denpasar - Bali 80225
325
2
Banten - Anyer
Iwan Ebeq
Jl Raya Anyer Kp. Kapuh Rt.08/02 No. 1 Anyer Banten
170
3
Banten - Lebak
Udin Boss
Jl. RD.T Hardiwinangun No.44 Rangkasbitung-Lebak. Banten
100
4
Banten - Serang
Ivan Bob
Jl. Rm.HS.Jayadiningrat Rt.10/06 No.19 Gg.Ratu Kasum, Kaloran Serang 42115
150
5
Banten - Tanggerang
Boim
Jl. Asahan I No.41 Perumnas II Tangerang
115
6
Bekasi
Reza
Jl. Perjuangan No.2 Teluk Buyung, Bekasi Utara
236
7
Batam
Emy
Tiban 2 Blok.B 3 No.46 Sekupang Batam
150
8
Depok
Be'enk
Jl. Raden Saleh 3 No.26 Rt.6 Rw.5 Sukmajaya, Depok
250
9
DIY - Yogyakarta
Andi
A/N (Syafrudin) Jl. Nitikan No. 98,UH 6 Yogyakarta 55162
2633
168
169
10
DKI Jakarta
11
Jawa Timur - Blitar
12
Jawa Timur - Banyuwangi
Dibo piss
Manggarai - Jakarta Selatan
28298
Doni
Jl. Bali No.94B Blitar 66137
198
Nico Alfian
Jl. Ikan Cucut no.43 THR Banyuwangi 68413
131 134
13
Jawa Timur - Bojonegoro
Iwan Setiawan
Jl. AKBP M. Soengkono 3 Bojonegoro 62111
14
Jawa Timur - Bondowoso
Fery
Jl. Kebun Bibit No.335 Tamanan Bondowoso 68263
190
15
Jawa Timur - Gresik
Andre
Jl. Amuntai 52 Perum GKB Gresik
350
16
Jawa Timur - Jember
Arwan
( SFC Tepi Campuan ) Perum Villa Tegal Besar C-51 Rt.05/V Jember 68132 Jawa Timur
124
17
Jawa Timur - Jember
Ino
Jl. KH. Agus Salim 1/2 Jember Flexi.3317769609
150
18
Jawa Timur - Jombang
Ipang
Jl. Abdul Rachman Saleh IV/35 Jombang
452
19
Jawa Timur - Kediri
Ali Farhan Roni ( Wakil )
Perum Mojoroto Indah Blok.AA No.10 Kediri
164
20
Jawa Timur - Lumajang
Hengky Tri
Jl. Komodor Yos Sudarso ( Blkg CPM) Rt.01 w.06 No.85 A Lumajang
100
169
170
21
Jawa Timur - Lamongan
M Nafis AR
Jl. Sunan Drajat 144 Lamongan 62217
100
22
Jawa Timur - Madiun
Andri Prasetyo
Jl. Kencanayasa 12 Madiun Jawa Timur
100
23
Jawa Timur - Ngawi
Indra Buana
Jl. Raya Mojo Peku 66 III/27 Ngawi
100
24
Jawa Timur - Malang
Sandi (Bejo)
Jl. Ranakah 12-14 Malang
870
25
Jawa Timur- Mojokerto
Antok
Dusun Pelabuhan Rt.03/05 Ds. Jetis Kec. Jetis Mojokerto - Jawa Timur 61352
287
26
Jawa Timur - Pamekasan
Rizal
Jl. Veteran No: 38 Rt.02 Rw.04 Kel.Barurambat - Pamekasan
100
27
Jawa Timur - Pandaan
Bayu
100
28
Jawa Timur - Pasuruan
Firman ( Bodong )
Jl. Rebon Waris IA/7 Pandaan Jawa Timur Jl. Melati Gg. 4/17 Pasuruan 67114
29
Jawa Timur- Probolinggo
30
Jawa Timur - Sidoarjo
31
Jawa Timur - Situbondo
Iwan Endriansyah
32
Jawa Timur - Sumenep
Matrisk
225
Yossi
Perum.Pondok Pabean Indah Blok T No.6 Kec. Dringgu Kab.Probolinggo
159
Andi Wijaya
Jl. KH. Cholil Blok. GI/28 Wisma Tropado Waru Sidoarjo
386
120 Jl. Selamet Riyadi 68 Madura
130
170
171
33
Jawa Timur - Surabaya
Ahmad
Jl.Klampis ngasem 62E Surabaya
1000
34
Jawa Timur- Tuban
Teguh Sayono
Jl. Kompol Soekoko Gg.Ikhlas No.13 Tuban, Jawa Timur
110
35
Jawa Barat - Ciamis
Mumu
Jl.KH.Ahmad Fadil No.60 Darusalam Ciamis 46271
300
36
Jawa Barat - Cianjur
Anyotz
Jl. KH. Soleh Pasar Bojong Meron No.8 Cianjur
1100
37
Jawa Barat - Cikarang
Dede.M.A Bule
Jl. Raya Sukatani Rt.01/01 Ds. Sukamulya Kec.Sukatani Bekasi 17630
1742
38
Jawa Barat - Cimahi
Zell-Piss
Jl. Cihanjuang Komp. Nata Endah Blok N.77 Cimahi
135
39
Jawa Barat - Cirebon
Suhartono
Jl. Sultan HasanuddinRt.02/Rw 04 kel. tukmudal Kec. Sumber Kab. Cirebon 45611
937
40
Jawa Barat - Garut
Anton Doank
Jl. Pataruman Gg.Suka Sari 3 rt.04/01 No.10 Tarogong Kidul, Garut 44151
270
41
Jawa Barat - Indramayu
Deni
Jl. Baiturachman Rt.17/7 No.14C Blok. Buyut Milah Ajatan Utara Kab. Indramayu 45265
345
42
Jawa Barat - Karawang
Jajat
Jl. Raya Syech Quro No.28 Konjengkang Lamaran - Karawang
600
171
172
43
Jawa Barat - Kuningan
Arax
Jl. Pengairan No.906 Ancaran Kuningan
100
44
Jawa Barat - Majalengka
Mien Halimi
Jl. Kaputren No.66 Putri dalam jatitujuh Kota Majalengka 45458
1300
45
Jawa Barat - Priangan
Firman
Jl. Melong Kidul 51 Karapitan Bandung
1649
46
Jawa Barat - Puncak
Ghapher
Jl. Raya Puncak Cisarua Rt.05/03 Gg. Kartini Ds. Luwimalang - Puncak
750
47
Jawa Barat - Purwakarta
Iwan Heriyanto
Jl. Pahlawan Gg. Purwajaya No.39 Purwakarta 41119
295
48
Jawa Barat - Subang
Bangun
Jl. Otista Gg. Rasidi 28 (Wartel Biru) Subang
475
49
Jawa Barat - Sukabumi
Thowed
Jl. Cemerlang Kp. Kubang Wr.Desi Sukabumi
700
50
Jawa Barat - Tasikmalaya
Yana
Rakista Fm 105,80 Jl. Martadinata 153 Tasikmalaya.
665
51
Jawa Tengah - Cilacap
Anton
Jl. Ternate 124 Cilacap Jawa Tengah
125
52
Jawa Tengah - Jepara
H. Arief
Jl. KM. Sukri 141 Potroyudan, Jepara
135
53
Jawa Tengah - Kebumen
Surya
Desa Kedaung Rt.03/08 Gg.08 Pejagoan - Kebumen 54361
215
172
173
54
Jawa Tengah - Kudus
Alfian Prasetyo
Jl. H.M. Subhan Rt.01/01 Ds. Jonggalan, Kudus
100
55
Jawa Tengah - Pati
Bronx
Radio Pop FM Jl. Dr. Sutanto 98 Pati 59119
200
56
Jawa Tengah - Pekalongan
Andy Pramono
Jl. Kusuma Bangsa 202 Pjg. Wetan Pekalongan Utara 51114
739
57
Jawa Tengah - Pemalang
Aris
Jl. Teratai 120 Pelutan Pemalang 52311 telp.0285-32492
355
58
Jawa Tengah - Purwokerto
Didik Tri Danirianto
Jl. Ovis IV Gg. Anggrek Rt.05/03 Kel. Purwokerto Lor Kec. Purwokerto Timur
185
59
Jawa Tengah - Rembang
Joko Salasono
Jl. Tenggiri 44 Tasikagung Rembang 59212
100
60
Jawa Tengah - Roban
Asom
Jl. A. Yani 910 (samping Gg.8) Kauman Batang 51215
170
61
Jawa Tengah - Salatiga
Adi Widoyo
Perum Wahid D3 No:33 Rt.001/012 Kutowinangun Kec. Tingkir Sala Tiga , Ja-Teng
100
62
Jawa Tengah - Semarang
Dimas
Jl. Telogo Timur III / IA Palebon Semarang 50199
200
63
Jawa Tengah - Solo
Sheg
Timur Nusari Gg. Gunung kawi 4/7 Bonolo Kadipiro, Solo
250
173
174
64
Jawa Tengah - Tegal
Rio
Jl. Badak 1 no.5 Rt.05/06 Mejasem Barat Tegal 52181
200
65
Kalimantan - Balikpapan
Ardyan Guruh
Jl. Jend.Sudirman Rt.36 No.17 Gg.Potlot (Markoni) Klandasan Ilir Balikpapan
470
66
Kalimantan - Sambas
Yulian Saputra
Jl. Teligas Gg. Millenium Blok.E No.05 kec. Sambas Kal_Bar
218
67
Kalimantan - Kutai Kertanegara
68
Kalimantan - Palangkaraya
Robby
Jl. D. Bahandang Balau No.13 Palangkaraya Kalimantan Tenggara
120
69
Kalimantan - Pontianak
Ardes
Jl. Natuna No.122 Kota Baru Pontianak
210
70
Kalimantan - Samarinda
Faisal
Jl. Perjuangan Komp. Alam Segar 2 No.20 B. Samarinda - Kalimantan
240
71
Kalimantan - Singkawang
Oka
Jl.Alianyang No.49 Rt.03 Rw.01 Singkawang, Kalimantan Barat 79116
140
72
Kalimantan - Tarakan
Nurdiansyah
Jl. Cendana Rt.02 Rw.03 No.43 Lingkas Ujung Tarakan Timur 77126
151
73
Kalimantan - Banjarmasin
Yossiana Damhudie
Jl. A.yani No.31 A Km.9.1 Kertakhanyar Banjarmasin , Kal - Sel
120
74
Maluku Utara - Ternate
Amirudin
Jl.Tanah Tinggi ( Depan RSUD Hasan Boesorie) Ternate, Maluku Utara
107
Adhitya Noer
100
174
175
75
NTB - Lombok
Eka
Jl. Erlangga 14 Mataram NTB
792
76
NTT - Kupang
Bob Lamury
Komplek BTN Kalhua Blok R ! No.34 Kupang - Nusa Tenggara Timur
163
77
NTT - Alor
Abba
Dulolong Rt. 04/02 Kec.Alor Barat Laut Kab. Alor - NTT 85851
78
Pangkal Pinang - Bangka
Dony
Jl. Depati Amir No.65 Pangkal Pinang Bangka 33121
100
79
Papua - Sentani
Arsin
Jl. Raya Kemiri Sentani No.11 Papua 99352
100
80
Riau - Bengkalis
Joko Ruseno
Jl. Kartini No.020 Rt.03 Rw.02 Kel.Kota Bengkalis 28714
112
81
Sulawesi - Bone
Acho
Jl. Sungai Kapuas No.12 Watampone Bone, Sulawesi Selatan
132
82
Sulawesi - Gorontalo
Dedi S. Tolib
Jl. Kaswasi 14 Gorontalo Sulawesi
224
83
Sulawesi - Palu
Hard
Jl. Ahmad Yani Lorong 2 No.17 A Palu, Sulawesi Tengah
873
84
Sulawesi - Makassar
Gaffar
Jl. Cendrawasih 5/25 Makassar Sulawesi Selatan
975
85
Sulawesi - Manado
Lukman Polimengo
Perum Helsa Permai 1 Jl. Krida F4 Malalayang
245
175
176
Rossa
Satu. Manado - Sulawesi Utara
86
Sumatra - Bandar Lampung
Edy
Perum Griya kencana Blok C21 Raja Basah. Bandar Lampung
134
87
Sumatra - Bengkulu
Ocik
Jl. Belitung No.72 Rt.17/05 Sentiong Bengkulu
127
88
Sumatra - Jambi
Bheny Blake
Jl. HOS. Cokroaminoto No.18 B Simpang Tiga, Sipin - Jambi
160
89
Sumatra - Bukit Tinggi
Puji
Jl.Minangkabau No.32 Pasar Atas Bukit Tinggi
142
90
Sumatra - Lampung
Setiawan (Iwan)
Jl. Sukarno Hatta Kaliralang 138 Sidomulyo, Lampung Selatan 35453
423
91
Sumatra - Lubuk Lingau
Indra
Jl. A.Yani 610 Megong I Lubuk Linggau
100
92
Sumatra - Padang
Dodi
Jl. Perak 22 Padang 25112
111
93
Sumatra - Padangsidimpuan
Dian
Jl. Sisingamangaraja No.145 Sitamiang, Padangsidimpuan
100
94
Sumatra - Palembang
Andee Fian (wakil)
Jl. Merdeka No.61 Palembang Sumatra Selatan 30154
425
95
Sumatra - Pematang Siantar
Regen Marojahan
Jl. Bayam No.9 Kel.Kebun Sayur Pematang Siantar, Sumatra Utara 21134
100
176
177
96
Sumatra - Prabumulih
97
Sumatra Utara - Medan
John Edwin
Jl.Bukit Barisan No.52 Muara Dua Prabumulih Timur, Sumatra Selatan 31114
100
Yan Gustiawan
Jl. Dr. Mansyur Gg.Citra No. 15f
223
Medan , Sumatra Utara 98
Sumatra - Banda Aceh
99
Sumatra - Tanjung Enim
100
Timor Timur
101
Kuala Lumpur - Malaysia
Fahmi
Jl. T. Nyak Arief No.236 Banda Aceh 23114
100
Adi ( Eddoy)
Jl.Stasiun No.4 Pasar Bawah Tanjung Enim, Sumatra Selatan 31716 Jl.Taibesi Lahane Oriental,Dili Timor Leste
130
M-02-05 Jati 2 Apartment Persiaran Subang Mewah USJ 1, Subang Jaya 47620 Selangor Malaysia
100
Jumlah
60711
Lotte
Masrukhin (Ukin)
177
Lampiran 5. Peta Lokasi dan Jumlah Anggota SFC Tahun 2008
Keterangan: (jumlah anggota SFC) ( ) 100-1000 ( ) 1001-2000 ( ) 2001-3000 ( ) >3000
178