Volume 1
ISSN 23558474 PEMBELAJARAN PPKn DI SMP NEGERI 11 PEKANBARU Oleh: Musnar Indra Daulay Dosen STKIP Pahlawan Tuanku Tambusai Riau, Indonesia ABSTRACT
This 21st age is a knowledge age so it underlies all aspects of living. In this age, education demands a modern and professional educational management with educational characteristics. Education decrease is not the resultant of less professional teacher and lacking of learning activity. Professionalism is more than a knowledge of technology and management but it is a attitude, professionalism development need a technician not only in term of high skill but also appropriate behavior. Basiclly, a professional teacher is depended upon his or her attitude and maturity comprising of willingness and ability both phisically and intellectually. Profesionalism are the responbility of LPTK as teacher agency, institutions managing teacher (Depdiknas or private foundation), PGRI and community.
PENDAHULUAN Salah satu mata pelajaran di tingkat SMP yang berkaitan dengan pembentukan sikap dan moral siswa yang
sesuai
Pancasila merupakan
dengan
nilai-nilai
adalah
PPKn.
PPKn
mata
pelajaran
yang
dipelajari mulai dari tingkat Sekolah Dasar sampai pada tingkat Sekolah Menengah serta di tingkat Universitas (dalam
mata
Adapun
tujuannya
menciptakan
kuliah
Pancasila).
adalah
masyarakat
untuk yang
menjunjung tinggi nilai-nilai moral Pancasila dan dapat berprilaku sebagai
warga
Negara
demokratis.
yang
baik
Pancasila
dan
yang
di
dalamnya mencakup lima komponen, merupakan fundamen dan pedoman penting
bagi
manusia
dalam
mengarungi kehidupannya. Melalui mata
pelajaran
PPKn
ditanamkan
ajaran
luhur
tentang
Ketuhanan
sebagai
dasar
kemanusiaan
iman
dan
sebagai
taqwa, dasar
kepedulian, persatuan sebagai dasar persamaan, musyawarah sebagai dasar perdamaian dan keadilan sebagai dasar kerukunan. Oleh karena itu, PPKn
merupakan salah satu mata pelajaran
misi
yang
pendidikan
Indonesia
yaitu
sangat
menentukan
dalam
mencerdaskan kehidupan bangsa dan
pengembangan
kepribadian
siswa.
mengembangkan
Pembelajaran
PPKn
memerlukan
kualitas
manusia
seutuhnya akan terwujud.
pembangunan kesadaran siswa agar
Pembangunan
kecerdasan
berprilaku sesuai dengan nilai-nilai
moral berperan strategis dalam proses
Pancasila melalui proses pembelajaran
pembelajaran dan itu ikut ditentukan
dalam aspek kesadaran moral.
oleh
Menurut
guru
dalam
(2000),
melaksanakan proses pembelajaran.
kecerdasan moral tidak dapat dicapai
Untuk itu, dalam pelaksanaan proses
hanya
pembelajaran
dengan
Coles
kemampuan
kaidah,
mengikuti
PPKn,
dibutuhkan
aturan atau diskusi semata, tetapi juga
kemauan dan kemampuan guru untuk
tumbuh sebagai hasil mempelajari
melaksanakan pembelajaran dengan
bagaimana bersikap terhadap orang
strategi yang tepat dan menyeluruh.
lain, berprilaku sesuai dengan norma,
Teori-teori yang disampaikan melalui
mengambil
proses
pelajaran
dari
prilaku
pembelajaran
seharusnya
tersebut serta memasukkan ke dalam
senantiasa diiringi dengan praktek dan
hati apa yang dilihat dan didengar. Hal
pembiasaan yang berkelanjutan. Guru
ini sejalan dengan tujuan pendidikan
sebagai pendidik senantiasa menjadi
nasional
contoh
yaitu
mengembangkan
teladan
bagi
siswa.
kemampuan dan membentuk watak
Karakteristik siswa juga perlu dikenal
serta
yang
dengan baik, dan komunikasi guru
rangka
dengan siswa perlu dijalin sehingga
mencerdaskan kehidupan bangsa yang
penanaman nilai-nilai dalam materi
bertujuan
ajar tersebut dapat dilaksanakan.
peradaban
bermartabat
bangsa
dalam
untuk
berkembangnya
potensi peserta didik agar menjadi
Dalam kenyataannya, proses
manusia yang beriman dan bertaqwa
pembelajaran PPKn yang seharusnya
kepada
Esa,
bermuara pada perkembangan aspek
berilmu,
afektif siswa, malah lebih fokus pada
Tuhan
berakhlak
yang
mulia,
Maha
sehat,
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
pengajaran
aspek
warga negara yang demokratis serta
melalui
bertanggungjawab (Sisdiknas 2003:7).
dibuat sama dengan pembelajaran
Dengan demikian apa yang menjadi
mata pelajaran lainnya. Akibatnya,
strategi
kognitif
siswa
ekspositori
yang
18
PBM itu banyak bermuara pada
implementasinya melalui PBM harus
perkembangan aspek kognitif dengan
sesuai dengan tuntutan tersebut.
sasaran
akhir
agar
anak
dapat
Menganalisis
proses
menghafal sebanyak-banyaknya materi
pembelajaran pada intinya tertumpu
ajar PPKn untuk memperoleh nilai
pada suatu persoalan yaitu bagaimana
akhir yang baik. Tidak heran kalau
guru
dalam
pembelajarannya
siswa agar terjadi proses belajar yang
diarahkan
pada
efektif atau dapat mencapai hasil
hafalan dan pemahaman. Padahal yang
sesuai dengan tujuan yang diharapkan.
sangat diperlukan dalam pembelajaran
Dengan
PPKn adalah penanaman nilai-nilai
pembelajaran dikatakan efektif apabila
untuk
dalam
proses
cenderung
hanya
diaplikasikan
dalam
hidup
memberi
kemungkinan
perkataan
pelaksanaan
lain,
bagi
proses
pembelajaran
sehingga mengarah pada pembentukan
tersebut guru memiliki kemampuan
kepribadian. Oleh karena itu, dituntut
dalam
keterampilan
pembelajaran
guru
yang
mampu
melaksanakan sesuai
proses
disain
atau
mengembangkan aspek afektif siswa
perencanaan yang dibuatnya melalui
di samping atau bersamaan secara
interaksi yang dinamis antara kualitas
interagtif dengan aspek-aspek kognitif
(hasil)
dan
pembelajaran.
psikomotor.
pembelajaran
Artinya,
PPKn
tidak
proses
dan
kuantitas
(proses) Sebaliknya,
boleh
keberhasilan pembelajaran dikatakan
berhenti pada tahap siswa menguasai
tidak efektif apabila pembelajaran itu
materi ajar saja, tetapi hendaknya
tidak mencapai sasaran walau disain
sampai
mampu
yang sudah disusun cukup baik tetapi
mengaplikasikannya dalam kehidupan
tidak terjadi interaksi positif antara
nyata
semua komponen kurikulum dalam
siswa
yang
terlihat
kepribadiannya
dalam sehari-hari.
peroses pembelajaran tersebut.
Sebagaimana dikatakan oleh Kosasih
Dari uraian di atas dapat kita
Djahiri (1995:74) bahwa nilai, akidah
pahami bahwa guru merupakan salah
dan moral adalah hulu dan muara
satu komponen penting dalam dunia
pendidikan
pendidikan di samping siswa sebagai
programatik, evaluatif.
PPKn
baik
prosedural, Oleh
sebab
secara maupun itu,
subjek
pembelajaran,
karena
pencapaian tujuan pendidikan tidak terlepas dari peranan yang sinergis
19
antara guru dengan sekelompok siswa
Profesionalisme
dalam menciptakan suasana belajar
kelancaran guru dalam melaksanakan
yang interaktif. Artinya, tercapai atau
tugasnya, sangat dipengaruhi oleh dua
tidak tercapainya tujuan pendidikan
faktor besar yaitu faktor internal yang
tidak lepas dari kemampuan guru
meliputi minat dan bakat dan faktor
dalam mendisain pembelajaran yang
eksternal
mengaktifkan aspek-aspek kognitif,
lingkungan sekitar, sarana prasarana,
afektif dan psikomotor siswa tersebut
serta berbagai latihan yang dilakukan
sehingga siswa dapat dibimbing guru
guru.(Sumargi, 1996) Profesionalisme
untuk membelajarkan peserta didik
guru dan tenaga kependidikan masih
sesuai
diharapkan
belum memadai utamanya dalam hal
sehingga mereka mampu menjadi
bidang keilmuannya. Misalnya guru
sumber daya manusia yang menguasai
Biologi dapat mengajar Kimia atau
ilmu
Fisika.
tujuan
yang
pengetahuan
dan
teknologi,
yaitu
Ataupun
sebagai
penunjang
berkaitan
guru
dengan
IPS
dapat
sehingga dapat berperan di masyarakat
mengajar Bahasa Indonesia. Memang
luas.
jumlah Kemerosotan
pendidikan
tenaga
pendidik
secara
kuantitatif sudah cukup banyak, tetapi
kita sudah terasakan selama bertahun-
mutu
tahun,
kalinya
sesuai
sebagai
diantaranya yang tidak berkualitas dan
ini
tercermin
menyampaikan materi yang keliru
upaya
mengubah
sehingga mereka tidak atau kurang
untuk
kesekian
kurikulum
dituding
penyebabnya.
Hal
dengan
adanya
kurikulum diganti
mulai
dengan
kemudian
kurikulum kurikulum
diganti
lagi
dan
dengan
1984,
menyelenggarakan pendidikan yang
dengan
(1998)
menyajikan
benar-benar
berkualitas
dan pengajar yang menjadi salah satu
pendidikan bukan diakibatkan oleh
pendidikan.
Setiap
kurikulum
mengenai
peningkatan
kurangnya
(Dahrin,
Guru merupakan pendidik
penentu
oleh
dan
2000).
mengungkapkan bahwa kemerosotan
tetapi
Banyak
mampu
sekarang kita menggunakan KTSP Nasanius
harapan.
belum
1975
kurikulum 1994 dan pada akhirnya
(2006).
profesionalisme
kesuksesan
setiap
usaha
perbincangan mutu
kemampuan profesionalisme guru dan
pendidikan, pembaharuan kurikulum
keengganan
sampai pada criteria sumber daya
belajar
siswa.
20
manusia
yang
dihasilkan
selalu
secara
aktif
terlibat
dalam
bermuara pada guru. Oleh karena itu,
pembelajaran, atau pasif tidak terlibat,
guru
kemampuan
atau hanya mendengar, menonton, dan
tujuan-tujuan
mencatat. Pembelajaran klasikal bisa
pembelajaran dapat dicapai dengan
pula dengan menggunakan metode
efektif dan efesien.
tanya jawab dengan teknik probing-
harus
memiliki
mengajar
agar
Namun berdasarkan
demikian,
grand
agar
partisipasi
dan
yang
aktivitas siswa tinggi. Pada umumnya
dilakukan terhadap guru-guru PPKn di
siswa akan belajar (berpikir-bekerja)
SMP Negeri 11 Pekanbaru, terlihat ada
secara
beberapa fenomena yang muncul yang
dapat melatih diri dalam memupuk
salah
tentang
rasa percaya diri. Dengan teknik ini,
pelaksanan kegiatan di kelas, guru
siswa akan berpartisipasi aktif tetapi
masih
ada unsur ketegangan dan cepat
satunya
tour
prompting
adalah
melaksanakan
proses
pengajaran secara klasikal. Istilah
yang
menyatakan
bahwa
sehingga
mereka
melelahkan.
klasikal bisa diartikan sebagai secara klasik
individu,
Pada model klasikal, siswa belum mendapat kesempatan untuk
kondisi yang sudah lama terjadi, bisa
mengembangkan
juga diartikan sebagai bersifat kelas.
afektif, dan psikomotornya secara
Jadi pembelajaran klasikal berarti
optimal.
pembelajaran konvensional yang biasa
berkesempatan
dilakukan di kelas selama ini, yaitu
presentasi,
pembelajaran yang memandang siswa
berkomunikasi,
berkemampuan tidak berbeda sehingga
masalah, dan berkolaborasi. Hal ini
mereka mendapat pelajaran secara
disebabkan pola yang dipakai masih
bersama, dengan cara yang sama
mengajar
dalam satu kelas sekaligus. Ibarat
siswa. Pola mengajar yang diterapkan
siswa
oleh guru bisa cocok bagi siswa yang
memakai
pakain
seragam
dengan ukuran yang sama.
terbiasa
Pembelajaran klasikal tidak berarti
masih untuk
berkreasi,
berdiskusi, bernalar, memecahkan
bukan
pasif,
jarang
membelajarkan
untuk
membentuk
generasi penerus yang penurut dan menjadi tukang, yaitu orang-orang
kegiatan yang dilaksanakan, yaitu
yang tinggal menunggu tugas dari
semua
tergantung
Siswa
kognitif,
proses
apakah
jelek,
potensi
siswa
berartisipasi
21
dunungan (atasan), misalnya tukang
berkomentar,
sapu dan tukang kuli.
sopan jika siswa banyak bertingkah,
Di mengikuti
samping
itu,
pelajaran
di
memandang
kurang
untuk
dan semacamnya. Apalagi jika siswa
sekolah,
berbuat salah (bertanya, menjawab,
kebanyakan siswa tidak siap terlebih
mengerjakan)
dulu dengan membaca bahan yang
divonis tidak menyenangkan.
akan dipelajari, siswa datang tanpa
Masih
biasanya
banyak
lansung
guru
yang
bekal pengetahuan siap. Lebih parah
belum menyadari bahwa kesalahan
lagi, mereka tidak menyadari tujuan
adalah bagian yang tak terpisahkan
belajar
tidak
dari belajar, kesalahan sebagai indikasi
mengetahui manfaat belajar bagi masa
bahwa siswa berpartisipasi, antusias,
depannya. Mereka hanya memandang
perhatian, motivasi, berpikir, mencoba,
bahwa belajar adalah suatu kewajiban
menggali (eksplorasi), tetapi karena
yang dipikul atas perintah orang tua,
kemampuan dan pemahaman siswa
guru,
Belum
masih kurang dan terbatas maka
memandang belajar sebagai suatu
muncullah kesalahan itu. Guru belum
kebutuhan, banyak siswa yang masih
menghargai kesalahan siswa tersebut
belum berani dan terbiasa beraktivitas,
karena selama ini guru hanya mengajar
kebanyakan masih takut salah untuk
siswa bukan membelajarkan siswa.
yang
dan
sebenarnya,
lingkungannya.
bertanya,
menjawab,
berkomentar,
Dari uraian di muka, tampak
mencoba, atau mengemukakan ide.
bahwa
Mereka
apakah
melaksanakan proses belajar mengajar
akan melanggar etika
di kelas masih banyak yang belum
masih
keberanian hormat
kepada
sangsi
kebiasaan
sesuai dengan konsep pembelajaran
lingkungan keluargapun banyak bicara
seperti yang diamanatkan kurikulum.
itu bisa dimarahi. Mereka masih takut
Masih
akan kesalahan karena biasanya akan
melakukan aktivitas mengajar dan
mendapat teguran atau bentakan, ada
memandang siswa sebagai penonton
rasa tidak aman dalam belajar. Pada
yang
pihak guru pun, masih banyak guru
kepiawaian guru dalam menguasai
yang merasa kurang nyaman jika siswa
materi dan penyajiannya, siswa dibuat
banyak bicara, merasa kuang senang
terpesona dengan penampilan guru dan
bila
petuahnya
banyak
karena
dan
di
siswa
guru,
paradigma
bertanya
dan
banyak
guru
yang
terkagum-kagum
yang
bertuah.
masih
dengan
Siswa
22
beraktivitas rendah hanya menunggu
dengan
pemberian dari sang guru, sehingga
sutradara setiap aktivitas siswa dan
terbentuklah
siswa sebagai pemainnya. Dengan
manusia
menunggu
penurut
pemberian.
Bukankah
demikian
demikian,
guru
adalah
konsep
kebanyakan di antara kita lebih senang
mengkondisikan
dan
menjadi pemain dan siswa hanya
bangga
dengan
pemberian
daripada berusaha untuk memberi?
haruslah
segera
tidak
lagi
menjadi penonton seperti yang selama
Kondisi dan kebiasaan tersebut tentunya
guru
RPP
ini berjalan, dan kesadaran pemaknaan
diubah,
RPP inilah yang masih banyak belum
karena sebenarnya tidak mendidik
dipahami dan dihayati oleh guru.
untuk membentuk generasi mandiri
Kesadaran
yang kritis, kreatif, dan penuh inisiatif.
intinya pada skenario pembelajaran,
Cara mengubahnya adalah dengan
yang masih seringkali keliru dalam
mengubah
mengajar
membuatnya, permasalahan terletak
siswa,
pada guru itu sendiri yang intinya
paradigma
menjadi
membelajarkan
pengajaran
menjadi
membuat
siswa
pembelajaran,
belajar
dengan
adalah
pemaknaan
kurangnya
terhadap
hakikat
RPP
yang
pemahaman pembelajaran,
fasilitasi dari guru. Belajar tidak hanya
sehingga paradigma pengajaran masih
dengan
saja dilaksanakan di kelas dan belum
menonton,
mendengar,
melihat, menyalin, menghafal, dan
banyak
mengerjakan tugas. Akan tetapi belajar
pembelajaran.
dengan cara mengembangkan potensi diri
melalui
eksplorasi,
penalaran, konjektur,
generalisasi,
inkuiri,
berubah
menjadi
Fenomena yang muncul dalam
mencoba,
grand tour di atas perlu dicarikan
hipotesis,
jawabannya
komunikasi,
strategisnya
kolaborasi, dan pemecahan masalah. Guru adalah sosok panutan dan
mengingat peranan
mengembangkan
guru moral
sangat dalam dan
keperibadian anak didik, sebab melalui
teladan dalam ilmu dan pribadi bagi
proses
siswa di kelasnya. Guru adalah arsitek
menjadikan siswa memiliki moral dan
pelaksanaan kegiatan di kelas dengan
kepribadian yang sesuai dengan nilai
RPP-nya yang di dalamnya terencana
Agama yang diajarkan kepada siswa.
dan
Salah satu cara untuk mengetahui hal
tersusun
sistematik
secara
skenario
rinci
dan
pembelajaran,
ini
pembelajaran
ialah
dengan
PPKn
dapat
melaksanakan
23
penelitian.
Adapun
yang
menjadi
mengevaluasi
pelaksanaan
fokus dalam penelitian ini adalah
perencanaan pembelajaran itu. Kedua,
tentang bagaimana guru (khususnya
karakteristik
guru PPKn) di SMP Negeri 11
intelegensi,
Pekanbaru mengelola pembelajaran
berbahasa, kepribadian, kesehatan dan
yaitu
kejujurannya. Ketiga, kriteria hasil,
mulai
dari
merencanakan,
dikaitkan
dengan
kesopanan,
kefasihan
melaksanakan
sampai
pada
tahap
yakni
mengevaluasi
pembelajaran
serta
perilaku siswa sesuai dengan tujuan
faktor-faktor yang mempengaruhinya.
yang
berupa
tingkat
telah
perubahan
ditentukan
dalam
pembelajaran (Lucio dan Neil, 1979). Dari
KAJIAN PUSTAKA Suparman
(1997)
pernyataan
dinyatakan
tersebut
bahwa
dapat kegiatan
mendefenisikan pembelajaran sebagai
pembelajaran pada dasarnya dapat
interaksi antara pengajar dengan satu
mengantarkan siswa pada perubahan-
atau lebih individu untuk belajar yang
perubahan
direncanakan
untuk
perubahan tingkah laku ke arah yang
menumbuhkembangkan pengetahuan,
positif, intelektual, moral maupun
keterampilan, dan pengalaman belajar
sosial, agar dapat hidup mandiri dan
peserta
fungsional
sebelumnya
didik.
menekankan
Selanjutnya
bahwa
ia
pembelajaran
efektifitas
pembelajaran,
menurut Lucio dan Neil
sebagai
yaitu
individu
dan
Romiszowsky (1981)
dan
Kemp (1994) memperkuat definisi di
Kriteria yang harus dipenuhi dalam
diinginkan,
makhluk sosial.
adalah suatu cara untuk mencapai tujuan yang telah direncanakan.
yang
atas, bahwa pembelajaran adalah suatu proses mengajar yang diarahkan untuk
(1979),
mencapai tujuan yang direncanakan
berkaitan dengan (1) proses, (2)
terlebih dahulu. Sedangkan Hamalik
karakteristik guru, dan (3) hasil.
(1999) merinci pembelajaran sebagai
Ketiga
suatu kombinasi yang tersusun atas
kriteria
tersebut
dapat
dijelaskan sebagai berikut. Pertama,
unsur-unsur
proses
fasilitas, perlengkapan, dan prosedur
pembelajaran
menyangkut
material,
prilaku guru yang dinilai berdasarkan
yang
kegiatannya
dalam
efektifitas tujuan pembelajaran. Lebih
perencanaan,
melaksanakan,
menyiapkan serta
saling
manusiawi,
mempengaruhi
untuk
lanjut dikatakan oleh Hamalik (1999)
24
bahwa manusia yang terlibat dalam
Berdasarkan penyataan tersebut dapat
sistem pembelajaran terdiri dari siswa,
dikatakan
bahwa
pengalaman-
guru dan tenaga lainnya. Material
pengalaman
belajar
sesungguhnya
meliputi semua sumber belajar baik
harus menambah kesanggupan para
media ataupun prasarana lain yang
pelajar baik dalam mencakup kualitas
mendukung
pembelajaran,
dirinya maupun gambaran tentang
sedangkan prosedur meliputi jadwal
cinta, pengalaman dan berfikir yang
dan metode penyampaian informasi,
membuat mereka menjadi manusia
praktek belajar, ujian dan sebagainya.
yang mempunyai keutuhan pribadi..
Dari
proses
penjelasan
disimpulkan adalah
tersebut
bahwa
rangkaian
dapat
pembelajaran aktivitas
yang
Khusus pembelajaran PPKn, Abudin
Nata
(2004)
bahwa
PPKn
menyatakan
merupakan
mata
dilakukan oleh guru atau pendidik
pelajaran yang berisikan bahan ajar
untuk
peserta
tentang nilai-nilai yakni bagaimana
didik/siswa, dalam konteks ini guru
menjadi warga negara Indonesia yang
lebih
fasilitator
cerdas, terampil dan berkarakter sesuai
daripada sebagai penyaji pembelajaran
yang diamanatkan oleh Pancasila dan
dan siswa sebagai subyek pendidikan
UUD 1945. Abudin Nata (2004)
daripada sebagai objek pendidikan.
menunjukkan
membelajarkan
berperan
sebagai
Sedangkan dalam pandangan
memiliki
(1998),
kepada
yang
pembelajaran
PPKn mengajarkan seseorang untuk
humanistik menurut Nana Sudjana pembelajar
bahwa
akhlakul diri
karimah
sendiri,
baik
lingkungan,
sesungguhnya, harus melibatkan dan
keluarga, maupun kepada Tuhannya.
meliputi keseluruhan pribadi manusia
Oleh sebab itu, pembelajaran PPKn
bukan sekedar mempersiapkan mereka
tidak
dengan fakta-fakta untuk diingat. Hal
kognitif saja, akan tetapi harus sampai
ini
yang
pada ranah afektif dan psikomotor.
(1994)
Misalnya, menjaga kesehatan diri,
sejalan
dikemukakan
dengan oleh
apa
Kemp
boleh
berhenti
orang
pada
bahwa guru dalam pembelajaran harus
menghormati
lain,
mampu menciptakan kondisi kelas
memiliki jiwa nasionalisme.
ranah
serta
agar siswa merasa bebas dalam belajar
Dalam proses pembelajaran
dan mengembangkan dirinya, baik segi
nilai yang merupakan pembentukan
emosinal maupun segi intelektual.
ranah afektif siswa, menurut Sagala
25
(2005) mencapai
diharapkan
siswa
dapat
tingkat
tertinggi
hasil
membagi tujuan pembelajaran ranah
mampu
afektif pada lima kategori, yaitu (1)
pembelajarannya
yaitu
Bloom,
dkk.
mewujudkan nilai-nilai yang dipelajari
penerimaan
sehingga menjadi watak dan norma
mengacu pada kesediaan menerima
tersebut tercermin dalam pribadinya.
dan menaruh perhatian terhadap nilai
Namun praktiknya, kegiatan belajar-
tertentu;
mengajar lebih menekankan
pada
(responding), aspek ini mengacu pada
kemampuan kognitif. Siswa masih
kecenderungan memperlihatkan reaksi
menjadi celengan guru menghafal
terhadap
semua pelajaran yang kemudian keluar
penghargaan/penilaian
saat ujian.
aspek
Dalam
teori
belajar
(receiving),
(1976)
(2)
aspek
pemberian
norma
ini
mengacu
pada
kecenderungan menerima suatu norma
harus berbuat dulu (psiko-motorik),
(organization), aspek ini
baru timbul pemahaman (kognitif),
pada
akhirnya
tentang
(afektif).
(3)
(valuing),
tertentu;
sikap
respon
tertentu;
dikatakan Sarlito (2005), seseorang
timbul
ini
(4)
proses
pengorganisasian mengacu
membentuk
suatu
nilai,
konsep
dan
(5)
Selanjutnya Sarlito (2005) menyatakan
karakterisasi (characterization) yaitu
bahwa ketika anak belajar toleransi, ia
pembentukan pola hidup.
akan paham apa yang dimaksud
Untuk setiap jenjang dari
dengan tolerasni itu sehingga ia tidak
kelima
akan menghujat atau membunuh orang
Bloom di atas disusun oleh Kemp
lain
kerongkongannya
(1994) sejumlah kata kerja yang dapat
meneriakkan nama Tuhan. Dengan
bermanfaat dalam menuliskan sasaran
demikian,
akhlak
kegiatan dalam ranah afektif, yaitu:
seharusnya disuruh belajar praktik
menyemangati, menyetujui, mendebat,
budi pekerti dulu, sebab melalui
bertanggung
praktik budi pekerti timbul empati,
menentang,
yaitu
mempertahankan
sambil
binatang,
untuk
belajar
kemampuan mengagumi
menyayangi keindahan,
jenjang
menyetujui,
dalam
jawab,
taksonomi
menghindar,
bekerja
sama,
diri,
tidak membantu,
menghargai dan berempati pada orang
memperhatikan,
bergabung,
dan
lain, sehingga akan terhindar dari
berupaya. Penilaian sasaran afektif
sikap arogan atau mau menang sendiri.
menurut Kemp (1994) sulit dilakukan
26
karena dua alasan. Pertama, sulit
conditioning, operant conditioning ,
menilai perasaan yang sebenarnya,
and persuasive communications may
suatu jawaban yang diberikan siswa
be powerful methods to instill or
terkadang
untuk
maintain affective behaviors, 5) there
menyenangkan orang lain atau supaya
may be some confusion about affect
dapat diterima di masyarakat. Kedua,
as a means for cognitive ends versus
hasil sasaran yang paling penting
ends in their own right.
dalam mata pelajaran mungkin belum
Oleh
akan
karena
kelihatan
alasan
sampai
sekurang-
pembelajaran
karena PPKn
itu
proses
harus
dapat
kurangnya penilaian dapat dilakukan
mencakup tiga kawasan yaitu kognitif
untuk menentukan sasaran persikapan
sebagai aspek pemahaman, afektif
tercapai atau belum dalam derajat
sebagai aspek sikap kepribadian siswa
tertentu. Kita harus mengetahui bahwa
dan
banyak sasaran penting yang tidak
keterampilan dalam menjalankan dan
dapat diukur, sebab dalam penilaian
mengaplikasikan hasil dari proses
afektif, apa yang dilakukan seseorang
pembelajaran tersebut.
psikomotor
sebagai
aspek
belum tentu sesuai dengan apa yang dirasakannya. Artinya, seseorang dapat
METODE PENELITIAN
berbuat baik, tapi dalam hatinya tersimpan hal-hal yang tidak baik.
Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 11 Pekanbaru. Pemilihan
Bentuk cara penilaian ranah
lokasi penelitian ini didasarkan atas
yaitu,
skala
kriteria kemudahan dalam memasuki
penilaian, pengamatan dan wawancara
situasi sosial sehingga penelitian ini
(Kemp, 1994). Sehubungan dengan itu
dapat dilakukan dengan cara terus
Reigeluth (1999) menjelaskan other
menerus sebagaimana yang disarankan
important isues that have to do with
Spradley (1980) yaitu situasi sosialnya
teaching
sederhana, mudah memasukinya, tidak
afektif
in
kuesioner,
the
afective
domain
include: 1) afective depelopment often
begitu
takes a long time, 2) indoctrination or
penelitian terhadap situasi itu, izin
brainwashing
untuk melakukan penelitian dapat
can
be
an
ethical
kentara
dilakukan
concern, 3) sometimes the absence of
diperoleh,
behaviors is more important than the
dilakukan secara berulang kali.
presence of
dan
jika
aktivitas
dapat
behaviors, 4) classical
27
Mengungkap PPKn
sebagai
pembelajaran penelitian,
Adapun data yang peneliti
menurut
peroleh di lapangan, menunjukkan
penulis dengan kajian penelitian ini
bahwa guru-guru PPKn di SMP
adalah pendekatan kualitatif. Dengan
Negeri
demikian peneliti mengumpulkan data
sepenuhnya
dengan cara terlibat langsung, melihat
pembelajaran.
kondisi reel di lapangan dalam situasi
beberapa faktor yaitu: a) ketidak
sesungguhnya. Dalam penelitian ini,
sesuaian latar belakang pendidikan
peneliti
menggunakan
dengan profesi
observasi,
wawancara
pendekatan
latar
1. Perencanaan Pembelajaran
yang
sesuai
teknik dan
11
Pekanbaru membuat Hal
belum
perencanaan
ini
disebabkan
yang dijalani, b)
studi
kurangnya control dari kepala sekolah
dokumentasi. Data penelitian yang
dan dinas terkait, c) ethos kerja yang
telah
masih
dikumpulkan,
dianalisis. Adapun
selanjutnya
rendah,
d)
pelaksanaan
langkah analisis
pelatihan/penataran yang tidak sesuai
data yang dilakukan peneliti yaitu: (1)
dengan kebutuhan yang diharapkan,
reduksi data, (2) penyajian data, dan 3)
dan e) tidak adanya sanksi yang
verifikasi.
Keabsahan
diberikan
diperoleh
di
dengan
data
lapangan
menggunakan
yang
diperiksa tekni-teknik
(1985)
sebagai
guru
yang
tidak
membuat perencanaan pembelajaran (RPP) pada setiap tahun ajarannya.
yang disarankan oleh Lincoln dan Guba
pada
Perencanaan penting artinya
berikut:
dalam pembelajaran dan merupakan
dapat
pedoman pelaksanaan untuk mencapai
dipertanggungjawabkan dan kepastian.
tujuan pembelajaran. Sedangkan kita
keterpercayaan,
buat
Temuan dalam penelitian ini dengan
pembelajaran, pembelajaran,
dan
belum
tentu
hasilnya maksimal apalagi kita sebagai
HASIL PENELITIAN
berkaitan
perencanaannya
guru
tidak
menyusun
rancangan
perencanaan
pembelajaran, entah akan bagaimana
pelaksanaan
hasil
evaluasi
hasil
pembelajarannya.
merancang
suatu
program
belajar siswa yang dilakukan oleh
pembelajaran
guru-guru PPKn di SMP Negeri 11
diperhatikan
Pekanbaru.
yang seharusnya diterapkan dalam proses
sangat
Dalam
penting
komponen-komponen
pembelajaran
seperti
28
penggunaan metode dan media sesuai
a. Kegiatan Membuka pelajaran.
dengan materi yang akan diajarkan.
Hasil
penelitian
Hal tersebut harus disiapkan secara
mengungkapkan bahwa guru PPKn
sistematis
masih belum disiplin dalam membuka
untuk
mencapai
hasil
maksimal.
pelajaran. Pada kegiatan membuka
Sebagai untuk
alternatif
mengatasi
solusi
permasalahan
pelajaran ini tidak semua guru PPKn yang
menyampaikan
tujuan
tersebut di atas, dalam menyusun RPP,
instruksional kepada siswa, melakukan
penulis menawarkan untuk digunakan
apersepsi dan mengulang pelajaran
suatu
sebelumnya serta mengabsen siswa.
model
atau
pendekatan
pembelajaran sehingga siswa belajar lebih
bermakna
dengan
Kegiatan
membuka
melalui
pelajaran dimaksudkan agar siswa
kegiatan mengalami sendiri dalam
secara mental siap mengikuti proses
lingkungan
pembelajaran
alamiah,
tidak
hanya
dengan
jalan
sekedar mengetahui, mengingat, dan
menghubungkan materi lama dengan
memahami. Pembelajaran tidak hanya
materi pelajaran yang baru. Dengan
berorientasi target penguasaan materi,
melaksanakan kegiatan pembukaan
yang akan gagal dalam membekali
pembelajaran
siswa untuk memecahkan masalah
diharapkan
dalam
Dengan
umum tentang materi pelajaran lama
demikian proses pembelajaran lebih
dan yang akan dipelajari siswa. Waktu
diutamakan daripada hasil belajar,
yang dibutuhkan untuk melaksanakan
sehingga
untuk
kegiatan tersebut tidak membutuhkan
merencanakan strategi pembelajaran
waktu yang lama, hanya sekitar 5
yang
menit dari dua jam pelajaran, tetapi
kehidupannya.
guru
variatif
dituntut
dengan
prinsip
yang
efektif,
mempunyai
membelajarkan dan memberdayakan
artinya
cukup
siswa, bukan mengajar siswa.
meningkatkan
siswa
gambaran
besar
untuk
keaktifan
siswa
mengikuti pembelajaran. Sebab pada 2. Pelaksanaan Pembelajaran Pelaksanaan
pembelajaran
terdiri dari tiga tahapan yaitu:
kegiatan membuka pelajaran akan dapat
membantu
siswa:
a)
memperoleh gambaran secara global tentang isi materi yang akan dipelajari dan kaitannya dengan materi lama, b)
29
memberi
penjelasan
mengenai
dengan nilai-nilai yang terkandung
relevansi dan isi materi yang akan
dalam materi pelajaran. Misalnya,
dipelajarinya
metode simulasi dapat melatih siswa
dengan
pengetahuan,
keterampilan atau sikap yang telah
untuk
dikuasai, dan c) supaya mereka dapat
sosial. Metode-metode tersebut hanya
mengorganisasikan
beberapa contoh saja dari upaya guru
atau
mengatur
mengatasi
masalah-masalah
sendiri proses belajarnya, di samping
untuk
mengaktifkan
dapat meningkatkan motivasi siswa
proses pembelajaran. Artinya, proses
selama proses pembelajaran.
tersebut
harus
siswa
dapat
dalam
memberikan
kesempatan belajar (learning activitis) untuk menyampaikan materi pelajaran
b. Kegiatan Inti Berdasarkan penelitian
temuan
mengungkapkan
bahwa
dalam
upaya
mencapai
tujuan
kurikulum (Hamalik, 1995). Sejalan
pada saat penyajian materi secara
dengan
umum
belum
(2000) menegaskan bahwa penetapan
memvariasikan metode mengajarnya
penggunaan metode mengajar sangat
karena metode yang sering digunakan
tergantung pada tujuan dan isi proses
adalah metode ceramah, tanya jawab,
pembelajaran.
latihan
sehingga
pembelajaran yang baik menggunakan
belum mampu mengajak siswa untuk
berbagai jenis metode mengajar yang
lebih
pembelajaran.
tepat. Secara lebih khusus berkenaan
Berbagai metode pembelajaran lain
dengan pembelajaran PPKn, guru
yang
upaya
dituntut untuk dapat menggunakan
afektif
berbagai
guru-guru
dan
aktif
penugasan,
dalam
sejalan
menumbuhkan
PPKn
dengan kemampuan
pemahaman
ini,
Karena
metode
itu
yang
bervariasi
sesuai
playing), sosiodrama dan lain-lain,
pembelajaran PPKn sebagaimana yang
kegiatan pembelajaran seperti diskusi
telah ditetapkan oleh Departemen
kelompok-kelompok
Pendidikan Nasional (2003:10) yaitu
(small-
tujuan
proses
siswa seperti: permainan peran (role-
kecil
dengan
Sudjana
mengembangkan
utama
group discussion), debat, pidato, dan
untuk
sikap
lain-lain. Sebab dengan pemberian
konsistensi siswa terhadap nilai-nilai
kegiatan pembelajaran yang cukup
Pancasila setelah mereka memahami,
siswa akan lebih mudah memahami
menghayati, dan mengamalkan nilai-
kaitan antara masalah-masalah sosial
nilai tersebut dalam kehidupannya.
30
Sasarannya adalah untuk menciptakan
dengan
siswa yang menjunjung tinggi nilai-
mengkontruksi
nilai dan dapat berprilaku sebagai
kemudian
warga
berilmu
pengetahuan itu. Siswa harus tahu
pengetahuan, beriman dan bertaqwa
makna belajar dan menyadarinya,
kepada
Esa.
sehingga pengetahuan dan ketrampilan
yang
yang diperolehnya dapat dipergunakan
berorientasi pengajaran yang telah
untuk bekal kehidupannya. Di sinilah
dilaksanakan sebelumnya perlu lebih
tugas guru untuk mengatur strategi
dikembangkan, tidak hanya terpaku
pembelajaran
pada keterampilan kognitif, tetapi
menghubungkan pengetahuan lama
perlu lebih melibatkan pengembangan
dengan
keterampilan
memanfaatkannya.
negara
yang
Tuhan
Metode
Yang
Maha
pembelajaran
afektif,
berupa
pemahaman,
penghayatan
pengamalan
nilai-nilai
terkandung dalam
Pancasila
dan
mengalami
sendiri, pengetahuan,
memberi
makna
dengan
yang
pada
membantu
baru
dan
Siswa
menjadi
subjek belajar sebagai pemain dan
yang
guru
pada
kegiatan pembelajaran (sutradara) dan
kehidupan bermasyarakat.
berperan
sebagai
pengatur
fasilitator.
Hasil penelitian lainnya juga
Pembelajaran dengan cara
menunjukkan bahwa secara umum
seperti di atas, yaitu dengan cara guru
guru-guru
PPKn
dalam
mengajar
melaksanakan
belum
menggunakan
media
dimulai atau dikaitkan dengan dunia
pembelajaran. Pada hal penggunaan
nyata yaitu diawali dengan bercerita
media
pembelajaran
membantu
guru
pembelajaran
yang
ini
sangat
atau tanya-jawab lisan tentang kondisi
dalam
proses
aktual dalam kehidupan siswa (daily
pembelajaran karena akan membantu
life),
siswa lebih cepat memahami materi
informasi melalui modeling agar siswa
yang
prinsip
termotivasi, questioning agar siswa
pembelajaran seperti itu, pengetahuan
berfikir, constructivism agar siswa
bukan lagi seperangkat fakta, konsep,
membangun pengertian, inquiry agar
dan aturan yang siap diterima siswa,
siswa bisa menemukan konsep dengan
melainkan
bimbingan guru, learning community
diberikan.
Dengan
harus
dikontruksi
kemudian
siswa
diarahkan
bisa
dan
denga
(dibangun) sendiri oleh siswa dengan
agar
terbiasa
fasilitasi dari guru. Siswa belajar
berkolaborasi-berkomunikasi berbagi
31
pengetahuan dan pengalaman serta
selesai. Di samping itu, guru tidak
berkolaborasi, reflection agar siswa
menyimpulkan materi pelajaran yang
bisa mereviu kembali pengalaman
diberikan, langsung saja menyuruh
belajarnya untuk koreksi dan revisi,
siswa
serta
sambil memberikan tugas pada siswa
authentic
assessment
agar
penilaian yang diberikan menjadi
mencatat
materi
berupa pekerjaan rumah.
sangat objektif.
Sebelum
Pembelajaran menggunakan
dengan
pendekatan-model
pelajaran
pelajaran
mengakhiri
guru
juga
jarang
menanyakan apakah masih ada materi
tersebut di atas, ini tidak sulit kalau
pelajaran
sudah terbiasa, yang penting ada
dimengerti oleh siswa, sehingga siswa
kemauan kuat untuk mengubah dan
tidak diberi kesempatan belajar oleh
meningkatkan kualitas diri. Kurikulum
guru
berbasis
menuntut
pelajaran PPKn yang lebih banyak
model
bersifat aflikatif dari pada kognitif
tersebut, karena orientasinya pada
saja. Menurut Brown (1991:101), ada
proses
dua tipe pelajaran yang penting yaitu:
kompetensi
pelaksanaan
pembelajaran
sehingga
siswa
memiliki
kompetensi-kemampuan-ketrampilan-
hari
itu
untuk
yang
belum
mendalami
1) Kognitif,
materi
ditujukan
untuk
pangabisa, tidak sekedar mengetahui
memperkuat apa yang telah
dan memahami. Jangan lupa bahwa
dipelajari oleh siswa dan siswa
kondisi
memusatkan
emosional
mempengaruhi
individu
pemikiran
akan
perhatiannya
dan
pada pokok-pokok utama yang
prilakunya, oleh karena itu model
terkandung dalam pelajaran
pembelajaran tersebut akan terlaksana
itu.
dengan optimal jika guru mampu
2) Sosial,
adalah
menciptakan suasana belajar yang
berhubungan
kondusif, nyaman dan menyenangkan.
untuk
yang
dengan
memberikan
usaha kepada
para siswa suatu perasaan pencapaian,
c. Kegiatan Penutup Pada
kegiatan
sehingga
menutup
disamping kesulitan-kesulitan
pelajaran, guru masih belum tepat
yang mereka hadapi di dalam
waktu sebab, seringkali waktu telah
pelajaran itu, mereka didorong
habis, proses pembelajaran belum
untuk
berusaha
32
mengaplikasikan ajaran Islam
acuan
etik
sebagaimana
yang
dalam kehidupan sehari-hari.
dinyatakan oleh Muhaimin (2005:53) sangat diperlukan, sebab pembelajaran
Dalam
hal
pelaksanaan
agama Islam bukan hanya sekedar
pembelajaran, dari hasil observasi
hapalan namun harus sampai pada
yang penulis lakukan, diketahui bahwa
tahap aplikasinya dalam kehidupan
belum
siswa sehari-hari.
semua
guru
PPKn
melaksanakan pembelajaran dengan
Oleh
sebab
itu,
menurut
benar. Hal ini disebabkan oleh a)
Silverius (1991:36), prosedur evaluasi
belum sepenuhnya membuat RPP, b)
yang
kalaupun
syarat-syarat sebagai berikut:
rancangan
pembelajaran
baik
harus
memenuhi
tersebut ada dibuat, hanya sebagai
1) Keterpaduan, artinya dari satu
syarat administratif saja bukan untuk
butir soal minimal melibatkan
dilaksanakan,
dua komponen materi ajar.
c)
pengalaman
dan
pemahaman guru yang masih terbatas,
2) Keterlibatan
siswa,
artinya
pelaksanaan
prosedur
evaluasi
pada
pembelajaran tersebut didasarkan pada
akhirnya
RPP, guru-guru merasa kaku dalam
kebutuhan bagi siswa, bukan
melaksanakan proses pembelajaran
sesuatu yang harus dihindari,
tersebut.
ini mengandung konsekuensi
dan
d)
kalau
harus
merupakan
bahwa butir soal yang dipakai untuk
3. Evaluasi Proses Pembelajaran. Berdasarkan
kegiatan
mengevaluasi
materi
ajar tersebut harus yang cocok
evaluasi yang dilakukan oleh guru-
dengan
guru PPKn di
intelektual dan psikis para
Pekanbaru
SMP
Negeri
tersebut
11
diketahui
bahwasanya kegiatan evaluasi yang dilakukan
oleh
guru-guru
masih
siswa. 3) Prosedur koherensi, prosedur evaluasi
terbatas pada model-model evaluasi
dengan
acuan norma/kelompok dan evaluasi
diberikan.
acuan patokan, belum sampai pada aspek
aplikatif,
padahal
dalam
pembelajaran PPKn model evaluasi
perkembangan
harus materi
berkaitan ajar
4) Pedagogis,
yang
evaluasi
diharapkan
berguna
perbaikan
sikap
untuk dan
33
tingkahlaku ditinjau dari sudut
belum sepenuhnya terlaksana dengan
pedagogis,
hasil
baik. Guru-guru masih cenderung
evaluasi diharapkan sebagai
fokus pada mengajar (teaching) dari
ganjaran
yaitu
pada membelajarkan (learning) dengan
sebagai penghargaan bagi yang
menggunakan metode yang terbatas
berhasil dan hukuman bagi
pada
yang gagal.
memanfaatkan buku teks dan buku
artinya
(reward)
5) Akuntabilitas, disini prosedur
metode
ceramah
dengan
tugas siswa. Hal ini disebabkan oleh
evaluasi
bermakna
sebagai
beberapa faktor yaitu: (1) masih
laporan
pertanggungjawaban
banyak guru yang tidak menekuni
terhadap
selesainya
suatu
program pengajaran.
profesinya
secara
utuh.
Hal
ini
disebabkan oleh banyak guru yang
Selanjutnya Nasution (1995)
bekerja di luar jam kerjanya untuk
mengungkapkan bahwa: hasil belajar
memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari
kognitif
dengan
sehingga waktu untuk membaca dan
kemampuan siswa menjawab ujian,
menulis untuk meningkatkan diri tidak
hasil belajar psikomotor dapat diukur
ada;
dengan
profesional guru sebagaimana tuntutan
dapat
diukur
kemampuan
siswa
(2)
belum
adanya
negara-negara
standar
memperaktekkan suatu keterampilan,
di
tetapi hasil belajar afektif tidak dapat
kemungkinan disebabkan oleh adanya
diukur, karena menyangkut dengan
perguruan
perasaan hati. Yang dapat diketahui
pencetak guru yang lulusannya asal
hanya sikap-sikap dan perilaku yang
jadi tanpa mempehitungkan outputnya
ditampilkan siswa, baik dalam ucapan
kelak
verbal, eksperesi wajah dan gerak
menyebabkan banyak guru yang tidak
tubuh.
patuh terhadap etika profesi keguruan;
tinggi
di
maju;
swasta
(3)
sebagai
lapangan
sehingga
(4) kurangnya motivasi guru dalam meningkatkan
KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan
diri,
(5)
hasil
kurangnya kontrol yang dilakukan
penelitian, dapat disimpulkan bahwa
oleh kepala sekolah dan dinas terkait,
pembelajaran PPKn di SMP Negeri 11
(6) kurangnya dukungan dari guru-
Pekanbaru
guru
yang
pada
kualitas
meliputi
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi
lain,
(7)
masih
belum
berfungsinya PGRI sebagai organisasi
34
profesi
yang
berupaya
maksimal
secara
meningkatkan
semua
orang
samping
persyaratan
formal,
yaitu
Kecenderungan PGRI bersifat politis
berpendidikan
keguruan,
juga
memang
diperlukan
syarat-syarat
dan
anggotanya.
tidak
bisa
disalahkan,
tersebut.
melakukan
Di
profesionalisme
kegiatan
dapat
terutama untuk menjadi pressure group
kemampuan
agar
menguasai materi pelajaran, dalam
dapat
kesejahteraan
meningkatkan
anggotanya.
khusus
seperti:
a)
Namun
pengertian menguasai bidang studi
demikian di masa mendatang PGRI
atau mata pelajaran yang diajarkan; b)
sepantasnya
merencanakan program pembelajaran;
mulai
mengupayakan
profesionalisme para anggo-tanya, Pelaksanaan
pembelajaran
c) melaksanakan proses pembelajaran; dan
d)
melakukan
evaluasi
erat kaitannya dengan pendekatan yang
pembelajaran serta mengembangkan
dilakukan guru dalam mengajar atau
kegiatan
prosedur
hasil
yang
ditempuh
membelajarkan
siswa,
untuk sehingga
pembelajaran
evaluasi
Implikasinya
yang
ialah
berdasarkan dilakukan.
perlunya
guru
mencapai hasil belajar yang maksimal.
meningkatkan profesionalisme mereka
Tujuan akhir dari proses pembelajaran
untuk melakukan pembelajaran dari
adalah
berorientasi
agar
siswa
mendapatkan
pengajaran
pengalaman belajar atau membekali
menjadi
siswa dengan berbagai kemampuan
pembelajaran
(kompetensi) yang dapat dijadikan
muatan hidden curiculum yang terlihat
pegangan setelah melalui suatu proses
dalam keteladanan yang diperlihatkan
pembelajaran. Artinya, kemampuan-
guru agama di sekolah dan luar
kemampuan yang diperoleh sebagai
sekolah.
hasil
belajar,
yang
(learning)
berorientasi termasuk
dapat
Paradigma kegiatan guru-
menempuh
siswa di kelas, pada umumnya masih
kehidupan selanjutnya, baik sebagai
bersifat kumunikasi satu arah, guru
individu
mengajar dan siswa belajar, guru
dijadikan
hendaknya
proses
(teaching)
bekal
maupun
untuk
sebagai
anggota
masyarakat. Demikian dan
tanggungjawab
pemain dan siswa penonton, yang akan rumitnya yang
tugas
membentuk generasi siswa yang hanya
harus
bisa menerima sesuatu yang sudah
dilakukan oleh guru, maka tidak
jadi.
Padahal
untuk
membekali
35
generasi yang akan datang haruslah
belajar
dengan
menekankan kepada penguasaan ilmu
membiasakan
siswa
siswa.
Profesionalisme
beraktivitas agar mereka bisa mandiri
pengetahuan
atau
dan bermanfaat bagi lingkungannya.
manajemen
beserta
Hal
melalui
penerapannya. Profesionalisme bukan
kegiatan yang bisa dan membiasakan
sekadar pengetahuan teknologi dan
diri
diri
manajemen tetapi lebih merupakan
dan
sikap,
ini
akan
terbentuk
mengembangkan
berupa
kognitif,
psikomotorik
potensi afektif,
sehingga
memiliki
profesionalisme lebih dari seorang teknisi
kehidupannya.
keterampilan
karena
itu
strategi
pengembangan
berbagai kompetensi sebagai bekal Oleh
kemampuan
bukan
hanya
yang
memiliki
tinggi
tetapi
paradigma kegiatan guru-siswa di
memiliki suatu tingkah laku yang
kelas harus diubah dari mengajar
dipersyaratkan.
menjadi pembelajaran, yaitu membuat siswa
belajar
kegiatan
dasarnya ditentukan oleh attitudenya
eksplorasi,
yang berarti pada tataran kematangan
generalisasi,
yang mempersyaratkan willingness
inkuiri, komunikasi, kolaborasi, dan
dan ability, baik secara intelektual
pemecahan masalah.
maupun pada kondisi yang prima.
penalaran, konjektur,
melalui
Guru yang profesional pada
mencoba, hipotesis,
Memperhatikan peran guru
Profesionalisasi
harus
dipandang
dan tugas guru sebagai salah satu
sebagai proses yang terus menerus.
faktor determinan bagi keberhasilan
Usaha meningkatkan profesionalisme
pendidikan, maka keberadaan dan
guru merupakan tanggung jawab
peningkatan profesi guru menjadi
bersama
antara
wacana
penting.
pencetak
guru,
Pendidikan di abad pengetahuan
membina
guru
menuntut
Depdiknas atau yayasan swasta),
yang
sangat
adanya
manajemen
pendidikan modern dan profesional
LPTK
sebagai
instansi (dalam
yang hal
ini
PGRI dan masyarakat.
dengan bernuansa pendidikan. Kemerosotan
pendidikan
bukan diakibatkan oleh kurikulum tetapi oleh kurangnya kemampuan profesionalisme guru dan keengganan
DaftarRujukan Akadum. 1999. Potret Guru Memasuki Milenium Ketiga. Suara Pembaharuan. (Online) (http://www.suara pembaharuan.com/News/1999/01/220
36
199/OpEd, diakses 7 Juni 2001). Hlm. 1-2. Arifin, I. 2000. Profesionalisme Guru: Analisis Wacana Reformasi Pendidikan dalam Era Globalisasi. Simposium Nasional Pendidikan di Universitas Muham-madiyah Malang, 25-26 Juli 2001. Dahrin, D. 2000. Memperbaiki Kinerja Pendidikan Nasional Secara Komprehensip: Transformasi Pendidikan. Komunitas, Forum Rektor Indonesia. Vol.1 No. Hlm 24. Degeng, N.S. 1999. Paradigma Baru Pendidikan Memasuki Era Desentralisasi dan Demokrasi. Jurnal Getengkali Edisi 6 Tahun III 1999/2000. Hlm. 2-9. Galbreath, J. 1999. Preparing the 21st Century Worker: The Link Between Computer-Based Technology and Future Skill Sets. Educational Technology Nopember-Desember 1999. Hlm. 14-22 . Maister, DH. 1997. True Professionalism. New York: The Free Press. Makagiansar, M. 1996. Shift in Global paradigma and The Teacher of Tomorrow, 17th. Convention of the Asean Council of Teachers (ACT); 5-8 Desember, 1996, Republic of Singapore. Naisbitt, J. 1995. Megatrend Asia: Delapan Megatrend Asia yang Mengubah Dunia, (Alih bahasa oleh Danan Triyatmoko dan Wandi S. Brata): Jakarta: Gramdeia. Nasanius, Y. 1998. Kemerosotan Pendidikan Kita: Guru dan Siswa Yang Berperan Besar, Bukan Kurikulum. Suara Pembaharuan.
(Online) (http://www.suara pembaharuan.com/News/1998/08/230 898, diakses 7 Juni 2001). Hlm. 1-2. NRC. 1996. Standar for Professional Development for Teacher Sains. Hlm. 59-70 Pantiwati, Y. 2001. Upaya Peningkatan Profesionalisme Guru Melalui Program Sertifikasi Guru Bidang Studi (untuk Guru MI dan MTs). Makalah Dipresentasikan. Malang: PSSJ PPS Universitas Malang. Hlm.1-12. Journal PAT. 2001. Teacher in England and Wales. Professionalisme in Practice: the PAT Journal. April/Mei 2001. (Online) (http://members. aol.com/PTRFWEB/journal1040.html, diakses 7 Juni 2001) Semiawan, C.R. 1991. Mencari Strategi Pengembangan Pendidikan Nasional Menjelang Abad XXI. Jakarta: Grasindo. Stiles, K.E. dan Loucks-Horsley, S. 1998. Professional Development Strategies: Proffessional Learning Experiences Help Teachers Meet the Standards. The Science Teacher. September 1998. hlm. 46-49). Sumargi. 1996. Profesi Guru Antara Harapan dan Kenyataan. Suara Guru No. 3-4/1996. Hlm. 9-11. Supriadi, D. 1998. Mengangkat Citra dan Martabat Guru. Jakarta: Depdikbud. Surya, H.M. 1998. Peningkatan Profesionalisme Guru Menghadapi Pendidikan Abad ke-21n (I); Organisasi & Profesi. Suara Guru No. 7/1998. Hlm. 15-17.
37