Prosiding Seminar Nasional Kimia Unesa 2012 – ISBN : 978-979-028-550-7 Surabaya, 25 Pebruari 2012
PEMBELAJARAN CONTEXTUAL MELALUI KUNJUNGAN INDUSTRI SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI EKSTRINSIK MAHASISWA PADA KIMIA ANORGANIK II
Oleh : Kusumawati Dwiningsih, Muchlis, dan Dina Kartika Maharani Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya
ABSTRAK
Kimia Anorganik II merupakan mata kuliah yang mengkaji tentang unsur-unsur golongan utama yang disajikan melalui teori dan dan praktikum yang terintergrasi sesuai konsep-konsep yang dibicarakan. Selama ini penerapan beberapa teori diberikan dalam bentuk praktikum, namun masih belum mendukung materi yang bersifat aplikasi industri. Hal tersebut menyebabkan kurang termotivasinya mahasiswa dalam mempelajari mata kuliah kimia anorganik II. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk meningkatkan motivasi mahasiswa pada mata kuliah Kimia Anorganik II. Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas yang dilaksanakan dalam 3 siklus. Setiap siklus melalui tahap persiapan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. Subyek penelitian adalah mahasiswa Kimia A angkatan 2009. Teknik pengumpulan data yang digunakan angket dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif kualitatif terhadap motivasi ekstrinsik mahasiswa. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa motivasi ekstrinsik mahasiswa dengan kegiatan kunjungan indusrti menunjukkan motivasi yang positif .
Kata kunci : Pembelajaran Contextual, Motivasi Ekstrinsik, Kunjungan industri, Kimia Anorganik II Kimia Anorganik II merupakan salah satu Mata Kuliah Kompetensi Utama (MKKU) yang wajib diprogram mahasiswa Prodi Pendidikan Kimia dan Kimia. Mata kuliah Anorganik II mengkaji tentang unsur-unsur golongan utama yang dikenal dan penting meliputi hydrogen, alkali, alkali tanah, keluarga boron, karbon, halogen dan gas mulia. Perkuliahan ini disajikan melalui teori dan praktikum yang terintegrasi sesuai konsep-konsep yang dibicarakan.
PENDAHULUAN Perkuliahan Kimia Anorganik II dilaksanakan berdasarkan kurikulum yang disusun dengan acuan Kurikulum Nasional. Pada tahun 2004 kurikulum matakuliah Kimia Anorganik mengalami pemutakhiran, yakni Kimia Anorganik 1 (Teori Dasar) (3 sks), Kimia Anorganik 2 (Unsur-unsur Golongan Utama) (2/1 sks), Kimia Anorganik 3 (Unsur-unsur Golongan Transisi) (2/1 sks), Kimia Anorganik 4 (2 sks) dan Kimia Koordinasi (2 sks). B-215
Prosiding Seminar Nasional Kimia Unesa 2012 – ISBN : 978-979-028-550-7 Surabaya, 25 Pebruari 2012
Dari hasil wawancara dengan beberapa mahasiswa yang telah menempuh matakuliah anorganik 2, mereka menyatakan materi yang dipelajari lebih banyak hafalannya daripada aplikasinya. Meskipun sudah diberikan praktikum untuk penerapan beberapa teori, tapi tidak mendukung materi yang bersifat aplikasi industri. hal ini yang menyebabkan mahasiswa kurang tertarik dengan matakuliah anorganik 2. Kurang termotivasinya mahasiswa terhadap mata kuliah Anorganik 2 ini berimbas pada hasil belajar mahasiswa. Berdasarkan data hasil belajar mahasiswa mata kuliah Kimia Anorganik 2 semester genap 2008/2009 diketahui bahwa yang telah tuntas sebesar 55 %. Mempertimbang hasil belajar mahasiswa tersebut, tim Kimia Anorganik 2 mengupayakan dengan memperbaiki pola pembelajaran yaitu dengan menerapkan beberapa metode dan model pembelajaran. Berdasarkan upaya tersebut hasil belajar yang diperoleh mahasiswa semester genap 2009/2010 diketahui bahwa 8 orang mendapatkan nilai A (14%), 30 orang nilai B (51%), 19 orang nilai C (33%), dan 2 orang nilai D (3%) dari 59 orang mahasiswa . Dengan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil belajar mahasiswa yang mengambil matakuliah kimia anorganik 2 sebagian besar nilainya cukup baik dan masih mungkin untuk ditingkatkan. Ada kecendrungan dewasa ini untuk kembali pada pemikiran bahwa belajar akan lebih baik jika lingkungan diciptakan alamiah. Belajar akan lebih bermakna jika mahasiswa mengalami apa yang dipelajarinya, bukan memgetahuinya. Pembelajaran yang berorientasi pada penguasaan materi terbukti berhasil dalam kompetisi menggingat jangka pendek tetapi gagal dalam membekali anak memecahkan
persoalan dalam kehidupan jangka panjang. Pendekatan kontektual (Contextual Teaching and Learning /CTL) merupakan konsep belajar yang membantu dosen mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata mahasiswa dan mendorong mahasiswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dengan konsep itu, motivasi belajar diharapkan lebih baik. Proses pembelajaran berlansung alamiah dalam bentuk kegiatan mahasiswa bekerja dan mengalami, bukan mentransfer pengetahuan dari dosen ke mahasiswa. Pengajaran Kimia Anorganik II mempunyai tujuan yang sangat luas, salah satu tujuannya adalah agar mahasiswa memiliki keterampilan menghubungkan konsep dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian penggunaan model pembelajaran CTL perlu diberikan oleh dosen dalam proses belajar, agar dapat mencapai hasil belajar yang lebih baik. Semakin majunya pengetahuan saat ini diiringi berkembangnya teknologi. Terkadang kemajuan teknologi tidak diperoleh secara teoritis. Untuk itu, dalam upaya meningkatkan motivasi ekstrinsik mahasiswa dilakukan kegiatan pembelajaran contextual melalui kunjungan industri. Melalui kunjungan industri ini diharapkan dapat memenuhi rasa ingin tahu mahasiswa terhadap kemajuan teknologi di bidang industri, selain itu mahasiswa dapat melakukan pengamatan langsung ke dunia industri tersebut. Dari penjabaran rumusan masalah, penelitian ini bertujuan khusus untuk mendeskripsikan motivasi mahasiswa terhadap kegiatan belajar pada Kimia Anorganik II. B-216
Prosiding Seminar Nasional Kimia Unesa 2012 – ISBN : 978-979-028-550-7 Surabaya, 25 Pebruari 2012
Dengan berhasilnya penelitian ini, maka akan tersedia peningkatan kemandirian mahasiswa dalam belajar dan peningkatkan kualitas pembelajaran Kimia dalam pembelajaran. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian tindakan (action reseach), karena penelitian dilakukan untuk memecahkan masalah pembelajaran di kelas. Penelitian ini juga termasuk penelitian deskriptif, sebab menggambarkan bagaimana sutau teknik pembelajaran diterapkan dan bagaimana hasil yang diinginkan dapat dicapai.
Gambar 1. Model PTK yang dikembangkan oleh Kemmis dan Taggart (Arikunto, 2008: 84) Subjek dalam penelitian ini adalah mahasiswa jurusan kimia FMPA Unesa angkatan 2009 kelas kimia A yang memperoleh mata kuliah Anorganik II. Waktu penelitian adalah waktu berlangsungnya penelitian atau saat penelitian ini berlangsung. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan bulan Oktober tahun 2011. Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas dengan 2 siklus. Pelaksanaan tiap-tiap siklus tersebut mengikuti alur sebagai berikut: Siklus I 1. Rencana Awal Kegiatan rencana awal ini merupakan diskripsi situasi yang bahannya berdasarkan catatan-catatan penulis tentang pelaksanaan KBM selama ini. Dari deskripsi ini akan diketahui berbagai hambatan yang perlu diatasi. Cara mengatasi hambatan ini merupakan optimalisasi pembelajaran melalui kunjungan insudtri. Pada tahap ini terlebih dahulu peneliti menyusun perangkat pembelajaran dan instrumen yang diperlukan untuk penelitian, antara lain : GBRP, SAP, Handout, lembar angket motivasi mahasiswa.
Dalam penelitian tindakan ini menggunakan bentuk penelitian kolaboratif dengan tim Anorganik II dan di dalam proses belajar mengajar di kelas yang bertindak sebagai pengajar adalah peneliti sendiri dan teman sejawat. Pengamat kegiatan dilakukan oleh peneliti dan teman sejawat. Tujuan utama dari penelitian tindakan ini adalah meningkatkan hasil pembelajaran di kelas dimana peneliti secara penuh terlibat dalam penelitian mulai dari perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi. Sesuai dengan jenis penelitian yang dipilih, yaitu penelitian tindakan, maka penelitian ini menggunakan model penelitian dari Kemmis dan Taggart, yaitu berbentuk spiral dari siklus yang satu ke siklus berikutnya. Setiap siklus meliputi planning (rencana), action (tindakan), obserservation (pengamatan), dan reflection (refleksi). Langkah pada siklus berikutnya adalah perencanaan yang sudah direvisi, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Sebelum masuk pada siklus I dilakukan tindakan pandahuluan yang berupa identifikasi permasalahan. Ilustrasi putaran dalam penelitian tindakan kelas dapat dilihat pada gambar 1 di bawah ini. B-217
Prosiding Seminar Nasional Kimia Unesa 2012 – ISBN : 978-979-028-550-7 Surabaya, 25 Pebruari 2012
2. Pelaksanaan tindakan (action) dan pengamatan (observation) Pelaksanaan tindakan pada siklus 1 terdiri dari dua pertemuan. Masingmasing pertemuan terdiri dari 2 sks. Secara jelas dipaparkan sebagai berikut:
Siklus II Siklus ke 2 dilaksanakan sebagai kelanjutan siklus sebelumnya jika terjadi kekurang tepatan perencaan maupun pelaksaan siklus I, sehingga hasil yang diharapkan belum tercapai. Siklus ke 2 tidak dilaksanakan jika hasil penelitian tindakan kelas sudah sesuai dengan target ketuntasan belajar. Jika karena ketidakberhasilan silkus 1 sehingga siklus ke 2 harus dilaksanakan maka tindakantindakan yang harus dilakukan adalah:
Kegiatan Belajar Mengajar Pertemuan 1 Dosen memberikan pengetahuan pemahaman dengan pendekatan CTL. menggunakan media VCD. Dosen membagikan handout. Diskusi materi dari LKM. Pengamat memberikan pengamatan selama proses pembelajaran berlangsung.
1. Refleksi Siklus I Menindaklanjuti hasil reflaksi pada siklus I. Menganalisa masalah-masalah pada siklus I. Menentukan tindakan perbaikan sesuai dengan jenis masalah hasil analisis.
Pertemuan 2 Mahasiswa melakukan observasi lapangan. Belajar di luar kelas, melalui kunjungan industri kecil.
2. Perencanaan tindakan Merencanakan tindakan kelas sesuai dengan tema. Mensosialisasikan pendekatan CTL berbantuan media VCD. Menyesuaikan tindakan pada siklus I dengan situasi dan perkembangan kelas. Menyiapkan instrument penjaring data.
3. Refleksi Refleksi pelaksanaan tindakan kelas melibatkan penulis sebagai subyek penelitian, teman sejawat kolaborator, dan mahasiswa menjadi sasaran penelitian. Data kualitatif dari hasil observasi selama KBM berlangsung, data test hasil belajar, dan angket motivasi jawaban mahasiswa selama KBM berlangsung akan dideskripsikan.
3. Pelaksanaan tindakan Tindakan dilaksankan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Observasi ulang terhadap tindakan yang dilakukan.
4. Hasil Refleksi atau Revisi Berdasarkan Hasil refleksi, kemudian peneliti membuat revisi rancangan baru untuk memperbaiki kekurangan yang diperoleh selama proses pembelajaran. Selanjutnya, hasil refleksi tersebut dimanfaatkan untuk bahan merencanakan tindakan pada siklus selanjutnya.
4. Evaluasi / Refleksi Pelaksanaan refleksi adalah untuk melihat keberhasilan tindakan kelas, terutama untuk melihat peningkatan keberhasilan dari siklus I ke siklus II. Peningkatan keberhasilan tindakan dilihat dari hasil analisis penelitian proses dan penilaian hasil. B-218
Prosiding Seminar Nasional Kimia Unesa 2012 – ISBN : 978-979-028-550-7 Surabaya, 25 Pebruari 2012
Pada tahap observasi, pengamatan terhadap pengembangan motivasi siswa dilakukan oleh ketua kelompok dan dengan bantuan teman guru sebagai kolaborator. Kolaborator membantu penulis dalam hal observasi dan refleksi selama dalam pelaksanaan penelitian. Pada akhir penelitian, semua data yang diperoleh dianalisis menggunakan teknik analisis deskriptif kuantitatif guna mengetahui motivasi hasil penerapan pendekatan contextual melalui kujungan industri. Data yang terkumpul melalui teknik penyebaran angket/kuisioner tentang motivasi siswa terhadap perangkat dan proses pembelajaran, dianalisis melalui frekuensi dan prosentase motivasi siswa, dengan menggunakan jawaban pada angket dengan ketentuan sebagai berikut:
3,49), baik (3,50 – 4,49), dan sangat baik (4,50- 5,00). Tabel berikut ini merupakan rangkuman nomor pernyatan untuk tiaptiap yang mengandung kriteria positif dan kriteria negatif pada setiap kondisi angket motivasi. Tabel 2. Rangkuman nomor pernyataan untuk setiap kriteria dan kondisi pada angket motivasi Angket Motivasi
Kriteria
1.
Tanggapan Siswa
Skor
Sangat tidak setuju
1
Tidak setuju
2
Kurang setuju
3
Setuju
4
Sangat setuju
5
Sangat tidak setuju
5
Tidak setuju
4
Kurang setuju
3
Setuju
2
Sangat tidak setuju
1
1
Attention (Perhatian)
No. Pernyataan Positif 2,8,9,11,17,2 0,23,24,28
2
Relevance (Relevansi)
4, 6, 16, 18, 30, 33
26, 31
3
Confidence (Percaya Diri)
1, 13, 25, 35
3, 7, 19
4
Satisfaction (Kepuasan)
5,10,14,21,27 ,32,36
34
No. Pernyataan Negatif 12, 15, 22, 29
HASIL DAN PEMBAHASAN Siklus I 1. Deskripsi Tahap Perencanaan
Positif
2
Kondisi
(Sumber: Kardi, 2002)
Tabel 1. Pedoman skor kriteria positif dan negatif kondisi ARCS No.
No
Intrumen penelitian yang terdiri dari RPP I, lembar penilaian (LP1), Lembar angket motivasi mahasiswa yang telah disusun divalidasi oleh para ahli atau teman sejawat yang lebih kompeten agar diperoleh instrumen yang baik. Penilaian yang dilakukan validator meliputi indikator: format, bahasa, dan isi perangkat pembelajaran. Dalam melakukan revisi, peneliti mengacu pada hasil diskusi dengan mengikuti saransaran serta petunjuk validator. Secara umum semua penilaian validator terhadap intrumen penelitian memberikan kesimpulan yang sama yaitu instrumen penelitian ini baik dan dapat digunakan dengan sedikit revisi. Berdasarkan hasil validasi, beberapa revisi yang dilakukan
Negatif
(Sumber: Kardi, 2002) Skor yang diperoleh dari setiap kondisi pada kedua kriteria tersebut kemudian dirata-rata. Rata-rata tersebut menunjukkan penilaian terhadap motivasi mahasiswa dengan kategori penilaian: sangat kurang baik (0,50 – 1,49), kurang baik (1,50 – 2,49), cukup baik (2,50 – B-219
Prosiding Seminar Nasional Kimia Unesa 2012 – ISBN : 978-979-028-550-7 Surabaya, 25 Pebruari 2012
terhadap RPP I, dan Lembar angket motivasi mahasiswa.
4.Refleksi Dari Tabel 4.2 dan 4.3 terlihat bahwa hasil data menunjukkan bahwa pemahaman mahasiswa dalam materi Anorganik II belum dapat menunjukkan hasil secara maksimal. Hal ini ditunjukkan hasil observasi pengelolaan pembelajaran dan waktu yang dilakukan mahaiswa masih kurang, sehingga perlu dilaksanakan siklus II.
2. Deskripsi Tahap Pelaksanaan Instrumen penelitian yang terdiri dari RPP I, Lembar angket motivasi mahasiswa yang telah divalidasi dan mendapat masukan dari validator. 3. Hasil Pemantauan, evaluasi dan Jenis Instrumen Penelitian Berikutnya akan dideskripsikan data/hasil dari angket yang disebarkan. Motivasi mahasiswa terhadap perangkat dan proses pembelajaran pada materi Anorganik II melalui kunjungan industri, dikumpulkan dengan menggunakan Instrumen, yaitu angket motivasi. Hasil penyebaran angket dianalisis dan dideskripsikan dalam skor. Skor mahasiswa terhadap perangkat dan proses pembelajaran secara ringkas disajikan dalam Tabel berikut.
Siklus II Hasil revisi pada siklus I dijadikan bahan untuk rencana tindakan agar kekurangan pada siklus I dapat diatasi dan tidak ditemui pada siklus II. 1. Deskripsi Tahap Perencanaan Pada perencanaan siklus II peneliti menggunakan SAP yang diterapkan pada siklus I dengan harapan kelemahan yang terjadi pada siklus I dapat diminimalisir. Selain itu materi dan kegiatan yang dilakukan sama dan telah mendapat masukan pada tahap refleksi I.
Tabel 3. Motivasi mahasiswa untuk setiap kriteria dan kondisi
2. Deskripsi Tahap Pelaksanaan Pelaksanaan pembelajaran hampir sama dengan siklus I, peneliti mengulang kembali materi secara sekilas, kemudian dilanjutkan dengan membimbing mahasiswa dalam kegiatan kunjungan industri.
Kriteria No Positif
Kategori
Negatif
Kategori
1
A
3,4 Cukup
A
3,4 cukup
2
R
4,4 Baik
R
4,3 Baik
3
C
4,2 Baik
C
4
S
Cukup 3,8
S
Baik 3,8 4,5 Baik
3. Observasi dan Analisis data Motivasi mahasiswa terhadap perangkat dan proses pembelajaran pada materi Anorganik II yang menggunakan pendekatan contextual melalui kunjungan industri, dikumpulkan dengan menggunakan Instrumen, yaitu angket motivasi. Hasil penyebaran angket dianalisis dan dideskripsikan dalam skor. Skor mahasiswa terhadap perangkat dan proses pembelajaran secara ringkas disajikan dalam Tabel berikut.
Dari Tabel 3 di atas menunjukkan bahwa proses pembelajaran dikatakan positif dengan kriteria Baik. Hal ini menunjukkan bahwa melalui kunjungan industri belum dapat meningkatkan motivasi mahasiswa pada materi Anorganik II secara maksimal.
B-220
Prosiding Seminar Nasional Kimia Unesa 2012 – ISBN : 978-979-028-550-7 Surabaya, 25 Pebruari 2012
Arsyad, Azhar. 2009. Media Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Tabel 4. Motivasi mahasiswa untuk setiap kriteria dan kondisi
Bloom, B.S. 2001. Taksonomi Tujuan Pendidikan. Diterjemahkan oleh Tjokrodihardjo, S. Surabaya: UNESA, University Press.
Kriteria No Positif
Kategori
Negatif
Kategori
1
A
4,8 Baik Sekali
A
4,57 Baik sekali
2
R
4,4 Baik
R
3
C
4,4 Baik
C
4
S
Baik Sekali 4,6
S
Borich, G.D. 1994. Observation Skills for Effective Teaching, 2th Edition. New York: Macmilan Publishing Company.
4,4 Baik Baik Sekali 4,8 4,5 Baik
Brescia, et., al. 1980. Fundamentals of chemistry. fourth edition. New york: Academic Press, Inc.
Dari Tabel 4 di atas menunjukkan bahwa proses pembelajaran dengan pendekatan contextual melalui kunjungan industri dapat dikatakan terjadi perubahan. Mahasiswa rata-rata berpendapat positif dengan kriteria baik sekali tentang proses pembelajaran dengan pendekatan contextual melalui kunjungan industri.
Daniel, L., Ortleb, E. P., & Biggs, A. 1995. Chemistry Science. New York: Glencoe, Mc Graw-Hill. Day, M.C. & Selbin, J. 1993. Kimia Anorganik Teori. Yogyakarta: UGM press. Kardi, S. 2002. Mengembangkan Tes Hasil belajar. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya.
4. Refleksi Pada siklus II motivasi belajar contextual melalui kunjungan indusrti telah mengalami peningkatan, dimana motivasi mahasiswa pada materi Anorganik II telah terjadi perubahan.
Kardi, S. 2003. Strategi Motivasi Model ARCS. Surabaya ; Pasca Sarjana UNESA. Nur,
SIMPULAN Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa motivasi mahasiswa dengan pembelajaran pendekatan contextual melalui kunjungan industri memberikan hasil positif dengan kreteria pembelajaran tersebut baik sekali.
Mohamad. 2011. Pemotivasian Siswa untuk Belajar (Buku Ajar Mahasiswa) Edisi 2 Surabaya: Pusat Studi Matematika dan IPA UNESA.
Prayitno, Elida. 1989. Motivasi dalam Belajar. Jakarta : Depdikbud. Sudjana, Nana dan Ahmad Rivai. 2010. Media Pengajaran. Bandung: Sinar Baru Algensindo.
DAFTAR PUSTAKA Abruscato, Joseph. 1996. Teaching Children Science. Burlington Vermont: Alllyn and Bacon.
Tjokrodiharjo, Soegijo. 2001. Taksonomi tujuan Pendidikan. Surabaya: UNESA University Press
Arends R. 2001. Learning to Teach. New York: Mc graw Hill Companies, Inc. B-221