PEMBAWA DAMAI Surat Konferensi Keluarga Fransiskan Pentakosta 2005
Roma 2005
Impaginazione di JA per Ufficio Comunicazioni OFM - Roma
1. “Semoga Tuhan memberi engkau damai!” Salam warisan Fransiskus ini kami tujukan kepada semua saudara dan saudari Keluarga Fransiskan dan kepada semua orang yang dicintai Tuhan (lh. Luk 2,14). Bapa kita Santo Fransiskus dalam surat wasiatnya menegaskan bahwa salam ini diterimanya dari Yang Mahatinggi sendiri: “Tuhan mewahyukan kepadaku salam yang hendaknya kita ucapkan, yaitu: Semoga Tuhan memberi engkau damai.” (Was 23). Bersama Fransiskus dan sesuai dengan kehendaknya itu kami sampaikan salam ini kepada saudara semua, biarpun hidup di dunia tercemar perang, teror, kepincangan sosial, kelaparan, dan bencana alam serasa kiamat. Salam ini disampaikan terutama kepada orang yang tertindas oleh situasi retak rusak, terbuka atau tersembunyi, dalam diri mereka sendiri, dalam keluarga, persaudaraan, komunitas atau di tempat kerja. Dewasa ini sangat terasa di tengah dunia dan di hati manusia kebutuhan dan kerinduan akan damai dalam arti kata seluasluasnya, menurut pengertian asli “Shalom” (lh. Yes 9,5s; 48,18.19; 54,13; Mik 5,1-4; Im 26,6; Pep 12,20): damai antara semua bangsa dan Negara, aneka ragam kebudayaan dan agama; damai penjamin tempat kediaman layak dan aman, sandang-pangan seperlunya, martabat dan kehormatan manusia, keselarasan dengan ciptaan, kebahagiaan di hati dan keakraban dengan Allah, pemberi hidup. Pembawa damai
3
Pengutusan kita: mewartakan damai
2. Fransiskus dan keluarga fransiskan awal, karena taat akan wahyu ilahi yang mereka terima itu, ke mana pun pergi dan kapan pun berbicara atau berkhotbah kepada orang (cf Spec 26; LegPer 67; 1Cel 23; 3Comp 26). Mereka itu menyampaikan salam damai yang baru, yang belum dikenal waktu itu, kepada dunia yang tercemar, pecah-belah oleh perang besar dan kecil. Dengan itu mereka mengikuti Yesus yang bangkit sendiri: “Damai sejahtera bagi kamu!” (lh. Luk 24,36; Yoh 20,19.21.26). Tetapi salam damai itu seringkali berkembang menjadi usaha benar dan sungguh untuk menciptakan damai konkret, seperti nyata dalam peristiwa khusus pendamaian antara wali kota dan Uskup di Asisi (lh. LegPer 84), dalam perdamaian di kota Arezzo dan di kota-kota lain (lh 2Cel 108; Fior 11), dalam kunjungan Fransiskus kepada Sultan (cf 1Cel 57), dalam kisah serigala Gubbio (cf Fior 21). Salam damai dan usaha pendamaian itu menjadi bagian mutlak dari pengertian diri, gaya hidup dan pengutusan saudara-saudara pertama. Karenanya mereka dikenal sebagai pengilham gerakan damai sejati. Malah Tomas dari Celano menyebut persaudaraan awal itu “Utusan damai” (Pacis legationem) yang bertugas membawa damai (lh. 1Cel 24). 3. Pengutusan pembawa damai ini dapat diwartakan dengan salam khas mereka karena beralas dan berakar pada beberapa unsur inti dari gaya hidup dan semangat Fransiskus dan saudara-saudarinya. Pengutusan damai itu lahir dari hati sejahtera sebagai buah pengalaman pengampunan, belas-kasih dan rahmat. Pengalaman ini juga membuat Fransiskus melihat gerakannya sebagai persaudaraan (lh. SurMin) dan membuat ia memilih hidup dalam pertobatan, mengikuti Yesus Kristus, seluruhnya terarah kepada nilai-nilai eskatologis kerajaan Allah: keadilan dan damai. Nilai itu setiap kali disambut sebagai pemberian Allah, yang memulihkan damai di 4
Pembawa damai
hati (lh. 1Cel 26). Pemberian itu, yakni damai, dalam diri Yesus Kristus terwujud dalam sejarah keselamatan dan menjelma di tengah kenyataan dunia yang memerlukan penyelamatan (lh. AngTBul 23,1-4). Karena itu, dengan memandangi keajaiban ciptaan Allah di dalam alam semesta, yang diwujudkan-Nya melalui Putra, maka Fransiskus melihat ikatan antara damai, keselamatan dan penebusan manusia, dan merasakan diri erat bersatu dengan ciptaan dan dengan kebaikan tertinggi Allah. Kesatuan antara damai dan kebaikan Allah itulah yang mengilhami salam Fransiskan dewasa ini: Pax et bonum (Damai dan kebaikan). Dalam menulis Anggaran Dasar, Fransiskus merumuskan cara hidup yang sanggup memajukan damai melalui sikap konkret hidup sehari-hari. Kemiskinan dan kesederhanaan lahir dari kepercayaan tak terbatas akan Allah, dan mendorong para pengikut cara hidup ini agar tidak ingin menyebut apa pun miliknya, baik tempat atau pun rumah dan bahkan kehendaknya sendiri (lh AngTBul 7,13; Pth 2). Karena tangan kosong, bebas untuk memeluk dan merawat orang kusta (lh. Was 1-3), Fransiskus dan saudaranya tidak perlu mencari alat atau senjata pembela kepunyaan melawan orang lain (lh. 3Comp 35). Bebas dari kebanggaan dan tuntutan mana pun, generasi Fransiskan pertama tidak lagi melihat orang lain sebagai lawan atau saingan, tetapi sebagai saudara atau saudari dalam Yesus Kristus. Fransiskus dan saudaranya bekerja (lh. AngTBul 7,19), tinggal di antara orang miskin dan terkucil (lh. AngTBul 9,2) dan tidak menerima mata uang (AngTBul 8,1-12) modal kapitalisme baru dan ganas waktu itu. Karenanya mereka menjadi nabi dan saksi bahwa gaya hidup bersama yang lain itu sungguh mungkin dan masyarakat sipil dan gerejani dapat dibangun dalam terang Injil Yesus. Hidup Injili yang baru ini melahirkan juga bahasa pengungkapan diri yang baru. Kosakata Fransiskus mengelak Pembawa damai
5
ungkapan bernada perang dan penjajahan masanya itu, dan gantinya mengutamakan ungkapan bernada damai dengan mengusulkan dan memakai istilah berdasarkan Kitab suci, seperti: jangan memiliki (lh. AngTBul 7,13), jangan mengadili (lh. AngTBul 11,1.10), membawa diri secara rohani (AngTBul 16,5 ss) dan kata-kata lain yang dapat memajukan damai melalui ungkapan bahasa. Dengan demikian, cara hidup itu sendiri benar-benar menjadi jalan sejati untuk berdamai dengan Allah, dengan sesama, dengan diri sendiri dan dengan segenap alam ciptaan. Perjalanan menuju damai
4. Bila sumber-sumber semangat kita dibaca dengan teliti, gerakan awal “saudara dina” muncul sebagai utusan damai yang benar dan sejati. Selain itu, di dalamnya ditemukan beberapa sikap dasar yang tetap penting, juga dewasa ini, untuk memulai proses damai dan pendamaian dalam situasi yang beku akibat percekcokan dan konflik (lh. Fior 21): • tetap menempatkan Allah di pusat segala kegiatan; • senantiasa maju bersama, dengan tegas dan bijaksana; • mencari alasan-alasan sesungguhnya dari kekerasan dan berani mengungkapkannya dengan terus-terang; • memajukan pertobatan dan pendamaian semua pihak; • berusaha menyembuhkan dan memulihkan antarhubungan dari pada menyelesaikan persoalan; • menegakkan kembali keadilan sebagai dasar damai sejati; • mengakui bahwa semua hubungan sosial itu pincang dan menyadari bahwa setiap situasi konflik mengandaikan kepincangan dan penyalahgunaan kekuatan; • tetap tidak membawa senjata (lh. Memoriale Propositi, 16); • jangan pernah mengizinkan satu pihak dicap iblis dan senantiasa melihat semua pihak sebagai saudara dan saudari; 6
Pembawa damai
• mendekati konflik secara aktif, berani mengambil risiko pribadi dan melibatkan diri sendiri.
Sikap-sikap ini menggariskan jalan sejati untuk menegakkan damai dan menuntut tindakan bebas kekerasan dan bebas penindasan. Tetapi tindakan seperti itu hanya mungkin berdasarkan kepercayaan sepenuhnya, tanpa syarat, kepada Allah. Hanya bila Roh Tuhan dan karyaNya yang kudus tetap di pusat tindakan ada harapan bahwa usaha menegakkan damai dan kesejahteraan membawa hasil. Menerima pelayanan pendamaian seperti itu bukan tanpa bahaya atau pun kesulitan. Karena itu seorang pengikut Fransiskus tidak maju sendirian, tetapi dalam kesatuan hidup satu sama lain, bersama persaudaraan semesta dan Gereja, dalam kesatuan yang mendukung dan memberi semangat. Saudara-saudari, karena maju bersama dan berani seperti nabi, dapat dan harus menyingkapkan akar-akar sesungguhnya dari segala bentuk kekerasan dan menunjukkannya dengan terus-terang. Kekerasan tidak boleh ditutupi atau diremehkan. Hanya dengan mengakui kejahatan dan menerima penyembuhannya, dapat dimulai perjalanan menuju pertobatan dan pendamaian semua pihak yang terlibat. Hanya demikianlah akhirnya keadilan dapat ditegakkan kembali sebagai dasar pembangunan damai sejati, karena hanya demikianlah segala usaha untuk mencapai pendamaian dapat diharapkan bertahan di masa depan. Menyucikan ingatan
5. Mengingat awal Keluarga Fransiskan sebagai gerakan pertobatan dan pengutusan damai, membuat kita mau tidak mau mengakui dengan rendah hati bahwa sejarah kita tidak selalu seiring dengan panggilan ini. Kehidupan nyata para pengikut Fransiskus tidak selalu berupa kesaksian akan salam damai yang diwahyukan kepadanya. Sering ternyata kurang jelas atau berat sebePembawa damai
7
lah dalam situasi yang tidak adil atau penuh kekerasan. Tidak dapat disangkal bahwa para pengikut Fransiskus berulang kali menjadi alasan atau malah biang keladi atau pendukung ketidakadilan dan kekerasan itu. Bayangan gelap dalam sejarah kita ini perlu diakui dengan terus terang supaya ingatan benar-benar dapat disucikan demi penghayatan murni cara hidup injili. Bersama Bapa suci Yohanes Paulus II patut ditegaskan bahwa ingatan akan kegagalan demikian itu “sangat berguna untuk pengertian dan pengajuan permohonan pengampunan yang tepat, berdasarkan tanggung-jawab nyata semua orang kristen bersama sebagai anggota tubuh mistik. Tanggung-jawab bersama itu mendorong orang beriman dewasa ini untuk mengakui, bersama kesalahan mereka sendiri, juga kesalahan orang kristen di masa lampau, berdasarkan penilaian sejarah dan teologis yang tepat. Memang, ikatan hidup tubuh mistik menyatukan kita satu sama lain dan karena itu kita ikut memikul beban kesalahan dan dosa orang yang mendahului kita, biarpun secara pribadi tidak ikut bertanggung-jawab. Penilaian ini tidak pula mau menggantikan hukuman Allah, satu-satunya yang mengenal hati manusia. Mengakui penyimpangan masa lampau berguna untuk menggugat suara batin di tengah kompromi masa sekarang dan membuka jalan pertobatan bagi setiap orang” (Khotbah, Hari pengampunan, tgl. 12 Maret 2000). Hanya melalui pertobatan benar dan iman kepada Injil (Mrk 1,15) kita dapat menemukan kembali damai di hati dan menjadi pembawa damai sejati bagi dunia kita ini. Pertobatan hati membuka kemungkinan kita tidak dikalahkan oleh kejahatan melainkan sanggup mengalahkan kejahatan dengan kebaikan (lh. Yohanes Paulus II, Pesan Hari Damai, 1 Januari 2005). Damai itu kebaikan yang harus dimajukan dengan kebaikan (lh. sda, 1). Karena itu para pengikut Fransiskus menolak setiap bentuk kekerasan supaya “ke luar dari lingkaran setan kejahatan demi kejahatan” (sda, 1). 8
Pembawa damai
Perjalanan sulit damai sejahtera
6. Permulaan milenium baru sempat memberi semangat dan harapan akan masa yang lebih adil dan damai, sesudah “abad gelap” perang ganas, diktator bengis, kepincangan sosial hebat dan curang antara belahan utara dan selatan bumi serta perang dingin. Tetapi tahun-tahun pertama abad baru ini sudah menunjukkan betapa rapuh hidup manusia bersama. Terbuka jurang perpecahan baru, yang mengancam damai dunia dan pemulihan keseimbangan adil di antara negara-negara. Bencana alam dahsyat, serasa dunia mau kiamat, jelas menunjukkan betapa manusia kehilangan keserasian dengan alam ciptaan. Dewasa ini dihadapi deretan persoalan yang pasti berhubungan satu sama lain di dunia terpadu kita. Persoalan ekologi, seperti jenis hayat yang musnah, perubahan iklim dan pencemaran lingkungan, seringkali berkaitan dengan persoalan sosial yang parah, seperti beban berat utang sekian banyak negara, yang pada gilirannya menyebabkan persoalan lain lagi, seperti kemiskinan, kelaparan, pengangguran dan perpindahan ke luar daerah. Tambah lagi struktur-struktur dosa yang menguatkan lilitan kekerasan, seperti struktur liar politik dan militer, yang sering menindas warga tak terlindung di negaranya sendiri atau malah siap menyerbu negara lain dengan serangan yang memakan kurban tak bersalah dan seringkali, sebagai reaksi, melahirkan bentuk-bentuk teror tak terkontrol. Perlu diingat juga pelbagai aliran fundamentalis, nasionalis dan imperialis baru yang dewasa ini mempertentangkan kebudayaan dan agama satu lawan yang lain. Kejahatan internasional, yang berkembang dalam perdagangan candu dan senjata, lagi membawa kematian di sekian banyak sudut dunia kita. Akhirnya aturan permainan pasar, berkedok kebebasan, menundukkan nilai kehidupan kepada ekonomi, mengutamakan orang sedikit dan mengesampingkan orang banyak, sering mengurung tanpa harapan Pembawa damai
9
bagi masa depan, khususnya orang yang paling lemah: wanita, anak-anak, orang jompo dan sakit. Kadangkadang nampaknya benih kedamaian itu benar-benar dicekik oleh kepentingan politik dan ekonomis, struktur kejahatan dan dosa pribadi. Lalu manakah artinya damai di dunia buas penuh senjata ini? Manakah artinya damai di dunia dalam genggaman sistem konsumerisme dan penjajahan? Apa artinya damai bagi orang yang hidup di daerah perang? Apa artinya damai bagi orang yang kehilangan segalanya? Terhadap segala situasi ini, kita yang bersemangat Fransiskan tidak dapat tinggal pasif atau hanya menjadi penonton terharu. Kita perlu merasa diri dipanggil mengikuti jejak Yesus Kristus, yang datang “untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin; untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan” (Luk 4,18). Fransiskus memeluk rencana Allah bagi makhluk ciptaan-Nya dan melihatnya sebagai keluarga saudara-saudari (lh. NyaMat). Ia tidak pernah menyebut dirinya “Fransiskus” saja, tetapi selalu “saudara Fransiskus”. Gelar “saudara” menunjukkan bagaimana ia merasa diri berhubungan dengan setiap ciptaan. Ia merasa diri diutus menyembuhkan hubungan itu dengan rendah hati dan taat (lh. NyaMat 10-11; 3Comp 14,58). Kegiatan membawa damai terikat pada pewartaan kabar baik Injil (lh. Ef 6,15) dan terarah kepada semua orang, tanpa memandang tingkat sosial, jenis kelamin, ras atau agama. Setia kepada Tuhan, Gereja memajukan damai di dunia sebab itu bagian mutlak tugas pengutusannya, yakni meneruskan karya penebusan Kristus di dunia (lh. Ringkasan ajaran sosial Gereja, n. 516). Sebagai misionaris Injil, dan setia kepada Gereja, mari bertekad membaharui kebiasaan lama kita dan menjadi pembawa damai Injili masa kini. 10
Pembawa damai
Memajukan yang baik
7. Usaha ini menuntut pendamaian pribadi dengan Allah, dengan diri sendiri, dengan saudara-saudari dan dengan seluruh alam ciptaan. Dengan itu damai mulai dihayati sebagai nilai mendalam di hati setiap orang, selanjutnya meluas kepada keluarga, kepada persaudaraan dan komunitas kita sampai melibatkan segenap lingkungan tempat kita hidup, dan akhirnya membentuk kebudayaan damai (lh. Ringkasan ajaran Sosial Gereja, n. 495). Biarpun pendamaian itu sesuatu yang sangat pribadi dan akrab, namun perlu juga mencakup struktur organisasi, gaya hidup, pekerjaan dan pengutusan kita, supaya segalanya itu sungguh-sungguh berguna untuk membangun damai, keadilan dan cinta-kasih. Kita hanya dapat menjadi pembawa damai sejati melalui pertobatan hati yang teguh, pertobatan sejati struktur pribadi kita, gaya hidup, cara membuat rencana, berpikir dan bekerja. Usaha kita demi damai khususnya meminta kita maju bersama dalam semangat persaudaraan, sebagai ciri khas cara hidup kita. Jangan kita biarkan hanya beberapa saudara atau saudari bergiat sendirian memajukan damai, keadilan dan keutuhan ciptaan, seolah itu panggilan kenabian khusus. 8. Berdasarkan pertobatan pribadi ini dapat ditawarkan pandangan damai sebagai perjalanan pendamaian untuk mengatasi dosa pribadi dan struktur, penderitaan, rasa sakit, kemarahan dan luka-luka batin mendalam. Sebagai saksi kabar baik, perlu melibatkan diri dalam pengutusan kita di dunia demi perjalanan pendamaian ini. Padanya perlu dibedakan tindakan melawan kejahatan, kekerasan dan ketidakadilan dari tindakan demi kedamaian dan keadilan, sambil menolak setiap bentuk kekerasan agar terbuka kemungkinan pendamaian sejati. Pengutusan damai tidak dapat didasarkan pada sikap “melawan”, tetapi harus senantiasa berakar pada pencarian tetap kebaikan di dalam kehiduPembawa damai
11
pan. Bertindak demi kebaikan ini berarti juga membuka selubung alasan dan sebab-musabab kejahatan dan berani mengecam setiap bentuk kekerasan tak adil. Berbicara tentang damai dan keadilan itu sungguh munafik tanpa membuka topeng organisasi, struktur dan dosa yang melahirkan ketidakadilan, kekerasan dan kejahatan. Penyembuhan mendalam semua luka hanya mungkin bila kesaksian kenabian menunjukkan sebabmusabab pertikaian, perang, ketidakadilan dan dosa besar-kecil manusia. Tanpa penyembuhan serupa itu perjalanan pendamaian akan tetap sulit. Kita pengikut Fransiskus memupuk penyembuhan luka itu melalui dialog persaudaraan penuh cinta. Dialog itu penuh hormat dan tahu menghargai setiap orang, setiap kebudayaan dan setiap agama dengan memajukan kebaikan, keindahan dan kebenaran setiap peserta itu. Dialog ini ingin dimulai di mana pun, dalam persaudaraan dan komunitas kita, dalam keluarga, dalam institut fransiskan, dalam Gereja, di antara pelbagai kebudayaan dan daerah, di pelbagai negara tempat kita hadir. Dialog ini menuntut keberanian mengambil risiko pribadi, dan menerima segala akibat dari ikut-sertanya kita dalam pengutusan dan sengsara Kristus (lh. AngTBul 16,10-11). Khususnya perlu dimulai dialog di tempat konflik, ketegangan, putus asa dan percekcokan, di mana toleransi berkurang dan penyisihan bertambah. Dialog persaudaraan penuh cinta ini memberi kesaksian akan dialog pembawa keselamatan dari Allah sendiri dengan umat manusia dalam Putra-Nya Yesus Kristus dan kuasa Roh kudus. Melayani cinta-kasih
9. Pada dasar sejarah kita yang kaya itu, keterbukaan bagi dialog persaudaraan penuh cinta dapat membaharui kita dalam semangat pengampunan, belas-kasih dan syukur. Demikianlah dengan damai sejati, yang hanya 12
Pembawa damai
dapat diberikan oleh Yesus Kristus (lh. Yoh 14,27) sendiri, dapat diatasi perang-perang kecil hidup sehari-hari dan perang-perang besar di dunia. Dengan mengalaskan diri kembali pada semangat persaudaraan dan kesamaan berdasarkan hukum cinta-kasih (lh. Yoh 15,9-17) dapat diatasi sikap kurang toleran dan sekian banyak bentuk diskriminasi dan penyisihan. Dengan mengalaskan diri pada semangat kesederhanaan demi penghargaan dan penghormatan akan bentuk hidup mana pun juga, dapat diatasi konsumerisme dan sekian banyak jenis pemerkosaan kehidupan dan penciptaan. Dengan menemukan kembali akar-akar mendalam panggilan fransiskan, dapat ditemukan damai di hati sendiri, di dalam persaudaraan, komunitas dan keluarga. Dengan itu juga kita dapat menjadi pembawa damai subur yang menghasilkan buah kesejahteraan dan pendamaian di dunia ini. Mengingat panggilan khas fransiskan untuk menjadi pembawa damai di dunia ini, mari menguatkan dan mendukung karunia kenabian yang nampak dalam gaya hidup bersama yang baru, berdasarkan cinta-kasih dan keakraban, tanpa kekerasan, dalam keadilan dan perhatian sepenuhnya akan ibu pertiwi (lh. NyaMat). Mari membela hak akan kehidupan di segala tingkat dan hak menikmati sumber-sumber alam yang perlu bagi semua. Khususnya mari ikut menderita dan tinggal dekat pada jumlah tak terbilang kurban di dunia ini. Berpangkal pada unsur kenabian panggilan kita itu, mari mengangkat suara untuk mendukung perlucutan senjata di segala tingkat (lh. Ringkasan ajaran sosial Gereja, n. 508s). Tidak dapat diterima pemakaian anak dan pemuda sebagai serdadu dalam konflik bersenjata (lh. sda 512). Demikian pula setiap bentuk diskriminasi wanita. Perlu ditolak setiap ragam teror dan dilawan setiap jenis kolonialisme dan imperialisme militer dan ekonomi. Tidak dapat dibenarkan fundamentalisme dan tendensi integralisme. Perjuangan damai kita itu melawan struktur dan pelaku perbudakan dan penindasan mana pun juga. Pembawa damai
13
Akhirnya mari memohonkan doa bapa Santo Fransiskus dan ibu Santa Klara, pejuang agung damai dan kebaikan, serta Maria, Ratu damai, agar diberi rahmat hidup di dunia ini sebagai pengabdi setia Roh Yesus, damai kita (Ef 2,14). Roma, 15 Mei 2005 Hari Raya Pentakosta
Fr. José Rodríguez Carballo Minister generalis OFM
Fr. Joachim Giermek Minister generalis OFMConv
Fr. John Corriveau Minister generalis OFMCap
Fr. Ilija Zivkovic Minister generalis TOR
Encarnación Del Pozo Ministra generalis OFS
Sr. M. Carola Thomann FCJM Praeses CFI-TOR 14
Pembawa damai
Singkatan Kitab Suci Ef Im Luk Mik Mrk Pep Yes Yoh Karya Fransiskan AngTBul NyaMat Pth SurMin Was 1Cel 2Cel 3Comp Fior LegPer Spec Pembawa damai
Efesus Imamat Lukas Mikha Markus Pepatah Yesaya Yohanes Anggaran Dasar tanpa Bula Nyanyian Saudara Matahari Petuah Surat kepada Seorang Minister Wasiat Santo Fransiskus Hidup pertama Tomas dari Celano Hidup kedua Tomas dari Celano Kisah ketiga sahabat - 3 Compagni Bunga rampai - Fioretti Legenda Perugia Speculum perfectionis (Cermin kesempurnaan) 15
“
Jangan kita biarkan hanya beberapa saudara atau saudari bergiat sendirian memajukan damai, keadilan dan keutuhan ciptaan, seolah itu panggilan kenabian khusus.
”
16
Pembawa damai
Pembawa damai
17
18
Pembawa damai