eJournal Ilmu Hubungan Internasional, 2013, 1 (2): 91-104 ISSN 0000-0000, ejournal.hi.fisip-unmul.org © Copyright 2013
PEMBATALAN PROGRAM PENEMPATAN STASIUN ANTI-MISIL BALISTIK AMERIKA SERIKAT DI POLANDIA DAN REPUBLIK CEKO DIAH WULANDARI1 NIM. 0902045174
Abstract:
In 2002, U.S. President, George W. Bush plans US Placement Program for Anti-Ballistic Missile Shield in Eastern Europe, namely Poland and the Czech Republic. Formal negotiations in 2007 with Poland and the Czech Republic, the deal will put missile interceptors in Poland and a long-range ballistic missile shield in the Czech Republic. In 2009 President Obama replace George W. Bush became President of the United States. However, in September 2009 Obama canceled US Placement Program for Anti-Ballistic Missile Shield in in Poland and the Czech Republic. Results of research inicated that the factors that led Obama to cancel a placement program anti-ballistic missiles shield in Poland and the Czech Republic based on the internal and external factors. The internal factor is the condition of the U.S. economy is suffering from the crisis while the external factors are the U.S. and Russia relation, a nuclear Iran is not a threat for the time being, and the doubts of the Czech Republic on the plan. Keywords: U.S., Anti-Ballistic Missile Shield
Pendahuluan Rencana program penempatan stasiun anti-misil balistik Amerika Serikat (AS) disampaikan Presiden Bush pada tanggal 16 Desember 2002, setelah terjadinya peristiwa 11 September 2001. Program ini merupakan rencana global membangun sistem-sistem pertahanan terhadap rudal balistik yang siap diluncurkan. Dari tujuan tersebut jelas terlihat bahwa AS sebenarnya memiliki kekhawatiran atas 1
Mahasiswa Program S1 Ilmu Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Mulawarman. Email:
[email protected]
eJournal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 1, Nomor 2, 2013: 91-104
munculnya negara-negara yang dianggap mengancam melalui nuklir yang dikembangkannya dan dianggap tidak bertanggung jawab seperti Iran, Libya, Korea Utara dan Selatan yang dalam pandangan AS merupakan negara Rogue State. Rogue States telah mengembangkan program rudal balistik secara intensif. Pada Juli 1998 sebuah komisi dibawah pimpinan Donald Rumsfield dibentuk dan komisi ini dikenal dengan Rumsfeld Commission. Komisi ini bertujuan untuk mempelajari seberapa besar ancaman serangan rudal balistik yang ditujukan kepada AS.(Glaser and Fetter, 2001: 44-45). Rumsfeld Commission adalah bukti kepedulian tingkat tinggi jajaran departemen pertahanan terhadap perkembangan teknologi rudal penjelajah yang mengancam AS. Polandia dan Republik Ceko dipilih oleh AS karena memiliki lokasi geografis yang strategis, berada di tengah-tengah benua Eropa selain itu Polandia dan Republik Ceko juga masuk dalam keanggotaan NATO di kawasan Eropa. Negoisasi secara formal dilakukan oleh AS kepada Polandia dan Republik Ceko pada tahun 2007. Kesepakatan tersebut menempatkan 10 misil balistik non-nuklir di sebuah pengkalan di Polandia dan radar anti misil balistik di Republik Ceko. Januari 2009 Barrack Obama terpilih menjadi Presiden AS. Kemudian pada awal Februari 2009 akhirnya AS dan Polandia menyepakati seluruh paket penempatan anti-misil balistik ini. Selain itu, negosiasi dengan Republik Ceko juga berlangsung dengan baik dan sukses, kesepakatan tersebut akan ditandatangani pada Mei 2009. Tetapi empat bulan setelah itu pada tanggal 17 September 2009, secara resmi Barrack Obama mengumumkan akan meninggalkan rencana pembangunan program stasiun anti-misil balistik AS di Polandia dan Republik Ceko yang telah direncanakan oleh pemerintahan AS sebelumnya. Penalitian ini akan membahas mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi Presiden Obama membatalkan program penempatan anti misil balistik di Polandia dan Republik Ceko.
Kerangka Dasar Konsep 1. Pembuatan Keputusan Keputusan adalah komitmen yang berdasarkan pada analisis tentang informasi yang ada dan kemampuan yang dimiliki untuk melakukan tindakan terhadap lingkungan (Mas’oed, 1989: 119). Adapun teori pembuatan keputusan dalam politik luar negeri suatu negara dan menjelaskan bagaimana suatu keputusan tersebut dapat terjadi. Para pembuat keputusan melakukan pilihan (seleksi) dari berbagai alternatif yang tersedia. Pembuatan keputusan meliputi upaya rekonsiliasi tujuan yang saling berlawanan, dan merupakan upaya menyesuaikan aspirasi dengan sarana yang tersedia dan mengakomodasi berbagai tujuan dan aspirasi yang berbeda dengan yang lainnya.
92
Pembatalan Program ABM di Polandia dan Ceko (Diah Wulandari)
Teoritisasi Hubungan Internasional yang mempelajari politik luar negeri, yaitu Graham T. Allison, mengajukan tiga model untuk mendeskripsikan proses pembuatan keputusan politik luar negeri, yaitu Model I: Aktor Rasional, Model II: Proses Organiasi dan Model III: Politik Birokratik. Teoritisasi Hubungan Internasional lain yang menerapkan pendekatan pembuatan keputusan dalam analisis politik luar negeri adalah Richard C. Snyder yaitu menempatkan aktor dalam berbagai konteks sosial yang berbeda, dan memandang keputusan atau hasil tindakan para aktor tersebut sebagai fungsi dari atau dipengaruhi oleh konteks itu. (Mas’oed, 1989: 116). Snyder mengungkapkan adanya internal dan external setting yang mempengaruhi pembuatan keputusan. Faktor internal terdiri dari personality, peranan-peranan organisai dan struktur pemerintahan. Sedangkan faktor eksternal memuat unsur-unsur yang relevan dalam keadaan seluruhnya dan pada waktu tertentu dalam sistem internasional. (McClelland, 1981: 168-169) Adapun tiga kepentingan utama para pembuat keputusan dilihat dari pandangan mikro yaitu (Hara, 1991: 16-18) kepentingan individu (personal), kepentingan penbuat keputusan dan kepentingan untuk mengindentikkan dengan kepentingan domestik atau pemerintahan yang lebih luas.
Metode Penelitian Penelitian ini adalah penelitian eksplanatif, yaitu menjelaskan alasan Presiden AS, Barrack Obama membatalkan program penempatan stasiun anti-misil balistiknya di Polandia dan Republik Ceko. Data yang disajikan merupakan data sekunder yang diperoleh melalui telaah pustaka, yakni dengan mengumpulkan data-data yang relevan dengan permasalahan yang dibahas dari literatur seperti buku, surat kabar, atau majalah dan situs-situs dari internet. Teknik analisa data yang digunakan adalah data kualitatif.
Hasil Penelitian Negosiasi secara formal untuk memperbanyak BMD ditujukan ke negara Republik Ceko dan Polandia pada tahun 2007. AS mengusulkan untuk membangun radar anti misil balistik di Republik Ceko dan memasang rudal pencegat jarak jauh di Polandia. Polandia dan Republik Ceko merupakan tempat yang dirasa cocok karena disamping memiliki hubungan historis yang erat dengan AS, kondisi geografi dan infrastruktur Polandia dan Ceko juga dianggap baik untuk tujuan penempatan sistem pertahanan anti rudal AS. Kepentingan AS dalam penempatan anti rudal AS di Polandia dan Ceko adalah yang pertama untuk menghalau kemungkinan adanya serangan nuklir Iran. Kedua, untuk melindungi sekutu seperti Inggris, Perancis, Jerman, Belanda serta anggota NATO lainnya di kawasan Eropa dari kemungkinan serangan rudal dari Iran.
93
eJournal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 1, Nomor 2, 2013: 91-104
Ketiga, untuk mempertahankan pengaruh AS di kawasan Eropa dan yang keempat sebagai perluasan keanggotaan NATO di Eropa Timur. Pembatalan program penempatan stasiun anti misil balistik di Polandia yang dilakukan oleh Presiden Obama dapat dijelaskan melalui teori pembuatan keputusan (Decision Making Theory). Berdasarkan teori pembuatan keputusan oleh Snyder, keputusan Obama untuk membatalkan rencana program anti misil balistik di Polandia dan Republik Ceko mekanisme ini disebabkan oleh tiga hal yaitu, lingkungan internal, lingkungan eksternal, dan kepentingan. Lingkup internal yang dimaksudkan AS adalah kondisi ekonomi AS. Pada tahun 2008 terjadi krisis ekonomi yang cukup besar akibat dari kegagalan pembayaran kredit rumah di AS yang menyebabkan collapse di beberapa perusahaan besar dan bank, bukan hanya di AS tetapi menyebar pula ke Eropa lalu ke Asia. Alasan ini kemudian juga dipilih karena program ini menghabiskan biaya yang cukup besar pada saat itu AS sedang memperbaiki resesi ekonomi setelah krisis. Lingkup Eksternal yaitu hubungan AS dengan Rusia yang menjadi dingin setelah direncanakannya program penempatan ini di Eropa Timur. Kedua adalah menurut Obama, Iran bukan ancaman untuk saat ini karena Iran tidak sedang mengembangkan misil jarak balistik dan yang terakhir adalah keraguan Republik Ceko sebagai negara tempat dilaksanakannya rencana ini yang juga mendapat reaksi yang kurang mendukung dari masyarakat Republik Ceko sendiri.
1. Faktor Internal a. Faktor Ekonomi Domestik Krisis ekonomi terjadi di AS pada tahun 2008. Krisis ini disebabkan oleh kegagalan pembayaran kredit perumahan (subprime mortgage default) di AS yang merusak sistem perbankan bukan hanya di AS namun juga di Eropa lalu menjalar ke Asia. Secara beruntun menyebabkan efek domino terhadap solvabilitas dan likuiditas lembaga-lembaga keuangan di negara-negara tersebut, yang antara lain menyebabkan kebangkrutan ratusan bank, perusahaan sekuritas, reksadana, dana pensiun dan asuransi. Krisis ini menyebabkan tingkat pengangguran di AS meningkat mencapai 6,7% seiring dengan peningkatan pesimisme di kalangan konsumen dan investor sepanjang kurun September – November 2008. Itu merupakan tingkat pemutusan hubungan kerja (PHK) terbesar dalam 34 tahun terakhir. Tercatat 533.000 karyawan di-PHK dan mencapai total 1,91 juta orang pada tahun 2008. (sumber: departemen tenaga kerja AS). Krisis tersebut tentu berdampak terhadap pengeluaran anggaran AS. Sehingga terjadi pengurangan anggaran dalam bidang-bidang tertentu termasuk bidang militer yang merupakan salah satu pengeluaran terbesar AS. AS tidak diragukan
94
Pembatalan Program ABM di Polandia dan Ceko (Diah Wulandari)
lagi menjadi kekuatan militer yang paling tangguh dalam beberapa tahun terakhir, mulai dari awal tahun 2000. Tingkat pengeluaran adalah penentu prinsip pengeluaran dunia militer dan karena itu layak untuk dibahas lebih lanjut. Kenaikan baru-baru ini dikaitkan dengan apa yang disebut Perang Teror dan Afghanistan serta invasi Irak, tetapi juga telah meningkat sebelum itu. Menurut Christoper Hellman, seorang ahli analisis anggaran militer mengatakan bahwa anggaran militer AS telah meningkat sejak 1998 atau bahkan sebelumnya. (http://www.globalissues.org) Biaya perang (Irak dan Afghanistan) telah sangat signifikan selama presiden George Bush. Christopher Hellman dan Travis Sharp juga membahas fiskal Amerika Serikat tahun 2009 mengenai permintaan pengeluaran Pentagon dan mencatat bahwa Kongres telah menyetujui hampir $700 miliar dana tambahan untuk operasi di Irak dan Afghanistan dan tambahan $126 miliar di Fiscal Year 2008, pendanaan perang masih tertunda sebelum DPR dan Senat. Pada tahun 2008 Presiden George W. Bush memberikan kepada Kongres anggaran pertahanan untuk tahun fiskal 2008. Permintaan anggaran $481,4 miliyar di kewenangan diskresioner untuk Departemen anggaran dasar Pertahanan, meningkat 11,3% dibanding tingkat yang diproyeksikan untuk tahun fiskal 2007, untuk pertumbuhan riil 8,6%, dan $141,7 miliyar untuk melanjutkan Global War on Terror di tahun fiskal 2008. Kenaikan anggaran militer AS setiap tahunnya tidak didukung dengan lancarnya perekonomian AS yang mengalami krisis pada tahun 2008, resesi ekonomi yang terjadi terbilang cukup parah selama tejadinya krisis. Sehingga pada tahun 2009, saat terpilihnya Obama sebagai presiden baru AS, masyarakat AS berharap perbaikan dalam perekonomian AS pasca krisis yang terjadi. Sebagai presiden baru AS tentu Obama harus mendengarkan keinginan masyarakat yang sebagian besar telah memilihnya. Pilihan yang diambil oleh Obama adalah dengan memangkas anggaran militer AS dengan membatalkan rencana program penempatan stasiun misil AS di Polandia dan Reublik Ceko, keputusan ini menjadi pilihan yang tepat dan rasional, daripada berbicara mengenai kemungkinan ancaman yang akan terjadi. Karena biaya yang dikeluarkan secara keseluruhan untuk mendanai program penempatan stasiun anti misill balistik ini diproyeksikan mencapai sekitar $3,5 Miliyar, dimana sekitar $700-900 juta akan diberikan untuk kontrak kepada lokal firma. Misil pencegat di Polandia diperkirakan akan menelan biaya $2,5 Miliyar, sementara sisanya akan digunakan untuk membiayai fasilitas radar yang berada di Ceko. (www.online.wsj.com) Biaya besar dan tidak efektifnya penerapan rencana penempatan instalasi perisai rudal AS di Eropa Timur dengan mudah dapat disaksikan dalam pernyataan yang dikeluarkan Gedung Putih. Dalam pernyataannya disebutkan, ada program lain yang akan menggantikan rencana sebelumnya yang memiliki kemampuan lebih baik. Bahkan dalam periode kepresidenan Bush, anggota Kongres dari kubu Demokrat telah mengurangi bujet rencana ini hingga setengahnya. Menurut mereka kemampuan rencana penempatan instalasi perisai rudal belum terbukti
95
eJournal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 1, Nomor 2, 2013: 91-104
secara ilmiah dan teknis. Sebagian pakar rudal malah memprediksikan anggaran yang dibutuhkan untuk menempatkan instalasi perisai rudal di Eropa Timur akan mencapai $2,5 miliyar. Namun sebelum pembatalan program ini, Kantor Audit AS dalam laporannya ke Kongres menyatakan anggaran rencana ini akan meningkat jauh dari prediksi yang ada.
b. Faktor Masyarakat George W. Bush Jr. adalah presiden AS yang telah menjabat 2 periode selama tahun 2000 sampai 2008 dan Obama merupakan Presiden AS ke-44 yang terpilih berdasarkan pemilu yang diadakan pada tahun 2008. Perbedaan cara kepemimpinan antara Bush dan Obama terlihat jelas. Pada hari pertama pelantikannya, dari sisi domestik, rakyat AS berharap Obama dapat membalikkan situasi resesi ekonomi yang membebani rakyat menjadi keadaan yang memberi masa depan yang cerah bagi anak-anak AS. Rakyat AS juga berharap agar pemerintah dapat memperluas layanan kesehatan dan kesempatan untuk memperoleh pendidikan yang lebih layak dibanding delapan tahun di bawah Presiden George W Bush dari Partai Republik. Ada perbedaan mendasar antara Partai Demokrat dan Partai Republik, walaupun kedua partai itu sama-sama menganut ideologi liberal ala AS. Partai Republik lebih menonjolkan nuansa konservatisme ketimbang Partai Demokrat yang lebih menonjolkan gaya puritan demokratis dari ideologi liberalisme. Partai Demokrat lebih memfokuskan diri pada pembangunan ekonomi AS, jaminan sosial, penerapan pajak progresif yang konsisten (khususnya penarikan pajak yang tinggi pada orang kaya AS), pelayanan kesehatan yang lebih baik, perhatian pada pendidikan yang tersebar dan bermutu di seluruh negeri, dan tidak enggan untuk menggunakan kekuatan negara demi keadilan sosial. Dilihat dari pengeluaran anggaran keuangan AS pada awal masa kepresidenan Obama pada tahun 2009, terjadi kenaikan anggaran yang cukup tinggi dalam anggaran kesehatan AS yaitu naik 0,78% dari anggaran tahun sebelumnya dan penurunan sebanyak 0.12%. (www.usgovernmentspending.com) Namun tidak dapat dipungkiri bahwa pertahanan AS memang hal utama sehingga anggaran pada tahun 2010 kembali mengalami peningkatan diikuti pula dengan kenaikan anggaran kesehatan. Hal penting yang perlu dipahami, penerapan politik luar negeri AS tidak berubah secara total dan drastis dari pemerintahan Republik ke Demokrat. Tetapi politik luar negeri AS era duet ”Obama-Clinton” dari Partai Demokrat akan lebih mengedepankan diplomasi dengan ”smart power” (kekuatan cerdas), berbeda dengan gaya “Jangoism” atau “Bang-bang diplomacy” pada masa pemerintahan Partai Republik. Ini berarti diplomasi bukan hanya didukung oleh kapabilitas militer semata, melainkan oleh pemanfaatan seluruh kapabilitas yang dimiliki AS
96
Pembatalan Program ABM di Polandia dan Ceko (Diah Wulandari)
seperti ekonomi, intelijen, ilmu pengetahuan dan teknologi, serta diplomasi damai lainnya. Meski AS dalam keadaan resesi ekonomi, tak dapat dipungkiri bahwa AS masih merupakan negara adidaya yang ramah dan masih diharapkan untuk memainkan peran pentingnya dalam dinamika politik, ekonomi, pertahanan dan keamanan, serta sosial-budaya internasional. Dalam politik luar negeri Obama yang lebih mengedepankan solusi diplomasi dibanding solusi militer, Obama berusaha konkret mendudukan dirinya sebagai “koreksi” atas kesalahan yang dilakukan pendahulunya yang telah membuat citra politik luar negeri AS sangat buruk di mata internasional. Lingkup internal yang mempengaruhi kebijakan Obama adalah struktur pemerintahan dan personality dari Presiden Barrack Obama, karena perubahan pemerintahan dari pemerintahan Bush ke pemerintahan Obama terjadi perubahan pula dalam pengaturan anggaran keuangan AS, peningkatan anggaran militer AS pada tahun 2008 yaitu pada masa pemerintahan Bush tidak didukung dengan keadaan ekonomi AS pada saat itu mengalami krisis yang cukup parah, sehingga dengan kenaikan yang terus terjadi dalam anggaran militer setiap tahunnya maka Obama mencoba memangkas anggaran militer. Perbedaan personality antara Bush dan juga Obama yang menyebabkan perbedaan pengambilan keputusan AS tentang penempatan dan pembatalan program antimisil balistik di Polandia dan Republik Ceko dan keinginan masyarakat AS untuk perubahan dalam sistem pemerintahan Gedung Putih. Kenaikan anggaran pada bidang militer AS tentu juga mengurangi anggaran AS pada bidang yang lain, sehingga pada masa pemerintahan Obama, beliau ingin memprioritaskan anggaran keuangannya untuk bidang kesehatan dan pelayanan kemanusiaan. Untuk masyarakat AS, seperti yang diketahui AS merupakan negara demokrasi sehingga keinginan masyarakat untuk perubahan dalam sistem pemerintahan gedung putih yang pada masa pemerintahan Bush bersifat offensive.
2. Faktor Eksternal a. Hubungan Amerika Serikat dan Rusia Dalam rencana penempatan stasiun anti misil balistik di Eropa Timur ini mendapat kecaman keras dari beberapa negara di Eropa yang merupakan sebagian besar negara-negara anggota Uni Eropa. Hubungan AS dan Rusia berada pada level paling rendah sejak runtuhnya Uni Soviet dan Perang Dingin. Media Eropa bahkan memberitakan bahwa hal ini memicu Perang Dingin baru yang berpotensi Perang Dunia III. Rusia bereaksi keras atas rencana pembangunan stasiun anti misil balistik AS di Polandia. Rencana penempatan anti misil balistik AS di perbatasan Polandia dan Rusia telah memungkinkan pergelaran operasi defensif canggih di Polandia,
97
eJournal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 1, Nomor 2, 2013: 91-104
sebagai salah satu anggota Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) dan sekutu dekat AS dan masalah ini dianggap ancaman serius bagi Rusia. Penempatan sistem rudal anti misil balistik di Eropa ditunjukan kepada Rusia. Rusia juga mengatakan waktu penandatanganan kesepakatan itu ditengah-tengah konflik Georgia, juga menginspirasikan bahwa proyek bersama AS dan Polandia itu ditujukkan untuk mentargetkan Rusia. (indonesian.irib.ir) Rusia beranggapan bahwa rudal-rudal yang ada di Polandia di tunjukkan kepada negaranya karena menurut Rusia, Iran masih belum mampu untuk membuat misil dengan kemampuan jelajah yang jauh. Melihat dengan dibangunnya pangkalan anti misil balistik di Polandia maka akan muncul lagi pangkalan-pangkalan yang serupa yang akan diarahkan ke Rusia bukan ke Iran. Ketakutan AS mengenai nuklir Iran dianggap Rusia hanya sebuah persepsi dan belum tentu hal tersebut akan terjadi tetapi Rusia melihat ancaman yang datang dari Polandia dan pangkalan anti misil balistiknya sebagai sebuah bentuk ancaman yang nyata. Rencana penempatan tersebut dianggap kesalahan yang berakibat negatif pada keamanan internasional. Rusia memiliki alasan yang sangat bagus karena tindakan Washington yang membangun sistem anti misil balistiknya disertai dengan peringatan dini di Eropa. Rusia akan mengambil kebijakan yang berlawanan. Sebagaimana yang dilakukan Uni Soviet pada masa inisiatif pertahanan strategis (perang bintang), Rusia akan memfokuskan diri dalam memperkuat dan meningkatkan kapasitas misil-misil nuklir offensifnya. Pada dasarnya ketidaksetujuan Rusia terkait rencana penempatan anti rudal balistik AS ini di dasarkan pada dua bidang utama. Pertama, dalam bidang perjanjian strategis interkontinental, yang putaran perundingannya lebih umum disebut START (Strategic Arms Reduction Talks). Kedua, perundinganperundingan rudal jarak menegah (INF). Selain pada dua bidang utama diatas sebenarnya ada satu forum yang sifatnya lebih kompleks dalam hubungan AS-Rusia, yaitu pengawasan pengurangan kekuatan konvensional di kawasan Eropa. Dari ketiga perundingan inilah pada akhirnya memunculkan pemikiran yang berbeda diantara kedua negara dalam persaingan senjata nuklir menurut persepsinya masing-masing. Hal diatas dapat dilihat dalam Perjanjian START I, AS tidak menunjukkan keinginannya untuk memperpanjang kesepakatan tersebut. Sementara itu, START II tidak terlaksana karena politik militer AS. Sementara itu, masa berlaku kesepakatan pengurangan senjata-senjata strategis yang ditandatangani Presiden AS, George W. Bush dan Presiden Rusia Vladimir Putin pada tahun 2002 tinggal beberapa tahun lagi. Dengan demikian, kondisi yang ada saat ini mengarah kepada tidak adanya pembatasan pembuatan senjata strategis dan pertahanan antara AS dan Rusia. Menurut ahli politik dan militer, AS dan Rusia memasuki babak baru yang disebut perdamaian bersenjata. Dimana masing-masing mereka tengah melaksanakan program-program militer yang akan meningkatkan kekuatan
98
Pembatalan Program ABM di Polandia dan Ceko (Diah Wulandari)
mereka untuk menghadapi ancaman satu dari yang lain. Vladimir Putin berusaha untuk membangun kembali kekuatan Rusia setelah runtuhnya Uni Soviet, yang ia lakukan sejak tahun 2000 dengan memusatkan kekuasan Kremlin dan menyelesaikan krisis politik dan ekonomi dalam negeri dan dengan keberhasilannya mencapai pertumbuhan 7% di bidang ekonomi pada tahun 2006. Dengan kekuatan militer, senjata nuklir, sumber energi yang besar dan wilayah luas yang dimilikinya, Rusia berusaha memainkan peran dalam keseimbangan politik dan keamanan internasional, dan hal ini bersebrangan dengan politik rivalnya yaitu AS. Mayoritas analis politik percaya pemerintah AS membutuhkan bantuan Rusia secara khusus guna memajukan tujuannya di dunia internasional dan keluar dari himpitan yang ada termasuk perang Afganistan. Dan hubungan dekat ini hanya dapat terlaksana bila Gedung Putih tidak menerjang garis merah Rusia dan tidak memaksakan politik ekspansi. Oleh karenanya, para pakar memandang keputusan Obama membatalkan program penempatan instalasi perisai rudal di Eropa timur bersumber dari pentingnya memperlunak hubungan dingin AS dan Rusia. Rencana AS guna menempatkan instalasi perisai rudal dianggap bukti politik ekspansi AS. Robert Freeman, penulis AS mengatakan, "Sudah lama diketahui bahwa sistem perisai rudal sejatinya sistem ofensif dan bukan defensif." (indonesian.irib.ir) Rusia juga mempunyai beberapa alternatif dalam menandingi pangkalan anti misil balistik di Polandia. Salah satunya adalah Rusia mencanangkan penempatan rudal antar benua jenis baru, RS-24 Rudal balistik antar benua paling canggih yang memiliki beberapa hulu ledak. Yang masih diperlukan adalah lima kali uji coba agar rudal jenis itu selambatnya dapat digunakan tahun 2010, bila diperlukan rudal RS-24 dapat mengangkut sejumlah hulu ledak nuklir dan mengatasi penangkisan musuh.(www.tor.cn) Selain itu Moskow memperingatkan bahwa pihaknya dapat menempatkan rudal-rudalnya di Kaliningrad, dekat Polandia, untuk melawan AS dengan menyiapkan SS-26 jarak pendek (Iskander) misil, jika AS masih terus berupaya membangun sistem pertahanan misil di Polandia. Hal ini dilakukan untuk menetralisasi Pangkalan anti misil balistik di Polandia. (www.acus.org) Rusia juga mengatakan bahwa kekuatan militernya tidak hanya terletak pada misil dengan hulu ledak nuklir tetapi kekuatan Rusia juga terdapat pada misil yang banyak, menurut Rusia 10 misil pencegat dirancang untuk menjadi pertahanan terhadap ICBM dan IRBM milik Iran tetapi tidak dirancang untuk menjadi pertahanan dari ratusan misil yang berasal dari Rusia. (www.spacedaily.com)
b. Keberadaan Nuklir Iran
99
eJournal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 1, Nomor 2, 2013: 91-104
AS ingin memasok satu sistem radar di Republik Ceko dan 10 rudal pencegat di Polandia tahun 2011-2012. AS mengatakan sistem itu untuk menghadapi ancaman dari apa yang disebut negara-negara nakal seperti Iran dan Korea Utara. Tapi Ali Larijani, Sekretaris Dewan Keamanan Nasional Tertinggi Iran mangatakan bahwa Teheran tidak memiliki rudal-rudal yang dapat menjangkau negara-negara itu dan tidak ditujukan sebuah negara mitra dagang. Jangkauan tembak rudal-rudal Iran tidak dapat mencapai Eropa dan dianggap membingungkan jika AS tidak mengetahui hal tersebut. Selain itu, Eropa adalah mitra dagang terbesar Iran dan pada dasarnya tidaklah logis bagi Iran untuk melakukan tindakan seperti itu. Rencana program penempatan stasiun anti misil balistik mengundang kecaman keras dari Rusia, yang menganggapnya sebagai satu ancaman terhadap keamanan nasionalnya dan satu pelanggaran batas pengaruhnya. Moskow menolak tawaran untuk bekerjasama dengan AS mengenai proyek itu. Iran terlibat pertikaian dengan AS dan negara-negara besar lainnya menyangkut program nuklirnya, yang menurut Washington, Teheran sedang berusaha membuat bom-bom atom. Iran menegaskan bahwa tujuan program nuklirnya adalah sebagai salah satu kepentingan nasional Iran yang ditujukan sebagai sumber energi alternatif untuk bahan bakar bagi stasiun-stasiun listrik tenaga nuklirnya. Program nuklir tersebut juga merupakan hak sah yang dimiliki oleh setiap negara anggota NPT (Non Poliferatin Treaty) atau perjanjian untuk tidak menyebarluaskan senjata nuklir dan tekhnologi pembuatannya. Iran memiliki hak yang dijamin oleh perjanjian tersebut, pengadaan energy ini berada dibawah pengawasan Badan Tenaga Atom Internasional (International Atomic Energy Agency, IAEA). Tekhnologi yang dikembangkan untuk memperoleh energy demi kepentingan sipil dan militer memang berbeda dan IAEA bertujuan untuk membatasi program seperti pengayaan Uraianum agar tidak mencapai tingkat yang dapat digunakan pembuatan senjata. Pada masa pemerintahan Mahmoud Ahmadinejad, Iran secara resmi kembali mengumumkan program nuklirnya pada 11 April 2006. Dimana Iran menyatakan telah berhasil mencapai 3,5% pengayaan uranium yang akan dihasilkan melalui 164 fasilitas centrifuges (fasilitas penelitian dan pembangkit nuklir) tahap pertama. Banyak ahli, termasuk IAEA, uranium dalam kadar 3,5% sebagaimana yang berhasil dicapai oleh fasilitas-fasilitas pengayaan di Iran tidak cukup untuk membuat sebuah bom. (www.kompasiana.com) Pada 26 Agustus sebuah reaktor pembangkit air berat (heavy water plant) secara resmi beroperasi untuk mendukung kinerja reaktor penelitian dan pembangkit yang masih dalam tahap konstruksi. Meskipun IAEA telah menunjukkan sikap yang berlawanan dengan rencana ini, namun reaktor tersebut telah direncanakan untuk dapat memproduksi plutonium yang menurut pemerintah Iran akan digunakan untuk kepentingan kesehatan. Disamping itu Iran juga mengkonfirmasi bahwa ahli-ahli nuklirnya telah berhasil menyelesaikan proses pembangunan 164 centrifuge tahap kedua, pada Oktober 2006.
100
Pembatalan Program ABM di Polandia dan Ceko (Diah Wulandari)
Badan pengawas nuklir PBB, Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA), mengatakan Iran mungkin dalam tiga sampai delapan tahun kedepan dapat membuat sebuah senjata nuklir, jika itu adalah tujuannya. Pada tahun 2008, Iran berhasil dalam uji coba rudal Shahab-3 diamana Shahab-3 ini memiliki jangkauan 2000 kilometer. Shahab-3 merupakan nuklir Iran yang memiliki jangkauan paling jauh dan sudah dipastikan nuklir tersebut tidak dapat mencapai Eropa bahkan AS.
c. Penolakan Masyarakat Republik Ceko Rencana penempatan program anti misil balistik di Republik Ceko mendapat penolakan dari masyarakat Ceko. Sebanyak 70% masyarakat Ceko menolak adanya rencana tersebut. Menurut para ahli di Ceko, pangkalan anti misil balistik itu akan membahayakan kesehatan masyarakat. Sinar dari pangkalan tersebut akan membahayakan pesawat dan juga penumpang yang ada didalamnya. Menteri pertahanan Ceko sebenarnya telah menetapkan Zona Larangan Terbang sejauh 50km dari pangkalan tersebut, namun menurut para ahli di Ceko, gelombang elektromagnetik dapat dipantulkan hingga sejauh 50 kilometer dari radar ke arah darat atau pesawat lain. Setiap pesawat dalam jarak 50 kilometer dari radar tersebut berpotensi menghadapi bahaya besar. Bahkan perbatasan 50 kilometer sangat problematis dalam kondisi lalulintas udara yang padat. Jika kemampuan radar tersebut ditingkatkan, zona bahaya mungkin mencapai jarak 80 kilometer. (www.sumbar.antaranews.com) Disisi lain perundingan bilateral antara Republik Ceko dan AS tentang satu pangkalan radar, yang AS harapkan akan ditempatkan di wilayah Ceko, akan berakhir jika AS tidak membiayai proyek itu. PM Republik Ceko Mirek Topolanek mengatakan bahwa perundingan-perundingan tidak akan dilanjutkan, jika tidak ada uang untuk (proyek) tersebut, beliau juga mengatakan bahwa Republik Ceko akan menghentikan perundingan jika radar itu terbukti membahayakan kesehatan manusia dan lingkungan, atau jika pangkalan itu tidak tergabung dalam arsitektur pertahanan NATO di masa depan. Kongres AS baru-baru ini memutuskan mengurangi permintaan anggaran 310 juta dolar pemerintah untuk tahun depan bagi pangkalan-pangkalan pertahanan rudal di Eropa dengan 160 juta dolar. Alasan-alasannya antara lain, para anggota parlemen AS berpendapat bahwa terlalu cepat untuk melanjutkan proyek itu karena pemerintah belum menerima izin dari Republik Ceko dan Polandia untuk memasang masing-masing 10 radar pelacak dan rudal pencegat. Pada saat yang sama, sejumlah politikus Ceko, termasuk junior partai Hijau yang memerintah yang suaranya dibutuhkan untuk menyetujui proyek itu di parlemen Ceko mengingatkan tentang sulitnya perundingan itu sebelum jelas apakah AS akan membiayai sepenuhnya pangkalan-pangkalan itu. Keputusan Obama juga tidak lepas dari faktor eksternal yang mempengaruhinya. Hubungan dingin yang terjadi antara AS dan Rusia menjadi alasan diambilnya keputusan ini, Rusia sebagai pihak yang paling menolak adanya rencana ini
101
eJournal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 1, Nomor 2, 2013: 91-104
memberikan respon tindakan untuk melawan rencana ini. Selanjutnya Iran yang dianggap oleh pemerintahan AS sebelumnya merupakan ancaman ternyata tidak terbukti oleh pemerintahan AS saat ini. Iran yang saat ini sedang mengembangkan nuklir yang dilihat tidak dapat menjangkau AS beserta sekutunya di Eropa. Terakhir adalah keraguan dari Ceko atas rencana ini dikarenakan situasi didalam negeri Ceko sendiri juga menjadi pertimbangan AS untuk membatalkan rencana program ini. Dalam teori pengambilan keputusan Presiden Obama sebagai aktor rasional dalam pengambilan keputusan AS untuk mencapai suatu tujuan yaitu kepentingan lingkungan dalam negeri AS. Tentu Obama telah memilih dari semua pilihanpilihan yang tersedia. Pilihan yang telah diputuskan oleh Obama merupakan keputusan yang didukung oleh faktor internal dan eksternal. Dalam faktor eksternal yaitu hubungan AS dengan Rusia yang merupakan bagian dari sistem internasional, hubungan yang menegang antara AS dan Rusia akibat rencana program ini membuat Obama kembali memikirkan hal tersebut, Obama menginginkan hubungan antara AS dan Rusia kembali membaik. Keberadaan nuklir Iran yang dianggap tidak membahayakan bagi Obama sehingga tidak dibutuhkannya penempatan di Polandia dan Republik Ceko dan rencana program ini kurang mendapat dukungan dari masyarakat Republik Ceko sendiri akibat dari radar dari program anti-misil balistik ini dianggap membahayakan kesehatan masyarakat.
Kesimpulan Rencana program penempatan stasiun anti misil balistik adalah program yang dijalankan berdasarkan program utama AS, GMD (Ground-based Missile Defense). Program ini merupakan program untuk menangkal anti misil balistik yang siap diluncurkan berbasis darat yang mampu melindungi 50 negara bagian AS dan negara sekutunya. Di Eropa, khususnya Eropa Timur, AS memilih untuk menempatkan stasiun anti misil balistiknya di Polandia dan Republik Ceko. Sehingga keputusan pembatalan program penempatan stasiun Anti Balistik Misil AS di Polandia dan Ceko didasarkan pada: a. Faktor internal merupakan struktur pemerintahan dari Presiden Barrack Obama. Karena perubahan pemerintahan dari pemerintahan Bush ke pemerintahan Obama terjadi perubahan pula dalam pengaturan anggaran keuangan AS. Pada tahun 2008 terjadi krisis yang cukup parah dalam perekonomian AS. Untuk masyarakat AS, seperti yang diketahui AS merupakan negara demokrasi sehingga keinginan masyarakat untuk perubahan dalam sistem pemerintahan gedung putih yang pada masa pemerintahan Bush bersifat offensive. b. Faktor eksternal yaitu hubungan AS dengan Rusia yang merupakan bagian dari sistem internasional, hubungan yang menegang antara AS dan Rusia akibat rencana program ini membuat Obama kembali memikirkan hal tersebut,
102
Pembatalan Program ABM di Polandia dan Ceko (Diah Wulandari)
Obama menginginkan hubungan antara AS dan Rusia kembali membaik. Keberadaan nuklir Iran yang dianggap tidak membahayakan bagi Obama sehingga tidak dibutuhkannya penempatan di Polandia dan Republik Ceko dan rencana program ini kurang mendapat dukungan dari masyarakat Republik Ceko sendiri akibat dari radar dari program anti-misil balistik ini dianggap membahayakan kesehatan masyarakat.
Referensi Buku Hara, A. Eby, “Decision Making Theories dalam Studi Hubungan Internasional: Suatu Upaya Teorisasi”, AIPI+LIPI, Jurnal Politik 9. 1991. Jakarta: PT. Gramadia Pustaka Umum. McClelland, Charles A., Ilmu Hubungan Internasonal: Teori ddan Sistem, terj. Mien Joebhaan dan Ishak Zahik. 1981. Jakarta: Penerbit CV Rajawali. Mochtar Mas’oed, “Studi Hubungan Internasional: Tingkat Analisis dan Teorisasi”. 1989. Yogyakarta: Pusat Antar Universitas-Studi SosialUniversitas Gajah Mada.
Internet “AS dan Polandia Sepakati Kerjasama Pertahanan Rudal” http://indonesian.irib.ir/index.php?option=com_content&task=view&id=3 966&Itemid=26 “Federal Deficit Soars to Nearly $455 http://online.wsj.com/article/SB122401475528233583.html
Billion”
“Menilik Pembatalan Perisai Rudal AS” http://indonesian.irib.ir/en/telisik//asset_publisher/k0Z8/content/id/4893592/pop_up?_101_INSTANCE_k0 Z8_viewMode=print “Rusia
canangkan penempatan rudal RS-24” http://www.tor.cn/chinfootball/dw/article/0,2297,2936330,00.html
“Rusia
Warns Over ABM Plans” http://www.spacedaily.com/reports/Rusia_Warns_Over_ABM_Plans_Part _Two_999.html
“Sinar
dari Pangkalan Radal AS Ancam Kesehatan Manusia” http://sumbar.antaranews.com/eng/index.php?mod=berita&j=21&id=1554
103
eJournal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 1, Nomor 2, 2013: 91-104
“U.S. Military Spending” http://www.globalissues.org/article/75/world-militaryspending “The Kaliningrad Missile Crissis” http://www.acus.org/new_atlanticist/Rusianmissile-kaliningrad-defense-crisis http://www.usgovernmentspending.com
104