PEMANFAATAN MINYAK PELUMAS BEKAS PADA WARM MIX ASPHALT (WMA) UNTUK LAPIS PERKERASAN JALAN (AC-WC) DI KOTA PALANGKA RAYA (LANJUTAN STUDI SEBELUMNYA) Hendra Cahyadi1, Nirwana Puspasari2 Staf Pengajar Prodi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Palangkaraya
Ringkasan Penelitian tentang Minyak Pelumas Bekas (MPB) belum begitu banyak dilakukan di Palangka Raya, sehingga penggunaan MPB di Palangka Raya masih jarang ditemui. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian agar MPB ini dapat dipakai dalam campuran lapis perkerasan jalan. Dalam campuran Asphalt Concrete (AC) atau beton aspal biasanya dicampur, dihampar, dan dipadatkan secara hot mix pada suhu tertentu. Proses Hot Mix Asphalt (HMA) yang suhunya mencapai 138° sampai 160° C membutuhkan energi bahan bakar yang tinggi dan gas pembuangan yang tinggi pula. Selain itu menurut Vienti Hadsari (2009) pada suhu 60 oC aspal dan residu oli sudah dapat menyelimuti agregat dengan sempurna. Oleh karena itu penelitian ini menggunakan metode Warm Mix Asphalt (WMA) yang suhunya 20° sampai 55°C lebih rendah daripada temperatur Hot Mix Asphalt (HMA). Penelitian ini menggunakan metode eksperimental yang dilakukan di laboratorium dengan variasi MPB 3%, 4%, dan 5% dari berat kadar aspal optimum sebagai pengurang berat aspal dalam campuran AC. Pengujian sampel dengan menggunakan alat uji Marshall Test. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui manfaat Minyak Pelumas Bekas (MPB) sebagai bahan ganti aspal dalam campuran lapis perkerasan aspal. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa penggunaan MPB sebagai bahan ganti aspal dengan persentase 3%, dan 4% bisa diterima. Hal ini ditunjukkan dengan nilai stabilitas terendah adalah 856 kg dengan pemakaian MPB sebesar 4%. Kata kunci : Beton Aspal , Marshall Test, MPB, Warm Mix Asphalt
41
PENDAHULUAN
METODE PENELITIAN Bagan alir penelitian ditunjukkan pada
Penelitian mengenai perkerasan jalan
Gambar 1, yang merupakan urutan pekerjaan.
raya dengan menggunakan material hasil daur ulang telah banyak dilakukan. Beberapa yang bisa dijadikan contoh adalah penggunaan serbuk ban karet bekas, abu terbang, aspal daur ulang dan residu oil atau Minyak Pelumas Bekas (MPB) sebagai
campuran
dalam
perkerasan
jalan.
Campuran perkerasan jalan hasil dari penggunaan bahan-bahan daur ulang tersebut, tentunya harus melalui pengujian sesuai standar yang telah ditetapkan oleh Departemen Pekerjaan Umum (DPU). Penggunaan
MPB
sebagai
bahan
campuran aspal akan sangat bermanfaat dari segi ekonomi karena harganya yang jauh lebih murah dibanding aspal dan dari segi lingkungan karena MPB yang terbuang baik ke dalam lapisan tanah maupun ke sungai yang dapat menimbulkan pencemaran lingkungan. Namun yang menjadi pertanyaan adalah apakah MPB memenuhi syarat sebagai bahan lapis perkerasan dengan kondisi agregat dan tanah di Palangka Raya? Untuk menjawab pertanyaan di atas, maka
dilakukanlah
penelitian
berjudul
“Pemanfaatan Minyak Pelumas Bekas Pada Warm Mix Asphalt (WMA) Untuk Lapis Perkerasan Jalan (AC-WC) di Kota Palangka Raya”. Penelitian ini akan menggunakan aspal dengan penetrasi 60/70, agregat lokal yang berasal dari Bukit Tangkiling dan Minyak Pelumas Bekas (MPB) sebagai bahan tambah aspal. Gambar 1 Bagan Alir Penelitian
Pengujian Agregat Kasar Agregat kasar yang digunakan adalah dari Bukit Tangkiling, Palangka Raya Pengujian laboratorium untuk agregat kasar yang digunakan
42
dalam campuran adalah (Departemen Permukiman
e.
Titik Nyala (SNI 06-2433-1991).
dan Prasaran Wilayah, 2004):
f.
Kelarutan Bitumen dalam CCL4 (SNI 06-
1.
Pengujian analisa saringan (SNI 03-4142-
2438-1991).
1996). 2.
Pengujian
berat
jenis
dan
penyerapan
Pengolahan MPB
(AASHTO T-85 - 81). 3.
MPB diproses untuk menghilangkan
Pengujian keausan (SNI 03-2417-1991).
Pengujian Agregat Halus Agregat halus yang digunakan adalah
kadar air yang terkandung di dalamnya. Poses ini disebut dengan dewatering.
Proses selanjutnya
adalah
bertujuan
defuelling
menghilangkan
yang
bahan
bakar
yang
untuk mungkin
pasir dan batu pecah alam yang diperoleh dari
terkandung didalamnya, (seperti solar, bensin).
mesin pemecah batu. Untuk pasir maka yang
Dari proses defuelling, MPB dimasukkan dalam
digunakan adalah pasir Bukit Rawi, sedangkan
distilasi unit dan hidro finishing unit.
batu
Uji Marshall
pecah
berasal
dari
Bukit
Tangkiling.
Pengujian yang dilakukan adalah (Departemen
Untuk menentukan kadar aspal optimum
Permukiman dan Prasaran Wilayah, 2004):
diperkirakan dengan penentuan kadar optimum
1.
Pengujian analisa saringan (SNI-03-4428-
secara empiris dengan persamaan (Pb) sesuai pada
1997).
Persamaan 2.1. Nilai Pb hasil
2.
3.
Pengujian
berat
jenis
dan
penyerapan
perhitungan
dibulatkan mendekati 0,5%. Ditentukan 2 (dua)
(AASHTO T-85 - 81).
kadar aspal di atas dan 2 (dua) kadar aspal di
Pengujian pemeriksaan sand equivalent (SNI
bawah kadar aspal perkiraan awal yang sudah
03-4428-1997).
dibulatkan
mendekati
0,5%
ini.
Kemudian
dilakukan penyiapan benda uji untuk tes Marshall Pengujian Bahan Pengisi (Filler) Pengujian laboratorium terhadap bahan
sesuai tahapan berikut ini. Berdasarkan
perkiraan
kadar
aspal
pengisi meliputi (Departemen Permukiman dan
optimum Pb dibuat benda uji dengan jenis aspal
Prasaran Wilayah, 2004):
keras dengan dua variasi kadar aspal di atas Pb dan
1.
Pengujian berat jenis (AASHTO T-85 - 81).
dua variasi kadar aspal di bawah Pb (-1,0%; -0,5%;
2.
Pengujian analisa saringan (SNI M-02-1994-
Pb; +0,5%; +1,0%). Masing-masing variasi akan
03).
dibuat tiga buah benda uji (dimana akan diambil nilai rata-ratanya). Kemudian dilakukan pengujian
Pengujian Bahan Bitumen
Marshall standar dengan 2x75 tumbukan dan
Pengujian laboratorium terhadap bahan
pengujian durabilitas untuk menentukan VIM,
bitumen meliputi (Departemen Permukiman dan
VMA, VFA, kepadatan, stabilitas, kelelehan, dan
Prasaran Wilayah, 2004):
hasil bagi Marshall. Setelah itu dilihat apakah hasil
a.
Uji penetrasi pada suhu 25º C (SNI 06-2456-
pengujian sudah sesuai standar seperti pada Tabel
1991).
2.1. Kalau sudah memenuhi standar, maka dapat
b.
Specific Gravity (SNI 06-2441-1991).
ditentukan hubungan antara kadar aspal dengan
c.
Daktilitas (SNI 06-2432-1991).
parameter Marshall. Berdasarkan hubungan antara
d.
Uji Titik Lembek (SNI 06-2434-1991).
kadar aspal dengan parameter Marshall dapat 43
ditentukan kadar aspal optimum. Seluruh kriteria hasil Marshall yang didapatkan mengacu pada Standar
Departemen
Permukiman
HASIL DAN PEMBAHASAN
dan
Pengembangan Wilayah (2004).
Pengujian di Laboratorium
Perincian perkiraan jumlah benda uji
Pengujian sifat-sifat campuran aspal beton
yang akan digunakan dalam pengujian dapat
pada penelitian ini dilakukan di Laboratorium
dilihat pada Tabel 1 berikut ini
Transportasi
Tabel .1 Jumlah Benda Uji Yang Direncanakan
Palangkaraya. Penelitian yang dilakukan meliputi
Universitas
Muhammadiyah
pengujian terhadap sifat-sifat fisik aspal, sifat fisik agregat dan pengujian sifat campuran aspal dan agregat dengan alat Marshall. Pemeriksaan Gradasi Agregat Dari hasil pengujian yang telah dilakukan di Uji Marshall Dengan Variasi MPB
Laboratorium
Setelah diketahui nilai Kadar Aspal
Transportasi
Universitas
Muhammadiyah Palangkaraya gradasi agregat
Optimum (KAO), penelitian dilanjutkan dengan
dapat dilihat pada Tabel berikut.
pengujian Marshall pada saat Kadar Aspal
Tabel 3 Rekapitulasi Hasil Analisa Saringan Masing-masing Agregat
Optimum. Jumlah benda uji yang digunakan direncanakan
sebanyak
tiga
buah.
Setelah Jumlah lolos saringan (%)
memenuhi syarat seperti pada Tabel 2.1, pengujian Nomor saringan
Agregat kasar (CA)
Agregat sedang (MA)
Abu batu
# 3/4”
100,00
100,00
100,00
# 1/2”
77,65
96,05
100,00
# 3/8”
63,61
88,64
100,00
No. 4
28,89
40.15
94,33
kondisi stadar (2x75 tumbukan) untuk menentukan
No. 8
12,93
14,08
76,25
VIM, VMA, VFA, kepadatan, stabilitas, kelelehan
No. 16
7,96
8,70
52,71
dan hasil bagi Marshall.
No. 30
4,95
5,31
37,37
No. 50
-
-
30,72
No. 100
-
-
21,51
No. 200
-
-
14,64
dilanjutkan dengan menggunakan MPB sebagai bahan pengurang berat aspal. Variasi penggunaan MPB adalah 1. 3% MPB dan 97% Aspal 2. 4% MPB dan 96% Aspal 3. 5% MPB dan 95% Aspal Kemudian dilakukan uji marshall dengan
Perincian perkiraan jumlah benda uji yang akan digunakan dalam pengujian dapat dilihat pada Tabel .2 berikut ini Tabel 2 Jumlah Benda Uji Yang Direncanakan Untuk Beberapa Variasi MPB
Pasir 100,00 100,00 100,00 99,95 98,96 81,34 45,62 23,66 8,94 3,63
Pengujian Keausan Agregat Kasar Penentuan agregat terhadap keausan atau kehancuran diperiksa dengan percobaan abrasi Los Angeles (Abration Los Angeles Test), berdasarkan PB-0206-76, AASHTO T.96-77 (1982). 44
Dalam penelitian ini jenis gradasi yang digunakan adalah kelas B dimana banyaknya sampel terdiri dari 2500 gram agregat yang lolos saringan ukuran 3/4” dan tertahan saringan 1/2” dan 2500 gram agregat yang lolos saringan 1/2” dan tertahan saringan 3/4”. Jumlah bola yang digunakan sebanyak 11 buah.
Tabel 7 Hasil Pengujian Sand Equivalent (Pasir)
Tabel 5 Pemeriksaan Keausan Agregat Kasar (Mesin Los Angeles)
Dari hasil pengujian yang telah dilakukan, secara
umum
agregat
yang
akan
digunakan,memenuhi persyaratan untuk bahan penyusun campuran aspal panas jenis Laston lapis aus (Asphalt Concrete-Wearing Course). Perencanaan Campuran Perencanaan metode
Asphalt
campuran
Institue,
dan
menggunakan perhitungan
penggabungan agregat menggunakan cara diagonal yang dikombinasikan dengan cara coba-coba (Trial and Eror). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat secara lengkap hasil proporsi campuran tersebut a = b = a-b =
yang dimuat pada lampiran.
5.000,00 gram 3.358,40 gram 1.641,60 gram
Dari perhitungan kombinasi yang telah dilakukan, diperoleh proporsi campuran yang
a–b keausan = a % x 100% = 32,83
keausan rata-rata = 32,83 %
selanjutnya
digunakan
untuk
mendapatkan
perkiraan kadar aspal rencana. x 100%
Kadar aspal awal diperoleh dengan rumus kadar aspal (Pb) yaitu: Pb = 0,035(%CA) + 0,045(%FA) + 0,18(%FF) + K
Pemeriksaan Kadar Lumpur Agregat Halus Pemeriksaan
yang
dilakukan
untuk
menentukan kadar lumpur dikandung oleh agregat yang lolos saringan no. 4, sesuai prosedur AASHTO T.176-73 (1982), dengan menggunakan tabung S.E.
Dimana: Pb
= kadar aspal
CA
= fraksi agregat kasar
MA
= fraksi agregat halus
K
= Nilai konstanta 0,5 – 1
Tabel 6 Hasil Pengujian Sand Equivalent (abu batu)
45
Diketahui:
Tabel 9 Perhitungan Berat Material dan Aspal
Proporsi: Hasil dari Trial and eror. %CA
= 49,03
%FA
= 44,35
%FF
= 6,62
Jadi: Pb
= {0,035 x (49,03)} + {0,045 x (44,35)} +
{0,18 x (6,62)} + 1 = 6% Hasil Pengujian Marshall Diperoleh nilai tengah variasi kadar aspal
Setelah perhitungan komposisi campuran
rancangan yang diurutkan dua variasi kadar aspal
(mix design) maka selanjutnya adalah pembuatan
ke bawah dan dua variasi kadar aspal ke atas
briket atau benda uji. Dalam penelitian ini setiap
dengan interval 0,5%. Yaitu: 5%, 5,5%, 6%, 6,5%,
proporsi campuran dibuat masing-masing 3 briket.
7%.
Pembuatan benda uji mengikuti prosedur pada Persentase terhadap berat total agregat
manual pemeriksaan bahan jalan PC 021-76.
yang digunakan yaitu 1.145 gram. Hasil proporsi
Jumlah tumbukan yang digunakan adalah 2x75
agregat campuran Laston lapis aus (asphalt
kali tumbukan dengan asumsi jalan digunakan
concrete-wearing course) seperti pada Tabel 8
untuk lalu lintas sedang, beban berat (luar kota). Benda uji yang telah dipadatkan, kemudian
berikut:
didiamkan pada suhu kamar selama 24 jam, Tabel 8 Proporsi Agregat Dalam Campuran
kemudian ditimbang dalam suhu ruang beratnya ditetapkan.
Selanjutnya
benda
uji
tersebut
direndam selama 24 jam, kemudian ditimbang dalam air dan berat ditetapkan. Setelah benda uji diangkat dan ditetapkan beratnya. telah
Sebelum pengujian dengan alat Marshall
ditetapkan, selanjutnya dilakukan perhitungan
dilakukan, benda uji direndam terlebih dahulu
berat material dan aspal untuk pembuatan benda
dengan bak berisi air panas (water bath), dengan
uji. Perhitungan berat material dan aspal dalam
temperatur 60°C selama 30-40 menit. Pada uji
campuran
Marshall diperoleh besar-besaran seperti stabilitas
Berdasarkan
berdasarkan
proporsi
proporsi
ditetapkan adalah sebagai berikut:
yang
yang
telah
dan flow. Hasil pengujian laboratorium dapat dilihat pada Tabel 5.18.
46
Tabel 10 Hasil Pengujian Marshall
Sifat-sifat Marshall Menggunakan Campuran Oli Bekas Setelah didapat kadar aspal optimum maka dibuat 9 briket untuk pencampuran 3 (tiga) variasi
Stabilitas
adalah
kemampuan
lapisan,
3%, 4%, 5% dari kadar aspal optimum (6,15%).
perkerasan menerima beban sampai terjadi kelelehan
Setiap variasi berjumlah 3 (tiga) sampel. Hasil
plastis. Dari Gambar 2 nilai stabilitas menurun
pengujian dapat dilihat pada Tabel 11 berikut ini.
seiring
dengan
adanya
penambahan
oli,
dan
mencapai titik terendah sebesar 796 kg pada campuran oli bekas 5%. Nilai tersebut berada di bawah spesifikasi nilai stabilitas yaitu >800 kg.
Kelelehan plastis adalah suatu perubahan keadaan bentuk suatu campuran yang terjadi akibat penambahan beban sampai terjadi keruntuhan. Dari Gambar 3 terlihat nilai kelelehan (Flow) meningkat seiring dengan penambahan oli bekas, mdan berada di atas nilai minimal spesifikasi.
47
dari 3% sampai 5% membuat nilai VIM bertambah dan melebihi batas maksimal yaitu 5%.
Kepadatan (densitas) merupakan bagian yang
paling
penting
dalam
suatu
campuran
perkerasan. Kepadatan yang baik akan memberikan
Rongga terisi aspal adalah persentase dari
stabilitas yang baik pula pada suatu campuran
rongga antar butir yang berisi aspal efektif. Nilai
perkerasan. Hal ini diperlukan untuk menjaga
VFB yang terlalu kecil mengakibatkan daya lekat
keutuhan dan ketahanan dari campuran perkerasan.
antar agregat menjadi kurang sehingga mudah
Dari hasil pengujian Marshall yang terlihat pada
lepas dan berpengaruh pada durabilitas. Sebaliknya
Gambar 4 nilai kepadatan terus meningkat seiring
apabila nilai VFB terlalu besar, kemungkinan
penambahan oli bekas.
terjadi bleeding juga semakin besar juga semakin besar. Pada Gambar 6 dapat dilihat nilai VFB semakin menurun dengan adanya penambahan persentase oli bekas. Pada campuran oli bekas sebesar 4% dan 5%, nilai-nilai VFB tidak memenuhi spesifikasi yang disyaratkan yaitu sebesar minimum 65%.
Rongga udara dalam campuran atau VIM dalam campuran perkerasan beraspal terdiri atas ruang udara di antara partikel agregat yang terselimuti
aspal.
VIM
dinyatakan
dalam
persentase terhadap volume beton aspal padat. Pada Gambar 5 dapat dinilai rongga udara (VIM) pada campuran 0% oli bekas, nilainya di antara batas spesifikasi. Namun penambahan oli bekas 48
Rongga di antara mineral agregat (VMA)
oli bekas mencapai 5%.
adalah ruang di antara partikel agregat pada suatu
KESIMPULAN DAN SARAN
perkerasan beraspal, termasuk rongga udara dan
Kesimpulan
volume aspal efektif (tidak termasuk volume aspal
Kesimpulan dari penelitian ini adalah:
yang diserap agregat). Dihitung berdasarkan BJ Bulk
1. Aspal yang digunakan adalah aspal Pertamina
agregat dan dinyatakan sebagai persen volume Bulk campuran yang dipadatkan. Dari Gambar 7 terlihat bahwa pada campuran oli bekas mulai dari 0% sampai 5% ternyata memenuhi spesifikasi minimal 15%.
dengan penetrasi 60/70. 2. Berdasarkan uji aspal yang dilakukan maka dapat dikatakan bahwa aspal yang digunakan sudah
memenuhi
spesifikasi
yang
telah
ditentukan (berdasarkan SNI). 3. Agregat yang digunakan adalah agregat kasar (CA), agregat sedang (MA) dan agregat halus (pasir dan abu batu). 4. Berdasarkan uji agregat maka dapat dikatakan bahwa seluruh agregat yang digunakan sudah memenuhi spesifikasi yang telah ditentukan (SNI) 5. Proporsi campuran adalah agregat kasar 22%, agregat sedang 23%, abu batu 42%, pasir 13%. 6. Pengurangan berat aspal yang digantikan oleh oli bekas adalah sebesar 3%, 4% dan 5%. 7. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa nilainilai. Hasil bagi Marshall adalah hasil bagi dari
nilai stabilitas dengan Flow. Peningkatan nilai hasil
bagi
Marshall
disebabkan
adanya
peningkatan nilai stabilitas dan disertai penurunan nilai Flow, hal ini disebabkan akibat perubahan kerapatan campuran. Semakin besar nilai hasil bagi Marshall berarti campuran perkerasan semakin kaku, karena nilai stabilitas semakin tinggi. Sebaliknya semakin kecil nilai hasil bagi Marshall berarti campuran semakin lentur karena nilai stabilitas menurun. Seperti dilihat pada Gambar 8 pada campuran oli bekas sebesar 0% sampai 4% nilai-nilai. Hasil Bagi Marshall masih memenuhi spesifikasi yang disyaratkan yaitu di atas 250 kg/mm sebagai nilai minimum. Namun sudah tidak memenuhi spesifikasi minimum ketika campuran
Karakteristik Marshall untuk AC-WC yang menggunakan bahan ganti oli bekas (Minyak Pelumas Bekas) sebesar 3%, dan 4% masih memenuhi spesifikasi yang disyaratkan. Dengan demikian penggunaan oli bekas (Minyak Pelumas Bekas) sebagai bahan ganti aspal sampai sebesar 4% untuk lapis perkerasan jalan (AC-WC) untuk Kota Palangka Raya adalah layak. Sedangkan pemakaian
oli
berkas
5%
tidak memenuhi
persyaratan. Saran Saran dari penelitian ini adalah: 1. Penggunaan MPB untuk lapis perkerasan jalan (AC-WC) selain berguna dalam penghematan biaya
konstruksi
juga
berguna
dalam
pelestarian lingkungan. 49
2. Penelitian lanjutan untuk penggunaan MPB
Prasetyo, Kukuh Budi., 2007, Pengaruh Penggunaan Modifier
dalam konstruksi jalan perlu dilakukan.
Oli
Perkerasan
DAFTAR PUSTAKA
Bekas
Pada
Lasbutag
Campuran
Dengan
Sistem
Hotmix.
AASHTO, 1990, Standar Spesifications For
Putrowijoyo, Rian., 2006, Kajian Laboratorium Sifat
Transportation Materials And Metods of
Marshall Dan Durabilitas Asphalt Concrete-
Sampling
Wearing
and
Testing.
“Spesifications”,
Part
Fifteenth
I,
Edition.
Washington,D.C.
Course
(AC-WC)
Dengan
Membandingkan Penggunaan Antara Semen Portland Dan Abu Batu Sebagai Filler,
Ambarwati, Eka., 2010, Kajian Kuat Tekan
Tesis, Universitas Diponegoro, Semarang.
Terhadap Karakteristik Aspal Beton Pada
Sholihah, Afni Badriyatus, 2005, Pengaruh Nilai
Campuran Hangat Dengan Modifikasi
Penetrasi Kombinasi Aspal Penetrasi 60/70
Agregat Baru- Rap Dan Aspal Residu Oli,
Dengan Residu Oli Terhadap Karakteristik
Skripsi,
Marshall Pada Campuran Hot Rolled Shet-
Universitas
Sebelas
Maret,
Wearing
Surakarta. Departemen Pekerjaan Umum. 1987. Petunjuk Pelaksanaan Lapis aspal beton (Laston) Untuk Jalan Raya. Direktorat Jendral Bina
(Hrs-Wc),
Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah Pengembangan
Sumber
Daya
Skripsi,
Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Sukirman,
Silvia.,
2003,
Buku
Beton
Aspal
Campuran Panas, Edisi 1, Granit, Jakarta. www.laskarsuzuki.bogdetik.com/
Marga, Jakarta
Badan
Course
dampak-
danbahaya- pengelolaan-tidak.html, 2011, diakses 2 April 2013.
Manusia Pusat Pelatihan Jasa Konstruksi (PUSLATJAKONS) Proyek Pengembangan dan Pembinaan Konstruksi, 2004, Material Campuran Aspal Panas, LTA-05-2004. Hadsari, Vienti., 2009, Kajian Karakter Marshall pada Asphalt Concrete dalam Campuran Material RAP dengan Residu Oli, Skripsi, Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Harold N. Atkins, 1997, Highway Materials, Soils and Concretes, 3th Edition Prentice Hall, New Jersey. Kementerian Pekerjaan Umum, Direktorat Jendral Bina Marga, Spesifikasi Umum, Edisi 2010 (Revisi 1). Laboratorium Jalan Raya Jurusan Teknik Sipil, 1997, Panduan
Praktikum
Pemeriksaan
dan
Pengujian Bahan Perkerasan Jalan Raya, Semarang:
Fakultas
Tenik
Universitas
Diponegoro
50