PENGARUH PENGGUNAAN ADITIF ZEOLIT PADA WARM MIX ASPHALT TERHADAP MUTU CAMPURAN BERASPAL DI LABORATORIUM Andry F. Siregar Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara – Medan E-mail :
[email protected]
ABSTRAK Pada umumnya, campuran beraspal yang sering dijumpai adalah campuran aspal panas. Namun Hotmix dianggap kurang baik terhadap lingkungan karena membutuhkan banyak bahan bakar dalam proses pencampurannya.Penurunan suhu pada campuran memberikan dampak terhdapa penghematan bahan bakar. Namun untuk memenuhi spesifikasi yang diisyaratkan campuran beraspal hangat harus ditambahkan dengan bahan tambah. Campuran beraspal hangat dengan tambahan aditif dianggap sebagai salah solusi yang dapat dikembangkan. Sudah banyak penelitian yang dilakukan dengan menggunakan berbagai macam aditif, salah satunya menggunakan aditif mineral zeolit yang bahannya sangat mudah ditemukan di Indonesia. Penggunaan aditif pada campuran beraspal hangat bertujuan untuk membantu campuran agar tetap memenuhi parameter-parameter uji Marshall yang disyaratkan pada spesifikasi. Metode penelitian berupa percobaan yang dilakukan di laboratorium dengan menggunakan variasi kadar zeolit sebesar 0%, 2%, 3%, 4% yang sudah diaktivasi secara kimia terlebih dahulu, serta kadar aspal optimum 6,11%. Dari hasil perbandingan terhadap variasi kadar zeolit terhadap campuran, didapat hasil yang menunjukkan nilai-nilai yang memenuhi persyaratan spesifikasi. Namun pada variasi kadar zeolit 4%, diperoleh VIM setelah PRD sebesar 1,47%, dimana nilai tersebut tidak memenuhi nilai yang disyaratkan. Dengan demikian dari penelitian diperoleh kesimpulan, bahwa kadar zeolit maksimum yang dapat digunakan pada campuran beraspal hangat dalam penelitian ini adalah 3%. Dengan kadar zeolit 3% diperoleh peningkatan nilai stabilitas sebesar ± 25% dari nilai stabilitas tanpa zeolit ( 984kg menjadi 1228kg). Jika dilihat dari penelitian sebelumnya yang dilakukan di tahun 2015, penelitian ini sendiri memperkuat kesimpulan bahwa zeolit dapat digunakan sebagai bahan tambah pada campuran beraspal hangat. Pada penelitian sebelumnya diperoleh kesimpulan bahwa dengan kadar zeolit 10% pada campuran memberikan peningkatan maksimal terhadap mutu campuran. Kata Kunci : Campuran Beraspal Hangat, aditif, zeolit, Kadar Aspal Optimum, Uji Marshall
ABSTRACT The development of technology based on the environment is now became a concentration as an important thing by the community. Also the development of technology in highway pavement. A warmmix asphalt added with additives is considered as one of the solution that can be developed. There has been a lot of research done by using various additives, one of them is the using of natural zeolite that the material is very easily found in Indonesia. The use of additives on 1
warmmix asphalt aims to help the mixture in order to continue to meet the parameters of Marshall tests required in the specification. The methodology of this research is an experiments conducted in the laboratory using variations of the zeolite’s content for 2%, 3%, 4 percent which is activated by chemicals first and also used the optimum of asphalt content for 6,11%. From the results of the comparison of content’s variations for zeolite against the mixture, obtained results that show the values that meet the requirements of the specification. But on zeolite’s content for 4% obtained VIM after a PRD 1.47%, which is not fulfill the required value. Thus from the research obtained the conclusion that the maximum content of zeolite which can be used in warm mix asphalt in this research is 3%. Obtained results that increase the values of the stability (984kg into 1228kg) until 25% by added 3% zeolite into mixture.If we compare with the previous research in 2015, this research affirm the conclusions that said zeolite can use as an additive in warm mix asphalt. On the previous research,they got the maximum results for asphalt quality in the mixture with 10% zeolite in. Key Words: Warm Mix asphalt, Zeolite additives, Optimum Asphalt Content, Marshall Test PENDAHULUAN Campuran aspal adalah campuran yang terdiri dari kombinasi agregat yang dicampur dengan aspal. Pencampuran dilakukan sedemikian rupa sehingga permukaan agregat terselimuti aspal dengan seragam. Untuk mengeringkan agregat dan mendapatkan kekentalan aspal yang mencukupi dalam mencampur dan mengerjakannya, maka kedua-duanya harus dipanaskan masing-masing pada suhu tertentu (Manual Pengerjaan Campuran Beraspal Panas, 2004). Saat ini, campuran beraspal yang paling sering ditemui adalah campuran beraspal panas. Campuran ini diperoleh dengan melakukan pencampuran antara agregat dan aspal, namun sebelumnya kedua komponen ini sudah dipanaskan terlebih dahulu pada suhu tinggi, yang bertujuan agar diperoleh mutu campuran yang baik. Dalam proses pemanasan ini, dibutuhkan bahan bakar yang cukup banyak untuk meningkatkan suhu agregat dan aspal. Namun dengan tuntutan terhadap pemanasan global dan juga pengaruhnya terhadap lingkungan dan juga masyarakat, kita ditantang untuk dapat menghasilkan campuran beraspal yang dapat diolah dengan menggunakan suhu yang lebih
rendah namun dengan kualitas campuran beraspal yang sama. Dengan menggunakan pengolahan campuran pada suhu rendah, maka dapat dilakukan penghematan terhadap penggunaan bahan bakar yang cukup besar. Hal ini juga akan bermanfaat pada lingkungan sekitar karena adanya pengurangan emisi akibat pembakaran bahan bakar. Salah satu metode yang dapat dipakai yaitu campuran beraspal hangat (Warm Mix Asphalt). Proses yang dapat diterapkan untuk menurunkan kebutuhan temperatur tinggi diperkenalkan dengan menggunakan water releasent agent seperti bahan zeolit (Renaudeau, 2007). Banyak jenis bahan yang telah dipatenkan dan digunakan sebagai penurun temperatur Ashpa-Min®, WAM-Foam®, Sasobit®, Evotherm®, dan Asphaltan B®. Pada percobaan ini akan dipilih Zeolit sebagai bahan additif campuran aspal hangat. KAJIAN PUSTAKA Campuran aspal hangat (warmmix) adalah campuran beraspal yang proses pembuatan dan penghamparannya dilakukan 2
pada suhu 28˚C atau lebih rendah dari suhu pencampuran campuran beraspal panas (Hotmix).(NCHRP,2011).
karena zeolit alam sudah banyak dimanfaatkan sehingga jumlahnya semakin berkurang.
Penggunaan teknologi campuran beraspal hangat (warmmix) dilakukan pada suhu diatas 100˚C, agar jumlah kandungan air yang terdapat pada campuran menjadi sedikit. Ada banyak teknik yang dapat digunakan untuk mengurangi kekentalan aspal agar dapat melapisi agregat secara keseluruhan dan juga memadatkannya pada suhu yang lebih rendah.
Pada penelitian ini digunakan zeolit yang berasal dari daerah Tasikmalaya, Jawa Barat. Zeolit ini memiliki Oksida silica dan alumina zeolit yang masing-masing berkisar antara 61,40% - 70,98% dan 10,19% 14,17% atau jumlah silica dan oksida alumina sebesar 75-80% (Furqon, 2011). Pada awalnya zeolit berupa bongkahan-bongkahan besar yang kemudian dipecahkan menjadi ukuran yang lebih kecil sesuai dengan kegunaan zeolit nantinya. Pemecahan dilakukan di pabrik- pabrik pemecahan yang berada di daerah Padalarang – Bandung. Untuk penggunaan pada campuran beraspal, zeolit diproses menjadi bentuk yang sangat halus (bubuk), yaitu zeolit lolos saringan no.200 (0,074 mm). Sebelum ditambahkan pada campuran beraspal, zeolit terlebih dahulu diaktivasi dengan tujuan untuk mengolah zeolit alam menjadi zeolit yang mampu menyerap air dalam jumlah yang banyak dan dapat melepaskannya ketika dipanaskan.
Zeolit didefenisikan sebagai senyawa aluminosilikat yang mempunyai struktur kerangka tiga dimensi dengan rongga didalamnya. Struktur kerangka zeolit tersusun atas unit- unit tetrahedral (AlO4) -5 dan (SiO4) -4 yang saling berikatan melalui atom oksigen membentuk pori-pori zeolit Berdasarkan bahan baku pemanfaatannya , zeolit dibagi kedalam 2 jenis , yaitu : 1. Zeolit Alam Zeolit alam merupakan jenisjenis zeolit yang tersedia di alam. Pada saat ini dikenal sekitar 40 jenis zeolit alam, meskipun yang meiliki nilai komersial hanya ada sekitar 12 jenis saja, beberapa diantaranya adalah klinoptiloit, mordernit, filipsit, kabasit dan eriorit. 2. Zeolit Sintetis Zeolit sintetis adalah suatu senyawa kimia yang mempunyai sifat fisik dan kimia yang sama dengan zeolit yang terdapat di alam, terbuat dari bahan lain dengan proses sintetis, dimodifikasi sedemikian rupa sehingga menyerupai zeolit yang ada di alam. Zeolit sintetik merupakan usaha yang dilakukan
Dalam penelitian ini, metode aktivasi kimia dipilih sebagai metode aktivasi untuk zeolit, karena dari 3 metode yang pernah diteliti oleh Furqon Affandi pada tahun 2011, diperoleh hasil yang menyimpulkan bahwa metode ini dianggap lebih efektif untuk menghasilkan kadar air pada zeolit dengan maksimal. Dalam metode aktivasi secara kimia, zeolit yang sudah lolos saringan nomor 200 dipanaskan dengan larutan bahan kimia yaitu larutan HCl pada temperatur sekitar dan tidak lebih dari 80˚C selama 3 jam. Kemudian zeolit yang sudah dipanaskan, ditiriskan dalam suhu ruang dan selanjutnya dicuci dengan air “ D mineral” sampai 3
bersih lalu ditiriskan dalam suhu ruang tanpa melakukan pemanasan lagi untuk mengeringkan zeolit. Hal ini berguna untuk membersihkan permukaan pori-pori zeolit, membuang senyawa kotor dan mengatur kembali letak atom yang dipertukarkan, sehingga nantinya akan menghasilkan zeolit dengan penyerapan kadar air yang maksimal. Dalam penelitian ini, kadar zeolit yang diperoleh sebesar 19,8%. Dalam penelitian ini, peneliti sebenarnya tidak melakukan aktifitas seperti di atas lagi, karena peneliti sendiri sudah langsung mendapatkan zeolit yang sudah diaktivasi secara kimia di laboratorium milik PUSJATAN di Bandung. Kadar zeolit yang digunakan dalam campuran untuk penelitian yaitu sebesar 2%, 3% dan 4%, yang kemudian dibandingkan dengan campuran beraspal tanpa zeolit dengan temperature yang lebih rendah.
METODOLOGI PENELITIAN Sebelum melakukan penelitian ini, banyak hal yang perlu diperhatikan sebagai persiapan dalam melakukan penelitian ini. Tujuan dari hal ini agar memperkecil (meminimalisir) kesalahan-kesalahan dalam pengerjaan dari awal hingga akhir. Metode penelitian disusun untuk memberikan kemudahan dalam pelaksanaan sebuah penelitian sehingga berjalan lebih tepat efektif dan efisien. Tahapan prosedur pelaksanaan ini tergambar dalam suatu bagan alir metode penelitian. Penelitian dilakukan di Laboratorium Jalan Raya Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara dan AMP PT. Karya Murni Perkasa Patumbak. Penentuan Kadar Aspal Optimum (KAO) Pembuatan sampel atau briket campuran beraspal untuk mencari kadar aspal optimum, dengan mengikuti tahap – tahap berikut:
Pembuatan design mix formula . Langkah pertama yang dilakukan dalam tahap ini adalah menentukan Pb , yaitu kadar aspal yang digunakan sebagai perkiraan awal kadar aspal rancangan yang dapat dinyatakan dalam persamaan berikut : Pb = 0,035 ( % CA ) + 0,045 ( % FA ) + 0,18 ( % filler ) + konstanta Dimana : Pb : % kadar aspal semen minimum CA : agregat kasar tertahan saringan No.8 (100% - % lolos saringan No.8) FA : agregat halus lolos saringan No.8 dan tertahan saringan No.200 ( % lolos saringan No.8 - % lolos saringan No.200 ) Filler : agregat halus lolos saringan No.200 Setelah didapa nilai Pb , diambil 5 kadar aspal yang ditentukan dengan nilai Pb sebagai nilai tengah , kemudian diambil 4 kadar aspal berbeda lainnya (yaitu ± 0,5 %) dengan ketentuan : Pb – 1% , Pb – 0,5 % , Pb , Pb + 0,5 % , Pb + 1 % . Setelah didapat 5 kadar aspal , maka dibuatlah sample/ briket masing-masing sebanyak 3 buah ( triplo ) , jadi total terdapat 15 briket campuran beraspal. Proses pembuatan campuran beraspal dilakukan dengan cara panas , dengan suhu pencampuran campuran beraspal sesuai dengan suhu pencampuran dari pengujian viskositas material aspal . Kemudian , semua briket tersebut didinginkan sampai mencapai suhu yang sama dengan suhu ruangan , lalu dianalisis properti volumetriknya . Setelah itu , rendam semua briket di air dengah suhu 60˚C selama kurang lebih 45 – 60 menit , lalu kemudian dilakukan uji tekan marshall terhadap seluruh briket untuk mendapatkan parameter stabilitas dan kelelehan . 4
Untuk menentukan kadar aspal optimum yang dipakai, diambil berdasarkan 6 karakteristik Marshall , yaitu: Stabilitas, kelelehan dan hasil bagi Marshall ( dari pengujian tekan ) dan VIM, VMA, serta VFA ( dari analisis volumetrik ) . Kadar aspal optimum selanjutnya akan ditentukan dari nilai kadar tengah antara rentang kadar asal maksimum dan minimum yang memenuhi persyaratan spesifikasi.
Pembuatan Benda Uji dengan Campuran Zeolit Dalam proses pembuatan benda uji yang dicampur dengan zeolit, dilakukan proses yang sama dengan proses di atas tetapi memiliki beberapa perbedaan , seperti : Kadar aspal yang digunakan adalah adalah kadar aspal optimum ( KAO) Selanjutnya setelah didapatkan Kadar Aspal Optimum, maka dengan kadar tersebut kita variasikan juga kadar aditif zeolit teraktivasi pada campuran sebanyak 0%, 2%, 3%, dan 4%, masing-masing sebanyak 5 sample. Temperatur untuk campuran agregat dan aspal dilakukan pada temperatur yang lebih rendah , sekitar 40 C dibawah temperatur HotMix . Temperatur yang dipakai sekitar 130-135˚C untuk pencampuran dan untuk pemadatan dilakukan pada temperatur 120˚C- 125˚C.. Dalam proses pencampuran antara zeolit dengan agregat dan juga bitumen, zeolit dicampur dengan agregat dan aspal yang sudah dipanaskan terlebih dahulu sampai mencapai suhu sekitar 130-135˚C. Setelah tercapai temperatur yang diinginkan, zeolit dicampurkan. Pencampuran zeolit akan
mempengaruhi viskositas aspal dan juga akan memberikan efek busa pada aspal karena pelepasan kandungan air didalam zeolit sedang terjadi. Aspal akan menjadi lebih encer, dan hal ini menyebabkan aspal akan semakin mudah untuk menyelimuti agregat secara merata, maka proses pencampuran aspal dan agregat akan semakin cepat dan dapat disesuaikan nantinya dengan suhu pemadatan yang diinginkan, yakni sekitar 120˚C- 125˚C. Langkah selanjutnya sama dengan sebelumnya, melakukan pemadatan dengan cara penumbukan sebanyak 75 kali tumbukan dengan alat marshall compaction hammer. Setelah dipadatkan, disimpan pada temperatur ruang selama 24 jam, kemudian diukur tinggi dan timbang berat dalam kondisi kering. Benda uji direndam selama 24 di dalam air, kemudian ditimbang berat dalam air dan dalam kondisi jenuh air permukaan (saturated surface dry). Sampel kemudian direndam dalam waterbath pada temperatur 60oC selama 30 menit, kemudian lakukan pengujian untuk mendapatkan karakteristik uji marshall, yakni nilai stabilitas (stability),kelelehan (flow), marshall quotient, VIM, VFB, VMA dan indeks kekuatan sisa. Lakukan hal yang sama seperti langkah sebelumnya, dengan jumlah tumbukan yang dilakukan sebanyak 400 kali tumbukan pada setiap sisi benda uji untuk mendapatkan nilai VIM PRD.
Analisis dan Pembahasan Setelah dilakukan serangkaian penelitian dan didapatkan data, maka tahapan selanjutnya adalah sebagai berikut:
5
a. Menganalisis hasil pemeriksaan material campuran aspal yaitu agregat dan aspal, b. Departemen Pekerjaan Umum 2010 Rev.3. c. Menganalisis pengaruh atau memplot data nilai stabilitas, kelelehan, marshall quotient, void in mix VIM, void in mineral aggregate VMA, void filled asphalt VFA, pada penggunaan zeolit sebagai aditif dalam campuran beraspal.
apakah
sesuai
dengan
spesifikasi
d. Bandingkan nilai parameter Marshall terhadap 4 variasi kadar aditif zeolit tersebut. e. Melakukan perbandingan dan pembahasan hasil yang didapat, dengan Melakukan perbandingan dan pembahasan hasil yang didapat, dengan penelitian sebelumnya yang memiliki kaitan dengan penelitian ini.
BAGAN ALIR Mulai Studi Pustaka Persiapan Bahan Aspal Pen 60/70
Agregat
Penetrasi Viskositas Dinamis Viskositas Kinematis Titik Lembek Daktilitas Titik Nyala Kelarutan Stabilitas Penyimpanan Partikel < 150 micron
Analisa Saringan Los Angeles Berat Jenis Kelekatan Agregat
Zeolit Analisa Saringan Kadar Air
Memenuhi Syarat
Menentukan Nilai Kadar Aspal Optimum Pembuatan Benda Uji dengan Campuran Aditif Zeolit Uji Marshall Hasil dan Kesimpulan
Selesai 6
HASIL DAN ANALISIS Tabel 4.2 Hasil Pengujian nilai-nilai properties campuran dengan aditif zeolit
No.
Jenis Pengujian
1
Stabilitas
2
Flow
3
VIM
4
VFB
5
VMA
VIM PRD 6
7
MQ
8
Stabilitas Marshall Sisa
9
Stabilitas Dinamis
Kadar Zeolit 0% 2% 3% 4% 0% 2% 3% 4% 0% 2% 3% 4% 0% 2% 3% 4% 0% 2% 3% 4% 0% 2% 3% 4% 0% 2% 3% 4% 0% 2% 3% 4% 0% 2% 3% 4%
Spesifikasi 2010 Revisi 3 Min. 800 Min. 1000 kg
2 – 4 mm
3 -5 %
Min. 65 %
Min. 15 %
Min.2
Min. 250 kg/mm
Min. 90%
Min. 2500 kg/mm
Hasil Penelitian
Keterangan
984 1124 1228 1341 3,47 3,54 3,73 3,95 4,22 3,73 3,20 2,75 75,45 77,74 80,37 82,70 17,17 16,75 16,29 15,90 3,03 2,71 2,19 1,45 283 317,52 328,69 339,50 89,94% 91,58% 93,07% 93,66% -
Memenuhi Memenuhi Memenuhi Memenuhi Memenuhi Memenuhi Memenuhi Memenuhi Memenuhi Memenuhi Memenuhi Tdk Memenuhi Memenuhi Memenuhi Memenuhi Memenuhi Memenuhi Memenuhi Memenuhi Memenuhi Memenuhi Memenuhi Tdk Memenuhi Memenuhi Memenuhi Memenuhi Tdk Memenuhi Memenuhi Memenuhi -
7
Dari data yang diperoleh untuk pengetesan benda uji menggunakan bahan tambah zeolit , dapat dilihat hasil yang diperoleh hampir seluruhnya memenuhi sifat karakteristik pengujian Marshall. Nilai Stabilitas yang dihasilkan dari campuran beraspal hangat dengan bahan tambah zeolit semuanya memenuhi batas minimum persyaratan yaitu 1000 kg. Dari data yang diperoleh , dapat dilihat bahwa semakin banyak pemakaian kadar zeolit pada campuran, maka semakin tinggi nilai stabilitas yang diperoleh. Nilai tertinggi dicapai pada saat penambahan aditif zeolit sebesar 4%. Besarnya nilai ini mencapai lebih dari 1,5x besar dari nilai standart yang diharapkan. Sama halnya dengan nilai stabilitas, nilai kelelehan yang diperoleh dapat dilihat bahwa nilai kelelehan campuran beraspal hangat dengan tambahan aditif zeolit terus meningkat sesuai dengan penambahan kadar aditif zeolit yang dilakukan terhadap campuran Pada pengaruhnya terhadap VIM, kadar aditif zeolit yang ditambahkan berbanding terbalik dengan nilai VIM yang diperoleh. Jadi semakin besar kadar aditif terhadap campuran, maka semakin kecil nilai VIM yang diperoleh. Hal ini dikarenakan, penambahan aditif zeolit pada campuran bertujuan untuk mengurangi viskositas aspal (kekentalan aspal berkurang). Jadi semakin banyak kadar aditif zeolit yang ditambahkan, maka semakin banyak viskositas aspal berkurang, yang artinya akan semakin banyak rongga yang terisi aspal dan akan menghasilkan nilai VIM yang semakin kecil. Begitu juga dengan nilai VMA dan VIM PRD. Untuk hasil yang diperoleh terhadap VFB terdapat perbedaan pola hasil yang cenderung lebih memiliki nilai tinggi ketika kadar zeolit ditambah ke dalam campuran. Nilai MQ merupakan hasil bagi antara nilai stabilitas dengan nilai kelelehan.
Dalam spesifikasi umum 2010 revisi 3 disyaratkan bahwa nilai minimum untuk MQ adalah 250 kg/mm. Dan dari hasil pengujian yang dilakukan dengan kadar 2%, 3% dan 4% dapat dilihat bahwa nilai yang diperoleh secara keseluruhan dari tiap kadar memenuhi persyaratan yang ada. Pertambahan kadar zeolit pada campuran beraspal menyebabkan bertambahnya nilai MQ. Indeks Kekuatan Sisa (IKS) dianalisis dari data-data hasil pengujian terhadap sifat-sifat mekanik benda uji (stabilitas dan flow) dibagi dalam dua kelompok. Kelompok pertama diuji Stabilitas Marshallnya dengan perendaman suhu 600C selama waktu 24 jam dan kelompok kedua diuji Stabilitas Marshallnya dengan perendaman suhu 600C selama waktu 30 menit. Kemudian Indeks Kekuatan Sisa (IKS) dapat dihitung dengan mencari persentase antara nilai perbandingan antara kelompok pertama dengan kelompok kedua. Berdasarkan Spesifikasi 2010, nilai Marshall Sisa untuk Laston minimal 90%. Pada spesifikasi umum 2010 revisi 3 terdapat penambahan pada persyaratan untuk campuran laston modifikasi, yaitu pengujian stabilitas dinamis dengan nilai minimum 2500 lintasan/mm. Pada penelitian ini sendiri, peneliti tidak dapat melakukan pengujian terhadap stabilitas dinamis, karena alat yang digunakan untuk pengujian ini tidak tersedia di laboratorium PT. Karya Murni Perkasa ataupun di laboratorium Jalan Raya Teknik Sipil USU. PEMBAHASAN Dari data Marshall Test yang didapatkan, terdapat dua kadar zeolit yang memenuhi seluruh persyaratan yang Spesifikasi Departemen Pekerjaan Umum tahun 2010 revisi 3, yaitu campuran dengan aditif zeolit sebesar 2% dan 3%. Namun dari kedua kadar tersebut yang menghasilkan 8
nilai paling maksimal adalah 3%. Dimana diperoleh nilai stabilitasnya sebesar 1228 kg, flow sebesar 3,73mm, VIM sebesar 3,20% dan VIM PRD 2,19%, VMA sebesar 16,29%, dan VFB nya sebesar 80,37%. Pada kadar zeolit 4%, nilai yang diperoleh untuk stabilitas, kelelehan, VIM, VMA, VFB, serta nilai MQ sebenarnya lebih maksimal dibanding dengan kadar 3%, namun setelah dilakukan pengujian terhadap VIM dengan PRD, nilai yang diperoleh sudah tidak memenuhi persyaratan lagi. Nilai yang diperoleh adalah 1,45%, sedangkan persyaratan adalah minimum 2%. Begitu juga dengan hasil terhadap uji indeks kekuatan sisa, nilai yang diperoleh pada kadar 0% sudah diluar batas persyaratan sebesar min. 90%, namun diperoleh hasil 89,94%. KESIMPULAN Setelah melakukan analisi terhadap hasil yang diperoleh dari pengujian marshall terhadap campuran beraspal hangat dengan bahan tambah aditif zeolit yang sudah diaktivasi, dapat diambil beberapa kesimpulan, yaitu : 1.
Pengujian terhadap aspal. a. Aspal dengan kadar zeolit 0% (tanpa zeolit), nilai pentrasi 65,7 mm. b. Aspal dengan kadar zeolit 2%, nilai pentrasi 53,7 mm. c. Aspal dengan kadar zeolit 3%, nilai pentrasi 51,3 mm. d. Aspal dengan kadar zeolit 4% nilai pentrasi 48,6 mm. Dalam spesifikasi untuk aspal modifikasi disiisyaratkan bahwa nilai minimum untuk penetrasi adalah 40, maka aspal yang digunakan dalam penelitian dan berasal dari Asphalt Mixing Plan PT. Karya Murni Perkasa Patumbak sudah memenuhi persyaratan Spesifikasi Departemen
Pekerjaan Umum tahun 2010 revisi 3. 2. Dari hasil penelitian, dapat dilihat bahwa semakin banyak kadar zolit yang ditambahkan terhadap campuran, maka nilai stabilitas juga semakin meningkat. a. Untuk kadar zeolit 0%, nilai stabilitas 984 kg b. Untuk kadar zeolit 2%, nilai stabilitas 1124 kg c. Untuk kadar zeolit 3%, nilai stabilitas 1228 kg d. Untuk kadar zeolit 4%, nilai stabilitas 1341 kg Peningkatan nilai stabilitas yang ditunjukkan diatas bila ditinjau lagi dari spesifikasi yang dipakai, maka dapat disimpulkan bahwa semua nilai yang diperoleh masih berada pada posisi yang diizinkan oleh spesifikasi yaitu minimal 1000 kg setelah pencampuran dengar zeolit. 3. Dari data Marshall Test yang didapatkan, terdapat dua kadar zeolit yang seluruhnya memenuhi persyaratan Spesifikasi Departemen Pekerjaan Umum tahun 2010 revisi 3, yaitu campuran dengan aditif zeolit sebesar 2% dan 3%. Namun dari kedua kadar tersebut yang menghasilkan nilai paling maksimal adalah 3%. Dimana diperoleh: Stabilitas sebesar 1228 kg, memenuhi spesifikasi yang diisyaratkan (Min.1000kg) Flow sebesar 3,73mm, memenuhi spesifikasi ( 2-4 mm) VIM sebesar 3,20%; memenuhi spesifikasi ( 3-5% )
9
VIM PRD 2,19%; memenuhi spesifikasi ( Min.2%) VMA sebesar 16,29%; memenuhi spesifikasi (Min. 15%) VFB nya sebesar 80,37%, memenuhi spesifikasi ( 65%)
4. Dengan penambahan zeolit terhadap campuran, zeolit memberikan manfaat dalam mengurangi emisi hasil pencampuran pada suhu yang lebih rendah (pencampuran dalam keadaan hangat). 5. Dari hasil penelitian yang diperoleh, dapat juga disimpulkan bahwa penelitian ini sendiri dapat memperkuat penelitian-penelitian sebelumnya yang menunjukkan bahwa zeolit dapat dipergunakan sebagai bahan tambah pada campuran beraspal hangat untuk memenuhi spesifikasi mutu campuran beraspal yang diwakili melalui nilai-nilai karakteristik Marshall.
SARAN Beberapa hal yang dapat disarankan sehubungan dengan hasil penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. langkah-langkah dalam pembuatan benda uji dan pengujian benda uji harus sesuai dengan metode yang berlaku 2. selalu lakukan pemeriksaan kembali serta kalibrasi ulang alat-alat yang digunakan untuk menguji benda uji 3. lakukan pengecekan suhu setelah campuran dimasukkan ke dalam cetakan, untuk mengontrol penurunan suhu yang terjadi antara
waktu pencampuran dengan waktu pemadatan 4. lakukan pembacaan dengan teliti terhadap semua hasil yang diperlihatkan oleh alat-alat yang digunakan untuk pengujian benda uji 5. perlu dikembangkan jenis-jenis penelitian bahan alternatif lainnya sebagai bahan tambahan untuk campuran bersapal hangat dengan pemanfaatan bahan-bahan mineral yang ada disekitar.
DAFTAR PUSTAKA Affandi, Furqon., Hadisi, Hendri. 2011. Pengaruh Metode Aktivasi Zeolite Alam sebagai Bahan Penurun Temperatur Campuran Beraspal Hangat. Bandung : Pusat Litbang Jalan dan Jembatan. Anjar, L. Putri. Bowoputro, Hendi. Dita, M. Ayu. Djakfar, Ludfi. 2013. Pengaruh Penambahan Zeolit AlamTerhadap Karakteristik Marshall Pada Campuran Aspal Hangat (Warm Mix Asphalt) dengan Agregat Kasar Slag Baja. Malang : Universitas Brawijaya Bowoputro, Hendi. Djakfar, Ludfi. Dwi, D. Setyawan. Dan Rizki, Royhan. 2013. Pengaruh Penambahan Zeolit AlamTerhadap Karakteristik Marshall Pada Campuran Aspal Hangat (Warm Mix Asphalt) dengan Agregat Propilit. Malang : Universitas Brawijaya C. Hurley, Graham., D. Prowell, Brian. 2005. Evaluation of Aspha-Min Zeolite for Use in Warm Mix Asphalt. Auburn University : National Center for Asphalt Technology. 10
C. Hurley, Graham., D. Prowell, Brian. 2007. Evaluation of Potential Processes for Use in Warm Mix Asphalt. United States National Center for Asphalt Technology. Departemen Pemukiman dan PrasaranaWilayah. 2004. Manual Perkerasan Campuran Beraspal Panas. Direktorat Jenderal Prasarana Wilayah. Kementrian Pekerjaan Umum. Dirjen Bina Marga .2010 . Spesifikasi Divisi 6 Seksi 6.3 Campuran Beraspal Panas. Direktorat Jenderal Bina Marga. Kementrian Pekerjaan Umum . EAPA (European Asphalt Pavement Association). 2010. The Use of Warm Mix Asphalt. Belgia. FHWA(Federal Highway Administration). 2011. Warm Mix Asphalt Introduction. U.S. Department of Transportation. FHWA (Federal Highway Administration). 2013. Warm Mix Asphalt. U.S. Department of Transportation.
Hardiyatmo, C. Hary. 2011. Perancangan Perkerasan dan Penyelidikan Tanah. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Kusumaningtyas, A. Endarti. 2003. Pemanfaatan Zeolit Sebagai Adsorben Untuk Mengolah Limbah Industri dan Radioaktif. Malang: Universitas Negeri Malang. NCHRP (National Cooperative Highway Research Program). 2011. Mix Design Practice for Warm-Mix Asphalt. Washington DC. Nono. 2007. Presentasi Perencanaan Asbuton Campuran Panas. Departemen Pekerjaan Umum. Purwanto, Eka Hadi., Sakti, Hartomo Sandi., Setiadji, Bagus Hario., Supriyono. 2014. Pengaruh Penambahan Sasobit pada Warm Mix Asphalt terhadap Mutu Campuran Beraspal. Jurnal Karya Teknik Sipil Vol. 3 No.1 Hal: 93 -104. Sukirman, S,. 2003. Beton Aspal Campuran Panas. Jakarta: Granit. Suprapto. 2004. Bahan dan Struktur Jalan Raya;edisi II. Yogyakarta: Biro Penerbit KMTS FT UGM.
11