ISBN : 978-602-73865-4-9
PEMANFAATAN MEDIA SOSIAL SEBAGAI EDUKASI KESEHATAN BAGI MASYARAKAT BERPERILAKU MEROKOK Junaidi Edy Purwanto APIKES Citra Medika Surakarta,
[email protected]
ABSTRAK Latar Belakang : Merokok adalah kebiasaan buruk yang menyebabkan berbagai macam penyakit. Ironisnya kebiasaan ini, khususnya di Indonesia seolah-olah sudah membudaya, meskipun banyak perokok yang menyadari dan mengakui bahwa rokok akan menimbulkan berbagai penyakit di dalam tubuh mereka. Saat ini Indonesia sudah menempati urutan ketiga dengan tingkat komsumsi rokok tertinggi didunia. Menurut data Global Adult Tobacco Survey (GATS) yang dirilis tahun 2011, jumlah perokok aktif di Indonesia sebanyak 67% (laki-laki) dan 2.7% (perempuan) dari jumlah penduduk. Kebiasaan merokok yang semakin tinggi disebabkan karena kesalahpahaman informasi dan kurangnnya informasi yang diterima tentang bahaya merokok. Salah satu upaya edukasinya adalah melalui media sosial. Tujuan : Mempelajari manfaat internet atau media sosial dalam penyampaian informasi tentang bahaya merokok dan pencegahan penyakit akibat merokok dengan perubahan pada pola aktivitas fisik dan pola konsumsi rokok. Metode : Desain penelitian cross-sectional dan dilakukan pada bulan Desember 2015 di Lingkungan V Semanggi Surakarta. Penelitian dilakukan dengan survey data dan wawancara. Sampel diambil secara purposive sampling dengan total sampel 60 responden. Responden adalah orang yang berperilaku merokok yang bersedia bekerja sama dalam penelitian ini. Hasil : Tidak terdapat perbedaan pola aktivitas fisik bagi perokok yang memanfaatkan media online dan non-online (OR=0,33; CI 95%=0,83-1,341; p=0,122). Demikian perubahan pola konsumsi rokoknya (OR=1,83; CI 95%=0,523-6,389; p=0,341). Simpulan : Pemanfaatan media tidak berpengaruh signifikan pada perubahan pola aktivitas fisik dan pola konsumsi rokok responden. Media online dalam penelitian ini belum dapat dijadikan acuan bagi responden dalam upaya menjaga kesehatan akibat rokok. Key Words : media sosial, edukasi, merokok
ABSTRACT Background : Smoking is a bad habit that causes various diseases. Ironically this habit, especially in Indonesia as if already entrenched, though many smokers are aware and acknowledge that smoking will cause various diseases in their bodies. Currently, Indonesia has the third place with the world's highest rate of cigarette consumption. According to data from the Global Adult Tobacco Survey (GATS), which was released in 2011, the number of active smokers in Indonesia by 67% (males) and 2.7% (women) of the population. Smoking habits were higher due to a misunderstanding of information and a lack of information received about the dangers of smoking. One effort edukasinya is through social media. Objective: Learn the benefits of the Internet or social media in disseminating information about the dangers of smoking and smoking-related disease prevention with changes in physical activity and cigarette consumption patterns. Methods: cross-sectional study design and was conducted in December 2015 in the Environment V Semanggi Surakarta. The study was conducted with survey data and interviews. The sample was taken by purposive sampling with total sample of 60 respondents. Respondents are those who behave smoke are willing to cooperate in this research. Results: There was no difference in physical activity patterns for smokers who use online media and non-online (OR = 0.33; 95% CI = 0.83 to 1.341; p = 0.122). Similarly, changes in cigarette consumption patterns (OR = 1.83; 95% CI = 0.523 to 6.389; p = 0.341). Conclusions: The use of the media had no significant effect on the changing patterns of physical activity and cigarette consumption patterns of respondents. Online media in this study can not be used as a reference for respondents in maintaining the health caused by smoking. Key Words: social media, education, smoking
Prosiding Nasional APIKES-AKBID Citra Medika Surakarta
125
ISBN : 978-602-73865-4-9
PENDAHULUAN Peningkatan kebutuhan masyarakat dalam berbagai bidang, khususnya di bidang telekomunikasi, informasi, kesehatan dan hiburan serta dunia bisnis dirasakan semakin meningkat akibat saling keterkaitan dan ketergantungan umat manusia di dunia dalam era globalisasi saat ini. Salah satu kebutuhan yang paling mencolok peningkatannya adalah kebutuhan akan informasi. Dengan semakin meningkatnya informasi dapat mendorong orang untuk lebih mudah bergaul dan berkomunikasi dengan orang lain. Saat ini orang dapat dengan mudah terpengaruh oleh perilaku orang lain dan turut mendorong munculnya perilaku yang cenderung menjadi kebiasaan orang lain. Salah satu kebiasaannya adalah merokok. Data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) dan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) menunjukkan terjadinya peningkatan prevalensi perokok usia 15 tahun ke atas yaitu; 27 % (Susenas 1995); 31,5 % (SKRT 2001); 34,4% (Susenas 2004); 34,7% (Riskesdas 2007) dan 36,3% (Riskesdas 2013). Walaupun proporsi perokok wanita lebih rendah dibandingkan pria, namun terjadi juga peningkatan sebanyak 5 kali lipat dari 1,7% (1995) menjadi 6,7% (2013). Data Global Youth Tobbaco Survey 2014 (GYTS 2014) menyebutkan 20,3 % anak sekolah merokok (Laki-laki 36%, perempuan 4.3%), 57,3% anak sekolah usia 13-15 tahun terpapar asap rokok dalam rumah dan 60% terpapar di tempat umum atau enam dari setiap 10 anak sekolah usia 13-15 tahun terpapar asap rokok di dalam rumah dan di tempat-tempat umum. Data GATS 2011 juga menunjukkan prevalensi perokok di Indonesia sebesar 34,8%, dan sebanyak 67% laki-laki di Indonesia adalah perokok (Depkes, 2015). Pengetahuan seseorang dapat merubah sikap dalam memilih pilihannya. Faktor- faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan secara teoritis menurut Notoatmodjo (2013) yaitu pendidikan, informasi, usia. Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non formal dapat memberikan pengaruh jangka pendek (immediate impact) sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan. Pendidikan kesehatan adalah proses perubahan perilaku yang dinamis, dimana perubahan tersebut bukan sekedar proses transfer materi atau teori dari seseorang ke orang lain dan bukan pula seperangkat prosedur, akan tetapi perubahan tersebut terjadi karena adanya kesadaran dari dalam diri individu, kelompok atau masyarakat sendiri. Pemberian promosi kesehatan bisa dilakukan dengan berbagai cara yang menarik untuk meningkatkan minat para sasaran yang dituju. Seiring dengan perkembangan jaman, media elektronik sangat memungkinkan sebagai media dalam pemberian pendidikan kesehatan. Di Amerika Serikat, lebih dari 87 % dari populasi menggunakan ponsel (Shaw dan Bosworth, 2012). Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan, pasal 17 ayat 1 menyebutkan bahwa pemerintah bertanggung jawab atas ketersediaan akses terhadap informasi, edukasi, dan fasilitas pelayanan kesehatan untuk meningkatkan dan memelihara derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Pelayanan kesehatan itu hendaklah merata bagi semua lapisan masyarakat dengan berbagai pola penyakit. Perubahan pola penyakit sangat dipengaruhi oleh keadaan demografi (umur, jenis kelamin, pendidikan), sosial ekonomi (tingkat pendapatan), dan sosial budaya (adat istiadat). Akses informasi yang dimaksud adalah internet. Pengaruh internet sangat besar sampai telah mempengaruhi gaya hidup masyarakat. Saat ini hampir tidak ada yang lepas dari internet, bahkan sekarang pemerintah pun juga memanfaatkan kemajuan internet untuk menyampaikan informasi kepada publik, misalnya informasi tentang promosi kesehatan. Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana media sosial atau internet dapat merubah perilaku aktivitas fisik dan kebiasaan merokok bagi perokok. Masyarakat berperilaku merokok yang secara aktif mencari informasi kesehatan khususnya tentang bahaya rokok dan bagaimana pencegahan penyakit akibat merokok, diharapkan dapat mengurangi kendala ketergantungan merokok dan merubah pola makan serta aktivitas fisik yang seharusnya dilakukan. Dengan demikian, diperlukan edukasi yang dapat dilakukan bagi masyarakat berperilaku merokok yang memanfaatkan informasi edukasi melalui media sosial memiliki pola makan dan aktivitas fisik yang lebih baik daripada masyarakat yang tidak memanfaatkan media sosial.
Prosiding Nasional APIKES-AKBID Citra Medika Surakarta
126
ISBN : 978-602-73865-4-9
TINJAUAN PUSTAKA Media Sosial Media sosial adalah sebuah media online, dengan para penggunanya bisa dengan mudah berpartisipasi, berbagi, dan menciptakan isi meliputi blog, jejaring sosial, wiki, forum dan dunia virtual. Blog, jejaring sosial dan wiki merupakan bentuk media sosial yang paling umum digunakan oleh masyarakat di seluruh dunia. Andreas Kaplan dan Michael Haenlein (2010), mendefinisikan media sosial sebagai "sebuah kelompok aplikasi berbasis internet yang membangun di atas dasar ideologi dan teknologi Web 2.0 , dan yang memungkinkan penciptaan dan pertukaran user-generated content". Pesatnya perkembangan media sosial kini dikarenakan semua orang seperti bisa memiliki media sendiri. Jika untuk memiliki media tradisional seperti televisi, radio, atau koran dibutuhkan modal yang besar dan tenaga kerja yang banyak, maka lain halnya dengan media. Seorang pengguna media sosial bisa mengakses menggunakan media sosial dengan jaringan internet bahkan yang aksesnya lambat sekalipun, tanpa biaya besar, tanpa alat mahal dan dilakukan sendiri tanpa karyawan. Pengguna media sosial dengan bebas bisa mengedit, menambahkan, memodifikasi baik tulisan, gambar, video, grafis, dan berbagai model content lainnya (Grant, 2010) .
Perilaku Merokok Rokok merupakan salah satu zat adiktif yang bila digunakan dapat mengakibatkan bahaya kesehatan bagi individu dan masyarakat. Sitepoe mengungkapkan bahwa asap yang dihasilkan rokok terdiri dari asap utama (main stream smoke) dan asap samping (side stream smoke). Asap utama adalah asap tembakau yang dihisap langsung oleh perokok aktif, sedangkan asap samping adalah asap tembakau yang disebarkan ke udara bebas, sehingga dapat terhirup oleh orang lain yang dikenal sebagai perokok pasif (second hand smoke). Menurut Caldwell (2009), merokok merupakan kebiasaan yang dikaitkan dengan rangsangan, yang bersifat berbeda pada setiap orang. Seseorang dikatakan perokok sangat berat adalah bila mengkonsumsi rokok lebih dari 31 batang perhari dan selang merokoknya lima menit setelah bangun pagi. Perokok berat merokok sekitar 21-30 batang sehari dengan selang waktu sejak bangun pagi berkisar antara 6 – 30 menit. Perokok sedang menghabiskan rokok 11 – 21 batang dengan selang waktu 31-60 menit setelah bangun pagi. Perokok ringan menghabiskan rokok sekitar 10 batang dengan selang waktu 60 menit dari bangun pagi. Sedangkan menurut Smet (1994) ada tiga tipe perokok yang dapat diklasifikasikan menurut banyaknya rokok yang dihisap. Tiga tipe perokok tersebut adalah: perokok berat yang menghisap lebih dari 15 batang rokok sehari, perokok sedang yang menghisap 5-14 batang rokok sehari, perokok ringan yang menghisap 1-4 batang rokok sehari.
METODE Jenis penelitian adalah survei analitik dengan pendekatan cross-sectional. Waktu penelitian untuk pengumpulan data dilakukan selama 1 bulan yaitu pada Desember 2015. Sebagai populasi, pengamatan dan analisis adalah masyarakat yang berperilaku merokok dan tercatat sebagai warga di Lingkungan V Kelurahan Semanggi, Kecamatan Pasarkliwon, Surakarta sebanyak 173 orang. Pengambilan sampel secara purposive sampling yang ditentukan berdasarkan kesediaan mengikuti prosedur penelitian sampai selesai yaitu sebanyak 60 orang yang selanjutnya disebut responden. Karakteristik responden meliputi jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, pekerjaan, dan status pernikahan. Survey data lain yang dikumpulkan meliputi pola kebiasaan merokok yaitu ringan (1-9 batang/hari), sedang (10-20 batang/hari) dan berat (>20 batang per hari). Pola aktivitas fisik dikatakan baik apabila melakukan olahraga lebih dari 30 menit/hari dan dilakukan 3 kali per minggu. Pola yang lain dikatakan kurang baik apabila olah raga dilakukan kurang dari 30 menit/hari dan frekuensi kurang dari 3 kali per minggu. Pola aktivitas fisik dn kebiasaan merokok merupakan variabel terikat (dependent variable) sedangkan pemanfaatan media merupakan vaiabel bebas (independent variable). Tahap penelitian adalah pengumpulan data survey awal dari responden mengenai data sosial, riwayat merokok, dan riwayat pola makan. Kemudian dilakukan tahap wawancara terkait usaha dari responden untuk menjaga kesehatannya, apakah melalui media online atau non-online. Responden juga disurvey mengenai ada tidaknya gejala atau gangguan kesehatan yang dirasakan akibat merokok. Data yang terkumpul dianalisis menggunakan analisis Chi-square dengan α = 0,05. Data juga dianalisis untuk melihat seberapa besar pengaruhnya menggunakan Odd Ratio (OR).
HASIL Prosiding Nasional APIKES-AKBID Citra Medika Surakarta
127
ISBN : 978-602-73865-4-9
Berdasarkan analisa yang dilalukan dalam penelitian ini, maka didapatkan seperti Tabel 1, karakteristik responden menurut jenis kelamin yang berperilaku merokok sebanyak 57 orang laki-laki dengan responden yang memanfaatkan media online 37 orang dan non online 20 orang. Sedangkan pada perempuan hanya 2 orang yang memanfaatkan media online dan 1 orang tidak memanfaatkan media online. Usia responden yang terbanyak adalah pada interval usia 41 – 50 tahun dan lebih dari 50 tahun. Tingkat pendidikan responden yang terbanyak adalah pada variabel SMA/SMK/MA berjumlah 17 orang. Sedangkan pekerjaan responden yang terbanyak pada pengambilan data adalah wiraswasta berjumlah 25 orang. Pada variabel pernikahan yang terbanyak dapat dilihat pada karakter sudah menikah. Tabel 1. Pemanfaatan Media Menurut Karakteristik Responden Pemanfaatan Media Variabel Online (n = 39) Non-Online (n = 21) Total (n = 60) n1 % n2 % Jenis Kelamin Laki-laki 37 95 20 95 57 95 Perempuan 2 5 1 5 3 5 Usia (tahun) ≤ 30 2 5 6 28 8 13 31 – 40 12 31 4 19 16 27 41 – 50 13 33 5 25 18 30 >50 12 31 6 28 18 30 Tingkat Pendidikan SD 3 8 7 33 10 17 SMP 12 31 3 14 15 25 SMA/SMK/MA 12 31 5 24 17 28 Diploma 6 15 4 19 10 17 S1/S2/S3 6 15 2 10 8 13 Pekerjaan PNS/TNI/Polri 5 13 10 47 15 25 Pegawai 10 26 5 24 15 25 Swasta/Karyawan 21 53 4 19 25 42 Wiraswasta 3 8 2 10 5 8 Tidak Bekerja Status Pernikahan 32 82 17 81 49 82 Menikah 7 18 4 19 11 18 Belum Menikah Pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa pada pola aktivitas fisik, jumlah reponden yang memanfatkan media online dengan kategori baik sebanyak 26 orang dan kurang baik sebanyak 13 orang. Responden yang memanfaatkan media non-online dengan kategori baik sejumlah 18 orang dan kurang baik sejumlah 3 orang. Tabel 2. Pola Aktivitas Fisik Responden Perokok Pemanfaatan Media Online (n1=39) Non-online (n2=21) Total (n=60)
Pola Aktivitas Fisik Baik Kurang Baik n % n % 26 59 13 81 18 41 3 19 44 100 16 100
Total n 39 21 60
X2
2,532
p
0,112
OR
0,33
CI 95% Lower
Upper
0,83
1,341
Untuk persentase aktivitas fisik responden berperilaku merokok menurut variabel media dapat dilihat pada Tabel 3. Bahwa reponden lebih banyak menggunakan media sebanyak 18 orang, dan yang paling sedikit adalah responden yang memilih karakteristik lainnya sebesar 1 orang. Pada variabel penyedia layanan yang terbanyak diakses adalah dari Lembaga terkait produk rokok dan lembaga sosial sebanyak 14 orang, sedang yang terendah adalah dari lembaga swasta profit.
Prosiding Nasional APIKES-AKBID Citra Medika Surakarta
128
ISBN : 978-602-73865-4-9
Lokasi akses yang sering dilakukan responden adalah pada karakteristik dimana saja sebanyak 18 orang dan lokasi yang paling sedikit diakses oleh responden adalah di tempat kerja. Kerutinan akses responden terkait dengan tema penelitian yaitu tentang pemanfaatan media sosial sebagai edukasi kesehatan bagi perokok adalah pada karakteristik lebih dari satu kali per minggu sebanyak 18 responden. Sarana akses yang sering digunakan oleh responden adalah Handphone (HP) yaitu sebanyak 17 orang dan sarana yang sedikit digunakan oleh responden adalah netbook atau laptop yaitu 5 orang. Buku masih merupakan sarana non-online yang digemari oleh responden. Hal tersebut dapat dilihat di Tabel 3 pada variabel sumber non-online yaitu sebanyak 9 orang dari 21 orang yang menggunakan media non-online. Tabel 3. Persentase Aktivitas Fisik Responden Berperilaku Merokok Menurut Variabel Media Pola Aktivitas Fisik Variabel Baik Kurang Baik n % n % Media (n = 39) Blog 16 61,5 2 15,4 Facebook 5 19,3 5 38,4 Google 3 11,5 4 30,8 Blackberry Messenger (BBM) 2 7,7 1 7,7 Lainnya 0 1 7,7 Penyedia Layanan (n = 39) Institusi Resmi Pemerintah 7 26,9 2 15,5 Lembaga Sosial 8 30,8 5 38,4 Lembaga Swasta Profit 2 7,7 1 7,7 Lembaga Terkait Produk Rokok 9 34,6 5 38,4 Lokasi Akses (n = 39) Tempat Bekerja 7 26,9 3 23,2 Tempat Tinggal 6 23,1 5 38,4 Dimana Saja 13 50,0 5 38,4 Kerutinan Akses (n = 39) 1x per hari 2 7,7 4 30,7 >1x per hari 7 26,9 1 7,7 1x per minggu 3 11,5 3 23,1 >1x per minggu 8 30,8 3 23,1 1x per bulan 2 7,7 1 7,7 >1x per bulan 4 15,4 1 7,7 Sarana Akses (n = 39) Handphone (HP) 14 53,8 3 23,1 Laptop/Netbook 2 7,7 3 23,1 Tablet 6 23,1 4 30,7 Personal Computer (PC) 4 15,4 3 23,1 Sumber Non Online (n = 21) Buku 8 44,4 1 33,3 Media Massa dan Elektronik 5 27,8 2 66,7 Leaflet/Brosur 2 11,1 0 0 Promosi Kesehatan 2 11,1 0 0 Semuanya 1 5,6 0 0 Tabel 4 menjelaskan tentang responden perokok yang memanfaatkan media online dan non-online yang berkaitan dengan aktivitasnya mengkonsumsi sejumlah batang rokok. Dapat dilihat bahwa responden yang memanfaatkan media online sebanyak 39 orang dan yang memanfaatkan media nononline sebanyak 21 orang. Tabel 4. Pola Kebiasaan Merokok Responden Pemanfaatan Media Online (n1=39) Non-online (n2=21) Total (n=60)
Baik n % 32 82 15 71 47 100
Pola Merokok Kurang Baik n % 7 18 6 29 13 100
Total n 39 21 60
Prosiding Nasional APIKES-AKBID Citra Medika Surakarta
X2
0,908
p
0,341
OR
1,83
CI 95% Lower
Upper
0,523
6,389
129
ISBN : 978-602-73865-4-9
Persentase pola kebiasaan merokok responden menurut variabel media dapat dilihat pada Tabel 5. Responden yang menggunakan media lebih banyak memanfaatkan blog sebagai sarana dalam mencari informasi terhadap pola kebiasaan merokok yaitu sebanyak 17 orang. Sedangkan media yang sedikit digunakan oleh responden dalam penelitian ini adalah BBM sebanyak 3 orang. Penyedia layanan yang disukai oleh reponden untuk pencarian informasi adalah penyedia layanan dari institusi pemerintah sebanyak 12 orang. Lokasi akses yang sering digunakan oleh responden adalah tempat bekerja yaitu sebanyak 17 orang. Kerutinan akses yang dilakukan responden lebih dari satu kali per minggu sebanyak 15 orang. Dan sarana akses yang paling banyak digunakan oleh responden adalah Handphone (HP) sebanyak 22 orang. Sedangkan sumber non-online yang masih banyak dibaca oleh responden adalah buku yaitu 7 orang. Tabel 5. Persentase Pola Kebiasaan Merokok Responden Menurut Variabel Media Pola Merokok Variabel Baik Kurang Baik n % n % Media (n = 39) Blog 12 37,5 2 28,6 Facebook 9 28,1 1 14,2 Google 7 21,9 2 28,6 Blackberry Messenger (BBM) 3 9,4 0 0 Lainnya 1 3,1 2 28,6 Penyedia Layanan (n = 39) Institusi Resmi Pemerintah 11 34,4 1 14,2 Lembaga Sosial 6 18,8 3 43,0 Lembaga Swasta Profit 7 21,8 2 28,6 Lembaga Terkait Produk Rokok 8 25,0 1 14,2 Lokasi Akses (n = 39) Tempat Bekerja 14 43,8 3 43,0 Tempat Tinggal 8 25,0 1 14,0 Dimana Saja 10 31,2 3 43,0 Kerutinan Akses (n = 39) 1x per hari 2 6,2 1 14,2 >1x per hari 3 9,4 0 0 1x per minggu 4 12,5 2 28,6 >1x per minggu 14 43,8 1 14,2 1x per bulan 1 3,1 2 28,6 >1x per bulan 8 25,0 1 14,2 Sarana Akses (n = 39) Handphone (HP) 20 62,7 2 28,6 Laptop/Netbook 2 6,2 1 14,2 Tablet 8 25,0 1 14,2 Personal Computer (PC) 2 6,2 3 43,0 Sumber Non Online (n = 21) Buku 5 33,4 2 33,3 Media Massa dan Elektronik 3 20,0 1 16,7 Leaflet/Brosur 2 13,3 1 16,7 Promosi Kesehatan 2 13,3 0 0 Semuanya 3 20,0 2 33,3
Prosiding Nasional APIKES-AKBID Citra Medika Surakarta
130
ISBN : 978-602-73865-4-9
PEMBAHASAN Karakteristik sampel berdasarkan jenis kelamin, pada kelompok laki-laki berjumlah 57 orang (95%) dan untuk perempuan 3 orang (5%). Hal tersebut didukung oleh data dari Global Adult Tobacco Survey (GATS, 2011), jumlah perokok aktif di Indonesia sebanyak 67% (laki-laki) dan 2.7% (perempuan) dari jumlah penduduk, jika dibandingkan dengan data 6 tahun yang lalu terjadi peningkatan sebesar 14% pada perokok laki-laki (Depkes, 2013). Karakteristik usia responden yang mengkonsumsi rokok terdapat pada interval 41 - 50 tahun dan lebih dari 50 tahun yaitu sejumlah 18 orang. Pada usia tersebut telah mempunyai kematangan dalam hal pendapatan yang digunakan untuk membeli rokok. Tetapi juga tidak dipungkiri bahwa banyak generasi muda bahkan usia dini yang sudah mengkonsumsi rokok. Sedangkan pada karakteristik tingkat pendidikan, SMA/SMK/MA lebih banyak dibandingkan dengan tingkat pendidikan lain, yaitu sebesar 17 orang (28,3%). Dalam hal ini tingkat pendidikan mempengaruhi tingkat pengetahuan. Sesuai dengan teori dari Notoatmojo (2007), Pendidikan adalah suatu proses yang unsur-unsurya terdiri dari masukan (input), yaitu sasaran pendidikan, dan keluaran (output) yaitu suatu bentuk perilaku baru atau kemampuan baru dari sasaran. Menurut Suliha (2002), pengetahuan dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain: tingkat pendidikan, informasi, budaya, pengalaman, sosial ekonomi. Karakteristik pekerjaan responden yang paling banyak adalah wiraswasta yaitu sebesar 25 orang (41,7%) dan sudah menikah 49 orang (81,7%). Dalam Tabel 2 yaitu pola aktivitas fisik perokok yang memanfaatkan media online dan non-online didapatkan hasil perhitungan dengan chi-square adalah 2,532. p-value sebesar 0,112 dengan Odd Ratio (OR) sebesar 0,33. Perokok yang memanfaatkan media sosial (internet) dengan pola aktivitas baik 59% lebih tinggi dibandingkan perokok yang memanfaatkan media non-online sebesar 49%, dan secara statistik hubungan antara pemanfaatan media dengan perubahan pola aktivitas fisik adalah signifikan (p = 0,112). Dengan demikian, dapat dinyatakan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara pemanfaatan media dengan perubahan pola aktivitas fisik yang dilakukan responden. Berdasar nilai OR dapat diketahui bahwa kemungkinan resiko perokok semakin rendah (0,33 kali) untuk melakukan perubahan pola aktivitas fisik dengan memanfaatkan media online yang tersedia. Penelitian yang dirilis oleh American Journal of Health Promotion tahun 2013 di Universitas San Fransisco menunjukkan hasil bahwa hampir satu dari tiga perokok dewasa muda di Facebook menyatakan minatnya untuk menggunakan Facebook untuk berhenti merokok. Pendekatan media sosial yang menghormati privasi dan komunitas untuk kesiapan untuk berhenti dimungkinkan untuk memaksimalkan partisipasi. Hal ini sesuai dengan pendapat Notoadmojo yang menyatakan bahwa promosi kesehatan yang dilakukan dengan berbagai media pada dasarnya dapat meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat terhadap upaya kesehatanya (Notoatmodjo, 2003). Seluruh responden melakukan aktivitas fisik yaitu olah raga, hanya saja berbeda frekuensinya. Sebanyak 44 orang (73,3%) melakukan aktivitas olah raga yang dikategorikan baik yaitu aktivitas fisik dengan durasi 30 menit/hari dan frekuensi 3 kali dalam satu minggu. Sedangkan 16 orang (26,7%) dikatakan dalam kategori kurang baik yaitu melakukan olah raga dengan durasi kurang dari 30 menit/hari dan frekuensi kurang dari 3 kali seminggu. Kepentingan kesegaran jasmani dalam pemeliharaan kesehatan tidak diragukan lagi, semakin tinggi tingkat kesehatan, maka kesegaran jasmani akan semakin baik pula. Kesegaran jasmani seseorang dipengaruhi oleh berbagai faktor yakni, faktor internal dan faktor eksternal. Yang dimaksud faktor internal adalah sesuatu yang sudah terdapat dalam tubuh seseorang yang bersifat menetap misalnya genetik, umur, jenis kelamin. Sedangkan faktor eksternal berhubungan dengan gaya hidup diantaranya konsumsi makan, pola aktivitas, lingkungan dan kebiasaan merokok. Kebiasaan merokok sebagai perilaku penggunaan tembakau yang menetap, biasanya lebih dari setengah bungkus rokok per hari, dengan tambahan adanya distres yang disebabkan oleh kebutuhan akan tembakau secara berulang-ulang. Kebiasaan merokok menggangu kesehatan, kenyataan ini tidak bisa kita pungkiri. Banyak penyakit telah terbukti menjadi akibat buruk dari merokok, baik secara langsung maupun tidak langsung. Kebiasaan merokok bukan saja merugikan bagi perokok sendiri tapi juga bagi orang disekitarnya. Kebiasaan merokok yang melanda dunia telah menimbulkan berbagai masalah kesehatan. Dalam Tabel 4 dapat dianalisa bahwa masyarakat berperilaku merokok yang memanfaatkan media sosial dengan kebiasaan merokok yang baik (32 orang) sebagian memanfaatkan media online yang disediakan oleh pemerintah sebanyak 12 orang. Dan masyarakat yang masuk kategori kurang baik dalam pola merokok yang memanfaatkan media online sebanyak 7 orang. Sebagian besar masyarakat merokok yang memanfaatkan media online menggunakan Handphone sebanyak 22 orang. Selain itu, menurut Nugraha (2011), menyatakan bahwa penggunaan HP paling banyak yaitu di kalangan muda kisaran usia 15-29 tahun. Prosiding Nasional APIKES-AKBID Citra Medika Surakarta
131
ISBN : 978-602-73865-4-9
Survey yang dilakukan oleh Pusat Kajian Komunikasi (PUSKAKOM) UI tahun 2014 dapat memperkuat hasil penelitian di atas tentang penggunaan HP. Dari 85% pengguna internet di Indonesia menggunakan perangkat seluler saat berselancar di dunia maya. Perangkat kedua yang paling sering digunakan adalah laptop, disusul PC/Komputer, dan terakhir Tablet. Kebanyakan orang mengakses internet dari rumah dan rata-rata waktu penggunaan 1 hingga 3 jam per harinya. Apabila frekuensi pola merokok ditinjau berdasarkan pemanfaatan media, maka menunjukkan bahwa proporsi perokok yang memanfaatkan media online dengan dengan aktivitas merokok rendah, jumlahnya lebih tinggi dibandingkan dengan masyarakat berperilaku merokok berkategori kurang baik, yaitu 32 orang dan 7 orang. Perokok yang memanfaatkan media online yang baik dan kurang baik terjadi proporsi (p=0,341). Berdasarkan nilai OR dapat diketahui bahwa kemungkinan resiko perokok semakin tinggi (0,523 kali) untuk melakukan perubahan pola merokoknya.
KESIMPULAN Kelompok yang memanfaatkan edukasi kesehatan melalui media sosial berdasar data yang diolah mempunyai pola aktivitas dan pola merokok yang lebih baik dibandingkan dengan kelompok yang belum memanfaatkan media sosial. Pemanfaatan internet bagi sebagian responden yang diwawancarai mempunyai dampak yang positif terhadap perubahan yang diharapkan sebesar 0,33 kali dan 1,83 kali lebih baik daripada responden yang tidak memanfaatkan media online. Media sosial masih merupakan sarana yang penting bagi masyarakat untuk mencari informasi yang berkaitan dengan kesehatannya, selain bertatap muka atau konsultasi dengan dokter. Karena dengan menggunakan media sosial kita dapat saling berinteraksi dengan sesama atau komunitas yang mengkonsumsi rokok. Dengan demikian, interaksi dunia maya lebih sering terjadi bagi masyarakat yang akan mengakses apa yang dibutuhkannya untuk menunjang kesehatannya.
DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. 2013. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta Bass, Sarah Baurle. 2003. How will Internet Use Affect the Patient? A Review of Computer Network and Closed Internet-based System Studies and the Implications in Understanding How the Use of the Internet Affects Patient Populations. Journal of Health Psychology. Template University, USA. Copyright © 2003 SAGE Publications London, Thousand Oaks and New Delhi, [1359– 1053(200301)8:1] Vol 8(1) 25–38; 029427 Caldwell, E. 2009. Berhenti merokok. Yogyakarta: Pustaka Populer. Cline RJW, Haynes KM. 2001. Consumer Health Information Seeking On Internet : The State of The Art. Health Educ Res 2001; 16(6) : 671-92 Depkes. 2015. Rokok Illegal Merugikan Bangsa dan Negara. Pusat Komunikasi Publik Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan RI. Grant, August E & Meadows, Jennifer H. (eds.) (2010).Communication Technology Update and Fundamental.12th Edition.Boston: Focal Press Haug, meyer, Dymalski, Lippke, John. (2012). Efficacy of a text messaging (SMS) based smoking cessation intervention for adolescents and young adults: Study protocol of a cluster randomised controlled trial. http://www.biomedcentral.com/content/pdf/1471-2458-12-51.pdf Istiqomah, U. 2003. Upaya Menuju Generasi Tanpa Rokok. Cetakan I. CV Setia Aji. Surakarta Kaplan, Andreas M.; Michael Haenlein (2010) "Users of the world, unite! The challenges and opportunities of Social Media". Business Horizons 53(1): 59–68. Notoadmodjo, (2003). Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta : Rineka Cipta. ____________ (2007). Promosi Kesehatan & Ilmu Perilaku. Rineka Cipta. Jakarta Prosiding Nasional APIKES-AKBID Citra Medika Surakarta
132
ISBN : 978-602-73865-4-9
____________. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta Nugraha. (2011). Perkembangan Pasar Handphone di Indonesia Dari Tahun 2005 Hingga 2010. http://teknojurnal.com/perkembangan-pasar-handphone-di-indonesia-dari-tahun-2005-hingga2010/ Ramo, Daniele E et all. 2013. Running Head: Facebook For Smoking Cessation. A mixed-methods study of young adults’ receptivity to using Facebook for smoking cessation: If you build it, will they come?. American Journal of Health Promotion. UC San Fransisco Previously Published Work. Publicated Date 12-05-2013. P : 1 – 36. Shaw & Bosworth. (2012). Short message service (SMS) text messaging as an intervention medium for weight loss: A literature review. Health Informatics, 18 (4), 235-250 http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles /PMC3675895/ Smet, B. 1994. Psikologi kesehatan. Semarang: PT. Gramedia Suliha,U. 2002. Pendidikan Kesehatan Dalam Keperawatan. Jakarta : EGC.
Prosiding Nasional APIKES-AKBID Citra Medika Surakarta
133
ISBN : 978-602-73865-4-9
Prosiding Nasional APIKES-AKBID Citra Medika Surakarta
134