PEMANFAATAN MEDIA BENDA KONKRET PELAJARAN IPS TEMA DIRI SENDIRI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS II SDN PEJOK 3 KEPOHBARU BOJONEGORO Sri Mulyati Guru SDN PejokIIIKepohbaru Bojonegoro Email :
[email protected]
Abstrak: Pembelajaran mengharuskan aktivitas siswa, guru, metode serta mediayang tepat sehingga pembelajaran yang diinginkan dapat tercapai. Di sekolah tempat peneliti, guru kurang memanfaatkan keadaan di sekitarnya dan lebih sering menggunakan metode lama yaitu metode ceramah sehingga siswa merasa jenuh dan bosan.Menyebabkan siswa kurang fokus dalam pembelajaran, kelas menjadi gaduh dan banyak nilai siswa yang kurang dari KKM.Khususnya mata pelajaran IPS dan PKn dalam tema diri sendiri. Media benda konkret adalah salah satu media yang paling cocok digunakan dalam pembelajaran tema diri sendiri di kelas rendah karena siswa akan lebih mudah memahami konsep dari tema tersebut.Penelitian Tindakan Kelas ini bertujuan untuk memperbaiki kinerja guru sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS dengan tema diri sendiri yang memanfaatkan media benda konkret dan menerapkan model pembelajaran langsung (Direct Instruction). Metode pengambilan data yang digunakan oleh peneliti adalah deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Hasil pelaksanaan pada siklus I adalah persentase aktivitas guru sebesar 83% dengan rata-rata 3,3 (kategori “baik”), aktivitas siswa sebesar 65% dengan rata-rata 2,6 (kategori “baik”), ketuntasan hasil belajar siswa tentang pemahaman IPS sebesar 68%. Sedangkan hasil pelaksanaan pada siklus II adalah persentase aktivitas guru meningkat menjadi 95% dengan rata-rata 3,75 (kategori “sangat baik”), aktivitas siswa meningkat menjadi 82% dengan rata-rata 3,28 (kategori “sangat baik”) dan ketuntasan hasil belajar siswa tentang pemahaman IPS meningkat menjadi 195%. Kata Kunci: Hasil Belajar, Media Benda Konkret
Masalah yang peneliti temui di kelas II ini adalah siswa kurang fokus dalam pembelajaran.Banyak nilai siswa yang kurang dari KKM pada mata pelajaran IPS dalam tema diri sendiri, siswa merasa kebingungan dengan materi yang dipelajari sehingga membuat kelas menjadi gaduh karena siswasiswanya kurang berminat terhadap pelajaran yang disajikan oleh guru.Sehingga siswa merasa bosan dan memilih untuk bermain sendiri di dalam kelas.Selain masalah tersebut, guru juga hanya terpaku pada buku paket tanpa menghadirkan media atau metode yang sesuai agar siswa tidak merasa jenuh dan bosan dalam pembelajaran yang dapat menyebabkan kelas menjadi gaduh dan tidak fokus dalam kegiatan belajar mengajar. Berdasarkan ilustrasi di atas, menunjukkan bahwa pelaksanaan
pembelajaran dengan tema diri sendiri di kelas II SDN Pejok 3Kecamatan Kepohbaru Kabupaten Bojonegoro kurang terjalin hubungan antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa lainnya. Guru kurang memperhatikan minat siswa sehingga pembelajaran terasa membosankan. Oleh karena itu, perlu adanya perbaikan dalam proses pembelajaran di kelas II SDN Pejok 3 Kecamatan Kepohbaru Kabupaten Bojonegoro yaitu dengan menghadirkan pembelajaran yang sudah dikemas dengan rapi pada perencanaannya sehingga didapatkan hasil pembelajaran yang sesuai dengan tujuan pembelajaran yang harus dicapai. Penyebab ketidakberhasilan pembelajaran di kelas II ini adalah guru belum memahami akan keberhasilan siswanya 14
Sri Mulyati,Pemanfaatan Media Benda Konkret Pelajaran Ips Tema Diri Sendiri Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas II SDN Pejok 3 Kepohbaru Bojonegoro| 15
yaitu dengan tidak memanfaatkannya mediamedia yang telah ada di sekitar mereka. Dalam pembelajaran terutama di kelas rendah, seorang guru harus mengetahui cara belajar siswa sesuai dengan tahapan perkembangan daya nalar sehingga guru dapat menentukan metode dan media pembelajaran yang sesuai dengan perkembangan daya nalar anak. Penggunaan suatu media dalam pelaksanaan pembelajaran akan membantu kelancaran, efektivitas dan efisien pencapaian tujuan pembelajaran karena dalam suatu proses pembelajaran diperlukan sarana yang berfungsi untuk mempermudah penyampaian pesan. Media benda konkret adalah salah satu media yang paling cocok digunakan dalam pembelajaran tema diri sendiri di kelas rendah karena siswa akan lebih mudah memahami konsep dari tema tersebut apabila mereka menggunakan benda konkret sebagai media dalam pembelajarannya. Melalui media benda konkret, pembelajaran yang bersifat abstrak bisa lebih dikonkretkan sehingga siswasiswanya lebih mudah menerima pelajaran di dalam kelas.Yang paling penting adalah media benda konkret sesuai dengan karakteristik siswa kelas II yang pemikirannya masih abstrak. Atas dasar hal tersebut, maka peneliti berasumsi bahwa media yang digunakan oleh guru kurang tepat. Oleh sebab itu, peneliti mencoba menawarkan satu media yang diharapkan dapat membantu guru dan siswa untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dengan tema diri sendiri.Media yang dimaksud adalah media benda konkret yang ada di sekitar siswa dan guru. Sehingga peneliti berharap nantinya didapatkan hasil belajar siswa akan meningkat dan tujuan pembelajaran tematikpun dapat tercapai. Untuk itu peneliti mengambil judul penelitiannya yaitu Pemanfaatan Media Benda Konkret Pada Pelajaran IPS dalam Tema Diri Sendiri untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas II SDN Pejok 3 Kecamatan Kepohbaru Kabupaten Bojonegoro. KAJIAN PUSTAKA
Media pembelajaran merupakan segala bentuk perangsang dan alat bantu yang disediakan guru untuk mendorong siswa belajar secara cepat, tepat, mudah dan tidak terjadinya verbalisme. Media pembelajaran merupakan alat bantu pendengaran dan penglihatan (Audio Visual Aid) bagi peserta didik dalam rangka memperoleh pengalaman belajar secara signifikan (Hanafiah dan Cucu 2009:59). Dalam pengertiannya media benda konkret sama dengan benda asli, yaitu benda nyata yang bisa dibuktikan. Benda asli adalah benda yang sebenarnya, media yang membantu pengalaman nyata peserta didik (Johar dalam Rahayu, 2011:12). Jadi, media benda konkret adalah media pembelajaran yang berasal dari benda-benda nyata yang banyak dikenal oleh siswa dan mudah didapatkan.Media ini mudah digunakan oleh guru dan siswa karena media ini sering dijumpai di lingkungan sekitarnya. Menurut Sumantri (1998:202), fungsi media asli adalah:a) Memberi pengalaman nyata dalam kehidupan, b) Menarik minat belajar. Selanjutnya dalam kesempatan yang lain Sumantri (1998:202) juga menyebutkan kekuatan media asli yaitu:a) Benda asli memberi pengalaman yang sangat berharga karena lengsung dalam dunia nyata sebenarnya; b) Benda asli memiliki ingatan yang tahan lama dan sulit dilupakan; c) Pengalaman nyata dapat membentuk sikap mental dan emosional yang positif terhadap hidup dan kehidupan; d) Benda asli dan model dapat dikumpulkan dan dicari; e) Benda asli dapat dikoleksi orang. Kelemahan media asli adalah:a) Kesulitan untuk mendatangkan media yang sebenarnya; b) Konsentrasi siswa terhadap mata pelajaran menjadi berkurang atau menurun karena lebih tertarik malihat media pembelajaran dari pada keterangan dari guru. Menurut Trianto (2010:78), pembelajaran tematik dimaknai sebagai pembelajaran yang dirancang berdasarkan tema-tema tertentu. Dalam pembahasannya tema itu ditinjau dari berbagai mata pelajaran.
16 | Jurnal KaryaPendidikan Volume 2, Nomor 3, Juni 2016 hlm 14-21
Pembelajaran tematik menyediakan keluasan dan kedalaman implementasi kurikulum, menawarkan kesempatan yang sangar banyak pada siswa untuk memunculkan dinamika dalam pendidikan. Istilah pembelajaran tematik pada dasarnya adalah model pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada siswa (Depdiknas dalam Trianto 2010:79). Jadi dapat dikatakan bahwa pembelajaran tematik sama dengan pembelajaran terpadu yang pada dasarnya dimaksudkan sebagai kegiatan mengajar dengan memadukan materi beberapa mata pelajaran dalam satu tema. Dengan demikian, pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dengan cara ini dapat dilakukan dengan mengajarkan beberapa materi pelajaran disajikan tiap pertemuan. Oleh karena itu, pembelajaran tematik termasuk pembelajaran yang menggunakan tema tertentu untuk mengaitkan antara beberapa isi mata pelajarann dengan pengalaman kehidupan nyata sehari-hari siswa sehingga dapat menberikan pengalaman bermakna bagi siswa. Menurut Tjokordikarjo (dalam Suhanadji dan Waspodo 2003:4), memberikan pengertian tentang Pengajaran Sosial (IPS) merupakan perwujudan dari suatu pendekatan interdisipliner dari ilmu-ilmu sosial.Ia merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu sosial, seperti sosiologi, antropologi budaya, psikologi, sejarah, geografi, ekonomi, ilmu polotik dan ekologi manusia. IPS dipolarkan untuk tujuan-tujuan intruksioanal dengan materi sesederhana mungkin, menarik, mudah dimengerti dan mudah dipelajari. Nasution (dalam Suhanadji dan Waspodo 2003:4), mendefinisikan bahwa pendidikan IPS adalah pelajaran (bidang studi) yang merupakan suatu fusi atau paduan dari sejumlah mata pelajaran sosial.Dapat juga dikatakan bahwa IPS merupakan mata pelajaran yang menggunakan bagian-bagian tertentu dari ilmu sosial.
Sedangkan Nu’man Soemantri (dalam Suhanadji dan Waspodo 2003:5), mengatakan “IPS mempunyai pengertian sebagai pelajaran ilmu-ilmu sosial yang disederhanakan untuk tujuan pendidikan”. Menurut Suhanadji dan Waspodo (2003:7) mengatakan seperti juga tujuan pendidikan pada umumnya, tujuan utama pengajaran IPS adalah untuk membentuk dan mengembangkan pribadi “warga Negara yang baik” (good citizen). Hasil belajar tidak dapat dipisahkan dengan semua kegiatan belajar baik di kelas, prasarana sekolah, maupun di luar sekolah.Apa yang dialami, diperoleh akan menunjukkan kemampuannya dalam menguasai pengetahuan. Menurut Sudjana (2009:22), hasil belajar adalah kemampuankemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Penilaian hasil belajar mengisyaratkan hasil belajar sebagai program atau objek yang menjadi sasaran penilaian.Hasil belajar sebagai objek penilaian pada hakikatnya menilai penguasaan siswa terhadap tujuan-tujuan instruksional karena isi rumusan tujuan instruksional menggambarkan hasil belajar yang harus dikuasai oleh siswa berupa kemampuan-kemampuan siswa setelah menerima atau menyelesaikan pengalaman belajarnya (Sudjana, 2009:33). Jadi, hasil belajar pada dasarnya merupakan kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa sebagai akibat dari pengalaman dari proses belajar siswa atau dengan kata lain hasil belajar dapat dinyatakan sebagai hasil yang dicapai terhadap penguasaan pengetahuan/keterampilan. METODE PENELITIAN Subjek penelitian Subjek penelitian yang peneliti teliti adalah siswa dan guru kelas II SDN Pejok 3 Kecamatan Kepohbaru Kabupaten Bojonegoro.Jumlah siswa sebanyak 41 anak. Sedangkan guru kelas II hanya 1 orang. Peneliti memilih kelas II karena penguasaan materi IPS dalam tema diri sendiri masih kurang/rendah.
Sri Mulyati,Pemanfaatan Media Benda Konkret Pelajaran Ips Tema Diri Sendiri Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas II SDN Pejok 3 Kepohbaru Bojonegoro| 17
Lokasi Penelitian Penelitian ini bertempat di kelas II SDN Pejok 3 Kecamatan Kepohbaru Kabupaten Bojonegoro .Alasan peneliti memilih lokasi ini karena SDN Pejok 3 Kecamatan Kepohbaru Kabupaten Bojonegoro merupakan sekolah dimana peneliti mengajar. Selain itu, karena di sekolah tempat peneliti mengajar ini para gurunya belum memanfaatkan media dan model pembelajaran sebagai pendukung dalam proses belajar mengajar di kelas sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik. Prosedur Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian tindakan yang dilakukan untuk memperbaiki kwalitas pembelajaran tematik pada pelajaran IPS dengan tema diri sendiri pada siswa kelas II. Proses pelaksanaan tindakan dilakukan secara bertahap sampai penelitian ini berhasil. Prosedur tindakan dimulai dari (1) perencanaan tindakan, (2) pelaksanaan tindakan dan pengamatan, dan (3) refleksi (Kemmis dan McTaggart, 1988 dalam Taniredja 2010:24) PLAN Reflect
Act&observe
Revised
plan Reflect
Act&observe
Gambar 1 Bagan Siklus PTK
Penjelasan Bagan Siklus: Perencanaan tindakan (Planning).Pada tahap ini peneliti melakukan perencanaan tindakan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Menganalisis kurikulum untuk mengetahui standar kompetensi dan kompetensi dasar. b. Menyusun perencanaan pembelajaran yaitu guru membuat RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) dengan model pembelajaran langsung (Direct Instruction) dan menganalisis materi pelajaran IPS kelas II. c. Merancang prosedur kegiatan pembelajaran dengan model pembelajaran langsung (Direct Instruction) dan mempersiapkan materi pelajaran. d. Menyusun lembar kerja siswa. e. Merancang lembar observasi yang akan digunakan untuk mengobservasi kegiatan siswa dalam pembelajaran dan merancang lembar observasi kegiatan guru. f. Menyusun alat evaluasi pembelajaran yaitu evaluasi tertulis. Pelaksanaan tindakan dan pengamatan Tahap pelaksanaan tindakan ini merupakan pengaplikasian dari perencanaan yang telah disiapkan.Pelaksanaan penelitian ini mengikuti tahap-tahap penelitian tindakan kelas yang terdiri dari beberapa siklus.Setiap siklus terdiri atas tahap perencanaan tindakan, pemberian tindakan, observasi dan refleksi.Tahap-tahap penelitian dalam masing-masing tindakan terjadi secara berulang. Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan 2 siklus dan setiap siklus dilaksanakan selama 1 kali pertemuan, waktu untuk setiap pertemuan adalah 2 x 35 menit. Dalam tahap pengamatan yang diamati yaitu aktivitas siswa dan aktivitas guru di dalam kelas pada saat pembelajaran berlangsung.Peneliti membawa instrumen penelitian dan observer mengamati peneliti dalam menerapkan media benda konkret dan model pembelajaran langsung (Direct Instruction). Pengamatan ini dilakukan dari proses awal sampai akhir pembelajaran. Selanjutnya mendokumentasikan dan mengumpulkan data-data tersebut karena diperlukan dalam proses tindakan perbaikan untuk siklus berikutnya. Refleksi
18 | Jurnal KaryaPendidikan Volume 2, Nomor 3, Juni 2016 hlm 14-21
Tahap refleksi dilakukan pada setiap akhir siklus yaitu pada saat presentasi siswa berakhir.Dalam melakukan refleksi diri, guru tetap berperan sebagai moderator. Dan hasil refleksi tersebut akan memberikan kesempatan siswa dalam rangka memperbaiki hasil belajar siswa selanjutnya. Hasil refleksi siklus 1 disimpulkan, apabila belum berhasil maka peneliti mengulang kembali di siklus II.Hasil siklus I dapat dijadikan pijakan untuk pelaksanaan siklus berikutnya yang merupakan perencanaan yang sudah direvisi dari siklus I, kemudian dijadikan dasar pijakan untuk melaksanakan tindakan pada siklus II.Bila hasil belajar pada siklus II belum berhasil maka dilakukan revisi pada siklus berikutnya tetapi apabila hasil belajar sudah mencapai hasil yang diinginkan maka tidak perlu diulang kembali. Data dan Instrumen Penelitian Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah: a. Hasil pengamatan tentang aktivitas guru dan aktivitas siswa dalam pembelajaran. b. Hasil kerja siswa untuk mengetahui hasil belajar siswa dalam tema diri sendiri. Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah diolah (Arikunto, 2010:203). Peneliti menggunakan lembar observasi dan tes sebagai alat pengumpulan data kegiatan guru dan siswa serta pengumpulan data nilai siswa. Lembar observasi ini berupa tabel kegiatan guru dan siswa selama proses pembelajaran, sedangkan tes ini berupa tes tertulis yang dibuat sendiri oleh peneliti. Teknik Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti untuk memperoleh data-data yang dibutuhkan dalam penelitian adalah metode observasi dan tes. HASIL PENELITIAN Hasil Pelaksanaan Tahap Awal
Data yang dikumpulkan pada tahap awal adalah data yang akan dijadikan pedoman pelaksanaan penelitian dan perbaikan. Data yang diperoleh pada tahap awal menunjukkan rendah hasil belajar siswa.Data yang pada tahap awal ini adalah sebagai berikut. Dari jumlah sebanyak 41 siswa, rata-rata nilai hasil belajar adalah 65, dengan ketuntasan siswa sebanyak 44% tuntas dan 56% tidak tuntas. Hasil Pelaksanaan Siklus I Persentase aktivitas guru pada siklus I adalah 83% dan dinyatakan berhasil, tetapi masih banyak kekurangan yang harus diperbaiki agar proses pembelajaran pada siklus berikutnya dapat berlangsung lebih maksimal dan lebih memuaskan sehingga persentasenya melebihi persentase pada siklus I. Kendala-kendala yang dialami guru pada siklus I ini harus diperbaiki sehingga pada siklus berikutnya siswa menjadi lebih aktif dan lebih mudah dalam memahami pelajaran yang diajarkan. Data aktivitas siswa pada siklus I memperoleh persentase 65 % atau dinyatakan kurang berhasil, masih banyak siswa yang memerlukan bimbingan dari guru agar aktivitas siswa dalam pembelajaran minimal memperoleh criteria baik dalam setiap komponen atau mencapai hasil yang maksimal. Hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS dengan materi dokumen dan koleksi benda berharga mencapai hasil ketuntasan belajar 68% atau 28 siswa yang mendapatkan skor lebih atau sama dengan KKM yaitu 70. Sedangkan yang memperoleh nilai dibawah 70 terdapat 13 siswa dengan persentase 32 %.Pada siklus I rata-rata hasil belajar siswa secara klasikal pada mata pelajaran IPS diperoleh 73.Ketuntasan klasikal hasil belajar IPS tentang memelihara dokumen dan koleksi benda berharga kelas II SDN Pejok 3 adalah 68%.Nilai tersebut menandakan bahwa pembelajaran pada siklus I ini belum berhasil karena masih banyak siswa yang nilainya kurang dari KKM.
Sri Mulyati,Pemanfaatan Media Benda Konkret Pelajaran Ips Tema Diri Sendiri Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas II SDN Pejok 3 Kepohbaru Bojonegoro| 19
Berdasarkan hasil pengamatan aktivitas guru, hasil aktivitas siswa, dan hasil evaluasi yang ditunjukkan pada siklus I ada beberapa hal yang perlu direfleksi sebagai acuan dalam pelaksanaan tindakan pada siklus II antara lain:1)Dapat diketahui kegiatan guru masih belum optimal dan masih dianggap kurang meskipun data di lapangan menyatakan kegiatan guru sudah berhasil yaitu mencapai 83%. Akan tetapi berdasarkan data yang ada, guru kurang optimal dalam mengelola pembelajaran; 2) Persentase aktivitas siswa pada siklus I belum sesuai dengan ketentuan keberhasilan perbaikan pembelajaran, persentase aktivitas siswa hanya mencapai 65%; 3) Hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS dengan materi memelihara dokumen dan koleksi benda berharga masih kurang. Hal ini bisa dilihat dengan perolehan ketuntasan belajar siswa hanya mencapai 68 % atau sekitar 28 siswa yang mendapatkan nilai lebih dari 70 dan 13 anak memperoleh nilai dibawah 70. Berdasarkan temuan tentang hambatanhambatan dari pelaksanaan kegiatan pembelajaran siklus I, maka peneliti bersama observer memutuskan untuk melanjutkan pada siklus II. Hasil Pelaksanaan Siklus II Persentase aktivitas guru pada siklus II mengalami peningkatan dari siklus I yaitu mencapai 94,5%. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran pada siklus II ini juga dinyatakan berhasil karena persentase akitivitasnya juga melebihi atau meningkat sebanyak 12% dari siklus I yang persentasenya hanya 83%. Persentase aktivitas siswa pada siklus II mengalami peningkatan dari siklus I yang hanya 65% menjadi 82%.Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan siswa dalam siklus II mengalami peningkatan sebanyak 18%.Dengan demikian pembelajaran pada siklus II ini dinyatakan berhasil. Hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS dengan materi dokumen dan koleksi benda berharga mencapai hasil ketuntasan belajar 95 % atau 39 siswa mendapat skor
lebih atau sama dengan 70. Pada siklus II rata-rata hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS mencapai 81.Ketuntasan klasikal pemahaman konsep IPS tentang dokumen dan koleksi benda berharga kelas II SDN Pejok 3 adalah 95%.Nilai tersebut menandakan bahwa pembelajaran pada siklus II ini berhasil karena nilai siswa rata-rata di atas atau melebihi KKM yang telah ditentukan yaitu 70. Berdasarkan hasil aktivitas guru, hasil aktivitas siswa, dan hasil evaluasi yang ditunjukkan pada siklus II sudah dinyatakan berhasil karena indikator pencapaiannya lebih dari atau sama dengan 66,7%. Data yang diperoleh pada siklus II jika dibandingkan dengan indikator ketercapaian tujuan dalam penelitian ini maka dapat dinyatakan: 1)Indikator keberhasilan tindakan yang dilakukan dalam penelitian ini untuk menyatakan berhasilnya aktivitas guru dalam memanfaatkan media benda konkret adalah jika mencapai lebih atau sama dengan 66,7%. Pada siklus II ini aktivitas guru mencapai 95% dengan skor rata-rata 3,75 (kategori “baik”). Dengan demikian indikator aktivitas guru dalam memanfaatkan media benda konkret telah tercapai. 2)Untuk aktivitas siswa pada siklus II ini juga mengalami peningkatan karena skor rata-ratanya mencapai 3,28 dengan kategori “baik” dan perolehan persentase mencapai 82%. Hal ini menunjukkan bahwa indikator keberhasilan siswa dalam pembelajaran ini telah tercapai. 3)Dari hasil evaluasi pada siklus II telah diperoleh niai rata-rata 81 dan persentase ketuntasan belajar mencapai 95% pada mata pelajaran IPS dengan materi memlihara dokumen dan koleksi benda berharga. 4)Berdasarkan hasil tersebut, maka peneliti bersama dengan observer memutuskan untuk tidak melanjutkan pada siklus berikutnya, karena tujuan awal penelitian telah tercapai. PEMBAHASAN Dari data-data observasi aktivitas guru pada siklus I sebesar 83% dan pada siklus II
20 | Jurnal KaryaPendidikan Volume 2, Nomor 3, Juni 2016 hlm 14-21
sebesar 95%.Jika ditinjau dari tingkat keberhasilannya telah mengalami kenaikan sebesar 12%. Dalam keberhasilan suatu pelaksanaan pembelajaran, siswa juga merupakan salah satu komponen terpenting selain guru. Pengelolaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru juga akan mempengaruhi aktivitas siswa dalam proses pembelajaran. Pada siklus I dapat dikatakan bahwa aktivitas siswa masih tergolong rendah, hal tersebut mendorong guru untuk melakukan perbaikan dalam proses pembelajaran dan mencari solusi dari permasalahan-permasalahan yang ditemukan di siklus I. Pada siklus I hanya memperoleh skor rata-rata 2,6 dengan kategori “cukup” dan hanya memperoleh persentase sebesar 65%. Berdasarkan refleksi yang dilakukan pada siklus I, guru memperbaiki kekurangankekurangan pada siklus I. Dengan melakukan perbaikan tersebut didapatkan peningkatan hasil observasi aktivitas siswa pada siklus II yaitu menunjukkan skor rata-ratanya 3,28 dengan kategori “baik” dan pencapaian persentase sebesar 82%. Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas siswa dalam pembelajaran ini telah tercapai. Pada tahap awal, hasil belajar siswa masih rendah, yaitu hanya 44% siswa yang dinyatakan tuntas dalam belajar dengan nilai rata-rata 65. Pada siklus I hasil belajar siswa untuk pelajaran IPS materi tentang memelihara dokumen dan koleksi benda berharga memperoleh nilai rata-rata 73 dan persentase ketuntasan belajarnya sebesar 68%. Berdasarkan persentase tersebut dapat dikatakan bahwa siswa yang memperoleh skor lebih atau sama dengan 70 ada 28 siswa. Nilai tersebut menandakan bahwa pembelajaran kali ini belum berhasil karena masih banyak nilai siswa yang belum mencapai 70.Berdasarkan refleksi yang dilakukan pada siklus I dengan melakukan perbaikan, maka didapatkan peningkatan hasil belajar siswa pada siklus II yaitu nilai ratarata 81 dan persentase ketuntasan belajar siswa mencapai 95%. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang pemanfaatan media benda konkret pada mata pelajaran IPS dengan materi memelihara dokumen dan koleksi benda berharga yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Pemanfaatan media benda konkret ini sangat baik diterapkan di SDN Pejok 3 , karena terbukti dapat meningkatkan aktivitas guru dan siswa kelas II. Hal ini terbukti dari hasil aktivitas guru pada siklus I memperoleh 83% sedangkan pada siklus II meningkat menjadi 95% dan aktivitas siswa pada siklus I memperoleh 60% sedangkan pada siklus II meningkat menjadi 82%. 2. Proses pembelajaran dengan memanfaatkan media benda konkret terbukti dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas II SDN Pejok 3 , pada mata pelajaran IPS. Hal ini terbukti pada perolehan hasil belajar yang sangat baik bahwa hasil belajar siswa mengalami peningkatan yaitu pada siklus I siswa yang mencapai KKM ≥ 70 pada mata pelajatan IPS sebanyak 28 siswa (68%), sedangkan pada siklus II persentase ketuntasan belajar mencapai 95 % atau 39 siswa. Saran Dari hasil penelitian yang diperoleh dari uraian di atas, agar siswa dapat terlihat aktif, giat dan bersemangat dalam proses pembelajaran pada mata pelajaran IPS dengan pemanfaatan media benda konkret serta dapat meningkatkan aktivitas guru dan siswa, memberikan hasil yang baik bagi siswa, maka dapat diberikan saran sebagai berikut: 1. Agar pembelajaran menjadi menyenangkan, dapat menjadikan siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran, menjadikan siswa lebih paham tentang materi yang diajarkan, serta dapat meningkatkan aktivitas guru, maka hendaknya guru tetap memanfaatkan media benda konkret dalam proses pembelajaran..
Sri Mulyati,Pemanfaatan Media Benda Konkret Pelajaran Ips Tema Diri Sendiri Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas II SDN Pejok 3 Kepohbaru Bojonegoro| 21
2. Dalam pembelajaran IPS hendaknya guru tetap menggunakan media benda
konkret karena terbukti meningkatkan hasil belajar siswa kelas II SDN Pejok 3.
DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Bakry, Noor Ms. 2009. Pendidikan Kewarganegaraan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Djamarah, Syaiful Bahri. 2005. Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif Suatu Pendekatan Teoritis Psikologis. Jakarta: Rineka Cipta. Ekawarna. 2010. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Gaung Persada (GP Press). Hanafiah, Nanang dan Cucu, Suhana. 2009. Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung: Refika Aditama. Harjanto. 2006. Perencanaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Muslich, Masnur. 2009. Melaksanakan PTK Itu Mudah. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Sumantri, dkk. 1998. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Depdikbud. Dirjen Pendidikan Tinggi Proyek Pendidikan Guru Sekolah Dasar (Primary School Teacher Development Project) IBRD: Loan 3496-IND. Sudjana, Nana. 2005. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindo. Sudjana, Nana. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Sudjana, Nana dan Ahmad, Rivai. 2005. Media Pengajaran. Bandung: Sinar Baru Algesindo. Sudijono, Anas. 2006. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers. Suhanadji dan Waspodo, T.S. 2003. Pendidikan IPS. Surabaya: Insan Cendekia. Taniredja, Tukiran. dkk. 2010. Penelitian Tindakan Kelas: Untuk Pengembangan Profesi Guru Praktik, Praktis, dan Mudah. Bandung: Alfabeta. Trianto. 2010. Mengembangkan Model Pembelajaran Tematik. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher.