e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
PENERAPAN MODEL INKUIRI BERBANTUAN MEDIA VISUAL UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS IVA SDN 3 UBUNG Ni Putu Tina Trisnawati1, I Komang Ngurah Wiyasa2, Made Putra3 1,2,3
Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FIP Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia
e-mail: {
[email protected],
[email protected] [email protected] }@undiksha.ac.id
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar IPS melalui penerapan model pembelajaran inkuiri berbantuan media visual siswa kelas IVA SDN 3 Ubung Denpasar tahun ajaran 2015/2016. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus. Setiap siklus terdiri dari empat tahap yaitu tahap perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Subjek penelitian adalah siswa kelas IVA SDN 3 Ubung sebanyak 34 orang, yang terdiri dari 19 siswa perempuan dan 15 siswa laki – laki. Pengumpulan data dilakukan dengan metode tes untuk mengetahui penguasaan kompetensi pengetahuan dan metode observasi untuk mengamati sikap dan keterampilan siswa. Data hasil belajar IPS dianalisis menggunakan metode analisis deskriptif kuantitatif dan analisis deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan persentase rerata penguasaan kompetensi pengetahuan IPS sebesar 7,90% dari 79,35% dengan predikat B pada siklus I menjadi 87,25% dengan predikat B+ pada siklus II. Selanjutnya peningkatan ketuntasan klasikal 14,70% dari 82,35% pada siklus I menjadi 97,05% pada siklus II. Hasil penelitian kompetensi keterampilan menunjukkan adanya peningkatan kuantitas siswa yang memenuhi indikator kompetensi keterampilan IPS. Kemudian secara umum data hasil belajar kompetensi sikap dalam belajar IPS menunjukkan seluruh siswa memiliki sikap yang baik dan bertambahnya kuantitas siswa yang memenuhi indikator kompetensi sikap dalam belajar IPS. Berdasarkan hasil analisis data dapat disimpulkan bahwa melalui penerapan model inkuiri berbantuan media visual terbukti dapat meningkatkan hasil belajar IPS siswa kelas IVA SDN 3 Ubung Denpasar. Kata kunci : model inkuiri, media visual, hasil belajar IPS
Abstract
This research aims to increase social study learning outcomes through inquiry learning model assisted visual media on IVA grade students of SDN 3 Ubung Denpasar in academic year 2015/2016. This study used a classroom action research which conducted in two cycles. Each cycle consists of four phases: planning, implementation, observation, and reflection. The subject was IV A grade students in SDN 3 Ubung Denpasar that included 34 students which consist of 19 female and 15 male. Data collection was done by test method to determine the competency mastery of knowledge and observation method to observe the attitudes and skills of students. Social study learning outcomes data were analyzed using quantitative descriptive analysis and qualitative descriptive analysis. The result showed there was an enhancement in the mean percentage of knowledge mastery competency in social study by 7.90% from
1
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016 79.35% as predicate B on the first cycle became 87.25% as predicate B+ on the second cycle. Further, improvement of classical completeness by 14.70% from 82.35% in the first cycle became 97.05% in the second cycle. Results of the study showed an increased skill competencies quantity of students who meet the skills competency indicators of social study. Then the general attitude data result of learning competencies in social studies shows all the students have a good attitude and increased quantity of students who meet the competency indicators of attitudes in social studies. Based on the results of data analysis can be concluded that through the application of visual media -aided inquiry model is proven to improve learning outcomes IVA social study graders of SDN 3 Ubung Denpasar. Keywords: inquiry model, visual media, social study learning outcome
PENDAHULUAN
mampu menjalankan tugasnya sebagai seorang pendidik yang professional, diharapkan pembelajaran dapat berhasil dengan hasil yang optimal sesuai dengan harapan kurikulum. Pengembangan kurikulum 2013 yaitu pembelajaran yang dipayungi oleh tema. Kurikulum 2013 menghendaki terciptanya kompetensi yang berimbang antara sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Kurikulum 2013 dalam pembelajaran melibatkan sikap, pengetahuan, dan keterampilan proses IPS seperti mengamati, mengklasifikasi, mengukur, meramalkan, menjelaskan, dan menyimpulkan. Dalam melaksanakan proses-proses tersebut, bantuan guru sangat diperlukan. Akan tetapi bantuan guru disesuaikan dengan semakin bertambah dewasanya siswa atau semakin tingginya kelas siswa. Namun kenyataannya, berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara kepada wali kelas IVA yang telah dilakukan peneliti pada tanggal 16 - 18 Nopember 2015, wali kelas IVA menyatakan bahwa pencapaian kompetensi pengetahuan siswa kelas IVA pada muatan materi IPS di SDN 3 Ubung Denpasar masih belum optimal. Dari seluruh siswa yang berjumlah 34 orang dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) 2,67, siswa yang tergolong tuntas sebanyak 15 orang (44,12%) dan siswa yang tergolong tidak tuntas sebanyak 19 orang (55,88%). Selain itu dari hasil pengamatan beberapa masalah yang muncul saat pembelajaran yaitu (1) masih banyak siswa yang bermain saat pembelajaran berlangsung, (2) siswa mengalami kebosanan; (3) siswa belum berani mengajukan pendapat dan bertanya tentang muatan materi
Pembelajaran merupakan sebuah proses interaksi antara peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar dalam suatu lingkungan belajar. Menurut pasal 1 ayat 4 UU RI No. 20 tahun 2013 mengenai sistem pendidikan nasional, peserta didik atau siswa adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan diri mereka melalui proses pendidikan pada jalur dan jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Peran peserta didik dalam proses pembelajaran sesuai dengan yang diharapkan kurikulum adalah sebagai pembelajar artinya siswa yang lebih berperan aktif dalam proses pembelajaran, sehingga pembelajaran akan terpusat pada siswa. Pembelajaran yang terpusat pada siswa mengisyaratkan guru menjadi fasilitator dalam pembelajaran. Guru sebagai fasilitator diharapkan dapat menjebatani pemikiran siswa yang divergen dalam pemecahan masalah di dalam pembelajaran. Tugas seorang guru secara rinci tertuang pada Undang – Undang No. 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen yaitu sebagai berikut “Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah”. Tugas seorang guru tidak sebatas mengajar namun lebih kompleks dan menyangkut pula dalam membimbing sampai dengan mengevaluasi proses pembelajaran apakah sudah berhasil atau belum. Apabila seorang guru sudah 2
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016 kepada guru; (4) pada saat berdoa, beberapa orang siswa masih belum bisa menunjukkan perilaku khusuk. Dari pemaparan masalah tersebut, menggambarkan kondisi kelas yang kurang kondusif, serta siswa masih menjadi objek belajar bukan subjek belajar. Hal ini berdampak pada ketidak tercapaiannya tujuan pembelajaran secara optimal. Kegiatan refleksi dilakukan oleh peneliti bersama guru, diketahui bahwa guru merasa mengalami keterbatasan dalam menggunakan pendekatan, model dan media yang inovatif. Selain itu, guru juga menyatakan bahwa siswa kelas IV pada tahun lalu mengalami kesulitan dalam mengikuti beberapa muatan materi yang berkaitan dengan IPS. Pendekatan yang sesuai dengan kurikulum 2013 adalah pendekatan saintifik. Pendekatan saintifik memberikan pemahaman kepada peserta didik dalam mengenal, memahami berbagai materi menggunakan pendekatan ilmiah. Melalui pendekatan saintifik ini peserta didik bersama – sama untuk diajak mengamati, menanya, menalar, merumuskan, menyimpulkan, dan mengomunikasikan, sehingga peserta didik dapat dengan benar menguasai materi yang dipelajari dengan baik (Majid, 2014). Dari perjalanan guru membelajarkan siswa dengan pendekatan saintifik, guru merasa masih belum cukup dapat meningkatkan hasil belajar IPS dengan optimal. Maka dari itu dirasa perlu, untuk menerapkan model dan media pembelajaran yang inovatif dan kreatif salah satunya yaitu model pembelajaran inkuiri berbantuan media visual. Model pembelajaran inkuiri adalah pembelajaran yang melibatkan seluruh kemampuan peserta didik secara maksimal untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis dan analis, sehingga peserta didik dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri (Suyadi,2013:115). Langkah – langkah model pembelajaran inkuiri dapat di paparkan sebagai berikut: ( Suyadi, 2013:123) a) Orientasi
Langkah orientasi adalah langkah untuk membina suasana atau iklim pembelajaran yang responsif. Pada langkah ini guru mengondisikan agar siswa siap melaksanakan proses pembelajaran. Guru merangsang dan mengajak siswa untuk berpikir memecahkan masalah. Langkah orientasi merupakan langkah yang sangat penting. Keberhasilan pembelajaran inkuiri sangat tergantung pada kemauan dan kemampuan. Beberapa hal yang dapat dilakukan dalam tahapan orientasi ini adalah : (1) Menjelaskan topik, tujuan, dan hasil belajar yang diharapkan dapat dicapai oleh siswa. (2) Menjelaskan pokok-pokok kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa untuk mencapai tujuan. Pada tahap ini dijelaskan langkah-langkah inkuiri serta tujuan setiap langkah, mulai dari langkah merumuskan masalah sampai dengan merumuskan kesimpulan. (3) Menjelaskan pentingnya topik dan kegiatan belajar. Hal ini dilakukan dalam rangka memberikan motivasi belajar. b) Merumuskan Masalah Merumuskan masalah merupakan langkah membawa siswa pada suatu persoalan yang mengandung teka-teki. Persoalan yang disajikan adalah persoalan yang menantang siswa untuk memecahkan teka-teki itu. Dikatakan teka-teki dalam rumusan masalah yang ingin dikaji disebabkan masalah itu tentu ada jawabannya, dan siswa didorong untuk mencari jawaban yang tepat. Proses mencari jawaban itulah yang sangat penting dalam strategi inkuiri, oleh sebab itu melalui proses tersebut siswa akan memperoleh pengalaman yang sangat berharga sebagai upaya mengembangkan mental melalui proses berpikir. Dengan demikian, teka-teki yang menjadi masalah dalam berinkuiri adalah teka-teki yang mengandung konsep yang jelas yang harus dicari dan ditemukan. Ini penting dalam pembelajaran inkuiri. Beberapa hal yang harus diperhatikan 3
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016 dalam merumuskan masalah, diantaranya: (1) Masalah hendaknya dirumuskan sendiri oleh siswa. Siswa akan memiliki motivasi belajar yang tinggi manakala dilibatkan dalam merumuskan masalah yang hendak dikaji. Dengan demikian, guru sebaiknya tidak merumuskan sendiri masalah pembelajaran, guru hanya memberikan topik yang akan dipelajari, sedangkan bagaimana rumusan masalah yang sesuai dengan topik yang telah ditentukan sebaiknya diserahkan kepada siswa. (2) Masalah yang dikaji adalah masalah yang mengandung teka-teki yang jawabannya pasti. Artinya, guru perlu mendorong agar siswa dapat merumuskan masalah yang menurut guru jawaban sebenarnya sudah ada, tinggal siswa mencari dan mendapatkan jawabannya secara pasti. (3) Konsep-konsep dalam masalah adalah konsep-konsep yang sudah diketahui terlebih dahulu oleh siswa. Artinya, sebelum masalah itu dikaji lebih jauh melalui proses inkuiri, guru perlu yakin terlebih dahulu bahwa siswa sudah memiliki pemahaman tentang konsep-konsep yang ada dalam rumusan masalah. Jangan harapkan siswa dapat melakukan tahapan inkuiri selanjutnya, manakala ia belum paham konsep-konsep yang terkandung dalam rumusan masalah. c) Merumuskan Hipotesis Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang sedang dikaji. Sebagai jawaban sementara, hipotesis perlu diuji kebenarannya. Potensi berpikir itu dimulai dari kemampuan setiap individu untuk menebak atau mengira-ngira (berhipotesis) dari suatu permasalahan. Manakala individu dapat membuktikan tebakannya, maka ia akan sampai pada posisi yang bisa mendorong untuk berpikir lebih lanjut. Oleh sebab itu, potensi untuk mengembangkan kemampuan menebak pada setiap individu harus dibina. Salah satu cara yang dapat dilakukan guru untuk mengembangkan kemampuan
menebak (berhipotesis) pada setiap anak adalah dengan mengajukan berbagai pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk dapat merumuskan jawaban sementara atau dapat merumuskan berbagai perkiraan kemungkinan jawaban dari suatu permasalahan yang dikaji, perkiraan sebagai hipotesis bukan sembarang perkiraan, tetapi harus memiliki landasan berpikir yang kokoh, sehingga hipotesis yang dimunculkan itu bersifat rasional dan logis. Kemampuan berpikir logis itu sendiri akan sangat dipengaruhi oleh kedalaman wawasan yang dimiliki serta keluasan pengalaman. Dengan demikian, setiap individu yang kurang mempunyai wawasan akan sulit mengembangkan hipotesis yang rasional dan logis. d) Mengumpulkan Data Mengumpulkan data adalah aktivitas menjaring informasi yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Dalam strategi pembelajaran inkuiri, mengumpulkan data merupakan proses mental yang sangat penting dalam pengembangan intelektual. Proses pengumpulan data bukan hanya memerlukan motivasi yang kuat dalam belajar, akan tetapi juga membutuhkan ketekunan dan menggunakan potensi berpikirnya. Oleh sebab itu, tugas dan peran guru dalam tahapan ini adalah mengajukan pertanyaan – pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk berpikir mencari informasi yang dibutuhkan. e) Menguji Hipotesis Menguji hipotesis adalah proses menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data. Hal yang terpenting dalam menguji hipotesis adalah mencari tingkat keyakinan siswa atas jawaban yang diberikan. Disamping itu, menguji hipotesis juga berarti mengembangkan kemampuan berpikir rasional. Artinya, kebenaran jawaban yang diberikan bukan hanya berdasarkan argumentasi, akan tetapi harus didukung oleh data yang ditemukan dan dapat dipertanggungjawabkan. 4
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016 f)
Merumuskan Kesimpulan Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Merumuskan kesimpulan merupakan tahap akhir dalam proses pembelajaran. Sering terjadi, oleh karena banyaknya data yang diperoleh, menyebabkan kesimpulan yang dirumuskan tidak berfokus terhadap masalah yang hendak dipecahkan. Karena itu, untuk mencapai kesimpulan yang akurat sebaiknya guru mampu menunjukkan pada siswa data yang relevan. Dalam proses pembelajaran IPS dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri, siswa dapat meningkatkan minat dan perhatian siswa dalam mempelajari IPS, terlebih lagi siswa akan merasa mempelajari IPS adalah suatu kebutuhan. Siswa akan merasa nyaman dan tidak bosan, sehingga pembelajaran akan bermakna dan hasil belajar pengetahuan IPS pun akan mencapai hasil yang optimal. Pengetahuan IPS adalah ilmu pengetahuan yang mengkaji berbagai disiplin ilmu sosial dan humaniora serta kegiatan dasar manusia yang dikemas secara ilmiah dalam rangka memberi wawasan dan pemahaman yang mendalam kepada seluruh peserta didik, khususnya di tingkat dasar dan menengah. Adapun kajian dari pengetahuan IPS antara lain, sosial, ekonomi, budaya, sejarah serta politik (Susanto, 2013:137) . Hasil belajar dalam kurikulum 2013 mencakup tiga ranah yaitu penguasaan kompetensi kognitif, afektif dan psikomotor. Kurikulum 2013 menghendaki bahwa adanya keseimbangan dari ketercapaian ketiga ranah tersebut. Penelitian ini bermaksud untuk melihat peningkatan hasil belajar IPS siswa. Hasil belajar terdiri dari kompetensi pengetahuan, sikap dan keterampilan. Kompetensi pengetahuan meliputi tingkatan kemampuan mengetahui, memahami, menerapkan, menganalisis, sintesis dan mengevaluasi. Ketercapaian kompetensi pengetahuan dapat dilihat dari
hasil belajar pengetahuan siswa yang diukur melalui tes. Penguasaan kompetensi sikap akan dicari melalui nilai modus untuk mendeskripsikannya sedangkan penguasaan kompetensi keterampilan dapat dilihat melalui pencapaian nilai optimum. Dalam proses pembelajaran siswa akan lebih terbantu dengan adanya pemanfaatan media pembelajaran. Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat menyampaikan atau menyalurkan pesan dari suatu sumber secara terencana sehingga terjadi lingkungan belajar yang kondusif (Asyhar, 2012:8). Media pembelajaran yang dapat digunakan untuk mendukung pendekatan saintifik dengan seting inkuiri adalah media visual. Menurut Asyar (2012) media visual adalah jenis media yang digunakan hanya mengandalkan indera penglihatan peserta didik. Peserta didik akan terbantu dengan pemanfaatan media visual melalui indera penglihatan yang dimiliki peserta didik. Model inkuiri berbantuan media visual dalam kegiatan pembelajaran dengan menerapkan model inkuiri yang dikolaborasikan dengan media visual. Selain itu dalam penerapan model inkuiri harus mengacu pada pendekatan saintifik. Langkah pembelajaran inkuiri meliputi orientasi dapat disepadankan dengan kegiatan mengamati pada pendekatan saintifik. Pengajuan masalah dapat dikaitkan dengan kegiatan menanya lalu pengajuan hipotesis dapat dikaitkan dengan kegiatan mengasosiasi. Langkah selanjutnya adalah pengumpulan data dikaitkan dengan kegiatan mengumpulkan informasi, sedangkan pengujian hipotesis dapat dikaitkan dengan kegiatan mengasosiasi. Terakhir adalah kegiatan mengajukan kesimpulan dikaitkan dengan kegiatan mengkomunikasikan pada pendekatan saintifik. Model pembelajaran inkuri dalam pelaksanaannya menggunakan bantuan media visual saat penyampaian orientasi maupun pengumpulan data, untuk menguji hipotesis dalam proses pembelajaran. Beberapa keuntungan ketika menggunakan pendekatan saintifik 5
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016 dengan seting inkuiri berbantuan media visual ialah diantaranya meningkatnya motivasi peserta didik untuk belajar, meningkatnya kemampuan berpikir kritis, analitik, mencari, menemukan dan mengolah informasi, membuat peserta didik menjadi lebih aktif dalam menyelesaikan permasalahan yang kompleks, memberikan rasa nyaman kepada siswa dalam pembelajaran, membangun kemampuan kognitif siswa dengan mengajak siswa untuk memahami bahwa belajar merupakan sebuah kebutuhan. Selain itu menurut Marsh, Suyadi (2013) memiliki pemikiran yang serupa tentang keunggulan dari model pembelajaran inkuiri yaitu sebagai berikut. a) Ekonomis dalam menggunakan pengetahuan. Pengetahuan yang digunakan hanya pengetahuan yang relevan dengan isu yang diamati. b) Model pembelajaran ini memungkinkan siswa dapat memandang konten (isi) dalam sebuah cara yang lebih realistik dan positif karena mereka dapat menganalisis dan menerapkan data untuk pemecahan masalah. c) Secara intrinsik model pembelajaran ini sangat memotivasi siswa. Siswa termotivasi oleh dirinya sendiri untuk merefleksikan isu – isu tertentu, mencari data yang relevan dan membuat keputusan yang sangat berguna bagi dirinya sendiri. d) Model pembelajaran ini juga memungkinkan hubungan guru dan siswa lebih hangat karena guru lebih bertindak sebagai fasilitator pembelajaran dan kurang mengarahkan aktivitas yang di dominasi oleh guru. e) Pendekatan ini memberikan nilai transfer yang unggul jika dibandingkan dengan metode lainnya.
IV SDN 3 Ubung Denpasar Tahun Ajaran 2015/2016”. Adapun tujuan yang hendak dicapai pada penelitian ini adalah untuk mengetahui mendeskripsikan sikap siswa setelah diterapkan model pembelajaran inkuiri berbantuan media visual pada tema tempat tinggalku, untuk mendeskripsikan kompetensi keterampilan siswa setelah diterapkan model pembelajaran inkuiri berbantuan media visual pada tema tempat tinggalku dan untuk mengetahui peningkatan penguasaan kompetensi pengetahuan IPS tema tempat tinggalku melalui penerapan model pembelajaran inkuiri berbantuan media visual siswa kelas IVA SDN 3 Ubung Denpasar tahun ajaran 2015/2016. Melalui pelaksanaan penelitian ini hasilnya dapat memberikan manfaat, baik secara teoretis maupun secara praktis. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan atau tambahan ilmu pengetahuan di bidang pendidikan khususnya Pendidikan Guru Sekolah Dasar sehingga dapat memperluas pengetahuan tentang strategi atau pendekatan dalam proses pembelajaran untuk mengoptimalkan hasil belajar siswa khususnya pada muatan materi Ilmu Pengetahuan Sosial. Hasil penelitian memberikan manfaat bagi siswa karena secara tidak langsung siswa terbantu dalam cara belajar dan memahami tentang muatan materi IPS. Selain itu juga memberikan peluang bagi siswa untuk mengoptimalkan hasil belajar IPS. Hasil penelitian dapat menjadi referensi bagi guru mengenai pedoman dalam melaksanakan pembelajaran di sekolah, khususnya pada muatan materi IPS. Sehingga dapat menciptakan suasana pembelajaran yang lebih aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan. Serta digunakan sebagai salah satu referensi bagi para peneliti bidang pendidikan sebagai bahan untuk mendalami objek penelitian sejenis.
Berdasarkan uraian tersebut, maka menarik untuk dilaksanakan Penelitian Tindakan Kelas dengan judul “Model Pembelajaran Inkuiri Berbantuan Media Visual Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS Tema Tempat Tinggalku Siswa Kelas
METODE PENELITIAN Penelitian yang dilakukan adalah penelitian tindakan kelas (PTK) atau 6
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016 Classroom Action Research. Penelitian tindakan kelas adalah “proses pengkajian masalah pembelajaran di dalam kelas melalui refleksi diri dalam upaya untuk memecahkan masalah tersebut dengan cara melakukan berbagai tindakan yang terencana dalam situasi nyata serta menganalisis setiap pengaruh pada perlakuan tersebut” (Sanjaya, 2014:149). Oleh karena itu, rancangan dalam penelitian ini adalah dengan prosedur penelitian tindakan kelas yang dilakukan dalam proses berdaur/bersiklus. Penelitian ini dilakukan dalam 2 siklus, setiap siklus terdiri atas perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Pada tiap siklus proses pembelajaran dilaksanakan sebanyak 4 kali pertemuan, yang terdiri dari 3 kali pertemuan untuk pemberian tindakan, dan 1 kali pertemuan untuk tes akhir siklus. Penelitian dilaksanakan di SDN 3 Ubung Denpasar pada muatan materi IPS. Penelitian ini dilaksanakan pada semester 2 tahun ajaran 2015/2016. Subjek penelitian terdiri dari 34 siswa kelas IVA dengan siswa laki-laki berjumlah 19 siswa dan siswa perempuan berjumlah 15 siswa. Objek penelitian adalah hasil belajar IPS siswa kelas IVA SDN 3 Ubung Denpasar tahun ajaran 2015/2016 dan model inkuiri berbantuan media visual. Pada penelitian tindakan kelas menggunakan dua metode yaitu: metode tes dan metode non tes. Dengan instrumennya metode tes yaitu butir soal pilihan ganda biasa. Metode tes digunakan untuk mengukur kompetensi pengetahuan pada siswa. Sedangkan metode non tes yaitu metode observasi yang digunakan untuk mengukur kompetensi sikap dan kompetensi keterampilan pada siswa dengan instrumen berupa lembar observasi dilengkapi dengan rubrik penilaian. Prosedur penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan sampai tercapainya persentase penguasaan kompetensi pengetahuan IPS minimal 80% berada pada predikat B+ (3,18). Selanjutnya data yang telah terkumpul dianalisis dengan analisis
analisis deskriptif kuantitatif dan metode analisis deskriptif kualitatif. Metode analisis deskriptif kuantitatif yaitu “suatu cara pengolahan data yang dilakukan dengan jalan menyusun secara sistematis dalam bentuk angka-angka dan atau persentase, mengenai objek yang diteliti, sehingga diperoleh kesimpulan secara umum” (Agung, 2012: 67). Selanjutnya metode analisis deskriptif kualitatif merupakan suatu data yang menggambarkan suatu objek / variabel dalam bentuk sifat – sifat, kategori, kriteria, klasifikasi (Agung,2016:5). Selanjutnya dikonversikan ke dalam Penialaian Acuan Patokan (PAP) sesuai dengan Permendikbud No.104. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penerapan model pembelajaran inkuiri berbantuan media visual dapat meningkatkan penguasaan kompetensi pengetahuan IPS siswa kelas IVA SDN 3 Ubung Denpasar. Hal tersebut terlihat dari penguasaan kompetensi pengetahuan IPS pada siklus I dan siklus II telah mengalami peningkatan. Persentase rata – rata kompetensi pengetahuan IPS siswa pada siklus I mencapai 79.32%. Setelah dilaksanakan tindakan pada siklus II persentase rata – rata kompetensi pengetahuan IPS siswa mencapai 87.25%. Begitu juga dengan persentase rata – rata ketuntasan klasikal siswa pada siklus I mencapai 82.45%. Setelah dilaksanakan tindakan siklus II persentase rata-rata ketuntasan klasikal siswa mencapai 97.05%. Dengan demikian penguasaan kompetensi pengetahuan IPS siswa pada siklus I ke siklus II mengalami peningkatan sebesar 7.93%. Sementara untuk persentase rata-rata ketuntasan klasikal siswa pada siklus I ke siklus II mengalami peningkatan sebesar 14,6%. Adapun peningkatan tersebut dapat dilihat pada grafik di bawah ini :
7
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016 Gambar 01. Grafik Peningkatan Persentase Rerata Penguasaan Kompetensi Pengetahuan IPS dan Ketuntasan Klasikal Siswa Kelas IVA SDN 3 Ubung Denpasar pada Siklus I dan Siklus II
Tabel 01. Rekapitulasi Data Penguasaan Kompetensi Pengetahuan Siswa Kelas IVA SDN 3 Ubung Denpasar pada Siklus I dan Siklus II No Indikator Keberhasilan Hasil Siklus I Hasil Siklus II Peningkatan 1
Persentase Penguasaan Kompetensi Pengetahuan IPS
79,35%
87,25%
7,90%
2
Ketuntasan Klasikal
82,35%
97,05%
14,70%
inkuiri berbantuan media visual ternyata dapat meningkatkan kuantitas siswa yang memenuhi indikator kompetensi sikap dan keterampilan siswa. Penerapan model pembelajaran inkuri berbantuan media visual dapat menumbuhkan sikap siswa baik sikap spiritual maupun sikap sosial siswa secara kuantitas. Berdasarkan hasil akhir penelitian siklus I pada indikator sikap spiritual ketaatan beribadah, seluruh siswa berdoa sebelum kegiatan pembelajaran, sebanyak 29 atau 85,29% siswa berdoa sesudah kegiatan pembelajaran. Pada sikap kekhusukan, 33 atau 97,05% siswa memejamkan mata saat berdoa, sebanyak 30 atau 88,23% siswa tidak mengganggu teman saat berdoa, 29 atau 85,29% siswa tidak menoleh kanan kiri saat berdoa dan 27 atau 79,41% siswa menunjukkan posisi tubuh yang benar saat berdoa. Pada sikap toleransi beribadah sebanyak 19 atau 55,88% tidak mengganggu teman yang berbeda agama saat beribadah, 24 atau 70,58% siswa tidak mengejek teman yang berbeda agama, 24atau 70,58% siswa memberikan kesempatan teman yang berbeda agama untuk beribadah. Sedangkan hasil penelitian siklus II pada indikator sikap spiritual ketaatan beribadah, seluruh siswa berdoa sebelum
Berdasarkan tabel dan grafik tersebut, dapat dilihat telah terjadi peningkatan penguasaan kompetensi pengetahuan setelah diberikan tindakan. Hasil penelitian pada siklus I menunjukan bahwa persentase rerata kompetensi pengetahuan siswa 79,35% pada kategori B, sedangkan ketuntasan klasikal mencapai 82,35%. Sehingga pada siklus I penguasaan kompetensi pengetahuan IPS belum mencapai indikator keberhasilan. Kemudian penelitian dilanjutkan ke siklus II. Pada siklus II penguasaan kompetensi pengetahuan meningkat sebanyak 7,90% dari 79,35% pada kategori B menjadi 87,25% pada kategori B+. Selain persentase rerata penguasaan kompetensi pengetahuan, juga terjadi peningkatan ketuntasan klasikal sebanyak 14,70% dari 82,35% menjadi 97,05%. Penguasaan kompetensi pengetahuan IPS siswa pada pembelajaran siklus II sudah mencapai indikator keberhasilan. Berdasarkan hal tersebut, maka penelitian ini dihentikan pada siklus II. Sehingga pelaksanaan penelitian ini terdiri dari 2 siklus saja, yaitu siklus I dan siklus II. Selain penguasaan kompetensi pengetahuan IPS, penerapan model 8
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016 dan sesudah kegiatan pembelajaran. Pada sikap kekhusukan, 32 atau 94,11% siswa memejamkan mata saat berdoa, seluruh siswa tidak mengganggu teman saat berdoa, 33 atau 97,05% siswa tidak menoleh kanan kiri saat berdoa dan 32 atau 94,11% siswa menunjukkan posisi tubuh yang benar saat berdoa. Pada sikap toleransi beribadah sebanyak 29 atau 85,29% tidak mengganggu teman yang berbeda agama saat beribadah, 32 atau 94,11% siswa tidak mengejek teman yang berbeda agama, 30 atau 88,23% siswa memberikan kesempatan teman yang berbeda agama untuk beribadah. Hasil penelitian siklus I sikap sosial menunjukkan 13 atau 38,23% siswa mendengarkan teman saat berpendapat, 20 atau 58,52% siswa menanggapi pendapat teman, 29 atau 85,29% siswa tidak mencela pendapat teman. Pada sikap cinta lingkungan sebanyak 21 atau 61,76% siswa membuang sampah pada tempatnya, 23 atau 67,64% siswa menjaga kebersihan kelas dan 21 atau 61,76% siswa melaksanakan tugas kebersihan. Hasil penelitian siklus II sikap sosial menunjukkan 16 atau 47,05% siswa mendengarkan teman saat berpendapat, 22 atau 64,70% siswa menanggapi pendapat teman, 25 atau 73,52% siswa tidak mencela pendapat teman. Pada sikap cinta lingkungan sebanyak 21 atau 61,76% siswa membuang sampah pada tempatnya, 23 atau 67,64% siswa menjaga kebersihan kelas dan 21 atau 61,76 siswa melaksanakan tugas kebersihan. Pada sikap peduli sebanyak 24 atau 70,58% siswa membantu teman dalam satu kelompok permainan, sebanyak 33 atau 97,05% siswa memberikan semangat kepada teman yang sedang bertanding, dan sebanyak 24 atau 70,58% siswa saling membantu antar teman dalam diskusi kelompok. Penerapan model pembelajaran inkuri berbantuan media visual dapat menumbuhkan keterampilan abstrak siswa. Hal ini terlihat dari peningkatan secara kuantitas siswa yang memenuhi indikator penguasaan kompetensi keterampilan. Berdasarkan hasil penelitian siklus I menunjukkan sebanyak 25 atau
73,52% siswa dapat mengamati dengan baik, sebanyak 26 atau 76,47% siswa dapat menanya dengan baik, sebanyak 25 atau 73,52% siswa mengumpulkan informasi dengan cermat, sebanyak 21 siswa dapat mengasosiasi dengan cermat dan sebanyak 25 atau 73,52% siswa dapat mengomunikasikan dengan baik. Hasil penelitian siklus II menunjukkan sebanyak 25 atau 73,52% siswa dapat mengamati dengan baik, sebanyak 26 atau 76,47% siswa dapat menanya dengan baik, sebanyak 25 atau 73,52% siswa mengumpulkan informasi dengan cermat, sebanyak 21 siswa dapat mengasosiasi dengan cermat dan sebanyak 25 atau 73,52% siswa dapat mengomunikasikan dengan baik. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut. Penerapan model pembelajaran inkuiri berbantuan media visual dapat meningkatkan hasil belajar IPS siswa kelas IVA SDN 3 Ubung Denpasar. Hal tersebut terlihat dari kuantitas anak dalam pencapaian indikator sikap dan keterampilan, serta penguasaan kompetensi pengetahuan IPS pada siklus I dan siklus II telah mengalami peningkatan. Persentase rerata kompetensi pengetahuan IPS siswa pada siklus I mencapai 79,32%. Setelah dilaksanakan tindakan pada siklus II persentase rerata kompetensi pengetahuan IPS siswa mencapai 87.25%. Begitu juga dengan ketuntasan klasikal siswa pada siklus I mencapai 82.45%. Setelah dilaksanakan tindakan siklus II ketuntasan klasikal siswa mencapai 97.05%. Dengan demikian penguasaan kompetensi pengetahuan IPS siswa pada siklus I ke siklus II mengalami peningkatan sebesar 7,93%. Sementara untuk persentase rata-rata ketuntasan klasikal siswa pada siklus I ke siklus II mengalami peningkatan sebesar 14,6%. Hasil penelitian kompetensi keterampilan menunjukkan adanya peningkatan kuantitas siswa yang memenuhi indikator kompetensi 9
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016 keterampilan IPS. Kemudian secara umum data hasil belajar kompetensi sikap dalam belajar IPS menunjukkan seluruh siswa memiliki sikap yang baik dan bertambahnya kuantitas siswa yang memenuhi indikator kompetensi sikap dalam belajar IPS. Berdasarkan hasil analisis data dapat disimpulkan bahwa melalui penerapan model inkuiri berbantuan media visual terbukti dapat meningkatkan hasil belajar IPS siswa kelas IVA SDN 3 Ubung Denpasar. Berdasarkan simpulan di atas, dapat disimpulkan beberapa saran yaitu (1) bagi sekolah, model pembelajaran inkuiri berbantuan media visual dapat dijadikan salah satu alternatif model pembelajaran inovatif yang sesuai untuk membelajarkan pembelajaran tematik muatan materi IPS di sekolah dasar. Penerapan model pembelajaran inkuiri berbantuan media visual sebagai upaya mendukung kurikulum 2013 dalam meningkatkan hasil belajar siswa berupa penyelarasan kompetensi sikap, pengetahuan dan keterampilan, (2) bagi guru agar selalu mencari inovasi baru dalam pelaksanaan pembelajaran sebagai pembaharuan guna mencapai kualitas pembelajaran yang lebih optimal, (3) bagi peneliti lain yang ingin mengadakan penelitian mengenai model pembelajaran inkuiri berbantuan media visual pada muatan materi IPS maupun muatan materi pelajaran lain yang sesuai, agar memperhatikan hambatan – hambatan yang dialami pada penelitian ini sebagai bahan pertimbangan untuk perbaikan dan penyempurnaan pelaksanaan penelitian
-------,2010. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha. -------. 2016. Statistika Dasar untuk Pendidikan. Yogyakarta: CV Budi Utama Asyhar,Rayandra. 2012. Mengembangkan Pembelajaran.Jakarta: Jakarta
Dahar, Ratna W. 2006. Teori-teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Erlangga Hartono. 2012. Statistik Untuk Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Kemdikbud. 2013. Permendikbud 104 tahun 2013 tentang Penilaian Hasil Belajar 2013. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Sanjaya, Wina. 2014. Penelitian Pendidikan Jenis Metode dan Prosedur. Jakarta : Kencana Prenanda Media Grup Susanto, Ahmad. 2013. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar Edisi Pertama. Jakarta: Kencana Prenada Media Group Undang-Undang Republik Indonesia No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen. Bandung: Citra Umbara Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta: Citra Umbara
DAFTAR PUSTAKA Agung,
A.A.Gede. 2012. Metodologi Penelitian Pendidikan. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha
-------.
2014. Metodologi Penelitian Pendidikan. Singaraja: Aditya Media Publishing
Kreatif Media Refrensi
10