DAFTAR ISI Muhammad Ilyas
Meningkatkan Kemampuan Siswa Memahami Konsep Penjumlahan Bilangan Bulat Melalui Pendekatan Matematika Realistik Di Kelas IV SDN 108 Banoa Kec.Tellulimpoe Kab. Sinjai
1-13
Asraruddin L
Penggunaan Media Peta Pada Pelajaran IPS Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV SDN 35 Kota Parepare
14-23
Hj. Marhuma. M
Peningkatan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS Melalui Pembelajaran Terpadu Model Terhubung di Kelas V SDN 195 Balangpangi Kec. Tellulimpoe Kab. Sinjai
24-34
Norm ah
Meningkatkan Kemampuan Menulis Karangan Deskripsi Melalui Pendekatan Proses Pada Siswa Kelas V SDN 138 Batu Selatan
35-43
Nurjannah
Penggunaan Metode Demonstrasi Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar IPA Pada Siswa Kelas IV SDN 79 Kota Parepare
44-52
Joni Muis
Pengaruh Latihan Permainan Kasti Terhadap Peningkatan Kesegaran Jasmani Murid Sekolah Dasar Kecamatan Bacukiki Kota Parepare
53-63
Irwati
Mengatasi Kesulitan Pengurangan Bilangan Cacah Dalam Bentuk Cerita Dengan Menggunakan Alat Peraga Chart dan Abakus di Kelas III SDN 95 Jatie Kec.Tellulimpoe Kab. Sinjai
64-75
Muh. Basir
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas V Dengan Menggunakan Alat Peraga KIT IPA Pada Mata Pelajaran IPA Di SDN 38 Tombolo Kec.Tellulimpoe Kab. Sinjai
76-85
Hj. St. Asiah
Peningkatan Prestasi Belajar Bahasa Indonesia Melalui Teknik Bermain Bisik Berantai Pada Murid Kelas V SDN 202 Borongampirie Kec.Tellulimpoe Kab. Sinjai
86-96
PENGARUH LATIHAN PERMAINAN KASTI TERHADAP KESEGARAN JASMANI MURID SD KECAMATAN BACUKIKI KOTA PARE-PARE. Joni Muis PGSD FIP UNM, Joni
[email protected] Abstrak Pengaruh Latihan Permainan Kasti Terhadap Kesegaran Jasmani Murid SD Kecamatan Bacukiki Kota Pare-Pare. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh latihan permainan kasti terhadap kesegaran jasmani murid SD kecamatan bacukiki Kota Pare-Pare. Jenis penelitian adalah eksperimen. Populasi adalah murid SD Kecamatan Bacukiki Kota Parepare. Sampel yang digunakan sebanyak 60 orang murid. Penentuan sampel adalah purposive random sampling. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis deskriptij, uji persyaratan uji-t, danpada taraf signifikan 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa permainan bola kasti terhadap tingkat kesegaran jasmani berpengaruh secara signifikan. Sesuai hasil uji-t data diperoleh t0= 10.717 P < 0.05. Kata kunci: Permainan kasti, kesegaran jasmani.
Kehidupan di masa yang akan datang penuh dengan tantangan, di antaranya ancaman terhadap kualitas hidup yang berhubungan dengan kesehatan manusia. Masyarakat di negara maju sudah merasakan rangkaian akibat dari gaya hidup yang lebih banyak diam, kurang bergerak dan kelebihan kalori sebagai dampak dari otomatisasi dan kelebihan kalori. Cepat atau lambat sekarang mulai terasa masyarakat Indonesia sudah mulai menjalani gaya hidup diam, terutama dikalangan lapisan menengah keatas. Akibat yang dirasakan yaitu adalah meningkatnya penyakit regeneratif atau penyakit hipokinetik (kurang gerak), akibat langsung adalah rendahnya kemampuan dan tingginya angka sakit yang tentunya juga berdampak terhadap kesegaran jasmani seseorang. Dengan modernisasi yang serba teknologi, membatasi manusia dari aktivitas fisik berupa permainan olahraga, sehingga tingkat kebugaran fisik, tidak sesuai dengan beban aktivitas sehari-hari, termasuk beban tubuh yang ^menyebabkan malas untuk bergerak. "Melalui aktivitas fisik yang teratur maka akan diperoleh gerakan fungsi organ tubuh yang memadai bagi pembinaan
kemampuan fisik dan persendian yang lebih baik" (Rattu, 200U2). Suatu wadah yang tepat untuk menanggulangi dampak yang akan terjadi terhadap rangkaian permasalahan di masa akan datang adalah melalui pendidikan, dan salah satu kajian untuk membina pola hidup sehat adalah melalui pendidikan jasmani. Oleh sebab itu, tujuan utama pendidikan jasmani ialah membina kesehatan sekaligus kebugaran jasmani, Lutan (2000:6) mengungkapkan bahwa secara umum tujuan pendidikan jasmani untuk perkembangan organik mencakup kesegaran jasmani dan komponen dasar yang meliputi kekuatan, power, daya tahan kardiovaskuler dan daya tahan otot. Pendidikan sebagai suatu pembinaan manusia yang berlangsung seumur hidup, pendidikan jasmani yang diajarkan di sekoiah memiliki peranan yang sangat penting, yaitu memberikan kesempatan pada anak didik untuk terlibat langsung dalam berbagai pengalaman belajar melalui aktifitas jasmani, olahraga dan kesehatan yang terpilih yang dilakukan secara sistimatika, Pembekalan pengalaman belajar itu diarahkan untuk membina pertumbuhan fisik dan pengembangan psikis yang lebih baik,
sekaligus membentuk pola hidup sehat dan bugar sepanjang hayat. Pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari sistem pendidikan secara keseluruhan. Oleh karena itu, pelaksanaan pendidikan jasmani hams diarahkan pada pencapaian tujuan pendidikan tersebut. Tujuan pendidikan jasmani bukan aktifitas jasmani itu sendiri, tetapi untuk mengembangkan potensi murid melalu aktifitas jasmani (Depdiknas, 2003:34). Dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani gum harus dapat mengajarkan berbagai keterampilan gerak dasar, teknik dan strategi permainan / olahraga, internalisasi nilai-nilai (sportifitas, jujur kerjasama, dan Iain-lain) dari pembiasaan pola hidup sehat. Pelaksanaannya bukan melalui pengajaran konvensional di dalam kelas yang bersifat kajian teoritis, namun melibatkan unsur fisik mental, intelektual, emosional dan sosial. Aktivitas yang diberikan dalam pengajaran harus mendapatkan sentuhan dikdakdik-metodik, sehingga aktivitas yang dilakukan dapat mencapai tujuan pengajaran. Melalui pendidikan jasmani diharapkan siswa dapat memperoleh berbagai pengalaman untuk mengungkapkan kesan pribadi yang menyenangkan, kreatif, inovatif, terampil, meningkatkan dan memeliharan kesegaran jasmani serta pemahaman terhadap gerak manusia. Namun kenyataan di lapangan dalam masa transisi pembahan kurikulum dari kurikulum 1994 menjadi kurikulum 2004 yang semula pendidikan jasmani dan kesehatan dengan alokasi waktu 2 jam per minggu @ 40 menit, sekarang Pendidikan Jasmani dengan alokasi waktu 3 jam per minggu @ 40 menit, masih banyak kendala dalam menerapkan kurikulum tersebut. Hal ini disebabkan karena belum adanya sosialisasi secara menyeluruh di jajaran pendidikan sehingga masih banyak perbedaan penafsiran tentang pendidikan jasmani utamanya dalam pembagian waktu jam pelajaran. Untuk itu gum harus mampu mengembangkan pembelajaran yang efektif, disamping harus
memahami dan memperhatikan karakteristik dan kebutuhan siswa. Pada masa usia tersebut seluruh aspek perkembangan manusia baik itu kognitif, psikomotorik dan afektif mengalami pembahan. Pembahan yang paling mencolok adalah pertumbuhan dan perkembangan fisik dan psikologis. Salah satu materi ajar dalam pendidikan jasmani adalah permainan. Oleh sebab itu permainan atau bermain mempunyai tugas dan tujuan yang sama dengan tujuan pendidikan jasmani yaitu meningkatkan kualitas manusia, atau membentuk manusia Indonesia seutuhnya, yang mempunyai sasaran keseluruhan aspek pribadi manusia. Dalam materi bermain atau permainan dalam rangka pembelajaran pendidikan jasmani, anak akan melakukan permainan itu dengan rasa senang, pada umumnya anak merasa lebih senang melakukan permainan, daripada melakukan cabang olahraga permainan yang lain. Karena rasa senang inilah maka anak'" akan mengungkapkan kepribadiannya yang asli pada saat mereka bermain, baik itu bempa watak asli, maupun kebiasaan yang telah membentuk kepribadiannya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa dengan bermain orang dapat mengaktualisasikan potensi aktivitas manusia dalam bentuk gerak, sikap dan perilaku. Dari situasi yang timbul ini maka seorang tenaga pengajar pendidikan jasmani dapat melaksanakan kewajibannya. Sebab situasi itu bilamana perlu, guru dapat memberi pengarahan, koreksi, saran iatihan atau dorongan yang tepat agar anak didiknya berkembang lebih baik, dan dapat mencapai kedewasaan yang diharapkan. Dengan demikian dapat pula dikatakan bahwa dengan bermain lata dapat meningkatkan kualitas anak sesuai dengan aspek pribadi manusia yang secara tidak langsung dapat pula meningkatkan kesegaran jasmani murid melalui aktivitasnya. Murid dipandang sebagai salah satu sumber untuk menentukan apa yang akan dijadikan bahan pelajaran, agar kemampuan murid dapat dikembangkan seoptimal mungkin. Untuk itu perlu dipelajari
bagaimana murid tumbuh, berkembang dan belajar, apa kebutuhan dan minatnya. Menurut Yusuf (1998:31) bahwa: "Aliran progresif anak merupakan satu kesatuan yang utuh, perkembangan emosi dan sosial sama pentingnya dengan perkembangan intelektual. Isi pengajaran berasal dari pengalaman murid sendiri yang sesuai dengan minat dan kebutuhannya". Dalam rangka peningkatan kesegaran jasmani salah satu kegiatan yang ada di sekolah yaitu permainan. Tujuan permainan di sekolah adalah membantu murid dalam peningkatan kesegaran jasmani melalui pengenalan dan penanaman sikap positif serta kemampuan gerak dari berbagai aktifitas permainan, sedangkan fungsi dari permainan yang disajikan di sekolah memiliki fungsi antara lain pengembangan aspek: (1) organic, (2) neuro moscular, (3) perceptual, (4) social dan (5) emosional (Depdiknas, 2003) Dari uraian di atas dapatlah kita simpulkan bahwa Pendidikan jasmani adalah untuk memacu pertumbuhan dan perkembangan jasmani, mental, emosional dan sosial yang selaras dalam upaya membentuk dan mengembangkan kemampuan gerak, menanamkan nilai, sikap dan membiasakan hidup sehat dikalangan murid. Untuk dapat menyelaraskan perkembangan kemampuannya secara optimal, diperlukan kreatifitas guru untuk mernilih alternatif permainan yang menekankan pada aktifitas gerak murid yang lebih aktif, sehingga mampu meningkatkan tingkat kesegaran murid. Salah satu materi pelajaran yang diajarkan pada sekolah dasar yaitu permainan bola kecil dan salah satunya adalah permainan bola kasti aktivitas ini mempunyai tingkat efektifitas gerak yang dapat meningkatkan kesegaran jasmani Potensi fisik yang digunakan dalam permainan bola kasti adalah hubungan gerak organ-organ tubuh secara keseluruhan. Termasuk kontraksi otot-otot yang dilibatkan dalam melakukan teknik dasar permainan. Di sekolah. dasar kota Parepare berdasarkan pengamatan yang penulis lakukan dalam bebarapa tahun belakangan ini, dimana
keinginan murid untuk bermain masih dirasakan sangat kurang. Kendalanya pada praktek di lapangan, guru lebih menekankan pada aspek keterampilan cabang olahraga dari pada nilai-nilai akan kebutuhan murid yaitu pada penekanan bermain. Selain itu yang menjadi pokok permasalahan bentuk permainan tersebut, kurang diterapkan oleh guru pendidikan jasmani di sekolah, padahal sudah menjadi bagian dari isi kurikulum secara nasional yang diajarkan di sekolah. Inilah yang menjadi salah satu perhatian, sehingga permainan kasti dapat dijadikan pilihan dalam bentuk iatihan pada tingkat sekolah dasar, dan selama ini guru hanya terfokus pada kecabangan olahraga yang lebih banyak mengajarkan pada tingkat keterampilan Berdasarkan pada permasalahan diatas maka penelitian ini diarahkan pada permainarf kasti yang diharapkan dapat meningkatkan kesegaran jasmani Berdasarkan latar belakang masalah yang telah ' dikemukakan, maka permasalahan yang dibahas dalain penelitian ini sebagai berikut: "Apakah ada pengaruh Iatihan permainan kasti terhadap tingkat kesegaran jasmani murid SD Kecamatan Bacukiki Kota Pare-Pare" ?
Konsep Permainan Perhatikan seorang anak yang sedang bermain, alangkah gembiranya, alangkah sehatnya, alangkah tidak bebasnya, alangkah tidak resminya dan begitu seriusnya kelihatan. Kalau ibu atau ayahnya ditanya mengapa "Sonny" bermain jawaban adalah bahwa anak itu tidak dapat bekerja tanpa itu. Sebagaimana kecenderungan pada umumnya, permainan selalu mempunyai daya tarik psikologis dan Philosofhy. Sampai saat ini asal-usul dan fungsi permainan belum diketahui. Kalau dipikir permainan hanya membuang-buang waktu dan energi belaka, sekarang permaixian telah menjadi media atau perantara suatu kekuatan pada aturan sekolah dan pengembangan pribadi seseorang yang lebih besar. Kegiatan permainan binatang sama
dengan manusia, secara luas ditandai dengan kebebasan, secara spontan dan menyenangkan. permainan sangat penting untuk persiapan, pertumbuhan dan perkembangan organisme". Permainan bukanlah merupakan sisi luar aktivitas tetapi berada dalam aktivitas itu sendiri. Secara bertentangan banyak sekali perilaku anakanak yang tidak mempunyai tujuan adalah sangat berguna untuk persiapan dan aktivitas hidup dalam perilakunya. Permainan hanyalah untuk bermain saja. Selanjutnya hal tersebut mengacu pada akivitas-aktivitas yang disertai dengan pernyataan kepuasan baik mental maupun fisik yang menyenangkan, kuat, meriangkan dan merasakan inisiatif itu sendiri. Adalah penting bagi anak-anak untuk menciptakan suaru cerita ketika dia betul-betul menghentikan permainannya. Dia merusak bonekanya untuk memperbaikinya kembali. Oleh karena itu permainan merupakan imajinasi yang tinggi dan ungkapan kreativitas dari "diri sendiri" ketika kita berkata permainan merupakan sesuatu fenomena yang menarik", kita terpaksa percaya bahwa itu adalah kebutuhan hidup manusia. Permainan merupakan pengembangan dari kata main atau bermain, yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia sehari-hari. Menurut Lutan (1991:4) bahwa: "Bermain merupakan suatu kegiatan yang dilakukan secara sadar, suka rela tanpa paksaan dan tak sungguhan dalam batas waktu, tempat dan ikatan peraturan. Namun bersamaan dengan ciri itu bermain menyerap ikhtiar yang sungguhsungguh dari pemainnya disertai dengan ketegangan dan kesukaan untuk mencapai tujuan yang berada dalam kegiatan itu sendiri dan tak berkaitan dengan persoalan material, tetapi kesenangan semata yang diharapkan. Berbeda dengan Loy (dalam Lutan, 1988:8) yang memberi spesifikasi, "Bahwa bermain merupakan karakteristik utama pada olahraga. Olahraga yang merupakan permainan adalah kompetitif; dan olahraga melibatkan kombinasi beberapa keterampilan, strategi, dan kesempatan." Dalam permainan inilah, diterapkan unsur-
unsur tujuan pendidikan yang lebih konprehensif dengan mengacu pada kognitif, afektif dan psikomotor. Dengan demikian, permainan merupakan aktivitas yang bervariasi pelaksanaannya, adapun yang termasuk permainan ialah: "Permainan anak-anak, permainan tradisonal, permainan kecil, dan permainan bola besar" (Sukintaka, 1992:89). Hal itu menjadi perhatian, karena permainan bagi anak merupakan kegiatan yang membantu berkembarig menjadi remaja, dewasa hingga lanjut usia. Dengan demikian, bermain memiliki peran fungsi dalam pendidikan yang memberi kepuasan dan kebutuhan nilai-nilai. Soemitro (1992:4) menyampaikan fungsi bermain dalam pendidikan mengadung nilai-nilai: "Mental, fisik (kesehatan) dan sosial." Oleh karena itu, yang menjadi perhatian dalam konsep permainan ini adalah mental, fisik dan sosial. Konsep permainan ini, sebagai kebutuhan dalam niembentuk karakteristik murid sekolah dasar, yang dalam hal ini adalah obyek pendidikan. a. Nilai-nilai mental Permainan dalam pendidikan jasmani dan kesehatan, akan menjadi sajian dalam pembelajaran di sekolah dasar, agar setiap peserta didik atau murid diberikan kesempatan untuk mengembangkan potensi-potensinya. Melalui permainan yang diterapkan merupakan salah satu unsur pembentukan dan pembeliharaan kesehatan mental, karena mental memiliki corak yang sangat kompleks dan dipengaruhi oleh banyak faktor, yang didasarkan oleh ruang lingkupnya. Ruang lingkup yang mempengaruhi mental biasanya dihubungkan seperti yang diuraikan oleh Rani (2006:25) bahwa: "Keadaan di rumah, di sekolah, di tempat kerja, agama, dan faktor lainnya yang mempengaruhi tingkah laku agama." b. Nilai-nilai fisik Setiap aktivitas fisik yang dilakukan secara sistimatis dari rangkai gerakan dengan teknik-teknik yang berhubungan dengan permainan, dapat memberikan manfaat kesehatan atau kebugaran. Di dalam
melakukan permainan, anak-anak akan bergerak dengan berlari, melompat, melempar dan iain-lainnya. Gerakan permainan ini akan mempengaruhi peredaran darah dan pernapasan, serta komponenkomponen otot yang dilibatkan. Giam (dalam Satmoko, 1993:25) menguraikan tentang permainan dan aktivitas fisik terhadap kebugaran. Secara umum semua cabang olahraga, permainan dan aktivitas fisik sedikit banyak membantu meningkatkan kebugaran fisik secara menyeluruh. Namun terdapat perbedaan dalam tingkat dan komponen-komponen kebugaran fisik yang ditingkatkan, berdasarkan jenis dan beban aktivitas. c. Niiai-mlai sosiai Di dalam situasi permainan, diperhadapkan dengan berbagai karakter individu, baik melalui proses pembelajaran maupun dalam kompetisi, sehingga situasi seperti itu, mereka akan belajar saling memberi dan menerima. "Permainan dapat memberi selingan dari kehidupan sehari-hari, sehingga gejala sosiai yang timbul didalamnya bermanfaat secara psikologi dan mempengaruhi kesegaran jasmani" (Soemitro, 1992:8). Dengan aktivitas permainan, setiap individu atau murid akan memperlihatkan karakternya yang dibatasi dengan aturanaturan yang mengikat permainan yang dilakukan, tetapi dengan permainan itu pula akan membantu terciptanya sportifitas. Permainan kasti Permainan kasti adalah permainan kecil dengan bola kecil yang menggunakan alat, yang disederhanakan dengan disebut bola kccil. Menurut Sukintata (1992:89) bahwa yang dimaksud dengan permainan kecil adalah : "Permainan yang tidak mempunyai aturan baku, dan tidak ada organisasi induk, termasuk didalamnya ialah permainan anakanak, kasti, 'rounders', bola pukul, bola tangan, dan bola keranjang serta bentengyang dijadikan permainan pada sekolah dasar. Kata kasti berasal dari bahasa Belanda, kasti artinya suatu permainan dilapangan yang menggunakan bola kecil dan pemukul yang
terbuat dari kayu. "Permainan kasti dilakukan secara beregu, yang dimainkan oleh dua regu, setiap regu terdiri dari 12 pemain, dengan memerankan fungsinya masing-masing, yang dimainkan di lapangan berumput dan berbentuk empat persegi panjang". (Depdiknas, 2001:27) Pada permainan kasti berasal terdiri dari beberapa gerakan dasar yang digunakan dalam bermain, gerakan dasar tersebut adalah melempar, menangkap dan memukul, serta berlari, adapun uraiannya sebagai berikut: 1. Melempar, cara melakukan lemparan dalam permainan bola kasti adalah: (1) lemparan bola datar, (2) lemparan bola melambung ke atas/parabola (3) melambungkan bola pada sisi pemukul (4) lemparan bola menggelinding. 2. Menangkap bola dalam permainan kasti terdiri dari: (1) menangkap bola datar dan bola rendah, (2) menangkap bola parabola/melambung ke atas (3) menangkap bola menggelinding. 3. Memukul bola terdiri dari : (1) memukul bola mendatar, (2) memukul bola merendah, (3) memukul bola melambung. 4. Berlari dilakukan setelah memukul bola, dengan melewati tiang pertolongan/langsung ke tiang bebas, atau dapat berlari kembali ke ruang bebas untuk mendapatkan poin. Mengungkapkan dan melestarikan permainan daerah tradisional, merupakan pelestarian nilai-nilai budaya bangsa. Pengenalan kembali budaya bangsa ini diharapkan dapat menggugah perasaan dan pengertian anak tentang budaya bangsanya. Pengenalan kembali kepada yang telali lampau merupakan suatu hasil budaya fiefielc moyang, dapat dirasakan sebagai sesuatu yang dapat dinikmati sesuatu yang perlu dimiliki dan dilestarikan. Tingkat kesegaran jasmani Perkataan kesegaran jasmani lasim dikenal dengan istilah asing "physical fitness. " Physical berarti badan atau tubuh sedangkan fitness berarti segar. Jadi yang dimaksud dengan physical fitness (kesegaran jasmani) yaitu badan yang sehat dan segar.
Pengertian kesegaran jasmani dipandang sebagi suatu konsep yang mempunyai ruang lingkup yang cukup luas." Oleh karena itu, para ahli mendefenisikan sesuai dengan sudut pandang keahlian. Misalnya, dari segi kedokteran lebih menitik beratkan pada kemampuan jantung dan paru-paru. Dari bidang olahraga lebih menitik beratkan pada keberhasilan melakukan aktifitas flsik tanpa menimbulkan kelelahan yang berarti. Browell dan Hogman (1951) yang dikutip oleh Pasau (1992:68) mengatakan bahwa: "Kesegaran jasmani adalah kemampuan individu untuk mengemban tugas sampai selesai dengan baik, tanpa mengalami kelelahan yang berarti." Dari pandangan tentang kesegaran jasmani, dapat disimpulkan bahwa sebenarnya kesegaran jasmani merupakan kemampuan dasar fisik manusia yang esensial dalam dirinya yang selalu siap memikul beban tugas yang diminta atau yang dibebankan kepada individu untuk dilaksanakan sebaik-baiknya. Oleh karena itu, kesegaran jasmani adalah suatu kesanggupan atau kemampuan tubuh seseorang yang secara utuh melakukan suatu kerja atau kegiatan yang efektif dan efesien tanpa menimbulkan kelelahan yang berarti bagi seseorang dan sesudahnya masih memiliki tenaga yang cukup untuk melakukan atau melanjutkan kegiatan yang lain. Tingkat kesegaran jasmani sangat penting dan sesuai dengan kebutuhan murid yang selalu dihadapkan dengan kegiatan jadwal pelajaran yang padat, karena bila kesegaran jasmani meningkat akan dapat memberikan hal yang berarti terhadap ketahanan jasmaniah. Seseorang memiliki tingkat kesegaran jasmani yang tinggi akan memiliki kekuatan dan ketahanan untuk melakukan aktifitas kehidupan tanpa mengalami kelelahan yang berarti. Selanjutnya "Seseorang yang mempunyai dasar kesegaran jasmani yang baik, dan perkembangan badan yang kuat melalui aktifitas jasmani, akan lebih memiliki pandangan keingintahuan sebab mempunyai semangat hidup yang lebih besar dan tingkat tenaganya yang tinggi. Tenaga tersebut
diperlukan untuk menyelesaikan tugasn kegiatan rutin (Adisasmita, 1998). Dan penjelasannya dapat dikemukakan bahwa kesegaran jasmani merupakan faktor penentu dalam segala aspek kehidupan. Seorang yang memiliki tingkat kesegaran jasmani yang tinggi atau tingkat kondisi tubuh yang prima akan dapat melakukan aktifitas yang lama dengan beban yang cukup, tanpa mengalami kelelahan yang berarti. Dengan meningkatnya kesegaran jasmani murid, dia akan mempunyai daya tahan tubuh terhadap berbagai macam penyakit yang akan mengganggu aktifitas belajarnya. Kekebalan terhadap penyakit merupakan faktor yang sangat penting. Seorang murid yang dikatakan dalam kondisi baik (fit) kesegaran jasmaninya, berarti kekebalan tubuhnya terhadap serangan penyakit keturunan maupun penyakit yang datangnya dari lingkungan semakin membaik. Faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan permainan Kemampuan fisik merupakan hal yang sangat kompleks terhadap potensi tubuh, yang dipengaruhi oleh 2 faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor-faktor tersebut dalam melakukan aktivitas berpengaruh secara sistematis, yang dapat dibatasi berdasarkan kebutuhan dan tujuan yang hendak dicapai. Setiap orang yang melakukan aktivitas fisik dapat diklasifikasi dalam 4 aspek, sebagai berikut: "Aspek biologi, aspek psikologi, aspek lingkungan dan aspek penunjang" (Pasau, 1986:74). Aspek yang mendasar dalam permainan bola kasti dan bentengpada usia dini adalah aspek biologi yang diantaranya "'Fundamental motor skill, yang terdiri atas: strenght, speed, agility and coordination, power, muscular endurance, cardiorespiratory function, flexibility, balance dan accuracy serta health for sport (Pasau, 1986:75). a. Kekuatan (strength) b. Kecepatan c. Kelentukan (Flexibilitas) d. Daya tahan Hipotesis Penelitian Berdasarkan kajian teori yang ada pada tinjauan pustaka dan kerangka berpikir,
maka diperoleh beberapa jawaban sementara atas permasalahan yang telah dirumuskan yaitu: Ada pengaruh yang signifikan latihan permainan kasti terhadap peningkatan kesegaran j asmani Hipotesis statistik: Hipotesis I Ho : uAi - uA 2 = 0 H i : uAi - uA 2 f 0
Penelitian ini adalah eksperimen sungguhan karena adanya perlakuan terhadap kelompok sampel. Penelitian pengaruh antara sampel yang diberikan perlakuan permainan kasti dengan terhadap peningkatan kesegaran j asmani. Dengan lokasi penelitian yang dilaksanakan di Kota Pare-Pare. Variabel dalam penelitian ini adalah variabel bebas, yaitu latihan permainan kasti dan variabel terikat, yaitu: kesegaran jasmani Definisi operasional variabel Untuk lebih jelasnya tentang variabel antropometrik tubuh yang diselidiki, diberikan kejelasan agar tidak terjadi pemahaman yang luas, sebagai berikut: 1. Kesegaran jasmani yang dimaksud dalam penelitian adalah kemampuan flsik yang dimiliki murid dalam menunjang aktifitas kesehariannya tanpa merasakan kelelahan berlebihan. Kesegaran jasmani yang dimiliki oleh seseorang dapat diketahui setelah melalui tes kesegaran jasmani 2. Permainan kasti adalah permainan bola kecil yang menggunakan alat dengan memiliki teknik dasar, yaitu melempar, melompat, menangkap, memukul dan berlari Instrument penelitian Instrumen penelitian yang digunakan adalah tes kesegaran jasmani kelompok usia antara 10 - 12 tahun petunjuk Depdiknas (1999:3) yang mempunyai nilai validitas 0,911 dan nilai reliabilitasnya 0,844. Pada bagian ini akan dijelaskan pula tentang cara melakukan tes kesegaran jasmani
Populasi dan sampel Yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh murid Sekolah Dasar se-Kecamatan Bacukiki Kota Parepare berjumlah 3698 murid. Maka sampel yang dipilih sesuai dengan kriteria yang ditentukan berjumlah 75 murid kelas V-Vl dan berusia 1 0 - 1 2 tahun, dengan perwakilan murid SD Negeri 79 dan SD Negeri 35. Selanjutnya yang terpilih secara random sampling, pembagian kelompok ini menggunakan teknik matching ordinal Dalam teknik pengumpulan data, terlebih dahulu peneliti melakukan observasi di lapangan terutama yang berkaitan dengan kedua tes yang akan dilakukan sehingga para petugas pelaksana dan pengadaan sarana serta perlengkapan ketika tes hendak dilakukan semuanya dalam kondisi yang siap pakai. Adapun sarana dan perlengkapan yang dimaksud adalah lapangan atau lintasan lari, matras, palang tunggal, alat ukur berupa meter, stopwatch, skala meter, alat tulis, kartu nomor untuk sampel serta nomor dada. Tes yang digunakan adalah tes tingkat kesegaran jasmani dan tes spirometer. 1. Frekuensi Latihan Pelaksanaan latihan tiga kali seminggu untuk satu bentuk latihan selama enam minggu dengan frekuensi latihan sebanyak 18 kali pertemuan. 2. Pelaksanaan latihan Pelaksanaan latihan dilaksanakan dengan tiga tahapan, sebagai berikut: 1. Warming up (Pemanasan). Latihan dan materi mti. digunakan 45 menit. Materi latihan dapat dilihat pada program latihan yang dilampirkan (lihat lampiran). 2. Cooling down (Pendinginan). Cooling down ini bertujuan untuk menurunkan suhu badan atau menurunkan rangsangan otot-otot dari efek latihan. Cooling down ini biasanya dilakukan selama 5 - 1 0 menit agar e otot yang berkontraksi kembali renggang secara perlahan.
3. Materi latihan Kelompok eksperimen latihan bola kasti, materi latihan yang diberikan selama 18 kali pertemuan yang disusun dalam program latihan Data yang terkumpul tersebut perlu dianalisis secara statistik deskriptif, maupun infrensial untuk keperluan pengujian hipotesis penelitian. Adapun gambaran yang digunakan dalam peneliitian ini, sebagai berikut: 1. Analisis data secara deskriptif dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran umum tentang data yang meliputi rata-rata, dan standar deviasi. 2. Analisis secara infrensial digunakan untuk menguji hipotesis penelitian dengan menggunakan Uji t-berpasangan (Sudjana, 1992:305) sebagai berikut: Kriteria pengujian : 2. Jika Fo > Ft a 0,05 maka homogen 3. Jika Fo < Ft a 0,05 maka tidak homogen Uji lanjut untuk mengetahui pengaruh latihan permainan kasti dan permainan benteng terhadap peningkatan kesegaran jasmani dan kapasitas vital paru, maka digunakan uji — F sebagai berikut: rp _
Varian antar kelompok Varian antar kelompok
Kriteria pengujian : Jika Fo > Ft a 0,05 maka homogen Jika Fo < Ft a 0,05 maka tidak homogen Uji Prasyarat analisis : Syarat analisis yang dipergunakan untuk analisis parametrik uji t-test adalah uji normalitas data dan homogenitas varians. Teknik yang digunakan dalam menguji normalitas data adalah menggunakan Kolmogorov Smirnov pada taraf signifikan 5%
Berdasarkan hasil analisis data dalam pengujian hipotesis kemudian dilanjutkan pembahasan hasil analisis data, guna mengetahui hasil analisis yang berkaitan
dengan teori-teori yang mendasari penelitian ini. Hasil perhitungan statistik secara lengkap disajikan dalam lampiran, sedangkan penyajian hasil analisis dalam bab ini hanya merupakan rangkuman hasil analisis. A. Deskriptif Data Tes Awal Tingkat Kesegaran Jasmani Murid SD Negeri Se-Kecamatan Bacukiki Kota Parepare Data variabel-variabel penelitian yang diperoleh berdasarkan hasil tes awal tingkat kesegaran jasmani pada murid SD Negeri SeKecamatan Bacukiki Kota Parepare, terdiri dari lari 40 meter, gantung angkat tubuh, baring duduk, loncat tegak dan lari 600 meter. Data tersebut dapat dilihat pada Tabel 5, 6 dan 7 berikut ini. Berdasarkan rangkuman hasil analisis deskripsi data tes awal tingkat kesegaran jasmani murid SD Negeri SeKecamatan Bacukiki Kota Parepare, yang terdiri dari kelompok permainan bola kasti dapat dikemukakan sebagai berikut: Data awal kelompok permainan bola kasti pada tes lari 40 meter, diperoleh nilai ratarata 7,1507 dari 15 sampel dengan jumlah nilai secara keseluruhan sebanyak 107,26. Untuk nilai standar deviasi 1,07176 dengan range 5,19 dari nilai minimal 4,71 dan nilai maksimal 9,90. Untuk data tes gantung angkat tubuh, diperoleh nilai rata-rata 15,4167 dari 15 sampel dengan jumlah nilai secara keseluruhan sebanyak 231,25. Untuk nilai standar deviasi 10,5394 dengan range 33,25 dari nilai minimal 3,00 dan nilai maksimal 36,25. Untuk data tes baring duduk, diperoleh nilai rata-rata 17,8667 dari 15 sampel dengan jumlah nilai secara keseluruhan sebanyak 268,00. Untuk nilai standar deviasi 3,70071 dengan range 16,00 dari nilai minimal 10,00 dan nilai maksimal 26,00. Untuk data tes loncat tegak, -diperoleh nilai rata-rata 34.5333 dari 15 sampel dengan jumlah nilai secara keseluruhan sebanyak 518.00. Untuk nilai standar deviasi 2.92445 dengan range 11.00 dari nilai minimal 29.00 dan nilai maksimal 40.00. Untuk data tes lari 600 meter, diperoleh nilai rata-rata 2.5560 dari 15 sampel dengan jumlah nilai secara keseluruhan sebanyak 38.34. Untuk nilai standar deviasi 0.39484 dengan
range 1.J9 dari nilai minimal 2.25 dan nilai maksimal 3.44. Sedangkan hatsil secara keseluruhan data awal tingkat kesegaran jasmani pada kelompok permainan bola kasti murid SD Negeri se-Kecamatan Bacukiki Kota Parepare, diperoleh nilai rata-rata 15.2000 dari 15 sampel dengan jumlah nilai secara keseluruhan sebanyak 228.00. Untuk nilai standar deviasi 3.62925 dengan range 14,00 dari nilai minimal 9,00 dan nilai maksimal 23,00. B. Deskriptif Data Tes Awal dan Akhir Tingkat Kesegaran Jasmani Murid SD Negeri Se-Kecamatan Bacukiki Kota Parepare Data variabel-variabel penelitian yang diperoleh berdasarkan hasil tes akhir tingkat kesegaran jasmani pada murid SD Negeri Kecamatan Bacukiki Kota Parepare, terdiri dari lari 40 meter, gantung angkat tubuh, baring duduk, loncat tegak dan lari 600 meter. Data tersebut sebagai berikut. Data akhir kelompok permainan bola kasti pada tes lari 40 meter, diperoleh nilai rata-rata 6,6047 dari 15 sampel dengan jumlah nilai secara keseluruhan sebanyak 99.07. Untuk nilai standar deviasi .55784 dengan range 2,30 dari nilai minimal 5,52 dan nilai maksimal 7.82. Untuk data tes gantung angkat tubuh, diperoleh nilai ratarata 41.6733 dari 15 sampel dengan jumlah nilai secara keseluruhan sebanyak 625.10. Untuk nilai standar deviasi 9.48643 dengan range 29.15 dari nilai minimal 30,00 dan nilai maksimal 59,15. Untuk data tes baring duduk, diperoleh nilai rata-rata 21.9333 dari 15 sampel dengan jumlah nilai secara keseluruhan sebanyak 329.00. Untuk nilai standar deviasi 2.08624 dengan range 8.00 dari nilai minimal 17.00 dan nilai maksimal 25,00. Untuk data tes loncat tegak, diperoleh nilai rata-rata 41.6000 dari 15 sampel dengan jumlah nilai secara keseluruhan sebanyak 624.00. Untuk nilai standar deviasi 3.64104 dengan range 12.00 dari nilai minimal 35.00 dan nilai maksimal 47.00. Untuk data tes lari 600 meter, diperoleh nilai rata-rata 2.1873 dari 15 sampel dengan
jumlah nilai secara keseluruhan sebanyak 32.81. Untuk nilai standar deviasi 0.12887 dengan range 0.39 dari nilai minimal 2.04 dan nilai maksimal 2.43. Sedangkan hasil secara keseluruhan data akhir tingkat kesegaran jasmani murid SD Negeri Kecamatan Bacukiki Kota Parepare, pada kelompok permainan bola kasti diperoleh nilai rata-rata 20.8000 dari 15 sampel dengan jumlah nilai secara keseluruhan sebanyak 312.00. Untuk nilai standar deviasi 1.82052 dengan range 6.00 dari nilai minimal 18.00 dan nilai maksimal 24.00. Sedangkan hasil secara keseluruhan data akhir tingkat kesegaran jasmani murid SD Negeri se-Kecamatan Bacukiki Kota Parepare, pada kelompok permainan bola kasti diperoleh nilai rata-rata 18.7333 dari 15 sampel dengan jumlah nilai secara keseluruhan sebanyak 281.00. Untuk nilai standar deviasi 3.05817 dengan range 11.00 dari nilai minimal 12,00 dan nilai maksimal 23,00. C. Uji Persyaratan Data Data penelitian yang akan dianalisis secara statistik harus memenuhi syarat-syarat analisis. Untuk itu setelah data awal tingkat kesegaran jasmani dan data akhir tingkat kesegaran jasmani dilakukan perlakuan permainan bola kasti dan benteng, tanpa perlakuan terkumpul, maka sebelum dilakukan analisis statistik untuk pengujian hipotesis, terlebih dahulu dilakukan uji persyaratan yaitu normalitas dengan uji Kolmogorov-Simirnov Test. 1. Uji persyaratan tingkat kesegaran jasmani awal permainan bola kasti Dari hasil uji Kolmogorov-Smirnov Test yang dilakukan pada tingkat kesegaran jasmani diperoleh hasil uji normalitas data awal tingkat kesegaran jasmani pada permainan bola kasti, SD Negeri Kecamatan Bacukiki Kota Parepare pada tiap-tiap variabel penelitian, dapat diuraikan sebagai berikut: Dalam pengujian normalitas data tingkat kesegaran jasmani awal pada kelompok permainan bola kasti murid SD
Negeri Kecamatan Bacukiki Kota Parepare diperoleh nilai Kolmogrov - Smimov Z = 0,553 dengan tingkat probabilitas = 0,920 serta lebih besar dari pada nilai a 0,05 atau pada taraf siginifikan 95%. Dengan demikian data tingkat kesegaran jasmani murid SD Negeri Kecamatan Bacukiki Kota Parepare yang diperoleh berdistribusi normal. 2. Uji persyaratan tingkat kesegaran jasmani akhir kelompok permainan bola kasti dan benteng Dari hasil uji Kolmogorov-Smirnov Test yang di lakukan pada tingkat kesegaran jasmani pada kelompok permainan bola kasti diperoleh hasil pengujian normalitas data pada tiap-tiap variabel penelitian, dapat diuraikan sebagai berikut: Dalam pengujian normalitas data tes akhir tingkat kesegaran jasmani kelompok permainan bola kasti murid SD Negeri seKecamatan Bacukiki Kota Parepare diperoleh nilai Kolmogrov - Smirnov Z = 0.666 dengan tingkat probabilitas = 0,767 serta lebih besar dari pada nilai a 0,05 atau pada taraf siginifikan 95%. Dengan demikian data tingkat kesegaran jasmani murid SD Negeri Se-Kecamatan Bacukiki Kota Parepare yang diperoleh berdistribusi normal; D. Hasil Analisis Statistik Inferensial Analisis statistik dilakukan untuk menguji hipotesis penelitian. Setelah dilakukan pengujian normalitas dan homogenitas sampel sebagai uji persyaratan. Hasil yang dicapai pada kedua uji persyaratan sebelumnya adalah berdistribusi normal, jadi pengujian hipotesis bisa diberlakukan. 1. Hipotesis Ada pengaruh latihan permainan bola kasti terhadap tingkat kesegaran jasmani murid SD Negeri Kecamatan Bacukiki Kota Parepare. Hipotesis statistik: Ho : uAi - uA2 = 0 ft: uAi - uA2 ± 0 Dari hasil rangkuman maka nilai t h^g = 10.717 (P < 0,05), jadi H, ditolak dan Hi diterima, berarti ada perbedaan tes awal dan tes akhir. Maka ada pengaruh yang signifikan
permainan bola kasti terhadap tingkat kesegaran jasmani murid SD Negeri SeKecamatan Bacukiki Kota Parepare. Tingkat kesegaran jasmani pada kelompok permainan bola kasti Murid SD Negeri Kecamatan Bacukiki Kota Parepare, dapat dikatakan memberikan pengaruh yang signifikan, dengan nilai yang diperoleh t hitung = 10.717, serta probabilitas lebih kecil dari taraf signifikasi 0,05. Ini menunjukkan bahwa hasil dari perlakuan permainan bola kasti telah memberikan pengaruh yang signifikan terhadap tingkat kesegaran jasmani Murid SD Negeri di Kecamatan Bacukiki Kota Parepare. Dengan demikian, aspek permainan yang telah dijadikan komponen kurikulum pendidikan jasmani dan kesehatan, meningkatkan kualitas hidup berdasarkan taraf tingkat kesegaran jasmani. Sebagaimana yang diuraikan Giam dalam Satmoko (1993:25) tentang permainan dan aktivitas fisik terhadap kebugaran, "Secara umum semua cabang olahraga, permainan dan aktivitas fisik sedikit banyak membantu meningkatkan kebugaran fisik secara menyeluruh. Namun terdapat perbedaan dalam tingkat dan komponen-komponen kebugaran fisik yang ditingkatkan, berdasarkan jenis dan beban aktivitas". Sebab rujuan dari permainan yang dilakukan, tentu menghasilkan nilai fisik, apalagi jika permainan itu dilakukan secara terprogram, seperti yang telah dilakukan pada penelitian ini, dimana unsur gerak sebagai penentu pada semua aspek perubahan. Permainan merupakan pemanfaatan gerak secara menyeluruh dalam berbagai aktivitas. Sebagaimana dikemukakan Gallahue (1989) implikasi untuk program perkembangan gerak bagi anak-anak usia antara 10 sampai 12 tahun meliputi beberapa aktivitas, antara lain: "(1) Aktivitas untuk memperhalus kemampuan gerak dasar dalam daerah lokomotor, manipulasi , dan kestabilan, (2) aktivitas gerak khusus, (3) aktivitas penemuan dan pengalaman dalam obyek lingkungan, (4) aktivitas penyesuaian diri dengan tempat bermain dan lingkungan, (5)
aktivitas imajinasi dan meniru-niru, (6) aktivitas memanjat dan menggantung, (7) aktivitas dalam kelohipok kecil, (8) aktivitas berirama untuk memperhalus koordinasi, dan (9) aktivitas macam-macam cabang olahraga atau keterampilan".
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bagian terdahulu dapat disimpulkan sebagai berikut: "Permainan bola kasti berpengaruh secara signifikan terhadap peningkatan kesegaran jasmani murid SD Negeri Kecamatan Bacukiki Kota Parepare". Berdasarkan kesimpulan yang telah diuraikan di atas, maka disarankan beberapa hal yaitu: 1. Peningkatan tingkat kesegaran jasmani murid SD Negeri Kecamatan Bacukiki Kota Parepare dapat dilakukan melalui permainan bola kasti dan benteng. 2. Diharapkan setiap sekolah dapat memprogramkan permainan bola kasti dan benteng untuk peningkatan tingkat kesegaran jasmani dan perkembangan gerak melalui kegiatan kokurikuler.
Adisasmita, Yusuf, 1997. Strategi instruksional pendidikan jasmani dan olahraga. Jakarta: PPS IKIP Jakarta. Ateng, Abd. Kadir. 1993. Asas dan Landasan Pendidikan Jasmani. Jakarta: Depdikbud Ditjen Dikti. Bafirman. 1996. Pembinaan Kesegaran Jasmani. Padang: IKIP Padang. Pasau, M. Anwar. 1992. Pertumbuhan dan Perkembangan. Ujung Pandang: IKIP Ujung Pandang. Sukintaka. 2002. Teori Bermain. Depdikbud PPTK. Sutarman. 1997. Pengertian Kesegaran Jasmani dan tes Kardiorspirsi. Jakarta: Koni