PEMANFAATAN LOW RANK COAL UNTUK SEKTOR KETENAGA LISTRIKAN
Di Prersentasikan pada : SEMINAR NASIONAL BATUBARA Hotel Grand Melia, 22 – 23 Maret 2006
DJUANDA NUGRAHA I.W
PH DIREKTUR PEMBANGKITAN DAN ENERGI PRIMER PT PLN (PERSERO) 7/31/2006
Seminar Nasional Batubara
1
LATAR BELAKANG Kenaikan harga BBM Fluktuasi harga batubara sub bituminous di pasar internasional. Merupakan kebijakan Pemerintah untuk memaksimalkan pemanfaatan sumber daya batubara nasional Target sasaran energy mix dan peningkatan pangsa pasar batubara Nasional dari 11% tahun 2005 menjadi 38% tahun 2020 (Blueprint ESDM) Kebijakan energi primer PLN 7/31/2006
Seminar Nasional Batubara
2
BIAYA BAHAN BAKAR PLN TAHUN 2004 - 2006 NO 1 2 3 4 5
7/31/2006
JENIS BAHAN BAKAR BBM Gas Alam Batubara Panas Bumi Pelumas JUMLAH
BIAYA BAHAN BAKAR (Rp. X 1000) Th.2004 Th.2005 Th.2006* 14,503,507,388 25,050,393,050 51,423,430,060 3,770,838,411 4,066,242,739 5,932,535,699 3,576,415,561 4,047,647,342 5,505,093,084 1,060,445,943 1,218,170,848 1,378,924,599 315,312,404 201,013,136 242,252,556 23,226,519,707 34,583,467,115 64,482,235,998
Seminar Nasional Batubara
3
KOMPOSISI BIAYA BAHAN BAKAR & PELUMAS PLN TAHUN 2004
5%
KOMPOSISI BIAYA BAHAN BAKAR & PELUMAS PLN TAHUN 2005
1%
12%
15%
4% 1%
12%
16%
63% 71%
BBM
Gas Alam
Batubara
Panas Bumi
BBM
Pelumas
Gas Alam
Batubara
Panas Bumi
Pelumas
KOMPOSISI BIAYA BAHAN BAKAR & PELUMAS PLN TAHUN 2006* 2% 0%
9% 9%
80%
7/31/2006
BBM
Gas Alam
Batubara
Panas Bumi
Seminar Nasional Batubara
Pelumas
4
Harga Rata-Rata Kwartalan (3 bulan) Barlow Jonker) 2000 - 2005 70 60 50 40
Harga rata-rata kwartalan
US$/Ton 30 20 10
2000 2001
7/31/2006
2003
2004
2005
25
23
21
2004
19
17
13
2002
2003
15
2002
11
9
2001
7
5
2000
3
1
0
2005
Seminar Nasional Batubara
Tahun
5
KEBUTUHAN BATUBARA DOMESTIK
(Dalam Juta Ton)
23,00 (75,0%)
Listrik
2003 (R)
27,60 (76,9%)
44,00 (79,0%)
2005 2010
55,80 (75,5%) 4,77 6,20
Semen
2015
2003 (R)
7,80 9,90
2005 2010 2015
2,89
Lain-Lain
2003 (R) 2,12 2005 3,90 2010 8,40 2015 30,66
Total Konsumsi Dalam Negeri
2003(R)
35,90 55,70
2005 2010
74,00
10
20
30
40
2015
50
60
70
80
90
100
Juta ton
Keterangan : Lain-Lain : Industri Metalurgi, Kertas Pulp, Tekstil, dan Briket
Sumber : Kebijakan Batubara Nasional, 2003
7/31/2006
Seminar Nasional Batubara
6
REALISASI DAN PROYEKSI FUEL MIX UNTUK LISTRIK NASIONAL
100% 8% 90%
21%
22%
28%
24%
27%
22% 30%
8% 9% 6%
3%
3%
3%
3%
8%
3% 7%
8%
8%
8%
3% 7%
6%
6%
6%
6%
5%
5%
4% 6% 4%
6%
80% 11% 70% 3%
12% 3%
8% 10%
4%
4%
60% 50%
5%
30%
29%
26%
10% 8%
6%
6%
5%
18%
19%
5% 32%
36%
40%
32%
30%
48%
51%
54%
2010
2011
2012
36%
27%
25%
22%
19%
26%
40% 30% 20%
35%
34%
33%
2000
2001
2002
38%
41%
40%
2003
2004
2005
45%
45%
44%
44%
2006
2007
2008
2009
57%
60%
2013
2014
64%
10% 0%
Batubara
7/31/2006
Gas Alam
Panas bumi
Seminar Nasional Batubara
Tenaga Air
2015
Minyak
7
KEBIJAKAN ENERGI PRIMER PLN Pemakaian BBM hanya untuk start up dan peaking service. Pemanfaatan low rank coal, gas alam, panas bumi dan tenaga air pada pembangkitan PLN. Pemanfaatan sumber energi terbarukan lain (biomass, matahari dan angin, dll) sepanjang masih dalam batasan layak secara teknis dan ekonomis. Menyusun program jaminan pasokan energi primer untuk operasi pembangkitan PLN, antara lain kerja sama penyediaan batubara, pengadaan jangka panjang untuk batubara dan gas. Program konversi bahan bakar minyak (Gasifikasi, MFOnisasi, LPG, dan Gasifikasi Batubara) Program efisiensi bahan bakar (Fuel additive engineering) 7/31/2006
Seminar Nasional Batubara
8
KONVERSI DARI BBM – NON BBM TAHUN 2006 • • • • • • • • • • • • • •
PLTU Tj Jati B (Jateng) Unit # 1 : April 2006 [Potensi konversi = 710.400 Ton BBM] Unit # 2 : Juli 2006 [Potensi konversi = 444.000 Ton BBM] PLTU Cilacap (Jateng) Unit # 1 : Desember 2005 [Potensi konversi = 532.800 Ton BBM] Unit # 2 : Maret 2006 [Potensi konversi = 399.600 Ton BBM] PLTGU Cilegon (Banten) GT (480 MW) : Maret 2006 [Potensi konversi = 319.000 Ton BBM] ST (260 MW) : Oktober 2006 [Potensi konversi = 219.000 Ton BBM] PLTA Musi (Sumsel) Unit # 1 (70 MW) : Januari 2006 [Potensi konversi = 52.500 Ton BBM] Unit #2 (70 MW) : Pebruari 2006 [Potensi konversi = 48.090 Ton BBM] PLTA Renun (Sumut) 82 MW : Desember 2005 [Potensi konversi = 98.400 Ton BBM]
•
TOTAL POTENSI PENGURANGAN BBM TAHUN 2006 = 2.823.790 TON
7/31/2006
Seminar Nasional Batubara
9
GRAFIK REALISASI & RENCANA PRODUKSI LISTRIK PER JENIS ENERGI PRIMER TAHUN 2004 s/d 2010 50,000 45,000
MFO
40,000
HSD
35,000
IDO
GWh
30,000 25,000
GAS
20,000
HYDRO
15,000
PANAS BUMI
10,000
BATUBARA
5,000 2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
TAHUN 7/31/2006
Seminar Nasional Batubara
10
RENCANA PEMBANGUNAN PEMBANGKIT NON BBM (Sistem Jawa-Bali 2006 ~ 2010)
Asumsi hanya tersedia suplai Gas committed untuk pembangkit BBG eksisting Komposisi pembangkit • Membangun PLTU batubara baru 7800 MW, dengan target selesai kurang dari 27 bulan • PLTG BBM eksisting 1600 MW tetap berfungsi sebagai pemikul beban puncak • PLTGU BBG eksisting 2500 MW berfungsi sebagai pemikul beban medium • PLTG/GU/U BBM tidak beroperasi 3000 MW (menunggu pasokan gas) Produksi Energi • Produksi 48 Twh per tahun dari PLTU batubara, • 18,5 TWh diantaranya mensubstitusi 5,5 Juta kl BBM dari pembangkit eksisting • Mengurangi biaya bakar sebesar Rp 24,2 Trilyun • PLTGU BBG eksisting 4800 MW berfungsi sebagai pemikul beban medium Kebutuhan investasi • PLN membangun 1800 MW PLTU dengan investasi Rp 17,5 Trilyun • PLN membeli listrik 6000 MW dari liswas, dengan pembayaran sekitar Rp 13,7 Trilyun per tahun 7/31/2006
Seminar Nasional Batubara
11
RENCANA PEMBANGUNAN PEMBANGKIT NON BBM (Luar Jawa-Bali 2006 ~ 2010) Tambahan pembangkit • PLTU batubara 3000 MW • PLTD/G BBM eksisting 2900 MW tetap berfungsi sebagai pemikul beban puncak/medium • PLTGU BBG/M eksisting 800 MW berfungsi sebagai pemikul beban medium • PLTD/G/U BBM eksisting 1340 MW tidak beroperasi (retired) Kebutuhan Investasi PLTU Batubara • USD 3,3 Milyar • Produksi Energi 18,4 TWh per tahun dari PLTU batubara baru • Mensubstitusi 5,4 juta kl BBM 7/31/2006
Seminar Nasional Batubara
12
KEBUTUHAN BATUBARA ( Ribu Ton ) 80000 70000 60000 50000 PLN + IP + PJB 40000 30000
IPP Total Indonesia
20000 10000
7/31/2006
20 14
20 12
20 10
20 08
20 06
0
Seminar Nasional Batubara
13
PROSPEK PEMANFAATAN LRC Sekitar 49% cadangan batubara Indonesia merupakan LRC (sekitar 4 milyar ton) Kebutuhan LRC domestik dan ekspor masih rendah Mutu LRC dapat ditingkatkan melalui proses blending dan atau UBC (Upgrading Brown Coal) maupun diubah menjadi BBG (Coal Gasification) atau BBM (Coal Liquifaction) Sudah digunakan untuk PLTU Asam-Asam dan sebagian PLTU Suralaya Harga LRC belum mengacu harga pasar, sehingga relatif lebih murah Masih ekonomis diangkut untuk jarak jauh 7/31/2006
Seminar Nasional Batubara
14
KEBUTUHAN LRC ( Ribu Ton ) P L N + IP
IP P
T o ta l
T ah u n J a m a li
L . J a m a li
2006
2 .4 0 0
500
2007
2 .4 0 0
2008
J a m a li
L . J a m a li
2 .9 0 0
2 .2 0 0
200
2 .4 0 0
5 .3 0 0
1 .2 0 0
3 .6 0 0
2 .6 0 0
500
3 .1 0 0
6 .7 0 0
2 .4 0 0
2 .8 0 0
5 .2 0 0
2 .6 0 0
1 .2 0 0
3 .8 0 0
9 .0 0 0
2009
2 .4 0 0
3 .4 0 0
5 .8 0 0
5 .3 0 0
2 .6 0 0
7 .9 0 0
1 3 .7 0 0
2010
6 .6 0 0
3 .8 0 0
1 0 .4 0 0
1 2 .4 0 0
4 .2 0 0
1 6 .6 0 0
2 7 .0 0 0
2011
6 .6 0 0
4 .1 0 0
1 0 .7 0 0
1 7 .3 0 0
5 .4 0 0
2 2 .7 0 0
3 3 .4 0 0
2012
6 .6 0 0
4 .1 0 0
1 0 .7 0 0
2 1 .8 0 0
5 .9 0 0
2 7 .7 0 0
3 8 .4 0 0
2013
6 .6 0 0
4 .1 0 0
1 0 .7 0 0
2 6 .1 0 0
7 .3 0 0
3 3 .4 0 0
4 4 .1 0 0
2014
8 .8 0 0
4 .9 0 0
1 3 .7 0 0
2 6 .1 0 0
8 .8 0 0
3 4 .9 0 0
4 8 .6 0 0
2015
1 3 .2 0 0
5 .6 0 0
1 8 .8 0 0
2 6 .1 0 0
1 1 .6 0 0
3 7 .7 0 0
5 6 .5 0 0
T o ta l
5 8 .0 0 0
3 4 .5 0 0
9 2 .5 0 0
1 4 2 .5 0 0
4 7 .7 0 0
1 9 0 .2 0 0
2 8 2 .7 0 0
7/31/2006
T o ta l
Seminar Nasional Batubara
T o ta l
In d o n e s ia
15
KEBUTUHAN LRC ( Ribu Ton ) 60000
50000
40000
30000
PLN + IP IPP T otal
20000
10000
0 2006
2007
7/31/2006
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
Seminar Nasional Batubara
2015
16
KENDALA PEMANFAATAN LRC
Biaya investasi, operasi dan pemeliharaan PLTU dengan LRC lebih tinggi dibandingkan dengan menggunakan batubara sub bituminous.
Perlu modifikasi PLTU yang telah didesain dengan menggunakan batubara sub bituminous.
Sumber LRC berada di pedalaman Sumatera (Sumsel, Riau dan Jambi) dan dipedalaman Kalimantan (Kalsel dan Kaltim), sehingga jauh dari pusat beban
Total Moisture (TM) rata-rata sekitar 40%, sehingga biaya transportasi lebih mahal
Nilai Kalori rata-rata < 5000 kCal/kg, sehingga untuk kebutuhan kalori yang sama dibutuhkan volume yang lebih besar
Nilai Hardgrove Grindability Index (HGI) tinggi, sehingga tidak dapat disimpan dalam waktu lama ( >5 hari) dan menyebabkan operasi coal mill tidak optimum.
Ash Fusion rendah, sehingga sering menimbulkan slagging dan fouling
7/31/2006
Seminar Nasional Batubara
17
TIPIKAL SPESIFIKASI LRC
Gross Calorific Value Min 4300 kCal/kg (ar) HGI 45-65 TM 35% Max Ash Fusion 1200oC Min Sulfur Content 0.8% Max Ash Content 5% Max
7/31/2006
Seminar Nasional Batubara
18
POLA PENGADAAN LRC • Kerjasama operasi dengan KP/PKP2B. – Khususnya dengan KP/PKP2B yang belum produksi. – Memberikan jaminan investasi dan pasokan jangka panjang.
• Pengadaan jangka panjang (5 ~ 20 tahun) – Untuk KP/PKP2B yang memiliki cadangan terukur > 100 juta ton. – Memberikan jaminan investasi dan pasokan jangka panjang.
• Pengadaan jangka menengah (< 5 tahun) – Membuka pasar bagi KP/PKP2B yang memiliki cadangan tidak terlalu besar. – Sebagai penyangga pasokan LRC dan keseimbangan harga.
• Pengadaan Spot. – Untuk kebutuhan emergensi dan fluktuasi beban. 7/31/2006
Seminar Nasional Batubara
19
Distribution of Main Low Rank Coal Deposits in Indonesia
7/31/2006
Seminar Nasional Batubara
20
Next
Peta Penyebaran Sumberdaya Batubara Terukur dan Cadangannya di Indonesia
Jambi
94,22
Kalimantan Timur
Aceh
9,00
90,40
6385,13
1,48 2410,33 0
Papua
0
15,15
336,62
Kalimantan Barat
Riau 36,07
Sumatera Barat
0
206,7
48,59
0
Kalimantan Tengah
181,24
1787,32 21,12
Bengkulu
3109,21
Kalimantan Selatan
62,18 2653,98
0,06
1970,75
Sumatera Selatan
21,20
Sulawesi Selatan
0 0
Banten
Keterangan (juta ton) :
Terukur (measured) Mineable
7/31/2006
Seminar Nasional Batubara
21
Next
COAL QUALITY IN INDONESIA
1,0% 24,0%
49,0%
Low Middle High Very High
26,0%
7/31/2006
Seminar Nasional Batubara
Source : Directorate General Geology and Mineral Resources
22
Back
KESIMPULAN • Kenaikan harga BBM mengakibatkan biaya tinggi di PLN. • Selama penentuan tarif dasar listrik (TDL) belum mengikuti mekanisme pasar, PLN sulit mengikuti fluktuasi harga batubara di pasar internasional. • PLN siap melaksanakan kebijakan pemerintah dengan memanfaatkan potensi LRC tetapi diharapkan adanya jaminan pasar domestik melalui implementasi DMO dengan harga yang wajar dan stabil berdasarkan biaya pokok produksi. • Target sasaran energi mix dan Kebijakan Energi Primer PLN diyakini akan menurunkan biaya operasi PLN. 7/31/2006
Seminar Nasional Batubara
23