J.Tek.Ling
Edisi. Khusus
Hal. 79-85
Jakarta, Juli. 2006
ISSN 1441 – 318x
PEMANFAATAN LADANG GAS MARGINAL UNTUK SUPLAI SEKTOR TRANSPORTASI DI WILAYAH PANTURA Irawan Rahardjo Peneliti pada Pusat Teknologi Konversi dan Konservasi Energi Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi Abstract As the oil energy demand for the transportation sector in the northern of Java coastal area is high, that area has a high potential for oil substitution to gas. The substitution not only can reduce oil consumption but can also can reduce pollutant emissions from oil combustion. The substitution, gas besides can be supplied from the existing gas fields, but also can be supplied from marginal gas fields that are in the Java coastal areas.An analysis result showed that gas utilization from marginal gas fields needs to be reconsidered, because the gas reserve in the marginal gas field in that area in relatively small and it is not enough infrastructure to utilized that gas fields for that area. Key words: Gas fuel, Transportation, Clean energy 1.
PENDAHULUAN
Gas bumi merupakan salah satu sumber energi yang berpotensi untuk mensubstitusi penggunaan bahan bakar minyak (BBM) mengingat cadangannya cukup besar di Indonesia dan bahan bakar ini cukup fleksibel untuk digunakan di sektor transportasi. Di samping itu, gas bumi dapat dikategorikan sebagai sumber energi yang relatif lebih bersih bila dibandingkan dengan bahan bakar fosil lainnya, seperti: batubara dan BBM. Tingkat emisi CO2, SO 2 dan NOx yang dihasilkan dari pembakaran gas bumi lebih rendah bila dibandingkan dengan emisi dari pembakaran batubara dan BBM. Sebagai salah satu sumber energi yang bersih pemanfaatan gas bumi tidak memberikan dampak lingkungan yang besar.
sektor
Dibandingkan dengan sektorlainnya, sektor transportasi
merupakan sektor yang paling berpotensi untuk melaksanakan substitusi BBM dengan bahan bakar gas (BBG) , mengingat lebih dari 95% kebutuhan energi di sektor transportasi di Indonesia saat ini masih menggunakan BBM. Sebagaimana diketahui sektor transportasi merupakan sektor penunjang bagi peningkatan pertumbuhan ekonomi, sehingga kebutuhan energi di sektor transportasi di Pulau Jawa lebih besar daripada di wilayah lain. Hal ini dikarenakan Pulau Jawa merupakan pusat perekonomian, disamping itu kebutuhan energi yang tinggi di Jawa juga disebabkan sekitar 59% dari total populasi Indonesia tinggal di Pulau Jawa. Untuk memudahkan mobilitas penduduk dan angkutan barang dari satu daerah ke daerah lainnya, di sepanjang Pulau Jawa terdapat jalur-jalur transportasi darat, baik yang merupakan jalan raya maupun rel kereta api. Di antara jalur-jalur transportasi yang ada di Pulau Jawa
Rahardjo, I. 2006
80
(dalam hal ini jalan raya), jalur transportasi darat di sepanjang Pantai Utara Jawa (Pantura) merupakan jalur transportasi yang paling padat dibandingkan dengan jalur transportasi lainnya. Suplai energi untuk memenuhi kebutuhan energi sektor transportasi di wilayah Pantura selain dapat diperoleh dari suplai energi yang telah ada, dapat pula dilakukan dengan memanfaatkan gas bumi yang dihasilkan dari ladangladang gas marginal yang tersebar di bagian sebelah utara Pulau Jawa. 2.
Berdasarkan data penggunaan energi Indonesia, pendapatan nasional dan jumlah penduduk dapat dilakukan regresi linier dengan menggunakan perangkat lunak Eviews.. Dengan menggunakan parameter a dan ß yang diperoleh dari hasil regresi tersebut di atas, maka pangsa penggunaan energi untuk wilayah Pantura terhadap pangsa penggunaan energi nasional dapat ditentukan. Rumus yang digunakan untuk menghitung pangsa ditunjukkan pada Persamaan 2.
METODOLOGI
Dalam teori ekonomi ditunjukkan bahwa pertumbuhan permintaan energi dipengaruhi oleh pertumbuhan pendapatan nasional dan pertumbuhan penduduk. Dengan menggunakan analisis regresi dapat ditentukan nilai korelasi antara pertumbuhan pendapatan nasional dan penduduk terhadap pertumbuhan permintaan energi. Oleh karena data permintaan energi yang spesifik untuk wilayah Pantura tidak ada, maka untuk memprakirakan pertumbuhan permintaan energi digunakan analisis regresi. Persamaan yang digunakan untuk regresi secara umum ditunjukkan pada Persamaan 1.
α E Y ln = ln ...........(2) P 2003 1 − β P 2003 Dengan menggunakan data Pantura tahun 2003 yang meliputi PDRB dan jumlah penduduk maka dengan menggunakan Persamaan 2 dapat ditentukan pangsa penggunaan energi di setiap sektor wilayah Pantura. Selanjutnya dengan menggunakan Rumus di bawah ini:
α E Y ln = ln .................. (3) P t 1− β P t
E Y E ln = α ln + β ln ......(1) P P t t P t −1
dapat diprakiraan permintaan energi per sektor di Pantura sampai tahun 2020 dengan menggunakan asumsi pertumbuhan PDRB dan pertumbuhan penduduk seperti yang sudah dibahas sebelumnya.
dengan:
3.
E = energi per sektor (industri, transportasi, rumah tangga, dan bahan baku) Y = pendapatan nasional P = jumlah penduduk a dan ß adalah parameter
81
POTENSI PEMANFAATAN GAS BUMI DI WILAYAH PANTURA
Agregat permintaan energi untuk setiap wilayah ditunjukkan pada Gambar 1. Permintaan energi di Pantura meningkat dari sebesar 202 juta SBM pada tahun 2003 menjadi 592 juta SBM pada tahun 2020 atau meningkat ratarata sebesar 6,5% per tahun. Pangsa permintaan energi di Pantura tetap
Pemanfaatan Ladang…………..J. Tek. Ling. PTL-BPPT. Ed. Khusus: 79- 85
sebesar 34% dari total permintaan energi Indonesia. Proyeksi permintaan energi di Pantura untuk setiap sektor ditunjukkan pada Gambar 2. Sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 2, sektor industri merupakan sektor yang paling besar menggunakan energi dengan pangsa mencapai 45% dari total permintaan energi. Diikuti oleh sektor
transportasi dengan pangsa sebesar 29%, sektor rumah tangga 25% dan sisanya sebesar 1% digunakan untuk bahan baku. Permintaan energi di sektor industri tumbuh paling pesat rata-rata sebesar 7% per tahun, sektor transportasi dan rumah tangga tumbuh sebesar 6% per tahun sedangkan untuk bahan baku pertumbuhannya hanya sebesar 4% per tahun.
2000 1800
Luar Jawa Luar Pantura Pantura
1600 Juta SBM
1400 1200 1000 800 600 400 200
2020
2019
2018
2017
2016
2015
2014
2013
2012
2011
2010
2009
2008
2007
2006
2005
2004
2003
0
Gambar 1. Proyeksi Permintaan Energi Final di Pantura dan Indonesia
700
Bahan Baku RT Transport Industri
600
Juta SBM
500 400 300 200 100
2020
2019
2018
2017
2016
2015
2014
2013
2012
2011
2010
2009
2008
2007
2006
2005
2004
2003
0
Gambar 2. Proyeksi Permintaan Energi Final per Sektor di Pantura
Rahardjo, I. 2006
82
Dalam makalah ini pemanfaatan gas bumi hanya difokuskan untuk sektor industri dan sektor transportasi. Berdasarkan data historis, pangsa penggunaan gas bumi nasional pada tahun 2003 mencapai 17% dari total penggunaan energi nasional. Pemanfaatan gas bumi diperkirakan akan terus meningkat pangsanya dimasa datang. Sesuai dengan Peraturan Presiden No.5 tahun 2006 pemerintah mentargetkan bahwa pemanfaatan gas bumi pada tahun 2025 sedikitnya 33% dari total energi mix nasional. Berdasarkan pertimbangan di atas maka pemanfaatan gas bumi di Pantura untuk sektor industri dan transportasi dapat dihitung dari hasil proyeksi permintaan energi final. Hasil perhitungan ditunjukkan pada Tabel 1. Pertumbuhan pemanfaatan gas bumi diprakirakan ratarata sebesar 10% per tahun baik untuk
sektor industri maupun sektor transportasi. Permanfaatan BBG untuk sektor transportasi meningkat dari 84.261 MMSCF pada tahun 2007 menjadi 282.056 MMSCF pada tahun 2020. Sedangkan untuk sektor industri meningkat dari 134.450 MMSCF pada tahun 2007 menjadi 470.038 MMSCF pada tahun 2020. 4.
SUMBER GAS BUMI
Total cadangan terbukti gas bumi di Indonesia saat ini mencapai 90 TSCF. Dengan tingkat produksi seperti pada tahun 2002 yaitu sebesar 3 TSCF per tahun maka pasokan gas bumi mampu untuk mencukupi kebutuhan sekitar 30 (1) tahun mendatang . Disamping cadangan terbukti tersebut, ada juga cadangan gas marginal yang ada di sekitar Pulau Jawa.
Tabel 1. Potensi Pemanfaatan Gas Bumi di Pantura Sektor Industri
Satuan Juta SBM MMSCF
Transport
Juta SBM MMSCF
Totat
Juta SBM MMSCF
2007
2015
2020
31,33
50,99
81,48
134.450
180.753
294.155
470.038
14,61
19,46
31,14
48,90
84.261
112.233
179.624
282.056
37,91
50,79
82,13
130,38
218.711
292.986
473.780
752.094
4.1. Ladang Gas Marginal Pada dasarnya pemanfaatan cadangan gas bumi pada suatu wilayah dilakukan dengan mempertimbangkan ketersediaannya (jumlah cadangan dan lokasi), kebutuhan atau pasar (jumlah dan lokasi) dan infrastruktur gas bumi yang diperlukan serta kelayakan teknis (meliputi: spesifikasi dan deliverability) dan kelayakan ekonomis. Diantara cadangan gas bumi yang ada di Pulau Jawa, terdapat sumber gas bumi marginal (sumber gas bumi yang tidak ekonomis bila dieksploitasi dengan teknologi yang ada saat ini). Berdasarkan 83
2010
23,31
data dari Pertamina sumber gas bumi marginal di willayah Pantura, yaitu: a. Pertamina, North Coast of West Java - Subang
941 BSCF
- Tunggulmaung
84 BSCF
- Waled Utara
51 BSCF
- Haurgeulis
35 BSCF
- Sindang
22 BSCF
- Lainnya (8 lokasi, 2 – 8 BSCF) 29 BSCF
Pemanfaatan Ladang…………..J. Tek. Ling. PTL-BPPT. Ed. Khusus: 79- 85
b. Pertamina, North Coast of Central/East Java - Kradenan
199 BSCF
- Randugunting
14 BSCF
4.2. Ketersediaan Pasokan Gas Bumi
c. Kontraktor Asing, Offshore of West Java - MAXUS, SES Field
363 BSCF
- ARCO, Arimbi Field
175 BSCF
adalah teknologi pengolahan yang berskala kecil, seperti: LNG mini plant .
Oleh karena besar cadangan ladang gas marginal relatif kecil, maka eksploitasi ladang gas marginal dapat menjadi ekonomis jika teknologi yang digunakan untuk pengolahan gas bumi
Dengan mengambil asumsi bahwa pasokan BBG dari ladang marginal mulai beroperasi tahun 2007 dan dengan mempertimbangkan pertumbuhan kebutuhan BBG (lihat Tabel 1) maka ladang gas marginal mampu untuk memenuhi kebutuhan sektor transportasi selama 12 tahun. Bila digunakan untuk memenuhi kebutuhan sektor tranportasi dan sektor industri maka hanya dapat digunakan selama 6 tahun. Pada Gambar 3 ditunjukkan kebutuhan kumulatif BBG di Pantura.
7,000,000 Kebutuhan Sektor Transportasi (kumulatif) Kebutuhan Sektor Transport&Industri (kumulatif) Cadangan Gas Marginal
6,000,000
MMSCF
5,000,000 4,000,000 3,000,000 2,000,000 1,000,000
2020
2019
2018
2017
2016
2015
2014
2013
2012
2011
2010
2009
2008
2007
2006
0
Gambar 3. Kebutuhan Kumulatif BBG di Pantura 5.
INFRASTRUKTUR SUPLAI GAS BUMI UNTUK BBG SEKTOR TRANSPORTASI
Gas bumi yang mempunyai nilai ganda (selain digunakan sebagai bahan bakar juga dapat dimanfaatkan untuk bahan baku industri) penyalurannya dari ladang-ladang gas memerlukan jaringan pipa gas. Sampai saat ini pembangunan jaringan pipa gas di Indonesia belum terintegrasi sehingga hanya daerah-
daerah yang dilalui pipa gas saja yang dapat memanfaatkan gas bumi. Berlainan dengan sektor industri yang untuk mendapatkan suplai gas bumi cukup dengan memanfaatkan jaringan pipa transmisi atau distribusi gas, maka untuk sektor transportasi untuk mendapatkan suplai gas bumi (BBG) selain diperlukan jaringan pipa transmisi dan distribusi juga diperlukan unit-unit Stasiun Pengisian Bahan Bakar Gas (SPBG). Saat ini hampir semua SPBG
Rahardjo, I. 2006
84
yang ada dibangun di dalam kota, yang mana suplai gas didapat dengan memanfaatkan jaringan pipa distribusi gas yang semula dibangun untuk keperluan suplai gas ke sektor rumah tangga. Untuk dapat memanfaatkan gas bumi dari ladang gas marginal bagi pemenuhan kebutuhan BBG sektor transportasi di jalur Pantura perlu dibangun jalur pipa distribusi dan SPBG baru dengan biaya investasi dan operasi serta pemeliharaan yang cukup tinggi. Biaya investasi pipa distribusi gas yang berukuran 32 inchi (dengan kapasitas 1.500 MMSCFD) adalah sebesar 1,24 MMUSD/km, dan biaya operasi serta pemeliharaannya sebesar 0,003 USD/SCF (2) . Dibandingkan dengan Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU), biaya investasi SPBG juga cukup besar yaitu mencapai 100.000 USD (dengan kapasitas 1200 kendaraan/hari) (3) . .6.
KESIMPULAN
Gas bumi memiliki peluang sebagai substusi BBM pada sektor transportasi di wilayah Pantura mengingat kebutuhan BBM sektor transportasi di wilayah ini cukup tinggi. Substitusi BBM dengan menggunakan bahan bakar gas tidak saja mengurangi ketergantungan pada minyak bumi, tetapi juga mengurangi dampak lingkungan akibat pembakaran BBM. Meskipun demikian pemanfaatan gas bumi dari ladang gas marginal untuk sektor transportasi di wilayah Pantura 6. BP-Migas, Kegiatan Usaha Hulu Gas Bumi di Indonesia, Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi, http://www.bpmigas.com/ kegiatan-gas.asp, diakses 20 Maret 2006.
85
perlu dipertimbangkan lagi. Hal ini mengingat besar cadangan gas bumi di ladang gas marginal tidak terlalu besar sehingga hanya mampu untuk memenuhi kebutuhan sektor transportasi selama 12 tahun. Disamping itu agar pemanfaatan gas dapat dilakukan secara ekonomis diperlukan teknologi pengolahan gas bumi ber skala kecil, seperti: LNG mini plant. Infrastruktur jaringan pipa distribusi gas di wilayah Pantura juga belum memadai sehingga untuk membangun jalur pipa distribusi yang baru dan unitunit SPBG memerlukan biaya yang tinggi DAFTAR PUSTAKA 1. DESDM, Kebijakan Energi Nasional 2003-2020, Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral, 2004. 2. PTPSE, BPPT, Kajian Teknoekonomi Transportasi LNG Sebagai BBG ke SPBG di Wilayah Pantura, 2006 3. Indonesian National Project Team– AUSAID, The Future Demand for Natural Gas in Indonesian Regions with Particular Reference to the Use of CNG in Transport, The AseanAustralian Economic Cooperation Program (AAECP) Energy Policy and Systems Analysis Project, 2004. 4. QMS,EViews 3: User’s Guide, Quantitative Micro Software, California, 2004. 5. Chive Fuels Ltd, Cleaner Vehicle Fuel Natural Gas for Road Transport, www.chive-ltd.co.uk, diakses 18 Mei 2006. 7. Directorate General of Oil and Gas, Study for Development of Gas Infrastructure in Java, Final Report, Ministry of Mine and Energy, 2000.
Pemanfaatan Ladang…………..J. Tek. Ling. PTL-BPPT. Ed. Khusus: 79- 85