KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM PEMANFAATAN LAHAN MARGINAL UNTUK PENGEMBANGAN SUB SEKTOR PERKEBUNAN
Disampaikan pada acara : Seminar Nasional Optimalisasi Pemanfaatan Lahan Marginal Untuk Pengembangan Usaha Perkebunan Hotel Sheraton, Surabaya 29-30 April 2015
DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN 2015
SISTEMATIKA
I.
PENDAHULUAN
II.
POTENSI OPTIMALISASI LAHAN
III.
KEBUTUHAN MENDESAK
IV. PERMASALAHAN DAN HAMBATAN V.
STRATEGI IMPLEMENTASI DAN SOLUSI
VI. KEBIJAKAN YANG DIPERLUKAN VII. DUKUNGAN DARI INSTANSI TERKAIT
I. PENDAHULUAN
Perkebunan adalah segala kegiatan pengelolaan sumber daya alam, sumber daya manusia, sarana produksi, alat dan mesin, budi daya, panen, pengolahan, dan pemasaran terkait Tanaman Perkebunan (UU No. 39 tahun 2014 tentang Perkebunan);
Fungsi perkebunan : Ekonomi, yaitu peningkatan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat serta penguatan struktur ekonomi wilayah dan nasional; Ekologi, yaitu peningkatan konservasi tanah dan air, penyerap karbon, penyedia oksigen, dan penyangga kawasan lindung; dan Sosial budaya, yaitu sebagai perekat dan pemersatu bangsa
Pemanfaatan lahan marginal melalui pengembangan usaha perkebunan dilaksanakan untuk mengembalikan kemampuan tanah dalam mendukung kegiatan fisiologis tanaman yang memerlukan perencanaan yang terprogram dan continue serta dukungan modal;
PERAN PENTING PERKEBUNAN • Sumber Devisa ekspor komoditi primer perkebunan > US$ 26,78 milyar (2014) • Penerimaan Negara : a. Cukai rokok Rp. 80 trilyun (2012), Rp. 95 trilyun (2013), Rp 96,86 trilyun (2014) b. Pajak Ekspor Rp. 23,2 trilyun (2012) , Rp. 31,7 trilyun (2013), c. Bea masuk Rp. 24,7 trilyun (2012), Rp. 27,1 (2013)
• Bahan Baku Industri industri ban, oleochemical, rokok, minyak makan, gula, coklat dll. • Bahan Pangan tebu, kelapa, minyak sawit, kakao, j.mete • Bahan biofuel/energi tebu, kelapa, minyak sawit, kemiri sunan, jarak pagar • Kesempatan Kerja dan Sumber Pendapatan Pekebun 22,71 juta KK tergantung dari on farm perkebunan • Pengembangan wilayah banyak daerah berkembang karena ekonomi berbasis perkebunan 4
II. POTENSI OPTIMALISASI LAHAN Potensi optimalisasi pada lahan perkebunan: o terlantar, o lahan dari tanaman belum menghasilkan (TBM); o lahan tanaman menghasilkan (TM); o lahan berasal dari kawasan hutan/APL. Tanah terlantar adalah tanah yang sudah diberikan hak oleh negara berupa Hak Milik, Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan, Hak Pakai dan Hak Pengelolaan, atau dasar penguasaan atas tanah yang tidak diusahakan, tidak dipergunakan, atau tidak dimanfaatkan sesuai dengan keadaannya atau sifat dan tujuan pemberian hak atau dasar penguasaannya (Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional RI Nomor 4 tahun 2010 tentang Tata Cara Penertiban Tanah Terlantar). Berdasarkan data BPN, akhir tahun 2014 potensi lahan terlantar mencapai sekitar 7,5 juta ha. Area lahan terlantar ini terdapat pada sejumlah titik, seperti area bekas kawasan hutan yang kerap digunakan untuk perkebunan atau pertambangan namun belum termanfaatkan.
lanjutan
Potensi lahan usaha perkebunan pada tahun 2013 seluas 21,1 juta ha meliputi: o tanaman belum menghasilkan (TBM) seluas 4,31 juta ha dan o tanaman menghasilkan (TM) seluas 16,79 juta ha Pemanfaatan lahan usaha perkebunan pada areal tanaman belum menghasilkan (TBM) dapat dilakukan intercropping dengan tanaman pangan sebagai upaya mendukung ketahanan pangan, khususnya padi, jagung dan kedelai (pajale). Sudah banyak diterapkan pada usaha perkebunan kelapa sawit, karet, kopi, kakao, kelapa. Pemanfaatan lahan usaha perkebunan pada areal tanaman menghasilkan (TM) dapat dilakukan integrasi dengan ternak dalam rangka mendukung swasembada daging. Sudah banyak diterapkan pada usaha perkebunan kelapa sawit.
Luas Areal Perkebunan (PR, PBN dan PBS) Seluruh Indonesia Tahun 2013
No. 1. 2. 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
KOMODITI Kelapa Sawit Karet Kakao Kelapa Kopi Robusta Kopi Arabika Teh Lada Cengkeh Jambu Mete Jarak Pagar Kemiri Sunan Tebu Tembakau Kapas Nilam JUMLAH
TBM (Ha) 2.454.080 381.384 446.265 519.099 113.162 70.082 6.688 39.850 111.803 143.672 11.583 953 1.853 3.249 2.252 5.917 4.311.892
Sumber : Ditjen. Perkebunan (data diolah)
Luas Areal TM (Ha) 7.856.255 2.990.218 878.252 2.621.696 701.953 212.454 99.261 111.320 313.028 323.089 15.605 4 466.642 177.129 6.486 17.298 16.790.690
TTM/TR (Ha) 154.685 184.346 416.094 406.113 100.938 43.124 16.086 20.749 76.547 87.554 10.851 100 1.517.187
Total Areal (Ha) 10.465.020 3.555.948 1.740.611 3.546.908 916.053 325.660 122.035 171.919 501.378 554.315 38.039 1.057 468.495 180.378 8.738 23.215 22.619.769
Lahan berasal dari kawasan hutan dan atau areal penggunaan lain (APL) APL/Tanah Negara Bebas, Tanah ulayat, Masyarakat, Hutan Produksi Yang Dapat Dikonversi (HPK) Tersedia lahan potensial untuk pengembangan komoditas perkebunan sekitar 24 juta Ha yang meliputi lahan berpotensi baik (18,74 juta Ha), lahan berpotensi sedang (2,99 juta Ha) dan sisanya lahan berpotensi bersyarat seperti lahan rawa dan gambut yang masih memerlukan inovasi khusus untuk pengembangannya;
III. KEBUTUHAN MENDESAK 1. Pendukung Kelestarian Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup Pelestarian Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup memanfaatkan lahan yang sudah terbuka, fiksasi CO2, dan penghasil oksigen, zero waste. • Kelapa Sawit
Perkebunan kelapa sawit dapat memanfaatkan seluruh produknya baik produk utama, olahan, sampingan dan ikutan (zero waste) sehingga tidak ada limbah yang mengakibatkan kerusakan lingkungan. Perkebunan kelapa sawit mempunyai kemampuan penyerapan CO2 yang tinggi (251,9 ton/ha/th) dan ini sangat berguna dalam mengurangi konsentrasi CO2 di udara akibat meningkatnya gas rumah kaca yang menyebabkan terjadinya perubahan iklim di bumi juga kemampuan produksi O2 (183,2 ton/ha/th), dan biomassa (C) yang tinggi.
9
Lanjutan •
Tanaman karet
Tanaman karet dalam satu siklus dapat mengikat CO2 udara sebanyak 660 ton/hektar atau rata-rata per tahunnya dapat mengikat CO2 sebanyak sekitar 23 ton/hektar dan kemampuan menghasilkan O2 sebanyak 2,6 juta liter/ha/th Tanaman karet juga mampu menaikkan kandungan air tanah dan kelembapan udara. Selain itu, juga dapat berfungsi sebagai pematang angin, penambah kualitas air tanah, penangkal intrusi air laut, pengurang cahaya silau, dan penyerap zat penawar seperti gas, partikel padat, serta aerosol dari kendaraan bermotor dan industri. Saat peremajaan karet pada umur 30 tahun, kayu karet memiliki nilai ekonomis yang tinggi untuk memenuhi kebutuhan industri kayu seperti furniture dan medium density fibre (MDF), maka karbon tetap disimpan dalam kayu dan tidak dilepas ke udara.
Perbandingan CO2 Rata-Rata pada Lahan Perkebunan, Hutan dan Lahan Terlantar Sistem Pemanfaatan Lahan
Simpanan CO2 Rata-Rata (Ton/Ha)
Lahan Perkebunan - Kelapa Sawit - Karet - Kelapa - Jarak Pagar - Teh - Tebu - Kopi - Kakao Lahan Hutan - Hutan Primer - Hutan Sekunder (Kalteng) Lahan Terlantar - Semak Belukar - Alang-alang Sumber: Badan Litbang Pertanian, 2009
60 68 60 10 28 9 51 58 300 132 15 2
2.
Penghasil pangan Sampai dengan saat ini komoditas kelapa sawit telah teruji dan terbukti paling kompetitif, antara lain produktivitasnya paling tinggi dibanding minyak nabati lainnya seperti kedelai maupun rapeseed.
Perbandingan Efisiensi Produksi Minyak Nabati Produktivitas Minyak (Ton/Ha/Th)
5.0
4.14
4.5 4.0
3.5 3.0 2.5
2.0 1.5 1.0 0.5
0.37
0.53
0.69
0.0 Soybean
Sumber: World Oil, 2010
Sunflower
Rapeseed
Oil Palm
Optimalisasi Lahan Perkebunan Untuk Mendukung Upaya Swasembada Pangan
Upaya mendukung ketahanan pangan mulai dikembangkan pada perkebunan dengan padi, jagung dan kedelai pada areal tanaman belum menghasilkan atau pengembangan integrasi sawit sapi pada areal tanaman menghasilkan
13
3. Sumber Bahan Bakar Nabati
Produksi biomassa perkebunan kelapa sawit sangat tinggi. Limbah kelapa sawit baik pohon, pelepah, tandan buah kosong dan cangkang merupakan sumber energi yang cukup besar yang dapat dimanfaatkan untuk bahan bakar nabati dan menggantikan penggunaan bahan bakar fosil, sehingga secara signifikan akan menurunkan emisi. Sesuai kebijakan Energi Nasional (PP No. 79/2014) minyak sawit menjadi sumber bahan baku utama energi terbarukan (biodiesel) sampai dengan tahun 2050.
BIOMASS TO ENERGY TKS 22%
CANGKANG 7%
SERAT 14%
POME 65%
- KOMPOS - LISTRIK (keluar PKS)
Potensi listrik 5,1 MWh (*h: 18,8 MJ/kg, MC 67%, ef:25%)
LISTRIK (dalam PKS)
Potensi listrik 2,9 MWh (*h: 20,8 MJ/kg, MC 12%, ef:25%)
LISTRIK (dalam PKS)
Potensi listrik 5,5 MWh (*h: 19,1 MJ/kg, MC 12%, ef:15%)
- LISTRIK
*untuk setiap 500 ton TBS, AB Nasrin
Potensi listrik 1,1 MWh (*h: 20 MJ/m3, 0,35 m3/kg COD, ef: 90%)
ROAD MAP BIODIESEL 2015 - 2050 Permen No.25/2013, Revisi Terhadap Permen No. 32/2008
Mandatori BBN (B10, B10,B10,B20) Keb Biodiesel 3,94 Juta Kl Produksi CPO: ± 29,34 Jt ton
Mandatori BBN (B20, B20, B20, B30) Keb Biodiesel 8,34 Juta Kl Produksi CPO 33,05 juta ton
Permen ESDM No. 32/2008
2008
Mandatori BBN (B30, B30, B30, B30) Keb Biodiesel 15,66 Juta Kl Produksi CPO 40,56 juta ton
2009
Mandatori BBN (TPSO B10, TNPSO B3, IDSTR B5, PL B7,5)
2010 2005
2013 2011 2007 2012 2015 2014 2008 2009
Permen No.20/2014, Revisi Terhadap Permen No. 32/2008
2015
2016
2017 20202018
2019
Mandatori BBN (B20, B20, B20, B30) Keb Biodiesel 4,31 Juta Kl Produksi CPO 30,95 jt ton
2020 2025
Mandatori BBN (B30, B30, B30, B30) Keb Biodiesel 32,53 juta Kl Produksi CPO 59,34 juta ton
2025
2030
2050
Mandatori BBN (B25, B25, B25, B30) Keb Biodiesel 22,41 Juta Kl Produksi CPO 49,95 juta ton
Mandatori BBN (B30, B30, B30, B30) Keb Biodiesel 150,21 Juta Kl Produksi CPO 96,89 juta ton
IV. PERMASALAHAN DAN SOLUSI Keterbatasan data dan penyebaran lahan Kementerian ATR/BPN, Pemda Perkebunan Besar
Pengusahaan dan pemanfaatan lahan Kemen Pertanian
Skim pembiayaan untuk pembangunan Perbankan
PERMASALAHAN DAN SOLUSI DALAM PENGEMBANGAN PERKEBUNAN
Izin Usaha Perusahaan/Perubah an usaha Pemda
Penyediaan dan Pelepasan Kawasan Hutan Kemen LHK
Pemberian hak atas tanah/ HGU untuk lahan tanaman pangan BPN
RTRW Provinsi yang belum ditetapkan Kemen Agraria/BPN
V. STRATEGI IMPLEMENTASI Pemanfaatan lahan berpotensi bersyarat/lahan marginal untuk memenuhi kelestarian lingkungan hidup, ketahanan pangan dan ketahanan energi; Pemanfaatan lahan usaha perkebunan baik tanaman belum menghasilkan maupun tanaman menghasilkan Mendukung ketersediaan lahan seperti perluasan areal dalam upaya pemenuhan kedaulatan pangan, salah satunya adalah melalui percepatan dan kemudahan pelepasan kawasan hutan;
OPTIMALISASI LAHAN PERKEBUNAN
Potensi Kebun Kelapa Sawit Luas lahan kebun sawit 10,9 juta Ha : Pada tanaman belum menghasilkan (TBM) untuk padi, jagung dan kedelai seluas 1,5 juta Ha Integrasi sawit sapi pada tanaman menghasilkan (TM) seluas 1,85 juta Ha
LUAS AREAL KELAPA SAWIT MENURUT KONDISI TANAMAN 4,40
JUTA HA
3,28
TBM TM
TR
1,20
1,18 0,57 0,10
PR
0,14
0,04
0,02
PBN
Keterangan : PR = Perkebunan Rakyat PBN = Perkebunan Besar Negara PBS = Perkebunan Besar Swasta TBM = Tanaman Belum Menghasilkan TM = Tanaman Menghasilkan TR = Tanaman Rusak/Tua
PBS Luas Areal Total 10,9 Juta Ha PR : 4,6 Juta ha PBN : 0,7 Juta Ha PBS : 5,6 Juta Ha
ALUR PIKIR PENGEMBANGAN JAGUNG, KEDELAI DAN INTEGRASI SAPI Luas Lahan Kelapa Sawit 10,9 jt Ha
Kawasan Hutan PT. Perhutani 267 rb Ha
Jagung dan Kedelai TBM 1,52 jt Ha
Kebun Plasma 28 rb Ha
Kebun Swadaya 240 rb Ha
PTPN 136 rb Ha
Jagung 267 rb Ha Kedelai 267 rbHa
Integrasi Sawit Sapi TM 1,85 jt Ha
Kebun Swasta 1,232 jt Ha
Kebun sawit Plasma 972 rb Ha
Kebun Swadaya 330 rb Ha
PTPN 110 rb Ha
Integrasi Hutan Sapi 267 rb Ha
Kebun Swasta 440 rb Ha
Penambahan Produksi Jagung, Kedelai dan Populasi Sapi
Produksi Jagung 7,61 jt Ton
Produksi Kedelai 1,14 jt Ton
Populasi Sapi 2,12 jt ekor : 1,48 jt ekor untuk penggemukan dan 635 rb ekor untuk pengembangbiakan
VI. KEBIJAKAN YANG DIPERLUKAN Penyediaan teknologi baik pembukaan lahan maupun budidaya untuk memanfaatan lahan marginal sehingga dapat dikembangkan untuk komoditas perkebunan; Memfasilitasi pemanfaatan lahan usaha perkebunan baik TBM maupun TM untuk mendukung ketahanan pangan; Penyediaan infrastruktur yang memadai; Penyediaan data lahan marginal, penyebaran dan potensinya;
Penyederhanaan prosedur pelepasan kawasan bila lahan marginal berada pada kawasan hutan yang dapat dikonversi Percepatan Penerbitan Hak Atas Tanah oleh Kementerian Agraria dan Tata Ruang/BPN Penyediaan Insentif Untuk Pelaku Usaha oleh BKPM dan Menteri Keuangan
VII. DUKUNGAN DARI INSTANSI YANG TERKAIT
Badan/institusi penelitian dan pengembangan untuk penyediaan teknologi untuk pemanfaatan lahan marginal seperti pembukaan lahan, ketersediaan benih, budidaya; Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dan Kementerian Agraria dan tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional untuk penyediaan lahan melalui Pelepasan Kawasan Hutan yang dapat dikonversi; Kementerian PU dan Perumahan Rakyat untuk penyediaan infrastruktur; Kementerian Keuangan untuk usaha perkebunan rakyat dalam penyediaan benih tanaman sela/intercropping dan bibit ternak untuk pemanfaatan areal TBM dan TM; Kementerian Dalam Negeri untuk penyediaan data lahan marginal di wilayahnya; Kementerian BUMN untuk pemanfaatan lahan perkebunan besar negara untuk mendukung upaya ketahanan pangan Asosiasi/lembaga profesi komoditas perkebunan dalam rangka implementasi pemanfaatan lahan pada perkebunan besar swasta
TERIMA KASIH
24