Seminar Nasional : Kedaulatan Pangan dan Energi Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura
Juni, 2012
PEMANFAATAN CUACA EKSTRIM DENGAN PEMBESARAN ITIK DALAM SISTEM USAHATANI PADI (STUDI KASUS DI KABUPATEN BREBES) Seno Basuki dan MN Setyapermas Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Tengah Email :
[email protected]
ABSTRAK Frekwensi anomali iklim gangguan cuaca semakin sering terjadi terutama hujan lebat yang disertai petir. Kondisi ini mengganggu kegiatan petani di sawah sehingga mengakibatkan pemeliharaan tanaman tidak optimal. Disisi lain itik merupakan jenis unggas yang dapat dipelihara pada habitat sawah yang ditanami padi. Telah dilakukan kajian introduksi itik pada tanaman padi dengan tujuan untuk mengetahui potensi itik dalam memanfaatkan cuaca ekstrim. Kegiatan berlangsung selama bulan Mei sampai Nopember 2010 di desa Dukuh Maja Kecamatan Songgom Kabupaten Brebes . Kajian menggunakan pendekatan on farm research pada kelompok tani Barokah melalui penerapan budidaya padi dengan introduksi pembesaran itik dan tanpa introduksi itik. Data yang diamati meliputi : keragaan agronomis, intensitas serangan OPT, produksi dan biaya usahatani. Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif dengan membandingkan perlakuan introduksi dan tanpa introduksi itik. Hasil kajian menunjukkan bahwa introduksi pembesaran itik pada tanaman padi sawah mampu menekan biaya penyiangan dan biaya pengendalian OPT hingga 100 persen, pertumbuhan itik normal serta meningkatkan produksi padi. Keberadaan itik dalam usahatani bermanfaat membantu petani dalam mengurangi ekses cuaca buruk yang menghambat kegiatan petani. Kata kunci: pemanfaatan , itik, padi, cuaca ekstrim PENDAHULUAN Budidaya padi sawah akan terlaksana dengan baik apabila tersedia air secara optimal . Air tersebut dapat diperoleh dari irigasi ataupun curah hujan. Ketersediaan air ini terutama diperlukan pada saat pengolahan tanah dan untuk memudahkan pengendalian gulma. Kecukupan air sampai batas tertentu merupakan prasyarat untuk pertumbuhan optimal karena tanaman padi hakikatnya bukan merupakan tumbuhan air . Namun demikian adanya anomali iklim dan gejolak cuaca ektrem akhir-akhir ini mengakibatkan kegiatan budidaya padi terganggu. Pada anomali iklim yang cenderungan basah mengakibatkan tanaman padi akan kelebihan suplai air demikian pula adanya hujan lebat yang disertai petir merupakan kendala petani dalam memelihara tanamannya terutama untuk penyiangan, pemupukan dan pengendalian organisme pengganggu tanaman (OPT). Kondisi ini mengancam keberhasilan usahatani padi. Menurut Baharsjah, et al. (2000) frekwensi anomali iklim dan kondisi cuaca ektrem akan semakin sering terjadi dengan akibat yang berbeda-beda. Menghadapi kemungkinan terganggunya kegiatan usahatani oleh cuaca ekstrim dimasa mendatang diperlukan strategi budidaya yang sesuai misalnya dengan penerapan integrasi itik dengan padi. Hasil penelitian Mahfudz dan Prasetya (2005) menunjukkan Artikel ini telah di presentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012 Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, Juni 2012
Juni, 2012
Seminar Nasional : Kedaulatan Pangan dan Energi Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura
bahwa sistem integrasi itik dengan padi dapat menekan biaya produksi dan meningkatkan efisiensi teknis maupun ekonomis sehingga meningkatkan pendapatan peternak. Sistem integrasi tersebut dianggap sebagai strategi budidaya yang efektif pada budidaya padi terutama pada saat cuaca ekstrim atau musim hujan . Strategi ini prinsipnya memanfaatkan habitat itik yang menyukai lingkungan berair dan memakan berbagai tumbuhan dan hewan kecil yang hidupnya disekitar batang bawah padi (Murtidjo, 1993). Berdasarkan pertimbangan tersebut diatas maka dilakukan kajian introduksi pembesaran itik dalam sistem usahatani padi dengan maksud mengetahui kinerja teknologi pada saat cuaca ekstrim . METODE Kegiatan berlangsung pada musim tanam (MT) III selama bulan Mei sampai Nopember 2010 di Desa Dukuh Maja, Kecamatan Songgom Kabupaten Brebes pada lahan dengan indeks pertanaman (IP) Padi 300. Lokasi tersebut merupakan desa yang mendapat program Farmer Empowerment Thruogh Agriculture and Information (FEATI) . Kajian didasarkan hasil Farming Sistem Analisys (FSA) sebelum kegiatan berlangsung (Basuki et al 2009) dengan kesimpulan bahwa pengelolaan usahatani kurang optimal karena terkendala oleh seringnya terjadi gangguan cuaca sehingga diperlukan intervensi teknologi yang sesuai. Kajian menggunakan prinsip-prinsip penelitian pengembangan (Warsito, 2000; Iqbal et al. , 2007) dengan pendekatan on farm research (OFR) pada hamparan usahatani padi dengan pendekatan pengelolaan tanaman terpadu (PTT) seluas 5 Ha . Alokasi untuk introduksi pembesaran itik seluas 1 Ha dan tanpa introduksi itik seluas 4 Ha. Teknologi pembesaran itik pada areal padi mengacu pada hasil penelitian Mahfudz et al. (1999) dengan beberapa modifikasi sesuai kondisi setempat. Spesifikasi teknologi yang diterapkan disajikan pada tabel 1. Tabel 1. Spesifikasi Teknologi Pembesaran Itik Pada Lahan Sawah di Desa Dukuh Maja Kabupaten Brebes, 2010. Komponen Teknologi Umur itik
Kepadatan tebar Pemberian pakan Cara pengandangan
Jarak tanam padi Pupuk dan Cara pemupukan Padi Cara pengendalian dengan pestisida
Spesifikasi 30 hari dilepas di petak sawah yang sudah ada padinya berumur 30 hari setelah sebar (HSS) , pembesaran itik sampai pada saat 7 hari sebelum panen padi . Setiap petak untuk 1 koloni itik dengan kepadatan 7 ekor/100 m2sesuai luasan masing-masing petak. Dedak : konsentrat (3:1) diberikan sebanyak 50 persen dari kebutuhan disediakan pada pagi hari pada tempat istirahat itik. Pagar plastik keliling pada setiap petak setinggi 0,60 m, untuk tempat istirahat itik gundukan pematang yang dilebarkan tanpa kandang khusus. Itik tinggal dilahan selama 24 jam selama pembesaran Jajar legowo 2:1, jarak tanam (40 X 20 X 10) cm, Varietas Mekongga. Bahan organic 2 ton/ha pada saat pengolahan tanah dan Phonska 300 kg + Urea 100 kg pada umur 25 HSS. Tidak dilakukan , bila terpaksa menggunakan pestisida maka itik dikandangkan selama 2 hari.
Data diperoleh melalui farm record keeping selama kegiatan berlangsung meliputi : keragaan agronomis, intensitas serangan OPT, produksi dan biaya usahatani. Artikel ini telah di presentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012 Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, Juni 2012
Seminar Nasional : Kedaulatan Pangan dan Energi Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura
Juni, 2012
Data yang diperoleh dilakukan analisis secara deskriptif . Untuk melihat tingkat efisiensi introduksi teknologi dilakukan dengan cara menghitung tingkat prosentase peningkatan/penurunan variabel yang diamati sedangkan untuk menghitung analisis finasial dengan pendekatan usahatani sebagai usaha enterprise ( Sudaryanto, 1990). HASIL DAN PEMBAHASAN Keragaan Tanaman Padi. Hasil pengamatan terhadap komponen hasil disajikan pada tabel 2, nampak bahwa variabel jumlah anakan produktif pada perlakuan introduksi pembesaran itik pada tanaman padi lebih rendah 21,41 persen dibandingkan dengan tanaman padi monokultur. Secara visual nampak bahwa anakan padi yang dapat bertahan sampai panen adalah anakan produktif yang terbentuk sebelum pemasukan itik di lahan . Penanaman padi dengan pendekatan PTT menggunakan bibit muda membuat tanaman tidak mengalami stagnasi sehingga cepat beranak. Pada saat pemasukan itik tanaman padi sudah berumur 30 hari sehingga jumlah anakan yang terbentuk sudah cukup banyak dan kuat terhadap gangguan meri. Menurut Suprihatno et al. (2010) potensi varietas Mekongga dalam membentuk anakan dapat mencapai 16 batang per rumpun. Varietas tersebut dapat dipanen pada umur sekitar 116-125 HSS sehingga masa pembesaran itik di lahan selama 76-85 hari. Secara alamiah pembentukan anakan susulan terus berlangsung beriringan dengan masa pertumbuhan meri. Namun demikian pembentukan anakan padi setelah pemasukan itik akan terganggu atau mati akibat aktivitas itik di lahan sehingga anakan padi cenderung tidak bertambah demikian pula apabila terjadi kerebahan maka tanaman akan mati. Tabel 2. Pengaruh Perlakuan Introduksi Pembesaran Itik Dalam Sisitem Usahatani Padi Terhadap Komponen Hasil di Desa Dukuh Maja, Kabupaten Brebes 2010. Variabel Yang Diamati Rata-rata jumlah anakan produktif Jumlah gabah isi per malai (butir) Berat gabah 1000 butir (gr) Produktivitas (ton GKG/ha)
Perlakuan Introduksi Eksisting 11 14 125 110 27,90 26,10 7,05 6,17
Perubahan ( persen) Menurun (21,41 ) Meningkat (13,64 ) Meningkat (6,90 ) Meningkat (14,26 )
Pada komponen jumlah gabah isi per malai nampak bahwa perlakuan introduksi pembesaran itik pada tanaman padi lebih tinggi 13,64 persen dibandingkan dengan padi monokultur meskipun kedua perlakuan tersebut menggunakan input yang sama. Hal ini dapat terjadi karena dengan tidak terbentuknya anakan baru maka tanaman padi akan mengkompensasinya dengan jumlah gabah isi permalai yang lebih banyak yang prosesnya mirip efek penjarangan pada tanaman pada umumnya. Hal yang sama terjadi pada komponen berat gabah 1000 butir dimana pada perlakuan introduksi pembesaran itik pada tanaman padi lebih tinggi sebesar 6,90 persen. Berdasarkan pengamatan pada 2 variabel tersebut dapat diindikasikan bahwa usaha pembesaran itik bersama padi dapat menghasilkan gabah yang lebih bernas. Secara umum pada perlakuan introduksi pembesaran itik pada tanaman padi akan menghasilkan produktivitas lebih tinggi 14,26 persen dibandingkan dengan tanaman Artikel ini telah di presentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012 Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, Juni 2012
Juni, 2012
Seminar Nasional : Kedaulatan Pangan dan Energi Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura
padi monokultur sebagai dampak interaksinya berbagai komponen teknologi secara sinergis dalam sistem usahatani termasuk meningkatnya kesuburan tanah dari kotoran yang dihasilkan itik. Untuk memperoleh keragaan padi yang optimal diperlukan varietas padi yang kokoh dan lebih jenjang sekelas varietas–varietas padi yang sesuai untuk rawa lebak. Dampak Terhadap Kegiatan Usahatani Padi. Kegiatan usahatani yang terpengaruh secara langsung oleh perlakuan introduksi pembesaran itik pada tanaman padi disajikan pada tabel 3. Dari tabel tersebut nampak bahwa kegiatan penyiangan dan penanggulangan OPT menurun sampai 100 persen. Hal ini dapat terjadi karena selama masa pembesaran itik dilahan sangat aktif menjelajah sampai seluruh petak untuk mencari berbagai jenis tumbuhan dan binatang yang dapat dimakan . Hasil penelitian Mahfudz et al. (2001a) itik akan lebih aktif bergerak ke seluruh sudut petakan yang luas meskipun disediakan pakan yang cukup. Pada kondisi demikian keberadaan gulma menjadi makanan itik demikian pula OPT lainnya. Lebih lanjut dengan keberadaan itik selama 24 jam per hari di lahan menyebabkan gulma dan berbagai OPT tidak berkesempatan berkembang biak (Tabel 4) . Hal serupa juga terhadap tikus yang selama ini merupakan hama yang paling sulit pengendaliannya ternyata tidak ditemukan pada lahan yang ada itiknya . Diduga dengan keberadaan itik di lahan maka tikus akan menghindar karena areal sasarannya terganggu. Kondisi berbeda terjadi pada tanaman padi monokultur dimana perkembangan OPT-nya cenderung melewati ambang eknominya sehingga diperlukan pengendalian kimiawi. Tabel 3. Pengaruh perlakuan introduksi pembesaran itik pada sistem usahatani padi terhadap pengelolaan usahatani padi di Desa Dukuh Maja, Kabupaten Brebes 2010. Variabel Yang Diamati Frekwensi penyiangan (kali) Jumlah tenaga kerja penyiangan (HOK) Frekwensi penyemprotan (kali) Jumlah tenaga pengendalian OPT
Perlakuan Introduksi Eksisting Tidak ada 3 Tidak ada 60 Tidak ada 4 Tidak ada 8
Perubahan ( persen) Menurun (100 ) Menurun (100 ) Menurun (100 ) Menurun (100 )
Pengaturan jumlah itik dalam satu koloni sesuai luas petakan sangat menentukan keragaan pertumbuhan tanaman dan itik. Menurut Mahfudz et al. (2001b ) jumlah koloni itik per petak harus optimal karena apabila populasi itik melebihi daya dukung lahan (terlalu padat) maka keberadaan itik akan merusak tanaman padi , demikian pula sebaliknya apabila jumlahnya terlalu sedikit maka fisiknya kecil karena energinya banyak dipergunakan untuk bergerak dimana keadaan tersebut kurang baik untuk pembesaran. Dalam kajian ini kepadatan populasi itik memperhitungkan keduanya agar pertumbuhan itik maupun padinya tetap optimal. Keberadaan itik pada lahan bersama padi dapat menjadi predator yang efektif terhadap gulma dan berbagai OPT misalnya serangga hama, keong mas, dan tikus namun demikian keberadaan itik ini masih belum cukup mengingat penyakit padi (jamur, bakteri, virus) masih dapat mengancam. Untuk pengendalian penyakit pada Artikel ini telah di presentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012 Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, Juni 2012
Seminar Nasional : Kedaulatan Pangan dan Energi Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura
Juni, 2012
perlakuan introduksi pembesaran itik pada tanaman padi harus diantisipasi dengan penggunaan varietas padi yang toleran penyakit. Untuk keadaan terpaksa pengendalian dengan pestisida kimia dapat dilakukan. Agar tidak membahayakan itik aplikasinya dilakukan dengan memindahkan atau mengandangkan sementara pada tempat lain sampai pengaruh racunnya aman bagi itik. Tabel 4. Tingkat Serangan Kualitatif Beberapa OPT Utama Padi Pada Kajian Introduksi Pembesaran Itik di Desa Dukuh Maja, Kabupaten Brebes 2010 OPT Utama Penggerek Batang Wereng Coklat Hama Putih Keong Mas Tikus Gulma
Perlakuan Introduksi Tidak ditemukan Tidak ditemukan Tidak ditemukan Tidak ditemukan Tidak ditemukan Sangat ringan
Eksisting Ringan Ditemukan melebihi ambang ekonomi . Ditemukan melebihi ambang ekonomi Ditemukan melebihi ambang ekonomi Ringan Berat
Analisis Finansial. Hasil analisis finasial disajikan pada tabel 5, nampak bahwa perlakuan introduksi pembesaran itik pada tanaman padi memerlukan biaya saprodi yang lebih tinggi hingga mencapai 241 persen dibandingkan usahatani padi monokultur. Peningkatan biaya terbesar digunakan untuk pengadaan meri dengan harga rata-rata Rp 8.000/ekor. Peningkatan biaya saprodi juga disebabkan adanya pengadaan pakan berupa katul dan konsentrat yang volumenya mencapai 800 kg selama pemeliharaan. Pakan tambahan ini tetap diperlukan karena ketersediaan pakan alami di lahan tidak berkembang karena kehadiran itik. Apabila itik sampai kekurangan pakan dikawatirkan akan menjadikan tanaman yang ada sebagai pakan. Dari aspek biaya upah tenaga kerja nampak bahwa pada perlakuan introduksi pembesaran itik pada tanaman padi ternyata menurunkan biaya hingga mencapai 47 persen atau menurun sebesar Rp 1.830,000/Ha dibanding usahatani padi monokultur. Penurunan biaya ini terjadi karena pada perlakuan introduksi pembesaran itik pada tanaman padi tidak memerlukan tenaga kerja untuk penyiangan, pengendalian OPT dan pemupukan susulan. Secara kumulatif biaya produksi perlakuan introduksi pembesaran itik pada tanaman padi memerlukan tambahan biaya sebesar Rp 6.105.000/ha atau sebesar 60 persen dibandingkan dengan biaya usahatani padi secara monokultur. Tabel 5. Hasil Analisis Finasial Perlakuan Introduksi Pembesaran Itik Pada Sistem Usatani Padi VS Usahatani Padi Monokultur di Desa Dukuh Maja , Kabupaten Brebes 2010. Komponen Yang Diamati Biaya Saprodi Biaya upah tenaga kerja Biaya lainnya. Jumlah Biaya Nilai Produksi Padi Nilai Produksi Itik Jumlah Nilai Produksi B/C Rasio
Perlakuan Introduksi Eksisting (Rp/Ha) (Rp/Ha) 11.215.000 3.280.000 2.040.000 3.870.000 3.000.000 3.000.000 16.255.000 10.150.000 19.740.000 17.276.000 12.460.000 32.200.000 17.276.000 1,98 1,70
Perubahan ( persen) Meningkat (241,92) Menurun (47,29) Meningkat (60,15) Meningkat (14,26) Meningkat (86,39)
Artikel ini telah di presentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012 Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, Juni 2012
Juni, 2012
Seminar Nasional : Kedaulatan Pangan dan Energi Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura
Dari aspek nilai produksi nampak bahwa perlakuan introduksi pembesaran itik pada tanaman padi lebih tinggi Rp 2.464.000/Ha atau meningkat sebesar 14 persen sebagai dampak peningkatan produktivitas. Perlakuan introduksi pembesaran itik pada tanaman padi memperoleh tambahan nilai produksi dari itik sebesar Rp 12.460.000/ha. Nilai ini diperoleh dari penjualan itik yang hidup sebanyak 623 ekor atau 89 persen dengan harga rata-rata Rp 20.000/ekor. Nilai penjualan dari perlakuan introduksi pembesaran itik pada tanaman padi meningkat produksi sebesar Rp 14.924,000/ha atau 86 persen dibandingkan nilai produksi usahatani padi monokultur. Nilai tersebut sebagai nilai akumulasi dari peningkatan produksi padi dan nilai pertumbuhan itik. Lebih lanjut nilai keuntungan bersih introduksi pembesaran itik pada tanaman padi juga meningkat sebagai akibat meningkatnya efisiensi tenaga kerja. Hasil ini sejalan dengan hasil penelitian Mahfudz dan Prasetya (2005) yang menyatakan bahwa integrasi itik dengan padi meningkatkan efisiensi teknis dan ekonomis serta meningkatkan pendapatan petani. Dari indikator B/C nampak bahwa kedua pola usahatani tersebut layak secara finasial . Penerapan model introduksi pembesaran itik pada tanaman padi memerlukan persyaratan tertentu terutama dalam hal jaminan keamanan baik dari gangguan pencurian maupun predator itik demikian pula perencanaan yang matang terkait ketersediaan meri yang seumur tanaman. Persyaratan yang demikian dirasakan sebagai hal yang rumit termasuk oleh petani penerima program FEATI. Menurut Rogers dan Shoemaker (1987) suatu inovasi baru meskipun mendatangkan keuntungan dibandingkan usahatani eksisting prospek penerapannya tidak akan serta merta diikuti petani yang melihatnya. Untuk pemasyarakatan yang lebih luas tentunya masih diperlukan petani pioner yang mampu mengkomunikasikan keunggulan inovasi baru secara sederhana kepada petani lainnya. KESIMPULAN DAN SARAN
Introduksi pembesaran itik pada tanaman padi sangat efektif mengatasi dampak gangguan cuaca ektrem terhadap usahatani padi terutama dalam hal pemeliharaan tanaman dan pengendalian OPT. Secara finasial introduksi pembesaran itik pada tanaman padi sawah meningkatkan pendapatan petani sebesar 86,39 persen yang disebabkan oleh kenaikan produksi padi dan nilai jual itik. Untuk penerapan dalam skala luas perlu direncanakan jumlah dan saat penetasan meri yang harus disediakan mengingat musim tanam dalam hamparan padi berlangsung secara bersamaan. DAFTAR PUSTAKA
Baharsjah, JS, I. Las dan H. Pawitan, 2000. Perilaku dan prakiraan anomali iklim serta dampaknya terhadap ketersediaan air dan produksi pertanian. Makalah Utama Seminar Ketahanan Pangan dan Mengatasi Dampak Anomali Iklim El Nino . Semarang, 15 Nov 2000.
Artikel ini telah di presentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012 Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, Juni 2012
Seminar Nasional : Kedaulatan Pangan dan Energi Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura
Basuki, S, Warsono dan SS. Piay, 2010. Laporan hasil FSA Songgom–Brebes. BPTP Jawa Tengah.
Juni, 2012
Desa Dukuh Maja,
Mahfudz, LD, B. Srigandono, D. Sunarti dan U. Atmomarsono, 1999. Pengaruh jumlah pemberian pakan itik jantan yang diintegrasikan dengan tanaman padi di sawah terhadap prosentase karkas. Jurnal Pengembangan Peternakan Tropis . Edsus. Mahfudz, LD, dan E. Prasetya, 2005. Tingkat efisiensi teknis dan ekonomis pada sistem pemeliharaan terpadu antara tanaman padi dengan itik local jantan. J. Indon.Trop. Anim. Agric. 30 (1) March. Mahfudz, LD, Umiyati AM, Warsono S dan Nuniek SY, 2001a. Pengaruh luas lahan pada sistem integrasi padi dengan itik terhadap performans itik local jantan. Animal Production, Edsus, Feb. Unsoed Press. Purwokerto. Mahfudz, LD, W. Sarengat, SM. Ardiningsari, E.Supriyati dan B. Srigandono, 2001b. Pemeliharaan sistem terpadu dengan tanaman padi terhadap performans dan kualitas karkas itik local jantan umur 10 minggu. Prosiding. Seminar Nasional Integrasi Tanaman Ternak. Undip. Semarang. Murtidjo, B, 1993. Mengelola Itik. PT. Gramedia. Jakarta Iqbal, M, E. Basuno dan GS. Budhi, 2007. Esensi dan Urgensi Kaji Tindak Partisipatif Dalam Pemberdayaan Masyarakat Perdesaan Berbasis Sumberdaya Pertanian. FAE. Vol. 25, No 2, Desember 2007. Rogers, E.M dan F.F. Shoemaker, 1987. Memasyarakatkan ide-ide baru. Terjemahan. Cetakan IV. Usaha Nasional. Surabaya. Sudaryanto, T, 1990. Analisa pendapatan usahatani enterprise, parsial dan parametrik. Materi Lokakarya. Penelitian Agro Ekonomi. Bogor. Suprihatno, AA. Darajat, Satoto, SE. Baehaki, Suprihanto, A.Setyono, SD. Indrasari, IP. Wardana dan H. Sembiring, 2010. Deskripsi Varietas Padi. BB Penelitian Tanaman Padi. Badan Litbang Pertanian. Warsito, R., 2000. Metode Penelitian Sosial Dalam Menunjang Pengembangan Pertanian. Semnas. Metode Penelitian dan Pengembangan Pertanian Berwawasan Ekoregional. Salatiga, 29 Januari 2000.
Artikel ini telah di presentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012 Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, Juni 2012