PEMANFAATAN BOKASHI LIMBAH PABRIK KERTAS UNTUK MENINGKATKAN PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN KUBIS (Brassica oleraceae) DI DAERAH MEDIUM UTILIZATION OF BOKASHI PAPER MILL WASTE FOR INCRISINGN THE GROWTH AND PRODUCTION OF CABBAGE (Brassica oleracceae) IN MEDIUM ALTITUDE AREA Firman Hidayat dan Untung Sugiarti Fakultas Pertanian Univ. Widyagama Malang ABSTRAK Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui kombinasi takaran dan pengaruh bokashi limbah padat pabrik kertas dan pupuk NPK yang tepat bagi peningkatan terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman kubis..Percobaan ini dilaksanakan di Kampus IV Universitas Widyagama Malang, bulan Maret sampai dengan Mei 2006. Menggunakan Rancangan Petak Terbagi atau Split Plot Design ,terdiri atas 16 kombinasi perlakuan dan masing-masing diulang 3 kali. Perlakuan terdiri dari 2 faktor yaitu Tanpa bokashi(B0), 15 ton/ha Bokashi (B1), 30 ton/ha Bokashi (B2), 35 ton/ha Bokashi (B3). P1(200 kg/ha), P2 (250 kg/ha, P3 (300kg/ha), P4 (350 kg/ha).Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan hasil analisa sidik ragam dan BNT (p=0.05) menyatakan bahwa pemanfaatan bokashi dan pupuk NPK berpengaruh nyata terhadap laju pertumbuhan daun, berat basah kepala/crop dan diameter kepala/crop tanaman kubis. Perlakuan bokashi limah padat pabrik kertas 35 ton/ha dan 200 kg/ha pupuk NPK mampu memberikan hasil berat basah kepala/crop 1,66 kg/ tanaman atau setara dengan 46,11 ton/ha. Kata kunci : limbah pabrik kertas, kubis daerah medium ABSTRACT The purposed of this experiment are to know the measuring container combination and the effect of paper mill waste bokashi and exact NPK fertilizer for increasing to development and production of cabbage plant. This is experiment did on the IV Campus of Widyagama University, on March until May 2006. Used Rancangan Petak Terbagi or Split Plot Design, with sixteen treatments combination and each combination three replications. Treatments consist of two factors are without bokashi (B0), fifteen tons/ ha bokashi (B1), thirty tons/ ha bokashi (B2), thirty five tons/ ha bokashi (B3). P1 (200 kgs/ ha), P2 (250 kgs/ ha), P3 (300 kgs/ ha), P4 (350 kgs/ha). The result of this experiment showed that base of the analysis of number result and BNT (p=0.05) clarified that make use of bokashi and NPK fertilizer gave evident effect for leaf rate of growth, wet weight of crop and the diameter of crop cabbage plant. Treatment of paper mill waste bokashi thirty five tons/ ha and 200 kgs/ ha NPK fertilizer can gave wet weight result of crop 1, 66 kgs/ plant or same with 46, 11 tons/ ha. Keyword: paper mill waster, medium area of cabbage
PENDAHULUAN Kebutuhan pangan karbohidrat di Indonesia dikatakan cukup,akan tetapi kebutuhan protein,vitamin dan mineral masih dibawah kecukupan. Kubis (brassica oleraceae) merupakan tanaman sayuran yang banyak mengandung vitamin dan mineral, terutama daun kubis yang berwarna hijau banyak mengandung vitamin A. Dengan demikian kubis merupakan tanaman
sayuran yang penting karena dapat memperbaiki gizi masyarakat. Kubis merupakan tanaman sayuran yang memberikan respon paling besar terhadap kesuburan tanah. Nitrogen, Phospor dan Kalium diperlukan oleh kubis dalam jumlah banyak ( Nurtika dkk, 1992). Oleh karena itu dengan pemberian pupuk berimbang selain meningkatkan hasil yang optimal juga memberikan lingkungan lahan
yang serasi, baik fisik maupun biologi tanah, untuk mendukung pengembangan budidaya kubis secara intensif maka dibutuhkan tehnologi budidaya tepat guna,yaitu dengan menerapkan Pertanian organik salah satunya dengan penggunaan pupuk organik (bokashi) Sutanto,2002). Menurut Setyamidjaya (1986) takaran pupuk yang paling tepat adalah berdasarkan analisa tanah daerah setempat, sehingga akan diperoleh effisiensi pemupukan yang optimal. Pada kubis sebelum ditanam disemai lebih dahulu baru ditanam pada lubang-lubang dengan jarak tanam 60x60 cm. 5 hari sebelum tanam masukkan kompos tau pupuk kandang 2 genggam besar. Bersama dengan penyiangan kita pupuk kembali 5-10 g NPK atau 150 kg ZA,300 kg TSP,dan 150 kg KCl untuk per hektar tau diasumsikan NPK 200-350 kg/ha ( Lingga,1993). Tanaman kubis tumbuh baik pada tanah yang gembur dan banyak mengandung humus menurut Pracaya (1993) mengemukakan bahwa tanaman kubis tumbuh baik pada kelembaban tanah berkisar 60-100 % dari kapasitas lapang, pH 6,5-7,0, suhu optimal 15-25oC dengan ketinggian tempat 8001400 m dpl (Anonimous,1993). Manfaat penelitian ini adalah untuk memperoleh kondisi lingkungan yang sehat, menghasilkan produksi tanaman yang berkelanjutan dengan cara memperbaiki kesuburan tanah dengan menggunakan sumber daya alam yaitu mendaur ulang limbah padat pabrik kertas. Jadi dengan budidaya pertanian organik dapat mendorong pula kemandirian dan solidaritas petani sebagai produsen Percobaan ini bertujuan Untuk mengetahui kombinasi takaran dan pengaruh bokashi limbah padat pabrik kertas dan pupuk NPK yang tepat bagi peningkatan terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman kubis.
METODE Percobaan dilaksanakan di Kampus IV Universitas Widyagama Malang,pada bulan Maret sampai dengan Mei 2006 pada ketinggian 470 m dpl Rancangan yang digunakan Rancangan petak terbagi atau Split Plot Design terdiri atas 16 kombinasi perlakuan dan masingmasing diulang 3 kali. Perlakuan terdiri dari 2 faktor yaitu Tanpa bokashi(B0), 15 ton/ha Bokashi (B1), 30 ton/ha Bokashi (B2), 35 ton/ha Bokashi (B3). P1(200 kg/ha), P2 (250 kg/ha, P3 (300kg/ha), P4 (350 kg/ha) Pengamatan dilakukan dengan cara destraktif dan non destraktif . Pengamatan pertumbuhan tanaman meliputi jumlah daun dan pengamatan produksi yaitu Berat basah kepala/crop, Diameter kepala/crop. HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah Daun Tanaman Kubis Pada penelitian ini ternyata pemberian pupuk bokashi dan anorganik pada tanaman kubis memberikan pengaruh nyata terhadap jumlah daun, yang ditunjukkan pada kombinasi perlakuan B3P1 yaitu pemberian bokashi 35 ton/ha dan pupuk anorganik 200 kg/ha NPK. Hal ini dapat dilihat pada Table-2 bahwa pemanfaatan bokashi limbah padat pabrik kertas dan pupuk organik (NPK) menunjukkan adanya interaksi yang sangat nyata BNT (p = 0,01) terhadap jumlah daun pada pengamatan 1 MST dan 2 MST, sedangkan pengamatan selanjutnya 3 MST dan 4 MST tidak menunjukkan adanya interaksi antara pemanfaatan bokashi limbah pabrik kertas dan pupuk anorganik terhadap jumlah daun .Kemudian berdasarkan hasil uji lanjut dengan BNT(p=0.05) dari rerata jumlah daun 1 dan 2 MST (Tabel 4) memperlihatkan bahwa perlakuan B3P1 ( Bokashi 35 ton/ha dan NPK 200kg/ha) berbeda nyata dengan
perlakuan lain serta menunjukkan pula jumlah daun yang terbanyak, sedangkan perlakuan B0P2 (Tanpa bokashi dan NPK 250 kg/ha) dan B3P3 ( Bokashi 35 ton/ha dan NPK 300 kg/ha) menunjukkan tidak berbeda nyata pada 1 MST dan pada jumlah daun 2 MST jumlah daun paling sedikit dibandingkan perlakuan yang lain, pada 2 MST jumlah daun yang pada perlakuan B3P3 masih tetap terendah dan tidak berbeda nyata dengan perlakuan B1P2 ( Bokashi 15 ton/ha dan NPK 250 kg/ha). pengamatan lebih lanjut pada 3 dan 4 MST (Tabel 2) menunjukkan semua kombinasi perlakuan tidak terdapat perbedaan yang nyata juga semua perlakuan tidak terdapat interaksi antara pemanfaatan bokashi limbah pabrik kertas dan pupuk anorganik meskipun angka nominal jumlah daun tertinggi ditunjukkan oleh perlakuan B3P1. Pada perlakuan tunggal dari hasil sidik ragam menunjukkan adanya perbedaan nyata terjadi pada pengamatan 2 MST terutama pada perlakuan pemanfaatan bokashi 30 ton/ha (Tabel 1). Pada pengamatan selanjutnya pada masingmasing perlakuan baik pemanfaatan bokashi maupun pupuk anorganik tidak
menunjukkan pengaruh nyata. Pemanfaatan bokashi limbah pabrik kertas pada pertanaman kubis yang dikombinasikan dengan pupuk Anorganik NPK pada 1 dan 2 MST menunjukkan adanya interaksi yang sangat nyata terhadap jumlah daun sedangkan pada perkembangan selanjutnya jumlah daun terjadi penurunan dan tidak terdapat interaksi antara pemanfaatan bokashi dan pupuk Anorganik NPK. Setelah pembentukan daun dilanjutkan pembentukan kepala/crop yang diawali dengan menggulungnya daun ke arah dalam pada 3 MST. Pertumbuhan tanaman kubis pada penelitian ini berasal dari bibit yang sudah berumur 1 bulan, memiliki rata-rata 2 – 3 helai daun dengan tinggi tanaman rata-rata 10 cm. Penambahan jumlah daun merupakan respon total dari akar dalam menyerap unsur hara mineral yang ada di dalam tanah, sehingga pertumbuhan didefinisikan sebagai kenaikan bagian tanaman yang merupakan proses total dari perubahan bahan mineral dalam tanah secara kimia (Peter dan Fisher, 1984).
Tabel 1. Rata-rata Jumlah Daun Tanaman Kubis (per tanaman) akibat Pemanfaatan Bokashi Limbah Padat Pabrik Kertas pada Berbagai Umur Pengamatan. Perlakuan
Saat Pengamatan 2 MST 3 MST 14.940 a 6.688
B0
1 MST 3.795
4 MST 9.315
B1
3.710
14.690 a
6.958
9.648
B2
4.280
16.400 b
6.793
9.040
B3
3,630
14.750 a
6.688
9.228
BNT 5 %
NS
1.23
NS
NS
P1
4.278
15.810
7.210
10.020
P2
3.535
14.190
6.605
9.020
P3
3.803
14.380
6.520
9.148
P4
3.795
16.400
6.790
9.043
BNT 5 % NS NS NS NS Keterangan : Angka-angka pada kolom yang sama dan didampingi dengan huruf yang sama pula menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji BNT (p=0.05)
Selanjutnya dikatakan, di dalam tanaman yang sehat, pertumbuhan diatur oleh bagian-bagian yang berlainan pada waktu-waktu yang berbeda dalam siklus hidup dan dengan laju yang berlainan. Perubahan-perubahan kualitatif ini yang lebih banyak mengubah bentuk tanaman daripada ukurannya disebut perkembangan tanaman. Pada tanaman sehat pertumbuhan dan perkembangan terjadi secara bersamaan dan laju yang satu sering kali hampir sama dengan laju yang lain.
Proses total dalam pertumbuhan di atas dipengaruhi oleh sifat genetis tanaman, keadaan iklim, keadaan fisik tanah dan ketersediaan hara tanaman yang kesemuanya merupakan faktor penentu berlangsungnya pertumbuhan tanaman (Poerwowidodo, 1992). Dikatakan lebih lanjut bahwa, tidak semua faktor penentu pertumbuhan ini dapat diidentifikasi secara detail tetapi faktor-faktor tersebut diyakini berperan penting untuk pertumbuhan tanaman.
Tabel 2. Rata-rata Jumlah Daun Tanaman Kubis (per tanaman) akibat interaksi pemanfaatan Bokashi Limbah Padat Pabrik Kertas pada Berbagai Umur Pengamatan. Perlakuan B0P1
1 MST 4.36 f
Saat Pengamatan 2 MST 3 MST 15.25 d 6.75
B0P2
3.04 a
13.25 b
6.58
8.75
B0P3
4.07 e
13.25 b
6.67
10.17
B0P4
3.71 d
18.00 f
6.67
8.42
B1P1
3.71 d
14.25 c
7.00
9.25
B1P2
3.38 bc
13.00 b
6.92
9.92
B1P3
4.06 e
15.50 de
6.58
9.42
B1P4
3.69 d
16.00 e
7.33
10.00
B2P1
4.33 f
16.00 e
7.17
9.85
B2P2
4.38 g
17.00 e
6.75
9.08
B2P3
4.03 e
16.75 e
6.75
8.92
B2P4
4.37 f
15.75 de
6.50
8.58
B3P1
4.71 h
17.75 f
7.92
11.33
B3P2
3.34 b
13.50 b
6.17
8.33
B3P3
3.05 a
12.00 a
6.08
8.08
B3P4
3.41 c
15.75 de
6.58
9.17
4 MST 9.92
BNT 0.05 0.04 0.53 Ns Ns Keterangan : Angka-angka pada kolom yang sama dan didampingi dengan huruf yang sama pula menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji BNT (p=0.05)
Tanaman kubis yang ditanam pada dataran medium di akhir musim penghujan dan awal musim kemarau dengan pengairan teknis akan mampu tumbuh dengan baik jika faktor lain mendukung.
Pemanfaatan bokashi limbah padat pabrik kertas dan pupuk Anorganik NPK pada takaran B3P1 lebih mampu merespon ketersediaan unsur tersebut terhadap pertumbuhan dan hasil dibandingkan
dengan kombinasi perlakuan yang lain meskipun tidak berpengaruh terhadap berat total tanaman. Hal ini diduga karena bokashi limbah padat pabrik kertas mengandung bahan organik 52,07 dan C Organik 30,10% KTK 29,18 me / 100g dan unsur lain sehingga memacu akar untuk menyerap unsur hara.. Akar yang tumbuh di dalam pori-pori tanah melakukan kontak dengan ion-ion di dalam larutan tanah pada kompleks pertukaran atau kompleks serapan tanah sehingga pengambilan ion terjadi dengan cara pertukaran kation (Agustina, 1990). Dikatakan lebih lanjut bahwa, penyerapan unsur hara oleh akar dimungkinkan terjadi karena akar mempunyai komplek pertukaran ion dengan dasar teori pertukaran kontak, teori pertukaran asam karbonat dan keseimbangan Donnan. Penambahan unsur hara yang berasal dari pupuk Anorganik NPK ternyata juga mampu mensuport pertumbuhan dan hasil tanaman kubis pada takaran P1 dan P2 terutama dalam memacu pembentukan kepala/crop. Hal ini diduga karena pada tanah Aluvial sebagai lahan penelitian sudah
mengandung unsur kompleks yang dibutuhkan oleh tanaman (Tabel 3). Namun kapasitas tukar kationnya hanya 36,59 me / 100 gr yang kemudian dipenuhi oleh pemanfaatan bokashi limbah pabrik . Menurut Sutanto (2002) Bokashi memberikan manfaat antar lain : mengurangi kepadatan tanah, meningkatkan daya sanggah air, meningkatkan agregasi permeabilitas dan aerasi tanah sehingga mengurangi aliran permukaan dan erosi. Kemampuan menyanggah air dengan pemanfaatan bokashi limbah padat pabrik kertas , diduga sebagai penunjang air tersedia bagi tanaman. Keperluan total air tanaman tidak hanya tergantung pada pemakaian air konsumtif oleh bagian atas tanaman, tetapi juga pada kehilangan air melalui perkolasi dan aliran permukaan (Syekhfani, 1997). Selanjutnya dikatakan pula bahwa, air tersedia bagi tanaman berada di antara kapasitas lapang dan titik layu permanen yang konstan dan tidak dipengaruhi penambahan air (curah hujan), sehingga jumlah maksimumnya merupakan nilai konstan.
Tabel 4 . Hasil analisis contoh tanah Aluvial Kandungan Unsur Satuan me/100 g K 0,24 Na 0,63 Ca 11,34 Mg 4,25 KTK 36,59 Jumlah Basa 16,64 Jenuh Basa 46 % Tekstur Pasir 18 % Debu 44 % Liat 38 % Klas Liat Berdebu C-organik 1,22 % N-total 0,14 % P-olsen 24,20 mg/kg pH 6–8 Sumber : Laboratorium Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya Malang (2001)
Berat Basah Kepala (Crop) Kubis Perlakuan pemanfaatan bokashi limbah pabrik kertas dan pupuk anorganik pada tanaman kubis dapat mempengaruhi berat basah kepala/crop tanam kubis (gambar). Hasil analisis ragam dari data berata basah crop/kepala (Kg) menunjukkan adanya interaksi yang nyata pada akhir pengamatan 90 HST. Setalah diuji lebih lanjut dengan menggunakan BNT (p=0.05), diperoleh hasil bahwa perlakuan B3P1 ( Bokashi limbah padat pabrik kertas 35 ton/ha dan NPK 200kg/ha) mempunyai berat basah kepala/crop paling tinggi dibandingkan dengan perlakuan lain dan tidak berbeda nyata dengan perlakuan B3P2 ( Bokashi limbah padat pabrik kertas 35 ton/ha dan NPK 250kg/ha), yang terendah adalah perlakuan B0P3 meskipun tidak berbeda nyata dengan perlakuan yang lain (Tabel 4).
Pada perlakuan tunggal pemanfaatan bokashi limbah padat pabrik kertas dan pupuk anorganik NPK terhadap berat basah kepala/crop (kg), tampak bahwa, B3 (Bokashi limbah padat pabrik kertas 35 ton/Ha) menunjukakn berat basah kepala/crop terbesar dibanding perlakuan yang lain dan terendah adalah B0 (Tanpa Bokashi limbah padat pabrik kertas ) yang tidak berbeda nyata dengan B1 (Bokashi limbah padat pabrik kertas 15 ton/Ha). Demikian juga halnya dengan pemakaian pupuk anorganik ternyata P4 (350 kg NPK/Ha) menunjukkan pengaruh berat kepala/crop terendah yang tidak berbeda dengan pemakaian pupuk anorganik pada P3 (300 kg NPK/Ha), sedangkan aplikasi P1 menunjukkan berat basah kepala/crop lebih tinggi yang tidak berbeda dengan perlakuan P2 (Tabel 4).
Tabel 4. Rata-rata Berat Basah Kepala (Crop)Tanaman Kubis per tanaman Perlakuan Berat Basah Kepala/Crop (kg) B0 1.788 a B1 2.108 a B2 2.435 b B3 3.645 c BNT 5 % 0.32 P1 3.040 b P2 2.715 b P3 2.435 a P4 1.785 a BNT 5 % 0.74 Keterangan : Angka-angka pada kolom yang sama dan didampingi dengan huruf yang sama pula menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji BNT (p=0.05)
Diameter Kepala (Crop) Tanaman Kubis Berdasarkan analisis ragam pada diameter kepala/crop (cm) tanaman kubis menunjukkan adanya interaksi yang nyata antara pemanfaatan bokashi limbah pabrik kertas dan pupuk anorganik.Setelah di uji
lanjut dengan BNT (p=0.05) ternyata perlakuan B3P1 menunjukkan diameter crop terbesar yang tidak berbeda nyata dengan perlakuan B1P1, sedangkan diameter crop terendah ditunjukkan oleh perlakuan B0P1 (Tabel 7).
Tabel 5. Rata-rata Berat Basah Kepala (Crop)Tanaman Kubis per tanaman Perlakuan Berat Basah Kepala/Crop (kg) B0P1 0.77 a B0P2 0.55 a B0P3 0.50 a B0P4 0.57 a B1P1 0.88 a B1P2 0.68 a B1P3 0.69 a B1P4 0.55 a B2P1 0.74 a B2P2 1.04 a B2P3 0.91 a B2P4 0.56 a B3P1 1.66 b B3P2 1.35 b B3P3 1.15 a B3P4 0.70 a BNT 0.05 0.08 Keterangan : Angka-angka pada kolom yang sama dan didampingi dengan huruf yang sama pula menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji BNT (p=0.05).
Hasil uji tunggal pemakaian bokashi limbah padat pabrik kertas terhadap diameter kepala/crop menunjukkan B3 lebih besar dibanding pemanfaatan bokashi pada perlakuan yang lain, dan yang terendah adalah B0. Sedangkan pemakaian pupuk anorganik ternyata P4 menunjukkan diameter kepala/crop terendah dan yang tertinggi adalah P3 (Tabel 6).Pembentukan
kepala/crop sudah nampak terlihat pada akhir pengamatan ke 3 MST sehingga sejak minggu tersebut jumlah daun yang membuka sempurna jumlahnya menurun. Untuk mempertahankan dan mempercepat pembentukan kepala/crop, maka pada ke 4 MST dan seterusnya daun ditangkupkan, selanjutnya 2 (dua) minggu sebelum panen tangkup dilepas .
Tabel 6. Rata-rata Diameter Kepala (Crop)Tanaman Kubis per tanaman (cm) Perlakuan Diameter Kepala/Crop (cm) B0 7.933 a B1 11.213 d B2 10.395 b B3 10.908 c BNT 5% 0.53 P1 10.288 b P2 10.388 c P3 10.858 d P4 8.913 a BNT 5 % 0.21 Keterangan : Angka-angka pada kolom yang sama dan didampingi dengan huruf yang sama pula menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji BNT (p=0.05)
Berat Basah Tanaman Kubis Hasil analisis pemanfaatan bokashi limbah pabrik kertas dan pupuk anorganik yang masing-masing merupakan kombinasi perlakuan ternyata tidak menunjukkan adanya interaksi yang nyata terhadap berat basah tanaman kubis Sehingga hasil uji lanjut menggunakan BNT 0,05% menunjukkan tidak ada perbedaan nyata pada semua kombinasi perlakuan, meskipun perlakuan B3P1 menunjukkan angka nominal berat basah (kg) tertinggi dibandingkan perlakuan yang lain (Tabel 8). Berat basah kepala/crop tanaman kubis pada perlakuan Bokashi dan pupuk anorganik NPK menunjukkan adanya intraksi yang nyata, pada takaran B3 P1 (Bokashi 35 ton/kg dan 200 kg NPK)
menghasilkan 1,66 kg pertanaman atau setara dengan 46,1 ton/ hektar merupakan kombinasi perlakuan yang menghasilkan berat basah kepala/crop terbesar, sedangkan terendah adalah B0P3 (Tanpa Bokashi dan 300 kg NPK)yang tidak berbeda nyata dengan perlakuan B0P2, (Tanpa Bokashi dan 250 kg NPK), B0P4 (Tanpa Bokashi dan 350 kg NPK) dan B2P4 (Bokashi 30 ton dan 350 kg NPK). Hasil tertinggi tersebut di atas masih lebih tinggi dibandingkan cara budidaya tanaman kubis yang di sarankan Anonymous (1977) sebesar 30-40 ton/ha kubis yang menggunakan 15-20 ton pupuk kandang/kg, 45-180 kg N per hektar, 30100 dengan P2O5 per Hektar dan 0-100 kg K2O per hektar. Hasil kajian penggunaan Bokashi limbah padat agar-agar dan pupuk anorganik terhadap pertumbuhan dan hasil
Tabel 7. Rata-rata Diameter Kepala (Crop) Tanaman Kubis per tanaman (cm) Perlakuan Diameter Kepala/Crop (cm) B0P1 8.90 a B0P2 9.20 b B0P3 13.67 e B0P4 10.53 c B1P1 15.73 i B1P2 13.97 f B1P3 15.43 h B1P4 14.67 g B2P1 14.57 g B2P2 16.13 j B2P3 14.00 f B2P4 10.73 c B3P1 15.67 i B3P2 16.10 j B3P3 14.80 g B3P4 11.60 d BNT 0.05 0.23 Keterangan : Angka-angka pada kolom yang sama dan didampingi dengan huruf yang sama pula menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji BNT (p=0.05)
bawang merah yang di lakukan Chandra (2004) menyatakan bahwa campuran Bokashi limbah padat agar-agar dan pupuk anorganik tidak berpengaruh pada semua variable pengamatan, demikian juga pada perlakuan tunggal antara pemakaian bokashi limbah padat agar-agar dan pupuk
anorganik tidak menunjukkan perbedaan yang nyata terhadap jumlah produksi yang dihasilkan. Selanjutnya menyatakan pula bahwa dengan memanfaatkan 15 ton/ha limbah padat agar-agar dapat menghasilkan 11 ton/ha bawang merah kering panen.
Tabel 8. Rata-rata Berat Basah Tanaman Kubis per tanaman (kg) akibat interaksi Pemanfaatan Bokashi Limbah Padat Pabrik Kertas dan Pupuk Anorganik. Perlakuan Berat Basah Tanaman Kubis (kg) B0P1 1.05 B0P2 1.00 B0P3 1.10 B0P4 1.02 B1P1 1.12 B1P2 1.08 B1P3 0.95 B1P4 0.90 B2P1 0.93 B2P2 0.10 B2P3 1.05 B2P4 0.90 B3P1 1.81 B3P2 1.50 B3P3 1.27 B3P4 1.13 BNT 0.05 Ns Keterangan : Angka-angka pada kolom yang sama dan didampingi dengan huruf yang sama pula menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji BNT (p=0.05)
Dari paparan diatas, ternyata bahwa pemanfaatan bokashi sebagai pupuk organik mampu memacu pertumbuhan dan hasil tanaman kubis. Hal ini diduga karena pupuk organik mempunyai kemampuan menurunkan unsur hara yang hilang dari tanah karena berbagai sebab seperti pencucian penguraian dan penguapan Prihandarini (1999), lebih lanjut dikatakan bahwa, kemampuan bokashi selain yang tersebut di atas adalah dapat memperbaiki kondisi fisik dan biologi tanah. Penambahan pupuk Anorganik pada takaran tertentu yang dalam penelitian ini adalah P1 (200 kg NPK/ha) tidak berbeda nyata pengaruhnya terhadap berat basah kepala/crop dan diameter kepala/crop , akan tetapi berbeda nyata dengan penambahan P3 (300 kg NPK/ha) dan P4 (300 kg NPK/ha) dengan kecenderungan makin banyak penambahan unsur hara/pupuk Anorganik NPK diameter kepala/crop dan berat basah kepala/crop makin menurun, hal ini diduga karena masing-masing unsur hara yang terdapat pada pupuk Anorganik mempunyai sifat
mudah menguap, terurai, dan tercuci. Dwidjoseputro (1984), mengemukakan pula bahwa, nitrogen diserap tanaman dalam bentuk nitrat (NO3) berupa anion lemah untuk mengikat koloid tanah sehingga mudah terurai, disamping itu nitrogen ini mudah menguap dan berubah bentuk yang bisa diserap oleh tanaman. Suwandi (1992) mengungkapkan bahwa, pemakaian pupuk Anorganik terutama N dan P pada takaran yang tinggi akan menimbulkan permasalahan defisiensi unsur mikro dan pemadatan tanah. Sedangkan menurut Gressel dan McColl (1997) bahwa, unsur hara posfor akan berubah pada sistem tanah dan tanaman dipengaruhi oleh ekosistem, intensitas pemasukan, pengeluaran, transfer dan proses tranformasi yang di tentukan oleh adanya interaksi antara iklim, bahan induk, organisme, topografi, dan waktu. Unsur Kalium yang berasal dari pupuk NPK sebagai perlakuan dalam penelitian ini disebabkan karena berperan dalam proses senyawa protein, selulosa, serta meningkatkan kualitas hasil. Unsur ini
diserap dalam bentuk K yang akan mengalami pertukaran kation bila didalam tanah terdapat ion-ion basa dan kalium ini mudah larut dalam air serta hilang karena pencucian (Harjowigeno, 1989). Ketersediaan unsur K yang dapat diserap oleh tanaman tergantung kepada keadaan tanah, iklim, dan cara budidaya. Pemanfaatan bokashi Limbah padat Pabrik Kertas berarti menambah bahan organik tanah yang berpengaruh terhadap ketersediaan unsur K bagi tanaman. Poerwowidodo (1992) mengemukakan bahwa,laju pengambilan unsur K banyak diatur oleh kepekatan K di dalam larutan tanah yang mengelilingi permukaan akar. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Pemanfaatan bokashi limbah padat pabrik kertas dengan pupuk Anorganik NPK berinteraksi terhadap laju pertumbuhan jumlah daun, berat basah kepala/crop, dan diameter kepala/crop tanaman kubis. Perlakuan bokashi limbah padat pabrik kertas 35 ton/hektar dan 200 kg
NPK/hektar tidak berbeda nyata dengan perlakuan bokashi limbah padat pabrik kertas 35 ton/hektar dan 250 kg NPK/hektar mampu memberikan hasil berat basah kepala/crop 1,66 kg/tanaman atau setara dengan 46,11 ton/hektar. Penggunaan pupuk anorganik tanpa penambahan bokashi limbah padat pabrik kertas ataupun dengan mencampur bokashi limbah padat pabrik kertas dan pupuk anorganik dalam takaran tinggi tidak dapat memberikan dampak pertumbuhan dan hasil yang lebih baik. Saran Penggunaan pupuk anorganik tanpa penambahan bokashi limbah padat pabrik kertas ataupun dengan mencampur bokashi limbah padat pabrik kertas dan pupuk anorganik dalam takaran tinggi tidak dapat memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil yang lebih baik. Oleh karena itu penggunaan pupuk baik anorganik maupun organik harus sesuai dengan kebutuhan tanaman dan keseburan tanahnya.
DAFTAR RUJUKAN Agustina, Lilik. 1990. Nutrisi Tanaman. Rinaka Cipta. Jakarta. Anonymous, 1977. Pedoman Bewrcocok Tanam Padi, Palawija, dan Sayuran. Departemen Pertanian Badan Pengendali Bimas. Jakarta. _________, 1993. Wakamine Kubis Tahan Hujan. Trubus 24 (281). Jakarta. _________, 1995. Bokashi (Fermentasi Bahan Organik dengan Teknologi Efektif Mikroorganisme). Indonesia. Kyusei Nature Farming Ocieties PT.Songgolangit Persada. Jakarta.
dan
Dwidjoseputro, 1984. Pengantar Fisiologi Tanaman. Gramedia. Jakarta. Gressel, N.JG. Mc Coll ,1997. Phosphorus Mineralization and Organic Matter Decompotition A Critical Review. University of California, Barkeley USA Hardjowogeno,S. 1987. Ilmu Tanah. PT.Mediyatama Sarana. Jakarta. Lingga, P. 1993. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya. Jakarta.
Nurtika, N. E. Koswara dan Mastur, 1992. Pengaruh Dosis Dan Waktu Aplikasi Pupuk Nitrogen Dalam Pemupukan Berimbang Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Kubis. Peter R. Golds Worthy and N.M. Fisher, 1984. Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik. Gajahmada University Press. Jogjakarta. Poerwowidodo, 1992. Telaah Kesuburan Tanah. Angkasa Bandung. Pracaya, 1993. Kol alias Kubis. Penebar Swadaya. Jakarta. Prihandarini, R. 1999. Prospek Pemanfaatan Limbah Organik Dalam Pertanian Modern Akrab Lingkungan. Universitas Brawijaya Malang. Sutanto, 2002. Penerapan Pertanian Organik Masyarakat dan Pengembangannya. Kanisius Jogjakarta. Syekhfani, 1997. Hara-Air-Tanah-Tanaman. Jurusan Tanah Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya. Malang.