PEMAHAMAN KONSEP HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN DENGAN MENGGUNAKAN MODEL GALLERY OF LEARNING BERBASIS LINGKUNGAN DI SMPN 9 BANJARBARU Yusifa Arianti Dewi 1 H. Muhammad Zaini 2 ABSTRAK
Pembelajaran hama dan penyakit tumbuhan di SMPN 9 Banjarbaru sebelumnya dilakukan dengan siswa diminta membawa tumbuhan yang diperkirakan siswa terkena hama dan penyakit. Tetapi hal ini belum efisien karena siswa belum mengetahui secara pasti tumbuhan itu terserang hama atau penyakit. Akibatnya penguasaan konsep atau hasil belajar biologi siswa tetap rendah dan pembelajaran biologi jadi membosankan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hasil belajar siswa, mengetahui hasil keja kelompok dalam mengerjakan LKS, dan mengetahui kecendrungan perilaku siswa kearah on task atau off task. Penelitian ini merupakan penelitian quasi eksperimen dengan kelas kontrol dan kelas eksperimen adalah sama, dengan materi eksperimen diselingi dengan materi kontrol (materi berkelanjutan). Hasil analisis kovarian menunjukkan perbedaan yang signifikan antara peningkatan hasil belajar siswa eksperimen dan siswa kontrol. Hal ini terlihat dari nilai Pr yaitu 0,02 yaitu lebih kecil dibandingkan nilai taraf signifikansi yang ditetapkan yaitu sebesar 0,05 Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil belajar siswa dan hasil kerja kelompok dalam mengerjakan LKS pada konsep hama dan penyakit tumbuhan dengan menggunakan model gallery of learning berbasis lingkungan di SMPN 9 Banjarbaru menunjukan hasil yang baik dan perilaku siswa cenderung ke arah on task. Kata kunci: Model Gallery of Learning, pemahaman, hama dan penyakit tumbuhan, on task, off task. Setiap guru menginginkan proses pembelajaran yang dilaksanakannya menyenangkan dan berpusat pada siswa. Siswa antusias mengacungkan tangan untuk menjawab pertanyaan atau memberikan pendapat, bersorak merayakan
1 2
Alumni Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Unlam Banjamasin Dosen Program Studi Magister Pendidikan Biologi PPs Unlam Banjarmasin
keberhasilan mereka, bertukar informasi dan saling memberikan semangat.. Keinginan di atas sejalan dengan pembelajaran yang lebih diarahkan pada pengalaman langsung dari pada pengajaran (Depdiknas, 2003). Tujuan akhir dari semua proses itu adalah agar penguasaan konsep dan hasil belajar memuaskan. Pembelajaran pada dasarnya adalah proses interaksi, baik interaksi antara siswa maupun interaksi siswa dan guru, bahkan interaksi antara siswa dengan lingkungan (Sanjaya, 2007). Melalui cara semacam ini, guru akan terbiasa memberi peluang seluas–luasnya agar siswa dapat belajar lebih bermakna dengan memberikan respon yang mengaktifkan semua siswa secara positif dan edukatif. Guru yang baik adalah guru yang juga bisa belajar dari muridnya, dengan demikian seorang guru haruslah berempati, menjadi pendengar yang baik, dan bisa menjadi fasilitator bagi anak didik dalam memecahkan problem mereka sendiri (Hidayat dalam Silberman, 2009). Ketika dilaksanakan penelitian dalam rangka seminar biologi di SMPN 9 Banjarbaru, guru mengalami kesulitan menciptakan suasana pembelajaran yang demikian. Siswa kurang memiliki rasa ingin tahu, bahkan cenderung berbuat kegiatan off task seperti mengantuk dan bermain–main, bahkan
siswa yang
bertanya dan siswa yang menjawab adalah siswa yang itu–itu juga. Cara pembelajaran seperti ini membuat suasana kelas membosankan, dan pada gilirannya suasana pembelajaran cenderung berpusat pada guru. Dampak buruknya adalah penguasaan konsep tidak mencapai batas ketuntasan yang ditetapkan oleh sekolah. Kondisi yang seperti ini tentunya sangat tidak diharapkan dalam proses belajar mengajar. Sebenarnya guru telah berusaha menciptakan pembelajaran agar siswa lebih aktif, di antaranya melalui pengamatan objek secara langsung dari sumber belajar, melakukan diskusi kelompok mengerjakan LKS, dan menggunakan metode tanya-jawab dalam pembelajaran. Namun hasilnya belum dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran secara maksimal. Dengan kata lain, guru belum menemukan cara yang tepat untuk memotivasi siswa dan menemukan model pembelajaran yang berpusat pada siswa. Pembelajaran hama dan penyakit tumbuhan pada tahun-tahun sebelumnya dilakukan dengan siswa disuruh
membawa tumbuhan yang diperkirakan siswa terkena hama dan penyakit. Tetapi hal ini belum efisien karena siswa belum mengetahui secara pasti tumbuhan itu terserang hama atau penyakit, sehingga pembelajaran di kelas tidak berjalan sebagaimana yang dikehendaki. Jika kondisi seperti ini tidak dicarikan alternatif pemecahan masalahnya, maka guru tetap sebagai sumber satu–satunya di kelas, tidak terjadi tukar informasi antar siswa, siswa baru mau menjawab kalau ditanya guru. Masalah– masalah ini tentunya menyebabkan penguasaan konsep atau hasil belajar biologi siswa tetap rendah dan pembelajaran biologi jadi membosankan. Banyak model-model pembelajaran yang ditawarkan untuk menciptakan pembelajaran yang baik kepada siswa, akan tetapi masih banyak guru yang belum menguasai secara teoritis maupun dalam praktik pelaksanaan. Salah satu model pembelajaran yang belum banyak dipahami oleh guru khususnya guru-guru SMP di Kota Banjarbaru adalah model gallery of learning. Model ini pada dasarnya adalah memberdayakan siswa untuk menuangkan apa yang diperolehnya dari pembelajaran yang kemudian dipajang, bilamana diperlukan maka diberikan penjelasan oleh si pembuat. Model gallery of learning dipayungi oleh teori kontruktivisme karena disini murid dilatih untuk menggali pemahamnya sendiri. Penelitian ini bertempat di SMPN 9 Banjarbaru di Jl. Karang Anyar No 1 Loktabat Utara Banjarbaru. Penelitian-penelitian tentang pembelajaran dengan model gallery of learning sudah pernah dilaporkan. Ruriyasti (2010) melaporkan dengan menggunakan model gallery of learning menunjukkan bahwa rata-rata hasil belajar siswa kelas X pada siklus I (aspek kognitif = 30,96). Rata-rata hasil belajar pada siklus II (aspek kognitif = 51,90). Rata-rata hasil belajar pada siklus III (aspek kognitif = 62,30). Dilihat dari hasil nilai rata-rata tiap siklus dapat diketahui bahwa hasil belajar yang dicapai siswa mengalami peningkatan, dari siklus I sampai sampai siklus II yaitu sebesar 35% sedangkan dari siklus I sampai siklus III sebesar 51%. Sehingga berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penerapan metode pembelajaran active learning model gallery of learning pada pokok bahasan keanekaragaman hayati dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas X SMA Al-Islam 3 Surakarta tahun ajaran 2009/2010.
Permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan yaitu apakah hasil belajar siswa pada konsep hama dan penyakit tumbuhan dengan menggunakan model gallery of learning berbasis lingkungan di SMPN 9 Banjarbaru lebih baik daripada menggunakan pembelajaran konseptual, apakah hasil selama kerja kelompok dalam mengerjakan LKS pada konsep hama dan penyakit tumbuhan dengan menggunakan model gallery of learning berbasis lingkungan di SMPN 9 Banjarbaru tergolong baik, apakah kecenderungan perilaku siswa pada konsep hama dan penyakit tumbuhan dengan menggunakan model gallery of learning berbasis lingkungan di SMPN 9 Banjarbaru ke arah on task atau off task. Kemudian masalah penelitian ini dibatasi pada lingkungan yang diteliti adalah adalah lingkungan di luar kawasan sekolah yakni perkebunan masyarakat yang dijumpai pada radius 500 meter dari sekolah, Pemahaman konsep hama dan penyakit tumbuhan meliputi adalah hasil belajar dan hasil selama proses pembelajaran (keterampilan proses), Hama dan penyakit tumbuhan dalam penelitian ini hanya hama dan penyakit yang dapat diamati dan bersifat makroskopis (untuk kepentingan identifikasi menggunakan narasumber dari Balittra), perilaku on task dan off task diamati dengan menggunakan format pengamatan metode observasi penelitian kelas (Hopkin’s, 1993). Definisi operasional dalam penelitian ini adalah Model gallery of learning adalah suatu pembelajaran kelompok yang memberdayakan siswa untuk menuangkan apa yang diperolehnya dari pembelajaran yang kemudian dipajang, jika diperlukan maka diberikan penjelasan oleh si pembuat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: hasil belajar siswa dengan menggunakan model gallery of learning berbasis lingkungan di SMPN 9 Banjarbaru, hasil kerja kelompok dalam mengerjakan LKS pada konsep hama dan penyakit tumbuhan dengan menggunakan model gallery of learning berbasis lingkungan di SMPN 9 Banjarbaru, kecenderungan perilaku siswa ke arah on task atau off task dalam pembelajaran konsep hama dan penyakit tumbuhan dengan menggunakan model gallery of learning berbasis lingkungan di SMPN 9 Banjarbaru.
METODE Penelitian terhadap pemahaman konsep Hama dan Penyakit Tumbuhan dengan menggunakan model gallery of learning berbasis lingkungan di SMP Negeri 9 Banjarbaru dilaksanakan dengan menggunakan rancangan kuasi eksperimen (quasi experiment). Ragam rancangan penelitian dari kuasi eksperimen yang digunakan adalah The Equivalent Materials Design (Campbell & Stanley, 1966) dengan rancangan penelitian seperti pada Tabel 2. Tabel 2. Model Rancangan Penelitian The Equivalent Materials design
A
1
2
3
4
MaX0O
MbX1O
McX0O
MdX1O
Keterangan : A M 1, 2, 3, 4 X1 X0 O
: Kelas : Materi yang berkelanjutan : Materi pembelajaran 1,2,3,4 : Pembelajaran dengan menggunakan model gallery of learning : Pembelajaran tanpa menggunakan model gallery of learning : Postes
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah penggunaan model gallery of learning berbasis lingkungan.Variabel terikat adalah hasil belajar siswa pada konsep hama dan penyakit tumbuhan. Penelitian ini dilakukan selama 6 bulan dimulai pada bulan Agustus 2010 dan berakhir pada bulan Januari 2011 di SMP Negeri 9 Banjarbaru yang beralamat di Jl. Karang Anyar No 1 Loktabat Utara Banjarbaru. Dengan tempat pembelajaran untuk siswa kontrol di dalam kelas sedangkan tempat pembelajaran untuk siswa eksperimen di kawasan perkebunan masyarakat. Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini meliputi LKS, alat evaluasi hasil belajar yang berpedoman pada tujuan pembelajaran masingmasing rencana pembelajaran. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 9 Banjarbaru yang terdiri dari 4 kelas. Penelitian menggunakan sampel yaitu kelas VIIIC dengan jumlah 35 siswa, dengan jumlah siswa laki-laki 20 orang dan siswa perempuan 15 orang.
Teknik pengumpulan dan analisis data dibedakan 1) Hasil penelitian berupa data kuantitatif yang diperoleh dari nilai pretes dan postes waktu pembelajaran dengan menggunakan model gallery of learning berbasis lingkungan dan yang tidak menggunakan model gallery of learning berbasis lingkungan akan dianalisis secara berkombinasi. Data yang diperoleh selanjutnya dianalisis dengan menggunakan teknik analisis kovarian di mana skor rata-rata pretes digunakan sebagai kovariannya kemudian diolah dengan menggunakan fasilitas Statistical Analysis System (Program SAS 604). 2) Data kuantitatif proses pembelajaran yang diperoleh dari LKS di analisis dengan menggunakan kategori yakni baik (76-100%), sedang (56-75%), kurang (40-55%), dan buruk (< 40%) (Arikunto, 1998). 3) Data kualitatif berupa aktivitas siswa yang diperoleh dari pengamatan terhadap perilaku siswa yang diperoleh dari pengamatan terhadap perilaku on task dan off task siswa.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Penelitian pemahaman konsep hama dan penyakit tumbuhan dengan menggunakan model gallery of learning berbasis lingkungan di SMP Negeri 9 Banjarbaru telah memperoleh sejumlah data, kuantitatif dan kualitatif dari kelas eksperimen dan kelas kontrol selama kegiatan pembelajaran. Data hasil belajar siswa eksperimen dan siswa kontrol pada pembelajaran 1, 2, 3 dan 4 dianalisis dengan menggunakan teknik analisis kovarian kemudian diolah dengan menggunakan fasilitas Statistical Analysis Sistem 604 (Program SAS 604). Adapun ringkasannya dapat dilihat pada tabel 1 Tabel 1 Ringkasan Hasil Analisis Data yang Diperoleh dari Semua Pembelajaran Skor A F
Y LSMEAN 1.763 1.736
Std Err LSMEAN 0,015 0,015
Pr > │T│ H0 : LSMEAN=0 0,0001 0,0001
Pr > │T│H0: LSMEAN1=LSMEAN2 0,025
Keterangan signifikan
Keterangan: R-Square = 0,47 C.V = 5,40
Ringkasan
hasil belajar siswa
kelas
eksperimen selama proses
pembelajaran 2 dan 4 berupa tes pengetahuan dan proses yang diperoleh dari
kemampuan siswa melaksanakan proses pembelajaran dengan menggunakan LKS dapat di lihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Ringkasan Hasil Proses Pembelajaran 2 dan 4 Kelas Eksperimen Pembelajaran
Jumlah Responden 33 35
Skor Rata-rata 69.72 81.27
Skor Maksimum 100 100
%
Kategori
2 69.72 sedang 4 81.27 Baik Keterangan: 76-100% = Baik; 56-75% = Sedang; 40-55% = Kurang; <40% = Buruk (Arikunto. 1998)
Analisis data hasil penelitian yang tergolong data tubulasi frekuensi dilakukan secara deskriptif, yakni dengan menghitung persentase perilaku off task dan on task siswa selama proses belajar mengajar. Data yang diperoleh dari hasil observasi selama pembelajaran menggunakan lembar observasi yang diadaptasi dari Hopkins (1993) yang meliputi perilaku-perilaku off task dan on task siswa selama proses pembelajaran meliputi data kuantitatif. Ringkasan persentase kemunculan perilaku on task dan off task siswa selama pembelajaran kedua dan keempat seperti Tabel 3 dan Tabel 4. Tabel 3. Persentase Kemunculan Perilaku-Perilaku Off Task Dan On Task pada pembelajaran kedua 5 menit ke1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 Rata-rata
Off task jumlah 18 orang 18 orang 16 orang 13 orang 11 orang 8 orang 12 orang 11 orang 17 orang 3 orang 3 orang 3 orang 5 orang 4 orang 6 orang 6 orang
% 52,94 % 52,94 % 48,48 % 39,39 % 28,20 % 23,52 % 35,29 % 32,35 % 48,57 % 9,37 % 9,09 % 8,57 % 14,70 % 11,76 % 17,64 17,14 % 28,12 %
On task jumlah 16 orang 16 orang 17 orang 20 orang 28 orang 26 orang 22 orang 23 orang 18 orang 29 orang 30 orang 32 orang 29 orang 30 orang 28 orang 29 orang
% 47,05 % 47,05 % 51,51 % 60,60 % 71,79 % 76,47 % 64,70 % 67,64 % 51,42 % 90,62 % 90,90 % 91,42% 85,29 % 88,23 % 82,35 % 82,85 % 71,86 %
Tabel 18. Persentase Kemunculan Perilaku-Perilaku Off Task Dan On Task pada pembelajaran keempat 5 menit ke1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 Rata-rata
Off task jumlah 12 orang 16 orang 15 orang 15 orang 13 orang 7 orang 10 orang 7 orang 9 orang 3 orang 5 orang 6 orang 4 orang 5 orang 5 orang 7 orang
% 35,29 % 38,09 % 37,5 % 39,39 % 32,5 % 21,21 % 32,25 % 25 % 34,61 % 13,04 % 15,15 % 18,75 % 12,5 % 16,12 % 15,62% 22,50 % 25,59 %
On task jumlah 22 orang 26 orang 25 orang 23 orang 27 orang 26 orang 21 orang 21 orang 17 orang 20 orang 28 orang 26 orang 28 orang 26 orang 28 orang 24 orang
% 64,70 % 61,90 % 62,5 % 60,60 % 67,5 % 78,78 % 67,74 % 75 % 65,38 % 86,95 % 84,84 % 81,25% 87,5 % 83,87 % 87,5 % 77,41 % 74,38 %
Pembahasan Pengujian data pada penelitian ini didasarkan pada tingkat signifikansi atau probabilititas yang ditetapkan (Pr) yaitu sebesar 0,05. Dari hasil analisis kovarian pada semua pembelajaran menunjukkan nilai Pr sebesar 0,02 yaitu lebih kecil dari 0,05 artinya peningkatan hasil belajar antara siswa eksperimen dan siswa kontrol berbeda secara signifikan, maka dapat dikatakan bahwa pada pembelajaran 2 dan 4 dengan menggunakan model gallery of learning berbasis lingkungan dapat meningkatkan pemahaman siswa pada konsep hama dan penyakit tumbuhan. Dengan demikian secara umum dapat dikatakan penggunaan model gallery learning berbasis lingkungan dapat meningkatkan pemahaman siswa
pada konsep hama dan penyakit tumbuhan. Hal ini sejalan dengan
penelitian-penelitian sebelumnya yaitu Ruriyasti (2010) dan Swastika (2009) yang melaporkan bahwa penggunaan model gallery of learning dapat meningkatkan hasil belajar pada konsep biologi. Penggunaan model gallery of learning dalam penelitian ini dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran konsep hama dan penyakit tumbuhan hal ini dikarenakan bahwa melalui pembelajaran menggunakan model gallery of learning, guru berperan sebagai motivator dan fasilitas yang membantu
agar proses belajar bukan merupakan transfer pengetahuan dari guru ke siswa melainkan suatu kegiatan yang memungkinkan siswa membangun sendiri pengetahuaannya melalui serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh siswa, serta dituntut untuk bekerja secara kelompok guna menyelesaikan masalah yang diberikan secara sistematis berdasarkan tahap-tahap yang telah ditentukan (Ruriyasti,2010). Model gallery of learning berhubungan dengan strategi pembelajaran inkuiri karena inkuiri adalah suatu proses untuk memperoleh dan mendapatkan informasi dengan melakukan observasi atau eksperimen untuk mencari jawaban atau memecahkan masalah dengan menggunakan kemampuan berpikir kritis dan logis (Ahmadi dan Amri, 2010). Hal ini sejalan dengan Bruner dalam Dahar dan Liliasari (1986) pendekatan inkuiri meningkatkan potensi intelektual siswa, karena siswa diberi kesempatan untuk mencari dan menemukan keteraturanketeraturan dan hal-hal yang berhubungan dengan pengamatan dan pengalaman sendiri. Selain itu belajar melalui inkuri memperpanjang proses ingatan atau dengan kata lain hal-hal yang dipelajari melalui inkuri lebih lama dapat diingat. Kualitas proses pembelajaran siswa dalam memperoleh pengetahuannya melalui lingkungan perkebunan masyarakat dapat diketahui dari hasil pikiran yang mereka tuangkan dalam mengisi lembar kegiatan siswa (LKS), Confucius (Silberman, 2009) menyatakan what I hear, I forget (apa yang saya dengar, saya lupa,), what I see, I remember (Apa yang saya lihat, saya ingat.), What I do, I understand ( apa yang saya lakukan, saya paham). Tiga pernyataan sederhana ini sesuai dengan proses belajar siswa yang mengharapkan siswa memperoleh pengetahuannya sendiri dari data-data yang telah diperoleh dari lingkungan tempat belajarnya yang dalam penelitian ini tempat belajarnya adalah kawasan perkebunan masyarakat, agar mereka melakukan pengamatan sendiri dan paham apa yang mereka kerjakan. Model gallery of learning adalah suatu pembelajaran kelompok yang memberdayakan siswa untuk menuangkan apa yang diperolehnya dari pembelajaran yang kemudian dipajang, jika diperlukan maka diberikan penjelasan oleh si pembuat. Aktivitas ini merupakan cara untuk menilai dan merayakan apa
yang
telah
peserta
didik
pelajari
setelah
rangkain
pelajaran
studi
(Silberman, 2009). Jadi pada pembelajaran ini diharapkan siswa menjadi senang dan pembelajaran menjadi bermakna. Menurut Sanjaya (2007) tujuan utama dari strategi inkuiri adalah pengembangan kemampuan berpikir. Dengan demikian, strategi pembelajaran inkuiri selain berorientasi kepada hasil belajar juga berorientasi pada proses belajar. Proses pembelajaran pada dasarnya adalah proses interaksi, baik interaksi antara siswa maupun interaksi dengan guru, bahkan interaksi siswa dengan lingkungan. Untuk mengetahui bermacam-macam perilaku off task dan on task siswa dalam mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model gallery of learning. Berdasarkan data yang terlihat pada lembar observasi, dapat diketahui bermacammacam perilaku off task dan on task siswa. Perilaku-perilaku off task siswa yang muncul selama proses belajar mengajar antara lain: 1.
Berbicara tidak sesuai materi; Pembelajaran dengan pendekatan kooperatif
cenderung memberikan keleluasaan kepada siswa untuk dapat berinteraksi dengan teman kelompoknya. Hal ini menyebabkan siswa melakukan tindakan ini dari keseluruhan perilaku off task. Tingginya persentase tindakan off task ini merupakan salah satu bentuk kelemahan dari pembelajaran kooperatif. 2. Mencoret-coret kertas; Perilaku off task mencoret-coret kertas ini dapat disebabkan karena adanya rasa bosan dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar. Perilaku off task jenis ini terlihat pada siswa yang tidak melakukan kegiatan mengerjakan LKS karena telah dikerjakan oleh kelompoknya, tetapi
pada
pembelajaran dengan model gallery of learning siswa dalam mengerjakan LKS tidak merasa bosan karena kegiatannya dirancang sedemikian rupa agar siswa menjadi senang. 3. Menghayal; Menghayal pada saat pembelajaran berlangsung merupakan hambatan dalam proses pembelajaran karena siswa tidak dapat memusatkan perhatiannya pada materi yang diberikan maupun tugas kelompok yang harus didiskusikan bersama kelompoknya. 4. Melihat-lihat ke lingkungan sekitar; Di dalam proses pembelajaran, melihatlihat ke lingkungan sekitar juga merupakan salah satu tindakan yag dapat
menghambat proses pembelajaran. Hal ini disebabkan karena siswa tidak dapat memusatkan konsentrasinya terhadap materi pelajaran yang sedang diajarkan. 5. Melakukan kontak fisik dengan siswa lain; Melakukan kontak fisik dengan siswa lain dapat berupa menepuk bahu teman, meminjam peralatan tulis menulis dengan kelompok lain. Hal ini juga dapat menghambat proses belajar mengajar. Perilaku-perilaku on task siswa yang muncul selama proses belajar mengajar antara lain: 1.
Memperhatikan penjelasan guru; Siswa tampak serius mendengarkan
penjelasan dari guru mengenai materi yang diajarkan. Hal ini perlu ditingkatkan dalam proses pembelajaran agar kegiatan belajar mengajar dapat berlangsung dengan baik. 2.
Membaca LKS/ buku yang relevan; Dalam proses menerima informasi,
siswa tidak hanya bersumber dari informasi yang diberikan oleh pengajar tetapi juga dapat melalui bahan bacaan yang relevan dengan materi yang diajarkan. Hal ini akan menambah pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan. 3.
Melakukan
pengamatan/percobaan;
Melakukan
pengamatan
atau
percobaan langsung merupakan salah satu cara agar materi yang dipelajari dapat semakin dikuasai dan dapat melekat kuat dalam ingatan setiap siswa. 4.
Mencatat materi yang diajarkan; Kemampuan mengingat setiap siswa
berbeda-beda, maka agar apa yang dipelajari tidak cepat hilang maka salah satu cara untuk mempermudah mengingat pelajaran yaitu dengan mencatat materi yang diajarkan agar sewaktu-waktu dapat dibaca kembali. 5.
Berdiskusi dalam kelompok; Dalam pembelajaran kooperatif lebih
ditekankan keaktifan siswa dalam kelompok, baik dalam mendiskusikan materi yang dipelajari maupun dalam mengerjakan tugas kelompok yang diberikan. Tingginya persentase berdiskusi dalam kelompok ini menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif pada materi pengenalan mikroskop ini telah baik. 6.
Bertanya kepada siswa lain/guru; Ketika siswa tidak memahami sesuatu,
maka siswa dapat bertanya kepada gurunya maupun kepada temannya. Hal ini dapat membantu siswa untuk dapat memahami hal-hal yang belum dipahami.
7.
Menjawab soal-soal post test; Pada akhir pembelajaran diberikan soal-soal
post test untuk mengetahui sejauh mana siswa memahami materi yang telah diberikan. Keaktifan siswa dalam menjawab soal-soal post test ini merupakan salah satu sikap on task yang tinggi persentase kemunculannya.
SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan 1) Hasil belajar siswa pada konsep hama dan penyakit tumbuhan dengan menggunakan model gallery of learning berbasis lingkungan di SMPN 9 Banjarbaru menunjukkan hasil belajar yang lebih baik daripada pembelajaran konseptual. 2)
Hasil selama proses
pembelajaran yang diperoleh dari nilai LKS tergolong baik. 3) Perilaku siswa selama pembelajaran dengan menggunakan model gallery of learning berbasis lingkungan siswa cenderung berpilaku ke arah on task daripada off task. Adapun saran yang dapat diberikan adalah 1) Model Gallery of learning dapat dijadikan pilihan yang baik dalam pembelajaran karena dengan menggunakan
model
ini
memungkinkan
siswa
membangun
sendiri
pengetahuaannya. 2) Pembelajaran menggunakan model gallery of learning, khususnya dengan menggunakan lingkungan sebagai tempat pembelajaran, guru memerlukan pendamping untuk
mengawasi
siswa dalam melaksanakan
penjelajahan lingkungan. 3) Pembelajaran menggunakan model gallery of learning memerlukan waktu yang relatif panjang sehingga guru harus merencanakan pengalokasian waktu sejak dalam membuat program semester. 4) Untuk penelitian selanjutnya,sebaiknya pembelajaran dengan menggunakan model gallery of learning ini digunakan 2 kelas dan di tukar materi kontrol dan perlakuan.
DAFTAR RUJUKAN Ahmadi dan Amri. 2010. Proses pembelajaran Inovatif dan Kreatif dalam Kelas. Jakarta: Prestasi Pustakaraya. Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta,
Dahar, Ratna Wilis dan Liliasari. 1986. Interaksi Belajar Mengajar IPA. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Universitas Terbuka.. Depdiknas. 2003. Kurikulum 2004 Pedoman Khusus Pengembangan Sistem Penilaian Berbasis Kompetensi Sekolah Dasar Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta: Depdiknas. Hopkins, David. 1993. A Teacher’s Guide to Classroom Research. Buckingham: Open Univ. Press. Ingraham, Kathryn P, Regina C. Luginbuhl, Sandra D. Schlotzhauer, Harriet Watts. 1985. SAS/STAT User’s Guide Release 6,03. USA: Cary, North Carolina. SAS Institute Inc, Ruriyasti, Rizania. 2010. Efektivitas strategi active learning model pembelajaran gallery of learning untuk meningkatkan hasil belajar biologi pokok bahasan keanekaragaman hayati pada siswa kelas X SMA Al-ISLAM 3 Surakarta tahun pelajaran 2009/2010. Universitas Muhamadiyah Surakarta. http://etd.eprints.ums.ac.id/7466/ diakses tanggal 26 oktober 2010. Sanjaya, Wina. 2007. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana. Silberman, Mel. 2009. Active Learning, 101 Strategi Pembelajaran Aktif, (terjemahan Sarjuli et al.). Yogyakarta: YAPPENDIS. Swastika, Dwi Rani. 2009. Upaya meningkatkan kreativitas dalam belajar matematika siswa kelas XI SMK Marsudi Luhur I Yogyakarta melalui penerapan model pembelajaran gallery of learning. Uiversitas negeri Yogyakarta. http://eprints.uny.ac.id/998/1/1._Cover-_Daftar_Isi.doc html/ diakses tanggal 22 oktober 2010.